Anda di halaman 1dari 346

M I S W A R I

1
Buku ini mewakili keresahan

dengan bahasa frustatif tapi

mengandung harapaan yang lebih

baik di masa depan. Terkadang

bahasa cinta itu tidak bersifat

gombalisme tapi bisa berupa kritik,

sindiran, sentilan, bahkan marah.

Tulisan ini bukan basa basi.

PRESS
2
3
M I SWAR I

PRESS
4
Penulis:

Miswari

Editor:

Sunano

Lay out:

Yazid Qulbuddin

Desain Cover:

Muhammad Halim

Backgrund Cover Depan:

Gambar Cover Majalah Gatra Edisi 6 Mei 2006

Background Cover Belakang:

Aksi Menolak RUU intelijen di Depan Gedung DPR-RI

Juni 2011

Cet. I:

September, 2011

5
Penerbit:

Pelajar islam Indonesia (PII) Press

Jl. Menteng Raya No. 58 Jakarta Pusat

Telp./Fax. (021) 3153572

ISBN:

9-786029-942026

Dilarang memperbanyak sebagian maupun keseluruhan isi buku

tanpa izin tertulis dari penulis dan penerbit.

6
Terimakasih

Alhamdulillah, Radhitubilllahi Rabba wabi Islamidina wabi


Muhammadinnabiyya wa Rasula.

Sahabat, buku yang sedang berada di tangan Sahabat ini adalah


kumpulan tulisan yang penulis selesaikan dalam kurun waktu setahun yakni
pertengahan September 2O1O sampai pertengahan September tahun
berikutnya, 2011. Beberapa tulisan dalam buku ini adalah tulisan tugas
kuliah penulis selama satu semester kuliah Konsenterasi Pemikiran Islam di
Program Pasca Sarjana IAIN Ar-Raniry Banda Aceh; juga kumpulan kesan
yang penulis tangkap selama kuliah. Karena itu, kepada semua dosen penulis
di IAIN penulis haturkan banyak terimakasih utamanya kepada Prof. Dr.
Hasbi Amiruddin, MA dan Dr. Syamsul Rizal. Sebagian lain adalah tulisan
tugas kuliah selama satu semester di Postgraduate Islamic Phylosophy, The
Islamic College Jakarta-Universitas Paramadina; juga kumpulan kesan selama
kuliah juga penulis sajikan. Sebab itulah penulis sangat berterimakasih pada
semua dosen penulis di sana, utamanya Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara dan
Dr. Musin Labib.

Bagian lain tulisan di dalam buku ini juga adalah kumpulan kesan
yang sempat penulis catat setiap seminar baik Nasional maupun
Internasional di Banda Aceh, Padang, Bandung dan Jakarta.

Selain itu hasil diskusi-diskusi penulis dengan sahabat-sahabat PII


(Pelajar Islam Indonesia) saat penulis masih di Pengurus Wilayah PII Aceh
juga ikut penulis sajikan. Karenanya, penulis mengucapkan banyak terima
kasih pada sahabat-sahabat PW PII Aceh utamanya sahabat Ahmad Yanis
dan sahabat Sufyan Suri. Tulisan-tulisan dari buku ini juga banyak
diinspirasikan oleh diskusi-diskusi dengan sahabat-sahabat PB PII utamanya
7
sahabat Muhammad Ridha dan Ahmad Ramdani. Kepada mereka berdua
penulis ucapkan terimakasih.

Terimakasih juga buat teman-teman GPI, HMI dan teman-teman


OKP lainnya. Diskusi-diskusi dengan kalian begitu mencerahkan dan
membangun. Kepada sahabat PII se-Tanah Air penulis ucapkan terimakasih.
Mereka adalah sumber inspirasi, semangat dan gagasan yang tidak pernah
pupus. Keluarga penulis juga tidak ketinggalan karena tanpa dorongan dan
dukungan dari mereka mustahil buku ini terselesaikan.

Perlu ditekankan buku ini bukan representasi dari pemikiran kader-


kader PII, bukan pula IAIN maupun The Islamic College. Buku ini murni
gagasan dan pemikiran penulis pribadi meski banyak sumber dan sebab yang
menginspirasi dan memberikan gagasan. Bila pembaca menemukan
inkonsistensi antar tulisan, mohon dimaklumi karena penulis masih dalam
tahap pencarian.

Penulis menyerahkan pada sidang pembaca untuk


mempertimbangkan gagasan-gagasan yang tertera dalam buku ini. Diambil
bila setuju dan pembaca sangat berhak untuk tidak sepakat. Penulis
meminta maaf sebesar-besarnya karena hanya mampu mencantumkan
referensi ala kadarnya.

Kepada sidang pembaca buku ini penulis persembahkan. Semoga ada


manfaat dan gagasan yang dapat diambil setelah membaca kumpulan
tulisan yang penulis kumpulkan..

Billahitaufiq wal Hidayah.

Kota Juang, Bireuen, Aceh, 12 September 2O11

8
Pengantar

Isu terorisme yang diselesaikan dengan proyek deradikisasi malah


membuat masyarakat membuang falsafah hidupnya. Cana ini nantinya
malah akan merugikan bangsa sendiri karena masyarakat telah kehilangan
idealisme. Terorisme seharusnya diatasi dengan pendekatan penegakan
hukum yang baik serta menghilangkan kesenjangan sosial.

Hasil survey memang menunjukkan tindak teror bukan masalah


ekonomi namun persoalan idealisme. Persoalan ini karena setiap kebijakan
negara ditetapkan menurut keperntingan segelintir orang yang
menyebabkan kerugian bagi masyarakat.

Hedonisme lahir karena masyarakat tidak punya prinsip hidup.


Persoalan ini akan bertambah besar seiring masyarakat semakin kehilangan
idealisme dan filosofi hidup.

Pemerintah bukanlah sebuah lembaga yang penuh dosa sehingga


harus melulu dijadikan penyebab permasalahan bangsa. Namun setiap
pergantian rezim selalu memasukkan oknum-oknum yang korup kedalam
sistem sehingga menyebabkan kecurangan kolektif terhadap kepentingan
rakyat secara keseluruhan.

Korupsi maupun kecurangan lain oleh para pemangku kebijakan


negara salahsatunya muncul karena kepanikan terhadap kondisi bangsa
sehingga mereka buru-menyelamatkan pribadi dan kelompoknya begitu ada
kesempatan.

Organisasi kepemudaan seperti Pelajar Islam Indonesia (PII) tidak lagi


mampu berbuat banyak. Para alumni PII malah bukan memberikan strategi
yang baik dalam menghadapi persoalan ummat namun mereka sibuk
menyudutkan para kader aktiv dan menganggap mereka tidak memiliki
kualitas dan kuantitas sebaik mereka dulu. Mereka lupa bahwa zaman
mereka menjadi aktivis berbeda dengan kondisi yang kita hadapi sekarang.
Kritik mereka malah menyebabkan semangat para aktivis kendur. Bahkan,
para kaden muda ikut-ikutan mengkritik organisasinya seolah-olah mereka
9
pengamat. Kader sekarang jadi tidak punya rasa memiliki ternyadap
organisasinya.

Selayaknya kita mempertanyakan kembali kritik para alumni itu.


Kenapa para alumni sekarang begitu tidak berguna bagi organisasi yang
telah membesarkannya.

Persoalan yang dihadapi PII bukanlah masalah pribadi PII sendiri, ini
adalah persoalan bangsa secara kolektif. Persoalannya adalah kita
mengalami degradasi bersama. Semua organisasi yang idealis memang
selalu disudutkan. Kecuali organisasi yang mau menunduk pada oknum
pengambil kebijakan negara saja yang dibiarkan eksis, eksis untuk
menyuarakan kepentingan para pejabajt yang korup itu.

Berkurangnya kualitas, kuantitas seta pengaruh panyak OKP untuk


menyuarakan kepentingan masyarakat adalah juga karena kekeliruan kita
menyikapi sebuah isu. Sebabnya adalah rezim pemerintah yang sangat licik
dalam mengelabui rakyat melalui media massa yang hampir seluruhnya
mereka kuasai. OKP yang tulus menyuarakan kepentingan rakyat dianggap
sebagai penyuara kepentingan pribadi. Sementara kebijakan-kebijakan
pemerintah yang merugikan rakyat berikan apresiasi. Inilah salahsatu model
politik pencitraan yang dimainkan rezim.

Keliru kiranya membanding-bandingkan PII hari ini dengan PII di


masa lalu. Dulu PII punya musuh yang jelas, dengan kondisi masyarakat yang
idealis, sehingga perjuangan PII selalu mendapatkan apresiasi. Sekarang
musuh kita seperti setan, mereka ada namun tidak terlihat. Musuh sekarang
halus dan rumit. Misalkan pornografi, kapitalisme. Musuh seperti itu tidak
terlalu mengena bila dilawan dengan aksi-aksi turun ke jalan saja. Kita juga
perlu menghadapi itu dengan cara ikut senta dalam pembahasan UU dalam
lobi-lobi politik. Kalaupu kita dapat ikut serta peran itupun tidak strategis
karena setiap UU itu adalah proyek pesanan untuk kepentingan sekolompok
kalangan yang punya uang.

Kita perlu menyiasati sebuah strategi baru dengan melibatkan


seluruh eselon PII agar kita dapat mengatasi berbagai persoalan ummat.
Komunikasi yang inter antar pengurus, antar eselon dan antar OKP yang
belum masuk lingkarang penguasa perlu terus-menerus digalakkan.

10
Orasi-orasi di jalanan atau di ruang tertentu memang dapat
menggerakkan emosi rakyat. Namun ini akan tidak berguna ketika emosi itu
tidak dibarengi strategi jitu untuk melawan rezim yang korup ini.

Kita dan masyarakat banyak terus-menerus jadi korban. Aneka


produk impor terus saja digalakkan pemerintah Tren gaya hidup hedonis
selalu disuarakan. Rakyat jadi terjebak. Miskinnya filsafat telah
menyebabkan ketidak seimbangan dengan produksi. Akibatnya kita menjadi
materialis. Materi yang kita miliki menjadi sarana yang semakin meresahkan.
Sumberdaya dimiliki akhirnya kita gunakan sebagai untuk kesenangan semu,
miskin nilai.

Problematika ini akan lebih parah ketika anak-anak muda yang


semuanya tertarik untuk belajar di jurusan-jurusan yang bisa langsung
mendapatkan kerja. Ini juga bentuk kepanikan. Manusia yang lahir dari
gejala demikian tidak dapat melakukan perubahan tapi hanya menyerahkan
diri pada sistem kacau ini.

Kepanikan muncul akibat kita telah meninggalkan idiologi. Idiologi


ditinggalkan karena telah mengalami krisis. Idiologi memang sifatnya sakral
namun harus terus-menerus terus digerakkan supaya dapat terus
memberika jawaban atas berbagai macam persoalan yang dihadapi
pengikutnya. Idiologi perlu ditafsirkan ukang supaya selalu integral dengan
realitas. Idiologi harus mampu membawa pengikutnya terlepas dari
kungkungan zaman. Pengikutnya harus mampu dihantarkan pada pola
tatanan hidup baru yang lebih baik.

Fanatisme kebangsaan tidak mampu mengantarkan kita pada


persatuan. Fanatisme itu hanya akan melahirkan kepanikan kolektif bila kita
sedang di bawah dan menyebabkan arogansi bila berada di atas. Tuhan
menyadarkan kita lahir dari suku tertentu. Identitas kesukuan kita itu perlu
dirawat dengan membangun toleransi dengan saudara lain suku. Keliru bila
ada penguasa yang berusaha mengaburkan identitas kesukuan suatu bangsa
(seperti yang dilakukan Sukarno atas orang Melayu) atau berusaha
mematikan ras dengan proyek transmigrasi (proyek Suharto).

Legitimasi Pancasila kaya dengan simbol namun sama sekali tidak


mampu menggerakkan. Kenapa Pancasila gagal menjadi nilai yang mampu
memperbaiki bangsa. Lihatlah mereka yang selalu menyematkan lambang di
dala (pejabat) dan yang paling sering mengikuti pelatihan penataran
11
Pancasila adalah yang paling suka korupsi, menyengsarakan rakyat. Semakin
mereka dekat dengan Pancasila semakin mereka pragmatis.Secara teks
Pancasila mampu memberi ispirasi, tetapi secara ruh kenapa tak mampu
menggerakkan?

Pragmatisme adalah bentuk lain dari frustasi sosial. Kita mengakui


manusia punya filosofi hidup, punya idealisme tapi karena ketika di suatu
negara tidak mengapresiasi atau bahkan mendeskriminasinya maka
masyarakat semakin frustasi. Akibat dari deskriminiasi ini bagi kalangan
masyarakat yang tidak punya pengaruh uang maupu kekuasaan frustasinya
apresiasikan melalui terorisme dan separatisme. Bagi yang punya kekuasaan
akan mewujudkan frustasinya dengan korupsi.

Pelajar sendiri dididik untuk bersikap realistik melalui sistem


pendidikan materialisme. Di lembaga pendidikan keterampilah menjadi hal
utama dan pembentukan karekter dianggap tidak penting. Ini artinya di
masa depan tingkat frustasi bangsa semakin besar. Terorisme, separatisme
dan korupsi juga semakin parah.

Buku ini mewakili keresahan dengan bahasa frustatif tapi


mengandung harapaan yang lebih baik di masa depan. Terkadang bahasa
cinta itu tidak bersifat gombalisme tapi bisa berupa kritik, sindiran, sentilan,
bahkan marah. Meski tampak emosional, tulisan ini bukan basa basi.

Muhammad Ridha

Mantan Ketua Umum PII Yogyakarta

Ketua Umum Pengurus Besar PII 2O10-2012

12
Daftar Isi (Edisi Cetak)

Terimakasih …….. v

Sambutan ………. vii

Daftar Isi ………………….. xi

Menafsirkan Kembali Rene Descartes …1


"Wanita Mana yang Mau Dimadu" …3
Menekan Angka Sepeda Motor …6
Hapuskan Dominasi AS di Indonesia …7
Ulama, Terorisme dan Perang Ekonomi 10
Arah Brigade PII: Refleksi Hari Lahir Brigade PII Ke-63 12
Perang Ekonomi: Cina-AS Memperebutkan Indonesia …21
Melawan Pragmatisme, Menuju Indonesia Masa Depan …..24
The Ultimate Creations …..28
AS Segera Gulung Tikar ………..30
Islam Kosmopolitan: Studi Kritis atas Pemikiran
Abdurrahman Wahid …32
Sekularisasi Islam …..34
St. Paul dalam Masalah Besar …. 35
Tawaran Islam ……..37
Indonesia sebagai Negara Maju: Konstruksi Islam Indonesia ..39
Garudaku Tangguh: Konstruksi Islam Indonesia …44
Bangun The Ultimate Creations ……………..47
The Ultimate Creations: Dari Berhala hingga Teologi …48
Mari Dukung UN ……..51
UU Anti Pornografi: Hanya Melarang Bugil dan Sembiring Harus Dimeja
Hijaukan ………53
Kita tidak Butuh MUI ……55
Yogya, Jangan Jadikan Rajamu Singa Ompong ….57
Manusia menurut Sigmun Freud …………58
Manusia menurut Seyyed Hossein Nasr ……..60
Manusia Menurut Kahlil Gibran …………..62
Manusia Menurut Friedrick Nietzshe …………66
Manusia Menurut Muhamnmad Iqbal dalam "Javid Nama'‟ …70
Manusia Menurut Muhammad Iqbal dalam "The Reconstruction of Religious
Trough in Islam" ………..73
Janji ……….76
13
Darah ……….77
Bank "Syariah": Semua Babi Terlihat Seperti Sedang Tersenyum
…………………… 78
Allah SWT membenarkan kita memakan segala yang
Aduh Buyung, Inilah Demokrasi untuk Indonesia …….80
Allah SWT dituduh Menggauli Maryam! …83
Pribumisasi dan Sekularisasi: Islam Mulai Dari Kamar Mandi hingga Politik
Laur Negeri …………84
Dajjal …………………88
Komitmen Ke-pelajar-an Pelajar Islam Indonesia (PII) ..92
Komitmen Ke-islam-an Pelajar Islam Indonesia (PII) ….95
Komitmen Ke-indonesia-an Pelajar Islam Indonesia (PII) ….98
“Kacang Polong di Tangga Spiritual” ….101
Pesut ……………..102
Pelajar Pemimpin 103
Bank sebagai Penyebab Pembunuhan ……………104
Sistem Pengelolaan Negara: Muhammad Ridha …………105
Membangun Karakter Bangsa: Akbar Tanjung …………106
Penyair dan Nabi Kita ………….108
Kaderisasi Bangsa: Dadan Dania …………..109
Objektifikasi Objektif …….111
Every Member of Brigade PII a Prince ………..112
Korporasi dan Negara Demokrasi ………….113
Banjir Penguasa, Krisis Pemimpin ……………..115
Antara Negosiasi dan Harga Mati: Perbandingan Pemikiran Islam antara
Muhammad Ridha dan Ahmad Ramdani …………116
Bukan Hanya Salah Pemerintah ……………….122
Peran Pelajar Dalam Menjaga Integritas Bangsa…….125
Kebahagiaan Hakiki adalah Dalam Menahan………..129
Filsafat Ilmu: Islam……….130
Globalisasi…………….135
Konsep Takdir Teologi Klasik……………136
Kritik Metafisika dan Posisi Al-Qur'an………138
Mantiq………………..141
Fisika Modern Dan Dosa Manusia ………..142
Jibril Belum Pensiun…….144
Politik dalam Teologi Islam…………..150
Kenapa Sekutu Serang Libya……………..157
Konsep Imamah dalam panndangan Syiah………….158
Muhasabah………….163
Persoalan Pendidikan Kita…………165
14
Pembenaran, bukan Kebenaran…167
Perubahan Tak Bisa Ditunda…………..168
Apakah Kita Butuh Militer?...........170
Takjub dalam Keheningan…………..171
"Pelesiran" adalah "Manifestasi Tertinggi Demokrasi"………173
Pornografii sebagai "Penyokong" Demokrasi………175
Jahiliyah Barat…………….176
Filosof dan Politik………………177
Jamuan Yahudi………….182
Deradikalisasi Agama ?..................184
Eksploitasi Aurat "Tak Perlu" Ditinjau Kembali…………..187
Pola Kepemimpinan Organisasi dan Indikasi Subversi……….188
"Tuhan yang Belum Selesai"….190
Abad Informasi……….192
Manusia Adalah Evolusi Alam Tertinggi……..193
Bacaan untuk Injeksi……………196
Antara Fiqih dan Filsafat……………197
Shalat ……………….200
Menjadi Bijak ………………202
Disiplin dan Belajar Fiqih…………..204
Timur ke Barat………………207

Sains dan Agama………..210

Logika Tidak Logis………212


Organisasi …………217
Reinterpretasi Pancasila, Reposisi Islam …………..222
Al-Ghazali: Menginjak Pada Tanah yang Sama, Bernafas pada Udara yang
Sama…….206
Ritual Mistik……………230
Juru Selamat ………..232
Hindu Nusantara………..235
Logika Mi'raj…………238
Intelijen sebagai Alat Korporasi….242
Neo Khawarij……………244
Drama Terorisme………..249
Cairan Kehidupan…255
Latihan untuk Pelatih………………..256
Alam Mistik…………259
Aliran-aliran dalam Islam…………261
Gita ….266
15
Karena Tuhan tak Punya Hati…………272
Menjadi Penulis…………..273
Yang Sakral dan Yang Profan …………….274
Filsafat Sains: Rasionalisme Filosofis…….275
Ekonomi Islam….277
Filsafat Sains: Epistemologi Objektif ….280
Manajemen Konflik Formal……..286
Manajemen Konfik Formal II …..287
Inilah Gunanya Hidup …….
Indonesia adalah Negara Hindu….288
Istri-istri Gila-gila ………291
Akal Lupa ……….293
Sudut pandang Teori Evolusi ……………..294
Nikah …………………………………295
Tuhan adalah Tukang Kebun ……..297
Kata Penentu Dunia ………………298
Sistematika Stigmatisasi………..299
Garuda adalah Burung…..30
Jalan Fisika ………….301
Da'wah Satu Pesan ………..303
Tuhan ……………..304
Esensi Demokrasi ……………305
Di Sawah…………306
Pengelola Negara Bajingan……………….307
Berhenti Membaca …………………..308
Dilarang Parkir ……………………………309
Fitrah ……………..310
Target ……………..311
Agama Sebagai Candu …………312
Respon PII Atas Beberapa Persoalan Ummat………313
Semut di Rambutan …………321
Police Line ………………322
Saham Garuda ………..323
Dayah …….324
Jerman, Prancis dan Belanda sebagai Negara Islam …..325

Daftar Pustaka ……………..326

16
Menafsirkan Kembali Rene Descartes

Manusia Barat pada abad pertengahan benar-benar tenggelam dalam


alam. Dalam hubungan dengan alam, saat itu mereka merasa seolah-olah
sedang tenggelam ke dalam lumpur hidup bernama alam semesta. Dalam
hubungan antar manusia, mereka benar-benar terpuruk dalam bidang pangan
dan papan.
Ditengah kepanikan dan kegalauan itulah muncul seseorang yang
berusaha berusaha melepaskan mereka dari kekacauan itu . Dia berusaha
merubah pola pikir masyarakat pada masa itu. Dialah Rene Descartes (1596-
1650) yang dikenal sebagai bapak filsafat modern.
Dengan penguasaan Geometri yang dimiliki, Desacrtes mencoba
menjelaskan alam menggunakan metode itu, dia memilah-milah persoalan
manusia pada dua tahapan: Pertama hubungan manusia dengan Tuhan dan
posisi akan dan alam. Descartes mencoba menguraikan hal tersebut untuk
menemukan formula yang dapat digunakan untuk mengeluarkan manusia dari
kedangkalan pemikiran manukia dalam memposisikan alam semesta.
Pertama-tama Descartes menjelaskan Tuhan sebagai wujud mutlak,
sang pencipta sebagai penyebab dari keberadaan manusia dan alam.
Selanjutnya alam dijadikan sebagai objek observasi akal. Bagi Descartes
alam digambarkan seumpama sebuah mesin otomat yang diciptakan Tuhan
sama halnya seperti arlogi buatan manusia. Alam ditafsirkannya sebagai
mesin.
Cara pandang alam sebagai mesin menumbuhkan semangat manusia
untuk belajar menguasai alam. Sebelumnya manusia melihat alam sebagai
hantu raksasa hitam besar yang menyeramkan. Selanjutnya timbullah hasrat
manusia-manusia untuk terus mengamati, menelusuri dan menguasai alam.
Akal dijadikan subjek sementara alam sebagai objek.
Ternyata dalam perkembangannya manusia menjadi semakin
ambisius dalam memperlakukan alam. Mereka tidak peduli pada efek-efek
buruk yang akan mereka alami bila mengeksporasi alam secara membabi
buta. Maka berbagai bencana alam yang dihadapi manusia tidak lepas dari
olah tangan manusia itu sendiri. “Telah terjadi kerusakan di darat dan di laut
akibat ulah tangan manusia” (QS: Ar-Ruum :47).
Seharusnya tidaklah timbul bencana apabila manusia tidak mempopulerkan
slogan “Menaklukkan Alam”. Manusia selalu berada pada dua kondisi emosi
ekstrim terhadap alam, awalnya „berputus asa‟ akan kekuatan alam menjadi
bersikap „sombong‟ terhadap alam. Dua kondisi emosi yang menjadi sebab
Azalil dikutuk dan diusir dari surga hingga berubah menjadi Iblis. Karena
kefakihannya Iblis bersikap sombong lalu setelah dinyatakan terkutuk, dia
berputus asa dari ampunan Allah.
17
Sebab itu, slogan yang berbunyi menaklukkan alam harus dirubah
menjadi “Bersahabat dengan Alam”. Sikap baru terhadap alam ini merupakan
jalan tengah dimana manuisia dapat melaksanakan fungsinya selaku
khalifatullah fil ard (Wakil Tuhan di bumi). Untuk mewujudkan cita-cita ini
kita harus kembali kepada maksud Descartes secara utuh. Descartes tidak
pernah melupakan peran Tuhan dalam menerapkan metode obserfasinya
terhadap alam. Descartes mencoba membangun hubungan yang selaras antara
Tuhan, manusia dan alam. Konsep ini selaras dengan maskud Tuhan
menciptakan manusia di bumi yaitu menggunakan akal untuk mengolah
potensi alam demi kemuslahatan manusia.
Bila prinsip ini dilanggar maka manusia, mengutip Firman Allah,
”bagaikan binatang ternak, bahkan mereka lebih buruk lagi (QS : Al-Araf :
179). Bagaimana tidak, binatang-binatang ternak seperti lembu, misalnya
setelah mengambil sesuatu dari alam berupa rumput, lembu dapat membayar
jasa alam berupa ampas yang dikeluarkan yang bermanfaat untuk kesuburan
alam. Sementara manusia setelah menggundul hutan, jangankan untuk
melakukan reboisasi, malah membunuh hewan-hewan penghuni hutan serta
„menghadiahkan‟ banjir bandang bagi masyarakat sekitar hutan. Maka wajar
Al-Quran mengklaim manusia yang berbuat kerusakan lebih hina dari
binatang ternak.
Agar dapat hidup tenang dan bersahabat dengan alam, marilah kita
menafsirkan kembali pemikiran Rene Descartes tentang relasi antara Tuhan,
manusia dan alam. Mari kita berlomba-lomba menjadi Khalifatullah, wakil
Tuhan yang baik dengan terus menerus melakukan konserfasi alam untuk kita
sekarang dan anak cucu kita di hari esok.

18
"Wanita Mana yang Mau Dimadu"

"Wanita mana yang mau dimadu". Penggalan kalimat yang populer


di tengah masyarakat tersebut tidak perlu diakhiri dengan tanda tanya (?)
sebab tidak membutuhkan jawaban. Tidak ada wanita yang mau dimadu.
Jangan tanyakan pada seorang perempuan yang telah bersuami,
persoalan-persoalan seperti jumlah perempuan jauh lebih banyak daripada
wanita ataupun solusi tentang bagaimana agar perbuatan zina tidak terjadi
bila seorang suami harus pergi jauh untuk waktu yang lama semetara istrinya
menyertai. Jangan meminta pada seorang perempuan yang telah bersuami
untuk menghitung perbedaan populasi antara laki-laki dan perempuan dengan
berharap mereka dapat memaklumi kalau suami mereka memadu mereka
karena alasan untuk menyelamatkan janda-janda dan memberi makan anak
yatim. Wanita-wanita yang telah bersuami tidak dapat menerima alasan
apapun kalau dimadu.
Di Amerika Serikat, menurut data yang dikumpulkkan pada 1976,
hampir 7.100.000 perempuan lebih banyak dari laki-laki (Khan, 2003:236),
artinya kalau semua laki-laki lajang menikah masih ada 7.100.000 perempuan
yang belum menikah. Hampir di semua negara jumlah populasi perempuan
lebih banyak dari pada laki-laki.
Meskipun angka kelahiran sama, namun resiko kematian lebih
berpotensi pada laki-laki. Perang pastinya didominasi laki-laki. Selain itu
kecelakaan lalu lintas lebih sering menimpa laki-laki yang lebih banyak
beraktifitas di luar rumah. Bahkan sebuah harian lokal mencatat angaka
kematian lalulintas lebih banyak lebih banyak dari pada korban perang.
Belum lagi jumlah penghuni penjara yang didominasi laki-laki.

Persoalan di atas bila tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan


persoalan yang besar ditengah masyarat. Perempuan-perempuan akan
berpenampilan semaksimal mungkin untuk dapat bersaing mendapatkan laki-
laki. Persoalan ini juga dapat menyebabkan merajalelanya praktik seks luar
nikah yang dapat menyebabkan penyakit kehamilan. Praktik seks luar nikah
juga dapat mengganggu tumbuh kembang anak sebab tidak mengenal ayah
kandungnya, kekurangan kasihsayang hingga kehidupannya kacau balau.
Kalangan penulis muslim menganjurkan pernikahan lebih dari satu
orang istri oleh laki-laki sebagai solusi atas persoalan ini. Prektik ini disebut
'pologami'. Poligami berasal dari bahasa Yunani: 'Poly' berarti banyak dan
'gamien' bermakna kawin'. Antonim dari poligami adalah 'monogami'. kata
ini juga berasal dari bahasa Yunani yaitu: 'mono' artinya tunggal dan
'gamien', seperti yang telah disebutkan berarti kawin.Dalam aturan hukum
19
Islam, poligami hanya berlaku untuk laki-laki dan haram dilakukan oleh
wanita.
Dr. Ali Abdul Halim Mahmud menguraikan tujuh alasan dibolehkan
poligami. Lima diantaranya seperti a. jumlah laki-laki yang lebih banyak
daripada wanita; b. kadang-kadang nafsu biologis laki-lai yang lebih besar
daipada wanita; c. masa kesuburan laki-laki lebih panjang daripada wanita
(laki-laki 70 tahun, wanita 50 tahun); d. kadang-kadang istri pertama madu
dan; e. perlindungan bagi janda dan anak yatim (Mahmud, 2004,571 - 537).
Kembali pada persoalan "wanita mana yang mau dimadu", maka saya
kira tidak akan ada istri yang rela suaminya menjadi "pahlawan" untuk
kelima alasan Dr.Mahmud tersebut. Jadi agar persoalan tersebut dapat
ditangani, perempuan harus merubah cara pandang mereka terhadap wanita-
wanita lain. Perempuan-perempuan harus melihat perempuan-perempuan lain
sebagai saudara yang harus dicintai, bukan musuh atau lawan yang harus
terus menerus disaingi.
Meskipun demikian, poligami yang dilakukan juga kdang-kadang
mengandung nestapa. Poligami dimaksudkan sebagai solusi untuk
tercapainya kemaslahatan sosial. Namun bila pelaksanaan poligami malah
menimbulkan kekacauan maka rencana poligami perlu ditinjau kembali.
Persoalan utama yang akan muncul dengan poligami adalah
menyangkut keadilan yang diberikan si pelaku piligami. Keadilan yang
dimaksudkan adalah dari segi lahiriyah dan batiniyah. Adil dalam makna
lahiriyah berarti adil dalam memberikan nafkah belanja dapur dan kebutuhan
material lainnya. Sementara dalam makna batiniyah berarti adil dalam
mengunjungi dan memenuhi kebutuhan seksual istri-istri.
Bila salah satu atau kedua dari nafkah ini tidak dapat disanggupi
keadilannya maka petaka besar seperti kecemburuan sang istri pasti akan
terjadi. Sebab itu, Al-Qur'an, sumber utama hukum Islam menganjurkan
untuk bermonogami bila tidak sanggup adil kalau berpoligami (QS.
Annisa:3).
Lebih jauh Al-Quran mengakui bahwa, dalam hal kecemburuan hati,
sang suami tidak akan sanggup berlaku adil meskipun mereka sangat
menginginkannya, namun melahirkan janganlah melahirkan perasaan hati itu
dengan terlalu cenderung pada istri yang satu dan membiarkan yang lain
terkatung-katung (QS. An-Nisa': 129).
Bagi wanita memang sangat rentan merasa cemburu meskipun suami
telah berusaha berlaku seadil-adilnya. Sebab itu barang siapa sanggup
bersabar maka Allah memberikan pahala seperti pahala orang yang mati
syahid (Syuqqah, 2000:403).
Bila para penulis muslim selalu memberi dukungan terhadap praktik
poligami karena menganggap tindakan ini sebagai solusi terhadap berbagai
20
persoalan, maka sangat berbeda dengan pandangan penulis Barat yang
menolak poligami. Hal ini dikarenakan sistem kebudayaan Barat tidak
mengenal yang namanya zina. Hubungan seksual, baik dengan menikah
maupun tidak, dianggap sama saja.
Sebenarnya, Islam tidak begitu saja membiarkan poligami tanpa ada alasan
yang jelas. Quraish Shihab, dalam satu kesempatan mengatakan poligami
berfungsi sebagai emergency exit.

21
Menekan Angka Sepeda Motor

Pameran Sepeda Motor Jakarta 2010, Jakarta yang dilaksanakan di


Jakarta Convention Centre mulai Rabu-minggu, 36- November merupakan
ajang terbesar bagi perusahaan-perusahaan pemasaran sepeda motor untuk
mempromosikan produk-produk sepeda motor. Tujuh merk sepeda moto
yakni Honda, Suzuki, Yamaha, Kawasaki, TVS, Bajaj, Piaggio ikut
meramaikan acara yang disponsori Pertamina itu.
Rasio peningkatan jumlah kendaraan bermotor, tidak dapat dipungkiri, adalah
penyebab kemacetan di Ibu Kota dan kota-kota besar lain. Hampir setiap hari
kita juga melihat penyebab-penyebab kecelakaan sangat banyak diakibatkan
oleh pengendara sepeda motor yang tidak mematuhi aturan lalu-lintas.
Memang akan banyak orang yang akan merasa akan dirugikan bila
pembatasan penjualan sepeda motor diterapkan, terutama Jepang. Parahnya
lagi, masyarakat menengah ke bawah terpaksa harus membeli sepada motor
dengan cara mencicil dengan bunga mencapai setengah dari harga kontan.
Sebab masyarakat terpasa mengansur sepeda motor adalah tingginya ongkos
angkutan umum. Tindakan mengangsur sepeda motor yang didominasi
produk Jepang ini membuktikan rakyat Indonesia masih dijajah Jepang.
Dahulu Jepang mengambil setengah hasil panen masyarakat dan
menyisakan setengahnya lagi. Mereka tidak mengambil seluruh hasil panen
walaupun mereka mampu sebab bila mengambil semuanya rakyat akan mati
kelaparan. Kalau rakyat mati tidak ada lagi yang menanam. Karena tidak ada
yang menanam maka tidak ada lagi yang di ambil Jepang musim panen
depan.
Sekarang hampir seluruh rakyat Indonesia mengeluarkan setengah
dari gaji dan penghasilan mereka untuk membayar cicilan produk-produk
Jepang mulai dari peralatan elektronik sampai kendaraan bermotor.
Pemerintah seharusnya lebih terus menggencarkan transportasi massa yang
dipengang pemerintah agar biayanya murah. Kenyamanan, jangkauan akses
(rute), kecepatan dan keselamatan alat transportasi massa harus dijamin
pemerintah. Transportasi massa dapat mengurangi kemacetan dan polusi
udara. Pemerintah jangan mementingkan saku pribadi dengan banyak-banyak
mengimpor mesin-masin dari luar negeri.
Transportasi masa yang nyaman merupakan ciri negara yang berbudaya
tinggi, bukan kesemrawutan, kemacetan dan tingginya angka kecelakaan
akibat kendaraan pribadi utamanya sepeda motor.

22
Hapuskan Dominasi AS di Indonesia

Kahadiran presiden AS di Indonesia pada 9-10 November memililiki


pengaruh besar terhadap masa depan nasib rakyat Indonesia. Akan banyak
kerjasama dan investasi yang disepakati antara pemerintah RI dan AS.
Biasanya semua perjanjian dan kesepakatan hanya akan menguntungkan AS
dan segelintir pejabat RI. Sudah menjadi budaya, menyiksa lebih dua ratus
juta warga Indonesia.
Pemerintah Amerika Serikat harus sadar diri dan tidak merasa arogan
karena segala kebijakan yang diakui mereka untuk kemaslahatan umat
manusia seluruh dunia ternyata justru menimbulkan kehancuran global. Dari
segi kemanusiaan, seluruh kebijakan politik luar negri AS semuanya
merugikan ummat manusia terutama menyangkut keputusannya terhadap
Afghanistan dan Irak.
Sejarah membuktikan tidak pernah ada pasukan yang keluar dari Afghanistan
kecuali membawa pulang kekalahan dengan kondisi pasukan yang prak
poranda, mulai dari Iskandar Agung, Mongol dan Uni Soviet. Obama tidak
mau belajar dari sejarah, dia malah menambah jumlah pasukannya di AS.
Karena itu penderitaan sipil, wanita dan anak-anak Afghanista adalah murni
tangungjawab negara yang mengagun-agungkan HAM itu.
Di Irak tindakan mereka tidak kalah biadabnya. Mereka menyiksa para
tahanan perang diluar batas tindakan seekor hewan sekalipun, memperkosa
wanita dan tidak segan-segan beberapa tentara mengeroyok seorang anak.
Biadab. Irak menyimpan senjata pemusnah massal hanyalah sebuah alasan
AS menyerang Irak. Hingga saat ini tuduhan itu tidak dapat dibuktikan.
AS mensupport Israel habis-habisan agar negeri para pembunuh nabi-
nabi itu dapat mendirikan sebuah negara yang illegal ditinjau dari segi
kemanusiaan, Israel Raya. Jutaan warga Palestina dibunuh dan yang hidup
diembargo di segala sektor, diidolasi hingga kelaparan dan tidak jarang
melakukan pembunuhan massal untuk mendirikan sebuah pemukiman
Yahudi di atas tanah milik warga Palestina.
Tidak layak bagi negara yang dihuni populasi muslim terbanyak di
dunia bekerjasama dengan negara yang paling benci terhadap kaum muslim,
paling banyak membunuh kaum muslim. Benar-benar tidak layak. Elit negeri
ini janganlah terlena dengan sedikit iming-iming kekayaan lalu anda
mengorbankan saudara anda sendiri.
Kerjasama energi dengan Exxon Mobil telah menyebabkan
kesenjangan yang luar biasa antara pemerintahan pusat dengan rakyat
didaerah hingga timbullah hasrat masyarakat untuk memberontak pada
pemerintah pusat. Pemberontakan itu telah melempar rakyat ke masalalu
berpuluh-puluh generasi ke belakang hingga setelah perdamaian tiba maka
23
masyarakat mememukan diri mereka jauh sangat terbelakang. Demikian yang
terjadi di Aceh.
PT. Newmont telah mengakibatkan ekosistem hayati porak-poranda.
Masyarakat hanya dihadiahkan bencana alam bertubu-tubi. AS diuntungkan
terus menerus. Dilema di Papua benar-benar menunjukkan besarnya nafsu AS
dalam melanggengkan ekonomi kapitalismenya di Bumi Pertiwi. Newmont
mengingatkan kita pada serial 'Avatar' yang menampilkan AS sebagai
predator yang siap menumbangkan kearifan apapu dan membunuh siapapun
untuk kepentingan dirinya saja.
AS adalah nagara yang paling gencar menyuarakan Global Warming adalah
negara yang menghasilkan emisi karbon tertinggi di dunia hingga
mengancam lapisan ozon. Persis seperti ketika menjadi negara yang paling
nyaring menyuarakan HAM, dan ternyata mereka berada di posisi tertinggi
dalam angka pelanggaran HAM. Nuklir adalah energi yang sangat ramah
lingkungan. Namun mereka menentang Iran melakukan pengayaan uranium
guna memenuhi kebutuhan energi listriknya. Dimana letak komitmen dan
harga diri AS? Tidak, sama sekali mereka tidak memiliki, dan bahkan
mungkin mereka tidak mengenal hal itu.
Lantas kenapa pemerintah kita buta dengan terus melakukan kerjasama
dengan negeri semacam itu? Kenapa MUI melakukan tidakan aneh dengan
mengemis minta AS mau mau berdialog menganai nasib ummat Islam.
Sampaikapanpun pemerintahan seperti AS akan terus berusaha
mendeskreditkan ummat Islam, memandang muslim sebelah mata dan
menuduh siapa saja ummat Muhammad sebagai teroris. Mereka takkan mau
memahami Islam secara menyeluruh dengan pandangan objektif dan
proporsional. Walaupun kita harus mengemis dan bersimpuh (atau menurut
istilai MUI: dialog), yang ada di benak mereka hanya satu: Islam itu ancaman
dan harus di musnahkan .
Tidak ada kata lain: LAWAN.
Disamping itu berbagai produk milik dan sahamnya didominasi AS
terus saja menyerbu pasar. Tanpa disadarari masyarakat muslim Indonesia
telah ikut membantu pembantaian saudara mereka di Palestina, Afghanistan
dan Irak melalui melalui komsumsi produk-produk tersebut.
Tidak ada kata lain: BOIKOT.
Saya memuntut pemerintah AS untuk segera:
*Menarik militernya AS dan sekutu di Afghanistan dan Irak.
*Menghentikan dukungan pada Israel yang terus-menerus menjajah Palestina.
*Menghentikan tekanan dan memberi kebebasan kepada Iran untuk
melakukan Pengayaan uramium guna tujuan damai.
*Menutup perusahaan-perusahaan di Indonesia.
*menghentikan ekspor produk-produk AS ke Indonesia.
24
*Menarik saham-saham negara dan warga negara AS dari perusahaan-
perusahaan di Indonesia.
Untuk Pemerintan RI saya mendesak untuk:
*Menarik dan menghentikan distribusi produk-prodek AS.
*Menghemtikan segala macam kerjasama di segala bidang dengan
pemerintah AS.
*Membeli (kembali) saham-saham perusahaan di Indonesia yang
dimiliki pemerintah AS dan warga AS.
*Menjadikan program kesejahteraan secara konkrit sebagai sosial sebagai
satu satunya konsentrasi.

25
Ulama, Terorisme dan Perang Ekonomi
Ulama tidak akan dapat memberikan pengaruh yang signifikan
dalam penanggulangan terorisme. 'Penanggulangan' berarti terorisnya sudah
ada. Saya pikir malah ulama dapat memberikan peran yang luarbiasa berarti
sebelum terorisme itu muncul. Seperti kesepakatan para ulama ('ulama'
dimaksud utamanya ulama-ulama MUI dan lembaga besar ulama), terorisme
muncul akibat pemahaman agama yang keliru. Kalau para ulama mampu
memberikan pengajaran agama yang baik terhadap masyarakat, pastilah
terorisme itu tidak akan pernah ada. Disini kita menemukan sebuah tesis
bahwa, munculnya terorisme adalah tanggungjawab para ulama.
Mungkin juga ulama saat ini sudah mengidap penyakit yang sama
seperti yang telah lama mengidap pemerintah, yaitu 'prinsip kerja maya'.
Prinsip kerja maya yang saya maksudkan contohnya seperti pemerintah RI
yang melegalkan miniman keras lalu biaya pajak cukainya dipakai untuk
membayar gaji anggota DPR untuk merumus UU tindak pidana kriminal,
polisi untuk mengamankan kriminalis dan kejaksaan untuk menangani
perkara kriminalitas yang terjadi akibat efek minuman keras.
Demikian juga para ulama sekarang, dari gejala dan gerak
geriknya, saya menduga, mereka lebih menyukai kalau terorisme yang
mengatasnamakan agama terus eksis agar mereka dapat terus
menyelenggarakan workshop, seminar dan halaqah mengenai
penanggulangan teroris.
Radikalisme dituding sebagai penyebab lahirnya radikalisme.
Padahal radikalisme itu berasal dari kata 'radic' yang berarti 'akar'. Guru
mengaji saya dulu mengatakan bila agama itu diumpamakan pohon, maka
akarnya itu adalah aqidah. Bila rukun Islam sebagai pohon, maka akarnya
adalah mengucap dia kalimah syahadat. Bagaimana bisa menjalankan ibadah
syariah bila kita tidak berakidah, bagaimana hendak beribadah bila kita bukan
muslim. Bila aqidah tidak mengakar, berarti identitas muslim seseorang perlu
dipertanyakan.
Tema 'terorisme' jauh lebih beruntung daripada 'korupsi' karena
mendapat perhatian cukup serius dari pemerintah. Pemerintah mudah saja
menganggarkan puluhan milyar rupiah untuk menanggulangi terorisme.
Sementara menyangkut korupsi, terlihat ada unsur pembiaran. Sepintas
terlintas dalam pikiran saya bahwa tidakan tersebut diambil karena teroris itu
bukan anak atau keluarga dekat pejabat, sementara koruptor adalah pejabat
itu sendiri.
Banyak pelaku terosis bukan malah dari kalangan santri namun
ternyata dari kampus non-Islam, jurusan ilmu praktis-teknologi pula. Hal ini
karena tidak adanya penyatuan persepsi antar wadah pendidikan yang dia
geluti. Pikirannya sendiri gagal menemukan penyatuan itu. Ini karena surau
26
pengajian dan kampus tidak berada di bawah atap yang sama, materi
pendidikan surau dan kampus tidak disusun dalam silabus yang sama.
Disamping itu, sistem pendidikan modern yang terlalu spesifiktif
membuat seorang ahli ilmu tertentu samasakali buta tetntang disiplin lain.
Padahal guna pendidikan untuk menciptakan harmonisasi. Harmonisasi hanya
dapat dipahami bila kita mampu saling mengenal, menyadari
kesalingterkaitan (integrasi) segala sesuatu. Untuk memahami itu kita harus
menguasai segala bidang ilmu. Menguasai segala bidang ilmu adalah
mustahil dalam pendidikan formal kita.
Islam bagaikan satu anggota tubuh, satu bagian sakit, semua bagian
merasakannya. Negara adalah jalan yang ditempuh orientalis untuk
memecah-belah kesatuan Islam. Jadi kalau warga muslim di satu sudut bumi
mengalami suatu tindakan negatif maka kewajiban untuk menghentikan dan
membalan dengan tindakan serupa menjadi fardhu kifayah bagi semua
muslim sampai tertanggulangi. Radiusnya mulai dari titik lokasi kejadian.
Perang yang dilancarkan kafir terhadap muslim di satu negara
karena mereka belum mampu mengalahkan penduduknya. Mereka takkan
menyarah sebelum muslim menerima segala macam doktrin, prinsip, gaya
hidup dan segala macam millah mereka. Setelah kalah peperang dan millah
mereka diikuti, selanjutnya, barulah serbuan segala macam produk
menghantam sebuah negara muslim. Dan inilah yang menjadi tujuan
utama kafirun.
Islam memerintahkan muslim membalas serangan kafir dengan
serangan setimpal. Karena itu, bila kafir memaksakan segala macam produk
untuk kita komsumsi maka wajib bagi muslim menciptakan produk tandingan
untuk menghancurkan dominasi ekonomi mereka dan selanjutnya mengimpor
produk-produk kita pada masyarakat mereka. Inilah konteks perang
kontemporer, perang ekonomi.

27
Arah Brigade PII: Refleksi Hari Lahir Brigade PII Ke-63

Formasi
"Kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan yang sesuai dengan Islam bagi
segenap bangsa Indonesia dan ummat manusia" (Tujuan PII)
"Badan Otonom Brigade PII berfungsi sebagai wadah pengabdian
dan pelayanan persoalan-persoalan kemanusiaan, pembinaan dan
pengembangan ketrampilan, ketahanan fisik dan intelektualitas kader, serta
mengembangkan jaringan informasi dan intelijen guna menjaga misi dan
eksistensi PII" (Tujuan Brigade PII)
"PII sebagai katalisator kader masa depan bagi segenap ummat Islam
dan terdepan dalam pembelaan kepentingan pelajar Islam" (Visi PB PII 2010-
2012)
"Brigade PII bergerak membentuk karakter masyarakat intelektual
yang cerdas emosional, cerdas spiritual" (Visi Korpus Brigade PII 2010-
2012)

Integrasi
Tidak ada kata 'sempurna' dalam wadah PII, utamanya bagi kader
PII yang sedang berproses, baik yang belum mengkhatam jenjang Ta'dib
maupun yang belum menyelesaikan tugas kepengurusan. Segala sifat
sempurna selaku manusia (Insan Kamil) jangan diharapkan telah hinggap
pada diri kader PII yang masih aktif. Jangan mencari mobil yang sempurna di
bengkel. Sebab di bengkel adalah tempat dihimpunnya mobil-mobil rusak
untuk diperbaiki. Setelah kondisinya baik maka mobil itu takkan lagi tinggal
di bengkel, dia dapat Anda temukan meluncur di jalanan. Kader PII yang
telah menjalankan seluruh proses Ta'dib dan telah menyelesaikan amanah
kepengurusan dengan track record yang baik maka selesailah tugas PII
memberikan wadah baginya dan siaplah dia meniti karir profesinal baik
dalam bentuk kelembagaan maupun tanpa lembaga, bauk sebagai akademisi,
sastrawan, filosof maupun ilmuan dan politikus. Intinya semua kader PII
harus mampu memberikan kontribusi positif bagi masyarakat sebab sejak
awal dia memang dididik menjadi agen perubahan sosoal. Ini berarti dia
harus mampu menjadi kutub untuk mengembangkan potensi positif setiap
individu ummat meskitun mereka tidak pernah sekalipun tersentuh ta'dib.
Untuk jangka panjang, mungkin demikianlah dimaksud Muhammad Ridha
dalam merumuskan visi kepemimpinannya 2010-2012.
Ridho mengharapkan arah perahu PII pada periodenya mampu
menciptakan pasukan yang solid untuk difungsikan sebagai agen yang dapat
membela setiap kepemtingan pelajar. Melihat Korpus Brigade PII yang dalam
merumuskan visinya pada periode yang sama yaitu untuk menciptakan
28
masyarakat yang intelek yang mana intelaktualitas mereka dapat mereka
pakai guna advokasi diri dan masyarakatnya serta guna melahirkan kesadaran
spiritualitas (Bukankah ilmu merupakan salahsatu pintu masuk hidayah)
mereka, maka di sini dapatlah ditemukan korelasi yang saling menguatkan
antara BO Brigade dengan BI. Brigade PII dapat menciptakan manusia
intelektual dimana nantinya dapat difungsikan sebagai katalisator kader masa
depan. Kepekaan terhadap kondisi alam sekitar merupakan potensi fitrah
manusia. Untuk dapat menciptakan manusia yang lebih peka terhadap kondisi
ummat kita harus mengasah intelektualitas mereka. Kelebihan manusia
dabandingkan semua makhluk Allah lainnaya di muka bumi adalah
kemampuannya mengamati alam sekitar secara tajam sebab dia diberikan
intelektualitas yang lebih. Level intelektualitas ini menyebabkan manusia
memiliki daya untuk melalar segala sesuatu yang ditangkap indranya.
Kemampuan menalar ini menjadi modal manusia untuk mengamati alam
sekitarbdan memberi arti akan segala sesuatu yang ditangkap indranya.
Penafsiran objek indra ini menyebabkan manusia mampu meniru prilaku
alam sekitarnya dan memotifasinya untuk memanfaatkan potensi alam sekitar
untuk merubah suatu benda menjadi benda yang lain. Ketika manusia melihat
tikus yang piawai dalam menggali tanah, maka manusia berusaha
menciptakan alat dari alam dan merubahnya seumpama kuku tikus untuk
menggali tanah. Karya merupakan produksi khas makhluk Tuhan yang hanya
dimiliki manusia. Selain menciptakan, manusia juga mampu menggunakan
alat yang dia ciptakan. Singkatnya alat merupakan bukti ketinggian
intelektualitas manusia dibandingkan makhluk lain. Tapi yang menjadi
puncak dari ketinggian intelektualitas manusia adalah penggunaan alat untuk
kesejahteraan manusia dan alam semesta. Bom nuklir bisa dikatakan sebagai
karya manusia yang agung, namun tidak terdapat ruang untuk menggap alat
itu sebagai pendukung kesejahteraan alam semesta. Karena itu kemampuan
penciptaan alat merupakan level kedua dari keagungan intelektual manusia,
dan kepekaan terhadap alam dan lingkungan tetap menduduku peringkat
utama keagungan intelektualitas.
Pengabdian dan pelayanan persoalan-persoalan
kemanusiaan haruslah diutamakan bagi diri anggota Brigade PII
agar pembinaan dan pengembangan ketrampilan, dapat menjadi sarana
pendukungnya. Modal selanjutnya adalah dapat memberi efek ketahanan
fisik dan intelektualitas kader,i sehingga kita dapat menggunakan hasil dari
karya terampil kita secara evektif dan efesien.Mengembangkan jaringan
informasi dan intelijen dengan modal buah karya manusia sangat dibutuhkan
agar kita dapat secara mudah menjalakan tugas kita yaitu guna menjaga misi
dan eksistensi PII.

29
Problematika Ummat
1. Pendidikan.
Pendidikan adalah kunci utama bagi kebudayaan, politik bahkan idiologi
bangsa. Pendidikan di negri kaita masih saja menerapkan sistem warisan
penjajahan sehingga potensi akal peserta didik tidak terberdayakan dengan
baik. Fenomena seperti inilah yang menghambat kreativitas dan
intelektualitas peserta didik sehingga sangat berpengaruh pada dinamika
kebangsaan. bangsa kita menjadi bangsa terpuruk sejak awal kemerdekaan
tanpa pernah mampu bersaing dengan negara lain dari segi manapun.
Pendidikan yang mengajarkan sejak dini dalam pikiran hingga menjadi
prinsip peserta didik untuk menjadi masyarakat komsumtif serbainstan telah
membuat ekonomi bangsa kita kian terpuruk.
Adopsi sestem pendidikan asing ke dalam kurikulum pendidikan
nasional adalah upaya dari pemerintah untuk mengatasi masalah yang telah di
sebutkan diatas. Namun hal ini menimbulkan banyak persoalan baru.
Utamanya adalah kita kekurangan tenaga pendidik yang mampu menerapkan
sistem asing tersebut ke dalam ruang belajar. Berbagai pelatihan bagi tenaga
pendidik yang diharapkan supaya dapat membuat mereka mampu
menciptakan suasana dan sistem belajar yang lebih baik ternyata tidak sesuai
harapan. Persoalan utamanya adalah kurangnya keseriusan para
penyelenggara pelatihan, mereka hanya mengedepankan keuntungan pribadi
dan mengenyampingkan tujuan peningkatan sumber daya tenaga pendidik.
Disampig itu tenaga pendidik terlihat kurang serius dalam upaya peningkatan
kualitas diri, para tenaga pendidik tidak memiliki motivasi tinggi dalam
memperdalam keilmuan mereka. Tenaga pendidik kurang serius dalam
mengajar apalagi berusaha menerapkan sistem belajar baru yang lebih baik.
Guru-guru hanya mengedepankan sergifikasi, kenaikan pangkan dengan
tujuan utama---dan bahkan mungki satu-satunya----- yaitu kenaikan gaji.
Guru-guru di negri kita sangat rajin mengikuti seminar pendidikan, tapi
tujuan mereka bukan untuk mengembangkan kualitas diri sehingga mampu
menjadi tenaga pendidik yang lebih kompeten dan berkualitas melainkan
untuk memperoleh amplop berisi uang tunai dan sertifikat untuk
dikumpulkan dan "ditukar" dengan serifikasi dan kenaikan pangkat.
Seharusnya lembaga pertama yang harus diseret oleh Komisi
Perlindungan Anak dan lembaga HAM adalah ke meja pengadilan adalah
Departemen Pendidikan (DP). Mereka telah menjadikan anakzanak sebagai
bagian daripada mesin-mesin yang bekerja dalam waktu. DP telah membuat
anak-anak kehilangan waktunya untuk bermain, padahal sistem belajar bagi
anak paling ideal dengan bermain. DP telah membuat anak jauh dari orangtua
mereka. Mereka kekurangan kasihyang yang sangat mereka butuhkan untuk
mendidik emosi mereka. Belajar kasih sayang tempat terbaiknya dalah pada
30
orangtua. Anak-anak menjadi kehilangan identitas alamiah akibat DP yang
telah mengatur waktu belajar yang sangat padat. Kurikulum yang sangat
sesak membuat anak harus bekerja lembur untuk menyelesaikan tuga sekolah
yang menumpuk. Dengan itu anak-anak menjadi kehilangan waktu untuk
belajar agama dan berinteraksi dengan lingkungannya sehingga jadilah
mereka manusia yang idividualistik. Ha ini sangat berbahaya bagi masadepan
bangsa sebab orang-orang hasil produksi sistem tersebut akan kehilangan
orientasi diri dan kepekaan sosial. Ilmu mereka hanya akan diterapkan untik
kepentingan individu tanpa sedikitpun mempedulikan---karena memeang
mereka tidak pernah tau--- kaidah agama dan lingkungan.
Masalah ini semakin besar dengan diterapkannya sistem pendidikan
yang menerapkan sistem linearisasi jenjang pendidikan. Sejak SMA--- bahak
kalau bisa sejak PAUD---Manusia dididik untuk mendalami dan menguasai
satu disiplin keilmuan saja yang sangat spesifik. Hal ini mengakibatkan
masing-masing ilmu kehilangan hubungan. Para ahli ilmu hanya jadi mesin
disipliNomor 52n ilmu tertentu tanpa mampu menemukan intergrasi antar
disiplin ilmu. "Pendidikan adalah kemampuan untuk merasakan hubungan-
hubungan tersembunyi antarfenomena" kata Vaclav Havel. Sistem liearisisi
strata pendidikan berar Metode demikian sangat bertentangan dengan tujuan
pendidikan, setidaknya versi Havel.
Hilangnya paradigma kesalingterkaitan antar disipli ilmu
menyebabkan hilangnya kesalingterkaitan implementasi ilmu. Ahli kimia
hanya akan memproduksi senjata pemusnah massal sebanyak-banyak dan
sehebat-hebatnya tanpa mengetahui efek lingkungan dan kemanusiaan.
Program beasiswa ke luar negri besar-basaran diharapkan dapat
menciptakan kader-kader bangsa yang menguasai berbagaimacam
metodologi sehingga dapat memecahkan berbagai macam masalah bangsa
ternyata hanya mampu memproduksi kontestan perang wacana dan perang
opini. Masing-masing mereka hanya menjadi penyebab meningkatnya
penggundulan hutan karena satu judul buku yang mereka terbitkan dicetak
ribuan eksemplar, kalau buku itu menarik sehingga menjadi best seller maka
akan dicetak hingga jutaan eksemplar. Kalau semua lulusan luar negri dirata-
ratakan masing-masing satu judul buku best seller maka berapa juta kopi
bukau akan diterbitkan? berapa batang kayu dibutuhkan sebagai bahan baku
kertas? ditambah opini-opini di media cetak lain seperti majalah, jurnal dan
koran. Jalan keluar-jalan keluar yang mereka tawarkan sering ditolak
pemerintah sebab berbenturan dengan blue print pemerintah. bagi masyarakat
susah menangkap maksud pembicaraan mereka sebab metode yang
digunakan membingungkan ditambah kata-kata yang dipakai terlalu asing
bagi masyarakat. Ada segelintir diantara para sarjana lulusan asing itu yang
mampu masuk kedalam sistem pemerintahan, namun bahkan sering konsep,
31
gagasan dan ide mereka berseberangan dengan orientasi penguasa, kalau ada
segelintir yang jadi penguasa maka sering konsep mereka tidak mampu
memberikan perubahan ke arah yang lebih baik bagi masyarakat. Artinya
program beasiswa luar negri tidak mampu memberikan peran yang berarti
perubahan masyarakat dan dalam upaya menyelesaikan persoalan bangsa.
Kehadiran mereka malah mempercepat kepunahan bahasa Indonesia.
Bukankah para sarjana lulusan luar negeri itu yang suka menggantikan kata-
kata dalam bahasa Indonesia dengan istilah-istilahn asing. Padalal banya
istilah-istilah asing itu yang memiliki kata serapan dalam bahasa Indonesia.
Demikian problematika program beasiswa untuk ilmu-ilmu sosial yang
menghabiskan dana negara hingga trilyunan rupiah itu.
Dalam bidang beasiswa luar negri untuk ilmu teknologi, sarjana
lulusan luar-negri hanya dapat menjadi dosen dan tukang teori teknologi
tanpa menciptakan satu bendapun yang dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat apa lagi untuk memproduksi teknologi untuk melawan dominasi
ekspor segala macam kebutuhan masyarakat.
DP senyatanya adalah musuh semua kalangan yang punya
kepentingan di bidang pendidikan. DP bahkan tidak ;eduli dengan aturan
hukum. Pengadilan telah memutuskan UN harus dihapuskan, namun UN
masih terus diterapkan---meskipun wacana DP mereka tidak akan
menjadikannya sebagai standar satu-satunya bagi kelulusan siswa di sekolah
bertaraf rendah. UU baru yang memutuskan ijazah SMA hanya berlaku dua
tahun pasca kelulusan dan pembatasan usia calon mahasiswa adalah
keputusan paling merugikan masyarakat. Masyarakat menengah kebawah
semakin mustahil untuk memperoleh kesempatan mengenyam pendidikan
Perguruan Tinggi. Mereka akan semakin kehilangan kesempatan
berkompetisi di segala bidang dan lapangan kerja. DP telah melanggar UUD
'45. Kekali lagi DP harus di seret ke meja hijau. DP untuk kesekian kalinya
melanggar HAM.

2. Kebudayaan.
Karena sisitem pendidikan kita yang kacau-balau maka rasa, karya
dan karsa manusia selalu menghasilkan sesuatu yang membuat tatanan
masyarakatsemakin rusak. Manusia Indonesia telah dibentuk menjadi
individu-individu yang bermoral materialis, individual dan kapitalistik.
Kapitalisme telah menjadi ideologi bangsa. Kerusakan moral terlihat jelas
dari segala sistem kehidupan masyarakat mulai dari cara berpakaian,
pergaulan hingga komsumsi. Kebobrokan moral pejabat adalah simbol dari
kerusakan seluruh elemen bangsa. Korupsi dianggap sebagai pekerjaan yang
lumrah dilakukan. Penegak hukum tidak akan berbuat banyak dalam
menangani perkara ini. Kalangan aktivis dari organisasi mahasiswa dan
32
pemuda yang selalu melakukan kontrol tehadap lembaga hukum dalam upaya
pengawalan kasus korupsi senantiasa diintimidasi pihak-pihak tertentu
sehingga tak jarang mereka kehilangan amunisi. Aparat penegak hukum
sangat komit dan mengeluarkan kekuatan penuh dalam menangani terorisme
yang sangat sering menyudutkan Islam. Komitmen penanggulangan korupsi
karena banyknya dukungan dana asing. Hal ini bertolakbelakang dengan
kasus korupsi dimana Barat ikut merasakan keuntungan akibat tingginya
korupsi Indonesia. Korupttor-koruptor akan membuang uang curian itu ke
negara-negara maju. Kemajuan teknologi informasi telah
menyebabkan kerusakan pada seluruh elemen masyarakat. Kaum muda
terlibat pergaulan bebas, seks bebas, kehilangan gairah belajar serta
kehilangan orientasi masa depan. Kehidupan rumah tangga tidak berlangsung
lama akibat mudahnya akses perselingkuhan dan problematika ekonomi.

3. Ekonomi
Kemiskinan sampaikapanpun takkan pernah bisa ditanggulangi
selama lembaga apapun namanya yang memaikan sistem peminjaman
berbunga. Riba telah merajalela di negri kita. Lintah darat telah menjadi
idola. Masyarakat kecil tidak punya pilihan lain selain meminjam uang
dengan bunga luarbiasa tinggi. Usaha yang dijalankanpun tidak berjalan
sesuai harapan sebab hampir semua masyarakat terlilit hutang dan kredit.
Prolem ekonomi masyarakat takkan memiliki jalan keluar selama riba
merajalela. Bank Syariah tak ubahnya seperti babi yang dipakaikan jilbab,
daging babi syariah. Baitul Qirad yang diharapkan mampu menjadi ekonomi
alternatif ternyata tak ubahnya bank konvensional, yang mereka tahu hanya
bagi hasi tanpa pernah mau tau kerugian nasabahnya.
Pasar hasil produk pertanian dikuasai mafia. Harga pasar diatur
sedemikian rupa. Petani tak ubahnya sapi perah. Petani hanya mampu
memproduksi dan buta pasar sehingga selalu jadi korban. Elit pemerintah
hanya mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok. Menandatangani
kontak impor produk teknologi akan sangat menguntungkan elit daripada
mereka harus bekerja keras membangun pabrik dan melatih keahlian dan
ketrampilan masyarakat. "Anak TK di Jepang belajar bikin HP. mahasiswa
Indanesia belajar pakai Hp" kata T. Firman Nur. Kita cuma mampu membeli
dan terus membeli tanpa sedikitpun memprodeksi. Kita tergolong bangsa
yang celaka menurut Kahlil Gibran: Celakalah bangsa yang memakan tidak
dari yang dia tanan dan memakai tidak dari yang dia sulam. Kita hanya bisa
menjadi konsumen, bahkan beraspun diimpor. Bukankah mengimpor beras
akan menguntungkan banyak pejabat dan merugikan banyak petani. Elit lebih
suka uang bea cukai daripada bersusah payah mengembangkan SDM petani.
33
Kalau saja ekonomi Islam yang murni mau diterapkan maka
masyarakat kecil tidak hanya akan memperoleh pinjaman tanpa riba, bahkan
pendidikan terhadap bidang profesi mereka berjalan sekaligus. Bukan seperti
kerja Baitul Mal yang taunya hanya mengumpulkan harta orang kaya dan
mendistribusikannya ke kantong pribadi dan pembuatan gedung megah, biaya
transportasi dan akomodasi yang menggelembung tanpa memperdulikan
distribusi yang tepat, mengarah dan berfaedah bagi pengusaha kecil.

4. Politik.
Presiden SBY adalah pemimpin yang sangat pandai membodohi
rakyat dengan pencitraan di media yang sangat tidak berimbangan.
Melanjutkan dan mempertahankan kekuasaannya dia menempun jalur-jalur
yang curang. KPU menjadi tidak independen dan penuh rekayasa. Daftar
pemilih tetap direkayasa membludak di kawasan yang ada bantuan
pemerintah dan sangat minim di daerah yang tek tersentuh bantuan
pemerintah. SBY mampu mencuri hati rakyat dengan iming-iming sepetak
lahan pertanian dan memperlakukan diri seolah-olah patut disayang dan
dikasihani. SBY beli enam sukhoi semua diam, mega beli sati semua ribut,
berkepanjangan. Politik pencitraan SBY memang luar biasa.

5. Agama
Ahmadiyah terkesan dibiarkan oleh pemerintah. Asing menekan
pemerintah agar tidak membubarkannya. MUI dalam mengupayakan
pembubarannya tidak punya mekanisme dan landasan hukum yang jelas.
Ulama hanya bermodalkan semangat subjektif. Jadi selalu kalah dalam ranah
hukum. Ulama tidak mau membuka diri untuk mengkaji persoalan ini secara
objektif. Akibatnya radikalisme oleh Ormas Islam semakin potensial.
Presiden, karena dia ahli dalam manajemen isu membiarkan Ahmadiah
sebagai senjata cadangan dimana ketika berita-berita Century atau lainnya
yang mengganggu kekuasaannya muncul dia bisa memanfaatkan isu ini
sebagai peredam berita Century.

Problematika PII-Brigade PII


Dari dulu Brigade PII diakui dalam konstitusi PII dalam melakukan
hubungannya dengan BI menenpuh jalur koordinasi. 'Koordinasi' semakin
lama semakin tidak jelas. Oleh sebab itu dalam periode ini kita
mengupayakan eksistensi Brigade PII sebagai penunjang tercapainya tujuan
PII lebih efektif dengan memfungsikan Brigade PII sebagai wadah bantu
dalam tercapainya misi-misi yang dicanangkan masing-masing bidang BO
dan Korp PII Wati. Brigade PII akan melakukan kerjasama dengan masing-
masing bidang BO dan Korp PII Wati sehingga dapat memberikan kontribusi
34
yang konkrit bagi bidang-bidang BO dan PII Wati. Peran seperti ini harus
dilakukan oleh seluruh tingkat eselon Brigade PII mulai dari tingkat pusat
hingga daerah. Untuk tercapainya tujuan ini dengan baik dan matang, Brigade
PII, BO dan Korp PII Wati secara bersama-sama harus merumuskan
mekanisme komonikasi yang baik dan tertib agar upaya ini tidak memiliki
efek samping dan Brigade PII dapat menemukan peran efektif.
Dengan menempuh jalur koordinasi Brigade PII di tingkat daerah
telah memberikan kontribusi yang sangat banyak dalam tercapainya program
kaderisasi BO PII. Setiap penyelenggaraan training, Brigade PII selalu
mengutus personilnya untuk melakukan pengamanan lokasi training. Tidak
jarang Pelatih kursus Brigade PII menomorsatukan training Brigade PII.
Kerjasama ini harus terus dirawat dan ditingkatkan.
Dalam bidang Pembinaan dan Pengembangan Organisasi Brigade
PII dapat mengirimkan personil intelijen dalam melakukan pengumpulan
informasi-informasi temtang kondisi eselon PII di bawan eselon BO setingkat
sehingga informasi-infor masi yang dikumpunkan dapat menjadi bahan kajian
PPO sehingga ketika PPO turba dia dapat langsung menerapkan jalan keluar
atas persoalan eselon di bawahnya. Brigade PII juga dapat melakukan
pengawasan terhadap personil-personil pengurus secara rahasia sehingga
bidang Pembinaan Aparatur dapat memperoleh informasi yang baik tentang
kedirian personil-personil pengurus.
Brigade PII dapat mengirimkan intelijen-intelijennya ke sekolah-
sekolah untuk mendapatkan informasi-informasi tentang segala aspek
menyangkut praktek pendidikan. Brigade PII juga bisa melakukan pencarian,
kajian dan aksi terhadap isu-isu pelajar dari dan melalui berbagai media.
mengenai PMP kita mengusulkan agar PMP diganti dengan PMI
(Pemberdayaan Masyarakat Intelektual) sehingga wilayah konsentrasi bidang
ini dalap lebih luas bahkan hingga masyarakat. Kita harus jujur bahwa 'kata'
itu tidak hanya berpengaruh terhadap sasaran informasi, namun juga terhadap
informan. Boleh saja kader PII memahami kata pejalar adalah anak sekolah,
mahasiswa ataupun yang memimba inmu di lembaga pendidikan non formal
atau bahkan seorang otodidak. Tapi ketika mendengar kata 'pelajar' pikiran
kita semua akan memunculkan gambar anak sekolahan yang reseragam.
Brigade PII pada periode ini menjadikan Intelijen sebagai sasaran
utama misinya. penciptaan dan pengembagangan anggota yang memiliki
keahlian mengumpulkan, mengkaji dan melakukan aksi terhadap informasi
adalah salah satu upaya yang ditempuh Brigade PII dalam mencapai misi
tersebut. Disini Brigade PII dapat memberikan peran yang besar dalam
pencapaian misi KU BO PII. Baik dalam membangun jaringan eksternal,
pencarian informasi, aksi dan lain sebagainya.
35
Disamping itu BI dan BO harus menguatkan hubungan antar
bidang terkait seperti bidang Kesekretariatan, Kebendaharaan,
Pengembangan organisasi, bid. Hubungan eksternal dan lainnya. Misalnya:
Diklat Brigade PII, Div. Kursus Korp PII Wati dan Kderisasi BO, PPL.
Makanisme penguatan bidang terkait ini perlu diatur dengan baik, contohnya
mengadakan rapat bidang terkait.
Selain itu, dalam rumah tangga Brigade PII sendiri terdapat sangat
banyak persoala yang harus dipecahkan. Perbedaan pemahaman dalam sistem
adminidtrasi PII segenap eselon perlu akhiri.Brigade PII sering kesulitan
memperoleh pendanaan karena kurang popularnya Brigade PII dibandingkan
BO. Persoalan ini mengakibatkan terkendalanya proses pencapaian misi.
Sistem kaderisasi yang baik harus segera dirumuskan dalam sebuah
buku panduan kaderisisasi pokok Brigade PII. Sistem latihan yang
dikeluhkan banyak kalangan harus dapat ditangani dengan baik. Anggota
intelijen perlu diperbanyak agar pencapaian misi pada periode ini dapat
terlaksana dengan lancar.

Signifikan
Brigade PII harus merevisi sistem kaderisasinya sehingga mampu
menciptakan keseimbangan antara penguatan kemampuan intelijen,
manajemen organisasi & kelembagaan, spiritual dan interaksi sosial. Brigade
PII juga harus mampu mempertajam sumberdaya kader dalam melakukan
pengumpulan informasi, kajian dan aksi dari dan melalui lapangan dan
berbagai media, baik cetak maupun elektronik.
Membangun dan membina Koordinator Wilayah dan Daerah di semua
Provinsi & Kabupaten/kota suatu keharusan. Lalu Brigade PII
harus menciptakan ketertiban sistem administrasi sesuai PPA di seluruh
eselon Brigade PII.
Efektivtas peran Brigade PII dalam memberikan kontribusi bagi
tercapainya program masing-masing Bidang Badan Induk dan BO PII Wati
dengan mengedepankan etika konstitusi dan hubungan emosional yang baik
wajib terwujud dan penggalangan dana dari berbagai sumber harus sesuai
ART PII.
Dalam rangka Hari Lahirnya yang ke-63, Brigade PII harus mempu
menyalesaikan semua problematika di atas, baik itu menyangkut keummatan
dan Internal PII-Brigade PII. Amin.

36
Perang Ekonomi: Cina-AS Memperebutkan Indonesia
Empet belas abad lalu Nabi Besar pernah memperingatkan suatu saat ummat
Islam akan diperebutkan layaknya hidangan makanan pada suatu
jamuan.Sahabat Beliau bertanya apakah jumlah kaum muslim ketika itu amat
sedikit. "Tidak" kata Nabi "Jumlah kalian banyak, tapi bagai buih dilautan".
Dialog antara Nabi Besar dengan para sahabatnya pada abad ke-7
itu sangat menyinggung (kalau boleh dikatakan menyindir) ummat Islam saat
ini. Dalam kontek ummat Islam Indonesia, merekalah yang harus palng insaf
akan peringatan Nabi itu. Indonesia adalah negara yang dihuni sekitar dua
ratus juta muslim menjadi negara dengan populasi muslim terbesar di dunia
adalah potensi besar akan kekuatan gerakan Islam dunia. Bila mampu bersatu
dan memantapkan akidah, maka Islam akan meraih kembali kejayaannya
sebagai mana pernah terjadi dari abad VIII hingga XII. Namun fakta kini
masih sangat jauh dari yang kita harapkan. Potensi populasi muslim
indonesia hanya menjadi sasaran empuk bagi ragam ideologi yang sedang
berkuasa saat ini. Komunisme dan Liberalisme adalah dua pemangsa yang
paling unggul dalam memangsa populasi muslim terbasar dunia di Indonesia.
Cina sebagai representasi dari idiologi Komunisme telah
menyapakati perdagangan bebas dengan Indonesia. Amerika Serikat (AS)
sebagai dedengkot Liberalisme semakin dalam saja menancapkan kukunya di
Indonesia, apalagi setelah menyepakati beberapa persetujuan baru dengan
pemerintan dan perusahaan Indonesia, utamanya menyengkut pertambangan,
investasi dan perdagangan.
Kita sadar bahwa perdaganagn bebas yang dilakutan pemerintah
Republik Indonesia (RI) akan sangat banyak merugikan RI dan tidak
seimbang dengan keuntungan yang diperoleh Cina. Cina adalah negara yang
sangat anti untuk mengimpor barang-barang produk dariluar negara mereka.
Bila rakyatnya membutuhkan, maka mereka akan berusaha memproduksi apa
yang dibutuhkan rakyatnya. Setelah rakyat tercukupi kebutuhannya, Cina
akan melancarkan ekspor produksi mereka ke negara-nagara lain. Indonesia
yang telah menyepakati perdagangan bebas dengan negeri Tirai Bambu harus
siap pasarnya diserbu produk-produk negara tersebut. Karena budaya
komsumtif masyarakat RI sangat tinggi, pasti barang produk Cina akan laku
keras.
Berlawanan dengan rakyat RI, rakyat Cina adalah bangsa yang
sangat pelit. Mereka sangat irit dan amat selektif dalam mengeluarkan uang
guna memenuhi kebutuhan hidup. Input yang diharapkan Cina dalam
perdagangan bebas agar karya-karya seni tradisional rakyat Indonesia seperti
batik, ukiran dan aneka karya tangan dapat terjual dengan mudah di Cina. Hal
ini sangat mustahil karena barang-barang tersebut, jangankan untuk dianggap
kebutuhan primer, untuk digolongkan sebagai kebutuhan sekunderpun tidak.
37
Rakyat Cina sangat pandai membedakan antara kebutuhan dan keinginan,
kebutuhan seja mereka tekan, apalagi keinginan. Sementara rakyat Indonesia,
semua yang produk yang menarik baginya dianggap kebutuhan, kebutuhan
pokok pula. Padahal secara psikologis, keinginan manusia tidak terbatas.
Nabi besar mengatakan bila seseorang diberikan satu lembah emas maka dia
akan meminta satu lembah lagi, dan keinginan manusia takkan berbatas
hingga mulutnya disumpal tanah (mati). Oleh karena itu, negara yang
bertanggungjawab membimbing, mengayomi dan memberdayakan rakyat
wajib mengontrol daya konsumsi masyarakat.
AS memulai ekspansinya memalui serangan udara. Setelah kondisi
memungkinkan barulah mereka melanjutkan melalui jalan darat. Strategi
perang semacam itu tidak hanya dipraktekkan AS tapi hampir semua negara
Starategi demikian tidak hanya digunakan dalam perang militer tapi juga
perang ekonomi. Perang ekonomi diawali melalui udara dengan melalui
program pesawat televisi dan internet yang menaangkan gambar-gambar
tentang gaya hidup ideal: mengkonsumsi pakaian mewah, pakaian
yang wah, makanan kelas tinggi, rumah mewah dan konsumsi-konsumsi lain
yang membuat target serangan memiliki keyakinan bahwa gaya hidup yang
mereka lihat melalui gambar-gambar propaganda tersebut adalah sebuah
model kehiduan ideal. Setelah itu target semakin menggebu-gebu hasratnya
untuk memiliki barang-barang yang akan menunjang "gaya hidup ideal" yang
baru itu. Saat itulah serangan darat dilancarkan melalui pasar dengan menjual
produk-produk milik negara Liberalisme yang menggiurkan ummat itu.
Saya sangat sedih campur geram melihat kebodohan bangsa
Indonesia yang menjadi sasaran empuk penjualan aneka produk Komunis dan
Liberalis. Wahai saudaraku ummat Islam, ubahlah peradigma anda: Pembeli
adalah budak penjual adalah raja. Selama gemar mengkonsumsi kita takkan
berjaya, selama tidak memporoduksi, kita akan terus terbelakang.

"Celakalah bangsa yang memakan tidak dari yang dia tanam dan
mekakai tidak dari yang ia pintal" (Kahlil Gibran)

Buku sekolah SD tidak boleh lagi mengatakan "Ibu ke


pasar membeli sesuatu" tapi harus menulis "Ibu ke pasar menjual sesuatu".
Ibu adalah representasi masyarakat Indonesia, bila ibu membeli berarti ibu
adalah manusia konsumtif, dan kalau ibu menjual itu artinya ada sesuatu yang
dijual, bila ada sesuatu yang dijual pastilah ada sesuatu yang diproduksi.
Tidak miriskah Kawan melihat bagaimana petinggi AS dan
petinggi Cina bergantian mengunjungi Indonesia. Belum lagi puluhan negara
lain. Tujuan mereka menemui pejabat-pejabat Indonesia untuk menyepakati
kontrak dagang-kontrak dagang baru dan melanggengkan yang lama. Semua
38
itu merugikan rakyat Indonesia. Sementara barang apa yang sanggup kita
produksi dan kita jual ke negara mereka? Tahu akan busuk sebelum sampai
ke AS, tempe akan berulat sebelum mendarat di Cina.
Semua ini kesalahan pejabat dan pengambil keputusan negara kita.
Mereka lebih suka menerima suap untuk mencegah dan menghentikan
produksi-produksi dalam negeri dan melanggengkan impor produk-produk
dari luar negeri, mereka hanya memilirkan anak sekolah dan istrishopping ke
luar negeri tanpa memilirkan nasib rakyat yang semakin terpuruk. Rakyat
semakin hari semakin besar hasrat konsumsinya semakin kecil daya belinya,
semakin hilang semangat produksinya.
Allah...

39
Melawan Pragmatisme, Menuju Indonesia Masa Depan

Pelajar adalah penentu masadapan bangsa. Pelajar dalam makna kita


adalah seluruh elemen yang masih mengenyam pendidikan. Jadi mahasiswa
juga termasuk pelajar. Bukankah bahasa asing seperti Arab dan Inggis
('student' dan 'thalibun') makna untuk pelajar dan mahasiswa tidak beda.
Seperti apa pendidikan yang diterapkan pemerintah, seperti itulah karakter
bangsa masadepan. Pemerintah sendiri adalah organisasi yang inklusif dalam
mengembangkan segala macam kebijakannya termasuk pendidikan. Seiring
bergulirnya waktu pendidikan di negeri kita telah sangat banyak mengadopsi
sistem pendidikan negara-negara maju. Berbicara negara maju, maka hampir
semua orang sepakat Uni Eropa (UE), Australia dan Amerika Serikat (AS)
sebagai standar. Proses UE dan AS menuju negara maju telah melewati masa-
masa yang sampai kapanpun akan dikenang dengan sebuah kata istilah:
'Hitam'.
Untuk mendirikan AS, bangsa dari daratan Eropa telah melakukan
kejahatan kemanusiaan tertinggi sepanjang sejarah (maski tidak terekspose).
AS didirikan di atas tulang-benulang bangsa Indian akibat pembantaian
besar-besaran oleh bangsa dari daratan Eropa akibat perlawanan Indian.
Peroses mendirikan Australia juga menempuh jalur yang sama oleh bangsa
yang sama terhadap pribumi Australia, suku Aborigin. Kekejaman ini tega
dilakukan karena cita-cita besar bangsa Eropa lebih besar dari rasa
kemanusiaan yang mereka miliki. Karakter kolektif seperti ini sulit dijelaskan
melalui jalur psikologi kecuali mengatakan masing-masing mereka mengidap
psikopath. Ditinjau dari sudut pandang agama, Yesus dan St. Paul tidak
pernah mengaminkan hal perilaku semacam itu.
Pendidikan? Sampai abad pertengahan bangsa Eropa masih sangat
memainkan sistem hidup perbedaan kelas. Sebagaimana sejarah manusia
dimanapun, yang berhak memeproleh pendidikan layak hanyalah dari kaum
bangsawan. Dari kalangan bangsawan inilah ilmu pengetahuan berkembang.
Karakter bangsawan yang mengedepankan kesenangan meski menggilas
mayoritas lainnya mereka perbolehkan karena mayoritas itu adalah budak.
Mental demikian sangat mempengaruhi perang Eropa yang sangat dahsyat.
Semua ingin memperoleh kenikmatan hidup dengan menindas kalangan lain.
Eropa merubah paradigmanya setelah mereka menemukan daratan-daratan
lain dan muncul hasrat untuk menguasai daratan-daratan yang mereka temui
itu. Hasrat memperbudak sesama bangsa Eropa mereka ganti dengan upaya
pembudakan terhadap penduduk dari daratan-daratan yang baru mereka
jumpai. Kerajaan-kerajaan di Eropa membuat kesepakatan-kesepakatan
tentang pembagian wilayah ekspansi. Misalnya, Spanyol ke Barat dan
Portugal ke Timur. Setelah masing-masing kerajaan Eropa berhasil
40
menguasai wilayah jajahannya, dan berhasil mendirikan negara besar di
Timur (Australia) dan di Barat (AS) mereka bersatu untuk saling menguatkan
guna menjaga wilayah kekuasaan masing-masing. Persatuan Ini disebut Uni
Eropa. Peta perbudakan modern dapat dilihat dengan sangat jelas yaitu, AS,
Australia dan UE sebagai tuan dan negara-negara kelas tiga sebagai budak.
Prinsip hidup yang mengedepankan raihan kesenangan meskipun harus
menindas kelompok lain telah lama di pengang bangsa Eropa jauh sebelum
Immanuel Kant memperkenalkan istilah 'Pragmatisme'. Prinsip pemikiran
pragmatis yang mengutamakan kepentingan pribadi dan kelompok telah
menjadi jalan hidup para pejabat di negeri kita. Mereka tidak pernah mau
memikirkan kondisi rakyat yang menjadi tanggungjawab mereka. Pejabat di
negara kita hanya memikirkan agar anak-anak mereka memperoleh
pendidikan terbaik dan kalau perlu ke luar negeri dan istri mereka dapat
soping sebulan sekali ke Eropa dan Amerika. Ideologi pragmatisme yang
menjadi jalan hidup pejabat negeri kita dipengaruhi oleh sistem pendidikan
nasional yang membentuk mereka.
Mulai dari segi konsep hingga operasional, pendidikan Indonesia hanya
mementingkan hal-hal yang bersifat temporar. Untuk menentukan standar
kelulusan peserta didik misalnya, penentu kebijakan menerapkan standar
kelulusan yang hanya menilai peserta didik melalui kecerdasan IQ semata. IQ
yang besasal dari otak, identik dengan akal dan mudah diakal-akali. Dalam
sistem pengajaran guru-guru hanya memaksakan siswa melahap kurikulum
sampai mulut tersumbat tanpa pernah mendidik moral, etika dan emosional
peserta didik. Sementara guru sendiri hanya berfokus pada gaji di awal bulan,
sertifikat dan promosi jabatan. Pejabat pemerintah bidang pendidikan
merumuskan konsep-konsep yang sama-sekali tidak berpihak kepada peserta
didik yang harus diposisikan dan dididik sebagai manusia. Generasi muda
memang layak disibukkan dengan belajar dan belajar. Tapi pelajaran di
negeri kita tidak proporsional. Manusia untuk menjadi 'manusia' tidak cukup
dan tidak boleh bila osupan otak mengenai teori dan terus teori diberikan.
Untuk menciptakan manusia kita harus benar-benar paham siapa itu manusia.
Manusia memiliki tiga macam wadah kecerdasan untuk diasah dan
dikembangkan melalui wadah pendidikan. Namun sayangnya, sekolah di
negeri kita hanya mengembangkan satu model kecerdasan saja dan
mengabaikan dua yang lainnya. padahal kecerdasan yang diasah di sekolah
hanya berperan 20 persen dalam kehidupan manusia. Kecerdasan ini disebut
Kecerdasan Intelektual (IQ). Karena lembaga pendidikan formal (LPF)
menyita semua waktu siswa maka tidak lagi terdapat waktu dan wadah untuk
mengembangkan dua kecerdasan lain yang lebih bermanfaata yakin
kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan Spiritual (SQ).
41
Hanya berbekal kecerdasan intelektual itulah manusia hidup. Bila
hanya IQ modalnya, jangankan untuk mengisi hidup, bangsa kita bahkan
tidak mampu memaknai hidup, apalagi mengisi makna hidup. Bangsa kita
hidup hanya persis seperti hidupnya hewan, hanya tunduk pada hukum alam
serba mekanistik. Daya nalar kita rendah akibat kurangnya kepekaan. Maka
dengan kondisi seperti ini kita akan menjalankan kehidupan persis seekor
anjing yang hanya memenuhi desakan perut temporar tanpa mampu
memikirkan dampak kedepan serta rancangan-rancangan masa depan. Bila
begini terus sistem pendidikan kita, maka sampai kapanpun kita akan hidup
untuk bernafas, makan dan seks. Kita hanya akan memikirkan kepentingan
sementara. Kita hidup dengan mengedepankan desakan naluri tanpa nalar.
Akibatnya, kerusakan tatanan hidup bangsa Indonesia adalah karena mereka
hanya mengedepankan kepentingan sesaat. Kita tidak mampu melihat
substansi dari segala realitas dan materi.
Rok mini dan baju belah dada wanita hanya dinilai melalui penilaian
sementara yaitu, indah nikmat dan wah. Kita tidak mampu memanjangkan
nalar dengan menilai pakaian demikian akan mengundang banyak tindakan
kekerasa. Kalau bukan dia yang diperkosa ya, orang lain karena syahwat laki-
lakinya naik. Merampok & mencuri untuk dapat kawin atau main lonte.
Pembunuhan karena cemburu akibat selingkuh untuk mencari paha yang
mulus seperti yang dia lihat dimana itu tidak dimiliki istrinya. Semua sebab
kejahatan itu tidak mampu dilihat sebab akal manusia produk SPF adalah
akal yang diproduksi untuk melihat dan mencari kesenangan sesaat.
Kaum muda tidak mampu melihat efek dari konsumsi narkoba, mereka hanya
mampu melihat efek nikmat sementara narkoba. Remaja putri tidak
mengetahui bahwa pemicu awal konflik rumah tangga yang kadang harus
segera gulung tikar atau hidup dalam sengsara adalah karena suami tidak
puas menemukan kondisi istri di atas ranjang pada malam pertama. Mereka
hanya mampu melihat kenikmatan-kenikmatan sementara dalam ajang
pergaulan bebas dan seks pra nikah.
Kaum elit di gedung besar dalam ruangan dingin sudah pasti tak sampai
akalnya memikirkan nasib rakyat yang tercekik lehernya, kering dengkulnya
akibat bekerja hanya untuk membayar hutang berbunga luarbiasa besar untuk
Bank dan rentenir karena kesulitan memperoleh dukungan usaha yang
memihak. Tikus-tikus itu hanya mampu memutar otak untuk memperoleh
komisi, mencari peluang korupsi dan menutupi bau busuk bangkai yang
mereka simpan.
Budaya hidup seperti ini diakibatkan paham pragmatisme yang dianut bangsa
kita. Kita telah mewariskan budaya ini secara turun-temurun. Kita terlalu
takut akan kekurangan harta bila digunakan sedikit untuk berzakat. Kita lebih
yakin dengan lembaga asuransi. Jaminan-jaminan yang ditawarkan asuransi
42
lebih memikat hati daripada janji-janji Tuhan dalam Kitab Suci. Idiologi
pragmatisme persis seperti orang yang tersesat di hutan tanpa petunjuk
apapun. Dia memilih untuk rehat sambil menikmati semua perbekalan dan
menunggu sebuah helikopter datang membantu, tidak pula membuat asap,
kain putuh, cermin atau sinyal-sinyal lain untuk memberi tanda mana tau ada
yang datang untuk mencarinya dan membantu. Orang yang hidup di bawah
naungan sebuah prinsip idealitas adalah yang dila tersesat di hutan dia terus
berjalan lurus dengan harapan menemukan sungai atau perkampungan Dia
terus mengibarkan bendera putih dan menghemat logistik sejadi-jadinya.
Tidak ada grafik dalam sebuah tabel yang terus beranjak naik, dia pasti akan
menurun, naik lagi demikian seterusnya. AS, UE dan negara-negara maju
lainnya suatu saat pasti akan mengalami destruksi. Indonesia sekarang
sebagai negara paling terbelakang akan menguasai dunia. Camkan! Sejarah
membuktikan negara-negara paling maju akan runtuh akibat tangan negara
paling terbelakang di zamannya. Tidak ada yang mampu memprediksikan
keruntuhan dua kerajaan besar, Romawi dan Persia lewat tangan bangsa Arab
yang terkenal chauvanistik, terbelakang dan bodoh. Kejayaan Arab yang
gilang-gemilang dari Andalusia hingga Nusantara berpusat di Baghdad
ternyata luluh-lantak ditangan bangsa Mongol yang bahkan tidak punya
rumah.
Bangsa terbelakang punya semangat dan mimpi. Ketika semangat itu bersatu
dengan mimpi maka timbullah komitmen tangguh dalam semangat
mewujudkan mimipi. Karena langit itu berbatas, maka negara-negara yang
telah mencapai puncak kejayaannya tidak ada yang akan terjadi kecuali
keruntuhan. Masyarakatnya telah sibuk dalam aktivitas rutin yang tidak lagi
membuat otak mereka terus berputar. Bila otak berhenti berputar maka nalar
dan imajinasi akan berhenti, sel-sel otak tidak lagi semakin hudup. Pasif.
Maka saat itulah tiba masa keruntuhan. Indonesia adalah negara yang luas,
secara geografi strategis, SDA melimpah di dalam dan atas tanah dan di
dalam laut, dengan masyarakat yang mudah diatur dan giat bekerja. Bila
potensi itu disempurnakan dengan prinsip idealitas dan ideologi yang mantap
dan teguh, maka tidak lama lagi negeri ini akan menjadi negara paling maju
di dunia: Liberalisme tidak mungkin diterima sebagai idealitas dan prinsip
karena semua orang tau Liberalisme itu gagal; Komunisme takkan hidup
ditengah masyarakat yang semua menganut agama dengan teguh. Saya
memperkirakan Islam akan menjadi prinsip dan ideologi semua warga negara
Indonesia. Islam memiliki semua panduan dalam hidup untuk segala bidang.
Islam memberi petunjuk hidup ideal mulai dari urusan buang air besar dan
kecil hingga politik dan hubungan internasional.
Langkahnya adalah kaum muslim harus mampu meyakinkan nonmuslim akan
realistisnya prospek Islam melalui lisan dan perbuatan mereka. Organisasi-
43
organisasi Islam, bagaimanapun bentuk dan sifatnya, harus mampu mengawal
akidah ummat Islam dan memperbaiki dan mengawasi sistem pemerintahan
agar benar-benar bersih dari kecurangan dan pencurangan.
Indonesia? Saya yakin...!!!

44
The Ultimate Creations

Manusia yang cerdas dan hebat terbagi ke dalam dua bidang. Bidang
pertama adalah keahlian menganalisa segala fenomena lalu mengkaji dengan
teliti hasil analisanya dan menyampaikan informasi atas hasil penelitiannya
pada orang lain melaluikarya tulisan yang indah, menyentuh dan mudah
dipahami. Mereka ini dikenal sebagai filosof dan sastrawan. Bidang kedua
adalah keahlian mengukur, memformulasi benda-benda lalu merubahnya
menjadi suatu ciptaan yang baru. Mereka yang memiliki keahlian dibidang
ini disebut ilmuan dan seniman.
Sastrawan mampu menggerakkan hati seseorang bahkan mampu memberikan
paradigma baru dalam kehidupan seseorang melalui karyanya. Filosof
mampu menggerakkan akal seseorang untuk memberikan sebuah pola dan
daya pikir guna menentukan mekanisme seperti apa yang layak ditempuh
dalam mengarungi kehidupan. Ilmuan mampu membuat manusia
memperoleh kemudahan dalam menjalankan mekanisme kehidupannya.
Sementara seniman, melalui karya-karyanya mampu membuat orang takjub
dan merawat semangat manusia dalam menjalankan kehidupannya.
Karya para filosof dan sastrawan yang memikat sekaligus
menggerakkan terakumulasi dalam bentuk Kitab Suci. Semua Kitab suci yang
datangnya murni dari Tuhan memiliki intonasi yang indah dan daya persuasi
yang senantiasa hidup dan dinamis. Karya (baca: kalam) paling agung dari
Kitab Suci adalah Al-Qur'an.
Sementara produk ilmuan dan karya seniman sejatinya dapat menjadi
sesuatu yang memiliki mekanisme teratur namun rumit serta dihiasi keelokan
dan keindahan yang memikat. Alam semesta ciptaan Tuhan dan segala isinya
memiliki struktur yang sempurna serta keseimbangan yang kompleks.
Adapun ciptaan Tuhan yang paling sempurna adalah manusia.
Tuhan mampu memciptakan kesalingterkaitan antara karya dan
ciptaanNya. Antara manusia dan Al-Qur'an memiliki sesuatu yang tidak
dapat dipisahkan. Al-Qur'an diturunkan untuk manusia sebagai pedoman
untuk mengantarkan manusia menuju kesempurnaan abadi. manusia dapat
dengan mudah memahami pesan Al-Qur'an karena keduannya (manusia dan
Al-Qur'an) adalah yang paling agung berasal dari satu sumber (Tuhan).
Kreatifitas tertinggi adalah kemampuan mengkombinasi antara karya
Filosof dan sastrawan dengan produk ilmuan dan seniman. Bila mampu
mengkombinasikannya, maka dijamin misi manusia sebagai penerus tangan
Tuhan di muka bumi akan terlaksana dengan baik.

45
AS Segera Gulung Tikar

Saat ini AS memiliki hutang 200 trilyun dolar atau 1.791 kuadriliun
rupiah (Kompas, 16 Nov. 2010). Tingginya penguluaran AS terutama di
bidang militer akan membuat negara yang mengaku dirinya adidaya itu
kolaps. Ternyata hasil-hasil tambah yang incomenya luar biasa di negara-
negara maju milik perusahaan AS tetap tidak mampu mengimbangi tingginya
anggaran belanja AS. Misalnya melalui PT. Freeport Indonesia, AS setiap
harinya mampu mengeruk minimal 300kg emas dan 600kg puluhan ton
mineral berharga lainnya dari tanah Papua per-hari (Kompas, 11 Nov. 2010
h.10). Bila AS tidak mampu menemukan solusi terhadap persoalan ekonomi
yang mereka hadapi, maka dalam waktu singkat AS akan mengikuti jejak
Yunani yang mengalami devisit anggaran negara.
Sebuah negara yang kebijakan-kebijakan strategisnya dipegang oleh
orang-orang korup akan mudah saja mengalami krisis ekonomi. Di negara
kita misalnya, PLN selalu mengalami kerugian, namun direktur, staf dan
karyawan-karyawan PLN sering kita lihat jadi orang kaya mendadak. Mereka
hanya mementingkan kepentingan pribadi meskipun badan atau lembaga
tempat mereka mengeruk kekayaan mengalami kehancuran. Moral seperti ini
digambarkan Nietzsce sebagai parasit. Pepatah Aceh mentamsilkan: "Matee
ken aneuk, rugo ken atra". Mereka biarkan saja lembaga itu hancur, apa
pedulinya: Mati bukan anak, rugi bukan harta. Apa peduliku, pikir mereka.
Dilihat dari siklus sejarah peradaban suatu bangsa, AS saat ini sedang
berada dalam generasi penghancuran. Prof. Nasaruddin Umar mengutib Ibnu
Khaldun mengatakan panjang pendeknya umur suatu bangsa bergantung pada
empat (tahapan) generasi: Perintis; pembangunan dan penghancuran.
(Republika, 11 Nov. 2010 h.1) Saya kira warga AS sudah kehabisan waktu
untuk berada dalam generasi penikmat. Mereka merasakan generasi ini ketika
militer dan ekonom negara mereka, di luar negeri, habis habisan menyerang
negara maju. Namun ternyata serangan ini justru membuat AS sendiri yang
hancur. Perekonomian mereka hancur lebur akibat sangat besarnya alokasi
dana guna mendukung militer dan persenjataan.
Akibat krisis yang dihadapi AS, jutaan wargannya kini menjadi
pengangguran. Ini artinya tidak lagi berada di zona penikmat. Semua
pengungguran pastilah orang yang melarat, kehidupan ekonominya hancur.
Mereka berada dalam generasi penghancuran. Artinya, AS akan segera
berakhir.
Perjalanan Barrack Obama selama 10 hari sesuai dengan yang kami
perkirakan di awal. Ke negara berkambang dia menawarkan (kalau tidak
boleh mengatakan 'memaksa') produk-produk mereka agar membanjiri negara
itu supaya mereka memproduksi lebih banyak dan dengan itu tenaga kerja
46
lebih banyak mereka butuhkan. Dengan itu mereka bermaksud menekan
angka pengangguran warganya. Dalam waktu bersamaan Obama
menekankan pada negara-negara lain untuk tidak mengekspor barang-
barangnya ke negara mereka.
Semua orang dengan jelas dapat melihat ini sebagai bentuk
tanggungjawab seorang kepala negara untuk mencarikan solusi yang sedang
dihadapi warganya meski harus ke ujung dunia. Dan Kisah perjuangan
Obama ini akan terus melekat di hati warga AS ketika AS menjadi negara
yang tidak diperhitungkan lagi. Dan masa ini tidak akan lama lagi.
Seiring berkembangnya informasi dan teknologi maka semakin
berkembang pula pola pikir masyarakat seluruh dunia. Negara-negara
berkembang tidak gampang saja terbuai bujuk rayu negara-negara maju untuk
menjadikan diri mereka sebagai budak kebudayaan dunia. Negara-negara
berkembang seperti India semakin mandiri saja dalam mengembangkan
teknologinya. Tidak lama lagi India akan menjadi salahsatu kekuatan
ekonomi yang paling disegani di Asia dan segera menjadi kekuatan ekonomi
dunia.
Indonesia juga sudah mulai sadar akan kebutuhan sebuah bangsa
untuk dapat menjadi negara yang mandiri tanpa harus bergantung pada
negara lain. Di bidang teknologi, Indonesia sedang menggarap proyek roket
pengorbit satelit RX 550 dan merancang satekit kembar Lapan-A2 (Kompas,
16 Nov. 2010).
Maka daripada itu, penguasaan AS atas ekonomi negara berkambang
akan segara berakhir dan negara-negara berkembang seperti indonesia akan
menyalip AS disegala bidang. AS segera gulung tikar.
Indonesia? Bisa!

