Anda di halaman 1dari 53

T R - 0 1 / .

2 1 0 0 / 0 3 / 2 0 2 1

TECHNICAL REPORT TW-01

WP. 2100

OPERASI SURVEI DEPLOYMENT DAN RECOVERY

PROGRAM

PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI

PERINGATAN DINI BENCANA

Dibuat oleh : Diperiksa oleh : Disetujui oleh :


Leader WP 2100 Group Leader WBS 2-3473.2000 Chief Engineer

Nama : Adam Budi Nugroho Nama : Dwi Haryanto Nama : Muhammad Irfan

Tanggal : 29 Maret 2021 Tanggal : 30 Maret 2021 Tanggal : 30 Maret 2021

1
I. PENGANTAR

Laporan teknis ini dibuat dalam rangka kegiatan WP Operasi Survei Deployment dan

dan Recovery yang merupakan bagian dari WBS Penerapan Teknologi Survei

Kelautan. Kegiatan WP dan WBS ini merupakan salah satu aktivitas dari Program

PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI PERINGATAN DINI BENCANA.

Laporan ini berisi kegiatan selama triwulan pertama pada periode kegiatan tahun

2021.

Kegiatan utama dari WP ini adalah melakukan survei deployment dan recovery buoy

pada tahun 2021 yang rencananya akan menempatkan tujuh buoy (gambar 1).

Ketujuh buoy tersebut adalah sebagai berikut:

1. Buoy Barat Pulau Nias (GNS)

2. Buoy Gunung Anak Krakatau (GAK)

3. Buoy Barat Bengkulu (BKG)

4. Buoy Selatan Selat Sunda (SUN)

5. Buoy Selatan Cilacap (CXP)

6. Buoy Selatan Sumbermanjing (MLG)

7. Buoy Selatan Bali (DPS)

8. Buoy Timur Pulau Talaud (TAL)

9. Buoy Utara Sulawesi (GTO)

Dari ketujuh buoy diatas, Buoy Selatan Sumbermanjing (MLG) dan Buoy Selatan

Selat Sunda (SUN) merupaka buoy yang telah dipersiapkan pertama kali dan akan

dilakukan survei deployment pada triwulan pertama (Januari, Febuari dan Maret).

2
Gambar 1. Lokasi Peletakan Buoy Tsunami di Indonesia

Secara umum kegiatan survei deployment buoy dapat dibagi menjadi 3 tahapan

utama. Tahapan tersebut meliputi pre survei, kegiatan survei dan hasil survei.

Tahapan pre – survei atau persiapan survei adalah kegiatan yang dilaksanakan

sebelum dilakukannya kegiatan survei. kegiatan ini sangat penting untuk dilakukan

secara karena akan beberapa persiapan yang perlu dilakukan adalah pembuatan

rencana operasi survei, kesiapan kapal yang akan digunakan dan peralatan survei

baik peralatan akustik bawah air dan juga peralatan buoy yang akan dipersiapkan

untuk kegiatan deployment, pelaksanaan perizinan survei, dan pemeriksaan PCR

tes atau pengecekan medical check sebelum pelayaran, penyiapan administrasi

seperti memo – memo yang mendukung kegiatan survei deployment ini, persiapan

personil dan pencarian data sekunder terutama data kedalaman di area survei.

3
Laporan ini dibuat bertujuan untuk melaporkan tahapan pre survei atau persiapan

sebelum kegiatan survei deployment buoy dilakukan. Kontribusi WP terhadap WBS

adalah

1. Mempersiapkan tahapan persiapan kegiatan operasi survei deployment dan

recovery buoy

2. Melaksanakan kegiatan operasi survei deployment dan recovery buoy

3. Melaporkan hasil kegiatan operasi survei deployment dan recovery buoy

4
II. TUJUAN LAPORAN

Laporan teknis ini merupakan laporan pertama dari kegiatan WP, dengan tujuan:

1. Melaporkan tahapan pra survei atau persiapan yang dilakukan sebelum

pelaksanaan survei deployment.

2. Memberikan gambaran langkah – langkah persiapan sebelum survei

dilakukan

Hasil yang diharapkan dari laporan ini adalah:

1. Memberikan pemahaman tentang kondisi hidro-oseanografi dan geologi

regional di lokasi terdapatnya gas seep dan emisi gelembung gas yang keluar

dari dasar laut.

2. Membuat dokumen yang bermanfaat untuk panduan dalam akuisisi dan

pengolahan data MBES dalam mendeteksi emisi gas dan gelembung gas dari

dasar laut.

5
III. HASIL PERSIAPAN KEGIATAN OPERASI SURVEI DEPLOYMENT BUOY

3.1 Rencana Operasi

Rencana operasi adalah tahapan pertama yang perlu dibuat dalam melakukan

kegiatan survei. Dokumen ini adalah dokumen yang menjelaskan mengenai

rencana survei yang akan dilakukan. Dibuat oleh kepala operasi yang nantinya

akan dijadikan rujukan oleh kapten kapal dalam menjalankan misi surveinya.

Rencana operasi berisikan mengenai rencana kerja, jadwal kegiatan, personil,

kapal yang akan digunaka.

Untuk kegiatan survei deployment INABUOY Malang dan Selat sunda tahun

2021 yang akan menjadi ketua tim adalah Adam Budi Nugroho yang merupakan

WP dari Operasi Survei Deployment dan dan Recovery. Total personil survei

yang akan mengikuti kegiatan ini adalah sebanyak 49 orang yang terdiri dari 8

personil perekayasa, 6 personil litkayasa yang berasal dari Balai Teknologi

Survei Kelautan - BPPT, 8 personl berasal dari unit kerja lainya di BPPT, 21

personil kru kapal yang berasal dari Balai Teknologi Survei Kelautan – BPPT, 1

personil tenaga kesehatan, 1 personil security officer, observer yang berasal dari

BMKG dan Himpunan Nelayan Indonesia. Waktu yang dibutuhkan adalah

diperkirakan selama 27 hari yang akan dimulai dari tanggal 23 Februari – 22

Maret 2021 dan kapal yang akan digunakan adalah kapal KR Baruna Jaya IV.

Secara umum jadwal kegiatan adalah kapal KR Baruna Jaya IV bertolak dari

Pelabuhan Muara Baru menuju PT PAL di Surabaya untuk mengambil rangkaian

Buoy yang akan di deploy, setelah itu kapal akan bertolak menuju samudra

hindia bagian selatan jawa untuk kegiatan deployment

Adapun detail rencana operasi adalah sebagai berikut:


6
20210201PLIQ

SURVEI DEPLOYMENT
BUOY INA-TEWS 2021
INA BUOY MALANG (MLG) DAN SELAT

SUNDA (SUN)
23 Februari – 22 Maret 2021
RENCANA OPERASI

Balai Teknologi Survei Kelautan


Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
2021

7
A. Latar Belakang

Bencana tsunami selat Sunda yang terjadi pada tanggal 22 Desember 2018 jam

20.56 cukup mengejutkan Masyarakat di wilayah sekitar selat Sunda. Tsunami yang

terjadi tidak didahului oleh gempa bumi, sehingga masyarakat tidak menyadari akan

adanya ancaman tsunami. Tsunami tersebut terjadi karena adanya erupsi anak

Krakatau yang menyebabkan terjadinya longsoran dari gunung anak Krakatau yang

terlihat dari satelit ALOS (Sentinel Asia). Longsoran ini menyebabkan berkurangnya

volume gunung anak Krakatau dari 110-160 juta meter kubik menjadi 40 – 70 juta

meter kubik saja. Kejadian ini menyebabkan timbulnya korban sebanyak 430 orang

dengan kerusakan Rumah sebanyak 800 buah lebih. 6 kabupaten di Banten dan

Lampung terdampak oleh tsunami ini

Kejadian ini mendorong pemerintah untuk mempersiapkan peralatan deteksi tsunami

yang disebabkan oleh gunung Anak Krakatau ini. Badan Pengkajian dan Penerapan

Teknologi diminta untuk mempersiapkan teknologi ini sebagai upaya untuk

mengurangi kerugian harta dan jiwa.

