Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN LITERASI BAHASA INDONESIA

SEMESTER GENAP
JUDUL BUKU

PENGARANG
Pengampu : Marzuanti Indah Lestari, S.Pd.

Oleh :

Riko Sakti Albertino

11 TFLM B / 23

SMK NEGERI 2 DEPOK

SLEMAN, YOGYAKARTA

TAHUN PELAJARAN 2020/2021


I. Identitas Buku
Judul Buku : Saiful Is Me: Berpikir Merdeka
Pengarang : Muhammad Saiful Haq
Penerbit, tahun terbit : Javakarsa Media, 2014
Jenis Buku : Fiksi
Tebal Buku : 112 Halaman

II. Sinopsis
Human Is Me:
Pertanyaan “Siapakah saya?” merupakan sebuah sarana rekonstruksi jalan untuk menjadi
manusia yang bahagia, mengapa? Karena dengan mempertanyakan siapai diri sebenarnya
akan membuka cakrawala pemikiran yang luas, yang vertikal dan horizontal. Internal dan
eksternal. Jiwa dan badan. Ini sebuah awal langkah besar untuk pencapaian yang besar
pula dalam menemukan makna keindahan sempurna dari kehidupan fana, yaitu
‘kebahagiaan’, di manapun kita berada, seperti apapun kondisinya, bagaimanapun
kondisinya.

Nasional Is Me:
Bentuk nasionalisme tak hanya bersikap keras apabila warisan negara yang selama ini
kita acyhkan diklaim negara tetangga. Tak harus berteriak lantang,
“GayaanngggMaleisia!”. Kecintaan pada bangsa dalam bentuk totalitas yang ‘hanya’
meminta sebuah estafet cinta dari dan untuk penerus- penerus nasib negara, supaya
memiliki semangat merah-putih yang sama dari para kusuma bangsa, tanpa harus repot-
repot membayar dengan nyawa.
Mari merenung sedikit dengan lirik lagu “Sumbang”-nya Iwan Fals:
Lusuhnya kain bendera di halaman rumah kita, bukan satu alasan untuk kita tinggalkan...

Liberal Is Me:
Manusia sekarang seolah lebih takut mati daripada takut kepada Yang Menentukan
kematian. Lebih takut lapar daripada takut kepada Yang Memberi rezeki. Agama
menjadi kedok untuk berprofesi. Menurut saya pemuka agama bukanlah sebuah profesi,
mereka relawan. Sebagai mana dengan profesi lain, maka memiliki upah. Pemuka agama
hanya diupah oleh Tuhan, seharusnya begitu.
III. Kelebihan Buku
1. Ditulis dengan gaya bahasa sehari- hari sehingga mudah dipahami
2. Isi buku berkaitan dengan kehidupan sehari- hari
3. Banyak teori para ahli yang bisa menambah pengetahuan pembaca

IV. Kekurangan Buku


1. Editing yang kurang rapi sehingga banyak kata yang tidak dipisahkan spasi dengan
kata di depannya
2. Pemahaman yang utuh dari penulis yang tidak sepaham dengan pembaca 

V. Penilain/Ulasan
Buku ini dibagi menjadi lima bab, tiga diantaranya merupakan paham yang dipecah. Dari
Humanisme menjadi Human Is Me, Nasionalisme menjadi Nasional Is Me dan
Liberalisme menjadi Liberal Is Me. Dalam buku ini, penulis mencoba menceritakan isi
kepalanya melalui tulisan dengan sudut pandangnya dan tetap berdasarkan pemikiran
yang logis. Setiap bab menjelaskan berbagai hal yang ada di masyarakat sesuai judul bab
tersebut. Isinya pun membuka pikiran pembaca agar lebih peka terhadap hal kecil
disekitar yang sering terabaikan. Penulis juga mengungkapkan betapa bahagianya orang
yang berpikir merdeka diatas tanah yang merdeka. Sekaligus sebagai alternatif
mengubah cara berpikir yang stigmatis menjadi lebih luwes. Memahami Humanisme,
Nasionalisme dan Liberalisme dengan cara yang belum terpikirkaan sebelumnya.
Memastikan Liberal tidak berarti tidak bersikap taat terhadap ajaran agamanya. Betapa
pentingnya toleransi dalam mewujudkan kehidupan sehari- hari. Bahkan penulis
menceritakan perjalanan spiritualnya yang membuat setiap orang yang membacanya
harus lebih banyak bersyukur atas nikmat Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai