Anda di halaman 1dari 6

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No.

2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-35

Studi Penanggulangan Banjir Kali Lamong


Terhadap Genangan di Kabupaten Gresik
Gemma Galgani Tunjung Dewandaru, dan Umboro Lasminto
Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111
E-mail: umboro_hydro@yahoo.com

Abstrak—Kali Lamong berada di Propinsi Jawa Timur. perbaikan dengan meninggikan jalan raya dan memberi
Bagian hulu Kali Lamong terletak di Kabupaten Lamongan dan tanggul di daerah-daerah rawan banjir. Namun banjir masih
Mojokerto, sedangkan bagian hilirnya berada di perbatasan tetap terjadi, meskipun tidak separah sebelumnya[2]. Oleh
Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik, serta bermuara di Selat karena itu, untuk menanggulangi banjir secara tuntas dan
Madura. Daerah Aliran Kali Lamong memiliki luas ± 720 km2, efektif, diperlukan studi yang diharapkan dapat digunakan
dengan panjang alur sungai ± 103 km. Debit Kali Lamong
untuk menyelesaikan permasalahan di Kali Lamong. Dalam
cenderung besar, namun tidak mampu dialirkan dengan baik,
sehingga air sungai meluap dan mengakibatkan Kabupaten tugas akhir ini akan dilakukan studi mengenai permasalahan
Gresik mengalami banjir hampir setiap tahun. Untuk banjir Kali Lamong dan upaya penanggulangannya.
menangani permasalahan banjir tersebut, dalam tugas akhir ini
dilakukan studi mengenai permasalahan banjir Kali Lamong
II. METODE
dan upaya penanggulangannya. Dalam studi ini, dilakukan
analisis hidrologi, analisis hidrolika dan analisis
penanggulangan banjir. Dalam Tugas Akhir ini, dilakukan
analisis pengendalian banjir dengan waduk. Berdasarkan
analisis tersebut, terjadi penurunan debit banjir dari Q25 =
460,282 m3/detik, menjadi Q25 = 223,9 m3/detik. Meskipun
debit telah turun, namun masih terjadi luapan pada penampang
Kali Lamong. Oleh karena itu, dilakukan analisis
penanggulangan banjir dengan perbaikan penampang sungai
dan peninggian tanggul, sehingga luapan Kali Lamong di
Kabupaten Gresik dapat teratasi.

Kata Kunci—Kabupaten Gresik, Kali Lamong, normalisasi,


studi banjir, waduk

I. PENDAHULUAN

K ALI Lamong memiliki luas Daerah Aliran Sungai


(DAS) ± 720 km2 dengan panjang alur sungai ± 103 km.
Bagian hulu Kali Lamong terletak di daerah Kabupaten
Lamongan dan Kabupaten Mojokerto, yang berawal dari
pegunungan Kendeng, sedang bagian hilirnya berada di
perbatasan antara Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik, serta
bermuara di Selat Madura. Kali Lamong memiliki beberapa
anak sungai, seperti Kali Gondang, Kali Cermenlerek, Kali
Menganti dan Kali Iker-iker[1].
Pada musim hujan, debit Kali Lamong cenderung
besar. Namun, besarnya debit ini tidak mampu dialirkan
dengan baik, sehingga air sungai meluap dan mengakibatkan
banjir di hampir setiap tahun. Banjir akibat luapan Kali
Lamong itu biasa terjadi ketika Gresik, Lamongan dan
Mojokerto mengalami hujan deras. Banjir tersebut
mengakibatkan tergenangnya desa, sawah, dan jalan.
Berdasarkan data kejadian banjir Kali Lamong milik Dinas
PU Pengairan Jawa Timur, banjir akibat luapan Kali Lamong
di Kabupaten Gresik, terutama terjadi di Kecamatan Benjeng,
Balongpanggang, Cerme, dan Menganti[2]. Gambar 1 Diagram alir metode yang digunakan dalam studi penanggulangan
Pemerintah Kabupaten Gresik sudah melakukan beberapa banjir Kali Lamong terhadap genangan di Kabupaten Gresik.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-36

