Anda di halaman 1dari 39

SNI 03- 6389- 2000

Konservasi energi selubung bangunan pada bangunan gedung.

1. Ruang lingkup

1.1. Standar ini memuat kriteria perancangan, prosedur perancangan, konservasi


energi dan rekomendasi dari selubung bangunan pada bangunan gedung yang optimal,
sehingga penggunaan energi dapat effisien tanpa harus mengurangi dan atau mengubah
fungsi bangunan, kenyamanan dan produktivitas kerja penghuni, serta mempertimbangkan
aspek biaya.

1.2. Standar ini diperuntukkan bagi semua pihak yang terlibat dalam perancangan,
pembangunan, pengoperasian dan pemeliharaan bangunan gedung untuk mencapai
penggunaan energi yang effisien.

2. Acuan

a). ASHRAE, Standard on Energy Conservation in New Building Design, 1980.

b). ASEAN-USAID, Building Energy Conservation Project, ASEAN = Lawrence Berkeley


Laboratory, 1992.

c). The Development & Building Control Division (PWD) Singapore : “Handbook on Energy
Conservation in Buildings and Building Services”, 1992.

d). BOCA : International Energy Conservation Code, 2000.

3. Istilah dan definisi

Istilah dan definisi berikut berlaku untuk pemakaian standar ini.


3.1
absorbtansi radiasi matahari
nilai penyerapan energi termal akibat radiasi matahari pada suatu bahan dan yang
ditentukan pula oleh warna bahan tersebut.
3.2
beda temperatur ekuivalen (Equivalent Temperature Difference = TDEk )
beda antara temperatur ruangan dan temperatur dinding luar atau atap yang diakibatkan
oleh efek radiasi matahari dan temperatur udara luar untuk keadaan yang dianggap
quasistatik yang menimbulkan aliran kalor melalui dinding atau atap, yang ekuivalen dengan
aliran kalor sesungguhnya.
3.3
faktor radiasi matahari (Solar Factor = SF)
laju rata-rata setiap jam dari radiasi matahari pada selang waktu tertentu yang sampai pada
suatu permukaan.

1 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

3.4
fenestrasi
bukaan pada selubung bangunan. Fenestrasi dapat berlaku sebagai hubungan fisik
dan/atau visual ke bagian luar gedung, serta menjadi jalan masuk radiasi matahari.
Fenestrasi dapat dibuat tetap atau dibuat dapat dibuka.
3.5
koeffisien peneduh (Shading Coefficient = SC)
angka perbandingan antara perolehan kalor melalui fenestrasi, dengan atau tanpa peneduh,
dengan perolehan kalor melalui kaca biasa/bening setebal 3 mm tanpa peneduh yang
ditempatkan pada fenestrasi yang sama.
3.6
konservasi energi
upaya mengeffisienkan pemakaian energi untuk suatu kebutuhan agar pemborosan energi
dapat dihindarkan.
3.7
nilai perpindahan termal atap (Roof Thermal Transfer Value = RTTV)
suatu nilai yang ditetapkan sebagai kriteria perancangan untuk penutup atap yang dilengkapi
dengan skylight.
3.8
nilai perpindahan termal menyeluruh (Overall Thermal Transfer Value = OTTV)
suatu nilai yang ditetapkan sebagai kriteria perancangan untuk dinding dan kaca bagian luar
bangunan gedung yang dikondisikan.
3.9
selubung bangunan
elemen bangunan yang menyelubungi bangunan gedung, yaitu dinding dan atap tembus
atau yang tidak tembus cahaya dimana sebagian besar energi termal berpindah melalui
elemen tersebut.
3.10
sudut bayangan horisontal
sudut proyeksi dari sirip vertikal terhadap orientasi dinding di mana positip bila di sebelah
kanan dinding dan negatip bila di sebelah kiri dinding.
3.11
sudut bayangan vertikal
sudut proyeksi dari sirip horisontal terhadap bidang horisontal dan selalu dianggap positip.
3.12
transmitansi tampak
transmitansi dari suatu bahan kaca khusus terhadap bagian yang tampak dari spektrum
radiasi matahari.
3.13
transmitansi termal
Koeffisien perpindahan kalor dari udara pada satu sisi bahan ke udara pada sisi lainnya.

2 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

4. Kriteria perancangan

4.1. Persyaratan

Selubung bangunan harus memenuhi persyaratan-persyaratan sebagai berikut:

4.1.1. Berlaku hanya untuk komponen dinding dan atap pada bangunan gedung yang
dikondisikan.

4.1.2. Perolehan panas radiasi matahari total untuk dinding dan atap tidak boleh
melebihi nilai perpindahan panas menyeluruh sebagaimana tercantum di dalam standar ini.

4.1.3. Untuk membatasi perolehan panas akibat radiasi matahari lewat selubung
bangunan, yaitu dinding dan atap, maka ditentukan nilai perpindahan termal menyeluruh
untuk selubung bangunan tidak melebihi 45 Watt/m2.

4.2. Dinding luar

4.2.1. Nilai perpindahan termal menyeluruh.

4.2.1.1. Nilai perpindahan termal menyeluruh atau OTTV untuk setiap bidang dinding
luar bangunan gedung dengan orientasi tertentu, harus dihitung melalui persamaan :
OTTV = α.[(Uw x (1 – WWR)] x TDEk + (SC x WWR x SF) + (Uf x WWR x ΔT) ......(4.2.1.1)
dimana :
OTTV = nilai perpindahan termal menyeluruh pada dinding luar yang memiliki arah atau
orientasi tertentu (Watt/m2).

α = absorbtansi radiasi matahari. [ tabel 4.2.2.(1) dan 4.2.2.(2) ].

Uw = transmitansi termal dinding tak tembus cahaya (Watt/m2.K).

WWR = perbandingan luas jendela dengan luas seluruh dinding luar pada orientasi yang
ditentukan.

TDEk = beda temperatur ekuivalen (K).(lihat tabel 8)

SC = koeffisien peneduh dari sistem fenestrasi.

SF = faktor radiasi matahari (W/m2).

Uf = transmitansi termal fenestrasi (W/m2.K).

ΔT = beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam (diambil
5K).

4.2.1.2. Untuk menghitung OTTV seluruh dinding luar, digunakan persamaan sebagai
berikut
( A 01 × OTTV1 ) + (A 02 × OTTV2 ) + ................. + (A 0i × OTTVi )
OTTV = ....….(4.2.1.2)
A 01 + A 02 + .................... A 0i

3 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

dimana :
A0i = luas dinding pada bagian dinding luar i (m2). Luas ini termasuk semua
permukaan dinding tak tembus cahaya dan luas permukaan jendela yang
terdapat pada bagian dinding tersebut.

