2 1 0 0 / 0 3 / 2 0 2 1
WP. 2100
PROGRAM
Nama : Adam Budi Nugroho Nama : Dwi Haryanto Nama : Muhammad Irfan
1
I. PENGANTAR
Laporan teknis ini dibuat dalam rangka kegiatan WP Operasi Survei Deployment dan
dan Recovery yang merupakan bagian dari WBS Penerapan Teknologi Survei
Kelautan. Kegiatan WP dan WBS ini merupakan salah satu aktivitas dari Program
Laporan ini berisi kegiatan selama triwulan pertama pada periode kegiatan tahun
2021.
Kegiatan utama dari WP ini adalah melakukan survei deployment dan recovery buoy
pada tahun 2021 yang rencananya akan menempatkan tujuh buoy (gambar 1).
Dari ketujuh buoy diatas, Buoy Selatan Sumbermanjing (MLG) dan Buoy Selatan
Selat Sunda (SUN) merupaka buoy yang telah dipersiapkan pertama kali dan akan
dilakukan survei deployment pada triwulan pertama (Januari, Febuari dan Maret).
2
Gambar 1. Lokasi Peletakan Buoy Tsunami di Indonesia
Secara umum kegiatan survei deployment buoy dapat dibagi menjadi 3 tahapan
utama. Tahapan tersebut meliputi pre survei, kegiatan survei dan hasil survei.
Tahapan pre – survei atau persiapan survei adalah kegiatan yang dilaksanakan
sebelum dilakukannya kegiatan survei. kegiatan ini sangat penting untuk dilakukan
secara karena akan beberapa persiapan yang perlu dilakukan adalah pembuatan
rencana operasi survei, kesiapan kapal yang akan digunakan dan peralatan survei
baik peralatan akustik bawah air dan juga peralatan buoy yang akan dipersiapkan
seperti memo – memo yang mendukung kegiatan survei deployment ini, persiapan
personil dan pencarian data sekunder terutama data kedalaman di area survei.
3
Laporan ini dibuat bertujuan untuk melaporkan tahapan pre survei atau persiapan
adalah
recovery buoy
4
II. TUJUAN LAPORAN
Laporan teknis ini merupakan laporan pertama dari kegiatan WP, dengan tujuan:
dilakukan
regional di lokasi terdapatnya gas seep dan emisi gelembung gas yang keluar
pengolahan data MBES dalam mendeteksi emisi gas dan gelembung gas dari
dasar laut.
5
III. HASIL PERSIAPAN KEGIATAN OPERASI SURVEI DEPLOYMENT BUOY
Rencana operasi adalah tahapan pertama yang perlu dibuat dalam melakukan
rencana survei yang akan dilakukan. Dibuat oleh kepala operasi yang nantinya
akan dijadikan rujukan oleh kapten kapal dalam menjalankan misi surveinya.
Untuk kegiatan survei deployment INABUOY Malang dan Selat sunda tahun
2021 yang akan menjadi ketua tim adalah Adam Budi Nugroho yang merupakan
WP dari Operasi Survei Deployment dan dan Recovery. Total personil survei
yang akan mengikuti kegiatan ini adalah sebanyak 49 orang yang terdiri dari 8
Survei Kelautan - BPPT, 8 personl berasal dari unit kerja lainya di BPPT, 21
personil kru kapal yang berasal dari Balai Teknologi Survei Kelautan – BPPT, 1
personil tenaga kesehatan, 1 personil security officer, observer yang berasal dari
Maret 2021 dan kapal yang akan digunakan adalah kapal KR Baruna Jaya IV.
