Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP PAJAK PENGHASILAN BADAN

TERUTANG (SURVEI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI

BURSA EFEK INDONESIA 2017-2019)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Dosen Pengampu Mata Kuliah : Dr. Bambang Wicaksono, S.E.,M.M.

Disusun Oleh :

Maya Ardiana Sari – 32182386

PROGRAM STUDI S1

AKUNTANSI – FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 BANYUWANGI

BANYUWANGI

2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fungsi keuangan adalah salah satu fungsi yang terpenting dalam sebuah perusahaan

yang mampu mamanuhi kebutuhan dana dan mengelola fungsi keuangannya untuk

pengembangan usahanya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan dana ini perusahaan bisa

mendapatkannya dari pendanaaan internal dan pendanaan eksternal. Permasalahan modal

dapat meliputi usaha pendapatan, penyediaan, ataupun penggunaan modal yang dibutuhkan

perusahaan dan semua ini berhubungan dengan struktur modal ataupun masalah struktur

keuangan.

Struktur modal merupakan bauran pembiayaan jangka panjang permanen dalam

perusahaan yang mewakili utang, saham preferen, dan saham biasa (Van Horne, 2013).

Sedang bagi Sartono, (2010) format atau struktur modal merupakan perimbangan modal

utang jangka pendek yang tetap ,utang jangka panjang,saham preferen ,dan saham biasa.

Struktur modal juga didefenisikan sebagai perbandingan untang jangka panjang yang

bersifat pinjaman maupun modal sendiri.

Menurut Riyanto (2001:282), Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan

antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Sedangkan menurut Sartono

(2011:225), Struktur modal merupakan perimbangan jumlah hutang jangka pendek yang

bersifat permanen, hutang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Disisi lain

Handono Mardiyanto (2009) menyatakan bahwa, struktur modal di definisikan sebagai

komposisi dan proporsi utang jangka panjang dan ekuitas (saham preferen dan saham

biasa) yang ditetapkan perusahaan.

1
Teknik rasio keuangan merupakan alat yang digunakan untuk mengukur kinerja

perusahaan bedasarkan data perbandingan yang ditulis dalam laporan keuangan agar

mengetahui laba perusahaan dalam satu periode. Analisis rasio keuangan adalah instrumen

analisis prestasi perusahaan yang menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan,

yang ditujukan untuk menunjukkan perubahan dalam kondisi finansil atau hasil kerja di

masa lampau akan membantu untuk mencerminkan trend contoh perubahan, guna

menunjukkan risiko dan peluang yang melekat pada perusahan tersebut, (Fahmi Ilham :

2012).

Dari segi perekonomian negara, pajak menjadi sumber daya yang dipindahkan dari

perusahaan (sektor privat) ke pemerintah (sektor publik). Pemindahan ini akan

berpengaruh terhadap daya beli ataupun kemampuan perbelanjaan perusahaan, maka

pemenuhan kewajiban pajak tersebut harus dikelola dengan baik agar tidak terjadi

gangguan jalannya aktivitas perusahaan. Pajak adalah salah satu sumber penerimaan

penting bagi negara, yang kemudian akan digunakan untuk membiayai seluruh pengeluaran

negara yang terdiri dari pengeluaran rutin serta pengeluaran pembangunan. Tidak dapat

dipungkiri bahwa perusahaan akan melekukan indikasi praktik-praktik terhadap

pengindaran pajak (Wijaya,2014) dari perbedaan kepentingan tersebut , yang terjadiantara

perusahaan sebagai pembayar pajak dan pemerintah sebagai penerima pajak.

Pajak terutang adalah pajak yang harus dibayarkan pada saat tertentu dalam masa

pajak, tahun pajak,atau bagian tahun, sesuai ketentuan dalam UU No. 28 Tahun 2007

tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP). Sedangkan untuk PPh

terutang yaitu pajak yang dihitung dari penghasilan kena pajak. Pada pasal 16 ayat (1)

dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan (UU PPh), Penghasilan Kena Pajak merupakan

2
dasar penghitungan untuk menentukan besarnya Pajak Penghasilan yang terhutang. Seperti

tercantum dalam Pasal 2 ayat (2) dikenal 2 (dua) golongan.

Pajak Penghasilan Badan (PPh Badan) yaitu pajak yang dikenakan atas penghasilan

yang diterima /diperoleh oleh suatu badan usaha. PPh badan merupakan pajak yang

dikenakan atas penghasilan suatu perusahaan dimana penghasilan yang dimaksud adalah

setiap penambahan ekonomis yang diterima atau diperoleh oleh wajib pajak badan, baik

dari dalam maupun dari luar negeri, dengan keperluan apapun misalkan menambah

kekayaan, konsumsi, investasi, dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul “PENGARUH

STRUKTUR MODAL TERHADAP PAJAK PENGHASILAN BADAN TERUTANG

(STUDI PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA

EFEK INDONESIA TAHUN 2017-2019)”

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR) berpengaruh terhadap Pajak

Penghasilan Terutang?

2. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap Pajak Penghasilan Badan

Terutang?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk membuktikan bahwa Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR) berpengaruh

terhadap Pajak Penghasilan Terutang?

2. Untuk membuktikan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap Pajak

Penghasilan Badan Terutang?

3
1.4 Kontribusi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat agar peneliti bisa menemukan

data pengamatan atas pengaruh struktur modal terhadap pajak penghasilan badan terutang

dan menambah ilmu pengetahuan tentang struktur modal terhadap PPh terutang.

4
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu ini menjadi salah satu referensi dalam melakukan penelitian

yang berupa teori-teori atau temuan-temuan dari hasil penelitian sebelumnya, hal ini perlu

dilakukan dan dapat dijadikan sebagai data pendukung. Salah satu data pendukung yang

menurut peneliti perlu dijadikan bagian tersendiri adalah penelitian terdahulu yang relevan

dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam penelitian ini. Dalam hal ini, fokus

penelitian terdahulu yang dijadikan acuan adalah metode perankingan dokumen. Oleh

karena itu, peneliti melakukan langkah kajian terhadap beberapa hasil penelitian berupa

tesis dan jurnal-jurnal melalui internet.

Hasil Perbandingan Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Variabel Metode Hasil

Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian Penelitian

1. (Azhari 2015) Pengaruh Independen : Regresi Hasil pengujian secara simultan atau

Struktur Modal LDAR, DER, Linier uji F bahwa LDAR dan DER dan

dan Manajemen Manajemen Berganda manajemen laba secara bersama-

Laba Terhadap Laba sama berpengaruh terhadap PPh

Pajak Dependen : Badan Terutang pada taraf

Penghasilan PPH Badan signifikansi 0,001 dengan alpha 5%

Badan Terutang Terutang atau 0,001< 0,05

5
(Studi Empiris Hasil Pengujian secara persial atau

Perusahaan uji t dari ketiga variabel independen

Manufaktur ditemukan bahwa hanya variabel

Yang Terdapat LDAR yang berpengaruh secara

di BEI Pada signifikan dan positif terhadap

Tahun 2016- variabel dependen PPh Badan

2018) Terutang pada taraf signifikan 0,023

dengan alpha 5% atau (0,023 <

0,05), sedangkan variabel DER dan

variabel manajemen laba secara

parsial tidak berpengaruh terhadap

PPh Badan Terutang perusahaan

2. (Indri Atina, Pengaruh Independen : Regresi Hasil analisis uji t menunjukkan

Fadjar Profitabilitas Margin Laba Linier bahwa tidak ada pengaruh yang

Harimurti Dan Biaya Bersih, Biaya Berganda signifikan terhadap net margin laba

2017) Operasional Operasional pajak penghasilan badan,

Terhadap Pph Dependen : berpengaruh signifikan terhadap

Badan Pajak operasional biaya pajak penghasilan

Perusahaan Penghasilan badan. Hasil uji F menunjukkan

Makanan Dan Badan bahwa terdapat perbedaan yang

Minuman Di signifikan antara margin laba bersih

Bei (Periode dan biaya operasional dengan pajak

2013 – 2015) penghasilan badan,

6
3. (Suranto and Analisis Independen : Regresi Hasil penelitian ini menunjukkan

Walandouw Pengaruh Struktur Linier bahwa struktur modal berpengaruh

2017) Struktur Modal Modal, Kinerja Berganda positif tidak signifikan terhadap nilai

Dan Kinerja Keuangan, perusahaan, ROA berpengaruh

Keuangan ROA dan NPL positif dan signifikan terhadap nilai

Terhadap Nilai Dependen : perusahaan, NPL berpengaruh

Perusahaan Nilai negatif tidak signifikan terhadap

Pada Perusahaan nilai perusahaan, serta struktur

Perusahaan modal dan kinerja keuangan secara

Perbankan Di simultan berpengaruh signifikan

Bursa Efek terhadap nilai perusahaan.

Indonesia

4. (Sucipto et al. Pengaruh Independen : Regresi Hipotesis (H1) longterm debt to

2020) Struktur Modal LDAR dan Linier asset ratio (LDAR) berpengaruh

terhadap Pajak DER Berganda negatif siginifikan terhadap pajak

Penghasilan Dependen : penghasilan badan terutang pada

Badan Terutang Pajak perusahaan Sektor Industri Barang

pada Penghasilan Konsumsi di Bursa Efek Indonesia

Perusahaan Terutang Periode 2014-2018, Hipotesis (H2)

Sektor Industri debt to equity ratio (DER)

Barang berpengaruh negatif signifikan

Konsumsi di terhadap pajak penghasilan badan

Bursa Efek terutang pada perusahaan Sektor

7
Indonesia Industri Barang Konsumsi di Bursa

Periode 2014- Efek Indonesia Periode 2014-2018,

2018 Nilai koefisien determinasi (R

square) sebesar 0176 atau 17,6%.