OTTVi = nilai perpindahan termal menyeluruh pada bagian dinding i sebagai hasil
perhitungan dengan menggunakan persamaan (4.2.1.1)

4.2.2. Absorbtansi radiasi matahari ( α )

Nilai absorbtansi radiasi matahari ( α ) untuk beberapa jenis permukaan dinding tak tembus
cahaya dapat dilihat pada tabel 4.2.2.(1) dan 4.2.2.(2).

Tabel 4.2.2.(1) Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk dinding luar dan atap tak
tembus cahaya

Bahan dinding luar α


Beton berat 1) 0,91
Bata merah 0,89
Beton ringan 0,86
Kayu permukaan halus 0,78
Beton ekspos 0,61
Ubin putih. 0,58
Bata kuning tua. 0,56
Atap putih 0,50
Seng putih 0,26
Bata gelazur putih. 0,25
Lembaran alumunium yang dikilapkan. 0,12
1)
untuk bangunan nuklir.

Tabel 4.2.2.(2) Nilai absorbtansi radiasi matahari untuk cat permukaan dinding luar
Cat permukaan dinding luar α Cat permukaan dinding luar α
Hitam merata 0,95 Pernis hijau. 0,79
Pernis hitam 0,92 Hijau medium. 0,59
Abu-abu tua 0,91 Kuning medium. 0,58
Pernis biru tua 0,91 Hijau / biru medium. 0,57
Cat minyak hitam. 0,90 Hijau muda. 0,47
Coklat tua. 0,88 Putih semi kilap. 0,30
Abu-abu / biru tua. 0,88 Putih kilap. 0,25
Biru / hijau tua 0,88 Perak. 0,25
Coklat medium 0,84 Pernis putih 0,21
4.2.3. Transmitansi termal (U)

4.2.3.1. Untuk dinding tak tembus cahaya dan fenestrasi yang terdiri dari beberapa lapis
komponen bangunan, maka besarnya U dihitung dengan rumus :

4 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

1
U = .............……………………………………………………... (4.2.3.1)
RTotal
dimana :
i=n
Rtotal = Resistansi termal total = ∑R
i =0
i

4.2.3.2. Resistansi termal, terdiri dari:

a). Resistansi lapisan udara luar (RUL)

Besarnya nilai RUL ditunjukkan pada tabel 4.2.3.2.a.

Tabel 4.2.3.2.a. Nilai R lapisan udara permukaan untuk dinding dan atap
Resistansi Termal R
Jenis permukaan
(m2.K/Watt)
Emisifitas tinggi 1) 0,120
Permukaan dalam ( RUP )
Emisifitas rendah.2) 0,299
Permukaan luar ( RUL ) Emisifitas tinggi 0,044

Keterangan :
Emisifitas tinggi adalah permukaan halus yang tidak mengkilap (non reflektif)
Emisifitas rendah adalah permukaan dalam yang sangat reflektif, seperti alumunium foil.
b). Resistansi termal bahan (RK)
t
RK = .........……………………………………………………….….. (4.2.3.2.2)
k
dimana :
t = tebal bahan ( m ).
k = nilai konduktifitas termal bahan ( Watt/m.K)
Besarnya harga k untuk berbagai jenis bahan dapat dilihat pada tabel 4.2.3.2.b.
c). Resistansi termal rongga udara (RRU)

Nilainya ditunjukkan pada tabel 4.2.3.2.c.

d). Resistansi termal lapisan udara permukaan (RUP)

Nilainya seperti ditunjukkan pada tabel 4.2.3.2.a.

4.2.4. Beda temperatur ekuivalen.

Beda temperatur ekuivalen (TDEk) dipengaruhi oleh :

a) tipe, massa dan densitas konstruksi.

b) intensitas radiasi dan lamanya penyinaran.

c) lokasi dan orientasi bangunan.

d) kondisi perancangan.

5 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

Untuk menyederhanakan perhitungan OTTV, nilai TDEk untuk berbagai tipe konstruksi
tercantum pada tabel 4.2.4.

Tabel 4.2.3.2.b. Nilai k bahan bangunan

No. Bahan bangunan Densitas (kg/m3) K (W/m.K)


1 Beton 2.400 1,448
2 Beton ringan 960 0,303
3 Bata dengan lapisan plaster 1.760 0,807
Bata langsung dipasang tanpa plaster,
4 1,154
tahan terhadap cuaca.
5 Plasteran pasir-semen 1.568 0,533
6 Kaca lembaran 2.512 1,053
7 Papan gypsum 880 0,170
8 Kayu lunak 608 0,125
9 Kayu keras 702 0,138
10 Kayu lapis 528 0,148
11 Glasswool 32 0,035
12 Fibreglass 32 0,035
13 Paduan alumunium 2.672 211
14 Tembaga 8.784 385
15 Baja 7.840 47,6
16 Granit 2.640 2,927
17 Marmer/terazo/keramik/mozaik 2.640 1,298
Tabel 4.2.3.2.c. Nilai R lapisan rongga udara.
Resistansi termal (m2.K/W)
No. Jenis celah udara
5 mm 10 mm 100 mm
RRU untuk dinding
Rongga udara vertikal (aliran panas secara
1 horisontal)
1. Emisifitas tinggi. 0,110 0,148 0,160
2. Emisifitas rendah 0,250 0,578 0,606
RRU untuk atap
Rongga udara horisontal/miring (aliran panas
kebawah).
rongga udara horisontal. 0,110 0,148 0,174
rongga udara dengan
1. Emisifitas 0,110 0,148 0,165
kemiringan 22 ½ 0
tinggi.
2 rongga udara dengan
0,110 0,148 0,158
kemiringan 450.
rongga udara horisontal. 0,250 0,572 1,423
rongga udara dengan
2. Emisifitas 0,250 0,571 1,095
kemiringan 22 ½ 0
rendah
rongga udara dengan
0,250 0,570 0,768
kemiringan 450.
RRU untuk loteng
3 1. Emisifitas tinggi. 0,458
2. Emisifitas rendah 1,356

6 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

Tabel 4.2.4. Beda temperatur ekuivalen untuk dinding


Berat/satuan luas (kg/m2) TDEk
Kurang dari 125 15
126 ~ 195 12
Lebih dari 195 10
4.2.5. Faktor rerata radiasi matahari

Faktor radiasi matahari dihitung antara jam 07.00 sampai dengan jam 18.00. Untuk bidang
vertikal pada berbagai orientasi dapat dilihat pada tabel 4.2.5.