47
Islam Kosmopolitan: Studi Kritis atas Pemikiran Abdurrahman Wahid

Dalam alur pemikiranya Abdurrahman Wahid (Gus Dur) senantiasa


menganjurkan manusia mengingat dengan jelas tujuan penerapan syariat
Islam, yang menurutnya, masyarakat sering keliru akan dasar-dasar
penerapan syariat Islam, dimana disini pemikiran Gus Dur, sebagai mana
para pemikir Islam di Indonesia lainnya, juga termasuk “catatan kaki”
pemikiran pemikir besar dunia Islam, Muhammad Iqbal. Iqbal (1966)
mengatakan bahwa prinsip Syariat Islam untuk menyelamatkan (1)nyawa;
(2)keluarga; (3)akal; (4)agama dan; (5)harta. Gus Dur di sini menambahkan
penyelamatan profesi (pekerjaan).Anehnya, dalam pemikiran Gus Dur,
penerapan syariat tidak boleh mengganggu kelima (atau keenam) unsur di
atas. Padahal tujuan penyelenggaraan syariat Islam adalah untuk menjaga
keenam unsur itu.
Jiwa Islam membenarkan membunuh orang-orang yang menentang
ditegakkannya syariat Islam. Hal ini di contohkan Nabi kita memerangi
Yahudi di Karbala. Abu Bakar juga memerangi kaum yang menolak
membayar zakat meskipun mereka muslim. Akal Bukan berarti ketika Islam
hendak ditegakkan kita boleh membiarkan pikiran-pikiran jahiliyah terus
berkembang.KeluargaSyariat Islam mengatur poligami sedemeikian rupa dan
melarang pernikahan wanita muslim dengan non-muslim bertujuan untuk
mengaja keluarga dan keturunan. Agama Islam dalam menjalankan misinya
tidak boleh memaksa penganut agama lain masuk Islam. Namun Islam,
berdasarkan tinjauan sejarah, memberikan dua pilihan bagi yang
beragamalain yaitu masuk Islam atau membayar jizyah. Setelah Islam
berkuasa, ahli zimmi harus di jaga hak mereka menjalankan agamanya (out
put) dan Islam menerima jizyah (input) seperti yang dipraktikan Dinasti
Usmani atas Yahudi di Jerussalem.Harta Zakat, infak shadayah, Jizyah dan
ghanimah adalah cara Islam melindungi harta ummatnya dan harta ahli zimmi
yang berada dibawah kekuasaannya. Bukan seperti arah pemikiran Gus Dur
yang memungkinkan memberi zakat sementara terus memberi peluang untuk
memungkinkannya ahli zimmi menyokong dana bagi musuh Islam untuk
menghancurkan islam.Profesi Menurut Gus Dur, profesi adalah salah satu
prinsip penerapan syariat. Namun saya kira profesi adalah bagian dari
“harta”. Baiklah kita terima saja profesi sebagai bagian tersendiri. Ditilik dari
pola pikir Gus Dur, maka dibenarkan orang-orang berprofesi sebagai bintang
film porno, pelacur, penjual khamar dan agen judi sementara system-syariat
Islam terus ditegakkan.
Gus Dur mengira keenam prinsip di atas adalah hal yang tidak dapat
diganggu gugat dalam penerapan syariat (saya lebih suka menyebutnya
48
sistem) Islam. Padahal penerapan sistem Islam justru untuk meluruskan
keenam hal dimaksud.

49
Sekularisasi Islam

Islam bersifat sekular. Islam adalah agama, datangnya dari Tuhan.


Budaya adalah adat kebiasaan, datangnya dari tindak-tanduk masyarakat. Apa
saja tindakan masyarakat selama tidak dilarang oleh Islam berati
dibolehkan. Masyarakat telah melarutkan adat mereka dengan agama. Ini
mengandung kebaikan, tapi kadang berbahaya. Kebaikan yang terkandung
dari tindakan masyarakat melarutkan agama ke dalam budaya adalah agama
menjadi dekat dan mengental dalam keseharian masyarakat. Dengan hal ini
masyarakat tidak melihat agama sebagai benda asing hingga terasa ringan
untuk diamalkan.Bahaya yang dikandung dengan tindakan pencampuradukan
agama dengan budaya adalah; budaya itu sifatnya berubah-ubah seiring
pergeseran pemikiran dan tindakan manusia. Agama yang larutan dalam
budaya terancam eksistensinya dan berpotensi lenyap ketika budaya itu terus
bergerak menyesuaikan diri dengan zaman.Masyarakat atau individu yang
melarutkan agamanya kedalam bidaya harus memilih diantara dua hal :
pertama meninggalkan agamanya karena tidak sesuai dengan budaya yang
terus berubah. Kedua, menghindar dari masyarakat heterogen untuk
menyelematkan agamanya.
Contoh fenomena yang sering kita temukan misalnya mantan santri
lulusan pesantren tradisional. Ketika hijrah ke kota, mereka harus memilih
antara meninggalkan ajaran-ajaran agama untuk memperoleh perlakukan
yang layak ditengah masyarakat yang berneka ragam atau tetap teguh pada
prinsip agama dengan resiko dikucilkan.
Misalnya kain sarung adalah bagian dari kebudayaan, sementara
shalat adalah bagian agama. Ketika budaya memakai sarung berubah menjadi
budaya serba celana, untuk agar tetap dapat terus melaksanakan shalat kita
harus mampu membuka pikiran kita bahwa kain sarung bukan merupakan
bagian dari rukan shalat, shalat dapat dilaksanakan meski memakai
celana. Nurchalis Madjid (2008) mengajak kita untuk pandai-pandai
memilah-milih mana ajarana agama yang datangnya dari Tuhan yang dianya
berfsifat suci dan sakral dengan produk-produk budaya yang bersifat harus
berubah-ubah (dinamis), tidak tetap dan tidak sakral (statis).Madjid (Cak
Nur) menyadarkan kita agar memisahkan ajaran agama dengan produk
budaya agar agama tidak ikut bergeser ketika budaya yang memang sifatnya
tidak tetap terus mengalami perubahan. Cak Nur mengingatkan bahwa kita
tidak mungkin mampu untuk mempertahankan kebudayaan agar bersifat
tetap.
Oleh karena itu agama harus dipisahkan dari kebudayaan agar kita
terus dapat menjalankan nilai-nilai agama yang luhur meski kebudayaan dan
zaman terus berubah dan bergerak. Inilah yang dimaksud sekularisasi Islam.
50
St. Paul dalam Masalah Besar

Kalau Muhammad karena dari bangsa Arab tidak pantas, dan


memang tidak boleh selain Bani Israil menjadi Nasrani. Agama Nasrani
hanya diperuntukkan bagi Bani Israil. Semua nabi sebelum Muhammad
hanya diperuntukkan bagi satu bangsa saja. Semuannya berasal dari orang
dalam bangsa itu. Tidak boleh ada 'tamu' daru luar.Sebagaimana diungkapkan
Saddam Hussain secara metafor melalui novelnya 'Devil's Dance', Bani Israil
mengambil kesempatan akan Isa dan kitab injilnya, serta agama Nasraninya
untuk dijadikan senjata sebagai persiapan memerangi juru selamat beserta
agama Islamnya.St. Paul memodifikasi Injil sebagai jembatan menuju
lahirnya Islam menjadi senjata untuk memerangi Islam dengan cara merubah
prinsip dasar dari agama Nasrani. Isa, dari sebagai nabi utusan dengan
amanah Injil, dari kalangan Bani Israil, selaku manusia biasa sama seperti
nabi-nabi sebelumnya, menjadi tuhan yang berubah bentuk menjadi manusia
untuk menanggung dosa semua orang Kristen. Paul membuat konsep Isa
sebagai tuhan agar, kelak ketika Muhammad lahir, Isa tetap lebih unggul dari
Muhammad.
Bila Isa tidak 'disulap' menjadi tuhan, maka pastilah Muhammad
akan lebih superior dibandingkan Isa. Isa, seorang pemuda paling miskin
dengan pakaian sepasang yang hanya melekat di badan saja, hanyalah
seorang nabi utusan untuk segelintir orang (diitus untuk Bani Israil saja)
dengan misi yang gagal (ditolak habis-habisan oleh ummatnya). Bandingkan
dengan Muhammad seorang pemuda keturunan golongan terpandang (baik
dari keturunan ayah maupun ibunya), menikahi saudagar kaya (Khatijah)
dengan misi agama yang gemilang (Islam mencapai 2per3 belahan bumi
dalam waktu singkat) serta menjadi pemimpin tidak hanya dari kabilah-
kabilah suku bangsa Arab saja melainkan juga hampir seluruh bangsa.Selain
itu Bani Israil yang menjadi langganan Tuhan dalam pengutusan rasul-rasul.
Tidak mudah menerima rasul yang paling hebat dari kaum yang menjadi
musuh sepanjang sejarah (baca: Arab). St. Paul khususnya dan Bani Israil
khususnya harus cepat mencari cara agar kehebatan Musa dan nabi-nabi Bani
Israil lainnya selaku utusan Tuhan tidak tenggelam oleh kemashuran
Muhammad. Kehadiran Isa bersama Injilnya segera dimanfaatkan untuk
menjadi senjata melawan Muhammad dan keutamaannya.
Peenggagas Ide Isa selaku pemberi kabar gembira dengan akan
datangnya juru selamat bernama Ahmad dari saudara mereka menjadi
Muhammad sebagai rival dari Muhammad adalah St. Paul, seorang Bani
Israil ahli Yudaisme dan ahli Injil dari Turki. Konsep trinitas Kristem telah
mengalami masalah sejak awal perumusannya oleh St. Paul. Di zaman
51
modern serba rasional konsep kerancuan trinitas mencapai titik klimaks.
Penerimaan konsep sekularisme oleh Kristen memang karena mereka tidak
punya cara lain menghindarinya sebagaimana dikemukakan Al-Attas. Tapi
saya kira penerimaan sekularisme oleh Kristen sebab mereka mengharap agar
pengkajian ilmu-ilmu tidak melibatkan atau tidak menghubung-
hubungkannya dengan teori-teori pokok agama. Bila ilmu-ilmu mengkaji
pokok agama maka Injil akan menghadapi masalah besar. Bagaimana mereka
bisa menjawab doktrin-doktrin keliru dalam di dalam Injil. Lebih dari itu
intelektual Yahudi juga khawatir ilmu-ilmu akan mengalami banyak
pembenaran-pembenaran terhadap kitab suci Islam((*Iqbal h2).semboyan
'sekularismen adalah sumbangan agung Kristen bagi dunia modern' hanyalah
sebuah tirai untuk bersembunyi dari kebenaran sejarah bahwa kristem telah
sekuat tenaga memebendung sekularisme, namun gagal.Injil selalu
mengalami pertentangan dengan pertembangan teori-teori dan ilmu-ilmu baru
sebab kitab ini dipaksakan terus bertahan melewati tempo pasca Muhammad.
Padahal Injil dipersiapkan bagi Isa sebagai pedoman hingga turunya Al-
qur'an. namun sebab utama Injil menjadi kitab yang ditolak oleh intelaktual-
ntelektual mereka adalah karena hukum alam yang berlaku bahwa setiap teori
yang dikembangkan manuasi pastinya akan mengalami absurditasi seiring
pertgantian waktu. Sebab karena St. Paul mengotak-atik Injil dengan isi
kepalanya maka injil pasca Paul bukanlah kalam Tuhan lagi melainkan teori
Paul. Selanjutnya ketika Kristen hendak didakwahkan ke Barat, Yunani
sebagai gerbang menuju Barat ketika itu masih gila filsafat. Masyarakat
Yunani memfirter isi kandungan Injil, mensensornya hingga semua isinya
hingga semua kandungan Injil bersesuaian dengan filsafat Yunani saat
itu. Karena filsafat juga hasil buah pikir manusia, maka pastinya mengalami
absurditas seiring berkembangnya pemikiran manusia. Sebab itulah Injil
mengalami penolakan oleh hampir semua intelaktual pasca pencerahan ilmu
seperti Karl Marx, Friedrick Nietzsche dan Kahlil Gibran.

52
Tawaran Islam

Islam tidak menawarkan alternatif bagi ummat Islam selain


memerangi non-muslim hingga mereka membayar jizyah. Kalau mereka
membayar jizyah maka tidak boleh mereka diperangi. Tapi mereka tetap
harus tunduk pada peraturan Islam. Konsekwensinya mereka berhak
mendapatkan perlindungan nyawa dan hartanya. Mereka juga berhak
berkompetisi di bidang ekononi dan pendidikan. Saya tidak sepakat mereka
berhak mendapat peluang politik yang sama, mereka harus dibatasi di bidang
itu. Bahkan kalau mau eksistensi Islam langgeng, mereka harus dibatasi pada
batas-batas yang tidak menzalimi kesejahteraan hidup mereka.
Mereka ini berhak memperoleh predikat 'Kafir zimmi' atau ahlul
zimmi. Ahlul zimmi tidak boleh melakukan misionarisasi agama. Mereka
tidak boleh melakukan tindakan-tindakan yang berbau penyebaran agamanya.
Mereka memperoleh strata sosial yang sama ditengah masyarakat. Dan inipun
haru dibatasi dan diawasi. Demikian saya kira tawaran Islam.
Implementasi ini hanya akan terlaksana bila semangat kolektifitas
muslim telah bangkit. Nabi Besar memulai gerakannya melalui pemantapan
akidah. Mimpi-mimpi akan kejayaan kembali perlu dihembuskan kedalam
naluri setiap pemuda muslim sejak dini. Kesejahteraan kaum muslim
ditengah suasana serba sulit seperti sekarang ini wajib diperjuangkan kalau
tidak mau barisan muslim terpecahkan. Ingat pesan Nabi, kefakiran
mendekatkan pada kekafiran " Bila satu pintu terbuka untuk kefakiran, pintu
satunya lagi terbuka untuk kekafiran." terang beliau. Lihat misionaris yang
dengan mudah memurtadkan kaum muslih hanya dengan iming-imingan
uang.
Langkah yang harus kita tempuh ialah menentang sistem riba dalam
bentuk apapun. Selanjutnya menciptakan pendidikan yang sesuai dengan
prinsip Islam: Tau untuk dilaksanakan, bukan tau sekedar tau. Sebab itu
model pendidikan yang paling sesuai dengan jiwa Islam adalah sistem
pondok pesantren, bukan IAIN.
Maka daripada itu untuk merapatkan barisan, kita harus menjaga diri
agar tidak mudah terprofokasi oleh pihak-pihak tertentu yang ingin Islam
lemah karena terus bertikai. Disamping itu kaum muslim yang paham agama
jangan lagi menipu kalangan agama lain dengan mempelesetkan makna-
makna Islam yang sesungguhnya. Katakan saja secara berani bahwa
demikianlah jiwa Islam: Bayar jiyzah, atau diperangi. Juga, makna jihad
jangan dilarikan dari konteksnya hanya untuk memperoleh sejumlah uang
dalam suatu seminar. Jihad, ya perang.
Yang tidak kalah pentingnya adalah pengerian 'kafir' tidak selalu
memiliki konotasi negatif. Kafir yang wajib diperangi adalah kafir harbi,
53
yaitu mereka yang memerangi kaum muslim. Sementara kafir zimmi adalah
mereka yang tunduk pada aturan Islam, membayar jizyah. Mereka itu punya
hak penuh untuk mendapatkan perlindungan dari Islam.
Janganlah kita terus terprofokasi oleh Yahudi. Islam dan Kristen
punya andil besar apabila secara bersama menciptakan perdamaian di muka
bumi. Cukuplah perang salib sebagai pelajaran bagi Islam dan Kristen bahwa
kedua agama ini selalu diprofokasi oleh Yahudi.

Pluralime agama yang bertujuan menciptakan perdamaian antar agama


jangan salah kaprah. Dalam merumuskan mekanisme hubungan muslim
dengan non-muslim, Al-Qur'an punya aturan yang rinci dan
cukup: Menyerukan pada non-muslim untuk: (1)Jangan menyembah apa yang
disembah kaum muslim; (2)jangan membolehkan muslim menyembah apa
yang mereka sembah; (3) jangan menyembah yang disembah kaum muslim;
(4)membiarkan urusan agama kaum muslim mereka atur sendiri dan;
(5)mengatur urusan agama mereka sendiri.

54
Indonesia sebagai Negara Maju: Konstruksi Islam Indonesia

Refleksi idealnya memang harus dilakukan secara indiviidu. Pihak


luar diri hanya mampu memberikan penyadaran akan perenungan dan
sepercik metodologi refleksi. Karena, hanya diri masing-masing yang paling
mengetahui motif-motif segala tindakan yang pernah ia perbuat.
Secara kolektif, kita memang dapat melakukan sebuah refleksi secara
massal sebagaimana yang sedang kita laksanakan saat ini. Namun
sebelumnya, ada baiknya bila kita merenungkan sebuah kutipan dari seorang
filsuf Cina berikut ini:
Seseorang yang hendak merubah dunia terlebih dahulu dia harus
mampu merubah negaranya. Sebelum merubah negaranya terlebih dahulu dia
harus mampu merubah masyarakatnya. Sebelum dia merubah masyarakatnya
terlebih dahulu dia harus mampu merubah keluarganya. Sebelum dia
merubah keluarganya terlebih dahulu dia harus mampu merubah dirinya
sendiri.
Kutipan di atas menjelaskan pada kita, walaubagaimanapun,
perubahan harus dimulai dari diri sendiri. Perubahan meniscayakan sebuah
refleksi. Refleksi dapat mengajarkan kita agar tidak terperosok ke dalam
lubang yang sama untuk maju ke depan. Refleksi dapat memberikan sebuah
gambaran jelas guna menetapkan sebuah visi yang mantap untuk bergerak
menuju kemajuan.
Secara kolektif, kita memiliki dua kesamaan. Pertama adalah
"Indonesia" sebagai rumah dan kedua adalah "Islam" sebagai jantung kita.
Bila rumah tidak ada, maka kita tidak akan punya tempat untuk berteduh.
Bila tidak punya jantung, hiduppun mustahil.

Kita memang mudah saja mengatakan "Kenapa tidak Islam saja yang
dijadikan rumah." Memang benar Islam mampu dan palaing layak menjadi
"apa saja" sebagai metafor bagi sebuah kehidupan. Namun Islam seperti
apakah yang paling layak bagi kita, bagi masyarakat muslim dan seluruh
rakyat Indonesia?
Kita terlalu sibuk dengan "kulit Islam" dari pada isi atau ruh Islam itu
sendiri. Baju teluk belanga itu "Cina". Jubah dan rida' itu "Arab." Kita suka
mencibir seorang yang pakai jas meski kita belum tahu bahwa iman dan
takwanya lebih tinggi dari seorang yang berjubah dan yang bersarung.
Sebenarnya saya tidak "ingin" Indonesia menjadi negara maju, Insya'
Allah paling lambat seratus tahun lagi. Tapi bagaimana hendak dikata,
Indonesia memang "harus" jadi negara maju. Indonesia akan menjadi negara
paling maju kedua setelah India. Dan Cina, adalah ketiganya. Kini Beijing,
55
New Delhi dan Jakarta telah menjadi tiga kota pusat perdagangan terbesar di
dunia. Kita tidak perlu terlalu bicara banyak tentang Cina, selain sudah
banyak ruang ulasannya, merujuk sejarah, Cina memang selalu maju di
bidang ekonomi sementara politik, militer dan lainnya adalah manifestasi dari
kesuksesan kemajuan ekonominya. Garis sejarah Cina selalu berjalan lurus.
Kalau orang mengatakan saat ini Cina berada di urutan tertinggi saat ini di
berbagai bidang, maka itu artinya beberapa negara maju sedang dalam posisi
tiarap. Singkatnya, Cina bisa dijadikan standar kemajuan sebuah negara.
Indonesia akan menjadi negara maju. Itu pasti. Yang menjadi
persoalan adalah prinsi, idiologi dan landasan apa yang akan membentuk
Indonesia di masa depan. Pancasilakah, Islamkah, konserfatisme Hindu-
Budhakah, atau bahkan mungkin Kristen?
Kita harus membangun Islam Indonesia. Ini penting.Islam tidak
boleh lagi diidentikkan dengan segala hal yang berbau Timur-tengah.
Terbukti empat ras penghuni Timur-tengah-Arab, Persia, Turki dan Israil-
masih saja terpecahkan meski agama Islam sudah lama mengajarkan agar
tidak rasisme. Rasisme telah memudahkan langkah Inggris meruntuhkan
Ottoman Empire sebab Arab terprovokasi dengan propaganda Inggis:
Ottoman itu Turki. Rasisime menyebabkan negara-negara Arab semakin
mendesak AS segera menyerang Iran. Indikasi lain desakan ini karena Iran itu
Syi'ah.
Sementara pemuda negara-negara maju hidup dalam gaya
hedonisme, pemuda negara-negara berkembang seperti Indonesia meraih
prestasi tertinggi di universitas-universitas di negara-negara maju. Pejajar
Indonesia juga meraih hampir semua mendali di segala bidang olimpiade
sains. Nilai-nilai perjuangan untuk merubah nasib dan meraih cita-cita
masyarakat dari negara maju akan terus berkobar dan tidak lama lagi cita-cita
itu segera diraih. Sementara masyarakat negara-negara maju sudah merasa
nyaman dengan kehidupan yang mereka jalani sehingga tidak lagi punya cita-
cita dan harapan untuk diraih, mereka tidak punya visi.
Pentingnya sebuah visi dirasakan ketika gubernur Sumatera Daud
Beureu'eh menyesali keputusannya menyatakan Sumatera bergabung dengan
Republik Indonesia. Sukarno punya visi cemerlang tentang Indonesia
kedepan, sementara Beureu'eh tidak. Namun saya kira keputusan Beureueh
itu mengandung hikmah yang mendalam, dengan Sumatera menjadi bagian
NKRI, maka potensi Indonesia sebagai negara besar yang maju semakin
besar. Bayangkan kalau Sumatera, atau bahkan satu propinsi saja dari
Sumatera tidak termasuk NKRI, maka Indonesia takkan membanggakan.
Saya tertidur sejenak, seolah tidurnya sudah agak lama. Dalam tidur
saya bermimpi Indonesia menjadi negara maju ke dua setelah India. Saat itu
luas geografis Indonesia adalah seluruh Asia Tenggara, Papua Nugini hingga
56
Mikronesia, Timur Leste hingga Utara Australia. Di bagian utara Australia
militer kita selalu berperang melawan sekutu yang ingin merebut Utara
Australia yang telah menjadi bagian dari Indonesia. Perang itu membuktikan
kuatnya Indonesia dan sebagai wadah latihan militer Indonesia. Duh,
indahnya mimpiku.
Mimpi itu hanya bisa diwujudkan bila Indonesia punya sebuah sistem
kuat yang membentuk karakter militan pada diri setiap masyarakat Indonesia
sekaligus disertai kelembutan jiwa yang bersih. Sebuah negara besar hanya
akan maju bila (1)memiliki sebuah konsep sekaligus sebagai pembentuk
karakter yang mampu mengatur semua watak masyarakat yang beribu
macam. Cara yang satunya lagi dalam memajukan negara besar adalah
(2)menerapkan sistem federasi.
Dilihat dari karakter masyarakat Indonesia yang sudah terlalu bebas
pasca reformasi, maka sistem federasi terlihat lebih cocok. Sistem ini adalah
bagian penting dari penegakan demokrasi. Setiap wilayah punya
perbedaannya masing-masing, punya kearifan yang jauh berbeda dan punya
cara yang berbeda dalam mengekspresikan potensi. Bila pilihan jatuh pada
sistem pertama, maka Islam mampu menjadi sebuah konsep sekaligus
pembentuk karakter yang mampu mengatur semua watak masyarakat. Islam
punya panduan segala lini kehidupan, jadi cocok diterapkan sebagai sebuah
sistem negara. Islam punya panduan mulai dari cara buang hajat, militer,
ekonomi, politik, pemeririntahan dan segalanya.
Untuk menerapkan Islam sebagai landasan Indonesia, terlebih dahulu
kita harus mampu melihat Islam yang telanjang tanpa diselimuti dan disisipi
unsur-unsur budaya manapun. Untuk dapat melihat "Islam telanjang" kita
harus memisahkan mana Islam, mana budaya. Pemisahan antara kedua
bagian ini dimaksudkan untuk agar dapat Islam dikonstruksi guna penerapan
dalam: Indonesia sebagai negara maju.
Di sini kita perlu Epistemologi Islam dan Sosiologi Indonesia.
Epistemologi Islam bekerja untuk "menelanjangkan" Islam dan menyadiakan
"Islam telanjang" untuk diterapkan di Indonesia. Sosiologi Indonesia
manyampaikan laporan sosiologi masyarakat Indonesia. Selanjutnya
Sosiologi dan Epistemologi Islam secara bersamaan mengidentifikasi praktik-
praktik dan nilai-nilai kebudayaan yang dapat merugikan Islam bila
penghayatan dan pengamalannya dan menghapusnya dalam masyarakat.
Sebelumnya kita perlu memahami bahwa praktik-praktik di tengah
masyarakat yang telah menjadi bagian dari budaya mereka adalah suatu
tindakan yang dijadikan sebagai solusi terhadap persoalan hidup yang mereka
hadapi. Tindakan ini adalah sebuah temuan yang telah dicari bahkan ratusan
tahun. Lazimnya dalam pelaksanaannya disisipi dengan rutual-ritual berisi
bagian daripada Islam. Hal ini tidak merugikan Islam dan bahkan
57
menguntungkannya dilihat dari beberapa sisi. Praktik semacam ini harus
dianggap sebagai muamalah dalam kacamata Islam. Dia tidak berbeda
dengan kerja mencari uang yang sama-sama sebagai solusi terhadap
persoalan hidup. Karena itu saya menemukan salah satu ormas terbesar Islam
di Indonesia keluru ketika mengkategorikan ini sebagai bid'ah. Konon,
pendiri organisasi ini terinspirasi perjuangan pemurnian Islam Muhammad
ibn Wahab dan gerakan modernisasi Islam Muhammad Abduh. Bentuk
problematika sosio-kultural yang ditemukan Muhammad Abduh dan
Muhammad ibn Wahab berbeda kasusnya dengan dinamika sosial dan
kebudayaan Indonesia.
Bid'ah dalam masyarakat muslim Indonesia lebih cenderung berada
pada tataran aqidah. Hal ini dikarenakan masyarakat Indonesia menemukan
solusi atas persoalan hidup bukan melalui proses rasionalisasi melainkan
praktik trial and error secara berkesinambunyan dan lama. Karena itulah saat
ini, setelah berhasil mendapatkan "Islam telanjang", terlebih dahulu yang
perlu disusun adalah Teologi Islam untuk Indonesia sebagai negara maju.
Untuk merumuskan Teologi tersebut, Sosiologi harus mampu menemukan
data dan motif problematika muslim Indonesia.
Pendidikan adalah penentu pandangan dan jalan hidup manusia.
Globalisasi metodologi ilmu berimbas pada penyeragaman paradigma ilmu.
Ilmu yang membentuk karakter masyarakat dunia hari ini adalah ilmu
berbasis materilisme. Tidak ada yang salah memang dengan metodologi ilmu
hari ini, dianya juga merupakan solusi persoalan hidup yang dihadapi
manusia. Kajian dan terapan ilmu adalah mu'amalah. Tidak ada hubungannya
sama sekali dengan agama.
Harun Yahya terlalu reaktif dalam menyikapi setiap
penemuan ilmu. Dia mudah saja mengintegrasikan hasil yang dilahirkan ilmu
(science)dengan Kitab Suci Islam. Hal ini akan merugikan Islam ketika satu
waktu hasil ilmu berseberangan dengan Kitab Suci Islam. Hasil ilmu, baik
sebuah konsep maupun benda, tidak boleh dikait-kaitkan dengan agama.
Kehancuran Kristen pada era pencerahan adalah karena agama itu terlalu
reaktif terhadap penemuan ilmu pengetahuan. Islam menyerukan ketika kita
menemukan ketidakselarasan antara hasil ilmu dengan Islam agar ilmu itu
dikaji kembali. Ilmuan juga sepakat bahwa setiap penemuan ilmu adalah
sesuatu yang tidak matang, namun dalam proses yang tiada akhir.
Ilmu tidak boleh ikut campur di bidang pembentukan karakter sosial.
Ilmu-ilmu sosial hanya boleh melakukan kajian sosial-individu. Pembentukan
karakter hanya boleh dilakukan Islam. Membentuk pemikiran dan karakter
sesuai dengan Islam. Alasannya, hanya karena Islam yang punya pedoman
dalam segala segi kehidupan. Ilmu hayalah sebuah wacana pemikiran,
ruangnya hanya sebagai mu'amalah! Agar ilmu tidak dijadikan paradigma,
58
prinsip, idiologi dan praktik kehidupan, Islam harus dapat melahirkan
Teologi baru yang dapat membentuk prinsip masyarakat supaya mereka tidak
menjadikan ilmu sebagai prinsip dan jalan hidup. Untuk melahirka Teologi
Islam baru, terlebih dahulu Islam harus telanjang.
Ilmu harus dikembalikan ke posisinya yang semula, sebagai pengkaji,
bukan pembentuk karakter dan penentu jalan hidup. Ilmu hanya bertugas
menerangkan hasil kajiannya pada agama dan agamalah yang menentukan
karakter dan jalan hidup.
Setelah menemukan Teologi Islam baru, dan telah pula Sosiologi
menemukan data pasti problematika muslim Indonesia khususnya dan
manusia Indonesia umumnya, dengan bantuan Sosiologi barulah Teologi baru
dapat dilekatkan di jantung kaum muslim Indonesia. Kalau hal-hal ini telah
terlaksana barulah kita menyusun dan menerapkan Islam Indonesia (sebagai)
negara maju.

59
Garudaku Tangguh: Konstruksi Islam Indonesia

Konsentrasi penulis adalah agar Islamlah sebagai substansi dan aksi


negara ketika Indonesia menjadi negara maju kedua dunia setelah India tidak
lama lagi. Islam Indonesia yang diterapkan di Indonesia adalah "Islam yang
telah tersucikan" dan hanya Islam saja yang berhak mengatur jalan hidup dan
tindakan masyarakat. Islam punya semua pedoman yang sangat rinci dan
paling lengkap mengenai kehidupan manusia.
Awalnya saya selalu merasa tidak sepakat Garuda sebagai lambang
negara Indonesia. Bagaimana negara ini bisa maju kalau lambang negaranya
adalah sesuatu yang tidak nyata, tidak real, imajinasi. Negeri ini adalah negeri
dongeng. Begitu pikirku dulu. Namun kini pikiran demikian berubah derastis.
Lambang sebuah negara yang baik itu haruslah sesuatu yang tidak real.
Alasannya adalah negaranya dapat terus-menerus bergerak maju tanpa batas.
Kalau lambangnya adalah suatu benda atau makhluk yang dapat ditemukan di
alam nyata maka di sana pastinya akan ditemukan kekurangan-kekurangan.
MIsalnya kalau sebuah negara berlambang singa, boleh saja rakyatnya
berdalih agar negaranya kuat seperti singa. Tapi singa itu hanya bisa hidup
dengan membunuh, sadis tanpa ampun. Naga, sama seperti garuda, tidak
memiliki kesan negatif apapun. Yang orang tau naga dan garuda itu kuat,
tangguh dan bisa terbang tinggi.
Tapi yang disayangkan efek imajinatif Garuda merembes pada
penetapan hukum Indonesia di mana hampir semua poin hukumnya selalu
tidak pasti dan multi tafsir persis seperti syair atau puisi yang bisa dimaknai
secara subjektif. Karena itulah siapa yang punya uang lebih banyak akan
lebih mudah menjadi licin dan lepas dari cangkraman hukum sebab dia
mampu membayar ahli-ahli hukum besar untuk menafsirkan lain hukum itu.
Di Indonesia, yang paling memahami hukum, paling mudah merasionalisasi
hukum sesuai kehendaknya.Saya curiga hal ini didukung oleh bahasa
Indonesia yang memang memiliki potensi puitik meski dicoba tampilkan
seilmiah mungkin.
Oleh karena demikian, untuk menjaga kelancaran pelaksaan hukum
di Indonesia, kita perlu modal dasar yaitu ketulusan niat dan keikhlasan
menerima resiko dari kesalahan yang diperbuat. Hal ini sangat sulit
direalisasikan, sebab secara alamiah manusia akan membela diri ketika
merasa terancam. Untuk menciptakan manusia Indonesia yang rela menerima
konsekwensi atas perbuatannya meskipun itu tidak menyenangkannya. Lebih
dari itu, untuk menciptakan karakter bangsa yang besar, kita perlu
menerapkan sistem pembentukan karakter. Sistem ini harus termanajemen
60
dengan baik dan harus di isi oleh sebuah konsep pembentukan karakter yang
memiliki pondasi radikal (mengakar) dan manifestasi holistik./Pembentukan
karakter yang termanajemen dengan baik adalah yang mampu membentuk
karakter secara mengakar. "Peng-akar-an" ini akan efektif apabila sasarannya
dibentuk sejak usia dini. Dan agar punya perisai yang kuat untuk
mempertahankan karakter yang dibentuk, harus disusun dalam sistem formal
negara. Caranya adalah melalui jalur pendidikan formal.
Muatan di dalam pendidikan karakter itu adalah Islam, karena hanya
Islam saja yang memiliki fondasi radikal yang disebut 'Akidah' dan memiliki
konsep tatanan hidup-atau disebut juga dengan ibadah dan mu'amalah- yang
menyeluruh (holistik).
Dalam menciptakan kebudayaan Indonesia di masa depan, kita harus
melakukan sebuah sistem sebagai berukut: Dari dalam kita perlu melindungi
generasi muda agar terhindar dari pengaruh budaya modern yang tidak sehat.
Caranya adalah dengan menempatkan mereka di sekolah berasrama. Selain
itu, cara begini dapat membentuk karakter mereka dengan baik sesuai arahan
Islam. Selanjutnya dari luar kita perlu menetapkan UU yang yang mampu
menghapus total segala akses fasilitas dan potensi negatif. Menutup akses
fasilitas negatif sangat perlu dilakukan sebab kalaupun generasi muda pelajar
diasramakan, maka ketika sejenak keluar atau kembali ke masyarakat kelak
mereka akan kembali terperosok ke tindakan negatif.
Akhlak atau etika adalah akumulasi perbuatan-perbutan atau
tindakan-tindakan seseorang. Para pemikir klasik dan ilmuan moder sepakat
bahwa setiap perbuatan-perbutan atau tindakan-tindakan dilakukan dianya
terjadi secara spontan tanpa proses berfikir. Karena itu meskipun dia aulia
sekalipun kalau (maaf) melihat Tamara telanjang sementara tidak ada
seorangpun selain mereka berdua ditambah pula Tamara semakin
mendekatinya, maka "kerja itu" terjadi juga. Anak-anak tidak perlu diberikan
penyuluhan bahaya narkoba, cukup basmi segala jenis narkoba. Tak perlu
seminar atau sarasehan, pakai uang itu untuk menggaji lembur polisi. Semua
beres. Semua persoalan bangsa akan beres kalau seluruh lapisan masyarakat
mau konsisten pada tugas dan wewenangnya tanpa menyalahi dan mengakal-
akali aturan.
Kawan saya menyatakan pakai helm hukumnya wajib. Dan tentunya
akan berdosa dan masuk neraka bila melanggar. MUI juga mengeluarkan
fatwa haram rokok. Kalau merokok kita akan masuk neraka. Kalau demikian
tidak pakai sabuk pengaman, menyebarangi jalan tidak melalui zebra cross
dan memasuki jalus busway adalah contoh-contoh perbuatan yang akan
menggiring kta kepada nerakan Jahannam?
Pada masa jayanya Islam saat Ummayyah dan Abbasiyah berkuasa,
Islam mampu menjaga diri dari maraknya filsafat Yunani. Bahkan ketika itu
61
intelektualnya menjadikan filsafat itu sebagai bagian perangkat solusi teknis
atas persoalan praktis masyarakat .

62
Bangun The Ultimate Creations

63
The Ultimate Creations: Dari Berhala hingga Teologi

Terdapat dua bagian kecerdasan manusia yang merupakan sepercik


air dari samudra ilmu Tuhan: 'Bahasa' dan 'Produk' saya namai. Tuhan
memiliki karya agung dalam bahasa yaitu Al-Qur'an dan karya agung produk
yaitu manusia. Kedua karya ini bila digabungkan akan mengsasilkan
pengenalan paling baik pada Tuhan.
Bahasa dibagi dua yaitu puisi dan filsafat. Puncak tertinggi berada
pada puisi dan paling rendah disebut filsafat. Diantara keduanya ada banyak
karya dalam bentuk bahasa seperti prosa, esai, opini dan banyak lainnya.
Puisi adalah pelambangan yang luas dan mendalam. Sementara filsafat,
merupakan penjabaran paling detil dan jelas-meskipun eksplorasi terhadap
bahasa tidak mengenal akhir.
Produk juga terbagi dua yaitu ukiran dan teknologi. Ukiran adalah
keahlian memoles suatu benda menjadi bentuk yang lain. Sementara
teknologi adalah keahlian mengkombinasikan beberapa benda hingga
menjadi sebuah benda yang lain.
Keahlian yang manakah yang paling tinggi antara kedua keahlian
manusia ini? Maka saya kira tergantung ruang-waktu tertentu. Sebelum karya
bahasa berkembang, ketika karya ukir mendominasi, manusia menafsirkan
ide tentang Tuhan dalam bentu ukiran benda-benda seperti batu, kayu dan
tanah. Pengabdian pada tuhan saat itu diaplikasikan melalui karya tersebut
atau sekarang kita sebut berhala.
Seiring perputaran waktu, bahasa menjadi dominan. Maka manusia
lebih suka melambangkan Tuhan dalam bentuk bahasa seperti 'Ishq', 'Dewa'
dan 'Yahweh'. Puisi-puisi melambangkan Tuhan sebagai 'Kekasih', 'Pengobat
rindu' dan 'Belahan jiwa'. Maka melalui nyanyian manusia menyampaikan
puja dan puji pada Tuhan.
Selanjutnya, di bidang bahasa, manusia mencoba menjabarkan Tuhan
yang dilambangkan dalam puisi kedalam karya filsafat (Teologi). Misalnya
yang dilakukan Annemarie Scimmer terhadap puisi Jalaluddin Rumi dan
Syed Muhammad Naquib Al-Attas terhadap puisi Hamzah Fansuri. Bentang
ruang-waktu ini tidak tentu, sebab Muhammad Iqbal misalnya, mejabarkan
isi puisinya, 'Javid Nama' ke dalam filsafat yang dikodifikasi dalam 'The
Reconstruction of Relegious Though in Islam'.
Maka mengenal dan memuja Tuhan melalui Filsafat dan Teologi
tidak ada bedanya dengan apa yang dilakukan pendahuli kita yang memuja
dan menyembah Tuhan melalui Berhala.
Di samping itu, manusia modern melakukan penyembahan pada
berhala baru hasil bidang kecerdasan bidang bahasa dan produk. Melalui
bidang bahasa, filsafat merumuskan teori-teori sosial beserta perangkat-
64
perangkatnya dan menjadikannya sebagai pedoman hidup. Komunisme
misalnya.
Pada ranah produk, manusia menjadikan teknologi-teknologi sebagai
kebutuhan hidup yang tidak boleh tidak ada. Padahal kalau dikaji,
sebenarnya yang mereka jadikan kebutuhan itu adalah keinginan-keinginan.
Keinginan (nafsu) manusia tidak ada batasnya kecuali mulutnya disumpal
tanah (baca: mati). Mazhab ini sebut saja 'Konsumerisme'.
Bila dikendalikan secara bebas dan tidak terikat, maka potensi kedua
bagian kecerdasan manusia itu dapat memberikan pengaruh positif bagi
kemanusiaan. Bidang bahasa dapat menjadikan filsafatnya mendinamiskan
ilmu-ilmu sosial guna analisa serta ekspolorasi terhadap persoalan
kemanusiaan sehingga mampu memberi tawaran solusi terhadap persoalan
kehidupan manusia tanpa ikut campur dalam pembentukan karakter dan tidak
mengatur jalan hidup (way of life). Sebab, Ilmu tidak beda dengan sebuah
kebudayaan dalam memainkan perannya terhadap kehidupan manusia.
Produk ilmu dapat memberi solusi terhapap persoalan teknis (baca:
mu'amalah) manusia dan kemanusiaan. "Engkau lebih tau urusan duniawimu"
kata Nabi Besar. Dan pada ranah mua'malahlah ijtihad dibenarkan. Maka
tidak pakai helm itu dosa kemanusiaan, dosa sosial, bukan dosa Ketuhanan.
Dianya persoalan akhlak, bukan ibadah.
Pada ruang produk, kita harus paling unggul. Sebab, masuk Islam,
jizyah atau diperangi hanya bisa ditawarkan bila kita punya material power
dan show of force (dengan memproduksi sendiri tentunya, bukan mampu
mengkomsumsi saja, karena urusan mengkomsumsi anak-anakpun
bisa).Ultimate Material power hingga saat ini adalah Nuklir dan alat jelajah
luar angkasa sebagai show of force-nya.
Cabang Filsafat tentang rasionalisasi Tuhan adalah Teologi. Di satu
sisi, merasionalisasikan Tuhan juga diperlukan mengingat dakwah paling
efesien itu sesuai bahasa kaumnya. Dan dakwah harus i'jaz atau mampu
mencengangkan dan menundukkan sasarannya. Tuhan harus dapat diterima
akal (masuk akal). Bukankan budaya manusia saat ini adalah rasionalisme.
Bukankah budaya Nusantara dulu ketika Islam masuk penuh dengan nuansa
kesenian. Kalau Islam mampu diresapkan ke dalam dada seniman, maka
pastilah tindakan yang sama dapat dilakukan pada filosof dan ilmuan.
Perlu diingat bahwa meski kita memilah (distingtion) kecerdasan
manusia ke dalam dua bagian, bukan berarti menjadikannya berpisah
(descrimination). Kita menentang deskriminasi ilmu-ilmu dan mengkritik
linearisasi strata pendidikan: Puisi mampu menginspirasikan terciptanya
seribu pesawat luar angkasa sekaligus dapat membuatnya musnah. Bom atom
juga dapat melenyapkan seribu perpustakaan yang berisi semilyar
literatur. Pemilik produk memiliki hak membahasakan (menamakan)
65
produksinya dan mematenkannya. Kemampuan memberi nama pada benda-
benda adalah alasan utama mengapa manusia memperoleh posisi lebih
unggul dibandingkan malaikat-malaikat Tuhan.

66
Mari Dukung UN

Pada dasarnya PII tidak menolak UN secara menyeluruh. Tinjauan


saya adalah Ketika Marjoni, Ketum PII Aceh 2006-2008 mengadakan
Kongres Pelajar se- Aceh, dia hanya menekankan UN untuk tidak dijadikan
standar mutlak kelulusan siswa. UN seharusnya hanyalah salahsatu dari
beberapa indikator lain dalam menentukan kelulusan siswa. Merujuk tujuan
pendidikan nasional, pembentukan karakter yang mulia serta memiliki budi
pekerti yang luhur lebih tinggi pengaruhnya dalam menentukan kelulusan
siswa.
Karena itu, sekolah dan guru adalah pihak yang paling berpengaruh
untuk menjadi penentu kelulusan siswa sebab merekalah yang paling
mengerti dan memahami karakter dan budi pekerti siswa.
Menjadikan guru dan sekolah sebagai penentu utama kelulusan siswa
memiliki banyak pengaruh positif. Antara lain: Pertama, menghapus
kecurangan pelaksanaan ujian. Biasanya guru dan kepala sekolah malu bila
dicap sebagai pendidik yang gagal sebab siswanya banyak tidak lulus UN.
Mereka juga takut kehilangan jabatan karena hal ini. Sebab itu guru dan
kepala sekolah menjadi aktor utama tindak kecurangan ujian demi
menghindari cibiran dan kehilangan jabatan. Menjadikan pendidik sebagai
penentu utama kelulusan akan membuat tenaga pengajar menghindari
kecurangan karena kalaupun peserta didiknya tidak lulus, orang akan
mengetahui itu adalah keputusan mereka sendiri, bukan kegagalan mereka.
Kedua, memang tidak ada cara lain untuk menggenjot nilai
pendidikan siswa tanpa menerapkan UN. Semua sekolah Kristen itu maju.
Kalaupun UN tidak dilaksanakan, nilai siswa sekolah Kristen memang tetap
tinggi. Sayangnya, pihak-pihak ini menentang UN agar sekolah-sekolah
tertinggal yang semua siswanya muslim tidak menggenjot prestasi
pendidikannya. Di sini terlihat jelas bahwa tujuan mereka menentang UN
agar anak-anak Kristen yang sekolah di sekolah elit tidak disaingi oleh anak-
anak muslim yang sekolah di sekolah-sekolah pinggiran. Kelak dalam
kompetisi karir profesional anak-anak Kristen akan mendominasi.
Sudah saatnya kita membuka pikiran terhadap realitas ini. Ternyata
UN yang kita tentang belakangan ini hanya akan merugikan generasi muslim
di masa depan. Satu hal lagi yang harus kita tentang yaitu wacana
mengkadaluarsa ijazah usia dua tahun. Artinya, ijizah SMA hanya bisa
dipakai untuk melamar PT bila belum berusia dua tahun. Ide ini, sama seperti
menentang UN, akan merugikan generasi muslim.
Anak-anak Kristen punya dukungan dana besar dari yayasan-yayasan
agama mereka dan gereja untuk segera melanjutkan pendidikan ke PT
setamat SMA. Sementara anak-anak muslim mayoritasnya miskin dan
67
lembaga sosial Islam tak sebaik milik Kristen. Maka kadang-kadang anak
Muslim harus bekerja dulu mengumpulkan uang, baru kuliah. Kalau ijazah
mereka dianggap basi dalam tempo dja tahun, ini akan semakin menutup
kesempatan generasi muslim berkompetisi dan semakin memperlancar
Kristen menguasai dan mendominasi segala bidang.
Saya sering mengingatkan Indonesia akan segera menjadi negara
maju. Karena itu kita harus terus berupaya agar Islamlah yang menjadi
lokomotif, isi dan substansi Indonesia sebagai negara maju. Bila ini gagal,
maka Kristenlah yang mengambil alih. Kristenisasi semakin gencar saja di
Banten dan Jawa Barat. Target mereka bila kedua provinsi terdekat Ibu Kota
ini berhasil dikristenkan, maka mudahlah mengkristenkan Ibukota. Bila ibu
kota telah Kristen, maka gampanglah menyatakan Indonesia sebagai negara
Kristen.
Karena itu mari dukung UN, mari tentang usia ijazah 2 tahun, mari
galakkan lembaga keuangan Islam dan marilah kita menghindari riba:
Mu'allaf punya seribu alasan kenapa dia masuk Islam. Sementara, orang
menjadi murtad pasti karena persoalan ekonomi, pasti!

68
UU Anti Pornografi: Hanya Melarang Bugil dan Sembiring Harus di
Meja Hijaukan

SBY sudah memposisikan kader PKS sebagai Menkominfo.


Seharusnya PKS khususnya dan ummat Islam umumnya sadar akan sinyal
ini. SBY ingin menyerahkan pada ummat Islam melalui PKS untuk
memberantas selaga akses pornografi. Bila Tifatul Sembiring tidak mampu
atau tidak ingin memberantas segala tindak pornografi maka lebih baik dia
mundur saja dari amanah itu.
Sebelum kadernya ditugaskan pada posisi sakral dalam
pemberantasan pornografi, kader-kader PKS ribuan jumlahnya turun kejalan
menuntut agar pemerintah menutup segala jenis pornografi. Sekarang, ketika
memiliki utusan diposisi sakral tersebut, kader PKS cuma diam-diam saja dan
terkesan PKS mau bersembunyi dari ummat.
Dr. Ida Ruwaida, Sosiolog Fisip UI menyatakan, Indonesia sebagai
surga pornografi. Kondisi Indonesia saat ini sedang dalam revolusi seksual.
Seks berubah dari sebatas imajinasi menjadi aksi. Pengalaman ini dialami AS
pada 1960-an, kata Ida.
Mudahnya akses pornografi tidak bisa diatasi dengan pernikahan atau
pernikahan dini. Seorang pasangan akan sering membanding-bandingkan dan
menemukan banyak kekurangan pada pasangannya hingga banyak orang
yang mati rasa pada pasangannya.
Di Italia saja, pemerintahnya mengeluarkan UU larangan memakai
rok mini dan pakaian ketat bagi perempuannya guna menghindari tindakan
asusila pada perempuan. Ini artinya pornografi tidak hanya menjadi persoalan
agama namun adalah persoalan sosial yang rasional.
Menurut seorang peneliti, gejala-gejala yang dimunculkan otak saat
mengakses pornografi sama seperti saat sedang mengkonsumsi narkoba. Dari
efek kecanduannya, pornografi berada di level lebih tinggi daripada narkoba.
Dalam UU Pornografi yang disahkan tahun 2008, dianggap
pornografi apabila memperlihatkan kemaluan (maaf) bila belum
menunjukkan penis dan vagina, maka belum disebut pornografi (lihat dan
pelajari kembali UU tersebut, kalau tidak percaya). Penampakan alat kelamin
juga dilarang pada anak-anak. Ini artinya harian Kompas dan Serambi
Indonesia melangar UU tersebut. Saya punya dua kliping gambar oleh kedua
media cetak tersebut yang memperlihatkan anak-anak sedang mandi telanjang
di sungai dan waduk.
Siapa saja yang menyebarkan dan melindungi pemberi jasa
pornografi dianggap pula melanggar UU ini. Artinya pemilik warnet dan
penjual film porno harus dipidana. Terutama, Menkominfo harus diseret ke
69
meja hijau terlebih dahulu sebab dialah orang utama yang melanggar UU
tersebut. Dia punya kewajiban menutup akses pornografi, tapi dia terkesan
membiarkannya. Ini artinya dia membuka akses pornografi.

70
Kita tidak Butuh MUI

Seminarnya bertema "Perspektif Islam dalam Penanggulangan


Bencana Alam dan Kerusakan Lingkungan Hidup". Dilaksanakan MUI pada
tanggal 15 Desember 2010. Ketika KH. Hafidz Usman sedang
menyampaikan materi, Mentri LH (Gusti M. Hatta) tiba-tiba datang. Ulama
itu yang sedang berbicara dipotong begitu saja pembicaraannya oleh
moderaror, yang pastinya orang MUI juga. Dia langsung mengucapkan
selamat datang si mentri. Lalu menLH langsung dipersilahkan duduk. Tanda
tangan sesuatu. Lalu duduk kembali dan berbicara.
Mentri itu mengatakan memalukan kerusakan lingkungan di
Indonesia sebab mayoritasnya orang Islam. Seolah-olah orang Islam semua
yang babat hutan. Si mentri tidak layak bawa-bawa Islam. Islam di Indonesia
oleh pemerintah selalu dizalimi dan dideskriminasi. Poligami dilarang, zina
silahkan. Kalau orang sudah mabuk dan berbuat onar barulah pemerintah
menjerit-jerit "Mana Islam? Mana Islam?" Islam dari dulu menjerit-jerit
"Jangan izinkan miras! Jangan Izinkan miras!" Pemerintah memekakkan
telinganya. Demikian pula yang diungkapkan si Gusti.
Yang mengeluarkan izin babat hutan orang mereka juga
(pemerintah). Yang dipermalukan setelah hutan gundul kaum muslim.
Bangsat!
Setelah berkoar-koar selama beberapa menit si mentri langsung
cabut. Ulama yang tadinya dipotong pembicaraannya dibolehkan kembali
berbicara. Tindakan moderator ini benar-benar menginjak-injak harga diri
seorang ulama. Masak, ulama lagi berbicara begitu saja dipotong karena
seorang mentri yang terlambat itu, lalu si mentri dipersilahkan dengan hormat
berbicara.
Kata si moderator sebelumnya dia sendiri telah minta ijin kalau
mentri datang, mentri bicara. Saya kira ini bukan soal izin tak izin, tapi soal
etika dan harga-diri ulama; harga diri MUI. Demi seorang umara, ulama
dipotong pembicaraannya membuktikan pada kita bahwa perkataan umara
adalah segalanya dan pembicaraan ulama sebatas melengkapi acara saja.
Dalam seminar ini MUI membuktikan di depan semua undangan
yaitu OKP/Ormas Islam dan media massa bahwa betapa mereka bergantung
pada pemerintah. Seluruh hadirin tahu bahwa MUI adalah penjilat dan saya
kira semua seminarnya adalah proyek semata!
Semua hadirin yakin bahwa label halal, fatwa dan
keputusan/tindakan lain MUI adalah di bawah kendali negara. Kejadian itu
membuktikan semua.
71
Fatwa haram kopi loak yang dicabut juga menjadi bukti. Itu jelas-
jelas taik, kok tidak jadi dianggap haram. Pasti pemerintah yang memerintah
fatwa itu dicabut sebab bila kopi loak ketahui haram, pemerintah rugi.
Lagi pula kenapa orang harus peduli pada label halal dan fatwa-fatwa
MUI? Melanggarnya belum tentu masuk neraka dan melanggarnya pasti tidak
akan diancam denda atau penjara. Kenapa harus takut!
Dan juga MUI telah terbukti penjilat. Buktinya pada seorang mentri
perlakuannya terlalu berlebihan dan mencolok. Saya yakin fatwa-fatwa dal
label-label halal itu dikendalikan pemerintah. Saya tau MIU itu bentukan
pemerintah untuk mengendalikan ulama. Saya tau melalui kisah sejarah
perjalanan hidup Hamka. Kenapa peduli pada fatwa penjilat?
Jadi saya kira ummat pasti tidak butuh MUI. Kalau ummat tidak mau
peduli dengan MUI, pemerintahpun akan" menendang" MUI.

72
Yogya, Jangan Jadikan Rajamu Singa Ompong

Kalau Raja Yogya tidak lagi menjabat gubernur, saya kwawatir


posisinya secara perlahan akan terdegradasi hingga tidak lebih seperti
seorang kepala lembaga adat daerah persis seperti seorang ketua MAA di
Aceh. Kekhawatiran kalau guberur Menjabat presiden, uzur atau tidak punya
orang yang kredibel di lingkungan istana mengemban amanah sekaliber
gubernur adalah alasan yang dibuat-buat.
Apa maunya SBY? Tanya seorang narasumber dalam seminar di
markas Muhammadiyah bertema "Pulang ke Ngayogyakarta Hadiningrat:
Demokrasi atau Politisasi" tanggal 21 Desember 2010. "SBY mau Sultan jadi
ketua Partai Demokrat DIY dan melepaskan Golkar" jawab saya.
SBY sangat naif ketika memaksakan agar Sultan tidak lagi menjadi
kepala daerah karena emosinya menyelamatkan Partai Demokrat. Banyak
kalangan mendukung alasan SBY karena menganggap monarki absolut tidak
layak berdampingan dengan sebuah negara demokrasi seperti RI. Padahal
seorang pembicara lain, Indra J Piliang, mengatakan demokrasi di Indonesia
tidak akan terusik sedikitpun dengan sistem Yogyakarta sekarang. Saya
sepakat dengannya.
Menurut mereka yang pro SBY, seluruh warga negara demokrasi
seperti RI termasuk warga Yogya harus berpartisipasi memilih gubernurnya
dan mengoltrol. "Mengontrol" inilah yang menjadi alasan mereka kenapa
Sultan tidak boleh sebagai gubernur pemegang pemerintahan absolut. Sebab,
kata mereka, Sultan harus sakral dan tidak mungkin dikritik bahkan dicaci
maki oleh rakyatnya. Karena itu, biarkan makian diarahkan pada mereka
yang diutus parpol dan Sultan memegang posisi gubernur utama yang
wewenangnya lepas dari kritik dan makian rakyatnya. Demikian Prof. Dr.
Maswadi Rauf dari FISIP UI.
Maswadi menawarkan kesultanan diperlakukan seperti Inggris,
Jepang dan Thailand. Raja punya wewenang strategis dan kesultanan
terselamatkan. Namun saya kira hal ini tidak akan berhasil. Memang benar
keraton dan kesultanan takkan punah begitu saja, namun jabatan politik
adalah kuasa konkrit. Bila kekuasaan ini dicabut dari Sultan, maka secara
perlahan posisi sultan dan keratonnya akan semakin diperkecil hingga seperti
MAA. Kita boleh berbangga dan berharap karena idealisme kejawaan
masyarakat Jawa sangat mengakar. Kita boleh saja mengatakan segala
sesuatu yang baru akan tertolak masuk dalam Jawaisme masyarakat. Namun
saya hampir yakin takkan ada sistem apapun maupun idiologi manapun akan
sanggup bertahan ditengah arus globalisasi. Karena itu gubernur Yogya harus
terus Sultan dan tidak ada pemelihan selain untuk menjaga kesultanan juga
73
menjaga idealisme rakyat Yogya. Bila setengah dari kekuatan ini dicabut,
maka Jawaisme dan kesuktanan Yogya akan runtuh.
Makna demokrasi secara akademis ada lebih lima ratusan. Dan apa
yang dialami masyarakat Yogya sampai saat ini tidak ada yang bertentangan
dengan nilai demokrasi. Tapi apa yang dirasakan seluruh rakyat Indonesia,
rakyat dari negara yang mengaku paling demokratis, sepanjang sejarah dan
hampir seluruhnya bertentangan dengan makna dan nilai demokrasi.
UU Papua yang tidak membolehkan selain orang asli Papua menjadi
gubernur dan Seluruh wilayah di Kalimantan yang tidak membolehkan
keturunan Jawa menjadi gubernur sebenarnya juga bertentangan dengan
demokrasi. DKI yang selurh walikotanya ditunjuk Gubernur sama sekali
bukan demokrasi. Tapi, kenapa Yogya yang dipersoalkan. Dasar SBY!
Saya cuma mengingatkan jangan sampai nanti warga Yogya
menyesal. Mereka masih punya raja, berdaulat, selain pemangku adat, juga
penguasa. Jangan sampai raja kalian itu kalian "bunuh" dengan mencopot
jabatan politiknya. Jabatan politik adalah jabatan kuasa. Kalau warga Yogya
mencabut jabatan politik rajanya, itu artinya rajamu adalah singa ompong
tanpa cakar. Tidak ada gunanya! Abaikan SBY yang gila kuasa. Slamatkan
rajamu.
Warga Yogya yang masih punya raja yang berdaulat jangan
"membunuh" rajanya. Lihatlah Aceh sedang bersusah payah
memperjuangkan "Wali Nanggoe". Mereka, orang Aceh, kalaupun berhasil
memperjuangkannya seperti yang mereka ingikan, sayang mereka tidak tau
siapa yang akan duduk sebagai Wali Nanggroe. Siapa? Hal ini membuktikan
orang Aceh kehilangan dan rindu akan rajanya. Siapa yang dapat mendeteksi
anak keturunan raja terakhir hingga 1903 kerajaan Aceh Darussalam, Sultan
Alaidin Muhammad Dud Syah yang bergelirya melawan Belanda selama 29
tahul lalu ditangkap, diansingkan ke Ambon lalu dipindahkan ke pulau Jawa
dan mangkat di Jakarta pada 1939. Biasanya, jangankan keluarga raja, semua
keluarga buronan Belanda dibunuh. Lalu siapa yang layak menduduki posisi
Wali Nanggoe di Aceh. Duh, Yogya jangan sampai menyesal. Di penggalan
lengking syair Rafly terdengar... "Hoka raja lon, hooo..."

Manusia Menurut Sigmun Frued

Psikoanalisis adalah bagian dari imu (science). Sebab itulah Sigmun


Frued paling cocok untuk mewakili pemikiran seorang pemikir Barat tentang
manusia dalam kacamata sains. "Penemuan Frued yang khas adalah adanya
ketidaksadaran psikis yang bersifat dinamis, artinya yang mengerjakan
sesuatu dalam kehidupan psikis manusia". Dalam hal ini timbul pernyataan
kenapa sesuatu yang disebut jiwa dapat dimasukkan sebagai sains bila dianya
74
tidak dapat diteliti secara materialistik? Maka bila demikian pertanyaannya,
tidak patut pula karya-karya mengenai Filsafat dan Doktrin Agama
dicantumkan dalam daftar pustaka buku-buku sains. Frued melakukan analisa
terhadap kondisi kejiwaan manusia melalui konsultasa. Frued melakukan
analisa statistik antara bahasa pasiennya dan memadukannya dengan
tindakan-tindakan mereka. Bukankah setiap tingkah laku manusia tidak
pernah luput dari makna, bukankah bahasa itu dapat menjadi fasilitas
informasi mengenai perasaan-perasaan. selain bahasa, tubuh juga dapat
menjadi wadah dalam memenuhi tujuan jiwa.
Bertens (2005:63). Bahasa adalah wakil dari sesuatu yang tidak
hadir. Bukankah jiwa tidak bisa berhadir di dunia fisik untuk melakukan
interaksi. Jadi benarlah bila bahasa dapat menjadi objek penelitian ilmiah.
Freud mengemukakan pendapatnya bahwa perkembangan individual
manusia tidak jauh beda dengan perkembangan manusia secara kolektif.
Persamaan perkembangan manusia tidak jauh beda dengan perkembangan
hewan dan tumbuhan (Bertens, 2005:140). Kalau Muhammad memiliki
tingkat kepekaan yang luar biasa tinggi terhadap persoalan manusia secara
kolektif, maka Frued memiliki kelebihan berupa analisisnya terhadap diri
manusia secara individual. Bahkan Frued meneliti tentang mimpi dan
menyusun sebuah buku berjudul 'Penafsiran atas Mimpi'. Menurut Frued,
kejadian yang dialami dalam mimpi sama dengan keadaan seseorang yang
sedang dihipnotis. Frued menjadikan analisa atas mimpi sebagai salahsatu
metodenya dalam mengobati pasiennya yang mengalmi gangguan jiwa.
menurut dia, mempi merupakan perwujudan dari sesuatu yang tidak
diinginkan. bukankah mimpi merupakan keinginan tak sadar yang muncul
dalam kesadaran. Di sini penulis menemukan persamaan antara orang yang
mengalami gangguan kejiwaan denga sang pemimpi. Para nabi sebelum
Muhammad memperoleh wahyu atau ilham dari Allah melalui mimpi.
Namun penulis sendiri menganggap mimpi adalah hal yang tidak baik. Orang
yang lebih baik sistrm fisiknya akan lebih sedikit mengalami mimpi. Nabi
Muhammad menganjurkan kta agar posisi badan saat tidur miring ke kanan
agar tidur itu lebih bernilai. Bahkan Frued mampu menganalisa psikologi
seseorang ketika dia tertawa (Frued, 2006:67).

75
Manusia menurut Seyyed Hossein Nasr

Manusia memiliki dua peran sekaligus yakni 'Khalifatullah' dan


'Abdullah'. Dalam segala bentuk dan sifat manusia secara mutlak harus
tunduk pada ketentuan Allah menurut hukum alam yang berlaku. Manusia
dituntut untuk senantiasa proaktif terutama dalam fungsinya sebagai 'wakil
Tuhan'.(Nasr, 1995:40). Mau tak mau, suka maupun tidak, manusia harus
tulus menjalankan apapun yang diperintahkan Allah padanya sebab hal ini
telah termaktub dalam sebuah perjanjian primordial antara ruh manusia
dengan Allah sebagaimana diabadikan Al-Qur'an (QS. 7:172): "Bukankah
Aku ini Tuhanmu?" Tanya Allah dan manusia menjawab: "Benar, kami
mengakuinya."
Al-Qur,an, menurut Nasr, mangharapkan, meskipun manusia
memiliki kebebasan melakukan kehendak, agar manusia meletakkan seluruh
kehendaknya hanya berdasarkan kemauan Tuhan semata agar dia tidak salah
memilih jalan-keputusan dan agar tidak melenceng dari janji fitrah
(primordial) dengan Allah. Manusia punya hutang, hutang sebuah perjanjian
primordial, meski tidak dikenalnya dosa keturunan dalam Islam, manusia
punya sifat, yang mana sifat itu merupakan bagian dari dirinya yaitu lupa
('insan' yang artinya 'manusia' diambil dari kata 'na-a-sa' yang berarti 'lupa').
Sebab berprinsip lupa makanya Allah menurunkan Adz-Zikra sebagai
pengingat dan pembimbing manusia. Kalau semua mekanisme ini dijalankan
dengan baik, maka akal manusia akan menjadi sehat (al-aql al-salim),
sehingga dengan mudah manusia dapat menunaikan janji mulia pada Allah.
Manusia diciptakan dari tanah. Setelah sempurna jasadnya, Allah meniupkan
ruh ketika masih sebagai janin. (QS. 38:72). Islam tidak mengenal yang
namanya dosa turunan, tidak pula seseorang mwnanggung dosa orang lain.
Kalau dalam agama Kristen terdapat keyakinan pembaptisan dan membayar
sejumlah uang untuk pendeta sebagai syarat penghapusan dosa, maka dalam
Islam mekanismenya lebih mudah dan murah. Bersama wudhu maka
lekanglah dosa-dosa. dengan tangisan dan taubat maka bersihlah anda dari
dosa.
Manusia tampil sebagai budak Allah, bukan malah menjadi makhluk
yang tampil sebagai musuh yang siap melawan Tuhan dalam kondisi bagai
manapun. Mengenai takdir dan kebebasan manusia dalam berkehandak, Nasr
menyatakan bahwa manusia tidak bertanggungjawabterhadap perilakunya
apabila tidak memiliki kebebasan memilih. (Nasr, 1995:40)
Manusia, karena hasratnya yang tinggi senantiasa berusaha
menciptakan produk-produk yang diniatkan untuk memudahkan dirinya,
76
sebuah alat yang dapat dengan mudah dikendalikan untuk hidup yang lebih
baik dan sebagai sebuah tren gaya hidup ideal masa depan. Namun ternyata
setelah aneka produk dan teknologi berhasil diciptakan, manusia malah
kehilangan identitas dirinya. Manusia malah merasa kesepian di tengah-
tengah kesibukan khalayak yang luar biasa membludak. Alam yang mulanya
di niatkan untuk ditundukkan berubah menjadi sumber bencana dan mala
petaka besar. Padahal tidak patut, bila manusia mengetahui peran dan fungsi
yang sebenarnya, melakukan tindakan eksplorasi terhadap alam tempat
tinggalnya beserta jutaan spesies dan milyaran ekosistem. Tindakan yang
layak terhadap alam adalah konserfasi ideal agar tetap terjaganya
keharmonisan antara manusia dengan alam. Menjaga keharmonisan antara
manusia dengan alam sama dengan menjaga keharmonisan manusia dengan
Tuhan. Sebab, seluruh tatanan kosmos, diciptakan Tuhan guna menunjang
kemaslahatan hidup manusia, jadi sudah sepantasnya manusia senantiasa
menjaga dan merawat keutuhan Alam. Nasr berkata: "Struktur kosmis
mengandung sebuah pesan spiritual bagi manusia dengan demikian
merupakan sebuah sumber wahyu yang dengan sumber asalnya adalah sam
dengan agama itu sendiri" (Nasr, 2005:31)
Allah menurunkan ayat-ayatnya sebagai tanda bagi manusia akan
kebesarannya. Ayat-ayat Tuhan itu terbagi dua, yang pertama disebut ayat
kauniyah, yaitu pesan kebesaran Tuhan melalui wahyu/firman dan ayat
Ma'nawiyah yaitu tanda-tanda kebesaran Tuhan melalui kosmos. Kalau alam
kosmos adalah sebuah tanda dari Tuhan akan kebesarannya, maka adalah
lebih hina dari makhluk apapun yang pernah diciptakan bila kita melakukan
pengrusakan akannya.

77
Manusia Menurut Kahlil Gibran

"Kemarin aku pikir diriku adalah sebuah fragmen bergetar tanpa


irama dalam ruang kehidupan. Kini kutahu ahwa akulah ruang, dan semua
kehidupan adalah fragmen-fragmen bernyanyi yang bergerak dalam diriku"
Berangkat dari syair di atas maka tahulah kita bahwa pemikiran
Kahlil Gibran mengenai manusia bahwa dia menganggap manusia sebagai
sentral dari alam semesta. Pernyataan ini sejalan dengan seluruh pemikiran
dari semua para tokoh yang dihimpun pemikirannya mengenai manusia pada
tulisan ini. Literatur suci Islam menyatakan manusia sebagai penguasa di
muka bumi.
"Hanya sekali aku prnah bisu. Ketika seseorang pernah bertanya
padaku, "Siapakah kau?"
Manusia terlalu banyak tahu tentang segala hal. Seluruh waktu
dihabiskannya untuk mengenal akan segala sesuatu diluar dirinya. Bahkan
manusia menemukan dirinya sebagai misteri. Boleh saja malaikat menjadi
pikiran pertama malaikat, tapi manusia adalah kalam pertama Tuhan. Bila
manusia tidak menyadari bahwa mereka belum mengenal dirinya sendiri,
bagaimana bisa manusia senantiasa menyebut nama Tuhan. Menurut Gibran,
wanita menjadi simbol masa depan dan generasi mendepan. Sementara laki-
laki adalah simbol masa lalu dan generasi terdalulu.
Gibran menyayangkan manusia, mereka senang menipu dengan
memanfaatkan kecerdasan mereka. Di sini penulis teringat dengan pesan
orang tua penulis: Sekolahlah engkau agar engkau tak menipu orang.
Mengajilah agar tak sampai menipu orang. Artinya kecerdasan akal takkan
mampu membantu eksistensi manusia. Akal juga memiliki peran penting.
Mungkin orang yang menilai sesuatu dengan akalnya berbeda dengan orang
yang hanya menggunakan perasaan sebagai bahan pertimbangan takkan
pernah menemukan titik temu. Yang menghitung waktu dengan jam tangan
berbeda dengan yang menghitung waktu dengan melihat pergerakan
matahari. Memang benar, sepanjang sejarah manusia, golongan yang menilai
sesuatu berdasarkan logika selalu berseberangan dengan orang yang puas
dengan doktrin agama.
"Ingatan adalah sebentuk pertemuan" kata Gibran. Penulis menduga
Gibran sepakat dengan pemikiran Hamzah Fansuri dan Harun Yahya bahwa
alam ini hanyalah persepsi akal manusia semata. Gambar yang muncul dalam
ingatan dan gambar yang ditangkap akal pada waktu saat ini dan sekarang ini
tidaklah memiliki perbedaan, keduanya hanyalah fantasi yang muncul dalam
ingatan.
"Kemanusiaan adalah sungai cahaya yang mengalir dari keabadian ke
keabadian".
78
Kalau makna metafor yang penulis tangkap benar, maka disinipun
membuktikan bahwa Gibran meyakini kekekelan dan mengalami tahap demi
tahap dan proses demi proses yang harus ditempuh ruh manusia yang pada
hakikatnya ruh itu tidak pernah mengalami penghancuran.
"Jadikan dakau, O Tuhan,mangsa untuk si singa, sebelum Kau
menjadikan kelinci mangsa untukku".
Jalaluddin Rumi pernah berkata kalau seseorang sedang mengalami
penderitaan luarbiasa yang telah lama dan berlarut-larut mengeluh karena
doanya tidak kunjung dikabulkan Tuhan meski telah sangat sering menangis
dalam doa. Maka Rumi mengumpamakan penderitaan ini seolah Tuhan
berkata "Aku mampu mengabulkan permintaanmu, tapi ratap tangismu lebih
aku sukai". Tuhan punya rencana untuk anda, maka bersabarlah menunggu
tindakan Tuhan untuk anda. Bukankah penderitaan nasib itu persis seperti
penyakit juga yang dapat menjadi wadah pengampunan dosa anda. Kalau
anda dapat memilih antara penderitaan, maka pilihlah yang paling berat.
Manusia yang disukai Gibran adalah mereka yang tidak bersembunyi
dari topang-topengnya. maksud dari pernyataannya ini sangat mendalam
bahkan hingga doktrinnya untuk tidak serta merta menilai seseorang dari apa
yang dapat kita indrakan darinya saja. Sidiran-sindiran seperti ini sering
dilemparkan Gibran kepada para pendeta yang mengumpulkan uang uang
rakyat demi kepentingan pribadi. Nada-nada serupa sering di nyanyikan
Nietzshe.
"Makna manusia bukan pada apa yang dicapainya melainkan apa
yang ingin dicapainya" Manusia tidaklah dinilai dari apa hasil yang diperoleh
dari usahanya, yang dinilai Tuhan adalah usaha-usahanya dalam mencapai
sebuah tujuan. Manusia merasa berkehendak bebas akan keputusan yang
diambilnya, padahal itu adalah keputusan Tuhan yang telah ditentukan tanpa
ada perubahan sedikitpun. "Pena telah Kering untuk mengubah ketentuan
Allah" kata Nabi. Dengan ketidaktahuannya akan masa depan maka ini dapat
memotifasi manusia untuk lebih giat dan banyak berusaha. Dengan giat dan
banyak berusaha itu, dia akan semakin dekat dengan Tuhannya. "Aku tidak
mengetahui kebenaran mutlak. Tetapi aku menyadari kebodohanku itu, dan di
situlah letak kehormatan dan pahalaku"
Gibran bersenandung kembali bersenandung mengenai penderitaan:
Penderitaan adalah bayangan Tuhan yang hidup, bukan di dalam
wilayah hati yang hidup, bukan di dalam wilayah hati yang jahat.
Penderitaan, andai bisa berucap, akan terbukti lebih indah daripada sukacita
kekidungan.
Manusia yang belum pernah mengalami penderitaan takkan pernah
mengalami kebahagiaan.
79
Gibran sejalan dengan Freud yang menyatakan bahwa bahasa
merupakan media yang sangat hebat yang dapat digunakan untuk melakukan
interaksi antra kesadaran seseorang dengan orang lainnya. Meskipun
demikian Gibran tidak menyukai orang yang banyak berbual namun tidak
memberi manfaat apapun. Pembual diumpamakannya kodok dan sapi yang
kulitnya dapat dibikin sepatu dan dapat membajak sawah segagai sosok yang
dapat memberi kontribusi nyata.
Dia juga mengakui kepada orang-orang bahwa tidak perlu dianggap
salut dan jangan pernah merasa cemburu terhadap pembual.
Gibran berusaha menyadarkan manusia agar mampu menemukan
pesan yang terkandung dalam setiap peristiwa dan benda alam. Dia mengajak
kita untuk tidak hanya menerima begitu saja apa yang ditangkap masing-
masing indranya, kita harus mampu menbaca pesan dari segala halnya.
Segala sesuatu tidak berada dengan sendirinya, namun semuanya
memberikan makna. Bukankah alam semesta diciptakan Tuhan sebagai
fasilitas mengenalNya. "Untuk lebih dekat dengan Tuhan, lebih dekatlah
kepada manusia". Sebuah Firman Tuhan menyatakan bahwa Dia berada pada
perut anak yatim yang kelaparan. Barang siapa yang ingim menghadap Allah
dengan muka tegak, maka dia harus mempererat hubungannya dengan
manusia. Ada yang mengatakan bahwa mereka yang memutuskan hubungan
silaturrahmi tidak akan diterima pengabdiannya oleh Tuhan. Tindakan
pemutusan hubungan dengan manusia secara otomatis memutus hubungan
dengan Tuhan. Hal ini benar-benar bertentangan dengan fitrah manusia,
mengabaikan segala macam fasilitas dan kelebihan yang diberikan Tuhan
pada manusia.
"Tuhan telah menciptakan jiwa-jiwa kamu dengan sayap-sayap untuk
terbang di langit Cinta dan Kebebasan yang yang luas. Alangkah sayangnya
kalau kamu tebas sayapmu dengan tanganmu sendiri dan memaksa jiwamu
merangkak-rangkak bagaikan kutu di atas tanah.
Perlu diketahui bahwa pada hakikatnya manusia itu tinggi, di dalam
hatinya tersimpan ruh suci yang datang dari Tuhan sendiri sebagai petunjuk
bagi manusia untuk senantiasa menjaga kesuciannya dan menghidari
padamnya cahaya Tuhan dalam dirinya.
"Yang mati gemetaran di hadapan topan, tetapi yang hidup berjalan
menikuti topan"
Kutipan di atas menunjukkan bahwa Gibran termasuk pemikir yang
menyeru manusia agar tidak ikut terbawa arus. Untuk dapat melakukan
perubahan sosial, kita harus dapat menjadi kutup di mana segala sesuatu
mengarah pada kita, bukan malah kita yang dibawa arus.
80
"Dalam pendidikan kehidupan, pikiran secara berangsur-angsur dan
bertahap dari percobaan-percobaan ilmiah menuju teori-teori intelektual,
menuju perasaan spiritual, dan kemudian sampai kepada Tuhan"
Akal merupakan bekal, bekal kita di alam semesta yang sebenarya
asing bagi kita. Alam yang asing ini sebenarnya adalah jendela memasuki
ruang ma'rifatullah.

81
Manusia Menurut Friedrick Nietzshe

Friedrick Nietzche lahir pada tanggal 15 Oktober 1844 di Saxony.


Kakek dan ayahnya adalah pendeta (Strathern, 2001:5). Nietzshe merupakan
kesempurnaan dari filsafat Barat. Seorang Nietzshe adalah pencapaian
tertinggi dari grafik pemikiran Barat pasca renescience.Dimulai oleh Rene
Descartes, berlanjut pada Immanuel Kant, lalu Hegel dan berakhir pada
Nietzshe. Pasca Nietzshe, tidak ada lagi pemikiran filsafat yang lebih
cemerlang. Pemikiran para filosof Barat abad XX, seperti Jean-Paul Sartre
dan Albert Camus, hanyalah catatan kaki dari Nietzshe. 'Manusia dikutuk
untuk bebas' yang merupakan inti filsafat Sartre adalah semangat yang
ditelurkan oleh manusia unggul milik Nietzshe.
Inti penting yang saya ambil dari sebuah puncak pencapaian filsafat
modern, dimana Nietzshe sebagai simbolnya, adalah penolakan total terhadap
konsep dan aplikasi Kristenisme. Nietzshe menyatakan tuhan telah mati dan
banyak cercaannya yang lain terhadap agama, tidak lain adalah atas konsep
Kristenisme. Karena telah menemukan kegagalan total dalam agama Kristen,
Nietzshe mengajak manusia untuk benar-benar melepaskan diri dari
cengkraman agama yang gagal tersebut.
Sama seperti Kahlil Gibran, Nietzsche selalu memaki para pendeta
yang mengumpul-ngumpulkan harta dari rakyat kecil jelata, dengan
mengatasnamakan agama dan tuhan, dan memasukkannya ke dalam saku
pribadi. Dengan harta rakyat mereka mencongkakkan diri dan mengganggap
diri terhormat.
"Itu kehormatan bagimu, kehormatan bagimu bahwa engkau mencari
kebesaran, tetapi hal itu mengungkapkan keadaanmu. Engkau tidak besar."
Nietzshe mengajak manusia untuk lari dari manusia tak bermoral
yang dimaksud. Siapa yang mampu lari menjauh dari cengkraman manusia
yang menganggap diri besar itu, dialah manusia-unggul. Manusia-unggul
bukanlah yang mencita-citakan surga namun memilih hidup sengsara dan
berpangku tangan. Menurut Nietzsce, "manusia-unggul adalah dia yang
mampu melepaskan diri dari fantasi surgawi dan menciptakan makna baru
bagi tubuh dan bumi".
Manusia-manusia yang hidup di zaman Nietzsche adalah mereka
yang telah tertipu oleh rahib dan pendeta yang sibuk mendakwahkan mimpi-
mimpi surga pada jemaatnya hingga mereka terlena dengan mimpi-mimpi
semu. Sementara itu, para pendeta sibuk mengumpulkan harta dari keringat
jemaatnya. Menciptakan Manusia-unggul bukan berarti menciptakan manusia
yang bersaing di muka bumi setelah meraih keunggulan-keunggulan lalu
82
tunduk dan larut dalam dunia melainkan mampu melakukan kehendak bebas
di dunia. Kehandak adalah karya.
"Selalu lakukan apa yang kalian kehendaki, tetapi terlebih dahulu
jadikan dirimu orang yang bisa berkehendak".
Bukankah fungsi utama kekhalifahan manusia di muka bumi adalah
untuk berkarya. Berkarya sebagaimana Iqbal menyerukan "Engkau
menciptakan batu, akulah yang mengubahnya menjadi perhiasan". Khalifah
sebagai penerus tangan Tuhan.
Manusia yang tidak mahu berkarya dan hanya duduk
berpangkutangan, menurut Nietzsche adalah parasit, yaitu "yang mau hidup
dari cinta, namun tidak mau memeberikan apapun dari cinta". Bukankah kita,
para penganut agama, mengaku segala anugerah dalam kehidupan adalah
berasal dari cinta dan kasih Tuhan. Manusia yang kuasa atas kehendak adalah
mereka yang unggul. Manusia-unggul itu haruslah yang mampu membentuk
heroisme (Strarhern, 2001:63). Namun, apakah yang membentuk heroisme?
dianya "dengan simultan menghadapi kesedihan yang paling menyiksa dan
harapan yang paling besar". "Apakah kamu mengira dibiarkan saja
mengatakan dirimu telah beriman, padahal kamu belum diuji". Tanya Tuhan
kita.Cobaan dan ujian adalah satu-satunya jalan menuju kedewasaan dan
kebijaksanaan.
Manusia yang bijaksana bukanlah dia yang selalu bernafsu membuat
seseorang merasa malu. Dia yang bijaksana itu adalah dia yang mau "berbagi
rasa malu yang harus ditanggung seseorang(ibid). Bukanlah ksatria sejati
yang terus menghajar musuhnya setelah dia tersungkur tak berdaya. Kata
Nabi: Mereka yang betul-betul berjiwa ksatria bukanlah yang jago bergulat,
namun yang mampu menahan amarahnya. "Balaslah keburukan dengan
kebaikan" kata Nabi lagi. "Siapa yang sanggup, dialah manusia sejati".
Mengutip Iqbal. Manusia sejati yang dimaksud Iqbal pastilah manusia-unggul
milik Nietzsche.
Nietzsche memaksa manusia untuk melepaskan diri dari dogma-
dogma Kristiani. Menurutnya, segala sesuatu doktrin harus mampu tetap
eksis bila dihadapkan dengan berbagai realitas termasuk harus mampu
menjawab segala pertanyaan yang diajukan filsafat dan sains modern
(Strathern, 2001:68).

Karena menemukan semua konsep Kristen bertolak belakang dengan filsafat


dan sains modern, maka Nietzsche mengajak ummat manusia lari dan
menjauh dari doktrin dan ajaran kristen. Kematian Tuhan merupakan titik
berangkat manusia untuk bebas berkreatifitas tanpa bayang-bayang ajaran
yang bertentangan dengan logika itu.
83
Manusia menurut Nietzsche adalah sesuatu yang harus diatasi.
Manusia harus mampu bersaing agar menjadi unggul dalam kehidupannya.
Hanya yang memenangi persaingan dimaksudlah yang mampu berkarya.
"Berlomba-lobalah dalam kebaikan", penggalan literatur suci Islam. "Menjadi
manusia bukan tujuan hidup sejati, melainkan menjadi manusia-
unggul"(Abidin, 2006:114).
Manusia-manusia kebanyakan, menurut Nietzsche bukanlah manusia,
mereka adalah mesin-mesin. Mesin-mesin yang menjadi bagian dari
komponen alam semesta, mereka tidak memiliki kehendak, mereka hanyalah
bagian dari buih yang diarahkan dan bergerak kemana kebudayaan, adat-
istiadat serta dogma-dogma mengalir. Manusia-unggul Nietzsche tidak
ubahnya sepe'rti social chenge engineering dalam teori perubahan sosial.
Seorang agen perubahan sosial bukanlah orang yang ikut mengekor kemana
saja kebudayaan itu bergerak melainkan menjadi kutub tempat berpusatnya
seluruh kebudayaan. Manusia unggul hanya mengamati sepintas kebiasaan
yang selanjutnya menjadi kebudayaan dan berubah menjadi peradaban persis
seperti "dia yang yang berada di puncak gunung tertinggi, hanya
menertawakan semua trgedi". "Kesengsaraan bagi para pemikir bagai
tanaman bagi tanah yang subur". Setiap pioneer adalah orang yang harus
menerima resiko dari perjuangannya.

"Tumbuh dalam kebijaksanan, barangkali diukur menurut menurunnya


kepahitan". Tulis Nietzsche. "Sesungguhnya bersama kesulitan ada
kemudahan". Firman Allah. Nietzsche melanjutkan melalui mulut
Zarathustra, berkaitan agen perubahan sosial dimaksud:
Jadilah seperti angin ketika dia meluncur dari guanya di gunung: ia
akan menari dengan iringan serulingnya sendiri, laut-laut akan bergetar dan
meloncat-loncat di bawah jejak-jejak kakinya.
"Manusia-unggul tidak patut berada ditengah keramaian khalayak".
Artinya manusia-unggul tidak akan diakui di tengah khalayak. Bagi mereka
khalayak, dimata Tuhan semua sama. Sebab itu menurut Nietzsche, tuhan
harus mati. Agar lahir manusia unggul. Baginya agama menjadi tiran. satu-
satunya cara untuk membumbungkan potensi adalah melepaskan diri dari
bayang-bayang agama beserta perangkat yang berkaitan dengannya.
Fitrah manusia adalah ingin dirinya memiliki pengaruh, kata-katanya
didengar, perintahnya dituruti dan tindakannya ditiru. Untuk menjadi seperti
itu manusia harus berkompetisi. Dan yang mampu melakukannya adalah
manusia unggul. Dalam itulah Nietzsche, melalui mulut Zarathustra, hanya
mencinta dan berharap pada manusia-unggul saja. manusia-unggul adalah dia
yang pemberani dan berhati teguh, bukan dia yang tidak sadar dan tidak tahu
84
akan bahaya dan rintangan, tapi dia yang menyadarinya namun mampu
mengatasinya.
"Kehidupan harus lebih keras lagi bagi kalian. Hanya demikianlah
maka manusia tumbuh ke ketinggian di tempat petir bisa menyambar".
Hanya kelembutan awan yang sekian lama mengumpul hingga
mampu manciptakan petir. Penderitaan akan mengasahmu menjadi manusia
paling bijaksana.
Manusia unggul bukanlah dia yang berbangka akan rasnya,
agamanya atau segala hal mengenai dirinya. Manusia-unggul adalah dia yang
mampu berdiri tegak dengan kaki-kakinya sendiri. Jangan biarkan hal apapun
mamaksa dan membujuk kalian, karena dia yang memaksa berhasrat agar kita
melakukan sesuatu untuk dia dan dia yang membujuk ingin apa yang kamu
perjuangkan untuk kepentingan pribadinya. Bila kamu melakukannya maka
kamu adalah alat-alat atau mesin yang secara sukarela memenuhi
kepentingan si parasit. Kalian bukan manusia-unggul.
"Angkatlah hati-hati kalian, saudara-saudaraku, tinggi, lebih tinggi!
Dan janganlah melupakan kaki-kaki kalian!"
Rintangan di dunia ibaratkan rawa dan semak berduri. Bila kaki-kaki
ringan maka melewatinya akan sangat mudah. Diperlukan doa dalam tiap
langkah, namun jangn melupakan usaha dan perjuangan dalam meraihnya.
Apa peduli kita akan hasil dari usaha. "...lebih baik terlihat dungu dengan
kebahagiaan daripada terlihat dungu dengan kemalangan, lebih baik menari
dengan canggung daripada berjalan pincang".

85
Manusia Menurut Muhamnmah Iqbal dalam "Javid Nama'’

Manusia bagaikan sepotong bambu yang tercerabut dari perdunya.


Keterpisahan itu menjadikannya kesepian di tengah semesta tujuh warna ini.
Dia tersesat ditengan samudra langit biru maha luas. Dalam kesepiannya dia
menengadahkan tangannya dan berdoa. Ratapan tangisnya persis bagai
lengkik seruling yang terdengan merdu pada pendengaran Tuhan. Manusia
dalam keterbatasannya menyadari akan datangnya hari dimana sedu-sedan
tak ada lagi, tak ada lagi derita. Dami harapan inilah, sekuat tenaga manusia
berusaha tenang di alam terasing ini. Dengan segenap keterbatannya, manusia
tau bahwa segalanya dipersiapkan untuknya. Dia diberi bekal intelek guna
menilik segenap rahasia alam ini.
Hanya dengan sinar dari Tuhan manusia dapat menempuh jalan
hidup yang lurus.
"Engkaulah rembulanku, terangi rumah gulitaku dan jenguklah
gundahku untuk sejenak waktu"
Untuk mengenal Tuhan kita harus mampu dekat dengaNya, untuk
mendekatiNya, kita harus mengetahui keberadaaNya. Untuk mengetahui
keberadaaNya kita harus dapat melihatNya. Tapi manusia tidak dapat
melihatNya. Bukan Dia yang bersembunyi, tapi manusia sendiri yang terlalu
sebuk dengan duniawi hingga tidak mampu menjangkau pemandangan Ilahi.
Yang membuat bumi menjidi semakin berarti adalah karena dia menyimpan
makhluk yang paling mengenal Tuhan. "Meski hanya sedikit berdoa dan
banyak menumpahkan darah, namun dia tetap melaju salamanya"
Iqbal bersenandung:
"Keagungan itu akan menjadi milik manusia yang tercipta dari tanah,
jauh melampaui para malaikat yang terbuat dari cahaya. Dan dengan
cemerlang bintang takdirnya ia akan jadikan bumi sekemilau surga"
Apakah nilai dari manusia itu? ialah karya. Manusia dengan segenap
kekurangannya mampu merubah bumi dari sesuatu menjadi sesuatu yang
lain. "Manusia adalah kata-kata yang diciptakan oleh Tuhan". Manusia adalah
rahasia Tuhan. Yang membuat akal itu mati adalah karena berhenti berfikir.
Manusia merasa kesepian kala pertama dihadirkan ke pentas bumi ini. Lama-
kelamaan dia menjadi betah hingga akhirnya enggan meninggalkan dunia ini.
Manusia telah lupa bahwa kematian merupakan saat kembali ke rumah abadi.
Manusia perlu sekeping iman dimana dengannya manusia mampu menantang
segala tipu daya dan fitnah di dunia. Dengan iman manusia takkan lupa tugas,
tujuan dan perannya di muka bumi. Sekeping iman merupakan sebutir
perbendaharaan yang akan tumbuh menjulang, membumbung hingga angkasa
dan menjadikan rindang jiwa dan badan walau kapan dan bagaimanapun
keadaan.
86
"Bait yang tak diberkati hanyalah raungan kesedihan. Tatkala puisi
bertujuan membentuk manusia. Puisi menerima warisan kenabian."
Allah mencela para penyair yang tidak mampu memberi solusi atas
persoalan yang mereka keluhkan. mengenai pakaian yang compang-camping,
wajah dan perut yang tak terurus adalah tipikal khas para penyair sebab
mereka terlalu dalam, terlalu peka pemikirannya terhadap persoala
kemasyarakatan. Kepekaan para penyair hampir same dengan yang dirasakan
para nabi sehingga menjadi semakin beratlah pikirannya dalam memikirkan
solusi atas persoalan ummat. Dalam hal ini para nabi selangkah lebih
beruntung sebab memperoleh solusi konkrit langsung dari Tuhan meski jalan
yang ditempuh tidak pernah mudah. Betapa kasihannya para penyair, mereka
hanya mampu meratapi penderitaan bangsanya tanpa pernah mempu memberi
solusi atas persoalan tersebut.
Berapa harga surga di mata Tuhan? Tidak lebih dari setetas air mata
yang keluar dari mata orang-orang yang tulus dan ikhlas pada Tuhannya. Air
mata orang yang bersabar atas segala cobaan dan penderitaan karena berharap
perjumpaan dengan Tuhannya. Air mata seorang anak yatim yang perutnya
kelaparan sebab sedari kemarin tidak menemukan apapun untuk dimakan.
Surga tidaklah lebih berharga daripada air mata mereka. Hanya beberapa dari
kita saja yang menyadari bahwa di setiap sudut kota dan setiap lorong jalan
surga menganga membuka dirinya namun sangat sedikit yang berkenan
memasukinya, memberi makan yatim kelaparan dan menolong yang
membutuhkan pertolongan.
Beberapa detik setelah keluar dari perut induknya, bayi seekor lembu
dapat berlari dengan lincah tanpa kendala apapun. Demikian pula seekor anak
ayam juga dapat berlari dengan lincah beberapa detik setelah keluar dari
telur. Tapi hal itu tidak berlaku bagi manusia. Seorang bayi dapat dipastikan
mati bila beberapa saat tidak ditangani setelah lahir. Untuk dapat berlari
dengan mantap seorang manusia harus berusia setidaknya dua tahun. Kita
dapat melakukan ternak ayam secara massal mulai dari telur hingga bertelur,
tapi kita perlu mencurahkan perhatian ekstra dan melibatkan banyak orang
hanya untuk membesarkan seorang bayi. Kenapa hal seperti ini berlaku pada
manusia?
Sapi bisa dibesarkan dengan susu dan rumput. Dan ayam bisa
dibesarkan dengan aneka pakan ber merk. Untuk membesarkan manusia kita
membutuhkan nutrisi utama berupa kasih sayang. Kasih sayang inilah yang
membedakan antara manusia dengan hewan seluruhnya. Bila manusia tidak
mampu memberi dan mengedepankan kasih sayang maka dia belum
menemukan substansi dirinya. Bila seseorang tidak mampu mengedepankan
kasih sayang dan cinta kasih, maka dapat dipastikan dia tidak pernah
dibesarkan dengan kasih sayang.
87
Tanpa kasih sayang tidak ada gunanya ilmu pengetahuan, baik itu
ilmu pengetahuan yang datang dari potongan surban bangsa Timur maupun
sepotong pengetahuan yang datang dari sepenggal jas mewah orang Barat.
Ilmu pengetahuan tidak membutuhkan apapun, ilmu pengetahuan tidak peduli
Timur maupun Barat. Ilmu pengetahuan tidak peduli kaum arya yang gagah
perkasa maupun negro yang buruk rupa. Ilmu pengetahuan akan hinggap di
hati yang damai, jiwa yang tenang dan imajinasi yang membumbung amat
tinggi.
Apakah yang membuat manusia itu menjadi tinggi?
Bahasa agama menyebutnya iman, bahasa syair menyebutnya cinta.
Cinta itu makan roti kering namun mampu meruntuhkan benteng khaybar.
Cinta itu mampu kalahkan pasukan musuh tanpa perang. Cinta adalah
kesejukan di tengah kobaran api.

88
Manusia Menurut Muhammad Iqbal dalam "The Reconstruction of
Religious Trough in Islam"

Manusia dalam The Reconstruction of Religious Trough in Islam


Manusia beserta alam berada dalam waktu. Manusia selaku bagian dari alam
mendapatkan tugas khusus dari Allah guna melakukan pengendalian akan
alam dengan tujuan utama yaitu menjadikannya sebagai wadah pengenalan
akan Tuhan. Melakukan tugas ini nyatanya amat berat bagi manusia, namun
karena karena semangatnya yang begitu kuat, manusia menyatakan mampi
melakukan tugas tersebut (QS. Al-Ahzab: 72).
Tapi Tuhan, karena besar apresiasiNya pada Tuhan, Dia memberi
manusia aneka fasilitas lebih guna manusia dapat menjalankan amanah beser
tersebut. Manusia harus terus mengasah inteleknya guna dapat terus
meningkatkan pengenalannya dengan Tuhan. Yang membuat Adam-Hawa
melanggar Tuhan dengan memakan buah terlarang adalah karena hasrat yang
begitu tinggi memenuhi rasa penasaran mereka selaku manusia. Rasa
penasaran itu adalah fasilitas untuk melakukan eksplorasi terhadap alam
dengan tujuan mengenal Tuhan. Bila manusia mampu menggunakan Fisilitas
ini dengan baik, maka dia akan mampu mempertahankan eksistensinya yang
murni, namun bila gagal, maka jatuhlah derajatnya ke tingkat, yang menurut
Al-Qur'an, lebih hina daripada binatang ternak. Disini saya ingin
menganalogikakan kenapa Al-Qur'an memilih 'binatang ternak' sebagai,
bukankah lebih banyak jenis binatang lain yang lebih, katakan, hina:
Binatang ternak adalah jenis binatang pemakan tumbuhan. Ketika mereka
memakan tumbuhan, maka mereka akan mengeluarkan kotoran, dan kotoran
itu akan membantu pertumbuhan tumbuhan lainnya. Binatang ternak
memberi lebih banyak daripada mengambil dari alam. Sementara manusia
yang gagal memanfaatkan potensi penguasaan akan alam secara benar akan
melakukan penghancuran terhadap alam. Misalkan pelaku penebangan hutan
dalam skala besar akan memusnahkan jutaan jenis hewan karena kehilangan
habitat dan menyebabkan bencana alam seperti banjir dan longsor beserta
efek yang yang luarbiasa berbahaya bagi manusia akibat bencana tersebut.
Disini kita semua dapat melakukan perbandingan antara manusia yang gagal
mempertahankan keagungan dirinya dengan seekor binatang ternak.
Bila secara kolektif manusia mampu mempertahankan keagungan
dirinya, maka pastinya akan tercipta kebudayaan yang luarbiasa tangguh.
Semangat kolektifitas dapat diambil inspirasinya dari shalat berjamaah.
Meski kolektifitas mempunyai pengaruh yang sangat berarti, namun apasaja
yang dilakukan masing-masing individu, konsekwansinya akan ditanggung
masing-masing tanpa sedikitpun melibatkan individu lain.
89
Pertanggungjawaban akan perbuatan masing-masing individu dimungkinkan
bila jiwa manusia tidak pernah mengalami kematian. Kematian akan
mengakibatkan segala konsekwensi takkan berlaku. Sebab itu, Iqbal menolak
pendapat kaum mutakallimi yang menyatakan jiwa itu tidak kekal (Iqbal,
1966:112). menanggung konsekwensi akan perbuatannya sangat
memungkinkan bagi manusia sebab dia adalah makhluk istimewa pilihan
Tuhan.
Salah satu kelebihan dari manusia adalah kemampuannya untuk
memerima berbagai (sebut saja) dimensi kesadaran. Misalkan Muhammad
yang mampu 'memasuki' dimensi lain saat beliau menerima wahyu hingga
sahabat disisinya tidak menyadari. Dalam hal ini penulis memang masih
menaruh perhatian pada perbedaan antara pengalaman kenabian tersebut
dengan gejala-gejala psikologis. Iqbal menyatakan bahwa perbedaan antara
pengalaman kenabian dengan penyakit psikologis dapat dibedakan setelah
pengalaman mistik tersebut berakhir dan bagaimana tindakan aksi dilakukan
setelah masa penerimaan dimensi lain itu. Para sufi menemukan dirinya
memisahkan jarak dengan realitas dunia setelah mengalami pengalaman
tersebut. Nabi menemukan dirinya lebih peka terhadap realitas sosial setelah
pengalaman itu. Disini penulis juga menemukan perbedaan antara
pengalaman ruh saat sedang tidur dengan pengalaman mistik ini. Melalui
penjadian diri sebagai aql, gagal memberi kesan ingatan hingga kita tidak
mengingat apa yang kita alami saat sedang tidur.
Ruh tidak disamakan dengan makhluk-makhluk-Nya, asal segala
makhluk disebutkan dari proses khalq semertara ruh itu amr. Bila kita mau
mendalami makna ini maka jelaslah bahwa sesuatu yang tidak datang dari
penciptaan (khalq) maka tidak akan mengalami kematian (baca: kekal). Tapi
argumen ini akan bertentangan dengan apa yang diuraikan dalam kitab
Daqaikul Akbar.
Mengenai hubungan antara ruh dengan jasad badaniyah, Iqbal
menyatakan kedua hal ini tidak memiliki perbedaan yang segnifikan,
persamaan antara keduanya adalah sama-sama berdasarkan sistem-sistem dan
tindakan-tindakan (Iqbal, 1966:123). Roh akan dapat menguasai segala
pengaruh dalam eksistensi di dunia kalau perjanjian primordial dengan Tuhan
senantiasa menjadi prioritas. Ruh dengan segala sifatnya (aql, qalb dan nafs)
akan senantiasa mengungguli segala macam musuhnya hingga dia mampu
dalam keadaan suci saat menghadap pada Tuhannya.
"Sesungguhnya dalam menafsirkan alam setjara begini itumemahami
dan menguasai lingkungannja, dan dengan demikian memperoleh dan
memperluas kemerdekaannja" (Iqbal, 1966: 126).
Dalam hal ini, pemikiran Iqbal bersamaan dengan Nietzsche secara
metaforis, mereka sama-sama menginginkan manusia berkompetisi di dunia
90
termasuk dengan sesama manusia. Untuk mengambil kekuatannya dalam
berkompetisi dan melawan musihnya, manusia harus bersembahyang guna
berefleksi akan janji primordial dan mengambil kekuatan melaluinya. Melalui
sembahyang, kerja ruh sebagai akal akan mampu memenangi kompetisi ini.
Memperoleh kekuatan melalui shalat adalah karena Tuhan telah ada dalam
dirinya, hal ini hanya berlaku pada Nabi dan pejuang Islam, sementara sufi
adalah orang-orang yang dirinya ada dalam Tuhan. Kahlil Gibran pernah
berkata: Bila engkau mencinta maka kangan katakan aku dalam diri Tuhan,
tapi katakan Tuhan ada dalam diriku. Ini menunjukkan bahwa Iqbal dengan
Gibran sama-sama lebih mendukung manusia agar setelah mengalami
pengalaman spiritual dia mampu menciptakan dunia sesuai amanah Tuhan.
Iqbal menolak pemikiran Nietzsce mengenai konsep pengulangan
waktu, menurutnya pengulangan waktu tidak memungkinkan kekekalan ruh
ruh, bahkan malah menghancurleburkan ro itu. meskipun demikian, Iqbal
mengaku, ruh manusia itu mempunyai permulaan. Iqbal menguatkan
pandangannya mengenai kekekalan waktu dengan QS. Az-Zumar: 68).
Kematian jasad merupakan satu tempat bagi ruh guna mempersiapkan diri
menghadapi realitas nyata yang disebut Kiamat. Penulis sendiri berpendapat
hari kiamat itu bukanlah bersifat kekal melainkan pengulangan-pengulangan
teratur, mengingat kegiatan-kegiatan yang dilakukan manusia, baik di surga
maupun di neraka.
Iqbal lebih sepakan dengan semboyan Immanuel Kant yang menyerukan "aku
menjadi" daripada "aku berfikir" milik Rene Descartes(ibid, 229). Bukankah
"Al-Qur'an adalah kitab yang mengutamakan amal daripada gagasan" kalimat
pembuka 'Pembangunan Kembali Pikiran Islam".

