Anda di halaman 1dari 7

Islam dan marshall mcluhan

di Surabaya

Indonesia merupakan salah satu dari sekian negara di dunia yang memiliki
emosional spiritual yang sangat kuat dan taat menjalan kan agamanya bahkan
diperinyah maupun tidak ada perintah dari sang guru mursyid pengampunya. Karena
dinilai beragama selain merupakan perintah juga merupakan suatu budaya yang tidak
lepas dari kehidupan sehari-hari.

Kultur sosial, politik dan antropologis masyarakat indonesia memang sangat


kental dengan aspek kebiudayaan yang diwarisi oleh nenek moyang yang banyak
dipengaruhi oleh kebudayaan hindu budha sebelum adanya agama islam masuk ke
Nusantara (sebutantan indonesia kala itu). Rupanya keelokan akulturasi kebudayan
dan agama di Indonesia banyak menarik perhatian banyak kalangan baik dari kalangan
budayawan, tokoh agama, tokoh politik sampai dengan akademisi tertarik untuk
meneliti proses sampai dengan realitas akulturasi kebudayaan dan agama tersebut.

Hal ini seperti yang dilakukan oleh penulis buku “islam ku islam anda islam
kita” yang merupakan agamawan sekaligus budayawan yang ingin menjelaskan secara
gamblang tanpa tedeng aling-aling (dalam bahasa jawa) yang berati “transparan”
kepada kedua sahabatnya Prof. Dr. Mona Abaza1 dan Maria Pakpahan untuk menyaksikan
pagelaran pembacaan shalawat nabi oleh Habib Al-Haddad dan sajak burdah yang dikarang
oleh Imam Al-busyiri.2

Pada saat itu penulis buku “islam ku islam anda islam kita” yang juga merupakan
penceramah bertanya kepada halayak ramai “adakah para peraga kedua jenis pagelaran
1
Mona Abaza adalah associate professor bidang sosiologi di American University di Kairo, Mesir. Beberapa
karyanya antara lain Islamic Education, Perceptions and Exchanges (Paris, Cahier d’Archipel, 1994), Debates on Islam and
Knowledge in Malaysia and Egypt: Shifting Worlds (Taylor & Francis, 2002).
2
Dikisahkan, kasidah burdah diciptakan ketika Syekh alBusyiri ter serang penyakit aneh. Sebagian tubuhnya lumpuh.
Ia bermunajat pada Ilahi sambil mengucurkan air mata memohon kesembuhan. Tak lupa ia ciptakan se jumlah syair pujian
untuk Rasulullah SAW, dengan maksud memohon syafaat. Dalam tidurnya ia bermimpi berjumpa dengan Nabi Muhammad
SAW. Dalam mimpi tersebut alBusyiri sempat berdialog dengan Nabi. Ia membacakan syairsyair pujiannya untuk Nabi,
namun sampai pada bait ke 51: “famâ bala-ghul ilmi fîhi annahu basyarun...” ia tidak sanggup meneruskannya. Konon Rasul
menyuruhnya meneruskan “wa annahu khayru khalqillahi kullihimi”. Kemudian Nabi memberikan jubah (burdah) kepada al-
Busyiri dan mengusap bagian tubuh yang mengalami kelumpuhan. Ketika esok paginya orang tua ini terbangun, tibatiba ia
bisa berjalan dan pulih seperti sedia kala. Dengan ceria ia berjalanjalan di pasar sambil membacakan syairsyair pujian untuk
Rasul. Syairsyair inilah yang kemudian dikenal sebagai kasidah Burdah. Kasidah Burdah terdiri atas 162 sajak Dari 162 bait
tersebut, 10 bait tentang cinta, 16 bait tentang hawa nafsu, 30 tentang pujian terhadap Nabi, 19 tentang kelahiran Nabi, 10
tentang pujian terhadap al-Qur’an, 3 tentang Isra’ Mi’raj, 22 tentang jihad, 14 tentang istighfar, dan selebihnya (38 bait)
tentang tawassul dan mu najat. Puisi cinta untuk Rasul ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai ba hasa (Persia, India,
Pakistan, Turki, Urdu, Punjabi, Swahili, Indonesia, Inggris, Prancis, Jerman, Spanyol dan Italia). Di beberapa pesantren salaf,
kasidah ini masih senantiasa dibaca.
agama itu berlatih atas ke hendak sendiri sepanjang tahun, ataukah ada yang membiayai?
Terdengar jawaban gemuruh; tidak! Dengan kata lain mereka berlatih atas inisiatif sendiri
dengan biaya pribadi yang oleh Marshall Mcluhan3 disebut dengan happening (ada sesuatu)
yang tidak dapat di telaah secara naluri dengan metode apapun. Artinya kesuka relaan dalam
membela, mencintai dan rasa memiliki masyarakat indonesia sangat kuat.

