Bab II
Bab II
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Kajian Teori
Serikat terjadi apa yang disebut revolusi dalam ilmu politik, yang
97) .
19
20
ilmu politik (Somit and Tannenhaus, 1967; Almond and Verba, 1963;
seluruhnya.
mewarnai kajian ilmu politik pada kala itu (1950-1970). Dan diantara
21
dan 1970-an, yaitu The Civic Culture. Civic Culture inilah yang
2007: 268).
nilai yang harus dihayati di dalam kehidupan politik dan semuanya itu
22
sebagai:
23
Kantaprawira (2006: 25), budaya politik tidak lain adalah pola tingkah
24
tuntutan, hal yang diminta, cara tuntutan itu di utarakan, respon dan
Rahman H.I, 2007: 269). Budaya politik selalu inhern pada setiap
25
kebangsaan negara.
perasaan.
26
salah satu aspek dari kehidupan politik, maka jika kita ingin
23).
27
atau bagian dari nilai-nilai lain yang hidup dalam masyarakat itu,
28
peradaban.
bagaimana kita suka atau tidak suka terhadap beberapa hal (Mar’at,
1984: 8-9).
29
tingkah laku seseorang. Menurut para ahli itu bahwa nilai-nilai dan
tingkah laku para aktor politik penting ditiru, sebagai bagian dari
30
tertutup. Pada aspek generikanya dari budaya politik, dapat dilihat dari
37-38).
ini dalam realitas sosial berwujud dalam kerjasama dan konflik yang
31
masyarakat.
dalam tiga tipe budaya politik, yakni budaya politik parokial, budaya
politik kaula atau subjek dan budaya politik partisipan. Yang penting
dari klasifikasi tersebut adalah kepada objek politik apa, aktor politik
Verba, 1984: 18). Hasilnya adalah klasifikasi tiga tipe ideal budaya
32
33
34
politik subjek muncul jika orientasi afektif saja yang kuat (Budi
35
dan Verba, 1984: 22). Hal ini karena masyarakat telah sadar bahwa
(trust) antar warga negara. Oleh karena itu, dalam konteks politik,
politik.
36
menurut Almond dan Verba (1984: 27-31), terdapat tiga tipe budaya
1. Budaya subjek-parokial:
2. Budaya subjek-partisipan:
3. Budaya parokial-partisipan:
37
bersifat partisipan.
Klasifikasi itu tidak harus disimpulkan bahwa orientasi yang satu akan
politik. Dalam hal ini, terdapat hubungan yang dekat antara struktur
38
2008: 15).
39
antaranya:
40
negara tentu berbeda satu sama lain, seperti halnya budaya politik
yang terdapat di negara lain. Hal ini, sangat dipengaruhi oleh sejarah
41
2011: 58).
memilih. Misalnya saja isu-isu dan kebijakan politik, tetapi ada pula
42
dari kelas sosialnya bahkan ada juga kelompok yang memilih sebagai
memilih salah satu calon dari kontestan politik yang ada pada
Pemilukada yaitu calon bupati dan wakil bupati. Dalam hal ini,
yang bersangkutan.
43
dengan cara menentukan siapa calon yang akan dipilih menjadi bupati
suara pada salah satu pasangan calon bupati dan wakil bupati. Adapun
tertentu.
tidak akan terjadi apabila tidak terdapat loyalitas pemilih yang cukup
sebuah partai atau calon pemimpin tidak loyal serta tidak konsisten
dengan janji dan harapan yang telah mereka berikan. Perilaku memilih
juga sarat dengan ideologi antara pemilih dengan partai politik atau
44
kontestan yang memiliki ideologi yang sama dan menjauhkan diri dari
90).