Secara umum jadwal kegiatan adalah kapal KR Baruna Jaya IV bertolak dari
Buoy yang akan di deploy, setelah itu kapal akan bertolak menuju samudra
SURVEI DEPLOYMENT
BUOY INA-TEWS 2021
INA BUOY MALANG (MLG) DAN SELAT
SUNDA (SUN)
23 Februari – 22 Maret 2021
RENCANA OPERASI
7
A. Latar Belakang
Bencana tsunami selat Sunda yang terjadi pada tanggal 22 Desember 2018 jam
20.56 cukup mengejutkan Masyarakat di wilayah sekitar selat Sunda. Tsunami yang
terjadi tidak didahului oleh gempa bumi, sehingga masyarakat tidak menyadari akan
adanya ancaman tsunami. Tsunami tersebut terjadi karena adanya erupsi anak
Krakatau yang menyebabkan terjadinya longsoran dari gunung anak Krakatau yang
terlihat dari satelit ALOS (Sentinel Asia). Longsoran ini menyebabkan berkurangnya
volume gunung anak Krakatau dari 110-160 juta meter kubik menjadi 40 – 70 juta
meter kubik saja. Kejadian ini menyebabkan timbulnya korban sebanyak 430 orang
dengan kerusakan Rumah sebanyak 800 buah lebih. 6 kabupaten di Banten dan
yang disebabkan oleh gunung Anak Krakatau ini. Badan Pengkajian dan Penerapan
Gambar 21.Lokasi ancaman gempa yang dapat membangkitkan tsunami untuk wilayah selat sunda : Megathrust
8
Untuk melakukan deteksi tsunami digunakan sensor tekanan yang dipasang di dasar
laut. Untuk memasang sensor ini, dapat digunakan buoy maupun kabel. Kedua
teknologi ini (buoy dan CBT) memiliki kelebihan masing-masing. Untuk kasus
deteksi dini tsunami selat sunda yang disebabkan longsor, kedua teknologi ini
memungkinkan untuk dimanfaatkan. Akan tetapi, untuk deteksi dini tsunami dengan
sumber gempa subduksi, pembangunan deteksi dini berbasis kabel, akan lebih
ideal. Hanya saja, teknologi kabel laut ini membutuhkan kabel sepanjang ratusan
kilometer, serta waktu pembuatan dan pemasangan yang cukup lama. Dibutuhkan
biaya yang jauh lebih mahal dibandingkan deteksi dini berbasis buoy. Oleh karena
itu, opsi tsunami buoy untuk ancaman gempa subduksi lebih memungkinkan untuk
dibangun jangka pendek sambIl mempersiapkan deteksi dini tsunami berbasis kabel.
serangkaian kegiatan teknis dan uji coba sebelum buoy dipasang secara permanen
di lokasi pendeteksian. Pada tahun 2021, akan dilakukan deployment buoy Ina-
Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan deployment 2 buah
22 Maret 2021. Kegiatan ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 27 hari, yang
dimulai dari Pelabuhan Muara Baru hingga kembali lagi ke Pelabuhan Muara Baru.
9
D. Wahana Survei dan Peralatan
Wahana yang digunakan dalam kegiatan ini adalah K.R. Baruna Jaya IV
yang dikelola oleh Balai Teksurla BPPT. Dengan spesifikasi sebagai berikut:
10
Vessel Name RV. BARUNA JAYA IV
LOA 60.40 m
LBP 55.25 m
Width 12.10 m
Depth at Upper Deck 6.50 m
Draft Mean 4.15m
Cruising Speed 9 knots
Accomodation 17 crews & 28 Scientist/Engineer
Owner BPPT Indonesia
2 x 1100 HP @850 RPM, Niigata SEMT Pielstick
Main Engine
5PA5L
1 unit Diesel Generator Baudouin 270 HP @1500
Auxiliary Engine
RPM
Main Alternator 2 unit shaft driven generator Leroy Somer @625 KVA
Synchronous Alternator 1 unit Leroy Somer 200 KVA @1500 rpm
Bow Thruster 1 unit Schottel STT 170 LKT – 200 HP @1500rpm
Propeller Type CPP 4 Blades Renou Dardel type CPP 1504
Fuel Tank Capacity HSD 190.000 liters, Oil 11.000 liters
Fresh Water Tank Capacity 90.000 liters
Reverse Osmosis 250 liters/hour @clear sea water
Fuel Consumption 6752 liters/day
Life Raft 6 x 25 pax and 2 x 16 pax
1 unit Rubber Boat with 20 HP Engine
Navigation Radar ARPA X Band Furuno, GPS, AIS
Telecommunication SSB, GMDSS A3, B-gan, Irridium
1 unit A Frame Gantry 10 Tons,
11
K.R. Baruna Jaya IV dilengkapi peralatan survei yang digunakan pada pekerjaan ini
dapat terlihat pada Tabel 2 di bawah ini.