Gambar 21.Lokasi ancaman gempa yang dapat membangkitkan tsunami untuk wilayah selat sunda : Megathrust

Enggano, Selat sunda dan West – Central Java.

8
Untuk melakukan deteksi tsunami digunakan sensor tekanan yang dipasang di dasar

laut. Untuk memasang sensor ini, dapat digunakan buoy maupun kabel. Kedua

teknologi ini (buoy dan CBT) memiliki kelebihan masing-masing. Untuk kasus

deteksi dini tsunami selat sunda yang disebabkan longsor, kedua teknologi ini

memungkinkan untuk dimanfaatkan. Akan tetapi, untuk deteksi dini tsunami dengan

sumber gempa subduksi, pembangunan deteksi dini berbasis kabel, akan lebih

ideal. Hanya saja, teknologi kabel laut ini membutuhkan kabel sepanjang ratusan

kilometer, serta waktu pembuatan dan pemasangan yang cukup lama. Dibutuhkan

biaya yang jauh lebih mahal dibandingkan deteksi dini berbasis buoy. Oleh karena

itu, opsi tsunami buoy untuk ancaman gempa subduksi lebih memungkinkan untuk

dibangun jangka pendek sambIl mempersiapkan deteksi dini tsunami berbasis kabel.

Dalam rangka pembangunan sistem deteksi Tsunami dengan buoy diperlukan

serangkaian kegiatan teknis dan uji coba sebelum buoy dipasang secara permanen

di lokasi pendeteksian. Pada tahun 2021, akan dilakukan deployment buoy Ina-

TEWS di 2 lokasi, yaitu Malang (MLG) dan Selat Sunda (SUN)

B. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan deployment 2 buah

buoy Ina-TEWS di lokasi Sumbermanjing dan Selat Sunda.

C. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Kegiatan deployment buoy dilaksanakan pada tanggal 23 Februari sampai dengan

22 Maret 2021. Kegiatan ini akan dilaksanakan selama kurang lebih 27 hari, yang

dimulai dari Pelabuhan Muara Baru hingga kembali lagi ke Pelabuhan Muara Baru.

9
D. Wahana Survei dan Peralatan

Wahana yang digunakan dalam kegiatan ini adalah K.R. Baruna Jaya IV
yang dikelola oleh Balai Teksurla BPPT. Dengan spesifikasi sebagai berikut:

Gambar 3. K.R. Baruna Jaya IV

Tabel 1. Spesifikasi K.R. Baruna Jaya IV

Vessel Name RV. BARUNA JAYA IV

Call Sign PLIQ


Port of Registry Jakarta, Indonesia
Purposes Multipurposes & Fishery Research Vessel
BKI, Research Vessel, A 100 I SM
Classification
Bureau Veritas, Research Ship
IMO Number 9065998
Builder CMN, Cherbourg-France
Launched 1995
GRT 1219 Ton
NRT 365 Ton

10
Vessel Name RV. BARUNA JAYA IV

LOA 60.40 m
LBP 55.25 m
Width 12.10 m
Depth at Upper Deck 6.50 m
Draft Mean 4.15m
Cruising Speed 9 knots
Accomodation 17 crews & 28 Scientist/Engineer
Owner BPPT Indonesia
2 x 1100 HP @850 RPM, Niigata SEMT Pielstick
Main Engine
5PA5L
1 unit Diesel Generator Baudouin 270 HP @1500
Auxiliary Engine
RPM
Main Alternator 2 unit shaft driven generator Leroy Somer @625 KVA
Synchronous Alternator 1 unit Leroy Somer 200 KVA @1500 rpm
Bow Thruster 1 unit Schottel STT 170 LKT – 200 HP @1500rpm
Propeller Type CPP 4 Blades Renou Dardel type CPP 1504
Fuel Tank Capacity HSD 190.000 liters, Oil 11.000 liters
Fresh Water Tank Capacity 90.000 liters
Reverse Osmosis 250 liters/hour @clear sea water
Fuel Consumption 6752 liters/day
Life Raft 6 x 25 pax and 2 x 16 pax
1 unit Rubber Boat with 20 HP Engine
Navigation Radar ARPA X Band Furuno, GPS, AIS
Telecommunication SSB, GMDSS A3, B-gan, Irridium
1 unit A Frame Gantry 10 Tons,

Lifting Equipment 2 unit Side Gantry for CTD

1 unit Main Crane, 0.75 t for 12 m and 2.5 t for 5 m

11
K.R. Baruna Jaya IV dilengkapi peralatan survei yang digunakan pada pekerjaan ini
dapat terlihat pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Daftar Peralatan Survei

SURVEI HIDROGRAFI & GEOFISIKA


Alat Tipe S/N Jumlah
Navigasi DGPS Trimble (primary) 1 unit

Multibeam Elac Seabeam 1180 1 Set


Echosounder
Transceiver Unit SEE37 1 unit

Mobile Transducer 1 Set

MRU Kongsberg 5+ 25041 1 Set

Sistem akuisisi dan Komputer & Software Hydrostar 1 set


Processing
Komputer & Software Hypack ver 1 set

6.2a

Caris 6 1 Set

CTD Profiler (SVP) SBE 911+ 2350 1 Set

Sampling Coring atau Box Core 1 set

Sub bottom profilier Orotech 3010 I set

Komunikasi Internet V-sat I set

Telepon Satelit I set

INMARSAT I set

12
E. Personil

Personil dalam kegiatan ini dibagi dalam 2 kelompok, yaitu tim survei yang terdiri

dari 27 orang dan Kru Kapal yang terdiri dari 21 orang. Berikut daftar personil

yang terlibat pada kegiatan ini dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Daftar Personil Tim Survei

No Nama Instansi Jabatan Survei

1 Adam Budi Nugroho B. Teksurla Ketua Tim


2 Cecep S B. Teksurla Koordinator Instrumentasi
3 Arnold Dannari B. Teksurla Koordinator Dek
4 Dwitya Haris B. Teksurla HSE Officer
5 Gunadi B. Teksurla SBP operator
6 Purnomo B. Teksurla MBES Operator
7 A Fawaiz B. Teksurla Navigator
8 Dimas B. Teksurla Officer Kapal
9 Kuncoro B. Teksurla Teknisi Ahli Navigasi
10 Tatang B. Teksurla Teknisi Ahli Rubber boat
11 Rosul B. Teksurla Teknisi Ahli Dek
12 Andika B. Teksurla Teknisi Dek
13 Suratman B. Teksurla Teknis Ahli Dek
14 Sulaiman B. Teksurla Teknisi Ahli Dek

No Nama Instansi Jabatan Survei

15 Eki B. Teksurla Tenaga Medik


16 Bagus Bhakti Irawan PTE Elektronika/komunikasi
17 Muhammad Ihsan Al Hafiz PTE Elektronika/komunikasi
18 Ryan Prasetya PTE Elektronika/komunikasi
19 Iyan Turyana PTRRB Mekatronika
20 Abudin BTMEPPO Mekanik
21 Yurohman BTP Mekanik
22 Hisyam PTRIM Ocean Engineering
23 Romadon Santoso B2TKE Elektronika

13
24 Dr. Bayu Pranata, M.Si BMKG Observer
25 Hosnan Nelayan Indonesia Observer
26 Lisban Wilhan Security Officer
27 Risky Rana Saputra PT Pal Observer
28 Budi Andriyanto PT Pal Observer

