Anda di halaman 1dari 9

INDIVIDUALISME PENGHAMBAT GOTONG ROYONG

DAN TERCAPAINYA BONUME COMMUNE


Penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila

Dosen: Dr. Agustinus W. Dewantara, S.S.,M.HUM.

Natanael Bania Asaf Putra

(1813019005)

Prodi Bahasa Inggris

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya Kampus Madiun

2019
Abstrak

Sikap individualisme sering dikaitkan dengan gotong royong dalam paper ini dijelaskan
keterkaitan antara individualisme yang akan menghambat bonume commune atau
kesejahteraan dan gotong royong. Sikap gotong royong ini seringkalimelekat pada semua
insan,dan merupakan sikap penting dalam mencapai tujuan bersama terutama tujuan untuk
bonume commune atau kesejahteraan umum negara ini yang dengan gotong royong di dalam
masyarakat secara merata itu akan lebih mudah tercapai dibandingkan kita terinfeksi oleh
individualisme yang melekat pada sesorang di polis. Sebaiknya dihilangkan karena pendiri
bangsa ini berpondasikan gotong royong jadi kita harus menjaga pondasi terebut sampai
tujuan bersama kita tercapai yaitu Indonesia maju dengan segala aspeknya.

Kata kunci: Individualisme, bonume commune, dan gotong royong

Sikap Individualisme penghambat gotong royong

Natanael Bania Asaf Putra

1. Pendahuluan

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa orang lain dimanapun
berada pasti manusia membutuhkan orang lain, tidak mungkin manusia bisa hidup sendiri
tanpa orang lain, misalnya bila sakit melanda dan tidak bisa apa-apa pasti disitu kita
memerlukan bantuan dari orang lain entah orang tua, saudara, sahabat, dan teman. Ada istilah
mengenai manusia dengan julukabn zoon politicon Istilah ini pertama kali dikemukakakan
oleh Aristoteles.yang berarti bahwa manusia merupakan binatang politik, lebih tepatnya yaitu
sebagai insan yang berpolitik, dan mengandung makna bahwa manusia memiliki suatu
kemampuan untuk berkomunikasi dengan manusia yang lainnya serta membentuk kelompok
yang disebut organisasi.

Perlu diketahui dan dimengerti tentang perbedaan istilah dari individu, individualis
dan individualisme Individu adalah orang itu sendiri/ merupakan pribadi orang itu sendiri.
sedangkan, Individualis adalah ..pribadi seseorang yang
mengedepankan/mengkokohkan/mempertahankan kebebasan diri dan kepribadiannya,
penganut paham individualisme yang mementingkan diri sendiri, egois tidak peduli dengan
lingkungnnya terutama lingkungan masyarakat ataupun organisasi. Yang tidak membutuhkan
sikap egoisme dalam berorganisasi/bermasyarakat karena berkaitan dengan gotong royong
yang pada hakikatnya bekerja sama, jika sikap ini melekat pada seorang anggota masyarakat
atau organisasi maka tujuan yang ingin dicapai tidak bisa terwujud. Dan Sikap individualisme
adalah salah satu paham ygang menganggap manusia secara pribadi perlu kesanggupan dan
kebutuhannya tidak bisa disamaratakan karena menurut penganut paham individualisme ini
mereka tidak memikirikan kebutuhan orang lain karena sibuk untuk memperhatikan dan
memikirkan kebutuhannya/dirinya sendiri, sehingga ada benang merah antara sikap
individualisme dan sikap egoisme. Paham ini juga menghendaki kebebasan berbuat sesuatu/
melakukan sesuatu serta dalam menganut sebuah kepercayaan. Bagi para manusia yang
paham individualisme ini pada kenyataannya mementingkan hak perseorangan di samping
ruang lingkup kepentingan masyarakat atau negara. Paham yg menganggap diri sendiri
(kepribadian) lebih penting daripada orang lain.

Penyebab munculnya penganut paham individualisme dalam konteks


perseorangan/individu manusia sendiri adalah yaitu

1. Kurang Percaya Diri (minder)


2. Labil
3. Sombong
4. Introvert Yang Dengan Menyendiri Nyaman Baginya
5. Malas
6. Keras Kepala
7. Terlalu materialisme

Sifat-sifat tersebut merupakan sikap yang bisa dibilang negatif karena


memberi dampak ketidaksukaan orang terhadap diri seseorang individualis dan
mengakibatkan terbitnya beban tersendiri akhirnya dampak itu menjadi (double
impact) yang menjadi seorang individualis semakin menguatkan egonya untuk tetap
menjadi seperti itu. Seorang perlu merefleksikan dirinya sendiri, dan kembali
mengingat bahwa hidup di dunia ini bersama berjuta-juta umat manusia, jikalau mati
banyak juga orang yang bergotong royong untuk mengurus proses kematian, apa mau
tetap mengurung diri untuk tetap bersikap individualis. Masih banyak tipe-tipe
refleksi diri untuk mengubah suatu sikap yang buruk dan mewabah dikalangan
masyarakat terutama individualisme.