6.2a
Caris 6 1 Set
INMARSAT I set
12
E. Personil
Personil dalam kegiatan ini dibagi dalam 2 kelompok, yaitu tim survei yang terdiri
dari 27 orang dan Kru Kapal yang terdiri dari 21 orang. Berikut daftar personil
13
24 Dr. Bayu Pranata, M.Si BMKG Observer
25 Hosnan Nelayan Indonesia Observer
26 Lisban Wilhan Security Officer
27 Risky Rana Saputra PT Pal Observer
28 Budi Andriyanto PT Pal Observer
14
F. Rencana Operasi Survei
Kegiatan Operasi Survei meliputi kegiatan lintas laut yang dimulai dari Pelabuhan
Muara Baru, lalu menuju PT.PAL untuk loading buoy, dilanjutkan dengan
lalu K.R. Baruna Jaya IV akan Kembali ke Muara Baru. Lintasan dan lokasi
15
3.2 Kesiapan Kapal dan Alat Survei
3.2.1 Pendahuluan
Gilson dan winch ctd serta perlatan pendukung lainnya seperti multibeam,
boxcore dan ctd. Disamping itu perlu disiapkan pula peralatan tambat mooring
Selat Sunda dan Selatan Malang dapat dibagi 2 kegiatan yaitu penyiapan
diservice.
Semua peralatan dicoba dan test termasUk Alat bantu seperti crane,
Gilson, winch ctd dan Aframe. Hasil seatrial dapat menjadi rujukan
17
3.2.3 Penyiapan Bahan Mooring Line
dibutuhkan berdasarkan Desain Yang telah dibuat. Untuk minggu ini telah
18
Mempersiapkan Bahan Mooring Untuk Wettest Buoy di PT PAL
serta system releaser OBU maka perlu disiapkan rangkaian Mooring Pada
1. 16 Floater
saat dirilis atau dilepas dari pemberatnya Kegiatan ini berlamngsung dari
dimana rangkaian mooring yang telah dirangkai dikirim ke PT PAL via darat.
Kegiatan ini meliputi inventarisasi kebutuhan mooring line selat sunda dan
19
kebutuhan mooring line Buoy Selat sunda dan selatan Malang.
20
21 PP Rope 3 3 2 8 pcs
22 Nylon 1/4" 100 100 200 pcs
23 Nylon rope 0
24 floatrer 45 45 90
21
3.2.2 Hasil Kegiatan SEATRIAL
Seatrial dilaksnakan pada hari Kamis, 18 Februari 2021. Lokasi seatrial berada
di sekitar perairan Kepulauan Seribu dan memakan waktu selama 6 jam. Hasil
Data Repair
Alternator Kanan
AC Sentral Sabroe
derajat.