*Warna merah naik dari Surabaya

Tabel 4. Daftar Kru Kapal

No. Jabatan Nama


1 Nakhoda Ishak Ismail
2 Mualim I Lukman Hakim
3 Mualim II Alief Zanuary
4 Mualim III Filip Nasakotim M.
5 KKM Ade Rosadi
6 Masinis I Slamat Adi Sucipto
7 Masinis II Samsuri
8 Masinis III Laode Mardiansyah
9 Electrician 1 Munawan
10 Electrician 2 Ilham Wiranata
11 Bosun Supriyo Komaryantoko
12 Jurumudi I Suhendar
13 Jurumudi II Ali Sahid
14 Jurumudi III Suryawan
15 Mandor Ojan Sunadis
16 Juru minyak I Setyono
17 Juru minyak II Maulana fajar soleh
18 Juru masak Denny Fachromi
19 Pelayan I Dea Septiana
20 Pelayan II Heru prasetyo
21 Pelayan III Ranto Aji Nugroho

14
F. Rencana Operasi Survei

Kegiatan Operasi Survei meliputi kegiatan lintas laut yang dimulai dari Pelabuhan

Muara Baru, lalu menuju PT.PAL untuk loading buoy, dilanjutkan dengan

deployment buoy di Sumbermanjing, lalu sandar di Pelabuhan Cilacap untuk isi

ulang logistik, kemudian melanjutkan kegiatan deployment buoy di Selat Sunda,

lalu K.R. Baruna Jaya IV akan Kembali ke Muara Baru. Lintasan dan lokasi

penempatan buoy dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 4. Lintasan Survei K.R. Baruna Jaya IV

Koordinat buoy Ina-TEWS dan data kedalam pada masing-masing lokasi:


1. Buoy Malang (MLG), Samudera Hindia
Lokasi : 09° 13’ 19.2” S, 112° 31’ 22.8” E kedalaman 2068.92 m

2. Buoy Selat Sunda (SUN), Samudera Hindia


Lokasi : 06° 30’ 00” S, 104° 01” 30” E kedalaman 2032.75 m

15
3.2 Kesiapan Kapal dan Alat Survei

3.2.1 Pendahuluan

Kegiatan Deployment Inabuoy Tsunami merupakan proses akhir dari seluruh

rangkaian kegiatan Rancang Bangun Buoy Tsunami Indonesia. Dimana

deployment dilakukan setelah semua peralatan atau system telah terpasang

dan telah melewati beberapa proses pengujian, assembling dan integrasi.

Seluruh kegiatan rancang bangun Inabuoy dipusatkAn di PT PAL Surabaya

kecuali proses pengujian dan rangkaIan mooring line masih dilakukan di

Puspitek Serpong. Balai teksurla sebagai bagian dari kegiatan rancangan

bangun InaBuoy terlibat penuh dalam proses deployment sehingga diperlukan

penyiapan sarana dan wahana deployment serta rangkaian tambat mooring.

Wahana dan sarana berupa penyiapan kapal dari system permesinan,

navigasi dan peralatan bantu seperto crane, mainwinch, Aframe (Gandry),

Gilson dan winch ctd serta perlatan pendukung lainnya seperti multibeam,

boxcore dan ctd. Disamping itu perlu disiapkan pula peralatan tambat mooring

Buoy dan OBU.

Secara garis besar kegiatan persiapan dalam rangka deployment Inabuoy

Selat Sunda dan Selatan Malang dapat dibagi 2 kegiatan yaitu penyiapan

wahana dan sarana survei, dan Penyiapan Bahan Mooring Line.

3.2.2 Penyiapan wahana Dan Sarana Survei.

Penyiapan Kapal meliputi penyiapan system permesinan dimana

memastikan semua peralatan kapal dapat bekerja dengan baik. Untuk

melaksanakan deployment InaBuoy Selat Sunda dan Selatan Malang

menggunakan KR Baruna Jaya IV. Untuk menyiapakan Kapal Baruna Jaya


16
IV ada beberapa perbaikan yang harus dilaksanakan yaitu :

 Perbaikan Sistem turbocharge main engine kiri dimana mengalami

kebocoran sehingga perlu dilakukan overhaul.

 Perbaikan Governor dimana kedua mesin induk tidak stabil atau

cendrung hunting saat mesin running sehingga perlu dilakukan kalibrasi

terhadap kedua governor tersebut.

 Perbaikan alternator kanan yang mengalami kerusakan sehingga perlu

diservice.

 Perbaikan Crane yang mengalami kerusakan pada system hidrolik

dimana boom crane Sering melorot Sendiri Saat mengangkat beban

dan mengalami kebocoran pada beberapa hose pada crane tersebut.

 Instalasi compressor Ac Central yang Baru

Setelah semua peralatan selesai PerbaikaN maka dilaksanakan

seatriaL untuk mengukur performance kapal sebelum dilakukan survei.

Semua peralatan dicoba dan test termasUk Alat bantu seperti crane,

Gilson, winch ctd dan Aframe. Hasil seatrial dapat menjadi rujukan

kesipan kapal. Dari hasil seatrial performance mesin kapal belum

maksimal karena kecepatan kapal hanya 6,5 – 7 knot. Peralatan lain

dapat berfungsi dengan baik. Sesuai dengan jadwal deployment maka

kapal Baruna Jaya IV harus melaksankan survei deployment sehingga

kesiapan kapal dianggap cukup. Kegiatan Seatrial Berlangsung pada

tanggal 17 Februari 2021

17
3.2.3 Penyiapan Bahan Mooring Line

Untuk memastikan kebutuhan mooring tambat buoy maka perlu dibuatkan

sebuah desain mooring line sehingga dapat dipersiapakan peralatan yang

dibutuhkan berdasarkan Desain Yang telah dibuat. Untuk minggu ini telah

dibuat Desain Mooring line Selat Sunda dan Malang

18
Mempersiapkan Bahan Mooring Untuk Wettest Buoy di PT PAL

Dalam rangka mendukung pelaksanaan Wettest Komunikasi Buoy dan OBU

serta system releaser OBU maka perlu disiapkan rangkaian Mooring Pada

OBU. Rangkaian mooring ini terdiri dari :

1. 16 Floater

2. Rantai 5/8 crosby Panjang 410 meter

3. Shackle 3/8 sebanyak 32 buah

4. Shackle 5/8 sebanyak 12 buah

Bahan mooring tersebut dirangkaian menjadi satu rangkaian kemudian dikirim

ke PT PAL Surabaya. Rangkaian tersebut berfungsi untuk mengangkat OBU

saat dirilis atau dilepas dari pemberatnya Kegiatan ini berlamngsung dari

tanggal 6 – 7 Februari 2021 yang dilaksanakan digudang Bizhub Teksurla

dimana rangkaian mooring yang telah dirangkai dikirim ke PT PAL via darat.

Gambar 6. Proses Setting Bahan Moorinng Wettest

- Melaksanakan Inventarisasi dan setting Peralatan tambat Mooring

Kegiatan ini meliputi inventarisasi kebutuhan mooring line selat sunda dan

selatan Malang. Untuk melaksanakan inventarisasi kebutuhan mooring line

dibutuhkan Desain Mooring line agar lebih mudah untuk menyediakan

19
kebutuhan mooring line Buoy Selat sunda dan selatan Malang.

