Abstrak—Kali Lamong berada di Propinsi Jawa Timur. perbaikan dengan meninggikan jalan raya dan memberi
Bagian hulu Kali Lamong terletak di Kabupaten Lamongan dan tanggul di daerah-daerah rawan banjir. Namun banjir masih
Mojokerto, sedangkan bagian hilirnya berada di perbatasan tetap terjadi, meskipun tidak separah sebelumnya[2]. Oleh
Kota Surabaya dan Kabupaten Gresik, serta bermuara di Selat karena itu, untuk menanggulangi banjir secara tuntas dan
Madura. Daerah Aliran Kali Lamong memiliki luas ± 720 km2, efektif, diperlukan studi yang diharapkan dapat digunakan
dengan panjang alur sungai ± 103 km. Debit Kali Lamong
untuk menyelesaikan permasalahan di Kali Lamong. Dalam
cenderung besar, namun tidak mampu dialirkan dengan baik,
sehingga air sungai meluap dan mengakibatkan Kabupaten tugas akhir ini akan dilakukan studi mengenai permasalahan
Gresik mengalami banjir hampir setiap tahun. Untuk banjir Kali Lamong dan upaya penanggulangannya.
menangani permasalahan banjir tersebut, dalam tugas akhir ini
dilakukan studi mengenai permasalahan banjir Kali Lamong
II. METODE
dan upaya penanggulangannya. Dalam studi ini, dilakukan
analisis hidrologi, analisis hidrolika dan analisis
penanggulangan banjir. Dalam Tugas Akhir ini, dilakukan
analisis pengendalian banjir dengan waduk. Berdasarkan
analisis tersebut, terjadi penurunan debit banjir dari Q25 =
460,282 m3/detik, menjadi Q25 = 223,9 m3/detik. Meskipun
debit telah turun, namun masih terjadi luapan pada penampang
Kali Lamong. Oleh karena itu, dilakukan analisis
penanggulangan banjir dengan perbaikan penampang sungai
dan peninggian tanggul, sehingga luapan Kali Lamong di
Kabupaten Gresik dapat teratasi.
I. PENDAHULUAN
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan Tabel Nilai Kritis Do Uji Smirnov-Kolmogorov,
untuk derajat kepercayaan 5% dan N = 10, diperoleh nilai Do
A. Analisis Hidrologi sebesar 0,41[5]. Pada perhitungan uji Smirnov-Kolmogorov
Tabel 1 menunjukkan curah hujan rata-rata maksimum untuk distribusi Pearson Tipe III, diperoleh Dmax = 0,102,
daerah aliran Kali Lamong, yang dianalisis berdasarkan data sedangkan untuk distribusi Log Pearson Tipe III, diperoleh
curah hujan harian dari Stasiun Bluluk, Stasiun Ngimbang, Dmax = 0,102. Jadi, Dmax < D0, sehingga persamaan distribusi
Stasiun Benjeng, dan Stasiun Cerme. Data curah hujan 10 Pearson Tipe III dapat diterima.
tahun, yaitu Tahun 2003 sampai 2012, dianilisis dengan
metode Poligon Thiessen. Metode tersebut dipilih karena Tabel 3.
Kesimpulan Uji Kecocokan Distribusi
stasiun-stasiun hujan tersebut, tidak tersebar secara Uji Kecocokan
merata[3]. Persamaan
Chi - Kuadrat Smirnov - Kolmogorov
Distribusi
Xh2 < X2 Ket Dmaks < Do Ket
Tabel 1. Pearson
Curah hujan rata-rata maksimum DAS Lamong Tahun 2003 – 2012 (diurutkan Tipe III
0,4 < 3.841 OK 0,102 < 0.41 OK
dari nilai terbesar ke nilai terkecil)
Log Pearson
0,4 < 3.841 OK 0,122 < 0.41 OK
No Tahun R24 (mm) Tipe III
1 2012 84,63
2 2006 68,28 Tabel 4 menunjukkan kesimpulan tinggi curah hujan
3 2005 64,72 daerah aliran Kali Lamong. Berdasarkan uji kecocokan
4 2009 60,71
5 2011 58,57 distribusi, diketahui bahwa kedua metode distribusi
6 2010 56,45 memenuhi syarat uji kecocokan distribusi. Oleh karena itu,
7 2003 53,71 curah hujan rencana ditentukan berdasarkan curah hujan
8 2008 48,36
9 2004 48,26 tertinggi yang diperoleh dari hasil perhitungan kedua metode
10 2007 47,99 distribusi.
