1
Buku ini mewakili keresahan
PRESS
2
3
M I SWAR I
PRESS
4
Penulis:
Miswari
Editor:
Sunano
Lay out:
Yazid Qulbuddin
Desain Cover:
Muhammad Halim
Juni 2011
Cet. I:
September, 2011
5
Penerbit:
ISBN:
9-786029-942026
6
Terimakasih
Bagian lain tulisan di dalam buku ini juga adalah kumpulan kesan
yang sempat penulis catat setiap seminar baik Nasional maupun
Internasional di Banda Aceh, Padang, Bandung dan Jakarta.
8
Pengantar
Persoalan yang dihadapi PII bukanlah masalah pribadi PII sendiri, ini
adalah persoalan bangsa secara kolektif. Persoalannya adalah kita
mengalami degradasi bersama. Semua organisasi yang idealis memang
selalu disudutkan. Kecuali organisasi yang mau menunduk pada oknum
pengambil kebijakan negara saja yang dibiarkan eksis, eksis untuk
menyuarakan kepentingan para pejabajt yang korup itu.
10
Orasi-orasi di jalanan atau di ruang tertentu memang dapat
menggerakkan emosi rakyat. Namun ini akan tidak berguna ketika emosi itu
tidak dibarengi strategi jitu untuk melawan rezim yang korup ini.
Muhammad Ridha
12
Daftar Isi (Edisi Cetak)
Terimakasih …….. v
16
Menafsirkan Kembali Rene Descartes
18
"Wanita Mana yang Mau Dimadu"
21
Menekan Angka Sepeda Motor
22
Hapuskan Dominasi AS di Indonesia
25
Ulama, Terorisme dan Perang Ekonomi
Ulama tidak akan dapat memberikan pengaruh yang signifikan
dalam penanggulangan terorisme. 'Penanggulangan' berarti terorisnya sudah
ada. Saya pikir malah ulama dapat memberikan peran yang luarbiasa berarti
sebelum terorisme itu muncul. Seperti kesepakatan para ulama ('ulama'
dimaksud utamanya ulama-ulama MUI dan lembaga besar ulama), terorisme
muncul akibat pemahaman agama yang keliru. Kalau para ulama mampu
memberikan pengajaran agama yang baik terhadap masyarakat, pastilah
terorisme itu tidak akan pernah ada. Disini kita menemukan sebuah tesis
bahwa, munculnya terorisme adalah tanggungjawab para ulama.
Mungkin juga ulama saat ini sudah mengidap penyakit yang sama
seperti yang telah lama mengidap pemerintah, yaitu 'prinsip kerja maya'.
Prinsip kerja maya yang saya maksudkan contohnya seperti pemerintah RI
yang melegalkan miniman keras lalu biaya pajak cukainya dipakai untuk
membayar gaji anggota DPR untuk merumus UU tindak pidana kriminal,
polisi untuk mengamankan kriminalis dan kejaksaan untuk menangani
perkara kriminalitas yang terjadi akibat efek minuman keras.
Demikian juga para ulama sekarang, dari gejala dan gerak
geriknya, saya menduga, mereka lebih menyukai kalau terorisme yang
mengatasnamakan agama terus eksis agar mereka dapat terus
menyelenggarakan workshop, seminar dan halaqah mengenai
penanggulangan teroris.
Radikalisme dituding sebagai penyebab lahirnya radikalisme.
Padahal radikalisme itu berasal dari kata 'radic' yang berarti 'akar'. Guru
mengaji saya dulu mengatakan bila agama itu diumpamakan pohon, maka
akarnya itu adalah aqidah. Bila rukun Islam sebagai pohon, maka akarnya
adalah mengucap dia kalimah syahadat. Bagaimana bisa menjalankan ibadah
syariah bila kita tidak berakidah, bagaimana hendak beribadah bila kita bukan
muslim. Bila aqidah tidak mengakar, berarti identitas muslim seseorang perlu
dipertanyakan.
Tema 'terorisme' jauh lebih beruntung daripada 'korupsi' karena
mendapat perhatian cukup serius dari pemerintah. Pemerintah mudah saja
menganggarkan puluhan milyar rupiah untuk menanggulangi terorisme.
Sementara menyangkut korupsi, terlihat ada unsur pembiaran. Sepintas
terlintas dalam pikiran saya bahwa tidakan tersebut diambil karena teroris itu
bukan anak atau keluarga dekat pejabat, sementara koruptor adalah pejabat
itu sendiri.
Banyak pelaku terosis bukan malah dari kalangan santri namun
ternyata dari kampus non-Islam, jurusan ilmu praktis-teknologi pula. Hal ini
karena tidak adanya penyatuan persepsi antar wadah pendidikan yang dia
geluti. Pikirannya sendiri gagal menemukan penyatuan itu. Ini karena surau
26
pengajian dan kampus tidak berada di bawah atap yang sama, materi
pendidikan surau dan kampus tidak disusun dalam silabus yang sama.
Disamping itu, sistem pendidikan modern yang terlalu spesifiktif
membuat seorang ahli ilmu tertentu samasakali buta tetntang disiplin lain.
Padahal guna pendidikan untuk menciptakan harmonisasi. Harmonisasi hanya
dapat dipahami bila kita mampu saling mengenal, menyadari
kesalingterkaitan (integrasi) segala sesuatu. Untuk memahami itu kita harus
menguasai segala bidang ilmu. Menguasai segala bidang ilmu adalah
mustahil dalam pendidikan formal kita.
Islam bagaikan satu anggota tubuh, satu bagian sakit, semua bagian
merasakannya. Negara adalah jalan yang ditempuh orientalis untuk
memecah-belah kesatuan Islam. Jadi kalau warga muslim di satu sudut bumi
mengalami suatu tindakan negatif maka kewajiban untuk menghentikan dan
membalan dengan tindakan serupa menjadi fardhu kifayah bagi semua
muslim sampai tertanggulangi. Radiusnya mulai dari titik lokasi kejadian.
Perang yang dilancarkan kafir terhadap muslim di satu negara
karena mereka belum mampu mengalahkan penduduknya. Mereka takkan
menyarah sebelum muslim menerima segala macam doktrin, prinsip, gaya
hidup dan segala macam millah mereka. Setelah kalah peperang dan millah
mereka diikuti, selanjutnya, barulah serbuan segala macam produk
menghantam sebuah negara muslim. Dan inilah yang menjadi tujuan
utama kafirun.
Islam memerintahkan muslim membalas serangan kafir dengan
serangan setimpal. Karena itu, bila kafir memaksakan segala macam produk
untuk kita komsumsi maka wajib bagi muslim menciptakan produk tandingan
untuk menghancurkan dominasi ekonomi mereka dan selanjutnya mengimpor
produk-produk kita pada masyarakat mereka. Inilah konteks perang
kontemporer, perang ekonomi.
27
Arah Brigade PII: Refleksi Hari Lahir Brigade PII Ke-63
Formasi
"Kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam bagi
segenap bangsa Indonesia dan ummat manusia" (Tujuan PII)
"Badan Otonom Brigade PII berfungsi sebagai wadah pengabdian
dan pelayanan persoalan-persoalan kemanusiaan, pembinaan dan
pengembangan ketrampilan, ketahanan fisik dan intelektualitas kader, serta
mengembangkan jaringan informasi dan intelijen guna menjaga misi dan
eksistensi PII" (Tujuan Brigade PII)
"PII sebagai katalisator kader masa depan bagi segenap ummat Islam
dan terdepan dalam pembelaan kepentingan pelajar Islam" (Visi PB PII 2010-
2012)
"Brigade PII bergerak membentuk karakter masyarakat intelektual
yang cerdas emosional, cerdas spiritual" (Visi Korpus Brigade PII 2010-
2012)
Integrasi
Tidak ada kata 'sempurna' dalam wadah PII, utamanya bagi kader
PII yang sedang berproses, baik yang belum mengkhatam jenjang Ta'dib
maupun yang belum menyelesaikan tugas kepengurusan. Segala sifat
sempurna selaku manusia (Insan Kamil) jangan diharapkan telah hinggap
pada diri kader PII yang masih aktif. Jangan mencari mobil yang sempurna di
bengkel. Sebab di bengkel adalah tempat dihimpunnya mobil-mobil rusak
untuk diperbaiki. Setelah kondisinya baik maka mobil itu takkan lagi tinggal
di bengkel, dia dapat Anda temukan meluncur di jalanan. Kader PII yang
telah menjalankan seluruh proses Ta'dib dan telah menyelesaikan amanah
kepengurusan dengan track record yang baik maka selesailah tugas PII
memberikan wadah baginya dan siaplah dia meniti karir profesinal baik
dalam bentuk kelembagaan maupun tanpa lembaga, bauk sebagai akademisi,
sastrawan, filosof maupun ilmuan dan politikus. Intinya semua kader PII
harus mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat sebab sejak
awal dia memang dididik menjadi agen perubahan sosoal. Ini berarti dia
harus mampu menjadi kutub untuk mengembangkan potensi positif setiap
individu ummat meskitun mereka tidak pernah sekalipun tersentuh ta'dib.
Untuk jangka panjang, mungkin demikianlah dimaksud Muhammad Ridha
dalam merumuskan visi kepemimpinannya 2010-2012.
Ridho mengharapkan arah perahu PII pada periodenya mampu
menciptakan pasukan yang solid untuk difungsikan sebagai agen yang dapat
membela setiap kepemtingan pelajar. Melihat Korpus Brigade PII yang dalam
merumuskan visinya pada periode yang sama yaitu untuk menciptakan
28
masyarakat yang intelek yang mana intelaktualitas mereka dapat mereka
pakai guna advokasi diri dan masyarakatnya serta guna melahirkan kesadaran
spiritualitas (Bukankah ilmu merupakan salahsatu pintu masuk hidayah)
mereka, maka di sini dapatlah ditemukan korelasi yang saling menguatkan
antara BO Brigade dengan BI. Brigade PII dapat menciptakan manusia
intelektual dimana nantinya dapat difungsikan sebagai katalisator kader masa
depan. Kepekaan terhadap kondisi alam sekitar merupakan potensi fitrah
manusia. Untuk dapat menciptakan manusia yang lebih peka terhadap kondisi
ummat kita harus mengasah intelektualitas mereka. Kelebihan manusia
dabandingkan semua makhluk Allah lainnaya di muka bumi adalah
kemampuannya mengamati alam sekitar secara tajam sebab dia diberikan
intelektualitas yang lebih. Level intelektualitas ini menyebabkan manusia
memiliki daya untuk melalar segala sesuatu yang ditangkap indranya.
Kemampuan menalar ini menjadi modal manusia untuk mengamati alam
sekitarbdan memberi arti akan segala sesuatu yang ditangkap indranya.
Penafsiran objek indra ini menyebabkan manusia mampu meniru prilaku
alam sekitarnya dan memotifasinya untuk memanfaatkan potensi alam sekitar
untuk merubah suatu benda menjadi benda yang lain. Ketika manusia melihat
tikus yang piawai dalam menggali tanah, maka manusia berusaha
menciptakan alat dari alam dan merubahnya seumpama kuku tikus untuk
menggali tanah. Karya merupakan produksi khas makhluk Tuhan yang hanya
dimiliki manusia. Selain menciptakan, manusia juga mampu menggunakan
alat yang dia ciptakan. Singkatnya alat merupakan bukti ketinggian
intelektualitas manusia dibandingkan makhluk lain. Tapi yang menjadi
puncak dari ketinggian intelektualitas manusia adalah penggunaan alat untuk
kesejahteraan manusia dan alam semesta. Bom nuklir bisa dikatakan sebagai
karya manusia yang agung, namun tidak terdapat ruang untuk menggap alat
itu sebagai pendukung kesejahteraan alam semesta. Karena itu kemampuan
penciptaan alat merupakan level kedua dari keagungan intelektual manusia,
dan kepekaan terhadap alam dan lingkungan tetap menduduku peringkat
utama keagungan intelektualitas.
Pengabdian dan pelayanan persoalan-persoalan
kemanusiaan haruslah diutamakan bagi diri anggota Brigade PII
agar pembinaan dan pengembangan ketrampilan, dapat menjadi sarana
pendukungnya. Modal selanjutnya adalah dapat memberi efek ketahanan
fisik dan intelektualitas kader,i sehingga kita dapat menggunakan hasil dari
karya terampil kita secara evektif dan efesien.Mengembangkan jaringan
informasi dan intelijen dengan modal buah karya manusia sangat dibutuhkan
agar kita dapat secara mudah menjalakan tugas kita yaitu guna menjaga misi
dan eksistensi PII.
29
Problematika Ummat
1. Pendidikan.
Pendidikan adalah kunci utama bagi kebudayaan, politik bahkan idiologi
bangsa. Pendidikan di negri kaita masih saja menerapkan sistem warisan
penjajahan sehingga potensi akal peserta didik tidak terberdayakan dengan
baik. Fenomena seperti inilah yang menghambat kreativitas dan
intelektualitas peserta didik sehingga sangat berpengaruh pada dinamika
kebangsaan. bangsa kita menjadi bangsa terpuruk sejak awal kemerdekaan
tanpa pernah mampu bersaing dengan negara lain dari segi manapun.
Pendidikan yang mengajarkan sejak dini dalam pikiran hingga menjadi
prinsip peserta didik untuk menjadi masyarakat komsumtif serbainstan telah
membuat ekonomi bangsa kita kian terpuruk.
Adopsi sestem pendidikan asing ke dalam kurikulum pendidikan
nasional adalah upaya dari pemerintah untuk mengatasi masalah yang telah di
sebutkan diatas. Namun hal ini menimbulkan banyak persoalan baru.
Utamanya adalah kita kekurangan tenaga pendidik yang mampu menerapkan
sistem asing tersebut ke dalam ruang belajar. Berbagai pelatihan bagi tenaga
pendidik yang diharapkan supaya dapat membuat mereka mampu
menciptakan suasana dan sistem belajar yang lebih baik ternyata tidak sesuai
harapan. Persoalan utamanya adalah kurangnya keseriusan para
penyelenggara pelatihan, mereka hanya mengedepankan keuntungan pribadi
dan mengenyampingkan tujuan peningkatan sumber daya tenaga pendidik.
Disampig itu tenaga pendidik terlihat kurang serius dalam upaya peningkatan
kualitas diri, para tenaga pendidik tidak memiliki motivasi tinggi dalam
memperdalam keilmuan mereka. Tenaga pendidik kurang serius dalam
mengajar apalagi berusaha menerapkan sistem belajar baru yang lebih baik.
Guru-guru hanya mengedepankan sergifikasi, kenaikan pangkan dengan
tujuan utama---dan bahkan mungki satu-satunya----- yaitu kenaikan gaji.
Guru-guru di negri kita sangat rajin mengikuti seminar pendidikan, tapi
tujuan mereka bukan untuk mengembangkan kualitas diri sehingga mampu
menjadi tenaga pendidik yang lebih kompeten dan berkualitas melainkan
untuk memperoleh amplop berisi uang tunai dan sertifikat untuk
dikumpulkan dan "ditukar" dengan serifikasi dan kenaikan pangkat.
Seharusnya lembaga pertama yang harus diseret oleh Komisi
Perlindungan Anak dan lembaga HAM adalah ke meja pengadilan adalah
Departemen Pendidikan (DP). Mereka telah menjadikan anakzanak sebagai
bagian daripada mesin-mesin yang bekerja dalam waktu. DP telah membuat
anak-anak kehilangan waktunya untuk bermain, padahal sistem belajar bagi
anak paling ideal dengan bermain. DP telah membuat anak jauh dari orangtua
mereka. Mereka kekurangan kasihyang yang sangat mereka butuhkan untuk
mendidik emosi mereka. Belajar kasih sayang tempat terbaiknya dalah pada
30
orangtua. Anak-anak menjadi kehilangan identitas alamiah akibat DP yang
telah mengatur waktu belajar yang sangat padat. Kurikulum yang sangat
sesak membuat anak harus bekerja lembur untuk menyelesaikan tuga sekolah
yang menumpuk. Dengan itu anak-anak menjadi kehilangan waktu untuk
belajar agama dan berinteraksi dengan lingkungannya sehingga jadilah
mereka manusia yang idividualistik. Ha ini sangat berbahaya bagi masadepan
bangsa sebab orang-orang hasil produksi sistem tersebut akan kehilangan
orientasi diri dan kepekaan sosial. Ilmu mereka hanya akan diterapkan untik
kepentingan individu tanpa sedikitpun mempedulikan---karena memeang
mereka tidak pernah tau--- kaidah agama dan lingkungan.
Masalah ini semakin besar dengan diterapkannya sistem pendidikan
yang menerapkan sistem linearisasi jenjang pendidikan. Sejak SMA--- bahak
kalau bisa sejak PAUD---Manusia dididik untuk mendalami dan menguasai
satu disiplin keilmuan saja yang sangat spesifik. Hal ini mengakibatkan
masing-masing ilmu kehilangan hubungan. Para ahli ilmu hanya jadi mesin
disipliNomor 52n ilmu tertentu tanpa mampu menemukan intergrasi antar
disiplin ilmu. "Pendidikan adalah kemampuan untuk merasakan hubungan-
hubungan tersembunyi antarfenomena" kata Vaclav Havel. Sistem liearisisi
strata pendidikan berar Metode demikian sangat bertentangan dengan tujuan
pendidikan, setidaknya versi Havel.
Hilangnya paradigma kesalingterkaitan antar disipli ilmu
menyebabkan hilangnya kesalingterkaitan implementasi ilmu. Ahli kimia
hanya akan memproduksi senjata pemusnah massal sebanyak-banyak dan
sehebat-hebatnya tanpa mengetahui efek lingkungan dan kemanusiaan.
Program beasiswa ke luar negri besar-basaran diharapkan dapat
menciptakan kader-kader bangsa yang menguasai berbagaimacam
metodologi sehingga dapat memecahkan berbagai macam masalah bangsa
ternyata hanya mampu memproduksi kontestan perang wacana dan perang
opini. Masing-masing mereka hanya menjadi penyebab meningkatnya
penggundulan hutan karena satu judul buku yang mereka terbitkan dicetak
ribuan eksemplar, kalau buku itu menarik sehingga menjadi best seller maka
akan dicetak hingga jutaan eksemplar. Kalau semua lulusan luar negri dirata-
ratakan masing-masing satu judul buku best seller maka berapa juta kopi
bukau akan diterbitkan? berapa batang kayu dibutuhkan sebagai bahan baku
kertas? ditambah opini-opini di media cetak lain seperti majalah, jurnal dan
koran. Jalan keluar-jalan keluar yang mereka tawarkan sering ditolak
pemerintah sebab berbenturan dengan blue print pemerintah. bagi masyarakat
susah menangkap maksud pembicaraan mereka sebab metode yang
digunakan membingungkan ditambah kata-kata yang dipakai terlalu asing
bagi masyarakat. Ada segelintir diantara para sarjana lulusan asing itu yang
mampu masuk kedalam sistem pemerintahan, namun bahkan sering konsep,
31
gagasan dan ide mereka berseberangan dengan orientasi penguasa, kalau ada
segelintir yang jadi penguasa maka sering konsep mereka tidak mampu
memberikan perubahan ke arah yang lebih baik bagi masyarakat. Artinya
program beasiswa luar negri tidak mampu memberikan peran yang berarti
perubahan masyarakat dan dalam upaya menyelesaikan persoalan bangsa.
Kehadiran mereka malah mempercepat kepunahan bahasa Indonesia.
Bukankah para sarjana lulusan luar negeri itu yang suka menggantikan kata-
kata dalam bahasa Indonesia dengan istilah-istilahn asing. Padalal banya
istilah-istilah asing itu yang memiliki kata serapan dalam bahasa Indonesia.
Demikian problematika program beasiswa untuk ilmu-ilmu sosial yang
menghabiskan dana negara hingga trilyunan rupiah itu.
Dalam bidang beasiswa luar negri untuk ilmu teknologi, sarjana
lulusan luar-negri hanya dapat menjadi dosen dan tukang teori teknologi
tanpa menciptakan satu bendapun yang dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat apa lagi untuk memproduksi teknologi untuk melawan dominasi
ekspor segala macam kebutuhan masyarakat.
DP senyatanya adalah musuh semua kalangan yang punya
kepentingan di bidang pendidikan. DP bahkan tidak ;eduli dengan aturan
hukum. Pengadilan telah memutuskan UN harus dihapuskan, namun UN
masih terus diterapkan---meskipun wacana DP mereka tidak akan
menjadikannya sebagai standar satu-satunya bagi kelulusan siswa di sekolah
bertaraf rendah. UU baru yang memutuskan ijazah SMA hanya berlaku dua
tahun pasca kelulusan dan pembatasan usia calon mahasiswa adalah
keputusan paling merugikan masyarakat. Masyarakat menengah kebawah
semakin mustahil untuk memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan
Perguruan Tinggi. Mereka akan semakin kehilangan kesempatan
berkompetisi di segala bidang dan lapangan kerja. DP telah melanggar UUD
'45. Kekali lagi DP harus di seret ke meja hijau. DP untuk kesekian kalinya
melanggar HAM.
2. Kebudayaan.
Karena sisitem pendidikan kita yang kacau-balau maka rasa, karya
dan karsa manusia selalu menghasilkan sesuatu yang membuat tatanan
masyarakatsemakin rusak. Manusia Indonesia telah dibentuk menjadi
individu-individu yang bermoral materialis, individual dan kapitalistik.
Kapitalisme telah menjadi ideologi bangsa. Kerusakan moral terlihat jelas
dari segala sistem kehidupan masyarakat mulai dari cara berpakaian,
pergaulan hingga komsumsi. Kebobrokan moral pejabat adalah simbol dari
kerusakan seluruh elemen bangsa. Korupsi dianggap sebagai pekerjaan yang
lumrah dilakukan. Penegak hukum tidak akan berbuat banyak dalam
menangani perkara ini. Kalangan aktivis dari organisasi mahasiswa dan
32
pemuda yang selalu melakukan kontrol tehadap lembaga hukum dalam upaya
pengawalan kasus korupsi senantiasa diintimidasi pihak-pihak tertentu
sehingga tak jarang mereka kehilangan amunisi. Aparat penegak hukum
sangat komit dan mengeluarkan kekuatan penuh dalam menangani terorisme
yang sangat sering menyudutkan Islam. Komitmen penanggulangan korupsi
karena banyknya dukungan dana asing. Hal ini bertolakbelakang dengan
kasus korupsi dimana Barat ikut merasakan keuntungan akibat tingginya
korupsi Indonesia. Korupttor-koruptor akan membuang uang curian itu ke
negara-negara maju. Kemajuan teknologi informasi telah
menyebabkan kerusakan pada seluruh elemen masyarakat. Kaum muda
terlibat pergaulan bebas, seks bebas, kehilangan gairah belajar serta
kehilangan orientasi masa depan. Kehidupan rumah tangga tidak berlangsung
lama akibat mudahnya akses perselingkuhan dan problematika ekonomi.
3. Ekonomi
Kemiskinan sampaikapanpun takkan pernah bisa ditanggulangi
selama lembaga apapun namanya yang memaikan sistem peminjaman
berbunga. Riba telah merajalela di negri kita. Lintah darat telah menjadi
idola. Masyarakat kecil tidak punya pilihan lain selain meminjam uang
dengan bunga luarbiasa tinggi. Usaha yang dijalankanpun tidak berjalan
sesuai harapan sebab hampir semua masyarakat terlilit hutang dan kredit.
Prolem ekonomi masyarakat takkan memiliki jalan keluar selama riba
merajalela. Bank Syariah tak ubahnya seperti babi yang dipakaikan jilbab,
daging babi syariah. Baitul Qirad yang diharapkan mampu menjadi ekonomi
alternatif ternyata tak ubahnya bank konvensional, yang mereka tahu hanya
bagi hasi tanpa pernah mau tau kerugian nasabahnya.
Pasar hasil produk pertanian dikuasai mafia. Harga pasar diatur
sedemikian rupa. Petani tak ubahnya sapi perah. Petani hanya mampu
memproduksi dan buta pasar sehingga selalu jadi korban. Elit pemerintah
hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok. Menandatangani
kontak impor produk teknologi akan sangat menguntungkan elit daripada
mereka harus bekerja keras membangun pabrik dan melatih keahlian dan
ketrampilan masyarakat. "Anak TK di Jepang belajar bikin HP. mahasiswa
Indanesia belajar pakai Hp" kata T. Firman Nur. Kita cuma mampu membeli
dan terus membeli tanpa sedikitpun memprodeksi. Kita tergolong bangsa
yang celaka menurut Kahlil Gibran: Celakalah bangsa yang memakan tidak
dari yang dia tanan dan memakai tidak dari yang dia sulam. Kita hanya bisa
menjadi konsumen, bahkan beraspun diimpor. Bukankah mengimpor beras
akan menguntungkan banyak pejabat dan merugikan banyak petani. Elit lebih
suka uang bea cukai daripada bersusah payah mengembangkan SDM petani.