Tabel 4.2.5. Faktor radiasi matahari (SF, W/m2) untuk berbagai orientasi.1)

U TL T TG S BD B BL
Orientasi
130 113 112 97 97 176 243 211
1).
Berdasarkan data radiasi matahari di Jakarta.

Keterangan :

Rata-rata untuk seluruh orientasi SF = 147


U = utara
TL = timur laut
T = timur
TG = tenggara
S = selatan
BD = barat daya
B = barat
BL = barat laut
4.2.6. Koeffisien peneduh (SC)

4.2.6.1. Koeffisien peneduh tiap sistem fenestrasi dapat diperoleh dengan cara
mengalikan besaran SC kaca dengan SC effektif dari kelengkapan peneduh luar, sehingga
persamaannya menjadi:

SC = SCk x SCEf ........………………………………………………………. (4.2.6.1)

dimana :
SC = koeffisien peneduh sistem fenestrasi.
SCk = koeffisien peneduh kaca.
SCEf = koeffisien peneduh effektif alat peneduh.
4.2.6.2. Angka koeffisien peneduh kaca didasarkan atas nilai yang dicantumkan oleh
pabrik pembuatnya, yang ditentukan berdasarkan sudut datang 450 terhadap garis normal.
Sebagai contoh, besarnya koeffisien peneduh kaca seperti ditunjukkan dalam gambar
4.2.6.2, berdasarkan data pabrik pembuat adalah SCk = 0,5.

4.2.6.3. Pengaruh tirai dan atau korden di dalam bangunan gedung, khususnya untuk
perhitungan OTTV, tidak termasuk yang diperhitungkan.

7 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

4.2.6.4. Perhitungan koeffisien peneduh effektif.

a). Bila sebuah jendela dilindungi atau diteduhi sebagian oleh sarana peneduh luar, maka:

1). Bagian yang ekspos dari jendela, menerima radiasi total IT .

2). Bagian yang diteduhi, menerima radiasi difus ID

Gambar 4.2.6.2. Sinar matahari jatuh pada bidang normal dengan sudut 450

b). Perolehan panas radiasi matahari dinyatakan dalam persamaan berikut:

H = (AEK x IT ) + (AS x ID).

H = (AEK x ID) + (AEK x IL) + (AS x ID).

H = (AEK x IL ) + {(AEK + AS ) x ID } ……………………………… [ 4.2.6.4.b.(1) ]


dimana :
H = perolehan panas radiasi matahari.
AEK = luas bagian jendela yang terekspos (exposed area).
AS = luas bagian jendela yang terlindungi (shaded area).
IT = radiasi total ( = ID + IL ).
ID = radiasi difus.
IL = radiasi langsung.
A = luas jendela ( = AEK + AS ).

8 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

Persamaan 4.2.6.4.2.b.(1), dapat ditulis menjadi :

H = (AEK x IL ) + (A x ID ) …………………….………….[ 4.2.6.4.b.(2) ]

c). Untuk kaca bening dengan ketebalan 3 mm dan tidak terlindung, perolehan panas
radiasi matahari adalah:

H = A x IT ………………………………………………………….( 4.2.6.4.c )

d). Besarnya koeffisien peneduh tiap jam, dinyatakan dengan persamaan:


H
SC = ..…………………………………………………….[ 4.2.6.4.d.(1) ]
A x IT
(A EK × I L ) + (A × I D )
SC =
A x IT
A EK
( × IL ) + ID
SC = A , atau
IT
G x IL + ID
SC = …………………………………………..[ 4.2.6.4.d (2) ]
IT

dimana :
A EK
G= , adalah fraksi luas bagian yang ekspos oleh radisi matahari langsung.
A
e). Nilai koeffisien peneduh (SC) dari suatu sarana peneduh untuk sehari penuh, harus
dihitung dari perolehan panas radisi setiap jamnya, kemudian dijumlahkan untuk
seluruh waktu 12 jam siang hari. Perolehan panas total ini kemudian dibagi dengan
jumlah radiasi total IT, yang melalui kaca bening tak terlindungi setebal 3 mm untuk
seluruh jam siang hari yang sama; guna mendapatkan harga SC pada hari tersebut

f). Secara matematis, perhitungan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :

J =12

∑( A
J =1
EK .I L + A.I D )
SCHARI = J =12
………………………………………..…( 4.2.6.4.f )
∑ ( A.I
J =1
T ).

g). Untuk menyederhanakan perhitungan, nilai SC suatu sarana peneduh untuk bulan-
bulan tertentu dapat ditentukan berdasarkan data matahari yang berlaku pada hari-hari
yang mewakili untuk bulan tersebut.

h). Dalam menentukan SC effektif dari suatu sarana peneduh, diperlukan untuk seluruh 12
bulan setahun.

9 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

i) Untuk tidak memakan waktu dan karena tingkat ketelitian bukanlah faktor yang sangat
kritis, maka perhitungan SC cukup didasarkan atas bulan-bulan representatif dalam
setahun, yakni bulan Maret, Juni, September dan Desember. Hari-hari representatif
dari keempat bulan tersebut adalah tanggal : 21 Maret, 22 Juni. 23 September dan 22
Desember.

j). Secara matematis, koeffisien peneduh effektif suatu sarana peneduh dapat dinyatakan
sebagai berikut :

SCEF =
∑ M
(G.I L + I D ) + ∑J (G.I L + I D ) + ∑S (G.I L + I D ) + ∑D (G.I L + I D )
∑ M
I T + ∑J I T + ∑S I T + ∑D I T

...............(4.2.6.4.j )

dimana :

∑ M
= jumlah untuk bulan Maret.

∑ J
= jumlah untuk bulan Juni.

∑ S
= jumlah untuk bulan September.

∑ D
= jumlah untuk bulan Desember.