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Tabel Nilai Kritis Do Uji Smirnov-Kolmogorov,
untuk derajat kepercayaan 5% dan N = 10, diperoleh nilai Do
A. Analisis Hidrologi sebesar 0,41[5]. Pada perhitungan uji Smirnov-Kolmogorov
Tabel 1 menunjukkan curah hujan rata-rata maksimum untuk distribusi Pearson Tipe III, diperoleh Dmax = 0,102,
daerah aliran Kali Lamong, yang dianalisis berdasarkan data sedangkan untuk distribusi Log Pearson Tipe III, diperoleh
curah hujan harian dari Stasiun Bluluk, Stasiun Ngimbang, Dmax = 0,102. Jadi, Dmax < D0, sehingga persamaan distribusi
Stasiun Benjeng, dan Stasiun Cerme. Data curah hujan 10 Pearson Tipe III dapat diterima.
tahun, yaitu Tahun 2003 sampai 2012, dianilisis dengan
metode Poligon Thiessen. Metode tersebut dipilih karena Tabel 3.
Kesimpulan Uji Kecocokan Distribusi
stasiun-stasiun hujan tersebut, tidak tersebar secara Uji Kecocokan
merata[3]. Persamaan
Chi - Kuadrat Smirnov - Kolmogorov
Distribusi
Xh2 < X2 Ket Dmaks < Do Ket
Tabel 1. Pearson
Curah hujan rata-rata maksimum DAS Lamong Tahun 2003 – 2012 (diurutkan Tipe III
0,4 < 3.841 OK 0,102 < 0.41 OK
dari nilai terbesar ke nilai terkecil)
Log Pearson
0,4 < 3.841 OK 0,122 < 0.41 OK
No Tahun R24 (mm) Tipe III

1 2012 84,63
2 2006 68,28 Tabel 4 menunjukkan kesimpulan tinggi curah hujan
3 2005 64,72 daerah aliran Kali Lamong. Berdasarkan uji kecocokan
4 2009 60,71
5 2011 58,57 distribusi, diketahui bahwa kedua metode distribusi
6 2010 56,45 memenuhi syarat uji kecocokan distribusi. Oleh karena itu,
7 2003 53,71 curah hujan rencana ditentukan berdasarkan curah hujan
8 2008 48,36
9 2004 48,26 tertinggi yang diperoleh dari hasil perhitungan kedua metode
10 2007 47,99 distribusi.

Tabel 4.
Tabel 2 menunjukkan kesimpulan analisis statistika dari Curah Hujan Rencana Periode Ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun
data curah hujan rata-rata maksimum daerah aliran Kali
Periode
Lamong. Pada perhitungan parameter statistik, diperoleh Cs Ulang
Kemencengan
k S
= 1,258 dan Ck = 5,616, untuk distribusi Normal, Gumbel, (Cs) (mm)
(Tahun)
dan Pearson Tipe III; serta Cs = 0,854 dan Ck = 4,516, untuk 2 59,167 1,258 -0,204 11,368 56,852
distribusi Log Pearson Tipe III, dan Log Normal. 5 59,167 1,258 0,724 11,368 67,4
Berdasarkan hasil tersebut, dipilih dua metode distribusi yang 10 59,167 1,258 1,339 11,368 74,39
25 59,167 1,258 2,099 11,368 83,027
memenuhi sifat-sifat khas parameter statistikanya, yaitu 50 59,167 1,258 2,649 11,368 89,282
distribusi Pearson Tipe III dengan Cs dan Ck yang fleksibel; 100 59,167 1,258 3,184 11,368 95,366
dan distribusi Log Pearson Type III dengan 0 < Cs < 9[4].