33
Kalau saja ekonomi Islam yang murni mau diterapkan maka
masyarakat kecil tidak hanya akan memperoleh pinjaman tanpa riba, bahkan
pendidikan terhadap bidang profesi mereka berjalan sekaligus. Bukan seperti
kerja Baitul Mal yang taunya hanya mengumpulkan harta orang kaya dan
mendistribusikannya ke kantong pribadi dan pembuatan gedung megah, biaya
transportasi dan akomodasi yang menggelembung tanpa memperdulikan
distribusi yang tepat, mengarah dan berfaedah bagi pengusaha kecil.
4. Politik.
Presiden SBY adalah pemimpin yang sangat pandai membodohi
rakyat dengan pencitraan di media yang sangat tidak berimbangan.
Melanjutkan dan mempertahankan kekuasaannya dia menempun jalur-jalur
yang curang. KPU menjadi tidak independen dan penuh rekayasa. Daftar
pemilih tetap direkayasa membludak di kawasan yang ada bantuan
pemerintah dan sangat minim di daerah yang tek tersentuh bantuan
pemerintah. SBY mampu mencuri hati rakyat dengan iming-iming sepetak
lahan pertanian dan memperlakukan diri seolah-olah patut disayang dan
dikasihani. SBY beli enam sukhoi semua diam, mega beli sati semua ribut,
berkepanjangan. Politik pencitraan SBY memang luar biasa.
5. Agama
Ahmadiyah terkesan dibiarkan oleh pemerintah. Asing menekan
pemerintah agar tidak membubarkannya. MUI dalam mengupayakan
pembubarannya tidak punya mekanisme dan landasan hukum yang jelas.
Ulama hanya bermodalkan semangat subjektif. Jadi selalu kalah dalam ranah
hukum. Ulama tidak mau membuka diri untuk mengkaji persoalan ini secara
objektif. Akibatnya radikalisme oleh Ormas Islam semakin potensial.
Presiden, karena dia ahli dalam manajemen isu membiarkan Ahmadiah
sebagai senjata cadangan dimana ketika berita-berita Century atau lainnya
yang mengganggu kekuasaannya muncul dia bisa memanfaatkan isu ini
sebagai peredam berita Century.
Signifikan
Brigade PII harus merevisi sistem kaderisasinya sehingga mampu
menciptakan keseimbangan antara penguatan kemampuan intelijen,
manajemen organisasi & kelembagaan, spiritual dan interaksi sosial. Brigade
PII juga harus mampu mempertajam sumberdaya kader dalam melakukan
pengumpulan informasi, kajian dan aksi dari dan melalui lapangan dan
berbagai media, baik cetak maupun elektronik.
Membangun dan membina Koordinator Wilayah dan Daerah di semua
Provinsi & Kabupaten/kota suatu keharusan. Lalu Brigade PII
harus menciptakan ketertiban sistem administrasi sesuai PPA di seluruh
eselon Brigade PII.
Efektivtas peran Brigade PII dalam memberikan kontribusi bagi
tercapainya program masing-masing Bidang Badan Induk dan BO PII Wati
dengan mengedepankan etika konstitusi dan hubungan emosional yang baik
wajib terwujud dan penggalangan dana dari berbagai sumber harus sesuai
ART PII.
Dalam rangka Hari Lahirnya yang ke-63, Brigade PII harus mempu
menyalesaikan semua problematika di atas, baik itu menyangkut keummatan
dan Internal PII-Brigade PII. Amin.
36
Perang Ekonomi: Cina-AS Memperebutkan Indonesia
Empet belas abad lalu Nabi Besar pernah memperingatkan suatu saat ummat
Islam akan diperebutkan layaknya hidangan makanan pada suatu
jamuan.Sahabat Beliau bertanya apakah jumlah kaum muslim ketika itu amat
sedikit. "Tidak" kata Nabi "Jumlah kalian banyak, tapi bagai buih dilautan".
Dialog antara Nabi Besar dengan para sahabatnya pada abad ke-7
itu sangat menyinggung (kalau boleh dikatakan menyindir) ummat Islam saat
ini. Dalam kontek ummat Islam Indonesia, merekalah yang harus palng insaf
akan peringatan Nabi itu. Indonesia adalah negara yang dihuni sekitar dua
ratus juta muslim menjadi negara dengan populasi muslim terbesar di dunia
adalah potensi besar akan kekuatan gerakan Islam dunia. Bila mampu bersatu
dan memantapkan akidah, maka Islam akan meraih kembali kejayaannya
sebagai mana pernah terjadi dari abad VIII hingga XII. Namun fakta kini
masih sangat jauh dari yang kita harapkan. Potensi populasi muslim
indonesia hanya menjadi sasaran empuk bagi ragam ideologi yang sedang
berkuasa saat ini. Komunisme dan Liberalisme adalah dua pemangsa yang
paling unggul dalam memangsa populasi muslim terbasar dunia di Indonesia.
Cina sebagai representasi dari idiologi Komunisme telah
menyapakati perdagangan bebas dengan Indonesia. Amerika Serikat (AS)
sebagai dedengkot Liberalisme semakin dalam saja menancapkan kukunya di
Indonesia, apalagi setelah menyepakati beberapa persetujuan baru dengan
pemerintan dan perusahaan Indonesia, utamanya menyengkut pertambangan,
investasi dan perdagangan.
Kita sadar bahwa perdaganagn bebas yang dilakutan pemerintah
Republik Indonesia (RI) akan sangat banyak merugikan RI dan tidak
seimbang dengan keuntungan yang diperoleh Cina. Cina adalah negara yang
sangat anti untuk mengimpor barang-barang produk dariluar negara mereka.
Bila rakyatnya membutuhkan, maka mereka akan berusaha memproduksi apa
yang dibutuhkan rakyatnya. Setelah rakyat tercukupi kebutuhannya, Cina
akan melancarkan ekspor produksi mereka ke negara-nagara lain. Indonesia
yang telah menyepakati perdagangan bebas dengan negeri Tirai Bambu harus
siap pasarnya diserbu produk-produk negara tersebut. Karena budaya
komsumtif masyarakat RI sangat tinggi, pasti barang produk Cina akan laku
keras.
Berlawanan dengan rakyat RI, rakyat Cina adalah bangsa yang
sangat pelit. Mereka sangat irit dan amat selektif dalam mengeluarkan uang
guna memenuhi kebutuhan hidup. Input yang diharapkan Cina dalam
perdagangan bebas agar karya-karya seni tradisional rakyat Indonesia seperti
batik, ukiran dan aneka karya tangan dapat terjual dengan mudah di Cina. Hal
ini sangat mustahil karena barang-barang tersebut, jangankan untuk dianggap
kebutuhan primer, untuk digolongkan sebagai kebutuhan sekunderpun tidak.
37
Rakyat Cina sangat pandai membedakan antara kebutuhan dan keinginan,
kebutuhan seja mereka tekan, apalagi keinginan. Sementara rakyat Indonesia,
semua yang produk yang menarik baginya dianggap kebutuhan, kebutuhan
pokok pula. Padahal secara psikologis, keinginan manusia tidak terbatas.
Nabi besar mengatakan bila seseorang diberikan satu lembah emas maka dia
akan meminta satu lembah lagi, dan keinginan manusia takkan berbatas
hingga mulutnya disumpal tanah (mati). Oleh karena itu, negara yang
bertanggungjawab membimbing, mengayomi dan memberdayakan rakyat
wajib mengontrol daya konsumsi masyarakat.
AS memulai ekspansinya memalui serangan udara. Setelah kondisi
memungkinkan barulah mereka melanjutkan melalui jalan darat. Strategi
perang semacam itu tidak hanya dipraktekkan AS tapi hampir semua negara
Starategi demikian tidak hanya digunakan dalam perang militer tapi juga
perang ekonomi. Perang ekonomi diawali melalui udara dengan melalui
program pesawat televisi dan internet yang menaangkan gambar-gambar
tentang gaya hidup ideal: mengkonsumsi pakaian mewah, pakaian
yang wah, makanan kelas tinggi, rumah mewah dan konsumsi-konsumsi lain
yang membuat target serangan memiliki keyakinan bahwa gaya hidup yang
mereka lihat melalui gambar-gambar propaganda tersebut adalah sebuah
model kehiduan ideal. Setelah itu target semakin menggebu-gebu hasratnya
untuk memiliki barang-barang yang akan menunjang "gaya hidup ideal" yang
baru itu. Saat itulah serangan darat dilancarkan melalui pasar dengan menjual
produk-produk milik negara Liberalisme yang menggiurkan ummat itu.
Saya sangat sedih campur geram melihat kebodohan bangsa
Indonesia yang menjadi sasaran empuk penjualan aneka produk Komunis dan
Liberalis. Wahai saudaraku ummat Islam, ubahlah peradigma anda: Pembeli
adalah budak penjual adalah raja. Selama gemar mengkonsumsi kita takkan
berjaya, selama tidak memporoduksi, kita akan terus terbelakang.
"Celakalah bangsa yang memakan tidak dari yang dia tanam dan
mekakai tidak dari yang ia pintal" (Kahlil Gibran)
39
Melawan Pragmatisme, Menuju Indonesia Masa Depan
44
The Ultimate Creations
Manusia yang cerdas dan hebat terbagi ke dalam dua bidang. Bidang
pertama adalah keahlian menganalisa segala fenomena lalu mengkaji dengan
teliti hasil analisanya dan menyampaikan informasi atas hasil penelitiannya
pada orang lain melaluikarya tulisan yang indah, menyentuh dan mudah
dipahami. Mereka ini dikenal sebagai filosof dan sastrawan. Bidang kedua
adalah keahlian mengukur, memformulasi benda-benda lalu merubahnya
menjadi suatu ciptaan yang baru. Mereka yang memiliki keahlian dibidang
ini disebut ilmuan dan seniman.
Sastrawan mampu menggerakkan hati seseorang bahkan mampu memberikan
paradigma baru dalam kehidupan seseorang melalui karyanya. Filosof
mampu menggerakkan akal seseorang untuk memberikan sebuah pola dan
daya pikir guna menentukan mekanisme seperti apa yang layak ditempuh
dalam mengarungi kehidupan. Ilmuan mampu membuat manusia
memperoleh kemudahan dalam menjalankan mekanisme kehidupannya.
Sementara seniman, melalui karya-karyanya mampu membuat orang takjub
dan merawat semangat manusia dalam menjalankan kehidupannya.
Karya para filosof dan sastrawan yang memikat sekaligus
menggerakkan terakumulasi dalam bentuk Kitab Suci. Semua Kitab suci yang
datangnya murni dari Tuhan memiliki intonasi yang indah dan daya persuasi
yang senantiasa hidup dan dinamis. Karya (baca: kalam) paling agung dari
Kitab Suci adalah Al-Qur'an.
Sementara produk ilmuan dan karya seniman sejatinya dapat menjadi
sesuatu yang memiliki mekanisme teratur namun rumit serta dihiasi keelokan
dan keindahan yang memikat. Alam semesta ciptaan Tuhan dan segala isinya
memiliki struktur yang sempurna serta keseimbangan yang kompleks.
Adapun ciptaan Tuhan yang paling sempurna adalah manusia.
Tuhan mampu memciptakan kesalingterkaitan antara karya dan
ciptaanNya. Antara manusia dan Al-Qur'an memiliki sesuatu yang tidak
dapat dipisahkan. Al-Qur'an diturunkan untuk manusia sebagai pedoman
untuk mengantarkan manusia menuju kesempurnaan abadi. manusia dapat
dengan mudah memahami pesan Al-Qur'an karena keduannya (manusia dan
Al-Qur'an) adalah yang paling agung berasal dari satu sumber (Tuhan).
Kreatifitas tertinggi adalah kemampuan mengkombinasi antara karya
Filosof dan sastrawan dengan produk ilmuan dan seniman. Bila mampu
mengkombinasikannya, maka dijamin misi manusia sebagai penerus tangan
Tuhan di muka bumi akan terlaksana dengan baik.
45
AS Segera Gulung Tikar
Saat ini AS memiliki hutang 200 trilyun dolar atau 1.791 kuadriliun
rupiah (Kompas, 16 Nov. 2010). Tingginya penguluaran AS terutama di
bidang militer akan membuat negara yang mengaku dirinya adidaya itu
kolaps. Ternyata hasil-hasil tambah yang incomenya luar biasa di negara-
negara maju milik perusahaan AS tetap tidak mampu mengimbangi tingginya
anggaran belanja AS. Misalnya melalui PT. Freeport Indonesia, AS setiap
harinya mampu mengeruk minimal 300kg emas dan 600kg puluhan ton
mineral berharga lainnya dari tanah Papua per-hari (Kompas, 11 Nov. 2010
h.10). Bila AS tidak mampu menemukan solusi terhadap persoalan ekonomi
yang mereka hadapi, maka dalam waktu singkat AS akan mengikuti jejak
Yunani yang mengalami devisit anggaran negara.
Sebuah negara yang kebijakan-kebijakan strategisnya dipegang oleh
orang-orang korup akan mudah saja mengalami krisis ekonomi. Di negara
kita misalnya, PLN selalu mengalami kerugian, namun direktur, staf dan
karyawan-karyawan PLN sering kita lihat jadi orang kaya mendadak. Mereka
hanya mementingkan kepentingan pribadi meskipun badan atau lembaga
tempat mereka mengeruk kekayaan mengalami kehancuran. Moral seperti ini
digambarkan Nietzsce sebagai parasit. Pepatah Aceh mentamsilkan: "Matee
ken aneuk, rugo ken atra". Mereka biarkan saja lembaga itu hancur, apa
pedulinya: Mati bukan anak, rugi bukan harta. Apa peduliku, pikir mereka.
Dilihat dari siklus sejarah peradaban suatu bangsa, AS saat ini sedang
berada dalam generasi penghancuran. Prof. Nasaruddin Umar mengutib Ibnu
Khaldun mengatakan panjang pendeknya umur suatu bangsa bergantung pada
empat (tahapan) generasi: Perintis; pembangunan dan penghancuran.
(Republika, 11 Nov. 2010 h.1) Saya kira warga AS sudah kehabisan waktu
untuk berada dalam generasi penikmat. Mereka merasakan generasi ini ketika
militer dan ekonom negara mereka, di luar negeri, habis habisan menyerang
negara maju. Namun ternyata serangan ini justru membuat AS sendiri yang
hancur. Perekonomian mereka hancur lebur akibat sangat besarnya alokasi
dana guna mendukung militer dan persenjataan.
Akibat krisis yang dihadapi AS, jutaan wargannya kini menjadi
pengangguran. Ini artinya tidak lagi berada di zona penikmat. Semua
pengungguran pastilah orang yang melarat, kehidupan ekonominya hancur.
Mereka berada dalam generasi penghancuran. Artinya, AS akan segera
berakhir.
Perjalanan Barrack Obama selama 10 hari sesuai dengan yang kami
perkirakan di awal. Ke negara berkambang dia menawarkan (kalau tidak
boleh mengatakan 'memaksa') produk-produk mereka agar membanjiri negara
itu supaya mereka memproduksi lebih banyak dan dengan itu tenaga kerja
46
lebih banyak mereka butuhkan. Dengan itu mereka bermaksud menekan
angka pengangguran warganya. Dalam waktu bersamaan Obama
menekankan pada negara-negara lain untuk tidak mengekspor barang-
barangnya ke negara mereka.
Semua orang dengan jelas dapat melihat ini sebagai bentuk
tanggungjawab seorang kepala negara untuk mencarikan solusi yang sedang
dihadapi warganya meski harus ke ujung dunia. Dan Kisah perjuangan
Obama ini akan terus melekat di hati warga AS ketika AS menjadi negara
yang tidak diperhitungkan lagi. Dan masa ini tidak akan lama lagi.
Seiring berkembangnya informasi dan teknologi maka semakin
berkembang pula pola pikir masyarakat seluruh dunia. Negara-negara
berkembang tidak gampang saja terbuai bujuk rayu negara-negara maju untuk
menjadikan diri mereka sebagai budak kebudayaan dunia. Negara-negara
berkembang seperti India semakin mandiri saja dalam mengembangkan
teknologinya. Tidak lama lagi India akan menjadi salahsatu kekuatan
ekonomi yang paling disegani di Asia dan segera menjadi kekuatan ekonomi
dunia.
Indonesia juga sudah mulai sadar akan kebutuhan sebuah bangsa
untuk dapat menjadi negara yang mandiri tanpa harus bergantung pada
negara lain. Di bidang teknologi, Indonesia sedang menggarap proyek roket
pengorbit satelit RX 550 dan merancang satekit kembar Lapan-A2 (Kompas,
16 Nov. 2010).
Maka daripada itu, penguasaan AS atas ekonomi negara berkambang
akan segara berakhir dan negara-negara berkembang seperti indonesia akan
menyalip AS disegala bidang. AS segera gulung tikar.
Indonesia? Bisa!
47
Islam Kosmopolitan: Studi Kritis atas Pemikiran Abdurrahman Wahid
49
Sekularisasi Islam
52
Tawaran Islam
54
Indonesia sebagai Negara Maju: Konstruksi Islam Indonesia
Kita memang mudah saja mengatakan "Kenapa tidak Islam saja yang
dijadikan rumah." Memang benar Islam mampu dan palaing layak menjadi
"apa saja" sebagai metafor bagi sebuah kehidupan. Namun Islam seperti
apakah yang paling layak bagi kita, bagi masyarakat muslim dan seluruh
rakyat Indonesia?
Kita terlalu sibuk dengan "kulit Islam" dari pada isi atau ruh Islam itu
sendiri. Baju teluk belanga itu "Cina". Jubah dan rida' itu "Arab." Kita suka
mencibir seorang yang pakai jas meski kita belum tahu bahwa iman dan
takwanya lebih tinggi dari seorang yang berjubah dan yang bersarung.
Sebenarnya saya tidak "ingin" Indonesia menjadi negara maju, Insya'
Allah paling lambat seratus tahun lagi. Tapi bagaimana hendak dikata,
Indonesia memang "harus" jadi negara maju. Indonesia akan menjadi negara
paling maju kedua setelah India. Dan Cina, adalah ketiganya. Kini Beijing,
55
New Delhi dan Jakarta telah menjadi tiga kota pusat perdagangan terbesar di
dunia. Kita tidak perlu terlalu bicara banyak tentang Cina, selain sudah
banyak ruang ulasannya, merujuk sejarah, Cina memang selalu maju di
bidang ekonomi sementara politik, militer dan lainnya adalah manifestasi dari
kesuksesan kemajuan ekonominya. Garis sejarah Cina selalu berjalan lurus.
Kalau orang mengatakan saat ini Cina berada di urutan tertinggi saat ini di
berbagai bidang, maka itu artinya beberapa negara maju sedang dalam posisi
tiarap. Singkatnya, Cina bisa dijadikan standar kemajuan sebuah negara.
Indonesia akan menjadi negara maju. Itu pasti. Yang menjadi
persoalan adalah prinsi, idiologi dan landasan apa yang akan membentuk
Indonesia di masa depan. Pancasilakah, Islamkah, konserfatisme Hindu-
Budhakah, atau bahkan mungkin Kristen?
Kita harus membangun Islam Indonesia. Ini penting.Islam tidak
boleh lagi diidentikkan dengan segala hal yang berbau Timur-tengah.
Terbukti empat ras penghuni Timur-tengah-Arab, Persia, Turki dan Israil-
masih saja terpecahkan meski agama Islam sudah lama mengajarkan agar
tidak rasisme. Rasisme telah memudahkan langkah Inggris meruntuhkan
Ottoman Empire sebab Arab terprovokasi dengan propaganda Inggis:
Ottoman itu Turki. Rasisime menyebabkan negara-negara Arab semakin
mendesak AS segera menyerang Iran. Indikasi lain desakan ini karena Iran itu
Syi'ah.
Sementara pemuda negara-negara maju hidup dalam gaya
hedonisme, pemuda negara-negara berkembang seperti Indonesia meraih
prestasi tertinggi di universitas-universitas di negara-negara maju. Pejajar
Indonesia juga meraih hampir semua mendali di segala bidang olimpiade
sains. Nilai-nilai perjuangan untuk merubah nasib dan meraih cita-cita
masyarakat dari negara maju akan terus berkobar dan tidak lama lagi cita-cita
itu segera diraih. Sementara masyarakat negara-negara maju sudah merasa
nyaman dengan kehidupan yang mereka jalani sehingga tidak lagi punya cita-
cita dan harapan untuk diraih, mereka tidak punya visi.
Pentingnya sebuah visi dirasakan ketika gubernur Sumatera Daud
Beureu'eh menyesali keputusannya menyatakan Sumatera bergabung dengan
Republik Indonesia. Sukarno punya visi cemerlang tentang Indonesia
kedepan, sementara Beureu'eh tidak. Namun saya kira keputusan Beureueh
itu mengandung hikmah yang mendalam, dengan Sumatera menjadi bagian
NKRI, maka potensi Indonesia sebagai negara besar yang maju semakin
besar. Bayangkan kalau Sumatera, atau bahkan satu propinsi saja dari
Sumatera tidak termasuk NKRI, maka Indonesia takkan membanggakan.
Saya tertidur sejenak, seolah tidurnya sudah agak lama. Dalam tidur
saya bermimpi Indonesia menjadi negara maju ke dua setelah India. Saat itu
luas geografis Indonesia adalah seluruh Asia Tenggara, Papua Nugini hingga
56
Mikronesia, Timur Leste hingga Utara Australia. Di bagian utara Australia
militer kita selalu berperang melawan sekutu yang ingin merebut Utara
Australia yang telah menjadi bagian dari Indonesia. Perang itu membuktikan
kuatnya Indonesia dan sebagai wadah latihan militer Indonesia. Duh,
indahnya mimpiku.
Mimpi itu hanya bisa diwujudkan bila Indonesia punya sebuah sistem
kuat yang membentuk karakter militan pada diri setiap masyarakat Indonesia
sekaligus disertai kelembutan jiwa yang bersih. Sebuah negara besar hanya
akan maju bila (1)memiliki sebuah konsep sekaligus sebagai pembentuk
karakter yang mampu mengatur semua watak masyarakat yang beribu
macam. Cara yang satunya lagi dalam memajukan negara besar adalah
(2)menerapkan sistem federasi.
Dilihat dari karakter masyarakat Indonesia yang sudah terlalu bebas
pasca reformasi, maka sistem federasi terlihat lebih cocok. Sistem ini adalah
bagian penting dari penegakan demokrasi. Setiap wilayah punya
perbedaannya masing-masing, punya kearifan yang jauh berbeda dan punya
cara yang berbeda dalam mengekspresikan potensi. Bila pilihan jatuh pada
sistem pertama, maka Islam mampu menjadi sebuah konsep sekaligus
pembentuk karakter yang mampu mengatur semua watak masyarakat. Islam
punya panduan segala lini kehidupan, jadi cocok diterapkan sebagai sebuah
sistem negara. Islam punya panduan mulai dari cara buang hajat, militer,
ekonomi, politik, pemeririntahan dan segalanya.
Untuk menerapkan Islam sebagai landasan Indonesia, terlebih dahulu
kita harus mampu melihat Islam yang telanjang tanpa diselimuti dan disisipi
unsur-unsur budaya manapun. Untuk dapat melihat "Islam telanjang" kita
harus memisahkan mana Islam, mana budaya. Pemisahan antara kedua
bagian ini dimaksudkan untuk agar dapat Islam dikonstruksi guna penerapan
dalam: Indonesia sebagai negara maju.
Di sini kita perlu Epistemologi Islam dan Sosiologi Indonesia.
Epistemologi Islam bekerja untuk "menelanjangkan" Islam dan menyadiakan
"Islam telanjang" untuk diterapkan di Indonesia. Sosiologi Indonesia
manyampaikan laporan sosiologi masyarakat Indonesia. Selanjutnya
Sosiologi dan Epistemologi Islam secara bersamaan mengidentifikasi praktik-
praktik dan nilai-nilai kebudayaan yang dapat merugikan Islam bila
penghayatan dan pengamalannya dan menghapusnya dalam masyarakat.