Gambar 5. Bahan Mooring line selat sunda dan selatan Malang


JUMLAH
BUOY BUOY CADANGAN
NAMA TOTAL
No.
PERALATAN SELAT
MALANG
SUNDA

1 Shackle 1" Ώ 1 1 1 3 pcs


2 Shackle 7/8" Ώ 4 4 4 12 pcs
3 Shackle 7/8" 4 4 4 12 pcs
4 Shackle 3/4" Ώ 14 14 14 42 pcs
5 Shackle 3/4" 12 12 12 36 pcs
6 Shackle 5/8"Ώ 2 2 4 8 pcs
7 Shackle 5/8 4 4 12 20 pcs
8 Shackle 1/2" 4 4 pcs
9 Shackle 3/8"Ώ 80 80 60 220 pcs
10 Master link 3/4 8 8 8 24 pcs
11 Master link 5/8 4 4 4 12 pcs
12 Master Link 1/2 1 1 2 4 pcs
13 Swivel 7/8 2 2 2 6 pcs
14 Swivel 5/8 6 6 6 18 pcs
15 Swivel AS 5 5/8 1 1 1 3 pcs
16 RAntaI 5/8 spek 8 30 30 60 m
17 Timbles Bushing 10 10 10 30 pcs
18 Zn Anode 8 8 8 24 pcs
Single Plat
19 attechment 80 80 25 185 pcs
20 Wire rope 1 1 1 3 pcs

20
21 PP Rope 3 3 2 8 pcs
22 Nylon 1/4" 100 100 200 pcs
23 Nylon rope 0
24 floatrer 45 45 90

Kegiatan ini berlangsung pada tanggal 8 – 9 Februari 2021 di Gudang Bizhub

Teksurla dengan melibatkan beberapa teknisi.

 Loading Bahan Mooring dari Gudang Bizhub Ke Kapal

Kegiatan berlangsung pada tanggal 16 Februari 2021 dimana peralatan

atau bahan mooring line yang telah disiapkan di Gudang Bizhub

dipindahkan ke kapal menggunakan truck.

Gambar 7. Loading Bahan Mooring

21
3.2.2 Hasil Kegiatan SEATRIAL

Seatrial dilaksnakan pada hari Kamis, 18 Februari 2021. Lokasi seatrial berada

di sekitar perairan Kepulauan Seribu dan memakan waktu selama 6 jam. Hasil

yang didapatkan adalah sebagai berikut:

3.2.2.1 Hasil Seatrial Kapal

 Data Repair

 Alternator Kanan

o Telah dilakukan repair berupa gulung ulang lilitan, Assembly

Alternator, Allignment dengan shaft GB, Chokefast pondasi

Alternator, Penyambungan ke Gearbox dengan Flexible Coupling

Vulkan RATO S130, Sinkronasi, Running Test.

 AC Sentral Sabroe

o Telah instalasi pada compressor dan alignment test, serta dilakukan

modifikasi instalasi compressor belakang dengan sub system

instalasi depan, secara fungsi AC sentral telah berfungsi dengan

suhu di evaporator 14.8 derajat, suhu di blower ruangan 21.1

derajat.

 Flexible Coupling RATO S130 & S190

o Penggantian rubber Flexible Coupling Vulkan RATO S130 & S190

telah dilakukan, pemasangan dari ME ke GB (S190) dan dari GB ke

Alt (S130) telah dilakukan. Dan siap untuk running test.

22
 Main Crane

o Main Crane telah dilakukan perbaikan dengan penggantian

beberapa hose yang bocor, regulator, dan overhaul motor pompa

crane. Pada saat running test crane sudah kuat mengangkat beban

standardnya dan tidak melorot.

 Sistem Pendingin dengan Pompa Eksternal

o Sistem pendingin masih dalam proses pengerjaan, dalam pelayaran

masih diskenariokan memakai system pendingin awal dengan

memakai pompa driven by ME.

Gambar 8 (kanan ke kiri) Handling Alternator, Pemyambungan Alternator dengan


Gearbox menggunakan Flexible Coupling Vulkan RATO S130, Flexible Coupling Vulkan
RATO S190

Gambar 9 (kanan ke Kiri) Allignment Test Motor dengan Kompressor, Main Crane,
Pompa Eksternal untuk Sistem Pendingin

23
 Performa Engine

Top Speed Kapal : 7

No Item Value Status Note

1 Max Rack 15,5 Di atas limit safety (15) ME SB

2 Max Pitch 4 Normal -

ME SB cyl 1 &
3 Max Exhaust Gas 410 Di atas limit safety (400)
4

4 Min Press TC 0,1 – 0.2 Dibawah rata2 (0.3-0.4) ME SB

24
Note :

Gas buang pada Cylinder 1 & 4 Maine Engine PS melebihi limit safety yang

ditentukan yaitu 410 (limit safety : 400). Rack pada saat tersebut juga melebihi

limit safety yang ditentukan yaitu 15.5 (limit safety: 15. Hal tersebut terjadi pada

saat pitch bernilai 4. Sehingga pada pitch tersebut ME sudah berpotensi untuk

tidak running dengan safety. Oleh karena itu pada saat seatrial ini ditentukan

Pitch Maksimal adalah 3.5

25
 Monitoring Consumable Engine

L.O 30 L.O 40 L.O 46 L.O 78 L.O 100 D.O


Brought 965 1255 745 181550

Consumption 30 2540

Added

Balance 935 1255 745 179010

Note :

Ketahanan berdasarkan D.O terakhir

= Balanced FO / Fuel Consummable (perday)

= (179010-25000) / 6000

= 25.667 days

 Kondisi Peralatan Angkat

No Item Test Status

1 Winch Trawl Running Test Beban OK


2 Winch CTD Running Test Beban OK
3 Gilson Running Test Beban OK
4 Net Drum Running Test Beban OK
5 Main Crane Running Test Beban OK

Kesiapan Peralatan Survei

 Hasil Peralatan Survei

Alat survei yang dilakukan percobaan adalah MBES 1180 yang terdapat pada

keel KR Baruna Jaya, Sub bottom profilier orotech 3010 S, CTD sea bird, ADP

Sontek, dan Box Core.

26
No Item Test Status

1 MBES ELAC 1180 Running Test OK


Sub bottom profilier orotech Running Test
2 OK
3010 S
3 CTD sea bird Running Test OK
4 ADP Sontek Running Test OK
5 Box Core Running Test OK

 Kalibrasi Heading DGPS TRIMBLE BX 992

 Latar Belakang
Sistem penentuan posisi dan heading di KR Baruna Jaya IV menggunakan

sistem DGNSS Heading Trimble BX992. Sistem ini menggunakan dual

antenna dimana antenna 1 digunakan untuk menentukan posisi horizontal

kapal dan antenna 2 digunakan bersama antenna 1 untuk menentukan

arah/heading kapal. Untuk mendapatkan posisi teliti sistem penentuan posisi

menggunakan koreksi OmniSTAR XP yang memiliki tingkat akurasi

0,25m+1ppm horizontal dan 0,5m+1ppm vertical. Untuk keperluan survey

deployment buoy TEWS di selatan Jawa perlu dilakukan kalibrasi dan

verifikasi DGNSS Heading Trimble BX992 dengan metode terestris agar

mendapatkan nilai koreksi yang teliti.

 Tujuan

Tujuan dilakukan pengukuran kalibrasi heading dan verifikasi DGNSS di KR

Baruna Jaya IV adalah sebagai berikut:

27
- Verifikasi akurasi posisi yang didapatkan dari DGNSS Trimble BX992

- Kalibrasi nilai heading yang dihasilkan oleh sistem DGNSS Heading

Trimble BX992
Metodologi
 Parameter Geodesi
 Datum Geodesi
Ellipsoid : World Geodetic System 1984 (WGS84)
Semi-major Axis (a) : 6378137.000m
Semi-minor Axis (b) : 6356752.314m
Eccentricity (e) : 0.00669437999013
Flattening (1/f) : 298.257223563
Unit : meters
 Proyeksi
Projection Type : Universal Transverse Mercator (UTM)
Central Meridian : 105°E (UTM Zona 48S)
Scale Factor : 0.9996
False Easting : 500000m
False Northing :10000000m
Latitude of Origin : 0° (Equator)

 Waktu dan Tempat, Personel, dan Peralatan

 Waktu dan Tempat


Pengukuran dilakukan pada 16 Februari 2021 di Dermaga Muara Baru,
Jakarta Utara.