91
Janji

Allah SWT memerintahkan kita memenuhi janji. Janji yang paling


harus diutamakan adalah janji pada Allah SWT. Apabila janji pada Allah
SWT bertentangan dengan janji pada makhluk, maka janji pada makhluk
harus dibatalkan. Bila janji dengan makhluk dan janji pada Allah SWT tidak
bertentangan, maka janji pada Allah SWT yang harus di utamakan dan
ditunaikan.
Manusia berjanji pada Allah SWT akan mengikuti nabi yang datang
padanya, pada masanya dan berjani akan senantiasa patuh dan tidak akan
ingkar padaNya. Inilah janji paling utama yang semua manusia
mengikrarkannya saat berada di Alam Ruh.

92
Darah

Allah SWT mengharamkan kita memakan babi, binatang berkuku


tajam, bertaring, hidup di dua tempat (air dan darat) dan disembelih dengan
cara ajaran Islam, namun tidak menyebut nama Allah SWT.
Babi dan binatang berkuku tajam dan bertaring ketika mati tidak dapat
darahnya benar-benar habis keluar meskipun hewan jenis itu dimatikan
dengan memutus kedua rongga darah di lehernya seperti yang Islam
pandukan. Darah dapat merusak kesehatan bila dikonsumsi. Memutuskan
kedua pipa darah di leher adalah cara terbaik menghabiskan darah hewan.
Lagi pula cara tersebut adalah cara paling ringan bagi hewan untuk mati.
Allah SWT melarang memakan hewan yang mati diterkam binatang buas,
terjatuh, tercekik, ditanduk dan dipukul karena cara mati demikian tidak akan
menghabiskan darah dalam daging. Sebab itu pula Allah SWT
mengharamkan memakan bagian tubuh hewan yang belum disembelih. Kalau
sebelum matinya dapat diputuskan dua pipa darah di lehernya, maka dapatlah
seluruh darah hewan itu dikeluarkan dari badannya.
Hanya ikan dan belalang yang darahnya dapat bersih kalaupun tidak dengan
disembelih. Sebab itu halal jadinya ikan dan belalang bangkainya di makan.
Hewan yang hidup dua tempat umumnya dagingnya segera pucat
meski baru saja mati dan matinya dengan cara apapun. Ini menunjukkan
daging hewan tidak boleh dimakan tidak boleh dimakan bukan hanya karena
mengandung darah di dagingnya, tapi kadar darah yang terserap habis dari
badan ketika mati seperti amfibi juga tidak baik untuk dikonsumsi.
Ada satu cara agar dapat daging hewan dikonsumsi meski bukan lewat cara
memutuskan pipa darah di lehernya, yaitu menyebut nama AllahSWT saat
melepaskan tembakan atau hewan buruan yang benar-benar terlatih. Hewan
terlatih sama seperti senjata karena dapat diarahkan sesuai kehendak
pemburu. Terutama hewan terlatih itu tidak boleh sedikitpun memakan
daging yang dibunuhnya.
Kemungkinan pembenaran cara seperti ini karena terlalu sulit hewan
itu dapat ditangkap agar disembelih; karena hewan itu akan berzikir pula
setelah takbir kita lafadzkan ketika senjata dan hewan piaraan dilepaskan,
mengingat teori kuantum yang dijelaskan Fritjof Chapra dalam "The Turning
Point" dan istilah 'Hado' milik Masaru Emoto dalam karyanya "The True
Power of Water".

93
Bank "Syariah": Semua Babi terlihat seperti sedang Tersenyum

Allah SWT membenarkan kita memakan segala yang diharamkan-


Nya bila keadaan benar-benar terdesak. Dimakan sebatas untuk menghindari
kematian karena lapar. QS. Al-Maidah: 3 yang kelihatan peletakan kalimat-
kalimatnya tidak berhubungan, menginspirasikan kondisi ekonomi
kapitalisme modern.
Neo-Liberalisme benar-benar menjadikan semua pekerja dan pegawai
sebagai budak gaya baru. Semua pemilik modal, saham, dan mereka yang
menumpuk uangnya di bank menunggu bunga dari hasil kerja para budak
gaya baru lalu membayar pinjaman untuk modal usaha beserta bunganya,
adalah majikannya. Kalimat pertengahan ayat tersebut memberitahukan
bahwa sistem hasil perbankan konvensional sama seperti jenis-jenis hewan
yang diharamkan seperti dirincikan pada kalimat pembukaan ayat. Jadi, Allah
SWT mengingatkan kita bahwa agama Islam telah sempurna, artinya sistem
ekonomi yang takkan pernah ketinggalan zaman sampai kiamat pun dimiliki
Islam. "...Kami cukupkan nikmat-Ku" menyiratkan pesan bahwa ekonomi
modern yang mengusung semboyan "Kebutuhan manusia tak terbatas" adalah
semboya pembudakan pada konsumen. Allah SWT, pemilik manusia dan
sejagad alam, mengingatkan kita untuk tidak mengikuti hawa nafsu.
Prof. M. Quraish Shihab mengajak kita untuk pandai membedakan
antara keinginan dan kebutuhan. Kebutuhan itu pasti sangat terbatas.
Keinginan itu notabenanya adalah hawa nafsu. Nabi Besar Saw.
mengingatkan keinginan manusia takkan terbatas hingga mulutnya disumpal
tanah, Artinya mati. Semboyan yang didengungkan Max Weber dengan
pesan Nabi Besar Saw. sekilas terlihat sama. Namun pada hakikatnya
berseberangan. Bila maksud Weber adalah memprofokasi kita untuk terus-
menerus mengikuti hawa nafsu, Nabi Besar Saw. mengingatkan untuk
melawannya.
Konteks modern dihalalkannya memakan binatang yang haram atau
babi sebatas menghindari kematian adalah dibenarkannya kita, bila sangat
terdesak dan menghindari kematian karena kelaparan pula, adalah dapat
menjadikan sistem perbankan konvensional sebatas jembatan menuju
ekonomi yang halal lagi baik. Ingat, sebatas jembatan, bukan jalan, jembatan
yang bila-benar-benar terdesak untuk mengindari mati karena kelaparan.
Sistem perbankan kovensional, sangat memungkinkan orang yang tidak
terlibat kedalamnya mati kelaparan. Karena itu, bila ingin memaknai kata
'jembatan' yang saya maksudkan, maka artinya adalah melewati jembatan itu
untuk merobohkannya. Sebab di seberang sana, di kawasan ekonomi 'halal
dan baik' sangat banyak kayu dan material yang halal dan baik untuk
94
membangun jembatan yang halal dan lebih baik . Agar semua manusia dapat
di selamatkan ke kawasan halal lagi baik. Ingatlah anda yang menggunakan
jembatan konvensional itu, yang sedang anda makan adalah bangkai babi
yang busuk, jangan pula anda menikmatinya tujuan anda adalah: kawasan
ekonomi 'halal dan baik', andah arus membangun jembatan halal dan lebih
baik untuk menyelamatkan manusia. Camkan Allah SWT paling mengetahu
setiap niat yang terlintas di pikiran anda. Allah sangat cepat perhitungannya.
Bagaimana kalau "Bank Syariah"?
Bank itu tetap memakai sistem konvensional, Artinya "Daging Babi
Syariah".
Bukankah pegawainya berjilbab, katanya "bagi hasil" bukan
"bunga"?
Babi kalau dipakaikan jilbab tetap saja babi dan bagi hasil "bunga"
sama saja bagi-bagi daging babi.
Tapi di "Bank Syariah" senyum pegawainya lebih lebar?
Semua babi tidak punya bibir, jadi semuanya terlihat seperti sedang
tersenyum.

95
Aduh Buyung, Inilah Demokrasi untuk Indonesia

Kenapa Adnan Buyung Nasution menolak daerah-daerah di


Indonesia membentuk Perda-perda yang berbau syariat Islam? (Gatra, 6 Mai
2006 h. 30) Buyung berpendapat demikian Karena dia melihat Islam yang
ada sekarang adalah Islam berwajah Timur-tengah, Arab, Persia atau Turki
yang memang tidak relevan untuk diterapkan di kawasan manapun di
Indonesia. Sebab Itulah saya menawarkan Islam yang diterapkan di Indonesia
adalah Islam yang benar-benar bersih dari pencampuran adat-budaya
manapun. Lalu Islam yang telanjang itu disandingkan dengan adat-budaya
masyarakat masing-masing di Indonesia. Kerena Islam sifatnya statis dan
budaya sifatnya dinamis, maka adalah mutlak untuk terus dapat mengenal
mana Islam yang telanjang, mana unsur-unsur kebudayaan masyarakat. Hal
ini diperlukan untuk agar masyarakat tidak mengikut sertakan agama dalam
perubahan kebudayaan yang mutlak harus terjadi.
Buyung memberi alasan Islam tidak boleh jadi hukum agama
menjadi hukum negara karena, katanya, agama itu sifatnya statis sementara
hukum itu sifatnya dinamis sesuai kebutuhan masyarakat yang selalu
berubah-ubah. Dia mengatakan bila Islam menjadi hukum negara maka
semuanya harus dikultuskan dan hanya ulama yang berhak menentukan
hukum. Dia khawatir ulama-alama itu tidak mampu memberikan solusi
konkrit dan tepat atas persoalan-persoalan masyarakat yang kompleks dan
selalu berubah-ubah. Alasan ini mengindikasikan Buyung tidak tahu betul
tentang sifat hukum Islam. Dalam sebuah negara Islam, persoalan persoalan
mutlak seperti aqidah; rukun Islam dan aturan-aturan dalam mu'amalah yang
tidak boleh ditawar lagi seperti larangan riba, larangan memakan selain gaji
bagi pegawai dan hukuman mati bagi pembunuh dengan sengaja (atau denda
sesuai aturan bila keluarga korban menerima) memang harus diterapkan
dengan syarat memiliki sistem yurisprudensi yang sehat. Namun pada tataran
yang tidak diatur secara jelas dalam Islam boleh dirumuskan sebagai aturan
dalam UU sebuah megara Islam. Dan pada tataran ini sajalah Ijtihad berlaku.
Jadi dalam negara Islam, penerapan hukum terbagi dua, yaitu yang
mutlak dan tidak mutlak. Lapisan pertama yang mutlak itu. Yang kedua
adalah yang tidak mutlak. Jadi ijtihad dalam Islam itu bukan untuk senjata
untuk melakukan intrik serta agitasi dalam hukum mutlak Islam. Ijtihad
adalah usaha penetapan hukum bagi persoalan persoalan baru. Ijtihad bukan
mencari-cari alasan untuk melegalkan perempuan keluar rumah tanpa disertai
muhrim dan mencari-cari sebab untuk mengharamkan poligami. Ijtihad
adalah usaha mencari jalan keluar terhadap persoalan-persoalan baru yang
dihadapi masyarakat akibat dampak, yang mayoritas datangnya dari luar,
96
seperti globalisasi, neoliberalisme dan liberalisme, lalu ditetapkan sebagai
aturan hukum. Misalnya pemerintah mengeluarkan UU mewajibkan setiap
satu kecamatan memiliki minimal 5 pabrik, UU larangan memakai lebih dari
satu jenis produk buatan luar negeri dan UU larangan menganggur, untuk
mengantisipasi kekalahan negara dan keterpurukan warganya dalam
perdagangan bebas. Lagi pula semakin taat kita pada hukum mutlak Islam,
akan makin sedikit persoalan baru yang muncul. Kalau sedikit masalah baru
yang muncul, semakin sedikit pula ijtihad diprlukan. Jadi memalsakan
dinamisasi adalah memaksakan diri menual masalah-masalah.
Buyung mengatakan aturan hukum suatu agama tertentu tidak boleh
dijadikan hukum negara di mana dalam negara itu masyarakatnya plural dan
tidak hanya penganut agama tertentu itu saja warganya. Maksud Buyung
adalah dalam sebuah negara yang menganut sistem demokrasi tidak boleh ada
hak dan suaranya yang terabaikan. Ini lucu, bukankah setiap pemilihan, mulai
dari kepala desa hingga presiden, lebih banyak suara yang terabaikan dari
pada yang tertampung. Hampir semua pemilihan, yang pilihannya lebih dari
tiga, selalu lebih banyak suara yang terabaikan daripada tertampung.
Ketidakdemokratisan seperti ini kenapa tidak ada yang mempersoalkan?
Semua manusia telah melakukan perjanjian dengan Allah SWT
bahwa akan melakukan yang Dia perintahkan dan meninggalkan yang
dilarang. Tidak berhukum selain hukum Allah adalah perintah mutlak.Tapi
banyak setelah singgah di alam sementara ini, di perantauan ini, melupakan
janjinya. Buyung termasuk didalamnya. Kalau saja Tuhan mau bernyanyi,
untuk Adnan Buyung Nasution, Dia akan menyanyikan lagu seperti ini:
Aduh Buyuuuung
mengapa lupaaa padaku
ahh
selama engkau dirantau
kutunggu-tunggu dirimu

Karena janjinya berliku-liku, Tuhan mengakhiri lagunya:

seeehingga
aku jemuuu pada dirimuuu
pada dirimuu
Ya, kalau Tuhan jemu, obatnya cuma satu: Neraka. Aduh Buyung.
Pada diskusi yang diselenggarakan oleh Majalah Trust pada 24
Desember 2010 di Hard Rock Cafe, EX Plaza, salah seorang pembicara,
Nasir Djamil, Anggota Komisi II DPR-RI, megatakan "Persoalan bangsa ini
sangat banyak sekali". "a" pertama pada kata "banyak" agak panjang sedikit.
Kira-kira begini: ...Sangat baaaaanyak sekali. Kalimat itu membuat saya
97
kembali pada solusi persoalan bangsa yang terus-menerus terngiyang-
ngiyang di dalam kepala saya.
Begini: Sebuah negara besar, agar maju, harus menganut sistem yang
sangat ketat seperti Komunisme di Cina dan Rusia atau sistem federasi
seperti di AS dan Australia. Islam, sebagai agama mayoritas masyarakat
Indonesia, juga dapat di setting menjadi aturan ketat. Komunisme? kasihan
masyarakatnya, masih banyak orang Indonesia yang percaya pada Tuhan
meskipun sangat banyak yang mengingkari Nya. Lagi pula, sistem ketat
apapun, tidak terlalu baik diterapkan di Indonesia.
Solusinya adalah sistem federasi. Sistem ini lebih moderat dan
longgar. Pada masa kekuasaan Sukarno, kita boleh khawatir setiap negara
bagian berpotensi membangkang pada Pemerintah Pusat. Namun dengan
zaman yang sangat berubah seperti sekarang, kekhawatiran itu perlu dibuang
jauh-jauh. Sistem komunikasi dan informasi yang tidak berbatas dapat
difasilitasi dengan optimal.

Sistem Federasi lebih demokratis sebab akan membuat warga setiap Negara
Bagian dapat dengan leluasa mengembangkan kualitas diri; menjaga kearifan
lokal; dapat dengan bijak mengelola wilayahnya masing-masing dan; dapat
menetapkan aturan-aturan yang dapat melahirkan keinsafan dan kesadaran
setiap warga negara di masing-masing Negara Bagian. Inilah demokrasi yang
layak, inilah demokrasi yang ideal, inilah demokrasi untuk Indonesia.

98
Allah SWT dituduh Menggauli Maryam!

Kenapa hampir semua bencana terjadi di akhir tahun? Akhir Desember,


sangat akhir: Tsunami 2004 dan topan badai ini. Karena waktu-waktu ini
telah ditakbirkan penghinaan kepada Allah SWT, penghinaan yang sangat
besar. Penghinaan ini hampir-mampir saja membuat langit runtuh dan gunung
berhamburan.
Di seluruh pelosok bumi Allah SWT telah didengungkan Allah Maha
Esa punya anak! Allah punya anak? Allahu Akbar! Allahu Akbar! Allahu
Akbar! Maha Suci Engkau ya Allah dari apa yang mereka fitnahkan. Ya
Allah, kami menyerahkan urusan mereka padaMu meski kami tahu mereka
sedang melubangi perahu, perahu yang kami dan mereka berlayar diatasnya,
di mana kami pula dapat tenggelam.
Allah SWT mereka tuduhkan telah menggauli Siti Maryam dan dari
hasil hubungan itu Yesus lahir. Allah SWT menggauli makhluknya sendiri!
Bayangkan betapa besar tuduhan itu. Padahan sebagian dari mereka tahu itu
adalah dongeng semata. Dongeng yang dikumandangkan manusia bejat: Paul
dari keturunan bangsa tukang hasut: Bani Israill.
Celaka pula kaum Muslim yang mengucapkan selamat pada
pengkhianatan itu, seolah-olah mereka bagian darinya. Janganlah Muslim
lakukan itu. Mari tidak kita ulangi kembali, kalau tidak anda juga setuju:
Allah bernafsu pada hambanya, mengeluarkan zakarnya dan menggauli
Maryam.

99
Pribumisasi dan Sekularisasi: Islam Mulai Dari Kamar Mandi hingga
Politik Laur Negeri

Kaum muda pemikir Islam kabanyakan terlalu berlebihan dalam


merespon konsep pembaharuan Islam sehingga banyak diantaranya keluar
dari jalur Islam (Al-Qur'an dan Hadits). Diantaranya adalah konsep
Pribumisasi Islam yang digagas Abdurrahman Wahid dan Sekularisasi Islam
yang diperkenalkan Nurchalish Madjid.
Pribumisasi Islam bermaksud merumuskan Islam Nusantara yang
bebas dari pengaruh budaya asal Islam lahir (Arab). Sementara Sekularisasi
Islam bertujuan menemukan mana produk kebudayaan lokal dan mana
konsep Islam murni (Al-Qur'an dan Hadits) dengan tujuan agar masyarakat
mampu memahami perbedaan antara keduanya dan tidak membawa serta
Konsep Islam (Al-Qur'an dan Hadits) dalam pergerakan kebudayaan.
Kalangan pendukung Pribumisasi Islam mengharapkan Islam
Nusantra dapat menjadi bagian tersendiri yang unik dan berbeda dengan
Islam di kawasan dunia Islam lain seperti Turki, Arab, Persia, Afrika dan
Anak Benua. Untuk mewujidkan hal ini mereka mencoba meghapuskan
seluruh unsur budaya Arab, yang merupakan asal lahirnya Islam, dan
memformulasikannya dengan unsur kebudayaan lokal-Nusantara. Mereka
mengatakan bahwa Islam Nusantara adalah hasil kerja kreatif para penyebar
Islam yang mampu mendialogkan Islam dengan budaya-budaya lokal.
Dialog yang dilakukan Islam untuk menghapus seluruh unsur
kebudayaan yang bertentangan dengan Islam dan mempertahankan yang
tidak bertentangan dengannya. Islam datang menawarkan semua solusi atas
segala persoalan kemanusiaan. Islam itu punya konsep yang lengkap dan
menyeluruh. Jadi kalaupun seluruh panduan dan praktik pra-Islam
ditinggalkan masyarakat, maka mereka tidak akan menderita kerugian
apapun. Proses penggantian pola dan konsep kehidupan inilah yang dapat
disebut sebagai dialog Islam-budaya lokal. Dialog yang dilakukan Islam
adalah dialog yang belum usai sehingga Islam belum mampu mengahapus
seluruh paraktik kebudayaan yang bertentangan dengan Al-Qur'an dan
Hadits. Nah, proses yang belum selesai inilah yang dibangga-banggakan
sebagai Islam Nusantara yang,katanya, unik.
Hanya budaya masyarakat yang tidak bertentangan dengan Islam
sajalah yang masih layak dipertahankan. Dan budaya inilah yang dapat
menjadi pembeda antara Islam suatu kawasan dengan kawasan lain. Budaya
yang dipertahankan ini adalah solusi-solusi bagi persoalan-persoalan
masyarakat yang bersifat dinamis serta tidak memiliki putusan atau panduan
dalam Konsep Murni Islam (Al-Qur'an dan Hadits).
100
Karena bersifat dinamis, maka kebudayaan yang dipertahankan ini
pasti akan mengalami perubahan dan pastinya persoalan-persoalan baru
masyarakat selalu muncul. Dalam menyelesikan persoalan kemanusiaan
inilah Ijtihad dibutuhkan. Ijtihad bermaksud merumuskan persoalan-
persoalan baharu itu untuk dapat diselesaikan menurut kadidah-kaidah yang
tersirat dalam Al-Qur'an dan Hadits, mencari mana yang paling sesuai dengan
Al-Qur'an dan Hadits. Metodenya harus dengan melibatkan keahlian pakat-
pakar ilmu segala bidang masing-masing agar memperoleh informasi yang
tepat dari persoalan yang dihadapi agar para pakar Ushul Fiqh dapat
menetapkan solusi-solusi dalam bentuk UU.
Semakin baik ajaran Al-Qur'an dan Hadits diterapkan maka semakin
sedikit pula persoalan-persoalan baru muncul. Tidak banyaknya persoalan-
persoalan yang baru maka tidak banyak pula yang perlu di-ijtihad-kan.
Untuk terus dapat membedakan mana kebudayaan yang diterima dan
dinamis itu, mana Islam Murni (Al-Qur'an dan Hadits) dibutuhkan
sekularisari. Sekularisasi artinya pemisahan antara kebudayaan dengan
agama. Tujuannya agar Islam Murni tidak dibawa serta dalam dinamisasi
kebudayaan. Jadi tidak ada yang namanya Ijtihad pada aturan-aturan yang
telah benar-benar jalas tertera dalam Al-Qur'an dan Hadits.
Kawan-kawan, saya pahami bahwa jalan itu tidak mudah bagi kita.
Saya sadari bahwa Hukum Islam tidak boleh diterapkan pada sembarang
masyarakat. Hukum Islam hanya bisa diberlakukan pada negara yang benar-
benar menerapkan Islam sebagai sebuah sistem yang menyeluruh. Penulis
menemukan kekacauan yang luar biasa bila Islam diterapkan di suatu
kawasan yang segala perangkatnya tidak mendukung.
Bila sistem ekonominya kapitalis maka sistem mujarabah, zakat,
infaq dan shadaqah sama sekali tidak akan mampu menyelesaikan krisis
ekonomi masyarakat.
Bila yurisprudensi kotor maka jinayah hanya akan menjadi momok.
Kalau pendidikannya masih menganut sistem materialisme, maka Islam
benar-benar akan dibenci masyarakatnya. Bayangkan, seseorang akan
mengatakan seperti ini saat menyaksikan hukum rajam dilaksanakan:
"Produk hukum bajingan dari mana itu, mengeksekusi sepasang manusia
yang bercinta atas dasar suka-sama suka sekejam ini." Wajar saja dia
mengatakan demikian karena dia tidak pernah mengetahui Islam dengan
benar sebab selalu disibukkan dengan waktu belajar yang padat, PR
menumpuk, sekolah dari pagi hingga sore, di mana kalaupun ada hanya 2x45
menit seminggu belajar Islam sebatas sebagai "pengetahuan".
Untuk dapat Islam diterapkan sebagai hukum negara, seluruh anak-
anak muslim sejak usia dini harus diajarkan Islam dengan baik, benar dan
menyeluruh dan dibiasakan menjalankan seluruh amalan-amalan dalam
101
Islam, dipaksakan bila perlu. Karena pengamalan perintah Islam hanya bisa
terjadi dengan dua hal penting yaitu biasa dan paham. sebab itulah Madrasah
dan PTAI hanya mampu memproduksi muslim yang hanya sebatas
mengetahui Islam tanpa mengamalkan ajarannya.
Kalau sekedar urusan mengetahui Islam Snouck Hurgrenje,
Annemarie Schimmel dan John L. Esposito mungkin lebih baik daripada
Hasyim Asy'ari, Muslem Ibrahim dan Muhammad Arifin Ilham. "Islam
adalah kitab yang mengutamakan amal dari pada gagasan" sesuai kata
Muhammad Iqbal (1966). Maka untuk itu, cara yang sangat baik adalah
mengasramakan (boarding school) anak-anak muslim sejak usia dini. Hal ini
memungkinkan proses pembiasaan dan pemberian
pemahaman yang baik tentang Islam. Selain itu, sistem demikian dapat
menghindarkan anak-anak dari akses maksiat yang berbanjiran di tengah-
tengah masyarakat.
Disamping itu, UU yang menghambat segala produk dan akses
maksiat harus dibuat dan diawasi dengan benar-benar tegas. Bila tidak,
konsep pendidikan Islam di atas akan sia-sia sama sekali. Sebab, tindakan-
tindakan adalah gerak spontan tanpa melibatkan pemahaman dan kebiasaan
apapun. Kumpulan-kumpulan tindakan itu disebut karakter. Pembentukan
karakter yang telah susah payah dilaksanakan akan sia-sia sama sekali bila
UU demikian tidak ada.
Selanjutnya non-muslim juga perlu diberikan pemahaman yang benar
tentang islam sebagai hukum negara. Sebab, Islam sebagai hukum negara
malah akan lebih membuat mereka nyaman dan sejahtera.
Penulis pahami idealitas harus diterapkan pada sebuah realitas.
Mungkin nilah yang membuat Abdurrahman Wahid tidak mau menjadikan
Islam sebagai Dasar Negara. Masyarakat Indonesia belum siap. Namun
hendaknya Wahid merintis jalan untuk itu: Menciptakan UU yang menutup
segala akses maksiat dan pendidikan model tersebut di atas.
Realisasi idealitas hendaknya tidak menciptakan pembodohan pada
masyarakat. Misalnya yang dilakukan kalangan intelektual sekarang dengan
menafsirkan makna jihad yang bena-benar keluar jalur. Pemurnian Islam
hendaknya tidak semata-mata menempuh jalur dearabisasi. Karena Islam
yang masuk ke Indonesia tidak sepenuhnya Islam yang mengandung unsur-
unsur kebudayaan Arab pada masa itu namun juga ada Persia dan Turki.
Dearabisasi ini secara perlahan akan menjadi Arab phobia. Ini akan dapat
merusak ukhwah Islamiyah. Islam tidak menghendaki fanatisme yang
dibungkus nasionalisme. Menggagas Islam Nusantara jangan sampai
membuat kita menjadi manusia yang chauvanistik.
Lebih parah lagi Ulil Absar-Abdallah dalam artikelnya
"Menyegarkan Kembali Pemahaman Islam" dia bahkan menyatakan Jilbab,
102
potong tangan, qisash dan rajam merupakan produksi kebudayaan Arab,
bukan Islam. Padahal dalam Al-Qur'an tertera jelas perintah ini. Ulil Juga
menegaskan agama adalah urusan pribadi. Padahal Al-Qur'an dan Hadits
jelas-jelas mengatur tentang perintah da'wah dan menegakkan Hukum Allah
SWT.
Ulul juga mengatakan tidak perlu merujuk pada islam terkait urusan
jual-beli, politik dan pernikahan. Ini jelas-jelas bukan anti Arab tetapi anti
Islam. Padahal Al-Qur'an dan Hadits memiliki panduan yang lengkap tentang
segala urusan manusia dan masyarakat, mulai dari kamar mandi hingga
politik luar negeri.
Saya menemukan banyak pemikiran Abdurrahman Wahid dan
Nurchalish Madjid memberi banyak faedah. Namun atas wacana-wacana Ulil
Absar-Abdallah yang banyak saya dapatkan adalah staemen-statemen yang
frontal dengan Al-Qur'an dan Hadits. Wallau'alam.

103
Dajjal

Awal mula tinggal di Banda Aceh, saya membeli dua buah buku.
Yang satu “Sejarah Kebudayaan Islam” karangan Badri Yatim. Satunya lagi
saya lupa nama pengarangnya, judulnya juga lupa karena terlalu panjang.
Buku kedua itu berbicara tentang umur ummat Islam, kemunculan dajjal dan
turunnya Imam Mahdi. Yang paling menarik bagi saya adalah tentang dallal.
Kesimpulan tentang dajjal sertelah membaca buku itu ada dua: Pertama
bingung dan kedua semakin penasaran.
Karena penasaran dan tidak mau dibuat bingung oleh sebuah buku,
saya “mengunyah” banyak buku yang berbicara tentang dajjal.
Mendapatkannya mulai dari membeli, pinjam milik kawan hingga pinjam ke
beberapa perpustakaan.
Bertahun-tahun membaca tema-tema mengenai dajjal tidak mampu
menghilangkan bingung saya tentang dajjal. Terdapat beberapa hadits
mengenai dajjal, diantaranya: (1) matanya satu; (2) ketika dia menginjak
samudra paling dalam, maka yang tenggelam hanya hingga mata kakinya; (3)
muncul dari segi tiga bermuda; (4) di dahinya terpampang jelas tiga huruf
dalam bahasa Arab: “ka, “fa” dan “ra”; (5) memasuki setiap rumah bangsa
Arab; (6) bila memilih surganya, berarti memasuki neraka dan bila memilih
nerakanya, akan masuk surga. Berdasarkan ciri-ciri tersebut, saya
berkesimpulan dajjal adalah TV, internet dan HP . Begini penjelasannya:
(1) matanya satu:
Layar adalah mata. Tidak ada satu TV yang punya layar lebih dari
satu. Ada TV yang punya layar dua, tapi TV-nya harus dua. HP jenis apapun
yang punya layar lebih daripada satu, layarnya tidak bisa difungsikan lebih
dari satu sekaligus. Jadi matanya tetap satu. Internet diakses melalui
komputer maupun laptop yang layarnya hanya satu. Diakses melalui HP,
kembali ke hukum HP sebagaimana yang baru saya sebutkan: Kalaupun
layarnya lebih dari satu, tidak dapat difungsikan sekaligus. Jadi TV, Internet
dan HP, sebagai dajjal dan matanya satu!
(2) ketika dia menginjak samudera paling dalam, maka yang
tenggelam hanya hingga mata kakinya:
Program TV, Internet dan HP semuanya membutuhkan satelit untuk
dapat dioperasikan. Coba ukur jarak antara satelit dengan bumi. Bayangkan
ada seorang manusia raksasa yang bila mnginjakkan kakinya di samudera
yang paling dalam namun yang tenggelam hanya mata kakinya. Maka
ukurlah tingginya. Tinggi manusia raksasa itu pasti seukuran denga jarak
satelit-satelit pemancar siaran, jaringan dan sinyal yang ditempatkan di ruang
angkasa.
(3) muncul dari segi tiga bermuda:
104
satelit-satelit agar dapat memancarkan siaran, jaringan dan sinyal mau tidak
mau berkaitan dengan grafitasi bumi. Kalaupun siaran, jaringan dan sinyal
tidak terlalu berpengaruh terhadap grafitasi, maka mengambangnya satelit di
ruang angkasa mutlak bergantung pada gaya grafitsi bumi.
Di kawasan Bermuda, Amerika Utara terdapat sebuah tempat di
mana di sana setiap kapal yang melintasinya selalu hilang secara misterius.
Pesawat-pesawat yang melintasi kawasan tersebut juga ikut raib. Konon,
Militer AS mencoba melintaskan pesawat tempur F-16 dengan kecepatan
maksimal: juga ikut hilang. Menanggapi fenomena tersebut orang-orang,
termasuk saintis yang sangat rasional itu, mengaku di sana adalah kerajaan
jin. Jadi hilangnya benda-benda di sana karena ditelan para jin penghuni
sarangnya itu. Saya kira penyebab hilangnya benda-benda di sana karena
tertarik oleh gaya magnet yang sangat kuat. Di sana merupakan pusat
gravitasi bumi.
Salah seorang dosen saya mengatakan gelombang elektromagnetik
yang dipancarkan satelit ke bumi tidak berhubungan dengan grafitasi bumi.
Saya tidak sepakat dengan pernyataannya tersebut. Setiap energi pastinya
adalah benda. Setiap benda pasti tunduk pada hukum grafitasi. Selular dan
kuantum untuk saat ini bisa saja tidak diakui sebagai benda, namun suatu saat
kalau ilmuan mampu menciptakan mikroskop yang lebih canggih dari yang
paling canggih yang ada sekarang, mereka akan mampu mendeteksi selular
maupun kuantum sebagai benda,. Bukankah sebelum atom terdeteksi, ilmuan
duluhanya menganggap atom sebagai energi saja. Jadi siaran, jaringan dan
sinyal harus patuh pada hukum gravitasi. Sehingga siaran, jaringan dan sinyal
yang dipancarkan ke bumi berhubungan dengan gaya gravitasi yang dimiliki
bumi. Pusat grafitasi bumi adalah di Bermuda. Tidak harus siaran, jaringan
dan sinyal terpancar terlebih-dahulu ke Bermuda lalu disebarkan ke seantero
bumi. Yang menjadi pokok persoalannya adalah sumber grafitasinya. Dan
dajjal TV, Internet dan HP munculnya dari segitiga Bermuda.
(4) di dahinya terpampang jelas tiga huruf dalam bahasa Arab:
“ka, “fa” dan “ra”:
Bila seorang anak kelas tiga SD belum pandai membaca, maka orang
akan mengatakan dia: BODOH. Namun bila ada anak kelas tiga SMP yang
belum pandai membaca, maka semua orang akan mengatakanananya:
BOODOOH/B.O.D.O.H.
Karena amat sangat besar dan nyata kekafiran yang dibawa dajjal,
maka Nabi Besar Saw. Mengatakan kekafiran itu penuh penegasan:
K.A.F.I.R. Atau dalam bahasa Arab: ka.fa.ra.
Dahi adalah representasi dari bagian tubuh yang amat sangat jelas
terlihat. Bila menoleh ke arah seseorang, maka bagian tubuh dahi adalah yang
paling dominan diperhatikan.
105
Bayangkan saja adegan yang suami istri yang sah saja tidak boleh
terlalu vulgar melakukannya, di dajjal TV, Internet dan HP dipertontonkan
dengan sangat detil dan jelas. Subutan apa lagi yang lebih cocok selain
menegaskan kekafirannya dengan penegasan yang amat sangat: K.A.F.I.R.
Atau dalam bahasa Arab: ka.fa.ra.
(5) memasuki setiap rumah bangsa Arab:
Rasulullah Saw. Tidak mengatakan “Dajjal akan memasuki setiap rumah
kaum muslim”, namun Beliau menyatakan “Dajjal akan memasuki setiap
rumah bangsa Arab”. Sepedih apapun penderitaan yang dialami warga
Palestina, setidaknya masih banyak warganya yang mampu menjangkau TV,
Internet dan HP. Bila dilihat bangsa Arab secara kesuluruhan, maka beberapa
ribu warga Palestina yanag tidak mampu menjangkau dajjal TV, Internet dan
HP akan larut ke dalam kemewahan bangsa Arab secara keseluruhan.
Lihatlah warga Arab Saudi, Qatar, UEA dan negara-negara Arab lainnya
hidup bergelimpangan kemewahan karena hasil minyak buminya yang
melimpah dengan pemerintahnya yang pro-rakyat.

Namun bangsa Muslim lainnya seperti Afrika dan Rohingya,


jangankan untuk memiliki akses TV, Internet dan HP, memiliki rumah untuk
tempat tinggal saja silit. Jadi sangat wajar Nabi Besar berkata “Dajjal akan
memasuki setiap rumah bangsa Arab.” bukan “Dajjal akan memasuki setiap
rumah kaum muslim.”
(6) bila memilih surganya, berarti memasuki neraka dan bila
memilih nerakanya, akan masuk surga:
Kalau kita menonton film si biru, membuka situs-situs cabul atau
menelfon lawan jenis yang tidak halal mengajak janjian di pojok taman yang
gelap dan sunyi: Ini akan terasa nikmat bagai surga. Namun ternyata kita
sedang menyalakan korek api untuk menghidupkan api neraka bagi diri
sendiri. Sebaliknya bila kita menonton film tentang perjuangan Islam,
membaca ebook tentang sejarah Hidup Baginda Nabi Saw. atau menelfon
sahabat seperjuangan lalu diajak bergabung sebagai juru masak dalam sebuah
pelaksanaan pelatihan pembekalan iman, akan terasa berat laksana di bakar di
atas tungku api neraka. Namun sebenarnya kita sedang mengantri untuk
membeli tiket menuju surga.
***
Nabi Saw. Menyuruh kita untuk tidak lari dari dajjal bila bertemu
dengannya. Artinya TV, Internet dan HP bukan untuk dihindari, namun untuk
dimanfaatkan ke arah yang positif.
Uniknya setiap jenis dan akses TV, Internet dan HP punya layanan
program yang berimbangan antara kapasitas kebaikan dan keburukannya.
Misalnya, bila TV tanpa bayar hanya mampu mempertontonkan adegan
106
setengah panas, maka dia hanya menyajikan dakwah-dakwah yang seadanya.
Kalau TV berbayar punya tayangan sepanas Tarzan X maka kita dapat
mengakses program program luar bisasa bermanfaat seperti kondisi ummat
Islam secara detail di seantero bumi, program Discovery
Channeldan National Geographic yang luar biasa bermanfaat, mu‟allaf yang
membanjir berikut liputan kisah pencarian jatidiri mereka serta program-
program tentang lain yang dapat menambah pengetahuan kita akan
keagungan Allah SWT. Kalau jenis HP yang satu hanya bisa dipakai untuk
menelfon dan SMS mengajak kencan atau ajakan rapat membahas mengenai
penggalangan dana korban bencana alam, maka jenis HP yang lain bisa
dipakai untuk membuang waktu sia-sia dengan bermain game atau untuk
mengaji dan mengkaji Al-Qur‟an Digital.
Saya melihat, setiap Nabi Besar Saw. merincikan ciri-ciri tentang
sesuatu, utamanya dajjal, maka beliau bermaksud menguraikan ciri-cirinya
secara sifat. Namun sayang, banyak yang menafsirkannya ke bentuk fisik.
“Kalau maksud penciriannya ke makna bentu, bukan sifat, maka, Islam hanya
bisa berlaku pada masa Nabi (Saw.) saja” kata seorang teman.
Tidak pula tertutup kemungkinan akan ada manusia raksasa yang
amat sangat besar, matanya satu dan di dahinya bertuliskan „ka‟, „fa‟, “ra”.
Namun satu hadits mustahil berbenturan dengan hadits yang lain. Misalnya,
bagaimana bisa makhuk yang sangat besar, bahkan ketika menginjak
samudera paling dalam saja bisa hanya mata kakinya yang tenggelam (lihat
poin 2) dapat masuk ke dalam rumah (lihat poin 5).
Saya juga perlu memberitahu bahwa tidak ada satupun di antara
hadits-hadits tentang dajjal yang telah saya uraikan di atas berasal dari
riwayat imam Bukhari dan Imam Muslim. Wallahu’alam.

107
Komitmen Ke-pelajar-an Pelajar Islam Indonesia (PII)

Seorang siswa SMP yang dalam pikirannya hanya ada masalah


sekolah dan persoalan keluarga; dengan aktivitas sehari-hari yang hanya
sekolah, lalu pulang sekolah membantu orang tua membersihkan rumah dam
mempelototi buku-buku pada malam hari berubah sangat-sangat derastis
hanya dalam waktu tujuh hari. Kalau sebelumnya siswa SMP itu
pekerjaannya hanya berangkat ke sekolah dan belajar, kini dia ke sekolah
tidak hanya untuk belajar, namun juga untuk mengorganisir teman-temannya
supaya memiliki kesadaran kritis dalam belajar. Dia juga sering memberi
saran pada guru-gurunya mengenai strategi pembelajaran yang dapat
membuat siswa-siswa meresa betah dan nyaman.
Oleh Pelajar Islam Indonesia (PII), seorang siswa SMP yang dulunya
hanya memikirkan perkara keluarga dan teman-teman, memikirkan kondisi
ummat Islam dan masyarakat dunia. Kalau sebelumnya seorang siswa
kerjanya hanya mengerjakan PR dari sekolah yang lebih cocok disebut
penindasan, kini mereka menjadi mitra pimpinan-pimpinan lembaga
pemerintahan bahkan hingga kepala pemerintahan daerah guna
menyampaikan segala macam persoalan ummat serta mengawasi kinerja
mereka.
Realitas ini hanya bisa ditemukan pada siswa, yang bahkan baru,
setingkat SMP yang telah tersentuh oleh training PII. Inilah komitmen PII
dalam membangunkan raksasa tidur dalam diri seorang anak, yang oleh
masyarakat umum menganggap mereka sebagai kacung dan oleh PII
menjadikan mereka agan, agen perubahan sosial. PII memberi pelajar sebuah
pandangan dunia yang luas; PII memberi sebuah prinsip idelitas yang jelas.
PII menanamkan prinsip dan Iman Islam pada pelajaran, membekali mereka
mental yang tangguh serta memberi dorongan kuat pada pelajar untuk
senantiasa mengembangkan intelektualitas.
Karakter kader PII yang seperti ini sering sekali mengancam
eksistemsi mereka di lembaga pendidikannya sebab banyak guru-guru yang
tidak senang akan protes dan kritik kader PII. Guru-guru yang maunya
tidak ribet dan tidak mau susah-susah dalam melakukan pekerjaannya sering
mengajar sebatas mengejar target kurikulum dan silabus lalu setiap bulan
mengambil segepok uang yang disebut gajii; setiap seminar pendidikan
berbondong-bondong para guru mengikutinya meski tidak mendengar satu
katapun dari mulut pemareti seminar: yang penting pulang seminar dapat
sertifikat. Sertifikat untuk penyataraan, lalu naik pangkat. Tujuan tertinggi
adalah naik gaji. Itulah yang terlintas dalam otak hampir semua guru. Inilah
pola pikir mayoritas guru. Jadi wajar seja mereka sering berbenturan
108
pemikiran dan sering terjadi pertikaian dengan kader PII, siswanya. Kalau,
dan sering, pertikaian ini terjadi, dapat dipastikan selalu kader PII yang
dirugikan: mendapat nilai anjlok karena dendam guru dan bahkan ada yang
dipecat dari sekolah karena menyuarakan kirik pada gurunya yang sama-
sekali tidak idealis itu!
II.1.a Pelajar Sebagai Sasaran
Bagi PII, pelajar adalah sebuah entitas sosial yang paling signifikan
dalam membentuk sebuah peradaban ideal di masa depan. Organisasi-
organisasi lain pesimis akan kemampuan pelajar sebagai sasaran kaderisasi
dan rekrutmen karena menggap mereka belum mampu mengemban tugas
rekayasa sosial. Namun PII yakin pelajar adalah sasaran terbaik dalam
membangun sebuah peradaban yang ideal. PII adalah penentu masa depan
bangsa di masa depan. Pembekalan akan nilai-nilai ideal ke dalam diri pelajar
adalah modal yang sangat potensial guna perubahan yang diharapkan. Ketika
organisasi-organisasi lain tak terlintas dalam pikirannya untuk melihat
potensi pelajar—pelajar sebagai bagian dari massa masyarakat yang sangat
besar jumlahnya—PII menjadikan pelajar sebagai satu-satunya sasaran utama
rekrutmen.
II.1.b Pelajar Sebagai Subjek

Pandangan PII terhadap dunia pendidikan berseberangan dengan sistem


pendidikan yang berlaku di Indonesia. Bagi PII, pelajar tidak boleh menjadi
sasaran pengajaran semata. Dalam sitem belajar-mengajar, pelajar harus lebih
aktif daripada pengajarnya. Sistem seperti ini akan menjadikan pemikiran
pelajar lebih aktif serta memiliki nalar kritis dalam merespon sesuatu. Mereka
diarahkan untuk tidak menerima sesuatu secara mentah apa adanya. Bagi PII,
pelajar harus kritis dan dinamis. Hal ini akan menimbulkan progresifitas
dalam diri setiap pelajar. Pengajar tidak boleh menjadi sebagai majikan yang
hanya menyuruh saja pada siswa atau bukan sebagai algojo yang
kehadirannya membuat siswa tertekan sehingga mematuhi segala titahnya.
Seorang pengajar harus menjadi sumber semangat dan motifator pada
siswanya agar mereka belajar atas semangat sendiri, bukan karena desakan
dan paksan dari pihak manapun. Dalam diri setiap pelajar harus ada
kesadaran akan pentingnya belajar bagi masa depan pribadi dan bangsa.
Karakter pelajar dalam pandangan PII adalah sebagai pelaku sejarah,
bagian dari inti kebudayaan. Pelajar adalah kutub di mana merekalah yang
menentukan arah bangsa serta visi kebudayaan. Mereka sama sekali bukan
objek dari gelaja-gelala sosial yang tidak jelas Arahnya.
II.1.c Makna Pendidikan
Pendidikan dalam kacamata PII bukanlah pendidikan yang diatur
secara ketat oleh negara dan masyarakat, memiliki limit waktu tertentu dan
109
sangat bergantung pada angka-angka. Pendidikan dalam pandangan PII
adalah pendidikan versi Rasulullah Saw. Yaitu “Mulai dari ayunan hingga
liang lahat”. Beda kader PII dengan pelajar kebanyakan adalah mereka tidak
hanya belajar karena desakan pengajar, namun mereka belajar karena
keinsyafan akan pentingnya ilmu dalam kehidupan. Kader PII, tidak
seperti pelajar kebanyakan, tidak hanya mempelajari disiplin-disiplin tertentu
sesuai dengan bidang yang dibebankan lembaga pendidikan tempat mereka
belajar saja. Kader PII adalah mereka yang terus senantiasa berusaha
menguasai segalai macan bidang ilmu; senang mengikuti forum-forum
diskusi ilmuah serta; memiliki jiwa seni yang tinggi.

110
Komitmen Ke-islam-an Pelajar Islam Indonesia (PII)

Pelajar Islam Indonesia (PII) ada karena Islam. PII hadir untuk
mendakwahkan Islam kepada ummat. PII adalah organisasi yang mencita-
citakan tegaknya Islam di muka bumi. PII tidak mengenal perbedaan mazhab
dan aliran pemikiran dalam Islam. Bahkan PII lahir karena ingin
menyelesaikan pertengkarang perbedaan pemikiran dalam internal Islam.
Awalnya PII lahir untuk menjembatani perselisihan dan pertikaian antara
pelajar sekolah dengan santri pondok pesantren. Santri pondok pesantren
menuduh mereka yang sekolah adalah mereka yang kafir karena menuntut
ilmu dari penjajah. Doktrin ini memang merasuk bagi santri sebab mereka
sejak dini telah ditanamkan kebencian pada Belanda dan segala prilaku-
prilaku yang berkaitan dengan mereka. Padahal anak sekolah saat itu tidak
lagi ada hubungannya dengan Belanda, namun karena sistem dan simbolnya
masih sama, lahir klaim dari santri. Pelajar sekolah melihat mereka yang
menuntut ilmu di pondok pesantren takkan mampu memberikan apaun bagi
masa depan bangsa sebab mereka hanya mempelajari kitab-kitab yang sama
sekali tidak mampu menjawab tantangan zaman.
Nah, perselisihan inilah yang membuat para penggagas PII
terinspirasi untuk melahirkan sebuah organisasi yang mampu menjembatani
perbedaan pola pikir kedua kelompok ini serta dapat menyatukan mereka.
Sebab, mereka berfikir, dengan usia kemerdekaan yang baru seumur jagung,
akan menjadi ancaman besar bagi masa depan bangsa bila pelajar yang
menjadi penentu arah bangsa di masa depan telah bertikai, membuat sekte
dan berkubu. Lebih dari itu: saling membenci dan memaki serta selalu
menghidupkan api dendam. PII lahir.
Islam yang didakwahkan PII adalah Islam yang murni dari Al-Qur‟an
dan Hadits yang terpercaya. PII tidak mengenal perbedaan mazhab, aliran, ras
dan suku bangsa. PII mencita-citakan tegaknya Islam yang bebas dari
pertengkaran mazhab dan perbedaan pemikiran keagamaan. PII mengajak
kadernya untuk (i)mengimani Islam; (ii)mengilmui/mengkaji;
(iii)mengamalkan serta (iv)mendakwahkannya.
Iman
Allah SWT memerintahkan kaum muslim untuk mengimani Islam
dengan benar dan mendalam, tidak menyekutukan Allah dengan sebarang
sesuatu apapun. Iman adalah hal pokok dan paling utama dalam ber-Islam.
Islam tidak mengedepankan itelektualitas dan kearifan yang berasal dari barat
dan timur. Islam mengutamakan iman yang dibuktikan dengan:
“Kebajikan itu bukan menghadapkan wajah ke arah timur dan ke
barat, tetapi kebajikan adalah (kebajikan)orang yang beriman kepada Allah,
hari akhir malaikat-malaikat,kitab-kitab dan nabi-nabi dan memberikan
111
harta yang dicintai kepada kerabat, anak yatim, orang miskin, orang-orang
dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba
sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang
menepati janji apabila berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kemelaratan, penderitaan dan masa-masa peperangan. Mereka itulah orang-
orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-
Baqarah: 177)
“Takwa adalah melaksanakan sesuatu seakan-akan engkau melihat
Allah. Dan bila tidak, maka ketahuilah bahwa Dia senantiasa melihatmu”
kata Rasulullah Saw. Jadi iman adalah bekal agar kita tahan terhadap segala
macan ujian dan penderitaan. Pada kesempatan yang lain Allah menegur
orang-orang yang mengaku telah beriman padahal mereka belum diuji
dengan segala macan penderitaan sebagaimana Allah telah menguji orang-
orang sebelum mereaka. Selain untuk tahan dari segala macam ujian. Iman
juga sebagai dasar bagi kita untuk melaksanakan segala macam ibadah yang
telah diperintahkan Allah SWT dan yang telah di anjurkan Rasululllah Saw.
Ilmu
Allah SWT tidak akan menerima ibadah apapun dari hambanya kalau
ibadah yang dia lakuka itu tanpa didasari pengatahuan yang benar. Ibadah
tanpa ilmu akan tertolak. Meskipun pengamalan sesuatu lebih penting dari
pengetahuan akannya, Namun tanpa didasari pengetahuan, pengamalan itu
akan sia-sia. Ilmu memiliki posisi yang sangat sakral dalam Islam. Islam
mengumpamakan orang yang berilmu dengan yang tidak seperti orang yang
buta dan tuli dengan orang yang dapat melihat dan dapat mendengar. Orang
yang pintar, kata Rasulullah Saw, adalah mereka yang senantiasa mengingat
akan kematian orang yang cerdas adalah mereka yang selalu mempersiapkan
bekal bagi kamatiannya.
Allah SWT mewahyukan, bahwa hanya orang-orang yang berilmu
saja yang selalu mengingat Allah baik sembari dia berdiri, duduk maupun
berbaringnya. Mereka yang berilmu selalu merenungkan setiap kejadian alam
semsta: baik itu pergantian siang dan malam; bahtera yang berlayar di autan
maupun fenomena-fenomena alam yang lain.
Amal
Islam adalah agama yang mengutamakan pengamalan dari sekedar
pengetahuan. Perbedaan orang yang beriman dengan yang kafir adalah pada
cara mereka merespon musibah serta ada tidaknya mereka mengamalkan
perintah-perintah Allah serta ajaran-anjuran nabinya. Pengamalan harus
dilandasi dua perkara yaitu keilmanan atau benar-benar tulus niatnya untuk
mendapat ridha Allah SWT dan memiliki bekal pengetahuan akan apa yang
diamalkannya.
II.2.d Dakwah
112
Pernyataan-pernyataan yang menyerukan AGAMA ADALAH URUSAN
PRIBADI adalah pernyataan yang sesat dan menyesatkan. Hal ini benar-
benar bertentangan dengan prinsip dan ajaran Islam. Islam memerintahkan
kita untuk beramal serta mendakwahkan Islam. Karena bila Islam itu
dijalankan oleh kita-kita saja sementara kita sendiri membiarkan orang-orang
lain bergelimpanagan pengingkaran terhadap Islam, maka Allah SWT
mengancam kita yang beramal ini pula akan turut merasakan azab dunia
berupa bencana akibat ulah mereka yang ingkar. Islam mengilustrasikan
pelaku maksiat seperti orang yang melubangi perahu. Bila kita tidak
mencegah dan sedapatnya menghentikan perbuatannya maka semua akan
turut tenggelam, semuanya turut meresakan azab dunia akibat pelaku
maksiat.
Islam sangat melarang orang yang menganjurkan orang lain untuk
melakukan sesuatu yang baik atau melarang seseorang untuk meninggalkan
sesuatu yang buruk sementara dia sendiri masih meninggalkan sesuatu yang
baik itu dan masih melakukan sesuatu yang buruk itu. Sangat besar
kemarahan Allah bagi orang yang melakukan dakwah seperti ini.
Kata Ibnu Taymiyah dalam kitabnya Siyasah Syar’iyah: “Dakwah
adalah upaya mencuri hati”. Jadi dakwa samasekali bukan pemaksaan
kehendak kepada orang lain. Dakwah harus menempuh jalur persuasi yang
baik sehingga apa yang kita dakwahkan itu dapat merasuk ke dalam hati dan
sanubari sasaran dakwah.

113
Komitmen Ke-indonesia-an Pelajar Islam Indonesia (PII)

Telah sangat banyak yang diberikan organisiasi Pelajar Islam


Indonesia (PII) yang lahir 1947 ini pada Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI). Dalam masa Revolusi Fisik, PII telah banyak menyumbangkan
kadernya dalam menumpas pasukan sekutu. Demikian pula dalam usaha
memberantas Komunisme di Indonesia, PII menjadi salahsatu garda depan.
Meskipun PII dianggap illegal oleh pemerintah selama kurang lebih satu
dasawarsa, sejak pertengahan 1980-an hingga 1990-an karena menolak UU
Kepemudaan yang mewajibkan seluruh organisasi kepemudaan menjadikan
Pancasila sebagai asas organisasi, PII tetap berkontribusi dalam kaderisasi
guna menyiapkan pemimpin bangsa yang teguh dengan prinsip-prinsip Islam,
kepedulian terhadap dinamika dan persoalan ummat serta intelektualitas
tinggi.
Berkat perjuangan yang tidak kenal lelah sejak awan kebangkitannya
PII telah mampu menyumbangkan kader-kader terbaiknya di segala lini
perpolitikan, kewirausahaan, militer, dunia pendidikan dan banyak bidang
lainnya. Menyebarnya kader-kader PII ke hampir semua bidang diharapkan
mereka mampu menjalankan tugas di bidang masing-masing guna
mengusahakan Indonesia ke arah yang lebih baik.
Sejak awal perekrutannya, PII senantiasa mendoktrinkan tiga
komitmen pada kadernya yaitu komitmen kepelajaran, keislaman dan
keindonesiaan. Indonesia sebagai negara besar secara geografis selain
memiliki potensi sumber daya alam yang kaya juga memiliki potensi
sumberdaya manusia yang cerdas ulet dan kompeten. Bila semua potensi
yang dimiliki bangsa ini dikelola dengan baik, kita yakin bahwa Indonesia
dengan cepat akan berubah menjadi negara maju, jauh meninggalkan negara-
negara adidaya sekarang.
Pengelolaan atas aset bangsa yang kaya haruslah diamanahkan pada
sosok-sosok yang memiliki komitmen kebangsaan yang kuat serta memiliki
prinsip dasar yang teguh. Terutama, mereka harus memiliki jiwa
kepemimpinan yang kuat. Dan PII, mampu dan telah terbukti, menghasilkan
segudang kader yang memenuhi indikator yang dimaksud.
Persoalan yang dihadapi rakyat tidak mampu ditangani pemerintah
secara seksama adalah kurangnya para pengelola pemerintahan memiliki
kepekaan terhadap penderitaan yang dihadapi rakyat. Dalam mengatasi hal
ini, PII sejak dini membiasakan kadernya bersentuhan langsung dengan
rakyat.
114
Nasi ummat adalah makanan yang paling populer dalam konsumsi
training-training PII. Tujuannya adalah agar sejak awal kader-kader tau
bahwa mereka telah mengisi perut mereka yang lapar dari hasil keringat dan
jerih payah ummat secara langsung. Nasi ummat lebih dari sekedar makaan
penghilang lapar. Nasi ummat adalah sebuah majelis dimana pelajar yang
kelak menjadi pemimpin ummat melihat dan mendengarkan langsung derita
dan perderitaan ummat dan nasi itu adalah cinta di dalam bungkusan.
Seorang pemimpin agar dapat benar-benar mengurusi rakyatnya
haruslah dia memiliki kepekaan emosional terhadap persoalan ummat hingga
sedetail mungkin. Selain itu dia juga harus mengetahui cara jitu mengatasi
aneka problematika mereka. Mungkin hal inilah yang membuat pihak rektorat
perguruan tinggi mengadakan KKN untuk mahasiswanya. Namun KKN
orientasinya hanyalah nilai. Mahasiswa yang dilepaskan ketengah masyarakat
itu tidak memiliki landasan prinsip yang teguh dan miskin visi. Sehingga
KKN hanya menjadi bagian dari target akademik semata.
PII sejak awal telah menanamkan prinsip-prinsip Islam yang teguh ke
dalam dada setiap kadernya. Prinsip kesatuan antar ummat Islam itu seperti
satu anggota tubuh: bila satu bagian terluka, seluruhnya merasakan sakitnya.
PII juga memiliki visi yang jelas yaitu membentuk sebuah kebudayaan yang
sejahtera dan damai. PKP merupakan ajang kader-kader PII melihat dan ikut
merasakan langsung bagaimana pahit-getirnya penderitaan ummat. Kader PII
yang ikut menyatu dengan ummat dalam ajang PKP memiliki kepakaan yang
luarbiasa terhadap penderitaan ummat tergugah hatinya, tergerakkan
badannya untuk bertindak mensolisikan aneka persoalan mereka.
Bermodalkal intelegensia tinggi, kader PII tahu akar sebab penderitaan
ummat. Dengan jiwa kepemimpinan yang ditanamkan, mereka dapat merebut
posisi-posisi strategis di berbagai bidang sehingga dapat menghapuskan
seluruh persoalan ummat dengan efektif dan efesien.
Primordialisme adalah penyakit parah yang dapat mengancam
kemajuan sebuah negara yang paling majemuk di dunia yaitu Indonesia.
Pluralitas suku dan kebudayaan haruslah menjadi peluang kompetisi
konstruktif bagi kemajuan bangsa. Bila kita tidak mampu menawarkan
sebuah visi yang dapat mempengaruhi seluruh elemen bangsa, maka potensi
pluralitas ini malah akan menjadi penyakit yang sangat luar biasa dan
mengancam kesatuan dan menghambat kebangkitan Indonesia. PII melalui
Falsafah Gerakan dan Khittah Perjuangannya mampu menjadikan pluralitas
ini menjadi potensi positif dalam mencerdaskan dan menyatukan keragaman
bangsa. PII tidak pernah membeda-bedakan asal daerah dan suku kadernya
dalam berkompetisi di lingkunyannya. PII tidak pernah mendiskreditkan
salah-satu daerah atau suku dan tidak pernah menempatkan suku dan daerah
tertentu pada posisi yang khusus. Bahkan PII yang berasas Islam tidak pernah
115
mempersoalkan mengenai khilafiyah dalam Rumah Tangga Islam. Prinsip
inilah yang membuat kader PII tidak pernah mengenal yang namanya konflik
agama, ras dan adat-budaya.
Hampir tidak ada kader PII yang terlibat dalam aksi separatisme.
Sebaliknya hampir semua kader PII dengan berbagai latar-belakang profesi
selalu terlibat dalam upaya integrasi dan pembangunan komitmen
kebangsaan.
Kita sadar betul akan potensi-potensi Indonesia yang sangat besar
sehingga Indonesia sebagai negara maju beberapa dasawarsa ke depan
bukanlah sebatas mimpi dan imajinasi, namun benar-benar akan terwujud
melalui analisa rasional dan objektif ditambah dengan banyaknya gejala yang
sedang mengarah ke arah sana.
Mulai dari militer, ekonomi, politik hingga dunia pendidikan, PII
telah sangat banyak memberikan sumbangsihnya bagi bangsa ini. Meskipun
demikian, PII tidak sama dengan organisasi lain yang suka membesar-
besarkan peran dan fungsinya ketika ada kadernya yang menjadi pahlawan
bangsa. PII bukan tipe organisasi yang suka mengkultus nama-nama tertentu
dari kadernya. Bahkan PII lebih suka menyumbang kader-kadernya ke
lembaga jenis apapun agar dia mampu terus senantiasa mengembangkan diri
meski kadang-kadang ada beberapa kader PII yang benar-benar melupakan
PII sebagai organisasi yang telah membuka matanya dan mengaktifkan nalar
kritisnya.
PII tidak mengenal yang namanya senioritas. Oleh sebab itu,
kalaupun ada kader PII yang telah punya posisi strategis di lembaga
manapun, kader-kader PII yang usianya jauh lebih muda darinya, tidak segan-
segan mengritiknya kalu dia salah dan keliru.
Para kader organisisi lain, terutama sesama organisasi Islam suka
menghina PII sebagai organisasi yang tidak becus mengurus kadernya.
Komentar ini mereka lontarkan karena mungkin mereka sering menemukan
kader PII yang masih aktif di kepengurusan dan belum selesai seluruh jenjang
kaderisasinya tidak memiliki kefakihan yang baik. Maklum saja mereka
menghardiknya sebab mereka tidak tau bahwa PII lebih suka merekrut
pemuda berandalan, bandel dan ugal-ugalan dari pada yang shalih dan
shalihat. Kalau mereka sudah faqih, cerdas dan beradab, untuk apa lagi
diganggu. Untuk menambah jumlah massa? PII tidak!
PII lebih suka memfungsikan diri seperti bengkel, di mana hanya
pemuda yang tidak baik dibaikkan di sini. Jadi kalu mau cari mobil yang
bagus jangan cari di bengkel. Kalau mau lihat hasil "reparasi" PII, lihatlah
kader-kader PII yang sudah menghabiskan seluruh jenjang kaderisasi PII dan
telah menyelesaikan seluruh eselon amanah kepengurusan PII. Dan untuk
lebih meyakinkan: bandingkan dia sebelum disentuh PII!
116
Kacang Polong di Tangga Spiritual”

Seorang ibu rumah tangga di dapur memasak kacang polong. Di atas


penggorengan kacang-kacang melompat-lompat girang, berkata: “Cepatlah,
ramu aku sesuai cita rasa selaramu. Lalu sisipkan aku ke dalam
tenggerokanmu. Aku akan menjadi bagian dari daging dan darahmu. Zikirku
akan menjadi zikirmu, zikirmu adalah zikirku. Ketika kelak dibangkitkan,
bersama kita akan bertemu yang dirindui oleh aku dan kamu.”
Seekor kelinci telah dibaringkan oleh seorang anak perempuan.
Perempuan itu ragu dan menatap wajah sang kelinci. Matanya berbinar, basah
dan bening. Melalui mata itu sang gadis membaca sebuah pesan. “Mantapkan
hatimu. Kehidupanku dimulai saat mata pisau masuk ke dalam bulu-bulu di
leherku. Bersegeralah. Kenyangkan mereka yang lapar dengan potongan
dagingku. Hanya dengan mereka aku akan bisa shalat. Hanya dengan menjadi
bagian dari darah dan daging mereka aku bisa ikut berjuang melanjutkan
perjuangan junjungan alam, nabi Besar. Mohon hargailah kerja-kerjaku
seumur hidup memakan rumpu-rumputan dan sayur-saturan yang
dipersembahkan tanah. Hanya dengan menjadi bagian dari mereka yang
kelaparan aku akan bisa ikut berbangkit dan menyapa Kekasih Abadiku.
Kumohon, bila tidak tanah akan mencengkramku dan hilang tak berharya aku
besamanya.” Maka perempuan itu hilanglah keraguannya.
Seorang pemuda menyembelih seekor anak sapi. Setelah beberapa
jam kemudian daging dan tulang anak sapi itu pun disajikan dalam sebuah
jamuan makan. Setelah jamuan usai, pemuda mendekati induk sapi, ia
membisikkan sesuatu: “Bagaimana perasaanmu setelah anakmu dicerna
perut-perut kami?” Melalui mata dan wajahnya, induk sapi menitipkan pesan:
“Kau telah meranpas cinta sementara menuju cinta sejati. Dia anakku, aku
mencintainya. Namun hanya dengan menjadi bagian dari tubuh kalian, buah
hati cahaya mataku akan menemui kekasih abadi sepanjang masa. Kelak,
titipkan salamku pada kekasih kita, yang kita rindui sepanjang waktu, yang
kita dambakan siang dan malam.”
Bagi sapi, kelinci dan kacang polong, kehidupan bermula saat maut
menjemput. Hakikatnya ditemukan dengan menjadi bagiandari yang lebih
tinggi darinya. Demikian pula kita manusia, kehidupan yang sebenarnya
dimulai setelah dngan gagah berani menyerahkan diri bagi yang Lebih Tinggi
daripada kita.

117
Pesut

Di Sungai Mahakan ada ikan Lumba-lumba mirip sekali Lumba-


lumba laut. Namanya "Pesut." Dia adalah mamalia air tawar terakhir yang
tinggal. Pesut Mahakam adalah lumba-lumba sungai terakhir setelah di
salahsatu sungai di Filipina punah. Pencemaran air sungai Mahakan akibat
pembuangan sampah dan limbah pabrik-pabrik ke sungai adalah sebab dari
penurunan populasi pesut dengan sangat derastis. Pembalakan hutan yang
sangat kejam juga menyababkan air sungai menjadi keruh. Suara bising
kapal-kapal motor yang berlalu-lalang di atas sungai juga sangat mengganggu
sistem sonar hewan paling langka di dunia ini. Hidup pesut jadi tak nyaman.
Diapun mati. Jumlah pesut saat ini dapat dihitung dengan jari. Bila sebab-
sebab yang mengganggu Mahakam terus dibiarkan maka satu atau dua tahun
lagi pesut akan benar-benar punah.
Kiranya belum terlambat menghentikan pembalakan hutan secara
total. Jumlah kendaraan bermotor yang menjadikan sunyai sebagai jalan raya
harus sangat ditekan. Hentikan pembuangan sampah dan limbah industri ke
sengai. Biarkan air sungai benar-benar jernih. Tunggu sepuluh atau dua puluh
tahun kemudian. Maka kalau Allah SWT masih mau memaafkan kita,
popilasi pesuat akan meningkat kembali. Insya' Allah. Amin. I love pesut

118
Pelajar Pemimpin

Pendidikan merupakan penentu kebudayaan. Untuk menciptakan


budaya tangguh, dinamis, produktif dan kreatif, dalam sistem pendidikan
haruslah diterapkan sistem yang partisipatif, demokratis, inklusif, kritis dan
objektif. Peserta didik tidak boleh dijadikan semacam kelinci percobaan,
domba gembalaan dan budak. Peserta didik harus dianggap dan diposisikan
sebagai subjek, agen serta pemeran utama sistem pendidikan. Pelajar harus
dilibatkan secara langsung dalam menetukan konsep penerapan sistem
pendidikan.
Runtuhnya budaya Indonesia saat ini adalah karena kita sangat
lamban dan setengah hati dalam memikirkan dinamisasi sistem pandidikan.
Semboyan "Pelajar hari ini adalah pemimpin masa depan" telah hilang dari
dalam benak kita. Pada sisi aplikasi, pelajar telah diposisikan sebagai mangsa
dari kurikulum pendidikan yang coba-coba ini dan hanya akan menjadikan
siswa sebagai bagian daripada mesin untuk ilmu teknologi dan bagian dari
peralatan kantor untuk ilmu administrasi, manajemen dan akuntansi.
Pada ranah ilmu sosial, pelajar dipersiapkan untuk pandai melihat
potensi dan peluang untuk tercapainya kepentingan pribadi. Perkara ini telah
menyebabkan bangsa Indonesia kehilangan idealitas dan moralitas . Imbas
kolektif dari persoalan ini adalah hilangnya karakter pemimpin dari dalam
diri setiap anak bangsa.
Meskipun pesta pemilihan penguasa sangat seriing dilakukan dan
semakin hari semakin banyak saja orang-orang yang berhasrat menjadi
penguasa, namun kita kehilangan seorang pemimpin.
Krisis kepemimpinan dan mewabahnya penguasa akan
mengakibatkan penyakit bangsa semakin parah. Oleh karena itu, keselarasan
antara kecerdasan intelektual, emosional dan spiritualitas merupakan syarat
muntaik menciptakan calon pemimpin yang memiliki tingkat intelektualitas
tinggi, mampu membangun relasi yang sehat dan memberi keuntungan
bersama bukan individu dan kelompok tertentu dan memiliki nilai-nilai murni
di dalam jiwa.

119
Bank sebagai Penyebab Pembunuhan

"Hanya karena korban menolak diajak berhubungan intim" kata


pembaca berita. Begitu sepelenya perkara itu dalam kesan yang disampaikan
media massa. "Karena enggak dikasih itu" diikuti "hahaha" tertawa lapas oleh
seorang warga tetanga bersama beberapa lainnya.
Begitu remehnya anggapan mereka itu. Mereka mengggap suami
yang membunuh istri dengan tikaman benda tajam bertubi-tubi karena
menolak berhubungan intim adalah sebab pembunuhan sepele. Padahal ini
adalah perkara besar. Untuk apa diberi makan setiap hari, bekerja dari pagi
untuk menutup tubuh isri biar tidak telanjang, diberi rumah biar tidak kena
hujan, kalau satu kewajiban utamanya tidak dilakukannya.
Apa jadinya kalau suami keluar mencari penjaja seks komersial lalu
membawa pulang virus untuknya. Bagaimana kalau dia pergi berselingkuh
hingga punya anak tidak punya ayah, menambah manusia menderita
psikologis, merusak tatanan sosial. Bagaimana bisa seorang istri menolak
kewajiban utama buat suami. Mereka kataka alasan pembunuhan ini sepela,
sementara Allah Sang Pencipta memerintahkan para malaikat-Nya mengutuk
wanita itu sampai pagi tiba.
Semuanya karena akumulasi kekecewaan kepada istri. Kemungkinan
besar sebab pertama dan terbesar karena mendapatkan istri tidak utuh lagi.
Masalah-masalah lainnya sepanjang perjalanan rumah tangga yang selalu
muncul adalah karena persoalan ekonomi. Persoalan ekonomi yang
menjadikan mereka sebagai salahsatu dari jutaan rakyat negara miskin
terlindas kapitalisme liberal. Bank-bank adalah penyebab kejadian itu terjadi.
Terkesan mustahil, namun diba diterawang secara sistematis baru dipercaya.

120
Sistem Pengelolaan Negara: Muhammad Ridha dalam Rapimna PB PII
2010-2012
Menurut Muhammad Ridha, Ketua Umum PB PII periode 2010-
2011, negara yang dikelola tanpa didasari nilai-nilai spiritual akan kehilangan
integritas antara spirit kejiwaan dengan kerja aktif pengelolaan
negara.Katanya, Pancasila tidak pernah menjadi motif moral dan landasan
moral dalam mengisi dan mengelola bangsa.
Bila Pancasila dilepaskan dari Indonesia, maka bangsa ini akan
kehilangan ruhnya.Ridha mengatakan, Pancasila bukanlah sebuah agama,
namun sebuah ideologi. Ideologi merupakan cita-cita yang diletimasi dengan
ilmu. Ini berarti, Pancasila bukanlah sesuatu yang sakral.
Pancasila harus selalu berubah dan dinamis sesuai kondisi dan
perkembangan zaman. Saya melihat, sebab orang Indonesia tidak jujur
menjalankan Pancasila sehingga terjadi jutaan persoalan bangsa adalah
karena prinsip hidup masyarakat yang mayoritas muslim tidak sesuai dengan
landasan negara.Arena Rapimnas Bandung, 15 Februari 2011

121
Membangun Karakter Bangsa: Akbar Tanjung dalam Rapimnas PB PII
2010-2012

Pada 22 Juni '45 disepakati sila pertama: "Menjalankan Syariat Islam


bagi pengikut-pengikutnya". Para pemimpin kawasan timur notabene Kristen
menganggap sila itu deskrominatif dan menolak ikut RI bila sila itu
diterapkan. Wahid Hasyim menyarankan penggantian redaksi: "Ketuhanan
Yang Maha Esa". Ini dasar Islam, Tauhid, yang hanya dipahami Muslim saja.
Ini bukti negara ini berlandaskan Tauhid.
Setelah merdeka, 3 Nov. 1945, keluar maklumat Wapres agar rakyat
mendirikan parpol-parpol. Berdirilah 26 parpol untuk memilih anggota
perwakilan rakyat dan anggota konstituante. Anggota Konstituante untuk
menetapkan UUD '45. Terdapat 4 parpol: PNI 22%, Masyumi 20% NU 18%
PKI 16%, yang menjadi kampium. Nasionalis, Islam Modern, Islam
Tradionalis, Marxisme. Dekrit presiden 5 Juli menetapkan kembali ke UU '45
atas dukungan TNI adalah sebab karena tidak ditemukan keputusan mengenai
dasar negara, antara Nasionalisme dan Islam.Orde Baru meleburkan aliran-
aliran partai menjadi tiga ke dalam Golkar, PPP dan PDI. Militer dan
birokrasi adalah pendukung utama Golkar.
Bung Karno mengaku UUD '45 adalah UUD kilat. Dia
mengamanahkan kalau sewaktu-waktu sebaiknya UUD dirumuskan kembali
sesuai dinamikan dan tintutan zaman.Tahun 99 ada 150 parpol. Di ferifikasi
kembali oleh KPU, tersisa 84. PDIP juara. PDI memang selalu ditekan waktu
Orba. 21 Parpol menduduki kursi DPR. 2004 Golkar kembali juara, PDIP
runner up. 38 Parpol pemilu 2009 (6 partai lokal) Demokrat juara satu.
Karakter bangsa sangat liberal dalam dunia politik dalam era
reformasi. Tapi bagaimana dengan ekonomi, pendidikan, kebudayaan
terutama sumberdaya alam?Kepala daerah tanpa parpol (independen) akan
sangat kesulitan menghadapi badai serangan DPR. karena itu kepala daerah
perlu pelindung (parpol).Saya kira kebebasan berpolitik harus sejalan dengan
kebebasan berfikir, ekonomi dan pendidikan sehingga berimbanganlah antara
kondisi lingkungan dan suasana politik. Bila tidak, penipuan oleh pengusa
atas masyarakat yang masih awam.Pendidikan politik harus lebih sering dan
secara terus menerus dilaksanakan oleh OKP seperti PII dan HMI karena
Parpol hanya akan melaksanakan itu pada saat-saat tertentu dan untuk
kepentingan tertentu yang malah akan semakin membodohkan.
Otonomi Khusus di beberapa wilayah telah memeluhi segala aspirasi
dan kearifan daerah. Federasi dikhawatirkan Akbar, akan melahirkan
disintegrasi nasional. Namun saya kira kekhawatiran itu tidak diperlukan lagi
saat ini. Sebab, berbeda dengan 1950-an, sekarang informasi dan edukasi
sangat mudah diakses. Negara pusat dapat lebih mudah melalukan integrasi
122
dan persatuan negara-negara bagian. Meski demikian, Akbar memberi ruang
diskusi lebih mendalam dalam usaha menjadikan Indonesia sebagai negara
federasi. Karena menurutnya pemikiran-pemikiran baru mengenai masa
depan bangsa patut dipertimbangkan.

123
Penyair dan Nabi Kita

Penyair adalah mereka yang paling peka terhadap realita persoalan


kemanusiaan. Tidak hanya itu mereka juga peka pada kejadian alam. Realitas
yang terganggu sedikit saja keseimbangannya akan memenuhi seluruh pikiran
penyair, menyesakkan dadanya, berdebar hebat jantungnya: gelisahnya tiada
terkira. Karena punya pena dan ada sehelai kertas, dia-dia menumpah-
ruahkan seluruh isi pikiran, beban dalam hati. Dengan itu, terobati sesaknya,
normal kembali detakan jantungnya.
Tapi bagaimana bila ada seorang manusia: punya jiwa yang terlalu
peka terhadap realita, tapi tidak punya pena? Ditambah pula realita
sekitarnnya itu adalah paling parah ketidakseimbangannya. Betapa
malangnya dia. Tapi Tuhan punya rencana!
Rasa itulah yang dialami Nabi kita. Ketika dia diberi hati yang sici,
pikiran yang jernih, maka dia menemukan masyarakatnya yang bejatnya luar
biasa.
Kalau saja dia bisa menulis, dia akan mengikuti aktivitas kebanyakan
manusia pada masanya: menggubah syair-syair, lalu memperdagangkannya.
Tapi dia tidak bisa. Dia semakin tertekan.
Ini sangat membuatnya sesak, benar-benar mengganggu tidurnya.
Pikirannya memuncak, tapi tak tersalurkan. Dia gelisah, sangat gelisah. Dia
menyendiri untuk menyelamatkan jiwanya yang resah. Dia benar-benar-benar
susah. Hingga Tuhan menyelamatkannya di gua hira melalui sesosok
perantara.
Ternyata Yang Maha Kuasa benar-benar punya rencana. Dia tidak
ingin Nabi kita menjadi penyair yang hanya mampu meratap melalui bait-
baitnya. Tuhan kita ingin Nabi-Nya menjadi pelaksana utama dalam upaya
menghapus segala tindak bejat masyarakat dan mengembalikannya pada
sebuah pola yang serasi dan seimbang.
Sebagaimana terhadap Nabinya, Tuhan menginginkan kita semua
bergerak menciptakan tatanan masyarakat yang serasi dan ideal. Sementara
Al-Qur'an yang diturunkan-Nya melalui Nabi kita adalah petunjuk teknis
pelaksanaannya.

124
Kaderisasi Bangsa: Dadan Dania dalam Rapimnas PB PII Periode 2010-
2012.

Terbukti kaderisasi bangsa masih dipegang oleh organisasi-organisasi


(kepemudaan). Ini artinya uang yang digelontorkan pemerintah untuk dunia
pendidikan formal mereka tidak ada gunanya dalam upaya kaderisasi
pemimpin.Sistem kaderisasi bangsa bisa dipelajari dari pabrik pembuatan
dodol di Garut, Jawa Barat. Seorang pekerja pembuat dodol dalam setahun
bisa membuka pabrik dodol. Usaha sablon di Cicalengka juga melakukan hal
yang sama.
Setelah beberapa bulan menjadi karyawan, mereka mampu membuka
usaha sendiri dengan merekrut beberapa karyawan lain, menciptakan orang-
orang yang memiliki keahlian manajemen dan pengelolaan badan usaha
sablon, demikian seterusnya.Demikianlah karena mereka bekerja untuk
dikaderisasikan, bukan dijadikan sebagai budak.
Saya jadi teringat dengan sebuah kisah di kota Banda Aceh. Di Aceh
kita mengenal orang Pidie memiliki jiwa heriok sebagai pengembara. Mereka
dikenal gesit dalam perantauan. Bahkan ada seorang pemilik usaha foto kopi
dari Pidie yang mempekerjakan seorang pemuda dari daerah asalnya. Dia
hanya memberi makan dan beberapa keperluan dari pemuda itu. Saat waktu
menikahnya tiba, dia dinikahkan dan difasilitasi semua kebutuhannya.
Hingga pada suatu waktu tiba, maka ketika gajinya hendak dibayar, setelah
dihitung-hitung, ternyata toko dan segala isinya menjadi milik pemuda yang
telah bekerja bertahun-tahun untuknya. Hal ini memang rencana orang yang
mempekerjakan pemuda itu. Dia tidak mengharapkan terimakasih si pemuda,
yang dia inginkan adalah pemuda itu mampu mewarisi tekniknya itu untuk
pemuda perantauan yang akan datang. Baginya ini adalah sangat layak.
Bukankah karena kesetiaan dan kejujuran pemuda itu, dia telah
berhasil mengumpulkan banyak kekayaan.Mental kaderisasi ini juga sangat
ketara terlihat dari perantauan Minang, Batak dan Madura. Amati saja
angkutan kota Kopaja dan Metromini di Jakarta bagi orang Batak, Usaha
jualan kopi keliling orang Madura dan usaha perdagangan orang Minang. Ini
semua bukan chauvanisme, tapi Nabi menyuruh memberi bantuan pada
saudara terdekat terlebih dahulu.
Demikian pula kaderisasi di organisasi-organisasi pemuda. Mereka
memimpin untuk melepaskan. Sembari memimpin, mereka mempersiapkan
generasi sejanjutnya yang lebihtangguh dari dirinya. Uniknya di organisasi
pemuda adalah, keberhasilan periodesaat ini adalah keberhasilan periode
125
yang lalu. "Memimpin untuk melepaskan" adalah motto kepemimpinan PII.
Bukan: memimpin untuk menguasai, seperti yang diterapkan para penguasa
Republik Indonesia.Cicalengka, Kab.

126
Objektifikasi Objektif

"Objektifikasi Islam" yang dicanangkan Kanda Kuntowijoyo benar-


benar sangat mempengaruhi pemikiran Ketua Umum PB PII, Muhammad
Ridha. Tidak perlu heran kalau konsep ini benar-benar mempengaruhi
seluruh konsep visi-misi PB PII periode ini (2010-2012). Karena itu pula PB
PII periode ini gemar melakukan aksi bersama organisasi-organisasi lain
tanpa banyak mempertimbangkan azas dan agama mereka, asalkan
memperjuangkan kepentingan ummat manusia Indonesia, yang mayoritas
muslim.
Dalam pandangan PII periode ini, objektifikasi sangat perlu
diaplikasikan, sebab dalam dunia yang semakin heterogen seperti sekarang
ini, kita perlu bekerjasama dengan siapapun asalkan memberikan keuntungan
dan mengarah kepada tercapainya tujuan semua pihak.Pada ranah ilmu, kata
Ridha, Objektifikasi Ilmu menjadikan ilmu sebagai alat untuk menyusun
sebuah sistem yang objektif sesuai konsep Islam tanpa membingkainya
dengan jargon-jargon dan simbol-simbol identik dengan Islam, terutama Al-
Qur'an dan Hadits. Selain itu, ilmu juga digunakan sebagai alat mengisi
sistem yang mapan. Nilai-nilai Islam harus diharapkan dengan tanpa simbol
dan jargon Islam.
Dalam usaha memberikan solusi terhadap persoalan kemanusiaan,
Objektifikasi tidak melakukan cara-cara penyalahan terhadap korban, atau
menurut istilah Jalaluddin Rakhmat: "blaming the Victim". Misalnya, terjadi
bencana, jangan katakan karena banyak maksiat, jauh dari Tuhan, dan
sebagainya. Objektifikasi berusaha memberikan alasan-penalaran rasional
yang dapat diterima sesuai tingkatan logika dan keyakinan masyarakat tanpa
"menyosorkan" simbol-simbol agama. Saat menawarkan solusi pada
masyarakat yang plural, dinamis dan heterogen, kita tidak boleh
menawarkannya dengan simbol-simbol agama melainkan dengan tawaran
solusi yang rasional.
Objektivikasi bukannya bertujuan yang sok rasional dan merasa malu
maupun pesimis memberi solusi atas segala sesuatu dengan berlabel agama.
Konsep ini adalah salah-satu solusi bagi persoalan kemanusiaan bagi mereka
yang saat ini pesimis melihat agama. Objektivikasi memecahkan persoalan
kemanusiaan hingga manusianya yang dengan sendirinya mencari rahasia di
balik metodologi yang mampu mensolusikan persoalan mereka itu sehingga
pada akhirnya mereka menemukan agama dengan kesan dan pendangan yang
jauh lebih baik.

127
Every Member of Brigade PII a Prince.

"Utuslah beberapa orang diantara kamu untuk mencari tau sesuatu


berita di Tanah Kan'an yang dijanjikan; setiap mereka adalah pangeran"
perintah Allah pada Musa sebagaimana tercantum dalam kitab Perjanjian
Lama.
Beberapa kader PII yang tidak tau apapun tentang Brigade PII sering
mengenggap anggota Brigade PII adalah satpam.Fungsi Brigade PII adalah
menyokong tercapainya tujuan PII melalui fungsi-fungsi Intelijen.
Yang tau bagaimana pentingnya intelijen dan lembaga intelijen bagi
sebuah negara akan mengetahui pentingnya anggota Brigade PII dan Badan
Otonom Brigade PII bagi PII.
Mereka yang tidak tau apa-apa tentang Brigade PII tapi berbicara;
seperti orang buta SMSan melalui HP. Orang yang mengatakan anggota
Brigade PII sebagai Satpam; seperti orang kafir yang tidak tau tapi menghina
Islam. Dia yang ingin Brigade PII melebur ke dalam Badan Induk (PII),
belum cebok. Mereka yang minta Brigade PII dibubarkan, minta disunat.
Tuhan dalam Perjanjian Lama mengatakan setiap mata-mata adalah
pangeran, every spy a prince. Jadi anggota Bridage PII bukan satpam,
melainkan setiap mereka adalah pangeran, every member of Brigade PII a
prince.

128
Korporasi dan Negara Demokrasi

Apakah keberadaan sebuah negara untuk melindungi rakyatnya dari


apapun, tetapi tidak dari korporasi? Bukankan keberadaan sebuah negara,
terutama yang menganut sistem demokrasi, adalah untuk memudah dan
mengindahkan korporasi membunuh rakyat?
Membaca buku "Globalisasi:Jalan Menuju Kesejahteraan", karya
Wolf saya melihat negara yang menganut sistem domokrasi adalah untuk
memudahkan jalan perusahaan-perusahaan raksasa untuk menguasai dan
seterusnya membinasakan perekonomian rakyat.
Sistem demokrasi adalah sistem yang lebih mudah dipengaruhi untuk
mengambil kebijakan-kebijakan yang melanggengkan penguasaan oleh
korporasi. Dalam sistem ini, pengambil kebijakannya adalah lebih ramai dan
dengan cara demikian debat retorika akan lebih alot dan pastinya hanya akan
memenangkan mereka yang punya rasionalisasi yang lebih tinggi. Menyuap
sebagan pengambil kebijakan dapat lebih mudah karena bagian-bagian
tertentunya tidak saling berkaitan langsung. Dengan ini, negara demokrasi
tidak punya satu kontrol yang paling berkuasa sehingga mekanisme evaluasi
(dan pengambilan keputusan) menjadi tidak jelas.
Negara yang menggunakan sistem demokrasi berkata bahwa
segalanya ditentukan rakyat. Namun pada kenyataanya segalanya
dikendalikan perusahaan. Film "Tekken" mengilustrasikan sebuah dunia yang
tidak lagi ada negara. Rakyat, militer dan segalanya dikuasai dan
dikendalikan korporasi-korporasi. Korporasi-korperasi kecil akan dimakan
korporasi besar sehingga yang tersisa hanyalah beberapa korporasi besar
yang setiap saat selalu bertarung untuk saling menguasai dan
menjatuhkan.Film ini mengisahkan bagamana hasrat akan kekuasaan dan
kekayaan akan membuat mudah saja seorang anak membunuh ayahnya dan
seorang ayah tega membunuh anaknya.
Dalam dunia yang dikuasai korporasi, rakyat tidak lebih sebagai
bagian dari mesin yang tenaganya dipakai untuk terus menimbun kekayaan
bagi para pemilik kekuasaan. Dalam dunia seperti ini, beladiri yang
merupakan bagian daripada seni dipakai untuk menjadi sarana komersil. Para
pegiat seni dijadikan tidak ada bedanya dengan sapi perah dimana bila tenaga
dan kreativitasnya tidak dibutuhkan lagi, mereka akan dibuang begitu
saja.Sistem seperti ini sebenarnya sudah lama berlaku di dunia terutama
negara-negara demokrasi.
Sekarang kita dapat melihat bagaimana negara dan sistem negara
tidak be rdaya di hadapan korporasi. Lebih dari itu eksistensi sebuah negara
demokrasi bertopang pada korporasi. Pemasukan negara sebagian besar dari
129
pajak korporasi dan direktur-direktur korporasi menjadi penyokong penguasa.
Selanjutnya, dengan sangat mudah penguasa menuruti keinginan korporat.

130
Banjir Penguasa, Krisis Pemimpin

Pendidikan merupakan penentu kebudayaan. Untuk menciptakan


budaya tangguh, dinamis, produktif dan kreatif, dalam sistem pendidikan
haruslah diterapkan sistem yang partisipatif, demokratis, inklusif, kritis dan
objektif. Peserta didik tidak boleh dijadikan semacam kelinci percobaan,
domba gembalaan dan budak. Peserta didik harus dianggap dan diposisikan
sebagai subjek, agen serta pemeran utama sistem pendidikan. Pelajar harus
dilibatkan secara langsung dalam menetukan konsep penerapan sistem
pendidikan.
Runtuhnya budaya Indonesia saat ini adalah karena kita sangat
lamban dan setengah hati dalam memikirkan dinamisasi sistem pandidikan.
Semboyan "Pelajar hari ini adalah pemimpin masa depan" telah hilang dari
dalam benak kita. Pada sisi aplikasi, pelajar telah diposisikan sebagai mangsa
dari kurikulum pendidikan yang coba-coba ini dan hanya akan menjadikan
siswa sebagai bagian daripada mesin untuk ilmu teknologi dan bagian dari
peralatan kantor untuk ilmu administrasi, manajemen dan akuntansi.
Pada ranah ilmu sosial, pelajar dipersiapkan untuk pandai melihat
potensi dan peluang untuk tercapainya kepentingan pribadi. Perkara ini telah
menyebabkan bangsa Indonesia kehilangan idealitas dan moralitas. Imbas
kolektif dari persoalan ini adalah hilangnya karakter pemimpin dari dalam
diri setiap anak bangsa.

Meskipun pesta pemilihan penguasa sangat sering dilakukan dan


semakin hari semakin banyak saja orang-orang yang berhasrat menjadi
penguasa, namun kita kehilangan seorang pemimpin.

131
Antara Negosiasi dan Harga Mati: Perbandingan Pemikiran Islam
antara Muhammad Ridha dan Ahmad Ramdani

Islam hadir untuk menaklukkan dan menguasai karena Islam


menjamin sebuah sistem yang amat sangat menjanjikan dengan syarat
pengikutnya mau menerimanya dengan patuh dan tunduk untuk menjalankan
segala sendi, segi dan sistemnya dengan amat sangat sukarela. Islam tidak
dapat disandingkan dengan sistem-sistem lain yang ada (seperti kapitalisme,
sosialisme, dsb). Islam juga tidak dapat disandingkan dengan praktik-praktik
kebudayaan setempat yang sudah matang yang dianggap sakral dan profan.
Sebab, Islam datang untuk menundukkan dan menaklukkan. Demikian bagian
pemikiran Islam Ahmad Ramdani (Aa, panggilan akrapnya)
Bukankah Islam, kata Nurchalish Madjid, berarti 'tunduk' dan
'patuh'(Madjid, 2008). Artinya, kita pengikutnya dan segala hasil ciptaan kita
seperti patung berhala dan ritual budaya yang dianggap tidak baik oleh Islam,
harus kita tundukkan pula. Bila tidak, sama artinya dengan, kita mengaku
beriman pada Allah tapi di dalam hati kita masih ada penyakit. Penyakit
egoisme dan merasa karya cipta kita (semisal berhala, rutual budaya dan
aliran idiologi) sangat unggul. Dan kita tidak mampu menundukkan (Islam)
egoisme itu. Saya kira bila demikian, pancasila dan ribuan ritual budaya di
Indonesia termasuk ke dalam karya cipta itu. Saya juga melihat Abdurrahan
Wahid terlalu mengagungkan Islam di Jawa yang tidak pernah berselisih
dengan pratik kebudayaan setempat. (Wahid, 2007:204). Ini karena Gus Dur
orang Jawa, makanya karakternya, ya, Jawa. Orang Jawa berprinsip,
sebagaimana kata Kuntowijiyo melalui narratornya dalam 'Warsipin dan
Satinah', kurang lebih sebagai berikut: Kita ini Jawa. Jawa, ya tetat Jawa.
Apapun ajaran yang masuk: mau Hindu, Budha, atau Islam. Kita ya tetap
Jawa.Mengenai Wahid yang telah sekolah beberbagai negara yang jauh,
punya ilmu yang banyak, tapi pemahamannya tetap tidak berubah. Jawa, ya
tetap Jawa. Mau dapat ilmu apa saja, sekolah di negara mana saja. Jawa, ya
tetap Jawa. Dan setiap pemakalai kata 'jawa' pada kalimat di atas, saya
mensyaratkan pembacaannya dibarengi dengan kata melayu, betawi, dsb.
Karena kata 'jawa' yang saya maksud untuk mewakili, atau sebagai
representasi karakter hampir semua rakyat Indonesia yang sangat 'negosiatif'
dan paling benci kekerasan.Islam sebagai sistem menyeluruh tidak dapat
diterapkan tanpa segala unsurnya dilaksanakan secara menyeluruh. Mereka
yang mengamalkan sebagian dan kafir pada bagian lainnya dianggap kafir
keseluruhannya. Mengambil sistem-sistem yang baik untuknya lalu
meninggalkan yang lainnaya, menurut Istilah Nietzsche, disebut: parasit!
Mereka tidak beda dengan Mu'awaiyah, Yazid dan Amru bin 'Ash.
132
Bila berhadapan dengan sebuah rezim yang berkuasa, namun bukan
muslim, maka yang petama harus dilakukan adalah menasehati mereka.
Menasehati untuk melaksanakan Islam secara menyeluruh di wilayah
kekuasaannya. Bila dia menerima maka itu baik bagi mereka. Bila mereka
menolak, maka rezimnya harus diperangi. Bila tidak mampu, maka bumi
Allah ini luas.Atau... Yahudi suka menetap di suatu wilayah, lalu dari bawah
mereka melalukan gerakan, keluarga, lingkungan dan seterusnya hingga
sistem mereka menguasai negara.

Aa Menilai, muslim harus berani mengemukakan pendapat dan tujuan Islam


yang sebenarnya. Kita harus mengakui bahwa tawaran Islam adalah dua,
masuk Islam atau diperangi. Sementara bila mau bayar upeti, kamu (non-
muslim yang berada di bawah kekuasaan Islam) akan dilindungi. Islam
memiliki konsep perlindungan terhadap kaum muslim. Hal inilah yang tidak
dipahami oleh pihak-pihak yang kontra dengan pemikiran politik Mohammad
Natsir. Mereka urung menjadikan Islam sebagai landasan negara dengan
alasan akan deskriminatif terhadap non-muslim yang jumlahnya hanya
beberapa persen waktu itu. Padahal Islam menjanjikan perlindungan yang
luarbiasa baik seperti yang dapat kita ketahui bersama sepanjang sejarang
dunia Islam. Disamping itu, banyak kalangan yang mulai berfikir kritis
bahwa alasan penyampingan penerapan Islam sebagai landasan negara
Indonesia karena ingin mengakomodir Indonesia bagian timur. Ini sebuah
ambisi agar Indonesia menjadi semakin luas. Ini berkaitan dengan hasrat
penguasaan sebuah wilayah yang lebih besar. Saya teringat yang disampaikan
Profesor Amir H. Zekrgo dari ISTAC Malaysia bahwa nasionalisme adalah
egoisme global.
Para penyamping gagasan Islam sebagai landasan negara, dengan
alasan tidak ingin mendekriminasi segelintir non-muslim, mereka telah
menzalimi hampir semua ummat Islam di Indonesia yang mengingikan Islam
sebagai landasan negara Indonesia.Namun Aa banyak mengambil pelajaran
dan menjari hikmah dibalik kekecewaan ratusan juta muslim Indonesia
dengan terus berusaha menyadarkan generasi Islam agar jangan pernah
melupakan cita-cita dan usaha mewujudkan mimpi. Dengan kegagalan itu
terus mengajak genersi muda Islam akan arah dan cita-cita kita. "Lihatlah
Yahudi yang terus mewariskan mimpi pada anak-anaknya secara-terus
menerus untuk merebut tanah yang dijanjikan." Aa juga mengingatkan bahwa
mimpi akan sebuah cita-cita adalah semangat kita dan alasan kenapa kita
terus hidup, terus berjuang dan terus berusaha. Semakin dalam dan semakin
luas mimpi itu oleh generasi muslim, maka semakin dekat mimpi itu akan
terwujudkan.
133
Terlepas sepakat tidaknya kita dengan semangat yang di perjuangkan
Aa, saya melihat optimismenya semakin tidak dapat terdeteksi arah
pencapaiannya mengingat saat ini terlihat generasi muda muslim memiliki
pola pikir yang beragam dan sangat progresif bagaimana arah pemikiran Aa
dapat diterapkan.
Kadang-kadang kita melihat pemikiran Aa memang harus
dinegosiasikan dengan realitas. Walau bagaimanapun kita hidup di ruang dan
waktu yang relatif berbeda.
Muhammad Ridha melihat realitas yang semakin tidak
memungkinkan pola pikir semacam yang dimiliki Aa hampir dapat dikatakan
mustahil terwujudkan. Ridha, mengutip Harbermas, mengatakan di dunia
yang semakin terbuka dan cakrawala berpikir manusia semakin luas, tidak
ada cara lain selain dengan negosiasi. Negosiasi adalah satu-satunya seolusi
untuk menjadikan pemikiran kita menjadi gerakan.
Setiap ide dan gagasan harus dinegosiasikan dengan
pemikiran individu yang lain sebab dunia sekarang tidak lagi diisi manusia
primitif dan kanibal. Pemikiran Ridha ini dipengaruhi oleh pemikiran
Harbermas dalam pola komunikasinya. Mengenai konsep yang ditawarkan,
dia bergantung pada pemikiran Kuntowijoyo yang dikenal dengan istilah
'objektivikasi'.
Menurut Ridha, di masa depan, tidak akan ada lagi idiologi-idiologi
yang berhasil menguasai jumlah massa dan pengikut dalam jumlah yang
besar. Sebab, semakin lama setiap individu semakin cerdas dan kritis dalam
menyikapi setiap gelala dan kejadian. Hal ini sangat dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Sebab media komunikasi
yang meniscayakan banyak informasi dan beragam yang diterima
masyarakat. Maka dengan itu masyarakat dapat dengan mudah dan cerdas
menilai segala informasi dengan cerdas dan kritis, penuh pertimbangan.
Oleh karena itu, siapa yang paling intens dan paling baik metode
persuasifnya, dialah yang memiliki potensi besar mempengaruhi masyarakat.
Lambang dan simbol hanya akan membuat masyarakat alergi dan berang bila
tidak mampumenguasai metode persuasif.
Setiap pemikiran sekecil apapun dia, semakin banyak pemikiran itu
terasuki kedalam pemikiran setiap indivu maka semakin mungkin pemikiran
itu menjadi gerakan konkrit. Dan Brown dalam 'The Lost Symbol' melalui
narrator tokohnya mengumpamakan sebutir kerikil juga memiliki massa
walau sekecil apapun massanya itu. Karena dia punya massa, maka pastinya
dia punya energi dan gravitasi. Bayangkan bila butir-butir pasir itu lebih
banyak dan lebih banyak lagi. Kalau kumpulan pasir-pasir membentuk
sebuah gunung pasir atau bahkan sebuah planet atau satelit semacam bulan,
maka dia akan menjadi energi yang sangat ampuh dan dapat menarik lautan
134
semisal malam bulan purnama yang menjadikan air laut pasang. Demikianlah
ide atau gagasan, semakin banyak orang yang berfikir akan gagasan itu maka
akan menjadi kekuatan luar biasa pengaruhnya pada alam realitas. Islam yang
dibawa Nabi Saw, Kristen oleh St. Paul dan Marxisme dan lainnya adalah
sebagai contoh konkrit bagaimana sebuah ide merubah dunia.
Dalam hal ini, ide yang dikembangkan Harbermas bukanlah isapan
jempol belaka. Ridha memilih gagasan ini karena melihat pola inilah yang
hanya akan berlaku dalam mentransformasikan ide dan gagasan kita.
Dalam setiap negosiasi pastilah ada sesuatu atau beberapa hal dari
kita yang harus diurungkan mengingat ide komunal sama-sekali bertentangan
dengan prinsip doktrin yang bisa memasukkan ide secara utuh kedalam otak
orang lain tanpa memberi ruang kritis sedikitpun pada otak yang didoktrin.
Dalam pandangan Ridha, tidak ada yang namanya sesuatu yang utuh
dan matang secara sempurna. Dia melihat Islam di Indonesia sudah sangat
baik ditinjau dari beberapa sisi. Menurutnya, mendirikan sebuah negara
berlandaskan Islam bukan jawaban pasti suatu tatanan sempurna akan
terlaksana. Inilah proses, inilah perjuangan. Tuhan tidak pernah menilai
sesuatu berdasarkan hasil. Namun Tuhan menilai kita berdasarkan usaha.
Kalau tidak begitu. maka Tuhan bukanlah Mahasempurna.
Dr. Muhsin Labib mengatakan, jangankan untuk berbangga, bahkan
kita harus malu dengan sejaran Islam di Spanyol. Islam di sana di terapkan
melalui jalan pemaksaan yang luar biasa. Karena itu, menurutnya, adalah
wajar dendam atas komunitas muslim sangat besar tujuh abad kemudian dan
muslim dibantai habis-habisan.
Namun saya kira pernyataan ini terlalu emosional dan lebay. Islam
tersebar di Spayol bukan karena pemaksaan untuk rakyat. Namun pada saat
itu rajanya terlalu zalim pada rakyat dan kedatangan pasukan muslim untuk
membebaskan rakyat dari kezaliman itu. Atas dasar itu masyarakat Spanyol
dengan suka rela menerima Islam.
Islam tersebar di seluruh Persia dan Turki adalah melalui penaklukan
atas zerim yang berkuasa sehingga islamisasi dapat ditunaikan secara
menyeluruh. Islam di sana menyebar dari ujung higga pangkal (atau dari
politik hingga akidah). Berbeda kasusnya dengan Islam melayu-nusantara, di
sini Islam tersebar dari bawah ke atas. Di seantero Melayu, awalnya Islam
disiarkan melalui pendekatan individu masyarakat kelas menengah
(pedagang). Para pedagang yang memiliki akses ke penguasa punya peran
besar mempengaruhi kebijakan politik. Mereka juga punya pengaruh tak
kalah penting bagi kalangan masyarakat kelas bawah. Melalui mereka, Islam
dapat berkembang dari dua arah sehingga tidak butuh waktu yang lama dalam
menerapkan sebuah sistem kerajaan Islam tanpa menyingkirkan sang
135
penguasa. Singkat kata, Islam di Tanah Melayu tidak perluh merubah sistem
sosial manapun.
Di Tanah Jawa, Islam disiarkan melalui padepokan Hindu yang
mendidik generasi muda seperti sistem shaolin di Cina. Pembawa Islam di
Tanah Jawa berhasil melobi para pimpinan padepokan sehingga seluruh
muridnya berpindah agama menjadi muslim. Karena itu kita lihat, sistem
pendidikan Islam di seluruh Nusantara yang awalnya penduduknya beragama
Hindu dan Budha menerapkan model pondok pesantren. Pondok pesantren
adalah peralihan dari sistem pendidikan shaolin.
Berbicara mengenai Islam Jawa yang tak pernah total, ini karena
Islam yang berkembang melalui rakyat bukan penguasa (Wahid, 2007).
Muhammad Ridha memberi banyak apresiasi terhadap sistem ini karena
melihat negosiasi telah berlangsung lama dan berjalan dengan baik. Dia
melihat bagaimana dua buah sistem (antara Islam dengan budaya Jawa)
mampu duduk berdampingan tanpa ketegangan. Sementara Aa tidak dapat
menerima hal ini. Katanya, Islam datang bernegosiasi dengan kebudayaan
setempat bukan untuk berdampingan seiring sejalan melainkan Islam datang
untuk menguasasi sebuah. Bukankah dari segi asa kata Islam itu bermakna
ketundukan. Berislam berarti menundukkan diri dan hasil karya diri termasuk
segala produk budaya kepada ke inginan Islam. Karena itu setelah berislam
tidak boleh ada lagi segala praktik dan nilai apapun yang berseberangan
dengan Islam.
Namun Ridha mengajak kita untuk objektif melihat arti sebenarnya
dari kebudayaan. Kebudayaan adalah kearifan masyarakat dalam mewarnai
kehidupannya. Kebudayaan adalah pemberi keindahan dan keserasian dalam
hidup. Sementara agama adalah sebuah sistem nilai yang bertujuan
menggiring hidup untuk taat pada aturan-aturan tertentu.
Namun Aa mengingatkan bahwa Islam sebagai sistem sempurna
sudah mampu menyediakan segala hal menyangkut kehidupan. Islam sudah
memiliki aturan dalam menemukan solusi bagi segala persoalan hidup. Islam
juga melihat keindahan sebagai sesuatu yang arus dikendalikan. Manusia
tidak boleh melihat segala sesuatu yang menarik hatinga sebagai keindahan.
Sebab, Allah telah memperingatkan manusia untuk waspada bahwa segala
sesuatu yang dia sukai belum berarti baik baginya dan boleh jadi sesuatu dia
benci itu baik baginya. Karena itu keindahan juga membutuhkan standar yang
perlu dipatuhi. "Meunyoe ta peuturot hawa deungen nafsu beuthat beu
teungku jipee seureuban" (Kalau kita perturut hawa dengan nafsu
biar sekalipun ulama "terbang" [juga] serban[nya]).
Bunyi syair ini patut dipertimbangkan mengungat segala sesuatu
yang kita sebut indah bukanlah ukuran kebaikan karena dianya berpotensi
melunturkan agama.
136
Radha melihat bila kita terus memepertahankan "harga mati" yang
"dipasang" Islam, maka tidak akan ada sutupun nilai-nilai Islam yang dapat
berpengaruh positif bagi kemanusiaan. Prinsip itu hanya akan menjadikan
Islam sebagai musuh bahkan bagi manusia yang di KTPnya "Islam"
sekalipun. Islam hanya akan menjadi simbol terorisme bila terus
mempertahankan prinsip. Ridha mengajak kita untuk bijak merespon kondisi
zaman. Sebuah sistem sempurna tidaklah sama seperti subuah kamar yang
mudah saja dimasuki. Sistem ini perlu strategi tertentu untuk diterapkan.
Objektivikasi adalah sebuah strategi yang terbukti berahasil menjadikan
Islam sebagai agama rahmat bagi manusia. Islam sebagai agama rahmat
memiliki nilai-nilai yang sangat berharga. Namun dalam penyampaiannya
kita tidak perlu menggunakan cara-cara yang ortodok. Dengan itu sasaran
objektivikasi dapat terus merasa nyaman dengan nilai-nilai kebaikan yang
diberikan. Mario Teguh adalah representisi ideal objektivikasi yang
dimaksud.
Namun ada beberapa hal yang perlu diwaspadai dari "proyek"
objektivikasi ini. Utamanya adalah dikhawatirkan generasi mendatang tidak
mampu melihat Islam secara benar dan menyeluruh. Sebab, setiap negosiasi
akan mengurangi beberapa unsur yang ditawarkan dan objektivikasi yang
berlangsung lama akan menghilangkan identitas Islam.
Meskipun demikian, Kuntowijoyo--sang pendiri gagasan
objektivikasi--menyadari dan mengingatkan bahwa objektivikasi adalah
solusi alternatif sementara yang disesuaikan dengan ruang waktu saat ini.
Kuntowijoyo mengingatkan, bisa saja kondisi sosio-kultural kita berubah dan
kita dapat meninggalkan metode ini karena sudah tidak sesuai lagi dan kita
dapat mencari format baru menerapkan Islam.
Aa mengingat bahwa Isalam tidak boleh diterapkan secara setengah-
setengah. Kamu kafir pada sebagian ayat sementara beriman pada sebagian
lainnya berarti kafir terhadap keseluruhannya. Islam sebuah sistem sempurna
harus dapat terus ditanamkan pada setiap generasi kita. Sebuah cita-cita harus
terus diwariskan pada anak cucu.
Meski berbeda, keduanya sepakat bahwa kondisi Islam Indonesia
saat ini adalah hikmah di mana dalam kondisi beginilah kaum muda muslim
dapat terus memperjuangkan Islam dengan mengerahkan sagala daya dan
upaya. Insya' Allah kaum muda muslimlah yang dapat menjadi tentara Allah
yang terbaik, lebih baik dari pada penyandang gelar "syuhada" teroris.