Dalam kehidupan politik kita, perlu dipikirkan adanya sebuah sistem politik yang
sesuai dengan ajaran agama tentang keikhlasan, kejujuran/ketulusan dan keterbukaan.
Menjadi nyata bagi kita, bahwa pembentukan sebuah sistem politik yang me miliki
kandungan sangat beragam, benarbenar diperlukan saat ini.

Jelaslah bahwa aspek kesukarelaan dan keterbukaan sistem politik itu sangat
diperlukan dalam sikap dan landasan ke hidupan kita sebagai bangsa. Sementara itu,
happening seba gaimana yang diamati McLuhan itu ternyata memiliki arti yang mendalam
bagi peneropongan akan fungsi ajaran agama tersebut.

Hal ini berlaku pula dalam politik. Pengingkaran terhadap kesukarelaan di bidang
politik, hanya akan menghasilkan sistem politik yang memungkinkan seseorang berbohong
kepada rakyat.

3
Herbert Marshall Mcluhan (19111980) adalah ahli filsafat dan profesor bahasa Inggris kelahiran
Kanada. Mcluhan yang juga dikenal sebagai ahli teori komunikasi telah memberikan sumbangan konsep berupa
“budaya populer/populer culture” dalam ranah ilmu antropologi.
Diperlukan Spiritualitas Baru

Bulan september 2002, pada pertemuan pembentukan Dewan Agama (cikal bakal
lembaga penasihat PBB) di New York merupakan hari yang tidak menguntungkan atas
penulis buku “islam ku islam anda islam kita” dimana saat itu kondisi di tanah air sangat
sentif dan tidak kondusif . terlepas dari itu semua penullis tetap menyempatkan hadir karena
melihat pertemuan tersebut bukan hanya persoalan negara tapi sudah menyangkut persoalan
bangsa.
Adalah sebuah kenyataan bahwa berbagai organisasi ke agamaan yang besar di dunia
ternyata menyokong partaipartai politik tertentu. Soka Gakkai selaku organisasi Buddha
terbesar di dunia sejak tiga dasawarsa terakhir, mendukung Partai Ko meito (partai bersih),
yang saat itu menjadi mitra junior bagi Partai Demokratik Liberal yang memerintah Jepang .
Di India, RSS (Rashtriya Swayamsevak Sangha) sebuah organisa si keagamaan Hindu
terbesar yang didirikan pada tahun 1925, mendukung Bharatya Janatha Party (BJP), di
bawah pimpinan Atal Behari Vajpayee, meru pakan bukti tak terbantahkan tentang hal di atas.
Demikian juga, Jam’iyyah al-Taqrib Baina al-Madzâhib, di bawah pimpinan orang-orang
seperti Ayatullah Wa’iz Zadeh, mendukung Presiden Iran Mohammad Khatami. Sedang
organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama di Indonesia, mendukung Partai Ke bangkitan
Bangsa (PKB).
Artinya adalah Karena agama memiliki sudut pandang yang berdasarkan pada etika
dan moralitas suatu bangsa, yang sudah hampir hilang dari kehidupan politik ber bagai
bangsa. Karena itu muncul reaksi dalam berbagai bentuk.
Di kalangan gerakangerakan Kristiani, baik dari kaum Katolik maupun Protestan,
timbul apa yang dinamakan sebagai “tanda tanda zaman” ataupun pembebasan manusia dari
keterkung kungan pandangan sekuler yang tidak mengacu pada etika dan moralitas. Maka,
lahirlah sejumlah “alternatifalternatif”, seperti Teologi Pembebasan (liberation theology) yang