Sebelumnya kita perlu memahami bahwa praktik-praktik di tengah
masyarakat yang telah menjadi bagian dari budaya mereka adalah suatu
tindakan yang dijadikan sebagai solusi terhadap persoalan hidup yang mereka
hadapi. Tindakan ini adalah sebuah temuan yang telah dicari bahkan ratusan
tahun. Lazimnya dalam pelaksanaannya disisipi dengan rutual-ritual berisi
bagian daripada Islam. Hal ini tidak merugikan Islam dan bahkan
57
menguntungkannya dilihat dari beberapa sisi. Praktik semacam ini harus
dianggap sebagai muamalah dalam kacamata Islam. Dia tidak berbeda
dengan kerja mencari uang yang sama-sama sebagai solusi terhadap
persoalan hidup. Karena itu saya menemukan salah satu ormas terbesar Islam
di Indonesia keluru ketika mengkategorikan ini sebagai bid'ah. Konon,
pendiri organisasi ini terinspirasi perjuangan pemurnian Islam Muhammad
ibn Wahab dan gerakan modernisasi Islam Muhammad Abduh. Bentuk
problematika sosio-kultural yang ditemukan Muhammad Abduh dan
Muhammad ibn Wahab berbeda kasusnya dengan dinamika sosial dan
kebudayaan Indonesia.
Bid'ah dalam masyarakat muslim Indonesia lebih cenderung berada
pada tataran aqidah. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia menemukan
solusi atas persoalan hidup bukan melalui proses rasionalisasi melainkan
praktik trial and error secara berkesinambunyan dan lama. Karena itulah saat
ini, setelah berhasil mendapatkan "Islam telanjang", terlebih dahulu yang
perlu disusun adalah Teologi Islam untuk Indonesia sebagai negara maju.
Untuk merumuskan Teologi tersebut, Sosiologi harus mampu menemukan
data dan motif problematika muslim Indonesia.
Pendidikan adalah penentu pandangan dan jalan hidup manusia.
Globalisasi metodologi ilmu berimbas pada penyeragaman paradigma ilmu.
Ilmu yang membentuk karakter masyarakat dunia hari ini adalah ilmu
berbasis materilisme. Tidak ada yang salah memang dengan metodologi ilmu
hari ini, dianya juga merupakan solusi persoalan hidup yang dihadapi
manusia. Kajian dan terapan ilmu adalah mu'amalah. Tidak ada hubungannya
sama sekali dengan agama.
Harun Yahya terlalu reaktif dalam menyikapi setiap
penemuan ilmu. Dia mudah saja mengintegrasikan hasil yang dilahirkan ilmu
(science)dengan Kitab Suci Islam. Hal ini akan merugikan Islam ketika satu
waktu hasil ilmu berseberangan dengan Kitab Suci Islam. Hasil ilmu, baik
sebuah konsep maupun benda, tidak boleh dikait-kaitkan dengan agama.
Kehancuran Kristen pada era pencerahan adalah karena agama itu terlalu
reaktif terhadap penemuan ilmu pengetahuan. Islam menyerukan ketika kita
menemukan ketidakselarasan antara hasil ilmu dengan Islam agar ilmu itu
dikaji kembali. Ilmuan juga sepakat bahwa setiap penemuan ilmu adalah
sesuatu yang tidak matang, namun dalam proses yang tiada akhir.
Ilmu tidak boleh ikut campur di bidang pembentukan karakter sosial.
Ilmu-ilmu sosial hanya boleh melakukan kajian sosial-individu. Pembentukan
karakter hanya boleh dilakukan Islam. Membentuk pemikiran dan karakter
sesuai dengan Islam. Alasannya, hanya karena Islam yang punya pedoman
dalam segala segi kehidupan. Ilmu hayalah sebuah wacana pemikiran,
ruangnya hanya sebagai mu'amalah! Agar ilmu tidak dijadikan paradigma,
58
prinsip, idiologi dan praktik kehidupan, Islam harus dapat melahirkan
Teologi baru yang dapat membentuk prinsip masyarakat supaya mereka tidak
menjadikan ilmu sebagai prinsip dan jalan hidup. Untuk melahirka Teologi
Islam baru, terlebih dahulu Islam harus telanjang.
Ilmu harus dikembalikan ke posisinya yang semula, sebagai pengkaji,
bukan pembentuk karakter dan penentu jalan hidup. Ilmu hanya bertugas
menerangkan hasil kajiannya pada agama dan agamalah yang menentukan
karakter dan jalan hidup.
Setelah menemukan Teologi Islam baru, dan telah pula Sosiologi
menemukan data pasti problematika muslim Indonesia khususnya dan
manusia Indonesia umumnya, dengan bantuan Sosiologi barulah Teologi baru
dapat dilekatkan di jantung kaum muslim Indonesia. Kalau hal-hal ini telah
terlaksana barulah kita menyusun dan menerapkan Islam Indonesia (sebagai)
negara maju.
59
Garudaku Tangguh: Konstruksi Islam Indonesia
62
Bangun The Ultimate Creations
63
The Ultimate Creations: Dari Berhala hingga Teologi
66
Mari Dukung UN
68
UU Anti Pornografi: Hanya Melarang Bugil dan Sembiring Harus di
Meja Hijaukan
70
Kita tidak Butuh MUI
72
Yogya, Jangan Jadikan Rajamu Singa Ompong
75
Manusia menurut Seyyed Hossein Nasr
77
Manusia Menurut Kahlil Gibran
81
Manusia Menurut Friedrick Nietzshe
85
Manusia Menurut Muhamnmah Iqbal dalam "Javid Nama'’
88
Manusia Menurut Muhammad Iqbal dalam "The Reconstruction of
Religious Trough in Islam"
91
Janji
92
Darah
93
Bank "Syariah": Semua Babi terlihat seperti sedang Tersenyum
95
Aduh Buyung, Inilah Demokrasi untuk Indonesia
seeehingga
aku jemuuu pada dirimuuu
pada dirimuu
Ya, kalau Tuhan jemu, obatnya cuma satu: Neraka. Aduh Buyung.
Pada diskusi yang diselenggarakan oleh Majalah Trust pada 24
Desember 2010 di Hard Rock Cafe, EX Plaza, salah seorang pembicara,
Nasir Djamil, Anggota Komisi II DPR-RI, megatakan "Persoalan bangsa ini
sangat banyak sekali". "a" pertama pada kata "banyak" agak panjang sedikit.
Kira-kira begini: ...Sangat baaaaanyak sekali. Kalimat itu membuat saya
97
kembali pada solusi persoalan bangsa yang terus-menerus terngiyang-
ngiyang di dalam kepala saya.
Begini: Sebuah negara besar, agar maju, harus menganut sistem yang
sangat ketat seperti Komunisme di Cina dan Rusia atau sistem federasi
seperti di AS dan Australia. Islam, sebagai agama mayoritas masyarakat
Indonesia, juga dapat di setting menjadi aturan ketat. Komunisme? kasihan
masyarakatnya, masih banyak orang Indonesia yang percaya pada Tuhan
meskipun sangat banyak yang mengingkari Nya. Lagi pula, sistem ketat
apapun, tidak terlalu baik diterapkan di Indonesia.
Solusinya adalah sistem federasi. Sistem ini lebih moderat dan
longgar. Pada masa kekuasaan Sukarno, kita boleh khawatir setiap negara
bagian berpotensi membangkang pada Pemerintah Pusat. Namun dengan
zaman yang sangat berubah seperti sekarang, kekhawatiran itu perlu dibuang
jauh-jauh. Sistem komunikasi dan informasi yang tidak berbatas dapat
difasilitasi dengan optimal.
Sistem Federasi lebih demokratis sebab akan membuat warga setiap Negara
Bagian dapat dengan leluasa mengembangkan kualitas diri; menjaga kearifan
lokal; dapat dengan bijak mengelola wilayahnya masing-masing dan; dapat
menetapkan aturan-aturan yang dapat melahirkan keinsafan dan kesadaran
setiap warga negara di masing-masing Negara Bagian. Inilah demokrasi yang
layak, inilah demokrasi yang ideal, inilah demokrasi untuk Indonesia.
98
Allah SWT dituduh Menggauli Maryam!
99
Pribumisasi dan Sekularisasi: Islam Mulai Dari Kamar Mandi hingga
Politik Laur Negeri
103
Dajjal
Awal mula tinggal di Banda Aceh, saya membeli dua buah buku.
Yang satu “Sejarah Kebudayaan Islam” karangan Badri Yatim. Satunya lagi
saya lupa nama pengarangnya, judulnya juga lupa karena terlalu panjang.
Buku kedua itu berbicara tentang umur ummat Islam, kemunculan dajjal dan
turunnya Imam Mahdi. Yang paling menarik bagi saya adalah tentang dallal.
Kesimpulan tentang dajjal sertelah membaca buku itu ada dua: Pertama
bingung dan kedua semakin penasaran.
Karena penasaran dan tidak mau dibuat bingung oleh sebuah buku,
saya “mengunyah” banyak buku yang berbicara tentang dajjal.
Mendapatkannya mulai dari membeli, pinjam milik kawan hingga pinjam ke
beberapa perpustakaan.
Bertahun-tahun membaca tema-tema mengenai dajjal tidak mampu
menghilangkan bingung saya tentang dajjal. Terdapat beberapa hadits
mengenai dajjal, diantaranya: (1) matanya satu; (2) ketika dia menginjak
samudra paling dalam, maka yang tenggelam hanya hingga mata kakinya; (3)
muncul dari segi tiga bermuda; (4) di dahinya terpampang jelas tiga huruf
dalam bahasa Arab: “ka, “fa” dan “ra”; (5) memasuki setiap rumah bangsa
Arab; (6) bila memilih surganya, berarti memasuki neraka dan bila memilih
nerakanya, akan masuk surga. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, saya
berkesimpulan dajjal adalah TV, internet dan HP . Begini penjelasannya:
(1) matanya satu:
Layar adalah mata. Tidak ada satu TV yang punya layar lebih dari
satu. Ada TV yang punya layar dua, tapi TV-nya harus dua. HP jenis apapun
yang punya layar lebih daripada satu, layarnya tidak bisa difungsikan lebih
dari satu sekaligus. Jadi matanya tetap satu. Internet diakses melalui
komputer maupun laptop yang layarnya hanya satu. Diakses melalui HP,
kembali ke hukum HP sebagaimana yang baru saya sebutkan: Kalaupun
layarnya lebih dari satu, tidak dapat difungsikan sekaligus. Jadi TV, Internet
dan HP, sebagai dajjal dan matanya satu!
(2) ketika dia menginjak samudera paling dalam, maka yang
tenggelam hanya hingga mata kakinya:
Program TV, Internet dan HP semuanya membutuhkan satelit untuk
dapat dioperasikan. Coba ukur jarak antara satelit dengan bumi. Bayangkan
ada seorang manusia raksasa yang bila mnginjakkan kakinya di samudera
yang paling dalam namun yang tenggelam hanya mata kakinya. Maka
ukurlah tingginya. Tinggi manusia raksasa itu pasti seukuran denga jarak
satelit-satelit pemancar siaran, jaringan dan sinyal yang ditempatkan di ruang
angkasa.
(3) muncul dari segi tiga bermuda:
104
satelit-satelit agar dapat memancarkan siaran, jaringan dan sinyal mau tidak
mau berkaitan dengan grafitasi bumi. Kalaupun siaran, jaringan dan sinyal
tidak terlalu berpengaruh terhadap grafitasi, maka mengambangnya satelit di
ruang angkasa mutlak bergantung pada gaya grafitsi bumi.
Di kawasan Bermuda, Amerika Utara terdapat sebuah tempat di
mana di sana setiap kapal yang melintasinya selalu hilang secara misterius.
Pesawat-pesawat yang melintasi kawasan tersebut juga ikut raib. Konon,
Militer AS mencoba melintaskan pesawat tempur F-16 dengan kecepatan
maksimal: juga ikut hilang. Menanggapi fenomena tersebut orang-orang,
termasuk saintis yang sangat rasional itu, mengaku di sana adalah kerajaan
jin. Jadi hilangnya benda-benda di sana karena ditelan para jin penghuni
sarangnya itu. Saya kira penyebab hilangnya benda-benda di sana karena
tertarik oleh gaya magnet yang sangat kuat. Di sana merupakan pusat
gravitasi bumi.
Salah seorang dosen saya mengatakan gelombang elektromagnetik
yang dipancarkan satelit ke bumi tidak berhubungan dengan grafitasi bumi.
Saya tidak sepakat dengan pernyataannya tersebut. Setiap energi pastinya
adalah benda. Setiap benda pasti tunduk pada hukum grafitasi. Selular dan
kuantum untuk saat ini bisa saja tidak diakui sebagai benda, namun suatu saat
kalau ilmuan mampu menciptakan mikroskop yang lebih canggih dari yang
paling canggih yang ada sekarang, mereka akan mampu mendeteksi selular
maupun kuantum sebagai benda,. Bukankah sebelum atom terdeteksi, ilmuan
duluhanya menganggap atom sebagai energi saja. Jadi siaran, jaringan dan
sinyal harus patuh pada hukum gravitasi. Sehingga siaran, jaringan dan sinyal
yang dipancarkan ke bumi berhubungan dengan gaya gravitasi yang dimiliki
bumi. Pusat grafitasi bumi adalah di Bermuda. Tidak harus siaran, jaringan
dan sinyal terpancar terlebih-dahulu ke Bermuda lalu disebarkan ke seantero
bumi. Yang menjadi pokok persoalannya adalah sumber grafitasinya. Dan
dajjal TV, Internet dan HP munculnya dari segitiga Bermuda.
(4) di dahinya terpampang jelas tiga huruf dalam bahasa Arab:
“ka, “fa” dan “ra”:
Bila seorang anak kelas tiga SD belum pandai membaca, maka orang
akan mengatakan dia: BODOH. Namun bila ada anak kelas tiga SMP yang
belum pandai membaca, maka semua orang akan mengatakanananya:
BOODOOH/B.O.D.O.H.
Karena amat sangat besar dan nyata kekafiran yang dibawa dajjal,
maka Nabi Besar Saw. Mengatakan kekafiran itu penuh penegasan:
K.A.F.I.R. Atau dalam bahasa Arab: ka.fa.ra.
Dahi adalah representasi dari bagian tubuh yang amat sangat jelas
terlihat. Bila menoleh ke arah seseorang, maka bagian tubuh dahi adalah yang
paling dominan diperhatikan.
105
Bayangkan saja adegan yang suami istri yang sah saja tidak boleh
terlalu vulgar melakukannya, di dajjal TV, Internet dan HP dipertontonkan
dengan sangat detil dan jelas. Subutan apa lagi yang lebih cocok selain
menegaskan kekafirannya dengan penegasan yang amat sangat: K.A.F.I.R.
Atau dalam bahasa Arab: ka.fa.ra.
(5) memasuki setiap rumah bangsa Arab:
Rasulullah Saw. Tidak mengatakan “Dajjal akan memasuki setiap rumah
kaum muslim”, namun Beliau menyatakan “Dajjal akan memasuki setiap
rumah bangsa Arab”. Sepedih apapun penderitaan yang dialami warga
Palestina, setidaknya masih banyak warganya yang mampu menjangkau TV,
Internet dan HP. Bila dilihat bangsa Arab secara kesuluruhan, maka beberapa
ribu warga Palestina yanag tidak mampu menjangkau dajjal TV, Internet dan
HP akan larut ke dalam kemewahan bangsa Arab secara keseluruhan.
Lihatlah warga Arab Saudi, Qatar, UEA dan negara-negara Arab lainnya
hidup bergelimpangan kemewahan karena hasil minyak buminya yang
melimpah dengan pemerintahnya yang pro-rakyat.
107
Komitmen Ke-pelajar-an Pelajar Islam Indonesia (PII)
110
Komitmen Ke-islam-an Pelajar Islam Indonesia (PII)
Pelajar Islam Indonesia (PII) ada karena Islam. PII hadir untuk
mendakwahkan Islam kepada ummat. PII adalah organisasi yang mencita-
citakan tegaknya Islam di muka bumi. PII tidak mengenal perbedaan mazhab
dan aliran pemikiran dalam Islam. Bahkan PII lahir karena ingin
menyelesaikan pertengkarang perbedaan pemikiran dalam internal Islam.
Awalnya PII lahir untuk menjembatani perselisihan dan pertikaian antara
pelajar sekolah dengan santri pondok pesantren. Santri pondok pesantren
menuduh mereka yang sekolah adalah mereka yang kafir karena menuntut
ilmu dari penjajah. Doktrin ini memang merasuk bagi santri sebab mereka
sejak dini telah ditanamkan kebencian pada Belanda dan segala prilaku-
prilaku yang berkaitan dengan mereka. Padahal anak sekolah saat itu tidak
lagi ada hubungannya dengan Belanda, namun karena sistem dan simbolnya
masih sama, lahir klaim dari santri. Pelajar sekolah melihat mereka yang
menuntut ilmu di pondok pesantren takkan mampu memberikan apaun bagi
masa depan bangsa sebab mereka hanya mempelajari kitab-kitab yang sama
sekali tidak mampu menjawab tantangan zaman.
Nah, perselisihan inilah yang membuat para penggagas PII
terinspirasi untuk melahirkan sebuah organisasi yang mampu menjembatani
perbedaan pola pikir kedua kelompok ini serta dapat menyatukan mereka.
Sebab, mereka berfikir, dengan usia kemerdekaan yang baru seumur jagung,
akan menjadi ancaman besar bagi masa depan bangsa bila pelajar yang
menjadi penentu arah bangsa di masa depan telah bertikai, membuat sekte
dan berkubu. Lebih dari itu: saling membenci dan memaki serta selalu
menghidupkan api dendam. PII lahir.
Islam yang didakwahkan PII adalah Islam yang murni dari Al-Qur‟an
dan Hadits yang terpercaya. PII tidak mengenal perbedaan mazhab, aliran, ras
dan suku bangsa. PII mencita-citakan tegaknya Islam yang bebas dari
pertengkaran mazhab dan perbedaan pemikiran keagamaan. PII mengajak
kadernya untuk (i)mengimani Islam; (ii)mengilmui/mengkaji;
(iii)mengamalkan serta (iv)mendakwahkannya.
Iman
Allah SWT memerintahkan kaum muslim untuk mengimani Islam
dengan benar dan mendalam, tidak menyekutukan Allah dengan sebarang
sesuatu apapun. Iman adalah hal pokok dan paling utama dalam ber-Islam.
Islam tidak mengedepankan itelektualitas dan kearifan yang berasal dari barat
dan timur. Islam mengutamakan iman yang dibuktikan dengan:
“Kebajikan itu bukan menghadapkan wajah ke arah timur dan ke
barat, tetapi kebajikan adalah (kebajikan)orang yang beriman kepada Allah,
hari akhir malaikat-malaikat,kitab-kitab dan nabi-nabi dan memberikan
111
harta yang dicintai kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, orang-orang
dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba
sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang
menepati janji apabila berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kemelaratan, penderitaan dan masa-masa peperangan. Mereka itulah orang-
orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-
Baqarah: 177)
“Takwa adalah melaksanakan sesuatu seakan-akan engkau melihat
Allah. Dan bila tidak, maka ketahuilah bahwa Dia senantiasa melihatmu”
kata Rasulullah Saw. Jadi iman adalah bekal agar kita tahan terhadap segala
macan ujian dan penderitaan. Pada kesempatan yang lain Allah menegur
orang-orang yang mengaku telah beriman padahal mereka belum diuji
dengan segala macan penderitaan sebagaimana Allah telah menguji orang-
orang sebelum mereaka. Selain untuk tahan dari segala macam ujian. Iman
juga sebagai dasar bagi kita untuk melaksanakan segala macam ibadah yang
telah diperintahkan Allah SWT dan yang telah di anjurkan Rasululllah Saw.
Ilmu
Allah SWT tidak akan menerima ibadah apapun dari hambanya kalau
ibadah yang dia lakuka itu tanpa didasari pengatahuan yang benar. Ibadah
tanpa ilmu akan tertolak. Meskipun pengamalan sesuatu lebih penting dari
pengetahuan akannya, Namun tanpa didasari pengetahuan, pengamalan itu
akan sia-sia. Ilmu memiliki posisi yang sangat sakral dalam Islam. Islam
mengumpamakan orang yang berilmu dengan yang tidak seperti orang yang
buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Orang
yang pintar, kata Rasulullah Saw, adalah mereka yang senantiasa mengingat
akan kematian orang yang cerdas adalah mereka yang selalu mempersiapkan
bekal bagi kamatiannya.
Allah SWT mewahyukan, bahwa hanya orang-orang yang berilmu
saja yang selalu mengingat Allah baik sembari dia berdiri, duduk maupun
berbaringnya. Mereka yang berilmu selalu merenungkan setiap kejadian alam
semsta: baik itu pergantian siang dan malam; bahtera yang berlayar di autan
maupun fenomena-fenomena alam yang lain.
Amal
Islam adalah agama yang mengutamakan pengamalan dari sekedar
pengetahuan. Perbedaan orang yang beriman dengan yang kafir adalah pada
cara mereka merespon musibah serta ada tidaknya mereka mengamalkan
perintah-perintah Allah serta ajaran-anjuran nabinya. Pengamalan harus
dilandasi dua perkara yaitu keilmanan atau benar-benar tulus niatnya untuk
mendapat ridha Allah SWT dan memiliki bekal pengetahuan akan apa yang
diamalkannya.
II.2.d Dakwah
112
Pernyataan-pernyataan yang menyerukan AGAMA ADALAH URUSAN
PRIBADI adalah pernyataan yang sesat dan menyesatkan. Hal ini benar-
benar bertentangan dengan prinsip dan ajaran Islam. Islam memerintahkan
kita untuk beramal serta mendakwahkan Islam. Karena bila Islam itu
dijalankan oleh kita-kita saja sementara kita sendiri membiarkan orang-orang
lain bergelimpanagan pengingkaran terhadap Islam, maka Allah SWT
mengancam kita yang beramal ini pula akan turut merasakan azab dunia
berupa bencana akibat ulah mereka yang ingkar. Islam mengilustrasikan
pelaku maksiat seperti orang yang melubangi perahu. Bila kita tidak
mencegah dan sedapatnya menghentikan perbuatannya maka semua akan
turut tenggelam, semuanya turut meresakan azab dunia akibat pelaku
maksiat.
Islam sangat melarang orang yang menganjurkan orang lain untuk
melakukan sesuatu yang baik atau melarang seseorang untuk meninggalkan
sesuatu yang buruk sementara dia sendiri masih meninggalkan sesuatu yang
baik itu dan masih melakukan sesuatu yang buruk itu. Sangat besar
kemarahan Allah bagi orang yang melakukan dakwah seperti ini.
Kata Ibnu Taymiyah dalam kitabnya Siyasah Syar’iyah: “Dakwah
adalah upaya mencuri hati”. Jadi dakwa samasekali bukan pemaksaan
kehendak kepada orang lain. Dakwah harus menempuh jalur persuasi yang
baik sehingga apa yang kita dakwahkan itu dapat merasuk ke dalam hati dan
sanubari sasaran dakwah.
113
Komitmen Ke-indonesia-an Pelajar Islam Indonesia (PII)
117
Pesut
118
Pelajar Pemimpin
119
Bank sebagai Penyebab Pembunuhan
120
Sistem Pengelolaan Negara: Muhammad Ridha dalam Rapimna PB PII
2010-2012
Menurut Muhammad Ridha, Ketua Umum PB PII periode 2010-
2011, negara yang dikelola tanpa didasari nilai-nilai spiritual akan kehilangan
integritas antara spirit kejiwaan dengan kerja aktif pengelolaan
negara.Katanya, Pancasila tidak pernah menjadi motif moral dan landasan
moral dalam mengisi dan mengelola bangsa.
Bila Pancasila dilepaskan dari Indonesia, maka bangsa ini akan
kehilangan ruhnya.Ridha mengatakan, Pancasila bukanlah sebuah agama,
namun sebuah ideologi. Ideologi merupakan cita-cita yang diletimasi dengan
ilmu. Ini berarti, Pancasila bukanlah sesuatu yang sakral.
Pancasila harus selalu berubah dan dinamis sesuai kondisi dan
perkembangan zaman. Saya melihat, sebab orang Indonesia tidak jujur
menjalankan Pancasila sehingga terjadi jutaan persoalan bangsa adalah
karena prinsip hidup masyarakat yang mayoritas muslim tidak sesuai dengan
landasan negara.Arena Rapimnas Bandung, 15 Februari 2011
121
Membangun Karakter Bangsa: Akbar Tanjung dalam Rapimnas PB PII
2010-2012
123
Penyair dan Nabi Kita
124
Kaderisasi Bangsa: Dadan Dania dalam Rapimnas PB PII Periode 2010-
2012.
126
Objektifikasi Objektif
127
Every Member of Brigade PII a Prince.