Tabel 2.
Kesimpulan Analisis Statistika
Sifat Distribusi Perhitungan
Persamaan
Ket
Distribusi
Cs Ck Cs Ck
Normal 0 3 1,258 5,616 Not OK
Gumbel 1,139 5,402 1,258 5,616 Not OK
Pearson Tipe
fleksibel fleksibel 1,258 5,616 OK
III
Log Pearson
0 < Cs < 9 0,854 4,516 OK
Tipe III
Cs≠0
Log Normal 0,854 4,516 Not OK
Cs=3Cv+Cv=0,133
Gambar 1. Hidrograf banjir Kali Lamong periode ulang 25 tahun.
Tabel 3 menunjukkan kesimpulan uji kecocokan distribusi
dari data curah hujan rata-rata maksimum daerah aliran Kali Oleh karena hujan terpusat di Indonesia tidak lebih dari
Lamong. Berdasarkan tabel nilai kritis Uji Chi-Kuadrat, tujuh jam, maka durasi optimum hujan rencana Kali Lamong
diperoleh nilai kritis untuk derajat kebebasan (dk) = 4-2-1 = ditentukan selama lima jam[1]. Berdasarkan data guna lahan,
1, dan derajat kepercayaan () = 5% adalah X2 = 3,841[3,4]. diperoleh koefisen pengaliran dari daerah aliran Kali Lamong
Pada perhitungan uji Chi-Kuadrat untuk distribusi Pearson adalah 0,514. Berdasarkan koefisien pengaliran dan curah
Tipe III dan Log Pearson Tipe III, diperoleh Xh2 = 0,4. Jadi, hujan rencana, dilakukan perhitungan distribusi curah hujan
Xh2 < X2, yaitu 0,4 < 3,841, sehingga persamaan distribusi efektif selama durasi hujan. Berdasarkan karakteristik daerah
Pearson Tipe III dan Log Pearson Tipe III dapat diterima. aliran Kali Lamong, dibuat hidrograf satuan sintetik
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-37
Kali Lamong P lan: kondisi eksisting 13-Jun-14

nakayasu. Berdasarkan distribusi curah hujan efektif dan .03 .04 .03
8
hidrograf satuan tersebut, dilakukan perhitungan debit banjir Legend

rencana untuk masing-masing periode ulang. Untuk periode 6


EG PF 1

ulang 25 tahun, diperoleh Q25 = 460, 282 m 3/detik, dengan WS PF 1

Elevation (m)
Crit PF 1
kurva hidrograf ditunjukkan dalam Gambar 1. 4
Ground

B. Analisis Hidrolika 2
Levee
Bank Sta
Dalam Tugas Akhir ini, analisis hidrolika dilakukan
0
dengan menggunakan program bantu HEC-RAS. Dalam
analisis hidrolika, terdapat dua jenis aliran yaitu steady flow -2
0 50 100 150 200
dan unsteady flow. Steady flow adalah aliran yang komponen
Kali Lamong Station
P lan: (m) eksisting
kondisi 13-Jun-14
alirannya, yaitu kecepatan dan debit, tidak berubah terhadap (a)
waktu, sedangkan unsteady flow merupakan aliran yang .04 .03
2
komponen alirannya berubah terhadap waktu[6]. Legend

Pada tugas akhir ini, analisis hidrolika ditujukan untuk 1 EG PF 1

mengetahui kemampuan sungai dalam menerima debit banjir 0


WS PF 1

Elevation (m)
Crit PF 1
yang ada, dan tidak ditinjau perubahan debit yang terjadi -1
Ground
pada setiap titik dalam penampang sungai. Oleh karena itu,
-2 Levee
dalam tugas akhir ini, akan dilakukan pemodelan steady flow. Bank Sta
-3
Asumsi yang digunakan dalam pemodelan ditunjukkan dalam
Tabel 5. -4

-5
0 20 40 60 80 100 120 140
Tabel 5.
Asumsi Dalam Analisis Hidrolika Kali Lamong Pada Kondisi Eksisting Station (m)
Kali Lamong (b) eksisting
P lan: kondisi 13-Jun-14
Kali Lamong Lamong
No. Asumsi Pemodelan Hidrolika 8 Legend

Penampang sungai dimodelkan berdasarkan data pengukuran 6 EG PF 1


1.
penampang eksisting, sepanjang ± 20,5 km dari hilir Kali Lamong. WS PF 1
2. Pemodelan aliran sungai dilakukan dengan analisis steady flow. 4
Crit PF 1
Angka koefisien manning disesuaikan dengan kondisi eksisting
Elevation (m)