Tabel 4.
Tabel 2 menunjukkan kesimpulan analisis statistika dari Curah Hujan Rencana Periode Ulang 2, 5, 10, 25, 50, dan 100 tahun
data curah hujan rata-rata maksimum daerah aliran Kali
Periode
Lamong. Pada perhitungan parameter statistik, diperoleh Cs Ulang
Kemencengan
k S
= 1,258 dan Ck = 5,616, untuk distribusi Normal, Gumbel, (Cs) (mm)
(Tahun)
dan Pearson Tipe III; serta Cs = 0,854 dan Ck = 4,516, untuk 2 59,167 1,258 -0,204 11,368 56,852
distribusi Log Pearson Tipe III, dan Log Normal. 5 59,167 1,258 0,724 11,368 67,4
Berdasarkan hasil tersebut, dipilih dua metode distribusi yang 10 59,167 1,258 1,339 11,368 74,39
25 59,167 1,258 2,099 11,368 83,027
memenuhi sifat-sifat khas parameter statistikanya, yaitu 50 59,167 1,258 2,649 11,368 89,282
distribusi Pearson Tipe III dengan Cs dan Ck yang fleksibel; 100 59,167 1,258 3,184 11,368 95,366
dan distribusi Log Pearson Type III dengan 0 < Cs < 9[4].
Tabel 2.
Kesimpulan Analisis Statistika
Sifat Distribusi Perhitungan
Persamaan
Ket
Distribusi
Cs Ck Cs Ck
Normal 0 3 1,258 5,616 Not OK
Gumbel 1,139 5,402 1,258 5,616 Not OK
Pearson Tipe
fleksibel fleksibel 1,258 5,616 OK
III
Log Pearson
0 < Cs < 9 0,854 4,516 OK
Tipe III
Cs≠0
Log Normal 0,854 4,516 Not OK
Cs=3Cv+Cv=0,133
Gambar 1. Hidrograf banjir Kali Lamong periode ulang 25 tahun.
Tabel 3 menunjukkan kesimpulan uji kecocokan distribusi
dari data curah hujan rata-rata maksimum daerah aliran Kali Oleh karena hujan terpusat di Indonesia tidak lebih dari
Lamong. Berdasarkan tabel nilai kritis Uji Chi-Kuadrat, tujuh jam, maka durasi optimum hujan rencana Kali Lamong
diperoleh nilai kritis untuk derajat kebebasan (dk) = 4-2-1 = ditentukan selama lima jam[1]. Berdasarkan data guna lahan,
1, dan derajat kepercayaan () = 5% adalah X2 = 3,841[3,4]. diperoleh koefisen pengaliran dari daerah aliran Kali Lamong
Pada perhitungan uji Chi-Kuadrat untuk distribusi Pearson adalah 0,514. Berdasarkan koefisien pengaliran dan curah
Tipe III dan Log Pearson Tipe III, diperoleh Xh2 = 0,4. Jadi, hujan rencana, dilakukan perhitungan distribusi curah hujan
Xh2 < X2, yaitu 0,4 < 3,841, sehingga persamaan distribusi efektif selama durasi hujan. Berdasarkan karakteristik daerah
Pearson Tipe III dan Log Pearson Tipe III dapat diterima. aliran Kali Lamong, dibuat hidrograf satuan sintetik
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-37
Kali Lamong P lan: kondisi eksisting 13-Jun-14
nakayasu. Berdasarkan distribusi curah hujan efektif dan .03 .04 .03
8
hidrograf satuan tersebut, dilakukan perhitungan debit banjir Legend
Elevation (m)
Crit PF 1
kurva hidrograf ditunjukkan dalam Gambar 1. 4
Ground
B. Analisis Hidrolika 2
Levee
Bank Sta
Dalam Tugas Akhir ini, analisis hidrolika dilakukan
0
dengan menggunakan program bantu HEC-RAS. Dalam
analisis hidrolika, terdapat dua jenis aliran yaitu steady flow -2
0 50 100 150 200
dan unsteady flow. Steady flow adalah aliran yang komponen
Kali Lamong Station
P lan: (m) eksisting
kondisi 13-Jun-14
alirannya, yaitu kecepatan dan debit, tidak berubah terhadap (a)
waktu, sedangkan unsteady flow merupakan aliran yang .04 .03
2
komponen alirannya berubah terhadap waktu[6]. Legend
Elevation (m)
Crit PF 1
yang ada, dan tidak ditinjau perubahan debit yang terjadi -1
Ground
pada setiap titik dalam penampang sungai. Oleh karena itu,
-2 Levee
dalam tugas akhir ini, akan dilakukan pemodelan steady flow. Bank Sta
-3
Asumsi yang digunakan dalam pemodelan ditunjukkan dalam
Tabel 5. -4
-5
0 20 40 60 80 100 120 140
Tabel 5.