 Personel
Personel Balai Teksurla yang terlibat dalam kegiatan ini adalah sebagai
berikut,
Surveyor 1 : Ahmad Fawaiz S.
Surveyor 2 : Rastamauli Jabal R. Harahap

 Peralatan
Dalam pengukuran kalibrasi heading dan verifikasi DGNSS Trimble
BX992 menggunakan 2 set receiver GNSS Geomax Zenith 25 Pro dan
peralatan pendukung lainnya.

28
 Titik Kontrol
Titik kontrol digunakan sebagai titik acuan dalam pengukuran GNSS Geomax

Zenith 25 Pro. Titik kontrol dibutuhkan agar pengukuran GNSS secara RTK

(Real Time Kinematic) mempunyai hasil koordinat yang dapat dipercaya. Titik

kontrol sebelumnya sudah ditentukan berada di jetty Muara Baru, berikut

merupakan informasi posisi titik kontrol yang digunakan,

Table 1. Koordinat Titik Kontrol


Titik Lintang Bujur Easting Northing
BM-02 6°05'46.26560" S 106°48'00.82978" E 699227.55 9325830.46

Informasi lengkap tentang titik kontrol dapat dilihat pada lampiran.

 Pengukuran di KR Baruna Jaya IV


Pengukuran dilakukan dengan metode GNSS dual frekuensi menggunakan

alat Geomax Zenith 25 Pro. Pengukuran dilakukan secara diferensial yaitu

relative terhadap titik acuan yang dianggap benar. Hasil pengukuran berupa

koordinat fix yang nantinya akan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan

nilai rata-rata dan deviasinya. Dilakukan dua jenis pengukuran, yaitu

pengukuran heading dan pengukuran posisi.

 Pengukuran Heading

Pengukuran heading dilakukan dengan metode RTK GNSS dengan

menggunakan titik BM-02 sebagai titik acuan. Terdapat dua buah

receiver GNSS Geomax Zenith 25 Pro, satu buah dioperasikan sebagai

base di titik acuan dan satu buah sebagai rover dan digunakan untuk

merekam koordinat dua buah titik di haluan kapal yang bisa digunakan

sebagai representasi heading kapal. Dua buah titik tersebut dipilih di

haluan kapal dengan jarak sekitar 3 meter satu sama lain. Pengukuran

29
dilakukan dengan merekam sebanyak 25 set koordinat dua buah titik

tersebut. Pada saat bersamaan data heading dari Trimble BX992

direkam dengan interval perekaman setiap 1 detik. Pada pengukuran

heading dengan Trimble BX992 nilai koreksi heading diset pada 0°,

kemudian dilakukan perbandingan nilai heading kapal antara pengukuran

RTK GNSS dengan data hasil rekaman Trimble BX992.

 Pengukuran Posisi DGNSS

Pengukuran posisi DGNSS dilakukan dengan metode RTJ DGNSS

dengan menggunakan titik BM-02 sebagai titik acuan. Metode yang

digunakan sama dengan pengukuran heading, tetapi pada pengukuran

DGNSS hanya dilakukan pada satu titik yaitu di titik antenna primer atau

antenna yang digunakan sebagai titik posisi kapal dari Trimble BX992. Pengukuran

dilakukan sebanyak 25 set koordinat posisi DGNSS Trimble BX992. Pada saat

yang sama posisi yang didapatkan dari Trimble BX992 juga dilakukan perekaman

data dengan interval perekaman setiap 1 detik. Hasil dari pengukuran

menggunakan GNSS Geomax Zenith 25 Pro dan Trimble BX992 kemudian

dilakukan perbandingan dan perhitungan nilai deviasinya.

 Hasil dan Analisis

Hasil dari pengukuran merupakan selisih dari nilai heading dan posisi yang

didapatkan dari Trimble BX992 yang dipasang di kapal dengan hasil Geomax

Zenith 25 Pro. Dari hasil tersebut diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai

bahan evaluasi dari nilai heading dan posisi yang didapatkan dari Trimble BX992.

30
 Kalibrasi Heading

Pengukuran heading dilakukan sebanyak 25 set menggunakan Geomax

Zenith 25 Pro dengan solusi perekaman data RTK fixed. Perhitungan

dilakukan dengan menghitung nilai selisih dari hasil perekaman

menggunakan Geomax Zenith 25 Pro dengan Trimble BX992 kemudian

dicari rata-ratanya dan nilai standar deviasinya. Berikut merupakan hasil

perhitungannya,

Table 2. Hasil Perhitungan Kalibrasi Heading

Δ Heading
Hasil
(deg.)

Mean -0,03

Standard Deviation 1,36

Perhitungan lebih lengkap terdapat dalam lampiran.

 Verifikasi Posisi DGNSS

Pengukuran posisi DGNSS dilakukan sebanyak 25 set menggunakan

Geomax Zenith 25 Pro dengan solusi perekaman data RTK fixed. Berikut

merupakan hasil perhitungannya,

Table 3. Hasil Perhitungan Verifikasi Posisi

Δ Easting Δ Northing
Hasil
(m) (m)

Mean 0,46 0,58

31
Standard Deviation 0,02 0,02

Perhitungan lebih lengkap terdapat dalam lampiran.

 Kesimpulan dan Rekomendasi

Hasil pengukuran dan perhitungan kalibrasi heading dan verifikasi posisi DGNSS

menghasilkan kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut,

 Ketelitian posisi DGNSS Trimble BX992 cenderung kecil atau kurang teliti

yaitu pada fraksi 50cm, mengingat sesuai dengan manual seharusnya nilai

ketelitiannya pada fraksi 25cm. Hal tersebut dimungkinkan beberapa factor

seperti koreksi yang tidak stabil, obstacle sinyal GNSS, dan dimungkinkan

juga karena factor pengukuran RTK GNSSnya. Sehingga

direkomendasikan untuk meninjau kembali titik kontrol pengukuran RTK

GNSS.

 Diperlukan pengukuran kalibrasi heading menggunakan dua rover GNSS

dual frekuensi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

3.2.3 PCR TES dan ISOLASI Mandiri

Pandemik virus korona atau yang dikenal dengan COVID-19 telah melanda

seluruh dunia. Bermula pada bulan desember akhir tahun 2019 di cina, saat ini

virus ini telah meyebar ke seluruh dunia pada tahun 2020. Perkembangan awal

tahun 2021, kondisi masih tetap sama sehingga memerlukan tes PCR untuk

memastikan seluruh personil survei yang berada di KR Baruna Jaya dianggap

negative. Dengan kondisi demikian maka SOP kesehatan baru mulai diberlaku

yaitu melaksanakan tes PCR dan melaksanakan isolasi mandiri.

32
Pada tahun 2021 sudah banyak berkembang alat tes PCR dengan berbagai

kecepatan variasi hasil dan laboratorium di Indonesia yang menyediakan jasa

PCR tes. Mulai dari kecepatan 1 hari hasil keluar hingga 3 hari hasilnya dapat

diketahui. Dalam survei ini seluruh personil diwajibkan melaksanakan tes PCR.

