Anda di halaman 1dari 9

Nama : Alda Syavira

NIM : 11160520000003
Semster : 7/A

UJIAN AKHIR SEMESTER


BIMBINGAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI


UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1. Dalam penulisan karya tulis, terdapat kaidah penulisan yang perlu diperhatikan. Selain ejaan,
penulisan kalimat baik judul maupun artikel tulisan perlu dibuat seefektif mungkin. Coba
baca potongan tulisan berikut ini.

Peringatan Maulid Nabi Muhammad Shalallaahu 'Alaihi Wasallam


sebagai Pahlawan Umat Muslim
Oleh: Nurul Anwar

Peringatan maulid nabi muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam dan hari pahlawan
pada umumnya menjadi sebuah inspirasi bahwa pada zaman modern ini, zaman serba
digital, zaman media baru sebagai komunikasi seluruh aktifitas masyarakat,
membuktikan jika alam dengan berbagai keajaiban dunia juga sudah dimodernkan oleh
Allah Subhanahu Wa ta’ala. Semua yang terjadi sudah diatur olehNya, kita sangat
berharap Allah Subhahu wa ta’ala menurunkan sosok pemimpin yang terbaik dan
pahlawan yang berakhlak mulia layaknya Rasulullah Shallahu a’alaihi wasallam.
Kitapun sebagai umat muslim juga seharusnya meneladani sikap-sikap perjuangan
nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wasallam dan pahlawan-pahlawan yang berjuang
untuk kemerdekaan Indonesia. Bukan hanya bertikai tentang hakikat perbedaan hingga
terpecah belah masyarakat di dunia ini melainkan menjunjung tinggi nilai kebersamaan

1
dan menghargai perbedaan pendapat serta selalu bersemangat dalam memperjuangkan
nilai persatuan.
Peringatan Maulid dan hari pahlawan adalah sarana paling tepat untuk mengenalkan
masyarakat kepada suri tauladannya yang menjadi sosok pahlawan dalam
memperjuangan nilai-nilai islam. Bagaimana cahaya-cahaya Nabi Muhammad itu bisa
merasuk ke dalam kalbu-kalbu mereka. Agar masyarakat mengerti bahwa suri
tauladannya tak pernah mencaci. Nabinya tak pernah membenci, karena agama yang
dibawa adalah agama kasih sayang. Maulid juga sebagai sarana agar mengetahui bahwa
Rasulullah diutus bukan sebagai pelaknat, melainkan sebagai rahmat. (Diambil dari Nurul
Anwar, 2019)

a. Sebutkan beberapa kelemahan aturan penulisan pada tulisan di atas? Mengapa?


Pada penulisan artikel ini tidak sesuai dengan unsur – unsur penyusuan, misalnya tidak
terdapat kesimpulan dan saran. Hanya pada pembahasan dan pengertian – pengertian
maulid nabi.
b. Tolong, judul dan tulisan di atas diperbaiki!
Judul “Keistimewaan menyambut Hari Pahlawan umat Islam”

2. Struktur Teks Resensi setidaknya memuat lima bagian, yaitu identitas buku, orientasi,
synopsis, analisis, dan evaluasi. Lihat resensi Islam ‘Mazhab’ Quraish Shihab karya
Habibullah. Coba Anda identifikasi kelima bagian dari struktur teks resensi tersebut.
- Identitas buku :
JUDUL : Islam yang Saya Anut: Dasar-dasar Ajaran Islam
PENULIS : M. Quraish Shihab
PENERBIT : Lentera Hati
CETAKAN : Pertama, Januari 2018
TEBAL : 346 halaman
- Orientasi :
Ini merupakan satu-satunya buku yang ditulis Quraish Shihab untuk menunjukkan
identitas keagamaannya. Sebelumnya, lebih dari 50 buku yang dia tulis sebatas
memaparkan kekayaan pandangan ulama dari berbagai mazhab, termasuk mazhab yang