2.Pokok Pembahasan
Tahukah kalian Natura Negara Indonesia in? mari kita bahas natura Indonesia
sebagai permulaaan benang merah ke arah gotong royong, Natura Negara diasalkan
dari natura manusia artinya pemahaman tentang negara berarti menyangkut pula
dengan pemahaman manusia. Gotong royong menurut Founding Fathers Indonesia
yaitu Soepomo, Hatta, Radjiman Wedyodiningrat, dan Soekarno menyatakan bahwa
intinya natura Indonesia adalah gotong royong. Dan gotong royong merupakan ciri
khas pandangan hidup masyarakat Indonesia khususnya Pulau Jawa.

“…Makna gotong-royong Soekarno yang ditemukan pada penelitian ini yaitu


bekerja bersama-sama, saling bantu, bahu-membahu, kerjasama, musyawarah
untuk mufakat, dan saling menghargai sebagai bangsa. Nilai gotong-royong
ternyata bukan hasil perasaan subjektif Soekarno. Gotong-royong sudah ada
tanpa Soekarno berpidato, dan melekat pada pengembannya, yakni manusia
Indonesia. Pancasila tidak diciptakan oleh Soekarno dan para pendiri negara.
Soekarno, dalam bahasa Scheler, justru menemukan nilai-nilai Pancasila dan
gotong-royong yang telah dihayati sekian lama di bumi Indonesia…”.
(Agustinus Wisnu Dewantara, 2016:1)
Prinsip gotong royong (Ekasila) adalah usulan Soekarno, Ekasila adalah perasan dari
Pancasila yang disederhanakan menjadi Trisila. Gotong royong bukan merupakan
perwujudan dari sikap kurang percaya diri, kurang berani, kurang kuat, kurang
tangguh, dan atau tidak mandiri. Gotong royong mempunyai definisi yang bermakna
saling bahu-membahu, dan saling berpegangan tangan ibaratnya dalam bermasyarakat
atau dalam menjalani diri sebagai makhluk sosial ditengah sebuah organisasi dalam
bermasyarakat.

“Gotong royong sering dimaknai sebagai sarana untuk mempersatukan

berbagai macam perbedaan. Berbagai macam perbedaan yang ada pada

territorial suatu bangsa…”. (Agustinus Wisnu Dewantara, 2017:97)

Jadi bila dengan adanya gotong royong misalnya di dalam suatu pedesaan/ perkotaan
mengdakan sebuah kegiatan dengan gotong royong royong sebagai fondasi kegiatan
tersebut bila semua ikut dalam kegiatan bergotong royong maka semua kalangan akan
turut serta dalam kegiatan tersebut dan menyatukan semua perbedaan entah dari segi
meteri, budaya, suku, agama dan sebagaianya.

Dewasa ini gotong royong mulai memudar khususnya di daerah perkotaan


karena menilik banyak orang di kota yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya yang
dipengaruhi oleh sikap materialisme. Materialisme adalah suatu paham atau sikap
pola pikir dalam memikirkan kekayaan atau aspek material yang diburu oleh
seseorang demi memenuhi kebutuhan atau hanya nafsu jasmani dan rohaninya
contohnya banyak orang yang ingin kaya/sukses dengan bekerja keras sehingga bagi
dia kaya adalah segalanya dan harus melakukan cara apapun untuk mencapai
tujuannya, jikalau dihubungkan dengan gotong royong maka sesorang mungkin
terlalu sibuk mengejar materi sehingga lupa dengan gotong royong yang realisasinya
di lingkup lingkungan rumahnya seperti gotong royong untuk menjaga kawasan
komplek dan gotong royong untuk menyiapkan pernikahan warga tapi sayangnya di
era ini banyak sekali orang kota menggunakan event organizer untuk menyiapkan
sebuah pernikahan, sehingga dewasa ini pemupukan sikap gotong royong juga
semakin sesak/terbatas.Namun, event organizer didalamnya juga terlibat adanya
kegotong royongan sekumpulan orang untuk mencapai tujuan.