Tes PCR dilaksanakan pada hari sabtu tanggal 20 Febuari 2021 di Hotel Amaris,

Tanah Abang Jakarta Pusat. Dari hasil tes PCR pertama, hasilnya adalah

beberapa kru dengan jumlah 13 orang mengalami hasil positif sehingga

diharuskan untuk mengganti kru tersebut. PCR test kedua dilaksanakan pada

hari Senin, 22 Febuari 2021 dan hasil keluar pada malam harinya. Setelah dites

beberapa kru hasinya adalah negatif sehingga kapal bersiap berangkat untuk

melaksanakan survei Deployment Malang dan Sunda pada hari Selasa tanggal

23 Febuari 2021.

IV. HASIL KEGIATAN SURVEI DEPLOYMENT BUOY MALANG

 KALIBRASI MULTIBEAM (PATCH TEST)

Survei pemetaan multibeam pada daerah Malang, perlu dilakukan proses

kalibrasi alat multibeam supaya hasilnya nanti memperlihatkan kedalaman yang

sesungguhnya pada daerah pengamatan. Pada Baruna Baya IV terdapat

multibeam jenis Wartsila Elac Seabeam 1050D merupakan multibeam echo

sounder yang memiliki frekuensi 50 kHz dan 1080 kHz. Multibeam echo sounder

(MBES) ini dipasang front-mounted yaitu pada bagian depan kapal RV Baruna

Jaya IV dan dikalibrasi pada tanggal 4 Februari 2021 menggunakan frekuensi 50

kHz hanya pada beam kiri multibeam echosounder. Hal tersebut dikarenakan

multibeam echosounder pada beam

bagian kanan mengalami kerusakan sehingga tidak dapat digunakan.

Pelaksanaan kalibrasi ini terletak di koordinat sekitar 08° 53' 51"S, 114° 48'
33
08"E. Kalibrasi MBES digunakan untuk menentukan nilai komponen sistem,

seperti offset roll, pitch, yaw dan navigation latency.

Berikut hasil kalibrasi alat multibeam yang telah dilakukan pada table berikut:

Tabel 4. Ringkasan Kalibrasi Parameter MBES Wartsila Elac Seabeam

1050D

Komponen Sistem Parameter Kalibrasi


Roll 0.5°
Pitch -0.5°
Heading / Yaw 0.7
Navigation Delay 0.03s

(Latency)
 HASIL BATIMETRI LOKASI SELAT SUNDA

Setelah dilakukan kalibrasi alat kemudian dilakukan pengukuran batrimetri

pada daerah penelitian deplotment Malang dengan waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan pemetaan batimetri adalah sekitar 17 jam. Jumlah lintasan yang dilewati

adalah 8 lintasan dengan posisi buoy malang tahun 2019 sebagai titik tengahnya.

Hasil pengukuran memperlihatkan bahwa daerah malang berada di area

sloping dengan nilai kedalaman antara 1800 meter hingga 2300 meter. Berikut

hasil pengukuran batrimetri pada daerah Malang pada gambar berikut:

34
Gambar 20. Peta Kedalaman Lokasi Malang

 PENGAMBILAN DATA SUB BOTTOM PROFILER

Pengambilan data Sub Bottom Profiller dilakukan sebanyak 7 lintasan

pengukuran dengan titik tengah berupa buoy pada tahun 2019. Pengukuran Sub

Bottom Profiller untuk memperlihatkan ketebalan lapisan kedua dan melihat

kejadian geologi di area pengamatan. Berikut hasil pengukuran Sub Bottom

Profiller pada daerah deployment Malang :

35
Gambar 113. Peta lintasan MB-NS-MLG21-R600 Sub Bottom Profiller

Hasilnya memperlihatkan bentuk reflektor yang lebih terlihat dengan dibatasi

perekaman hanya pada kedalaman 1800 hingga 2300 meter perekaman data. Hasil

pencuplikan nilai seabed mendapatkan nilai kedalaman paling dangkal sebesar 1980,419

meter dan nilai terdalam sebesar 2005.22 meter. berdasarkan data hasil box core

didapatkan litologi pada seabed merupakan lempung, kemungkinan pada reflektor lapisan

kedua merupakan litologi yang lebih kompak dari lempung yang didapatkan pada

pengambilan box core sesuai dengan kaidah geologi yang berlaku. Selain itu ketebalan

antara seabed dengan reflektor pertama memiliki ketebalan antara 0,87 hingga 6,31 meter,

hal ini memungkinkan alat deteksi tsunami mengalami penurunan muka tanah dan

tertimbun oleh lempung lepas sesuai hasil box core.

 PENGAMBILAN CONTO SEDIMEN DENGAN BOX CORE

Pengambilan conto sedimen dilakukan pada survei deployment di perairan

Malang. Survei dimulai pada tanggal 7 Maret 2021 pada pukul 11:31WIB dan

36
berakhir pada pukul 12:25. Waktu yang dibutuhkan adalah lebih kurang 1 jam.

Kedalaman yang diambil adalah sekitar 2000 m dengan memiliki koordinat

Lintang 9,19466 °S dan Bujur 112,52695 °E.

Hasil yang didapatkan oleh boxcore adalah lempung dengan warna abu

kehijauan dengan ketebalan estimasi adalah sekitar 20 cm.

Gambar 12. Kegiatan Pengambilan Conto Sedimen dengan menggunakan Box Core

 DEPLOYMENT OBU

Deployment OBU Ina Tews Malang dilaksanakan pada 7 Maret 2021 pada

pukul 15:40 WIB dan berakhir pada pukul 16:41 WIB atau selama 1 jam dengan

total panjang lintasan 1,5 km dan kecepatan kapal rata-rata 1.5 knot. Dengan

desain yang berbeda pada tahun sebelumnya yaitu tidak lagi menjadi 1

rangkaian panjang maka deployment OBU dan Buoy terpisah menjadi waktu

yang berbeda.

Kegiatan peletakan OBU dimulai oleh kegiatan observasi pengamatan

meteorology yang terdiri dari arah angina, kecepatan angina serta pengamatan

data oceanografi di lokasi titik deploy buoy OBU. Pengamatan ini digunakan

untuk menentukan arah lintasan deployment. Data pengamatan didapat dengan

menggunakan bantuan software seperti Windy, BMKG, pergerakan drifting kapal

37
serta pengamat visualisasi.

Data hasil pengamatan arah angin, arah arus dari tenggara menuju Barat-

Laut dengan Tenggara dengan kecepatan rata –rata sekitar 10 m/s dengan arah

angin 2230 dan tinggi gelombang sekitar 1.5 – 1.8 meter. Dengan adanya

parameter ini, maka jalur deployment OBU dibuat dari Barat-Laut menuju

Tenggara atau melawan arah arus dan angin sehingga buritan kapal tetap

terjaga dan menghidari rolling yang kuat.

Gambar 134. Kegiatan Deploy OBU dan Singker

 TRILATERASI OBU

Untuk mendapatkan lokasi perkiraan OBU, maka dilakukan trilaterasi.

Trilaterasi adalah proses mencari koordinat sebuah titik berdasarkan jarak titik

tersebut ke minimal 2 buah koordinat yang sudah diketahui. Hasil Trilaterasi

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 5. Koordinat Hasil Trilaterasi Singker OBU

No. Titik Koordinat Jarak Miring


1 09° 11’ 47.1428” S 112° 31’ 47.1428” E 2037.3
2 09° 11’ 45.3066” S 112° 31’ 22.0658” E 2029.4

38
3 09° 11’ 29.4001” S 112° 31’ 39.6330” E 2028

Gambar 145. Hasil Trilaterasi Singker OBU

Dari hasil perhitunganTrilatrasi maka posisi singker OBU berada pada

koordinat 09° 11’ 40.9366” LS dan Bujur 112° 31’ 34.3091” BT. Setelah

mendapatkan titik koordinat singker OBU, kemudian diplotkan kembali maka

dapat diketahui bahwa OBU tidak tepat jatuh pada titik singker OBU yang

diajukan. Namun, bergeser lebih di barat sepanjang kurang dari 1m dari titik yang

direncanakan.