4.2.6.5. Menentukan nilai faktor “G”.

a). Fraksi luar bagian jendela yang ekspos oleh matahari, G, pada setiap waktu untuk
suatu orientasi tertentu dapat ditentukan dengan geometri matahari.

b). Dengan mengetahui nilai SBV (Sudut Bayangan Vertikal) dan SBH (Sudut Bayangan
Horisontal), nilai G untuk sirip horisontal, sirip vertikal dan pelindung matahari bentuk
kotak segiempat dapat dihitung, dengan ketentuan sebagai berikut:

θ1 = SBV (selalu positif). [ Gambar 4.2.6.5.b.(1) ]

θ2 = SBH (positif untuk arah kanan dinding, negatif untuk arah kiri dinding).
[ Gambar 4.2.6.5.b.(1) ]

Gambar 4.2.6.5.b.(1). Sudut Bayangan Vertikal dan Horisontal

ϕ1 = sudut proyeksi dari sirip horisontal terhadap bidang horisontal (dianggap


positif). [Gambar 4.2.6.5.b.(2) ]

10 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

ϕ2 = sudut proyeksi sirip vertikal terhadap orientasi dinding (positip bila di sebelah
kanan dinding; negatip bila di sebelah kiri dinding).[Gambar 4.2.6.5.b.(2)]

Gambar 4.2.6.5.b.(2). Sudut proyeksi sirip horisontal dan vertikal

c). Sirip horisontal di atas jendela.

Sirip horisontal di atas jendela seperti ditunjukkan pada gambar 4.2.6.5.c.

Gambar 4.2.6.5.c : Denah jendela serta lubang cahaya dengan sirip horisontal di atas
jendela
AS = P.sin ϕ1 + P.Cos ϕ1.tan θ1. = P.(sin ϕ1 + Cos ϕ1.tan θ1 )
AEK = A – AS .
A EK A - A S A
= =1- S
A A A
A EK P
=1- . (sin ϕ1 + cos ϕ1.tan θ1) , atau :
A A
G1 = 1 – R1. (sin ϕ1 + cos ϕ1.tan θ1) …………...…………………….. (4.2.6.5.3)
dimana :
G1 = AEK/A, dan R1 = P/A, untuk proyeksi horisontal.
Catatan G1 ≥ 0.
d). Sirip vertikal menerus

Untuk sirip vertikal menerus dalam suatu deret seperti pada gambar 4.2.6.5.d.

11 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

Gambar 4.2.6.5.d Denah jendela serta lubang cahaya dengan sirip vertikal menerus

AS = P.Cos ϕ2.tan θ2. - P.sin ϕ2 = P.( Cos ϕ2.tan θ2 - sin ϕ2 )


A EK P
=1- .( Cos ϕ2.tan θ2 - sin ϕ2 ), atau :
A A
G2 = 1 – R2. ( cos ϕ2.tan θ2 - sin ϕ2 ) ………………………………( 4.2.6.5.d )

dimana :

G2 = AEK/A, dan R2 = P/A, untuk sirip vertikal.

Catatan G2 ≥ 0

e). Peneduh berbentuk Kotak

Sarana peneduh berbentuk kotak segiempat dan sirip kombinasi vertikal dan horisontal
seperti ditunjukkan pada gambar 4.2.6.5.e.

G1 = 1 – R1. (sin ϕ1 + cos ϕ1.tan θ1)

G2 = 1 – R2.tan θ2.

Gambar 4.2.6.5.e. Peneduh dengan sirip horisontal dan vertikal

Karena G1 dan G2 bebas satu sama lainnya, maka efek kombinasi dari kedua
komponen dapat dinyatakan sebagai berikut :

12 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

G3 = G1 x G2 ……………………………………………….…………. (4.2.6.5.e)

Catatan G3 ≥ 0.

4.3. Penutup atap

4.3.1. Nilai perpindahan termal atap

4.3.1.1. Nilai perpindahan termal dari penutup atap bangunan gedung dengan orientasi
tertentu, harus dihitung melalui persamaan :
α .( A × U × TD ) + (A × U × ΔT ) + (A × SC × SF )
RTTV = r r Ek s s s .......………...(4.3.1.1)
A
0

dimana :
RTTV = nilai perpindahan termal atap yang memiliki arah atau orientasi tertentu
(Watt/m2).
α = absorbtansi radiasi matahari. [ tabel 4-2.2.(1) dan 4-2.2.(2 )].
Ar = luas atap yang tidak tembus cahaya (m2 ).
As = luas skylight (m2 ).
A0 = luas total atap = Ar + As (m2).
Ur = transmitansi termal atap tak tembus cahaya ( Watt/m2 .K).
TDEk = beda temperatur ekuivalen (K). (lihat tabel 4-3.3).
SC = koeffisien peneduh dari sistem fenestrasi.
SF = faktor radiasi matahari (W/m2).
Us = transmitansi termal fenestrasi (skylight) (W/m2 .K).
ΔT = beda temperatur perencanaan antara bagian luar dan bagian dalam (diambil 5
K)
Bila digunakan lebih dari satu jenis bahan penutup atap, maka transmitansi termal rata-rata
untuk seluruh luasan atap dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :
( A r1 × U r1 ) + ( A r2 × U r2 ) + ................. + ( A rn × U rn )
Ur = ........………………... (4.3.1.2)
A r1 + A r2 + .............. + A rn
dimana :
Ur = transmitansi termal rata-rata atap (W/m2.K).

Ur1, Ur2, Urn = transmitansi termal dari berbagai bagian atap yang berbeda (W/m2.K).

Ar1, Ar2, Arn = luas dari berbagai jenis atap yang berlainan (m2).

Bila digunakan lebih dari satu jenis bahan penutup atap, maka berat atap rata-rata dapat
dihitung berdasarkan persamaan sebagai berikut :

( A r1 × Wr1 ) + ( A r2 × Wr2 ) + ................. + ( A rn × Wrn )


Wr = .......………..….....(4.3.1.3)
A r1 + A r2 + .............. + A rn

dimana :

13 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

Wr = berat atap rata-rata (kg/m2).

Wr1, Wr2, Wrn = berat dari jenis atap yang berlainan (kg/m2).

4.3.2. Transmitansi termal atap (Ur)

Nilai transmitansi termal maksimal penutup atap (Ur), ditunjukkan pada tabel 4.3.2.

Tabel 4.3.2. Nilai transmitansi termal atap (Ur ) maksimal


Berat per satuan luas atap (kg/m2) Transmitansi termal maksimal (W/m2.K)

Di bawah 50 1) 0,5

50 ~ 230 2) 0,8

diatas 230 3) 1,2


Keterangan :
1)
Atap genteng.
2)
Atap beton ringan.
3)
Atap beton ketebalan > 6 inci ( 15 cm )
4.3.3. Beda temperatur ekuivalen atap (TDEk)
Untuk menyederhanakan perhitungan nilai perpindahan termal atap , maka beda temperatur
ekuivalen untuk berbagai penutup atap ditentukan sesuai tabel 4.3.3.