137
Bukan Hanya Salah Pemerintah

Para pimpinan OKP/Ormas dan mahasiswa mengadakan sebuah


Konferensi Pers di Aula Yakpi Mentreng Raya 58, Jakarta Pusat. Inti dari
persoalan yang mereka sampaikan adalah menyatakan bahwa rezim
Pemerintah telah gagal mensejahterakan masyarakat. Salah seorang dari
utusan mahasiswa menceritakan bahwa di Ibu Kota sampai ada masyarakat
yang terpaksa memakan nasi basi yang telah dikeringkan karena tidak mampu
membeli beras.
Namun, benarkan Pemerintah yang paling bersalah atas krisis pangan
yang dihadapi masyarakat?. Tahun-tahun yang akan datang adalah ancaman
yang sangat besar bagi ketahanan pangan penduduk dunia. Beberapa
sebabnya antara lain: Pertama, tanah yang rusak akibat pupuk yang
berlebihan sehingga merusak produktivitas tanah. Tanah yang di tanami satu
jenis tanaman tertentu saja di suatu area yang luas tidak hanya mengancam
kesuburan tanaman, namun juga mengancam ekosistem alam. Kedua,
kebutuhan air oleh pemukiman masyarakat, terutama masyarakat kota,
menyebabkan kebutuhan air bagi pertanian kehilangan prioritas. Alasannya
karena (1) akses air oleh pemukiman lebih mudah karena pemukiman
cenderung lebih dekat dengan sungai (bukankah awal mula adanya
pemukiman karena masyarakat menetap di pinggiran sungai guna memenuhi
kebutuhan air?); (2) prioritas kebutuhan air untuk kebutuhan sehari-hari lebih
penting daripada untuk memenuhi kebutuhan air bagi pertanian dan; (3)
masyarakat yang tinggal di area dekat aliran sungai sungai lebih mampu
membeli/mengakses air daripada masyarakay petani.
Ketiga, peningkatan pesat jumlah penduduk menyebabkan
masyarakat sering membangun perumahan di atas lahan pertanian sehingga
menyebabkan lahan pertanian semakin menyempit. Keempat, Pertumbuhan
jumlah kendaraan yang sangat pesat harus disesuaikan dengan pembangunan
jalan yang akan semakin menyempitkan lahan pertanian. Kompas (16/01)
melaporkan, di China penjualan mobil di tahun ini diperkirakan mencapai 20
juta unit dan AS 5 juta unit. Semuai ini membutuhkan pembangunan jalan
yang akan mengapuskan jutaan hektara lahan. Kelima, tidak adanya kenaikan
produktivitas pertanian Fritjof Chapra (2005) menyatakan negara-negara
penghasil teknonologi rekayasa pertanian selama 14 tahun terakhir tidak
mampu menghasilkan jenis benih baru bagi tumbuhan sumber pangan.
Selain itu, kenaikan suhu global juga menekan produksi pertanian.
Melihat fenomena yang luar biasa di atas, saya kira tidak rasionel
menuduh SBY-Boediono adalah penyebab krisis pangan. Meskipun demikian
saya juga sepakat dengan pernyataan Rizal Ramli di sala-sela peluncuran
138
buku tentang kisah Malari di TIM pada sabtu malam (15/01). Rizal
menyatakan, terdapat banyak kebohongan dan pembohongan dalam survey
pertumbuhan ekonomi kita. “Pemerintah baru melakukan survey
pertumbuhan ekonomi rakyat ketika masa panen, ya, pasti lagi
tumbuh dongekonominya.” Kata Rizal disambut gelak tawa hadirin.
Selaku pedagang keliling yang sangat dekat dengan pasar tradisional
dan masyarakat, saya melihat persoalan utama kemiskinan masyarakat adalah
karena sistem perkreditan yang sangat membebani masyarakat terutama
padagang, baik itu dari bank maupun rentenir. Tidak jarang dari mereka yang
harus membayar bunga yang mencapai setengah dari jumlah pinjaman. Selain
itu, budaya konsumtif masyarakat sangat tinggi sehingga mereka tidak lagi
mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan, mana yang harus di
prioritaskan, mana yang tidak.
“Celakalah bangsa yang memakan dari apa yang tidak mereka
tanam dan memakai tidak dari yang mereka pintal.” Penggalan Puisi Kahlil
Gibran ini hendanya menjadi semangat seluruh elemen bangsa, terutama elit
pengambil kebijakan untuk meningkatkan segala jenis produksi kebutuhan
masyarakat dan tidak dengan mudah mengimpor barang apa saja yang
nantinya semakin tidak mendidik masyarakat untuk cerdas dan meruntuhkan
sektor ekonomi mikro.
Di zaman reformasi seperti sekarang, kita memang dapat dengan
mudah mengkritik pemerintah dan para elit pengambil kebijakan lain.
Namun, OKP/Ormas dan mahasiswa jangan melupakan inti dari
permasalahan. Saya melihat faktor utama dari kemiskin dan krisis pangan
adalah sistem perbankan yang kejam dan kesadaran masyarakat dalam
pengelolaan tanah pertanian.
Solisi terhadap persoalan ini adalah mendesak pemerintah lebih giat
mengucurkan kredit bebas bunga bagi masyarakat. Selanjutnya masyarakat
perlu disadarkan akan bahaya berhubungan dengan segala macam dan
sumber perkreditan berbunga. Masyarakat juga harus diberikan pencerahan
agar tidak terus-menerus menjadi masyarakat konsumtif; kesadaran produksi
harus ditanamkan. Juga, pencerahan ilmu tanah dan pertanian bagi para
petani.
Sah-sah saja OKP/Ormas dan mahasiswa turun ke jalan untuk
mengkritik pemerintah. Ini adalah salah satu wujud negara kita sangat
demokratis. Namun, OKP/Ormas dan mahasiswa harus sadar bahwa mereka
saat ini hampir tidak lagi memiliki tempat di hati masyarakat meski suara
merekalah yang di perjuangkan. OKP/Ormas dan mahasiswa kehilangan
kedekatan dengan masyarakat akibat sering menciptakan huru-hara dan
kerusuhan setiap turun aksi.
139
Kesan mahasiswa sebagai masyarakat intelektual akan lebih terasa
ketika mereka mampu mencuri hati, merangkul, serta memberikan
pencerahan, bimbingan dan penyuluhan bagi masyarakat; bukan dengan
menjerit-jerit di jalanan.

140
Peran Pelajar Dalam Menjaga Integritas Bangsa

Ketika intelektual dan politikus idealis menjadi pahlawan dengan


berhasil melahirkan demokrasi untuk indonesia, kita selaku rakyat hanya bisa
larut dalam euforia demolrasi yang entah sampai kapan akan berakhir. Telah
lebih dari satu dekade demokrasi di Indonesia, namun kita masih saja belum
mampu menentukan kemana indonesia harus melangkah? Apa cita-cita
Indonesia? Dan indikator apa yang dicanangkan untuk mengukur
keberhasilan cita-citanya?
Kenyataan yang terjadi, pasca reformasi rakyat Indonesia malah
semakin melarat. Karena itu, timbul pikiran dari sebagian kecil warga negara:
kenapa tidak Indonesia kembali ke rezim lama saja? Pikiran-pikiran ini
timbul karena kekecewaan dan rasa putus asa warga negara yang mereka,
dengan sisa-sisa semangat yang ada, masih setia berfikir untuk perubahan
bangsa. Sebagian besar lainnya sedah lelah berfikir (kalau memang tidak
layak disebut 'putus asa'). Sebagian besar warga negara sudah terlalu kecewa
dengan rezim penguasa. Mereka telah lelah dengan janji-janji akan
kesejahteraan dan perbaikan ekonomi. Sebagian besar warga negara ini
memang sudah mengubur dalam-dalam cita-cita dan berhenti berkarya karena
tidak pernah difasilitasi dan miskin apresiasi. Dedikasi tinggi bagi
kebangkitan Bumi Pertiwi tidak yang tak pernah diberi apresiasi telah
membuat integritas kebangsaan kita lemah dan semangat nasionalisme (baca:
persatuan/ukwah) menjadi rapuh.
Krisis integritas dan rapuhnya semangat nasionalisme kebangsaan
kita adalah karena elit penguasa yang berfikir terlalu pragmatis dan krisis
idealitas. Penyakit ini hinggap pada hampir semua elit penguasa karena
mereka hanya berfikir untuk kenikmatan pribadi dan golongan semata dan
tidak pernah mau ambil pusing dalam menentukan arah kebangkitan bangsa
yang berpengaruh pada kesejahteraan yang mereta bagi segenat warga
negara. Pikiran akan kesejahteraan warga negara untuk tahap jangka panjang
dan tak berkesudahan sering tidak menjanjikan apa-apa bagi cita-cita
penumpukan harta negara ke dalam kantong pribadi elit penguasa. Mereka
(elit penguasa) yang senantiasa berbicara "nasionalisme" dan "integritas
bangsa" pada hakikatnya telah menjadi agen perusak nasionalisme dan
integritas itu sendiri.
Dalam kelelahan yang luar biasa hampir semua masyarakat
Indonesia, seniman dan budayawan masih sedia mengajak segelintir anak
bangsa, pemuda-pelajar, untuk jauh dari putus asa. Mereka mengajak anak-
anak bangsa untuk terus memelihara cita-cita dan berani bermimpi.
141
Setia memelihara cita-cita dan berani bermimpi yang masih terus
dijaga dan dirawat segelintir pemuda harapan masa depan Indonesia ternyata
tidak mudah mewujudkannya. Pragmatisme penguasa dan pesimisme luar
biasa masyarakat sikitar lingkungannya adalah ancaman luar biasa bagi
terpelihara dan terawatnya mimpi-mimpi dan cita-cita segelintir
pemuda.Disinilah peran Lembaga Swdaya Masyarat, OKP, Ormas dan
lembaga-lembaga non pemerintah lain (Non Goverment Organisation
[NGO])dibutuhkan. Kita harus mampu menjadi motifator, insprator,
controller dan fasilitator mimi-mimpi pemuda-pelajar yang luarbiasa besar.
Disamping itu, kita juga harus mampu meminimalisir ancaman bagi
mimpi-mimpi pemuda-pelajar dari penguasa dan budaya kecewa mayoritas
masyarakat Indonesia.Banyak kalangan yang abai akan eksistensi pelajar
sebagai bagian dari warga negara juga mampu menghasilkan karya yang
dapat meningkatkan harkat dan martabat serta menjaga integritas bangsa.
Karena itu, kita harus melihat pelajar sebagai pelaku subjek bukan objek dari
perubahan dan penentuan kebijakan. (lihat Falsafah Gerakan Pelajar Islam
Indonesia (PII), Kodifikasi Hasil-hasil Muktamar Nasional PII XXVI,
Ambon)
Pragmatisme dan hedonisme elit penguasa adalah realita yang dapat
dilihat bersama namun hampir tidak ada yang bisa mencegahnya. Secara de
jure, eksekutif memang dipilih oleh rakyat, namun secara de facto, kehadiran
mereka ditentukan oleh penguasa perusahaan besar. Mereka menyokong
segala kebutuhan yang bersangkutan untuk memenangkan pemilu. Sehingga,
prioritas utama mereka setelah menjadi penguasa adalah menuruti keinginan
perusahaan-perusahaan penyokong yang hampir selalu merugikan rakyat.
Sokongan seperti ini tidak jarang juga terjadi pada anggota legislatif. Karena
pengendalian negara yang tanpa arah dan tiada visi oleh pejabat sarat kopusi,
maka kebebasan yang diberikan kepada rakyat seharusnya dibarengi dengan
orientasi kebangsaan yang jelas dan terah sehingga rakyat bisa bertanggung
jawab atas kebebasan yang dimiliki. Karena kebebasan itu barulah ideal bila
core tanggungjawab. (Habibie, 2010 h.247)
Kebijakan-kebijakan hukum yang melanggengkan para elit pejabat
dan perusahaan dalam mencuri dan mengkebiri hak-hak rakyat untuk
berkarya dan berekspresi secara positif guna meningkatkan harkat dan
marwah bangsa adalah karena idealitas dan moralitas para wakil rakyat yang
bobrok. Bahkan hampir semua kebijakannya menghambat anak bangsa untuk
berkarya. Salah pilih wakil oleh rakyat adalah karena rakyat itu sendiri telah
salah menentukan indikator baik-buruknya seseorang.Lembaga yudikatif
yang seharusnya dapat mengawal terciptanya kebijakan yang pro-rakyat tidak
bisa berbuat banyak karena segala produk hukumnya yang, bagaikan kitab
sastra, mudah sekali ditafsirsan secara subjektif, sehingga dapat
142
memenangkan siapa saja yang punya uang. Hal ini telah menggoda hampir
semua aparat yang berkaitan dengan penegakan hukum untuk ikut
"memperkosa" produk hukum yang memang telah "aneh" itu demi sekeping
uang dan setingkat jabatan.
Dominasi korporasi bahkan telah menghambat lembaga TNI untuk
berwira usaha. Dengan iming-iming kenaikan anggaran belanja keamanan,
TNI telah dijadikan semacam orang lain di negeri sendiri. Ini adalah salah
satu bukti dimana korporasi semakin berkuasa atas kedaulatan sebuah bangsa.
Dengan berkedok domokratisasi, mereka mengendalikan semua kebijakan
negara dan rakyat semakin sengsara (bandingkan, Wolf, 2007).
***
Sebaik apapun mekanisme yang dirancang bagi terfasilitasi dan
terapresiasikannya potensi-potensi besar dari pemuda-pelajar, keberhasilan
akan tercapainya cita-cita itu semuanya ditentukan oleh lingkungan.
Untuk dapat menemukan langkah-langkah yang dapat kita tempuh
dalam rangka tercapainya mimpi dan cita-cita pemuda pelajar, agar ini tidak
dihambat oleh lingkungan masyarakat, terlebih dahulu kita harus dapat
mengidentifikasi karakter masyarakat.

Nabi Muhammad Saw. mengecam orang-orang yang yang memiliki sifat-


sifat iri dan dengki. Dalam agama Islam kita dilarang berburuk hati bila orang
lain disekitar kita dikarunia kelebihan yang tidak kita punyai.Larangan ini
bertujuan agar kita dapat melihat kelebihan orang lain dengan jiwa lapang,
terbukan dan turut memberi apresiasi. Ini dimaksud agar pikiran kita terarah
pada pencapaian yang dimiliki sehingga kita dapat berlajar dari proses-proses
orang lain itu memperolah sukses dan dapat menerapkannya pula dalam
kehidupan kita pula. Karakter dan cara pandang seperti ini akan melahirkan
budaya persaingan yang sehat. Dan mungkin inilah yang dimaksud dalam Al-
Qur'an: Berlomba-lombalah (dalam meraih) kebaikan.
Semua orang akan menemukan dirinya sangat sempurna di hadapan
cermin. Hal ini karena, bila mengarah pada diri sendiri, kita hanya mampu
melihat segelintir kelebihan kita dan mengabaikan sejuta kekurangan yang
dimiliki. Bila kelebihannya satupun tidak ada, akal kita akan mencari terus
menerus kelebihan itu hingga menemukan satu yang paling baik diatara
semua yang buruk. Lebih parah lagi, untuk menutupi kekurangan diri, banyak
diantara kita yang menghujat bakat, minat, karir dan profesi orang lain. Dia
menjadikan dirinya sendiri yang serba kekurangan itu sebagai indikator dari
segala sesuatu.Karakter imunitas diri seperti ini telah mengakar dalam diri
masyarakat Indonesia.
Menciptakan pemuda pelajar yang militan, bekepribadian luhur serta
berani bermimpi adalah tugas kita bersama. Pemerintah boleh-boleh saja
143
berusaha agar tidak ada NGOs lagi yang menangani persoalan-persoalan
bangsa dengan alasan negara sanggup meng-cover semua. Padahal usaha ini
karena untuk memilimalisir kritik terhadap mereka.
Usaha licik ini takkan pernah terjadi.NGOs. akan terus hadir dalam
rangka memperjuangkan nasib mereka yang tertindas. Toleransi masih harus
tumbuh dari dalam dirikita untuk mentang penguasa penguasa yang dzalim
(Wahid, 2007 h.14). Dari sekian banyak mereka yang hidup senang
bergelimpangan harta, namun orang yang selalu teguh memperjuangkan hati
nurani pasti akan terus ada.
NGOs di struktur formal dan sekretariatnya memang terus berkurang,
namun hati nurani sebagian manusia tidak akan pernah mati. Meski mereka
terlihat tiarap, sewaktu-waktu mereka dapat saja muncul dengan jumlah masa
yang mencengangkan karena mereka peka media, peka teknologi. Jejaring
sosial adalah salah satu wadah dimana hati nurani manusia masih diterima
(Chapra, 2008) dan masih akan terus hadir "pembela-pembela Prita" yang
setia.

144
Kebahagiaan Hakiki adalah Dalam Menahan

"Kita selalu menginginkan apa yang tidak kita miliki, tidak pernah
menginginkan apa yang kita miliki." (Penyair Timur)Apa yang manusia cari
dalam hidup? Uang, untuk digunakan bersenang senang. Membeli pakaian
semahal-mahalnya. Yang paling mahal diantaranya terbuat dari sutra dan
kulit hewan. Semahal-mahal pakaian manusia adalah belum berpakaian bagi
binatang, semewah-mewah pakaian manusia adalah hewan yang telanjang.
Membeli makanan padahal perut kita hanya sejengkal saja. Dalam hal
makanan, monyet lebih hebat dari kita, dia bisa menyimpan makanan di
bawah rahangnya bila perutnya telah penuh.Membuat rumah banyak-banyak
dan sebesar besarnya dan hanya untuk tidur di sana, sebab sudah terlalu sibuk
bekerja. Bila tidur, semua tidak sadar, dalam tidak sadar, tidur di bawah
kolong jembatan dengan di hotel berbintang lima, sama saja.Semua yang
diimpikan bukan untuk diwujudkan.
Mimpi-mimpi hanya sekedar alasan mengapa kamu harus hidup. Bila
kau telah mendapatkan apa yang kau impikan, kamu tak punya lagi alasan
untuk hidup.Kamu menikahi seorang wanita putih mulus. Setahun dengannya
kamu mulai bosan. Lalu diam-diam kau main belakang dengan si Hitam
Manis. Si Hitam Manis selalu membuat penasaran. Kaupun menikahinya
tanpa pengetahuan istrimu si Putih Mulus.Lama-lama si Hitam Manis mulai
memuakkan. Putih dan hitam sudah kau "coba". Segala gaya, segala atraksi
sudah kau peragakan dengan mereka. Kau mulai melakukan adegan di film-
fim biru Barat. Padahal Kitab Suci mengecam itu meski dia istrimu. Adegan
yang dilarang Kitab Suci itu kau temukan tiada beda laki-laki atau perempuan
lawan mainmu di atas ranjang. Lalu kamupun mulai betah dengan laki-laki.
Alasannya laki-laki tidak banyak tingkah. Jadilah kau ummat yang dikecam
Nabi Luth.Dalam mengejar titel maupun jabatan tidak jauh beda. Hasrat naik
pangkat dan titel sebanyak-banyaknya terus menghantam imaji di kepalamu.
Dengan begitu, kau takkan pernah menikmati profesimu.Kamu harus
selalu pandai menemu beda: mana kebutuhan, mana keinginan. Kebutu han
itu patut kau penuhi. Sementara itu, keinginanmu tiada berbatas. Pada
hakikatnya, kepuasanmu atas keinginan-keinginanmu letaknya bukan pada
pencapaian akannya, dianya tidak mengenal kata puas. Kebahagiaanya hanya
ada pada momen-momen kamu berusaha menahan keinginanmu. Dan
kepuasannya ada pada keberhasilan menghilangkan keinginan-keinginan itu.

145
Filsafat Ilmu: Islam

Kalau ada organisasi yang mengusung tema "kesempurnaan" maka


itu patut diapresiasi. Ini artinya mereka mengerti "kesempurnaan adalah
sesuatu yang mustahil dicapai bagi kapasitas kemanusiaan dan semua yang
termasuk makhluk. Tema ini dapat terus memotifasi mereka untuk terus
berusaha dan berjuang kerena tidak memiliki indikator pasti dan pencapaian
konkrit yang dapat menjadi alasan organisasi ini harus bubar karena capaian
telah sampai.Visi seperti ini sejalan pula dengan amanah yang diemban
manusia selaku abdi Allah.
Allah SWT memerintahkan manusia untuk berjuang dan berusaha,
sementara ganjaran bagi kita tidak dihitung berdasarkan pencapaian,
melainkan dinilai dari proses dan usaha. Sejalan pula makna "filsafat"
ditinjau dari segi asal katanya atau etimologi. Kata "filsafat" besasal dari
gabungan dua kata dalam bahasa yunani: "pliho" dan "sophia". "Philo"
bermakna "cinta" dan "sophia" berarti "kebijaksanaan". Jadi "filsafat" berarti
"cinta kebijaksanan". Menurut saya, kata "cinta" yang dimaksudkan disini
tidak identik dengan makna cinta yang sering digunakan sebagai hubungan
kasih antara dua belah pihak. Tapi makna "cinta" dalam hal ini berarti sebuah
hasrat, sebuah keinginan. Sebuah cita. Jadi "cinta kebijaksanaan" dalam
makna "filsafat" berarti sebuah hasrat terus-menurus untuk menemukan
kebijaksanaan.Makna ini sejalan dengan makna "kebijaksanaan" itu sendiri
yang dianya tidak memiliki indikator maupun ciri-ciri yang pasti. Menjadi
orang yang bijaksana adalah proses terus menerus yang tiada henti. Mencari
kebijaksanaan itu sendiri juga sebuah upaya yang tiada kata berhenti. Jadi
seorang filsuf adalah orang yang senantiasa menjacari kebijaksanaan tiada
henti.Apapun daripada objek pengkajian disebut Ontologi.
Pada awal mula, objek utama kalian filsafat adalah alam semesta.
Mengamati alam manusia melahirkan pertanyaan-pertanyaan. Pertanyaan-
pertanyaan tersebut dicari jawabannya dari alam juga. Bila manusia
menemukan jawaban atas pertanyaannya, maka jawaban yang ditemukan itu
malah melahirkan beberapa pertanyaan lagi.
Sering pertanyaan pertanyaan awal tak sempat dicari lagi jawabannya
karena kesibukannya berfokus pada pencarian jawaban yang datang dari
jawaban yang telah ditemukan.Lama manusia dibuat bingung oleh persoalan
ini. Hingga ada yang mencoba merumuskan secara teratur pertanyaan-
pertanyaan dan jawaban-jawaban yang ditemukan. Dari itu pula lahir yang
namanya Ilmu Logika.
Jawaban yang ditemukan itu dikodifikasi. Kodifikasi itu termasuk
Ontologi. Kodigikasi itu diuji kembali keabsahannya. Jawaban-jawaban itu
146
diuji melalui Epistimologi. Hasil dari kodifikasi yang telah diuji disebut ilmu.
Ilmu itu adalah sesuatu yang tidak pernah sekaligus tidak boleh pasti. Setiap
ilmu harus dapat diuji keabsahannya kapan saja dan meggunakan metodologi
apapun atau disebut: bebas nilai. Karl Popper (2008) bahkan menekankan
diuji saja tidak cukup, dianya haris dapat dibuktikan.
Lima belas abad sebelum Popper melahirkan gagasannya, Al-Qur'an
telah menyadarkan manusia untuk menguji keabsahannya dengan
berkonspirasi dan mengunakan berbagai strategi. Menyangkut ilmu itu bebas
nilai, Al-Qur'an menganjuran kepada manusia untuk tidak salah ambil sikap
bila menemukan pertentangan antara ilmu dengan Al-Qur'an. Al-Qur'an
memerintahkan agar ilmu itu sendiri yang perlu diuji kembali. Makna adri
perinta ini adalah tantanga n dari Al-Qur'an dan menyatakan dirinya sangat
absah. Contohnya, pada awal mula Teori Evolusi ditemukan. Terdapat
pertentangan antara Al-Qur'an dengan teori yang digagas oleh Charles
Darwin ini. Namun setelah teori itu diuji kembali belakangan ini, terbukti
teori Evolusi itu memang keliru. (Harun Yahya, 2001) Bila yang diuji itu
Kitab Suci sebagaimana yang dilakukan Yunani beberapa generasi setelah
Al-Masih, maka Kitab Suci itu akan menuai pertentangan yang sangat
mencolok untuk setiap generasi karena penemuan dan pemikiran manusia itu
sifanya terus berubah.
Sepanjang sejarah perkembangan pemikiran Islam, saya menemukan
tiga aktor yang berhasil menggerakkan muslim untuk bersikap dan bertindak
sesuai dengan dinamika zaman. Yusuf Al-Kindi berhasil menyadarkan
ummat akan pentingnya "naturalisasi" filsafat Yunani kedalam wilayah
keilmuan Islam sehingga dengan itu keilmuan Islam memiliki Epistemologi
yang tajam sehingga melahirkan konsep keilmuan yang tangguh.
Saat itu kaum muslim punya daya analisa yang tajam terhadap segala
persoalan sehingga setiap problem yang dihadapi mudah saja didapat solusi.
Namun seiring waktu, masyarakat menjadi terlalu larut dalam budaya berfikir
filosofis sehingga lama-kelamaan jadi banyak diantara mereka yang setiap
menuai persoalan, mereka mencari solusia dari konsep filosofis. Padahal
awalnya, mereka menggunakan filsafat sebagai metodologi dalam mengkaji
Al-Qur'an dan Sunnah untuk mencari jawaban atas setiap soalan
kehidupan.Karenanya, waktu itu, masyarakat dilanda krisis identitas dan
karakter. Mereka telah jauh dari jalan Islam yang murni. Pada masa genting
itulah Hamid Al- Ghazali muncul dan mengajak kaum muslim masa itu untuk
kembali pada Islam yang murni dan menghidupkan kembali pembelajaran
agama Islam.Akibat dari pengaruh Al-Ghazali sangat terasa. Setelahnya,
secara perlahan-lahan masyarakat meninggalkan semua kajian-kajian
filosofis. Mereka semua mulai disibukkan denga proses penyucian diri dan
menolak untuk meningkatkan progresifitas pemikiran. Sehingga,
147
imperialisme dari luar negara Islam tidak dapat dibendung oleh kaum muslim
kerena mereka tidak peduli dengan persoalan dunia dan sibuk
mempersiapkan diri menghadapi mati.
Ketika Imperialisme sudah menguasai seluruh bagian bumi yang
dihuni kaum muslim dan pengaruh cara pandang imperialis telah berhasil
ditanamkan kedalam jiwa kaum muslim, seorang yang sadar akan kondisi
kaum muslim dan mengetahui bahwa akar keterpurukannya adalah karena
pemikirannya telah berhenti, oleh karena itu dia, Sir Muhammad Iqbal
berusaha menghidupkan kembali pemikiran agama dalam Islam yang telah
lama ditinggalkan sehingga membuat kaum muslim tidur lelap selama
sepuluh abad.
Dari Al-Kindi hingga Al-Ghazali adalah masa-masa dimana kaum
muslim berada dalam puncak kejayaan dan kegemilangan. Sebab dari
kegemilangan ini adalah karena ketika itu kaum Muslim menyatu dengan Al-
Qur'an dan Hadits. Selain itu, filsafat mereka dicurahkan untuk mengkaji
ilmu-ilmu sesuai petunjuk Al-Qur'an dan Hadits.
Dari Al-Ghazali hingga Iqbal, meskipun masyarakat muslim trlalu
peduli dengan alam akhirat dan selalu sibuk berzikir, mereka terpuruk dan
bahkan dijajah lebih lima abad oleh kafir karena mereka melupakan sebagian
kandungan Al-Qur'an dan Hadits serta mengabaikan amanah Allah untuk
manusia yakni akal pikiran.
Pasca Iqbal, perkembangan pemikiran sudah mulai tumbuh di
kalangan kaum Muslim. Saya perkerakan di masa depan perkembangan ini
akan semakin pesat. Namun saya yakin perkembangan pemikiran ini tidak
akan mampu mengulang kembali kejayaan dunia Islam. Karena, kaum
muslim di masa depan hanya akan sibuk denga perkembangan dan
pengembangan pemikiran sementara mereka jauh dari agamanya.
Perkembangan pemikiran dan ilmu yang jauh dari agama hanya akan
membuat kaum muslim tidak jauh beda dari Barat masa kini. Seperti di Barat
saat ini, perkembangan ilmu-ilmu sosial hanya akan membuat manusia
berpedoman pada gaya hidup yang sesat lagi rapuh: komunisme,
materrialisme, hedonisme, pragmatisme, kapitalisme dan banyak lagi, adalah
bukti dimana sebenarnya produk-produk pemikiran manusia tidak boleh
dijadikan sebagai pedoman hidup. Hal ini sama-saja seperti menyembah
berhala yang juga merupakan karya manusia.
Teknologi Barat yang kelihatannya memudahkan kehidupan manusia
nyatanya hanya menghancurkan segenap ekosistem dan mempercepat
kematian dengan asupan bahan kimia melalui makanan dan radiasi.
Islam melihat segala objek kajian filsafat berbeda dengan cara
pandang agama dan aliran filsafat manapun.
148
Tuhan, manusia dan alam, yang menjadi objek utama kajian filsafat,
dilihat dari bagaimana Al-Qur'an dan Hadits memposisikannya. Lalu dari
sanalah segala sesuatunya dimulai.
Mengenai Filsafat Ilmu, melalui Al-Qur'an, Allah memerintahkan
pada kaum muslim untuk meneliti segala berita yang datang dari sumber
yang diragukan. Bertaitan ini, kita wajib menguji segala teori ilmu. Kita tidak
boleh serta merta percaya pada segala teori, apalagi menjadikannya sebaga
pedoman dan pandangan hidup.
Manjadikan segala teori hasil ciptaan manusia sebagai pedoman
hidup seperti pancasila, demokrasi, libralisme, sosialisme dan sebagainya
adalah sama seperti menyembah berhala. Berhala dan teori-teori itu adalah
sama-sama hasil produksi manusia, bedanya, kalau teori-teori itu adalah
karya manusia melalui kreatifitas teori; berhala adalah kreatifitas melalui seni
ukiran.Karena kedua hal itu adalah karya manusia, maka menyembah atau
menjadikannya sebagai pedoman hidup, lebih hina dari menyembah manusia.
Dr. Muhsin Labib dari The Islamic College Jakarta mengatakan,
filsafat adalah upaya mencari kebenaran secara murni dan transparan. Oleh
karena itu, dia menyepakati tidak ada yang namanya filsafat Islam. Sebab,
tidak ada seorang filsuf muslim-pun yang berangkat dari ontologi murni.
Semua mereka berangkat dari keyakinan atas objek-objek kajian filsafat
berdasarkan informasi teks (Al-Qur'an dan Hadits).
Pada sisi yang lain, jalan yang ditempuh filsuf muslim dapat diterima
bila digolongkan dalam Filsafat Ilmu. Sebab, bila mau merujuk pada makna
asli filsafat, maka Aristoteles sendiri boleh jadi seorang Nabi yang diberi
wahyu dan dia berangkat dari informasi Tuhan. Dan itu, bukan kajian murni.
Bahkan, para filosof modern selalu berangkat dari analisa mereka
atas teks-teks yang ditinggalkan para pendahuli mereka. Dalam hal ini, Albert
Einstein lebih layak disebut filsuf sebab dia menemukan teori-teorinya
berdasarkan analisa murni.
Tapi saya kira pendapat Dr. Labib tidak sepenuhnya benar, sebab,
Ontologi, yang menjadi basis analisa filsafat tidak mengklaim objeknya harus
murni diluar teks.
Dr. Umar Shahab, mengatakan, setidaknya ada dua basis Ontologi
yakni Matefisika dan Teologi. Teologi merupakan teori ketuhanan yang telah
dikodifikasi kedalam teks.
Jadi saya kira, objek kajian para filsuf tidak serta-merta dari realitas.
Namun, saya kira, yang paling penting dalam filsafat adalah kebaruan teori
yang dihasilkan. Terlepas darimana dan bagaimana-pun basis ontoligisnya.
Belakangan timbul gagasan dari kalangan tertentu untuk membatasi
pengistilahan gagasan filosofis yang dihasilkan oleh para filosof. Gagasan ini
muncul karena mereka "gerah" melihat para filosof yang selalu menggunakan
149
istilah sangat private dan sangat subjektif. Gagasan ini mereka beri nama
Filsafat Analitik.
Saya kira para penggagas Filsafat Analitik benar-benar bukan filsuf;
meskipun boleh jadi mereka ahli Filsafat. Pembatasan pengistilahan-
pengistilahan subjektif hanya akan menghambat lahirnya pemikiran-
pemikiran cemerlang. Jadi, saya kira ini tidak diperlukan. Saya kira tugas
pengenalan istilah yang subjektif dari filsuf agar dipahami awan berikan saja
pada para ahli Filsafat Analitik.
Kalau saja basis Ontilogi Filsafat hanya dibatasi pada ruang realitas,
maka filsafat diharamkan dalam Islam. Sebab, Al-Qur'an dan Hadits yang
menjadi pedoman utama kaum muslim diabaikan. Bukankah segala aktivitas
Muslim, termasuk berfikir, harus berlandaskan dua teks itu.
Kata Machael Hart (2004), keberhasilan seorang filosof itu bukan
karena kebenaran argumentasinya. Tapi sejauh mana gagasan itu mampu
mempengaruhi orang.
Perbedaan substansial antara filsafat Islam dengan filsafat Barat
adalah: filsafat Barat menolak Matafisika sebagai basis ontologisnya. Sebab,
Barat menganut aliran pemikiran Materialisme. Segala hal dalam Filsafat
Barat harus dapat dikaji dan diamati oleh indra.
"Tuhan" dalam kacamata "filsafat murni" harus yang benar-benar
berasal dari akal murni. Karena Tuhan dalam Kitab Suci tidak dapat ditinjau
melalui pengamatan indra, maka Teologi juga tidak sesuai bagi Ontologi
filsafat murni.
Epistemologi Islam haruslah berangkat dari penggunaaan Ontologi
dari tema-tema yang dikandung Al-Qur'an dan Hadits. Pengkajian atas
Tuhan, manusia, alam dan tema-tema lain harus berangkat dari bagaimana
kedua teks Islam tadi mengkesankannya.
Yang memberikan perbedaan radikal antara Filsafat dan Filsafat Ilmu
Islam dengan Filsafat Barat dan Filsafat Ilmu Barat adalah pada basis
ontologisnya.
Filsafat Barat berangkat dari keraguan sementara Filsafat Islam
berangkat dari keyakinan.
Pertanyaan Muhammad Ridha, Ketua Umum Pelajar Islam Indonesia
(PII) sangat layak dipertimbangkan:
Kita beriman makanya kita bertanya. Atau kita bertanya makanya
kita beriman?

150
Globalisasi

Pendukung mazhab Globalisasi mengaku mampu memperjuangkan


gaji buruh dan pagawai lebih tinggi. Ini saya kira tidak perlu. Bila
perdagangan bebas beserta iklan penuh daya pikat tidak ada, maka budaya
konsumsi tidak parah. Gaji sedikit akan mencukupi. Dengan itu negara bisa
lebih banyak mengeluarkan alokasi pembangunan kesejahteraan publik.
Perjuangan penaikan gaji adalah semata untuk kepentingan
organisasi mereka agar masyarakat mampu membeli produk-produk mereka
yang sangat banyak dan mahal-mahal.Globalisasi seperti tanaman sawit. Dia
menumbangkan ribuan pohon kebudayaan dan kearifan dari masing-masing
wilayah yang unik-unik dan menyebabkan beragam "satwa" idealitas
terancam dan akhirnya punah. Pada akhirnya yang dituai adalah "banjir
bandang" degradasi moral dan hilangnya kesuburan "tanah" jati diri dan
identitas.
Tiga tawaran manis globalisasi yaitu: turunnya biaya transportasi;
rendahnya biaya kominikasi dan; mengaku mampu menekan pemerintah
menurunkan pajak. Padahal ketiga hal ini hanya akan menguntungkan pihak
mereka. Biaya transportasi yang murah adalah agar harga barang mereka
lebih dapat dijangkau dan lebih mudah disalurkan. Biaya komunikasi yang
rendah adalah agar mereka dapat lebih mudah membujuk konsumennya
untuk lebih terpengaruh membeli dan agar pemesanan barang-barang mereka
lebih cepat dan mudah. Dengan turunnya pajak, konsumen akan lebih tertarik
memiliki barang-barang mereka. Padahal pajak, yang dikelola dengan baik,
juga diperuntukkan bagi kesejahteraan rakyat.
Perusahaan, terutama perusahaan asing, menyuap pejabat
berwewenang untuk menekan harga produk pertanian. Dan sistem
"pembunuhan petani" ini hanya bisa diterapkan di negara demokrasi.
Demokrasi juga memudahkan banyak pejabat mengkorupsi uang negara
sehingga mereka dapat membeli produk-produk asing yang mahal. Sebab
itulah negara-negara maju penghasil produk-produk mahal risih bila sistem
negaranya otoriter sebab yang mampu nenjangkau produk-produk negara
mereka yang mahal itu terbatas sekali.

151
Konsep Takdir Teologi Klasik

Teologi, Filsafat dan Tasawuf, adalah tiga disiplin yang mempunyai


beberapa kesamaan. Kesamaan yang paling menonjol diantaranya adalah
ketiganya mempunyai ruang konsentrasi untuk mengkaji tuhan.
Metode yang ditempuh ketiganya berbeda dalam mengkaji Tuhan.
Teologi melakukannya dengan melalui analisa teks wahyu. Filsafat berangkat
dari keraguan akal dan tasawuf dengan cara merasakan kehadiran-Nya
melalui tindakan aksi.Ketiganya memiliki masing-masing kelebihan dan
kekurangan tertentu. Teologi hanya mampu menjelaskan Tuhan melalui apa
yang Tuhan informasikan sendiri melalui wahyu dan tidak merasakan
kehadiran Tuhan. Namun Teologi akan terhindar dari kekeliruan konsep akan
Tuhan. Sementara filsafat selain berpotensi keliru juga miskin cita rasa akan
kehadirannya. Meski begitu, filsafat punya argumen yang kuat dalam
mempertahankan argumen rasional tentang konsep ketuhanan. Tasawuf dapat
memberi kenikmatan akan kehadiran Tuhan meski sumber kenikmatan itu
berpeluang datangnya dari setan serta tidak mampu memberi penjelasan akan
"Tuhan" itu sendiri.
Teologi Islam berkutat pada perdebatan antara dua aliran besar yang,
padahal, berawal dari perpecahan politik: Qadariyah dan Jabriyah. Aliran
Qadariyah menganggap manusia punya kewenangan penuh atas keputusan
dan tindakan yang diambil dan Allah hanya menjadi sebagai fasilitator
terhadap kebijakan itu. Sementara aliran Jabariyah menganggap manusia
tidak punya kuasa apapun dalam memutuskan segala sesuatu. Aliran ini
melihat segala keputusan dan tindakan manusia dikendalikan oleh Allah
keseluruhannya.
Allah SWT yang Maha atas segala sesuatu ketika menciptakan segala
sesuatu telah tau segala potensi ciptaannya. Dan karena kekuasaannya pula,
segala ciptaanya-Nya sudah dikehendaki dan diketahui segala apa yang akan
terjadi dan yang akan dilakukan makhlukNya.Allah sudah tau Azazil akan
ingkar untuk bersujud menghormati Adam. Ketika Allah menghendaki
menciptakan Azazil, maka segala potensinya sudah berlaku bersama "niat"
penciptaan itu. Jadi segala tindakan Azazil adalah berdasarkan potensinya.
dan potensi itu berada bersama penciptaannya tanpa terpisah satu sama lain.
Demikian Azazil, demikian pula semua ciptaan Allah yang lain. Pemikiran
aliran yang menyatakan manusia berhak menentukan segala keinginannya
hanya efektif untuk memotivasi manusia untuk semakin serius beribadah dan
mengejar cita-cita. Kita memang selalu merasa nyaman dalam kebohongan
daripada sedikit bersusah payah dalam kebenaran.
152
Kita memang sulit menerima kebenaran dan selalu merasa diri
berkehendak dalam menentukan tindakan kita. Kita lupa bahwa kehendak,
keputusan dan pikiran kita ditentukan oleh potensi yang ada dalam dirikita
dimana potensi itu adalah manunggal dengan "diri" itu sendiri.Dalam
mengkaji Kitab Suci, kita lebih suka menafsirkannya sesuai keinginan. Bukan
mengkaji Kitab Suci untuk memahami maksud dari Kitab suci itu sendiri.
Sehingga meski Kitab Sucinya satu, selalu multi tafsir.Demikian pula dalam
melihat dunia. Kita selalu ingin dunia yang kita lihat sesuai dengan keinginan
kita. Bukan melihat dunia apa adanya.
Kalau teologi Islam masih saja berkutat pada persoalan Jabariyah dan
Qadariyah, peradaban Islam akan semakin mundur. Peradaban itu lahir dari
kebudayaan-kebudayaan yang tangguh. Kebudayaan yang tangguh adalah
efek dari tingginya ilmu setiap individu. Ilmu kita harus semakin dinamus
dan progresif serta mampu menjawab segala persoalan ummat. Untuk
mendukung dan menjaga progresivitas Ilmu, kita perlu sebuah perisai
tangguh yang dapat menjaga dan membantu mengembangkan progresivitas
kajian keilmuan. Perisai ini kita sebut Teologi. Teologi juga harus dapat
dijadikan sebuah visi atau paradigma keilmuan. Bila Teologi Islam masih
saja berkutat pada masalah-masalah yang tidak jelas ujung pangkalnya itu,
maka perkembangan ilu Islam hanya sebatas impian dan imajinasi.

153
Kritik Metafisika dan Posisi Al-Qur'an

Bagaimana kita membangun sebuah teori? Seperti apa cara kita


memandang sebuah realitas? Sampai bilakah teori kita bertahan?
Mengingkari subjektivitas samadengan mengingkari semua
pengetahuan manusia yang telah dibukukan dan telah diterapkan.
Subjektivitas yang saya maksudkan adalah buahpikir atau gagasan dari
seseorang. Tuhan kita tidak menciptakan sesuatu apapun dalam bentuk yang
sama. Tidak bulir-bulir salju, tidak loreng harimau, tidak sidik jari manusia,
tidak pula pembentuk atom. Tidak ada kembar identik yang sama.Ketika
Tuhan ingin berbicara, Dia berbicara melalui makhluk-makhluk-Nya di alam
semesta. Dan ketika manusia ingin menyampaikan pesan penting, Dia akan
hadir melalui Ruh-nya yang ada disebut akal manusia. Kalam Tuhan akan
hadir melalui akal yang selalu mengingat-Nya, mengingat segala ciptaan-Nya
baik selagi dia berdiri, duduk bahkan saat dia berbaring.
Belakangan ada teori yang mendewakan hingga mengabsolutkan
metode induktif sebagai cara mencari sesuatu yang mereka sebut "kebenaran
objektif". Mereka mengharuskan segala teori berdasarkan indikator tertentu
yang disepakati bersama. Karena indikator itu niscaya, maka lolos tidaknya
sebuah argumen menjadi ilmu melalui teori. Maka ilmu ditentukan
konsensus! Ilmu dan kebenaran bukanlah politik demokrasi atau sistem
poling yang menentukan sesuatu benar atau salah menurut suara
mayoritas.Sangat banyak sebuah gagasan brilian dan cemarlang berawal dari
pencetusnya dianggap gila. Sokrates, Muhammad Saw, Galileo Galilei,
Friedrick Nietzsche dan Albert Einstein adalah beberapa diantaranya.
Untungnya nama-nama di atas terbuktikan kebenarannya oleh waktu dan
pengalama manusia merasakannya. Ini salahsatu yang patut kita syukuri.
Untungnya teori-teori mereka terselamatkan karena ada sebagian
kecil mereka yang hidup di tengah-tengah para penemu itu dapat dipahami
dan diapresiasi oleh mereka hingga buah pikir-buah pikir itu terselamatkan
dan dapatlah manusia tersadarkan oleh kebenaran.Kalau filsuf adalah orang
yang berjasa menurunkan puisi para penyair hingga siap untuk bisa menjadi
sajian renyah bagi awam, maka Umar bin Khattab dan Aristoteles adalah
"filsuf" yang berjasa menurunkan kehendak Tuhan ke dalam aturan-aturan
hukum Fikih dan hukum alam semesta sehingga kita mampu memahami
pesan yang tinggi dan tak terpahami bila kita langsung yang mencernanya.
Positivisme adalah teori yang paling keliru sepanjang sejarah gagasan dan
Ilmu Pengetahuan. Wittgenstein dan Hume adalah dua diantara sekian tokoh
pendukungnya. Mereka lupa bahwa setiap ide maupun gagasan yang
dibukukan sehingga menjadi sebuah teori semuanya lahir dari sesuatu yang
154
bukan materi. Semua ide dan gagasan bentuknya adalah matefisik. Lalu
positivisme datang dan melarang Metefisika sebagai bagian basis Ontologi.
Ini benar-benar aneh dan tidak masuk akal. Sebuah teori memang tidak akan
berguna bila tidak mampu menjadi solusi bagi khalayak. Bila tidak, teori itu
hanya akan memuaskan kegelisahan intelektual filsuf. Namun bagaimana bila
teori itu tidak sanggup dan dapat diterima akal epistemolog? Apakah teori itu
mudah saja dimasukkan keranjang sampah?
Dalam hal ini, kita memerlukan beragam jalur epistemologi untuk
memfalsifikasi teori. Bagi epistemologi yang masih fanatik terhadap, dan
masih bercirikan: objektivisme dan materialisme, akan menjadi musuh besar
bagi kebenaran. Seperti yang dikatakan Karl Popper (2008: 32), kebenaran
sebuat teori bahkan tak sebatas harus melalui pengujian ilmiah. Dianya harus
juga dapat dibuktikan melalui pengalaman. Pembuktian kebenaran sebuah
teori melalui pengalaman kadang kala membutuhkan proses waktu yang
panjang di mana pernyataan sebuah teori harus menunggu kondisi yang tepat
untuk terjadinya kondisi seperti yang surah dalam teori.
Adakah semua teori itu adalah sebuah kerangka yang utuh secara
keseluruhannya? Karena kalau sebuah teori adalah sebuah kerangka yang
utuh, maka bila suatu pengujian telah membuktikan dianya salah maka harus
begitu saja dibuang ke dalam keranjang sampah. Apalagi saat ini kita sangat
miskin sudut pandang Epistemologi. Namun Epistemologi kita "kaya warna"
maka meskipun sebuah metode mengingkari metode itu, maka mungkin
pendekatan Metodologi yang lain dapat memaklumi atau bahkan
menerimanya.Semua ide bisa jadi berawal dari text book. Tapi text book itu
selalu hanya menjadi motivasi dan sumber inspirasi. Namun ide-ide yang
baru selalu datang saat perenungan yang selalu berkaitan dengan alam
semesta. Alam sifatnya selalu jujur dan apa adanya. Jadi setiap ide dan
gagasan, seburuk apapun dia, selalu memiliki ruang kebenaran. Karena itu,
adalah kejahatan besar bila serta merta kita membuang sebuah teori hanya
karena telah gagal diuji oleh suatu metodologi tertentu. Adalah tugas kita
untuk selalu mengkonservasi semua literatur yang telah dianggap usang oleh
sain modern dan saya yakin pada ruang watu dan metodologi lainnya
gagasan-gagasan itu akan sangat berguna dan dihargai. Terusterang saya
kecewa dengan pemikir awal Masehi yang serta merta membuang text Injil
asli dan memberdayakan injih hasil penyesuaian dengan Logika Yunani saat
itu.Kita mungkin perlu mempertimbangkan posisi Metafisika sebagai bagian
dari sumber Ontologi, objek kajian Filsafat Ilmu. Metafisika Islam, terutama
saat berbicara mengenai tema-tema kentang konsep Tuhan, maka Allah yang
mengakui dirinya sebagaimana yang ditegaskan dalam surat Al-Ikhlas (Iqbal,
1986) tidaklah sama seperti tuhan yang disebutkan dalam kitab-kitab
Perjanjian atau Kitab Suci agama lain (Al-Attas, 2005).
155
Sumber Metafisika Tuhan (Allah) dalam Al-Qur'an telah terbukti
kebenarannya melalui banyak metodologi pembuktian ilmiah (Yahya, 2003).
Sifat Al-Qur'an tidak sama seperti sebuah buku bunga rampai yang mudah
saja masing-masing temanya dipisahkan satu sama lain. Al-Qur'an hingga
setiap kata-katanya memiliki keserasian yang begitu luar biasa sehingga satu
kata atau satu ayat pun tidak boleh dikaji secara terpisah. (Shihab, 2007).
Sebab itulah metode Hermeunetika tidak tepat digunakan untuk
mengkaji Al-Qur'an. Inilah bagian dari alasan kenapa dalam banyak surat dari
Al-Qur'an, saat sedang berbicara satu persoalan, (terkesan) tiba-tiba beralih
membicarakan kasus yang lain. Kalangan yang tidak memahami sering
menuduh ini adalah inkonsistensi Wahyu terakhir ini.
Sebab itulah, beberapa ayat saja dari Al-Qur'an yang telah terbukti
benar secara ilmiah, dapat ditetapkan Kitab suci ini benar secara
keseluruhannya.

156
Mantiq

Mantiq berasal dari kata 'nataqa' yang artinya 'bicara'. Secara istilah,
Mantiq berarti ilmu tentang berbicara (diskursus) tentang sesuatu yang lurus.
Mantiq adalah ilmu yang dapat membantu kita menghindari kesalahan dalam
berbicara. Dalam bahasa Inggris ilmu ini disebut 'Logic'. Sementara dalam
bahasa Indonesia disebut 'Logika'. Ilmu ini juga berguna untuk menemukan
maksud sebenarnya dari informasi yang disampaikan pembicara. Mantiq juga
dapat membantu kita mengidentifikasi kebenaran dari informasi yang
disampaikan pada kita. Terlalu banyak informasi yang kita terima terkesan
benar, namun bila kita menguasai Mantik, kita akan terbantu untuk
memferifikasi informasi-informasi itu. Dengan ilmu ini, kita dapat
menggolongkan derajat-derajat kesahihan informasi. Boleh jadi tanpa
menguasai mantiq kita dapat mengetahui benar tidaknya suatu informasi.
Namun tidak sistematis.
Fisafat adalah ilmu yang membutuhkan objek kajian berupa
Ontologi. dalam mengkaji objeknya, Filsafat membutuhkan akal. Dan akal
membutuhkan Mantiq untuk menghindari kesalahan berfikir. Maka Logika
adalah substansi dari Filsafat. Tanpa Mantiq, kata Dr. Umar Shahab, Filsafat
tak mungkin ada. Menyerang Ilmu Mantiq tanpa menggunakan Mantiq
adalah bohong. Sebab Anda tak mungkin melalukannya tanpa menggunakan
Mantiq pula. Tak mungkin Anda menggunakan Mantiq tanpa menguasai ilmu
itu.
Karena semua ilmu membutuhkan pemikiran dan menggunakan
argumentasi, maka semua ilmu membutuhkan argumentasi. Sebab itu
"Mantiq adalah pelayan segala ilmu" (Alkadhum.org) Dari segi perumusan
dan metodenya, Mantiq memiliki kemiripan dengan ilmu Matematika.
Ada sebuah pertanyaan menari dalam diskursus ilmu Mantiq.
"Mampukah Tuhan Yang Maha Besar menciptakan sesuatu yang lebih besar
daripadanya?" Saya menjawab "Tidak. Karena 'Maha' itu artinya 'paling'. Jadi
mustahil ada yang 'lebih' dari 'paling'. "Benar". Jawab Dr. Umar Shahab.
Beliau manambahkan "Sesuatu tidak berlaku bukan hanya keterbatasan
subjek, melainkan keterbatasan objek. Misalnya seorang atlet Lempar
Lembing mampu melemparkan lembingnya sejauh 500 meter. Namun, dia
tidak akan mampu melempar kapas sejauh itu.
"Bila ada pernyataan dari seseorang "Ada tikus di dalam rumah."
Bila itu adalah argumen, maka tidak wajib bagi kita mencari pembuktiannya.
Namun bila itu adalah ilmu, maka kita wajib mencari kebenarannya sebab itu
untuk di konsumsi banyak orang.

157
Fisika Modern dan Dosa Manusia

Ketika terjadi bencana gempa besar di Iran era 1980-an, kalangan


Sunni langsung mengeluarkan pernyataan agar Syiah bertaubat dan kembali
ke jalan Ahlussunnah. Ketika terjadi gempa dan tsunami di Aceh, kaum
muslim dunia menuding Allah marah pada rakyat Aceh yang telah berperang
dengan sesama muslim selama tiga dekade. Begitu pula saat gempa di Yogya
karta beberapa tahun setelah Aceh, kalangan masyarakat langsung
mengaitkan peristiwa itu dengan berita yang belum lama beredar bahwa
sangat banyak muda-mudi yang telah berhubungan seks sebelum menikah.
Saat terjadi tsunami di Jepang, Maret 2011, orang-orang mengatakan
Tuhan ingin memberi pelajaran pada aktris film porno yang super cantik,
Maria Ozawa atau lebih popiler dengan panggilan : Miyabi.Mengenai jutaan
rakyat yang tidak berdosa juga ikut menjadi korban, maka kita mudah saja
berdalih bahwa prilaku maksiat itu seperti melobangi kapal. Tidak hanya
pelakunya yang menjadi korban. Sebab itu Kitab Suci memerintahkan untuk
mencegah maksiat bila menemukannya sebab bencana itu tidak hanya
menimpa sipelaku maksiat. Namun, adakah kaitan antara bencana alam
dengan dosa-dosa manusia? Kalangan muslim tradisional langsung menjawab
'ya'. Tapi Anda akan mendapatkan jawaban berbeda bila pertanyaan itu
ditujukan pada ahli Geologi dan Geografi. Ilmuan-ilmuan itu akan
menyatakan bencana terjadi karena alam hanya menyesuaikan diri dengan
gejala-gejala perubahan yang terjadi.
Yang perlu dipertanyakan pada mereka adalah: Kenapa gejala-gejala
itu terjadi? Mereka akan menjawab ini adalah siklus alam.Kalau kita
membaca 'Toa of Physics', 'The Turning Point', 'The Hidden Connections'
karya Fritjof Chapra; 'The Lost Symbol' karya Dan Brown; 'The True Power
of Water' karya Masaru Emoto dan karya folosof Cina sepeti Lao Tse dan
Konfusius, mungkin jawaban kita akan berbeda dengan ilmuan Geologi dan
Geografi.Bahwa segala sesuatu di alam semesta memiliki hubungan yang
dalam Fisika Modern disebut Kuantum. Bahwa air dapat dipengaruhi oleh
suara yang dikirimkan manusia, seperti kata Emoto dan Dan Brown melalui
narrator 'The Lost Symbol'nya mengakui kristal air dapat berubah sesuai
pesan yang dikirimkan manusia. Bahwa dahulu ketika mengeluh sakit perut,
orang tua kami menyarankan untuk meminum air kulah di surau. Bahwa di
Sumatera Utara ada tempat, yang menurut riwayat, ada air yang dapat
mengeluarkan dentuman buih bila kita menyebutkan: "Samporaga malu
beribu". Kata masyarakat di sana, dahulu ada kisah pemuda bernama
Samporaga yang durhaka pada ibunya.Kata warga dekat makan Syiah Kuala
di Banda Aceh, malam tanggal 26 Desember 2004 ada sepasukan yang
158
menggelar panggung tak senonoh dengan menampilkan adegan tari telanjang
dalam rangka natal dan perpisahan pasukan. Ada orang yang menanyakan
kenapa maksiat yang dibuat warga muslim langsung mendatangkan bencana
sementara warga kafir yang dalam segala segi sendi hidupnya berkubang
maksiat tak diberi bencana? Ustadz kita akan menjawab bahwa kafir itu
diberi tangguh untuk bermaksiat sampai diazab di aktirat nanti.
Merujuk pembuktian Emoto yang integral dengan Teori Mekanika
Kuantum, maka 'hado'--menurut Istilah Emoto yaitu semacam energi yang
dihasilkan melalui pikiran dan tindakan manusia--yang dikirimkan ke alam,
bila dianya selalu negatif, maka takkan terlalu besar pengaruhnya
dibandingkan perbenturan antara hado negatif dengan yang positifnya. Hado
positif senantiasa ada disekitaran makan Mufti Kerajaan Aceh Darussalam,
Syiah Kuala. Ditambah pula hampir setiap saatnya ada pengunjung makan
yang suka mengaji dan berdoa. Maka pastilah hado positif mengisi seputaran
makam. Namun, sayang sangat, tari telanjang malam itu mengirim hado
negatif yang luarbiasa hingga terjadi chaos yang sangat parah. Maka alam
mengalami ketidak seimbangan sehingga terjadilah bencana yang tak dapat
dilupakan sejarah.
Maka hado negatif yang terus-menerus direspon alam di negeri kafir
takkan memberi banyak pengaruh sebab tidak ada lagi hado negatif yang
muncul. Ada yang sempat mempertanyakan bahwa Amerika Serikatlah
penyebeb Tsunami 2004? Kenapa kapal Induk AS bisa tiba di perairan dekat
pantai Banda Aceh hanya dalam dua hari padahal perjalanannya dari teluk ke
tempat itu butuh waktu milimal empat hari? Bukankah fil 'Salt' memperkuat
kecurigaan warga dunia bahwa AS menanam banyak bom nuklirnya di
beberapa belahan dunia dan siap diledakkan bila situasi memaksa mereka.
Kenapa setelah berseteru ringan dengan AS mengenai produksi otomotif,
Japang segera didera Tsunami?
Setiap bangsa yang dimusnahkan selalu mereka yang telah maju
dibidang teknologi namun ingkar pada kebaikan. Maka Amerika akan segera
menuai bencana sebagaimana telah ditimpakan pada 'Ad, Tsamud dan
lainnya. Ini ilmiah.Chaos maha dahsyat akan terjadi sehingga membuat
gunung beterbangan seperti kapas akan terjadi suatu saat ketika orang tidak
lagi ada yang melakukan kebaikan. Tidak ada lagi yang mengirimkan hado
positif. Kiamat.

159
Jibril Belum Pensiun

Muslim Indonesia, Kata Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, seperti


raksasa tidur. Atau bahkan sudah mati? pikirku. Populasi muslim terbesar di
dunia, namun karena tertidur, mudah saja di usik oleh tetangga yang kecil
(Malaysia maksud beliau). Kalau terbangun saja, tak perlu bergerak dulu,
orang sudah takut, katanya. Kalau memang raksasa, kukira, tak perlu bangun,
tidur sambil melek saja orang sudah takut.
Sebab utama dari sebagian banyak sebab Indonesia tidak bisa
menjadi sebuah peradaban yang maju karena kita tidak memiliki budaya
ilmiah. Oleh sebab itu, kita tidak memiliki sesuatu yang sangat penting yaitu
suri tauladan. Kalau tinggal melanjutkan tradisi yang ada, itu memang sangat
mudah. Namun untuk berjuang memajukan bangsa, kita perlu melawan
kepada tradisi yang ada. Ibn Rusyd misalnya, beliau berasal dari keluarga
intelektual yang mana dia tinggal melanjutkan saja tradisi yang ada.
Kita memang tidak memiliki kekurangan dalam jumlah sarjana.
Namun adakah siantara kita saat ini yang seperti Imam Bukhari yang
berjuang melintasi pegunungan salju dan mengarungi padang pasir hanya
untuk menemukan seorang yang menjadi bagian dari terusan lisan perawian
sebuah hadits. Atau adakah diantara kita yang punya gairah intelektual
semacam Ibnu Batutah. Dia mengembara dari negerinya Maroko hingga ke
Cina dan singgah di setiap negara demi mendapatkan banyak pengetahuan
dan ilmu yang otentik. Melalui tangannya pula banyak cerita rakyat yang
populer hingga negeri-negeri lain yang jauh. Mereka benar-benar
menemukan kebenaran karena memang itulah yang mereka cari. Berbeda
dengan banyak penuntut ilmu di negeri kita saat ini yang orientasinya hanya
uang, jabatan dan gelar. (Meski begitu kita punya Habibi yang mampu
mengembangkan teknologi yang berangkat dari ketakwaan tinggi serta abdi
untuk negeri.) Budaya tulis-menulis praktis berhenti selama penjajahan
Belanda di Nusantara. Padahal awalnya kita punya ulama yang mampu
menghasilkan karya yang mampu diakui dunia semisal Hamzah Fansuri.
Lihatlah Ibnu Sina yang pada usia 16 tahun sudah mampu mengajar
ilmu-ilmu kedokteran pada para dokter yang usianya jau lebih tua darinya.
Dalam mengkaji Filsafat dia hampir tidak tidur semala hampir dua tahun.
Budaya baca-tulis sangat berkembang di dunia Islam sebelumnya. Maka
wajarlah Filsafat sangat berkembang ketika itu. Al-Kindi berhasil melahirkan
lebih dua ratus buku. Bahkan ada ulama yang mampu menghasilkan enam
ratus karya selama hidupnya. Dalam menulis, kita tidak perlu canggung atau
merasa takut karya kita tidak berkualitas. Menulislah karena itulah cara
terbaik agar kita mamahami segala sesuatu. Mudah-mudaha kita dapat
160
menjadi sumber inspirasi dan motifasi bagi orang disekitar kita untuk rajin
membaca dan menulis hingga timbullah budaya masyarakat yang cinta
intelektual. Semoga era emas dimana kaum muslim mampu mengembalikan
kejayaan Filsafat Islam layaknya pada masa Al-Kindi hingga Al-Ghazali.
Berbicara mengenai Filsafat Islam, kita selalu dihadapkan pada
pertanyaan apakah ada yang sebenarnya Filsafat Islam itu? Filsafat Islam
memang berbeda dengan Filsafat Yunani maupun Filsafat Eropa Modern.
Filsafat Islam mengambil objek kajiannya melalui tema-tema yang
sebagaimana Al-Qur'an mengesankannya sehingga kita terhindar dari
pendefenisian yang keliru mengenai objek kajian kita.
Gelaja lahirnya Filsafat Islam berawal dari seorang kaisar Bizantum
yang melarang filsafat serta mengharamkan segala aliran Kristen selain dari
yang dia percaya dan yakini. Saat itu banyak filsuf dan pengikut ajaran
Kristen yang berseberangan dengan raja menyingkir ke berbagai belahan
dunia di Timur-tengah. Karena Pesia sangat menaruh apresiasi pada
perkembangan intelektual, maka filsuf dan ahli agama banyak yang
mengungsi ke sana. Sejak itulah filsafat sudah mulai tumbuh di Timur-
tengah. Hal ini terjadi beberapa dekade sebelum kelahiran Nabi Besar
Muhammad Saw. Diamping itu, setelah Umar berhasil melebarkan sayap
Islam hingga ke masyarakat yang gemar filsafat, maka dirasa perlu kaum
muslim mempelajari Filsafat untuk menjadi media persuasi Islam seta
melindungi hikmah yang datang dari manapun juga. Proses ini sangat dibantu
oleh Al-Kindi yang menjadi penerjemah banyak karya Filsafat Yunani. Dia
juga berhasil meyakinkan masyarakat muslim ketika itu bahwa kita dapat
mengembangkan Filsafat yang berlandaskan Al-Quran dan Sunnah.Filsafat
Islam mencapai puncak kejayaannya pada masa Al-Farabi dan Ibnu Sina. Al-
Farabi mengembangkan teori Emanasi yang gagasan awalnya dicetus oleh
filosof Yunani Plotinus. Teori ini menyatakan Tuhan sebagai Akal Pertama
sebagai penyebab muculnya alam semesta.
Saya melihat teori ini bersesuaian dengan sains modern: Jibril
sebagai turunan dari Akal Pertama dikatakan sebagai Akal yang
mengebabkan Alam Semesta. Tapi kalau memeng teori itu benar, maka saya
kira Akal Jibril adalah penyebab munculnya akal manusia dan akal
manusialah penyebab munculnya alam semesta. Ini sesuai dengan yang
dikatakan Harun Yahya bahwa alam materi ini hanyalah bentukan dari kesan
yang dibangun akal kita.Mengenai Jibril sebagai penyebab timbulnya akal
manusia dapat dibenarkan melalui sisi: bahwa Jibril mampu menjadi
perantara wahyu kepada akal manusia (para nabi dan rasul). Ada yang
menyatakan setewah penyampaian wahyu kepada Muhammad Saw. usai,
Jibril sudah pensiun. Namun bila benar Jibril adalah penyebab terjadinya akal
manusia, maka setiap ide, inspirisi maupun gagasan yang lurus yang muncul
161
dari akal pikiran manusia, dianya juga semacam wahyu tingkat yang lebih
rendah yang disampaikan Tuhan melalui Jibril kepada akal manusia.
Wahyu rendah ini hanya akan muncul ke dalam pikiran orang yang
senantiasa secara terus menerus merenungkan tentang alam ciptaan Allah
serta tidak pernah berhenti mempelajari Kitab Suci. Syaratnya adalah kita
harus melihat Kitab Suci dan alam semesta sebagaimana adanya bukan
melihatnya sesuai keinginan kita.
Karena konsep Trinitas Kristen yang banyak masalah. Maka kaisar
Bizantium kembali merangkul Filsafat untuk menjaga pertahanan konsep
rancu itu dari serangan kaum intelektual serta memanfaatkan filsafat untuk
menipu kaum awam. Namun hal ini hanya berlangsung beberapa waktu
hingga pasukan muslim berhasil menguasai tanah yang kini disebut Turki itu.
Sejarah filsafat Yunani lahir dari buah pikir serta renungan filosofnya
yang mungkin kini terdengar aneh namun begitu mengguncangkan ketika itu.
Misalkan Thales yang menyatakan segalasesuatu di alam muncul dari air. Air
yang membeku menjadi es. Es yang mengeras untuk waktu yang lama
menjadi tanah. Udara tersusun daru uapan air yang panas. Tapi saya melihat
teori ini ada kaitannya dengan apa yang diceritakan dalam sebuah kitab yang
menyatakan bahwa alam semesta kita terjadi dari air mata Nur Muhammad.
Ada pula teori yang menyatakan alam semesta ini terjadi dari api.
Tapi teori ini dapat dibenarkan oleh Fisika Modern dengan kaitannya
mengena teori Superstring.
Lao Tse menyatakan alam ini tersusun dari keseimbangan. Ada
langit, ada bumi; ada hitam, ada putih; ada gelap, ada terang; ada siang, ada
malam dan seterusnya. Teori ini dibenarkan Al-Qur'an dengan menyatakan
bahwa segala sesuatu dialam diciptakan Allah berpasang-pasangan. Bahkan
kata-kata berlawanan makna disebutkan secara berimbangan di dalam Al-
Qur'an.
Kata Prof. MulyadhiMenurut Budha, kita yang hari ini tidaklah sama
dengan kita yang kemarin karena jiwa kita semuanya telah berubah sebab
perubahan itu mutlak. "Perubahan itu perlu" aku teringat iklan rokok.
"Perubahan itu terus berlaku" lanjut Parmineides. "Kecuali perubahan itu
sendiri." aku bingung. Prof. Mulyadhi tertawa. "Jadi perubahan itu ada
tidak?" tanya beliau. "Tidak?!" jawabku dalam ragu sambil bingung serta
sagu. "Hahahaha" Prof. Mulyadhi tertawa lagi.

Aku teringat beberapa tahun yang lalu aku suka di rumah sendiri. Membaca
buku-buku karya tokoh Indonesia seperti Prof. Komaruddin Hidayat, Prof.
Quraish Shihab, Prof. Mulyadhi dan lainnya. kini mereka dapat kulihat nyata.
Bahkan kini menjadi dosenku. Aneh memang. Segalanya dapat terjadi. Tapi
162
hanya akan terjadi bila kita menginginkan dan berfokus untuk
mendapatkannya.
Aku masih bingung dengan teori Parmineides. Jadi "segalanya terus
berubah. Kecuali perubahan itu sendiri." Bila 'perubahan' 'berubah', maka dia
menjadi 'tidak berubah'. Kerena kalau 'perubahan' telah 'berubah' menjadi
'tidak berubah', maka tidak ada lagi yang disebut 'berubah'. Karena tidak ada
yang berubah, maka tidak ada yang namanya 'perubahan'. Maka, jawabanku
tadi salah total. Pantaslah semuanya tertawa.Kalau begitu, kesimpulan teori
ini adalah semuanya berubah.
Lain lagi denga Phytagoras yang menyatakan dunia ini adalah angka.
Karena menurutnya semua jenis materi yang ada di dunia memiliki jumlah.
Jumlah itu disimbolkan dengan angka. Dan Empedoples menyatakan dunia
ini terdiri dari atom. Dan teori terakhir ini dibenarkan hingga kini. Semua
benda terdiri dari atom yang tersusun oleh molekul tertentu hingga menjadi
benda tertentu. Lain lagi dengan ahli informasi yang menyatakan dunia ini
terdiri dari informasi.
Wah, pokoknya semua yang ingin jadi filosof harus punya teori
masing-masing yang berbeda mengenai pembentuk alam semesta. Atau,
karena mereka melahirkan teori yang berbeda mengenai asal-usul alam
semesta makanya mereka menjadi filosof. Wah, aku juga harus melahirkan
sebuah teori, agar aku jadi filosof juga. Biarpun jadi filosof itu hidupnya lebih
merana dari seorang guru atau bahkan tukang sapu jalanan, namun
sepangjang kata-kata masih bisa dibaca manusia, aku akan terus hidup
dibenak mereka.
Selain itu, para filsuf modern juga melahirkan teori. Misalnya
Whitehead yang mengatakan dunia ini terdiri dari peristiwa-peristiwa.
Sementara Muhammad Iqbal menyatakan dunia ini terdiri dari ego atau dia
sebut 'khudi'.
Teori Iqbal itu, tampaknya terinspirasi dari teori emanasi Al-Farabi
yang berkaitan dengan teori evolusi Jalaluddin Rumi. Semua teori ini
berangkat dari teori Plato--yang dikembangkan muridnya Aristoteles--
mengenai 'sense'. Sense ini adalah sesuatu yang tidak berubah. Namun yang
berubah adalah perwujudannya. Misalnya manusia adalah sesuatu yang
berada di alam terus berubah keadaannya. Kata 'cantik' itu berada di alam
sense. Penurunan kata ini terjadi pada wujud-wujud yang relatif dan subjektif.
Kita sering memanifestasikan kata cantik kepada seorang wanita yang
kulitnya mulus, hidung mancung dan tinggi.
Benda-benda yang bergerak dan berubah dianggap mempunyai jiwa.
Jiwa itulah dianggap unsur penggeraknya. Batu, misalnya, diaggap tidak
bergerak dan tunbuhan itu bergerak. Namun Fisika Modern telah
membuktikan benda-benda mati juga terdiri dari atom yang memiliki inti dan
163
elektron yang bergerak dengan kecepatan 1500 mil per detik. Tapi gerak yang
dimaksud adalah perubahan. Lihatlah perubahan air yang diserap akar pohon
mangga berubah menjadi buah mangga yang manis di ujung dahan pohon.
Penggerak segala yang wujud di alam ini dianggap jiwa, sesuai teori
Fisika Modern, kita menemukan bahwa segala benda digerakkan oleh energi,
bahkan energi itulah penyebab segala wujud itu ada. Maka ini membuktikan
bahwa segala wujud materi memiliki jiwa. Dan ada kemungkinan superstring
itulah yang disebut jiwa. Karena teori Fisika menyatakan energi dapat
berubah menjadi materi, maka superstri yang super dahsyat itu kemungkinan
dapa menyusun diri menjadi quark sehingga bahan pembentuk materi selalu
berubah. Dan teori ini membenan apa yang telah dikatakan Budha dan
Parmineides ribuan tahun sebelum mikroskop supercanggih milik ilmuan
masa kini diciptakan.
Teori Evolusi Rumi dijelaskan dengan rinci oleh Iqbal dalam
'Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam' (1986). Awalnya adalah
mineral yang pada tingkat tertingginya saya kira ada pada tanah berair yang
mampu menumbukan lumut. Pada tingkat tertinggi tumbuhan adalah kurma
yang memiliki dua jenis semacam jenis kelamin seperti hewan. Lalu dari
hewan mencapai puncaknya pada mamalia yang juga seperti manusia yang
menyusui.
Dalam pengetahuan kita, manusia memiliki 5 indra yakni melihat,
mendengar, mengecap, merasa dan mendengar. Namun filosof muslim
memperkenalkan sepeluh indra. Di mana lima indra material sebagaimana
telah kita ketahui dan lima indra ruhani, yakni: fantasi, representasi/hayal,
estimasi, imajinasi dan memori.
Fantasi hanya mampu menangkap bentuk namun tak mampu
menyimpannya. Oleh sebab itu dibutuhkan representasi atau khayal agar
tidak perlu setiap berjumpa dengan orang yang sama kenalan selalu. Tanpa
estimasi, pikiran manusia hanya akan seperti air yang dicelupkan suatu benda
ke dalamnya. Dia mampu menerima benda sesuai dengan bentuknya. Namun
dia akan kembali kewujudnya semula tanpa menyisakan kesan. Estimasi yang
dimiliki ruhani manusia akan seperti sebuah pena yang dicelupkan ke dalam
lilin yang dikeraskan dalam sebuah gelas. Setelah pena diangkat, bentuk pena
akan membekas di dalam gelas. Sementara imajinasi adalah keinginan
manusia melepaskan kesan-kesan yang diterima dari alam materi dan
membentuk wujud-wujud baru dalam pikirannya. Unicorn dan pegasus
misalnya. Estimasi adalah kemampuan memberi ingatan pada akal akan
kesan terhadap sesuatu. Tanpa ini, kita tidak mampu mengingat bahwa api
sifatnya panas meskipun kita mengenalnya. Dan memori adalah penyimpanan
segala informasi di dalam otak.
164
Kembali pada teori jiwa, maka dibagilah tiga jiwa yaitu jiwa
tumbuhan, jiwa hewan dan jiwa manusia. Jiwa dianggap sebagai unsur
penggerak segala makhluk di alam ini yang bergerak. Terdapat kemungkinan
jiwa ini adalah superstring yang dimaksud Fisika Modern. Diantara tiga jiwa
makhluk tersebut, maka jiwa manusialah yang paling istimewa sehingga
manusia mampu menggunakan bahasa. Kemampuan ini membuat manusia
mampu memberikan nama (atau semacam hak paten) terhadap benda-benda
yang membuat malaikat tercengang dan menunduk sujud.
Karena hampir semua pemikiran manusia tentang alam berbeda dan
hampir semuanya mengandung kebenaran, saya menyimpulkan, karena alam
itu ciptaan Tuhan, dan alam seperti manusia juga, mengambil manifestasi
sifat ketuhanan dengan kapasitasnya yang terbatas, maka alam sesuai dengan
dugaan pengamatnya (bandingkan: Aku sesuai sanggkaan hamba-Ku, Firman
Allah dalam sebuah Hadits Qudsi)
Sama seperti angka, kata-kata juga sebagai simbol. Bukankah
malaikat juga memiliki kemampuan untuk bertanya (ketika mereka
mempertanyakan kenapa Allah memilih Adam sebagai Khalifah). Namun
komunikasi yang disampaikan malaikat, tidak memiliki 'sense' seperti yang
digunalan manusia. Beriku adalah pertanyaan -pertanyaan yang disampaikan
manusia beserta 'sense'nya: (1)apa: substansi: (2)kenapa: kausalitas;
(3)dimana: ruang; (4)kapan: waktu: (5)bagamana: kualitas, dan; (6)berapa:
kuantitas.
***
Bila manusia tidak terikat dengan dunia maka setelah itu dia dapat
berangkat ke tingkat yang lebih tinggi menjumpai Tuhannya. Namun bila dia
terikat dengan dunia, maka derajatnya akan turun lebih rendah dari hewan.
Bila berada di atas tanah dataran rendah, tarikan bumi tidak sekuat
bila kita berada di puncak gunung. Kalangan sufi sering menggunakan
gunung sebagai matefor daripada tempat penyucian diri. Semakin tinggi
tingkat spiritualitas seseorang, semakin tinggi pula godaan yang dilancarkan
setan. Bila penyucian diri telah sampai puncaknya, seperti ketika manusia
telah mampu melewati garis atmosfir bumi, maka tarikan dunia akan hilang.
Tibalah sufi pada makam makrifat.
Kenapa manusia begitu cinta pada dunia? Karena dunia itu indah.
Kenapa dunia itu indah? Karena dia diciptakan oleh Maha Indah--seperti
yang saya katakan sebelumnya, ciptaan itu mengambil sifat penciptanya
dengan kapasitas tertentu. Sufi mengibaratkan dunia yang indah ini sebagai
bayangan dari Allah Sang Pencipta yang Maha Indah . Karena itu mereka
sadar bahwa bila yang dikejar adalah bayangan, maka kepada wujud asli
takkan pernah sampai. Bila mengejar dunia, maka Allah akan jauh!

165
Politik dalam Teologi Islam

Persoalan ketuhanan telah lama berlaku hampir selama umur manusia


itu sendiri. Kita teringat dengan Ibrahim yang merupakan filsuf sejati yang
mencari Tuhan bukan sekedar untuk menyibak tirai-Nya namun bahkan ingin
memeluk dan merangkul Tuhan yang Sejati. Konsep ketuhanan maha sesat
Trinitas tidak hanya populer pasca Almasih, namun telah lama ada sebelum
Musa. Ini dibuktikan dengan pertanyaan Allah kepada Musa. Allah bertanya
pada Musa as. apakah dia mengaku dirinya dan ibunya tuhan. Musa
menyanggahnya dengan menyatakan kepada Allah bila dia melakukan
kesesatan itu, pasti Dia mengetahuinya. Pertanyaan ini terlihat sebagai
peringatan dan sindiran pada umat para nabi agar tidak menganggap nabi
yang diutus padanya tidak dianggap sebagai tuhan. Sebab semua ummat
sebelum Muhammad selalu menyelewengkan konsep ketuhanan sepeninggal
Nabinya. Bahkan Musa dikhianati kaumnya saat sejenak dia meninggalkan
mereka. Padahal ditengah-tengah mereka masih ada nabi yang juga Rasul
(Harun).
Bangsa Arab di Makkah sebelum kelahiran Nabi Besar Muhammad
Saw. juga mengaku Allah sebagai tuhan mereka. Telah banyak rasul diutus
kepada mereka sebelumnya. Namun pemahamannya telah banyak
diselewengkan. Mereka menyembah batu-batu hasil ukiran tangan mereka
sendiri. Batu-batu itu difungsikan sebagai perantara untuk menyambah Allah.
Islam yang dibawa Muhammad bukanlah pelangkap agama-agama yang telah
ada sebelumnya. Agama-agama sebelumnya berlaku sebagai persiapan agama
yang akan dibawa Muhammad Saw. Sembari mempersiapkan kedatangan
agama yang akan dibawa Muhammad, nabi-nabi sebelumnya sekaligus
meluruskan kebertuhanan masyarakat yang dia diutus kepada mereka.Para
penentang Nabi Besar menawarkan mereka juga mau masuk agama yang
dibawa Rasul, namun cara menyembah Allah dapat dibenarkan dengan
melalui perantara batu-batu. Nabi menolak mentah-mentah tawaran ini.
Sebab, bila Allah disembah melalui perantara batu, sama dengan mereka
tidak masuk Islam.
Ketika Nabi Besar masih hidup sekalipun, persoalan ketuhanan
banyak dibicarakan para sahabat. Banyak diantara mereka yang berbeda
pemahaman. Namun perbedaan ini tidak membuat mereka bersitegang.
Perbedaan pendapat dalam persoalan agama ketika itu tidak untuk mereka
perdebatkan. Namun mereka salang mencoba memahami pendapat orang lain
dan mengevaluasi pendapat pribadi.Dalam sejarah Teologi Islam, perbedaan
aliran diketahui lahir setelah Imam Ali dikhianati Amru bin 'Ash. Syahrastani
menyebutkan, perbedaan paham yang menimbulkan berbagai aliran dalam
166
Teologi bukan dilandasi persoalan ketuhanan yang merupakan bahan kajian
Teologi, melainkan persoalan politik. Namun kenapa perpecahan aliran
politik menjadi kajian Teologi atau ilmu Kalam yang diketahui seharusnya
membahas persoalan ketuhanan, bukan politik? Untuk dapat menjawab
persoalan di atas kita perlu terlebih dahulu memahami begaimana konsep
kepemimpinan dalam Islam yang merupakan wilayah kajian ilmu politik.
Kita juga perlu memahami bagaimana politik dalam pandangan Islam. Islam
sebagai panduan bagi segala sendi kehidupan diturunkan oleh Allah sebagai
satu-satunya agama. Saya mengatakan Islam sebagai satu-satunya agama
karena ajaran-ajaran lain yang dibawa Rasul-rasul sebelum Nabi Besar
bukanlah sebuah agama. Yang dibawa mereka hanyalah semacam seruan
berketuhanan yang benar mematuhi kepada apa yang mereka serukan. Cara
berketuhanan ini selain untuk meluruskan mereka, tujuan utamanya adalah
untuk mempersiapkan kemanusiaan yang mampu memahami ajaran cara
bertuhan yang sebanar-benarnya yang dianya dibawa Muhammad
saw.Agama-agama sebelum Muhammad Saw. mirip seperti sebuah aliran
idiologi di zaman Barat modern. Dianya lahir melalui seseorang yang yang
membawa sebuah ajaran yang hanya berlaku pada ruang dan waktu tertentu
untuk menyikapi kasus tertentu dalam kehidupan manusia tertentu. Dia tidak
akan tidak relevan pada ruang waktu yang lain sebab persoalan kemanusiaan
pada ruang dan waktu yang lain telah berbeda.
Beberapa kitab suci yang diturunkan mamang dapat menjadi panduan
bagi umat-umat para nabi sebelum Nabi Besar. Namun fungsi yang
sesungguhnya kitab-kitab itu yaitu mempersiapkan akal, mental dan kejiwaan
umat manusia untuk mererima sebenar-benar Kitab Suci dan sebenar benar
Wahyu yaitu Al-Qur'an. Kita harus pula percaya bahwa Injil, Zabur dan
Taurat itu benar diturunkanoleh Allah. Bila kita tidak percaya akan hal itu,
sistematika berfikir akan Al-Qur''an sebagai Kitab Suci sebenar-benar Wahyu
dari Allah Swt. akan keliru. Karena itu, Allah tidak menjamin ketiga kitab
suci sebelum Al-Qur'an akan Dia lindungi kemurniannya dari penyelewengan
oleh manusia sebab meskipun manusia mengutak-atik ketiga kitab itu, tujuan
utamanya (sebagai untuk mempersiapkan akal, mental dan kejiwaan umat
manusia untuk mererima sebenar-benar Kitab-suci dan sebenar benar Wahyu
yaitu Al-Qur'an) tetap tidak terganggu.
Rasul-rasul yang sebelum Muhammad Saw. adalah untuk
membimbing umat-umat tertentu. Namun tujuan utama mereka diutuskan
adalah untuk mempersiapkan akal, mental dan kejiwaan umat manusia untuk
menerima sebenar-benar Rasul. Sebelum lahirnya Nabi Besar, akal, mental
dan kejiwaan manusia telah siap mengetahui sebuah realitas bahwa ada
seorang manusia yang berasal dari anak manusia yang diberi amanah oleh
Allah Yang Maha Kuasa untuk menyampaikan petunjuk dari Sang Tuhan
167
kepada ummat manusia. Bayangkan bila Muhammad anak Abdullah
mengaku diri sebagai utusan Allah sementara sebelumnya belum pernah ada
nabi dan rasul. Pastilah orang, jangankan untuk menuduh dia gila, memahami
apa yang dia sampaikan saja tidak sampai ke akal mereka. Karena
sebelumnya pernah ada nabi dan rasul maka walaupun anak Abdullah itu
mengaku Rasul, setidaknya akal manusia mampu menuduh dia nabi palsul.
Setidaknya akal, mental dan jiwa manusia telah dapat menerima apa dan
bagaimana itu 'rasul' kenal pernah ada sebelumnya.
Agama dalam pandangan saya adalah sebuah sistem yang memberi
panduan, pandangan dan solusi terhadap keseluruhan daripada sendi
kehidupan manusia serta alam semesta. Dia juga harus memiliki seorang
Rasul yang, diantaranya, memiliki kelebihan (baca: mujizat) yang tidak
mampu dilampaui oleh umat manusia dari ruang dan waktu mana saja.
Rasulnya juga harus mampu memberi bimbingan pada ummatnya untuk
setiap sendi kehidupan. Sejauh yang kita amati, nabi-nabi sebelum Nabi
Besar Saw. tidak ada yang memiliki peran menyeluruh. Ambil contoh,
Sulaiman mampu mengatur sebuah kasta, namun tidak memiliki ruang untuk
memberi tauladan pada ummatnya bagaimana cara bersabar bila kekurangan
harta. Sebaliknya Isa as. mampu menjadi contoh hidup sabar dalam derita,
namun tidak ada kesempatan memberi kita pedoman bagaimana mengelola
harta.
Islam adalah sistem menyeluruh. Menjalankannya harus menyeluruh.
Mulai dari akidahnya hingga prilaku apapun dalam kehidupan. Sebagaimana
Kitab Sucinya Al-Qur'an yang setiap ayatnya merupakan bagian dari satu
kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, Islam tidak boleh salah satu bagiannya
dijalankan, namun bagian yang kainnya ditinggakal. "Bila kamu beriman
pada sebagian ayat namun ingkar pada bagian lainnya" Allah
memperingatkan, "kamu ingkar terhadap keseluruhannya".
Hanya ada dua pilihan yang diberikan Islam. (1) Menjalankan
keseluruhannya atau (2)tidak menjalankan samasekali. Bila pilihan Anda
jatuh pada yang pertama, maka pertama yang harus anda patuhi adalah
meyakini dengan sebenar-benar yakin kepada keenam poin Rukun Iman.
Berlandaskan itu, Anda harus anda wujudkan dengan melaksanakan secara
sukarela kelima poin dalam Rukun Islam.
Pelaksanaan anda terhadap kelima Rukun Islam adalah sebagai
modal semangat dan landasan untuk melaksanakan amalan-amalan dalam
kehidupan. Misalnya--karena Islam merupakan satu kesatuan sistem yang
menyeluruh tanpa dapat dipisah pisah dan disekat-sekat--shalat fardhu
berjamaah yang hukumnya wajib bagi laki-laki dewasa adalah sumber
refleksi agar mereka dapat menerapkan prinsip kebersamaan dalam
bermuamalah (bekerja). Sebaliknya Nabi Besar mengatakan perempuan lebih
168
baik shalat di rumah. Lebih baik lagi di kamarnya. Lebih baik lagi di bilik
dalam kamar. Ini memesankan bahwa sebaik-baik tempat bagi perempuan
adalah rumah. Mereka diharamkan keluar rumah tanpa izin suami dan disertai
muhrim.
Mulai dari aqidah, ibadah, mu'amalah, tidak ada satupun diantaranya
yang dapat dipilah. Siyasah adalah sistem antibodi bagi mu'amalah. Siyasah
atau disebut politik adalah pelindung serta penghubung bagi mu'amalah.
Politik termasuk satu kesatuan intergal yang berangkat dari akidah.
Siapa yang paling baik akidahnya dapat kita ukur melalui ibadahnya. Yang
paling baik beribadah akan baiklah dia dalam mu'amalah. Yang paling baik
dalam bermu'amalah akan menjadi yang terbaik dalam siyasah. Agama yang
memiliki sistem menyeluruh seperti agama yang dibawa Muhammad barulah
layak disebut sebuah agama. Dan sejauh kita ketahui, Islam memiliki oandual
kepada kita mulai dari cara buang air besar hingga politik internasional.
Kelengkapan sistem seperti ini tidak dimiliki agama-agama lain sebelum
Muhammad hingga membuat kita agak terganggu untuk menyebutkannya
sebagai 'agama'.
Imamah dalam Islam adalah manivestasi tertinggi dari akidah.
Pemisahal politik dari agama yang dilakukan negara-negara Barat adalah
karena agama mereka tidak memiliki panduan dalam berpolitik.
Sikap Umar ra. yang melantik Abu Bakar sebagai khalifah pengganti
Nabi Besar adalah pelajaran bagi kita untuk memilih pemimpin diantara kita
adalah orang yang paling baik kefakihannya. Mengenai politik yang terlalu
rumit persoalannya, kita dapat mengambil inspirasi dari halat berjamaah yang
kita lakukan lima kali sehari. Tidak ada manusia yang tidak memiliki
kekurangan. Karena itu adalah tugas kita semua untuk saling menyokong dan
menasehati. Pimpinan politik bukanlah orang yang untuk kritisi melainkan
orang yang harus selalu kita dukung dengan loyalitas tinggi dan selalu
membantu menambal dia punya kekurangan. Penyakit yang suka menimpa
kita adalah terlalu sering meminta dari pemimpin sementara kita sendiri tidak
pernah memberi dukungan kepadanya.
Agama itu bukan untuk diperdebatkan. Dianya bukan untuk
dinegosiasikan dengan bentuk-bentuk kebudayaan setempat yang telah
dianggap matang. Agama itu adalah loyalitas mutlak. Islam adalah
ketundukan yang total. Persoalan kita adalah terlalu banyak mencoba mencari
integrasi antara agama dengan praktik-praktik kebudayaan setempat supaya
adat dan agama bisa saling bersanding seiring sejalan. Tapi jiwa Islam ingin
menguasai seluruh sistem karena Islam memiliki semua jawaban bagi segala
sendi kehidupan manusia. Kalau memang kita Islam, maka kita harus Islam
(patuh dan tunduk) terhadap keinginan Islam.
169
Setelah Abu Bakar dibaiat oleh Umar, para sahabat tidak banyak
yang memprotes. Kaum Anshar yang awalnya ingin mengusilkan calon
khalifat dari kalangan mereka mengurungkan diri dan berbaiat pada Abu
Bakar karena patuh pada hadits Nabi yang menyatakan khalifah harus dari
kalangan muhajirin. Hadits ini sejalan menguatkan prinsip pemimpin dalam
islam adalah kefakihan. Kalangan muhajirin lebih dahulu masuk Islam dan
lebih banyak menemukan tauladan dari Nabi sehingga kefakihan mereka
lebih mumpuni dibandingkan kaum ansar.
Terlebih lagi ummat menyetujui penobatan Abu Bakar sebagai
khalifah merujuk pada pesan tersirat Nabi yang menyuruh Abu Bakar
mengimami shalat menngantikan Beliau. Kita tau bahwa setiap perkataan,
tindakan dan rencana Nabi Besar adalah termasuk Hadits.
Disamping itu, Nabi Besar pernah mewasiatkan kepada Alhlul Bayt
agar Ali ra. menjadi khalifah setelah beliau. hadits ini bertentangan dengan
hadits sebelumnya. Saya mencoba melihat bahwa redaksi perkataan Nabi
yang mewasiatkan Ali sebagai pengganti Beliau, tidak serta-merta harus
langsung setelah Nabi wafat, tapi untuk mengintegrasikan kedua hadits itu,
yang di awalkah haruslah menurut tingkat kefakihannya. Dengan itu setiap
hadits mengenai hal ini tidak ada yang bertentangan.
Karena dalam Islam perpolitikan tidak bisa dilepaskan dari unsur
agama, dan politik adalah benteng pertahanan tegaknya penerapan semua
sendi agama, maka imamah dalam Islam termasuk bagian dari pembahasan
Teologi. Apalagi perang saudara dalam Islam yang berujung pada
pembunuhan terhadap Ahlul Bayt keluarga Nabi, semuanya didasarkan pada
perbedaan pemahaman dalam menafsirkan Kitab Suci dan Hadits Nabi.
Khalifah pada masa awal dianggap sebagai penerus Nabi. Sehingga
persoalan imamah dianggap mutlak masuk wilayah bahasan Teologi.

Tampaknya saya harus bertanggung jawab atas pernyataan saya bahwa


keempat khalifaurrasyidin berurut diawali dari yang paling fakih. Seorang
sahabat menyatakan, iman semua ummat muhammad setara dengan imannya
Abu Bakar. Arguman ini terlitat terlalu berlebihan dan tidak mendasar.
Apalagi di akhir zaman Isa as termasuk ummat Muhammad juga. Namun
setidaknya argumen ini dapat dibenarkan melihat Abu Bakar adalah orang
yang mencari nabi akhir zaman sesuai petunjuk Injil yang murni. Abu Bakar
langsung percaya bahwa benar Nabi Besar bermi'raj ke langit. Ini adalah
beberapa bukti bahwa benarlah Abu Bakar sebagai ummat muhammad yang
paling fakih. Nabi Besar tidak akan sembarang memilih penggantinya sebagai
imam shalat kecuali yang paling fakih diantaranya.
Umar bin Khattab adalah orang yang paling mampu memahami
pesan Nabi dan Wahyu Al-Qur'an untuk diimplementasikan ke dalam praktik
170
kehidupan ummat. Beliau juga termasuk orang yang paling zuhud dalam
hidupnya sekalipun dia seorang khalifah.
Usman bin Affan adalah muslim yang paing dermawan. Seluruh
hartanya diwakafkan untuk perjuangan Islam. Menurut riwayat beliau khatam
Al-Qur'an beberapa kali dalam sehari. Karena itu tidak heran
pengkodifikasian resmi Al-Qur'an berlangsung pada masa kepemimpinan
beliau.
Pola kepemimpinan Usman kurang disukai para sahabat. Bahkan
hingga Aisyah--yang saya lihat sejak bersama Nabi adalah orang yang sulit
diatur---berani menuduh salah seorang sahabat yang dijamin surga oleh Nabi
itu. Jadi golongan-golongan yang dengan mudah menuduh muslim yang
berbeda pandangan dengannya adalah termasuk pengikut Aisyah.
'Aisyahisme' adalah nama yang saya usulkan untuk mereka.
Problematika politik yang memanas di masa Usman adalah bola salju
yang telah muncul sejak awal Nabi wafat. Akibatnya adalah terjadinya
pemberontakan hampir di setiap provinsi. Ali sendiri memerintahkan kedua
putranya untuk menghalau para pemberontak yang hendak membunuh Nabi.
Tapi hanya sekedar menghalau biasa-biasa saja. Tidak terlihat keseriusan Ali
untuk benar-benar melindungi salah saorang sahabat Nabi paling setia itu.
Ada beberapa asumsi kenapa Ali tidak dengan serius melindungi
Usman. Pertama karena Ali juga sudah gerah dengan pola kepemimpinan
Usman. Di sini patut kita pertanyakan apakah rasa gerah ini begitu besar
sehingga dia menjadi tidak serus melindungi Usman. Bukankah Ali punya
massa yang solit sebagai pendukungnya menjadi khalifah, kenapa ini tidak
diberdayakan untuk melindungi Usman. Dan massa ini memang sulit
diyakinkan untuk membela Usman sebab mau mereka Ali yang jadi khalifah.
Dan cepatnya kematian Usman berarti akan cepat tercapainya tujuan mereka.
Asumsi lain karena memang Ali sudah tidak mampu lagi membela Usman
karena pemberontakan dan kebencian rakyat sudah sangat besar.
Usman bin Affan memang tidak berdaya menghadapi sikap kalangan
familinya yang terlalu mendikte kebijakannya serta memaksakan diri
menduduki posisi-posisi strategis tertentu demi kepentingan
pribadi. Pertanyaannya adalah sejauh mana Ali, para sahabat lain serta rakyat
lainnya melakukan tigasnya yaitu menambal segala kekurangan
pemimpinnya.
Saya selalu menaruh ciriga pada Yahudi terkait setiap perpecahan
yang terjadi dalam rumah tangga Islam. Perpecahan dalam diskursus teologi
adalah ruang paling berpotensi disusupi Yahudi. Mereka adalah kaum yang
memiliki kecerdasan diatas rata-rata sehingga mudah saja mereka memainkan
strategi intrik dan agitasi. Bukankan kerancuan bagi agama Kristen adalah
ulah tangan mereka (lihat catatan saya "St Paul dalam Masalah Besar").
171
Lihatlah betapa cerdiknya mereka memainkan drama Holocaust sehingga
mereka berhasil meyakinkan dunia Internasional sehingga mereka terkesan
layak mendapatkan tanah untuk membangun negara sendiri.
Nabi sendiri menyatakan bahwa Qadariyah adalah Majusinya ummat
Islam. Hadits ini masih dipertanyakan kesahihannya. Kalangan Jabariyah
seperti diberi angin untuk terus menggunakan hadits ini sebagai senjata
menentang aliran Qadariyah. Padahal terminologi kata 'qadara' masih
diprdebatkan. Karena Qadariyah bukanlah pihak yang mengakui takdir itu
mutlak urusan Allah. Malah yang meyakini Allah adalah penentu mutlak
takdir manusia adalah Jabariyah.
Saya tidak suka dengan pengkhianatan Amru bin Ash yang sangat
tidak fair saat momen Arbitrase. Namun bila kajian kita terhadap Teologi
Islam selalu membicarakan sejarah teologi Islam, maka berbukti betapa
sempitnya ruang diskusi Teologi kita.
Kita perlu menyusun Teologi baru guna menghadapi era ilmiah yang
semakin maju. Disamping itu Teologi yang perlu kita canangkan itu adalah
Teologi yang mampu menjaga aqidah ummat dalam pergulatannya dengan
dunia modern yang sarat dengan informasi, teknologi seta gaya hidup yang
selalu berubah drastis dalam waktu yang singkat.