22
Main Crane
crane. Pada saat running test crane sudah kuat mengangkat beban
Gambar 9 (kanan ke Kiri) Allignment Test Motor dengan Kompressor, Main Crane,
Pompa Eksternal untuk Sistem Pendingin
23
Performa Engine
ME SB cyl 1 &
3 Max Exhaust Gas 410 Di atas limit safety (400)
4
24
Note :
Gas buang pada Cylinder 1 & 4 Maine Engine PS melebihi limit safety yang
ditentukan yaitu 410 (limit safety : 400). Rack pada saat tersebut juga melebihi
limit safety yang ditentukan yaitu 15.5 (limit safety: 15. Hal tersebut terjadi pada
saat pitch bernilai 4. Sehingga pada pitch tersebut ME sudah berpotensi untuk
tidak running dengan safety. Oleh karena itu pada saat seatrial ini ditentukan
25
Monitoring Consumable Engine
Consumption 30 2540
Added
Note :
= (179010-25000) / 6000
= 25.667 days
Alat survei yang dilakukan percobaan adalah MBES 1180 yang terdapat pada
keel KR Baruna Jaya, Sub bottom profilier orotech 3010 S, CTD sea bird, ADP
26
No Item Test Status
Latar Belakang
Sistem penentuan posisi dan heading di KR Baruna Jaya IV menggunakan
Tujuan
27
- Verifikasi akurasi posisi yang didapatkan dari DGNSS Trimble BX992
Trimble BX992
Metodologi
Parameter Geodesi
Datum Geodesi
Ellipsoid : World Geodetic System 1984 (WGS84)
Semi-major Axis (a) : 6378137.000m
Semi-minor Axis (b) : 6356752.314m
Eccentricity (e) : 0.00669437999013
Flattening (1/f) : 298.257223563
Unit : meters
Proyeksi
Projection Type : Universal Transverse Mercator (UTM)
Central Meridian : 105°E (UTM Zona 48S)
Scale Factor : 0.9996
False Easting : 500000m
False Northing :10000000m
Latitude of Origin : 0° (Equator)
Personel
Personel Balai Teksurla yang terlibat dalam kegiatan ini adalah sebagai
berikut,
Surveyor 1 : Ahmad Fawaiz S.
Surveyor 2 : Rastamauli Jabal R. Harahap
Peralatan
Dalam pengukuran kalibrasi heading dan verifikasi DGNSS Trimble
BX992 menggunakan 2 set receiver GNSS Geomax Zenith 25 Pro dan
peralatan pendukung lainnya.
28
Titik Kontrol
Titik kontrol digunakan sebagai titik acuan dalam pengukuran GNSS Geomax
Zenith 25 Pro. Titik kontrol dibutuhkan agar pengukuran GNSS secara RTK
(Real Time Kinematic) mempunyai hasil koordinat yang dapat dipercaya. Titik
relative terhadap titik acuan yang dianggap benar. Hasil pengukuran berupa
Pengukuran Heading
base di titik acuan dan satu buah sebagai rover dan digunakan untuk
merekam koordinat dua buah titik di haluan kapal yang bisa digunakan
haluan kapal dengan jarak sekitar 3 meter satu sama lain. Pengukuran
29
dilakukan dengan merekam sebanyak 25 set koordinat dua buah titik
heading dengan Trimble BX992 nilai koreksi heading diset pada 0°,
DGNSS hanya dilakukan pada satu titik yaitu di titik antenna primer atau
antenna yang digunakan sebagai titik posisi kapal dari Trimble BX992. Pengukuran
dilakukan sebanyak 25 set koordinat posisi DGNSS Trimble BX992. Pada saat
yang sama posisi yang didapatkan dari Trimble BX992 juga dilakukan perekaman
Hasil dari pengukuran merupakan selisih dari nilai heading dan posisi yang
didapatkan dari Trimble BX992 yang dipasang di kapal dengan hasil Geomax
Zenith 25 Pro. Dari hasil tersebut diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai
bahan evaluasi dari nilai heading dan posisi yang didapatkan dari Trimble BX992.
30
Kalibrasi Heading
perhitungannya,
Δ Heading
Hasil
(deg.)