Tabel 4.3.3. Beda temperatur ekuivalen berbagai penutup atap

Berat atap per satuan luas (kg/m2) Beda temperatur ekuivalen (TDEk), K

kurang dari 50 24

50 ~ 230 20

lebih dari 230 16

4.3.4. Faktor radiasi matahari atap (SF)

Nilai faktor radiasi matahari untuk bidang horisontal yang dihitung antara jam 07.00 sampai
dengan 18.00 adalah : SF = 316 Watt/m2.

4.3.5. Koeffisien peneduh atap (SC)

Koeffisien peneduh (SC) untuk skylight dari bahan plastik, tercantum pada tabel 4.3.5.

14 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

Tabel 4.3.5. Koeffisien peneduh (SC) untuk skylight


Lengkung Diffuseringan Penahan (curb) Koeffisien
Transmi-
an (kubah (tembus Tingggi Perbandingan lebar peneduh
tansi ( τ )
= dome) cahaya) terhadap tinggi (SC)
0 ∞ 0,61
Ya
Jernih 0,86 230 5 0,58
0,58
460 2,5 0,50
0 ∞ 0,99
Jernih 0,86 Tidak ada 230 5 0,88
460 2,5 0,80
Bening, 0 ∞ 0,57
tembus 0,52 Tidak ada
cahaya 460 2,5 0,46
Bening, 0 ∞ 0,34
tembus 0,27 Tidak ada 230 5 0,30
cahaya 460 2,5 0,28

Gambar 4.3.5. Skylight

5. Prosedur perancangan

5.1. Pada gambar 5.2 ditunjukkan diagram aliran proses perancangan OTTV, dan
pada gambar 5.3.1.1 dan 5.3.2.1. diagram aliran proses perancangan RTTV.

5.2. Menentukan nilai OTTV.


5.2.1. Tentukan nilai OTTV pada setiap orientasi seperti pada diagram aliran proses
perancangan OTTV pada gambar 5.2. dengan cara sebagai berikut:
a). tentukan nilai WWR (perbandingan antara luas jendela dan luas total dinding luar;

b). tentukan nilai Uw dan Uf;

c). tentukan nilai SC;

d). tentukan nilai TDEk dan ΔT;


e). hitung nilai SF.

15 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

MULAI

Tentukan :
Luas selubung, dan
WWR

Tentukan : a

Tentukan nilai : U

Tentukan : SC

Tentukan :
SF, dan TDEQ

Hitung OTTV
parsial

Tentukan kembali
a , SC, atau Hitung OTTV total
WWR

Tidak
Periksa OTTV kurang
dari 45 W/m2

SELESAI

Gambar 5-2. Diagram aliran proses perancangan dinding luar

16 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

5.2.2. Hitung nilai OTTV sesuai rumus 4.2.1.1.

5.2.3. Periksa apakah nilai OTTV total lebih besar atau lebih kecil atau sama dengan 45
Watt/m2.

a. bila nilai OTTV kurang dari 45 Watt/m2, maka perhitungan selesai;

b. bila nilai OTTV tersebut lebih besar dari 45 Watt/m2, maka perlu dikurangi dengan cara
sebagai berikut:

1). menurunkan angka absorbtivitas;

2). mengurangi angka koeffisien peneduh;

3). ulangi perhitungan dengan nilai-nilai faktor yang baru tersebut sehingga nilai
OTTV kurang dari 45 Watt/m2.

5.3. Menentukan nilai RTTV

5.3.1. Menentukan RTTV atap dengan skylight.

5.3.1.1. Tentukan nilai RTTV pada setiap orientasi seperti pada diagram aliran proses
perancangan pada gambar 5.3.1.1, dengan cara sebagai berikut:

a). tentukan luas skylight As ;

b). tentukan luas atap Ar ;

c). tentukan nilai Ur dan Us;

d). tentukan nilai TDEk dan ΔT;

e). tentukan nilai SC;

f). hitung nilai SF.

5.3.1.2. Hitung nilai RTTV sesuai rumus 4.3.1.1

5.3.1.3. Periksa apakah nilai RTTV total lebih besar atau lebih kecil atau sama dengan 45
Watt/m2.

a). bila nilai tersebut kurang dari 45 Watt/m2, maka perhitungan selesai;

b). bila nilai tersebut lebih besar dari 45 Watt/m2, maka perlu dikurangi dengan cara
sebagai berikut:

1). menurunkan angka absorbtivitas;

2). mengurangi angka koeffisien peneduh;

3). ulangi perhitungan dengan nilai-nilai faktor yang baru tersebut sehingga nilai
RTTV kurang dari 45 Watt/m2.

17 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

MULAI

Tentukan :
Luas lubang cahaya (As).
Luas atap.

Tentukan nilai : U

Tentukan nilai : TD Ek

Tentukan : SC

Hitung : RTTV parsial

Tentukan kembali SC,


Hitung : RTTV Total
Nilai U atau As

Tidak Periksa RTTV kurang


dari
45 Watt/m2

SELESAI

Gambar 5.3.1.1. Diagram aliran proses perancangan atap

18 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

5.3.2. Menentukan RTTV atap tanpa skylight.

5.3.2.1. Tentukan nilai RTTV pada setiap orientasi seperti pada diagram proses aliran
perancangan pada gambar 5.3.2.1. dengan cara sebagai berikut :

a). Tentukan nilai Ur .

b). Bila nilai Ur kurang dari Ur maksimal, perhitungan selesai.

5.3.2.2. Hitung nilai RTTV sesuai rumus 4.3.1.1.

Tentukan nilai U

Periksa nilai U
Tentukan kembali
kurang dari U
konstruksi atap Tidak maksimum ?

SELESAI

Gambar 5.3.2.1. Diagram aliran proses perancangan atap tanpa skylight.

6. Konservasi energi

6.1. Konservasi energi pada selubung bangunan, pengamatannya harus dilakukan


dalam jangka waktu setahun. Pengaruhnya terutama pada penghematan pemakaian beban
chiller.