172
Kenapa Sekutu Serang Libya

Kenapa AS-Sekutu Serang Libya? Karena mereka ingin mendirikan


negara demokrasi.Kenapa mereka ingin negara-nagara menganut sistem
demokrasi?Karena dengan itu akan banyak korupsi. Dengan itu, produk-
produk mewah mereka dan paket wisata akan laris manis di negara-negari
yang didemokrasikan.Selain itu, dapatlah hukum-hukum negara-nagara yang
demokrasikan diatur sesuka mereka: investasi asing lebih mudah. Korporasi
mereka bisa menguasai tanah air negara-negara yang didemokrasikan. Itu
adalah sebagian dari banyak tujuan lain negara maju kafir Barat anjing itu.

173
Konsep Imamah dalam pandangan Syiah

Sunni dan Syiah sepakat bahwa Islam adalah sebuah sistem yang
setiap unsurnya tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dianya berangkat dari
keyakinan yang mendalam akan keesaan Allah SWT yang disebut akidah.
Akidah dimanifestasikan dalam bentuk ibadah ritual formal seperti shalat dan
puasa. Manifestasi ibadah formal ini diapresiasikan kedalam bentuk
pekerjaan profesional yang disebut mu'amalah. Mu'amalah membutuhkan
jaminan sistem dan perlindungan agar profesi dapat dijalankan dengan baik.
Itulah yang disebut siasah. Siasah juga sebuah bangunan sistem yang tidak
hanya berfungsi untuk memberi perlindungan terhadap kerja-kerja formal.
Siasah juga bertanggungjawab mengorganisir setiap individu ke keluarga,
keluarga ke lingkungan hingga ke negara. Negara adalah perkumpulan
masyarakat dalam skala luas yang dilindungi sebuah sistem bernama siasah
atau disebut juga dengan politik."Setiap kamu adalah pemimpin" demikian
peringatan teks suci.
"Tidak ada dua orang dalam suatu perkara melainkan salahsatunya
harus diangkat sebagai pemimpin" bunyi hadits Nabi. Ini meniscayakan
sebuah sistem yang tertata rapi. Lingkungan muslim dibentuk persis seperti
sekumpulan prajurit. Karena setiap individu muslim adalah tentaranya Allah.
Militansi adalah niscaya dalam setiap jiwa ummat Muhammad. Pemimpin
yang dipilih dilihat adalah kefakihannya. Orang yang paling layak nenjadi
pemimpin adalah yang paling baik imannya yang dibuktikan dengan baiknya
dia punya ibadah. Sebab itu, tidak ada di antara muslim yang baik
mu'amalahnya bila buruk ibadahnya. Yang paling layak diamanahkan
pemimpin dalam urusan siyasah adalah dari yang paling baik mu'amalahnya.
Karena itu, siasah adalah turunan dari akidah. Akidah, ibadah,
mu'amalah dan siyasah adalah satu kesatuan yang integral. Interaksi antara
manusia dimulai dari ibadah shalat. (Shalat jamaah adalah wajib hukumnya
bagi laki-laki dewasa). Sperti yang telah diketahui sebelumnya, setiap lebih
dari satu orang, salah satunya harus diangkat sebagai pemimpin. Yang paling
baik ibadahnya adalah bukti dari baiknya akidahnya. Maka dia harus dipilih
menjadi pemimpin ibadah (imam shalat). Imam shalat itu selanjutnya dipilih
menjadi pemimpin lembaga kerja profesional (mu'amalah) karena yang
paling baik ibadahnya akan paling baik mu'amalahnya. Selainjutnya dia pula
menjadi pemimpin siyasah karena yang paling baik mu'amalahnya akan
paling baik memimpin ummat di segala bidang. Mengenai apakah seorang
pemimpin itu mampu mengimami segala sendi mulai dari shalat hingga
politik, maka disinilah kita perlu menyadari bahwa tugas utama orang-orang
yang dipimpin adalah menyokong pemimpim mereka, (Khamenei, 2008:206)
174
bukan menjadi tukang kritik yang niatnya hanya untuk menggoyang
pemimpinnya dan mencari sensasi.
Saya kira uraian di atas tidak ada pertentangan antara Sunni dan
Syiah. Namun yang kita sayangkan adalah didalam dunia Islam kini,
kabanyakan dari sunni terpecah belah karena pikiran mereka yang moderat
tanpa arah hingga mudah saja terombang-ambing akibat propaganda
Barat.Syiah secara etimologi berarti pengikut. Secara istilah syiah berarti dan
pengikut Ali bin Abi Thalib (Kermani, 2009:159). Jiwa-jiwa musli syiah
terlihat masih berkobar semangat persatuan dan prinsip Islam yang kuat.
Mereka masih setia menjaga persaudaraan dan prinsip perdamaian. Mereka
giat dalam belajar hingga pikiran mereka tidak bodoh dan tidak mudah
termakan propaganda Barat.
Iran misalnya, di negara yang dihuni mayoritas syiah ini kita dapat
menemukan satu-satunya model penerapan Islam dengan benar. Beginilah
Islam selayaknya.Islam itu diamalkan setiap unsurnya tanpa diabaikan
satupun diantaranya.Sistem politiknya pun menganut sistem demokrasi dalam
penerapan yang benar. Tidak ada monopoli kekuasaan maupun monarki di
Iran. Para pemimpinnya benar-benar melindungi rakyatnya dari segala tipu
daya musuh. Rakyatnya juga solit dalam membantu pemimpin menjalankan
tugasnya yang berat. Hasilnya adalah kesejahteraan yang melimpah-ruah.
Imam adalah orang yang bertanggungjawab penuh dalam rangka
memperjuangkan kesejahteraan segenap lapisan masyarakat. Seorang imam
harus mampu menjadi suri tauladan.
Dalam pandangan syiah, imam itu harus diikuti tanpa banyak
mempertanyakan kebijakannya .Konsep ini dapat dimaklumi mengingat
mereka telah fair dalam mengeluarkan kebijakan ini. Artinya pemimpin yang
mereka pilih adalah yang paling tinggi tingkat kefakihannya. Bayangkan bila
semua menggap dirinya benar dan orang lain salah, maka yang ada hanyalah
kerusuhan dan perpecahan yang terjadi secara terus-menerus.Imam yang
dipilih adalah merek yang mampu menjaga rakyaknya dari serbuan pasar
global. Imam harus mampu menjaga rakyatnya dari serangan kapitalisme.
Dia juga harus mampu melindungi rakyatnya dari komersialisme pasar yang
luar biasa. Dunia politik aytau siyasah adalah dunia dimana diplomasi sangat
intens. Disana terjadi negosiasi-negosiasi yang luar biasa. Bila imam yang
dipilih bukanlah orang yang fakih, maka akan mudah saja dia menerima
tawaran setumpuk harta dan menetapkan kebijakan yang dapat menindas dan
menyengsarakan rakyatnya.
Di samping itu Imam juga harus dapat selalu mengawal akidah
rakyatnya, pendidikan mereka serta pergaulan mereka. Ini perlu agar rakyat
terus terjaga iman dan ketakwaannya agar mereka dapat terus menghasilkan
generasi yang lebih baik dari yang pernah ada. Saya heran melihat rakya di
175
negara yang mayoritas muslim, bahkan diketahui di negara itulah pepolasi
muslim terbesar dunia berada. Namun perangai dan kehidupan mereka sama-
sekali tidak menunjukkan ciri-ciri bahwa negara itu dihuni mayoritas muslim.
Mengenai segelintir kecil diantara mereka ada yang konsisten melaksanakan
ajaran Islam. Maka hal ini mudah juga kita temui di Swedia maupun
Meksiko.
Gonggongan dan teriakan reformasi serta kebebasan telah membawa
mereka ke jalan yang lebih sulit dari sebelumnya. Pemberontakan terhadap
pemimpin yang mereka teriakkan hanya melah membuat mereka semakin
payah.
Saya melihat semua pemimpin di setiap negara adalah representasi
dari tipikal rakyatnya. Terlepas apapun sistem politik yang dianut. Kalau ada
pergeseran dari rakyat, maka mereka akan menggser pemimpinnya. Misalnya
terjadi pergeseran kesadaran ke arah yang lebih baik oleh rakyat Iran pada era
1970-an, maka mereka menumbangkan rezim pro kafir dan memilih
pemimpin yang fakih.
Ketika rakyat Irak merasa gerah denga kedamaian dan persatuan
Islam, maka mereka memilih mengikuti nafsu setan dan menumbangkan
Saddam Hussain. Dengan itupun hasrat hidup ala gaya Barat yang hedonis
dan materialis dapat mereka nikmati. Mereka sudah bosan pakai gamis dan
makan roti. Lalu beralih pada Lea dan Kentucky. Tidak lama lagi mungkin
warga Arab Saudi akan bosan minum air zam-zam dan beralih ke coca-cola.
Semua kaum Muslim harusnya paham bahwa bila sistem negara tidak
Islam, (Abdurrahman, 2007: 255) maka segala perjuangan akan tidak bisa
dilaksanakan. Dan bila sebagian saja dilakukan, maka sama dengan tidak
melakukan satupun.
Imam dalam pandangan syiah adalah orang yang berada di depan,
untuk diteladani atau diikuti/dipatuhi yang dia laksanakan. Ini karena
kesatuan unsur-unsur dalam Islam yang memiliki garis integrasi yang pasti.
Konsep ini berlawanan dengan pemahaman pemimpin dalam
pandangan barat. Barat menganggap pemimpin politik adalah sasaran kritik
dan caci maki. Perbedaan ini terjadi karena perbedaan orientasi kekuasaan.
Dalam pandangan Barat, kekuasaan adalah milik manusia, milik rakyat.
Sementara dalam pandangan Islam termasuk syiah, kekuasaan adalah milik
Tuhan.
Pertanggungwajaban utama seorang imam adalah kepada Allah.
Disamping itu pertanggungjawaban dalam konteks kemanusiaan juga perlu
ditunaikan.
Sebenarnya konsep seperti ini tidak hanya milik syiah namun juga
sunni. Tapi realitanya adalah kaum syiah saja yang terlalu ngotot
176
mempertahankan konsep imamah. Imam bagi syiah harus diutamakan dari
segi kefakihannya.
Saya kira perbedaan ini terkesan bagi kita karena setidaknya dua
alasan. Pertama karena ada komunitas mayoritas syi'ah berhasil
menumbangkan rezim penguasa yang pro barat yang dipimpin Imam
Khomaini. Kedua karena kaum sunni terlalu jauh penyebarannya sehingga
akulturasi menjadi salah satu alasan kenapa sunni terlihat kurang kompak.
Dengan beberapa keunggulannya, syiah lebih mampu menerapkan
konsep imamah yang lurus dalam sistem politiknya. Sementara itu untuk
sunni, bahkan telah terlihat bahwa saat ini bahkan diantara pengikutnya
banyak yang sudah tidak lagi mengetahui bahwa konsep imamah yang
sebenarnya, baik dalam paham sunni maupun syiah, adalah pemimpin politik,
mu'amalah dan ibadah adalah yang paling fakih diantara mereka.
Yang membuat sunni dan syiah berbeda adalah pemahaman yang
dianut Syiah Imamiyah. Mereka meyakini imam adalah orang yang dipilih
oleh Nabi saw. Dan yang dipilih Nabi adalah Imam Ali. Syiah imamiyah
tidak mengakui kekhalifahan tiga khalifah sebelum Imam Ali. Menurut
mereka kepemimpinan tiga imam itu tidak sah.
Imam adalah orang yang membimbing, mendidik dan mengarahkan
ummat agar senantiasa berada pada jalan yang diridhai Allah. Imam juga
bertanggung jawab atas kebutuhan dan pemenuhan kesejahteraan ummat
(rakyat). Hal ini berlaku untuk semua masa dan semua komunitas muslim.
Penjajah Belanda barulah hengkang dari bumi Nusantara sekelah
berhasil menumbangkan semua kerajaan Islam. Setelah merdeka, orang
Indonesia menjadi benar-benar buta dan tidak lagi tau bahwa politik adalah
bagian unsur dari agama. Bila politik cikeluarkan dari agama, maka sebuah
agama yang mengelurkan politik darinya tidaklah lagi dapat disebut 'agama'.
Kemampuan menjaga diri dari dosa sekecil apapun dan memiliki
kecakapan ilmu terutama menyangkut akidah, ibadah dan ahli dalam ilmu
fikih adalah syarat yang utama bagi seorang khalifah. Dalam pandangan ini,
seorang imam dapat pula diberi pengetahuan tanpa melalui proses normal
sebagaimana yang dilakukan orang biasa. Pengetahuan yang datang melalui
cara seperti ini disebut laduni. Ilmu ini hanya dimungkinkan Allah bagi
hamba-hambanya tertentu yang Dia pilih.
Seorang imam haruslah memiliki terajat pamahaman akan 'ilmu 'al-
yakin. Dengan ilmu ini imam dapat memahami dengan benar hukum-hukum
atas sebuah perkara. Dengan itu dia dapat menerapkan aturan dan hukuman
yang tepat. Imam adalah penafsir paling diakui atas dalil-dalil ke dalam
bentuk teknis pelaksanaan.
Dalam pandangan syiah, imam yang selanjutnya ditunjuk langsung
oleh imam sebelumnya. Mereka berpedoman pada apa yang telah dilakukan
177
Nabi Besar setelah selasai haji wada. Dikatakan, waktu itu nabi menunjuk Ali
sebagai pengganti beliau sebagai pemimpin ummat Islam. Riwayat ini
dikatakan ikut dirawi banyak ulama sunni.

178
Muhasabah

"...yang mengenal dirinya...mengenal Tuhannya"


Kalau membaca karya terbaik dari seorang penulis atau biasa disebut
'magnum opus'nya, maka akan terlihat karya-karyanya yang lain sebagai
catatan kaki-catatan kaki dari karya terbaik itu. Demikian pula bila kita telah
mengenal dengan benar manusia, maka kita akan memahami betul hakikat
alam semesta ini.Manusia adalah "karya" terbaik Allah Swt--meski bukan
berarti itulah kemampuan terbaik Allah. Manusia memiliki sifat-sifat
penciptanya secara terbatas bagi kapasitasnya selaku makhluk.
Adalah amat menguntungkan kita karena kunci tentang rahasia
hakikat alam semesta adalah manusia. Kenapa? Karena yang paling ingin
mengetahui rahasia itu adalah manusia juga. Untuk mengetahui manusia--
sebagai pintu gerbang mengetahui hakikat alam semesta dan segala makhluk-
-masing masing kita dapat mengkaji, mempelajari dan meneliti diri kita
sendiri.Kita terlalu suka dan disibukkan dengan mempelajari manusia lainnya
yang dianya penuh ketertutupan dan ketidak pastian. Kenapa kita lupa bahwa
diri kita sendiri adalah manusia juga? Kita lupa bahwa masing-masing pribadi
kita adalah kunci pengetahuan hakikat semesta.
"Gajah di pelupuk mata tidak terlihat. Semut di seberang sungai
sangat jelas." Pepatah ini ingin mengkritik manusia yang sangat suka
mengefalusi, mempelajari dan meneliti orang lain, namun lupa akan dirinya
sendiri.Alasan utama manusia enggal "mengkaji" dirinya sendiri adalah
karena manusia sangat tidak senang bila menemukan kesalahan dan hal-hal
buruk tentang dirinya. Karena enggan, maka tak ditahu dia punya kesalahan.
Karena tak tau akan kesalahan, maka mustahil munculnya islah atau
perbaikan.Filsuf terlalu sering menjadikan alam semesta sebagai objek
pangkajian oleh akalnya. Dengan itu dia tau banyak mengenai alam. Diapun
suka mengamati manusia sekitarnya. Namun filsuf gagal menemukan rahasia
di atas rahasia karena dia pula enggan mengkaji diri sendiri.
Sastrawan punya kepekaan terhadap alam melebihi seorang filsuf
sekalipun. Karena itu mereka lebih memahami akan rahasia alam semesta.
Namun nasib mereka sama seperti filsuf sebab mereka enggan juga mengkaji
dirinya sendiri. Adalah sufi yang berhasil membuang segalamacam ego diri
sehingga mereka dapat mengetahui rahasia alam semesta. Alasannya karena
mereka dapat mempelajari, merenungkan, menghayati dan mengkaji diri.
Dengan itu mereka berhasil membuang semua sifat buruk yang mereka
miliki. Inilah yang sering mereka sebut introspeksi. Dan kita mengenalnya
dengan istilah 'muhasabah'.
179
Sayangnya, untuk mengkomunikasikan pengalaman ini bagi ruang
dan waktu kita sangat sulit sebab tata bahasa dan sintaksis kita sangat terbatas
untuk menceritakan pengalamis mistik sufi.Hebatnya, mereka berhasil
menemukan Tuhan setelah membuang semua sifat buruknya, di dalam
diri.Sayangnya, sering sufi menjadi korban keterbatasan tata bahasa dan
sintaksis.

180
Persoalan Pendidikan Kita

Rakyat telah mati-matian memperjuangkan supaya anggaran belanja


negara untuk bidang pendidikan mencapai 20%. Setelah usaha itu berhasil,
ternyata yang terjadi adalah merajalelanya korupsi di bidang pendidikan.
Yang paling marak adalah pada kasus kongkalikong dana operasional sekolah
antara kepala sekolah dengan oknum pejabat Dinas Pendidikan misalnya di
Tangerang.
Di kota Lhokseumawe, Aceh, oknum Kepala Sekolah salah satu
SMA masih mendekam dipenjara akibat ulahnya menipu orangtua wali murid
dengan memungut biaya sebesar sepuluh ribu rupiah per-kepala siswa dengan
alasan biaya pembangunan sekolah.
Para aktivis yang konsentrasi terhadap proses pendidikan di
Indonesia bukannya berkonsentrasi dengan berperan aktiv mencegah dan
mengusut semua kasus korupsi dana pendidikan. Mereka malah mengurus
persoalan-persoalan teknis proses pengajaran yang belum tentu salah bila
mereka tentang dan belum tentu baik bila disesak untuk diterapkan.
Misalnya ada aktivis yang mengkritik masalah pemisahan kelas
unggul dan kelas biasa pada sekolah-sekolah. Mereka menuding penerapan
sistem demikian hanya akan mendiskreditkan dan semakin membunuh mental
dan semangat belajar mayoritas siswa yang bukan kelas inti atau kelas
unggulan. Tanpaknya itu adalah pandangan yang sangat subjektif. Bila
melihat dari sudut pandang yang sedikit berbeda, maka kita akan melihat
sistem ini akan semakin memotifasi siswa untuk berkompetisi dalam belajar.
Kasus ini tidak beda dengan kritik mereka atas pencantuman nilai
rangking atas nilai evaluasi belajar. Rangking jangan dilihat dari sudut
pandang "belajar untuk angka" tapi harus dilihat dari bagaimana siswa
termotofasi untuk berkompetisi menjadi yangterbaik dalam urusan yang baik,
yakni belajar.
Adapula protes yang ingin meminta pemerintah supaya aktivitas yang
menyangkut belajar-mengajar semuanya dikelola Dinas Pendidikan saja. Ini
"aneh"! Padahal kita semua tau bahwa negara-nagara maju itu bisa begitu
hebat karena setiap individunya memiliki pendalaman keahlian di bidang
yang digeluti masing-masing.
Namun kita ingin agar sekolah tingkat dasar dan menengah dikelola
langsung oleh Dinas Pendidikan dengan tetap berkonsentrasi pada spesifikasi
keahlian agar terciptanya keadilan yang merata pada semua konsentrasi
pendidikan. Sebab, belakangan kita lihat, misalnya semua sekolah yang
dikelola Depag nasibnya sangat tragis dibandingkan sekolah-sekolah yang
181
dikelola Departeman Pendidikan. Kita ingin keadilan dan pemerataan untuk
semua sekolah di bawah departemen manapun termasik milik swasta.
Adapula aktivis yang menginginkan Departemen Kebudayaan
(Depbud) disatukan kembali dengan (Depdik). Alasan dia agar nilai-nilai
kebudayaan kita yang penuh tenggang rasa serta kaya dapat terus ditanamkan
pada siswa. "Bukankah saat ini kita abai dalam mengapresiasikan
kebudayaan kita sendiri sehingga diklaim asing" katanya.
Saya kira pendapat ini aneh karena hanya akan menyempitkam
wilayah pemberdayaan kebudayaan kita. Disamping itu, ide ini malah dapat
mengganggu konsentrasi pemerintah dalam mengembangkan kualitas
pendidikan kita.
Terkait masalah pendidikan, merurut aktivis lainnya, pesca
revormasi pemerintah tidak lagi berfokus pada nasionalisme kabangsaasn.
Pemerintah lebih suka mengkampanyakan globalisasi dan pluralism.
Kebijakan lain dari rezim pembohong mengenai pendidikan adalah
ide membuat semacam perpustakaan atau perpustakaan di pusat-pusat
perbelanjaan yang katanya untuk meningkatkan minat baca masyarakat.
Menurut seorang aktivis, rencana ini hanyalah bagian dari siasat pemerintah
untuk membuat masyarakat semakin bodoh yaitu menjadikan mereka
semakin konsumertif. Dan ini semakin membuat masyarakat tidak produktif.
Bukankah pasar adalah tempat yang paling mudah membuat mereka yang
tidak produktif terganggu ekononominya.
Kembali ke persoalan pendidikan. Pemerintah semakin memperteguh
eksistensinya sebagai mafia dunia pendidikan dengan menerapkan kebijakan
ganti buku ajar setiap tahun. Ini adalah kerjasama licik pemerintah dengan
korporasi penertit buku ajar.
Di balik semua itu, kita harus memdukung rencana Depag
menerapkan sistem boarding school sebagai program pembentukan karakter
anak bangsa.
Menurut Fasli Jalal, pemerintah juga sangat konsisten untuk
meningkatkan kualitas pendidikan kita. Salah satu caranya adalah dengan
menganggarkan dana dengan jumlah yang besar untuk program beasiswa
luarnegeri bagi mahasiswa perguruan tinggi terutama program Magister dan
Doktoral.
Program baik pemerintah lainnya adalah menganggarkan dana
Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan independensi sekolah. Namun
dalam pelaksanaannya, sangat disayangkan permainan licik antara oknum
pegawai Dinas Pendidikan dengan Kepala Sekolah.

182
Pembenaran, bukan Kebenaran

Kalau Allah mau, Dia akan mejadikan kita ummat yang satu. Namun
Dia sengaja melahirkan kita dengan pemikiran yang berbeda agar dimamika
menjadikan kita berkompetisi secara sehat agar kita terus mengimprifisasi
diri.
Tidak ada manusia kecuali Nabi dan Rasul yang memperoleh
kebenaran dari hasil perenungannya. Perenungan menghasilkan kesimpulan
atau pemahaman yang berbeda. Selanjutnya sebelm dan setelah perenungan,
kita memang mengakui mencari kebenaran di Alam dan pada kitab suci.
Namun sebenarnya dari kedua sumber tadi yang kita cari adalah pembenaran.
Perenungan yang murni dan jujur sekalipun akan melahirkan ide dan
gagasan yang berbeda karena ide dan gagasan yang murni itu datangnya dari
Allah juga.
Oleh sebab itu lahirlah perbedaan mazhab dalam fikih, perbedaan
aliran dalam Teologi dan dinamisnya ide filosof.
Karena itu Nabi Besar mengatakan perbedaan diantara kita adalah
rahmat. Rahmat yang dapat menginprofisasi kita bila secara lebih sering dan
terus menerus direnungkan.

183
Perubahan Tak Bisa Ditunda

Koalisi Pemuda, mahasiswa menyatakan pemerintah saat ini adalah


pemerintahan yang gagal. Mereka menakutkan di masa depan negara kita
akan menjadi negara gagal. Bila ini terjadi, masa depan rakyat dan eksistensi
bangsa sangat terancam. Indonesia berpotensi bangkrut!
Anggaran militer melambung hingga 11% dari APBN, namun militer
kita tidak mampu berbuat apa-apa ketika negara tetangga menggerogoti
kedaulatan bangsa. Bahkan menyelamatkan para pelaut kita dari ancaman
perompak mereka takut.
Demi anggaran yang naik itu, militer secara sadar maupun tidak telah
mengabaikan fungsinya selaku penjaga keutuhan marwah bangsa. Parahnya
mereka menjadi pelindung korporasi asing yang seribu kali lebih kejam
daripada kompeni dan menjadi "pengawal setia" elit bedebah.
Militer kita diperalat oleh korporasi. Kita sangat menyayangkan hal
ini. Padahal kita tau mengenai loyalitas kebangsaan merekalah yang terdepan.
Tujuan perubahan menurut koalisi bukanlah menjatuhkan rezim yang
sedang berkuasa. Mereka hanya menuntut perubahan. Namun bila perubahan
meniscayakan penjatuhan rezim, rezimpun harus di tumbangkan.
Rezim pembohong ini bahkan dimulai dari proses yang bohong.
Rezim naik berdasarkan manipulasi politik yang luar biasa licik. Semakin
hari kebohongan rezim semakin mencolok. Jangankan mendapatkan
dukungan daripada rakyat, pemerintah sekarang bahkan tidak didukung lagi
oleh elit pemerintahan. Semua pihak yang masih mendukung rezim hanya
mereka yang disuap.
Rezim yang bibangun adalah imperealisme dan dinasti. Semua
kaluarga dan kerabat rezim. Rezim hari ini tidak punya karakter. Mereka
hedonis dan pragmatik. Lima persen warga negara dibuat terus menumpuk
kekuasaan. 95% lainnya terus ditindas. Jumlah warga negara kita adalah
keempat terbesar di dunia. Rezim menyiksa hampir semua rakyatnya.
Semua kebijakan rezim dikendalikan korporasi besar dan segelintir
elit yang jahat. Rezim terbukti gagal. Jangankan menjual, malah rezim
menghibahkan airdan tanah bangsa ini pada asing. Tidak hanya hasil
tambang, aset-aset nasional hampir semua dijual. Lalu kita membelinya
kembali denga harga yang sangat tinggi. Misalnya minyak mentah yang
dijual keluar lalu kita membeli minyak siap pakai dengan harga sangat tinggi
dan dibatasi, malah dicalo pula.
Setiap aksi biadab terorisme selalu elit ditudukan rezim pada gerakan
Islam. Padahal banyak aksi itu karena teroris geram dengan kebijaknnya yang
menyiksa rakyat, memanjakan asing.
184
Kita bikan gerakan transaksional. Kita tidak berjuang unruk
kepentingan persona atau kelompok tertentu. Kita punya banyak orang-orang
yang baik dan jujur. Kita tidak menentukan orang tertentu untuk tampil
membawa perubahan, kita akan memilih siapapun dari mereka yang memiliki
komitmen akan perubahan dalam rangka mensejahterakan rakyat serta
mengembalikan kedaulatan bangsa.

185
Apakah Kita Butuh Militer?

Martin Wolf, orang Yahudi penulis Globalisasi, mengatakan dalam


sistem globalisasi, militer tidak boleh mengurusi bisnis. Militer harus
konsenterasi pada pengamanan korporasi dan negara yang memperoleh pajak
dari korporasi harus meningkatkan kelengkapan fasilitas serta kesejahteraan
militer.
Militer kita seolah-olah makhluk asing yang tiba-tiba berhadapan
dengan masyarakat lalu bentrok. Persis seperti "bentrok" antara harimau
dengan manusia yang suka terjadi di pedalaman Sumatera.
Militer melupakan peran dan fungsinya untuk melindungi kadaulatan
bangsa. Kedaulatan bangsa itu sendiri adalah rakyatnya. Selanjutnya adalah
air dan tanahnya. Sekarang militer tidak melindungi apapun dari elemen
kadaulatan bangsa. Demi melindungi korporasi mereka rela menembaki
rakyat yang seharusnya mereka lindungi. Air dan tanah digerogoti asing
mereka diami. Ada warga yang disandera perompak di negeri orang, mereka
tidak berani berbuat apa-apa.
Akibat pengaruh konsep globalisasi Martin Wolf si Yahudi, hak
militer untuk mengelola usaha perlahan dilucuti. Ini membuat mereka
semakin terkesan asing sebagai bagian dari warga negara. Di samping itu
penaikan anggaran dana pertahanan tidak membuat militer kita semakin kuta
dan berani melindungi kadauatan bangsa. Mereka hanya semakin berani
kepada rakyat sipil biasa yang tidak punya apa-apa. Kenaikan anggaran
hanya membuat mereka terlihat semakin jagoan di mata anak-anak saja.
Kalau denmikian adanya, kita semua, rakyat Indonesia, perlu
bertanya: apakah kehadian militer di tengah-tengah kita telah membuat kita
merasa aman. Atau sebaliknya? Bila yang terjadi sebaliknya, apakah kita
butuh militer?

186
Takjub dalam Keheningan

Kata-kata adalah media transformasi informasi paling populer antar


persona. Tapi ternyata kata-Kata adalah sarana paling terbatas untuk
menginformasikan pesan.
Sufi punya pengalaman yang luarbiasa dalam kondisi fanaa. Namun
ketika mereka ingin menyampaikan apa yang mereka rasakan, ternyata
mereka menemukan kata-kata dalam bahasa ternyata sangat terbatas. Mau
tidak mau sufi harus menggunakan sarana yang sangat terbatas itu meskipus
nyatanya penggunaan kata-kata untuk menginformasikan pengalaman mistik
sufi telah banyak mendeskriminasi dengan cara mereduksi pengalaman
mistik luarbiasa yang mereka rasakan.
Seorang pemuda yang jatuh cinta kepada seorang pemudi tidak
mampu memberi alasan kenapa dia mencintai. Ketika dipaksakan
mengungkapkan alasan maka dia akan mereduksi apa yang ia sedang alami
dan rasakan. Misalnya dia memberi alasan mencinta si pemudi karena
kulinya kuning langsat, karena hidungnya mancung dan badannya langsing.
Sebenarnya alasan-alasan yang dikemukakan itu hanyalah alasan-alasan
simbolis untuk melambangkan atau mewakilkan rasa cintanya. Meskipun
boleh jadi kulit, hidung dan postur tubuh si pemudi tidak berhubungan sama-
sekali dengan cinta yang ia rasakan.
Ketika filsuf harus membahasakan penemuan pemikirannya, mereka
akan menggunakan istilah-istilah yang sangat asing dan susah dimengerti
masyarakat awam.
Filsafat mencapai muaranya pada tangan Nietzsche. Dia memiliki
kesulitan yang besar untuk membahasakan filsafatnya sehingga dia memilih
jalur sastra sebagai media transformasi pemikiran filosofisnya yang sangat
mendalam. Namun ketika aliran sungai itu mendekati bibir samudra, maka
Nietzsche memilih bungkam karena kata-kata tidak mampu magi
menampung isi gagasannya.
Banyak sufi memilih diam merenungkan keindahan pengalaman
mistinya. Diam mereka anggap lebih baik daripada mengkomunikasikannya
melalui bahasa sebab tidak ingin mereduksi keindahan pengalamannya
kedalam kata-kata. Mereka takjub dalam keheningan.
Dalam diam, tidak ada yang distorsasi. Lihatlah bagaimana Ikal
mampu menangkap seluruh pesan dari ayahnya melalui diam. Menjelang hari
tua, Habibi dan Ainun lebih sering berkomunikasi dalam diam. Aku pula
membaca pesan, nasihat dari ayahku melalui diamnya. Dengan melihat raut
wajahnya aku paham isi hatinya tanpa harus ayah mereduksikan pesannya
melalui kata-kata. Aku terdoktrin melalui diam.
187
Nabi Basar adalah sosok yang berbeda. Beliau adalah makhluk Allah
yang paling berpengetahuan dan berwawasan luas. Bila ahli Astronomi baru
mengetahui beberapa hal mengenai galaksi, maka Nabi bahkan telah pergi
mengunjungi Sidratul Muntaha. Namun Nabi besar mampu untuk
komunikatif dengan ummatnya yang dianggap jihiliyah. Nabi mampu
memberi penjelasan sesuai batas nalar ummatnya meski pengetahuan beliau
jauh lebih luas daripada mereka.
Nabi memiliki ilmu paling tinggi melebihi filsuf dan sastrawan,
namun beliau mampu menyampaikan pesan besarnya kepada masyarakat
yang paling rendah nalarnya sekalipun. Nabi Besar patut dijadikan contok
sosok yang paling mampu mengobjektiivikasi konsep besar yang beliau bawa
kepada masyarakat yang berbanding lurus dari konsep yang beliau bawa.

188
"Pelesiran" adalah "Manifestasi Tertinggi Demokrasi"

Media massa gempar memberitakan tingginya biaya studi banding


wakil rakyat. Sebagian besar rakyat memilih bungkam karena kehabisan
tenaga dan kata-kata untuk mengkritik dan menentang wakilnya. Sebagian
kecil rakyat yang pendidikannya agak tinggi yang masih memiliki sedikit lagi
sisa tenaga dan memiliki beberapa perbendaharaan kata baru, masih setia
mewakili mayoritas masyarakat untuk mengkritik para wakil mereka yang
dengan suka hati menggunakan uang rakyat untuk berfoya-foya dan untuk hal
yang tidak berman faat ditengah-tengah krisis ekonomi yang dirasakan
rakyat. Namun mereka masih tetap saja dianggap "anjing kurapan ompong
yang menggonggong".
Pelesiran ke luar negeri dengan alasan untuk studi banding undang-
undang adalah manifestasi tertinggi sebuah negara demokrasi. Negara
demokrasi adalan negara yang menyerahkan segalanya kepada rakyat.
Termasuk pemilihan wakil rakyat dan pejabat negara.
Karena rakyat kelaparan, maka yang sebungkusnasi akan dipilih menjadi
wakil dan penguasa.
Negara demokrasi adalah negara yang paling mudah dikendalikan
oleh korporasi yang punya uang banyak. Wakil rakyat dan pejabat negara
mudah saja disortir membuat undang-undang yang menguntungkan korporasi
dan menyengsarakan rakyat.
Negeri kita memang telah diatur agar kondisi keuangannya tidak
merata. Supaya beberapa ribu orang saja memiliki uang yang sangat banyak
sementara ratusan juta lainnya hidup serba kekurangan. Salahsatu tujuan
daripada pengkondisian ini adalah supaya barang-barang mahal dan paket
wisata mewah oleh negara maju dapat diakses.
Saya berikan contoh. Sebuah barang dijual dengan harga tujuh ratus
rupiah. Apabila dari sepuluh orang masing-masingnya memiliki uang seratus
rupiah, maka barang itu tidak akan terbeli. Maka bila ada seseorang yang
mampu mengkondisikan agar salahseorang dari yang sepuluh tadi
mengantongi tujuh ratus rupiah dan sembilan orang lainnya masing-masing
berbagi sisa tiga ratus rupiah lagi, maka barang itu akan terbeli.
Begitulah tamsilan kondisi perekonomian negara kita dan negara-
negara lainnya. Wakil rakyat, korporat dan pejabat negara adalah orang-orang
yang mengantongi tujuh ratus rupiah tadi sehingga mereka mampu
mengakses produk-produk dan jasa yang mahal milik negara maju.
189
Semua yang mereka miliki nyatanya adalah milik raturan juta rakyat
dengan cara yang tidak baik namun kadang-kadang tidak melanggar hulum.
Sebab, hukum itu sendiri adalah mereka yang membuat.
Fakta di depan kita adalah wakil rakyat yang suka pelesiran ke luar
negeri untuk menikmati fasilitas mewah suguhan luar negeri. Pelesiran ini
adalah manifestasi tertinggi dari sistem demokrasi yang kita anut. Pelesiran
ini adalah sebagian kecil dari realitas berhasilnya salah seorang dari sepuluh
orang yang dikondisikan mampu mengakses sesuatu yang tujuh ratus rupiah
itu.

190
Pornografii sebagai "Penyokong" Demokrasi

Indonesia adalah sarang teroris. Di sini juga pornografi bersarang.


Pornografi telah terbukti secara ilmiah merusak beberapa fungsi otak
terutama anak-anak. Pornografi disponsori asing dengan dana yang banyak
sehingga mereka dengan leluasa menguasai media informasi apapun jenisnya.
Berhubungan mental para pengambil kebijakan rusak akibat fungsi otaknya
terganggu, mungkin juga sebab terlalu sering mengakses fasilitas porno
waktu kecilnya sehingga mudah saja hukum mereka sortir sesuai kehendak
asing. Karena otak mereka rusak, maka mereka tidak peduli hukum yang
diibuat dan kebijakan yang diambil dapat merusak otak generasi penerus
bangsanya sendiri lebih parah dari mereka. Karena otak mereka rusak,
mereka lebih memilih uang banyak dari hasil merusak genarasi bangsa untuk
mengakses yang porno-porno.
Karena negara ini demokrasi, maka "gonggongan" ummat yang
menolak pornografi dijawab dengan membuat undang-undang anti pornografi
di mana isi undang-undangnya adalah tidak boleh telanjang bulat di depan
umum, baik nyata maupun visual. Kalau ada ummat yang menuntut agar
undang-undang itu lebih menutup aurat lagi, maka stigmanya akan mengarah
ke jender dan para aktivis perempauan akan angkat bicara menyuarakan agar
perempuan dikasih telanjang. Memalui undang-undong larangan telanjang
bulat itu, pemerintah sudah cukup baik dan cukup toleran menaggapi
"gonggongan-gonggongan" di jalanan.
Pornografi haruslah benar-benar dapat diakses secara meluas
terutama bagi generasi muda agar otaknya rusak. Bila otak generasi muda
rusak, maka kelak ketika mereka diamanahkan mengelola negara, mereka
akan membuat keputusan dan kebijakan yang lebih parah daripada
pendahulunya lakukan hari ini. Negara demokrasi adalah negara yang
menyerahkan segalanya bagi rakyat. Bila pornografi menyabar, maka otak
semua rakyat akan rusak. Lalu, otak-otak yang rusak itu akan memilih wakil
dan pemimpin yang rusak-rusak juga. Maka dengan itu, pornografii "sangat
dibutuhkan" di negara kita sebagai "penyokong" demokrasi.

191
Jahiliyah Barat

Dunia sepakat bahwa syair-syair puisi posisinya lebih tinggi dari segi
tinjauan manapun menyangkut akal dan pemikiran dibandingka karya ilmiah
filosofis. Masyarakat Arab abad V masehi harus diakui lebih intelek daripada
Barat abad 20. Arab saat itu memiliki budaya puisi yang tinggi. Selain itu
mereka juga punya strategi diplomasi yang hebat dan sistem pertahanan yang
unggul sehingga arus perdagangan deras di sana.
Dengan kehebatan-kehebatan itu, Tuhan tetap saja menganggap
mereka bodoh (jahiliyah) sehingga Dia mengutus seorang rasul untuk
memperbaiki kebodohan mereka. Rasul yang ditus itu ditujukan untuk
memperbaiki akhlak (etika) masyarakat yang jauh lebih unggul daripada
Barat abad XX.
Salah satu slogan yang dibawa rasul utusan itu adalah “Adab
diharatas ilmu”. Slogan ini utuk mengingatkan siapa saja yang berbangga
dengan intelektualitasn untuk sadar bahwa intelektualitas itu sama-sekali
tidak berguna bila tidak bibarengi akhlak mulia.
Pada satu Imam Al-Ghazali melihat seekor lalat hinggap pada ujung
tongkatnya. Karena tidak ingin mengganggu lalat itu, beliau tidak
menggerakkan tongkatnya sama sekali. Ini adalah aplikasi dari ilmu Imam
Al-Ghazali yang tinggi itu. Seorang sufi bermimpi bahwa Imam Al-Ghazali
masuk surga bukan karena bukunya yang banyak dan masih bermanfaat bagi
orang hingga kini, tapi karena tidak mengganggu lalat tadi.
Anehnya masyarakat dunia saat ini mererima dan mengidolakan
segala produksi gagasan, barang dan gaya hidup dari Barat karena
menganggap Barat hari ini adalah representasi kehidupan bermartabat.
Padahal posisinya jauh di bawa masyarakat Arab jahiliyah abad V Masehi.

192
Filosof dan Politik

Seorang ilmuan belum tentu menjadi filsuf karena dia hanya


menguasai satu disiplin ilmu tertentu meskipun sangat detail dan mendalam.
Seorang filsuf sudah barang tentu adalah ilmuan karena dia telah menguasai
beberapa disiplin ilmu secara detail dan mendalam. Seorang filsuf jauh
melampaui seorang ilmuan.
Filsafat tidak bisa digolongkan sebagai salah satu dari disiplin ilmu.
Suatu disiplin ilmu tertentu mengkaji sesuatu secara spesifik dan mendalam.
Sementara filsafat membahas segalahan tentang sesuatu yang 'ada'.
Alam dibagi menjadi dua yaitu alam realitas dan alam konsep.
Karena itu, 'ada' dapat digolongkan 'ada' sebagai realitas dan 'ada' sebagai
konsep. Misalnya hantu. Dia ada sebagai konsep dan tidak perhan ada
sebagai realitas.
Maka filsafat membahas segala konsep maupun realitas.
Objek kajian filsafat di sebut Ontologi. Ontologi dibagi dua yaitu
yang terlihat, disebut Fisika dan tidak terlihat disebut Metafisika.
Kristen membutuhkan filsafat untuk menambal lobang-lobang
konsep trinitas yang aneh sejak awal dicetus.
Mendengar alasan di atas, kelompok sunni yang fanatik akan
mengatakan bahwa syiah gemar mempelajari filsafat untuk mempertahankan
dan menyebarkan konsep syiah.
Kaum Muslim masa lalu menggunakan filsafat sebagai senjata
menyebarkan paham Al-Qur'an dan Hadits. usaha ini mendapat kritik dan
tantangan dari kelompok fuqaha karena mereka menganggap filsata itu dari
kafir (Yunani). Fuqaha beranggapan Al-Qur'an dan Hadits sudah cukup untuk
segala kebutuhan pedoman dan sumber inspirasi.
Menurut Mulla Sadra, Filsafat Yunani (FY) sangat menarik dan telah
memrerikan banyak sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan Islam.
Namun dianya harus terus dicirigai. Mencirigainya harus dilakukan dengan
pengamatan dan analisa yang kritis. tajam dan mendalam. Pencurigaan ini
saya lihat membuat semakin banyak saja sumbanyan yang diberikan kepada
dunia Islam.
Bangun Filsafat Islam (FI) tidak hanya dari pemikiran Yunani,
namun Persia dan India juga banyak memberikan sumbangsihnya.
Salah satu sebab besarnya pengaruh FY bagi FI adalah karena para
khalifah masa itu sangat peduli dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Para penterjemah karya-karya FY diberikan fasilitas dan gaji yang besar. Di
samping itu, pesan Islam yang diterima para pemikir muslim juga memotifasi
mereka untuk semakin giat mencari ilmu.
193
Usaha "islamisasi" FY ke dalam dunia Islam menuai kritik keras
dari kalangan ulama yang menganggap Islam tidak memerlukan filsafat
dengan alasan Al-Qur-an dan Hadits telah memberi jawaban dari dari segala
pertanyaan dalam fisafat. Mereka juga mengkhawatirkan filsafat dapat
menyesatkan ummat setelah memperoleh kebenaran dari Al-Qur'an dan
Sunnah.
Menurut Mulla Sadra, Filsafat Yunani (FY) sangat menarik dan telah
memrerikan banyak sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan Islam.
Namun dianya harus terus dicurigai. Mencirigainya harus dilakukan dengan
pengamatan dan analisa yang kritis. tajam dan mendalam. Pencurigaan ini
saya lihat membuat semakin banyak saja sumbanyan yang diberikan kepada
dunia Islam.
Bangun Filsafat Islam (FI) tidak hanya dari pemikiran Yunani,
namun Persia dan India juga banyak memberikan sumbangsinya.
Salah satu sebab besarnya pengaruh FY bagi FI adalah karena para
khalifah masa itu sangat peduli dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Para penterjemah karya-karya FY diberikan fasilitas dan gaji yang besar. Di
samping itu, pesan Islam yang diterima para pemikir muslim juga memotifasi
mereka untuk semakin giat mencari ilmu.
Usaha "islamisasi" FY ke dalam dunia Islam menuai kritik keras
dari kalangan ulama yang menganggap Islam tidak memerlukan filsafat
dengan alasan Al-Qur-an dan Hadits telah memberi jawaban dari dari segala
pertanyaan dalam fisafat. Mereka juga mengkhawatirkan filsafat dapat
menyesatkan ummat setelah memperoleh kebenaran dari Al-Qur'an dan
Sunnah.
Bahkan Al-Farabi berpendapat hanya filsuflah yang layak menjadi
pemimpin. Sebab, menurutnya, sesuai dengan pandangan Islam, seorang
pemimpin harus menguasai segala macam disiplin ilmu yang mendalam di
samping syarat lainnya seperti militansi, kefakihan dan kemampuan
berijtihad. Di samping itu seorang pemimpin harus menguasai ilmu
administrasi serta mampu berkomunikasi dengan baik dengan segenap
lapisan masyarakat.
Nabi adalah orang yang paling komunikatif sehingga pesan besar
yang sangat tinggi mampu beliau kominikasikan kepada masyarakat dari
berbagai tingkatan. mulai dari intelektual hingga yang awam yang tidak
mampu baca tulis. Oleh sebab itu makna 'ummi' Nabi Besar tidak melulu
harus dimaknai bahwa beliau tidak bisa membaca abjad. Boleh jadi makna
'ummi' adalah komunikatif.
Al-Farabi berbicara seperti ini bukannya karena punya orientasi
politik tertentu. Sebagai seorang filsuf, politik adalah bagian dari
konsenterasi kajiannya. Lagi pula seorang filsuf hampir mustahil dapat
194
menjadi seorang pemimpin politik sebab mereka tidak terlibat langsung
dengan masyarat. Berbeda dengan fuqaha yang tampil untuk memeberikan
solusi terhadap persoalan praktis masyarakat sehingga mereka bersentuhan
langsung dengan masyarakat. Filsuf menjadikan hal-hal yang tinggi
melampaui hal-hal yang bersifat konkrit dan praktis. Selain tidak bersentuhan
langsung dengan masyarakat, juga hasil pemikiran dan kajian mereka yang
sulit dipahami masyarakat awam, maka tidak heran bila pemikiran mereka
sering disalah artikan dan dianggap sesat oleh masyarakat.
Kata Prof. Mulyadhi Kaertanegara, Al-Farabi adalah orang pertama
yang mengusahakan politik sebagai sebuah ilmu madiri. Politik harus dikaji
secara indepanden agar pembahasannya dapat lebih detail dan menyeluruh.
Al-Farabi, sebagaimana filsuf lainnya. hidup sederhana. Bahkan
dahulu seorang filsuf tidak boleh menerima bayaran dari pekerjaannya
mengajar filsafat. mereka boleh menerima gaji dari profesi lainnya. Misalnya
Ibnu Sina yang mengajar Kedokteran disamping dia juga seorang filsuf.
Melalui syairnya, Al-Kindi sering menyindir penguasa di masanya.
Kritik pada penguasa sering dilakukan para filosof. Bahkan keras dan tajam.
Misalnya Ibnu Sina mengatakan, salah-satu ciri negara gagal adalah bila
banyaknya prakrisi hukum dan dokter. Ungkapan ini bukannya tidak
beralasan. Banyaknya praktisi hukum adalah akibat dari banyknya kasus
kriminalitas karena syariat tidak di jalankan. Tidak dijalankannya syariat
adalah karena iman masyarakat lemah. Iman yang labil dan syariat yang
kurang tegak menyebabkan pola hidup masyarakat kacau. Hal ini dapat
memicu banyaknya orang yang sakit sehingga butuh banyak doter.
***
Al-Farabi mengkaji politik dimulai dari analisanya terhadap manusia.
Menurutnya manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup sendiri. Sekaya
apapun kita, bila petani kapas dan buruh pabrik garmen tidak ada, maka kita
harus turun keladang juga atau mencukur sendiri bulu domba atau telanjang.
Al-Farabi tidak sepakat dengan sistem pemerintahan demokrasi
dalam artian rakyatlah yang mengatur segala kebijakan negara karena rakyat
itu awam. Bila kekuasaan diberikan pada orang awam maka pemimpin yang
dipilih adalah orang awam, wakil juga dipilih awam, kebijakan-kebijakan
produk masyarakat awam. Konon, Aristotelas malu saat dipuji oleh orang
awam hingga tidak keluar ruma beberapa hari. "Bila dipuji orang awam,
berarti yang dipuji juga awan" kata Pak Mulyadhi.
"Negara hadir untuk memungkinkan warga negara untuk mencapai
kesempurnaannya yang tidak mungkin dia capai dalam kesendiriannya" kata
Prof. Mulyadhi. Adalah hak rakyat untuk memperoleh kesejahteraan baik
jasmani maupun rohani dengan memiliki sarana dan wadah untuk
mengembangkan potensi, memperoleh pendidikan, pekerjaan dan kebutuhan
195
lainnya. Sementara tugas negara adalah memfasilitasi itu semua. Maka pada
dasarnya kehadiran sebuah negara adalah mutlak dioerlukan. Dan menjadi
pemimpin dan pejabat negara adalah mulia karena mereka bertugas
memenuhi hajat hidup orang banyak. Saking pentingnya sebuah negara,
bahkan seorang filsuf pernah berkata "empat puluh tahun berada dibawah
pemerintah yang zalim akan lebih baik daripada satu hari tanpa negara"
karena tanpa negara akan terjadi kekacauan dimana mana dan menciptakan
chaos dengan volume besar.
Al-Farabi menggolongkan beberapa jenis negara, yaitu: (1) negara
fasik, yakni negara yang elitnya mengetahui suatu kebenaran namun tidak
bersedia menerapkannya; (2) negara fadhilah, yaitu negara yang elitnya
mengetahuo kebenaran dan menerapkannya, dan: (3) negara jahiliyah, yaitu
negara yang elitnya tau akan kebenaran namun tidak mau tau akan kebenaran
itu. Karena itu, makna 'bodoh' dalam pandangan Islam bukanlah sekedar
seseorang tidak mengetahui akan kebenaran, namun bahwa dia tidak mau
melaksanakannya. Islam "adalah agama yang mengutamakan amal dari pada
gagasa" seperti kata Sir Iqbal. Prof. Al-Attas mengatakan kalau sekedar tau
dan mengetahui kebenaran, maka Iblispun mengetahui mengakui dan
keagungan dan kebenaran Allah. Namun karena dia bersikukuh untuk tidak
mau melaksanakan segala ketetapan dan perintah Allah, maka tetaplah dia
ditahbiskan sebai penghulu kekafiran.
Pemimpin harus mampu memberikan kesejahteraan dan kebahagiaan
hakiki pada rakyatnya. Pemimpin juga harus cerdas dalam membedakan
antara kesenangan dan kebahagiaan.
Seorang pemimpin harus mampu membedakan antara kebenaran
dengan kebatilan serta mampu dan menerapkan kebanaran itu. Seorang
pemimpin harus mampu membedakan mana oase mana fatamorgana.
Ikhwanussufa mengatakan, kebenaran air bukan denga dilihat namun
disentuh. Sehingga tidak seperti ratu Balqis yang terpaksa menyingkap
auratnya di hadapan Sulaiman. Atas dasar ini banyak orang mengakui
kebenaran pengalaman mistik sufi karena menganggap mereka telah
melampaui melihat kebenaran namun telah merasakan ,menyentuhnya.
Konsep ini terkait pula denga yang dikatakan Sir Popper bahawa kebenaran
itu barudapat diakui bila telah melalui proses pembuktian melalui praktik
pengalaman. Maka konsep 'kebodohan' adalah karena pengakuan akan
kebenaran belum dibuktikan (melalui) pengamalan.
***
Kita memang mengakui bahwa filsuf masa lalu adalah orang yang
sangat dalam pengetahuan serta tinggi gagasannya. Prof. Mulyadi
membuktukan itu dengan salah satu indikasinya merka menulis benjilid-jilid
buku dan sering membahas suatu objek kajian dengan panjang lebar. Namun
196
saya kira juga karena mereka memperkenalkan sesuatu yang baru dan belum
diketahui sebelumnya. Misalkan kita belum mengenal yang namanya 'durian',
maka untuk memperkenalkan itu melalui kata-kata, maka dibutuhkan seratus
halaman. Wallahu 'alam.

197
Jamuan Yahudi

Rabi Yahudi Kehabisan akal untuk meyakinkan dinasti Romawi


bahwa ajaran Isa (Yesus) mengandung unsur subfersif. Akhirnya mereka
berhasil mendapatkan kepercayaan publik dengan mengisukan bahwa ajaran
Isa mengganggu agama Yahudi yang dibawa Musa. Dan, Isapun disalib
(Teks Islam menegaskan bahwa yang disalib itu bukan Isa tapi beberapa
orang paling depan yang mengejar Isa. . Dan yang disalib sebenarnya
beberapa, bukan satu orang. Semuanya serupa Isa).
Rabi khawatir bila agama Nasrani berkembang mereka akan
kehilangan wibawa adan posisi. Persis seperti ketakukan kaum Quraish akan
ajaran Muhammad.
Kehadiran Isa adalah untuk meluruskan kembali ajaran Musa yang
telah mulai diselewengkan sejak Samiri. Selain itu, Musa juga hadir untuk
berusaha melapangkan dada Bani Israil bahwa Rasul utus terakhit bukan dari
golongan mereka. Hal ini tidak bisa mereka terima.
Setelah Isa diangkat ke langit, Bani Israil menjadikan agama Nasrani
sebagai “benteng pertahanan” menyelamatkan agama Yahudi. Strateginya
adalah mengimpor agama Nasrani kepada selain Bani Israil. Ini adalah
beberapa dari penryelewengan atas agama Nasrani. Karena masyarakat di
luar Bani Israil kebanyakan menganut paham pagan, maka konsep tauhid
sangat sulit diterima. Oleh karena itu, dalam sebuah jamuan, oleh para
intelektual Bani Israil, konsep tauhid dirubah menjadi konsep trinitas agar
agak besesuaian dengan sistem pagan. Disamping itu, “melantik” Yesus
sebagai anak Tuhan adalah salah satu rancangan besar agar nantinya agama
Nasrani mampu bersaing dengan Islam. Untuk terus menyemai konsep ini,
filsafat diutamakan agar pedoman dasar kajian agama adalah akal yang
sifatnya debatebel itu.
Islam dibawa oleh rasul dari keturunan terhormat bangsa Arab, yang
kelak di Madinah juga diangkat menjadi Kepala Negara. Di samping itu
agama yang dibawa muhammad juga berhasil menaklukkan sepertiga belahan
bumi. Bila prestasi-prestasi Muhammad dibandingkan dengan Yesus yang
lahir terhina tanpa ayah, ibunya dituduh pezina. Lalu dia terpaksa hidup
sebatang kara, menderita dan tidak punya rumah, maka Yesus akan tidak ada
apa-apanya dibandingkan Muhammad. Oleh sebab itu untuk agar Yesus bisa
dipersaingkan dengan Muhammad, maka dia “dilantik” menjadi anak Tuhan
oleh st. Paul.
Sampai sekarang ini Bani Israil masih mampu mengadu-domba
penganut Nasrani dengan Islam. Kita harus tau bahwa perang salib adalah
akibat provokasi dari Yahudi ke dalam dua belah pihak. Saya juga curiga
198
bahwa Bani israil telah mesuk dan “mendarah daging” dalam badan syi‟ah
agar konflik internal muslim terus terjadi. Bukankan adalah Yahudi yang
menjadi biang kerok pecahnya perang saudara pertama dalam rumah tangga
Muslim, antara Mu‟awwiyah dan Ali r.a.
Bani Israil adalah kaum yang paling berhasil melakukan intrik dan
agitasi ke dalam setiap ajaran dan negara. Salah satu sebabnya adalah karena
mereka lihai dalam urusan spionase dan penyusupan rahasia. Di samping itu,
tidak memiliki rumah tinggal (negara) mereka siasati dengan menyusup ke
dalam setiap negara lalu melakukan provokasi dan politik perpecahan. Oleh
karena itu, Inggris berfikir tindakan ini harus dihentikan dengan melokalisasi
mereka ke suatu tempat. Maka pada abad ke-20 Inggis mempelopori
pendirian negara Israel. Tapi Bani israil telah terlanjurmasuk ke elemen-
elemen vital negara-negara maju. Dengan itu mereka telah berhasil
menguasai dunia. Saya jadi teringat serial kartum „Pinky and The Brain‟.
Kisah tikus yang selalu berhasrat menguasai dunia dengan segala macam tipu
daya.

199
Deradikalisasi Agama ?

Al-Qaida tidak seperti 'Swiss Belhotel' ataupun 'KFC' yang ketika


ingin mencamtumkan labelnya kita harus menempuh prosedur administratif,
memenuhi standar tertentu dan mengikuti aturan tertentu. Al-Qaida adalah
sebuah gerakan yang tidak terlalu mempedulikan pencantuman namanya
dalam gerakan teror tertentu oleh kaum muslim. "Jadi setiap gerakan
pengeboman ataupun teror boleh menamakan dirinya kelompok Al-Qaida."
demikian kurang lebih kata Ketua PSIK-Indonesia, Yudi Latif. Ini artinya
teror-teror yang terjadi di berbagai belahan bumi tidak memiliki garis
hubungan tertentu. Mereka bergerak bebas tanpa satu komando terpusat.
Semakin dalam pengetahuan dan pengamalan agama seorang
muslim, semakin mungkin tindak teror berlaku. Sebab, tindakan ini adalah
apresiasi kemarahan atas penyiksaan terhadap saudara-saudaranya di
berbagai belahan bumi dunia Islam. Sebab merekalah yang lebih 'mewujud'
menjadi seperti yang dikatakan Nabi bahwa "muslim adalah bagai satu
anggota tubuh, bila satu bagian sakit dia ikut merasakan".
Al-Chaidar merujuk Karen Armstrong mengatakan bahwa muslim
yang melalukan teror mengalami gejala kejiwaan, "patologi" katanya.
Memang benar argumen Armstrong itu, sebab mereka adalah bagian anggota
tubuh yang sakit dan sedang di siksa kafir di berbagai belahan dunia.
Mereka yang lebih disebut muslim radikal adalah muslim yang lebih
dalam, mengakar dan kokoh pengetahuan agamanya. Yang lebih dalam
pengetahuan dan pemahaman agamanya, maka dia lebih peka dan merasa
bahwa semua muslim adalah bagian anggota tubuhnya.
Radikal diambil dari kata 'radic' yang berarti 'akar'. Jadi wajib bagi
setiap muslim mendalami agamanya. Jadi tidak benar pendapat yang
menyatakan "...untuk menghapus radikalisme maka perlu pemahaman agama
yang benar". Pernyataan ini bukan hanya maknanya yang keliru tapi
kalimatnya sendiri juga salah: persis seperti menyatakan, "untuk nencegah
mereka mendalami pemahaman agama, maka perlu dilakukan pendalaman
agama" atau "untuk mencegah sia A masuk sumur, maka si A perlu masuk
sumur. Aneh!
Stigmatisasi seperti ini adalah bagian dari perencanaan besar musuh-
musuh Islam untuk mengesankan Islam sebagai agama teroris. Mereka
mengusahakan Islam menyandang konotasi negatif. Bila mengaitkan agenda
besar ini dengan sejarah didirikannya agama Kristen, maka dalangnya adalah
Yahudi.
200
KH Masdar Farid Masudi, Daewan Suriah PBNU, mulai terpengaruh
oleh stigmatisasi ini beranggapan tidak ada yang benar atas penafsiran kita
pada Al-Qur'an yang kita jadikan pedoman hidup.
Memang benar kebenaran hanya ada ketika Allah menafsirkan
sendiri Al-Qur'an itu. Tapi diturankannya Al-Qur'an adalah untuk pedoman
manusia. Oleh karena itu bagi kita ditetapkan standar kebenaran-keburukan
melalui syariat yang diatur dalam hukum fikih.
Saya agak kurang sepakat dengan pendapatnya yang mengatakan
Indonesia tidak memiliki ulama yang sebenar ulama. Saya lebih cendering
'kita krisis' ulama. Oleh karena itu, kata pendapat tadi, tidak boleh gegabah
mendirikan negara Islam. Saya kira karena Islam tidak menganut sistem dosa
keturunan, maka kita dapat membentuk ulama itu. Pertanyaannya adalah,
apakah kita mau patuh dan taat pada ulama bila dia ada. Jawabannya ada
pada sistem kita. Bila mengusung sistem domokrasi, maka pendapat dan
kebijakan dari perut masing-masing kita yang bodoh-bodoh ini. Oleh sebab
itu, Al-Khaidar melaporkan pendapat seorang ulama bahwa menganut sistem
demokrasi persis seperti menggali kubur orangtua sendiri lalu memperkosa
mayatnya sambil memakan daging babi. Bagaimana mungkin menyerahkan
segala kebijakan pada orang awam.
Ada beberapa kelompok yang label tertentu disandingkan pada
merela secara sembarangan hingga mendistorsi etimologi kata dan menyakiti
kelompok yang diberi label. Kelompok sekuler dianggap kelompok yang
sama-sekali tidak peduli dengan agama. Kelompok puritan disebutkan
kelompok yang berjuang menegakkan agama secara menyeluruh dengan
berbagai upaya. Kemudian kalangan muslim progresif adalah kelompok yang
menganggap negara sebagai rumah bersama sehingga Islam tidak boleh
dijadikan landasan negara. Kemungkinan kelompok ini tidak tau (atau tidak
mau tau) bahwa bila Islam dijadikan sumber dan landasan segala sendi hidup
maka kita akan sangat sejahtera dan kesejahteraan ini tidak hanya untuk
kaum muslim saja namun juga mensejahterakan non-muslim bahkan semua
makhluk Allah. Tapi bisa saja kelompok muslim progresif punya alasan lain
atau sedang menyoakan taktik tertentu. Mudah-mudahan.
Neng Dara Afiah dari Komnas Perempuan mengatakan malu menjadi
muslim akibat ulah FPI dan NII sebab mereka suka melakukan kriminalitas
daan suka membunuh. Saya sepakat karena FPI dan NII itu adalah sumber
konflik yang yang dimanajemen sendiri oleh negara guna permainan isu. Tapi
kalau malu dengan alasan mereka suka membunuh, kita harus sadar bahwa
Nabi berperang dan membunuh.
Kita diwajibkan membalas serangan kafir dengan aksi serupa. Dan
dapat memaafkan bila posisi kita telah unggul, bukan sedang dalam keadaan
terus tertekan seperti saat ini. Kalau cara kita melawan cuma dengan retorika
201
dan tulis menulis, kita baiknya sadar bahwa pena dan mulut Doktor-doktor
muslim dapat menjadi abu dengan satu ledakan bom yang dirakit anak-anak
SD Barat.
Anehnya, Neng Dara menentang ibu-ibu muslimah yang
mengajarkan anak-anaknya berpakaian Islami sejak dini. katanya, simbol-
simbol agama yang diajarkan kepada anak sejak dini berbahaya bagi
lingkungan pluralis dan majemuk seperti di Indonesia. Padahal Islam adalah
agama yang mengutamakan amal daripada gagasan. Dan pengamalan
maupun gagasan harus diajarkan dann dibiasakan sejak dini. Aneh, Neng
Dara cari sensasi.
Kata Al-Chaidar Terorisme akan hilang hilang sepuluh tahun lagi di
indonesia. Mungkin alasannya karena konsep idiologisasi akan digantikan
dengan dialog. Padahal Prof. Amien Rais pada pada satu wawancara yang
dimuat di Harian Republika (Rabu, 04/05/2011)mengatakan terorisme oleh
kaum muslim akan terus tumbuh selama Barat berhenti menindas kaum
muslim di belahan bumi manapun.
Amien Rais menyatakat terorisme dibagi ke dalam dua golongan.
Golongan pertama adalah teroris kecil-kecilan seperti dilakukan kaum
muslim saat ini. Golongan kedua adalah terorisme besar yang disponsori
negara seperti dilakukan Israel dan negara-negara Barat. Munculnya
terorisme muslim adalah reaksi dari pembantaian kaum muslim di berbagai
belahan dunia oleh negara-negara kafir.
Radikalisasi Islam memang harus terus ditanamkan sejak dini dan
dilatih terus menerus meski kaum kafir dan yang telah terprovokasi kafir
tidak sepakat. Pendalaman pengajaran, pembiasaan dan pemahaman Islam
adalah syarat utama manusia merespon pesa Allah. Inilah tujuan kita
diciptakan di muka Bumi.
Kita memang sedang sakit. Kita tidak memiliki cara beragama yang
nyaman. Ketika radikal (mengakar) dalam beragama, maka dituduh teroris.
Saat mencoba untuk progresif, dituduh liberal. Ketika mencoba
mengintegrasikan agama dengan negara Pancasila, dituduh sekuler.
Muslim Indonesia memang dalam usaha mencari jatidiri, mencari
autensitas.Tapi saya anjurkan jalan manapun yang ditempuh jangan sampai
menciderai atau mencelakai saudara sesama muslim. sebab kita semua dalam
masa pembelajaran, dalam proses. Sekali lagi, mencari jatidiri.

202
Eksploitasi Aurat "Tak Perlu" Ditinjau Kembali

Awal mula westernisasi Timur, pola hidup masyarakat Timur masih


mengikuti pola alami alam semesta. Karena itu masuknya eksploitasi modern
Barat guna menancapkan kuku materialisme memerlukan aurat wanita
sebagai senjata. Sebab saat itu penguasa ekonomi mulai dari organisasi
rumahtangga hingga negara dipegang laki-laki. Saya katakan alami karena
laki-laki yang bekerja sehingga punya kuasa dalam mananemen ekonomi.
Penguasa ekonomi pastilah menguasai wilayah lainnya. Belakangan tesis ini
menjadi bukti ketika korporasi menguasai segala elemen dan kebijakan
sebuah negara.
Karena penguasa kebijakan adalah laki-laki dan dan target Barat
adalah penguasa kebijakan, maka mereka menemukan senjata ampuh untuk
menundukkan penguasa kebijakan.
Semua laki-laki normal tertarik dengan aurat wanita. Karena itu
setiap memainkan strategi materialisasi pastilah aurat wanita yang
diutamakan sebagai pintu masuk. Lihatlah setiap iklam mobil pastilah
berpose wanita 90 persen telanjang di atas atau di depannya. Iklan rokok juga
begitu, hampir semua produk.
Hingga saat ini aurat wanita tidak pernah lupa dijadikan pemikat
sebuah produk. Padahal ekonomi tidak lagi didominasi pria. Dan bukankah
wanita tidak akan terangsang dengan aurat wanita? Jadi bukankah aurat
wanita tidak perlu lagi tampil bersama produk-produk?
Tapi memang dasar aurat itu "selalu mengantarkan rejeki". Ketika
wanita telah memiliki wewenang mengenai kebijakan mengatur ekonominya
sendiri dan bahkan telah banyak pula yang mampu mengatur kebijakan
keluarga, maka "aurat-aurat korporasi" menjadi indikator positif kebaikan dan
semua kesan positif.
Produk kecantikan mulai dari pelangsing, pemutih, pemulus,
pengencang, pelurus, pembesar, pemanjang, perapi, penyegar, pembersih dan
jutaan 'pe' lainnya dikonsumsi dengan mengeluarkan lebih setengah dari gaji.
Awalnya saya mengira obral aurat untuk menjual sebuah produk
perlu ditinjau kembali. Namun karena aurat masih menawarkan rezeki yang
melimpah, maka tinjauan itu "tidak diperlukan". Aurat memang tak bisa
dilepas dari produk, terlepas dominasi ekonomi dipegang laki-laki maupun
perempauan.

203
Pola Kepemimpinan Organisasi dan Indikasi Subversi

Pola pikir dan pola kerja keseluruhan anggota sebuah organisasi


tergantung pada pola pemimpin organisasinya. Pemimpin yang memiliki
idealitas, prinsip, kepakaan merespon realitas serta memiliki visi yang
objektif dan jauh melaupaui zamannya adalah pemimpin yang ideal dan patut
diterima.
Kebijakan setiap pemimpin pastilah berangkat dari cara pandangnya.
Semua ini berangkat dari karakter yang dimiliki seorang pemempin tersebut.
Berbicara karakter adalah berbicara tentang subjektivitas. Dianya pasti
berbeda pada setiap orang. Organisasi adalah sekumpulan individu yang larut
dalam sebuah kebijakan yang telah ditatapkan yang berdasarkan kesepakatan
semua anggotanya.
Dalam menetapkan sebuah kebijakan, negosiasi dan keahlian
persuasi adalah hal yang niscaya terjadi. Siapa saja dari anggota yang
memiliki keahlian negosiasi dan persuasi maka pemikiran dan cara
pandangnyalah yang akan mendominasi sebuah kebijakan. Hukum alami ini
telah lama terjadi meski kemudian hari baru kita sadari.
Karena itulah siapa saja yang tereleminasi dalah sebuah konstelasi
adalah dia yang paling sedikit menguasai teknik negosiasi dan tidak memiliki
daya persuasi tinggi. Sebab dia tidak menjiwai kebijakan bersama yang
sebenarnya berdasarkan negosiasi tadi.
Oknom-oknum yang tereleminasi senantiasa mencoba kembali
masuk ke dalam sebuah organisasi tadi yang telah memiliki pola dan
kebijakan yang mustahil dirubah itu. Akibatnya makar, intrik dan agitasi yang
dilancarkan para oposisi selamanya tidak akan berhasil kecuali visi-misi dan
segala kebijakan teknis organisasi dirubah. Hal ini pun tidak akan mungkin
terjadi sebab sebuah organisasi telah memiliki nama dan citra serta latar
belakang pendiriannya. Kalau nama dirubah, maka itu organisasi baru
namanya. Dan latar belakang telah membeku bersama sejarah. Kita lihat
banyak petinggi partai politik yang bila dia terelemenasi hampir mustahil
masuk kembali. Mereka selalu mendirikan organisasi partai baru.
Kembali kepada konstalasi keanggotaan sebuah organisasi. Apabila
pemimpin tidak memiliki kriteria seperti yang disebutkan di atas tadi maka
dia harus siap berhenti di tengah jalanatau kehilangan simpati. Alasan
utamanya adalah karena dia tidak menjiwai organisasi yang ia pimpin. Hal ini
dapat dilihat dari kegagalan Megawati dan Abdurrahman wahid dalam
memimpin Indonesia. Indonesia tidak didirikan untuk sebagai perpanjangan
tangan Tuhanya Muhammad maupun melebarka sayap pemikiran Karl Marx.
Indonesia dibangun berdasarkan cita-cita menyatukan beragam suku, agama,
204
budaya dan pola pikir dalam sebuah rumah bernama negara. Meskipun di
tengan perjalanan banyak golongan yang disatukan itu memberontak dan
mengklaim bahwa rumah Indonesia itu miliknya dan harus dijadikan
miliknya sepenuhnya. Namun untuk membenarkan tesis kita, maka waktu
membuktikan nasionalis sejatilah yang benar-benar layak memimpin rumah
Indonesia.
Soekarno mampu melanggengkan kepemimpinannya selama
duapulihtahun meski pada masa kepamimpinannya pihak pijak yang ingin
merenut rumah Indonesia masih berwujud dalam baju resmi atau disebut
partai politik yakni PKI dan Masyumi. Suharto mampu bertahta selama 32
tahun karena berhasil mengintegrasikan jiwa setiap individu masyarakat
dengan jiwa Indonesia.
Eksistensi sebauh organisasi tergantung pada progresifitasnya.
Substansi progresifitas sebuah organisasi tergantung pada objektivitas dan
kepekaan setiap pemimpin dalam merespon perubahan zaman yang terjadi
akibat perubahan sosial masyarakat.
Tersingkirkannya beberapa oknum sebuah oganisasi adalah karena
perubahan sosial yang tidak mampu diterima oleh zaman yang berubah.
Oknum-oknum yang tersingkirkan tersebut tidak mampu menyesiaikan diri
dengan perubahan gerak organisasi yang hanya merespon isu sektarian
menjadi organisasi yang memiliki cara pandang yang luas dan global. Meraka
lupa bahwa organisasi sama seperti masyarakat dan kebudayaan sifatnya
tidak statis. Organisasi yang mengusung visi mensejahterakan bangsa secara
khusus dan ummat manusia pada umumnya harus memenuhi tuntutan untuk
mengupayakan kesejahteraan manusia yang plural serta menuntut
objektivitas.
Ketika berbicara pada ranah yang melampaui "kemusliman" dan
bahkan "kebangsaan", kita membutuhkan metodologi yang melampaui
simbol-simbol sekterianitas. Ketika rezim negara telah membuka keran
globalisasi maka dia harus bergerak melampaui sebuah misi kebangsaan.
Maka setiap elemen organisasi niscaya harus merespon globalisasi. Karena
itu pemerintah jangan menuduh elemen-elemen organisasi bertindak
subversif ketika mereka berusaha mengintegrasikan diri dengan visi negara.

205
"Tuhan yang Belum Selesai"

Kebenaran hanya ada ketika Allah menafsirkan sendiri Al-Qur'an.


Selain itu, semuanya adalah pembenaran-pembenaran dan upaya-upaya
pendekatan kepada kebenaran.
Kalau Allah mau, dia akan menjadikan manusia ummat yang satu:
tidak ada Hambali-Hanafi, tidak ada sunni-syiah. Namun karena "Jibril belum
pensiun" maka ide-ide dan gagasan akan selalu diberikan kepada orang-orang
yang selalu selalu berfikir dan merenungkan kebenaran. Ide dan gagasan itu
dicari pembenarannya dengan kembali membuka Al-Qur'an. Ide-ide itu selalu
berbeda meski semuanya merasa idenya itu dibenarkan Al-Qur'an. Hal ini
terjadi karena ide yang datang dari Jibril itu sifatnya universal, tidak memiliki
bentuk. Namun ketika akal-akal yang berbeda itu menerima ide, maka akal
melalui otak menarik ide itu ke dalam otak dengan memberinya bentuk.
Karena otak sifatnya mengklasifikasi dan memaksa ide menemukan ruang,
maka di sanalah perbedaan muncul.
Ketika ide yang telah diberi bentuk dan telah berbeda-beda untuk
masing-masing individu, namun ketika ide-ide itu bersentuhan dengan Al-
Qur'an, maka ide-ide yang telah diberi ruang itu kembali menemukan
nilainya yang universal. Sebab Al-Qur'an adalah "ide" yang lebih tinggi yang
"ide" itu hanya mampu diterima oleh seorang manusia yang paling dalam
perenungan dan pemikirannya, Muhammad Saw.
Al-Qur'an, akal dan Islam adalah tiga hal yang tidak mungkin
berseberangan. Al-Qur'an yang ditafsirkan oleh akal ke dalam perbuatan di
alam akan menciptakan keseimbanyan yang nyata. Alam mampu seimbang
adalah karena zikir dan tasbih. Dosa-dosa manusia yang menumpuk nantinya
di segala unsur alam baik di tanah yang menyaring air bekas wudhuk maupun
di udara akibat kalimat-kalimat yang menyatakan Allah beranak, dan lainnya.
Ide, sama seperti Al-Qur'an datang dari Allah melalui Jibril. Jibril
pengantar ide bila dikaitkan dengan teori emanasi Al-Farabi maka akan
menemukan pembenarannya pada bagian-bagian tertentu.
Perbedaan-perbedaan pemikiran karena sebab yang telah disebutkan
di atas tadi adalah jalan supaya pemikiran terus berlangsung karena
pemikiran hanya akan tajam bila diasah dengan pemikiran lainnya yang
berbeda pola. Bila pemikiran-pemikiran itu sama maka pikiran akan statis
dan membeku. Kesimpulan terbaik adalah tidak ada kesimpulan. Pada
wilayah inilah kita dapat menemukan kebenaran hadits Nabi yang
mengatakan perbedaan adalah rahmat.
Salah-satu contoh perbedaan yang terus mengasah pemikiran kaum
muslim adalah diskursus mengenai qadha dan qadar. Banyak yang lupa
206
bahwa kehendak manusia itu adalah murni dari Allah juga. Kita kadang tidak
menyadari bahwa sebuah keputusan yang kita ambil adalah manifestasi
tertinggi dari proses-proses dan tahap tahap tertentu yang melibatkan banyak
hal tertentu. Karena prosesnya berlangsung begitu capat, maka kita
menganggapnya tidak terjadi. Demikian "kesimpulan" saya.
Ada pendapat bahwa keterlibatan manusia dalam menentukan
kehendaknya adalah persis seorang manusia menganggat batu raksasa.
Bersamanya ada raksasa yang mengangkat batu itu. Dia terlibat mengangkat
meski yang mengangkat itu raksasa itu. "Ketika kamu melempar, maka
sesungguhnya Allahlah yang melempar". Oleh sebab itu Allah tidak menilai
manusia dari keberhasilannya namun dari proses, dari usahanya. Isa gagal
dalam dakwahnya. Nuh cuma punya beberapa orang pengikut dalam
dakwahnya sembilan ratus tahun. Tapi mereka jadi Ulul Azmi.
Suatu pemikiran dianggap sebagai kebenaran adalah ketika dianya
belum mampu dibantah oleh ide lainnya.
Ibnu Tufail menulis sebuah yang novel menceritakan seorang
pengembara yang dapat menemukan Tuhan dan "kebenaran" tanpa
bimbingan wahyu. Namun Tuhan yang dia temukan ini adalah "Tuhan yang
belum selesai".
Seseorang dapat mengetahui nilai-nilai universal segala sesuatu tanpa
melalui bimbingan wahyu adalah bukti bahwa akal dan wahyu seiring
sejalan. Namun penemuan-penemuan itu tidak dapat dijadikan standar
berkehidupan sebab garis-garis pedoman kehidupan diatur dalam syariat.
Sementara Syariat dirumuskan dalam Hukum Fiqih. Dan Fiqih hanya
memberi porsi yang sangat sedikit bagi wilayah akal dalam merumuskan
hukum. Syariat adalah batasan-batasan yang menjadi standar bagi manusia
dalam menjalankan perintah Allah. Untuk kapasitas manusia, Tuhan "selesai"
dalam syariat.
Amalan-amalan dalam Islam bila disandarkan pada penemuan akal
bukan wahyu maka akal akan menjalankan wakta alami manusianya yang
cenderung mengutamakan nafsu. Misalnya orang akan mencuri 700 dan
mengembalikan 1 sebagai sedekah. Sebab sedekah 1 pahalanya 700. Maka si
pencuri punya sisa keuntungan 669. Akal berguna untuk menemukan dan
menjelaskan kebenaran wahyu dalam tindakan praktis, bukan mengakal-akali
Firman.

207
Abad Informasi

Kalau abad ke-20 disebut sebagai era industri, maka abad ke-21 ini
disebut sebagai era Informasi. Di abad ini teknologi yang paling banyak di
produksi adalah teknologi media informasi. Menjamurnya laptop, note book
dan hand phone adalah contoh yang bisa kita lihat dalam kehidupan kita
sehari-hari. Produk-produk ini dikonsumsi hampir semua orang di semua
kalangan untuk mengakses informasi. Televisi juga dikemas sepraktis dan se
menarik mungkin agar informasi bagi masyarakat semakin mudah dan
menaruk untuk diakses.
Mustahil bagi kita menghindari produk-produk informasi. Sebab
mayoritas manusia dewasa ini telah menjadikan informasi sebagai konsumsi
pokok. Hal ini sering terjadi bukan atas kesengajaan namun lebih sering
karena kebutuhan.
Oleh karena itu kita, utamanya generasi muda tidak selayaknya
terjebak oleh arus informasi yang deras. Pilihan terbaik bagi kita adalah
dengan bersikap positif terhadap arus informasi dan kritis terhadap segala
informasi yang kita terima.
Tidak banyak salah ketika kita menduga segala informasi adalah
untuk membentuk karakter konsumennya. Namun kita perlu maklum bahwa
media massa yang menjadi sumber utama informasi hanya akan hidup
melalui iklan-iklan yang didalangi korporasi.
Media massa yang paling mudah diakses dewasa ini dan akan datang
adalah melalui jaringan internet. Selain mudah, media akses jaringan internet
juga menawarkan jenis informasi yang tak terbatas.'

208
Manusia Adalah Evolusi Alam Tertinggi

Manusia adalah penyakit bagi alam. Ikan-ikan jadi tidak berani


berenang di udara. Harimau lebih memilih bersembunyi di hutan. Air dan
udara jadi tidak berani berintegrasi. Sebuah sekat besar antara air dan udara
akibat kehadiran manusia memaksa makhluk-makhluk Tuhan jadi terpilah-
pilah, antara makhluk air dan udara. Insang adalah simbol sekat akibat
kehadiran manusia.
Di alam maha alami sebelum manusia mengotori dengan
kehadirannya, tidak ada pembagian antara hewan dan tumbuhan. Segala
mineral tidak memiliki perbedaan dengan makhluk Tuhan yang lain. Rasa
pengecut manusia diobatinya dengan klasifikasi terhadap segala sesuatu.
Mineral jadi tak berani tumbuh.
Jiwa pemberontak manusia berawal dari keengganannya untuk terus
memanjangkan tulang ekornya. Jiwa pemberontak itu memaksakan tulang
ekor itu berhenti sehingga pertumbuhan, yang tidak boleh berhenti itu,
membuat otaknya semakin besar.
Otak manusia yang membesar itu membuatnya menjadi asing bagi
makhluk-makhluk yang lain. Terjadilah kekecewaan dan kekhawaritan bagi
segala makhluk Tuhan sehingga mereka semua berusaha menghindari
manusia karena takut akan ikut cerdas bila bersama manusia atau akan
dikorbankan oleh manusia. Makhluk-makhluk yang paling setia adalah yang
mineral. Dia enggan terus Tumbuh karena tidak ingin melawan Tuhan.
Hewan-hewan mamalia saat itu adalah pembangkang utama sebelum
manusia. Mereka terus memaksa diri tumbuh hingga memiliki otak yang
besar.
Makhluk-makhluk yang lain takut dengan keberadaan otak akan
membuatnya punya kehendak sendiri dan itu artinya tidak bisa patuh lagi
pada perintah Sang Pencipta. Tapi mamalia berkilah semakin kita mampu
menumbuhkan otak kita, maka semakin mampu kita mendekatati, menuju,
bersatu dan akhirnya menjadi Tuhan. Menjadi Tuhan di sini bukan berarti
menandingi Tuhan Yang Satu. Tuhan Satu itu adalah mutak, niscaya dan
pasti. Menjadi Tuhan artinya menjadi "di dalam Satu itu". Inilah tujuan
penciptaan; inilah tujuan penjabaran.
Analoginya mungkin seperti ini: Tuhan menguraikan Dirinya hingga
tingkatan paling bawah yakni mineral, lalu dia menyeru semua yang terurai
kembali. Maka semuanya menyambut seruan itu dan bergegas seperti
serpihan besi yang tertarik kutub magnet. Karena tarikannya ke arah satu
titik, maka semakin mendekat, yang terurai itu, semakin terlihat bergabung.
Maka manusia adalah respon seruan yang telah berada pada tahap yang
paling dekat dibandingkan jenis makhluk lain.
209
Rentetan aliran sejarah yang memasuki masa penciptaan manusia
berarti memasuki sebuah kurun di mana masa pergerakan yang terurai tadi
memasuki sebuah periode yang semakin mendekati masa penyatuan.
Meskipun dengan kehadiran manusia merusak segala ekosistem
alami alam yang berbeda jauh dengan kehadiran manusia, maka sebenarnya
kehadiran manusia itu telah memasuki tingkatan tertinggi sesuatu menuju
pencapaian sebernarnya dari tujuan penjabaran (penciptaan).
Alam maha alami di mana air dan udara tak bisa dikrasifikasi adalah
proses puncak dari sebuah tingkatan periode tertentu di mana tujuannya
adalah untuk menghasilkan sebuah mamalia yang punya otak terbesar guna
mencapai sebuah tingkatan yang lebih tinggi lagi.
Saya kira terlalu jumud dan ortodok pemikiran yang berkeras urat
leher mempertahankan ide manusia bukan dari alam namun dari surga. Klaim
ini membala kebodohannya dengan mengatakan manusia dari surga yang
entah dimana dan bagaimana itu. Manusia menurut mereka adalah makhluk
dari alam lain. Jadi menurut mereka manusia adalah alien atau Supermen.
Hahaha. Aku ingin memertawakan mereka. Kebodohan itu, ironisnya,
mengatas namakan Tuhan. Mereka berusaha menutupi kebodohan pola
pikirnya dengan mengatakan ini adalah pesan Tuhan dari kitab suci. Ring
bertarung anak-anak tidak sepatutnya salah seorang anak yang kalah
memasukkan ayahnya ke dalam ring untuk membelanya dengan alasan dia
lemah dan terbatas.
Surah A-Insan ayat 1 berbunyi: Bukankah manusia telah melewati
fase dimana pada fase itu mereka belum mampu mengkonstruksi
bahasa." Ayat itu meneguhkan teori evolusi yang dibangun Fachruddin Iraqi
dan Jalaluddin Rumi serta dibenarkan ilmuan Barat Charles Darwin. Fase
tersebut di mana manusia yang kita kenal sekarang ini belum berbentuk
sesempurna sekarang. Pada fase itu, manusia sempurna barulah ada dalam
bentuk potensi. Bahkan banyak ulama Tafsir dan Fiqih mencoba membangun
teori fase evolusi manusia hingga berwujud sempurna dengan hasil
perenungan masing-masing. Lihat contohnya antara lain sebagaimana
diuraikan Hamka dalam “Tafsir Al-Azhar” saat menafsirkan Surah Al-Insan
ayat 1-3.
Manusia adalah berasal dari proses alam semesta yang sangat
panjang. namun setelah manusia itu terbentuk, maka alam yang sangat alami
tadi harus dikorbankan untuk membuktikan keberhasilan alam itu sendiri
berevolusi membentuk manusia dengan otak yang terbaik dengan ujicoba
yang berhasil. Ujicoba itu adalah dengan menguji manusia pertama yang baru
itu apakan memilh tundung atas perintah atau tidak. Bila masih tunduk atas
perintah, maka berarti seluruh energi yang dikeluarkan alam maha alami
untuk menuju tingkatan kebih tinggi menuju menjadi Tuhan akan gagal.
210
Namun ternyata manusia memiliki pilihan sendiri dan bukan masih tunduk
pada perintah sebagaimana sebuah komputer yang diprogramkan. Dan alam
maha alami berhasil.
Keberhasilah alam mewujudkan manusia menyebabkan hampir
semua energi alam terkuras. Sehingga setelah uji coba manusia selesai, alam
berubah drastis persis seperti seorang gadis cantik yang telah dihisap habis
darahnya oleh drakula. Alam yang sebelumnya dalam kitab suci sebagai
surga berubah menjadi alam sebagaimana kita lihat sekarang ini.
Tapi alam puas sebab telah memasuki tingkat yang lebih lagi dalam
usaha menuju Tuhan. Karena itu, manusia harus terus berjuang menuju
Tuhan, setidaknya atas terimakasihnya kepada alam yang telah
mengorbankan ke maha alamiannya demi manusia. Untuk terus mengingat
hal itu, ingata harus terus dipelihara. Ingatan bahwa tujuan hidup manusia
adalah meneruskan langkah dan cita-cita semesta alam yaitu menjadi Tuhan!
Memelihara amanah alam adalah dengan terus menjaga otak agar
terus berkembang agar dapat terus bergerak menuju Tuhan. Caranya adalah
dengan tidak memakukan hal-hal yang dapat membuat otak terganggu seperti
merokok, alkohol, melihat aurat dan sebagainya. Tulang punggu yang
menjadi kunci perkembangan otak ahrus terus dirawat agar otak terus
tumbuh. Salahsatu caranya adalah dengan gerakan-gerakan terbaik yang
disebut shalat.
Bila otak terus berkembang maka ruhpun terus menanjak menuju
penyatuan dengan Tuhan. Mengikuti pendapat idealisme, maka hal-hal yang
terlihat itu punya jiwa, maka ketinggian jiwanya bergantung pada fisiknya.
Maka bila fisik otak tidak rusak dan terus berkembang maka jiwa akan lurus
menanjak menuju cita-cita menjadi Tuhan.
Demikian pula kita untuk terus memelihara otak, salah satu caranya
juga dengan memelihara ingatan--kita harus pandai membedakan mana
imajinasi, mana yang nyata meskipun alam ini maya.

211
Bacaan untuk Injeksi

Kita datang masing-masing, berkasih-kasih bersama dan pergi


sendiri-sendiri. Yang paling tidak menyenangkan dari perjumpaan adalah
perpisahan.
Mengurangi derita kerinduan akibat perpisahan itu adalah dengan
shalat lima kali sehari.
Karena sangat urgennya bacaan surah Al-Fatihah, kita semua jadi
lupa bahwa bacaan-bacaan dalam shalat berfungsi sebagai injeksi. Injeksi
hanya akan berfungsi dengan baik bila setiap posisi telah benar-benar baik.
Setiap posisi dalam shalat harus benar-benar sempurna terlebih dahulu baru
bacaan bagi masing-masing posisi dibaca dengan baik agar dia meresap
dengan baik ke badan.
Dalam posisi apapun dalam shalat, badan mulai dari pinggang
hinggkepala harus selalu lurus. Sebab, salah satu makna shalat adalah untuk
memelihara otak melalui pemosisian yang baik pada tulang ekor. Manusia
telah menghentikan pertumbuhan tulang punggung atau tulang ekornya
sehingga denga itu otaknya dapat terus membesar.
Otak yang besar ini harus terus dirawat dan dikembangkan melalui
pelatihan tulang ekor melalui shalat.
Bacaan bacaan dalam shalat diinjeksikan melalui tulang ekor yang
selanjutnya dikirim ke otak agar perkembangan otak terus berlangsung.
Perkembangan jiwa bergantung pada perkembangan otak.

212
Antara Fiqih dan Filsafat

Setidaknya terdapat tiga kacamata yang digunakan untuk melihat


Islam. Kacamata pertama adalah filsafat, kedua adalah fiqih dan ketiga adalah
teologi. Kita juga tidak melupakan kacamata mistisme dan sastra meski
diantara kedua yang terakhir ini berkaitan erat sepanjang sejarah kebudayaan
dan intelektual Islam. Namun mari terlebih dahulu kita bicarakan tiga
kacamata pertama.
Untuk mengawali diskusi, terlebih dahulu kita harus memahami
bahwa tiga kacamata itu memiliki fungsi dan peran masing-masing untuk
melihat sesuatu yang satu yakni Islam. Sebelumnya perlu kita ketahui bahwa
wahyu, akal dan alam sama sekali sejalan. Semua kekeliruan yang dialami
dalam ranah filosofis adalah karena akal yang menjadi jembatan integrasi
antara alam dan wahyu. Filsafat digunakan untuk menyeimbangkan akal agar
integrasi akal dan wahyu dapat dicapai. Setidaknya itulah salah-satu sebab
pentingnya filsafat dalam Islam.
Sementara fiqih dipakai untuk menerjemahkan maksud Tuhan ke
dalam bentuk aturan-aturan yang harus dipatuhi bersama. Dan teologi adalah
kajian tentang Tuhan. Karena Tuhan, sebagaimana pendapat Immanuel Kant,
akal praktis mustahil dapat mengidentifikasi Tuhan. maka teologi hanya
mengkaji tentang sifat-sifat Tuhan.
Yang menjadi persoalan adalah ketika para pemikir dewasa ini
enyamakan peran dan fungsi ranah filosofis dan ranah fiqih. Di antara mereka
ada yang menganggap kacamata fiqih untuk melihat Islam adalah keliru.
Alasannya fiqih hanyalah sebuah tafsiran atas keinginan Tuhan untuk masa
kapan dan di mana fiqih itu dirumuskan dan ditetapkan. Sehingga, sebuah
pedoman fiqih akan absurd bila diterapkan pada ruang dan waktu yang
berlainan. Solusi atas absurditas fiqih ditawarkan dengan melihat Islam dari
kacamata filsafat. Alasannya adalah karena filsafat selalu dinamis dan sangat
peka pada kondisi manusia pada zamannya. Dikatakan, filsafat juga mampu
mengidentifikasi hakikat persoalan kemanusiaan sehingga bila keputusan-
keputusan menyangkut agama diberikan otoritasnya kepada filsafat, harapan
akan dinamisasi agama akan ada. Juga, dikatakan bahwa fiqih hanya mapu
melihat agama sebagai hitam dan putih. Tuhan dalam kacamata fiqih,
menurut mereka, suatu ketika dapat terlihat sebagai gadis perawan yang
anggun dan pemalu namun berjanji melayani serta akan setia selamanya dan
pada saat yang lain muncul sebagai laki-laki gemuk berkulit hitam pekat
dengan gigi tajam seperti besi yang siap memangsa siapa saja yang tidak
patuh.
Sementara teologi yang berurusan membicarakan Tuhan, sekalilagi,
karena akal praktis tidak mampu menjangkau Tuhan--karena diskursus
213
meniscayakan persoalan pada ranah praktis--maka pembicaraannya hanya
mempersoankan mengenai ketentuan-ketentuan praktis Tuhan. Dibandingkan
teologi Islam, teologi Kristen jauh lebih baik karena telah membicarakan apa
yang seharusnya dia bicarakan sehingga layak disebut 'teologi'; teologi
Kristen lebih substansial!
Saya sepakat dengan pendapat fiqih tidak boleh baku. Alasannya
karena wahyu Al-Qur'an telah dijamin keasliannya sampai akhir masa. Kalau
saja fiqih itu baku, maka kita tidak perlu lagi Al-Qur'an dan Hadits sebab
segala yang dibutuhkan untuk dijadikan pedoman setiap sendi kehidupan
telah ada dalam kitab-kitab fiqih. Jaminan Allah akan menjaga Al-Qur'an
adalah pesan pada kaum muslim agar tidak berpedoman pada kitab-kitab
fiqih yang telah disakralkal itu. Jaminan itu adalah pukulan bagi kaum
muslim untuk terus menggali isi Al-Qur''an dan menyesuakannya dengan
realita yang sedang dihadapi. Atau lebih tepat lagi untuk dapat menjadikan
wahyu terakhir itu guna mencari solusi atas persoalan yang dihadapi.
Mungkin pada soalan inilah pemikir menganggap filsafat lebih berhak
membicarakan tentang agama karena para filosof adalah pihak yang paling
memahami dan paling mampu mengidentivikasi persoalan-persoalan yang
dialami manusia. Bukankah untuk dapat menemukan solusi terbaik atas
segala sesuatu kita harus benar-benar mampu memahami persoalannya.
Sebanarnya fenomena ini funcul karena hampir satu millenium Islam
tidak mampu melahirkan seorang pemikir. Berbarengan pula Islam
mengalami kematian faqih. Selama sembilan abad terakhir, Islam hanya
mampu melahirkan manusia-manusia yang taat pada fiqih masa-lalu dan
hanya mampu melahirkan perngkaji pemikiran filsuf masa lalu.
Mungkin kita tidak sadar bahwa semua kitab-kitab fiqih yang
disakralkan itu ditulis oleh pra pemikir di masa lalu. Lebih dari itu, untuk
kategori-kategori tertentu, mereka dapat dianggap sebagai filsuf, sebab untuk
merumuskan sebuah hukum fiqih, diperlukan penguasaan terhadap banyak
ilmu yang mejadi turunan ilmu Filsafat seperti Logika, Metefisika, Teologi
dan lainnya. Di samping itu mereka perlu memahami betul kondisi
masyarakat pada masanya. Persyaratan terakhir ini meniscayakan
penguasaannya oleh seorang filsuf. Jadi pada hal terakhir inilah yang menjadi
dasar pokok kenapa perumus hukum fiqih adalah filsuf.
Di masa lalu, tidak ada yang namanya spesialisasi ilmu-ilmu tertentu
oleh individu-individu. Seorang teolog adalah filsuf, juga mufaqih, serta
filsuf; demikian seterusnya termasuk ahli ilmu-ilmu fisika, matematika dan
sosial.
Jadi wacana yang menyatakan otoritas agama harus diberikan pada
filsuf agar mereka dapat merumuskan agama secara dinamis, bukan pada
mufaqih karena agama akan terlihat seperti zebra--adalah wacana yang tidak
214
mendasar karena mereka tidak sdar bahwa saat ini kita tidak memiliki yang
disebut filsuf maupun mufaqih. Selama sembilan ratus tahun terakhir, kita
hanya punya pembelajar filsafat dan pengikut mazhab fiqih.
Mengenai perumusan fiqih, hanya akan dapat terlaksana bila ada
seseorang yang menguasai segala jenis ilmu secara mandalam dan otentik,
termasuk mampu menjadi filsuf--bukan pembelajar atau pengkaji filsafat
seperti yang mulai menjamur belakangan ini.
Kalaupun rahim Islam mampu melahirkan seorang filsuf, karena
zaman ini meniscayakan spesialisasi dan klasifikasi ilmu, maka filsuf itu
tidak akan mampu merumuskan hukum fiqih karena kurang meenguasai
ilmu-ilmu ushul seperti Al-Qur'an dan Hadits, sekalipun mereka mampu
mengidentifikasi fenomena sosial masyarakat dengan baik.
Bila Islam mampu melahirkan ahli ilmu-ilmu Al-Qur'an dan Hadits,
maka orang tersebut tidak akan mampu merumuskan hukum fiqih yang layak
untuk zaman kita hari ini karena mereka tidak memiliki penguasaan inti dan
substansi dinamika masyarakat pada masanya.
Kita harus mengingat kembali bahwa mazhab-mazhab fiqih yang
dipertahankan hingga hari ini adalah karya-karya yang diamini penguasa. Itu
semua lahir pada zaman monarki, sarat kepentingan penguasa. Kita tahu
bahwa penguasa di masa lalu gemar memerintahkan para intelektual untuk
menulis bagi kepentingan melanggengkan kekuasaannya dan kepentingan
mempengaruhi rakyatnya agar semakil loyal pada penguasa. Sementara itu
karya-karya (fiqih) yang lebih murni dan jauh dari kepentingan kalangan
tertentu dipinggirkan dan bahkan kitabnya banyak yang dimusnahkan serta
pengarangnya dipenjarakan dan ada yang diasingkan. Banyak literatur
melaporkan lahirnya sufisme lahir dari orang-orang yang diasingkan
penguasa karena karyanya dianggap membahayakan penguasa.
"...dan siapa yang merasakannya, tahu itu." kata Lope de Vega.
Dalam sebuah mahkamah pengadilan, barang bukti memiliki posisi yang
lebih kuat daripada para saksi. Karena itu, saya kira dalam merumuskan fiqih,
pembuktian kita akan, suatu tata cara ibadah tertentu misalnya, jauh lebih
penting daripada sebuah hadits yang meributkan estafet perawian hadits dan
negosiasi tanpa akhir akan penafsiran terhadap suatu ayat Al-Qur'an. Kalau
mengatakan penemuan tetentang suatu tatacara ibadah adalah terlalu
subjektif, maka penafsiran atas suatu ayat juga sangat subjektif. Dan, setiap
perawi adalah subjek-subjek pula.