dibawakan oleh Leonardo Boff 4 dan kawankawan di Amerika Latin dalam paruh kedua abad
lalu. Ini membawa gaungnya sendiri yang dipenuhi dengan perdebatan sengit di hampir
semua pemikir keagamaan dari berbagai keyakinan yang ada saat ini. Dari “alternatifalter
natif” seperti inilah lahir kesadaran, bahwa harus dilakukan ber bagai tindakan untuk

4
Leonardo Boff dilahirkan pada 14 Desember 1938 di Concórdia, Estado de Santa Catarina, Brasil. Ia
seorang teolog, filsuf dan penulis, yang terkenal karena ia aktif mendukung perjuangan hakhak kaum miskin dan
mereka yang tersisihkan. Ia adalah salah satu pencetus Teologi Pembebasan, bersamasama dengan Gustavo
Gutierrez.
menghidupkan kembali berbagai peranan agama, pada bidangbidang yang strategis untuk
kehidupan bersama seluruh umat manusia.
Namun, perkembangan spiritualitas yang demikian hiruk pikuk, ternyata tidaklah
bergema di bidang politik. Para politisi tetap saja sibuk dengan kepentingankepentingan
mereka, dan hampirhampir tidak mau melihat etika, moral, dan kehidup an umat manusia,
kecuali secara manipulatif. lnilah yang meru pakan hidangan seharihari yang kita saksikan
saat ini, mulai dari berbagai skandal seksual, finansial maupun kultural yang melibatkan para
pemimpin dari berbagai negara. Kenyataan pa ling jelas dari hal ini dapat dilihat pada
bagaimana usaha banyak politisi untuk kepentingan pribadi ataupun golongan.
Dekadensi moral itu, dalam artiannya yang luas, dapat di lihat pada lembaga PBB saat
ini. Bahwa ada Dewan Keamanan (DK) dengan wewenang lima buah negara anggota untuk
menja tuhkan veto, menunjukkan dengan jelas bahwa wawasan moral dan etika telah hilang
dari badan politik tertinggi dunia saat ini. Dan, jika diperlukan, maka sebuah negara adi kuasa
yang juga menjadi anggota tetap DKPBB, yaitu Amerika Serikat (AS) dapat memaksakan
kehendak untuk menyerbu Irak dan Afghanistan di luar kerangka PBB sendiri.
Ketidakseimbangan ini jelas merupa kan hal yang memerlukan koreksi, untuk menyehatkan
proses di dalamnya. Diantaranya, melalui penyadaran semua pihak akan pentingnya arti
spiritualitas yang baru dalam perpolitikan tingkat dunia.
Prinsip “tak ada hegemoni dalam hubungan inter nasional” seperti yang diajarkan oleh
para pemimpin Republik Rakyat Tiongkok (RRT) di bawah kekuasaan Mao Zedong atas
Partai Komunis Tiongkok merupakan ketentuan dari adagium geopolitik. Kebijakan tanpa
hegemoni itu, men jadi ukuran penting yang harus diaplikasikan dalam hubungan internasiona
oleh lembaga spiritualitas baru. Walaupun banyak diingkari oleh para penganutnya.
Sebab tindakan yang akan diambil oleh sebuah negara, tanpa memegang aspek
spiritualitas akan terjebap pada politik kepentingan (interest politics) sementara politik sendiri
lahir akibat kepentingan keadilan, kesejahteran dan kesetaraan.
Doktrin Dan Tembang