6.2. Pengukuran dan pencatatan terhadap pemakaian beban chiller harus dilakukan
secara teratur dalam jangka waktu setahun, sebelum dan sesudah dilakukan konservasi
energi

6.3. Hubungan antara OTTV dan beban chiller secara umum dinyatakan dengan
persamaan :

Beban chiller = k1 + k2.(OTTV). ......………………………………………..………..(6.3)

dimana :

19 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

k1 = koeffisien regresi kombinasi dari faktor-faktor internal yang mempengaruhi beban


chiller (seperti pencahayaan, orang, peralatan dan lain-lain).
k2 = k2A x k2B x k2C .
k2A = koeffisien regresi ekuivalen untuk TDEk.
k2B = koeffisien regresi ekuivalen untuk ΔT.
k2C = koeffisien regresi ekuivalen untuk SF
6.4. Dari hasil penelitian negara tetangga terdekat dengan Indonesia, persamaan tersebut
telah lebih dispesifikasikan menjadi bentuk :

HChiller = L0 + ( B x WWR x SC ) .....(Mbtu/m2.tahun) ………...………………….(6.4)

dimana :
HChiller= beban chiller per luas total selubung bangunan (jendela, dinding dan atap).
L0 = beban chiller dari beban internal seperti pencahayaan, orang dan peralatan.
= 786 Mbtu/m2 tahun = 230.400 kWh/m2.tahun.
B = beban konduktif dari jendela, dinding dan atap.
= 1.034 Mbtu/m2 tahun = 303.000 kWh/m2.tahun.
1 tahun = 3050 jam chiller beroperasi.
6.5. Selama belum dilakukan penelitian lebih lanjut di Indonesia, persamaan 6.4
mungkin dapat dipertimbangkan untuk digunakan di Indonesia.

6.6. Penghematan energi pada selubung bangunan bisa diperoleh dengan:

a). Mengganti warna cat dinding luar dari warna gelap ke warna yang lebih terang,
(misalnya dengan mengganti warna cat dinding luar dari abu-abu tua menjadi warna
putih) (modifikasi nilai α );

b). Memasang jendela dengan kaca ganda (modifikasi Uf);

c). Memasang Isolasi pada dinding dan atap (modifikasi Uw dan Ur);

d). Mengurangi angka perbandingan jendela luar dan dinding luar (modifikasi WWR);

e). Memasang alat peneduh pada jendela luar (modifikasi SC).

7. Rekomendasi

7.1. Umum

Untuk dinding konstruksi; atap, lantai, kaca dan plat beton yang merupakan bagian dari
selubung bangunan untuk bangunan gedung yang luas jendela dan pintu kacanya lebih
besar dari 50% dari luas total dinding, harus memenuhi ketentuan seperti ditunjukkan pada
butir 7.2.1 sampai 7.2.3.

7.2. Klasifikasi dinding

Dinding yang berhubungan dengan selubung bangunan diklasifikasikan sesuai butir 7.2.1,
7.2.2, atau 7.2.3.

20 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

7.2.1. Dinding di atas permukaan tanah

Dinding pada bagian luar bangunan dan seluruhnya di atas permukaan tanah atau bagian di
atas permukaan tanah dari besmen atau dinding lantai satu yang lebih dari 15% berada di
atas permukaan tanah.

7.2.2. Dinding di bawah permukaan tanah

Besmen atau dinding di bawah permukaan tanah yang berhubungan dengan dinding luar
dan tidak kurang 85% berada di bawah permukaan tanah.

7.2.3. Dinding dalam

Dinding yang bukan dinding luar bangunan gedung dan yang memisahkan antara bagian
ruang yang dikondisikan dan ruang yang tidak dikondisikan.

7.3. Kriteria

Komponen selubung bangunan harus memenuhi ketentuan sesuai tabel 7.3.(1), 7.3.(2),
7.3.(3) dan 7.3.(4), didasarkan pada prosentase dinding yang di kaca. Prosentase bagian
dinding yang di kaca harus ditentukan dengan membagi total luas bukaan atau kaca (jendela
dan pintu kaca) dari seluruh dinding di atas permukaan tanah dengan total luas selubung
bangunan.

7.4. Susunan atap

Resistansi termal minimum (R) dari bahan isolasi yang dipasang antara rangka atap atau
yang melekat pada penutup atap, mengikuti tabel 7.3.(1), 7.3.(2), 7.3.(3) atau 7.3.(4),
didasarkan pada bahan konstruksi yang digunakan untuk susunan atap.

7.5. Lantai terhadap udara luar atau ruang yang tidak dikondisikan

Resistansi termal minimal (R) dari bahan isolasi yang dipasang antara rangka lantai maupun
yang langsung melekat pada lantai harus mengikuti persyaratan seperti ditunjukkan dalam
tabel 7.3.(1), 7.3.(2), 7.3.(3) atau 7.3.(4), didasarkan pada konstruksi bahan yang digunakan
untuk lapisan lantai.

7.6. Dinding dalam

Resistansi termal minimal (R) dari bahan isolasi yang dipasang pada rongga dinding atau
yang melekat menerus pada dinding dalam harus dipersyaratkan sesuai tabel 7.3.(1), untuk
dinding di atas permukaan tanah, tanpa memperhitungkan luasan kaca, didasarkan pada
jenis rangka dan bahan konstruksi yang digunakan pada lapisan dinding. Sambungan yang
ditutup rapat harus mempunyai kelonggaran untuk mengembang dan menyusutnya bahan
konstruksi.

21 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

Tabel 7.3.(1) : Rekomendasi selubung bangunan jendela dan pintu kaca yang mempunyai
luas 10% atau lebih kecil dari luas didinding diatas permukaan tanah
Unsur Kondisi/Nilai
Skylights (Faktor U). 1
Plat beton atau dinding dibawah
R–0
permukaan tanah (nilai R).
Jendela dan pintu kaca SHGC Faktor U
PF < 0,25 Kecil kecil
0,25 ≤ PF < 0,50 Kecil kecil
PF ≥ 0,50 Kecil kecil
Susunan atap (Nilai R) Isolasi antara rangka Isolasi yang melekat
Semua palang/rangka kayu R-13 R-11
Semua palang/rangka metal R-13 R-12
Plat beton Tidak ada R-11
Gordeng metal dengan balok panas R-19 R-12
Gordeng metal tanpa balok panas R-30 R-12
Lantai yang berada di atas udara luar
atau ruang yang tidak di kondisikan Isolasi antara rangka Isolasi yang melekat
(nilai R)
Semua palang/rangka kayu R-0 R-0
Semua palang/rangka metal R-0 R-0
Plat beton Tidak ada R-0
Rangka
Dinding di atas permukaan tanah. Tanpa rangka Rangka kayu
metal
Dengan rangka
Nilai R rongga. Tidak ada R-0 R-0
Nilai R yang melekat. Tidak ada R-0 R-0
CMU ≥ 8 inci, dengan isolasi yang
menyatu
Nilai R rongga. Tidak ada R-0 R-0
Nilai R yang melekat. R-0 R-0 R-0
Dinding bata lainnya :
Nilai R Rongga. Tidak ada R-0 R-0
Nilai R yang melekat. R-0 R-0 R-0