215
Shalat

Dalam Pandangan Muhammad Iqbal (1986:172), shalat merupakan


mi'rajnya kaum Muslim. Sebuah riwayat sufi mengatakan, bila sedang
melaksanakan shalat, sebenarnya kita tidak sedang berada di tempat kita
berdiri melainkan di sebuah tempat jauh di atas langit yang, konon, dari
tempat itu, bila sebuah batu dijatuhkan ke bawahnya, maka akan tepat
mengenai ka'bah: tempat di mana jutaan kaum muslim di seluruh dunia
menghadapkan wajahnya ketika shalat. Tempat itu disebut: Baitul Makmur.

Dalam Islam, shalat adalah amal paling utama (Jannati: 2007:332).


Sangat banyak Hadits Nabi mengatakan bahwa shalat adalah tiang agama,
sebagaimana disebutkan Muhammad Ibrahim Jannati dalam "Fiqih
Perbandingan Lima Mazhab" (2007:332-333), antara lain:
"Perumpamaan shalat adalah bagaikan tiang sebuah tenda besar. Jika
tiangnya kokoh, maka tali tenda, pasak dan kain penutupnya akan berguna.
Namun apabila tiangnya patah, maka tali tenda, pasak, dan kain penutupnya
akan tidak berguna."

"Shalat adalah tiang agama, dan ia merupakan amal pertama anak


adam yang dilihat oleh Allah Swt. Jika shalatnya baik, maka seluruh amalnya
akan dilihat oleh Allah Swt. Namun bila buruk, maka amal yang lain tidak
akan dilihat oleh-Nya"

Shalat adalah amal pertama yang dihisap di akhirat kelak. Bila amal
shalat seseorang baik, maka dianggap baik pula segala amalnya yang lain.
Namun bila buruk amal shalatnya, maka akan kesulitan pula dia
mempertanggung jawabkan segala amalnya yang lain.

Nabi Muhammad Saw. memesankan kepada Bilal untuk menjadikan


shalat sebagai istirahatnya. Segala gerakan shalat dapat memperbaiki otot-
otot sehingga badan dapat kembali bugar. Shalat ibarat sebuah aliran sungai
yang amat jernih di depan pintu rumah kita. Dengannya kita dapat
menyagarkan badan lima kali dalam sehari. Nabi Muhammad Saw. bersabda:

"Shalat itu ibarat sungai yang ada di depan pintu rumah salah seorang
di antara kalian, lalu dia keluar dari pintu itu untuk mandi sebanyak lima kali
dalam sehari-semalam. Dengan demikian, pastilah tidak ada kotoran
sedikitpun yang melekat pada tubuhnya. Begitu pula dengan shalat lima
waktu yang dilakukan dalam sehari semalam, pasti tidak ada dosa yang
tersisa." (Jannati: 2007: 333)

216
Selain dapat menyegarkan fisik, shalat juga dapat membersihkan
kembali hati nurani dengan indikasi: diampuni dosa-dosa. Shalat juga dapat
menghindarkan kita dari perbuatan-perbuatan tercela.
"Dan dirikanlah shalat, karena shalat mencegah kamu dari kejahatan dan dari
munkar" (QS. Al-Ankabut: 45)

Shalat adalah esensi batin sekaligus lahir seseorang. Kita hanya dapat
mengetahui seseorang itu muslim atau tidak dari shalatnya, bukan
syahadatnya yang hanya dia seorang saja yang tahu.
Untuk itu, shalat merupakan kewajiban mutlak bagi seorang muslim. Sangat
banyak ayat-ayat Al-qur'an yang memerintahkan kaum Muslim untuk
menegakkan shalat, antara lain:
"Hai orang-orang yang beriman, ruku'lah kamu, sujudlah kamu dan
sembahlah olehmu akan Tuhanmu serta berbuatkah kebajikan agar kamu
memperoleh kemenangan." (QS: Al-Hajj: 77)

"Dan dirikanlah shalat, keluarkanlah zakat, dan tunduklah/ruku'lah


bersama orang-orang yang ruku.'" (QS. Al-Baqarah:43)

Ali Mustofa Yaqub (2007:135) menerangkan, kewajiban shalat lima


waktu wajib hukumnya jatuh atas orang yang beragama Islam yang telah
mencapai usia akil baligh. Sulaiman Rasjid (1978:81-82) menerangkan,
amalan shalat harus ditanamkan ke dalam jiwa muslim sejak mereka masih
anak-anak. Nabi Saw. bersabda:

"Perintahkanlah anak-anakmu mengerjakan shalat di waktu usia


mereka meningkat tujuh tahun dan (di mana perlu) pukullah (kalau enggan
mengerjakannya) di waktu usia mereka meningkat sepuluh tahun" (HR. Abu
Dawud)

Shalat diambil dari kata "dalam bahasa Arab: "Shalat" yang artinya
"Prayer" dalam bahasa Inggris (Munir Ba'albaki, 1973:715). kata "Prayer"
(Sadely, 2000:142) dalam bahasa Inggris itu bila diterjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia, berarti "Orang yang bersembahyang" dan "doa,
sembahyang". "prayer" adalah kata dasar dari "pray" yang berarti (1)
"memohon dan (2) "mengharapkan" . Kata "memohon" dan "mengharapkan",
dalam bahasa Indonesia dapat diterminasikan secara sederhana ke dalam
kata: "doa". Surat At-Taubah membenarkan bahwa kata "shalat" berarti
"doa".

217
Menjadi Bijak

Habibi mati, dia akan meninggalkan karya yang hampir pasti tidak
mungkin ditandingi putra-putri Indonesia ratusan tahun ke muka. Tan Malaka
mati meninggalkan "Madilog" yang masih wajib dibaca ratusan tahun ke
depan. Lantas, bila kita mati, apa yang akan kita tinggalkan?
Sekor mamalia liar mati di hutan meninggalkan fosilnya. Sekali
lagi, bila kita mati, apa yang akan kita tinggalkan? "nama" jawab banyak
orang. Nama? Terus, apa bedanya kita dengan hewan peliharaan?
Seseorang yang indah perangainya, baik akhlaknya, akan membuat
sesiapa merindu kehadirannya, bila dia sedang tak ada. Bila dia hadir, maka
akan membuat suasana nyaman dan teduh.
Perangai elok yang saya sebutkan ini akan menjadi buah bibir
sembarang tempat, sembarang majelis. Tidak ada yang dicakap-cakapkan
terhadap dia orang, kecuali hal baik-baik saja.
Orang seperti ini adalah orang yang senantiasa menyikapi segala
sesuatu dengan bijak. Menjadi bijak adalah seni bagaimana menggunakan
pikiran dalam rangka menyikapi dan memaknai segala sesuatu.
Segalanya memang tergantung pikiran. Segala sesuatu, semuanya
bergantung bagaimana kita menyikapinya. Namun untuk menjadi bijak,
bukanlah perkara mudah. Mengendalikan hawa nafsu, menekan amarah dan
membunuh egoisme adalah langkah menjadi bijak. Mendaki tujuh puncak
tertinggi di dunia dengan cuaca paling ekstrim jauh lebih mudah daripada
menekan hawa nafsu. Merenangi lima samudera jauh lebih gampang
daripada menekan amarah. Membunuh seribu musuh seorang diri jauh lebih
ringan daripada membunuh satu sifat egoisme.
Kalau semua musuh itu telah dibunuh, maka jadilah kita orang bijak.
Orang bijak akan mampu menjadikan rintangan sebagai peluang, menjadikan
masalah senagai solusi dan menjadikan penyakit sebagai obat. Kuncinya ada
pada bagaimana kita melihat sesuatu.
Umpamakan dua orang yang sedang menunggu bus yang sama. Masa
tunggunya pasti sama. Orang pertama menghabiskan waktu tunggunya
dengan membaca. Seorang lagi menghabiskannya dengan menggerutu. Maka
meski posisi dan situasi mereka sama, namun kondisi keduanya tentu
berbeda. Yang satu mengalami kepuasan jiwa, yang satunya mengalami
penderitaan jiwa.
Sama halnya seorang yang dipenjara karena melawan rezim zalim
dengan seorang lagi dipenjara karena narkoba. Orang pertama adalah orang
yang berjuang umpama jihad. Penjara adalah setengah surga baginya. para
penjaga penjara dianggapnya satpam penjaga rumahnya. Tapi bagi si pencuri
mereka adalah setengah malaikat pencabut nyawa. Bagi pihak kedua, penjara
218
adalah setengan neraka. Kala dibezuk, maka pasti dikawal sipir, sebelah
kanan dan kiri. Bagi pihak pertama, itu dianggapnya pengawal pribadi.
Sementara si pencuri menganggap opsir adalah iblis yang selalu mengancam
dan menggerogoti.
Cara memandang sesuatu adalah kunci kebahagiaan. Orang yang
selalu berfikir positif adalah mereka yang hatinya bersih, badan mereka
menjadi sehat, hidup mereka disiplin dan teratur. Sebab, pikiran mereka
selalu bersih sehingga sikap-sikap dan keputusan-keputusan yang mereka
ambil menjadi semakin baik.

219
Disiplin dan Belajar Fiqih

Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga menulis arti disiplin


sebagai berikut; "1 tata tertib (sekolah, kemiliteran, dsb); 2 ketaatan
(kepatuhan kepada peraturan(tata tertib dan sebagainya)...". Menurut Hurlok
(1987:37), kata "disiplin" berasal dari kata yang sama "disciple" yakni
seorang yang belajar atau secara sukarela mengikuti seorang pemimpin.
Orang tua atau guru merupakan pemimpin dan anak merupakan murid yang
belajar dari mereka secara hidup dan menuju hidup yang berguna dan
bahagia.

Secara etimologi, menurut S. Wojowasito, (1997:68), disiplin berarti


"Suatu peraturan yang ada pada lembaga atau keluarga." Sedangkan secara
terminologi, pengertian disiplin yaitu penyesuaian diri dengan segala macam
peraturan yang diterapkan.

Penerapan kedisiplinan yang paling baik adalah mengarahkan siswa


agar dapat mengatur dirinya secara sadar untuk mematuhi peraturan-
peraturan yang diterapkan. Disiplin merupakan sikap mental dalam menaati
atau mematuhi setiap peraturan, ketentuan dan nilai-nilai yang berlaku
sehingga tercapai keseimbangan antara kehendak pribadi dengan
lingkungannya.

Di sekolah, disiplin mutlak diperlukan segenap program sekolah


harus dijalankan menurut peratutan yang diberlakukan. Baik guru maipun
peserta didik harus patuh pada peraturan yang berlaku. Tanpa disiplin dalam
sekolah. Bagi siswa, selain patuh pada peraturan sekolah, dalam belajar
mereka juga harus patun dan taat pada peraturan yang diterapkan pengajar.

Fiqih menurut bahasa berarti paham, mengerti maasalh masalah


agama (syariat) yang sangat diajarkan allah dan rasul-nya karim, 1997:11).
Pengertian ini sebagaimana difirmankan allah dalam al-qur'an yang artinya:

"...mengapa tidak pergi dari tiap-tiapa golongan di antara mereka


beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka (liyatafaqqahu)
tentang agama.." (QS. At-Taubah: 122).

Selanjutnya pengertian "fiqih" mengalami penyempitan makna


menjadi pengetahuan tentang hukum agama saja. Padahal, awalnya
pengertian "fiqih" adalah pengetahuan mengenai keseluruhan pengetahuan
agama (Shihab, 1992:383). Maka, hingga saat ini, pengertian "fiqih" secara
umum adalah: Pengertian tentang hukum-hukum syariat yang berkenaan
220
dengan perkataan dan perbuatan mukallaf (mereka yang telah terbebani
menjalankan syariat agama) yang diambil dari dalil dalil yang bersifat
terperinci, berupa: (1) Al-Qur'an dan: (2) Sunnah serta yang bercabang
berupa;(3) ijma' dan; (3)ijtihad yang menjadi dasar-dasar fiqih.

Tujuan pendidikan nasional menurut UU 1945 (versi amendemen)


Pasal, 31, ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketakwaan seta akhlak mulia dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang". Di sini dapat kita
temukan bahwa peningkatan keimanan, dan ketakwaan adalah kewajiban
mutkak oleh pemerintah dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa.
Untuk mencapai tujuan ini, harus ada kesamaan sudut pandang dan tujuan
oleh semua pihak yang terlibat dalam kegiatan pendidikan, baik itu
pemerintah, pendidik (guru), komite sekolah, orang tua peserta didik dan
peserta didik sendiri.

Indonesia adalah satu Negara yang memiliki kualitas sumber daya


manusia (SDM) yang rendah sehingga banyak dari warganya yang terpaksa
menjadi babu di negeri orang dan mengais sampah di negeri sendiri. Menurut
Munawar Sholeh (1995:12) "Rendahnya SDM negara kita, dikarenakan
rendahnya mutu pendidikan" selanjutnya, masih menurut Shaleh,
"...pendidikan adalah kunci untuk membangun sumberdaya manusia (SDM)".
Apa penyebab rendahnya mutu pendidikan kita? Bukankah tujuan yang
diusung sangat mulia dan berbobot? Faktor apa yang menyebabkan mutu
pendidikan kita rendah?

Banyak pendapat menyebutkan keluarga dan lingkungan adalah


penentu utama tumbuh kembangnya seorang peserta didik. Namun posisi ini
sekarang perlahan akan berubah dan sekolah akan mengambil peran utama
dalam menentukan tumbuh kembangnya peserta didik karena intensitas
kurukulum yang semakin padat, jam belajar yang terus bertambah dan tugar-
tugas rumah oleh sekolah telah menyita seluruh waktu anak usia sekolah. Di
satu sisi kita menemukan efek positif, yakni peserta didik selalu berada dalam
kegiatan yang positif. Namun pada sisi yang lain peserta didik akan
kehilangan waktu senggang untuk bermain, bercengkerama dengan anggota
keluarga dan terlibat di tengan-tengah pergaulan sosial. Hal ini akan sangat
mengancam kreatifitas, hati nurani dan rasa tolesansi peserta didik, terutama
mereka yang . Hal ini sangat mempengaruhi kedisiplinan siswa dalam belajar.
Sebab, kedisiplinan hanya akan tercapai bila kurikulum sesuai untuk
kepasitas peserta didik, tenaga pengajar (guru) yang menyenangkan dan
221
kondisi psikologis peserta didik, terutama mereka yang baru duduk di bangku
Sekolah Dasar atau Madrasah ibtidaiyah.

Untuk meningkatkan kedisiplinan peserta didik, tenaga pendidik


harus menghindari sistem mengajar yang dapat membuat peserta didik
merasa jenuh, tegang dan bosan. Kejenuhan belajar dan rasa bosan dapat
memicu lahirnya potensi anti-disiplin dalam diri peserta didik. Pendidik harus
mampu menciptakan suasana belajar yang aman, nyaman dan tidak dengan
memasifkan peserta didik. Peserta didik harus diupayakan agar terlibat aktif
dalam pengajaran supaya terciptanya suasana "demokratis" dalam kegiatan
belajar-mengajar. Menurut Zamroni (2005:125), "...pendidikan harus mampu
melahirkan manusia-manusia 'demokratis'." artinya, guru tidak boleh
menggunakan "sistem komando" bila ingin menciptakan suasana belajar yang
disiplin. Selain itu, dalam memberikan tugas rumah, tenaga pendidik harus
mempertimbangkan banyak faktor seperti kesempatan bermain siswa,
kesempatan menjalin komunikasi dengan keluarga dan kesempatan
berinteraksi dengan masyarakat di lungkungan rumahnya. Disamping itu,
pemerintah harus lebih peka dalam menerapkan segala macam peraturan dan
keputusan. Bila semua pihak mampu menjalankan tugas masing-masing
dengan baik, maka tujuan pendidikan nasional akan tercapai sesuai yang
diharapkan.

Bila hal itu belum mampu terpenuhi, maka kedisiplinan siswa dalam
belajar akan sulit ditingkatkan. Salahsatu mata pelajaran yang suka membuat
peserta jenuh adn bosan sehingga menyebabkan mereka melanggar batas-
batas kesopanan dan kedisiplinan adalah Fiqih. Fiqih adalah mata pelajaran
yang sangat penting sebagai bekal peserta didik dalam menjalankan ibadah
agama dalam kehidupannya. Disamping itu, Fiqih juga adalah ilmu yang
memberikan pengetahuan pada peserta didik sehingga mereka mampu
membedakan mana yang baik dan mana yang buruk. Jadi, Fiqih adalah mata
pelajaran yang sangat fital dalam kurikulum pendidikian Madrasah.

222
Timur ke Barat

Karena sistem ekonomi yang berlaku di negara muslim telah


kapitalis, maka masyarakat muslim menjadi berat sangat hidupnya. Karena
berat hidupnya, maka dia mudah saja menerima bantuan dari manapun
datangnya. "Bila satu pintu terbuka untuk kefakiran, maka pintu lainnya
terbuka untuk kakafiran" demikian, atau "Kefakiran hampir saja
mengkafirkan ummatku" kata Nabi Besar Saw. Tampaknya inilah yang
tengah berlaku di dalam lingkungan muslim.
Seorang dai Minang menggambarkan salah satu kronologi misi
pemurtadan: Kunjungan pertama misionaris (ms) tidak membawa "oleh-oleh"
apapun, hanya sekedar datang berbasa-basi kepada wali kampung setempat.
Kujungan kedua, "jinjingannya" sudah mulai ada. Kunjungan selanjutnya
jinjingan semakin besar dan selanjutnya hingga seterusnya semakin besar.
Setelah wali kampung akrap dengan ms dan termakan budi, maka mulailah
ms mengutarakan niatannya membeli sebidang lahan untuk mendirikan
sekolah atau semacamnya. Karena tak mungkin tidak membayar jasa, maka
wali kampung melicinkan jalan ms. Ms juga mudah berbaur dengan semua
warga karena telah akrab, atau tepatnya telah menggengam kepala wali
kampung.
Para pemuda sekitar yang hidupnya melarat mudah saja menerima
"niatan-niatan" ms untuk disebarkan karena dimudahkan materi mereka oleh
ms. Maka program ms-pun berjalan lancar.
Di Ranah Minang belakangan beredar ajaran "Kandang Rasul".
Tujuannya tidak lain adalah pendangkalan akidah atau pengkafiran.
Sementara itu "Millata Abraham" adalah pengkafiran berkedok lain yang
sedang marak di Aceh. Anggota yang mereka rekrut kebanyakan pemuda
pengangguran dan mahasiswa yang tidak dalam agamanya.
Ajaran-ajaran sesat ini bukanlah gerakan-gerakan yang lemah.
Anggota-anggotanya telah mengikuti pelatihan-pelatihan yang membuat
mereka tangguh dan militan. Di samping itu, organisasi-organisasi ini punya
sarana dan fasilitas yang cukup memadai.
Mereka memanfaatkan kelemahan-kelemahan masyarakat untuk
masuk dan menguasai mereka. Ekonomi adalah kelemahan utama ummat.
Uang adalah jalan masuk paling mudah bagi ms.
Tidak salah ketika Nabi Basar Saw menyatakan bahwa dosa
berurusan dengan sistem riba, untuk satu dirhamnya saja, sama dianya
dengan berzina 72 kali. Lihat bagaimana sistem ekonomi bisa membuat
kehidupan ekonomi seperti piramid. Yang banyak menopang yang secuil.
223
Yang banyak hidup sengsara, sementara yang secuil bermewah-mewahan
saja.
Lihatlah bagaimana pemuda-pemuda muslim harus berzina karena
kekurangan dana untuk menikah. Lihatlah berapa juta rumahtangga yang
hancur akibat perselisihan karena sebab keuangan. Lihat pula bagaimana
suramnya masa depan anak-anak yang keluarganya berantakan. Perampokan,
pembunuhan, pemerkosaan dan ribuan jenis kriminalitas lainnya muncul
karena ekonomi riba.
Karena negara kita mayoritas rakyatnya adalah muslim, namun
sistemnya berlawanan dengan Islam, maka kacau-balaulah negara kita. Untuk
menegakkan negara yang kuat perlu loyalitas dan militansi warganya.
Loyalitas tak akan ada di negara kita karena untuk mengakui negaranya saja,
rakyat kita harus melawan nuraninya. Katanya sistem kita demokrasi, tapi
keinginan mayoritas untuk menegakkan negara Islam diberangus.
Musuh Allah tak akan sudi bila kita menganit sistem Islam karena
Islam paling ditakuti musuh-musuh. Namun mereka punya strategi licik yaitu
dengan menekan dan menyuap segelintir pengambil kebijakan sehingga
semua tata aturan negara melawan keinginan Islam.
Yahudi dan Nasrani tak akan senang kepada Islam dan kaum muslim
sampai kapanpun adalah berita dari Allah yang mustahil salah. Sesiapa
muslim yang mengakui Al-Qur'an wajib merespon ayat ini. Ingatlah, kaum
muslim dalam menghadapi kafir mencari mati, sementara mereka takut mati.
Ini adalah kekuatan utama dan hanya muslim saja yang memilikinya. Tidak
ada kekuatan sesolid dan secanggih apapun yang mampu menghadapi musuh
yang mencari mati. Umpama seorang ahli kungfu berkelahi dengan seorang
nekat. Pastilah yang nekat yang berjaya karena setiap gerakan yang diambil si
nekat tidak memikirkan resiko. Sikap ini ada dekat samanya dengan orang
gila. bahkan kita muslim dijanjikan surga dan bidadari bila mati karena berani
melawan musuh Allah. Janji Allah Swt itu bukan senda-gurau, Dia Maha
Benar, Maha Adil.
Orang Aceh dahulu disebut gila (pungo) oleh Belanda karena
sikapnya yang berani menyerang sekelopok tentara Belanda bersenjata
lengkap meski hanya bersenjata sebilah rencong saja. Selidik punya telisik,
ternyata sabab-muasabab orang Aceh bersikap sedemikian adalah karena
agamanya menyemangatinya, jihad. "Tandang ke gelanggang meski seorang"
Kita dapat lihat dalam sejarah Samudera Pasai, kalau rakyat dan raja
Pasai mau berkompromi dengan Majapahit, maka mereka harus rela hidup
sengsara karena setengah hasil buminya diangkut ke Jawa. Rakyat Pasai akan
menderita ekonominya dan ini berarti kehinaan dan maksiat berpotensi
merajalela, persis layaknya Indonesia di bawah kongkungan asing saat ini.
Namun rakyat Pasai memilih mati semua daripada hidup hina dan sengsara di
224
bawah perbudakan bangsa lain. Sebab, darah syuhada adalah kesturi
sementara mani pezina adalah neraka. "Hidup mulia atau mati syahid".
Kafir dan ms punya seribu cara melawan bangsa muslim. Namun kita
hanya punya satu, yang di mana itu adalah esensi yang dapat mengalahkan
keduabelas itu, yaitu keyakinan akan kebenaran Islam. Dai Minang yang
beliau adalah pakar Kristologi bersua dengan seorang ms. Ms itu jujur
mengaku bahwa konsep trinitas dalam agama mereka itu benar-benar tidak
memiliki dasar apun di dalam Injil. Dai Mimang mengatakan konsep trinitas
adalah bentukan dari comot-comot Injil sana-sini lalu dimodifikasi seperti
konsop trinitas yang dikenal kini. Kasihan pengikut agama itu, mereka ditipu
oleh tetua yang mereka percaya sebagai penerus lisan tuhan. Sebab itu Kahlil
Gibran dan Friedrick Nietzsche selalu mengecam mereka.
Seorang dosen IAIN Ar-Raniry menyedihkan ketika ahli intelektuil
Barat masuk Islam sementara muslim di Timur banyak yang menjadi murtad.
Namun saya kira fenomena ini adalah hukum alam, hukum Tuhan. Sebab,
hidayah Allah akan hilang dari orang bodoh lalu menuju orang berilmu.
"Ilmu adalah salah-satu pintu masuk hidayah" kata Rasululllah. Perlu saya
terangkan di sini bahwa, hukum alam itu adalah hukum Tuhan.

225
Sains dan Agama

Tujuan pokok dalam buku "Menemukan Tuhan dalam Sains


Kontemporar dan Agama" karya Ian G. Barbour tidak dapat diterima dalam
Islam. Artinya, tidak ada yang namanya 'integrasi' atau 'islamisasi' konsep-
konsep dalam buku ini ke dalam ke dalam konsep -konsep Islam (atau teologi
Islam). jadi percuma mengundang Armahedi Mazhar (memberi kata
pengantar buku dimaksud) untuk "memasak daging babi menggunakan resep
daging sapi" agar dapat dikonsumsi kaum muslim.
Kata Armahedi "Teologi hanya merupakan konstruksi intelektual
manusia yang mencoba memahami pesan-pesan relijius para nabi. Dengan
demikian kita harus berani menghadapkan teologi dengan sains dan membuat
keduanya berkembang secara dialektis dan komplementer untuk memecahkan
permasalahan ummat manusia yang ditimbulkan oleh penerapan sains yang
semakin maju itu (h. 10)
Teologi Islam memang konstruksi akal kaum muslim. Sepanjang
sejarah memang selalu berubah seiringperubahan kondisi pada setiap zaman.
Bahkan terdapat puluhan aliran Teologi dalam Islam. Ini disebabkan pikiran
manusia tidak sama. Kaum muslim memang tidak pernah ragu
menghadapkan sains dengan teologi(nya) karena konsep dasar teologi Islam
adalah Al-Qur'an dan Sunnah yang tidak pernah bertentangan dengan sains.
Bahkan kaum muslim tidak patut menghadapkan Al-Qur'an dan Sunnah
dengan sains karena sains itu diinspirasikan oleh Al-Qur'an dan Sunnah. Oleh
sebab itu, Al-Qur'an menyemangati untuk meninjau kembali penemuan sains
bila kiranya ada pertentangannya dengan Al-Qur'an sebab boleh jadi terdapat
beberapa kekeliriuan penalaran saat mengkonstruksi sains.
Hal ini berbeda jauh dengan teologi Kristen. Konteks ketakutan atau
keraguan hingga melahirkan konsep 'harus berani' hanya terdapat dalam
agama Kristen. Agama ini sejak awal memang telah mengandalkan dirinya
pada perkembangan akal manusia (bukan teks Kitab sucinya).
Ketika agama Kristen ingin berekspansi ke Barat dari Yarussalem,
agama ini harus menghadapi pemikiran-pemikiran para filsuf dari Yunani. Di
sana, kitab sici Kristen harus berhadapan dengan filsafat yang merupakan
hasil pemikiran manusia. Saat iti memang filsafat sedang sangat digemari.
Hasilnya, agama Narrani yang murni dari Tuhan harus disesuaikan
(direvisi) agar sejalan dengan filsafat (buah pikiran manusia). Ini adalah
syarat yang ditawarkan Barat dan diterima oleh Kristen supaya agama ini
diterima.
Sejak itu tidak ada lagi yang namanya agama Nasrani yang murni.
Kitab Injil telah dimodivikasi mengikuti akal pikiran manusia. Karena akal
226
manusia sifatnya terus berubah, maka kitab Injil tidak dapat lagi diterima
manusia karena kontradiksi denga realita aktual.
Ian G. Barbour yang merupakan ahli Fisika dan Teologi Kristen
mencoba mencari kesamaan kembali antara agamanya dengan sains modern.
Ini tidak lepas dari fanatisme agama, karis dan popularitas. Wajar, tidak ada
orang yang ingin dikatakan agamanya sesat.
Agama Kristen terlambat menyadari bahwa akal manusia bersifat
progresif, sementara wahyu itu tetap. Lihatlah agama-agama Timur seperti
Budha, Hindu dan aliran Taoisme, mereka tidak terlalu sibuk dengan
perkembangan akal sehingga tidak perlu menghadapai persoalanyang
diterima Kristen sejak era Galileo Galilei, kini dan hingga kiamat dunia.
Bahkan nampak jelas kesesatannya ketika Armahedi merumuskan
empat varian hubungan sains-agama yakni: konflik, independensi, dialog, dan
integritas. Padahal konflok antara sains dan agama hanya dihadapai agama
Kristen saja, alasannya seperti yang telah disebut di belakang. Masalah
independensi adalah masalah yang lahir karena adanya konfik, dianya adalah
bukti tidak adanya integrasi. Sementara islam dan sains salang membenarkan
karena memang sain adalah manifestasi dari konsep agama.
Bila didialogkan, maka air dan minyakpun dapat ditemukan titik
persamaan. Misalnya: minya dan air sama-sama kebutuhan manusia. Jadi apa
yang dilakukan Ian G Barbour adalah akal-akalan.
Mizan Hendaknya mencerahkan ummat, bukan sebaliknya.
Bayangkan bila yang mengkonsumsi buku ini adalah orang awam yang
belum kritis pemikirannya. Siapa yang akan menanggung dosa akibat
rusaknya akidang orang-orang? Jawabanny adalah siapa yang berkaitan
dengan penerbitan buku ini. Sekian. Wassalam.

227
Logika Tidak Logis

Tergerak kembali untuk mendudukkan persoalan bahwa filosof itu


berbeda jauh dengan pembelajar filsafat. Seorang filosof adalah dia yang
alami dilahirkan oleh alam. Akal yang dia miliki digunakan untuk
merenungkan apa saja persoalan yang 'muncul' maupun yang 'dimunculkan'.
Sementara pembelajar Filsafat mempelajari dan meneliti hasil-hasil
pemikiran, cara-cara berfikir filosof. Cara berfikir dan buah pikir itulah
diteliti dan dikaji. Ada pula diantara pembelajar Filsafat yang menjadikan
cara berfikir dan buah fikir filosof untuk menyusun sebuah teori baru atau
menanggapinya, tapi hasil karya ini tidak dapat dikatakan karya filsafat yang
murni karena tidak bisa melepaskan diri dari disiplin akademis yang terbatas
dan banyak aturan anehnya itu.Hal ini bertentangan dengan filsafat yang
mengkaji segala wujud tanpa dikekang aturan manapun. Bagi saya, Mulla
Sadra adalah representasi dari yang dimaksudkan ini.
Untuk penjelasan, yang 'muncul' maksudnya adalah segala sesuatu
yang hadir dari intuisi atau akal murni. Sementara yang 'dimunculkan' adalah
kesimpulan dari pencerapan-pencerapan akal praktis atas informasi-informasi
dari indra.
Sementara yang dimaksud dengan 'wujud' adalah segala sesuatu yang
dapat dimunculkan akal. Tidak persoalan dianya itu empiris atau tidak.
sesuatu disebut empiris bila dapat ditangkap indra sebab memiliki eksistensi.
'Eksistensi' pula harus dipersoalkan karena bila dianya tidak eksis bagi indra
namun eksis bagi akal. Namun ahli Filsafat sepakat hal-hal yang eksis bagi
akal saja, tidak bagi indra disebut 'esensi'. Bagi Aristoteles, esensi adalah jiwa
daripada segala eksistensi.
Cara berfikir filsuf memang sulit dipelajari orang lain karena dia
melahirkan cara (atau sistematika) berfikir yang lahir dari reaksi atas
persoalan yang dihadapi. Oleh sebab itu, sangat sulit bagi pembelajar
metodologi berfikir filsuf untuk memahaminya karena bukan mereka yang
menghadapi persoalan yang dihadapi seorang filosof. Oleh sebab itu, muncul
pertanyaan dari seorang yang baru mula-mula belajar Filsafat, apakah kajian
tentang wujud yang dilakukan para filosof hanya berkutat pada cara
penyampaian serta bahasa yang digunakan dalam melihat satu wujud? Ada
pihak yang membenarkan pernyataan ini, alasannya adalah wujud yang
dibicarakan setiap filsuf adalah sama, namun karena cara, rumusan serta
bahasa yang digunakan untuk menjelaskan wujud sangat berbeda karena
sangat-sangat subjektif. Wujud yang dikenal di dalam kesadaran atau disebut
juga di dalam akal murni atau intuisi filsuf dan sufi halikatnya adalah sama.
Namun sufi memilih mengekspresikan kesannya melalui tindakan semenatara
filsuf memilih jalur bahasa karena merasa bertanggung jawab untuk membagi
228
pengetahuan. Terkesan sufi hanya mementingkan diri sendiri sementara filsuf
ingin berbagi, tapi perlu kita pertimbangkan juga bahwa sufi juga berusaha
membagi kesannya itu melalui amalannya dan mengajarkan yang lain untuk
ikut memiliki kasan wujud itu melalui praktik-praktik seperti yang ia
lakukan.
Karena keterbatasan bahasa untuk mengungkapkan wujud yang ada
di dalam akal murni, maka seorang sufi bernama Qadi Qadan menggubah
puisi "Tinggalkan tata bahasa dan sintaksis, aku merenungkan kekasih."
Yang dilakukan Qadan jauh lebih baik karena memang bila wajud yang akan
mengalami distorsi dan salah paham itu bila di ungkapkan, maka akan
berakibat fatal, persis seperti yang dialami Al-Hallaj. Sepuluh tahun akhir di
hidupnya Friedrick Nietzsche memilih diam seperti yang diserukan Qadan.
Jalan para filosof memang diakui banyak kalangan terlalu rumit,
namun ada yang mencoba membela pernyataan itu dengan mengatakan
bahwa sesuatu yang dipikirkan dengan rumit akan dapat diamalkan dengan
mudah. Sementara bila dianya tidak dipikirkan dengan susah-payang akan
mengalami kerumitan dalam pelaksanaannya. Cara berfikir filosof serta
ibadah mereka dapat diperbandingkan dengan cara beribadah sufi serta cara
berfikirnya dapat dijadikan analisa pertimbangan. Dan saya kita keduanya ini
mendapatkan dukungan dari Al-Qur'an dan Hadits.
Wijud terus-menerus dikaji para filosof serta tidak pernah
menggunakan disiplin berfikir tententu adalah bukti bahwa filsafat memang
tidak berurusan dengan persoalan-persoalan teknis dan dinamis. filsafat harus
konsisten membicarakan wujud dan jangan membicarakan hal-hal yang
bersifat dinamis seperti sains karena kalai tidak filsafat tidak layak lagi
disebut filsuf. Filsafat berhak menjadikan sains atau disiplin tertentu dari
sains sebagai objek kajiannya, namun dia tidak boleh menggunakan cara
berfikir saintis.
Sia A ada (maujud), si B ada. Sia A dan si B disebut berbeda karena
antara keduanya ada seseuatu yang disebut 'jarak'. Dan jarak juga maujud.
Maka si A dan si B adalah satu sebab jarak yang membuat si A dan si B
berbeda juga adalah wujud. Jadi tidak ada tiga persona atau objek di sana ( si
A, si B dan jarak), yang ada hanyalah wujud. Substansi konsep wujud
menerangkan bahwa segala sesuatu dapat disebut berbeda setidaknya karena
adanya jarak (ruang), waktu, potensi, prediket dan kondisi. Dan segala
"pembeda" itu hanya muncul pada akal praktis, sementara pada hakikatnya
semua pembeda itu juga adalah wujud dan ini artinya segalanya adalah wujud
yang satu di mana akal praktislah yang memaksakan untuk mengesankan
wujud untuk diklasifikasi. Padahal, akal itu sendiri adalah wujud juga?
Oleh karena itu, Immanuel Kant menggolongkal akal kepada akal
murni dan akal praktis. Akal murni adalah akal yang berurusan dengan
229
penalaran dan pengklarifikasian. Dan bila kita akal itu sendiri adalah wujud,
maka akal juga adalah satu dengan segala yang wujud, sehingga tidak
satupun yang dilahirkan akal itu mutlak dan absolut. Oleh sebab karena
Tuhan tidak mungkin dijangkau akal praktis.
Debat yang mempersoalkan manusia berkehendak atau tidak
tergantung pada "pembagian" akal. Manusia dapat dikatakan berkehendak
bila tinjauannya adalah akal murni. Sementara manusia diyakini tidak
memiliki kehendak sama-sekali karena sudut pandangnya adalah akal praktis
yang memang sifatnya tidak mampu menjangkau apa yang menjadi
pekerjaannya yaitu mengkaji wujud.
Abu Hamid Al-Ghazali dari awal sudah menyatakan bahwa Tuhan
memang tidak mampu di identifikasi memalui akal (praktis). Oleh karena itu,
dia menyerukan apresiasi pengenalah Wajib Wujud melalui akal murni atau
disebutnya qalb.
Kalangan sufi (mengaku) memikili ilmu laduni karena mereka telah
berhasil menemukan Wajibul Wujud. Konon, kepemilikan akal hal ini
umpama berdiri di mercusuar pengatahuan sehingga segala pengetahuan
praktis dapat dipahami tanpa melalui indra dan penalaran. Logika yang
dipakai: sebab akal praktis adalah pengejawantahan dari akal murni.
Menurut Muhammad Iqbal, kata ruh yang diistilahkannya
dengan khudi (self) atau ego, sebagai dicantumkan dalam Al-Qur'an: 85
bukanlah makhluk sebagaimana ciptaan (khalq). Namun dia
adalahamr. Karena segala ciptaan terbatas dan ruh itu bukan ciptaan,maka
alasan ini memungkinkan kebenaran bahwa akal murni memungkinkan
menjangkau Wajibul Wujud.
Syed Muhammad Naquib Al-Attas mengemukakan, akal, hati dan
jiwa adalah pengejawantahan dari ruh, maka thesisnya membenarkan
pernyataan di atas bahwa akal praktis adalah pengejawantahan dari akal
murni. Maka saya mencoba menarik kesimpulan bahwa ruh, ketika berurusan
dengan penalaran atau pemikir praktis maka dianya akan terbatas. Karena itu,
slogan yang tepat untuk semboyan idi adalah "aku ada maka aku berfikir"
bukan sebagaimana yang disampaikan Rene Descartes "aku berfikir maka
aku ada".
Karena yang dianggap wujud adalah segala yang mampu diciptakan
akal baik dia hasil intuisi, pemikiran maupun khayalan, maka perlu bagi kita
untuk mengenal jenis-jenis wujud. Dan segala pembagian wujud itu lahir dari
bagaimana akal membedakan segala wujud.
Untuk memecahkan persoalan ini kita membutuhkan ilmu Logika.
Uniknya, setiap pembahasan mengenai Logika selalu harus diawali dengan
pertanyaan-pertanyaan rumit yang terkesan mudah namun "menjebak".
Misalnya pertanyaan: mana yang dahulu muncul, kata atau makna?
230
Kebenaran pernyataan ini tergantung sejauh mana kita mampu memberi
penalaran atas jawaban yang diberikan. Namun Dr. Muhsin Labib
menyimpulkan kata terlebuh dahulu muncul, sementara makna adalah
penjelasan atau penjabaran dari pada makna. Dia mengurutkan latar-belakang
lahirnya sebuah kata sebagai berikut: ada--apa--substansi--prediket--
persona(hal)--konsep--kata. Setelah akal menemukan objek, objek itu
diidentifikasi sehingga melahirkan makna, lalu diferifikasi sehingga memiliki
identitas yang membedakannya dengan kesan yang telah pernah ada di akal
sebelumnya sehingga menjadi independen untuk selanjutnya dilegalisakikan
atau "dipatenkan" agar dapat di transformasikan dengan simpel dan praktis.
Bila kata tidak ada, maka, menurut Dr. Muhsin, kita harus menghadirkan
segala wujud ke hadapan orang yang dikomunikasikan.
Namun saya kira penafsiran juga adalah penginformasian secara
sistematis atas latar belakang sebuah kata yang ditafsirkan itu. Jadi, mana
duluan kata atau makna adalah persoalan pengistilahan. Maksudnya,
tergantung juga bagaimana kita menyepakati arti kata 'makna' itu sendiri.
Pernyataan "semua pernyataan memerlukan bukti agar dianya dapat
disebut ilmiah dan logis" harus dikritik dengan mempertanyakan apakah
"alat" atau metodologi yang digunakan untuk membuktikan pernyataan
itu". Alat mengkaji alat pembuktuan juga harus dibuktikan keabdahannya
juga. Demikian seterusnya. Pernyataan inilah yang membuat Immanuel Kant
tergerak untuk mengkaji alat berfikir dan alat oengkajian itu sendiri yakni
akal. Kesimpulannya mengenai hal ini adalah, akal murni yang digunakan
sebagai alat berfikir dan menalar juga bermasalah. Akal praktis adalah juga
termasuk wujud sehingga mustahil mengenal wujud. Penalaran dan
pendefinisian adalah pekerjaan mereduksi. Karena segala sesuatu yang
direduksi telah mengalami degradasi, maka yang terjadi adalah lepasnya
segala yang didefinisikan dan dinalar dari hakikat aslinya. Sehingga, segala
hal yang mampu diidentifikasi akal bukanlah kebenaran, segala itu adalah
pembenaran. Karena dia itu pembenaran, maka selalu relatif dan pastinya
selalu terbuka kemungkinan untuk dimaknai beda oleh akal yang lain. Karena
Tuhan tidak mampu di identivikasi oleh akal praktis, maka apapun yang
mampu kita kesankan, bayangkan atau khayalkan, maka itu bukan Tuhan.
Untuk melepaskan diri dari persoalan kritik atas instrumen
pembuktian, Logika membela diri dengan merumuskan dua pembagian
Logika, yang satu dinamai Logika Swa Bukti dan saunya lagi di sebut Logika
yang memerlukan bukti. Alasanya adalah apabila tidak menjadikan logika
swa bukti sebagai fondasi, maka tidak ada satu halpun yang dapat dijadikan
objek pengkajian dan semua ilmu harus ditolak dan dihapuskan. Alasan ini
saya lihat persis seperti seekor burung unta yang memasukkan kepalanya ke
231
dalam pasir. Burung itu menganggap permasalahan akan selesai dengan cara
seperti ini atau memang pasrah?
Logika seperti ini persis seperti hukum kausalitas yang dibangun para
Teolog untuk mengidentifikasi keberadaan Tuhan. Sebagaimana yang dikritik
Iqbal, hukum kausalitas sebenarnya menolak dirinya sendiri dengan
menyatakan adanya pengebab utama dari urutan sebab akibat. Namun bila
menerima bahwa semua dari hasil pemikiran dan penelitian adalah
pembenaran, bukan kebenaran, maka logika swa bukti "tidak akan diganggu".
Aerta harus diakui Logika tidak logis.
Akal praktis dalam "mereduksi" wujud selain dirinya mencari
kontradiksi atas wujud-wujud untuk dapat menjadi kannya pengetahuan. Bila
tidak, akal itu sendiri tidak akan dapat menemukan apa-apa dan dia sendiri
akan kehilangan esensi karena kehilangan fungsi dan menjadi satu dengan
wujud-wujud lain. Seperti rumus Mtematika, misalnya, "untuk mengetahui 2n
adalah genap, maka tunjukkan 2n adalah ganjil".
Untuk menemukan perbedaan wujud-wujud, maka dirumuskanlah
delapan syarat lahirnya kontradiksi, yaitu kesatuan-kesatuan: (1) wujud; (2)
prediket; (3) tempat; (4) waktu; (5) aktus dan potensi; (6) bagian dan
himpunan atau universalia dan himpunan; (7) kondisi, dan terakhir; (8) relasi.
Menurut Dr. Muhsin Labib, Mulla Sadra menambahkan satu kesatuan lagi
yaitu kesatuan prediksi. Hal ini dilakukan Sadra karena ketika dia hendak
mengklarifikasi sejumlah istilah yang disalah pahami (sulit dibedakan) oleh
orang lain. Namun seorang pembelajar Filsafat mencurigai penambahan ini
adalah strategi Sadra untuk menutup selah kritik atas konsep-konsep.

232
Organisasi

Rakyat Indonesia yang notabenenya adalah ras melayu adalah


masyarakat yang sangat toleran dan sangat menyukai silaturrahmi. Semangat
kebersamaan dan gotong-royong mereka junjung tinggi. Sifat-sifat positif ini
malah menjadi malapataka bagi seluruh rakyat Indonesia ketika
diapresiasikan ke dalam ranah politik. Politik negara kita memiliki sifat yang
pragmatis. Jadi segala kebijakan dan orientasi diperuntukkan bagi
kesejahteraan individu dan kelompok tertentu. Padahal sistem ini
mengakibatkan kesengsaraan mayoritas masyarakat yang menjadi tulang
punggung bangsa.
Karena karakter politik negeri kita demikian, maka ini menyebabkan
Indonesia selalu membiarkan masalah berlarut-larut baru menyikapinya.
Penyelesaiannyapun berkarakter sebagaimana budaya politik yang dibangun.
Tidak pernah menyelesaikannya secara tuntas dan serius.
Kita tahu bahwa elit politik hari ini adalah aktivis di masa lalu.
Karena itu untuk memperbaiki citra politik hari esok, kita harus memperbaiki
organisasi pemuda hari ini. Oraganisasi (pemuda) harus digerakkan dengan
memperbaiki sistem kaderisasi serta perangkat lainnya guna menghasilkan
aktivis yang idealis.
Salah-satu persoalan besar dihadapi organisasi pemuda adalah
kegalauan akibat kehilangan prinsip dan nilai yang dianut lembaganya. Nilai-
nilai dan prinsip lama yang dibangun sudah tidak relevan lagi dengan gejala
sosial hari ini. Sementara itu, kader-kadernya masih belum mampu
merumuskan nilai-nilai baru yang tangguh, visioner, realistis dan aplikatif.
Sebuah nilai sulit dibangun ditengah-tengah arus kepentingan politik.
Karena itu, segala nilai harus yang dianut harus dipertanyakan kembali.
Habib Riziq mengatakan Pancasila sudah final, namun tinggal bagaimana kita
mengisinya dengan penerapan nilai-nilai yang dianut masyarakat. Nilai yang
dia maksud adalah nilai-nilai Islam--yang harus diterapkan secara objektif
dalam hukum formal negara.
Bila prinsip masyarakat tidak dapat dekspresikan atau malah
dihambat, maka jangan salahkan mereka bila kekacauan terjadi. Hukum alam
menyatakan manusia itu perlu bergerak. Bila tidak maju, dia mundur. Bila
tidak dapat keduanya, maka dia akan membunuh orang lain. Bila tidak, dia
bunuh diri. Nilai yang dimiliki hampir semua rakyat Indonesia selalu
dibungkam meski rezim berganti rezim.
Pada rezim sebelumnya, masyarakat mengeluh karena banyak kreasi
dihambat dan banyak hal yang ingin dimiliki dilarang. Rakyat bermimpi
233
mengganti rezim. Namun setelah rezim berganti ternyata nasib mereka
semakin parah. Rezim saat ini membolehkan rakyat membeli apapun namun
mereka tidak mampu membeli apapun. Rakyat juga dibenarkan menciptakan
apapun namun mereka dikondisikan tidak mampu mengkaryakan apapun.
Bila pada rezim sebelumnya masyarakat dibatasi untuk mengakses
informasi, rezim saat ini membiarkan masyarakatnya mengakses segala jenis
informasi tanpa mempersiapkan mereka untuk memiliki nalas kritis untuk
memferifika segala informasi. Rezim hari ini pantas disebut rezim
pembodohan. Masyarakat dipersiapkan untuk terbuka, sementara nilai dan
prinsip diri mereka dicabut. Sehingga masyarakat malah semakin merasa
kesepian. Perasaan ini memaksa masyarakat untuk membangun komunitas-
komunitas mulai dari yang bernama sama hingga warna kesukaan sama. Ini
adalah jawaban bahwa manusia memang makhluk yang tidak dapat hidup
sendiri bukan karena ketergantungan material, namun adalah fitrah.
Rezim menjadikan rakyat laksana buih. Nilai-nilai yang dimiliki dan
prinsip-prinsip mereka dicabut. Jadinya rakyat tidak memiliki rasa
kepemilikan kecuali yang berbentuk materi. Jadinya, mengenai nilai dan
prinsip, rakyat tidak pernah berfikir tentang kepemilikian jika semua dapat
dijual.
Organisasi yang baik dan dapat terus bertahan dari musim ke musim,
dari rezim ke rezim adalah organisasi yang selalu mampu memahami keluhan
ummat serta tidak pernah berhenti berjuang membela kepentingan mereka.
Organisasi ini tidak pernah berfikir untuk menyejahterakan
kelompoknya. Organisasi ini persis seperti penjaga gawang dalam
pertandingan sepak bola. Pada saat genting dia tampil sebagai penentu.
Namun ketika kondisi sudah membaik dia tidak disorot dan terkesan
diabaikan. Organisasi seperti ini pastilah bukan partai politik yang seperti
katak, baru berbunyi bila tiba musim.
Organisasi yang mendapat ruang di hati ummat adalah organisasi
yang senantiasa tampil apa adanya dan tidak dirasai aneh oleh ummat.
Organisasi ini tidak memamerkan simbol dan lambang serta karakter kader
yang aneh bagi masyarakat. Dia mampu larut, mempengaruhi namun tidak
menjadi. Bahasa yang disampaikan komunikatif dan tidak berat. Organisasi
ini harus ummi, artinya komunikatif bagi masyarakat yang sangat awam
sekalipun meski misi yang diusung sangat mendalam dan filosofis.
Kita perlu memahami bahwa kultur masyarakat indonesia tidak
dibangun secara retorik dan filosofis. Bangsa ini dibangun berdasarkan kerja
praktis dan aksidental dalam artian menyikapi setiap permasalahan secara
aksiden. Jadinya cara pandang kita adalah pragmatik. Rakyat jangan dipaksa
mengenang sejarah masa lalu dan diajak untuk membangun mimpi secara
massal. Rakyat kita dapat mengikuti apa saja dan siapa saja selama tidak
234
rumit dan aneh seta menjanjikan kebaikan temporar, artinya dapat dilihat,
diraba dan dirasakan sekarang. Budaya seperti ini memudahkan elit politik
memangfaatkan mereka dalam menyusun kepentingan kelompoknya.
Organisasi yang senantiasa diapresiasi ummat meski apapun berubah
adalah organisasi yang mampu merepresentasikan diri sebagai perwakilam
umat dari berbagai latar belakan meski dianya memiliki jaringan global.
Organisasi yang menjadikan anggotanya berubah total dan langsung terlihat
perubahan dari segi apapun adalah organisasi yang hanya akan tumbuh untuk
beberapa musim saja untuk selanjutnya terkikis karena mereka adalah parasit.
Mereka selalu ingin diapresiasi namun selalu menganggap ummat sesat
meski dalam hati. Organisasi ini persis seperti Superman, tampil aneh dengan
kolor di luar, bukan bagian masyarakat dan masyarakat tidak akan
melindungi dan malah membenci karena tidak merasa memiliki.
Dari dalam, organisasi yang baik harus senantiasa mampu
menanamkan nilai teguh bagi kadernya sehingga bila mereka melanggap nilai
itu mereka akan merasa terluka. Ini persis seperti seorang ibu yang harus
mampu menanamkan nilai yang baik pada anaknya sehingga bila kelak sang
anak pergi, ibu tidak perlu merasa kawatir. Organisasi yang baik seperti ini
persis sebuah lembaga intelijen yang setelah menamamkan sesuatu pada
kadernya, dia dilepaskan untuk menemukan persoalan dan sebab persoalan
yang dihadapi ummat. Yang membuatnya menjadi sebagai agen dalam arti
yang sebenarnya adalah dia berperan mensolusikan persoalan ummat.
Organisasi seperti ini tidak akan popular, namun selalu dia akan
mempengaruhi. Dan, bukankah popularitas adalah bagian dari kepentingan
individu dan kelompok. Bila demikian, apa bedanya ini dengan partai politik
yang notabenenya itu adalah busuk.
Organisasi yang baik adalah organisasi yang mampu melahirkan
kader yang jago dalam retorikan dan sangat mampu mempengaruhi orang.
Sehingga orang dan kelompok yang dipengaruhinya tidak lagi mampu
membedakan mana pendapat atau pemikiran pribadinya, mana dari hasil
pengaruh kader tadi. Kader yang paling berhasil dalam misi ini adalah dia
yang sebelumnya telah mampu mempengaruhi semua anggota dalam
kelompoknya. Sehingga, ide dan gagasan dari setiap kelompok adalah hasil
pengaruh darinya.
Untuk ke dalam, organisasi yang baik harus mampu mendidik
kadernya untuk senantiasa mengingat "kampung halaman", organisasi yang
membesarkannya dan prisip teguh bernama agama. Ke luar, harus bisa
menjadikan kadernya mampu menyadarkan ummat, menjadi inspirator dan
fasilitator yang baik. Organisasi seperti ini akan senantiasa dilindungi ummat.
Para kader organisasi seperti di atas akan selalu menjadi manusia
terbukan, selalu memahami, tak pernah menghakimi. Begitu gemarnya
235
mereka menerima segala perbedaan sehingga mereka lupa cara membenci,
tentunya tidak lupa membenci keburukan.
Organisasi yang baik harus terus mengajarkan kadernya untuk
senantiasa terbuka dan selalu memiliki nalar kritis. Ini mutlak diperlukan
mengingat tidak ada informasi yang benar-benar absolut. Jadi jangan pernah
terburu-buru mengambil kesimpulan. Saya kira kesimpulan terbaik adalah
tidak ada kesimpulan. Disamping kritis, kita juga harus selalu berfikir positif.
Berfikir positif adalah syarat agar tidak pernah selalu mudah berhenti berfikir
tentang sesuatu sehingga nalar kritis terus dapat dibangun.
Kader tangguh tidak pernah berhenti berfikir dan berbuat. Refleksi
dan menyendiri hanya boleh dilakukan sebentar:
Sudah cukup pagi yang segar
Udara gunung yang sejuk
Hentikan menikmati merdu kicau burung
Segara tinggalkan pengasingan
Jalanmu adalah jalan perjuangan
Semangatmu adalah semangat perang
Musuhmu adalah segala jerat bagi ummat
Yang kau hadapi adalah zaman laknat
Turunlah dan menguasai
Turunlah namun jangan menjadi
Kuasai dengan cinta
Bunuhlah segala benci walau dengan cara bunuh diri
Kader kadang merasa sistem dari laur telah mengekang dan menjarat.
Namun pola pikir seperti ini harus dirubah. Boleh jadi kita memang mencari
alasan dari luar karena tidak berani melihat dan menguasai persoalan internal
yang ada dalam diri dan dalam organisasi. Cara melawan kebobrokan ini
adalah senantiasa berani menerima segala kritik dan menjadikannya umpan
balik dalam upaya melahirkan idea of progress dalam diri setiap kader
sehingga terbangunlah organisasi yang dimanis dan objektif.
Segala karakter kader yang majemuk harus mampu diakomodir
sehingga ini dapat menjadi senjata-senjata canggih dalam menghadapi segala
sistem. Kita mesti sadar bahwa kader-kader yang direkrut adalah dari ummat
sehingga bila karakter yang beragam itu mampu diakomodir, maka dalam
menghadapi menangani persoalan ummat yang juga majemuk juga akan
mudah karena kader-kader tadi adalah miniatur ummat.
Kader atau pelaku organisasi yang baik adalah yang berfikir dan
berbuat dalam organisasinya sebagai pelaku, bukan pengamat. Hal ini baru
dapat dilakukan bila rasa memiliki dapat ditumbuhkan dengan baik dalam diri
kader. Sekali lagi, harus mampu menanamkan nilai yang tangguh dalam diri
kader sehingga bila hendak ingkar, mereka terluka.
236
Kadang kita mencari alasan: sistem organisasi tidak mampu
mengakomodir potensi dan kreativitas kader. Padahal organisasi dibangun
untuk menampung itu. Boleh jadi 'sistem' yang kita maksud adalah
'kepentingan kelompok tertentu'. Sering kita mengaku kita melaksanakan
amanah konstitusi namun pada kenyataanya yang kita laksanakan adalah
kebiasaan masa lalu, pendahulu yang dicampur asumsi dan spekulasi pribadi.
Karena itu segala sistem organisasi harus disesuaikan untuk kepentingan
kader karena, sekali lagi, kader adalah representasi ummat. Bila ini
dipentingkan, maka sama artinya kita terus menyesuaikan diri dengan
perubahan sosial sehingga tidak menjadi organisasi terasing dan terus
mendapat tempat di hati ummat.

237
Reinterpretasi Pancasila, Reposisi Islam

Segala potensi manusia adalah manifestasi Tuhan yang Maha


Mengetahui dan Maha Pencipta. Sifat Tuhan yang pertama itu ditemukan
manusia dalam bentuk bahasa. Bahasa adalah sarana komunikasi. Sarana
komunikasi melalui puisi adalah manifestasi tertinggi dari kecerdasan
manusia di bidang bahasa. Masa selanjutnya dirasa puisi terlalu simbolis
sehingga perlu dijabarkan. Maka dijabarkanlah dia secara filosofis.
Selanjutnya filsafat itu dirasakan terlalu subjektif sehingga perlu dirumuskan
kesepakatan bersama. Maka lahirlah disiplin ilmiah.
Manifestasi Tuhan yang Maha Pencipta ke dalam diri manusia
menjadikannya mampu menghasilkan karya dalam wujud fisik. Sebab itulah
pada masa lalu manusia menghasilkan seni ukir yang luar biasa. Hasrat akan
karya terus mengalami perkembangan dan modivikasi sehingga manusia
mampu menghasilkan kapal, mobil, pesawat, tv, ponsel dan lainnya.
Pada masa lalu, manusia menyembah karyanya sendiri yang disebut
berhala. Manusia modern saat ini menyembah tv, ponsel dan sebagainya.
Untuk ranah karya ide, manusia masa lalu menjadikan puisi, hikayat,
modivikasi kitab suci sebagai pedoman hidup. Manusia modern menjadikan
ideologi sebagai agama dan sains sebagai pedoman dan tumpuan hidup.
Menyembah berhala dan menjadikan ideologi sebagai pedoman
hidup adalah menyembah selain Tuhan. Melalui jalan pikiran seperti ini,
maka Pancasila yang merupakan ideologi, hasil produk ide manusia bila
dijadikan asas dan pedoman hidup, adalah sama halnya dengan syirik. Bila
demikian, tidak layakkah Pancasila menjadi dasar negara yang dihuni rakyat
yang beragama?
Alasan di atas menyebabkan polemik yang berkepanjangan sehingga
orang selalu memperbandingkan Islam dengan Pancasila.
Sunano mengatakan gerakan Islam muncul karena dua hal. Pertama
interpretasi ummat terhadap teks, kedua adalah reaksi terhadap realitas. Saya
kira ini berlaku bagi setiap agama. Pancasila adala reaksi atas realitas
masyarakat muslim di Indonesia.
Pancasila memberi ruang agar semua produk hukum dan mobilisasi
segala sistem bersesuaian dengan Islam. Namun, merujuk pada kisah
negosiasi yang ditawarkan Quraish kepada Muhammad Saw untuk agar Nabi
mengizinkan Quraish menyembah Allah juga namun dengan menggunakan
perantara berhara. Nabi menolaknya mentah-mentah. Ada yang
menyamakankan tawaran Quraish dengan model penerapan nilai-nilai Islam
238
namun dengan berlambangkan Garuda, melalui Pancasila. Dengan analogi ini
maka Pancasila adalah musuh mutlak Islam.
Pancasila harus dilihat sebagai hasil kesepakatan rakyat Indonesia
yang juga setiap mereka membawa nilai-nilai agamanya untuk dirumuskan
menjadi pancasila. Nilai mayoritasnya adalah Islam. Pancasila adalah sebuah
usaha membumikan ajaran-ajaran Islam. Tema besar yang diusung Pancasila
adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Tema-
tema ini adalah esensi pokok dalam Islam. Melalui Pancasila, Islam telah
menjadi konsepsi praktis sehingga sangat dekat dengan keseharian kita.
Mengenai alasan Pancasila tidak layak menjadi sebuah sistem karena
tidak mengandung panduan atau pedoman yang lengkap seperti layaknya
Islam yang mengatur mulai dari tata cara bersuci hingga politik luar negeri.
Maka lima tema pokok tadi dapat dikembangkan kedalam aturan hukum yang
detail dan holistik. Pancasila adalah asas yang mengatur tata kehidupan
majemuk, tentang sistem interaksi, sistem untuk kelompok masyarakat
bernama negara, jadi dia tidak mengatur urusan individu seperti ibadah,
bersuci dan sebagainya. Ada muslim yang menolak Pancasila karena tidak
mengatur mu'amalah (ekonomi) dan jinayah (hukum) sepeti aturan dalam Al-
Qur'an. Saya kira persoalan itu terletak pada undang-undang (UU) yang
dibuat, sama sekali bukan Pancasila. Malah Pancasila memaksakan agar
ekonomi harus berlandaskan kemanusiaan dan kerakyatan serta hukum harus
berlandaskan keadilan.
Melihat dari sejarah peradaban Islam, maka setiap rezim dirumuskan
aturan untuk patuh pada aliran dan mazhab tertentu. Bahkan masa monarki
aturan dan aliran dipaksakan pada rakyat yang berbeda mazhab dan aliran.
Namun Pancasila sangat representatif bagi masyarakat Indonesia.
Setiap manusia punya subjektivitas. Subjektifitas ini memerlukan
objektivitas agar terjadi integrasi antar manusia. Pancasila adalah sagana
objektif masyarakat Indonesia.
Ada yang mengatakan Pancasila sudah tidak relevan lagi untuk
masyarakat indonesia. Ini pernyataan yang aneh. Karena selama manusia
masih ada, maka rumusan mengenai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan
(berbeda dan tidak sama dengan penyeragaman), kerakyatan dan keadilan
akan selalu dibutuhkan.
Ada yang mengatakan Pancasila sebagai alat kepentingan politik elit
kekuasaan. Saya katakan Pancasila adalah memang alat. Dianya adalah
produk akal manusia. Jadi selamanya harus sebagai alat, sebuah alat yang
ditetapkan sebagai asas sekelompok masyarakat yang menamakan diri
Indonesia. Jadi jangan salahkan politikus yang menggunakan Pancasila
sebagai alat politik, tanyakan pada diri kita masing-masing kenapa tidak
menggunakan Pancasila sebagai alat profesi kita. Bila kita mahasiswa,
239
kenapa tidak menggunakan nilai-nilai pancasila sebagai alat untuk sukses
study. Seorang wirausahawan harus menjadikan Pancasila sebagai alat yang
menyemangati keadilan dan kesejahteraan sosial. Umpamakan sebuah pisau,
seorang tukang rajang bawang marah pisau digunakan oleh tukang potong
lembu untuk potong lembu. Padahal, bila dia mau pisau itu dapat juga
digunakan untuk rajang bawang.
Islam memiliki cita-cita yang besar dan sangat universal. Sementara
Pancasila adalah semacam sebuah visi yang diusung masyarakat Indonesia
yang hampir semuanya muslim. Dalam kacamata Islam yang universal itu,
Indonesia adalah sebuah organisasi yang mengusung lima visi yaitu kelima
butir Pancasila dan misinya adalah UUD 1945 serta semboyannya adalah
Bhinneka Tunggal Ika. Jadi tidak ada yang layak disebut bertentangan
dengan Islam. Memperbandingkan Islam dengan Pancasila hampir sama
seperti memperbandingkan Islam dengan organisasi Muhammadiyah.
Pancasila adalah sikap masyarakat atas realitas yang mereka alami dan
rasakan. Seperti Ahmad Dahlan yang medirikan Muhammadiyah untuk
merespon perkembangan modern yang masuk ke dunia Islam.
Memperbandingkan Islam dengan Pancasila adalah pendegradasian terhadap
Islam.
Cara berfikir dengan memperbandingkan Islam dengan Pancasila
mengingatkan kita akan paham Hegelian berupa tesis, anti tesil lalu
membentuk sintesis. Umumnya manusia menganggap tesis adalah kontradiksi
dengan sintesis. Padahal Hegel membangun konsep ini berdasarkan inspirasi
hukum garak yang niscaya. Untuk menghasilkan sebuah gerak diperlukan
keseimbangan tertentu. Misalnya keseimbangan energi proton dengan
elektron menyebabkan elektron mengelilingi proton. Namun gerak yang
dimaksudkan di sini tidak terbatas pada gerak material. Dari tidak tahu
menjadi tahu juga disebut gerak.
Muhammadiyah dapat terus bergerak menjadi lebih progresil karena
ada NU. Orang menganggap Muhammadiyah kontradiksi dengan NU padahal
karena keseimbangan antara keduanya, maka masing-masing saling berlomba
mengembangkan diri. Pancasila tidak memiliki penyeimbang untuk terus
bergerak maju dan bergerak lebih mengakar kedalam jiwa masyarakat
Indonesia.
Orang mencoba menjadikan Islam sebagai antitesis. Padahal ini tidak
layak, tidak seimbang. Akal manusia memang suka mencari kontadiksi lalu
memverivikasi untuk memudahkan mengenal sesuatu. Namun tidak benar
menghadapkan Islam dengan Pancasila apalagi menjadikan yang satu sebagai
tesis dan lainnya antitesis yang dipahami sebagai kontradiksi. Sebagai
penyeimbangpun tak layak. Sehingga ada kalangan yang berusaha
memunculkan isu adanya gerakan Islam sebagai asas negara sebagai alat
240
menentang Pancasila dengan tujuan sebenarnya ingin menggerakkannya,
ingin mengembangkan. Ini jalan yang keliru.
Masalah kompleks yang dialami bangsa Indonesia adalah karena
Pancasila tidak dijiwai masyarakat. Pancasila hanya dilihat sebagai sistem.
Sistem kesannya selalu sebagai tangan besi yang mengatur manusia dengan
paksa. Jadi Pancasila selalu dilihat sebagai pengekang. Agar nilai-nilai
Pancasila selalu tertanam dalam jiwa, diperlukan cara pendekatan
pembelajaran yang baru kapada anak-anak Indonesia, bukan sekedar sebagai
bagian mata pelajaran yang diajarkan dua kali 45 menit seminggu.

241
Al-Ghazali: Menginjak Pada Tanah yang Sama, Bernafas pada Udara
yang Sama

Kekasih Puteri Retno Gumilah mengemukakan cita-cita tertingginya


kepadanya ingin menetap di puncak gunung Ledang. Puteri Majapahit itupun
menyusul kekasihnya ke Tanah Malaka dan menantinya di puncak gunung itu
karena ingin "Menginjak pada tanah yang sama. Bernafas pada udara yang
sama" dengan kekasih hatinya.
Dalam literatur tasawuf, gunung adalah simbol jerajat tertinggi
makam sufi. Barman dalam kisah "Khotbah di Atas Bukit" karya
Kuntowijoyo katika sampai di puncak gunung menyampaikan khutbahnya
dengan mengajarkan murid-muridnya bahwa bunuh diri adalah jalan satu-
satunya mencapai makam tertinggi. Bunuh diri dalam pemaknaan sufi adalah
membunuh nafsu amarah yang ada dalam diri. Tokoh imajiner Plato, Socrates
membuktikan kebenaran pada masyarakat bahwa bunuh diri adalah jalan
satu-satunya memperoleh kearifan dan kebijaksanaan. Kita tahu bahwa bila
nafsu amarah masih mengental dalam diri, cahaya ilmu dari Tuhan susah
dicerap.
Abu Hamid Al-Ghazali menyerah dan mengaku melalui akal manusia
tidak dapat mengetahui apapun tentang Tuhan. Sehingga dia memutuskan
untuk meninggalkan segala jabatannya menuju pengasingan untuk mencari
cara lain mengenal Tuhan. Yang dilakukan Al-Ghazali persis seperti yang
dilakukan Putri Retno Gumilah dalam film "Misteri Gunung Ledang". Puteri
itu meninggalkan istana yang mewah menuju gunung Ledang untuk menanti
kekasih hatinya.
Al-Ghazali meninggalkan jabatan terhormat sebagai rektor
Universitas Nizamiyah menuju Syiria untuk menemukan kebenaran sejati.
Puteri Gunung Ledang dan Al-Ghazali sadar bahwa kebenaran dan cinta
sejati hanya akan ditemui bila segala urusan nafsu keduniaan telah
dilepaskan.
Immanuel Kant kemudian menjalaskan apa yang dialami Al-Ghazali
bahwa Tuhan memang tidak mampu ditemukan melalui akal murni.
Menurut Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara, Al-Ghazali adalah aset
terbaik yang pernah dimiliki dunia Islam. Dia menulis 400 karya segala
macam bidang ilmu. Dia menulis tentang Etika, Tasawuf, Filsafat, Teologi
dan tema-tema lainnya. Sebab itulah dia patut disebut sebagai seorang sufi,
fuqaha, teolog dan filsuf.
Anehnya, para pemikir pasca Al-Ghazali menuduhnya memukul KO
budaya pemikiran dalam Islam. Padahal yang dilakukan Al-Ghazali adalah
mengkritik karya-karya filosof sebelumnya, suatu hal yang lumrah dilakukan
242
seorang filsuf. Bahkan semakin mampu dia mengkritik karya pendahulunya,
semakin layak dia disebut seorang filsuf. Dari sini kita dapat mengakui
kedalaman pemahanan filsafat Al-Ghazali dibanding para filosof sebelumnya
seperti Ibnu Sina dan Al-Farabi. Bahkan kalau Al-Ghazali masih hidup ketika
Ibnu Rusyd membantah kritiknya, maka akan sangat mudah bagi Al-Ghazali
menyanggahnya kembali. Salah satu bukti dari indikasi ini adalah para
pemikir pasca Al-Ghazali dan juga Ibnu Rusyd lebih memilih jalan tasawuf
falsafi dalam ranah berfikir, bukan filsafat murni. Al-Ghazali memberi
contoh cara mengkritik yang sangat beradab.
Suhrawardi, seorang pemikir tasawuf, merumuskan teori cahaya
diinspirasikan pemikiran Al-Ghazali dalam "Myskat Anwar". Muhammad
Iqbal dan Naquib Al-Attas pemikir muslim abad ke-20, juga mengagumi
pemikiran Al-Ghazali. Di dunia Islam, hampir tidak ada pembelajar yang
tidak mengenal Al-Ghazali.
Karena dunia syiah tidak terlalu terpengaruhi oleh pemikiran Al-
Ghazali, maka nasib pemikiran di dunia syiah tidak separah di dunia sunni.
Syiah masih mampu melahirkan banyak filosof pasca Al-Ghazali seperti
Narshruddi Thusi dan Mulla Sadra. Namun pemikiran murni non falsafi
dunia sunni baru mulai desegarkan oleh Iqbal awal abad ke-20. Sunni masih
menunggu lahirnya banyak pemikir guna menggencarkan kembali dunia
intelektual untuk menyeimbangi pemikiran syiah yang jauh di depan.
Keseimbangan ini meniscayakan perkembangan yang terus menerus dalam
dunia pemikiran Islam.
Ada tudingan lain pada Al-Ghazali saat dia mengasingkan diri di
Syiria. Dia suka duduk menyendiri di menara masjid Damaskus. Sementara
masyarakat komplain karena dia tidak ikut serta bersama masyarakat dalam
perang salib. Namun kalangan cendikiawan setelahnya banyak membelanya
dengan mengemukakan hadits yang menyatakan tinta ulama lebih mulia dari
darah syuhada. Tapi tentunya tidak sembarang ulama. Namun hadits ini layak
untuk karya Al-Ghazali yang monumental terutama "Ihya Ulumuddin" yang
masih dan akan terus dibutuhkan kaum muslim. "Hanya yang rasinal saja
yang masuk akal" kata Hegel dan berarti hampir semua karya Al-Ghazali
rasional.
Para filosof muslim sebelum Al-Ghazali merumuskan teori tentang
keabadian alam. Mereka mengemukakan alam ini sifatnya tidak memiliki
awal. Al-Ghazali membantah bahwa alam ini memiliki permulaan, bila tidak,
berarti Tuhan bukan Maha Awal. Pemikir setelah Al-Ghazali menengahi
dengan mengemukakan bahwa yang telah ada sebelum alam ada hanyalah
potensi akan keberadaan alam. Potensi itu ada bersama Tuhan yang Maha
Awal. Sebab, menurut teori Logika, segala yang ada itu memiliki konsep 'ada'
baik dianya sebelum maupun setelah keberadaannya.
243
Filosof sebelumnya mengemukakan bahwa Tuhan tidak mengetahui
hal-hal yang detail dari alam. Al-Ghazali membantah bahwa bila Allah tidak
mengetahui hal-hal detail maka Allah bukanlah Maha Mengetahui. Filsuf
sesudahnya mencoba membantah kritik Al-Ghazali dengan mengemukakan
bahwa cara Tuhan melihat sesuatu tidak boleh disamakan dengan manusia.
Misalnya warna yang dikenal manusia sebenarnya adalah kesan yang
dilahirkan mata manusia. Namun Tuhan tidak melihat dengan instrumen mata
sebagaimana milik manusia. Artinya Tuhan tidak melihat sesuatu
sebagaimana manusia, jadi, menurut pembela, Tuhan hanya mengetahui hal-
hal yang universal dari alam, tidak yang detail. Namun bila diteliti lebih jauh,
meski Tuhan tidak melihat sebagaimana manusia, namun Dia tahu kesan
yang akan diterima mata dan indera manusia lainnya. Mustahil Tuhan Maha
Pencipta tidak memahami potensi indra manusia yang merupakan ciptaan-
Nya. Misalnya dalam Al-Qur'an Allah mengatakan bahwa kayu yang
mengeluarkan minyak bewarna hijau.
Para filosof mengemukakan pada hari kebangkitan yang
dibangkitkan kelak hari kiamat bukanlah jasad manusia yang ada saat ini. Al-
Ghazali membantah bahwa yang dibangkitkan itu adalah jasad yang
disandang saat ini. Al-Ghazali beralasan dalam Al-Qur'an Allah mengatakan
dialah yang membangkitkan jasad yang telah menjadi tanah dan dia kuasa
mengumpulkan jari-jari manusia yang artinya tidak mungkin jari-jari ini akan
bertukar karena setiap manusia memiliki sidik jari yang berbeda. Pengkritik
Al-Ghazali mengatakan bahwa alam yang ada saat ini tidak sama dengan
alam akhirat, jadi yang dibangkitkan kelak bukanlah materi jasad manusia
yang berasal dari alam ini.
Bila merujuk pada teori "Hakikat Di Balik Materi" Harun Yahya, kita
akan menemukan bahwa alam tempat kita ini hanyalah kesan yang
ditimbulkan otak, segala materi yang kita lihat, dengar, kecup dan rasakan ini
hanyalah kesan yang dimunculkan otak. Segalanya hanya ada pada persepsi
yang ditimbulkan otak kita. Dan artinya alam ini tidak ada, sekedar kesan.
Dengan cara ini pula nanti di hari kiamat kita memepersepsikan alam akhirat.
Jadi bila teori ini diterima, maka perdebatan Al-Ghazali dengan para filosof
tidak perlu diributkan.
Awalnya Al-Ghazali ragu untuk memilih jalan spritual sebagai jalan
menemukan Tuhan. Putri Retno Gumilah juga awalnya ragu bahwa
keputusannya menetap di puncak gunung. Akhirnya mereka sadar bahwa
hanya dengan kesadaran suci yang oleh pemikir modern disebut intuisi, sang
kekasih baru dapat ditemukan. Kant mengatakan kesadaran ini dengan akal
murni.
Di pucak tertinggi mereka baru dapat merasakan kehadiran sang
kekasih. Meski tiada dapat menyentuh rupa kekasih, namun mereka
244
senantiasa tahu akan kehadiran dan selalu merasakan kehadiran kekasih.
Mereka puas karena dapat bersama kekasih menginjak pada tanah yang
sama, bernafas pada udara yang sama.

245
Ritual Mistik

Ritual mistik telah berusia kira-kita setua peradaban yang dibangun


ummat manusia. Sepanjang sejarah, ritual ini, meskipun dilaksanakan dengan
beragam cara, semuanya punya tujuan yang satu yaitu menyembah dan
mendekatkan diri kepada Tuhan. Ritual mistik mengandung ungkapan bahwa
manusia adalah makhluk yang lemah sehingga membutuhkan suatu wujud
untuk menjadi pelindung bagi segala keterbatasannya.
Terdapat berbagai cara aplikasi pengalaman mistik. Orang-orang
Ibrani kuno memberikan persembahan-persembahan bakar di kuil. Kaum
Maya memenggal kepala manusia di atas piramida-piramida Cichen Itza.
Orang Majusi menyalakan api dan menyembahnya. Setiap bangsa di setiap
wilayah dan pada setiap masa memiliki cara masing masing dalam
melaksanakan ritualnya. Setiap pengorbanan (Sacrifice-Ingg.) adalah
suci, sacra--sacred (suci), face--make (menjadikan). Kata 'korban' dalam
bahasa Indonesia diambil dari kata 'qaraban' dalam bahasa Arab yang artinya
'mendekatkan'. Orang yang dekat dengan Tuhan adalah orang
yang sacred (suci). Memotong hewan tertentu disebut 'kurban' karena itu
adalah cara pendekatan kita pada Tuhan. Jihad adalah pengorbanan
(sacred) diri untuk menjadi suci (sacred). Karena itulah perang itu disebut
perang suci.
Semua ritual mistik adalah cara manusia membius akalnya untuk
merasakan kenikmatan. Karena fasilitas fisik dan potensi jiwa manusia sama,
maka saat mencapat derajat "pembiusan diri" tingkat tinggi, maka manusia
merasa menemukan hal yang sama. Sebab itulah kalangan sarjana Tasawuf
modern mengemukakan sebuah teori yang menyatakan bahwa semua ajaran
agama dan kepercayaan itu sama, teori ini disebut Perranealisme. Aliran
filsafat ini mengusulkan semua agama untuk disatukan.
Setiap agama yang baru disebarkan selalu menyesuaikan diri dengan
kebudayaan masyarakat setempat. Pemikiran filsafat dan ritual mistik yang
telah ada sebelumnya pada suatu masyarakat dikemas menjadi lebih indan
dan bermakna oleh sebuah agama yang baru itu. Kita dapat menemukan
kecemerlangan filsafat bangsa Persia menjadi lebih sistematir dan mendalam
setelah Islam masuk ke Persia. Kita dapat menemukan sarat hukmah dalam
pantun Melayu setelah Islam masuk ke Nusantara. setelah Islam masuk,
keindahan budaya menari orang Rum dikemas Maulana Rumi menjadi ritual
mistik sufi Turki terkenal dan menjadi sarat makna dan mendalam .
Saya kira tidak ada agama yang mengajarkan ritual sebagai ritual-
ritual yang dapat kita temui sekarang. Semua bentuk ritual mistik adalah
246
konstruksi manusia itu sendiri. Boleh jadi agama dijadikan sebagai sumber
inspirasi.
Ritual-ritual mistik Maulawiyah adalah konstruksi Jalaluddin Rumi
sendiri. Tidak ada ayat Al-Qur'an dan Hadits yang mengajarkan untuk
berputar-putar seperti gasing. Geleng kepala yang seperti tarian Rapai Geleng
dari Aceh dalam tarikat Naqsyabandiyah juga tidak diajarkan Al-Qur'an dan
Hadits. Itu semua adalah konstruksi manusia saja. Tidak boleh pula dikatakan
haram karena tidak ada tertera dalam Al-Qur'an dan Hadits yang menyatakan
itu dilarang. Setidaknya bacaan bacaan dalam tarikatlah yang mendatangkan
pahala karena Al-Qur'an dan Hadits menyerukan untuk berzikir. Ketika
ritual-ritual atau amalan tarikat itu mampu membuat manusia lebih patuh
pada perintah Allah dan dapat lebih baik kepada sesama, maka tarekat itu
adalah kebaikan dan setiap kebaikan dihitung sebagai pahala.

247
Juru Selamat

"Juru selamat". Semua agama dan aliran kepercayaan tidak penah


lepas dari kata itu. Semuanya menjadikan sosok "gaib" itu sebagai motivasi,
semangat dan mimpi untuk terus memupuk spiritualitas dan etos kerja.
Semua nabi, konon, menjanjikan akan kedatangan juru selamat paska
"kebarangkatan"nya.
Sebagai ummat Nabi terakhir, saya melihat juru selamat yang
dimaksud nabi-nabi yang datang adalah rasul utusan yang kembali di utus
oleh Tuhan. Setelah nabinya hengkang, setiap ummat terus memelihara
amanah itu. Namun sayang dalam semua kisah setiap juru selamat yang
dijanjikan dan dinantikan datang mereka selalu membangkang. Rindu bila
tiada, membangkan bila datang.
Dalam Al-Qur'an diterangkan, Isa sering mengingatkan Bani Israil
akan kedatangan juru selamat akhir zaman. Agar mereka mengikutinya. Ciri-
ciri tentang juru selamat terakhir itu tergambar jelas dalam Injil. Karena itu
para pendeta yang pernah membaca Injil yang belum terlalu terkontaminasi
kenal betul akan juru selamat terakhir itu. Dialah Muhammad.
Kaum Hindu juga menanti sang juru selamat terakhir yang diyakini
dapat menyatukan segala unsur dan elemen, seluruh ummat manusia. Kita
tahu bahwa nabi-nabi sebelum nabi terakhir hanya diutus untuk kalangan dan
bangsa tertentu. Sementara itu nabi terakhir diutus untuk seluruh ummat
manusia, diutus untuk menyatukan seluruh kalangan dan bangsa.
Karena semua agama, kecuali agama terakhir? tertanam di dalam
benaknya akan kedatangan juru selamat, maka tertanamlah di dalam benak
semua masyarakat akan kedatangannya. Janji dan harapan itu perlahan
diapresiasikan kedalam ranah-ranah praktis dan konseptis kebudayaan agar
ingatan terus terpelihara.
Banyak hadits dalam agama Islam diakui akan kebenaran keyakinan
sosok Imam Mahdi yang menjadi juru selamat terakhir bagi kaum muslim.
Kekuatan hadits ini diakui termasuk golongan sahih. Artinya bila melanggar
maka akan berdosa. Bahkan ada ulama yang menyatakan bila muslim tidak
mempercayai kedatangan imam Mahdi dia murtad. Peryantaan ini tampaknya
ingin "menambah rukun iman menjadi tujuh perkara".
Keyakinan akan kedatangan Imam Mahdi yang terkesan dipaksakan
ini dimaknai dan diartikulasikan dengan beraneka ragam. Sunni mengakui
Imam Mahdi akan turun menjelang akhir zaman untuk kembali
mensejahterakan semua kaum muslim. Diyakini pada masa kedatangannya
seluruh kaum muslim akan dapat disatukan kembali. Surah Ambiya: 105
dijadikan rujukan untuk membenarkan "mitos" ini. Ayai ini menyatakan
248
kesejahteraan akan diwariskan Allah bagi orang-orang yang bertakwa.
Kesejahteraan yang dimaksudkan disini tiba ketika Mahdi muncul.
Ada sebuah riwayat yang menyatakan Yusuf didatangi Khaidir dan
diberitahukan bahwa pada akhir zaman ada jiru selamat yang akan mampu
mensejahterakan seluruh ummat, tidak seperti Yusuf yang hanya mampu
menyatukan bangsa Mesir saja. Juru selamat yang dimaksudkan kaum
muslim di sini diyakini kaum muslim adalah Imam Mahdi. Padahal bila jujur
dalam melihat sejarah, juru selamat dimaksud adalah Muhammad Saw.
Dalam sebuah buku yang pernah saya baca, dikatakan bahwa Imam
Mahdi turun dalam waktu bersamaan dengan turunnya Isa dan keluarnya
dajjal.
Dalam pandangan syiah imam dua belas, Imam mahdi diyakini
adalah keturunan Ali yang ke-11. Selanjutnya dia diaku "gaib" dan akan
muncul kembali pada akhir zaman. Pernyataan ini, bila benar, setidaknya bisa
"menemani" Khaidir yang juga dalam keadaan yang sama.
Aliran ini menyatakan dosa-dosa manusia dapat mengganggu
stabilitas alam semesta. Karena itu dibutuhkan sebuah "kekuatan spiritual"
untuk menopang alam semesta dan Mahdi yang gaib itulah "penopang" itu.
Pernyataan ini setidaknya secara perlahan namun pasti telah dapat dibuktikan
akal ketika teori hado dipresentasikan Masaru Emoto. Ilmu Neotic juga akan
nememukan titik terang tentang teori syiah imamiyah ini.
Namun mengenai fungsi Imam Mahdi yang gaib sebagai penopang
alam semesta agak membuat saya ragu karena seluruh makhluk baik hewan,
tumbuhan maupun mineral juga dapat menjadi penopang alam semesta
karena semuanya berzikir. Dan Khaidir juga "dapat mengatasi masalah" itu.
Angg dalam legenda Avatar dalam keyakinan Hindu juga diyakini sebagai
penopang dan penyeimbang stabilitas alam.
Kita tahu bahwa agama yang datang ke setiap bangsa selalu
berasimilasi dengan kebudayaan setempat. Karena salah-satu kebudayaan
setempat memelihara keyakinan akan datangnya juru selamat dan hadits Nabi
juga menyatakan itu, maka mudahlah juru selamat itu diterima sebagai Imam
Mahdi. Padalah saya kira yang lebih meyakinkan lagi juru selamat itu Adalah
Rasulullah Muhammad sendiri. Namun karena ketika Islam masuk ke suatu
masyarakat Muhammad telah tiada, maka dipeliharah juru selamat itu adalah
Al-Mahdi.
Sulit bagi akal saya meyakini dalam agama yang maha sempurna ini
akan ada juru selamat lagi. Meski dia bukan Rasul karena tidak membawa
agama baru lagi sementara hanya menyegarkan kembali apa yang telah
dibawa Muhammad, namun kita juga perlu mengingat bahwa setiap Rasul
yang datang selalu mengatakan tidak membawa agama baru dan hanya
menyegarkan kembali, meluruskan kembali agama yang ada.
249
Menurut syiah imamiyah lagi, setiap manusia membutuhkan sumber
inspirasi, yang meskipun dia gaib, tapi tetap mampu memberi semangat bagi
ummat. Meskipun tidak bersentuhan langsung dengan mereka, namun
keberadaannya mempengaruhi segalanya secara tidak langsung. Konsep ini
bersamaan dengan sistem politik negara-negara seperti Inggris dan Thailand,
meski rajanya tidak terlibat secara konkrit, namun sosoknya mempengaruhi
semua.
Syiah mendoktin agar ummat mempersiapkan diri dan kondisi untuk
mempersiapkan kemunculan Al-Mahdi. Revolusi Iran diakui Khomaini
sebagai persiapan kemunculannya.

250
Hindu Nusantara

Adakah warisan tradisi Hindu memiliki pengaruh yang mengakar


pada masyarakat Nusantara ketika pada masa itu agama itu saja yang ada?
Untuk dapat mengetahui jawaban dari pertanyaan itu, kita harus dapat
terlebih dahulu mengetahui cara penyebarannya ke bumi kita.
Banyak orang beranggapan agama Hindu lahir di India. Namun
adakah keyakinan kita itu tepat? Pernahkah kita mulai kritis dengan
mempertanyakan kemungkinan agama itu memang benar-benar lahir di
India? Kalau memang benar agama itu lahir di India, kenapa dia sangat
mudah menyebar di kepulauan Nusantara? Kita tahu bahwa karakteristik
bangsa India sangat berbeda jau dengan masyarakat Melayu (termasuk Jawa
dan juga melayu tua seperti Batak dan Dayak). Lantas, kenapa bisa dianggap
sangat mengakar pada masyarakat kita.
Syed Muhammad Naquib Al-Attas dalam "Islam dan Sejarah
Peradaban Melayu" membantah agama Hindu pernah benar-benar mengakar
pada masyarakat Nusantara. Katanya agama itu hanya dianut para keluarga
kerajaan dan keluagra pejabat istana. Kita tahu bahwa dahulu kerajaan-
kerajaan sangat banyak bertebaran. Untuk ukuran geografi sekarang, setiap
luas satu kecamatan kita dapat menemukan satu agama, bahkan mungkin
lebih. Agama pada masa itu adalah sebuah sistem yang diperuntukkan bagi
para elit. Agama dalam pandangan masyarakat pada masa itu adalah sistem
dan ajaran yang hanya untuk dikonsumsi para elit, bukan mereka yang awam.
Karena masyarakat umum tidak tahu-menahu tentang Hindu dan mereka
tidak memiliki peran apapun, maka segalanya diatur oleh elit. Hal ini
termasik dalam hal apapun yang dapat kita temui tentang Hindu saat ini baik
dalam bentuk bangunan seperti candi, ritual sepeti sesajian dan sastra seperti
Mahabarata. Di samping itu, nama orang, tempat dan nama-nama lainnya
yang berbau Hindu juga masih dapat kita temui.
Apa yang telah kita kaji di atas belum bisa menjawab pertanyaan kita
mengenai cara masuknya agama hundu ke Nusantara kita. Ada banyak versi
yang menyatakan cara masuknya Hindu ke Nusantara. Di antaranya karena
Nusantara adalah persinggahan transportasi laut super sibuk antara Cina-India
dan Timur-Tengah. Karena itu diakui versi ini Hindu disebarkan para
pedagang. Namun versi ini tidak dapat mengatkan pernyataan bahwa Hindu
adalah agama kaum elit seperti yang kita nyatakan tadi. Sebab para pedagang
lebih sering bersentuhan dengan masyarakat, bukan penguasa.
Ada pendapat pula yang menyatakan agama dimaksud disebarkan
oleh para prajurit yang melarikan diri ke Nusantara karena bosan dengan
251
peperangan yang tiada henti di India. Versi ini terlihat ganjil dan tidak
memiliki kekuatan dalam periwayatannya.
Versi terakhir mengisahkan para raja di kerajaan-kerajaan Nusantara
suka mengundang petinggi dari India untuk mendaulat raja dan putra
mahkota kerajaan. Meskipun versi ini agak meragukan karena kerajaan-
kerajaan di Nusantara bukanlah kerajaan besar sehingga tidak mampu
menjalin komunikasi yang baik dengan penguasa-penguasa di India, namun
versi inilah yang tampaknya mendekati theses Al-Attas bahwa Hindu adalah
agama milik elit kerajaan-kerajaan Nusantara.
Kita perlu mengetahui bahwa agama Hindu sebenarnya bukanlah
berasal dari India. Banyak kalangan menyatakan agama ini berasal dari
Persia. Namun saya kira agama itu sebagaimana agama besar lainnya, lahir di
Timur-tengah. Namun karena banyak agama lainnya menyusul lahir di
tempat itu, maka agama sebelumnya (Hindu) berkembang di wilayah tempat
perluasannya.
Agama Hindu terus subur di India karena ajarannya yang tidak
misionari seperti Islam dan Kristen. Oleh karena itu, saat kesultanan Islam
Mughal ummat Hindu tidak dipaksa masuk Islam menkipun saat kerajaan itu
runtuh ummat Islam dibantai secara massal.
Dibandingkan agama Hindu masyarakat Nusantara sebenarnya lebih
menjiwai ajaran amimisme. Ritual-ritual dan sesajian adalah warisan
animisme. Hindu di India juga mengalami hal yang sama yaitu banyak
dipengaruhi animisme. Maka kalau benar agama Hindi itu mudah disebarkan
di Nusantara, maka yang membuat masyarakat Nusantara menerima Hindu
adalah karena memiliki kesamaan unsur animistik. Oleh karena itu, dalam
praktiknya, agama Hindu hampir tidak memberi perubahan bagi masyarakat
Nusantara. Hindu sama-sekali tidak memberikan falsafah hidup bagi
masyarakat Nusantara. Jiwa mereka tetap animistik sampai Islam datang.
Berbeda dengan Hindu, Islam masuk ke Nusantara melalui
masyarakat kecil. Sehingga terlihat sangat mengakar. Lambat-laun barulah
masyarakat itu mendirikan sebuah sistem perlindungan yang disebut
kerajaan. Karena alasan tersebut, agama Islam benar-benar kental terasa
dalam sebuah pemerintahan. Agama Islam saat itu bukanlah tangan besi yang
memaksa ummat, namun sebaliknya kerajaan itu sendiri adalah representasi
kesadaran ummat akan jiwa Islam yang dikandung semua masyarakat.
Karena tidak memberikan falsafah hidup, maka tidak ada satupun
karya sastra yang disumbangkan Hindu Nusantara. Sementara Islam langsung
merubah falsafah hidup masyarakat semenjak kedatangannya. Islam datang
merubah masyarakat dari falsafah hidup penuh dengan mitos menuju
pencerahan intelektual yang gilang-gemilang. Semenjak Islam disebarkan,
sastra tidak henti-hentinya ditulis. Bahkan hingga saat ini sangat banyak
252
karya sastra Nusantara yang masih disimpan. Padahal sebelum Islam,
masyarakat Nusantara tidak memiliki warisan sastra apapun.
Karya dalam bentuk bahasa atau disebut juga sastra (literature, Ing.)
adalah petanda terbaik untuk mengukur tingkat kecerdasan sebuah bangsa.
Kecerdasan baru dapat dipelihara bila masyarakatnya sejahtera. Karena itu
adalah benar bahsa adalah cermin budaya. Semakin barnilai warisan sastra,
berarti semakin kokoh dan tanggulah sebuah bangsa. Maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa setelah Islam datanglah kesejahteraan masyarata
Nusantara baru dapat diraih. Sementara itu agama Hindu yang
mengagungkan samsara dan hanya mengurus urusan spiritualitas. Hindu
hanya sebatas terapi atau meditasi yang dikonsumsi kalangan bangsawan.
Persis seperti spa dan terapi-terapi yang hanya dikonsumsi orang kaya pada
zaman modern.
Cerita-cerita Mahabarata dan Ramayana terkesan dipaksakan pada
masyarakat Jawa melalui seni wayang. Sebanarnya wayang adalah media
transformasi ajaran dan nilai-nila Jawa yang penuh hikmah. Sementara
Mahabarata dan Ramayana hanya mengisahkan pergolakan politik dan militer
serta hal-hal lain yang tidak memiliki ajaran moral untuk masyarakat. Karena
memang agama Hindu hanya diperuntukkan bagi kalangan bangsawan, sebab
itulah lakon Mahabarata dan Ramayana terus populer.
Kalau Hindu tidak merasuk dalam jiwa masyarakat umum di
Nusantara, dan sebenarnya Islamlah yang melakukan itu, pertanyaannya
kenapa dalam membangun Indonesia digunakan istilah-istilah dan
perlambangan-perlambangan berbau Hindu?
Ternyata sekali lagi menyadarkan kita bahwa negara yang diakui dari
rakyat untuk rakyat ini ternyata dari elit untuk elit karena memang sistem ini,
sebagaimana telah kita uraikan di atas, adalah dari elit untuk elit.

253
Logika Mi'raj

Ilmu Logika melihat manusia ketika mempersepsikan sesuatu saat


sedang menggunakan kelima indranya sebenarnya dia sedang berurusan
denga dirinya sendiri. Meskipun Ilmu Logika tidak membicarakan konsep
kefanaan materi seperti yang diungkapakan beberapa sufi dan diyakini ilmu
Fisika modern, setidaknya prinsip logika mengakui bahwa segala persepsi
terjadi di dalam benak manusia.
Prinsip ilmu Logika mengurus tentang 'ada'. 'Ada' melahirkan ilmu
Metafisika. 'Ada' menyebabkan lahirnya 'apa'. 'Apa' melahirkan ilmu
Humaniora. 'Apa' menimbilkan 'materi'. 'Materi' melahirkan ilmu teknologi.
Bila menyusun sebuah piramida, maka yang terbawah adalah 'ada',
selanjutnya 'apa' dan paling tinggi adalah 'materi'.
Allah yang kita yakini sebagai Wujud Mutlak telah kita sepakati
tidak mampu dipersepsi akal manusia yang merupakan 'wujud' niscaya tidak
mampu dipersepsi akal manusia. Namun kasus ini perlu dipertanyakan pula
bila kita meyakini bahwa Nabi Besar Muhammad Saw melihat langsung
Allah SWT saat sedang mi'raj. Untuk dapat dengan mudah memahami
fenomena yang dianggap "ganjil" ini, janganlah kita mengambil "jalan
pintas" yang nantinya tidak akan "pantas" bagi logika.
Mari kita sepakati bahwa Nabi Besar juga menggunakan indra dan
akal sama seperti yang kita miliki dan pakai untuk berinteraksi dengan
materi-materi biasa. Oleh karena Sang Nabi kita adalah bukan wujud mutlak,
maka dia mustahil melihat Tuhan secara langsung melalui indra fisik. Namun
kita telah sepakat bahwa Nabi melihat Allah secara langsung dengan artian
melihat dengan alat materi.
Karena ilmu Logika menggunakan struktur bahwa wujud materi
memiliki empat syarat dan salah satunya adalah kausalitas, maka haruslah
dibatasi indra Muhammad tidak mampu. Maka ilmu Logika tidak memberi
ruang bagi kebenaran Nabi melihat Allah secara langsung. Persoalannya
terletak pada ilmu Logika yang memasang sekat tebal antara wujud dengan
Wujud Mutlak, atau dalam bahasa logika: Logika Swa Bukti dan Logika yang
memerlukan pembuktian.
Kata Dr. Muhsin Labib, filsafat tidak seharusnya mengurus hal-hal
yang remeh-temeh. Saya sepakat dengan pernyataan beliau. Karena itu,
struktur logika tidak cukup untuk dijadikan pedoman untuk mencari
kebenaran. Padahal, kita telah sepakat bahwa logika adalah substansi
perangkat mempelajari sesuatu berdasarkan sudut pandang filsafat. Oleh
karena itu, bila logika masih bersikukuh pada sistem pedoman verifikasi yang
telah dianggap baku itu, maka selamanya filsatat dibatasi pada hal-hal
materialistik. Padahal, konon katanya, filsafat tidak hanya berbicara tentang
254
hal-hal yang mampu dijangkau nalar, namun segala hal yang dianggap ada.
Nah, karena hal-hal yang dianggap ada itu tidak hanya pada ranah yang,
menurut istlah ilmu Logika dianggap memerlukan bukti, namun juga ada
yang dianggap swabukti, maka untuk yang swabukti itu hukum ferivikasi
tidak berlaku. Oleh karena itu, stuktur logika yang dibangun dan dibakukan
itu perlu ditinjau kembali agar logika dapat terus dianggap sebagai inti dari
penelaahan filsafat.
Bertnard Russel menolak Logika Formal yang dibangun Aristoteles.
Katanya logika itu tidak tidak memiliki sestem ferivikasi yang hasilnya
benar-benar dapat diterima sebagai suatu hal yang logis yang dapat dianggap
sebagai "kebenaran". Logika Modern yang didukung Russel tampaknya hanya
semakin memperketat sistem panduang ferivikasi. Artinya semakin mempersempit
kemungkinan logika sebagai substansi filsafat.
Adalah Karl Popper yang mencoba meluruskan soalan ini dengan
memperjelas sistem ferivikasi. Menurutnya, aksioma depat dibuktikan melalui
ferivikasi setelah hasilnya diterapkan ke ranah empiris. Sebelumnya Muhammad
Iqbal telah menjelaskan bahwa intuisi atau pengalaman mistik dapat dinilai setelah
person yang mengalami pengalaman itu kembali dari pengalaman itu melakukan
tindakannya yang dapat diamati secara empiris. Tindakan yang dapat diamati itulah
yang dimaksud Popper yang dapat diferivikasi. Dan kalau mau kebenarannya dapat
lebih dipercayai, maka gunakanlah sistem pembuktian yang ditawarkan Russel.
Mengenai pengalaman mi'raj Nabi, bila mengaitkannya dengan sistem
logika yang sedang kita bahas, tampaknya akal lebih adil bila kita menilai
kebenarannya (tentang bertemu Allah secara langsung) dengan melihat efek dari
pengalana itu.
Abu Bakar langsung percaya pada pengakuan Nabi melihat Allah secara
langsung. Artinya Abu Bakar sama sekali tidak mau menempuh jalur logika yang
telah kita ketahui itu. Ali langsung menebas leher orang yang berusaha menempuh
jalur logika itu. Jadi, pada pekerjaan Rasul setelah mi'raj yang manakah yang perlu
diferivikasi, semuanyakah? Kalau kita memaklumi bahwa semua pekerjaan Nabi
setelah, dan bahkan sebelum mi'raj, sangat bersemangat, dan pada pekerjaan setelah
mi'raj, apakah dianya punya hubungan dengan pengalaman melihat Allah secara
langsung saat mi'raj. Bukankah sebuah pernyataan akan langsung muncul pada benak
kita: Kalaupun tidak melihat Allah secara langsung, toh semangat Muhammad akan
seperti itu juga.
Adalah Jalaluddin Rakhmat dalam "Islam Aktual" pada bab 'Kita Butuh
Sains dan Teknologi' yang mengatakan bahwa pengalaman isra'-mi'raj Nabi adalah
keperluan untuk beliau semata. Kaitannya dengan bahasan kita, apapun
pengalamannya, baik berjumpa langsung dengan Allah atau tidak, maaf, bukan
urusan kita. Namun saya yakin bila kita ingin menyelesaikan persoalan ini secara
filosofis, pernyataan Rakhmat sama sekali tidak membantu.
Tampaknya kita perlu bantuan Jalaluddin lain, Jalaluddin Rumi, untuk
memecahkan masalah ini. Katanya, kurang lebih begini: Seseorang yang baru tiba
dari suatu kota yang belum pernah Anda kundungi memberitahu Anda tentang kota
255
itu. Awalnya mungkin Anda tidak percaya keberadaan kota itu. Setelah beberapa
orang lainnya mengaku datang dari kota yang sama dikunjungi orang pertama tadi,
mullailah kepercayaan muncul.
Sebuah kota yang Anda belum pernah kunjungi dapat anda yakini juga
keberadaannya bila telah ramai orang mengunjunginya. Semuanya memberitahukan
Anda bahwa kota itu ada dan mereka mengakui melihatnya secara langsung.
Kuantitas yang banyak dapat merubah pandangan Anda dari tidak mempercayai
menjadi benar-benar percaya, ketika rubuan orang mengaku telah mengunjungi dan
melihatnya langsung. Nah, bagaimana bila ribuan orang tersebut yang sebagai
kuantitas bila masing-masingnya diambil kualitasnya dan bila disandingkan kualitas
yang ribuan itu belum mencukupi dibandingkan kualitas seseorang yang sangat
berkualitas.
Kita percaya bahwa kualitas Nabi Muhammad jauh melebihi seluruh ummat
manusia. Analogi ini dapat membuat kaum muslim percaya pada pengakuan Beliau
yang mengatakan melihat Allah secara langsung. Tapi pernyataan ini hanya dapat
meyakinkan orang muslim saja, namun tidak semua manusia. Sementara, logika
berbicara untuk kepentingan semua orang. Lagi pula analogi di atas sama-sekali tidak
sejalan dengan stuktur logika. Analogi tadi tetaplah dipercaya sebagai a
priori.Bahkan, kaum muslim sendiri ada yang meyakini bahwa Nabi Tidak melihat
Allah sebagai Wujud aslinNya, namun hanya perwakilan wujud, seperti pengalaman
Musa di bukit Sinai barangkali.
Karena itu untuk menjawab dasar persoalan ini, terlebih dahulu kita harus
memahami prinsip daripada alam semesta kita ini beserta segenap materi termasuk
jasad dan indra Nabi Muhammad sendiri.
Kita tahu bahwa setiap materi yang ada di alam semesta dibentuk oleh
molekul-molekul. Molekul adalah susunan atom dengan kadar neutron tertentu.
Atom sebagaimana kita ketahui adalah susunan dari proton dan elektron. Eektron
dibentuk oleh quark. Prof. Mulyadhi Kartanegara mengatakan mikroskop elektron
telah memperbesar quark. Setelah quark diperbesar, maka tidak ada lagi apa-apa,
yang ada hanyalah ketiadaan. Sementara buku "The End of Science" dalam bab
'Senjakala Fisika' mengatakan bila quark diperbesar, maka akan ditemukan energi
yang suhunya luar biasa besar. Energi itulah yang disebut Superstring.
Mengingat ternyata yang menyusun unsur benda terkecil tersebut ternyata
adalah ketiadaan, maka benarlah yang dikatakan filsafat hindu empat ribu tahun yang
lalu bahwa dunia ini fana, sebenarnya ketiadaan. Baru pada akhir abad ke-20 ilmuan
Turki, Harun Yahya menemukan cara pembuktian secara ilmiah bahwa alam semesta
ini tiada melalui buku "Hakikat di Balik Materi". Dia menjelaskan bahwa materi
alam ini hanyalah persepsi pikiran manusia. Dalam membuktikan kebenaran ini,
Harun Yahya tidak melanggar metode ferivikasi sesuai yang dipandukan ilmu
Logika.
Al-Farabi 12 abad yang lalu telah menyusun teori emanasi. Dari teori itu
saya mendapat gagasan bahwa ruh manusia adalah wujud pikiran Tuhan. Alam
semesta adalah wujud pikiran ruh manusia. Karena itu Al-Hallaj berani mengatakan
hanya Allah-lah yang ada.