Asfar (2006: 144), juga mengajukan suatu model lanjutan atas kritik
45
46
berbagai norma sosial yang berlaku, tetapi tidak ada jaminan bahwa
47
produk dari sikap dan disposisi seorang pemilih. Pendekatan ini lebih
48
konsep:
49
bersikap tertentu sesuai dengan kepentingan orang itu untuk sama atau
3) Pendekatan Rasional
50
semacamnya.
pertimbangan isu dan kandidat juga dikenal dengan teori spasial. Teori
51
1) Pendekatan Struktural
produk dari konteks struktur yang lebih luas, seperti struktur sosial,
ditonjolkan oleh partai politik suatu negara dengan negara lain adalah
2) Pendekatan Sosiologis
52
3) Pendekatan Ekologis
53
pendapatan, dan kelas sosial), (ii) agama, (iii) etnik, bahkan (iv)
54
pilihan politik tertentu. Dalam hal ini juga termasuk politik pencitraan
memilih partai politik dan calon bupati serta wakil bupati yang ikut
partai partai politik dan calon bupari serta wakil bupati dalam
Pemilukada tersebut.
b. Tipe-Tipe Pemilih
2008: 120-125).
55
1) Pemilih Rasional
atau calon kontestan dalam program kerjanya. Ciri khas pemilih jenis
terpenting bagi para pemilih jenis ini adalah apa yang bisa (dan yang
paham dan nilai yang dimiliki oleh suatu partai atau paham dan nilai
yang dimiliki oleh seorang kontestan. Oleh karena itu, ketika sebuah
dan lain-lain. Pemilih tipe ini tidak akan segan-segan beralih dari
permasalahan nasional.
56
2) Pemilih Kritis
untuk berpaling ke partai lain. Proses untuk menjadi pemilih jenis ini
memberikan kritik internal, (2) frustasi, dan (3) membuat partai baru
57
ini. Di satu sisi, mereka merasa bahwa ideologi suatu partai atau
3) Pemilih Tradisional
58
pemimpin, mitos dan nilai historis sebuah partai politik atau seorang
4) Pemilih Skeptis
terlibat dalam sebuah partai politik pada pemilih jenis ini sangat
59
kegiatan politik yang pada masa orde baru sangat dibatasi. Kelahiran
60
61
umum kepala daerah dan wakil kepala daerah secara langsung dapat
62
1) Langsung
2) Umum
3) Bebas
dan kepentingannya.
63
4) Rahasia
tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun.
5) Jujur
pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan
6) Adil
20-21).
64
politik dan ideologis diberi hak untuk memilih dan dipilih dalam
Pemilukada.
inisiatif dan aspirasi dari bawah) bukan top down (diturunkan oleh
65
sehat. Peluang kompetisi ini tentu saja mesti diberikan mulai dari
Pemilukada.
66
1) Kelebihan
penghitungan suara.
67
oleh legislatif.
68
2) Kelemahan
69
1) Penelitian yang dilakukan oleh Septi Meliana pada tahun 2011, dalam
70
boleh dikatakan nol. Posisi sebagai kaula merupakan posisi yang pasif
dan lemah. Sikap masyarakat pada umumnya menerima saja sistem itu
bersifat patuh.
2) Penelitian yang dilakukan oleh Eko Puspita Sari pada tahun 2011,
71
72
antara lain adalah civic knowledge, civic skill, dan civic dispotitions
legislatif 2009.
C. Kerangka Berpikir
menjadi tidak fokus. Sebagai alur kerangka berpikir pada penelitian ini akan
73
asasi warga negara yaitu hak untuk berserikat, hak untuk berkumpul, serta
ciri-ciri yang lebih khas. Istilah budaya politik meliputi masalah legitimasi,
pilihnya untuk menentukan dan memilih salah satu calon dari kontestan
politik yaitu calon bupati dan wakil bupati (Firmanzah, 2007: 87).
74
merupakan dua hal yang saling terkait. Perilaku memilih merupakan sikap
masyarakat untuk memberikan suara dan menentukan siapa yang akan dipilih
Oleh karena itu, kiranya penting untuk mengetahui bagaimana budaya politik
75