 TES KOMUNIKASI LINK-BUDGET PASCA PENURUNAN OBU

Setelah berhasil mendeploy OBU tahapan beikut yang dilakukan adalah

melaksanakan pengecekan OBU dengan dek Unit yang ada dikapal. Metode

ini disebut dengan Link-Budget. Tujuan dari pelaksanaan prosedur ini adalah

untuk mengetahui kualitas komunikasi akustik antara OBU dan deck unit, serta

untuk membandingkan kualitas sinyal akutik pada sudut sebaran sinyal 20°

dan 50°. Ilustrasi pengambilan data sebaran sinyal pada sudut x° ditunjukkan

39
pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 15. Ilustrasi sebaran sinyal pada sudut x°

 DEPLOYMENT SURFACE BUOY

Deployment Surface Buoy Ina Tews Malang dilaksanakan pada tanggal 8 Maret

2021 pada pukul 10:22 WIB dan berakhir pada pukul 13:34 WIB atau selama 2 jam

dengan total panjang lintasan 3 NM dan kecepatan kapal rata-rata 1.5 knot. Dengan desain

yang berbeda pada tahun sebelumnya yaitu tidak lagi menjadi 1 rangkaian panjang maka

deployment OBU dan Buoy terpisah menjadi waktu yang berbeda.

Kegiatan peletakan Buoy dimulai oleh kegiatan observasi pengamatan meteorology

yang terdiri dari arah angin, kecepatan angin serta pengamatan data oceanografi di lokasi

titik deploy buoy. Pengamatan ini digunakan untuk menentukan arah lintasan deployment.

Data pengamatan didapat dengan menggunakan bantuan software seperti Windy, BMKG,

pergerakan drifting kapal serta pengamat visualisasi.

Data hasil pengamatan arah angin, arah arus dari tenggara menuju Barat-Laut

dengan Tenggara dengan kecepatan rata –rata sekitar 15 m/s dan tinggi gelombang

sekitar 1.6 – 1.9 meter. Dengan adanya parameter ini, maka jalur deployment buoy dibuat

40
dari Barat-Laut menuju Tenggara atau melawan arah arus dan angin sehingga buritan

kapal tetap terjaga dan menghidari rolling yang kuat.

Gambar 166. Kegiatan Deploy Surface Buoy

 TRILATERASI SURFACE BUOY

Seperti yang dilakukan pada loaksi perkiraan singker OBU, maka untuk

mencari posisi perkiraan singker Buoy juga dilakukan Trilaterasi Untuk. Trilaterasi

adalah proses mencari koordinat sebuah titik berdasarkan jarak titik tersebut ke

minimal 2 buah koordinat yang sudah diketahui. Hasil Trilaterasi dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 65. Hasil Koordinat Trilaterasi Singker Buoy

No. Titik Koordinat Jarak Miring


1 09° 12’ 03.7278” S 112° 31’ 41.7471” E 2156.2
2 09° 12’ 03.8349” S 112° 31’ 25.7986” E 2104.2
3 09° 11’ 45.9376” S 112° 31’ 33.5441” E 2027.5

41
Gambar 177. Hasil Trilaterasi Posisi Singker Buoy

Dari hasil perhitunganTrilatrasi maka posisi singker Buoy berada pada

koordinat 09° 11’ 44.0149” LS dan Bujur 112° 31’ 26.1797” BT pada kedalaman

2014 m. Setelah mendapatkan titik koordinat singker Buoy, kemudian diplotkan

kembali maka dapat diketahui bahwa Buoy tidak tepat jatuh pada titik singker

Buoy yang diajukan. Namun, bergeser lebih di barat sepanjang kurang dari 20 m

dari titik yang direncanakan.

V. HASIL KEGIATAN SURVEI DEPLOYMENT BUOY SELAT SUNDA

 KALIBRASI MULTIBEAM (PATCH TEST)

Sistem multibeam EM304 pada KR Baruna Jaya 3 telah dilakukan kalibrasi

pada tanggal 27 februari 2021 di lokasi 006.339° S, 104.756° E. Kalibrasi t

42
dilakukan di lokasi dengan kedalaman antara 88 m hingga 1502 m. Area patch

test dilakukan di area Sekitar pulau Panaitan, Daerah ini juga pernah dilakukan

patch test MBES Teledyne Hydrosweep DS. Terdapat dua lajur survei yang mempunyai

arah 270 ͦ sepanjang 7.7 Km dan 8 Km dengan interval antar lajur 1200 m serta satu

lajur dengan panjang 6.6 Km yang mempunyai arah 180 ͦsebagai lajur kontrol.

Gambar 18 Lokasi kalibrasi patch - test

Kalibrasi MBES tidak dilakukan kalibrasi latency karena system Kongsberg EM304

sudah menggunakan 1PPS untuk sinkronisasi waktu dan string NMEA ZDA untuk

menghasilkan penyamaan waktu (time-stamp) selama akuisisi MBES.

Untuk penghitungan kalibrasi Multibeam mendapatkan nilai kalibrasi untuk Roll dan

Pitch dilakukan dengan melakukan rata-rata diantara dua line yang bolak balik. Hasil

kalibrasi dapat dilihat pada table berikut :

Table 71 . Perbandingan hasil kalibrasi dengan nilai Asli data

Komponen Kalibrasi Hasil Kalibrasi Asli Data Hasil Kalibrasi Rata-rata Perbedaan

(Resolusi)
Roll 0.16° 0.21° 0.05°
Pitch 0.14° 0.05° -0.09°

Heading 0.33° 0.77° 0.44°

43
Navigation Delay (Latency) 0.00s (negligible due to 1pps) 0.00s (negligible due to 1pps) -

Table 82. Perbandingan hasil kalibrasi dengan nilai Asli data Berdasarkan Software
QImera

Dapat dilihat pada Tabel 8 di atas, perbedaan kalibrasi (resolusi) antara kalibrasi

berkisar dibawah 0°. Seluruh Pemilihan data roll, pitch dan yaw pada software PDS telah

melewati statistik “Very Strong Solution” untuk memastikan keabsahan data. Untuk

mengetahui pengaruh nilai kalibrasi tersebut terhadap batimetri yang dihasilkan maka

dilakukan perbandingan DEM antara batimetri di lokasi kalibrasi tanpa dan dengan

menggunakan nilai kalibrasi dan hasilnya dapat dilihat pada Gambar berikut :

Gambar 89. Gridding 15m Sebelum kalibrasi

44
Gambar 20. Gridding 15m Setelah kalibrasi

Gambar 21. Gridding 18 m Setelah kalibrasi Berdasarkan Software Qimera

45
 Hasil Batimetri Lokasi Selat Sunda

Hasil Batimetri area deployment selat sunda menunjukan dominasi

kedalaman pada 1900 m hingga 2100 m. Area slope yang cukup tinggi hingga

terlihat seperti bentuk tebing pada area timur laut daerah survei. Namun area

yang memiliki area yang relative datar hampir sekitar 60 % area survei. Oleh

karena itu titik deployment buoy Sunda akan diajukan pada titik koordinat

Lintang 60 30’ 05” LS dan Bujur 1040 00’ 41.483” BT. Lokasi ini berada pada

jarak sekitar 2,1 km dari lokasi titik deploy tahun 2019.

OBU Ina-Buoy SUN 2021

Gambar 22. Hasil pengambilan data batrimetri

 PENGAMBILAN CONTO SEDIMEN DENGAN BOX CORE

Pengambilan conto sedimen dilakukan pada survei deployment di

perairan Malang. Survei dimulai pada tanggal 20 Maret 2021 pada pukul

09:00 WIB dan berakhir pada pukul 11:00 WIB. Waktu yang dibutuhkan adalah

46
lebih kurang 2 jam. Kedalaman yang diambil adalah sekitar 2035 m dengan

memiliki koordinat Lintang 6.50123°S dan Bujur 112,52695°E. Hasil yang

didapatkan oleh boxcore adalah lempung laut dengan warna abu kehijauan

dengan ketebalan estimasi adalah sekitar 20 cm.