128
Korporasi dan Negara Demokrasi
130
Banjir Penguasa, Krisis Pemimpin
131
Antara Negosiasi dan Harga Mati: Perbandingan Pemikiran Islam
antara Muhammad Ridha dan Ahmad Ramdani
137
Bukan Hanya Salah Pemerintah
140
Peran Pelajar Dalam Menjaga Integritas Bangsa
144
Kebahagiaan Hakiki adalah Dalam Menahan
"Kita selalu menginginkan apa yang tidak kita miliki, tidak pernah
menginginkan apa yang kita miliki." (Penyair Timur)Apa yang manusia cari
dalam hidup? Uang, untuk digunakan bersenang senang. Membeli pakaian
semahal-mahalnya. Yang paling mahal diantaranya terbuat dari sutra dan
kulit hewan. Semahal-mahal pakaian manusia adalah belum berpakaian bagi
binatang, semewah-mewah pakaian manusia adalah hewan yang telanjang.
Membeli makanan padahal perut kita hanya sejengkal saja. Dalam hal
makanan, monyet lebih hebat dari kita, dia bisa menyimpan makanan di
bawah rahangnya bila perutnya telah penuh.Membuat rumah banyak-banyak
dan sebesar besarnya dan hanya untuk tidur di sana, sebab sudah terlalu sibuk
bekerja. Bila tidur, semua tidak sadar, dalam tidak sadar, tidur di bawah
kolong jembatan dengan di hotel berbintang lima, sama saja.Semua yang
diimpikan bukan untuk diwujudkan.
Mimpi-mimpi hanya sekedar alasan mengapa kamu harus hidup. Bila
kau telah mendapatkan apa yang kau impikan, kamu tak punya lagi alasan
untuk hidup.Kamu menikahi seorang wanita putih mulus. Setahun dengannya
kamu mulai bosan. Lalu diam-diam kau main belakang dengan si Hitam
Manis. Si Hitam Manis selalu membuat penasaran. Kaupun menikahinya
tanpa pengetahuan istrimu si Putih Mulus.Lama-lama si Hitam Manis mulai
memuakkan. Putih dan hitam sudah kau "coba". Segala gaya, segala atraksi
sudah kau peragakan dengan mereka. Kau mulai melakukan adegan di film-
fim biru Barat. Padahal Kitab Suci mengecam itu meski dia istrimu. Adegan
yang dilarang Kitab Suci itu kau temukan tiada beda laki-laki atau perempuan
lawan mainmu di atas ranjang. Lalu kamupun mulai betah dengan laki-laki.
Alasannya laki-laki tidak banyak tingkah. Jadilah kau ummat yang dikecam
Nabi Luth.Dalam mengejar titel maupun jabatan tidak jauh beda. Hasrat naik
pangkat dan titel sebanyak-banyaknya terus menghantam imaji di kepalamu.
Dengan begitu, kau takkan pernah menikmati profesimu.Kamu harus
selalu pandai menemu beda: mana kebutuhan, mana keinginan. Kebutu han
itu patut kau penuhi. Sementara itu, keinginanmu tiada berbatas. Pada
hakikatnya, kepuasanmu atas keinginan-keinginanmu letaknya bukan pada
pencapaian akannya, dianya tidak mengenal kata puas. Kebahagiaanya hanya
ada pada momen-momen kamu berusaha menahan keinginanmu. Dan
kepuasannya ada pada keberhasilan menghilangkan keinginan-keinginan itu.
145
Filsafat Ilmu: Islam
150
Globalisasi
151
Konsep Takdir Teologi Klasik
153
Kritik Metafisika dan Posisi Al-Qur'an
156
Mantiq
Mantiq berasal dari kata 'nataqa' yang artinya 'bicara'. Secara istilah,
Mantiq berarti ilmu tentang berbicara (diskursus) tentang sesuatu yang lurus.
Mantiq adalah ilmu yang dapat membantu kita menghindari kesalahan dalam
berbicara. Dalam bahasa Inggris ilmu ini disebut 'Logic'. Sementara dalam
bahasa Indonesia disebut 'Logika'. Ilmu ini juga berguna untuk menemukan
maksud sebenarnya dari informasi yang disampaikan pembicara. Mantiq juga
dapat membantu kita mengidentifikasi kebenaran dari informasi yang
disampaikan pada kita. Terlalu banyak informasi yang kita terima terkesan
benar, namun bila kita menguasai Mantik, kita akan terbantu untuk
memferifikasi informasi-informasi itu. Dengan ilmu ini, kita dapat
menggolongkan derajat-derajat kesahihan informasi. Boleh jadi tanpa
menguasai mantiq kita dapat mengetahui benar tidaknya suatu informasi.
Namun tidak sistematis.
Fisafat adalah ilmu yang membutuhkan objek kajian berupa
Ontologi. dalam mengkaji objeknya, Filsafat membutuhkan akal. Dan akal
membutuhkan Mantiq untuk menghindari kesalahan berfikir. Maka Logika
adalah substansi dari Filsafat. Tanpa Mantiq, kata Dr. Umar Shahab, Filsafat
tak mungkin ada. Menyerang Ilmu Mantiq tanpa menggunakan Mantiq
adalah bohong. Sebab Anda tak mungkin melalukannya tanpa menggunakan
Mantiq pula. Tak mungkin Anda menggunakan Mantiq tanpa menguasai ilmu
itu.
Karena semua ilmu membutuhkan pemikiran dan menggunakan
argumentasi, maka semua ilmu membutuhkan argumentasi. Sebab itu
"Mantiq adalah pelayan segala ilmu" (Alkadhum.org) Dari segi perumusan
dan metodenya, Mantiq memiliki kemiripan dengan ilmu Matematika.
Ada sebuah pertanyaan menari dalam diskursus ilmu Mantiq.
"Mampukah Tuhan Yang Maha Besar menciptakan sesuatu yang lebih besar
daripadanya?" Saya menjawab "Tidak. Karena 'Maha' itu artinya 'paling'. Jadi
mustahil ada yang 'lebih' dari 'paling'. "Benar". Jawab Dr. Umar Shahab.
Beliau manambahkan "Sesuatu tidak berlaku bukan hanya keterbatasan
subjek, melainkan keterbatasan objek. Misalnya seorang atlet Lempar
Lembing mampu melemparkan lembingnya sejauh 500 meter. Namun, dia
tidak akan mampu melempar kapas sejauh itu.
"Bila ada pernyataan dari seseorang "Ada tikus di dalam rumah."
Bila itu adalah argumen, maka tidak wajib bagi kita mencari pembuktiannya.
Namun bila itu adalah ilmu, maka kita wajib mencari kebenarannya sebab itu
untuk di konsumsi banyak orang.
157
Fisika Modern dan Dosa Manusia
159
Jibril Belum Pensiun
Aku teringat beberapa tahun yang lalu aku suka di rumah sendiri. Membaca
buku-buku karya tokoh Indonesia seperti Prof. Komaruddin Hidayat, Prof.
Quraish Shihab, Prof. Mulyadhi dan lainnya. kini mereka dapat kulihat nyata.
Bahkan kini menjadi dosenku. Aneh memang. Segalanya dapat terjadi. Tapi
162
hanya akan terjadi bila kita menginginkan dan berfokus untuk
mendapatkannya.
Aku masih bingung dengan teori Parmineides. Jadi "segalanya terus
berubah. Kecuali perubahan itu sendiri." Bila 'perubahan' 'berubah', maka dia
menjadi 'tidak berubah'. Kerena kalau 'perubahan' telah 'berubah' menjadi
'tidak berubah', maka tidak ada lagi yang disebut 'berubah'. Karena tidak ada
yang berubah, maka tidak ada yang namanya 'perubahan'. Maka, jawabanku
tadi salah total. Pantaslah semuanya tertawa.Kalau begitu, kesimpulan teori
ini adalah semuanya berubah.
Lain lagi denga Phytagoras yang menyatakan dunia ini adalah angka.
Karena menurutnya semua jenis materi yang ada di dunia memiliki jumlah.
Jumlah itu disimbolkan dengan angka. Dan Empedoples menyatakan dunia
ini terdiri dari atom. Dan teori terakhir ini dibenarkan hingga kini. Semua
benda terdiri dari atom yang tersusun oleh molekul tertentu hingga menjadi
benda tertentu. Lain lagi dengan ahli informasi yang menyatakan dunia ini
terdiri dari informasi.
Wah, pokoknya semua yang ingin jadi filosof harus punya teori
masing-masing yang berbeda mengenai pembentuk alam semesta. Atau,
karena mereka melahirkan teori yang berbeda mengenai asal-usul alam
semesta makanya mereka menjadi filosof. Wah, aku juga harus melahirkan
sebuah teori, agar aku jadi filosof juga. Biarpun jadi filosof itu hidupnya lebih
merana dari seorang guru atau bahkan tukang sapu jalanan, namun
sepangjang kata-kata masih bisa dibaca manusia, aku akan terus hidup
dibenak mereka.
Selain itu, para filsuf modern juga melahirkan teori. Misalnya
Whitehead yang mengatakan dunia ini terdiri dari peristiwa-peristiwa.
Sementara Muhammad Iqbal menyatakan dunia ini terdiri dari ego atau dia
sebut 'khudi'.
Teori Iqbal itu, tampaknya terinspirasi dari teori emanasi Al-Farabi
yang berkaitan dengan teori evolusi Jalaluddin Rumi. Semua teori ini
berangkat dari teori Plato--yang dikembangkan muridnya Aristoteles--
mengenai 'sense'. Sense ini adalah sesuatu yang tidak berubah. Namun yang
berubah adalah perwujudannya. Misalnya manusia adalah sesuatu yang
berada di alam terus berubah keadaannya. Kata 'cantik' itu berada di alam
sense. Penurunan kata ini terjadi pada wujud-wujud yang relatif dan subjektif.
Kita sering memanifestasikan kata cantik kepada seorang wanita yang
kulitnya mulus, hidung mancung dan tinggi.
Benda-benda yang bergerak dan berubah dianggap mempunyai jiwa.
Jiwa itulah dianggap unsur penggeraknya. Batu, misalnya, diaggap tidak
bergerak dan tunbuhan itu bergerak. Namun Fisika Modern telah
membuktikan benda-benda mati juga terdiri dari atom yang memiliki inti dan
163
elektron yang bergerak dengan kecepatan 1500 mil per detik. Tapi gerak yang
dimaksud adalah perubahan. Lihatlah perubahan air yang diserap akar pohon
mangga berubah menjadi buah mangga yang manis di ujung dahan pohon.
Penggerak segala yang wujud di alam ini dianggap jiwa, sesuai teori
Fisika Modern, kita menemukan bahwa segala benda digerakkan oleh energi,
bahkan energi itulah penyebab segala wujud itu ada. Maka ini membuktikan
bahwa segala wujud materi memiliki jiwa. Dan ada kemungkinan superstring
itulah yang disebut jiwa. Karena teori Fisika menyatakan energi dapat
berubah menjadi materi, maka superstri yang super dahsyat itu kemungkinan
dapa menyusun diri menjadi quark sehingga bahan pembentuk materi selalu
berubah. Dan teori ini membenan apa yang telah dikatakan Budha dan
Parmineides ribuan tahun sebelum mikroskop supercanggih milik ilmuan
masa kini diciptakan.
Teori Evolusi Rumi dijelaskan dengan rinci oleh Iqbal dalam
'Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam' (1986). Awalnya adalah
mineral yang pada tingkat tertingginya saya kira ada pada tanah berair yang
mampu menumbukan lumut. Pada tingkat tertinggi tumbuhan adalah kurma
yang memiliki dua jenis semacam jenis kelamin seperti hewan. Lalu dari
hewan mencapai puncaknya pada mamalia yang juga seperti manusia yang
menyusui.
Dalam pengetahuan kita, manusia memiliki 5 indra yakni melihat,
mendengar, mengecap, merasa dan mendengar. Namun filosof muslim
memperkenalkan sepeluh indra. Di mana lima indra material sebagaimana
telah kita ketahui dan lima indra ruhani, yakni: fantasi, representasi/hayal,
estimasi, imajinasi dan memori.
Fantasi hanya mampu menangkap bentuk namun tak mampu
menyimpannya. Oleh sebab itu dibutuhkan representasi atau khayal agar
tidak perlu setiap berjumpa dengan orang yang sama kenalan selalu. Tanpa
estimasi, pikiran manusia hanya akan seperti air yang dicelupkan suatu benda
ke dalamnya. Dia mampu menerima benda sesuai dengan bentuknya. Namun
dia akan kembali kewujudnya semula tanpa menyisakan kesan. Estimasi yang
dimiliki ruhani manusia akan seperti sebuah pena yang dicelupkan ke dalam
lilin yang dikeraskan dalam sebuah gelas. Setelah pena diangkat, bentuk pena
akan membekas di dalam gelas. Sementara imajinasi adalah keinginan
manusia melepaskan kesan-kesan yang diterima dari alam materi dan
membentuk wujud-wujud baru dalam pikirannya. Unicorn dan pegasus
misalnya. Estimasi adalah kemampuan memberi ingatan pada akal akan
kesan terhadap sesuatu. Tanpa ini, kita tidak mampu mengingat bahwa api
sifatnya panas meskipun kita mengenalnya. Dan memori adalah penyimpanan
segala informasi di dalam otak.
164
Kembali pada teori jiwa, maka dibagilah tiga jiwa yaitu jiwa
tumbuhan, jiwa hewan dan jiwa manusia. Jiwa dianggap sebagai unsur
penggerak segala makhluk di alam ini yang bergerak. Terdapat kemungkinan
jiwa ini adalah superstring yang dimaksud Fisika Modern. Diantara tiga jiwa
makhluk tersebut, maka jiwa manusialah yang paling istimewa sehingga
manusia mampu menggunakan bahasa. Kemampuan ini membuat manusia
mampu memberikan nama (atau semacam hak paten) terhadap benda-benda
yang membuat malaikat tercengang dan menunduk sujud.
Karena hampir semua pemikiran manusia tentang alam berbeda dan
hampir semuanya mengandung kebenaran, saya menyimpulkan, karena alam
itu ciptaan Tuhan, dan alam seperti manusia juga, mengambil manifestasi
sifat ketuhanan dengan kapasitasnya yang terbatas, maka alam sesuai dengan
dugaan pengamatnya (bandingkan: Aku sesuai sanggkaan hamba-Ku, Firman
Allah dalam sebuah Hadits Qudsi)
Sama seperti angka, kata-kata juga sebagai simbol. Bukankah
malaikat juga memiliki kemampuan untuk bertanya (ketika mereka
mempertanyakan kenapa Allah memilih Adam sebagai Khalifah). Namun
komunikasi yang disampaikan malaikat, tidak memiliki 'sense' seperti yang
digunalan manusia. Beriku adalah pertanyaan -pertanyaan yang disampaikan
manusia beserta 'sense'nya: (1)apa: substansi: (2)kenapa: kausalitas;
(3)dimana: ruang; (4)kapan: waktu: (5)bagamana: kualitas, dan; (6)berapa:
kuantitas.
***
Bila manusia tidak terikat dengan dunia maka setelah itu dia dapat
berangkat ke tingkat yang lebih tinggi menjumpai Tuhannya. Namun bila dia
terikat dengan dunia, maka derajatnya akan turun lebih rendah dari hewan.
Bila berada di atas tanah dataran rendah, tarikan bumi tidak sekuat
bila kita berada di puncak gunung. Kalangan sufi sering menggunakan
gunung sebagai matefor daripada tempat penyucian diri. Semakin tinggi
tingkat spiritualitas seseorang, semakin tinggi pula godaan yang dilancarkan
setan. Bila penyucian diri telah sampai puncaknya, seperti ketika manusia
telah mampu melewati garis atmosfir bumi, maka tarikan dunia akan hilang.
Tibalah sufi pada makam makrifat.
Kenapa manusia begitu cinta pada dunia? Karena dunia itu indah.
Kenapa dunia itu indah? Karena dia diciptakan oleh Maha Indah--seperti
yang saya katakan sebelumnya, ciptaan itu mengambil sifat penciptanya
dengan kapasitas tertentu. Sufi mengibaratkan dunia yang indah ini sebagai
bayangan dari Allah Sang Pencipta yang Maha Indah . Karena itu mereka
sadar bahwa bila yang dikejar adalah bayangan, maka kepada wujud asli
takkan pernah sampai. Bila mengejar dunia, maka Allah akan jauh!
165
Politik dalam Teologi Islam
172
Kenapa Sekutu Serang Libya
173
Konsep Imamah dalam pandangan Syiah
Sunni dan Syiah sepakat bahwa Islam adalah sebuah sistem yang
setiap unsurnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dianya berangkat dari
keyakinan yang mendalam akan keesaan Allah SWT yang disebut akidah.
Akidah dimanifestasikan dalam bentuk ibadah ritual formal seperti shalat dan
puasa. Manifestasi ibadah formal ini diapresiasikan kedalam bentuk
pekerjaan profesional yang disebut mu'amalah. Mu'amalah membutuhkan
jaminan sistem dan perlindungan agar profesi dapat dijalankan dengan baik.
Itulah yang disebut siasah. Siasah juga sebuah bangunan sistem yang tidak
hanya berfungsi untuk memberi perlindungan terhadap kerja-kerja formal.
Siasah juga bertanggungjawab mengorganisir setiap individu ke keluarga,
keluarga ke lingkungan hingga ke negara. Negara adalah perkumpulan
masyarakat dalam skala luas yang dilindungi sebuah sistem bernama siasah
atau disebut juga dengan politik."Setiap kamu adalah pemimpin" demikian
peringatan teks suci.
"Tidak ada dua orang dalam suatu perkara melainkan salahsatunya
harus diangkat sebagai pemimpin" bunyi hadits Nabi. Ini meniscayakan
sebuah sistem yang tertata rapi. Lingkungan muslim dibentuk persis seperti
sekumpulan prajurit. Karena setiap individu muslim adalah tentaranya Allah.
Militansi adalah niscaya dalam setiap jiwa ummat Muhammad. Pemimpin
yang dipilih dilihat adalah kefakihannya. Orang yang paling layak nenjadi
pemimpin adalah yang paling baik imannya yang dibuktikan dengan baiknya
dia punya ibadah. Sebab itu, tidak ada di antara muslim yang baik
mu'amalahnya bila buruk ibadahnya. Yang paling layak diamanahkan
pemimpin dalam urusan siyasah adalah dari yang paling baik mu'amalahnya.
Karena itu, siasah adalah turunan dari akidah. Akidah, ibadah,
mu'amalah dan siyasah adalah satu kesatuan yang integral. Interaksi antara
manusia dimulai dari ibadah shalat. (Shalat jamaah adalah wajib hukumnya
bagi laki-laki dewasa). Sperti yang telah diketahui sebelumnya, setiap lebih
dari satu orang, salah satunya harus diangkat sebagai pemimpin. Yang paling
baik ibadahnya adalah bukti dari baiknya akidahnya. Maka dia harus dipilih
menjadi pemimpin ibadah (imam shalat). Imam shalat itu selanjutnya dipilih
menjadi pemimpin lembaga kerja profesional (mu'amalah) karena yang
paling baik ibadahnya akan paling baik mu'amalahnya. Selainjutnya dia pula
menjadi pemimpin siyasah karena yang paling baik mu'amalahnya akan
paling baik memimpin ummat di segala bidang. Mengenai apakah seorang
pemimpin itu mampu mengimami segala sendi mulai dari shalat hingga
politik, maka disinilah kita perlu menyadari bahwa tugas utama orang-orang
yang dipimpin adalah menyokong pemimpim mereka, (Khamenei, 2008:206)
174
bukan menjadi tukang kritik yang niatnya hanya untuk menggoyang
pemimpinnya dan mencari sensasi.
Saya kira uraian di atas tidak ada pertentangan antara Sunni dan
Syiah. Namun yang kita sayangkan adalah didalam dunia Islam kini,
kabanyakan dari sunni terpecah belah karena pikiran mereka yang moderat
tanpa arah hingga mudah saja terombang-ambing akibat propaganda
Barat.Syiah secara etimologi berarti pengikut. Secara istilah syiah berarti dan
pengikut Ali bin Abi Thalib (Kermani, 2009:159). Jiwa-jiwa musli syiah
terlihat masih berkobar semangat persatuan dan prinsip Islam yang kuat.
Mereka masih setia menjaga persaudaraan dan prinsip perdamaian. Mereka
giat dalam belajar hingga pikiran mereka tidak bodoh dan tidak mudah
termakan propaganda Barat.
Iran misalnya, di negara yang dihuni mayoritas syiah ini kita dapat
menemukan satu-satunya model penerapan Islam dengan benar. Beginilah
Islam selayaknya.Islam itu diamalkan setiap unsurnya tanpa diabaikan
satupun diantaranya.Sistem politiknya pun menganut sistem demokrasi dalam
penerapan yang benar. Tidak ada monopoli kekuasaan maupun monarki di
Iran. Para pemimpinnya benar-benar melindungi rakyatnya dari segala tipu
daya musuh. Rakyatnya juga solit dalam membantu pemimpin menjalankan
tugasnya yang berat. Hasilnya adalah kesejahteraan yang melimpah-ruah.
Imam adalah orang yang bertanggungjawab penuh dalam rangka
memperjuangkan kesejahteraan segenap lapisan masyarakat. Seorang imam
harus mampu menjadi suri tauladan.
Dalam pandangan syiah, imam itu harus diikuti tanpa banyak
mempertanyakan kebijakannya .Konsep ini dapat dimaklumi mengingat
mereka telah fair dalam mengeluarkan kebijakan ini. Artinya pemimpin yang
mereka pilih adalah yang paling tinggi tingkat kefakihannya. Bayangkan bila
semua menggap dirinya benar dan orang lain salah, maka yang ada hanyalah
kerusuhan dan perpecahan yang terjadi secara terus-menerus.Imam yang
dipilih adalah merek yang mampu menjaga rakyaknya dari serbuan pasar
global. Imam harus mampu menjaga rakyatnya dari serangan kapitalisme.
Dia juga harus mampu melindungi rakyatnya dari komersialisme pasar yang
luar biasa. Dunia politik aytau siyasah adalah dunia dimana diplomasi sangat
intens. Disana terjadi negosiasi-negosiasi yang luar biasa. Bila imam yang
dipilih bukanlah orang yang fakih, maka akan mudah saja dia menerima
tawaran setumpuk harta dan menetapkan kebijakan yang dapat menindas dan
menyengsarakan rakyatnya.
Di samping itu Imam juga harus dapat selalu mengawal akidah
rakyatnya, pendidikan mereka serta pergaulan mereka. Ini perlu agar rakyat
terus terjaga iman dan ketakwaannya agar mereka dapat terus menghasilkan
generasi yang lebih baik dari yang pernah ada. Saya heran melihat rakya di
175
negara yang mayoritas muslim, bahkan diketahui di negara itulah pepolasi
muslim terbesar dunia berada. Namun perangai dan kehidupan mereka sama-
sekali tidak menunjukkan ciri-ciri bahwa negara itu dihuni mayoritas muslim.
Mengenai segelintir kecil diantara mereka ada yang konsisten melaksanakan
ajaran Islam. Maka hal ini mudah juga kita temui di Swedia maupun
Meksiko.
Gonggongan dan teriakan reformasi serta kebebasan telah membawa
mereka ke jalan yang lebih sulit dari sebelumnya. Pemberontakan terhadap
pemimpin yang mereka teriakkan hanya melah membuat mereka semakin
payah.
Saya melihat semua pemimpin di setiap negara adalah representasi
dari tipikal rakyatnya. Terlepas apapun sistem politik yang dianut. Kalau ada
pergeseran dari rakyat, maka mereka akan menggser pemimpinnya. Misalnya
terjadi pergeseran kesadaran ke arah yang lebih baik oleh rakyat Iran pada era
1970-an, maka mereka menumbangkan rezim pro kafir dan memilih
pemimpin yang fakih.
Ketika rakyat Irak merasa gerah denga kedamaian dan persatuan
Islam, maka mereka memilih mengikuti nafsu setan dan menumbangkan
Saddam Hussain. Dengan itupun hasrat hidup ala gaya Barat yang hedonis
dan materialis dapat mereka nikmati. Mereka sudah bosan pakai gamis dan
makan roti. Lalu beralih pada Lea dan Kentucky. Tidak lama lagi mungkin
warga Arab Saudi akan bosan minum air zam-zam dan beralih ke coca-cola.
Semua kaum Muslim harusnya paham bahwa bila sistem negara tidak
Islam, (Abdurrahman, 2007: 255) maka segala perjuangan akan tidak bisa
dilaksanakan. Dan bila sebagian saja dilakukan, maka sama dengan tidak
melakukan satupun.
Imam dalam pandangan syiah adalah orang yang berada di depan,
untuk diteladani atau diikuti/dipatuhi yang dia laksanakan. Ini karena
kesatuan unsur-unsur dalam Islam yang memiliki garis integrasi yang pasti.