Bangsa jawa memang dikenal bangsa yang unik dan kental sekali dengan budaya.
Pada bangsa jawa apalah arti sebuah agama tanpa adanya budaya yang mengiringinya
sehingga titik balik dari itu semua masa perjuangan walisongo untuk menyebarkan agama
islam tidak-lah “murni” berdakwah untuk meng- insyafkan masyarakat jawa kuno dari
kemusyrikan namun lebih dari itu dakwah wali songo lebih melakukan pendekatan cultural
dibanding pendekan spiritual.
Doktrin agama pada waktu itu dibangun sangat sederhana dan tidak ndakik-ndakik
(dalam bahasa jawa) yang berarti “melangit” , seperti misal melalui tembang anak-anak “lir-
ilir” 5 yang populer masa itu. Demikian terkenal nya tembang itu sehingga sering terdengar
dimanapun dan nyaman dibawakan kapanpun.
Sejujurnya, doktrin agama jika bertitik tolak pada pendekatan tersebut, tidak selalu
dengan pendekatan kekerasan namun lebih kepada pendekatan sistemik yang elok dengan
menunjukkan nilai-nilai keluhuran islam sebagai rahmatan lil alamin.
Misal, seperti tembang lir-ilir, jika dikaji dan di resapi mengandung banyak makna dan
filosofi yang dalam. Mengajak para pendengarnya untuk bangun malam untuk mendekatkan
diri kepada Allah, karena di waktu malam itu waktu sangat tenang serta diwaktu malam allah
banyak menurunkan rahmatnya sehingga orang yang sering melakukakan bangun malam
untuk ibadah akan mendapatkan kebahagiaan seperti kebahagiaan pengantin baru (tak ijo
royo-royo tak senggoh kemanten anyar)
Ketika itu, para Wali Sembilan (Wali Songo)6 di Pulau Jawa sedang mengembangkan
dengan sangat baik sistem kekuasaan yang ada. Para perintis gerakan Islam waktu itu, dengan
sengaja mengusahakan hak bagi para penganut agama Islam untuk bisa hidup di hadapan raja-
raja yang sedang berkuasa di Pulau Jawa. Cara mengusahakan agar hak hidup itu diperoleh,
adalah dengan mengajarkan bahwa kaum muslimin dapat saja mempunyai raja/penguasa non-

