Anda di halaman 1dari 5

Resensi Buku

IDENTITAS BUKU

Judul Buku : Saiful Is Me: Berpikir Merdeka

Editor : Queen Rahmah RZ

Penerbit : Javakarsa Media

Cetakan : I, Yogyakarta 2014

Tebal :112 Halaman

ISBN : 978-602-1690-11-6

PENULIS

Muhammad Saiful Haq , lahir di Watampone pada 22 Februari 1994. Ipung


(sapaan akrabnya) merupakan mahasiswa semester enam Fakultas Psikologi
Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang dan juga aktif
diberbagai organisasi. Salah satu organisasi yang turut ia rintis ialah LPM
PsycoNews di Fakultasnya.

PENDAHULUAN

Buku "Saiful Is ME: Berpikir Merdeka" ini hadir sebagai angin segar ditenggah
digandrunginya novel berceritakan cinta ditengah mahasiswa khususnya dan
masyarakat umumnya . Buku ini mengajak pembacanya untuk berpikir
merdeka sesuai judulnya dan berpikir luas dari berbagai sudut pandang. Ditulis
oleh Mahasiswa Psikologi, dalam buku ini juga terdapat teori- teori psikologi
yang praktisnya ada ditengah kehidupan sehari- hari.

SINOPSIS
Human Is Me:

Pertanyaan “Siapakah saya?” merupakan sebuah sarana rekonstruksi jalan


untuk menjadi manusia yang bahagia, mengapa? Karena dengan
mempertanyakan siapai diri sebenarnya akan membuka cakrawala pemikiran
yang luas, yang vertikal dan horizontal. Internal dan eksternal. Jiwa dan badan.
Ini sebuah awal langkah besar untuk pencapaian yang besar pula dalam
menemukan makna keindahan sempurna dari kehidupan fana, yaitu
‘kebahagiaan’, di manapun kita berada, seperti apapun kondisinya,
bagaimanapun kondisinya.

Nasional Is Me:

Bentuk nasionalisme tak hanya bersikap keras apabila warisan negara yang
selama ini kita acyhkan diklaim negara tetangga. Tak harus berteriak lantang,
“GayaanngggMaleisia!”. Kecintaan pada bangsa dalam bentuk totalitas yang
‘hanya’ meminta sebuah estafet cinta dari dan untuk penerus- penerus nasib
negara, supaya memiliki semangat merah-putih yang sama dari para kusuma
bangsa, tanpa harus repot- repot membayar dengan nyawa.

Mari merenung sedikit dengan lirik lagu “Sumbang”-nya Iwan Fals:

Lusuhnya kain bendera di halaman rumah kita,

bukan satu alasan untuk kita tinggalkan...

Liberal Is Me:

Manusia sekarang seolah lebih takut mati daripada takut kepada Yang
Menentukan kematian. Lebih takut lapar daripada takut kepada Yang Memberi
rezeki. Agama menjadi kedok untuk berprofesi. Menurut saya pemuka agama
bukanlah sebuah profesi, mereka relawan. Sebagai mana dengan profesi lain,
maka memiliki upah. Pemuka agama hanya diupah oleh Tuhan, seharusnya
begitu.

ULASAN

Buku ini dibagi menjadi lima bab, tiga diantaranya merupakan paham yang
dipecah. Dari Humanisme menjadi Human Is Me, Nasionalisme menjadi
Nasional Is Me dan Liberalisme menjadi Liberal Is Me. Dalam buku ini, penulis
mencoba menceritakan isi kepalanya melalui tulisan dengan sudut pandangnya
dan tetap berdasarkan pemikiran yang logis. Setiap bab menjelaskan berbagai
hal yang ada di masyarakat sesuai judul bab tersebut. Isinya pun membuka
pikiran pembaca agar lebih peka terhadap hal kecil disekitar yang sering
terabaikan. Penulis juga mengungkapkan betapa bahagianya orang yang
berpikir merdeka diatas tanah yang merdeka. Sekaligus sebagai alternatif
mengubah cara berpikir yang stigmatis menjadi lebih luwes. Memahami
Humanisme, Nasionalisme dan Liberalisme dengan cara yang belum
terpikirkaan sebelumnya. Memastikan Liberal tidak berarti tidak bersikap taat
terhadap ajaran agamanya. Betapa pentingnya toleransi dalam mewujudkan
kehidupan sehari- hari. Bahkan penulis menceritakan perjalanan spiritualnya
yang membuat setiap orang yang membacanya harus lebih banyak bersyukur
atas nikmat Tuhan.

KELEBIHAN :

1. Ditulis dengan gaya bahasa sehari- hari sehingga mudah dipahami


2. Isi buku berkaitan dengan kehidupan sehari- hari
3. Banyak teori para ahli yang bisa menambah pengetahuan pembaca

KELEMAHAN :
1. Editing yang kurang rapi sehingga banyak kata yang tidak dipisahkan
spasi dengan kata di depannya
2. Pemahaman yang utuh dari penulis yang tidak sepaham dengan
pembaca
Kunjungi https://bocahkampus.com untuk informasi menarik lainnya!

Anda mungkin juga menyukai