3. 2 Ground
sungai.
Debit yang digunakan adalah debit banjir rencana periode ulang 0
4.
25 tahun, yaitu Q25 = 460,282 m3/detik.
Bagian hulu sungai berada pada kondisi normal dengan -2
5.
kemiringan sungai sebagai kondisi batas. -4
Muka air pada bagian hilir sungai dimodelkan pada elevasi
6.
maksimum penampang (kapasitas penampang penuh) -6
Dalam pemodelan, dipilih tipe aliran mixed, yang merupakan
7. -8
kombinasi dari aliran subkritis dan superkritis. 0 5000 10000 15000 20000
Main Channel Distance (m)
(c)
Berdasarkan output dari program HEC-RAS, diketahui Gambar 2. Hasil pemodelan hidrolika Kali Lamong pada kondisi eksisting: (a)
bahwa pada hampir seluruh potongan melintang, elevasi profil P200; (b) profil P17; dan (c) profil memanjang sungai.
muka air melebihi ketinggian tanggul sungai, kecuali P17,
C. Analisis Pengendalian Banjir
dan P9 sampai P0. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Kali
Lamong tidak mampu mengalirkan debit rencana. Gambar 2a Berdasarkan analisis hidrolika, diketahui bahwa Kali
menunjukkan profil melintang sungai yang mengalami Lamong pada kondisi eksisting tidak mampu mengalirkan
luapan, yaitu P200; Gambar 2b menunjukkan profil debit banjir rencana. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
melintang sungai yang tidak mengalami luapan, yaitu P17; maka dilakukan analisis berbagai upaya pengendalian banjir
sedangkan Gambar 2c menunjukkan profil muka air yang mungkin dilakukan pada daerah pengaliran Kali
berdasarkan profil memanjang sungai. Lamong.
Dalam Tugas Akhir ini, dilakukan pengendalian banjir
dengan metode tampungan. Untuk keperluan tersebut, dipilih
beberapa lokasi yang memiliki potensi untuk dijadikan
tampungan pengendali banjir. Berdasarkan lokasi
tampungan, daerah aliran Kali Lamong dibagi menjadi tiga
subdas, yaitu subdas Jublang dan subdas Gondang, dengan
sebuah waduk pengendali banjir pada masing-masing subdas,
serta subdas Iker-iker, tanpa waduk pengendali banjir.
Pembagian subdas tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-38

Gambar 3. Pembagian Subdas Kali Lamong dan Lokasi Tampungan

Berdasarkan pembagian subdas, kemudian dilakukan


penelusuran banjir dari hulu Kali Lamong sampai P200, yang (b)
berlokasi ± 20,5 km dari hilir Kali Lamong. Penelusuran
banjir merupakan prosedur untuk memperkirakan hidrograf
pada suatu titik tertentu di sungai berdasarkan pengamatan
hidrograf di titik lain. Berdasarkan penelusuran banjir
tersebut, akan diperoleh hidrograf aliran yang masuk dan
keluar dari masing-masing waduk, dan hidrograf aliran yang
masuk ke P200 dari masing-masing subdas, sehingga
akhirnya diperoleh hidrograf aliran yang menjadi kondisi
batas hulu dalam analisis hidrolika dengan program bantu
HEC-RAS.
Gambar 3a menunjukkan hidrograf aliran yang masuk dan
keluar dari waduk pada subdas Jublang. Gambar 3b
menunjukkan hidrograf aliran yang masuk dan keluar dari (c)

waduk pada subdas Gondang. Gambar 3c menunjukkan


hidrograf aliran yang keluar dari subdas Iker-iker. Gambar 3d
menunjukkan hidrograf aliran yang masuk ke P200 dari
masing-masing subdas, serta hasil superposisi dari hidrograf-
hidrograf tersebut, yang merupakan kondisi batas hulu dalam
analisis hidrolika dengan program bantu HEC-RAS.
Berdasarkan superposisi tersebut, diperoleh debit banjir
rencana periode ulang 25 tahun adalah Q25 = 233,9 m3/detik

(d)
Gambar 3. Hidrograf berdasarkan penelusuran banjir: (a) hidrograf inflow-
outflow waduk pada subdas Jublang; (b) hidrograf inflow-outflow waduk pada
subdas Gondang; (c) hidrograf outflow dari subdas Iker-iker; (d) superposisi dari
hidrograf outflow dari masing-masing subdas.