Konsep ini berlawanan dengan pemahaman pemimpin dalam
pandangan barat. Barat menganggap pemimpin politik adalah sasaran kritik
dan caci maki. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan orientasi kekuasaan.
Dalam pandangan Barat, kekuasaan adalah milik manusia, milik rakyat.
Sementara dalam pandangan Islam termasuk syiah, kekuasaan adalah milik
Tuhan.
Pertanggungwajaban utama seorang imam adalah kepada Allah.
Disamping itu pertanggungjawaban dalam konteks kemanusiaan juga perlu
ditunaikan.
Sebenarnya konsep seperti ini tidak hanya milik syiah namun juga
sunni. Tapi realitanya adalah kaum syiah saja yang terlalu ngotot
176
mempertahankan konsep imamah. Imam bagi syiah harus diutamakan dari
segi kefakihannya.
Saya kira perbedaan ini terkesan bagi kita karena setidaknya dua
alasan. Pertama karena ada komunitas mayoritas syi'ah berhasil
menumbangkan rezim penguasa yang pro barat yang dipimpin Imam
Khomaini. Kedua karena kaum sunni terlalu jauh penyebarannya sehingga
akulturasi menjadi salah satu alasan kenapa sunni terlihat kurang kompak.
Dengan beberapa keunggulannya, syiah lebih mampu menerapkan
konsep imamah yang lurus dalam sistem politiknya. Sementara itu untuk
sunni, bahkan telah terlihat bahwa saat ini bahkan diantara pengikutnya
banyak yang sudah tidak lagi mengetahui bahwa konsep imamah yang
sebenarnya, baik dalam paham sunni maupun syiah, adalah pemimpin politik,
mu'amalah dan ibadah adalah yang paling fakih diantara mereka.
Yang membuat sunni dan syiah berbeda adalah pemahaman yang
dianut Syiah Imamiyah. Mereka meyakini imam adalah orang yang dipilih
oleh Nabi saw. Dan yang dipilih Nabi adalah Imam Ali. Syiah imamiyah
tidak mengakui kekhalifahan tiga khalifah sebelum Imam Ali. Menurut
mereka kepemimpinan tiga imam itu tidak sah.
Imam adalah orang yang membimbing, mendidik dan mengarahkan
ummat agar senantiasa berada pada jalan yang diridhai Allah. Imam juga
bertanggung jawab atas kebutuhan dan pemenuhan kesejahteraan ummat
(rakyat). Hal ini berlaku untuk semua masa dan semua komunitas muslim.
Penjajah Belanda barulah hengkang dari bumi Nusantara sekelah
berhasil menumbangkan semua kerajaan Islam. Setelah merdeka, orang
Indonesia menjadi benar-benar buta dan tidak lagi tau bahwa politik adalah
bagian unsur dari agama. Bila politik cikeluarkan dari agama, maka sebuah
agama yang mengelurkan politik darinya tidaklah lagi dapat disebut 'agama'.
Kemampuan menjaga diri dari dosa sekecil apapun dan memiliki
kecakapan ilmu terutama menyangkut akidah, ibadah dan ahli dalam ilmu
fikih adalah syarat yang utama bagi seorang khalifah. Dalam pandangan ini,
seorang imam dapat pula diberi pengetahuan tanpa melalui proses normal
sebagaimana yang dilakukan orang biasa. Pengetahuan yang datang melalui
cara seperti ini disebut laduni. Ilmu ini hanya dimungkinkan Allah bagi
hamba-hambanya tertentu yang Dia pilih.
Seorang imam haruslah memiliki terajat pamahaman akan 'ilmu 'al-
yakin. Dengan ilmu ini imam dapat memahami dengan benar hukum-hukum
atas sebuah perkara. Dengan itu dia dapat menerapkan aturan dan hukuman
yang tepat. Imam adalah penafsir paling diakui atas dalil-dalil ke dalam
bentuk teknis pelaksanaan.
Dalam pandangan syiah, imam yang selanjutnya ditunjuk langsung
oleh imam sebelumnya. Mereka berpedoman pada apa yang telah dilakukan
177
Nabi Besar setelah selasai haji wada. Dikatakan, waktu itu nabi menunjuk Ali
sebagai pengganti beliau sebagai pemimpin ummat Islam. Riwayat ini
dikatakan ikut dirawi banyak ulama sunni.
178
Muhasabah
180
Persoalan Pendidikan Kita
182
Pembenaran, bukan Kebenaran
Kalau Allah mau, Dia akan mejadikan kita ummat yang satu. Namun
Dia sengaja melahirkan kita dengan pemikiran yang berbeda agar dimamika
menjadikan kita berkompetisi secara sehat agar kita terus mengimprifisasi
diri.
Tidak ada manusia kecuali Nabi dan Rasul yang memperoleh
kebenaran dari hasil perenungannya. Perenungan menghasilkan kesimpulan
atau pemahaman yang berbeda. Selanjutnya sebelm dan setelah perenungan,
kita memang mengakui mencari kebenaran di Alam dan pada kitab suci.
Namun sebenarnya dari kedua sumber tadi yang kita cari adalah pembenaran.
Perenungan yang murni dan jujur sekalipun akan melahirkan ide dan
gagasan yang berbeda karena ide dan gagasan yang murni itu datangnya dari
Allah juga.
Oleh sebab itu lahirlah perbedaan mazhab dalam fikih, perbedaan
aliran dalam Teologi dan dinamisnya ide filosof.
Karena itu Nabi Besar mengatakan perbedaan diantara kita adalah
rahmat. Rahmat yang dapat menginprofisasi kita bila secara lebih sering dan
terus menerus direnungkan.
183
Perubahan Tak Bisa Ditunda
185
Apakah Kita Butuh Militer?
186
Takjub dalam Keheningan
188
"Pelesiran" adalah "Manifestasi Tertinggi Demokrasi"
190
Pornografii sebagai "Penyokong" Demokrasi
191
Jahiliyah Barat
Dunia sepakat bahwa syair-syair puisi posisinya lebih tinggi dari segi
tinjauan manapun menyangkut akal dan pemikiran dibandingka karya ilmiah
filosofis. Masyarakat Arab abad V masehi harus diakui lebih intelek daripada
Barat abad 20. Arab saat itu memiliki budaya puisi yang tinggi. Selain itu
mereka juga punya strategi diplomasi yang hebat dan sistem pertahanan yang
unggul sehingga arus perdagangan deras di sana.
Dengan kehebatan-kehebatan itu, Tuhan tetap saja menganggap
mereka bodoh (jahiliyah) sehingga Dia mengutus seorang rasul untuk
memperbaiki kebodohan mereka. Rasul yang ditus itu ditujukan untuk
memperbaiki akhlak (etika) masyarakat yang jauh lebih unggul daripada
Barat abad XX.
Salah satu slogan yang dibawa rasul utusan itu adalah “Adab
diharatas ilmu”. Slogan ini utuk mengingatkan siapa saja yang berbangga
dengan intelektualitasn untuk sadar bahwa intelektualitas itu sama-sekali
tidak berguna bila tidak bibarengi akhlak mulia.
Pada satu Imam Al-Ghazali melihat seekor lalat hinggap pada ujung
tongkatnya. Karena tidak ingin mengganggu lalat itu, beliau tidak
menggerakkan tongkatnya sama sekali. Ini adalah aplikasi dari ilmu Imam
Al-Ghazali yang tinggi itu. Seorang sufi bermimpi bahwa Imam Al-Ghazali
masuk surga bukan karena bukunya yang banyak dan masih bermanfaat bagi
orang hingga kini, tapi karena tidak mengganggu lalat tadi.
Anehnya masyarakat dunia saat ini mererima dan mengidolakan
segala produksi gagasan, barang dan gaya hidup dari Barat karena
menganggap Barat hari ini adalah representasi kehidupan bermartabat.
Padahal posisinya jauh di bawa masyarakat Arab jahiliyah abad V Masehi.
192
Filosof dan Politik
197
Jamuan Yahudi
199
Deradikalisasi Agama ?
202
Eksploitasi Aurat "Tak Perlu" Ditinjau Kembali
203
Pola Kepemimpinan Organisasi dan Indikasi Subversi
205
"Tuhan yang Belum Selesai"
207
Abad Informasi
Kalau abad ke-20 disebut sebagai era industri, maka abad ke-21 ini
disebut sebagai era Informasi. Di abad ini teknologi yang paling banyak di
produksi adalah teknologi media informasi. Menjamurnya laptop, note book
dan hand phone adalah contoh yang bisa kita lihat dalam kehidupan kita
sehari-hari. Produk-produk ini dikonsumsi hampir semua orang di semua
kalangan untuk mengakses informasi. Televisi juga dikemas sepraktis dan se
menarik mungkin agar informasi bagi masyarakat semakin mudah dan
menaruk untuk diakses.
Mustahil bagi kita menghindari produk-produk informasi. Sebab
mayoritas manusia dewasa ini telah menjadikan informasi sebagai konsumsi
pokok. Hal ini sering terjadi bukan atas kesengajaan namun lebih sering
karena kebutuhan.
Oleh karena itu kita, utamanya generasi muda tidak selayaknya
terjebak oleh arus informasi yang deras. Pilihan terbaik bagi kita adalah
dengan bersikap positif terhadap arus informasi dan kritis terhadap segala
informasi yang kita terima.
Tidak banyak salah ketika kita menduga segala informasi adalah
untuk membentuk karakter konsumennya. Namun kita perlu maklum bahwa
media massa yang menjadi sumber utama informasi hanya akan hidup
melalui iklan-iklan yang didalangi korporasi.
Media massa yang paling mudah diakses dewasa ini dan akan datang
adalah melalui jaringan internet. Selain mudah, media akses jaringan internet
juga menawarkan jenis informasi yang tak terbatas.'
208
Manusia Adalah Evolusi Alam Tertinggi
211
Bacaan untuk Injeksi
212
Antara Fiqih dan Filsafat
215
Shalat
Shalat adalah amal pertama yang dihisap di akhirat kelak. Bila amal
shalat seseorang baik, maka dianggap baik pula segala amalnya yang lain.
Namun bila buruk amal shalatnya, maka akan kesulitan pula dia
mempertanggung jawabkan segala amalnya yang lain.
"Shalat itu ibarat sungai yang ada di depan pintu rumah salah seorang
di antara kalian, lalu dia keluar dari pintu itu untuk mandi sebanyak lima kali
dalam sehari-semalam. Dengan demikian, pastilah tidak ada kotoran
sedikitpun yang melekat pada tubuhnya. Begitu pula dengan shalat lima
waktu yang dilakukan dalam sehari semalam, pasti tidak ada dosa yang
tersisa." (Jannati: 2007: 333)
216
Selain dapat menyegarkan fisik, shalat juga dapat membersihkan
kembali hati nurani dengan indikasi: diampuni dosa-dosa. Shalat juga dapat
menghindarkan kita dari perbuatan-perbuatan tercela.
"Dan dirikanlah shalat, karena shalat mencegah kamu dari kejahatan dan dari
munkar" (QS. Al-Ankabut: 45)
Shalat adalah esensi batin sekaligus lahir seseorang. Kita hanya dapat
mengetahui seseorang itu muslim atau tidak dari shalatnya, bukan
syahadatnya yang hanya dia seorang saja yang tahu.
Untuk itu, shalat merupakan kewajiban mutlak bagi seorang muslim. Sangat
banyak ayat-ayat Al-qur'an yang memerintahkan kaum Muslim untuk
menegakkan shalat, antara lain:
"Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu dan
sembahlah olehmu akan Tuhanmu serta berbuatkah kebajikan agar kamu
memperoleh kemenangan." (QS: Al-Hajj: 77)
Shalat diambil dari kata "dalam bahasa Arab: "Shalat" yang artinya
"Prayer" dalam bahasa Inggris (Munir Ba'albaki, 1973:715). kata "Prayer"
(Sadely, 2000:142) dalam bahasa Inggris itu bila diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia, berarti "Orang yang bersembahyang" dan "doa,
sembahyang". "prayer" adalah kata dasar dari "pray" yang berarti (1)
"memohon dan (2) "mengharapkan" . Kata "memohon" dan "mengharapkan",
dalam bahasa Indonesia dapat diterminasikan secara sederhana ke dalam
kata: "doa". Surat At-Taubah membenarkan bahwa kata "shalat" berarti
"doa".
217
Menjadi Bijak
Habibi mati, dia akan meninggalkan karya yang hampir pasti tidak
mungkin ditandingi putra-putri Indonesia ratusan tahun ke muka. Tan Malaka
mati meninggalkan "Madilog" yang masih wajib dibaca ratusan tahun ke
depan. Lantas, bila kita mati, apa yang akan kita tinggalkan?
Sekor mamalia liar mati di hutan meninggalkan fosilnya. Sekali
lagi, bila kita mati, apa yang akan kita tinggalkan? "nama" jawab banyak
orang. Nama? Terus, apa bedanya kita dengan hewan peliharaan?
Seseorang yang indah perangainya, baik akhlaknya, akan membuat
sesiapa merindu kehadirannya, bila dia sedang tak ada. Bila dia hadir, maka
akan membuat suasana nyaman dan teduh.
Perangai elok yang saya sebutkan ini akan menjadi buah bibir
sembarang tempat, sembarang majelis. Tidak ada yang dicakap-cakapkan
terhadap dia orang, kecuali hal baik-baik saja.
Orang seperti ini adalah orang yang senantiasa menyikapi segala
sesuatu dengan bijak. Menjadi bijak adalah seni bagaimana menggunakan
pikiran dalam rangka menyikapi dan memaknai segala sesuatu.
Segalanya memang tergantung pikiran. Segala sesuatu, semuanya
bergantung bagaimana kita menyikapinya. Namun untuk menjadi bijak,
bukanlah perkara mudah. Mengendalikan hawa nafsu, menekan amarah dan
membunuh egoisme adalah langkah menjadi bijak. Mendaki tujuh puncak
tertinggi di dunia dengan cuaca paling ekstrim jauh lebih mudah daripada
menekan hawa nafsu. Merenangi lima samudera jauh lebih gampang
daripada menekan amarah. Membunuh seribu musuh seorang diri jauh lebih
ringan daripada membunuh satu sifat egoisme.
Kalau semua musuh itu telah dibunuh, maka jadilah kita orang bijak.
Orang bijak akan mampu menjadikan rintangan sebagai peluang, menjadikan
masalah senagai solusi dan menjadikan penyakit sebagai obat. Kuncinya ada
pada bagaimana kita melihat sesuatu.
Umpamakan dua orang yang sedang menunggu bus yang sama. Masa
tunggunya pasti sama. Orang pertama menghabiskan waktu tunggunya
dengan membaca. Seorang lagi menghabiskannya dengan menggerutu. Maka
meski posisi dan situasi mereka sama, namun kondisi keduanya tentu
berbeda. Yang satu mengalami kepuasan jiwa, yang satunya mengalami
penderitaan jiwa.
Sama halnya seorang yang dipenjara karena melawan rezim zalim
dengan seorang lagi dipenjara karena narkoba. Orang pertama adalah orang
yang berjuang umpama jihad. Penjara adalah setengah surga baginya. para
penjaga penjara dianggapnya satpam penjaga rumahnya. Tapi bagi si pencuri
mereka adalah setengah malaikat pencabut nyawa. Bagi pihak kedua, penjara
218
adalah setengan neraka. Kala dibezuk, maka pasti dikawal sipir, sebelah
kanan dan kiri. Bagi pihak pertama, itu dianggapnya pengawal pribadi.
Sementara si pencuri menganggap opsir adalah iblis yang selalu mengancam
dan menggerogoti.
Cara memandang sesuatu adalah kunci kebahagiaan. Orang yang
selalu berfikir positif adalah mereka yang hatinya bersih, badan mereka
menjadi sehat, hidup mereka disiplin dan teratur. Sebab, pikiran mereka
selalu bersih sehingga sikap-sikap dan keputusan-keputusan yang mereka
ambil menjadi semakin baik.
219
Disiplin dan Belajar Fiqih
Bila hal itu belum mampu terpenuhi, maka kedisiplinan siswa dalam
belajar akan sulit ditingkatkan. Salahsatu mata pelajaran yang suka membuat
peserta jenuh adn bosan sehingga menyebabkan mereka melanggar batas-
batas kesopanan dan kedisiplinan adalah Fiqih. Fiqih adalah mata pelajaran
yang sangat penting sebagai bekal peserta didik dalam menjalankan ibadah
agama dalam kehidupannya. Disamping itu, Fiqih juga adalah ilmu yang
memberikan pengetahuan pada peserta didik sehingga mereka mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Jadi, Fiqih adalah mata
pelajaran yang sangat fital dalam kurikulum pendidikian Madrasah.
222
Timur ke Barat
225
Sains dan Agama
227
Logika Tidak Logis
232
Organisasi
237
Reinterpretasi Pancasila, Reposisi Islam
241
Al-Ghazali: Menginjak Pada Tanah yang Sama, Bernafas pada Udara
yang Sama
245
Ritual Mistik
247
Juru Selamat
250
Hindu Nusantara
253
Logika Mi'raj
256
Karena sebenarnya materi alam semesta, termasuk jasad manusia, juga Muhammad,
tidak ada. Maka mungkinlah Nabi kita dapat melihat Allah secara langsung. Karena
setiap mempersepsi sebenarnya adalah mempersepsi sesuatu yang tidak ada. Atatau
dengan kata lain: sebenarnya tidak mempersepsikan apapun. Ini karena kualitas
ruhnya rendah. Hanya ruh yang paling berkualitas sajalah yang mampu mempersepsi
sesuatu yang 'Ada'.
Oleh karena itu, ruh yang paling berkualitas itu menginginkan agar ruh-ruh
lainnya menjadi lebih berkualitas. Cara agar ruh-ruh itu menjadi semakin berkualitas
adalah melatihnya untuk membiasakan diri mempersepsi yang 'Ada'. Cara itu adalah
melalui zikir, tafakkur dan shalat.
Karena itu, kita diingatkan agar tidak terlalu menuruti tuntutan pada
pemuasan pada yang bersifat kebendaan.
Karena, seperti yang dinasehatkan Prof. Mulyadhi, ketika nanti mati, atau saat ruh
berhenti mempersepsikan alam ini, ruh yang telah terbiasa memenuhi tuntutan
materialistik akan sengsara saat materi itu tidak mampu dipersepsikan lagi.
Kesengsaraan yang dialami itulah yang mengesankan adanya siksa kubur dan azab
neraka. Saking besarnya kesengsaraan itu, maka dianya akan tampak lebih nyata
daripada pengesanan kita terhadap alam materi saat ini.
Hal yang paling ditentang Nabi Besar adalah penyembahan Allah sebagai
Wujud Mutlak melalui hal-hal yang bersifat fana seperti batu dan patung. Allah
menjadikan manusia mempersepsikan dunia yang fana ini adalah karena karakter
akal manusia untuk dapat mengenal sesuatu dengan menemukan perbandingan.
Malam dapat dikenal karena adala siang. Wujud Mutlak dapat dikanal karena ada
wujud fana. Dunia yang fana ini berada untuk membuat kita mengenal Wujud
Mutlak.
Oleh karenanya, kita harus membiasakan pada pemenuhan kepuasan pada
yang bersifat spiritualitas, agar nantinya kita dapat merasakan kenyamanan dan
kenikmatan pada hari ketika jasad berhenti mempersepsikan alam materi (baca:
mati). Cara melatih pembiasaan pada pemenuhan pada kepuasan spiriyualitas adalah
melalui seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya yaitu zikir, tafakkur dan shalat.
Dan yang terakhir ini adalah "oleh-oleh" dari mi'raj.
257
Intelijen sebagai Alat Korporasi
259
Neo Khawarij
Drama Terorisme
270
Cairan Kehidupan
271
Latihan untuk Pelatih
274
Alam Mistik
276
Aliran-aliran dalam Islam
Kegagalan menemukan jiwa Islam seperti ini berlaku pula bagi sikap
Syi'ah. Golongan yang lahir karena sakit hati ini memiliki pola pikir yang
278
sama seperti Yahudi. Mereka bersikeras Ali harus menjadi Khalifah
perngganti Rasul. Padahal dari segi kejiwaan, ucapan Nabi: Ali untuk
menjadi pengganti belliau tidaklah serta-merta untuk menjadi pemimpin
ummat. Kalau saja maksud Nabi untuk menegaskan Ali menjadi pemimpin
ummat setelah beliau wafat, maka pasti Ali yang ditunjuk sebagai imam
shalat saat beliau sakit, bukan Abu Bakar. Lagi pula bila instruksi Nabi Ali
sebagai Khalifah, maka tidak serta-merta harus langsung diangkat begitu
Nabi wafat. Artinya didahului beberapa orang lainnya, juga adalah mungkin.
281
Gita
Dalam kasus Hindu saya melihat teks suci agama ini ditafsirkan
secara literal (mentah) oleh pemegang otoritasnya. Mereka mendegradasikan
teks suci mereka yang kaya makna dengan tampilan metaforis ke dalam
282
bentuk akal formal. Kemungkinan pendegradasian ini kerena pengaruh logika
formal yang dibangun di Yunani, namun bila bukan karena alasan itu, maka
sesungguhnya akal manusia inginnya memaknai segala sesuatu dengan
perlambangan-perlambangan konkrit yang dekat dengan kehidupan (baca:
sesuai dengan kebiasaan objek yang dikonsumsi akal).
Berikut ini saya coba menanggapi beberapa ungkapan dalam karya
Sri Srimad A.C Bhaktivedanta Swami Prabhupada, "Bhagavand
Gita Menurut Aslinya" (selanjutnya: Gita) yang saya harap dapat
membuktikan pernyataan saya di atas dan juga berkepentingan untuk
menemukan inspirasi tasawuf dari literatur itu yang berguna bagi kita dalam
menanggapi tasawuf terkait pokok pembahasan kita. Di samping itu,
pengakuan kami bahwa sebenarnya agama Hindu adalah agama samawi
mendapat dukungan dengan banyaknya kesamaan antara teks suci agama
tersebut dengan pesan-pesan Islam. Atau kalau memang pernyataan kami
tidak tepat, maka semakin menguatkan pernyataan Ibnu Tufayl yang
menyatakan akal manusia juga mampu menemukan Tuhan sebagaimana dia
rekam dalam novelnya, "Hayy Ibnu Yaqzal".
Melalui Gita, konsep Hindu menyatakan ruh mengikuti manusia
sejak dari janin, bayi, terus tumbuh dewasa dan mati. Namun ketika mereka
mengatakan roh berpindah ke badan yang lain saat badan sebelumnya mati
adalah kekeliruan penafsiran. Sebab maksud yang bertujuan
menginformasikan bahwa ruh itu akan dikembalikan ke jasad semula sulit
mereka percayai. Apalagi Hindu melakukan pembakaran pada mayat. Hal ini
semakin membuat akal mereka sulit mempercayai jasad yang telah menjadi
abu dan di sebarkan ke air untuk berkumpul kembali dan hidup kembali. Tapi
melalui Al-Qur'an, Allah menyatakan mengumpulkan materi jasad yang telah
tersebar ke mana daja adalah mudah bagi-Nya. Bukankah Allah mampu
menciptakan manusia awalnya dari tiada.
Teori Emanasi Al-Farabi menyatakan Allah adalah Akal Pertama.
Melalui akal inilah manifesi akal-akal lainnya terjadi hingga akal manusia
untuk mempersepsikan alam semesta. Ide ini mungkin diilhami dari hadits
tentang Nur Muhammad: Konsep Gita yang mengatakan manifestasi ruh
Krisna kepada Vivasvan, lalu sebagai Manu dan akhirnya menjadi Iksvaku
lebih sesuai bagi teori Emanasi, baik dari segi epistemologis maupun
metodologis.
Dalam kajian kita, di sini, yang "bermasalah" bukan Hindu namun
sufisme. Baiknya sesaat lagi saja kita bicarakan mengenai masalah-masalah
yang ditimbulkan sufisme.
Gita mengistilahkan penumpang kereta kuda sebagai ruh
manusia; badan diumpamakan keretanya kereta; kecerdasan diistilahkan
sebagai kusir; pikiran layaknya tali kendali dan lima kuda sebagai lima
283
indera. Jadi ruh pada hakikatnya yang memiliki tujuan yang pengendalian
tindakan untuk mencapai tujuan itu diserahkan kepada "perangkat" perangkat
lainnya. Akal adalah penentu arah pikiran ke mana indra itu di arahkan. Ke
mana indera diarahkan maka ke sanalah tubuh bergerak. Kepada arah mana
tubuh itu dibawa, maka ke sanalah ruh sampai.