Asumsi Dalam Analisis Hidrolika Kali Lamong Pada Kondisi Eksisting Station (m)
Kali Lamong (b) eksisting
P lan: kondisi 13-Jun-14
Kali Lamong Lamong
No. Asumsi Pemodelan Hidrolika 8 Legend
3. 2 Ground
sungai.
Debit yang digunakan adalah debit banjir rencana periode ulang 0
4.
25 tahun, yaitu Q25 = 460,282 m3/detik.
Bagian hulu sungai berada pada kondisi normal dengan -2
5.
kemiringan sungai sebagai kondisi batas. -4
Muka air pada bagian hilir sungai dimodelkan pada elevasi
6.
maksimum penampang (kapasitas penampang penuh) -6
Dalam pemodelan, dipilih tipe aliran mixed, yang merupakan
7. -8
kombinasi dari aliran subkritis dan superkritis. 0 5000 10000 15000 20000
Main Channel Distance (m)
(c)
Berdasarkan output dari program HEC-RAS, diketahui Gambar 2. Hasil pemodelan hidrolika Kali Lamong pada kondisi eksisting: (a)
bahwa pada hampir seluruh potongan melintang, elevasi profil P200; (b) profil P17; dan (c) profil memanjang sungai.
muka air melebihi ketinggian tanggul sungai, kecuali P17,
C. Analisis Pengendalian Banjir
dan P9 sampai P0. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Kali
Lamong tidak mampu mengalirkan debit rencana. Gambar 2a Berdasarkan analisis hidrolika, diketahui bahwa Kali
menunjukkan profil melintang sungai yang mengalami Lamong pada kondisi eksisting tidak mampu mengalirkan
luapan, yaitu P200; Gambar 2b menunjukkan profil debit banjir rencana. Untuk mengatasi permasalahan tersebut,
melintang sungai yang tidak mengalami luapan, yaitu P17; maka dilakukan analisis berbagai upaya pengendalian banjir
sedangkan Gambar 2c menunjukkan profil muka air yang mungkin dilakukan pada daerah pengaliran Kali
berdasarkan profil memanjang sungai. Lamong.
Dalam Tugas Akhir ini, dilakukan pengendalian banjir
dengan metode tampungan. Untuk keperluan tersebut, dipilih
beberapa lokasi yang memiliki potensi untuk dijadikan
tampungan pengendali banjir. Berdasarkan lokasi
tampungan, daerah aliran Kali Lamong dibagi menjadi tiga
subdas, yaitu subdas Jublang dan subdas Gondang, dengan
sebuah waduk pengendali banjir pada masing-masing subdas,
serta subdas Iker-iker, tanpa waduk pengendali banjir.
Pembagian subdas tersebut ditunjukkan pada Gambar 3.
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) C-38
(d)
Gambar 3. Hidrograf berdasarkan penelusuran banjir: (a) hidrograf inflow-
outflow waduk pada subdas Jublang; (b) hidrograf inflow-outflow waduk pada
subdas Gondang; (c) hidrograf outflow dari subdas Iker-iker; (d) superposisi dari
hidrograf outflow dari masing-masing subdas.
Tabel 6.