Bedasarkan hasil penelusuran banjir, maka dilakukan


analisis hidrolika untuk kondisi setelah pengendalian banjir
dengan waduk. Asumsi yang digunakan dalam pemodelan
(a) ditunjukkan dalam Tabel 6.

Tabel 6.
Asumsi Dalam Analisis Hidrolika Kali Lamong Pada Kondisi Pengendalian
Banjir dengan Waduk

No. Asumsi Pemodelan Hidrolika

Penampang sungai dimodelkan berdasarkan data pengukuran


1.
penampang eksisting, sepanjang ± 20,5 km dari hilir Kali Lamong.
2. Pemodelan aliran sungai dilakukan dengan analisis steady flow.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-39

Angka koefisien manning disesuaikan dengan kondisi eksisting


3.
sungai.
Debit yang digunakan adalah debit maksimum dari analisis Berdasarkan analisis hidrolika, diketahui bahwa Kali
4. Lamong setelah pengendalian banjir dengan waduk masih
pengandalian banjir dengan waduk, yaitu Q25 = 223,9 m3/detik.
Bagian hulu sungai berada pada kondisi normal dengan belum mampu mengalirkan debit banjir rencana. Oleh karena
5.
kemiringan sungai sebagai kondisi batas.
Muka air pada bagian hilir sungai dimodelkan pada elevasi
itu, dilakukan analisis perbaikan penampang sungai untuk
6. memperbesar kapasitas sungai pada daerah yang mengalami
maksimum penampang (kapasitas penampang penuh)
7.
Dalam pemodelan, dipilih tipe aliran mixed, yang merupakan luapan, yaitu P200 sampai P36.
kombinasi dari aliran subkritis dan superkritis.
Pada penampang sungai P200 sampai P36, direncanakan
normalisasi dengan bentuk trapesium berganda. Untuk
Berdasarkan output dari program HEC-RAS, diketahui menghindarkan tebing dari kelongsoran, kemiringan tebing
bahwa pada hampir seluruh potongan melintang, elevasi sungai direncanakan 1:1 sampai 1:2, yang disesuaikan
muka air masih melebihi ketinggian tanggul sungai, kecuali dengan penampang sungai eksisting. Elevasi dasar sungai
P35 sampai P0, dan P38. Jadi, dapat disimpulkan bahwa menggunakan elevasi eksisting. Berdasarkan perencanaan
setelah pengendalian banjir dengan waduk, Kali Lamong tersebut, dilakukan kembali pemodelan hidrolika dengan
masih belum mampu mengalirkan debit rencana. Gambar 4a program bantu HEC-RAS.
menunjukkan profil melintang sungai yang mengalami Berdasarkan output dari program HEC-RAS, diketahui
luapan, yaitu P200; Gambar 4b menunjukkan profil bahwa pada hampir seluruh potongan melintang, elevasi
melintang sungai yang tidak mengalami luapan, yaitu P38; muka air masih melebihi ketinggian tanggul sungai, kecuali
sedangkan Gambar 4c menunjukkan profil muka air P39 sampai P0, dan P41, P101, P114, P117 sampai P139,
berdasarkan profil memanjang
Kali Lamong P lan: sungai.
1) tampungan 2) eksisting
P143 sampai P157, P160 sampai P161, P163, P167, P170,
P178, P193, P196, P198, dan P200. Jadi, dapat disimpulkan
8 Leg end

EG PF 1 - eksist ing
bahwa setelah perbaikan penampang sungai, Kali Lamong
6 WS PF 1 - eksisting masih belum mampu mengalirkan debit rencana. Gambar 5a
EG PF 1 - t ampungan
menunjukkan profil melintang sungai yang mengalami
Elevation (m)

WS PF 1 - t ampungan
4 - eksisting
luapan, yaitu P199; Gambar 5b menunjukkan profil
G round - eksisting