Sufi sufi gemar mengambil metodologi ini dengan mengganti
analoginya. Hamzal Fansuri mengistilahkan "perangkat-perangkat" manusia
seperti sebuah perahu beserta perangkat-perangkatnya. Sementara Ibnu Arabi
mengistilahkan "perangkat-prangkat" manusia dalam sebuah struktur sosial.
Naquib Al-Attas menjelaskan ruh dalam urusan berfikir disebut akal, dalam
wadah segala isi pikiran disebut hati dan dalam tampilan diri disebut jiwa.
Penjelasan ini lebih kurang terkait dengan analogi yang dibaut dalam Gita.
Seperti sebuah gulungan film yang diputar secara perlahan, badan
kita sedikit demi sedikit setiap detik berubah tanpa kita sadari. Hal inilah
yang perlu kita sadari menurut filosofi Hundu. Islam juga sepahan dalam
penjelasan ini. Karena Nafsu menutup kesadaran murni manusia, maka tujuan
ruh sering terselewengkan.
Menurut Gita, Tuhan terlahir dalam segala persolalitas, manusia juga
demikian, tapi manusia lupa dengan semua alam pengalaman yang pernah
mereka lahir sebelumnya. Tapi Tuhan tak pernah lahir dalam badan rohani
dan badannya tidak merosot meski masih terus berinkarnasi.
Tuhan lahir berperan sebagai sosok yang berbeda-beda namun masih
mengingat semua kelahirannya sehingga membuatNya dapat mengalami
berbagai peran secara sekaligus. Pemahaman ini lahir dari kesalahan
penafsiran atas sifat-sitat Tuhan. Akal mereka tidak mampu menyanggupi
sebuah kenyataan satu Dzat namun memiliki banyak Nama dan Sitat secara
sekaligus. Bahkan hingga hari ini banyak ummat Islam yang bingung ketika
diberitahu Allah adalah Maha Penyayang sekaligus Maha Pemarah: atau
Allah sebagai Adh-Dhahir (Maha Jelas) sekaligus Al-Bathin (Maha
Tersembunyi) sebagainana tulis Ibnu Arabi dalam "Fushush Al-
Hikam" (Jakarta: Bias Ilmu, 2008: 47).
Kekeliruan pemahaman ini terjadi karena mereka mencoba
memakwai Wujud yang immaterial ke dalam pemaknaan mereka yang
terbatas materil. Inilah sumber utama kekeliruan agama Hindu.
Pernyataan manusia melupakan tempatnya lahirnya sebelumnya
sebenarnya maksudnya adalah manusia tidak bisa mengingat--dengan akal
yang digunakan untuk mempersepsikan alam materi--alam sebelumnya dia
pernah alami seperti alam ruh sebelum berada di jasad dan alam janin.
Ketika Yang Maha Esa memperlihatkan bentuk SemestaNya kepada
Arjuna yang bila beribu-ribu matahari terbit sekaligus sinarnya dapat
284
menyamai cahaya Personalitas yang Paling Utama, maka ketika itu saya
teringat pengalaman Musa di bukit Tursina dan Nabi Besar ketika Mi''raj.
Saya mulai berfikir kenapa ketika agama mulai menjauh dari ajaran
murninya, maka kesemuanya menemukan kesamaan universal. Saya kira
pantheisme dan moksha tidak diajarkan dalam agama Hindu yang asli, sama
seperti pantheisme sufi dan suluk yang tidak diajarkan Nabi besar, namun
kedua agama ini menemukan persamaannya saat jauh dari nabinya. Sekali
lagi, mungkinkah hal ini memiliki kaitan dengan Kisah "Hayy Ibnu
Yaqzan" yang initinya ingin memberitahukan bahwa tanpa memperoleh
bimbingan wahyu, akal manusia tetap mampu menemukan Tuhannya. Saya
katakan "tanpa wahyu" karena alasan tadi, ritual tadi tidak ada dalam kitab
suci dan tidak dianjurkan Nabi. Kita tahu bahwa Krisna adalah penguasa ilmu
kebatinan sekaligus pemanah ulung, namun kenapa alim ulama Hindu hanya
cenderung kepada kebatinan dan memilik kehidupan hina dengan menerima
belas kasih orang lain.Kenapa mereka lupa merenungkan makna seberarnya
dari Gita: Di mana ada Krisna, penguasa semua ahli kebatinan dan pemanah
ulung .
Dalam Islam kasusnya juga sama, alim ulama lebih cenderung
memilih jalan sufi karena telah kewalahan dan menyerah unruk berdakwah.
Padalah kata "menyerah" sama halnya dengan bunuh diri, suatu perbuatan
yang paling dikutuk. Bahkan sufi sendiri mengaku bahwa menjadi sufi
adalam mati sebelum mati!
Bagi manusia, siapa saja yang menyembah serta menyerahkan segala
kegiatannya padaNya, artinya dengan ikthtiar dan tawakkal serta tekun dalam
berkarya, "menjadi pemanah ulung" atau khalifatullahdan selalu berzikir
setelah pikirannya mantap padaNya, yaitu dengan benar-benar khusyu', maka
Dia akan menyelamatkan hambanya dari lautan kelahiran dan kematian.
Maksudnya adalah dia mendapat perlindungan saat hidup dan pengampunan
ketika mati.
Roh Utama (Paramatma) adalah sumber asli semua indera, tidak
memiliki indera material, tidak terikat (dengan alam materi), melampaui dan
menguasai sifat alam, kata Gita. Ruh Utama ini dalam terminologi filsafat
peripatetik disebut Akal Pertama, di mana akal inilah yang menjadi sumber
daripada segala manifertasi akal hingga terakhir adalah akal yang digunakan
manusia untuk merespon alam semesta. Teori ini disebut Emanasi yang
digagas oleh Al-Farabi.
Dalam perkembangan selanjutnya dari pemikiran Islam, dikenallah
teori baru yang disebut Illuminasi. Teori ini dimotori oleh Syihabuddin
Suhrawardi. Teori emanasi memiliki unsur metodolofis yang sama, namun
berangkat dari epistemologi yang berbeda. Bila dalam teori emanasi Ruh
Utama disebut Akal Pertama, maka dalam Illuminasi, Ruh Utama dalam
285
pemikiran Illuminasi disebut Cahaya Mutlak. Selanjutnya dari Cahaya
Mutlaklah cahaya-cahaya lainnya dimanifestasikan. Teori Emanasi diakui
Suhrawardi dirinya diinspirasikan oleh Al-Qur'an surah An-Nuur yang
menyebutkan Allah adalah cahaya langit dan bumi. Selanjutnya dia mengaku
sumber inspirasi lainnya adalah pemikiran teologi Zoroaster. Menurut saya
konsep Zoroaster tidak jauh beda dengan konsep filsafat Hindu. Pemikiran
Suhrawardi ini adalah pengaruh dari cara beragama masyarajat asalnya yaitu
Pesia yang kental dengan mazhab Zoroastrian. Menurut saya agama Hindu
itu asalnya bukan India, tapi Timur-tengah, atau bahkan mungkin wilayah
Arab.
Maksud Gita Ruh utama tidak berhubungan dengan alam materi
adalah tidak dipengaruhi WujudNya oleh alam materi, sebaliknya alam
materilah yang dikuasai, diatur dan dikendalikan olehNya. "Tuhan
bersemayam di hati setiap makhluk hidup dan mengatur segenap makhluk"
kata Gita.
Selanjutnya Gita menerangkan manusia yang baik naik kederajat
tinggi dan yang jahat turun kederajat rendah (hewan). Al-Qur'an bahkan
menerangkan orang-orang yang membuat kerusakan bagaikan binatang
ternak, bahkan lebih hina daripada itu. Pada bagian ayat lainnya diterangkan
bahwa manusia diciptakan dengan rupa seindah-indahnya, namun tempat
kembali sehina-hinanya: bila dia mengingkari perintah Tuhannya.
Penyatuan mistisme agama-agama semakin digencarkan. Hal ini
sangat menguntungkan bagi musuh-musuh Islam dan siapa saja yang meresa
terancam dengan keberadaannya. Dengan majunya mistisme, maka semakin
jinaklah Islam. Dominasi mistisme dalam Islam sama dengan singa yang
makan rumput.
Berkembangnya mistisme dalam Islam adalah akibat dari gencarnya
orientalis memperkenalkan tasawuf abad pertengahan kepada masyarakat
modern. Kebetulan masyarakat modern yang hedonis kehilangan orientasi
hudup dan gagal menemukan cara dan tempat menenangkan diri dan meraih
kebahagiaan dan kedamaian--menemukan tasawuf sebagai pelipur
lara.Kecenderungan akan mistisme membuat kaum muslim secara
keseluruhan mulai merasa bahwa tasawuf adalah jalan Islam yang
sebenarnya. Dengan itu lahirlah sufi-sufi yang "amatir" dalam pemahaman
dan pelaksanaan keislaman. Sufi-sufi ini menjadikan ritual-ritual mistik
sebagai kewajiban, namun banyak meninggalkan amalan-amalan yang wajib
dalam Islam. Sufi-sufi seperti ini, meminjam istilah Al-Attas disebut pseudo
sufi, sufi sesat.
Tasawuf lahir dari barisan kecewa dan sakit hati pada rezim beberapa
abad sepeninggalan Nabi Saw. Sufi-sufi yang benar menurut Al-Attas adalah
mereka yang tidak pernah meninggalkan syariah. Di zaman modern akan
286
banyak lahir sufi seperti ini karena sistem pendidikan Islam yang berkembang
saat ini adalah sistem yang hanya berfokus pada transformasi pengetahuan
saja. Di samping itu, spesifikasi terhadap aspek-aspek tertentu dalam Islam
hanya akan melahirkan sarjana yang sangat mengetahui satu bagian tertentu
yang sangat mendalam tentang Islam namun mereka tidak mampu melihat
keseluruhan ajaran Islam. Sistem pembelajaran Islam pada pendidikan formal
hanya akan melahirkan ahli-ahli pengetahuan tertentu yang sangat spesifik.
Padahal "Al-Qur'an adalah kitab yang mengutamakan pengamalan dari pada
gagasan" kata Muhammad Iqbal.
Pseudo sufi hanya akan melahirkan muslim yang individualistis.
Penyakit ini sangat merugikan Islam mengingat Islam menyerukan perbaikan
itu tidak hanya pada diri, melainkan secara kolektif. Kalau tidak untuk apa
Allah menurunkan ayat untuk saling menasehati.
Kehilangan kontrol sosial akibat budaya individualistis serta
kecenderungan kepada "jalan sufi" semakin memberikan peluang untuk
merejalelanya kemaksiatan. Padahal kontrol sosoal meniscayakan
pemeliharaan terhadap nilai-nilai mulia yang kita miliki. Sistem sosial terbaik
adalah melalui penerapannya secara tertulis, atau suka disebut undang-
undang.
Nabi Besar memperingatkan fitnah terbesar yang merajalela pada
akhir zaman adalah seseorang yang beriman pada malam hari, sisang harinya
dia menjadi ahli maksiat; pagi beriman, malam kufur!
Salah satu alasan, yang saya kira alasan utama: kenyataan dari
pernyataan Nabi itu adalah karena kecenderungan pengamalan ritual mistik
yang dijadikan pelarian dari kegelisahan akibat gaya hidup materialis dan
hedolis. setali tiga uang dengan itu, nilai yang tidak didukung bahkan
dikukung oleh sistem membuat masyarakat tidak mampu mempertahana
nilai-nilai dimiliki. Misalnya masyarakat sangat ingin membatasi
keinginannya, sementara sistem terus-menerus memaksa rakyat untuk
membeli segala macam barang melalui propaganda iklan dan lainnya. Rakyat
ingin mengatasi syahwat, sistem melarang menutup aurat.
Maka jadilah masyarakat muslim di masa depan, sufi yang hedonis,
materialis dan penuh syahwat. Menjadi sufi adalah pelarian dari kebijakan
sistem kotor yang hampir mustahil dihindari. Maka masyarakat muslim di
masa depan adalah sufi di malam hari, mengubar syahwat di siang hari,
mengikuti suluk di pagi hari, dugem di sore hari. Maka teramat keliru yang
mengakui Islam hanya nilai bukan sistem. Sebab tanpa sistem, nilai akan
tidak bernilai.
287
Karena Tuhan tak Punya Hati
288
Menjadi Penulis
290
Filsafat Sains: Rasionalisme Filosofis
292
Ekonomi Islam
295
Filsafat Sains: Epistemologi Objektif
Akar persoalan kita adalah apa yang kita maksud dengan 'ilmu'.
Apakah kita sepakat atau tidak kata tersebut sama dengan 'sains' dalam
pemaknaan kita?
Ketika menyebut kata 'ilmu' konotasi kita sering mengarah pada hal-
hal yang bersifat keagamaan. Di samping itu, kata ini pula yang kita pakai
untuk menbicarakan aneka disiplin semisal Fisika, Sosiologi dan Astronomi.
Saya kira masalah kita hanyalah pada stigmatisasi makna.
Dalam pandangan Islam, ilmu adalah sesuatu yang dapat
mengantarkan kita menjadi semakin dekat dengan Allah. Dalam pandangan
Barat modern, ilmu adalah segala sesuatu yang telah melalui hipotesa dan
ferivikas. Maka pertanyaan mendasar yang paling perlu diajukan,
sebagaimana diajukan Mulyadhi Kartanegara ( dalam Laode M. Kamaluddin
[ed] On Islamic Civilization. Semarang: Unsila Press. 2010: 246) adalah
tujuan ilmu itu sendiri.
Para pemikir muslim terlalu khawatir model epistemologi Barat
untuk menatapkan ilmu. Bahkan Mulyadhi menuduh kafir orang-orang
(seperti Galileo Galilei dan Charles Darwin) yang telah menemukan
kebenaran melalui ilmu.
Saya kira epistemologi yang digunakan Barat dalam menemukan
ilmu sudah sangat baik. Bahkan Filsafat ilmu yang dibangun terlihat semakin
baik saja. Epistemologi yang mereka gunakan sudah sangat objektif. Bahkan
tidak ada bidang belakangan ini yang lebih jujur daripada filsafat ilmu.
Mereka memferivikasi ilmu dengan sangat objektif tanpa motif apapun selain
hasrat menemukan kebenaran.
Kaum muslim sendiri, alam yang dianggap sebagai salah satu dari
kitab Tuhan harus melihat alam secara murni tanpa motif apapun. Al-Qur'an
meminta pembacanya untuk meninjau alam secara terus-menerus. Artinya
tidak terburu-buru mengambil keputusan final atas apa yang ditemukannya di
alam.
Perintah ini sejalan dengan prinsip ilmu yaitu tidak pernah
mengambil kesimpulan final. Ilmu tidak boleh diabsolutkan. Dianya harus-
terus menerus bersedia untuk diuji oleh siapapun dengan catatan
menggunakan metode objektivikasi yang telah disepakati bersama yang
secara jujur dan lurus itu.
Karena berprinsip untuk selalu terbuka untuk diuji oleh siapapun dan
kapanpun, maka prinsip ilmu bukanlah untuk menentukan absoluditasnya,
melainkan untuk dapat diterima sebagai kensensi bersama.
296
Kalangan pemikir muslim terlalu khawatir ilmu dapat membuat kaum
muslim meragukan kepercayaan mereka pada kebenaran Al-Qur'an dan
Hadits (shahih) yang diyakini absolut--ketika suatu ilmu kebetulan
bertentangan dengan teks Islam itu; atau mereka juga khawatir ketika hari ini
penemuan sains selaras dengan Al-Qur'an dan Hadits, namun esoknya setelah
sains itu diuji kembali akan menemukan perbedaan.
Kekhawatiran ini tidak perlu terjadi kalau saja mereka mampu
memberikan penyadaran pada ummat bahwa prinsip ilmu itu tidak absolut.
Lagi pula, Al-Qur'an dan Hadits menggunakan bahasa simbolik. Misalnya,
hari ini suatu ilmu selaras dengan Al-Qur'an dan Hadits, esok ilmu yang sama
itu setelah diuji lagi, tidak selaras dan lusa setelah diuji kembali menemukan
keselarasannya kembali meski konsep dan rumus hari ini dengan lusa berbeda
sama-sekali. Sekali lagi, ini karena Al-Qur'an dan Hadits tidak memakai
bahasa yang literal namun metaforis.
Atas kekhawatiran ini Syed Al-Attas terburu-buru menyerukan agar
saintis muslim menyusun epistemologi sendiri, epistemologi Islam, dengan
memasukkan intuisi atau pengalaman mistik menjadi bagian epistemologi.
Al-Qur'an dan Hadits juga ikut dilibatkan sebagai bagian epistemologi
tawarannya itu.
Saya kira yang ditawarka Al-Attas ini aneh. Kalau tawarannya itu
diterapkan, maka lahirlah sebuah ilmu yang konyol bin naif. Karena prinsip
ilmu itu harus lepas daripada dogma-dogma dan hal-hal yanga priori. Lebih
parah lagi, bahkan Mulyadhi menawarkan agar melakukan epistemologi
berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits. Tawaran Mulyadhi ini, alih-alih
menghasilkan ilmu yang sesuai dengan selera kaum muslim, malah akan
melahirkan debat semantik yang ujung-ujungnya berimbas pada perdebatan
teologis yang dapat melahirkan "sunni-syi'i" baru atau "khawariz" dan
"mu'tazilah" gaya baru.
Kita harus cermat melihat bahwa ilmu itu orientasinya adalah untuk
melahirkan alat-alat yang dapat dipakai untuk memberikan kemudahan hidup.
Dalam hal ini, perlu dengan sangat cermat bagi kita untuk menemukan mana
perkara-perkara yang bersifat sakralisasi oleh agama, mana hal-hal
duniawiyah. Saya kira meninjau kembali secara objektif tawaran Nurchalish
Madjid (dalam Islam: Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan.
2008) adalah perlu agar kita dapat membedakan mana perkara sakral agama,
mana urusan-urusan yang tidak dipersoalkan oleh agama sehingga kita tidak
perlu mencari-cari pembenaran-pembenaran atau pengharaman-pengharaman
dalam kaidah teks Islam.
Sekali lagi, ilmu yang dimaksudkan di sini adalah alat untuk
menemukan solusi-solusi atas persoalan-persoalan atau sarana-sarana untuk
memudahkan hidup. Jadi ingatlah peringatan Rasulullah: Apa-apa yang
297
kularang, tinggalkan. Apa-apa yang kudiamkan, jangan banyak bertanya.
Sesungguhnya hancurnya agama-agama dahulu adalah karena ummatnya
banyak bertanya (lihat pada halaman sampul dalam Fiqh Islam Karya
Sulaiman Rasjid).
Nah, ilmu di sini adalah perangkat-perangkat yang nantinya akan
menyusun sebuah kebudayaan. Dan kebudayaan itu adalah hasil dari rasa,
karya, karsa dan cipta manusia, bukan agama. Jadi misalkan memakai sarung,
itu adalah budaya. Dan shalat adalah agama. Jangan kira memakai selain
sarung shalat tidak sah. Karena kebudayaan terus berubah, maka niscara
kemarin pakai sarung, hari ini pakai celana dan esok entah apalagi.
"Masalah" muncul ketika kita tidak mampu membedakan antara
ilmu-ilmu yang kita pelajari untuk ruang lingkup aqidah, fiqhiyyah dan
kaidah-kaidah akhlak dengan ilmu-ilmu yang kita pelajari untuk
kemaslahatan hidup. Walau sekalipun keduanya dipelajari sebagai wadah
mencari keridhaan Allah.
Satu lagi, para pemikir kita juga tidak mampu membedakan antara
merenungkan ciptaan-ciptaan di alam untuk menemukan kesan-kesan
keindahan dan keserasian alam yang membuat kita takjub dan semakin dalam
keimanan dengan profesi atau "hobby" meneliti dan melakukan eksperimen
terhadap dan atau di alam untuk melahirkan sebuah hipotesa yang natinya
dapat "diperjuangkan" menjadi sains--sekalipun dalam perjalanan aktivitas
kedua ini sering kita menemukan (atau bahkan lebih sering) kesan-kesan,
ketakjuban-ketakjuban yang semakin meningkatkan keimanan pada Allah.
Karena itu, pada kesempatan lain sebelumnya saya pernah
mengajukan agar ilmu-ilmu sosial itu tidak ambil bagian dalam menentukan
pola hidup masyarakat atau pribadi manusia pada ranah-ranah yang telah ada
aturan jelasnya dalam Al-Qur'an dan Hadits, misalnya sistem ekonomi,
politik, dsb.
Cara yang ditawarkan Mulyadhi sangat tidak dapat diterima secara
objektif dan tidak akan mendapatkan tempan dalam struktur sains karena
metode yang dia tawarkan sifatnya dogmatis-duduktif. Cara yang dia
tawarkan memang agak mirip dengan yang ditawarkan Suhrawardi. Perlu kita
pahami bahwa, paradigma ilmu modern dengan apa yang ditawarkan
Suhrawardi berbeda jauh. Suhrawardi menafsirkan intuisi ke dalam ranah
filosofis. Sementara sains modern ingin memberikan bukti yang benar-benar
objektif.
Objektivikasi yang ditawarkan Kuntowijoyo (lihat
bukunya: Paradigma Islam, Muslim Tanpa Masjid dan Islam Sebagai Ilmu)
lebih realistis daripada bualan Mulyadhi yang saya kira hanya layak
didemonstrasikan bagi mahasiswa semester pertama yang mengambil
298
matakuliah Filsafat Ilmu. Itupun kalau kita ingin melihat mereka tersesat
dalam memandang sains.
Objektivikasi Kuntowijoyo lebih objektif karena dia tidak
menawarkan epistemologi dogmatis dalam usaha mengobjektivikasi nilai-
nilai Islam menjadi sains. Yang dilakukan Kuntowijoyo tidak jauh beda
dengan metode ferivikasi yang dilakukan saintis umumnya.
Saya kira tidak ada unsur yang "najis" yang dilakukan para saintis
dalam menyusun epistemologi sebagai alat ferivikasi ilmu. Mereka
menggunakan perangkat indra dengan mempertimbangkan batas nalar dan
rumusan logika yang telah menjadi kesepakatan bersama sehingga sains
dapat menjadi sajian mentah yang dapat dikonsumsi bersama dan bebas diuji
oleh siapapun dan untuk kepentingan apapun.
Sajian-sajian sains yang telah mapan yang telah mengalami
pengujian ratusan kali dan kenyataannya sejelas satu tambah satu adalah dua
seperti teori bumi mengelilingi matahari bila bertolak belakang dengan
dogma atau keyakinan apapun, maka dogma dan keyakinan itulah yang harus
diferifikasi. Sementara Al-Qur'an dan Hadits, alih-alih dianggap takut untuk
diferivikasi, malah oleh Kuntowijoyo ditawarkan. Bahkan para pemikir-
pemikir Barat yang jenius mengakui Al-Qur'an tak akal guncang menghadapi
pengujian epistemologi modern yang jujur itu.
Kebanyakan para pemikir muslim mengeluhkan sains modern tidak
"menemukan" "hal-hal mistik" yang mereka yakini. Mereka menuding
Filsafat Ilmu memiliki ontologi yang "pincang" karena tidak memasukkah
hal-hal di luar jangkauan akal dan indra sebagai bagian dari
penelitian.Padahal kita mengkaji sains untuk sebagai alat memudahkan hidup.
Jadi apakah Tuhan dan para malaikat mau dikategorikan sebagai alat?
Untuk menjadikan Tuhan, malaikat dan eskatologi "sebagai alat", Al-
Attas menawarkan ketiga itu masuk ke dalam bagian ontologi sains. Pada
wilayah epistemologi, Mulyadhi mengkritik sains modern yang hanya
menjadikan panca indera manusia sebagai sarana memperoleh pengetahuan.
Menurutnya, banyak hal yang tidak terjangkau indera--yang menurut Al-
Attas juga harus dimasukkan ke ranah ontologis--tidak boleh dinafikan
menurut Mulyadhi. Padahal sains modern sudah menggunakan berbagai alat
bantu menjangkau yang tak terjangkau indera. Mereka terlalu memaksakan
hal-hal yang tidak dapat menjadi konsensi umum dimasukkan ke dalam
ontologi dan epistemologi. Maaf: mereka memaksa agar ada miksoskop yang
mampu mendeteksi wujud Tuhan.
Padahal hal-hal yang tak terjangkau akal, yang menjadi dogma kaum
muslimin tidak pernah disinggung oleh saintis. Para saintis
benani nyeleneh seperti mengatakan Tuhan tak ada di bulan setelah mereka
ke bulah atau seperti Stephen Hawking yang mengatakan bahwa tidak ada
299
yang namanya Tuhan dibalik penciptaan alam semesta setelah sebelumnya
para agamawan terlalu memaksakan kitab suci mereka (atau dogma mereka)
supaya diterima sains. Mengenai pernyataan Hawkin: Tangan Tuhan juga
tidak terlihat saat dia "menarik" batang pohon saat Dia menumbuhkannya.