Asumsi Dalam Analisis Hidrolika Kali Lamong Pada Kondisi Pengendalian
Banjir dengan Waduk
EG PF 1 - eksist ing
bahwa setelah perbaikan penampang sungai, Kali Lamong
6 WS PF 1 - eksisting masih belum mampu mengalirkan debit rencana. Gambar 5a
EG PF 1 - t ampungan
menunjukkan profil melintang sungai yang mengalami
Elevation (m)
WS PF 1 - t ampungan
4 - eksisting
luapan, yaitu P199; Gambar 5b menunjukkan profil
G round - eksisting
2
Levee - eksist ing melintang sungai yang tidak mengalami luapan, yaitu P200;
Bank St a - eksist ing
- t ampungan
sedangkan Gambar 5c menunjukkan profil muka air
Kali Lamong Plan: 1) tamp&norm 2) eksisting
0 G round - t ampungan berdasarkan profil memanjang sungai.
Levee - t ampungan
Bank St a - t ampungan
-2 8 Leg end
0 50 100 150 200
Kali Lamong P lan: 1) tampungan 2) eksisting
EG PF 1 - eksisting
Station (m)
6 WS PF 1 - eksisting
(a)
EG PF 1 - tamp&norm
2 Leg end
Elevation (m)
WS PF 1 - tamp&norm
EG PF 1 - eksisting
1 4 - eksisting
WS PF 1 - eksisting
Ground - eksisting
EG PF 1 - tampungan
0 Levee - eksisting
Elevation (m)
WS PF 1 - tampungan 2
- eksisting Bank Sta - eksisting
-1
Ground - eksisting - tamp&norm
WS PF 1 - tamp&norm
6 EG PF 1 - eksisting 4 - eksisting
2 - tamp&norm
Ground
0 Ground - tamp&norm
0
LOB Levee - tamp&norm
6 EG PF 1 - eksisting 6 EG PF 1 - eksisting
EG PF 1 - tamp&norm EG PF 1 - tam&nor&tang
4 4
WS PF 1 - eks is ting WS PF 1 - eks is ting
WS PF 1 - tamp&norm WS PF 1 - tam&nor&tang
Elevation (m)
Elevation (m)
2 2
Ground Ground
0 0
LOB LOB
-2 ROB -2 ROB
Ground Ground
-4 -4
-6 -6
-8 -8
0 5000 10000 15000 20000 0 5000 10000 15000 20000
Main Channel Distance (m) Main Channel Distance (m)
(c) (b)
Gambar 5. Hasil pemodelan hidrolika Kali Lamong pada kondisi setelah Gambar 6. Hasil pemodelan hidrolika Kali Lamong pada kondisi setelah
perbaikan penampang dibandingkan dengan kondisi eksisting: (a) profil P199; peninggian tanggul dibandingkan dengan kondisi eksisting: (a) profil P199; (b)
(b) profil P200; dan (c) profil memanjang sungai. profil memanjang sungai.
WS PF 1 - tam&nor&tang
4 - eksisting
sungai.
Ground - eksisting
Levee - eksisting
2
Bank Sta - eksisting
- tam&nor&tang
DAFTAR PUSTAKA
0 Ground - tam&nor&tang
[1] Detail Desain dan Amdal Kali Lamong Kabupaten Gresik. Laporan
Levee - tam&nor&tang
Geologi / Mekanika Tanah PT Ika Adya Perkasa Consulting & General
Bank Sta - tam&nor&tang
-2 Trading, Malang, Jawa Timur.
0 20 40 60 80 100
[2] Kejadian Banjir Kali Lamong. Data Dinas Pekerjaan Umum Pengairan
Station (m) Provinsi Jawa Timur, Surabaya, Jawa Timur.
(a) [3] Sosrodarsono S., Hidrologi untuk Pengairan. Jakarta: PT. Pradnya
Paramita (2006).
[4] Soemarto C. D., Hidrologi Teknik, Edisi 2. Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama (1999).
[5] Soewarno, Hidrologi: Aplikasi Metode Statistik untuk Analisis Data Jilid
1. Bandung: NOVA. (1995).
[6] Chow, V. T., Hidrolika Saluran Terbuka. Diterjemahkan oleh E.V. Nensi
Rosalina. Jakarta: Penerbit Erlangga (1992).