256
Karena sebenarnya materi alam semesta, termasuk jasad manusia, juga Muhammad,
tidak ada. Maka mungkinlah Nabi kita dapat melihat Allah secara langsung. Karena
setiap mempersepsi sebenarnya adalah mempersepsi sesuatu yang tidak ada. Atatau
dengan kata lain: sebenarnya tidak mempersepsikan apapun. Ini karena kualitas
ruhnya rendah. Hanya ruh yang paling berkualitas sajalah yang mampu mempersepsi
sesuatu yang 'Ada'.
Oleh karena itu, ruh yang paling berkualitas itu menginginkan agar ruh-ruh
lainnya menjadi lebih berkualitas. Cara agar ruh-ruh itu menjadi semakin berkualitas
adalah melatihnya untuk membiasakan diri mempersepsi yang 'Ada'. Cara itu adalah
melalui zikir, tafakkur dan shalat.
Karena itu, kita diingatkan agar tidak terlalu menuruti tuntutan pada
pemuasan pada yang bersifat kebendaan.
Karena, seperti yang dinasehatkan Prof. Mulyadhi, ketika nanti mati, atau saat ruh
berhenti mempersepsikan alam ini, ruh yang telah terbiasa memenuhi tuntutan
materialistik akan sengsara saat materi itu tidak mampu dipersepsikan lagi.
Kesengsaraan yang dialami itulah yang mengesankan adanya siksa kubur dan azab
neraka. Saking besarnya kesengsaraan itu, maka dianya akan tampak lebih nyata
daripada pengesanan kita terhadap alam materi saat ini.
Hal yang paling ditentang Nabi Besar adalah penyembahan Allah sebagai
Wujud Mutlak melalui hal-hal yang bersifat fana seperti batu dan patung. Allah
menjadikan manusia mempersepsikan dunia yang fana ini adalah karena karakter
akal manusia untuk dapat mengenal sesuatu dengan menemukan perbandingan.
Malam dapat dikenal karena adala siang. Wujud Mutlak dapat dikanal karena ada
wujud fana. Dunia yang fana ini berada untuk membuat kita mengenal Wujud
Mutlak.
Oleh karenanya, kita harus membiasakan pada pemenuhan kepuasan pada
yang bersifat spiritualitas, agar nantinya kita dapat merasakan kenyamanan dan
kenikmatan pada hari ketika jasad berhenti mempersepsikan alam materi (baca:
mati). Cara melatih pembiasaan pada pemenuhan pada kepuasan spiriyualitas adalah
melalui seperti yang telah saya sebutkan sebelumnya yaitu zikir, tafakkur dan shalat.
Dan yang terakhir ini adalah "oleh-oleh" dari mi'raj.

257
Intelijen sebagai Alat Korporasi

Setiap warga negara harus diperlakukan sama. Itulah prinsip negara


demokrasi. Spesifikasi fungsi memang mengandung kabaikan untuk
menjamin konsistensi. Muaranya tetap pada keutuhan bangsa. Setiap
konsentrasi profesi yang dapat membuat disintegrasi fungsi besama adalah
subversi. Lembaga yang bertugas menjaga integasi bangsa (baca: negara)
harus selalu konsisten menanam dan terus menyegarkan loyalitas segenap
unsur bangsa akan menjadi duri dalam daging bila menerapkan disintegrasi.
Disintegrasi secara terminologis termasuk mengesahkan UU
(undang-undang) yang menjadikan elemen lain selain negara sebagai objek
yang harus selalu dicurigai dan diintai. Elemen rakyat harus diperlakukan
sebagai partner stabilisasi negara. Mengenai kemungkinan oknum maupun
kelompok tertentu dari rakyat menjadi musuh integrasi bangsa adalah
potensial. Respon yang baik dari otoritas negara demokrasi adalah senantiasa
berkonsenterasi merangkul segenap elemen rakyat untuk terus loyal kepada
negara. Salah-satu sebab paling potensial munculnya degradasi loyalitas
elemen rakyat adalah kebijakan negara yang mengandung potensi
mengganggu keadilan sosial.
UU Intelijen mengandung jiwa yang memposisikan elemen rakyat
sebagai sasaran yang patut diintai dan selalu dicurigai adalah kebijakan yang
pasti membuat rakyat tidak suka karena secara terang-terangan memposisikan
258
mereka sebagai "musuh". Rakyat yang semuanya memiliki loyalitas
kebangsaan tinggi, mau tudak mau, ketika diposisikan sebagai musuh malah
sebaliknya mencurigai oknum-oknum pengelola negara yang jiwa
kebangsaannya telah luntur.
UU Intelijen yang memasang sekat besar antara rakyat dengan
negara, apalagi saling meragukan loyalitas kebangsaan masing-masing
memberi gambaran jelas kepada pihak yang melihat perkara ini secara
objektif bahwa "salah satu diantara kedua pihak" ini memang kehilangan
loyalitas kebangsaan.
Saya mencoba menilai persoalan ini secara deduktif. Yang
kehilangan loyalitas kebangsaannya adalah beberapa oknum negara yang
memiliki kewenangan penting dalam mengatur kebijakan negara. Negara dan
rakyat adalah satu kesatuan yang tidak dapat dipisah. Bila datang pihak ketiga
yang mencoba menggangu kesatuan ini, maka dialah dalangnya. Sementara
itu, siapa yang menerima dan mengakomodir kepentingan pihak ketiga ini
sehingga mengganggu stabilitas kesatuan, maka dialah yang bersalah.
Rakyat jelata yang menggantungkan perutnya pada sekubik pasir
sungai tetap bersabar tanpa mengeluh sekalipun pada negara karena mereka
terus menanam semangat kesatuan itu. Namun belakangan sering terjadi
korporasi asing masuk dan menguasai sumber rezeki rakyat jelata. Rakyatpun
dirampas secuil sumber isi perutnya oleh negara yang mendukung korporasi.
Nagara (atau lebih santunnya: oknum-oknum pengatur kebijakan negara)
menjadi pengkhianat bagi kesatuan kebangsaan. Globalisasi telah diterima
sebagai dinasti modern yang memperbudak rakyat kecil yang mayoritas di
tanah mereka sendiri. Nagara yang seharusnya menjadi pengayom dan
pelindung rakyat telah menjadi tangan besi yang menindas rakyatnya
sendiri. Rencana UU Intelijen menjelaskan Intelijen dibenarkan menagkap
rakyat hanya berdasarkan kecurigaan semata dan diinterogasi selama tujuh
hari tanpa dibenarkan dijenguk kerabat keluarga dan tidak boleh didampingi
pengacara.
"Tolak RUU Intelijen untuk kemerdekaan rakyat seratus persen"
kata Yandi,aktivis KM Raya.
Rencana UU Intelijen menjelaskan Intelijen dibenarkan menagkap
rakyat hanya berdasarkan kecurigaan semata dan diinterogasi selama tujuh
hari tanpa dibenarkan dijenguk kerabat keluarga dan tidak boleh didampingi
pengacara. UU ini melanggar HAM. HAM yang selalu didengung-
dengungkan negara-negara yang senantiasa setia mensponsori lembaga
intelijen negara. Negara-negara yang memiliki korporasi-korparasi (pihak
ketiga) itu!

259
Neo Khawarij

Adalah Surah Al-Maidah: 45-49 yang menggerak kaum ekstrimis dan


radikalis muslim melakukan perlawanan terhadap rezim pemerintahan yang
dianggap menganut sistem thaqhut atau kafir. Ayat-ayat tersebut
menerangkan bahwa Taurat adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada
Yahudi agar mereka mengikuti segala petunjuk yang ada di dalamnya.
Diingatkan kepada para nabi dan pendeta-pendetanya agar konsisten
menjalankan hukum sebagaimana yang telah Allah rumuskan di dalamnya.
Mereka diingatkan pula agar tidak takut terhadap tekanan dari pihak-pihak
yang tidak menginginkan hukum sebagaimana dalam kitab suci belaku.
Diingatkan pula untuk tidak melakukan negosiasi dengan kalangan yang anti
penerapan hukum Tuhan itu.
Pada kasus kriminalitas terhadap fisik, balasan sama berlaku (qisash),
hal ini senada dengan isi kitab suci Injil dan Al-Qur'an. Diingatkan bahwa
bila Yahudi tidak menerapkan hukum Tuhan, mereka dianggap kafirun. Bila
qisash tidak diberlakukan (kecuali ada ampunan dari pihak keluarga korban
setelah
tebusan dibayar) maka dianggap dhalimun. Ahlul Injil dianggap fasiqun bila
tidak menghukum sesuai ketatapan Injil.
Pada ayat-ayat tersebut tidak disebutkan apa pula sebutan bagi kaum
muslim yang enggan menjalankan hukum sebagaimana yang telah
dirumuskan di dalam Al-Qur'an. Kalangan ekstrimis muslim menganggap
kalau ada gelar yang lebih tinggi dari kafirun, dhalimun dan fasiqun lebih
260
sesuai untuk kaum muslim yang tidak menjalankan ketetapan dalam Al-
Qur'an.
Saya berpendapat bahwa kitab-kitab suci sebelum Al-Qur'an punya
manfaat substansial yakni mempersiapkan manusia untuk menerima dan
memahami Al-Qur'an.
Taurat terus dijalankan nabi-nabi Bani Israil mulai dari Musa hingga
Yahya--dan Injil untuk Isa. Dalam petunjuk dan bimbingan yang tidak
termuat dalam Taurat dan Injil, terutama mengenai aturan-aturan hidup
sehari-hari (etika) dapat dilihat dari panduan langsung dari Rasulnya yang
ada disisi mereka silih berganti dan selalu ada mulai dari Musa hingga Isa.
Berbeda dengan Muhammad yang tidak bisa mendampingi
ummatnya hingga akhir zaman. karena itu, ketetapan mengenai etika
kehidepan sehari-hari dapat ditelisik melalui Hadits. Hadits adalam segala
ucapan, sikap, prilaku, rencana dan diamnya Nabi.
Yang paling penting dari kajian kita kali ini adalah: apakah tudingan
kafir, fasik dan zalim bagi ahli Injil dan Taurat yang tidak mengikuti pola
aturan kedua kitab itu berlaku pula bagi kaum muslim yang tidak
menjalankah hukum sebagaimana dirumuskan Allah dalam Al-Qur'an?
Kalangan modernis muslim mengajak untuk melihat Al-Qur'an yang
mengandung pesan sacara metafor. Menurut mereka Al-Qur'an tidak boleh
ditafsirkan secara literal. Pandangan seperti inilah yang membuat mereka
menganggap sebuah negara tidak perlu menganut sistem hukum sebagaimana
yang dirumuskan Al-Qur'an. Padahal, berbicara persoalan keharusan
menerapkan hukum Al-Qur'an (hukum Islam), terlepas dari persoalan negara.
Hukum Islam mau tidak mau wajib dijalankan. Bila kebutuhan menerapkan
Hukum Islam hanya memungkan diatur dalam sistem negara, maka wajiblah
bagi kita mengerahkan segenap kemampuan memperjuangkannya.
Sebenarnya, hanya beberapa aturan yang wajib dirumuskan dalam
Hukum Islam seperti waris, nikah, pembunuhan, zina dan beberapa lainnya.
Selainnya, hal-hal yang tidak diatur dalam Al-Qur'an bisa dirumuskan sesuai
kebutuhan masyarakat.
Persoalan lainnya adalah, menerapkan Hukum Islam sebagai hukum
resmi negara meniskayakan pengaturan sistem-sistem lainnya sesuai dengan
aturan Islam seperti ekonomi dan pendidikan. Untuk melanggengkan semua
sistem itu, dibutuhkan sistem politik sesuai dengan Islam. Namun segala
sistem itu tidak akan dapat diterapkan dan tidak boleh dipaksakan bila jiwa
masyarakatnya tidak islami.
Menarik kajian ini bila membandingkan antara pemikiran Hasan Al-
Turabi dalam "Fiqih Demokratis" dan Ahmed An-Na'im dalam "Islam dan
Negara Sekular". Meski sama-sama berasal dari Sudan, pemikiran keduanya
bertolak belakang. Al-Turabi mengatakan bila Hukum Islam tidak diterapkan
261
dalam sistem legal formal negara, maka dalam waktu bertahun-tahun kita
sulit merubah meski seorang saja. Sementara An-Naim menegaskan ajaran
Islam yang suci tidak boleh menjadi sistem yang dipaksakan pada
masyarakat, sebab menjalankan aturan agama harus secara tulus dari
keinginan diri tanpa paksaan.
Saya berpendapat sebaik apapun pengetahuan tentang agama dan
sedalam manapun iman seseorang, bila dibiarkan, maka dia harus
memilih salah satu diantara dua pilihan, menjadi terasing dalam lingkungan
sosial atau menanggalkan keimanannya. Padahal Islam menuntut muslim
untuk bergaul dengan masyarakat.
Aturan-aturan Islam yang ditujukan untuk individu seperti rukun
Islam dan akhlak harus dijalankan secarat total oleh setiap individu. Blia
syarat utama ini telah dipenuhi setiap pribadi muslim, maka barulah hukum
yang mengatur secara kolektif dapat diterapkan.
Banyak ulama mengatakan Al-Qur'an tidak boleh ditafsirkan secara
sembarangan. Sistem pendidikan Islam tradisional hanya membenarkan
penafsiran Al-Qur'an sesuai yang ditafsirkan guru mereka. Guru itu
menafsirkan sesuai yang gurunya ajarkan. Demikian konon silsilah itu hingga
Nabi Saw. Salah satu aliran yang menganut paham ini adalah Islam Jama'ah
yang pernah berkembang di Indonesia.
Nabi Besar pernah memperingatkan akan munculnya suatu aliran
yang kelihatannya mereka menjalankan perintah Allah dengan konsisten, di
dahi mereka terdapat tanda bekas sujud. Namun sebenarnya mereka telah
tersesat dari ajaran Islam persis seperti anak panah yang melesat dari
busurnya.
Kalangan yang dimaksudkan Nabi disebutkan adalah kalangan
Khawarij. Khawarij adalah aliran yang menafsirkan Al-Qur'an sesuai yang
mereka lihat. Mereka tidak memahami bahwa maksud-maksud dalam Al-
Qur'an itu sifatnya metafora. Karena sempitnya pemahaman mereka terhadap
Al-Qur'an, maka mereka cenderung melihat suatu perkara secara literal.
Ketika kalangan Muawwiyah hampir kalah, lalu mengangkat mushaf
Al-Qur'an sebagai siasat, Khawarij langsung luluh dan meminta Ali berhenti
menyerang. Ketika pihak Ali menerima arbitrase, Khawariz menganggap Ali
kafir. Mereka sama sekali tidak memahami siyasah. Mereka melihat segala
sesuatu apa adanya. Para cendikia menganggap pola pikir mereka yang
seperti ini dikarenakan mereka berasal dari kalangan bangsa Arab badui yang
terbelakang. Namun saya kira, ada intrik Yahudi juga yang membuat cara
pandang mereka pada Kitab Suci persis seperti cara pandang Kristen terhadap
Injil.
Setiap ayat dalam Al-Qur'an tidak boleh dilihat secara-sepenggal-
penggal. Setiap ayat di dalamnya sama-sekali tidak boleh dilepaskan dari
262
ayat-ayat lain semuanya. Penerapan perintah Al-Qur'an tidak hanya pada
penerapan hukum, namun seluruh sistem yang diatur. Karena Islam mengatur
segenap sendi kehidupan, maka semuanya harus diterapkan.
Kalangan yang memaksa diterapkannya hukum Islam di Indonesia
adalah mereka yang telah menerapkan sistem Islam dalam kehidupan.
Meskipun hampir semua masyarakat Indonesia beragama Islam, namun yang
menerapakan sistem Islam secara konsisten dalam kehidupan individu sangat
sedikit. Oleh karena itu usaha mereka selalu gagal. Kalaupun mereka berhasil
memaksakan hukum Islam berlaku sebagai hukum formal negara, maka hal
ini hanya akan semakin memperburuk citra Islam karena masyarakat yang
tidak memahami Islam dengan baik akan merasa berat dan akan malah
membenci Islam.
Contoh, bila hukum potong tangan diberlakukan sementara sistem
ekonomi tatap kapitalisme, maka dijamin akan sangat banyak tangan buntung
akibat mencuri karena kelaparan. Semakin tangan banyak yang buntung,
maka semakin banyak pengangguran, pengemis dan mengakibatkan
masyarakt muslim semakin terpuruk. Mungkin Hal inilah yang dipahami
Irwandi Yusuf sehingga dia menolak mengsahkan Qanun Jinayah Di Aceh.
Hal inilah yang tidak dipahami kalangan yang memahami Al-Qur'an
secara literal persis seperti Khawariz. Kalangan ini menganggap dengan
merumuskan UU (undang-undang) negara sesuai dengan yang tertera di
dalam Al-Qur'an, semua perkara akan selesai. Karena berfikir demikian,
segala cara mereka tempuh agar hasrat itu berlaku. Mereka rela membunuh
sesama muslim untuk memperjuangkan yang mereka anggap sebagai
kebenaran mutlak.
Kalangan juga ini menganggap semua aktivitas yang tidak tertera
dalam Al-Qur'an dan Hadits yang mereka yakini shahil adalah perbuatan
bid'ah dan sesat. Banyak pula pelaku kegiatan dimaksud mereka tuduh kafir.
Mereka tidak memahami setiap persoalan secara mendalam dan menyeluruh.
Mereka menuduh sesat segala perilaku kebudayaan dan kearifan lokal setiap
wilayah. Mereka tidak paham bahwa Allah telah memberi kekuatan pada
alam dan diberi-Nya ilham pada manusia sehingga dapat memanfaatkan
kekuatan alam guna kemaslahatan hidup. Mereka buru-buru mengklaim
syirik pada orang yang terhadap benda-benda dijadikan jimat. Mereka tidak
memberi apresiasi sedikitpun pada orang-orang yang hidupnya menyatu
dengan alam. Mereka buta dan tuli. Bahkan terhadap Kitab Suci sendiri
dilihatnya sebagaimana banteng melihat merah.
Wahabi mengacam keras tindakan yang sebenarnya tidak dilarang
dalam Islam. Aktivitas kebudayaan dianggap sesat. Padahal merekalah yang
bodoh dan sesat. Mereka memang belum mengetahui teori Hado yang telah
dibuktikan secara ilmuah oleh masaru Emoto. Bila memahami ini, maka kita
263
akan mengetahui benda-benda yang disebut jimat memiliki energi positif
yang sangat bermanfaat bagi manusia. Mereka juga tidak akan mau peduli
dengan teori kuantum yang telah membuktikan kesatuan relasi antar kuantum
yang menyatakan kesatuan relasi antar wujud dan Wujud Mutlak. Karena
kejahilan akan kebanaran-kebanara inilah, maka mereka mengecam orang
yang melayat ke kuburan. Boleh saja mereka menolak kisah dalam Film
Hollywood Avatar, tapi mereka tidak seharusnya menutup telinga akan bukti-
bukti nyata tentang pengetahuan ilmiah.
Kaum muslim yang wawasannya terbuka senantiasa berusaha agar
amanah Allah dalam Al-Qur'an dapat merasuk ke dalam setiap jiwa muslim.
Mereka senantiasa mengupayakan tegaknya nilai-nilai yang telah diberi
pedoman dalam Kitab Suci terakhir. Dengan tekun, teliti dan hati hati mereka
mencoba seobjektif mungkin agar nilai-nilai Islam dapat berlaku dalam sosial
masyarakat. Oleh kalangan paradok yang menjadi representasi khawariz pada
zaman modern, orang-orang intelektual itu dituduh sesat.
Bila benar-benar punya niat yang tulus untuk meninggikan izzul
Islam pada zaman modern sekarang ini, terlebih dahulu kita harus
menyiapkan diri sebagai orang yang tekun membaca kondisi alam dan
masyarakat. Kepada musuh sikap terbaik adalah berusaha sebisa mungkin
kita mengenalnya. Semakin baik kita mengenal musuh, maka semakin
mungkin kita dapat menang. Janganlah kita bersikap seperti neo-khawariz.
Mereka menghadapi musuh dengan mengarahkan punggung. Kelihatannya
seperti sedang berjuang dengan gagah berani, nyatanya seperti sikap burung
unta yang membenamkan kepala ke dalam pasir bila merasakan bahaya.
Nabi kita pernah mengingatkan bahwa hidayah Allah itu akan
dicabut dari orang bodoh dan diberikan bagi orang yang berilmu. Orang
berilmu bukanlah orang yang membaca kitab suci lalu menerapkan isinya
sebagaimana yang mereka lihat. Orang berilmu adalah orang yang akal
pikirannya terbuka, kepekaannya terhadap gejala dan realita sosia ltinggi.
Lihatlah belakangan betapa mudahnya orang-orang Timur keluar dari agam
Islam. Sebaliknya lihat pula bagaimana berbondong-bondong cendikiawan
Barat masuk Islam. Inilah bukti dari apa yang saya katakan dari paragraf ini.
Janganlah seperti khawariz yang menarima secara mentah isi Al-
Qur'an ketika menemukan itu bertentangan dengan dengan selain kelompok
mereka dan enggan mematuhi (Al-Qur'an) ketika menemukan
pemahamannya sejalan dengan kelompok selain mereka. Misalnya ketika
dianggap demokratis ketika menganut paham bahwa adalah tidak masalah
bila pemimpin dari selain Quraish padahal pendapat ini mereka lontarkan
karena mereka menemukan banyak diantara pendukung Ali meyakini yang
boleh jadi khalifah hanyalah Quraish. Kelihatannya seolah-olah mereka
264
demokratis, padahal keputusan ini mereka ambil karena musuh mereka
adalah Quraish.
Kenapa Yahudi dikutuk menjadi babi dan kera? Menurut penemuah
kedokteran modern, makhluk yang memiliki organ paling mendekati
kesamaan dengan manusia adalah babi. Wujud monyet seolah-olah manusia,
tapi ternyata bukan manusia. Dari dalam (organ) juga seolah olah organ
manusia, padahal bukan. Kalangan ini busuk luar dan dalam. Mereka yang
seolah-olah beriman, namun sebenarnya mereka telah tersesat seperti anak
panah melesat dari busurnya.

Drama Terorisme

Beberapa tahun lalu sebuah portal berita menuliskan tentang


pemberian senjata oleh Amerika Serikat (AS) kepada pihak Taliban. Saat
kuberi tahu seorang teman, di tidak percaya. "Kalau dijual ada kemungkinan"
katanya. Tapi aku lebih yakin itu diberikan. Sebuah media berita tidak
mungkin berani memberitakan kebohongan. Apalagi tentang sesuatu yang
besar seperti ini. Kepercayaanku akan berita ini juga punya alasan yang
mendalam.
Kita tahu bahwa Osama bin Leden memang bekerja untuk Lembaga
intelijen AS, CIA. Seorang agen hampir sangat mustahil membangkang.
Resiko membangkang tidak hanya tidak hanya akan membuat CIA
memburunya. Dia sadar bahwa keluarga dan orang-orang dicintainya tidak
akan dibiarkan begitu saja oleh lembaga rahasia itu. Mustahil Osama
membelot. Melarikan diri dan menjadi pembangkang adalah trik klasik yang
dimainkan lembaga intelijen. strategi ini adalah cara paling ampuh bagi
sebuah lembaga intelijen untuk menyusupkan anggotanya ke dalam pusat
pertahanan musuh.
Strategi yang dimainkan AS dengan mengutus Osama ke Afghanistan
adalah untuk menciptakan keruh negara muslim yang letaknya sangat
geografis itu. Selain dapat mengintai negara-negara Timur-tengah, AS juga
dapat mengintai musuh lamanya, Rusia.
Konon ada informasi yang berkembang bahwa di perut bumi
Afganistan, terdapat tambang yang sangat mahal harganya. Buktinya Rusia
265
dan Iran yang menghimpit negara itu punya cadangan minyak yang luarbiasa
melimpah. Bayangkan bila kerusuhan tak ada di Afghanistan, pastilah
rakyatnya akan lebih cerdas dan menguasai teknologi sehingga dapat
menguasai sepenuhnya kekayaan alam itu. AS akan sangat khawatir bila ini
terjadi, maka pastilah negara itu akan akan sejahtera dan berjaya. Bila ini
terjadi, maka AS akan semakin ketakutan sebab Islam punya kekuatan yang
besar.
Bukti lainnya yang semakin menegaskan Osama selamanya bekerja
untuk AS adalah peristiwa 9/11. Ledakan gedung Pantagon dan WTC terlihat
sangat nyata dan jelas keganjilannya. Kenapa gedung yang ditabrakkan pada
bagian ujung atasnya bisa menyebabkan ledakan yang cukup dahsyat persis
sama dengan ledakan bom. Pada detik saat pesawat dihantamkan ke ujung
atas gedung, terjadi ledakan pula pada lantai dasar gedung. Mustahil semua
petugas pengamanan bandara--tempat pesawat yang digunakan itu untuk
peledakan itu lepas landas--tidur semua. Mustahil pula alat pedeteksi
keamanan (apa saja) yang akan dinaikkan ke pesawat sedang mati hari itu
atau sedang rusak semua. Sementara, ledakan saat pesawat dibenturkan ke
gedung adalah positif ledakan bom. Lagi pula ribuan etnis Yahudi yang
bekerja di kedua gedung itu tidak ngantor hari itu. Kita tahu bahwa AS disetir
etnis Yahudi. Kita juga harus tahu bahwa setiap Yahudi adalah mata-mata.
Kitab Perjanjian lama yang memerintahkan mereka. Dan mereka sangat loyal
pada ayat-ayat tersebut karena telah dimodivikasi sesuai keinginan.
Beberapa waktu setelah peristiwa itu, terbit sebuah buku hasil
caramah dan wasiat Osama yang dalam edisi Indonesia berjudul "Nasehat
dan Wasiat Osama bin Laden". Dalam buku itu Osama mengaku pelaku
pengeboman itu adalah orang-orangnya. Jadi terdapat benang merah yang
menghubungkan antara keganjilan peristiwa itu dengan pernyataan Osama.
Membuktikan denga tegas ledaka WTC adalah konspirasi AS dengan Osama,
mata-mata terbaiknya.
Kisah Osama mengingatkan kita pada film "Avatar" di mana seorang
mata-mata dari tentara menyusup ke dalam komunitas manusia berkulit biru.
Seorang intelijen harus bekerja total dan mereka harus benar-benara
lebur secara prilaku dan mental ke dalam masyarakat yang disusupinya. Dia
akan menjiwai perannya sehingga segala tindak-tanduk dan pikirannya sama
sekali lebur ke dalam komunitas yang disusupinya. Lihatlah peran total yang
dimainkan Snouck Hugrenje di Indonesia awal abad 20.
Osama yang mendirikan Al-Qaida juga dapat menjadi alasan yang
terkesan sangat alamiah untuk memainkan skenario terorisme di negara-
negara muslim. Dengan adanya teroris di negara-negara muslim, maka
semakin mudah bagi AS memainkan perannya untuk menciptakan keruh di
negara-negara muslim.
266
Peran yang sama persis ingin dengan Osama ingin dimainkan Panju
Gumilang. Beruntunglah majalah Tempo berhasil membongkar makar yang
dia mainkan.
Di kalangan aktivis, terutama aktivis gerakan Islam, mulai
memahami bagaimana intel RI menyusup dengan sangat rapi ke dalam
geraka-gerakan Tarbiyah yang ada di Indonesia. Mereka mengutus agennya
untuk menjadi mahasiswa di universitas-universitas terkemuka di Timur-
tengah. Dengan itu, selain selalu memperoleh informasi yang detil dan akurat
tentang garakan-gerakan Islam di nusantara, bahkan banyak diantara mereka
yang menjadi pemegang setir garakan-gerakan itu. Dalam organisasi-
organisasi itu, mereka berperan layaknya goalkeeper dalam posisi sepak bola:
Mereka jarang tampil, mampu mengamati dengan baik jalannya permainan,
selalu siaga, punya posisi penting di saat genting dan sangat bisa menentukan
apakah mereka akan membiarkan gawang dibobol meski terkesan mereka
telah bekerja dengan sangat tekun dan serius. Tidak jarang dari mereka yang
menjadi kapten kesebelasan sebab tak tergantikan, punya dedikasi tinggi telah
lama bersama "tim".
Elit negeri telah menghibahkan bangsa ini kepada negara-negara
asing yang kuat. Kelemahan ini malah semakin memperkuat negara kuat dan
semakin melemahkan bangsa kita. Segala kebijakan kesannya berpihak pada
rakyat dan senantiasa menjaga stabilitas negara.
Namun di balik topeng itu, segalanya untuk kepentingan asing dan segelintir
warga yang manjadi pengatur kebijakan negara.
Narkoba menjadi wabah yang menggila di negara kita. Tampaklah
negara prihatin dengan hal itu dengan sikap mendirikan Badan khusus yang
fokus untuk menanggulangi bahaya Narkoba, BNN.
Padahal segala narkoba yang amat berbahaya diproduksi dan atau
bahan bakunya dari luar negeri. Catatan bahwa hanya elit pejabat, korporat
dan pelajar saja yang sering bolak-balik ke luar negeri. Mengenai warga asing
yang menjadi pemasok, adalah sangat sulit--meski sering dikesankan mereka
adalah pelakunya karena sekali-kali disiarkan ditangkapnya pengedar
narkotika warga asing--karena untuk berhubungan dan mengakses konsumen
dari kalangan elit--karena memang barang ini mahal harganya--adalah sangat
sulit untuk tidak terdeteksi pihak keamanan; apalagi lolos dari mata-mata
mereka adalah mustahil.
Demikian pula dengan maraknya terorisme di Indonesia. Media tidak
henti-hentinya menyiar berita penindasan terhadap kaum muslim di berbagai
belahan dunia. Ini otomatis menyulut kemarahan warga yang hampir semua
muslim. Pemerintah dan semua tau bahwa muslim itu bagai satu anggota
tubuh, bila salah-satu bagian sakit, maka semua ogan menderita.
267
Keluhan karena kemarahan dan penderitaan rakyat tidak diakomodir
oleh negara sehingga mereka mengekspresikannya dengan membantai warga
dari negara yang menyiksa kaum muslimin di berbagai belahan dunia secara
legal formal.
Sir Azyumardi Azra mengatakan haram hukumnya bagi kaum
muslim membunuh non-muslim dari warga sipil.
Guru Besar Sejarah, UIN Syarif Hidayatullah itu juga mengatakan perlu
dilakukan objektivikasi nilai-nilai Islam ke dalam kebijakan hukum resmi
negara.
Saya menyatakan bahwa negara yang melegalkan pembantaian
terhasap kaum muslim di berbagai belahan dunia menganut sistem
demokrasi. Artinya setiap kebijakan negara termasuk legalisasi pembantaian
jutaan muslim di berbagai belahan dinunia juga adalah berdasarkan amanah
rakyatnya, rakyat yang sipil itu.
Saya mengharapkan tanggapan penulis buku "Jaringan Ulama" itu
dengan menjelaskan bahwa: bom bunuh diri itu adalah ijtihad yang dilakukan
kaum muslim untuk membela saudara-saudaranya. Sebab, kata saya,
"jaringan intenet" di Indonesia sangat lemah sehingga sanga sulit meng-
upload nilai-nilai budaya dan agama ke dalam sistem legal formal negara.
Maksud saya adalah pemerintah sangat tidak akomodatif terhadap aspirasi
masyarakat, Sementara elitnya sendiri hanya sibuk "mengobjetivikasi"
kepentingan-kepentingan sendiri dan korporasi.
Putra Minang itu menanggapi pernyataan saya dengan berbelit-belit.
Dia menyatakan bahwa membunuh non-muslim juga tidak menyelesaikan
persoalan. Mereka yang bertindak buruk, janganlah dilawan dengan
keburukan pula, demikian kurang lebih pernyataannya. Dia menuding
golongan muslim yang melakukah hal demikian sebagai khawarij.
Saya sama-sekali tidak sepakat dengan pernyataan demikian meski
juga tidak sepakat denga khawarij atau neo Khawarij sepeti aliran wahabi
yang menganggap bid'ah kearifan masyarakat, namun bekerjasama dengan
baik dengan Inggris untuk memecah-belah kaum muslimin jengan upaya
hancurnya Ottoman akibat mudah sja diprovokasi melalui doktrin rasis. Duh,
Wahabi.
Kembali pada persoalan tadi, saya tidak sepakat dengan Azra sebab
jelas-jelas dalam Al-Qur'an, Allah memerintahkan dengan tegas untuk
membalas keburukan mereka setimpal dengan yang mereka (kafir) lakukan
kepada muslim.
Sir Azyumardi Azra menanggapi saya, bahwa dalam hal ini tidak
perlu ijtihad sebab, katanya jumhur ulama telah sepakat bahwa membunuh
sipil haram hukumnya. Dia berkelit tindakan itu malah mempersulit saudara
muslim lainnya bila hendak ke negeri-negeri Barat. Saya pikir, toh muslim ke
268
sana kebanyakannya adalah elit negara untuk menghamburkan uang rakyat.
Selainnya untuk study. Kalau studi di sama menghasilkan muslim seperti dia,
maka untuk apa ke sana?
Saya kira ijtihad tatap terus diperlukan sebab kita sadari bahwa
persoalan yang dihadapi setiap masyarakat berbada-beda. Azra menanggapi
saya dengan menyatakan larangan melawan musuh bila dapat dipastikan akan
kalah.
Subhanallah. Saya tersentak dengan tanggapan yang bunyinya
demikian, saya terkejut. Bukankah Aceh sanggup mempertahankan
kedaulatannya dari tangan kolonial karena keberanian masyarakatnya yang
dimotifasi oleh keimana yang tinggi dan penyerahan diri yang uruh pada
Allah. Sehingga seharipun mereka tidak sempat diperintah apalagi dijajah
kafir.
Bukankah sumber kekuatan kaum muslim adalah dengan tidak
menggantungkan harapan pada apapun seianl Allah. Kenapa ruh jihad yang
semestinya ditanamkan pada setiap jiwa kaum muslim dan harus selalu
dipelirara malah di dangkalkan dan ingin di cabut oleh seorang cendikiawan
yang diangung-agungkan dan dikagumi generasi muda hari ini. Misris saya
mendengannya. Selaku muslim saya sedih dan menyesal mendengar
pernyataan ini.
Namun saat menanggapi pernyataan saya dengan berputa-putar dan
ngelantur itu, dari garak tubunya, dari raut wajah dan sorot matanya, saya
tahu Sir Azra sedang melawan jeritan nuraninya. Saya sadar saat itu dia
sedang berkecambuk dengan hatinya. Iman dan jiwanya tidak ingin
mengatakan itu. Namun dia terlihat berusaha agar thesis saya terbantahkan
karena tidak ingin menyulut apa semangat kaum muslimin sehingga bangkit
melawan tiran yang telah lama menjajah dan membelenggu kita; yang
menghinakan Islam dan kaum muslimin.
Sebuah tema mengusung semangat penumpasan terorisme secara
komprehensif digelar Badan Negara Penanggulangat Teroris. Semua
pembicara yang berjumlah sembilan orang semuanya sepakat terorisme itu
negatif. Saya kira tidak ada sebuah solusi komprehensif bisa diselesaikan
dengan mendudukkan orang-orang yang punya kesamaan pandangan. Kenapa
pemberontakan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) bisa diselesaikan denga
tuntas? Karena dialog adalah langkah yang mereka tempuh. Kenapa mereka
menempuh jalan dialog? Karena berkeinginan mengakhiri konflik.
Kapan para pemikir yang mendukung aksi teror diajak duduk
negosiasi dan berdialog? Tidak pernah. Malah mereka menangkapi tokoh-
tokoh panutan para pelaku teror. Mereka tahu sikap seperti ini hanya akan
memperparah tindakan teror. Mereka memang terus ingin terorisme ada di
Indonesia. Dengan itu, suplay dana dari AS dkk yang jumlahnya luar biasa
269
tinggi masih terus mengalir ke kas lembaga keamanan itu. Dengan itu siapa
yang diuntungkan dengan adanya terorisme? hihihi
Kalau terorisme sudah tidak ada lagi, maka BNPT harus segera
dibubarkan. Bila lembaga itu dibubarkan siapa yang akan "kehilangan
pekerjaan"? Tidak ada orang yang mau jadi "pengangguran".
Bahkan UU no. 15 tahun 2003 yang mengatur tentang pidana
terorisme dianggap reaktif oleh ketua Lazuardi Birru. Maksud dia, UU itu
disahkan atas reaksi terhadap Bom Bali I. Menurutnya, UU tentang tindak
terorisme perlu kajian mendalam dan komprehensif agar solutif.
Lebih parahnya terorisme dijadikan alat advokasi UU Intelijen yang
membolehkan intel mencomot warga hanya karena alasan dugaan. Yang
dicomot diinterogasi selama tujuh hari-tujuh malam tanpa dibenarkan
dijenguk siapapu, tanpa ada yang boleh mengetahui dia ditempatkan di mana.
Parahnya lagi dia tidak boleh didampigi pengacara. Bahkan akan sangat
sering tidak ada yang tahu dia hilang, kenapa. Padahal tindakan seperti ini
hanya berlaku di kawasan yang ditetapkan sebaga daerah operasi militer.
Indonesia ditetapkan sebagai wilayah darurat militer!
Kenapa tidak menempuh jalan dialog? Jawabannya dapat kita ketahui
bersama. Hahaha: Drama Terorisme!

270
Cairan Kehidupan

Bahwa di dalam rahim adalah segalanya cairan sehingga proses


"revolusi" mani hingga menjadi bayi terus bergulir. Bahwa aku pernah
menulis dalam catatan FB "Manusia hasil evolusi alam tertinggi": momen
menjelang alam "menghasilan" manusia dari mineral (yang persis seperti
proses mani menuju bayi) adalah kondisi alam di mana saat itu air dengan
udara tidak punya "building block". Bahwa teknologi modern telah
menghasilkan 'Total Liquid Ventilation' yaitu cairan yang yang malah
membantu pernafasan namun dirasa seolah tenggelam dan merasa kesadaran
(ruh) lepas sama-sekali dari badan dan saat itu sama-sekali lepas dari indra,
badan, waktu, mesasa sangat ringan bagai sedang melayang(lepas dari
gravitasi--sehingga menduga diri telah mati. pengalaman ini persis seperti
saat sedang dalam keadaan mistik (suluk).

271
Latihan untuk Pelatih

Melatih orang yang siap untuk diterjunkan ke lapangan memang


sulit. Namun, melatih pelatih untuk melatih orang-orang adalah perkara yang
lebih sulit lagi. Pelatih para pelatih harus lebih teliti dan bijak menentukan ke
mana arah yang tepat para calon pelatih itu diarahkan. Bila arahnya telah
ditentukan, kitapun harus selalu cermat melihat apakah setiap langkah yang
diambil tidak melenceng dari arah yang telah ditentukan.
Merumuskan dan menentukan metode yang tepat bagi para pelatih
sangat penting. Di samping itu, menentukan target adalah kebijakan yang
memerlukan kreativitas serta integritas tinggi. Setidaknya terdapat tiga target
penting yang harus dicapai sebuah organisasi dalam melatih para pelatih: (1)
menciptakan akselerator; (2) mainstraming dan; (3) menguatkan capital
building.
Akselerator memang sangat dibutuhkan oleh sebuah organisasi yang
sedang collapas dan organisasi yang sedang melakukan sebuat terobosan
besar atau ingin melakukan sebuah reorientasi. Namun dalam kondisi normal,
akselerator diperlukan bagi anggota yang ingin melakukan sebuat terobosan
besar atau anggota yang memiliki kapasitas kemampuan yang di atas rata-
rata. Keputusan menjadikan anggota tersebut sebagai akselerator harus telah
melalui proses ferivikasi terhadap tiap person dimaksud dan benar-benar
telah diperhitungkan dapat bermanfaat bagi kemajuan organisasi. Para calon
pelatih harus diberi kesadaran akan adanya potensi pesertanya nanti dan
mereka (calon pelatih) adalah termasuk orang-orang yang selalu peka
terhadap kondisi organisasi.
272
Setiap organisasi harus terus konsisten terhadap visi dan misi yang
telah diusung. Dan bila perlu, sebuah tim perlu dibentuk untuk untuk
mengawal dan menjaga visi-misi organisasi. Tim ini bertugas memberi
laporan pada pimpinan organisasi agar dapat ditentukan arah ke mana para
pelatih calon pelatih dapat menekankan orientasi dan mengetahui bekal
seperti apa yang paling cocok diberikan pada para calon pelatih.
Untuk membangun capital building mumpuni, sebuah organisasi
meniscayakan pemenuhan sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan
memiliki infrastruktur yang cakap. Menciptakan SDM tangguh tanggung
jawabnya terletak pada pundak para pelatih calon pelatih.
Organisasi kaderisasi harus memfokuskan diri pada pemenuhan
fasilitas yang mampu mewadahi minat, bakat serta kreativitas para kader.
Organisasi ini dapat mengambil alternatif dengan memasukkan para kadernya
ke dalam struktur tingkat bawah supaya dapat secara sadar memiliki
tanggungjawab untuk berkarya.
Para calon palatih harus diberi bekal agar mereka mampu
mengorganisir konflik dengan baik. Konflik dalam tubuh organisasi sering
menjadi malapetaka bila tidak mampu diorganisir dengan baik. Sebab itu,
para calon pelatih wajib memiliki bekal mengelola konflik.
Masa depan organisasi kaderisasi segera berakhir bila setiap
anggotanya tidak mampu secara cerdas mengelola realitas penghalang
kinerja. Realitas penghalang harus mampu dipahami dengan baik sehingga
para kader organisasi dapat mensiasati hambatan-hambatan menjadi peluang.
Kadang kadang cara yang terkesan licik juga dapat diterapkan meski ini
bukan satu-satunya jalan keluar. Namun itu lebih baik daripada bersikap
frontal terhadap realitas tanpa menyadari potensi organisasi. Kenekatan para
kader sering menjadi penyebab jatuhnya banyak organisasi kaderisasi.
Untuk dapat menjadikan hambatan sebagai peluang, para calon
palatih harus mampu memotivasi para kader agar memiliki kapercayaan diri
tinggi dan memiliki loyalitas tinggi. Kepercayaan diri harus dibarengi dengan
kesadaran akan potensi dari dan organisasi. Perlu ditekankan bahwa pada
mental-mental yang tangguh akan melahirkan strategi-strategi cemerlang.
Organisasi yang memiliki kader-kader seperti ini termasuk organisasi yang
beruntung.
Tidak bisa dipungkiri sering loyalitas para kader organisasi kaderisasi
adalah berdasarkan peer group.Loyalitas seperti ini adalah loyalitas yang
rapuh dan selalu mengancam organisasi. Organisasi harus mampu
menciptakan loyalitas ideologis namun realistis. Untuk menanamkan loyalitas
seperti itu, para calon pelatih harus dibekali keahlian mengekspektasi peserta
dengan baik.
273
Para calon pelatih juga harus paham tentang kondisi aktual serta tidak
melihat sesuatu apa adanya. Para calon pelatih harus memiliki cara pandang
yang positif lagi kritis. Strategi ini adalah cara agar kita dapat mengetahui
suatu informasi secara mendalam. Berpikir negatif terhadap suatu persoalan
langsung membuat kita memberi suatu penilaian pada suatu peristiwa.
Sebaliknya bila cara berfikirnya positif, kita dapat terus memberi minat untuk
terus melakukan eksplorasi pada suatu informasi. Nalar kritis akan berhenti
ketika akal telah memberikan penilaian pada sesuatu.
Bila sebelumnya kita kekurangan informasi, maka pada era informasi
saat ini kita menghadapi persoalan baru yaitu kebanjiran informasi. Pekerjaan
yang berat bagi para calon pelatih adalah memberi kesadaran dan cara bagi
anggotanya agar mereka mampu memferivikasi informasi. Kita harus sadar
bahwa media massa yang begitu banyak adalah alat bagi kepentingan
tertentu. Artinya tidak ada media massa yang sejujur-jujurnya dalam
menyampaikan informasi. Semuanya telah dikemas bagi orientasi tertentu.
Publik tidak dibiarkan bebas menyikapi suatu informasi kecuali pengopinian
telah dibentuk dalam kemasan sebuah informasi sehingga tidak ada berita
yang independen, apa adanya.
Persoalan ini perlu disadari mengingat dalam menyikapi setiap
keputusan atau menentukan sebuah kebijakan, pastilah berdasarkan informasi
yang diterima.
Kita sadar bahwa siapa saja yang punya infrastruktur terbaik adalah
yang keluar menjadi pemenang dari setiap persaingan. Namun perlu juga
disadari bahwa di atas sikap pragmatik yang luar-biasa menggila, orang-
orang rindu akan rumah jiwa yang teduh dan sejuk. Pada itulah mereka
menemukan kenyamanan dan kedamaian. Oleh karena itu, sebuah organisasi
yang senantiasa mengingatkan manusia akan eksistensinya perlu harus tetap
eksis. Organisasi inilah yang mampu melatih manusia untuk menjadi
manusia, bukan alat dari korporasi, bukan bagian dari mesin, namun sebagai
wakil Tuhan di muka bumi.

274
Alam Mistik

Allah tidak berbentuk dan tidak berwujud sebagaimana wujud-wujud


yang dapat kita persepsikan dengan indra kita. Jadi, menurut teori logika,
Allah tidak dapat dipersepsikan dengan indra. Mengikuti penalaran ini, Saat
mi'raj, Nabi Besar tidak melihat Allah melalui mata kepalanya. Namun bila
akal intuitif dilibatkan, maka akal ini dapat digunakan untuk "mempersepsi"
Allah. Sementara akal praktis, jangankan untuk mempersepsikan,
membayangkannya saja tidak mampu. Lebih ekstrim, Sir Muhammad Iqbal
menggolongkan mi'raj Nabi sebagai pengalaman mistik.
Akal intuitif tidak membutuhkan indra, dia hanya perlu latihan yang
sering dan secara terus menerus. Bila akal ini sering digunakan, maka kelak
untuk melihat Allah tidaklah begitu sulit. Melatih akal ini adalah dengan
seringnya shalat, doa dan zikir yang benar-benar khusyuk. Namun yang agak
sulit dipecahkan adalah persoalan apakah intuisi ini menuju pada arah yang
sama. Bila jawabannya "ya", maka apalah bedanya antara pengalaman sufi
dengan orang-orang mistik agama lain dan orang-orang yang mabuk anggur?
Muhammad Iqbal mengatakan, pengalaman mistik ini tidak dapat
diidentifikasi dengan menggulakan nalar praktis. Karena itu, kita hanya dapat
memferivikasinya pada tindakan praktis yang dilakukan seseorang yang telah
mengalami pengalaman mistik. Pengalaman mistik agama manapun akan
memebikan energi positif pada pelakunya, sehingga sangat mudah
membedakan antara orang yang mabuk anggur dengan pengalaman mistik
keagamaan. Namun, bisakah kita membedakan pengalaman mistik setiap
agama?
Asumsi pertama yang dapat kita pakai adalah, dengan menemukan
perbedaan antara pengalaman mistik keagamaan dengan mabuk anggur, maka
kita dapat menaruh harapan akan adanya perbedaan pula pada pengalaman
mistik setiap agama.
Pengenalan akan akan pengalaman material adalah dengan
memferivikasi materi-materi berdasarkan keidentikan warna, rasa, bau dan
bentuk. Kita dapat mengenal sebuah kursi setelah memilah-milih segala
materi di sekitar kursi lalu menyusun sebuah wujud benda (kursi) di dalam
benak kita.
Sebenarnya pengalaman mistik juga memiliki arah ruang tertentu.
Pengalaman mistik bukanlah sebuang ruang kosong yang maha luas sehingga
pada satu tempat yang sama itulah semua pengalaman mistik dari setiap
individu yang sedang "dimabuk" berada.
Setiap individu memiliki ruang masing-masing dalam
pengalamannya sehingga memberi kesan masing-masing. Dengan itu adalah
275
niscaya pula hasil yang berbeda didapatkan. Namun persoalannya adalah,
karena akal praktis, tempat setiap individu berinteraksi, tidak mampu
ngengidentivikasi "jenis" dan sifat alam mistik yang dialami. Sehingga
terkesan sama pengalaman mistik yang dialami setiap individu. Bahkan,
setiap pengalaman mistik punya arahan atau orientasi yang berbeda jauh.
Misalnya kenikmatan yang dialami psikopath saat sedang atau setelah
membunuh adalah sangat berseberangan dengan kenikmatan zikir yang
dialami sufi.
Karena berbedanya pengalaman mistik setiap agama, maka melalui
Filsafat Pareniel, tidak ada yang namanya kesatuan agama-agama
sebagaimana yang diserukan Seyyed Hossain Nasr dan sekutunya.

276
Aliran-aliran dalam Islam

Kalau ada kawan-kawan Syi'ah yang menganjurkanku masuk Syiah,


aku akan mengatakan begini: Saya sudah sangat mempermalukan Sunni
dengan cara shalat saya yang dianggap aneh, jadi saya tidak ingin
mempermalukan Syi'ah pula.
Saya tidak suka melihat wajah-wajah orang Muhammadiyah--yang
gemar shalat zikir dan sering berdoa--namun hitam pekat.
Saya sangat suka menghujat orang-orang dayah (pesantren
tradisional Aceh). Lelah menghujat, setelah mempelajari banyak kelompok
dan banyak ragam-cara beribadah, sata memutuskan mereka jugalah yang
terbaik. Berlawanan dengan Muhammadiyah, ulama dayah wajahnya
kelihatan sangat derah dan berseri-seri.
Semua ras bangsa layak hidup di muka bumi. Tapi tidak bagi Bani
Israil. Semua agama yang telah diwahyukan dalam kitab suci lumrah dan
dapat diterima keberadaannya, tapi tidak bagi agama Yahudi. Keberadaan
Bani Israil hanyalah untuk menanamkan bibit perpecahan antar ras dan suku
bangsa. mereka menyusup ke dalam semua ras lalu melakukan provokasi,
intrik dan agitasi. Keberadaan mereka di setiap ras dan suku bangsa awalnya
mengadarkan setiap ras awalnya menyadarkan setiap ras akan adanya
perbedaan antar masing-masing ras. Kemudian mereka membius setiap ras
yang mereka susupi agar masing-masing ras merasa ras merekalah yang
paling unggul. Semangat keunggulan ras itu semakin diperbesar hingga
menimbulkan rasa benci pada ras selainnya dan akhirnya masing-masing ras
menganggap ras lain tidak patut dan harus diberangus karena hina dan
mengancam.
Dalam agama, Bani Israil mengaku selalu merindukan rasul untuk
mengajak mereka ke jalan yang benar. Namun setiap rasul yang diutus
kepada mereka, mereka mengingkarinya. Selalu begitu.
Setiap agama bisa hidup rukun dan damai kecuali ada orang Yahudi.
Yahudi akan selalu melakukan usaha agar ummat antar agama terpecah
belah.
Perpecahan pertama dalam agama Islam terjadi karena provokasi
orang Yahudi kepada Mu'awwiyah. Aliran Khawaruz juga sangat ketara
dimotori Yahudi. Indikasinya dari cara mereka memandang Kitab Suci dan
dari ciri-ciri tindakan yang mereka putuskan.
Aturan agama kita yang dirumuskan Nabi sebenarnya sangat
sederhama dan mudah dikonsumsi oleh siapapun, semua level, tidak peduli
ilmuan maupun awam yang tidak mampu baca-tulis sekalipun.
277
Filsafat dan tasawuf sebenarnya bukanlah berasal dari ajaran Islam.
Dianya adalah hasil deri asimilasi Islam dengan kebudayaan setempat. Di
Tanah Melayu dan Anak Benua, Tasawuf jadi populer karena latar belakang
masyarakatnya adalah budaya Hindu yang cenderung mistik dan esoterik. Di
Persia dan Rum, Filsafat lebih digaderungi karena masyarakat di sana
sebelum Islam tidak sempat hidup dalam bius. Kebesaran negara yang
mereka miliki menuntut mereka untuk rasional dan objektif untuk
mempertahankan dan mengisi kedaulatannya yang besar.
Filsafat dan Tasawuf memang tidak dilarang oleh Islam, namun
malah nilai-nilainya mengapresiasi budaya tersebut. Namun ketika para
filosof mendakwahkan filsafat adalah wajib dan sufi mengumandangkan
tasawuf adalah mutlak, maka mereka menjadi golongan orang yang dikecam
Nabi. Kedua pihak itu berkeras bahwa tasawuf dan filsafat adalah murni
ajaran Islam. Mereka termasuk golongan yang selalu dikecam Nabi. Nabi
selalu memperingatkan agar tidak mempersulit persoalan agama ini karena
ummat dari agama terdahulu merusak agamanya dengan cara seperti ini.
Berseberangan dengan itu, terdapat pula segolongan ummat yang
mengaku khawatir dengan ajaran Islam yang banyak menyimpang dari apa
yang diajarkan Nabi. Mereka mengklaim dirinya sebagai golongan yang
datang untuk memurnikan akidah ummat. Mereka menganggap bid'ah
berbagai produk kebudayaan setempat. Di satu sisi mereka berjasa
menyadarkan ummat untuk mengetahui mana produk agama, mana produk
budaya. Pada sisi lain mereka telah mengabaikan karya-karya manusia yang
sebenarnya berguna sebagai solusi persoalan kehidupan mereka.
Produk kebudayaan adalah kerja kreatif manusia dalam
menselaraskan eksistensi mereka dengan alam, lingkungan dan interaksi antar
individu.
Di samping itu, golongan ini telah menyesatkan hukum Islam dengan
menyatakan bahwa banyak dari karya measyarakat dilarang dalam Islam.
Mereka terlalu rajin menjalankan perintah Islam, namun tidak mampu
menciptakan harmonisitas dengan alam dan lingkungan. Maka tidak heran
golongan ini dianggap aneh oleh masyarakat. Yang melahirkan sikap mereka
seperti ini adalah kegagalan mereka menemukan makna metafora dalam teks-
teks Islam. Mereka menafsirkan Al-Qur'an dan Hadits secara literal. Sikap
seperti ini sangat berbahaya bagi agama. Penyebab dominan agama sebelum
Islam kehilangan orisinilitasnya adalah karena sikat ummatnya seperti
golongan ini. Mereka seperti tokoh antagonis Mal'akh dalam novel Dan
Brown, The Lost Symbol.

Kegagalan menemukan jiwa Islam seperti ini berlaku pula bagi sikap
Syi'ah. Golongan yang lahir karena sakit hati ini memiliki pola pikir yang
278
sama seperti Yahudi. Mereka bersikeras Ali harus menjadi Khalifah
perngganti Rasul. Padahal dari segi kejiwaan, ucapan Nabi: Ali untuk
menjadi pengganti belliau tidaklah serta-merta untuk menjadi pemimpin
ummat. Kalau saja maksud Nabi untuk menegaskan Ali menjadi pemimpin
ummat setelah beliau wafat, maka pasti Ali yang ditunjuk sebagai imam
shalat saat beliau sakit, bukan Abu Bakar. Lagi pula bila instruksi Nabi Ali
sebagai Khalifah, maka tidak serta-merta harus langsung diangkat begitu
Nabi wafat. Artinya didahului beberapa orang lainnya, juga adalah mungkin.

Lebih parahnya, saking fanatiknya pada Ali, mereka berani


mangklaim ayah Ali, Abu Thalib adalah termasuk muslim. Padahal dengan
tegas Ayat Al-Qur'an merekam bagaimana Nabi untuk tidak bersedih meski
Abu Thalib tidak termasuk muslim. Mereka juga menyatakan Nabi tidak
menyusu pada halimah. Alasan mereka, Nabi terlalu suci untuk minum dari
air susu seorang seperti Halimah. Syi'ah juga mengingkari Nabi dibelah
dadanya oleh Jibril untuk dicuci hatinya dengan air. Kata mereka, hati yang
dicuci itu adalah immaterial, jadi mustahil dicuci dengan materi air. Mereka
menaruh sekat yang sangat besar antara materi dan non materi. Ini karena
tafsiran mereka terlalu literal sehingga perkembangan ilmu pengetahuan akan
serta-merta mementahkan konsep mereka. Teori Kuantum dan ilmu Neotic
akan mencampakkan ide mereka ke dalam keranjang sampah.
Mereka ingin memposisikan Nabi seperti para dewa dalam mitologi
Hindu. Seorang teman Syi'ah ayat tentang Nabi bermuka masam karena sikap
seorang awam yang tidak sopan saat Nabi menerima seorang tamu. Katanya
yang bermuka masam itu bukan Nabi. Dia ingin mengsankan Nabi seperti
malaikat atau benda mati yang sama-sekali tidak beremosi. Jadi, dengan itu,
kalau tapak sepatu diletakkan di wajah beliau, maunya dia, nabi tak
bergeming.
Perayaan hari Asy-Syura yang masih digelar hingga hari ini dinilai
adalah untuk terus merawat permusuhan. Menyisa diri untuk mengenang
Hussain, saya kita, adalah pukulan dan sindiran yang mata tajam dan keras
kepada Sunni. "Kepada siapa lagi ingatan tentang permusuhan dan terus
merawat dendam selain kepada Sunni" kata seorang teman.
Saat ini Syi'ah sedang sangat gencar menyebarkan alirannya di
Indonesia. Mereka punya kekuatan dengan banyaknya uang yang dimiliki
Negara Iran. Mereka menempuh beragam cara untuk mensukseskan misi ini:
antara lain dengan membuka perguruan tinggi. Melalui cara ini, nantinya
diharapkan putra Indonesia yang menjadi alumni kampus mereka dapat
menjadi agen yang dapat mendakwahkan ajaran Syi'ah kepada masyarakat
Indonesia. Cara lain adalah dengan memberikan kesan pada masyarakat
bahwa Iran sangat konsen memerangi Israel. Tentu saja melalui stigma ini
279
mereka dapat berharap banyak, sebab masyarakat Indonesia sangat geram
dengan Israel dan sangat prihatin dengan saudara mereka di Palestina:
sementara mereka tidak dapat berbuat banyak.
Syi'ah beranggapan shalat hanya tiga waktu. Mereka merujuk pada
ayat Al-Qur'an yang menyerukan shalat pada waktu berbit fajar, matahari
tergelincir dan matahari tenggelam. Mereka memang mengakui "jenis" shalat
(fardhu) ada lima, namun shalat zuhur disatukan waktunya dengan ashar dan
maghrib disatukan dengan isya'. Pemaksaan mereka untuk waktu seperti ini
rupanya ingin menyamakan seperti ajaran Zoroaster yang melakukan ibadah
pada waktu terbit, tergelincir dan terbenam matahari. Dengan ini, mereka
ingin mengesankan seolah-olah ajaran Islam adalah "terusan" daripada
Zoroaster.
Padahal Nabi sendiri tidak pernah mempraktikkan cara shalat seperti
mereka. Cara mereka mentafsirkan Al-Qur'an lebih para daripada cara
Yahudi memperlakukan kitab sucinya. Dengan ini pula, mereka mengabaikan
Hadits secara total, bahkan pada aturan yang paling substansial dari agama
Islam (shalat).
Sikap seperti ini hampir sama dengan yang dilakukan
Muhammadiyah di Indonesia. Mereka melakukan shalat tarawih seperti yang
dilakukan Nabi di kamarnya, bukan seperti yang ajarkan (dipertunjukkan)
oleh beliau. Nabi shalat tarawih empat rakaat sekali salam sebanyak delapan
rakaat. Ini yang dilaporkan Aisyah. Sementara cara shalat yang diperlihatkan
Nabi pada ummat adalah sebanyak 20 rakaat dengan salam setiap dua rakaat.
Banyak riwayat yang menyatakan Nabi shalat hampir sepanjang malam. Jadi
tidak mungkin pada kesempatan bulan Ramadhan Nabi shalat cuma delapan
rakaat. Kemungkinan saat Nabi shalat pada rakaat kedelapan Aisyah tertidur.
Orang Muhammadiyah hitam-hitam dahinya karena menekan kepala
terlalu keras saat sujud. Padahal menurut orang dayah, umpama ada kapas
antara dahi dan lantai saat bersujud, kapas itu tak boleh tertekan, demikian
perumpamaan. Maksudnya memang menekan kepala terlalu keras tidak
dianjurkan. Saat bersujud yang perlu "ditekan" adalah bahu supaya tulang
punggung lurus. Dengan itu aliran darah menjadi lancar ke otak dan seluruh
bagian tubuh. Tulang punggung adalah sumber dan sebab segala sakit dan
sehat.
Akibat terlalu menekan kepala, orang-orang Muhammadiyah,
kebanyakannya, wajahnya menjadi hitam; ini diakibatkan karena
penumpukan darah yang berlebihan di kepala. Darah yang kotor itu menjadi
hitam dan merubah wajah menjadi pekat.
Saya membandingkan wajah-wajah orang Muhammadiyah dengan
wajah-wajah cerah ulama dayah, bagaikan bumi dengan langit. Ulama-ulama
dayah yang kita kenal ortodok, ekslusif dan tidak berwawasan itu wajahnya
280
sangat bersinar dan mengundang wajah untuk kembali menoleh dan mata ingin terus
menatap. Melihat wajah mereka, hati menjadi teduh. Wajah mereka bersih bercahaya,
dahi mereka bersih meski "hampir setiap menit" mereka bersujud.
Memang banyak aliran yang aneh dalam menyikapi perilaku Nabi. Jamaah
tabligh misalnya, mereka rela berjalan kaki puluhan kilometer karena takut naik
mobil. Alasannya Nabi tidak naik mobil, takut bid'ah. Jenggot mereka panjangkan
selebat mungkin karena ada hadits yang menyerukan ini, mesi dahak dan ingus
menyangkut, tak masalah. Baju putih dianggap sunnah meski telah berubah warna
dengan sendirinya karena tak pernah dicuci.
lebih parah lagi LDII yang menganggap muslim selain mereka adalah najis.
Bila ada orang di luar jamaah mereka shalat di masjid yang mereka kuasai, konon,
setelah orang itu meninggalkan masjid segera dicuci tempat-tempat yang tersentuh
muslim tadi.
Cara beragama masyarakat belakangan memang semakin aneh. Tasawuf
yang nyata-nyata bukan peninggalan Islam dianggap sebagai konsep Islam yang
paling ideal. Karena seringnya stigmatisasinya, maka jadiliah ummat mengamini
pernyataannya sebagai kebenaran. Padahal tasawuf-tasawuf itu kebanyakannya lebih
mirip sebagai agama Hindu, baik dari segi kemasan maupun filosofinya. Tasawuf
adalah perusakan agama yang dianggap sebagai kebenaran yang sebenarnya; persis
seperti orang-orang Hindu dan agama-agama lainnya yang melencengkan ajaran
nabi-nabi mereka setelah lama mereka ditinggalkan. Islam juga dirusak kebenarannya
oleh Tasawuf kira-kira 300-400 tahun setelah Nabi wafat.
Sama seperti Tasawuf, Filsafat juga sebenarnya adalah hasil daripada
asimilasi Islam dengan kebudayaan setempat. Para filosof muslim menuding
berfilsafat adalah perintah mutlak dari Al-Qur'an. Ayat-ayat yang menyinggung
tentang "ulil albab" dan perintah untuk berfikir dijadikan dalil. Padahal masud
daripada ayat-ayat tersebut adalah untuk merenung sejenak tentang kebesaran Allah
di alam lalu dengan itu bertambahlah keimanan. Ayat-ayat tersebut berbeda sama
sekali dengan ajaran "filsata Islam", baik aliran Peripatetik maupun Illiminasi.
Terkesan pembahasan ini untuk menghujat berbagai aliran dan mendukung
ajaran dayah. Dayah juga memiliki kekurangan karena menganut sistem otoritas
persis seperti yang dianut sistem gereja Katolik. Menyematkan mereka dengan gelar
"Islam Katolik" juga tidak berlebihan dengan catatan tidak pernah lupa
mencantumkan tanda kutip ("..."). Bahkan bila sistem ini terus dipertahankan, maka
Islam yang mereka anut lama-kelamaan nasibnya akan persis seperti ajaran Hindu
yang Kitab Wedanya tidak hanya tidak mampu dibaca ummatnya, bahkan pemegang
otoritas agama sekalipus telah tidak mampu lagi membacanya. Model tarikat yang
mereka anut yang sangat identik dengan sistem mistik Hindu, akan lebih mudah
mempercepat mereka menjadi "Hindu" "kembali". Saya berikan tanda kutip (") pada
kata 'kembali' karena memang agama di Tanah Melayu dan Nusantara sebelum
Islam adalah Hindu. Lebih jauh lagi, dayah, bahkan, konon adalah Islamisasi sistem
shaolin.

281
Gita

Seperti apakah wajah Islam di milleniun ketiga ini? Banyak kalangan


yang berspekulasi mengenai hal ini sesuai tingkat, spesifikasi disiplin ilmu
dan wawasannya masing-masing.
Seorang kandidat Doktor dari Universitas Ibnu Khandun mencoba
"meluruskan" makna fitnah sesuai dengan gagasannya. Menurutnya fitnah
adalah menghalang-halangi orang beribadah kepada Allah.Tidak ingin
menyelami betul maksud dari pendapat orang Sulawesi Selatan itu, nalar saya
langsung menemukan gagasan bahwa fitnah itu adalah ketidaksesuaian sistem
dengan nilai.
Masyarakat Islam Indonesia yang dengan alasan pluralisme dan
kebebasan beragama menolak diberlakukannya Islam sebagai sebuah sistem.
Mayoritas masyarakat Islam Indonesia memang beragama hanya berdasarkan
kebiasaan turun-temurun sehingga tidak mengenal dengan baik agama
mereka sendiri. Bahkan sampai-sampai banyak ummat Islam di negeri ini
yang alergi mendengar kata 'Islam', agama mereka sendiri. Ini aneh, tapi
nyata!
Padahal menurut informasi Al-Qur'an, garis-garis besar hukum yang
diperintahkan dalam Islam untuk diatur sebagai aturan legel-formar seperti
hukuman bagi pezina, pembunuh dan hukum waris adalah sama dengan isi
kitab suci lain sebelum Al-Qur'an. Artinya hukum-hukum di atas adalah
bersesuaian dengan hukum bagi agama-agama samawi lain. Tapi sayangnya
kitab suci sebelum Al-Qur'an telah menyimpang jauh dari aslinya.
Bahkan agama-agama yang dianggap "non-samawi" menurut
perspektif umum masyarakat Islam. Beberapa tahun yang lalu saya pernah
berdiskusi dengan Prof. Hasbi Amiruddin dari IAIN Ar-Raniry, kami sepakat
bahwa agama-agama seperti Budha dan Hindu, sebenarnya aslinya berasal
dari agama samawi juga dan nabinya juga menyerukan menyembah Allah
Maha Esa meski selanjutnya agama-agama itu diselewengkan oleh
pemegang otoritasnya.

Dalam kasus Hindu saya melihat teks suci agama ini ditafsirkan
secara literal (mentah) oleh pemegang otoritasnya. Mereka mendegradasikan
teks suci mereka yang kaya makna dengan tampilan metaforis ke dalam

282
bentuk akal formal. Kemungkinan pendegradasian ini kerena pengaruh logika
formal yang dibangun di Yunani, namun bila bukan karena alasan itu, maka
sesungguhnya akal manusia inginnya memaknai segala sesuatu dengan
perlambangan-perlambangan konkrit yang dekat dengan kehidupan (baca:
sesuai dengan kebiasaan objek yang dikonsumsi akal).
Berikut ini saya coba menanggapi beberapa ungkapan dalam karya
Sri Srimad A.C Bhaktivedanta Swami Prabhupada, "Bhagavand
Gita Menurut Aslinya" (selanjutnya: Gita) yang saya harap dapat
membuktikan pernyataan saya di atas dan juga berkepentingan untuk
menemukan inspirasi tasawuf dari literatur itu yang berguna bagi kita dalam
menanggapi tasawuf terkait pokok pembahasan kita. Di samping itu,
pengakuan kami bahwa sebenarnya agama Hindu adalah agama samawi
mendapat dukungan dengan banyaknya kesamaan antara teks suci agama
tersebut dengan pesan-pesan Islam. Atau kalau memang pernyataan kami
tidak tepat, maka semakin menguatkan pernyataan Ibnu Tufayl yang
menyatakan akal manusia juga mampu menemukan Tuhan sebagaimana dia
rekam dalam novelnya, "Hayy Ibnu Yaqzal".
Melalui Gita, konsep Hindu menyatakan ruh mengikuti manusia
sejak dari janin, bayi, terus tumbuh dewasa dan mati. Namun ketika mereka
mengatakan roh berpindah ke badan yang lain saat badan sebelumnya mati
adalah kekeliruan penafsiran. Sebab maksud yang bertujuan
menginformasikan bahwa ruh itu akan dikembalikan ke jasad semula sulit
mereka percayai. Apalagi Hindu melakukan pembakaran pada mayat. Hal ini
semakin membuat akal mereka sulit mempercayai jasad yang telah menjadi
abu dan di sebarkan ke air untuk berkumpul kembali dan hidup kembali. Tapi
melalui Al-Qur'an, Allah menyatakan mengumpulkan materi jasad yang telah
tersebar ke mana daja adalah mudah bagi-Nya. Bukankah Allah mampu
menciptakan manusia awalnya dari tiada.
Teori Emanasi Al-Farabi menyatakan Allah adalah Akal Pertama.
Melalui akal inilah manifesi akal-akal lainnya terjadi hingga akal manusia
untuk mempersepsikan alam semesta. Ide ini mungkin diilhami dari hadits
tentang Nur Muhammad: Konsep Gita yang mengatakan manifestasi ruh
Krisna kepada Vivasvan, lalu sebagai Manu dan akhirnya menjadi Iksvaku
lebih sesuai bagi teori Emanasi, baik dari segi epistemologis maupun
metodologis.
Dalam kajian kita, di sini, yang "bermasalah" bukan Hindu namun
sufisme. Baiknya sesaat lagi saja kita bicarakan mengenai masalah-masalah
yang ditimbulkan sufisme.
Gita mengistilahkan penumpang kereta kuda sebagai ruh
manusia; badan diumpamakan keretanya kereta; kecerdasan diistilahkan
sebagai kusir; pikiran layaknya tali kendali dan lima kuda sebagai lima
283
indera. Jadi ruh pada hakikatnya yang memiliki tujuan yang pengendalian
tindakan untuk mencapai tujuan itu diserahkan kepada "perangkat" perangkat
lainnya. Akal adalah penentu arah pikiran ke mana indra itu di arahkan. Ke
mana indera diarahkan maka ke sanalah tubuh bergerak. Kepada arah mana
tubuh itu dibawa, maka ke sanalah ruh sampai.
Sufi sufi gemar mengambil metodologi ini dengan mengganti
analoginya. Hamzal Fansuri mengistilahkan "perangkat-perangkat" manusia
seperti sebuah perahu beserta perangkat-perangkatnya. Sementara Ibnu Arabi
mengistilahkan "perangkat-prangkat" manusia dalam sebuah struktur sosial.
Naquib Al-Attas menjelaskan ruh dalam urusan berfikir disebut akal, dalam
wadah segala isi pikiran disebut hati dan dalam tampilan diri disebut jiwa.
Penjelasan ini lebih kurang terkait dengan analogi yang dibaut dalam Gita.
Seperti sebuah gulungan film yang diputar secara perlahan, badan
kita sedikit demi sedikit setiap detik berubah tanpa kita sadari. Hal inilah
yang perlu kita sadari menurut filosofi Hundu. Islam juga sepahan dalam
penjelasan ini. Karena Nafsu menutup kesadaran murni manusia, maka tujuan
ruh sering terselewengkan.
Menurut Gita, Tuhan terlahir dalam segala persolalitas, manusia juga
demikian, tapi manusia lupa dengan semua alam pengalaman yang pernah
mereka lahir sebelumnya. Tapi Tuhan tak pernah lahir dalam badan rohani
dan badannya tidak merosot meski masih terus berinkarnasi.
Tuhan lahir berperan sebagai sosok yang berbeda-beda namun masih
mengingat semua kelahirannya sehingga membuatNya dapat mengalami
berbagai peran secara sekaligus. Pemahaman ini lahir dari kesalahan
penafsiran atas sifat-sitat Tuhan. Akal mereka tidak mampu menyanggupi
sebuah kenyataan satu Dzat namun memiliki banyak Nama dan Sitat secara
sekaligus. Bahkan hingga hari ini banyak ummat Islam yang bingung ketika
diberitahu Allah adalah Maha Penyayang sekaligus Maha Pemarah: atau
Allah sebagai Adh-Dhahir (Maha Jelas) sekaligus Al-Bathin (Maha
Tersembunyi) sebagainana tulis Ibnu Arabi dalam "Fushush Al-
Hikam" (Jakarta: Bias Ilmu, 2008: 47).
Kekeliruan pemahaman ini terjadi karena mereka mencoba
memakwai Wujud yang immaterial ke dalam pemaknaan mereka yang
terbatas materil. Inilah sumber utama kekeliruan agama Hindu.
Pernyataan manusia melupakan tempatnya lahirnya sebelumnya
sebenarnya maksudnya adalah manusia tidak bisa mengingat--dengan akal
yang digunakan untuk mempersepsikan alam materi--alam sebelumnya dia
pernah alami seperti alam ruh sebelum berada di jasad dan alam janin.
Ketika Yang Maha Esa memperlihatkan bentuk SemestaNya kepada
Arjuna yang bila beribu-ribu matahari terbit sekaligus sinarnya dapat
284
menyamai cahaya Personalitas yang Paling Utama, maka ketika itu saya
teringat pengalaman Musa di bukit Tursina dan Nabi Besar ketika Mi''raj.
Saya mulai berfikir kenapa ketika agama mulai menjauh dari ajaran
murninya, maka kesemuanya menemukan kesamaan universal. Saya kira
pantheisme dan moksha tidak diajarkan dalam agama Hindu yang asli, sama
seperti pantheisme sufi dan suluk yang tidak diajarkan Nabi besar, namun
kedua agama ini menemukan persamaannya saat jauh dari nabinya. Sekali
lagi, mungkinkah hal ini memiliki kaitan dengan Kisah "Hayy Ibnu
Yaqzan" yang initinya ingin memberitahukan bahwa tanpa memperoleh
bimbingan wahyu, akal manusia tetap mampu menemukan Tuhannya. Saya
katakan "tanpa wahyu" karena alasan tadi, ritual tadi tidak ada dalam kitab
suci dan tidak dianjurkan Nabi. Kita tahu bahwa Krisna adalah penguasa ilmu
kebatinan sekaligus pemanah ulung, namun kenapa alim ulama Hindu hanya
cenderung kepada kebatinan dan memilik kehidupan hina dengan menerima
belas kasih orang lain.Kenapa mereka lupa merenungkan makna seberarnya
dari Gita: Di mana ada Krisna, penguasa semua ahli kebatinan dan pemanah
ulung .
Dalam Islam kasusnya juga sama, alim ulama lebih cenderung
memilih jalan sufi karena telah kewalahan dan menyerah unruk berdakwah.
Padalah kata "menyerah" sama halnya dengan bunuh diri, suatu perbuatan
yang paling dikutuk. Bahkan sufi sendiri mengaku bahwa menjadi sufi
adalam mati sebelum mati!
Bagi manusia, siapa saja yang menyembah serta menyerahkan segala
kegiatannya padaNya, artinya dengan ikthtiar dan tawakkal serta tekun dalam
berkarya, "menjadi pemanah ulung" atau khalifatullahdan selalu berzikir
setelah pikirannya mantap padaNya, yaitu dengan benar-benar khusyu', maka
Dia akan menyelamatkan hambanya dari lautan kelahiran dan kematian.
Maksudnya adalah dia mendapat perlindungan saat hidup dan pengampunan
ketika mati.
Roh Utama (Paramatma) adalah sumber asli semua indera, tidak
memiliki indera material, tidak terikat (dengan alam materi), melampaui dan
menguasai sifat alam, kata Gita. Ruh Utama ini dalam terminologi filsafat
peripatetik disebut Akal Pertama, di mana akal inilah yang menjadi sumber
daripada segala manifertasi akal hingga terakhir adalah akal yang digunakan
manusia untuk merespon alam semesta. Teori ini disebut Emanasi yang
digagas oleh Al-Farabi.
Dalam perkembangan selanjutnya dari pemikiran Islam, dikenallah
teori baru yang disebut Illuminasi. Teori ini dimotori oleh Syihabuddin
Suhrawardi. Teori emanasi memiliki unsur metodolofis yang sama, namun
berangkat dari epistemologi yang berbeda. Bila dalam teori emanasi Ruh
Utama disebut Akal Pertama, maka dalam Illuminasi, Ruh Utama dalam
285
pemikiran Illuminasi disebut Cahaya Mutlak. Selanjutnya dari Cahaya
Mutlaklah cahaya-cahaya lainnya dimanifestasikan. Teori Emanasi diakui
Suhrawardi dirinya diinspirasikan oleh Al-Qur'an surah An-Nuur yang
menyebutkan Allah adalah cahaya langit dan bumi. Selanjutnya dia mengaku
sumber inspirasi lainnya adalah pemikiran teologi Zoroaster. Menurut saya
konsep Zoroaster tidak jauh beda dengan konsep filsafat Hindu. Pemikiran
Suhrawardi ini adalah pengaruh dari cara beragama masyarajat asalnya yaitu
Pesia yang kental dengan mazhab Zoroastrian. Menurut saya agama Hindu
itu asalnya bukan India, tapi Timur-tengah, atau bahkan mungkin wilayah
Arab.
Maksud Gita Ruh utama tidak berhubungan dengan alam materi
adalah tidak dipengaruhi WujudNya oleh alam materi, sebaliknya alam
materilah yang dikuasai, diatur dan dikendalikan olehNya. "Tuhan
bersemayam di hati setiap makhluk hidup dan mengatur segenap makhluk"
kata Gita.
Selanjutnya Gita menerangkan manusia yang baik naik kederajat
tinggi dan yang jahat turun kederajat rendah (hewan). Al-Qur'an bahkan
menerangkan orang-orang yang membuat kerusakan bagaikan binatang
ternak, bahkan lebih hina daripada itu. Pada bagian ayat lainnya diterangkan
bahwa manusia diciptakan dengan rupa seindah-indahnya, namun tempat
kembali sehina-hinanya: bila dia mengingkari perintah Tuhannya.
Penyatuan mistisme agama-agama semakin digencarkan. Hal ini
sangat menguntungkan bagi musuh-musuh Islam dan siapa saja yang meresa
terancam dengan keberadaannya. Dengan majunya mistisme, maka semakin
jinaklah Islam. Dominasi mistisme dalam Islam sama dengan singa yang
makan rumput.
Berkembangnya mistisme dalam Islam adalah akibat dari gencarnya
orientalis memperkenalkan tasawuf abad pertengahan kepada masyarakat
modern. Kebetulan masyarakat modern yang hedonis kehilangan orientasi
hudup dan gagal menemukan cara dan tempat menenangkan diri dan meraih
kebahagiaan dan kedamaian--menemukan tasawuf sebagai pelipur
lara.Kecenderungan akan mistisme membuat kaum muslim secara
keseluruhan mulai merasa bahwa tasawuf adalah jalan Islam yang
sebenarnya. Dengan itu lahirlah sufi-sufi yang "amatir" dalam pemahaman
dan pelaksanaan keislaman. Sufi-sufi ini menjadikan ritual-ritual mistik
sebagai kewajiban, namun banyak meninggalkan amalan-amalan yang wajib
dalam Islam. Sufi-sufi seperti ini, meminjam istilah Al-Attas disebut pseudo
sufi, sufi sesat.
Tasawuf lahir dari barisan kecewa dan sakit hati pada rezim beberapa
abad sepeninggalan Nabi Saw. Sufi-sufi yang benar menurut Al-Attas adalah
mereka yang tidak pernah meninggalkan syariah. Di zaman modern akan
286
banyak lahir sufi seperti ini karena sistem pendidikan Islam yang berkembang
saat ini adalah sistem yang hanya berfokus pada transformasi pengetahuan
saja. Di samping itu, spesifikasi terhadap aspek-aspek tertentu dalam Islam
hanya akan melahirkan sarjana yang sangat mengetahui satu bagian tertentu
yang sangat mendalam tentang Islam namun mereka tidak mampu melihat
keseluruhan ajaran Islam. Sistem pembelajaran Islam pada pendidikan formal
hanya akan melahirkan ahli-ahli pengetahuan tertentu yang sangat spesifik.
Padahal "Al-Qur'an adalah kitab yang mengutamakan pengamalan dari pada
gagasan" kata Muhammad Iqbal.
Pseudo sufi hanya akan melahirkan muslim yang individualistis.
Penyakit ini sangat merugikan Islam mengingat Islam menyerukan perbaikan
itu tidak hanya pada diri, melainkan secara kolektif. Kalau tidak untuk apa
Allah menurunkan ayat untuk saling menasehati.
Kehilangan kontrol sosial akibat budaya individualistis serta
kecenderungan kepada "jalan sufi" semakin memberikan peluang untuk
merejalelanya kemaksiatan. Padahal kontrol sosoal meniscayakan
pemeliharaan terhadap nilai-nilai mulia yang kita miliki. Sistem sosial terbaik
adalah melalui penerapannya secara tertulis, atau suka disebut undang-
undang.
Nabi Besar memperingatkan fitnah terbesar yang merajalela pada
akhir zaman adalah seseorang yang beriman pada malam hari, sisang harinya
dia menjadi ahli maksiat; pagi beriman, malam kufur!
Salah satu alasan, yang saya kira alasan utama: kenyataan dari
pernyataan Nabi itu adalah karena kecenderungan pengamalan ritual mistik
yang dijadikan pelarian dari kegelisahan akibat gaya hidup materialis dan
hedolis. setali tiga uang dengan itu, nilai yang tidak didukung bahkan
dikukung oleh sistem membuat masyarakat tidak mampu mempertahana
nilai-nilai dimiliki. Misalnya masyarakat sangat ingin membatasi
keinginannya, sementara sistem terus-menerus memaksa rakyat untuk
membeli segala macam barang melalui propaganda iklan dan lainnya. Rakyat
ingin mengatasi syahwat, sistem melarang menutup aurat.
Maka jadilah masyarakat muslim di masa depan, sufi yang hedonis,
materialis dan penuh syahwat. Menjadi sufi adalah pelarian dari kebijakan
sistem kotor yang hampir mustahil dihindari. Maka masyarakat muslim di
masa depan adalah sufi di malam hari, mengubar syahwat di siang hari,
mengikuti suluk di pagi hari, dugem di sore hari. Maka teramat keliru yang
mengakui Islam hanya nilai bukan sistem. Sebab tanpa sistem, nilai akan
tidak bernilai.

287
Karena Tuhan tak Punya Hati

Dalam konsep Islam, ditegaskan bahwa orang yang tidak


bersyahadat, tidak mengakui Allah sebagai Tuhan dan tidak mengakui
Muhammad sebagai Rasul dan mengikuti ajaran yang dia bawa dari Tuhan,
tidak akan masuk surga dan kekal di neraka. Orang-orang seperti ini disebut
kafir.
Al-Qur'an menegaskan kebaikan-kebaikan yang dilakukan orang
kafir akan mengaup seperti debu. Artinya segala amalan mereka tidak dapat
sedikitpun menyelamatkan mereka dari siksa neraka jahannam. Kalau ada
orang kafir yang berbuat baik di duania, maka dia akan memperoleh
imbalannya di dunia ini pula. Bahkan amalan baik apapun yang dilakukan
oleh orang muslim sendiri tidak akan diberi imbalan apapun kecuali dia
mengucap basmalah ketika hendak melakukannya.
Dalam catatan hariannya, Ahmad Wahib menjelaskan berbagai
kebaikan dua orang ayah angkatnya yang bukan muslim. Dia
mempertanyakan apakah Tuhan sampai hati memasukkan mereka ke dalam
neraka padahal mereka baik-baik. Pikiran saya langsung menjawab: karena
Tuhan tidak punya hati.
Terhadap pelaku dosa, Allah memperingatkan untuk tidak menaruh
rasa kasihan untuk menghukum mereka. Jadi Mustahil Allah sendiri yang
menyerukan untuk tegas, Dia sendiri tidak tegas. Allah memberi balasan
setimpal dengan perbuatan yang manusia lakukan. Bila Dia dan Rasul
utusannya diingkari, padahhal sudah jelas bagi mereka Muhammad adalah
utusan terakhir, maka sesungguhnya mereka yang menyiksa nurani dan diri
mereka sendiri.
Di hadapan Allah Azza Wajalla, merereka melakukan
pembangkangan secara terang-terangan, mereka menciptakan tuhan-tuhan
yang lain: tuhan diukir, tuhan dilukis, tuhan disembah.

288
Menjadi Penulis

Menurut pandangan kaum eksistensialis, sebuah pikiran manusia


adalah sebuah dunia yang memiliki keluasan dan kedalaman yang mustahil
dapat diselami dan dijelajahi oleh person-person atau pikiran-pikiran yang
lain. Karena itu, penganut paham itu menganjurkan agar seorang manusia
tidak perlu harus mendedikasikan segenap waktu dan segala tenaganya untuk
memuaskan maksud satu person yang lain.
Pendapat di atas tidak sepenuhnya benar, tapi tidak sepenuhnya
salah. karena itu Kitab Suci Al-Qur'an menyatakan bila kita membunuh satu
individu, artinya kita membunuh semua manusia. Sebaliknya dengan
menyelamatkan satu nyawa, kita menyelamatkan semua manusia. Kenapa?
Karena dalam satu sosok person, ada satu dunia; dalam satu dunia, semua
manusia berada di sana.
Sejalan dengan paragraph pertama, berbanding lurus dengan alenia
kedua, konsep Islam melarang keras, bahkan mengecam sifat riya.
Sebaliknya, Islam menganjurkan untuk ikhlas. Kenapa? Karena segala hasil
dari segala daya dan upaya seseorang dapat tenggelam ke dalam diri
seseorang yang lain bila dianya dinisbatkan untuk (mendapatkan pujuan dan
apresiasi) orang tersebut. Sehingga, nantinya tidak ada hasil yang tersisisa
dari amalnya karena semuanya telah hilang ke dalam dunia seorang itu saja.
Demikianlah hapusnya amalam seseorang yang riya.
Kita disuruh ikhlas agar hasil usaha dan amalam kita tidak terserap
ke dalam dunia orang lain. Indikasi dari orang yang ikhlas adalah kualitas dan
kuantitas amalannya tidak terpengaruh bila dia dipuji maupun dimaki.
Dalam dunia dakwah tidak ada keikhlasan ketika seorang pejuang
menyerukan persatuan dengan berkata "Mari bersatu, tapi ikut saya". Dan
tidak ada dakwah yang ikhlas hari ini. Saya belum menemukan dakwah yang
paling iklash pada manusia, setelah Nabi Besar, kecuali pada Ali anak Abu
Thalib.
Siapa saja yang mencari kebenaran takkan mendekati yang ia cari
tanpa keikhlasan. Penulis dan pemikir yang ikhlas adalah dia yang mampu
melihat segala sesuatu dengan jujur dan objektif. Seorang pemikir dan
penulis yang jujur adalah dia yang menilai segala sesuatu dan melaporkannya
apa adanya tanpa orientasi apapun kecuali menyampaikan apa yang
sebenarnya.
Siapa saja yang memaki pemikir dan penulis yang jujur adalah dia
yang belum mampu lepas dari orientasi tertentu, mereka belum mampu
menanamkan prinsip ikhlash ke dalam dirinya. Dan bagi pemikir dan penulis
yang iklash, atas segala pujian dan makian, dia tetap itiqamah, tak bergeming.
289
Yang Sakral dan Yang Profan

Tradisi Hindu yang melarang membaca Weda bagi awam turut


diwariskan bagi peradaban Islam di kawasan-kawasan bekas Hindu yaitu
dengan melarang awam membaca dan merenungkan makna Al-Qur'an. Di
sana, Al-Qur'an hanya boleh diberi arti oleh Kyai, Mullah dan Syeikh.
Saya mengkritik warisan Hindu pada aspek-aspek sakral atau
menyangkut kaidah keagamaan, terutama pada ranah teologis. Saya memberi
ruang gerak yang longgar pada aspek-aspek profan seperti cara berkehidupan
keseharian (baca: kebudayaan).
Terus-menerus mempelajari dan merenungkan relasi agama (Islam)
dan kebudayaan dan hubungan agama dengan negara mengundang
kekaguman tersendiri. Persis memainkan permainan yang tak kunjung usai,
namun mengasyikkan. "Permainan yang tak pernah berakhir ini sangat
mengasyikkan" kata Ahmad Wahib.

290
Filsafat Sains: Rasionalisme Filosofis

Teori tentang penciptaan alam semesta adalah salah-satu dari bagian


spekulasi yang tidak layak dikategorikan sebagai sains. Ragam pembuktian-
pembuktian yang dipakai untuk meyakinkan orang akan teori tersebut
hanyalah pembenaran-pembenaran atau pemaksaan kesalingterkaitan yang
sebenarnya tidak berhubungan samasekali.
Nasib lebih baik dialami teori ilmu-ilmu fosil pra-sejarah. Teori-teori
ini memiliki modal empiris yang baik. Bahkan teori ini adalah jembatan
untuk menyadarkan kita bahwa sains, sematang apapun dia, atau sekokoh
apapun fondasi empiris dimiliki, dianya tetap tidak layak diabsolutkan sampai
kapanpun. Ini memberi lampu terang terhadap gagasan bahwa relativisme
sains adalah absolut.
Meskipun saintis mengaku bangun sains dilandasi dengan fondasi
empiris dan objektif. Namun sebenarnya setiap teori itu berawal dari sebuah
ide atau gagasan dari seseorang yang pastinya saat itu sifatnya sangat
subjektif dan spekulatif. Dengan demikian, agama dan pengalaman mistik
atau intuisi juga berpotensi dijadikan sebuah teori untuk selanjutnya
diferivikasi.
Pengalaman mistik atau intuisi adalah dunia subjektif seseorang.
Dimungkinkan juga dalam pengalaman ini satu sama lain dapat perinteraksi
(seperti telepati). Dengan ini dimungkinkan ada alam lain selain alam materi
ini. Namun untuk agar keberadaan alam lain selain alam materi tidak perlu
dicarikan pembuktian ilmiahnya. Sebab, walau bagaimanapun alam selain
alam materi ini tidak bisa dijangkau indra, tidak empiris. Kalau empiris,
hanya empiritas subjektif. Karena sains itu harus memenuhi syarat empiristis
dan objektifistis.
Antara alam materi dan alam lain yang tak terjangkau indra, tidak
ada dikhotomi, building block atau garis pemisah. Perbedaannya hanya pada
mampu dan tidak mampunya indera menangkapnya. Dengan begitu,
pengalaman indrawi dan pengalaman mistik juga tidak ada dikhotomi.
Refleks, spontanitas, imajinasi, ide, gagasan hingga intuisi dan pengalaman
mistik adalah kerja akal yang beda kelas. Perbedaan ini muncul karena akal
(juga seluruh perangkat tubuh) mampu mengatur porsi yang baik untuk
merespon. Karena itu, kiranya Syed Al-Attas dalam "Islam dan Filsafat"
(Bandung: Mizan, 1995: 1) tidak perlu mempersoalkan anggapan kaum
empiris yang menyatakan penyimpulan logis yang telah lama direnungkan
adalah intuisi. Bagi kita kaum muslim telah menerima segala itu sebagai
ilham.
291
Memang benar kata Al-Attas bahwa berbicara tentang gagasan-
gagasan adalah berbicara tentang manusia Namun dia keliru ketika
menganggap harus berbicara tentang keseluruhan manusia. Persoalan gagasan
cukuplah mengkaji tentang akal manusia, potensinya, serta beberapa hal lain
tentangnya. Dalam hal ini, kritik-kritik Immanuel Kant terhadap akal kiranya
cukup memadai.
Dengan menolak epistemologi sebagai metode mencari kebenaran,
alih-alih dapat menjadikan Islam sebagai konsep objektif, dengan itu Al-Attas
malah semakin menjadikan Islam sebagai sesuau yang terasing. Agar sesuatu
itu dapat diterima secara luas, maka dianya harus disajikan secara terbuka,
objektif, apa adanya.
Kita mengenal sains sebagai alat. Kita harus melihat sains sebagai
alat membentuk kebudayaan. Kebudayaan sifatnya keduniaan. Jadi ilmu itu
sifatnya objektif. ilmu seperti sebuah pisau, tidak ada pisau islami atau pisau
sekuler. Persoalannya terletak pada tangan siapa pisau itu. Tukang sate
memakai pisau merajang daum sop. Maling memakai pisau untuk menukam
pemilik rumah. Sains, tergantung pada orientasi penggunanya.

292
Ekonomi Islam

Terdapat dua jenis riba dalam pandangan ekonomi Islam.


Riba nashiyah adalah riba dari hutang-piutang. Riba fadl adalah riba jual beli.
Dibenarkan yang berhutang membayar lebih bagi pemberi hutang. Syaratnya
harus benar-benar tawaran yang berhutang, tidak ada tekanan sama sekali dan
bukan usulan yang memberi hutang.
Hukum jual-beli dalam Islam melarang melakukan penawaran atas
barang yang sedang ditawar orang lain sampai sepenawar pertama
memutuskan tidak jadi membeli barang tersebut. Dalam hukum jual-beli,
juga harus jelas barang, harga dan waktu penyerahan barang. Prinsip dagang
Nabi adalah ijab yang sangat jelas. Prinsip ini sangat menentukan kebersihan
rezeki dan membentuk pribadi jujur yang bersih.
Setiap barang yang ingin dijual harus dikenal oleh si calon pembeli.
Indikasinya barang tersebut dapat didefinisikan. Salah-satu bukti barang itu
telah mampu didefinisikan adalah barang tersebut dapat dibandingkan
(menurut standar umum). Misalnya dompet kulit lebih bagus daripada
dompet karet.
Dalam sistem perekonomian, perlu juga diluruskan perbedaan antara
perhutangan dengan permodalan. Kemungkinan klasifikasi ini untuk
menghindari riba. Kemungkinan juga untuk melanggengkan kapitalisasi. Tapi
dalam permodalan cara Islam, bagi hasil dari keuntungan untuk si pemodal
dibenarkan dengan catatan si pemodal juga ikut menanggung kerugian. Untuk
meminimalisir kemungkinan rugi, biasayanya pemodal dan peminjam dana
usaha menanggung bersama biaya konsultasi ekonomi dan pengelolaan uang.
Oleh karena itu, penguasaan ilmu ekonomi bagi pemodal dan pengusaha
adalah perlu.
Dalam pandangan Islam, ilmu adalah segala sesuatu yang dapat
mendekatkan diri pada Allah. Dalam pandangan Barat, ilmu adalah segala
sesuatu yang telah diferivikasi dan terbuki secara empiris. Dalam pandangan
saya, empirisitas dan ferivikasi juga tidak berseberangan dengan sistem ilmu
Islam meski Islam memberi catatan bahwa tidak melulu ilmu itu harus dapat
memenuhi asas empirisitas dan ferivikasi.
Sistem konvensional adalah upaya bagaimana dapat
memenuhi kebutuhan manusia yang tak terbatas dengan menggunakan faktor
produksi yang terbatas.
Dalam pandangan Islam, manusia harus mampu menemukan
perbedaan antara kebutuhan dengan keinginan. 'Kebutuhan manusia yang tak
terbatas' yang dimaksud teori konvensional dalam pandangan Islam adalah
keinginan yang harus mampu ditekan sekuat mungkin. Kebutuhan itu wajib
293
diupayakan intuk dipenuhi, sementara keinginan adalah nafsu yang tidak
akan dirasa cukup sebelum mulut disumpal tanah (mati).
Dalam pandangan masyarakat kapitalis yang menganut mazhab
ekonomi konvensional, persoalan utama ekonomi adalah kelangkaan
(scarcity). Kelangkaan timbul karena keterbatasan-keterbatasan sumber daya.
Oleh karena itu, dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, manusia harus
mampu mensiasati keterbatasan-keterbatasan itu. "Sudi hati memeluk gunung,
apa daya tangan tak sampai" kata pepatah Melayu. Salah satu cara terbaik
mensiasatinya adalah cermat dalam menentukan pilihan terhadap barang yang
dikonsumsi. Sistem ini disebut opportunity cost.
Misal, bila Ibrahim jualan balon, untungnya Rp. 500,-. Bila dia jualan
permen, untungnya untungnya Rp. 400,-. Bila dia jualan peci, untungnya Rp.
300,-. Ibrahim memilih jualan balom. Maka opportunity cost Ibrahim adalah
Rp. 400,-. Opportunity cost adalah harga terbesar dari resiko pengambilan
keputusan.
Ekonomi kapitalisme melihat manusia sebagai satu dimensi. Sistem
ini mengaku berlaku untuk manusia normal. Misalnya, seseorang membeli
nasi karena dia lapar, bukan karena kasihan pada penjualnya. Karena itu,
perlu diketahui, basis ekonomi konvensional adalah individu. Selanjutnya,
ketika mereka berbicara konsep ekonomi makro, maka orientasinya tetap
individu. Kapitalisme!
Sementara Islam melihat manusia sebagai makhluk yang harus
memprioritaskan diri pada pemenuhan kebutuhan rohani. Dengan begitu,
kebutuhan jasmaninya akan dipenuhi. Konsep inilah yang sulit dipahami
sistem lain apapun.
Islam mengatur ummatnya untuk berbelanja sesuai kebutuhan dan
kemampuan, berhemat, namun tidak kikir. Kita dianjurkan berbelanja tidak
hanya untuk kebutuhan dunia, namun juga akhirat. Karena itu kita tidak boleh
melipakan kewajiban berzakat, gemar bersedekah, suka berinfaq dan mau
berwakaf. Di samping itu kita dianjurkan untuk bersikap zuhud dan qanaah.
Islam tidak menyukai ummatnya yang memiliki kelebihan rezeki
untuk menumpuk hartanya tersebut. Islam menganjurkan agar harta tersebut
dipermodalkan untuk orang yang membutuhkan atau membuka usaha agar
dapat menyerap tenaga kerja.
Pasar adalah tempat bertemunya antara pembeli dan penjual. Karena
itu, pasar tidak berarti kawasan becek pada musim hujan dan hujan debu pada
bukan musim hujan. Pasar bisa dimana saja, rumah, kantor dan balai
musyawarah. Dewasa ini, pasar terbesar adalah dunia maya. Transaksi-
transaksi besar terjadi di sana.
Pasar yang sehat adalah pasar yang orang dapat dengan modah
mendapatkan informasi yang sejelas-jelasnya tentang sebuah produk yang
294
akan dibeli. Juga, tidak boleh ada pemaksaan dalam menjual produk. Iklan
produk-produk belakangan ini terlalu provokatif sehingga dapat disebutkan
pemeksaan melalui senyum dan aurat.
Pasar yang sehat tidak membenarkan adanya monopoli atau
penimbunan barang. Oligopoli adalah contoh dari sistempasar yang baik.
Barang publik adalah barang yang diperoleh tanpa persaingan.
Karena itu, swasta tidak berminat untuk mengembang fasilitas publik. Tugas
ini dipangkukan kepada negara.
Kebijakan ekonomi yang baik adalah yang paling mampu menekan
biaya pengeluaran paling sedikit dengan hasil yang sama. Karena itu,
penjualan kendaraan pribadi adalah kebijakan ekonomi paling buruk yang
pernah ada. Dengan kendaraan pribadi, biaya yang sama dikeluarkan untuk
mensampaikan seseorang pada tempat yang sama dibandingkan kendaraan
umum yang mampu mansampaikan 50 orang dengan mengeluaskan biaya
yang sama. Kebijakan bodoh ini diambil karena elit pemangku kebijakan
negara hanya mementingkan kepentingan pribadi dan organisasi mereka saja.
Mereka mengabaikan tugas yang seharusnya mewujudkan kepentingan
semua rakyat dengan sama.
Di samping itu, dalam prinsip ekonomi, semakin banyak jumlah
produksi, semakin rendah harga sebuah produk. Misalnya mencetak seratus
buku hampir sama biayanya dengan mencetak seribu buku.
Ekonomi syariah harus dapat disajikan sebagai sebuah sistem
profesional yang mapan agar dapat diterima publik. Khalayak luas tidak akan
menerimanya bila masih berbalut nilai-nilai yang notabenenya adalah
subjektif. Publik takkan menerimanya karena menganggap itu adalah bukan
bagian dari mereka.
Seorang ahli ekonomi pentolan UI mengatakan agunan yang
menentukan bunga berdasarkan persen tidak sejalan dengan pandangan Islam
yang mengharuskan kejelasan dalam setiap transaksi. Sistem ini bergantung
pada posisi nilai mata uang yang selalu naik-turun itu. Namun saya kira yang
namanya bunga tak ada yang halal.
Dilema persoalan ekonomi telah muncul bersama diciptakannya uang
kertas. Uang kertas menyebabkan harga barang bergantung pada kondisi
uang. Bila uang sedang banyak, harga barang naik. Demikian sebaliknya.
Sebab uang tak bisa digunakan selain untuk berbelanja. Berbeda dengan emas
yang dapat dijadikan sebagai perhiasan. Karena itu, dinar dan dirhan akan
selalu menjadi unggulan karena kursnya selalu menyesuaikan dengan harga
emas dan perak. Wallahu'alam.