22 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

Tabel 7.3.(2) : Rekomendasi Selubung Bangunan Jendela dan pintu kaca yang
mempunyai luas 1diatas 0% tetapi tidak lebih besar dari pada 25% dari luas didinding diatas
permukaan tanah

Unsur Kondisi/Nilai
Skylight (Faktor U). 1
Plat beton atau dinding dibawah
R-0
permukaan tanah (nilai R).
Jendela dan pintu kaca SHGC Faktor U
PF < 0,25 0,6 kecil
0,25 ≤ PF < 0,50 0,7 kecil
PF ≥ 0,50 kecil kecil
Susunan atap (Nilai R). Isolasi antara rangka Isolasi yang melekat
Semua palang/rangka kayu R-19 R-14
Semua palang/rangka metal R-19 R-15
Plat beton Tidak ada R-14
Gordeng metal dengan balok panas R-25 R-15
Gordeng metal tanpa balok panas X R-15
Lantai yang berada di atas udara luar
atau ruang yang tidak di kondisikan Isolasi antara rangka Isolasi yang melekat
(nilai R)
Semua palang/rangka kayu R-0 R-0
Semua palang/rangka metal R-0 R-0
Plat beton Tidak ada R-0
Rangka
Dinding di atas permukaan tanah. Tanpa rangka Rangka kayu
metal
Dengan rangka
Nilai R rongga. Tidak ada R-0 R-0
Nilai R yang melekat. Tidak ada R-0 R-0
CMU ≥ 8 inci, dengan isolasi yang
menyatu.
Nilai R rongga. Tidak ada R-0 R-0
Nilai R yang melekat. R-0 R-0 R-0
Dinding bata lainnya :
Nilai R Rongga. Tidak ada R-0 R-0
Nilai R yang melekat. R-0 R-0 R-0

23 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

Tabel 7.3.(3) : Rekomendasi Selubung Bangunan Jendela dan pintu kaca yang
mempunyai luas diatas 25% tetapi tidak lebih besar dari 40% dari luas didinding diatas
permukaan tanah

Unsur Kondisi/Nilai
Skylight (Faktor U). 1
Plat beton atau dinding dibawah
R-0
permukaan tanah (nilai R).
Jendela dan pintu kaca SHGC Faktor U
PF < 0,25 0,4 0,7
0,25 ≤ PF < 0,50 0,5 0,7
PF ≥ 0,50 0,6 0,7
Susunan atap (Nilai R). Isolasi antara rangka Isolasi yang melekat
Semua palang/rangka kayu R-19 R-16
Semua palang/rangka metal R-25 R-17
Plat beton Tidak ada R-16
Gordeng metal dengan balok panas R-25 R-17
Gordeng metal tanpa balok panas X R-17
Lantai yang berada di atas udara luar
atau ruang yang tidak di kondisikan Isolasi antara rangka Isolasi yang melekat
(nilai R)
Semua palang/rangka kayu R-0 R-0
Semua palang/rangka metal R-0 R-0
Plat beton Tidak ada R-0
Rangka
Dinding di atas permukaan tanah. Tanpa rangka Rangka kayu
metal
Dengan rangka
Nilai R rongga. Tidak ada R-0 R-0
Nilai R yang melekat. Tidak ada R-0 R-0
CMU ≥ 8 inci, dengan isolasi yang
menyatu.
Nilai R rongga. Tidak ada R-0 R-0
Nilai R yang melekat. R-0 R-0 R-0
Dinding bata lainnya :
Nilai R Rongga. Tidak ada R-0 R-0
Nilai R yang melekat. R-0 R-0 R-0

24 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

Tabel 7.3.(4) : Rekomendasi Selubung Bangunan Jendela dan pintu kaca yang
mempunyai luas diatas 40% tetapi tidak lebih besar dari 50% dari luas didinding diatas
permukaan tanah
Unsur Kondisi/Nilai
Skylight (Faktor U). 1
Plat beton atau dinding dibawah
R-0
permukaan tanah (nilai R).
Jendela dan pintu kaca SHGC Faktor U
PF < 0,25 0,3 0,7
0,25 ≤ PF < 0,50 0,4 0,7
PF ≥ 0,50 0,5 0,7
Susunan atap (Nilai R). Isolasi antara rangka Isolasi yang melekat
Semua palang/rangka kayu R-19 R-16
Semua palang/rangka metal R-25 R-17
Plat beton Tidak ada R-16
Gordeng metal dengan balok panas R-25 R-17
Gordeng metal tanpa balok panas R-30 R-17
Lantai yang berada di atas udara luar atau
Isolasi antara rangka Isolasi yang melekat
ruang yang tidak di kondisikan (nilai R)
Semua palang/rangka kayu R-0 R-0
Semua palang/rangka metal R-0 R-0
Plat beton Tidak ada R-0
Rangka
Dinding di atas permukaan tanah. Tanpa rangka Rangka kayu
metal
Dengan rangka
Nilai R rongga. Tidak ada R-0 R-0
Nilai R yang melekat. Tidak ada R-0 R-0
CMU ≥ 8 inci, dengan isolasi yang
menyatu.
Nilai R rongga. Tidak ada R-0 R-0
Nilai R yang melekat. R-0 R-0 R-0
Dinding bata lainnya :
Nilai R Rongga. Tidak ada R-0 R-0
Nilai R yang melekat. R-0 R-0 R-0

25 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

Apendiks A
Contoh menghitung OTTV selubung bangunan pada bangunan gedung

A.1 Sketsa

26 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

A.2 Menghitung nilai U

A.2.1 Untuk balok beton

b
Komponen R
K
film udara luar 0,044
0,012
ubin mosaic 0,009
1,298
0,250
balok beton 0,173
1,442
film udara dalam 0,120

Total R : 0,346

1 1
U = = = 2,89 W/m2.K
R 0,346

Berat = ( 2640 x 0,012) + (2400 x 0,25) = 632 kg/m2.

TDEK = 10 K.