2
Levee - eksist ing melintang sungai yang tidak mengalami luapan, yaitu P200;
Bank St a - eksist ing

- t ampungan
sedangkan Gambar 5c menunjukkan profil muka air
Kali Lamong Plan: 1) tamp&norm 2) eksisting
0 G round - t ampungan berdasarkan profil memanjang sungai.
Levee - t ampungan

Bank St a - t ampungan
-2 8 Leg end
0 50 100 150 200
Kali Lamong P lan: 1) tampungan 2) eksisting
EG PF 1 - eksisting
Station (m)
6 WS PF 1 - eksisting
(a)
EG PF 1 - tamp&norm
2 Leg end
Elevation (m)

WS PF 1 - tamp&norm
EG PF 1 - eksisting
1 4 - eksisting
WS PF 1 - eksisting
Ground - eksisting
EG PF 1 - tampungan
0 Levee - eksisting
Elevation (m)

WS PF 1 - tampungan 2
- eksisting Bank Sta - eksisting
-1
Ground - eksisting - tamp&norm

-2 Levee - eksisting 0 Ground - tamp&norm


Bank Sta - eksisting Levee - tamp&norm
-3 - tampungan Bank Sta - tamp&norm
Ground - tampungan -2
-4 0 50 100 150 200
Levee - tampungan Kali Lamong P lan: 1) tamp&norm 2) eksisting
Bank Sta - tampungan Station (m)
-5
0 20 40 60 80 100 120 140 (a)
8 Leg end
Station (m)
EG PF 1 - eksisting
Kali Lamong Plan: 1) tampungan(b)
08-Jul-14 2) eksisting 08-Jul-14
6 WS PF 1 - eksisting
Kali Lamong Lamong EG PF 1 - tamp&norm
8 Legend
Elevation (m)

WS PF 1 - tamp&norm

6 EG PF 1 - eksisting 4 - eksisting

EG PF 1 - tampungan Ground - eksisting


4 Levee - eksisting
WS PF 1 - eks is ting 2
Bank Sta - eksisting
WS PF 1 - tampung an
Elevation (m)

2 - tamp&norm
Ground
0 Ground - tamp&norm
0
LOB Levee - tamp&norm

ROB Bank Sta - tamp&norm


-2
-2
Ground 0 20 40 60 80 100
-4
Station (m)
-6 (b)
-8
0 5000 10000 15000 20000
Main Channel Distance (m)
(c)
Gambar 4. Hasil pemodelan hidrolika Kali Lamong pada kondisi setelah
pengendalian banjir dengan waduk dibandingkan dengan kondisi eksisting:
(a) profil P200; (b) profil P38; dan (c) profil memanjang sungai.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-40
Kali Lamong Plan: 1) tamp&norm 08-Jul-14 2) eksisting 08-Jul-14 Kali Lamong Plan: 1) tam&nor&tang 08-J ul-14 2) eksisting 08-Jul-14

Kali Lamong Lamong Kali Lamong Lamong


8 Legend 8 Legend

6 EG PF 1 - eksisting 6 EG PF 1 - eksisting

EG PF 1 - tamp&norm EG PF 1 - tam&nor&tang
4 4
WS PF 1 - eks is ting WS PF 1 - eks is ting

WS PF 1 - tamp&norm WS PF 1 - tam&nor&tang

Elevation (m)
Elevation (m)

2 2
Ground Ground
0 0
LOB LOB

-2 ROB -2 ROB

Ground Ground
-4 -4

-6 -6

-8 -8
0 5000 10000 15000 20000 0 5000 10000 15000 20000
Main Channel Distance (m) Main Channel Distance (m)
(c) (b)
Gambar 5. Hasil pemodelan hidrolika Kali Lamong pada kondisi setelah Gambar 6. Hasil pemodelan hidrolika Kali Lamong pada kondisi setelah
perbaikan penampang dibandingkan dengan kondisi eksisting: (a) profil P199; peninggian tanggul dibandingkan dengan kondisi eksisting: (a) profil P199; (b)
(b) profil P200; dan (c) profil memanjang sungai. profil memanjang sungai.