295
Filsafat Sains: Epistemologi Objektif

Akar persoalan kita adalah apa yang kita maksud dengan 'ilmu'.
Apakah kita sepakat atau tidak kata tersebut sama dengan 'sains' dalam
pemaknaan kita?
Ketika menyebut kata 'ilmu' konotasi kita sering mengarah pada hal-
hal yang bersifat keagamaan. Di samping itu, kata ini pula yang kita pakai
untuk menbicarakan aneka disiplin semisal Fisika, Sosiologi dan Astronomi.
Saya kira masalah kita hanyalah pada stigmatisasi makna.
Dalam pandangan Islam, ilmu adalah sesuatu yang dapat
mengantarkan kita menjadi semakin dekat dengan Allah. Dalam pandangan
Barat modern, ilmu adalah segala sesuatu yang telah melalui hipotesa dan
ferivikas. Maka pertanyaan mendasar yang paling perlu diajukan,
sebagaimana diajukan Mulyadhi Kartanegara ( dalam Laode M. Kamaluddin
[ed] On Islamic Civilization. Semarang: Unsila Press. 2010: 246) adalah
tujuan ilmu itu sendiri.
Para pemikir muslim terlalu khawatir model epistemologi Barat
untuk menatapkan ilmu. Bahkan Mulyadhi menuduh kafir orang-orang
(seperti Galileo Galilei dan Charles Darwin) yang telah menemukan
kebenaran melalui ilmu.
Saya kira epistemologi yang digunakan Barat dalam menemukan
ilmu sudah sangat baik. Bahkan Filsafat ilmu yang dibangun terlihat semakin
baik saja. Epistemologi yang mereka gunakan sudah sangat objektif. Bahkan
tidak ada bidang belakangan ini yang lebih jujur daripada filsafat ilmu.
Mereka memferivikasi ilmu dengan sangat objektif tanpa motif apapun selain
hasrat menemukan kebenaran.
Kaum muslim sendiri, alam yang dianggap sebagai salah satu dari
kitab Tuhan harus melihat alam secara murni tanpa motif apapun. Al-Qur'an
meminta pembacanya untuk meninjau alam secara terus-menerus. Artinya
tidak terburu-buru mengambil keputusan final atas apa yang ditemukannya di
alam.
Perintah ini sejalan dengan prinsip ilmu yaitu tidak pernah
mengambil kesimpulan final. Ilmu tidak boleh diabsolutkan. Dianya harus-
terus menerus bersedia untuk diuji oleh siapapun dengan catatan
menggunakan metode objektivikasi yang telah disepakati bersama yang
secara jujur dan lurus itu.
Karena berprinsip untuk selalu terbuka untuk diuji oleh siapapun dan
kapanpun, maka prinsip ilmu bukanlah untuk menentukan absoluditasnya,
melainkan untuk dapat diterima sebagai kensensi bersama.
296
Kalangan pemikir muslim terlalu khawatir ilmu dapat membuat kaum
muslim meragukan kepercayaan mereka pada kebenaran Al-Qur'an dan
Hadits (shahih) yang diyakini absolut--ketika suatu ilmu kebetulan
bertentangan dengan teks Islam itu; atau mereka juga khawatir ketika hari ini
penemuan sains selaras dengan Al-Qur'an dan Hadits, namun esoknya setelah
sains itu diuji kembali akan menemukan perbedaan.
Kekhawatiran ini tidak perlu terjadi kalau saja mereka mampu
memberikan penyadaran pada ummat bahwa prinsip ilmu itu tidak absolut.
Lagi pula, Al-Qur'an dan Hadits menggunakan bahasa simbolik. Misalnya,
hari ini suatu ilmu selaras dengan Al-Qur'an dan Hadits, esok ilmu yang sama
itu setelah diuji lagi, tidak selaras dan lusa setelah diuji kembali menemukan
keselarasannya kembali meski konsep dan rumus hari ini dengan lusa berbeda
sama-sekali. Sekali lagi, ini karena Al-Qur'an dan Hadits tidak memakai
bahasa yang literal namun metaforis.
Atas kekhawatiran ini Syed Al-Attas terburu-buru menyerukan agar
saintis muslim menyusun epistemologi sendiri, epistemologi Islam, dengan
memasukkan intuisi atau pengalaman mistik menjadi bagian epistemologi.
Al-Qur'an dan Hadits juga ikut dilibatkan sebagai bagian epistemologi
tawarannya itu.
Saya kira yang ditawarka Al-Attas ini aneh. Kalau tawarannya itu
diterapkan, maka lahirlah sebuah ilmu yang konyol bin naif. Karena prinsip
ilmu itu harus lepas daripada dogma-dogma dan hal-hal yanga priori. Lebih
parah lagi, bahkan Mulyadhi menawarkan agar melakukan epistemologi
berdasarkan Al-Qur'an dan Hadits. Tawaran Mulyadhi ini, alih-alih
menghasilkan ilmu yang sesuai dengan selera kaum muslim, malah akan
melahirkan debat semantik yang ujung-ujungnya berimbas pada perdebatan
teologis yang dapat melahirkan "sunni-syi'i" baru atau "khawariz" dan
"mu'tazilah" gaya baru.
Kita harus cermat melihat bahwa ilmu itu orientasinya adalah untuk
melahirkan alat-alat yang dapat dipakai untuk memberikan kemudahan hidup.
Dalam hal ini, perlu dengan sangat cermat bagi kita untuk menemukan mana
perkara-perkara yang bersifat sakralisasi oleh agama, mana hal-hal
duniawiyah. Saya kira meninjau kembali secara objektif tawaran Nurchalish
Madjid (dalam Islam: Kemodernan dan Keindonesiaan. Bandung: Mizan.
2008) adalah perlu agar kita dapat membedakan mana perkara sakral agama,
mana urusan-urusan yang tidak dipersoalkan oleh agama sehingga kita tidak
perlu mencari-cari pembenaran-pembenaran atau pengharaman-pengharaman
dalam kaidah teks Islam.
Sekali lagi, ilmu yang dimaksudkan di sini adalah alat untuk
menemukan solusi-solusi atas persoalan-persoalan atau sarana-sarana untuk
memudahkan hidup. Jadi ingatlah peringatan Rasulullah: Apa-apa yang
297
kularang, tinggalkan. Apa-apa yang kudiamkan, jangan banyak bertanya.
Sesungguhnya hancurnya agama-agama dahulu adalah karena ummatnya
banyak bertanya (lihat pada halaman sampul dalam Fiqh Islam Karya
Sulaiman Rasjid).
Nah, ilmu di sini adalah perangkat-perangkat yang nantinya akan
menyusun sebuah kebudayaan. Dan kebudayaan itu adalah hasil dari rasa,
karya, karsa dan cipta manusia, bukan agama. Jadi misalkan memakai sarung,
itu adalah budaya. Dan shalat adalah agama. Jangan kira memakai selain
sarung shalat tidak sah. Karena kebudayaan terus berubah, maka niscara
kemarin pakai sarung, hari ini pakai celana dan esok entah apalagi.
"Masalah" muncul ketika kita tidak mampu membedakan antara
ilmu-ilmu yang kita pelajari untuk ruang lingkup aqidah, fiqhiyyah dan
kaidah-kaidah akhlak dengan ilmu-ilmu yang kita pelajari untuk
kemaslahatan hidup. Walau sekalipun keduanya dipelajari sebagai wadah
mencari keridhaan Allah.
Satu lagi, para pemikir kita juga tidak mampu membedakan antara
merenungkan ciptaan-ciptaan di alam untuk menemukan kesan-kesan
keindahan dan keserasian alam yang membuat kita takjub dan semakin dalam
keimanan dengan profesi atau "hobby" meneliti dan melakukan eksperimen
terhadap dan atau di alam untuk melahirkan sebuah hipotesa yang natinya
dapat "diperjuangkan" menjadi sains--sekalipun dalam perjalanan aktivitas
kedua ini sering kita menemukan (atau bahkan lebih sering) kesan-kesan,
ketakjuban-ketakjuban yang semakin meningkatkan keimanan pada Allah.
Karena itu, pada kesempatan lain sebelumnya saya pernah
mengajukan agar ilmu-ilmu sosial itu tidak ambil bagian dalam menentukan
pola hidup masyarakat atau pribadi manusia pada ranah-ranah yang telah ada
aturan jelasnya dalam Al-Qur'an dan Hadits, misalnya sistem ekonomi,
politik, dsb.
Cara yang ditawarkan Mulyadhi sangat tidak dapat diterima secara
objektif dan tidak akan mendapatkan tempan dalam struktur sains karena
metode yang dia tawarkan sifatnya dogmatis-duduktif. Cara yang dia
tawarkan memang agak mirip dengan yang ditawarkan Suhrawardi. Perlu kita
pahami bahwa, paradigma ilmu modern dengan apa yang ditawarkan
Suhrawardi berbeda jauh. Suhrawardi menafsirkan intuisi ke dalam ranah
filosofis. Sementara sains modern ingin memberikan bukti yang benar-benar
objektif.
Objektivikasi yang ditawarkan Kuntowijoyo (lihat
bukunya: Paradigma Islam, Muslim Tanpa Masjid dan Islam Sebagai Ilmu)
lebih realistis daripada bualan Mulyadhi yang saya kira hanya layak
didemonstrasikan bagi mahasiswa semester pertama yang mengambil
298
matakuliah Filsafat Ilmu. Itupun kalau kita ingin melihat mereka tersesat
dalam memandang sains.
Objektivikasi Kuntowijoyo lebih objektif karena dia tidak
menawarkan epistemologi dogmatis dalam usaha mengobjektivikasi nilai-
nilai Islam menjadi sains. Yang dilakukan Kuntowijoyo tidak jauh beda
dengan metode ferivikasi yang dilakukan saintis umumnya.
Saya kira tidak ada unsur yang "najis" yang dilakukan para saintis
dalam menyusun epistemologi sebagai alat ferivikasi ilmu. Mereka
menggunakan perangkat indra dengan mempertimbangkan batas nalar dan
rumusan logika yang telah menjadi kesepakatan bersama sehingga sains
dapat menjadi sajian mentah yang dapat dikonsumsi bersama dan bebas diuji
oleh siapapun dan untuk kepentingan apapun.
Sajian-sajian sains yang telah mapan yang telah mengalami
pengujian ratusan kali dan kenyataannya sejelas satu tambah satu adalah dua
seperti teori bumi mengelilingi matahari bila bertolak belakang dengan
dogma atau keyakinan apapun, maka dogma dan keyakinan itulah yang harus
diferifikasi. Sementara Al-Qur'an dan Hadits, alih-alih dianggap takut untuk
diferivikasi, malah oleh Kuntowijoyo ditawarkan. Bahkan para pemikir-
pemikir Barat yang jenius mengakui Al-Qur'an tak akal guncang menghadapi
pengujian epistemologi modern yang jujur itu.
Kebanyakan para pemikir muslim mengeluhkan sains modern tidak
"menemukan" "hal-hal mistik" yang mereka yakini. Mereka menuding
Filsafat Ilmu memiliki ontologi yang "pincang" karena tidak memasukkah
hal-hal di luar jangkauan akal dan indra sebagai bagian dari
penelitian.Padahal kita mengkaji sains untuk sebagai alat memudahkan hidup.
Jadi apakah Tuhan dan para malaikat mau dikategorikan sebagai alat?
Untuk menjadikan Tuhan, malaikat dan eskatologi "sebagai alat", Al-
Attas menawarkan ketiga itu masuk ke dalam bagian ontologi sains. Pada
wilayah epistemologi, Mulyadhi mengkritik sains modern yang hanya
menjadikan panca indera manusia sebagai sarana memperoleh pengetahuan.
Menurutnya, banyak hal yang tidak terjangkau indera--yang menurut Al-
Attas juga harus dimasukkan ke ranah ontologis--tidak boleh dinafikan
menurut Mulyadhi. Padahal sains modern sudah menggunakan berbagai alat
bantu menjangkau yang tak terjangkau indera. Mereka terlalu memaksakan
hal-hal yang tidak dapat menjadi konsensi umum dimasukkan ke dalam
ontologi dan epistemologi. Maaf: mereka memaksa agar ada miksoskop yang
mampu mendeteksi wujud Tuhan.
Padahal hal-hal yang tak terjangkau akal, yang menjadi dogma kaum
muslimin tidak pernah disinggung oleh saintis. Para saintis
benani nyeleneh seperti mengatakan Tuhan tak ada di bulan setelah mereka
ke bulah atau seperti Stephen Hawking yang mengatakan bahwa tidak ada
299
yang namanya Tuhan dibalik penciptaan alam semesta setelah sebelumnya
para agamawan terlalu memaksakan kitab suci mereka (atau dogma mereka)
supaya diterima sains. Mengenai pernyataan Hawkin: Tangan Tuhan juga
tidak terlihat saat dia "menarik" batang pohon saat Dia menumbuhkannya.
Untuk mensukseskan gagasannya Al-Attas dalam "Islam dan
Filsafat" (Bandung: Mizan, 1995: 34), menjelaskan lima tahapan proses
cerapan indera hingga menuju pemahaman: (1) common sesnsesebagai tahap
akal yang bekerja mengabstraksikan cerapan panca indra ke dalam akal;
(2) represiyaitu penyimpanan data dari indra; (3) estimasi adalah membentuk
opini dengan cara mencari hubungan antara cerapan-cerapan indera yang
baru dengan apa yang telah sebelumnya tersimpan dalam memori akal:
selanjutnya (4) al-hafidz-adz zikir yaitu ingatan-ingatan guna manyimpan
estimasi; dan terakhir (5) al-mutakhayyirah atau imajinasi yang bekerja
sebagai penghubung antara "rupa-rupa" yang telah terbentuk dalam pikiran
dengan bertuk yang ada pada alam materi.
Kelima proses di atas menurut Al-Attas adalah potensi-potensi yang
hanya dimiliki manusia. menurutnya, potensi inilah yang menjadikan
manusia berbeda sama-sekali dengan hewan.
Bahkan masih-masing jenis hewan berbeda sama-sekali kesan yang
ditangkap melalui inderanya. Allah meminta pertanggung jawaban
pada telinga, mata (indera)--atas segala yang pernah dicerap--danhati atau
akal (dalam pandangan Al-Attas akal, hati dan jiwa adalah ruh juga.
lihat: Filsafat dan Praktik Pendidikan Islam SMN Al-Attas terbitan Mizan)
atas segala ide dan gagasan yang ditimbun dari hasil cerapan indera.
Saya kira bila lima tahapan proses itu diajukan pada saintis, mereka
tidak akan menolak teori itu meski mereka tidak menerimanya karena hal-hal
tersebut tidak termasuk bagian kajian sains.
Potensi-potensi inilah yang membuat Adam mampu memberikan
nama-nama bagi setiap objek sehingga membuat malaikat tercengang.
Ketidak-tahuan Iblis akan potensi ini mungkin dapat menjadi salah satu
alasan Iblis enggan bersujud. Ketika Allah memfirmankan Dia mengajari
Adam nama-nama benda, bukan berarti mendiktekannya seperti anak-anak
yang belajar mengenal huruf, namun dengan mengilhamkan potensi ini.
Dengan majunya sains, saya kira para pemikir muslim takut generasi
ke depan akan terlarut ke dalam ranah sains sehingga menjadi alatnya sains,
kebalikan yang seharusnya, yakni sains sebagai alat. ameski demikian,tidak
tepat kiranya menjadikan sains sebagai sarana mengenal Allah. Sains beserta
filsafat sains harus terus difungsikan sebagai ilmu yang jujur, murni dan
objektif agar dapat terus menjadi konsesi kita semua.
300
Sementara pengenalan Allah adalah melalui Kitab Suci Al-Qur'an
dan Hadits Rasulullah. Kedua sumber inilah Tuhan yang Maha Benar dapat
di kenal. Bukan sains.
Mengenai ketakutan generasi ke depan akan tercerap ke dalam sains
dan akan menjadikan sains sebagai satu-satunya cara pandang, atau bahkan
sebagai sarana tunggal untuk mencari Tuhan, hal ini tergantung sejauh mana
kita mampu membekali anak-anak kita dan diri kita sendiri dengan
pemahaman Al-Qur'an dan Hadits yang benar.
Bekali anak-anak kita dengan Al-Qur'an dan Hadits. Biarkan sains
terus berkembang bersama kejujurannya sehingga di masa depan anak-anak
kita dapat semakin dalam keimanannya ketika mereka bersentuhan dengan
sains. Sebab, bagi orang yang tidak punya bekal tersebut, walaupun langit
dibelah, segala misteri alam disingkap, binatang melata keluar dari bumi
dan bersuara mengatakan Allah adalah Tuhan, atau seperti Bani Israil yang
telah ditampakkan sepercik pancaran sinar Allah, walaupun segala
penemuan di masa depan memperlihatkan bukti yang lebih jelas daripada
mata mereka melihat bulan purnama di malam tanpa awan bahwa Al-Qur'an
adalah benar, Allah Tuhan Yang Esa, Muhammad adalah Rasul utusan
terakhir dan wajib diikuti, mereka tetap takkan beriman karena "Telah ditutup
Allah pada hati mereka. Dan pada pendengaran mereka. Dan pada
penglihatan mereka diberi hijab" (QS. Al-Baqarah: 7).

301
Manajemen Konflik Formal

Rezim dulu melarang banyak hal untuk dikonsumsi masyarakat.


Rezim kini memberikan pada masyarakat untuk mengkonsumsi apapun yang
mereka inginkan namun mengatur sedemikian rupa agar masyarakat tidak
mampu mengakses apapun yang mereka ingini.
Sebuah keteraturan, kerapian, keseimbangan dan keamanan nasional
eksistensinya sangat rentan dalam situasi yang aman, damai, tertib dan
terpelihara. Apalagi di sebuah negara yang menganut sistem yang
bertentangan dengan nilai yang dianut masyarakat mayoritas.
Karena itu diperlukan suasana yang tidak seimbang, kacau-balau dan
rusuh untuk menjaga sebuah keteraturan, kerapian, keseimbangan dan
keamanan nasional. Atas kebutuhan itu pemerintah harus sangat cerdas
menciptakan konflik.
Selain militer, pengusasa negara yang tanggung akan sangat sulit
langgeng karena tidak memiliki keahlian mengelola konflik. Kalau
penguasanya sipil, pasti akan digoyanggh oleh militer karena mereka tidak
sedia menghormat, mengawal apalagi menghamba kepada sipil.
Negara yang “cerdas” adalah negara yang menjadikan korporasi
sebagai tuhannya. Nagara mensahkan UU apa saja yang dinginkan korporasi.
Unjuk rasa penolakan UU yang pasti terjadi oleh mahasiswa adalah
sosialisasi gratis atas UU itu.
Rakyat di negeri tanggung adalah penonton drama. Hati mereka
campur-aduk. Lakon dapat disortir secara alami s, karena selain gratis juga
lebih menjiwai perannya. Di samping itu, drama-drama itu adalah strategi
untuk menghambat pemikiran kaum cendikiawan berhenti berkembang dan
hanya sibuk mengurus dan mengomentari sandiwara-sandiwara.
Personil personil pengintai harus dilatih sebaik mungkin agar Negara
memperoleh banyak informasi di tengah masyarakat. Informasi itu mereka
jadikan pijakan bagaimana dan model apa konflik yang cocok dan
layak dimainkan. Personil-personil pengintai juga bisa dimanfaatkan untuk
mengobarkann bibit konflik. Mereka berguna juga sebagai provokator dan
kemudian mereka berguna untuk melerai konflik.

302
Manajemen Konfik Formal II

Pertama yang perlu kita ketahui adalah rezim kini rezim


pembodohan. Masyarakat terus dihidangkan konflik. Dengan itu kaum
terpelajarnya sibuk membicarakan masalah. Sibuk membicarakan drama yang
sedang disortir rezim. Rezim menghambat pertumbuhan kecerdasan
masyarakat. Orang-orang paling pintar mentok pada persoalan kebangsaan.
Demikian rezim ini mengatur level intelektual masyarakatnya.
Sebuah organisasi dibangun (malah banyak organisasi dengan
banyak model konflik dengan sistrm dan struktur yang rapi) sebagai wadah
manajerial dan operasional konflik. Mereka sadar ketertiban, keteraturan,
kerapian dan kestabilah tidak berada dalam lingkungan yang "adem-ayem"
melainkan pada situasi konflik.
Mereka sadar situasi "adem-ayem" memiliki potensi besar untuk
munculnya konflik. Konflik yang terjadi secara spontan akan membahayakan
negara karena sulit dilacak jejak dan pemicunya. Karena sulitnya menemukan
"titik api", kebakaran hutan akan sulit dipadamkan.
Masyarakat yang terlibat konflik alami akan sulit diatur karena tidak
tahu "arah tidur"nya ke mana. Sementara masyarakat yang terlibat konflik
rekayasa mereka, akan dengan mudah mereka kendalikan karena posisi
mereka persis seperti lakon. Dan mereka adalah dalang.
Hebatnya "para dalang" kita sekarang adalah benar-benar bagus cara
bermainnya. Mereka adalah dalang perpengalaman sehingga menjiwai
seluruh isi cerita. Mereka juga menguasai panggung, wayangnya, layarnya
dan para penontonnya. Sehingga pada masyarakat terlihat konflik yang
mereka bangun sangat alamiah dan murni. Jadi, tanpa segan-segan
masyarakat mencurahkan segenap energi untuk turut andil dalam drama
pemerintah.
Para aktivis misalnya, adalah bintang iklan gratis dalam
mensosialisasi sebuah Undang-undang dengan unjuk rasa dan protes terhadap
UU yang akan disahkan. Padahal segala UU adalah pesanan korporasi.
Pesanan untuk melegalkan penindasan terhadap rakyat. Rezim ini adalah
rezim pembodohan!

303
Indonesia adalah Negara Hindu

Tradisi Hindu yang melarang membaca Weda bagi awam turut diwariskan
bagi peradaban Islam di kawasan-kawasan bekas Hindu yaitu dengan melarang awam
membaca dan merenungkan makna Al-Qur'an secara otododak. Di Nusantara, Al-
Qur'an hanya boleh diberi arti oleh Kyai, Teungku dan Syeikh. Dengan itu
progsesifitas pemikiran Islam menjadi terhambat. Salah satu akibatnya adalah setelah
kolonialis minggat, ummat Islam Nusantara menjadi lupa bahwa Islam hadir tidak
hanya menawarkan nilai namun juga sistem untuk menjaga nilai.
Kekeliruan para perumus Pancasila yang menjadi dasar negara yang secara
bulat dan mentah mengadopsi nilai-nilai Hindu menjadi dasar negara dan mereka
mengira itu adalah Islam bukan hanya karena mereka tidak mau menjadikan Islam
sebagai landasan namun juga karena mereka tidak paham sistem perpolitikan Islam.
Ketidakpahaman ini karena tidak adanya budaya pemikiran dalam Islam yang
berlaku di Nusantara. Jadi meskipun agama mayoritas ummatnya adalah Islam,
namun para perumus sistem itu lebih menjiwai nilai-nilai Hindu yang telah lama
mengakar. Nilai-nilai Hindu ini terbawa juga dalam sistem belajar mereka.
Sementara kenapa beberapa tata politik Islam sempat berkembang di
Nusantara? Karena para elit politik karajaan-kerajaan Islam seperti Demak, Banten
dan Mataram Islam tidak lahir dari masyarakat melainkan dari sebuah isolasi.
Akar masalah kenapa Indonesia selalu kacau-balau karena sistem Pancasila
itu sebenarnya dari Hindu bukan Islam. Banyak tokoh yang mencoba mengaitkan
Pancasila dengan Islam. Alasan utama mereka adalah setiap butir dari lima sila itu
mengandung nilai-nilai Islam. Padahal yang namanya nilai-nilai kebaikan itu
dikandung oleh semua agama tidak terkecuali Islam.
Semua agama pada prinsipnya menyerukan bertuhan pada Tuhan yang Satu;
memerintahkan untuk: adil pada manusia, menjaga persatuan, suka bermusyawarah
dan berlaku adil. Meski dalam Islam kelima nilai itu terkandung, namun pada
prinsipnya dasar itu diambil dari Hindu, bukan Islam. Jadi kalau ingi melihat
bagaimana sebuah negara yang berdasarkan Hindu, lihatlah Indonesia.
Di sini saya tidak mengajak membenci pada umat Hindu, namun yang
menjadi sumber masalah adalah nilai-nilai milik minoritas (Hindu) dipaksakan pada
mayoritas. Akibatnya adalah masyarakat tidak memiliki kesadaran dari nurani untuk
menghayati nilai-nilai dari dasar negara itu. Karena bertolak-belakangnya antara nilai
luhur dalam dada mayoritas masyarakat dengan dasar sistem kuasa yang ada, maka
pada tataran aksi yang terjadi adalah kecurangan dan pengkhianatan karena bertolak
belakangnya antara nurani dengan perbuatan. Buktinya hampir semua para pemangku
kebijakan negara dan kemaslahatan orang banyak melakukan pelanggaran pada nilai-
nilai Pancasila. Sangat mudah mereka mengkhianati Pancasila. Kenapa? Jawabannya
satu: karena prinsip dan nilai dalam dada mereka bertentangan dengan prinsip nilai
yang mereka harus patuhi. Jangan khianati

304
nurani karena kedengkian hati yang menyebabkan hati buta. Mari sekali ini
kita tidak munafik! "Mari lihat ke dalam diri, mari dengar suara hati.
Jangan khianat, rasa dengki. Bukan begitu disuruh Nabi" kata Rafly si
penyair Aceh.
Tak dipedulikannya nilai luhur mayoritas adalah berseberangan
dengan prinsip demokrasi yang diusung. Ini artinya Negara kita tidak
demokratis. Lagi pula demokrasi adalah sistem yang buruk karena hanya
mementingkan kepentingan 51 persen masyarakat dan mengabaikan yang 49
persen lainnya.
AM Fatwa mengatakan bahwa Pancasila itu dari nilai Islam. Padahal
dia sedang menipu hati-nuraninya sendiri. Dia dan orang-orang yang pernah
merasa bingung dalam perdebatan antara Islam dan Pancasila lalu
memperoleh kenikmatan harta dari Pancasila memilih mengaitkan Islam
dengan Pancasila yang memang sangat mudah dikaitkan itu.
Orang-orang yang mencoba mengaitkan nilai Pancasila dengan teks
suci agamanya adalah mereka yang tersadar atau lebih lebih tepatnya
menyerah pada kenyataan bahwa prinsip dan nilai yang telah baku ini kita
tidak bisa melawan. Kita tidak bisa berbuat-apa apa. Kita persis seperti lakon-
lakon dalam drama "Topeng Kayu". Sambil menyadari ini sambil kita
mencari pembenaran diri. Kebetulan pula kita teringat hadits: Ijtihad yang
salah pahalanya satu. Subhanallah. Kita lupa teks lain: Allah maha kuat,
jangan takut kecuali pada Allah.
Ingatlah nurani mayoritas mereka juga sama seperti kita. Namun
karena digaji dua juta rupiah sebulan mereka mati-matian membela prinsip
yang bertentangan dengan nuraninya. Hanya yang nuraninya kuat, hatinya
suci saja yang tidak bisa dicuci denga uang dua juta rupiah. Adakah nurani
kita dua juta rupiah harganya? Tidak! Perniagaan dengan Allah itu
balasannya surga yang luasnya melampaui langit dan bumi. Kemewahan
surga melampaui istana sembarang raja dan semua penguasa.
Ada juga kalangan yang menawarkan objektivikasi nilai-nilai Islam
ke dalam sistem negara. Masalahnya adalah ketika diobjektivikasi, nilai-nilai
itu menjadi nilai universal. Ketika menjadi nilai universal, sistem itu tetap
tidak dapat integral dengan hati nurani sebab pada prinsipnya kehendak,
nurani dan kecenderingan yang menjadi dasar spirit manusia itu punya naluri
mempertahankan. Salah satu cara kerja naluri itu adalah menyingkirkan hal-
hal yang bukan dari bagian dirinya demi mengamankan diri.
Nilai-nilai universal itu bukanlah milik diri, dianya menjadi milik
bersama dan dalam kebersamaan manusia selalu mecoba mempertahankan
milik pribadi. Hal ini berbeda (tidak boleh dianalogikan) dengan hal-hal
materialistik seperti harta yang harus disumbangkan: Menyumbangakan
305
nyawa lebih baik menurut manusia daripada "menyumbangkan" prinsip dan
nilai dimiliki.
Karena itu, solusi atas permasalah Negara kita adalah menejadikan
orang Hindu yang masih benar-benar memahami, menghayati dan
mengamalkan prinsip nilai Hindu dengan benar sebagai pengatur seluruh
kebijakan negara di seluruh tingkatan agar nilai-nilai Pancasila dapat
terlaksana dengan baik dan benar.
Namun karena mayoritas rakyat Indonesia bukan Hindu, maka sistem
negara Pancasila harus menggunakan tangan besi karena hampir semua
masyarakat yang diatur itu sebenarnya tidak mau diatur oleh sistem itu.
Marilah kita untuk tidak mensakralkan apapun kecuali Kalimah
Syahadat. Sebab saya melihat sudah sangat banyak dari kita yang mencoba
menghayati dan menyegarkan kembali nilai prinsip negara namun tetap
malah membuat Nusantara semakin kacau-balau.
Saya mengkritik warisan Hindu pada aspek-aspek sakral atau
menyangkut kaidah keagamaan, terutama pada ranah teologis dan memberi
ruang gerak yang longgar pada aspek cara berkehidupan keseharian (baca:
kebudayaan). Kenapa saya sempat berfikir demikian? Karena nyatanya
sistem Hindu yang diperkenalkan di Nusantara tidak memiliki aturan-aturan
nilai yang konkrit, telalu abstrak sehingga sangat mudah dimaknai menurut
kehendak pribadi. Pada setiap tindakan yang berlandaskan kepentingan
pribadi sangat mudah dicari pembenarannya untuk membela diri. Hal ini
mengingatkan saya pada aturan-aturan hukum yang ditetapkan di Republik
ini. Poin-poin aturan hukum kita sangat multi tafsir sehingga siapa yang
mampu membayar penafsir hukum (jaksa, polis, hakim dll) terbaik, dialah
yang diusung sebagai orang yang paling benar.

Istri-istri Gila-gila

Kalau tidak banyak-banyak menumpahkan tinta di atas kertas saya


merasa berdosa dengan darah kakek buyut saya yang menumpahkan darah
demi rakyatnya, demi marwah bangsanya.
306
Tapi sayangnya yang lebih banyak tumpah air mata saya karena
banyaknya dosa-dosa saya yang kebanyakannya datang dari kedua mata.
Sore-sore saya semakin malas saja ke masjid untuk shalat dan
mengaji. Tapi saya tidak tahan bila tidak cepat-cepat ke masjid. Pasalnya
sore-sore banyak ibu-ibu muda-muda yang kulitnya putih-putih mulus-mulus
mengantarkan anak-anak mereka yang kecil-kecil belajar mengaji di masjid.
Celana mereka yang pendek-pendek menjemur kulit-kulit mereka yang mulus
mulus ke hadapan mata-mata anak muda yang nakal-nakal seperti saya.
Suami-suami mereka biasa-biasa saja aurat-aurat istri mereka jadi
milik mata-mata bersama. Suami-suami wanita-wanita di Jakarta memang
"baik-baik". Aurat istri-istrinya boleh jadi milik bersama.
Dalam kacamata saya mereka-mereka adalah orang-orang gila.
Indonesia memang lokalisasi orang gila. Indonesia bisa dikatakan rumah sakit
jiwa paling luas di dunia. Tapi tidak bisa juga dikatakan rumah sakit karena
orang-orang yang sakit jiwa ini tidak sedang diobati. Tapi boleh juga
dikatakan 'rumah sakit' karena ada dokter jiwanya lengkap peralatan
medisnya. Doter-dokternya adalah ustadz-ustadz dan para pemimpin-
pemandu zikir. Alat-alat medisnya adalah buku-buku penyegaran rohani yang
banyak bergentayangan di mana-mana.
Pada dasarnya manusia ingin dikenal luas. Ingin tersohor, jadi pusat
perhatian. Karena itu ibu-ibu muda dan gadis-gadis tidak punya hal lain untuk
dijadikan alat agar mereka diperhatikan selain aurat dan mengecat muka
senorak mungkin. Atau, memamerkan bokong dan selangkangan secara
vulgar dengan memakai yang ketat-ketat.
Penyakit tersebut termasuk penyakit jiwa kronis. Namun
masyarakatnya tidak menggolongkan mereka sebagai orang gila karena
hampir semua masyarakatnya seperti itu. Karena gila atau tidak adalah
konsensi.
Gila dimulai dari beban pikiran yang membuat aliran darah ke otak
tidak stabil. Kondisi ini membuat urat-urat syaraf terganggu. Karena itu,
penyakit psikologi tidak ada yang tidak berhubungan dengan kondisi fisik.
Bahkan saya meyakini antara fisik dengan psikis tidak ada dualisi.
Kita dapat menyembukan orang gila denga latihan-latihan. Pertama
kita harus memposisikan mereka sebagai orang normal. Secara perlahan pola
pikir mereka akan berubah. Seiring denga perubahan pola pikir akan
memperbaiki kondisi saraf dan otak. Usaha ini memerlukan kesabaran tingkat
tinggi dari orang-orang yang menginginkan mereka sembuh.
Banyak orang gila sulit disembukan karena kondisi saraf dan otaknya
telah terlalu parah. Sementara saraf yang fisik itu tidak bisa diobati secara
klinis.
307
Hampir semua orang yang pernah gila dengan mudah dapat kembali
gila. Kenapa? Seperti penyakit-penyakit klinis lainnya, bila sekali mengidap,
selanjutnya selalu dapat kambuh kembali.
Katanya orang yang syahid sebagai syuhada dapat merekomendasi
tujuh puluh orang masuk surga. Moga moga tumpahan-tumpahan tinta saya
dapat membuat ayahnya kakek buyut saya bermurah hati memasukkan nama
saya dalam salah satu dari tujuh puluh orang yang beliau rekomendasi. Dan
karena saya yakin beliau tak sudi merekomendasi tukang buat dosa, saya
selalu berusaha untuk menjadi orang yang baik hati dan murah senyum.
Semoga.

Akal Lupa

Kant meneliti akal ini dengan menggunakan akal ini.


308
Aku menyerahkan hidup pada lupa. Sebenarnya semua yang di alami
tidak lekang dari akal. Tetapi banyak kejadian-kejadian setiap perseribu
detiknya tidak mampu kita memunculkan ke dalam permukaan ingatan
pikiran karena dia sibuk mempersepsikan milyaran hal baru setiap seperjuta
detiknya.
Semakin kita mencoba memunculkan pengalaman yang terlupakan
kepermukaan untuk dapat diingat kembali, semakin sulit dia muncul
kepermukaan karena pikiran terhambat pada konsenterasi tertentu.

Sudut pandang Teori Evolusi

309
"Tepuk tangan bagi big-bang baru terjadi setelah lima belas milyar
tahun ledakan itu terjadi" kata Gaarder. Pertanyaan saya, perlukah beberapa
milyar tahun lagi bagi kita untuk mempercayai teori evolusi.
Saya mengapresiasi teori evolusi dari sudut pandang sastra dan
filsasat. Teori itu tidak memperoleh ruang di sudut manapun dari segi ilmiah.
Juga saya dapat mempercayai teori Big-bang secara filosofis, namun
saya kira teori itu tidak relevan sama-sekali secara ilmiah.

Nikah

310
"Gejala dunia dan hakikat hayat, semua mimpi, khayal, tipuan sesaat cuma"
Ummar Khayyam
Ada adat yang berlaku di masyarakat Melayu. Bahwa pengantin
prialah yang menetap di rumah penagntin perempuan. Pengantin pria tidak
boleh keluar rumah selama seminggu pasca pernikahan.
Dalam hukum Islam, laki-laki dewasa wajib ke masjid untuk shalat
berjamaah bila dia mendengar suara azan. Maka terlihatlah adat yang tidak
disyariatkan ini bertentangan dengan syariat.
Saya memberi apresiasi yang sangat besar bagi sebuah sistem budaya
setiap pelosok bumi masyarakat. Karena saya yakin setiap sistemnya adalah
solusi terbaik yangditemukan masyarakat secara alami melalui proses evolusi
yang sangat sinergi.
Kita maklum bahwa di masa lalu pengantin wanita dan prianya hanya
melakukan pendekatan dan pengenalan pasca nikah. Karena itu perjumpaan
mereka paska nikah harus intens. Lagi pula keluarga wanita sangat ingin
melayani menantu mereka dengan sebaik-baik dan seramah-ramahnya.
Karena itu saya mendukung konsensi budaya ini. Namun bagaimana dengan
kewajiban agama?
Saya melihat pengantin pria adalah musafir. Jadi dia boleh menjamak
shalatnya. Karena itu ada toleransi baginya untuk tidak ke masjid.
Perlu diketahui, yang namanya tidak boleh keluar rumah tidak sekaku
yang kita pahami. Maksud sebenarnya adalah pengantin pria tidak boleh dulu
bekerja mencari uang atau nafkah.
'Tidak boleh keluar rumah' itu adalah sebagai istilah saja. Bahkan
waktu bulan madu itulah masanya bagi pengantin pria untuk bersosialisasi di
tengah masyarakat barunya. Biasanya dia datang ke warung-warung kopi
untuk bersosialisasi. Kaum pria di kampung biasanya berkumpul di mushalla
atau surau untuk shalat berjamaah. Maka cara terbaik bagi pengantin baru itu
untuk bersosialisasi adalah dengan shalat berjamaah ke surau atau masjid.
Cukup beritahukan semua. Lalu menikahlah. Karena kamu bukan
raja. Tak perlu undangan seribu. Tak perlu pesta-pora. Tak perlu pelaminan
yang agung, karena kamu bukan raja.
Tapi ingat, perjuangan setan belum berakhir setelah kamu menikah.
Kalau menikah hanya untuk memperturut syahwat, kamu akan
bercerai karena syahwat.
Buku-buku yang menganjurkan pernikahan dini jangan
mempengaruhimu. Untuk membangun sebuah rumah tangga perlu
kematangan pikiran dan kesiapan materi. Permasalahan yang dihadapi orang
yang telah menikah jauh lebih besar daripada kelihan yang dirasakan
bujangan.
311
""Hargai detik berharga ini tinggi-tinggi, itulah buah tunggal hidup
kita, Bujang." Anggaplah kesepian ini sebagai sebuah permainan. "Permainan
yang tak pernah berakhir ini sangat mengasyikkan" (Ahmad Wahib)
Tidak semua pengetahuan membuat kita semakin baik, tapi semua
wanita perlu mengetahui ini: Laki-laki mencintai seperti keledai dan
perempuan mencintai seperti Tuhan. Maka berhati-hatilah, hai perempuan.
"Kalau hendak menurut biar berakal. Kalau hendak mengikut, biar pintar"
ingat pesan ini hai perawan.
Kini kusadari cinta sejati tak membutuhkan badan. Maka janganlah
terburu-buru, hai Bujang.
Setiap tanggungjawab taruhannya selalu nyawa. Maka aku yakin kau
bujang belum siap menikah."Kita adalah wayang dan langit sebagai dalang.
Dalam kenyataan sebenarnya dan bukan sebagai kias semata.Sejenak kita
berperan di pentas ini lantas kitapun mesti masuk ke satu kotak lupa" ingat
pesan Khayyam, Kawan.
Setiap keputusan, sekecil apapun, taruhannya selalu nyawa. Karena
itu keputusan segera menikah adalah pilihan terburuk.
Sementara aku? "Restu dan jasamu akan menjadi kekuatanku."
Biarkan aku bernyanyi:
Karena tak bersama
Cinta semakin luar biasa
Sebab tak bersatu
Cinta semakin menggebu

Tuhan adalah Tukang Kebun

312
Tampaknya Tuhan tidak mau berlama-lama lagi memerintahkan
malaikatnya untuk meniup sangkakala. Kenapa? Karena manusia semakin
lihai saja dalam menggunakan otaknya. Kemampuan otaknya itu sering
difungsikan untuk mengakal-akali perintah Allah.
Belakangan banyak manusia yang mengeluh terlalu sibuk dan tidak
punya waktu. Sementara mereka harus melakukan banyak hal. bahkan untuk
shalatpun tidak sempat. Mereka mengeluh dengan adanya perintah puasa
dengan alasan puasa mengurangi produktivitas kerja.
Keluhan lainnya adalah dengan tibanya malam, mereka harus
mengurangi aktivitas kerja. Karena itu mereka berharap agar 24 jam siang
terus.
Karena itu manusia tampaknya sedang merencanakan sebuah proyek
pembuatan kaca ukuran mahabesar.Kaca ini akan diterbangkan ke ruang
angkasa untuk ditempatkan pada sudut tertentu di angkasa. Guna kaca ini
adalah untuk memantul cahaya matahari agar tempat-tempat tertentu yang
diinginkan pada malam hari menjadi terang benderang seperti siang.
Kerjanya seperti bulan yang memantul cahaya matahari.
"Lho, bagaimana dengan cuaca di bumi. Awan dapat saja menutupi
cahayanya?" Tenang. Terang yang dihasilkan hampir sama persis seperti
terangnya matahari menyinari. Jadi awan tak mengganggu pantulan sinarnya.
Memang manusia dapat menghemat energi dengan proyek raksasa
itu, namun mereka juga akan menyangkal apabila diperintahkan shalat
maghrib, isya dan subuh. Alasan mereka malam sudah tidah ada dan matahari
tidak pernah tenggelam. Shalat bagi mereka tinggal zuhur dan asar, itupun
digabungkan dalam satu waktu setelah belakangan mereka terkena mazahab
syiah.
Tampaknya Tuhan harus segera menggulung langit dan melipat bumi
sebelum akal manusia menjadi lebih cerdas. Sebelum manusia berhasil
merakit mikroskop yang dapat menangkap wujud-wujud setan dan malaikat.
Sebelum ahli futurologi dapat memastikan seseorang akan masuk surga atau
masuk neraka hanya dengan melihat raut wajahnya.
Tampaknya gunung-gunung harus segera diterbangkan sebelum filsuf
terlalu yakin Tuhan adalah pengecut.

Tapi aku yakin kiamat akan segera datang sebelum saintis berhasil
membuktikan Tuhan adalah tukang kebun.

Kata Penentu Dunia

313
"Dunia adalah perwujudan ide yang utuh dan abadi", kata Goenawan.
Ide adalah kata. Kata menentukan dunia. Mungkin karena itu wahyu turun
dalam bentuk kata. Kelihatannya wahyu ingin menetukan dunia.
Kenyatannya memang begitu.
Syair juga kata, juga telah terbukti merubah dunia. Menentukan
dunia. Tapi tampaknya yang pertama memaksa dan yang kedua merayu.
Syair sifatnya menghipnotis. Mengeluarkan manusia dari alam
sadarnya lalu mendoktinnya di sana. Sekembali dari alam sana, manusia
merubah langkahnya. mereka mengikut tanpa turut.
Dalam menyeru, wahyu menjadikan manusia sebagimana petarung
yang ulung. Wahyu mengajaknya bertempur di arena sebagai gladiator sejati.
Wahyu tahu segala tindak manusia tidak keluar dari sadar . Dengan mengajak
saat tersadar, wahyu memberi sinyal bahwa akal sehat adalah lantai
permadani sega tindakan. Wahyu memberi kesadarah bahwa hidup adalah
pertarungan antara dua harimau jantan, bukan perebutan sepotong tulang
antara dua anjing kurapan di tempat pembuangan sampah.
Aku ingin menjadikan wahyu sebagai syair, biar menyentuh;
mempengaruhi tanpa memaksa.
Berdasarkan itu aku ingin memberi pesan bahwa ilmu dari hasil ide
dan gagasan bukanlah buku pedoman menjalani kehidupan. Dianya adalah
alat; bagamana cara menggunakannya, merujuklah wahyu.
Maka pesan Goenawan sepenuhnya salah. Penentu dunia bukan ide
melainkan wahyu dan pelaksana wahyu bukanlah ide melainkan konsensi.
Konsensi kita yang datang dari hasil asimilasi bebagai hasil penafsiran
wahyu. Tapi bila Anda berkata "Kata adalah penentu dunia yang utuh dan
abadi" maka: (pembaca soal kuis di tv): "Seratus buat Anda".

314
Sistematika Stigmatisasi

Kata Gus Dur, Hadits Nabi yang menyatakan perempaun menjadi


pemimpin akan menimbulkan malapetaka sudah tidak relevan lagi dengan
zaman kita. Kalau demikian halnya, maka saya curiga masih banyak hadits
lainnya yang kondisinya tidak relevan lagi. Bahkan mungkin ada beberapa
ayat Al-Qur'an yang juga kondisinya sama. Al-Qur'an tidak relevan lagi.
Memang "benar" kata Gus Dur itu, di zaman sekarang, tak peduli
perempuan atau laki-laki yang jadi penguasa, semua juga jadi pencuri.
Siapapun mereka tetap juga menyengsarakan rakyat.
Di zaman yang hedinis dan pragmatis sekarang ini, Al-Qur'an
memang tidak sesuai bagi mereka. Bagi orang-orang seperti itu, Karl Marx
sangat tepat menjadi nabinya. Bagi mereka, isi otak Max Weber adalah
paling ideal.
Arabisasi memang tidak sama dengan Islamisasi. Tapi bagaimana
kita bisa melepaskan diri sepenuhnya dari kesan-kesan Arab terutama dalam
persoalan bahasa. Sebab pedoman hidup kita berupa Al-Qur'an diturunkan
dalam bentuk bahasa. Dan Al-Qur'an itu dalam bahasa Arab.
Mengenai relefansi, maka kita harus menyepakati satu di antara dia,
kalau bukan hadits Nabi yang tidak relevan, maka otak Gus Durlah itu.
Mengenai Arabisasi, maka kita tidak bisa melepaskan diri darinya.
Kalau Gus Dur pandai menghargai budaya, maka seharusnya dia juga harus
pandai menghargai dialog dan negosiasi budaya. Terutama menyangkut
bahasa.
Mengenai Arabisasi bahasa, saya kira Arabisasi bahasa kita lebih
baik bila kita memahami sistematika stigmatisasi.

315
Garuda adalah Burung

Garuda adalah burung. Garuda bila pandai dikendalikan, bisa


dijinakkan maka akan menjadi kendaraan yang nyaman dan menyampaikan
ke tempat tujuan.
Bila dia belum bisa dijinakkan atau malah melawannya, maka kamu
tak aka bisa lari dari cakarnya. Ingatlah tipikal burung yang lebing agresif
dari singa terhadap mangsanya. Sebelum mangsanya benar-benar tak
berdaya, paruh dan cakarnya takkan pernah berhenti menteror.
Kalau tidak ingin binasa, maka kamu harus berada di belakangnya
atau di atas punggungnya. Dengan itu dia akan jinak dan tunduk pada
keinginanmu. Militer adalah penunggang burung yang ulung.PII masih di
hadapan burung itu. Karena itu dia terus dihantam. HMI telah lama naik ke
punggungnya sehingga kader HMI gemuk-gemuk.

316
Jalan Fisika

Dahulu Barat dan Timur tidak memiliki perbedaan dalam melihat


kehidupan dan segala macam berkaitan dengannya. Keduanya melihat segala
fenomena dalam hidup sebagai suatu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Dengan begitu manusia begitu berhati-hati dalam bertindak karena sadar
suatu tindakan yang keliru dapat menyebabkan kekacauan pada segala bidang
menyangkut seluruh alam dan semua kehidupan.
Belakangan para filsuf atomis Yunani menarik garis tajam antara
materi dengan ruh. Akibat adanya dualisme ini, belakangan kemudian
Aristoteles memutuskan bahwa perenungan atas pengalaman spirituan yang
immaterial jauh lebih bermanfaat daripada pengkajian terhadap alam materi.
Akibat dari pengaruh Aristoteles serta kehadiran agama Kristen dan
penguasaan gereja atas segala tindakan manusia mengakibatkan minat atas
kajian pengkajian manusia atas alam praktis mandek selama ribuan tahun.
Untunglah Galileo Galilei berani melawan sistem otoritas gereja yang
telah berlangsung ribuan tahun sehingga dia mampu menyadarkan manusia
untuk melakukan studi analitak dengan menggabungkan pengetahuan empirik
dan matematika (Chapra, The Tao Of Physics, 2009: 11) sehingga dapat
menghasilkan suatu pengetahuan yang benar-benar objektif atau dapat
menjadi konsensi bersama.
Semangat manusia untuk melakukan pengkajian atas alam timbul
karena kesadaran mereka bahwa akal pikiran manusia lebih superor daripada
alam itu sendiri. Sebelumnya, manusia mengganggap alam adalah suatuhal
yang sangat mengerikan dan sebagai penguasa dan ancaman bagi manusia.
Adalah Rene Descartes melalui semboyannya "Aku berfikir maka aku ada"
yang membuat kesadaran superioritas akal muncul.
Kesadaran akan dualitas alam materi dan non materi memang telah
lama muncul. Namun kesadaran manusia akan keunggulan pikirannya
sehingga mampu meyakinkannya bahwa akalnya mampu mengeksplorasi
alam materi barulah muncul belakangan. Issack Neuton berjasa besar dalam
membuat stigma alam materi sebagai sebuah mekanika sehingga manusia
semakin sadar akan keunggulan akalnya dalam mengeksplorasi alam.
Dualitas antara alam materi dengan non-materi perlu disusun agar
manusia menyadari batas-batas superioritas akal. Dengan itu manusia dapat
melakukan eksperimen dan eksplorasi dengan baik atas alam materi. Namun
adalah tidak layak ketika kita menarik garis pemisah itu secara materialistik.
Garis pemisah itu harus relatif seiring kemampuan akal manusia
memproduksi sarana pembantu akal dalam mengeksporasi alam.
317
Superioritas akal tidak patus dipelesetkan menjadi penguasaan yang
membabi-buta. Kesadaran akan superioritas ini layaknya dijadikan motivasi
semangat pengkajian alam untuk menemukan kebenaran.
Untuk saat ini boleh-boleh saja Fisika mengakui kefanaan setelah
quark diperbesar. Namun di masa depan boleh jadi akan ditemukan instrumen
baru yang dapat dipersepsi akal saat kecerdasan manusia mampu
mengahasilkan produk pembantu indera yang lebih baik dari yang ada
sekarang ini.
Galileo, Descartes dan Newton adalah orang-orang yang mampu
mengembalikan kesadaran manusia pada tempat yang ideal di antara segala
macam hakikat alam dan kehidupan. Karena itu jalan yang ditempuh sains
hari ini bukanlah jalan yang keliru. Sains sudah berada pada jalan yang layak
dan ideal.
Yang keliru adalah beberapa manusia yang fanatik terhadap
agamanya sehingga kerena kejumudan mereka pada kitab sucinya yang
dilandasi pada pemahaman keliru terhadap sains (karena mereka memang
awam dan pemikirnya tidak terlibat langsung dengan sains) terlalu gemar
mengkritik jalan yang ditempuh sains dan selalu menyudutkan sains tanpa
alasan yang jelas serta mengunggulkan kitab sucinya tanpa alasan yang jelas
pula.
Di samping karena kurangnya pemahaman, tindakan agamawan yang
seperti ini juga muncul karena ketakutan mereka akan penemuan-penemuan
ilmuah yang mereka khawatirkan tidak sejalan dengan isi pedoman kitab
suci. Mereka khawatir kecenderingan atas sains akan membuat umat tidak
percaya lagi pada kitab suci.
Padahal yang membuat umat terlalu cenderung pada sains
dibandingkan isi ajaran kitab suci adalah karena kegagalan agamawan dalam
memberikan pemahaman yang benar dan cukup pada ummat. Kalau memang
agamawan mereka kitab suci mereka benar dan ummat telah mereka bekali
dengan pemahan dan kesadaran agama yang cukup. Maka cukup bagi mereka
mempelajari dan memahami cara kerja sains. Dengan itu, mereka akan
menemukan suatu kesadaran utuh bahwa sains memang lurus, lugu dan polos.
Dengan itu tak perlu lagi ada perdebatan: yang menentukan usia
adalah nyawa atau jantung? Pemahaman yang benar akan sains akan
menimbulkan kesadaran bahwa nyawa hanya bisa bertahan pada organ yang
normal, stabil dan memungkinkannya berada: kita akan paham bahwa nyawa
dan jantung hanyalah sebuah alasan agar akal manusia mengerti, agar
manusia paham.

318
Da'wah Satu Pesan

Dahwah di pedesaan atau dusun sebenarnya hanya membawakan satu


pesan dalam durasi ceramah yang berjam-jam. Yang membuat dianya sampai
berjam-jam adalah kisah cerita panjang lebar yang disampaikan untuk
memberikan contoh dan pelajaran mengenai satu-satunya konsenterasi pesan
yang dibawa.
Kenapa pula jamaah bisa sanggup mendengar ceramah yang berjam-
jam yang penceramah hanya membawakan satu pesan moral saja? Satu,
karena dalam penyampaian ceritanya mubaligh sering menyisipkan humor-
humor menggelitik yang sangat dekat dengan keseharian masyarakat, baik
dalam segi tindakan-sehari-hari maupun bahasa yang sangat mengibu. Kedua
karena bahasa yang disampaikan gua banget, bahasanya masyarakat
setempat. Tiga, karena tema yang diusung karena hanya satu konsenterasi
pesan moral, maka masyarakat mudah mencernanya.
Belakangan di tempat yang agak sedikit kota, contoh pesan moral
diangkat dari kisah buku-buku populer di masyarakat kota banget. Misalnya
kisah yang diangkat diambil dari buku-buku bertema sufistik karya Jalaluddin
Rakhmat.
Melalui kutipan buku Rakhmat oleh mubaligh dari perkotaan, tanpa
disadari dan tanpa mau dipedulikan oleh jamaah yang dari dusun yang
memang sunni benar dari ubun-ubun mengakar hingga sum-sum: telah
terasuki pemikiran syi'i.

319
Tuhan

Manusia punya sifat-sifat menyerupai Tuhan. Ketika manusia mampu


membersihkan diri dari segala ketertarikan dunia dan mampu menguasai
hawa nafsu makan dia menjadi serupa dengan Tuhan.
Hal membedakan antara manusia paling mulia dengan: 'Tuhan',
'Allah', 'Rabb' 'Ilah' adalah kata-kata itu memiliki makna sebagai Dzat yang
baginya penyembahan, pengabdian, penundukan. Sementara penyembahan,
pengabdian, penundukan tidak berlaku bagi selain Dzat Satu itu.
Di alam di mana akal masih dipakai segalanya perlu diklasifikasi
agar dapat dikenal. Di alam sana, Tuhan dengan hamba saja tiada beda.

320
Esensi Demokrasi

Usahakan manusia-manusia mulia saja yang tercipta karena bila ingin


menjadi tinggi kau harus dilihat dari kacamata-kacamata kemuliaan
manusia-manusia adalah cermin pribadimu dari merekalah kamu dinilai.
Inilah esensi dari demokrasi. Bila telah berada di puncak tahta kamu
mengusahakan rakyatmu menjadi bodoh agar kau tak tersaingi kamu akan
mendapatkan kelanggengan. Pujuanpun akan selalu mengalir tapi ketahuilah
kamu diapresiasi oleh orang-orang bodoh.
Aristoteles malu setengah mati dan tiga hari tidak berani keluar
rumah karena dipuji dan dianggap cerdas oleh masyarakat awam. Dia sadar
dianggap cerdas oleh rakyat awam adalah penilaian dari orang bodoh. Dan
artinya dia juga bodoh. Kita sadar menjadi orang paling bodoh diantara
orang-orang paling unggul jauh lebih baik daripada menjadi orang paling
pintar diantara orang-orang paling bodoh.
Negara demokrasi punya dua arah. Pertama rakyatnya adalah orang-
orang cerdas dan beriman semua. Kedua rakyatnya adalah orang-orang yang
bodoh dan keras kepala. Demokrasi yang diharapkan Masyumi adalah
demokrasi yang pertama. Kalaupun kondisinya adalah yang kedua, maka
segala daya dan upaya harus diusahakan dan dijadikan prioritas paling utama
supaya tercipta kondisi yang pertama.
Maka bila kondisi model pertama yang ada, maka Inya' Allah negara
akan senantiasa sejahtera berada dalam keridhaan Allah senantiasa. Yang
dipiling menjadi anggota parlemenpun adalah orang-orang yang benar-benar
takut pada Allah dan pemberani semua, bukan mantan preman atau para artis.

321
Di Sawah

Di Sawah provokasi telah sukses seratus persen. Amcaman bahaya


kelaparan dan krisis pangan adalah kebohongan yang paling ampuh oleh
mereka yang punya kepentingan menjual pupuk dan bibit-bibit. Akibatnya
kita tidak agi makan beras melainkan makan bahan kimia.
Dulu di sawah malah kita bisa memancing. Ikannya besar-besar.
Sekarang burung putih mirip bangaupun sudah tidak sudi ke sawah yang
basah karena tidak ada sebiji makhluk hiduppun di sawah. Tidak ada
makhluk hidup yang mampu bertahan di tengah-tengah cairan pertisida
kecuali keong emas dah hama-hama lainnya. Padahal keanekaragaman hewan
di sawah yang basah semakin membantu mensuburkan tanah.
Nasi yang kita makan sekarang bukanlah nasi, dianya adalah pupuk
kimia yang membuat pertemuan dengan orang-orang yang dicintai di dunia
ini cepat berakhir. Semua itu mempercepat mati. Orang yang hidup dengan
makan pupuk kimia nasibnya sama dengan orang Etophia yang mati
kelaparan.

322
Pengelola Negara Bajingan

Pengelola dan pengambil kebijakan negara ini memang bajingan lahir


dan batin. Sebuah tempat pendaratan ikan yang dibangun hanya
mengeluarkan uang rakyat beberapa ratus juta saja dijadikan sarana untuk
melalukan pengutipan dari nelayan dan pengguna sarana sampai waktu tak
ditentukan. Fasilitas umum lainnya seperti pasar, jalan, jembatan dan lainnya
juga diperlakukan sama. Katanya fasilitas-fasilitas itu dibangun dari hasil
pajak. Tapi kenapa setelah selesai tetap dipungut biaya. Katanya untuk biaya
perawatan. Tapi tampanya perawatan tidak diperlukan dan kalau ada
kerusakan bukankah pajak masih terus dikutip.
Yang paling bajinagan di atas para bajingan adalah fasilitas publik
milik swasta. Ini adalah lintah darat, pemeras, pembunuh yang legal.
Kehadiran mereka diamini negara. Negara mengamini karena para pengambil
kebijakannya telah disuap swasta. Mereka menjual nyawa rakyat dengan haga
yang murah. Sama bagi mereka dengan memakan bangkai saudaranya yang
telah mati. Laknat Allah bagi mereka dunia dan akhirat. Semoga Allah tidak
mengampuni dosa mereka dan menolak semua amal ibadahnya.

323
Berhenti Membaca

Bila sedang membaca tiba-tiba ide datang, saya berhenti membaca


lalu menulis. Saat sedang menulis kehabisan ide, saya tidak langsung
membaca; saya memilih berjalan-jalan di taman atau melakukan kegiatan-
kegiatan yang ringan.

324
Dilarang Parkir

Budaya tekstual yang tinggi di Eropa bahkan membuat mereka


hampir sama sekali tidak mempedulikan sebuah realita di sekitar mereka.
Bagi mereka yang tekstualis, sebuah realita adalah bentukan dari sebuah teks
masa lalu yang akan sebera berubah menurut teks yang ada di masa kini.
Syukurlah dengan pola pikir seperti itu, mereka tidak terlalu peduli
dengan tingkah laku serta tindakan-tindakan kaum muslim. Banyak di antara
mereka yang beroleh hidayah karena mereka membaa teks Al-Qur'an , buka
terkesan dengan prilaku seorang muslim yang baik; lagi pula kaum musllim
sekarang tidak lebih baik dari non-muslim dalam segala aspek.
Bagi kita yang hidup dalam budaya "buta huruf", sebuah teks sama-
sekali tidak kita pedulikan bila menemukan secuil realita kecil yang
berseberangan dengan teks. Kita akan mengikuti realita, bukan teks. Kata
"jahil" bukan disematkan kepada orang yang tidak tahu tapi pada orang yang
tahu tapi tidak patuh.
Sebuat teks besar bertulis: DILARANG PARKIR DI SINI.
Seseorang yang baru tiba sama-sekali tidak peduli teks peringatan itu. Dia
hanya tahu di sini boleh parkir karena saat dia tiba telah berjejer beberapa
sepeda motor di samping teks itu.
Teks: DILARANG MENAIKKAN ALAS KAKI DI ATAS
TANGGA juga tidak akan ada yang mau peduli bila menemukan beberapa
sandal di letakkan di atas tangga. Kalau saja orang Barat memiliki budaya
yang sama seperti kita, mereka akan melihat muslim dengan sangat jijik,
bukan malah berduyun-duyun masuk Islam seperti sekatang ini.

325
Fitrah

Adik bertanya pada Mak. "Mak, kenapa dalam kitab dikatakan zakat
Fitrah tidak dianggap lagi bila dibayar setelah shalat Ied?"
"Zakat Fitrah itu adalah penyampai pahala puasa Ramadhan kepada
Allah SWT. Bila zakat fitah tidak dibayar maka pahala puasa kita
mengawang-awang. Ketika Fitrah tersampaikan pada fakir-miskin maka
tersampaikanlah pahala puasa kepada Allah" jawab Mak.
Mendengar itu saya teringat sebuah hadits yang menyatakan Allah
berada pada perut anak yatim yang sedang kelaparan. Maka menurutku
apabila sumbangan kita pada anak yatim itu tersampaikan kepada perutnya
yang kelaparan, maka itu artinya sumbangan kita tersampaikan pada Allah.
Mengingat ini aku ragu apakah orang-orang yang rajin shalat
berjamaah, dahinya hitam bekas sujud dan jenggot sudah seperti singa
tersentuh Tuhan amalnya padahal mereka paling sombong di atas kulit bumi:
mereka paling pelit senyum, menganggap diri paling baik, merasa telah
mengantongi tiket surga dan meyakini orang lain di sekitarnya pasti masuk
neraka.

326
Target

Dalam khutbah Idul Fitri 1432 H. di Meunasah Gampong Bireuen


Meunasah Dayah dikatakan setiap detik dari hidup manusia memiliki target.
Target itu adalah alasan kenapa kita harus berada di sini dan melakukan ini.
Target adalah alasan mengapa kita hidup.
Dalam mencapai target sekiranya kita selalu beradandalam posisi
aman. Bila tidak usaha yang dilakukan akan sia-sia sebab kita tidak dapat
mencapai target. Itulah yang dinasehatkan seorang bapak yang kebetulan
duduk di sampang saya pada suatu hari dalam perjalanan ke Binjai. Katanya
kita tidak perlu ukit campur urusan orang lain. Kalau ini dikaitkan pada
tindakan bajingan pengelola negara, maka selamanya perubahan takkan ada,
selamanya rakyat akan tertindas bila semuanya bersifat nrimo doank.
Seorang bapak di Matangglimpangdua juga mengatakan kita lakukan
saja urusan kita dengan baik dan bersahaja. Mereka para pengelola negara
melakukan pekerjaannya. Dia juga mengatakan bila mereka korup, biarkan
saja Allah yang membalas. Aduh, saya tidak suka pada mereka berdua.
Mereka tipe orang-orang yang pengecut dan penakut. Aku lebih suka Che dan
Khomaini.

327
Agama Sebagai Candu

Candu adalah sesuatu yang hampir mustahil dilepaskan.


Kemungkinan bila neraka ditampakkan dihadapan dan kita dimasukkan
kedalamnya bila candu tidak ditinggalkan sementara akses camdu juga
dihadapan, maka kita akan memilih candu dan tidak menghiraukan api
neraka.
Beruntunglah Karl Marx membawa berita gembira dengan
mengatakan agama adalah candu. Dengan mencadi candu, agama mengakar
di otak. Di hati? Agama punya kekuatan menanamkan akarnya ke sana.
Dengan menjadi candu, agama menjadi hal yang tidak boleh tidak. Dengan
menjadi candu, agama menjadi kebutuhan paling utama bagi apapu dan
dalam situasi bagaimanapun juga. Agama, tidak hanya menjadi camdu bagi
otak, dianya pula menjadi candu bagi hati.

328
Respon PII Atas Beberapa Persoalan Ummat

Umat Islam
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memang terlihat telah bergerak
terlalu jauh menginggalkan idealitas mereka sebagai gerakan Islam.Saratnya
kepentingan para alumni HMI terhadap lembaga itu membuat para petinggi
HMI yang masih aktif mau tidak mau terlibat dalam arus kepentingan
tersebut. Akibatnya, politik uang terlalu deras di HMI sehingga mengalahkan
segala kepentingan yang lain.
Angin segar datang dari telah tercapainya kesepakatan dari para
petinggi GPI dengan GPII untuk kembali bersatu. PB PII melalui Ketua
Umumnya Muhammad Ridha dipercaya sebagai fasilitator dalam penyatuan
tersebut.
PB PII sendiri masih terlihat longgar dengan ormas-ormas
Islam dalam berkoalisi menganggapi isu tertentu. Terlihat seperti ini karena
PB PII berpandangan dalam melakukan amal makruf dan pembelaan hak
musdaafin kita dapat berkoalisi dengan organisasi berlandaskan apapun
selama kita punya komitmen yang sama dibidang itu dengan tetap berpegang
pada Khittah Perjuangan PII.
PII juga terlihat lemah merspon aliran-aliran sesat dalam Islam sebab
mungkin karena kita terlalu fokus pada isu yang berdampak langsung pada
masyarakat secara umum. Meski begitu, banyak PW PII yang sangat serius
merespon aliran-aliran sesat tersebut di daerah masing-masing.
Kita juga gerah melihat organisasi-organisasi Islam yang baru
bergerak ketika memperoleh dukungan materil dari pihak-pihak tertentu yang
punya kepentingan. Kita patut mempertanyakan idealitas ormas-ormas Islam
secara umum.
Tidak diakomodasinya kepentingan kepentingan Islam dalam sistem
formal menyebabkan banyaknya kalangan ummat Islam yang peduli akan
cita-cita dan posisi Islam menjadi kecewa sehingga menjadi potensi besar
timbulnya gerakan-gerakan yang dianggap "berbahaya" oleh negara. PII
sendiri dalah hal ini mengambil sikap objektivikasi nilai-nilai Islam sehingga
cita-cita Islam dapat menjadi cita-cita objektif sehingga dapat diakomodasi
oleh sistem formal.
Sikap seperti ini juga menjadi kendala bagi kita karena setiap nilai
yang terobjettivikasi menjadi sistem kurang disadari ummat sehingga mereka
tidak memiliki loyalitas menjalankan dan mempertahankan sistem ini. Di
samping itu, pemerintah juga masih sangat lemah keepeduliannya untuk
menerima nilai-nilai yang terobjektivikasi ini.
329
Salah satu strategi kita dalam objektivikasi ini adalah bergerak
bersama lambaga-lembaga buruh serta ormas-ormas yang mengusung misi
kemanusiaan dalam memperjuangkan aspirasi rakyat Indonesia yang
mayoritasnya adalah Muslim. Bergerak bersama mereka adalah usaha kita
menyuarakan aspirasi kaum muslim. Hal inilah yang perlu disadari esolon-
eselon PII tingkat wilayah hingga komisariat sehingga mereka dapat
menjalankan visi PII Nasional secara bersama. Bidang pemberdayaan
wilayah PB PII perlu memberikan penyadaran kepada eselon bawah PII.
Stimatisasi teroris terhadap Islam oleh Barat telah berhasil
mempengaruhi pemerintah kita yang korup itu untuk ikut-ikutan dan bahkan
semakin heboh menciptakan situasi sehingga seolah-olah terlihat ekstrimis
Islam banyak bergentayangan dan meresahkan. Denga itu pemerintah
utamanya melalui PNPT (badan Nasional Penanggulangan Terorisme) dapat
terus mendapatkan kucuran dana dari negara-negara anti Islam dan APBN.
Dalam hal ini PII masih belum memiliki aksi yang konkrit dalam
melawan penyakit ini kecuali dengan advokasi-advokasi yang disuarakan
secara pribadi oleh personil PB PII melalui media massa seperti blog, tweeter
dan facebook.
Pendidikan karakter yang menjadi konsenterasi pemerinta utamanya
Dirjen Pendidikan Departemen Agama yang bertujuan memperbaiki
kesesatan model pendidikan materialis dan pragmatis yang berjalan selama
ini. PII senantiasa menekankan pentingnya pemerintah untuk mengadopsi
sistem pandidikan pesantren tradisional sebagai model penerapan pendidikan
karakter. Alasannya karena kita tahu bahwa Islam lebih mengutamakan
pengamalan dari pada sekedar gagasan dan pengamalan.
Moral elit politik yang pragmatis dan hedonis telah menyebabkan
merajalelanya penganiayaan kepada rakyat. Persaingan yang tidak sehat juga
menyebabkan elit politik bukannya secara bersama bekerja mensejahterakan
rakyat, sebaliknya mereka saling memakan untuk mendapatkan kepercayaan
rakyat.
Dampak lain yang muncul dari etika politik seperti ini adalah
terpojoknya secuil parpol yang ingin berusaha konsisten pada pensejahteraan
rakyat. PKS yang tampaknya ingin mensejahterakan rakyat disamping
enggan bekerja secara kotor di parlemen selalu menjadi sasaran fitnah dan
membuat fraksi parpol lain sibuk mencari-cari alasan pemburukan citra PKS.
Dalam hal ini kita tidak dapat berbuat banyak selain melakukan
unjuk rasa mengecap elit dan lembaga pemerintah dan dewan agar menyadari
kekeliruan sikap mereka. Disamping itu kita juga harus terus konsisten
memberikan pendidikan politik yang cerdan dan bebas kepentingan kepada
kader-kader PII dan pelajar.
330
PII yang tidak terlibat politik praktis serta jauh dari politik uang
menjadi satu dari secuil organisasi yang berpotensi mampu memberikan
pendidikan politik yang baik pada masyarakat.
Meski beragam pola dan cara gerak, kita harus dadar bahwa ormas-
ormas Islam secara umum punya tujuan yang sama dengan kita. Hal ini perlu
disadari bersama mengingat potensi untuk menciptakan politik pecah belah
antar orms-ormas organisasi-organisai anti Islam akan sangat besar bila kita
tidak mampu menemukan kesatuan misi ini.
Kader PII yang selalu dididik untuk berfikir dan bersikap secara kritis
dan positif perlu menyikapi secara wajar kasus-kasus yang menimpa PKS
belakangan ini. Kita juga harus sadar bahwa kasus Nazaruddin adalah upaya
pihak-pihak tertentu agar Anas Urbaningrum yang mantan Ketua Umum
HMI tenggelam namanya. Padahal Pasca revormasi kita, ormas Islam
ksususnya dan pemuda umumnya telah susah payah berusaha menciptakan
kultur yang mampu mendongkrak lahirnya politisi muda dari ormas Islam
untuk menggantikan budaya politik tangan besi oleh militer. Kita harus sadar
bahwa kasus Nazaruddin adalah usaha militer untuk menjatuhkan potensi-
potensi Islam.
Banyaknya aliran sesat adalah bukti lemahnya akomodasi pemerintah
terhadap susra-suara Islam. Dalam negara yang menyukai manajemen konflik
yang tidak sehat guna menutupi kebobrokan-kebobrokan pemerintah seperti
Indonesia, aliran sesat ini adalah lahan segar bagi pemerintah untuk
memelihara perselisihan dalam kubu ummat Islam.
Menjamurnya aliran sesat juga melahirkan tanda tanya: kemanakah
para ulama yang merupakan pengawal akidah ummat Islam. Kemampuan
ulama mengontrol ummat memang terbatas karena banyak wewenag-
wewenang sakral dikangkangi pemerintah. Bila berkeras, ulama sendiri bisa
menjadi bulan-bulanan pemerintah.
PII masih belum bisa berbuat banyak meski di berbagai wilayah
gerakan PII sangat konsisten mengcounter aliran sesat. Kemungkinan juga
kita yang di pusat tidak bisa terlalu berkeras bertindak mengingat
kemajemukan kita di sini sangat sulit mengidentifikasi sesat tidaknya sebuah
aliran. Berbeda dengan di wilayah, kondisi msyarakat yang, katakanlah,
homogen, kehadiran sebuah aliran yang kurang ideal bagi sebuah masyarakat
di suatu wilayah yang notebenenya telah "mapan" secara kultural, sangat
mudah mendeteksi sesat tidaknya sebuah aliran.
Dalam hal ini, PII perlu memberi penlejasan dan pemahaman yang
baik bagi kadernya agar tidak iku-ikutan menyesatkan sebuah aliran tanpa
suatu bukti yang jelas menurut Al-qur'an dan Hadits Shahih. Sebab itu PII
harus jeli melihat mana perbedaan pemahaman fikih, mana aqidah. PII
sepanjang usianya tidak pernah mempersoalkan masalah mazhab aliran fikih.
331
Politik
Dalam negara yang ditunggangi kepentingan korporasi seperti
Indonesia, parpol adalah wadah yang dapat mempermudah korporasi
menemukan wadah untuk menyampaikan aspirasi dan kepentingannya
supaya dilegalkan dalam keputusan formal. Parpol dapat meluruskan jalan
korporasi mencapai tujuannya untuk memperkaya diri dan menzalimi rakyat
melalui para kadernya yang berwewenang, baik di eksekutif maupun
legislatif. Dengan amat sadat disadari, keberadaan parpol adalah sarana
penyengsaraan rakyat.
Parahnya, sebuah parpol itu hanya dapat dibubarkan oleh negara.
Padahal pemangku kebijakan negara adalah kader parpol. Mana mungkin
mereka "membakar sekolah" sendiri.
***
Seharusnya negara yang diakui paling demokratis di muka bumi ini
melibatkan rakyat dalam setiap pengambilan keputusan tapi nyatanya
pemerintah selalu dan hanya mengedepankan kepentingan korporasi. Maklum
saja, hanya korporat dan perusahaannya, baik lokal maupun asing yang
menjadi sponsor calon anggota legislatif, penguasa pemerintah dan parpol.
Jadinya hutang budi dan balas jasa pada korporat dan korporasi adalah
priorisa utama. Sementara suara rakyat sama sekali tidak didengar. Rakyat
hanya mendapatkan pembodohan secara terus menerus agar mereka berfikir
keliru yang itu menjadi keuntungan bagi penguasa melanggengkan posisi.
Izin usaha bagi lembaga perkreditan bukanlah memudahkan
masyarakat, dianya adalah sarana pembodohan yang paling ampuh untuk
terus memelihara kebodahan rakyat. Rakyat dididik untuk jadi konsumer
yang ganas. ini menguntungkan lembaga perkreditan dan perusaan yang
memproduksi barang yang dikreditkan.
Keamanan
TNI dan Polri tidak lagi berfungsi sebagai lembaga untuk menjaga
keamanan negara dan rakyat. TNI diciptakan untuk menjadi alat yang dapat
mempermudah konflik antar msyarrakat terjadi terutama di daerah-daerah
yang menghasilkan bahan tambang yang melimpah. Pemerintah dan
korporasi asing diuntungkan dengan adanya konflik agar masyarakat sekitar
disibukkan dengan konflik sehingga tidak memiliki waktu untuk berfikir
untuk turut serta menikmati kekayaan daerah mereka.
Saat ini kita tidak memiliki figur penguasa yang baik. Siapa saja yang
menjadi penentu hajat hidup orang banyak adalah mereka yang telah
menempung jenjang-jenjang permainan licik dan kotor sehingga tidak ada
sisi baik yang dapat ditemukan dari mereka. Siapa saja yang coba-coba
menjadi baik dan hanya mementingkan suara rakyat pasti akan bertikai
332
dengan rekan seprofesi sehingga karir politik mereka dapat mati dengan
mudah. Cara yang paling sering adalah dijebak.
Pendidikan
Pelajar dalam pandangan PII tetap sebagai bagian dari masyarakat
yang punya hak menentukan arah bangsa terutama nasib mereka sendiri. PII
sangat anti pada siapa dan apa saja yang memposisikan pelajar sebagai objek
terutama objek dari penerapan sistem pendidikan yang coba-coba setiap
tahun.
Seharusnya rakyat, terutama pelajar diberikan pendidikan politik
yang baik, tapi kenyataan adalah pembodongan yang pastinya dengan alasan
untuk kepentingan kelompoknya
Konsen PII kesempurnaan pendidikan dan kebudayaan dengan asas
independensi dan interdependensi adalah fokus utama PII terutama
Bidang Eksternal. Bidang Eksternal bahu membahu bersama BO Brigade
tanpa lelah menghimpun data, dana dan melakukan aksi-aksi advokasi pelajar
dan masyarakat.
Brigade PII ke depannya perlu berkonsenterasi pada kajian intelijen
dalam artian luas. Brigade PII sangat potensial menciptakan kader PII yang
memiliki kepekaan sosial tinggi terutama dalam merespon isu-isu yang
berkembang di tengah masyarakat dan apa yang disuarakan media massa.
Brigade PII juga perlu merekonstruksi sistem kaderisasi supaya tercita
anggotanya yang memiliki intelijensia tinggi dalam menghimpun data,
memferivikasi serta turut serta melakukan advokasi.
Kita juga mengharapkan BO Korps PII Wati dapat ikut serta dalam
usaha ini secara lebih maksimal terutama dalah kajian-kajian menyangkut
advokasi perempuan dan pelajar putri. Dalam urusan ini Korps PII Wati
memang telah bekerja dengan maksimal. Namun minimnya koordinasi
dengan PB PII secara keseluruhan terutama dengan Bidang Eksternal
membuat kita terkesan berjalan sendiri-sendiri.
Hiruk-pikuk perpolitikan di Indonesia terlalu menarik perhatian
rakyat dari segala lefel dan profesi. Akibatnya semuanya sibuk
membicarakan perpolitikan yang kacau-balau itu.
Memang kondisi politklah yang menentukan nasib rakyat di segala
bidang profesi, namun tingkah laku para politikus layaknya selebritis mereka
berlomba-lomba mencari perhatian publik dengan menciptakan berbagai
sensasi.
PII sering terjebak dalam merespon persoalan ini. Karenan memang
seluruh elemen masyarakat dan organisasi mau tidak mau terjebak dalam
lingkaran setan perpolitikan Indonesia; tidak terkecuali PII. Karena itu kita
mengharapkan kedepan dapat menanggapi suatu isu terutama bidang politik
dengan lebih kritis dan objektif. Kritis gunanya agar tidak terlarut dalam
333
jebakan. Objektif agar memperoleh dukungan dari berbagai elemen agar yang
kita suarakan semakin besar gaungnya. Terkait ini utamanya, masukan dari
berbagai sumber terutama PW PII se- Tanah Air sangat kita harapkan.
Kondisi politik yang kacau-balau ini juga membuat para intelektual
kita dari segala bidang keahlian terjebak dengan semuanya turut
membicarakan dan bahkan ada yang aktif dengan lingkaran setan politik
carut-marut ini. Mereka sibuk membicarakan problema politik Indonesia
dengan perspektif latar belakang diliplin ilmu yang dikuasai masing-masing.
Kegiatan ini begitu mengganggu para intelektual kita. Sebab
seharusnya mereka dapat menghasilkan karya-karya yang lebih besar dan
berguna untuk segenap kalangan sepanjang masa kalau saja mereka tidak
ikut-ikutan terjebak dengan kondisi politik yang sengaja menjebak ini.
PII sudah lama menyuarakan agar pemerintah memberikan
kewenangan sebesar-besarnya pada sekolah masing-masing karena
sekolahlah yang paling mengenal siswanya. Karena itu sekolahlah yang
paling berhak menilai siswanya.
Celakanya, ketika pemerintah memberikan kewenangan kepada
sekolah, kepala sekolah memanfaatkan kewenangan ini untuk kepentingan
pribadi. Bukankah belakangan sangat banyak kasus penyelewengan dana oleh
kepala sekolah. Bahkan menurut sebuah laporan, sekarang bendahara sekolah
ditiadakan agar hanya kepala sekolah sendiri saja yang mengetahui kondisi
keuangan sekolah yang sekarang sangat melimpah ruah supaya kalau dia
korupsi guru-guru dan murid tidak tahu.
PII perlu berkonsenterasi dalah hal distribusi anggaran pendidikan
oleh Dinas Pendidikan kepada Kepala Sekolah. Caranya dengan beraudiensi
dengan Dinas Pendidikan setempat serta menyambangi sekolah-sekolah.
Kemudian kita terus memantau aktivitas tersebut. Ini akan diinstruksikan
kepada Bidang Eksternal atau Pemberdayaan Pelajar PW PII se-Tanah Air.
Bidang Eksternal PB PII sendiri akan segera beraudiensi kepada Departemen
Pendidikan terkait masalah ini.
Full day school atau sekolah mulai daripagi hingga petang adalah
gaya hidup pelajar kota-kota besar yang akan segera berlaku hingga ke
pelosok. Akibatnya adalah pelajar semakin kehilangan rasa sosialnya akibat
jarang bergaul dengan masyarakat. Lingkungan sekolah menjadi satu-satunya
model masyarakat yang dikenal setiap siswa.
Kemudian siswa dijadikan mesin foto kopi yang harus menelan
buku-buku pelajaran yang sebenarnya adalah proyek pihak tertentu utamanya
buku LKS. Pendidikan agama menjadi terlupakan. Padahal agama terbukti
ampuh memperbaiki karakter manusia. Malah, negara menganak tirikan
sekolah-sekolah agama.
334
Kurikulum pendidikan kita juga adalah sarana percobaan oleh para
ahli pendidikan. Korbannya adalah siswa. UNESCO mencatat nilai
pendidikan Indonesia semakin merosot saban tahun. Ini tidak lepas dari
kurikulim yang diterapkan sangat buruk-buruk. 'Buruk'nya harus disebut dua
kali karena kurikulumnya sangat banyak. Diganti setiap tahun. Ini adalah
bahan tertawaan negara-negara lain.
Sosial Budaya
Budaya globalisasi telah mebibatkan manusia membentuk standar-
standar keliru dalam pola pikirnya sehingga keunggulan rasionalitas dengan
pandangan meterialistik menjadi satu-satunya perspektif dan alternatif.
Padahal setiap kebidayaan memiliki kearifannya masing-masing. Kita perlu
sadar bahwa setiap produk kebudayaan suatu daerah adalah solusi terbaik
bagi setiap persoalan tempat tersebut. Globalisasi telah menciptakan manusia
satu dimensi. Kita menjadi kaku, tidak unik lagi.
PII perlu terus konsisten menjaga nilai-nilai kebudayaan setempat.
Filterisasi atas globalisasi adalah tugas dan tanggungjwab semua kader PII.
Karena ini adalah persoalan besar dan luas, maka sulit bagi kita menentukan
langkah konkrit tertenti. Saat ini yang perlu bagi kita adalah komitmen dan
konsisten.
Kebebasan berpendapat, demokrasi, kesetaraan jender disalah artikan
dehingga menjadi kebrutalan publik. Ini terjadi karena pendidikan demokrasi
yang tidak sehat dimainkan oleh para elite politik. Kalau saja pemerintah
serius mencerdaskan rakyatnya, pastilah demokrasi dan kebebasan kita akan
mendewasakan kita.
Budaya konsumtif adalah bagian dari pembodohan publik oleh
pengelola negara. Rakyat dijadikan korban globalisasi dan westernisasi.
Keuntungan penguasa adala rakyat yang kaya terlarut dalam ueforia karena
kesetanan mengkonsumsi dan yang miskin terkena depresi karena tidak
mampu nengakses segala produk. Yang depresi dan yang depresi tidak punya
kesempatan mengkritisi apa lagi mengganggu lelanggengan kursi empuk
pengelola negara yang ahmpir semuanya bajingan itu.
Ekonomi
Kita didoktrin untuk "sadar" bahwa ekonomi kita terancam, lalu
didatangkan korporasi asing sebagai "juru selamat". Ini semuanya
pembodohan oleh negara. Korporasi membabat habis pengusaha kecil.
Rakyat miskin menjadi fakir. Lama-lama rakyat bisa mati kelaparan.
PB PII sering berkoalisi dengan OKP lain menyuarakan penderitaan
rakyat ini. Ke depan kita harus terus mengkaji isu yang paling mengarah pada
penderitaan rakyat seta sekuat tenaga menemukan solusi terbaik atas
permasalahan mereka.
335
Setiap pembanguna dananya hutang dari IMF dan World Bank.
Takyat miskinlah yang membayar.Budaya konsumtif rakyat dan penyakit
kredit semakin disodorkan pada rakyat agar mereka semakin melarat. Karena
melarat mereka menjadi panik dan bodoh. Inilah yang diinginkan penguasa.
Teknologi
Produk-produk teknologi adalah pisau bermata dua. Satu sisi
memiskinkan kita dengan tidak mampu lagi membedakan mana keinginan
mana kebutuhan. Kebutuhan itu sangat terbatas. Sementara keinginan tiada
habisnya. Pemerintah terus menerus membantu korporasi menjual barangnya
pada rakyat dengan imbalan pajak dan fee buat pejabatnya. Rakyat menjadi
euforia dan depresi seperti disebutkan tadi.
Lembaga perkreditan dibantu negara. Katanya untuk memudahkan.
Padahal kredit itu tidak mengajarkan untuk memiliki rasa memiliki. Kredit
menyengsarakan.
Derasnya arus informasi menjadi sarana transformasi gaya hidup dan
polapikir hedonis-materialis. Pemerintah memperoleh keuntungan, rakyat
sengsara.
Demikian sekelumit persoalan masyarakat yang menjadi
tanggungjwab PB PII, utamanya Bidang Eksternal PB PII. Kerjakeras dan
dukungan sahabat-sahabat semua menjadi kekuatan kita.

336
Semut di Rambutan

Banyak semut di rambutan masak-masak merah-merah dan kuning-


kuning menjelang masak saat masih berada di pohon. Nasib rambutan jauh
lebih baik dari kakau karena jarang terganggu hama. Kukira semut-semut
bukannya tidak mampu melobangi kulit rambutan untuk menikmati isi yang
lebih manis. Mungkin semut-semut lebih atau hanya punya kepentingan
dengan kulit dan rambut-rambut di kulit. Bisa jadi pula semut sulit melubangi
kulit karena serat pada kulit rambutan agak rumit atau bahkan mustahil bagi
semut.
Semut pada kulit rambutan diibaratkan Muni sepeti pemuda-pemudi
dayah setempat di mana ilmunya di ambil oleh orang-orang yang datang dari
jauh-jauh tempat sementara mereka hanya mengerumuni sekelilingnya saja.
Tamsilan semut di rambutan layak pula bagi warga Aceh Utara yang
hasil buminya yang kaya raya melimpah ruah sementara kafir Amerikalah
yang menikmati hasilnya.
Tamsilan ini pula berlaku bagi warga Papua, Kalimantan dan semua
rakyat Indonesia sebab pengelola negaranya telah menghibahkan tanah air
Indonesia kepada kafir asing. Akibatnya rakyat Indonesia kebanyakan amat
sengsara hidupnya.

337
Police Line

Pertama kali melihat tali tas samping panjang bewarna kuning


dengan tulisan " POLICE LINE DO NOT CROSS" kalau tidak salah di
Medan waktu SMA dulu. Pemilik tas itu, kalau tidak salah lagi adalah
mahasiswa Universitas Medan Area.
Kesan yang saya tangkap adalah sebuah kreativitas unik meniru pita
garis pembatas Polisi yang biasa saya lihat dipasang di tempat yang baru
terjadi kebakaran atau tempat-tempat lain yang tidak boleh dilewati warga
karena masih dalam penyidikan Polisi. Guna pita kuning itu agar area tertentu
dapat diidentifikasi polisi tanpa ada kontaminasi lain pasca suatu tragedi atau
insiden.
Belakangan sudang ngetren tali-tali tas bertuliskan: POLICE LINE
dipakai para pemudi. Warnanyapun sudah berfariasi. Kesan belakangan
timbul adalah: perempuan yang memakai tas bertalikan tulisan POLICE
LINE adalah "milik" oknum Polisi. Artinya dia adalah pacarnya oknum
Polisi. Jadi jangan coba-coba "melintasi" tali pembatas itu. Kalaupun dia
bukan kekasihnya oknum Polisi, pastilah dia hanya mau "dilintasi" oknum
Polisi.
Demikian kesan yang saya tangkap belakangan ini bila ada
perempuan yang memakai tas yang talinya bertiliskan: POLICE LINE DO
NOT CROSS, atau POLICE LINE.

338
Saham Garuda

Beberapa waktu yang lalu surat kabar memberitakan perusahaan


penerbangan Garuda Indonesia menderita kerugian. Kira-kira setahun yang
lalu media cetak memuat foto beberapa calon penanam saham antri membeli
saham garuda Indonesia.
Saham Garuda Indonesia telah dijual kepada publik setahun yang
lalu. Siapa saja boleh membeli saham Garuda Indonesia berapa saja. Ini
adalah akal bulus. Sebenarnya ada seorang pemik modal yang banyak
mengeluarkan modal banyak agar negara mengeluarkn kebijakan menjual
sahamGI kepada publik. Awalnya siapa saja boleh membeli saham GI adalah
siasat belaka agar terkesan siapa saja boleh memilikinya. Kemudian
pembukuan tahun tahun awal "disetel" GI rugi. Ini membuat pemilik saham
sedikit hancur dan mundur. Lalu saham dikuasai segelintir dan bahakan satu
orang saja. Siapa? Yaitu yang mengeluarkan modal menyuap pengatur
kebijakan pemerintah tadi.
Praktik seperti ini sering terjadi. Kebanyakannya pemilik modal adalah
orang asing. Lama lama nanti pemangku kebijakan negara akan disuap
supaya dibuat aturan membolehkan warga negara asing membeli dan tanah di
Indonesia. Setelah semua tanah di Indonesia dibeli asing barulah kita sadar
pemangku kebijakan negara yang setiap hari Senin menghormat bendera
menjual Indonesia.

339
Dayah

Ada beberapa catatan kritik kepada Dayah seteleh mereka


menguasai Masjid Besar Bireuen yang dulunya disebut Masjid Jamik.
Pertama mereka menonaktifkan pengajian bagi anak anak usia SD dan SMP
yang dulunya diadakan pada pagi dan petang oleh Muhammadiyah. Gedung
dua lantai yang memiliki delapan ruang kelas kini sia sia. Belakangan terlihat
beberapa ruangan itu dijadikan rumah tinggal pengelola masjid beserta
keluarganya. KemUngkinan beberapa ruang kelas lainnya dijadikan gudang.
Dayah juga pernah marah pada Muhammadiyah karena mereka
menggunakan dana sumbangan jamaah masjid untuk gaji para guru mengaji.
Saya kira dalah hal ini Muhammadiyah benar. Lebih baik begitu daripada
uangnya untuk membangun menara mewah tinggi tinggi untuk
berbanggadan memperlebar masjid selebar lebarnya lalu hanya berguna
sekali seminggu pada siang hari jum'at
Mereka juga menonaktifkan perpustakaan umum yang dulunya aktif
oleh Muhammadiyah. Orang-orang dayah memang begitu alergi dengan
buku. Padahal kitab kitab yang mereka agung agungkan itu adalah buku juga,
buku yang ditulis ulama masa lalu.
Banyak orang menuding kitab-kitab yang dijadikan pedoman dan
rujukan oleh santri dan alumni dayah kolot, keringgalan jaman. Padalal tidak
separah itu. Kitab-kitab rujukan mereka yang bidang Fikih membicarakan
perkara perkara umum dan pokok jadi tidak mungkin ketinggalan jaman.
Kitab kitab kitab mereka bidang Tauhid dan Tasawuf bila dianggap kolot
dan ketinggalan jaman, maka otak penudingnyalah yang perlu diperiksa.
Kitab-kitab itu pula ditulis pada saat kondisi kawasan penulisannya sedang
maju pesat, heterogen dan kosmopolit, jadi jangan duanggap ditulis di dusun
yang sepi dan kolot.

340
Jerman, Prancis dan Belanda sebagai Negara Islam

Tidak ada penemuan oleh manusia sehebat dan semencengangkan


kecuali pada abad ini. Berbarengan dengan itu tidak ada penghacuran alam
dan perusakan ekosistem sehebat abad ini. Juga penemuan penemuan ilmiah
selalu semakin menguatkan pengetahuan manusia bahwa Al Qur'an itu
memang wahyu Allah. Namun para penemu bukti kebenaran Al Qur'an yang
tetap tidak mau masuk Islam memberitahukan kita bahwa iman dengan
pengetahuan itu memang berbeda sama sekali.
Dalam riwayat dikatakan bahwa ilmu adalah salah satu pintu masuk
hidayah. Namun perlu diketahui bahwa pengetahuan itu berbeda juga dengan
ilmu. Ilmu adalah pengetahuan yang diamalkan. Pengetahuan pengetahuan
yang tidak diamalkan disebut kejahilan. Jadi jahil itu bukan tidak tahu
melainkan tahu tapi tidak mau mengikuti apa yang diketahuinya.
Fakta-fakta semakin membuktikan kebenaran kandungan Al-Qur'an.
Semakin banyak pula orang yang dapat disebut jahil. Sebab mereka tetap
tidak mau mengikuti petunjuk Al-Qur'an. Seorang khatib pernah mengatakan
Al-Qur'an adalah sebagai ''buku pedoman''. Khatib mentamsilkan dianya
seperti buku panduan yang diberikan saat membeli sebuah sepeda motor, bila
panduan yang tertera di dalamnya ditaati dengan baik maka baiklah sepeda
motor Anda, namun bila tidak mengindahkan pedoman buku panduan maka
dapatlah sepeda motor itu rusak. Demikian juga dengan Al-Qur'an, bila
dijadikan pedoman hidup, maka mudah dan indahlah hidup.
Demikian pula para ahli sains utamanya bidang kesehatan,
belakangan sunnah-sunnah Nabi Basar Saw banyak terbukti begitu tepat
sebagai petunjuk kesehatan tubuh. Tapi bila mereka tetap saja tidak mau
beriman dengan agama yang Beliau bawa, maka tetap saja mereka disebut
jahil.
Belakangan di negara-negara yang begitu mengindahkan sains
banyak orang yang masuk Islam. Saya perkirakan karena mereka tidak
berburuk sangka pada Islam dan segala hal berkaitan dengannya. Dengan itu
pengetahuan mereka dibuat Allah menjadi rahmat bagi mereka, dan
pengetahuan yang diamati itu menjadi salah satu pintu masuknya hidayah ari
Allah. Kalau diberi umur panjang oleh Allah, saya ingin melihat negara-
negara Eropa menjadi negara Islam yang akan diawali oleh Jerman, lalu
Prancis, lalu Belanda dan lainnya. Ketiga negara itu secara berurutan adalah
negara-negara yang warganya paling jujur pada sains, tidak egois dan rendah
diri. Subhanallah. Maha Suci Allah yang rahmat, maghfirah dan hidayah-Nya
lebih besar dari murka dan azab-Nya.

341
Daftar Pustaka
Abidin, Zainal, Filsafat Manusia: Memahami Manusia melalui Filsafat,
Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib, Islam dan Filsafat Sains,Bandung:
Mizan, 1995
Al-Attas, Syed Muhammad Naquib, Prolegomena in to the Metaphsics,
Kuala Lumpur: University Malaya, 2005Chapra, Fritjof, The Hidden
Connection, Yogyakarta: Jalasutra, 2007
Ba'albaki, Munir, Kamus Al-Mawrid, Beirud: Dar El-Ilm Lil-Malayen,
1973Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa
Indonesia edisi Ketiga, Jakarta: Balai Pustaka, 2007 (cet. XIV)
Bertens, K., Panorama Filsafat Modern, Jakarta: Teraju, 2005
Freud, Sigmund, Psikoanalisis Sigmund Frued, Jakarta: Gramedia, 2006
Habibie, Bacharuddin Jusuf, Habibie Ainun, Jakarta: PT. THC Mandiri, 2010
Hadi, Abdul W.M., Hamzah Fansuri Penyair Sufi Aceh, Jakarta: Lotkala,
1976
Hart, Michael, Seratus Tokoh Paling Berpengaruh, Bandung: Mizan, 2004
Hurlock, Elizabeth B., Perkembangan Anak, Jakarta: Erlangga, 1987
Iqbal, Muhammad, Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, Jakarta:
Tintamas, 1986
Jannati, Muhammad Ibrahim, Fiqih Perbandingan Lima Mazhab, Jakarta:
Cahaya: 2007
Kartanegara, Mulyadhi, Menyibak Tirai Kejahilan: Pengantar Epistemologi
Islam, Bandung: Mizan, 2003
Kodifikasi Hasil-hasil Muktamar Nasional XXVI Pelajar Islam Indonesia
(PII), Ambon, 2008
Kuntowijoyo, Islam Sebagai Ilmu, Jakarta: Teraju, 2004
342
Madjid, Nurchalish, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Bandung:
Mizan, 2008
Nasr, Seyyed Hossein, Menjelajah Dunia Modern, Bandung: Mizan, 1995
Nasr, Seyyed Hossein, Antara Tuhan, Manusia dan Alam, Yogyakarta:
Ircisod: 2005
Rasjid, Sulaiman, Imu Fiqih Islam Lengkap, Semarang: Toha Putra, 1978
Popper, Karl, Logika Penemuan Ilmiah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008
Rahman, Fazlur, Tema-tema Pokok Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka: 1983
Shihab, Quraish, Mukjizat Al-Qur'an, Bandung: Mizan 2007
Shihab, M. Quraish, Membumikan Al-Qur'an, Bandung: Mizan, 1992
Sholeh, Munawar, Politik Pendidikan, Jakarta: Grafindo, 2005
Strathern, Paul, 90 Menit bersama Nietzsche, Jakarta: Erlangga, 2001
Wahid, Abdurrahman, Islam Kosmopolitan, Jakarta: The Wahid Institute,
2007
Wojowasito, S., Kamus Populer, Semarang: CV Aneka, 1997
Wolf, Martin, Globalisasi: Jalan Menuju Kesejahteraan, Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 2007
Yahya, Harun, Keajaiban Al-Qur'an, Bandung: Dzikra, 2003
Yahya, Harun, Keruntuhan Teori Evolusi, Bandung: Dzikra, 2001
Zamroni,. "Demokrasi dan Pendidikan dalam Transisi" dalam Begawan
Muhammadiyah, Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban, 2005.

343
344
345
346

Anda mungkin juga menyukai