Mean -0,03
Geomax Zenith 25 Pro dengan solusi perekaman data RTK fixed. Berikut
Δ Easting Δ Northing
Hasil
(m) (m)
31
Standard Deviation 0,02 0,02
Hasil pengukuran dan perhitungan kalibrasi heading dan verifikasi posisi DGNSS
Ketelitian posisi DGNSS Trimble BX992 cenderung kecil atau kurang teliti
yaitu pada fraksi 50cm, mengingat sesuai dengan manual seharusnya nilai
seperti koreksi yang tidak stabil, obstacle sinyal GNSS, dan dimungkinkan
GNSS.
Pandemik virus korona atau yang dikenal dengan COVID-19 telah melanda
seluruh dunia. Bermula pada bulan desember akhir tahun 2019 di cina, saat ini
virus ini telah meyebar ke seluruh dunia pada tahun 2020. Perkembangan awal
tahun 2021, kondisi masih tetap sama sehingga memerlukan tes PCR untuk
negative. Dengan kondisi demikian maka SOP kesehatan baru mulai diberlaku
32
Pada tahun 2021 sudah banyak berkembang alat tes PCR dengan berbagai
PCR tes. Mulai dari kecepatan 1 hari hasil keluar hingga 3 hari hasilnya dapat
diketahui. Dalam survei ini seluruh personil diwajibkan melaksanakan tes PCR.
Tes PCR dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 20 Febuari 2021 di Hotel Amaris,
Tanah Abang Jakarta Pusat. Dari hasil tes PCR pertama, hasilnya adalah
diharuskan untuk mengganti kru tersebut. PCR test kedua dilaksanakan pada
hari Senin, 22 Febuari 2021 dan hasil keluar pada malam harinya. Setelah dites
beberapa kru hasinya adalah negatif sehingga kapal bersiap berangkat untuk
melaksanakan survei Deployment Malang dan Sunda pada hari Selasa tanggal
23 Febuari 2021.
sounder yang memiliki frekuensi 50 kHz dan 1080 kHz. Multibeam echo sounder
(MBES) ini dipasang front-mounted yaitu pada bagian depan kapal RV Baruna
kHz hanya pada beam kiri multibeam echosounder. Hal tersebut dikarenakan
Pelaksanaan kalibrasi ini terletak di koordinat sekitar 08° 53' 51"S, 114° 48'
33
08"E. Kalibrasi MBES digunakan untuk menentukan nilai komponen sistem,
Berikut hasil kalibrasi alat multibeam yang telah dilakukan pada table berikut:
1050D
(Latency)
HASIL BATIMETRI LOKASI SELAT SUNDA
pada daerah penelitian deplotment Malang dengan waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan pemetaan batimetri adalah sekitar 17 jam. Jumlah lintasan yang dilewati
adalah 8 lintasan dengan posisi buoy malang tahun 2019 sebagai titik tengahnya.
sloping dengan nilai kedalaman antara 1800 meter hingga 2300 meter. Berikut
34
Gambar 20. Peta Kedalaman Lokasi Malang
pengukuran dengan titik tengah berupa buoy pada tahun 2019. Pengukuran Sub
35
Gambar 113. Peta lintasan MB-NS-MLG21-R600 Sub Bottom Profiller
perekaman hanya pada kedalaman 1800 hingga 2300 meter perekaman data. Hasil
pencuplikan nilai seabed mendapatkan nilai kedalaman paling dangkal sebesar 1980,419
meter dan nilai terdalam sebesar 2005.22 meter. berdasarkan data hasil box core
didapatkan litologi pada seabed merupakan lempung, kemungkinan pada reflektor lapisan
kedua merupakan litologi yang lebih kompak dari lempung yang didapatkan pada
pengambilan box core sesuai dengan kaidah geologi yang berlaku. Selain itu ketebalan
antara seabed dengan reflektor pertama memiliki ketebalan antara 0,87 hingga 6,31 meter,
hal ini memungkinkan alat deteksi tsunami mengalami penurunan muka tanah dan
Malang. Survei dimulai pada tanggal 7 Maret 2021 pada pukul 11:31WIB dan
36
berakhir pada pukul 12:25. Waktu yang dibutuhkan adalah lebih kurang 1 jam.