2
kontroversial di Indonesia. Tujuannya agar umat tahu fakta ajaran Islam yang sebenarnya
sehingga mereka bisa memilih hidangan pendapat tersebut sesuai dengan ketenteraman
hati mereka
- Synopsis :
Buku ini memaparkan dua poin penting. Pertama, kesunnian Quraish Shihab sekaligus
bantahan terhadap mereka yang selama ini menyebutnya sebagai penganut Syiah hanya
karena dalam beberapa tulisannya mengutip pendapat imam Syiah. Walaupun dalam
banyak kesempatan—ini kadang yang luput dari perhatian—dia juga mengkritik
pendapat aliran Syiah yang keliru. Dia mengaku ajaran Sunni sudah lama ia amalkan.
- Analisis :
dia mencukupkan pada pendapat fikih Imam Syafii, akidah Imam Asy’ary, dan
tasawuf Imam al-Gazali dengan alasan moderat. Pasalnya, ketiga ulama tersebut
berangkat dari beragam pemikiran tokoh-tokoh sebelumnya yang kontradiktif,
diakomodasi dan diformulasikan sehingga menjadi korpus ajaran kontekstual.
Kecenderungan kepada tokoh moderat ini juga menjadi manhaj Quraish Shihab untuk
memahami Islam secara moderat dengan tipologi paradigma serupa.
Quraish Shihab mengakui bahwa puluhan tahun dia mempelajari beragam
pandangan ulama dan berkumpul dengan ulama-ulama dunia. Akumulasi pandangan
Islam yang bervariasi ini menjadi pertimbangan matang baginya untuk menentukan
pijakan yang pas bagi ajaran Islam yang aplikatif.
Lebih dulu dia memahami Islam secara etimologis yang berarti damai. Lalu dia
mengelaborasinya dengan bukti dalil dan data historis. Ketika sampai pada titik persoalan
pergolakan sosial karena perilaku umat Islam yang tidak mendatangkan kedamaian,
ditariklah benang merah bahwa akar penyebabnya adalah tiadanya pemahaman terhadap
hakikat perbedaan, dan tidak apresiatif terhadapnya.

- Evaluasi :
Quraish Shihab juga menjelaskan cara mengaplikasikan universalitas ajaran Islam
berdasarkan konsep khair dan ma’ruf (kebaikan), sebuah formula perpaduan ajaran Islam
dengan kearifan lokal. Selama tidak menyangkut bentuk ibadah dan akidah, Islam tidak
memerlukan nama dan bungkus formal. Yang dibutuhkan adalah esensinya. Pandangan

3
ini konfrontatif dengan harakah pendirian negara khilafah yang getol memformalisasi
ajaran Islam.
Buku ini ditulis seringkas mungkin agar bisa mencakup aspek-aspek penting
dalam Islam. Segmen yang dituju adalah generasi muda yang saat ini gairah
keislamannya sangat tinggi tapi masih kesulitan mendapatkan buku yang mengulas ajaran
Islam secara komplet dan seimbang.

JUDUL : Islam yang Saya Anut: Dasar-dasar Ajaran Islam

PENULIS : M. Quraish Shihab

PENERBIT : Lentera Hati

CETAKAN : Pertama, Januari 2018

TEBAL : 346 halaman

Islam ‘Mazhab’ Quraish Shihab

Oleh Habibullah (Koran Tempo, 31 Maret-01 April 2018)

Ini merupakan satu-satunya buku yang ditulis Quraish Shihab untuk menunjukkan identitas
keagamaannya. Sebelumnya, lebih dari 50 buku yang dia tulis sebatas memaparkan kekayaan
pandangan ulama dari berbagai mazhab, termasuk mazhab yang kontroversial di Indonesia.