A.2.2 Untuk dinding bata

27 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

b
Komponen R
K
film udara luar 0,044
0,012
ubin mosaic 12 mm 0,009
1,298
0,115
dinding bata 115 mm 0,143
0,807
0,012
plesteran semen 12 mm 0,023
0,533
0,050
fibreglass 50 mm 1,429
0,035
0,012
Papan gypsum 12 mm 0,071
0,170
film udara dalam 0,120
Total R : 1,839

1 1
U = = = 0,5489 W/m2.K
R 1,839
Berat = (2640 x 0,012) + (1760 x 0,115) + (1568 x 0,012) + (32 x 0,05)+
+ (880 x 0,012) = 265 kg/m2.
TDEK = 10 K.

A.2.3 Jendela kaca

b
Komponen R
K
film udara luar 0,044
0,008
kaca luar 8 mm 0,008
1,053
ruang udara 0,160
0,06
kaca dalam 6 mm 0,006
1,053
film udara dalam 0,120
Total R : 0,338

28 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

1 1
U = = = 2,96 W/m2.K
R 0,338
SC = 0,5 (diberikan).
A.3 Perhitungan luas

A.3.1 Untuk dinding menghadap utara

a). dinding plat beton Aw1 = 0,5 x 32 = 16,0 m2;

b). dinding bata Aw2 = 1,7 x 32 = 54,4 m2;

c). kaca Af = 1,5 x 32 = 48,0 m2 .

A.3.2 Untuk dinding menghadap Selatan

a). dinding plat beton Aw1 = 0,5 x 18 = 9,0 m2;

b). dinding bata Aw2 = 1,7 x 18 = 30,6 m2;

c). kaca Af = 1,5 x 18 = 27,0 m2.

A.3.3 Untuk dinding menghadap Timur.

a). dinding plat beton Aw1 = 0,5 x 9 = 4,5 m2;

b). dinding bata Aw2 = 1,7 x 9 = 15,3 m2;

c). kaca Af = 1,5 x 9 = 13,5 m2.

A.3.4 Untuk dinding menghadap Barat.

Luasnya sama seperti dinding menghadap Timur.

A.4 Perhitungan OTTV.

A.4.1 Untuk dinding menghadap Utara


(16 x 2,89 x10) + ( 54,4 x 0,54 x 10) + 48 {(2,96 x 5) + (0,5 x 130 x 0,72)}
OTTV=
16 + 54,4 + 48
1509,35
= = 31,36 W/m2.
33,3

A.4.2 Untuk dinding menghadap Selatan.


(9 x 2,89 x10) + (30,6 x 0,54 x 10) + 27 {(2,96 x 5) + (0,5 x 130 x 0,74)}
OTTV=
9 + 30,6 + 27
2123,64 2
= = 31,89 W/m .
66,6

29 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

A.4.3 Untuk dinding menghadap Timur dan Barat.


(4,5 x 2,89 x10) + ( 15,3 x 0,54 x 10) + 13,5 {(2,96 x 5) + (0,5 x 130 x 1,25)}
OTTV =
4,5 + 15,3 + 13,5
1509,35 2
= = 45.3 W/m .
33,3
A.4.4 Untuk keseluruhan bangunan.
3712,96 + 2123,64 + 1509,35 + 1509,35 8855,3
OTTV = =
118,4 + 66,6 + 33,3 + 33,3 251,6
= 35,2 W/m2.
A.5 Formulir isian perhitungan OTTV

a). Untuk mempermudah perhitungan OTTV dari selubung bangunan, dibuat formulir
seperti ditunjukkan pada Formulir A.1 dibawah ini.

b). Hasil perhitungan dari contoh diatas dengan menggunakan Formulir A.1, ditunjukkan
pada Formulir A.2.

30 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

Formulir A.1

PERHITUNGAN OTTV TOTAL

DINDING : PENAMBAHAN KALOR MATAHARI

Arah Mata Angin Bahan Luas TD(ek) U α Sub Total Total

Sub Total

KACA : PENAMBAHAN KALOR MATAHARI


Arah Mata Angin Bahan Luas SC SF Faktor Sub Total Total

Sub Total

31 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

KACA : PENAMBAHAN KALOR TRANSMISI


Arah Mata Angin Bahan Luas DT U Faktor Sub Total Total

Sub Total

TOTAL

OTTV :

32 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

Formulir A.2

PERHITUNGAN OTTV TOTAL


DINDING : PENAMBAHAN KALOR MATAHARI

Arah Mata
Bahan Luas TD(ek) U α Sub Total Total
Angin

U U D-1 16 10 2.89 1 462.4

U D-2 54.4 10 0.54 1 293.76

S D-1 9 10 2.89 1 260.10

S D-2 30.6 10 0.54 1 165.24

T D-1 4.5 10 2.89 1 130.05

T D-2 15.3 10 0.54 1 82.62

B D-1 4.5 10 2.89 1 130.05

B D-2 15.3 10 0.54 1 82.62

Sub Total 149.6 1606.84

KACA : PENAMBAHAN KALOR MATAHARI

Arah Mata
Bahan Luas SC SF Faktor Sub Total Total
Angin

U K-1 48 0.5 130 0.72 2246.4

S K-1 27 0.5 130 0.74 1298.7

T K-1 13.5 0.5 130 1.25 1096.875

B K-1 13.5 0.5 130 1.25 1096.875

Sub Total 5738.85

33 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

KACA : PENAMBAHAN KALOR TRANSMISI


Arah Mata
Bahan Luas ΔT U Faktor Sub Total Total
Angin

U K-1 48 5 2.96 1 710.4

S K-1 27 5 2.96 1 399.6

T K-1 13.5 5 2.96 1 199.8

B K-1 13.5 5 2.96 1 199.8

Sub Total 1509.60

TOTAL 251.6 8,855.29

OTTV : 35.20

34 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

Apendiks B : Daftar nilai Uw dan Ro, konstruksi dinding, atap dan lantai

35 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

36 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

37 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

38 dari 39
SNI 03- 6389- 2000

Bibliografi

[1] ASEAN-USAID, Building Energy Conservation Project, ASEAN – Lawrence


Berkeley Laboratory, 1992.

[2] ASHRAE, Standard on Energy Conservation in New Building Design, 1980.

[3] The Development & Building Control Division (PWD) Singapore: “Handbook on
Energy Conservation in Buildings and Building Services”, 1992.

[4] BOCA, International Energy Conservation Code, 2000

[5] ASHRAE, ASHRAE Handbook, Fundamentals, 1993.

39 dari 39

Anda mungkin juga menyukai