5
Tembang Ilirilir yang ditulis Sunan Kalijaga sangat dikenal di kalang an orang Jawa. Syairnya sarat
dengan nilai dakwah dan tasawuf yang tinggi. Sebagai seorang wali Allah yang sangat jenius dalam bersyair,
beliau sangat efektif menggunakan budaya setempat sebagai sarana pendekatan dakwah. Syair selengkapnya
adalah “ Lir-ilir, lir ilir..Tandure wis sumilir..Tak ijo royo royo..Tak sengguh penganten anyar…Cah angon-cah
angon..Peneken blimb- ing kuwi..Lunyu lunyu ya peneken..Kanggo mbasuh dodotiro…Dodotiro..
dototiro..Kumitir bedah ing pinggir.Dondomana jlumatono..Kanggo seba mengko sore…Mumpung jembar
kalangane..Mumpung padang..rembulane.. Yo surake..Surak hayo!”
6
Wali Sembilan (Wali Songo) adalah sembilan ulama yang merupakan pelopor dan pejuang dakwah
Islam di Pulau Jawa pada abad ke15 (masa Kesul tanan Demak). Dalam penyiaran Islam di Jawa, Wali Songo
dianggap sebagai kepala kelompok dari sejumlah besar muballigh Islam yang mengadakan dak wah di daerah-
daerah yang belum memeluk agama Islam. Mereka adalah; (1) Sunan Gresik, (2) Sunan Ampel, (3) Sunan
Bonang, (4) Sunan Giri, (5) Sunan Drajat, (6) Sunan Kalijaga, (7) Sunan Kudus, (8) Sunan Muria, dan (9) Sunan
Gunung Jati.
muslim. Seperti Sunan Ampel7 mengakui keabsahan Brawijaya yang beragama Hindu
Buddha (Bhairawa). Inilah yang akhirnya membuat Brawijaya V beragama Islam pada masa
akhir hayatnya dengan gelar Sunan Lawu. Nah, strategi untuk memperkenalkan agama Islam
kepa da sistem kekuasaan yang ada, sangat jelas, yaitu menekankan pada pendekatan
budaya daripada pendekatan ideologis yang sangat berbau politik. Dalam kerangka
“membudayakan” sebuah doktrin kalangan ahlus sunnah tradisional itulah, sebuah dok trin
sentral dikemukakan melalui sebuah tembang anakanak.
Doktrin yang dimaksud pandangan kaum Sunni tradi sional itu ialah adanya kewajiban
tunduk kepada pemerintah oleh semua kaum muslimin tanpa pandang bulu. Di kalangan
mereka ada ungkapan “para penguasa lalim untuk masa 60 tahun, masih lebih baik dari pada
anarki sesaat (imâmun fâjirun sittîna âmman khairun min faudhâ sâ ‘atin).”
Ketundukan itu, sama sekali tidak memperhitungkan penggunaan kekuasaan secara
salah. Ketundukan kepada penguasa ini sebenarnya adalah doktrin kaum Sunni tradisional,
yang sudah tentu sangat berlawanan dengan berbagai ajaran dan orangorang seperti Imam
Ayatullah Khomenei dan Ali Syariati.
Doktrin di atas oleh Sunan Ampel dimasukkan dalam tem bang “Lirilir”, dalam
ungkapan yang sesuai dengan budaya penguasa Jawa di Majapahit. Makna tembang tersebut
yaitu blim- bing untuk mencuci pakaian yang sobek pinggirnya, perlambang rakyat yang tidak
mempunyai kekuasaan apapun. Baju sobek itu dipakai untuk menghadap raja (seba), karena
lingkaran meng hadap raja masih lebar, dan sinar rembulan menyinari lingkaran (pumpung
jembar kalangane, pumpung padang rembulane). Tampak di situ bagaimana Sunan Ampel
menggunakan simbolsimbol budaya Jawa dalam hubungan masyarakat dengan penguasa,
yang sama sekali tidak ideologis.
Dalam kasus ini sangat tampak jelas bahwa, pendekatan budaya dan ideologis
bertentangan namun demikian struktur ideologi untuk merubah agama biarlah menjadi
akulturasi melalui pranata-pranata lain dalam bahasa lain biarlah alam yang melakukan
seleksi siapa yang akan menjadi pemenang dan sejarah yang akan menjadi saksi bahwa
pendekatan-pendekatan yang rahmatan lil alamin adalah pendekatan yang telah menjawab
bagaimana lajugerak perkembangan islam masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.
Dalam kata lain, yang sekuler akan tetap jadi skuler, yang liberal biarlah liberal, begitupun

7
Nama asli Sunan Ampel (Campa Aceh, 1401 Ampel Surabaya, 1481) yaitu Raden Rahmat. Ia adalah
putra Maulana Malik Ibrahim dari istrinya yang bernama Dewi Candrawulan. Menurut Babad Diponegoro,
Sunan Ampel sangat berpengaruh di kalangan istana Majapahit, bahkan istrinya pun berasal dari kalangan istana.
Dekatnya Sunan Ampel dengan kalangan istana membuat penyebaran Islam di daerah kekuasaan Majapahit,
khususnya di pantai utara Pulau Jawa, tidak mendapat hambatan berarti, bahkan mendapat izin dari pe nguasa
kerajaan.
yang ekstrim namun terlepas dari itu semua mereka adalah ummat Nabi Muhammad SAW
yang dijamin surganya sepanjang kalimat “la ilaha illa allah muhammadurrasu lullah”
tertanam kuat dihati.

Anda mungkin juga menyukai