4
Tujuannya agar umat tahu fakta ajaran Islam yang sebenarnya sehingga mereka bisa memilih
hidangan pendapat tersebut sesuai dengan ketenteraman hati mereka.
Gaya penulisan tersebut dirancang secara sengaja karena penyusun “Tafsir al-Misbah”
tersebut melihat kecenderungan ajaran Islam di Indonesia masih imparsial. Sebagian ditutupi
sehingga ia tampak asing. Atau bahkan kelihatan aneh dan sesat. Memaparkan semua pendapat
ulama adalah perjuangannya untuk mencerdaskan umat dalam beragama.
Buku ini memaparkan dua poin penting. Pertama, kesunnian Quraish Shihab sekaligus
bantahan terhadap mereka yang selama ini menyebutnya sebagai penganut Syiah hanya karena
dalam beberapa tulisannya mengutip pendapat imam Syiah. Walaupun dalam banyak
kesempatan—ini kadang yang luput dari perhatian—dia juga mengkritik pendapat aliran Syiah
yang keliru. Dia mengaku ajaran Sunni sudah lama ia amalkan.
Dalam tubuh Sunni yang begitu luas tersebut, dia mencukupkan pada pendapat fikih
Imam Syafii, akidah Imam Asy’ary, dan tasawuf Imam al-Gazali dengan alasan moderat.
Pasalnya, ketiga ulama tersebut berangkat dari beragam pemikiran tokoh-tokoh sebelumnya yang
kontradiktif, diakomodasi dan diformulasikan sehingga menjadi korpus ajaran kontekstual.
Kecenderungan kepada tokoh moderat ini juga menjadi manhaj Quraish Shihab untuk
memahami Islam secara moderat dengan tipologi paradigma serupa.
Quraish Shihab mengakui bahwa puluhan tahun dia mempelajari beragam pandangan
ulama dan berkumpul dengan ulama-ulama dunia. Akumulasi pandangan Islam yang bervariasi
ini menjadi pertimbangan matang baginya untuk menentukan pijakan yang pas bagi ajaran Islam
yang aplikatif.
Lebih dulu dia memahami Islam secara etimologis yang berarti damai. Lalu dia
mengelaborasinya dengan bukti dalil dan data historis. Ketika sampai pada titik persoalan
pergolakan sosial karena perilaku umat Islam yang tidak mendatangkan kedamaian, ditariklah
benang merah bahwa akar penyebabnya adalah tiadanya pemahaman terhadap hakikat
perbedaan, dan tidak apresiatif terhadapnya.
Problema perbedaan dalam tubuh umat Islam atau antar-umat beragama menjadi poin
penting kedua dalam buku ini. Quraish Shihab yakin, dengan menetralisasi problem perbedaan,
masalah umat Islam akan usai. Dia mengambil sudut pandang tidak populis tentang arti penting
perbedaan. Misalnya, tentang hadis yang meramalkan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi
37 golongan dan hanya satu yang masuk surga. Dia memegang teguh kebenaran hadis yang

5
menjelaskan sebaliknya—sebagaimana keyakinan gurunya di Mesir, Syekh Abdul Halim
Mahmud—bahwa semua golongan selamat, kecuali satu.
Tentang Syiah yang lama dikampanyekan sesat, dia memilih memandangnya sebagai
aliran sah dalam Islam, berdasarkan keputusan ulama sedunia di Yordania pada 2005. Dia juga
mengutip pendapat pakar ushul fikih, Asy-Syatibi, bahwa perbedaan dalam tubuh Islam adalah
keniscayaan. Bisa dibenarkan. Menjadikannya sebagai media permusuhan merupakan kesesatan
itu sendiri.
Tentang agama lain, dia mendasarkan pada data historis yang jarang disebarkan banyak
orang. Contohnya tentang perjanjian Rasul dengan umat Kristen Najran untuk melindungi
mereka, agama mereka, dan tempat ibadah mereka sebagaimana Rasul melindung keluarganya
sendiri. Begitu apresiatifnya Rasul terhadap agama Kristen, sampai beliau memaklumatkan agar
jika gereja kekurangan bahan, agar segera dibantu dengan cuma-cuma.
Quraish Shihab juga menjelaskan cara mengaplikasikan universalitas ajaran Islam
berdasarkan konsep khair dan ma’ruf (kebaikan), sebuah formula perpaduan ajaran Islam dengan
kearifan lokal. Selama tidak menyangkut bentuk ibadah dan akidah, Islam tidak memerlukan
nama dan bungkus formal. Yang dibutuhkan adalah esensinya. Pandangan ini konfrontatif
dengan harakah pendirian negara khilafah yang getol memformalisasi ajaran Islam.
Buku ini ditulis seringkas mungkin agar bisa mencakup aspek-aspek penting dalam
Islam. Segmen yang dituju adalah generasi muda yang saat ini gairah keislamannya sangat tinggi
tapi masih kesulitan mendapatkan buku yang mengulas ajaran Islam secara komplet dan
seimbang.

3. Dalam resensi buku, terdapat tiga jenis resensi, yaitu resensi informatif, resensi deskriptif,
dan resensi kritis.
a. Bisa dijelaskan apa sebetulnya resensi informatif, resensi deskriptif, dan resensi kritis
tersebut? Apa perbedaan yang dimiliki masing-masing jenis resensi tersebut?
- Resensi deskriptif : resensi ini membahas dengan kongkrit, jelas dan detail pada
setiap bab yang akan diresensi
- Resensi informatif : membahas secara rinci/detail serta bagian umum dari
keseluruhan buku

6
- Resensi kritis : resensi yang sangat detail dengan menggunakan metodologi dalam
ilmu pengetahuan. Isi yang terdapat pada resensi bersifat kritis
b. Dari tiga jenis resensi yang disebut, masuk jenis resensi apa resensi buku Islam ‘Mazhab’
Quraish Shihab karya Habibullah seperti disebutkan di soal nomor 1? Kenapa?
Dalam resensi buku islam ‘Mazhab’ Quraish Shihab ini menggunakan jenis resensi
informatif. Karena pembahasan dalam bab ini tidak secara detail, tidak dibahas pada
setiap bagian atau babnya.