Berdasarkan analisis hidrolika, diketahui bahwa Kali


IV. KESIMPULAN
Lamong setelah perbaikan penampang masih belum mampu
mengalirkan debit banjir rencana. Oleh karena itu, dilakukan Berdasarkan studi yang telah dilakukan, diketahui bahwa
analisis peninggian tanggul pada daerah yang masih luapan air di hilir Kali Lamong terjadi karena adanya debit
mengalami luapan, untuk memperbesar kapasitas sungai pada banjir yang besar dari hulu, tanpa disertai upaya
daerah tersebut. pengendalian. Berdasarkan analisis hidrolika, diketahui
Pada penampang sungai yang masih mengalami luapan, bahwa kapasitas Kali Lamong pada kondisi eksisting tidak
direncanakan peninggian tanggul 0,5 sampai 2 meter, mampu mengalirkan debit banjir rencana, sehingga
tergantung dari tinggi muka air banjir setelah perencanaan diperlukan upaya pengendalian banjir. Berdasarkan analisis
waduk dan perbaikan penampang. Berdasarkan perencanaan pengendalian banjir dengan waduk, diketahui bahwa waduk
tersebut, dilakukan kembali pemodelan hidrolika dengan dan kolam tampungan mampu menurunkan debit banjir
program bantu HEC-RAS. rencana, dengan cara menampung volume air yang
Berdasarkan output dari program HEC-RAS, diketahui dihasilkan oleh debit banjir, sehingga debit banjir turun dan
bahwa pada seluruh potongan melintang, elevasi muka air waktu distribusi hujan menjadi lebih panjang. Berdasarkan
tidak melebihi ketinggian tanggul sungai. Jadi, dapat analisis pengendalian banjir dengan waduk, diperoleh
disimpulkan bahwa setelah peninggian tanggul, Kali Lamong penurunan debit banjir yang masuk ke hilir Kali Lamong,
mampu mengalirkan debit rencana, dan luapan pada seluruh yaitu dari Q25 = 460,282 m3/detik menjadi Q25 = 223,9
penampang sungai dapat teratasi. Gambar 6a menunjukkan m3/detik. Meskipun debit berkurang, tetapi masih terjadi
profil melintang sungai yang tidak mengalami luapan, yaitu luapan air di beberapa bagian penampang Kali Lamong. Oleh
P199; sedangkan Gambar 6b menunjukkan profil muka air karena itu, diperlukan perbaikan penampang sungai dan
Kali Lamong
berdasarkan P lan: 1) tam&nor&tang
profil memanjang sungai. 2) eksisting peninggian tanggul untuk menambah kapasitas Kali Lamong,
sehingga luapan dapat teratasi. Jadi, dapat direkomendasikan
8 Leg end bahwa untuk menanggulangi genangan di Kabupaten Gresik,
EG PF 1 - eksisting
WS PF 1 - eksisting
perlu dilakukan pengendalian banjir dengan waduk,
6
EG PF 1 - tam&nor&tang perbaikan penampang sungai, dan peninggian tanggul
Elevation (m)

WS PF 1 - tam&nor&tang
4 - eksisting
sungai.
Ground - eksisting

Levee - eksisting
2
Bank Sta - eksisting

- tam&nor&tang
DAFTAR PUSTAKA
0 Ground - tam&nor&tang
[1] Detail Desain dan Amdal Kali Lamong Kabupaten Gresik. Laporan
Levee - tam&nor&tang
Geologi / Mekanika Tanah PT Ika Adya Perkasa Consulting & General
Bank Sta - tam&nor&tang
-2 Trading, Malang, Jawa Timur.
0 20 40 60 80 100
[2] Kejadian Banjir Kali Lamong. Data Dinas Pekerjaan Umum Pengairan
Station (m) Provinsi Jawa Timur, Surabaya, Jawa Timur.
(a) [3] Sosrodarsono S., Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita (2006).
[4] Soemarto C. D., Hidrologi Teknik, Edisi 2. Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama (1999).
[5] Soewarno, Hidrologi: Aplikasi Metode Statistik untuk Analisis Data Jilid
1. Bandung: NOVA. (1995).
[6] Chow, V. T., Hidrolika Saluran Terbuka. Diterjemahkan oleh E.V. Nensi
Rosalina. Jakarta: Penerbit Erlangga (1992).

Anda mungkin juga menyukai