Hasil yang didapatkan oleh boxcore adalah lempung dengan warna abu
Gambar 12. Kegiatan Pengambilan Conto Sedimen dengan menggunakan Box Core
DEPLOYMENT OBU
Deployment OBU Ina Tews Malang dilaksanakan pada 7 Maret 2021 pada
pukul 15:40 WIB dan berakhir pada pukul 16:41 WIB atau selama 1 jam dengan
total panjang lintasan 1,5 km dan kecepatan kapal rata-rata 1.5 knot. Dengan
desain yang berbeda pada tahun sebelumnya yaitu tidak lagi menjadi 1
rangkaian panjang maka deployment OBU dan Buoy terpisah menjadi waktu
yang berbeda.
meteorology yang terdiri dari arah angina, kecepatan angina serta pengamatan
data oceanografi di lokasi titik deploy buoy OBU. Pengamatan ini digunakan
37
serta pengamat visualisasi.
Data hasil pengamatan arah angin, arah arus dari tenggara menuju Barat-
Laut dengan Tenggara dengan kecepatan rata –rata sekitar 10 m/s dengan arah
angin 2230 dan tinggi gelombang sekitar 1.5 – 1.8 meter. Dengan adanya
parameter ini, maka jalur deployment OBU dibuat dari Barat-Laut menuju
Tenggara atau melawan arah arus dan angin sehingga buritan kapal tetap
TRILATERASI OBU
Trilaterasi adalah proses mencari koordinat sebuah titik berdasarkan jarak titik
38
3 09° 11’ 29.4001” S 112° 31’ 39.6330” E 2028
koordinat 09° 11’ 40.9366” LS dan Bujur 112° 31’ 34.3091” BT. Setelah
dapat diketahui bahwa OBU tidak tepat jatuh pada titik singker OBU yang
diajukan. Namun, bergeser lebih di barat sepanjang kurang dari 1m dari titik yang
direncanakan.
melaksanakan pengecekan OBU dengan dek Unit yang ada dikapal. Metode
ini disebut dengan Link-Budget. Tujuan dari pelaksanaan prosedur ini adalah
untuk mengetahui kualitas komunikasi akustik antara OBU dan deck unit, serta
untuk membandingkan kualitas sinyal akutik pada sudut sebaran sinyal 20°
dan 50°. Ilustrasi pengambilan data sebaran sinyal pada sudut x° ditunjukkan
39
pada gambar 1 berikut ini.
Deployment Surface Buoy Ina Tews Malang dilaksanakan pada tanggal 8 Maret
2021 pada pukul 10:22 WIB dan berakhir pada pukul 13:34 WIB atau selama 2 jam
dengan total panjang lintasan 3 NM dan kecepatan kapal rata-rata 1.5 knot. Dengan desain
yang berbeda pada tahun sebelumnya yaitu tidak lagi menjadi 1 rangkaian panjang maka
yang terdiri dari arah angin, kecepatan angin serta pengamatan data oceanografi di lokasi
titik deploy buoy. Pengamatan ini digunakan untuk menentukan arah lintasan deployment.