Untuk mensukseskan gagasannya Al-Attas dalam "Islam dan
Filsafat" (Bandung: Mizan, 1995: 34), menjelaskan lima tahapan proses
cerapan indera hingga menuju pemahaman: (1) common sesnsesebagai tahap
akal yang bekerja mengabstraksikan cerapan panca indra ke dalam akal;
(2) represiyaitu penyimpanan data dari indra; (3) estimasi adalah membentuk
opini dengan cara mencari hubungan antara cerapan-cerapan indera yang
baru dengan apa yang telah sebelumnya tersimpan dalam memori akal:
selanjutnya (4) al-hafidz-adz zikir yaitu ingatan-ingatan guna manyimpan
estimasi; dan terakhir (5) al-mutakhayyirah atau imajinasi yang bekerja
sebagai penghubung antara "rupa-rupa" yang telah terbentuk dalam pikiran
dengan bertuk yang ada pada alam materi.
Kelima proses di atas menurut Al-Attas adalah potensi-potensi yang
hanya dimiliki manusia. menurutnya, potensi inilah yang menjadikan
manusia berbeda sama-sekali dengan hewan.
Bahkan masih-masing jenis hewan berbeda sama-sekali kesan yang
ditangkap melalui inderanya. Allah meminta pertanggung jawaban
pada telinga, mata (indera)--atas segala yang pernah dicerap--danhati atau
akal (dalam pandangan Al-Attas akal, hati dan jiwa adalah ruh juga.
lihat: Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam SMN Al-Attas terbitan Mizan)
atas segala ide dan gagasan yang ditimbun dari hasil cerapan indera.
Saya kira bila lima tahapan proses itu diajukan pada saintis, mereka
tidak akan menolak teori itu meski mereka tidak menerimanya karena hal-hal
tersebut tidak termasuk bagian kajian sains.
Potensi-potensi inilah yang membuat Adam mampu memberikan
nama-nama bagi setiap objek sehingga membuat malaikat tercengang.
Ketidak-tahuan Iblis akan potensi ini mungkin dapat menjadi salah satu
alasan Iblis enggan bersujud. Ketika Allah memfirmankan Dia mengajari
Adam nama-nama benda, bukan berarti mendiktekannya seperti anak-anak
yang belajar mengenal huruf, namun dengan mengilhamkan potensi ini.
Dengan majunya sains, saya kira para pemikir muslim takut generasi
ke depan akan terlarut ke dalam ranah sains sehingga menjadi alatnya sains,
kebalikan yang seharusnya, yakni sains sebagai alat. ameski demikian,tidak
tepat kiranya menjadikan sains sebagai sarana mengenal Allah. Sains beserta
filsafat sains harus terus difungsikan sebagai ilmu yang jujur, murni dan
objektif agar dapat terus menjadi konsesi kita semua.
300
Sementara pengenalan Allah adalah melalui Kitab Suci Al-Qur'an
dan Hadits Rasulullah. Kedua sumber inilah Tuhan yang Maha Benar dapat
di kenal. Bukan sains.
Mengenai ketakutan generasi ke depan akan tercerap ke dalam sains
dan akan menjadikan sains sebagai satu-satunya cara pandang, atau bahkan
sebagai sarana tunggal untuk mencari Tuhan, hal ini tergantung sejauh mana
kita mampu membekali anak-anak kita dan diri kita sendiri dengan
pemahaman Al-Qur'an dan Hadits yang benar.
Bekali anak-anak kita dengan Al-Qur'an dan Hadits. Biarkan sains
terus berkembang bersama kejujurannya sehingga di masa depan anak-anak
kita dapat semakin dalam keimanannya ketika mereka bersentuhan dengan
sains. Sebab, bagi orang yang tidak punya bekal tersebut, walaupun langit
dibelah, segala misteri alam disingkap, binatang melata keluar dari bumi
dan bersuara mengatakan Allah adalah Tuhan, atau seperti Bani Israil yang
telah ditampakkan sepercik pancaran sinar Allah, walaupun segala
penemuan di masa depan memperlihatkan bukti yang lebih jelas daripada
mata mereka melihat bulan purnama di malam tanpa awan bahwa Al-Qur'an
adalah benar, Allah Tuhan Yang Esa, Muhammad adalah Rasul utusan
terakhir dan wajib diikuti, mereka tetap takkan beriman karena "Telah ditutup
Allah pada hati mereka. Dan pada pendengaran mereka. Dan pada
penglihatan mereka diberi hijab" (QS. Al-Baqarah: 7).
301
Manajemen Konflik Formal
302
Manajemen Konfik Formal II
303
Indonesia adalah Negara Hindu
Tradisi Hindu yang melarang membaca Weda bagi awam turut diwariskan
bagi peradaban Islam di kawasan-kawasan bekas Hindu yaitu dengan melarang awam
membaca dan merenungkan makna Al-Qur'an secara otododak. Di Nusantara, Al-
Qur'an hanya boleh diberi arti oleh Kyai, Teungku dan Syeikh. Dengan itu
progsesifitas pemikiran Islam menjadi terhambat. Salah satu akibatnya adalah setelah
kolonialis minggat, ummat Islam Nusantara menjadi lupa bahwa Islam hadir tidak
hanya menawarkan nilai namun juga sistem untuk menjaga nilai.
Kekeliruan para perumus Pancasila yang menjadi dasar negara yang secara
bulat dan mentah mengadopsi nilai-nilai Hindu menjadi dasar negara dan mereka
mengira itu adalah Islam bukan hanya karena mereka tidak mau menjadikan Islam
sebagai landasan namun juga karena mereka tidak paham sistem perpolitikan Islam.
Ketidakpahaman ini karena tidak adanya budaya pemikiran dalam Islam yang
berlaku di Nusantara. Jadi meskipun agama mayoritas ummatnya adalah Islam,
namun para perumus sistem itu lebih menjiwai nilai-nilai Hindu yang telah lama
mengakar. Nilai-nilai Hindu ini terbawa juga dalam sistem belajar mereka.
Sementara kenapa beberapa tata politik Islam sempat berkembang di
Nusantara? Karena para elit politik karajaan-kerajaan Islam seperti Demak, Banten
dan Mataram Islam tidak lahir dari masyarakat melainkan dari sebuah isolasi.
Akar masalah kenapa Indonesia selalu kacau-balau karena sistem Pancasila
itu sebenarnya dari Hindu bukan Islam. Banyak tokoh yang mencoba mengaitkan
Pancasila dengan Islam. Alasan utama mereka adalah setiap butir dari lima sila itu
mengandung nilai-nilai Islam. Padahal yang namanya nilai-nilai kebaikan itu
dikandung oleh semua agama tidak terkecuali Islam.
Semua agama pada prinsipnya menyerukan bertuhan pada Tuhan yang Satu;
memerintahkan untuk: adil pada manusia, menjaga persatuan, suka bermusyawarah
dan berlaku adil. Meski dalam Islam kelima nilai itu terkandung, namun pada
prinsipnya dasar itu diambil dari Hindu, bukan Islam. Jadi kalau ingi melihat
bagaimana sebuah negara yang berdasarkan Hindu, lihatlah Indonesia.
Di sini saya tidak mengajak membenci pada umat Hindu, namun yang
menjadi sumber masalah adalah nilai-nilai milik minoritas (Hindu) dipaksakan pada
mayoritas. Akibatnya adalah masyarakat tidak memiliki kesadaran dari nurani untuk
menghayati nilai-nilai dari dasar negara itu. Karena bertolak-belakangnya antara nilai
luhur dalam dada mayoritas masyarakat dengan dasar sistem kuasa yang ada, maka
pada tataran aksi yang terjadi adalah kecurangan dan pengkhianatan karena bertolak
belakangnya antara nurani dengan perbuatan. Buktinya hampir semua para pemangku
kebijakan negara dan kemaslahatan orang banyak melakukan pelanggaran pada nilai-
nilai Pancasila. Sangat mudah mereka mengkhianati Pancasila. Kenapa? Jawabannya
satu: karena prinsip dan nilai dalam dada mereka bertentangan dengan prinsip nilai
yang mereka harus patuhi. Jangan khianati
304
nurani karena kedengkian hati yang menyebabkan hati buta. Mari sekali ini
kita tidak munafik! "Mari lihat ke dalam diri, mari dengar suara hati.
Jangan khianat, rasa dengki. Bukan begitu disuruh Nabi" kata Rafly si
penyair Aceh.
Tak dipedulikannya nilai luhur mayoritas adalah berseberangan
dengan prinsip demokrasi yang diusung. Ini artinya Negara kita tidak
demokratis. Lagi pula demokrasi adalah sistem yang buruk karena hanya
mementingkan kepentingan 51 persen masyarakat dan mengabaikan yang 49
persen lainnya.
AM Fatwa mengatakan bahwa Pancasila itu dari nilai Islam. Padahal
dia sedang menipu hati-nuraninya sendiri. Dia dan orang-orang yang pernah
merasa bingung dalam perdebatan antara Islam dan Pancasila lalu
memperoleh kenikmatan harta dari Pancasila memilih mengaitkan Islam
dengan Pancasila yang memang sangat mudah dikaitkan itu.
Orang-orang yang mencoba mengaitkan nilai Pancasila dengan teks
suci agamanya adalah mereka yang tersadar atau lebih lebih tepatnya
menyerah pada kenyataan bahwa prinsip dan nilai yang telah baku ini kita
tidak bisa melawan. Kita tidak bisa berbuat-apa apa. Kita persis seperti lakon-
lakon dalam drama "Topeng Kayu". Sambil menyadari ini sambil kita
mencari pembenaran diri. Kebetulan pula kita teringat hadits: Ijtihad yang
salah pahalanya satu. Subhanallah. Kita lupa teks lain: Allah maha kuat,
jangan takut kecuali pada Allah.
Ingatlah nurani mayoritas mereka juga sama seperti kita. Namun
karena digaji dua juta rupiah sebulan mereka mati-matian membela prinsip
yang bertentangan dengan nuraninya. Hanya yang nuraninya kuat, hatinya
suci saja yang tidak bisa dicuci denga uang dua juta rupiah. Adakah nurani
kita dua juta rupiah harganya? Tidak! Perniagaan dengan Allah itu
balasannya surga yang luasnya melampaui langit dan bumi. Kemewahan
surga melampaui istana sembarang raja dan semua penguasa.
Ada juga kalangan yang menawarkan objektivikasi nilai-nilai Islam
ke dalam sistem negara. Masalahnya adalah ketika diobjektivikasi, nilai-nilai
itu menjadi nilai universal. Ketika menjadi nilai universal, sistem itu tetap
tidak dapat integral dengan hati nurani sebab pada prinsipnya kehendak,
nurani dan kecenderingan yang menjadi dasar spirit manusia itu punya naluri
mempertahankan. Salah satu cara kerja naluri itu adalah menyingkirkan hal-
hal yang bukan dari bagian dirinya demi mengamankan diri.
Nilai-nilai universal itu bukanlah milik diri, dianya menjadi milik
bersama dan dalam kebersamaan manusia selalu mecoba mempertahankan
milik pribadi. Hal ini berbeda (tidak boleh dianalogikan) dengan hal-hal
materialistik seperti harta yang harus disumbangkan: Menyumbangakan
305
nyawa lebih baik menurut manusia daripada "menyumbangkan" prinsip dan
nilai dimiliki.
Karena itu, solusi atas permasalah Negara kita adalah menejadikan
orang Hindu yang masih benar-benar memahami, menghayati dan
mengamalkan prinsip nilai Hindu dengan benar sebagai pengatur seluruh
kebijakan negara di seluruh tingkatan agar nilai-nilai Pancasila dapat
terlaksana dengan baik dan benar.
Namun karena mayoritas rakyat Indonesia bukan Hindu, maka sistem
negara Pancasila harus menggunakan tangan besi karena hampir semua
masyarakat yang diatur itu sebenarnya tidak mau diatur oleh sistem itu.
Marilah kita untuk tidak mensakralkan apapun kecuali Kalimah
Syahadat. Sebab saya melihat sudah sangat banyak dari kita yang mencoba
menghayati dan menyegarkan kembali nilai prinsip negara namun tetap
malah membuat Nusantara semakin kacau-balau.
Saya mengkritik warisan Hindu pada aspek-aspek sakral atau
menyangkut kaidah keagamaan, terutama pada ranah teologis dan memberi
ruang gerak yang longgar pada aspek cara berkehidupan keseharian (baca:
kebudayaan). Kenapa saya sempat berfikir demikian? Karena nyatanya
sistem Hindu yang diperkenalkan di Nusantara tidak memiliki aturan-aturan
nilai yang konkrit, telalu abstrak sehingga sangat mudah dimaknai menurut
kehendak pribadi. Pada setiap tindakan yang berlandaskan kepentingan
pribadi sangat mudah dicari pembenarannya untuk membela diri. Hal ini
mengingatkan saya pada aturan-aturan hukum yang ditetapkan di Republik
ini. Poin-poin aturan hukum kita sangat multi tafsir sehingga siapa yang
mampu membayar penafsir hukum (jaksa, polis, hakim dll) terbaik, dialah
yang diusung sebagai orang yang paling benar.
Istri-istri Gila-gila
Akal Lupa
309
"Tepuk tangan bagi big-bang baru terjadi setelah lima belas milyar
tahun ledakan itu terjadi" kata Gaarder. Pertanyaan saya, perlukah beberapa
milyar tahun lagi bagi kita untuk mempercayai teori evolusi.
Saya mengapresiasi teori evolusi dari sudut pandang sastra dan
filsasat. Teori itu tidak memperoleh ruang di sudut manapun dari segi ilmiah.
Juga saya dapat mempercayai teori Big-bang secara filosofis, namun
saya kira teori itu tidak relevan sama-sekali secara ilmiah.
Nikah
310
"Gejala dunia dan hakikat hayat, semua mimpi, khayal, tipuan sesaat cuma"
Ummar Khayyam
Ada adat yang berlaku di masyarakat Melayu. Bahwa pengantin
prialah yang menetap di rumah penagntin perempuan. Pengantin pria tidak
boleh keluar rumah selama seminggu pasca pernikahan.
Dalam hukum Islam, laki-laki dewasa wajib ke masjid untuk shalat
berjamaah bila dia mendengar suara azan. Maka terlihatlah adat yang tidak
disyariatkan ini bertentangan dengan syariat.
Saya memberi apresiasi yang sangat besar bagi sebuah sistem budaya
setiap pelosok bumi masyarakat. Karena saya yakin setiap sistemnya adalah
solusi terbaik yangditemukan masyarakat secara alami melalui proses evolusi
yang sangat sinergi.
Kita maklum bahwa di masa lalu pengantin wanita dan prianya hanya
melakukan pendekatan dan pengenalan pasca nikah. Karena itu perjumpaan
mereka paska nikah harus intens. Lagi pula keluarga wanita sangat ingin
melayani menantu mereka dengan sebaik-baik dan seramah-ramahnya.
Karena itu saya mendukung konsensi budaya ini. Namun bagaimana dengan
kewajiban agama?
Saya melihat pengantin pria adalah musafir. Jadi dia boleh menjamak
shalatnya. Karena itu ada toleransi baginya untuk tidak ke masjid.
Perlu diketahui, yang namanya tidak boleh keluar rumah tidak sekaku
yang kita pahami. Maksud sebenarnya adalah pengantin pria tidak boleh dulu
bekerja mencari uang atau nafkah.
'Tidak boleh keluar rumah' itu adalah sebagai istilah saja. Bahkan
waktu bulan madu itulah masanya bagi pengantin pria untuk bersosialisasi di
tengah masyarakat barunya. Biasanya dia datang ke warung-warung kopi
untuk bersosialisasi. Kaum pria di kampung biasanya berkumpul di mushalla
atau surau untuk shalat berjamaah. Maka cara terbaik bagi pengantin baru itu
untuk bersosialisasi adalah dengan shalat berjamaah ke surau atau masjid.
Cukup beritahukan semua. Lalu menikahlah. Karena kamu bukan
raja. Tak perlu undangan seribu. Tak perlu pesta-pora. Tak perlu pelaminan
yang agung, karena kamu bukan raja.
Tapi ingat, perjuangan setan belum berakhir setelah kamu menikah.
Kalau menikah hanya untuk memperturut syahwat, kamu akan
bercerai karena syahwat.
Buku-buku yang menganjurkan pernikahan dini jangan
mempengaruhimu. Untuk membangun sebuah rumah tangga perlu
kematangan pikiran dan kesiapan materi. Permasalahan yang dihadapi orang
yang telah menikah jauh lebih besar daripada kelihan yang dirasakan
bujangan.
311
""Hargai detik berharga ini tinggi-tinggi, itulah buah tunggal hidup
kita, Bujang." Anggaplah kesepian ini sebagai sebuah permainan. "Permainan
yang tak pernah berakhir ini sangat mengasyikkan" (Ahmad Wahib)
Tidak semua pengetahuan membuat kita semakin baik, tapi semua
wanita perlu mengetahui ini: Laki-laki mencintai seperti keledai dan
perempuan mencintai seperti Tuhan. Maka berhati-hatilah, hai perempuan.
"Kalau hendak menurut biar berakal. Kalau hendak mengikut, biar pintar"
ingat pesan ini hai perawan.
Kini kusadari cinta sejati tak membutuhkan badan. Maka janganlah
terburu-buru, hai Bujang.
Setiap tanggungjawab taruhannya selalu nyawa. Maka aku yakin kau
bujang belum siap menikah."Kita adalah wayang dan langit sebagai dalang.
Dalam kenyataan sebenarnya dan bukan sebagai kias semata.Sejenak kita
berperan di pentas ini lantas kitapun mesti masuk ke satu kotak lupa" ingat
pesan Khayyam, Kawan.
Setiap keputusan, sekecil apapun, taruhannya selalu nyawa. Karena
itu keputusan segera menikah adalah pilihan terburuk.
Sementara aku? "Restu dan jasamu akan menjadi kekuatanku."
Biarkan aku bernyanyi:
Karena tak bersama
Cinta semakin luar biasa
Sebab tak bersatu
Cinta semakin menggebu
312
Tampaknya Tuhan tidak mau berlama-lama lagi memerintahkan
malaikatnya untuk meniup sangkakala. Kenapa? Karena manusia semakin
lihai saja dalam menggunakan otaknya. Kemampuan otaknya itu sering
difungsikan untuk mengakal-akali perintah Allah.
Belakangan banyak manusia yang mengeluh terlalu sibuk dan tidak
punya waktu. Sementara mereka harus melakukan banyak hal. bahkan untuk
shalatpun tidak sempat. Mereka mengeluh dengan adanya perintah puasa
dengan alasan puasa mengurangi produktivitas kerja.
Keluhan lainnya adalah dengan tibanya malam, mereka harus
mengurangi aktivitas kerja. Karena itu mereka berharap agar 24 jam siang
terus.
Karena itu manusia tampaknya sedang merencanakan sebuah proyek
pembuatan kaca ukuran mahabesar.Kaca ini akan diterbangkan ke ruang
angkasa untuk ditempatkan pada sudut tertentu di angkasa. Guna kaca ini
adalah untuk memantul cahaya matahari agar tempat-tempat tertentu yang
diinginkan pada malam hari menjadi terang benderang seperti siang.
Kerjanya seperti bulan yang memantul cahaya matahari.
"Lho, bagaimana dengan cuaca di bumi. Awan dapat saja menutupi
cahayanya?" Tenang. Terang yang dihasilkan hampir sama persis seperti
terangnya matahari menyinari. Jadi awan tak mengganggu pantulan sinarnya.
Memang manusia dapat menghemat energi dengan proyek raksasa
itu, namun mereka juga akan menyangkal apabila diperintahkan shalat
maghrib, isya dan subuh. Alasan mereka malam sudah tidah ada dan matahari
tidak pernah tenggelam. Shalat bagi mereka tinggal zuhur dan asar, itupun
digabungkan dalam satu waktu setelah belakangan mereka terkena mazahab
syiah.
Tampaknya Tuhan harus segera menggulung langit dan melipat bumi
sebelum akal manusia menjadi lebih cerdas. Sebelum manusia berhasil
merakit mikroskop yang dapat menangkap wujud-wujud setan dan malaikat.
Sebelum ahli futurologi dapat memastikan seseorang akan masuk surga atau
masuk neraka hanya dengan melihat raut wajahnya.
Tampaknya gunung-gunung harus segera diterbangkan sebelum filsuf
terlalu yakin Tuhan adalah pengecut.
Tapi aku yakin kiamat akan segera datang sebelum saintis berhasil
membuktikan Tuhan adalah tukang kebun.
313
"Dunia adalah perwujudan ide yang utuh dan abadi", kata Goenawan.
Ide adalah kata. Kata menentukan dunia. Mungkin karena itu wahyu turun
dalam bentuk kata. Kelihatannya wahyu ingin menetukan dunia.
Kenyatannya memang begitu.
Syair juga kata, juga telah terbukti merubah dunia. Menentukan
dunia. Tapi tampaknya yang pertama memaksa dan yang kedua merayu.
Syair sifatnya menghipnotis. Mengeluarkan manusia dari alam
sadarnya lalu mendoktinnya di sana. Sekembali dari alam sana, manusia
merubah langkahnya. mereka mengikut tanpa turut.
Dalam menyeru, wahyu menjadikan manusia sebagimana petarung
yang ulung. Wahyu mengajaknya bertempur di arena sebagai gladiator sejati.
Wahyu tahu segala tindak manusia tidak keluar dari sadar . Dengan mengajak
saat tersadar, wahyu memberi sinyal bahwa akal sehat adalah lantai
permadani sega tindakan. Wahyu memberi kesadarah bahwa hidup adalah
pertarungan antara dua harimau jantan, bukan perebutan sepotong tulang
antara dua anjing kurapan di tempat pembuangan sampah.
Aku ingin menjadikan wahyu sebagai syair, biar menyentuh;
mempengaruhi tanpa memaksa.
Berdasarkan itu aku ingin memberi pesan bahwa ilmu dari hasil ide
dan gagasan bukanlah buku pedoman menjalani kehidupan. Dianya adalah
alat; bagamana cara menggunakannya, merujuklah wahyu.
Maka pesan Goenawan sepenuhnya salah. Penentu dunia bukan ide
melainkan wahyu dan pelaksana wahyu bukanlah ide melainkan konsensi.
Konsensi kita yang datang dari hasil asimilasi bebagai hasil penafsiran
wahyu. Tapi bila Anda berkata "Kata adalah penentu dunia yang utuh dan
abadi" maka: (pembaca soal kuis di tv): "Seratus buat Anda".
314
Sistematika Stigmatisasi
315
Garuda adalah Burung
316
Jalan Fisika
318
Da'wah Satu Pesan
319
Tuhan
320
Esensi Demokrasi
321
Di Sawah
322
Pengelola Negara Bajingan
323
Berhenti Membaca
324
Dilarang Parkir
325
Fitrah
Adik bertanya pada Mak. "Mak, kenapa dalam kitab dikatakan zakat
Fitrah tidak dianggap lagi bila dibayar setelah shalat Ied?"
"Zakat Fitrah itu adalah penyampai pahala puasa Ramadhan kepada
Allah SWT. Bila zakat fitah tidak dibayar maka pahala puasa kita
mengawang-awang. Ketika Fitrah tersampaikan pada fakir-miskin maka
tersampaikanlah pahala puasa kepada Allah" jawab Mak.
Mendengar itu saya teringat sebuah hadits yang menyatakan Allah
berada pada perut anak yatim yang sedang kelaparan. Maka menurutku
apabila sumbangan kita pada anak yatim itu tersampaikan kepada perutnya
yang kelaparan, maka itu artinya sumbangan kita tersampaikan pada Allah.
Mengingat ini aku ragu apakah orang-orang yang rajin shalat
berjamaah, dahinya hitam bekas sujud dan jenggot sudah seperti singa
tersentuh Tuhan amalnya padahal mereka paling sombong di atas kulit bumi:
mereka paling pelit senyum, menganggap diri paling baik, merasa telah
mengantongi tiket surga dan meyakini orang lain di sekitarnya pasti masuk
neraka.
326
Target
327
Agama Sebagai Candu
328
Respon PII Atas Beberapa Persoalan Ummat
Umat Islam
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memang terlihat telah bergerak
terlalu jauh menginggalkan idealitas mereka sebagai gerakan Islam.Saratnya
kepentingan para alumni HMI terhadap lembaga itu membuat para petinggi
HMI yang masih aktif mau tidak mau terlibat dalam arus kepentingan
tersebut. Akibatnya, politik uang terlalu deras di HMI sehingga mengalahkan
segala kepentingan yang lain.