4. Plagiat didefinisikan sebagai “Pengambilan karangan (pendapat dan sebagainya) orang lain
dan menjadikannya seolah-olah karangan(pendapat dan sebagainya) sendiri, misalnya
menerbitkan karya tulis orang lain atas nama dirinya sendiri; jiplakan” (Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 1988: 169).
a. Sebutkan lima tindakan plagiat dalam penulisan karya tulis!
- Tidak mencantumkan identitasatau mencantumkan sumbernya penulis jika mengutip
kalimat pada penelitian
- Mengatas namakan penelitian atau mengakui tulisan orang lain
- Mengutip terlalu banyak tulisan orang lain tanpa menerangkan pendapat sendiri
- Menggunakan tulisan orang lain secara mentah
- Mengatas namakan atau mengakui penemuan orang lain padahal bukan hasil
pemikirannya
b. Jelaskan dan berikan contoh!
- Plagiat pada dasaranya mengemukakan pendapat atau kata – kata orang lain sebagai
kepunyaannya sendir. Contohnya: menulis fakta kutipan atau pendapat dari buku
orang lain tanpa menyebutkan sumbernya.
- Mengcopy paste tanpa adanya penjelasan dari pengkutip.

5. Parafrase menjadi instrument penting dalam menghindari plagiat.


a. Sebutkan teknik-teknik paraphrase yang Anda pelajari! Jelaskan!
- Dalam memparapharase karya tulis seseorang lebih baik dibandingan dengan
mengkutip. Karena memparaprase itu kemampuan seseorang untuk menulis ulang ide

7
atau gagasan orang lain dengan menggunakan kata – kata sendiri dan mengubah
tampilan kalimat serta penulisan
b. Parafrasekan kalimat/paragraph di bawah ini
i. Sebuah kejutan di bidang realita maya (virtual reality) terjadi pada tahun 1961
dengan kemunculan Sensoramanya Heilig.
Parafrase : Hasil penemuan dibidang realita maya yang terjadi pada tahun 1961
dengan kemunculannya dengan cukup signifikan dengan nama sensoramaya
ii. Komputer mampu membawa orang ke tempat-tempat yang belum pernah bisa
mereka kunjungi sebelumnya, termasuk ke permukaan planet lain.
Parafrase : saat ini dengan menggunakan komputer saja mampu mengajak semua
orang mengunjungi tempat – tempat yang belum pernah dijumpai.
iii. Sangatlah pelik untuk mendefinisikan plagiasi saat Anda melakukan ringkasan
atau parafrase. Keduanya memang berbeda, tetapi batas-batas parafrase dan
ringkasan sangatlah tipis sehingga Anda tidak menyadari jika Anda berpindah
dari melakukan parafrase menjadi meringkas, kemudian berpindah ke malakukan
plagiasi. Apapun tujuanmu, parafrase yang sangat mirip dengan naskah asli
dianggap sebagai melakukan plagiasi, meskipun Anda telah menuliskan
sumbernya (Booth et al., 2005, hlm 203).
Parafrase : sulit untuk pemula umtuk membuat ringkasan atau parafrase. Antara
ringkasan atau parafrase memang berbeda, namun perbedaannya sangat sedikit
yang membuat khalayak tidak menyadari jika melakukan kesalahan ketika
melakukan parafrase menjadi meringkas. Dalam melakukan plagiasi, parafrase
yang serupa berupa teks asli akan dianggap plagiasi, walaupun menulis
sumbernya.
iv. Mahasiswa sering berlebihan dalam menggunakan kutipan langsung saat
membuat catatan, sebagai akibatnya mereka menggunakan kutipan yang
berlebihan dalam tugas karya ilmiah (paper). Mungkin hanya sekitar 10% dari
manuskrip akhir yang diperbolehkan muncul dalam bentuk kutipan langsung.
Oleh sebab itu, Anda harus berusaha untuk membatasi jumlah penulisan yanag
sama persis dengan materi sumber saat kallian menulis buku atau catatan. Lester,
James D. Writing Research papers. 2nd ed. (1976): 46-47.

8
Parafrase : dalam menulis karya ilmiah, tidak jarang mahasiswa yang mengutip
secara berlebihan. Maka disarankan untuk menghidaro kata perkata yang sama
persis seperti mengutip.

Anda mungkin juga menyukai