Data pengamatan didapat dengan menggunakan bantuan software seperti Windy, BMKG,
Data hasil pengamatan arah angin, arah arus dari tenggara menuju Barat-Laut
dengan Tenggara dengan kecepatan rata –rata sekitar 15 m/s dan tinggi gelombang
sekitar 1.6 – 1.9 meter. Dengan adanya parameter ini, maka jalur deployment buoy dibuat
40
dari Barat-Laut menuju Tenggara atau melawan arah arus dan angin sehingga buritan
Seperti yang dilakukan pada loaksi perkiraan singker OBU, maka untuk
mencari posisi perkiraan singker Buoy juga dilakukan Trilaterasi Untuk. Trilaterasi
adalah proses mencari koordinat sebuah titik berdasarkan jarak titik tersebut ke
minimal 2 buah koordinat yang sudah diketahui. Hasil Trilaterasi dapat dilihat
41
Gambar 177. Hasil Trilaterasi Posisi Singker Buoy
koordinat 09° 11’ 44.0149” LS dan Bujur 112° 31’ 26.1797” BT pada kedalaman
kembali maka dapat diketahui bahwa Buoy tidak tepat jatuh pada titik singker
Buoy yang diajukan. Namun, bergeser lebih di barat sepanjang kurang dari 20 m
42
dilakukan di lokasi dengan kedalaman antara 88 m hingga 1502 m. Area patch
test dilakukan di area Sekitar pulau Panaitan, Daerah ini juga pernah dilakukan
patch test MBES Teledyne Hydrosweep DS. Terdapat dua lajur survei yang mempunyai
arah 270 ͦ sepanjang 7.7 Km dan 8 Km dengan interval antar lajur 1200 m serta satu
lajur dengan panjang 6.6 Km yang mempunyai arah 180 ͦsebagai lajur kontrol.
Kalibrasi MBES tidak dilakukan kalibrasi latency karena system Kongsberg EM304
sudah menggunakan 1PPS untuk sinkronisasi waktu dan string NMEA ZDA untuk
Untuk penghitungan kalibrasi Multibeam mendapatkan nilai kalibrasi untuk Roll dan
Pitch dilakukan dengan melakukan rata-rata diantara dua line yang bolak balik. Hasil
Komponen Kalibrasi Hasil Kalibrasi Asli Data Hasil Kalibrasi Rata-rata Perbedaan
(Resolusi)
Roll 0.16° 0.21° 0.05°
Pitch 0.14° 0.05° -0.09°
43
Navigation Delay (Latency) 0.00s (negligible due to 1pps) 0.00s (negligible due to 1pps) -
Table 82. Perbandingan hasil kalibrasi dengan nilai Asli data Berdasarkan Software
QImera
Dapat dilihat pada Tabel 8 di atas, perbedaan kalibrasi (resolusi) antara kalibrasi
berkisar dibawah 0°. Seluruh Pemilihan data roll, pitch dan yaw pada software PDS telah
melewati statistik “Very Strong Solution” untuk memastikan keabsahan data. Untuk
mengetahui pengaruh nilai kalibrasi tersebut terhadap batimetri yang dihasilkan maka
dilakukan perbandingan DEM antara batimetri di lokasi kalibrasi tanpa dan dengan
menggunakan nilai kalibrasi dan hasilnya dapat dilihat pada Gambar berikut :
44
Gambar 20. Gridding 15m Setelah kalibrasi
45
Hasil Batimetri Lokasi Selat Sunda
kedalaman pada 1900 m hingga 2100 m. Area slope yang cukup tinggi hingga
terlihat seperti bentuk tebing pada area timur laut daerah survei. Namun area
yang memiliki area yang relative datar hampir sekitar 60 % area survei. Oleh
karena itu titik deployment buoy Sunda akan diajukan pada titik koordinat
Lintang 60 30’ 05” LS dan Bujur 1040 00’ 41.483” BT. Lokasi ini berada pada
perairan Malang. Survei dimulai pada tanggal 20 Maret 2021 pada pukul
09:00 WIB dan berakhir pada pukul 11:00 WIB. Waktu yang dibutuhkan adalah
46
lebih kurang 2 jam. Kedalaman yang diambil adalah sekitar 2035 m dengan
didapatkan oleh boxcore adalah lempung laut dengan warna abu kehijauan
Gambar 93. Kegiatan Pengambilan Conto Sedimen dengan menggunakan Box Core di BJ3
DEPLOYMENT OBU
20 Maret 2021 pukul 14:26 WIB dan berakhir pada pukul 15:01 WIB atau
selama 35 menit dengan total panjang lintasan 600 m dan kecepatan kapal
47
rata-rata 1.5 knot. Dengan desain yang berbeda pada tahun sebelumnya
yaitu tidak lagi menjadi 1 rangkaian panjang maka deployment OBU dan
meteorology yang terdiri dari arah angin, kecepatan angin serta pengamatan
data oceanografi di lokasi titik deploy buoy OBU. Pengamatan ini digunakan
Data hasil pengamatan arah angin, arah arus dari Timur - Laut menuju
Barat - Daya dengan Tenggara dengan kecepatan rata –rata sekitar 12 m/s
dengan arah angin 2230 dan tinggi gelombang sekitar 1.5 – 1.8 meter. Dengan
adanya parameter ini, maka jalur deployment OBU dibuat dari Barat-Daya
menuju Timur - Laut atau melawan arah arus dan angin sehingga buritan kapal
TRILATERASI OBU
48
Trilaterasi adalah proses mencari koordinat sebuah titik berdasarkan jarak titik
pada koordinat 06° 30’ 001594” LS dan Bujur 104° 00’ 40.5928” BT.
Hasil trilaterasi menunjukan OBU tidak tepat jatuh pada titik singker OBU
yang diajukan. Namun, bergeser lebih di bagian agak lebih utara sepanjang
49
TES KOMUNIKASI LINK-BUDGET PASCA PENURUNAN OBU
melaksanakan pengecekan OBU dengan dek Unit yang ada dikapal. Metode
ini disebut dengan Link-Budget. Tujuan dari pelaksanaan prosedur ini adalah
untuk mengetahui kualitas komunikasi akustik antara OBU dan deck unit, serta
untuk membandingkan kualitas sinyal akutik pada sudut sebaran sinyal 20°
dan 50°. Ilustrasi pengambilan data sebaran sinyal pada sudut x° ditunjukkan
50
Gambar 28. Analisa PSNR
Dari data tersebut, dihitung nilai rata-rata untuk setiap radius dan hasilnya
PSNR
Radius Rata-rata
U T S B
20° 13,9 dB 14,23 dB 14,16 dB 14,6 dB 14,22 dB
50° 13,13 dB 13,83 dB 12,2 dB 12,46 dB 12,91 dB
radius sebaran sinyal sudut 20° atau 741 meter. Pada radius tersebut, sinyal
terkuat secara berurutan ditangkap di arah Barat dengan rata-rata nilai PSNR
sebesar 14,6 dB dan arah Timur dengan rata-rata nilai PSNR sebesar 14,23.
51
DEPLOYMENT SURFACE BUOY
Deployment Surface Buoy Ina Tews Selat Sunda (SUN) dilaksanakan pada
tanggal 21 Maret 2021 pada pukul 10:22 WIB dan berakhir pada pukul 13:25
WIB atau selama 3 jam dengan total panjang lintasan 10 000 km dan kecepatan
kapal rata-rata 1.5 – 1.8 knot. Dengan desain yang berbeda pada tahun
sebelumnya yaitu tidak lagi menjadi 1 rangkaian panjang maka deployment OBU
adalah proses mencari koordinat sebuah titik berdasarkan jarak titik tersebut
52
Table 31. Hasil Koordinat Trilaterasi Singker Buoy
koordinat 06° 30’ 05.0257” LS dan Bujur 104° 00’ 33.5185” BT pada
kemudian diplotkan kembali maka dapat diketahui bahwa Buoy tidak tepat
jatuh pada titik singker Buoy yang diajukan. Namun, bergeser lebih di barat
VI. REKOMENDASI
Ada beberapa rekomendasi yang terkait dengan kegiatan triwulan pertama ini, yakni:
Prokes perlu dijadikan kebiasan yang harus dilakukan, tidak hanya untuk Covid-
19 Namun medical check-up untuk personil survei.
53