Sikap malas juga bisa menyebabkan sesorang menjauhi dari kumpulan orang
dan timbullah benih-benih sikap individualis. Adapun macam-macam malas seperti
contoh kasus seperti misalnya si A punya dendam tersembunyi dengan B yang
tinggalnya sesama komplek dan semisal ada organisasi karang taruna maka otomatis
si A malas/tidak suka bertemu dengan si B yang mengakibatkan si tidak bisa
melakukan tugas sebagai warga penduduk yang baik melalu wadah karang taruna
tersebut. Lain lagi contoh kasus malas dan inilah momokyang mewabah para pemuda
Indonesia, istilahnya meger (males gerak) dan lebih memilih kasur sebagi tempat
ternyaman untuk bermalas-malasan. Contoh kasus si A ditugaskan ayahnya yang
pergi ke luar kota untuk menggantikan ayahnya yang seharusnya kerja bakti, tetapi
dia memilih untuk acuh-tak acuh dan karena malas tersebut yang mengakibatkan tidak
mau kemana-mana dan memilih untuk di zona nyamanya.

Salah satu hambatan dalam kegiatan bergotong royong adalah individualisme,


diteropong dari maknannya sendiri yaitu sebagai penekanan yang berlebihan terhadap
suatu individu sedemikian rupa sehingga tali hubungan terhadap orang banyak atau
masyarakat disepelekan. Ada satu faktor yang mengakibatkan lahirnya sikap
individualisme dalam era sekarang yaitu high technology 4.0 dengan kecanggihan
teknologi contohnya handphone dengan banyak aplikasi seru dengan permainan yang
disediakan apple store atau google play store dan aplikasi sosial media seperti
whatsapp, instagram, line, twitter, facebook dll. Dengan itulah seagian masyarakat
terinfeksi oleh kecanggihan suatu ponsel dalam hal ngeatif yang menyebabkan acuh
tak acuh terhadap sekitarnya, serta egoisme dalam juga sebagai akibat dari kasus ini.

Bicara “Gotong Royong”, pasti kalian sudah tahu pengaplikasiannya seperti


apa, secara hakiki gotong royong berasal dari kata yaitu karyo dan gawe. Biasanya
perilaku gotong mencapai puncaknya ketika 17 Agustus , hari raya keagamaan,
sunatan, pernikahan, sangat disayangkan bila gotong royong yang dijadikan pondasi
negara itu mulai retak, karena hanya hari besar saja gotong royong dilakukan oleh
masyarakat,tapi untunglah tidak di semua kota,kecamatan,kelurahan, tingkat RT dan
RW, pedesaan menghilangkan konsep gotong royong dalam bertetangga, berteman
dsb.Meskipun setidaknya masih dilakukan ketika hari besar, dengan klasifikasi
tertentu gotong royong bisa dilaksanakan oleh semua kalangan terutama kalangan
muda yang masih enerjik dalam berpikir dan bertindak , dan yang akan menjadi aset
bangsa Indonesia di masa depan, bila sifat individualisme terus melekat pada
kalangan tersebut, maka Indonesia harus dipertanggungjawabkan kepada siapa kelak ?
ketika masa depan itu datang. Yang bisa dilakukan atau contoh kecilnya belajar
sungguh-sungguh, kita bisa mengaplikasikan gotong royong dalam belajar seperti
diskusi antar teman yang akan mendapat ilmu baru dan opini yang berbeda sehingga
menghasilkan sebuah gagasan untuk pemecah masalah dalam pelajaran.

“…Tetapi sebenarnya prinsip bonum commune menemui andangannya


dengan prinsip gotong royong dan kerukunan dalam etika jawa yang disitir
Soekarno. Sebagaimana politik Aristotelian yang juga menghormati hak
individu, prinsip gotong royong juga demikian halnya, meskipun dengan cara
yang sedikit berbeda antara keduanya terletak pada kesadaran yang tajam
tentang hak manusia dalam arti tradisional dalam Etika Jawa…”. (Agustinus
Wisnu Dewantara, 2017:67)
Semangat gotong royong ini salah satunya dalam rangka untuk mencapai
kesejahteraan umum (bonum commune). Gotong royong merupakan fondasi dari
bonnum commune karena dengan semangat gotong royong yang merupakan puncak
dari bonum commune maka kesejahteraan umum dapat mudah teraplikasi atau
terealisasi dalam kehidupan bermasyarakat, entah dalam ruang lingkup yang sempit
maupun luas. Bonume commune ini harus direalisasikan oleh siapapun itu sesuai
dengan ruang lingkupnya dan demi mencapai dan dipadukan dengan sila-sila yang
ada di dalam Pancasila. Sangat jelas relevansinya antara bonum commune dengan
gotong royong.
Gotong royong juga bisa dimasukkan sebagai sikap yang harus dimiliki oleh
seorang yang telah bekerja di sebuah perusahaan atau yang lainnya, misalnya suatu
perusahaan menginginkan target pencapaian dalam sebulan sekian,sekian, maka para
staff harus mengadakan/pengaplikasian gotong royong dalam mencapai target, karena
bila bekerja secara individualisme, target yang ditetapkan founder akan sulit tercapai,
karena sifat individualisme yang menjarah beberapa staff mengakibatkan terjadi “miss
communication” sebagai sebab akibat dari keindividualisme manusia, sebab dari
kemungkinan sifat individualisme itu muncul mungkin karena adanya persaingan
antara staff yang mau menang sendiri dan mungkin ada beberapa yang ingin
menjatuhkan karyawan lain karena keegoisannya.