Gambar 93. Kegiatan Pengambilan Conto Sedimen dengan menggunakan Box Core di BJ3

Gambar 104. Hasil Pengambilan Conto Sedimen dengan menggunakan Box

 DEPLOYMENT OBU

Deployment OBU Selat Sunda dilaksanakan hari selasa pada tanggal

20 Maret 2021 pukul 14:26 WIB dan berakhir pada pukul 15:01 WIB atau

selama 35 menit dengan total panjang lintasan 600 m dan kecepatan kapal

47
rata-rata 1.5 knot. Dengan desain yang berbeda pada tahun sebelumnya

yaitu tidak lagi menjadi 1 rangkaian panjang maka deployment OBU dan

Buoy terpisah menjadi waktu yang berbeda.

Kegiatan peletakan OBU dimulai oleh kegiatan observasi pengamatan

meteorology yang terdiri dari arah angin, kecepatan angin serta pengamatan

data oceanografi di lokasi titik deploy buoy OBU. Pengamatan ini digunakan

untuk menentukan arah lintasan deployment. Data pengamatan didapat

dengan menggunakan bantuan software seperti Windy, BMKG, pergerakan

drifting kapal serta pengamat visualisasi.

Data hasil pengamatan arah angin, arah arus dari Timur - Laut menuju

Barat - Daya dengan Tenggara dengan kecepatan rata –rata sekitar 12 m/s

dengan arah angin 2230 dan tinggi gelombang sekitar 1.5 – 1.8 meter. Dengan

adanya parameter ini, maka jalur deployment OBU dibuat dari Barat-Daya

menuju Timur - Laut atau melawan arah arus dan angin sehingga buritan kapal

tetap terjaga dan menghidari rolling yang kuat

Gambar 115. Kegiatan Deploy OBU dan Singker

 TRILATERASI OBU

Untuk mendapatkan lokasi perkiraan OBU, maka dilakukan trilaterasi.

48
Trilaterasi adalah proses mencari koordinat sebuah titik berdasarkan jarak titik

tersebut ke minimal 2 buah koordinat yang sudah diketahui. Hasil Trilaterasi

dapat dilihat pada tabel berikut.

Table 9. Koordinat Hasil Trilaterasi Singker OBU

No. Titik Koordinat Jarak Miring

1 06° 30’ 21.7245” S 104° 00’ 43.2899” E 2140.1


2 06° 30’ 03.4226” S 104° 00’ 24.4797” E 2095.1
3 06° 29’ 45.2301” S 104° 00’ 42.3784” E 2085.1

Gambar 26. Hasil Trilaterasi Singker OBU

Dari hasil perhitungan Trilatrasi maka posisi singker OBU berada

pada koordinat 06° 30’ 001594” LS dan Bujur 104° 00’ 40.5928” BT.

Hasil trilaterasi menunjukan OBU tidak tepat jatuh pada titik singker OBU

yang diajukan. Namun, bergeser lebih di bagian agak lebih utara sepanjang

kurang dari 103 m dari titik yang direncanakan.

49
 TES KOMUNIKASI LINK-BUDGET PASCA PENURUNAN OBU

Setelah berhasil mendeploy OBU tahapan beikut yang dilakukan adalah

melaksanakan pengecekan OBU dengan dek Unit yang ada dikapal. Metode

ini disebut dengan Link-Budget. Tujuan dari pelaksanaan prosedur ini adalah

untuk mengetahui kualitas komunikasi akustik antara OBU dan deck unit, serta

untuk membandingkan kualitas sinyal akutik pada sudut sebaran sinyal 20°

dan 50°. Ilustrasi pengambilan data sebaran sinyal pada sudut x° ditunjukkan

pada gambar 1 berikut ini.

Gambar 27. Ilustrasi sebaran sinyal pada sudut x°

Berikut hasil uji komunikasi dengan OBU dalam pelaksanaan uji

trilaterasi sebagai berikut :

50
Gambar 28. Analisa PSNR

Gambar 25 merupakan hasil plot data PSNR sesuai titik

pengambilan data yang dilakukan menggunakan kapal Baruna Jaya IV.

Dari data tersebut, dihitung nilai rata-rata untuk setiap radius dan hasilnya

ditunjukkan pada tabel 4 berikut ini.

Table 10. Analisa data PSNR

PSNR
Radius Rata-rata
U T S B
20° 13,9 dB 14,23 dB 14,16 dB 14,6 dB 14,22 dB
50° 13,13 dB 13,83 dB 12,2 dB 12,46 dB 12,91 dB

Mengacu pada tabel 4, nilai rata-rata PSNR tertinggi didapatkan pada

radius sebaran sinyal sudut 20° atau 741 meter. Pada radius tersebut, sinyal

terkuat secara berurutan ditangkap di arah Barat dengan rata-rata nilai PSNR

sebesar 14,6 dB dan arah Timur dengan rata-rata nilai PSNR sebesar 14,23.

51
 DEPLOYMENT SURFACE BUOY

Deployment Surface Buoy Ina Tews Selat Sunda (SUN) dilaksanakan pada

tanggal 21 Maret 2021 pada pukul 10:22 WIB dan berakhir pada pukul 13:25

WIB atau selama 3 jam dengan total panjang lintasan 10 000 km dan kecepatan

kapal rata-rata 1.5 – 1.8 knot. Dengan desain yang berbeda pada tahun

sebelumnya yaitu tidak lagi menjadi 1 rangkaian panjang maka deployment OBU

dan Buoy terpisah menjadi waktu yang berbeda.

Gambar 2912. Kegiatan Deploy Surface Buoy

 TRILATERASI SURFACE BUOY

Seperti yang dilakukan penentuan posisi singker OBU, maka untuk

mencari posisi perkiraan singker Buoy juga dilakukan Trilaterasi. Trilaterasi

adalah proses mencari koordinat sebuah titik berdasarkan jarak titik tersebut

ke minimal 2 buah koordinat yang sudah diketahui. Hasil Trilaterasi dapat

dilihat pada tabel berikut.

52
Table 31. Hasil Koordinat Trilaterasi Singker Buoy

S No. Titik Koordinat Jarak Miring

1 06° 30’ 16.5649” S 104° 00’ 23.5211” E 2014.5

2 06° 29’ 48.0834” S 104° 00’ 41.0640” E 2040.3

3 06° 30’ 22.4529” S 104 00’ 59.4725” E 2180.9

Dari hasil perhitunganTrilatrasi maka posisi singker Buoy berada pada

koordinat 06° 30’ 05.0257” LS dan Bujur 104° 00’ 33.5185” BT pada

kedalaman 1959 m. Setelah mendapatkan titik koordinat singker Buoy,

kemudian diplotkan kembali maka dapat diketahui bahwa Buoy tidak tepat

jatuh pada titik singker Buoy yang diajukan. Namun, bergeser lebih di barat

sepanjang 360 m dari titik yang direncanakan.

VI. REKOMENDASI

Ada beberapa rekomendasi yang terkait dengan kegiatan triwulan pertama ini, yakni:

 Hasil persiapan survei menunjukan bahwa kapal KR Baruna Jaya IV siap


menjalankan survei deployment Malang dan Sunda

 Prokes perlu dijadikan kebiasan yang harus dilakukan, tidak hanya untuk Covid-
19 Namun medical check-up untuk personil survei.

 Seatrial sangat penting dilakukan untuk persiapan menjelang survei

53

Anda mungkin juga menyukai