Angin segar datang dari telah tercapainya kesepakatan dari para
petinggi GPI dengan GPII untuk kembali bersatu. PB PII melalui Ketua
Umumnya Muhammad Ridha dipercaya sebagai fasilitator dalam penyatuan
tersebut.
PB PII sendiri masih terlihat longgar dengan ormas-ormas
Islam dalam berkoalisi menganggapi isu tertentu. Terlihat seperti ini karena
PB PII berpandangan dalam melakukan amal makruf dan pembelaan hak
musdaafin kita dapat berkoalisi dengan organisasi berlandaskan apapun
selama kita punya komitmen yang sama dibidang itu dengan tetap berpegang
pada Khittah Perjuangan PII.
PII juga terlihat lemah merspon aliran-aliran sesat dalam Islam sebab
mungkin karena kita terlalu fokus pada isu yang berdampak langsung pada
masyarakat secara umum. Meski begitu, banyak PW PII yang sangat serius
merespon aliran-aliran sesat tersebut di daerah masing-masing.
Kita juga gerah melihat organisasi-organisasi Islam yang baru
bergerak ketika memperoleh dukungan materil dari pihak-pihak tertentu yang
punya kepentingan. Kita patut mempertanyakan idealitas ormas-ormas Islam
secara umum.
Tidak diakomodasinya kepentingan kepentingan Islam dalam sistem
formal menyebabkan banyaknya kalangan ummat Islam yang peduli akan
cita-cita dan posisi Islam menjadi kecewa sehingga menjadi potensi besar
timbulnya gerakan-gerakan yang dianggap "berbahaya" oleh negara. PII
sendiri dalah hal ini mengambil sikap objektivikasi nilai-nilai Islam sehingga
cita-cita Islam dapat menjadi cita-cita objektif sehingga dapat diakomodasi
oleh sistem formal.
Sikap seperti ini juga menjadi kendala bagi kita karena setiap nilai
yang terobjettivikasi menjadi sistem kurang disadari ummat sehingga mereka
tidak memiliki loyalitas menjalankan dan mempertahankan sistem ini. Di
samping itu, pemerintah juga masih sangat lemah keepeduliannya untuk
menerima nilai-nilai yang terobjektivikasi ini.
329
Salah satu strategi kita dalam objektivikasi ini adalah bergerak
bersama lambaga-lembaga buruh serta ormas-ormas yang mengusung misi
kemanusiaan dalam memperjuangkan aspirasi rakyat Indonesia yang
mayoritasnya adalah Muslim. Bergerak bersama mereka adalah usaha kita
menyuarakan aspirasi kaum muslim. Hal inilah yang perlu disadari esolon-
eselon PII tingkat wilayah hingga komisariat sehingga mereka dapat
menjalankan visi PII Nasional secara bersama. Bidang pemberdayaan
wilayah PB PII perlu memberikan penyadaran kepada eselon bawah PII.
Stimatisasi teroris terhadap Islam oleh Barat telah berhasil
mempengaruhi pemerintah kita yang korup itu untuk ikut-ikutan dan bahkan
semakin heboh menciptakan situasi sehingga seolah-olah terlihat ekstrimis
Islam banyak bergentayangan dan meresahkan. Denga itu pemerintah
utamanya melalui PNPT (badan Nasional Penanggulangan Terorisme) dapat
terus mendapatkan kucuran dana dari negara-negara anti Islam dan APBN.
Dalam hal ini PII masih belum memiliki aksi yang konkrit dalam
melawan penyakit ini kecuali dengan advokasi-advokasi yang disuarakan
secara pribadi oleh personil PB PII melalui media massa seperti blog, tweeter
dan facebook.
Pendidikan karakter yang menjadi konsenterasi pemerinta utamanya
Dirjen Pendidikan Departemen Agama yang bertujuan memperbaiki
kesesatan model pendidikan materialis dan pragmatis yang berjalan selama
ini. PII senantiasa menekankan pentingnya pemerintah untuk mengadopsi
sistem pandidikan pesantren tradisional sebagai model penerapan pendidikan
karakter. Alasannya karena kita tahu bahwa Islam lebih mengutamakan
pengamalan dari pada sekedar gagasan dan pengamalan.
Moral elit politik yang pragmatis dan hedonis telah menyebabkan
merajalelanya penganiayaan kepada rakyat. Persaingan yang tidak sehat juga
menyebabkan elit politik bukannya secara bersama bekerja mensejahterakan
rakyat, sebaliknya mereka saling memakan untuk mendapatkan kepercayaan
rakyat.
Dampak lain yang muncul dari etika politik seperti ini adalah
terpojoknya secuil parpol yang ingin berusaha konsisten pada pensejahteraan
rakyat. PKS yang tampaknya ingin mensejahterakan rakyat disamping
enggan bekerja secara kotor di parlemen selalu menjadi sasaran fitnah dan
membuat fraksi parpol lain sibuk mencari-cari alasan pemburukan citra PKS.
Dalam hal ini kita tidak dapat berbuat banyak selain melakukan
unjuk rasa mengecap elit dan lembaga pemerintah dan dewan agar menyadari
kekeliruan sikap mereka. Disamping itu kita juga harus terus konsisten
memberikan pendidikan politik yang cerdan dan bebas kepentingan kepada
kader-kader PII dan pelajar.
330
PII yang tidak terlibat politik praktis serta jauh dari politik uang
menjadi satu dari secuil organisasi yang berpotensi mampu memberikan
pendidikan politik yang baik pada masyarakat.
Meski beragam pola dan cara gerak, kita harus dadar bahwa ormas-
ormas Islam secara umum punya tujuan yang sama dengan kita. Hal ini perlu
disadari bersama mengingat potensi untuk menciptakan politik pecah belah
antar orms-ormas organisasi-organisai anti Islam akan sangat besar bila kita
tidak mampu menemukan kesatuan misi ini.
Kader PII yang selalu dididik untuk berfikir dan bersikap secara kritis
dan positif perlu menyikapi secara wajar kasus-kasus yang menimpa PKS
belakangan ini. Kita juga harus sadar bahwa kasus Nazaruddin adalah upaya
pihak-pihak tertentu agar Anas Urbaningrum yang mantan Ketua Umum
HMI tenggelam namanya. Padahal Pasca revormasi kita, ormas Islam
ksususnya dan pemuda umumnya telah susah payah berusaha menciptakan
kultur yang mampu mendongkrak lahirnya politisi muda dari ormas Islam
untuk menggantikan budaya politik tangan besi oleh militer. Kita harus sadar
bahwa kasus Nazaruddin adalah usaha militer untuk menjatuhkan potensi-
potensi Islam.
Banyaknya aliran sesat adalah bukti lemahnya akomodasi pemerintah
terhadap susra-suara Islam. Dalam negara yang menyukai manajemen konflik
yang tidak sehat guna menutupi kebobrokan-kebobrokan pemerintah seperti
Indonesia, aliran sesat ini adalah lahan segar bagi pemerintah untuk
memelihara perselisihan dalam kubu ummat Islam.
Menjamurnya aliran sesat juga melahirkan tanda tanya: kemanakah
para ulama yang merupakan pengawal akidah ummat Islam. Kemampuan
ulama mengontrol ummat memang terbatas karena banyak wewenag-
wewenang sakral dikangkangi pemerintah. Bila berkeras, ulama sendiri bisa
menjadi bulan-bulanan pemerintah.
PII masih belum bisa berbuat banyak meski di berbagai wilayah
gerakan PII sangat konsisten mengcounter aliran sesat. Kemungkinan juga
kita yang di pusat tidak bisa terlalu berkeras bertindak mengingat
kemajemukan kita di sini sangat sulit mengidentifikasi sesat tidaknya sebuah
aliran. Berbeda dengan di wilayah, kondisi msyarakat yang, katakanlah,
homogen, kehadiran sebuah aliran yang kurang ideal bagi sebuah masyarakat
di suatu wilayah yang notebenenya telah "mapan" secara kultural, sangat
mudah mendeteksi sesat tidaknya sebuah aliran.
Dalam hal ini, PII perlu memberi penlejasan dan pemahaman yang
baik bagi kadernya agar tidak iku-ikutan menyesatkan sebuah aliran tanpa
suatu bukti yang jelas menurut Al-qur'an dan Hadits Shahih. Sebab itu PII
harus jeli melihat mana perbedaan pemahaman fikih, mana aqidah. PII
sepanjang usianya tidak pernah mempersoalkan masalah mazhab aliran fikih.
331
Politik
Dalam negara yang ditunggangi kepentingan korporasi seperti
Indonesia, parpol adalah wadah yang dapat mempermudah korporasi
menemukan wadah untuk menyampaikan aspirasi dan kepentingannya
supaya dilegalkan dalam keputusan formal. Parpol dapat meluruskan jalan
korporasi mencapai tujuannya untuk memperkaya diri dan menzalimi rakyat
melalui para kadernya yang berwewenang, baik di eksekutif maupun
legislatif. Dengan amat sadat disadari, keberadaan parpol adalah sarana
penyengsaraan rakyat.
Parahnya, sebuah parpol itu hanya dapat dibubarkan oleh negara.
Padahal pemangku kebijakan negara adalah kader parpol. Mana mungkin
mereka "membakar sekolah" sendiri.
***
Seharusnya negara yang diakui paling demokratis di muka bumi ini
melibatkan rakyat dalam setiap pengambilan keputusan tapi nyatanya
pemerintah selalu dan hanya mengedepankan kepentingan korporasi. Maklum
saja, hanya korporat dan perusahaannya, baik lokal maupun asing yang
menjadi sponsor calon anggota legislatif, penguasa pemerintah dan parpol.
Jadinya hutang budi dan balas jasa pada korporat dan korporasi adalah
priorisa utama. Sementara suara rakyat sama sekali tidak didengar. Rakyat
hanya mendapatkan pembodohan secara terus menerus agar mereka berfikir
keliru yang itu menjadi keuntungan bagi penguasa melanggengkan posisi.
Izin usaha bagi lembaga perkreditan bukanlah memudahkan
masyarakat, dianya adalah sarana pembodohan yang paling ampuh untuk
terus memelihara kebodahan rakyat. Rakyat dididik untuk jadi konsumer
yang ganas. ini menguntungkan lembaga perkreditan dan perusaan yang
memproduksi barang yang dikreditkan.
Keamanan
TNI dan Polri tidak lagi berfungsi sebagai lembaga untuk menjaga
keamanan negara dan rakyat. TNI diciptakan untuk menjadi alat yang dapat
mempermudah konflik antar msyarrakat terjadi terutama di daerah-daerah
yang menghasilkan bahan tambang yang melimpah. Pemerintah dan
korporasi asing diuntungkan dengan adanya konflik agar masyarakat sekitar
disibukkan dengan konflik sehingga tidak memiliki waktu untuk berfikir
untuk turut serta menikmati kekayaan daerah mereka.
Saat ini kita tidak memiliki figur penguasa yang baik. Siapa saja yang
menjadi penentu hajat hidup orang banyak adalah mereka yang telah
menempung jenjang-jenjang permainan licik dan kotor sehingga tidak ada
sisi baik yang dapat ditemukan dari mereka. Siapa saja yang coba-coba
menjadi baik dan hanya mementingkan suara rakyat pasti akan bertikai
332
dengan rekan seprofesi sehingga karir politik mereka dapat mati dengan
mudah. Cara yang paling sering adalah dijebak.
Pendidikan
Pelajar dalam pandangan PII tetap sebagai bagian dari masyarakat
yang punya hak menentukan arah bangsa terutama nasib mereka sendiri. PII
sangat anti pada siapa dan apa saja yang memposisikan pelajar sebagai objek
terutama objek dari penerapan sistem pendidikan yang coba-coba setiap
tahun.
Seharusnya rakyat, terutama pelajar diberikan pendidikan politik
yang baik, tapi kenyataan adalah pembodongan yang pastinya dengan alasan
untuk kepentingan kelompoknya
Konsen PII kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan dengan asas
independensi dan interdependensi adalah fokus utama PII terutama
Bidang Eksternal. Bidang Eksternal bahu membahu bersama BO Brigade
tanpa lelah menghimpun data, dana dan melakukan aksi-aksi advokasi pelajar
dan masyarakat.
Brigade PII ke depannya perlu berkonsenterasi pada kajian intelijen
dalam artian luas. Brigade PII sangat potensial menciptakan kader PII yang
memiliki kepekaan sosial tinggi terutama dalam merespon isu-isu yang
berkembang di tengah masyarakat dan apa yang disuarakan media massa.
Brigade PII juga perlu merekonstruksi sistem kaderisasi supaya tercita
anggotanya yang memiliki intelijensia tinggi dalam menghimpun data,
memferivikasi serta turut serta melakukan advokasi.
Kita juga mengharapkan BO Korps PII Wati dapat ikut serta dalam
usaha ini secara lebih maksimal terutama dalah kajian-kajian menyangkut
advokasi perempuan dan pelajar putri. Dalam urusan ini Korps PII Wati
memang telah bekerja dengan maksimal. Namun minimnya koordinasi
dengan PB PII secara keseluruhan terutama dengan Bidang Eksternal
membuat kita terkesan berjalan sendiri-sendiri.
Hiruk-pikuk perpolitikan di Indonesia terlalu menarik perhatian
rakyat dari segala lefel dan profesi. Akibatnya semuanya sibuk
membicarakan perpolitikan yang kacau-balau itu.
Memang kondisi politklah yang menentukan nasib rakyat di segala
bidang profesi, namun tingkah laku para politikus layaknya selebritis mereka
berlomba-lomba mencari perhatian publik dengan menciptakan berbagai
sensasi.
PII sering terjebak dalam merespon persoalan ini. Karenan memang
seluruh elemen masyarakat dan organisasi mau tidak mau terjebak dalam
lingkaran setan perpolitikan Indonesia; tidak terkecuali PII. Karena itu kita
mengharapkan kedepan dapat menanggapi suatu isu terutama bidang politik
dengan lebih kritis dan objektif. Kritis gunanya agar tidak terlarut dalam
333
jebakan. Objektif agar memperoleh dukungan dari berbagai elemen agar yang
kita suarakan semakin besar gaungnya. Terkait ini utamanya, masukan dari
berbagai sumber terutama PW PII se- Tanah Air sangat kita harapkan.
Kondisi politik yang kacau-balau ini juga membuat para intelektual
kita dari segala bidang keahlian terjebak dengan semuanya turut
membicarakan dan bahkan ada yang aktif dengan lingkaran setan politik
carut-marut ini. Mereka sibuk membicarakan problema politik Indonesia
dengan perspektif latar belakang diliplin ilmu yang dikuasai masing-masing.
Kegiatan ini begitu mengganggu para intelektual kita. Sebab
seharusnya mereka dapat menghasilkan karya-karya yang lebih besar dan
berguna untuk segenap kalangan sepanjang masa kalau saja mereka tidak
ikut-ikutan terjebak dengan kondisi politik yang sengaja menjebak ini.
PII sudah lama menyuarakan agar pemerintah memberikan
kewenangan sebesar-besarnya pada sekolah masing-masing karena
sekolahlah yang paling mengenal siswanya. Karena itu sekolahlah yang
paling berhak menilai siswanya.
Celakanya, ketika pemerintah memberikan kewenangan kepada
sekolah, kepala sekolah memanfaatkan kewenangan ini untuk kepentingan
pribadi. Bukankah belakangan sangat banyak kasus penyelewengan dana oleh
kepala sekolah. Bahkan menurut sebuah laporan, sekarang bendahara sekolah
ditiadakan agar hanya kepala sekolah sendiri saja yang mengetahui kondisi
keuangan sekolah yang sekarang sangat melimpah ruah supaya kalau dia
korupsi guru-guru dan murid tidak tahu.
PII perlu berkonsenterasi dalah hal distribusi anggaran pendidikan
oleh Dinas Pendidikan kepada Kepala Sekolah. Caranya dengan beraudiensi
dengan Dinas Pendidikan setempat serta menyambangi sekolah-sekolah.
Kemudian kita terus memantau aktivitas tersebut. Ini akan diinstruksikan
kepada Bidang Eksternal atau Pemberdayaan Pelajar PW PII se-Tanah Air.
Bidang Eksternal PB PII sendiri akan segera beraudiensi kepada Departemen
Pendidikan terkait masalah ini.
Full day school atau sekolah mulai daripagi hingga petang adalah
gaya hidup pelajar kota-kota besar yang akan segera berlaku hingga ke
pelosok. Akibatnya adalah pelajar semakin kehilangan rasa sosialnya akibat
jarang bergaul dengan masyarakat. Lingkungan sekolah menjadi satu-satunya
model masyarakat yang dikenal setiap siswa.
Kemudian siswa dijadikan mesin foto kopi yang harus menelan
buku-buku pelajaran yang sebenarnya adalah proyek pihak tertentu utamanya
buku LKS. Pendidikan agama menjadi terlupakan. Padahal agama terbukti
ampuh memperbaiki karakter manusia. Malah, negara menganak tirikan
sekolah-sekolah agama.
334
Kurikulum pendidikan kita juga adalah sarana percobaan oleh para
ahli pendidikan. Korbannya adalah siswa. UNESCO mencatat nilai
pendidikan Indonesia semakin merosot saban tahun. Ini tidak lepas dari
kurikulim yang diterapkan sangat buruk-buruk. 'Buruk'nya harus disebut dua
kali karena kurikulumnya sangat banyak. Diganti setiap tahun. Ini adalah
bahan tertawaan negara-negara lain.
Sosial Budaya
Budaya globalisasi telah mebibatkan manusia membentuk standar-
standar keliru dalam pola pikirnya sehingga keunggulan rasionalitas dengan
pandangan meterialistik menjadi satu-satunya perspektif dan alternatif.
Padahal setiap kebidayaan memiliki kearifannya masing-masing. Kita perlu
sadar bahwa setiap produk kebudayaan suatu daerah adalah solusi terbaik
bagi setiap persoalan tempat tersebut. Globalisasi telah menciptakan manusia
satu dimensi. Kita menjadi kaku, tidak unik lagi.
PII perlu terus konsisten menjaga nilai-nilai kebudayaan setempat.
Filterisasi atas globalisasi adalah tugas dan tanggungjwab semua kader PII.
Karena ini adalah persoalan besar dan luas, maka sulit bagi kita menentukan
langkah konkrit tertenti. Saat ini yang perlu bagi kita adalah komitmen dan
konsisten.
Kebebasan berpendapat, demokrasi, kesetaraan jender disalah artikan
dehingga menjadi kebrutalan publik. Ini terjadi karena pendidikan demokrasi
yang tidak sehat dimainkan oleh para elite politik. Kalau saja pemerintah
serius mencerdaskan rakyatnya, pastilah demokrasi dan kebebasan kita akan
mendewasakan kita.
Budaya konsumtif adalah bagian dari pembodohan publik oleh
pengelola negara. Rakyat dijadikan korban globalisasi dan westernisasi.
Keuntungan penguasa adala rakyat yang kaya terlarut dalam ueforia karena
kesetanan mengkonsumsi dan yang miskin terkena depresi karena tidak
mampu nengakses segala produk. Yang depresi dan yang depresi tidak punya
kesempatan mengkritisi apa lagi mengganggu lelanggengan kursi empuk
pengelola negara yang ahmpir semuanya bajingan itu.
Ekonomi
Kita didoktrin untuk "sadar" bahwa ekonomi kita terancam, lalu
didatangkan korporasi asing sebagai "juru selamat". Ini semuanya
pembodohan oleh negara. Korporasi membabat habis pengusaha kecil.
Rakyat miskin menjadi fakir. Lama-lama rakyat bisa mati kelaparan.
PB PII sering berkoalisi dengan OKP lain menyuarakan penderitaan
rakyat ini. Ke depan kita harus terus mengkaji isu yang paling mengarah pada
penderitaan rakyat seta sekuat tenaga menemukan solusi terbaik atas
permasalahan mereka.
335
Setiap pembanguna dananya hutang dari IMF dan World Bank.
Takyat miskinlah yang membayar.Budaya konsumtif rakyat dan penyakit
kredit semakin disodorkan pada rakyat agar mereka semakin melarat. Karena
melarat mereka menjadi panik dan bodoh. Inilah yang diinginkan penguasa.
Teknologi
Produk-produk teknologi adalah pisau bermata dua. Satu sisi
memiskinkan kita dengan tidak mampu lagi membedakan mana keinginan
mana kebutuhan. Kebutuhan itu sangat terbatas. Sementara keinginan tiada
habisnya. Pemerintah terus menerus membantu korporasi menjual barangnya
pada rakyat dengan imbalan pajak dan fee buat pejabatnya. Rakyat menjadi
euforia dan depresi seperti disebutkan tadi.
Lembaga perkreditan dibantu negara. Katanya untuk memudahkan.
Padahal kredit itu tidak mengajarkan untuk memiliki rasa memiliki. Kredit
menyengsarakan.
Derasnya arus informasi menjadi sarana transformasi gaya hidup dan
polapikir hedonis-materialis. Pemerintah memperoleh keuntungan, rakyat
sengsara.
Demikian sekelumit persoalan masyarakat yang menjadi
tanggungjwab PB PII, utamanya Bidang Eksternal PB PII. Kerjakeras dan
dukungan sahabat-sahabat semua menjadi kekuatan kita.
336
Semut di Rambutan
337
Police Line
338
Saham Garuda
339
Dayah
340
Jerman, Prancis dan Belanda sebagai Negara Islam
341
Daftar Pustaka
Abidin, Zainal, Filsafat Manusia: Memahami Manusia melalui Filsafat,
Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib, Islam dan Filsafat Sains,Bandung:
Mizan, 1995
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib, Prolegomena in to the Metaphsics,
Kuala Lumpur: University Malaya, 2005Chapra, Fritjof, The Hidden
Connection, Yogyakarta: Jalasutra, 2007
Ba'albaki, Munir, Kamus Al-Mawrid, Beirud: Dar El-Ilm Lil-Malayen,
1973Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2007 (cet. XIV)
Bertens, K., Panorama Filsafat Modern, Jakarta: Teraju, 2005
Freud, Sigmund, Psikoanalisis Sigmund Frued, Jakarta: Gramedia, 2006
Habibie, Bacharuddin Jusuf, Habibie Ainun, Jakarta: PT. THC Mandiri, 2010
Hadi, Abdul W.M., Hamzah Fansuri Penyair Sufi Aceh, Jakarta: Lotkala,
1976
Hart, Michael, Seratus Tokoh Paling Berpengaruh, Bandung: Mizan, 2004
Hurlock, Elizabeth B., Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga, 1987
Iqbal, Muhammad, Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, Jakarta:
Tintamas, 1986
Jannati, Muhammad Ibrahim, Fiqih Perbandingan Lima Mazhab, Jakarta:
Cahaya: 2007
Kartanegara, Mulyadhi, Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi
Islam, Bandung: Mizan, 2003
Kodifikasi Hasil-hasil Muktamar Nasional XXVI Pelajar Islam Indonesia
(PII), Ambon, 2008
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, Jakarta: Teraju, 2004
342
Madjid, Nurchalish, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung:
Mizan, 2008
Nasr, Seyyed Hossein, Menjelajah Dunia Modern, Bandung: Mizan, 1995
Nasr, Seyyed Hossein, Antara Tuhan, Manusia dan Alam, Yogyakarta:
Ircisod: 2005
Rasjid, Sulaiman, Imu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: Toha Putra, 1978
Popper, Karl, Logika Penemuan Ilmiah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008
Rahman, Fazlur, Tema-tema Pokok Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka: 1983
Shihab, Quraish, Mukjizat Al-Qur'an, Bandung: Mizan 2007
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur'an, Bandung: Mizan, 1992
Sholeh, Munawar, Politik Pendidikan, Jakarta: Grafindo, 2005
Strathern, Paul, 90 Menit bersama Nietzsche, Jakarta: Erlangga, 2001
Wahid, Abdurrahman, Islam Kosmopolitan, Jakarta: The Wahid Institute,
2007
Wojowasito, S., Kamus Populer, Semarang: CV Aneka, 1997
Wolf, Martin, Globalisasi: Jalan Menuju Kesejahteraan, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2007
Yahya, Harun, Keajaiban Al-Qur'an, Bandung: Dzikra, 2003
Yahya, Harun, Keruntuhan Teori Evolusi, Bandung: Dzikra, 2001
Zamroni,. "Demokrasi dan Pendidikan dalam Transisi" dalam Begawan
Muhammadiyah, Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban, 2005.
343
344
345
346