Kembali ke konteks sejarah Bangsa Indonesia, Soekarno pada masa itu ingin
menggagas bahwa perwujudan tertinggi dari hidup manusia untuk meraih kebaikan
bersama. Gagasan Soekarno ini hamper mirip dengan spekulasi dari Aristotele, tapi
kita harus mengerti polis terlebih dahulu. Polis adalah adalah negara atau kota yang
berisi sekumpulan orang yang hidup bersama dan polis ini merupakan puncak dari
persekutuan hidup bersama, maka tujuan polis menurut Aristoteles adalah mengejar
puncak dari kebaikan/ dalam rangka meraih kebaikan yang tertinggi (most sovereign
of all goods).Menurut spekulasi Soekarno, kebaikan dengan ini berisi makna
semangat gotong royong dan dengan ini terdapat benang merah antara gotong royong
dengan bonum commune atau kesejahteraan umum.

Dulu bila hanya Soekarno yang berjuang sendiri kala itu, Indonesia tidak akan
menjadi negara merdeka, dengan asas gotong royong Soekarno tak memikul
mimpinya sendiri, melainkan mimpi itu juga menjadi mimpi semua rakyat Indonesia
maka dari itu banyak orang yang terlibat dalam perjuangan mencapai kemerdekaan,
printilan-printilan itu tidak bisa berjalan sendiri karena hanya satu individu yang
bekerja, melainan banyak aspek yang ikut bekerja sama/ bergotong royong untuk
mencapai tujuan tersebut antara lain (dalam konteks organisasi) BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) dan PPKI (Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia).

Kita menilik lagi ke sejarah tepatnya ke zaman pra aksara yang dalam
perkembanganya kegiatan gotong royong antara lain kegiatan berburu pada masa
Paleolithikum atau masa berburu dan mengumpulkan makanan dalam berburu
mereka bekerja sama untuk menangkap suatu hewan perburuan yang dapat dimakan
demi penunjang kehidupannya bukan individu tapi secara kelompok yang akan
mudah untuk mencapai tujuan tersebut.

Kita menengok ke binatang contohnya semut, yang sudah banyak dijadikan


refleksi diri, semut yang bergotong royong untuk mengumpulkan makanan demi
tersedianya cadangan makanan di musim panas, dengan perilakunya maka si semut
mencapai tujuan nya dan tidak kesusahan kala musim panas itu datang, karena tidak
adanya sifat individualisme yang ada hanya tujuan bersama.

“Masyarakat Indonesia amat menjunjung tinggi gotong royong artinyatata


hubungannya bukan hanya bersifat lahiriah karena lahir dari kodrat manusia
Indonesi yang mengakui kebersamaan.Kerja sama masyarakat Indonesia yang
terpupuk dengan demikian juga bukan didasarkan oleh kepentingan,
melainkan karena sukarela. Pesona manusia di Indonesia bukan ditempatkan
terpisah dari masyarakat, tetapi terintegrasi utuh di dalamnya…”. (Agustinus
Wisnu Dewantara, 2017:101)

3.Kesimpulan
Kesimupulannya adalah pada hakekatnya sikap gotong royong melekat pada semua
insan (terutama masyarakat Indonesia),dan merupakan sikap penting dalam mencapai
tujuan bersama terutama negara ini yang harus maju dengan gotong royong secara
merata dan itu akan lebih mudah tercapai dibandingkan kita acuh tak acuh
dan ,individualisme masih melekat kita sebaiknya dihilangkan karena pendiri bangsa
ini berpondasikan gotong royong jadi kita harus menjaga pondasi terebut sampai
tujuan bersama kita tercapai yaitu Indonesia maju.

Daftar Pustaka

Dewantara, A. W. (2017). Alangkah hebatnya negara gotong royong:


Indonesia dalam kacamata Soekarno. PT Kanisius.

Dewantara, A. (2017). Diskursus Filsafat Pancasila Dewasa Ini.


DEWANTARA, A. W. (2016). GOTONG-ROYONG MENURUT
SOEKARNO DALAM PERSPEKTIF AKSIOLOGI MAX SCHELER, DAN
SUMBANGANNYA BAGI NASIONALISME INDONESIA (Doctoral dissertation,
Universitas Gadjah Mada).

https://en.wikipedia.org/wiki/Materialism

https://harisudiyono1.blogspot.com/2013/01/kepentingan-umum-bonum-
commune.html

https://www.edukasippkn.com/2016/01/pengertian-arti-manusia-sebagai-
makhluk.html

Anda mungkin juga menyukai