Hal ini berarti bahwa variabel

independen yaitu longterm debt to

asset ratio (LDAR) dan debt to

equity ratio (DER) menjelaskan

pengaruhnya terhadap variabel

dependen yaitu pajak penghasilan

badan terutang pada perusahaan

Sektor Industri Barang Konsumsi di

Bursa Efek Indonesia Periode 2014-

2018 sebesar 17,6% sedangkan

sisanya sebesar 82,4% dijelaskan

oleh variabel lainnya yang tidak

dijelaskan dalam model penelitian

ini.

5. (Manoppo and Pengaruh Independen : Regresi Hasil Penelitian menunjukkan

Arie 2016) Struktur Modal, Struktur Linier Struktur Modal, Ukuran Perusahaan

Ukuran Modal, Ukuran Berganda dan Profitabilitas berpengaruh secara

Perusahaan Dan Perusahaan, bersama terhadap Nilai perusahaan.

Profitabilitas dan Struktur Modal dan Profitabilitas

8
Terhadap Nilai Profitabilitas yang diukur dengan ROI

Perusahaan Dependen : berpengaruh terhadap Nilai

Otomotif Yang Nilai perusahaan, sedangkan Ukuran

Terdaftar Di Perusahaan Perusahaan dan Profitabilitas yang

Bursa Efek diukur dengan NPM dan ROE tidak

Indonesia berpengaruh terhadap Nilai

Periode 2011- perusahaan. Manajemen perusahaan

2014 sebaiknya memperhatikan struktur

modal, ukuran perusahaan dan

profitabilitas sehingga dapat

meningkatkan harga saham dan

berdampak pada nilai perusahaan

pada para investor.

6. (Anam and Analisis Rasio Independen : Regresi Secara simultan rasio likuiditas

Zuardi 2018) Likuiditas, DER, Current Linier (current ratio), rasio solvabilitas

Rasio Ratio dan Berganda (debt to equity ratio), dan biaya

Solvabilitas, Biaya operasional berpengaruh positif dan

Dan Biaya Operasional signifikan terhadap pajak

Operasional Dependen : penghasilan badan terutang di sektor

Terhadap Pajak PPh Badan pertambangan. Secara parsial, sektor

Penghasilan Terutang pertambangan memiliki pengaruh

Badan Terutang yang negatif dan tidak signifikan

(Sektor antara rasio likuiditas (current ratio)

9
Pertambangan terhadap pajak penghasilan badan

Di Bei Tahun terutang. Secara parsial, sektor

2011-2016) pertambangan memiliki pengaruh

yang positif tapi tidak signifikan

antara rasio solvabilitas (debt to

equity ratio) terhadap pajak

penghasilan badan terutang. Secara

parsial, sektor pertambangan

memiliki pengaruh positif dan

signifikan antara biaya operasional

terhadap pajak penghasilan badan

terutang.

7. (Widyaningsih Pengaruh Independen : Regresi Hasil uji F dihasilkan bahwa

2019) Manajemen Manajemen Linier manajemen laba, debt to equity ratio

Laba, Debt To Laba, DER Berganda dan return on asset secara bersama-

Equity Ratio , dan ROA sama berpengaruh terhadap

Dan Return On Dependen : PPhbadan terutang pada taraf

Asset Terhadap PPh Badan signifikansi 0,010 dengan alpha 5%

Pph Badan Terutang atau 0,010 < 0,05. Hasil uji secara

Terutang Studi parsial atau uji t dari ketiga variabel

Kasus Pada independen ditemukan bahwa Debt

Perusahaan to Equity Ratio berpengaruh secara

Yang Terdaftar signifikan dan positif terhadap

10
Dalam Bei variabel dependen PPh badan

Sektor Real terutang pada taraf signifikansi

Estate DAN 0,007 dengan alpha 5% atau ( 0,007

Property Tahun < 0,05). Dan Return On Asset

2015 – 2016 berpengaruh secara signifikan dan

positif terhadap variabel dependen

PPh badan terutang pada taraf

signifikansi 0,021 denganalpha 5%

atau ( 0,021 < 0,05). Sedangkan

variabel Manajemen Laba secara

parsial tidakberpengaruh terhadap

PPh badan terutang.

8. (Hijayaningrum Pengaruh Independen : Regresi Hasil penelitian menunjukkan

2019) Struktur Modal LDAR dan Linier variabel Longterm Debt to Asset

Terhadap Pajak DER Berganda Ratio (LDAR) berpengaruh

Penghasilan Dependen : signifikan terhadap PPh Badan

Badan Terutang PPh Badan Terutang dan Debt to Equity Ratio

(Studi Empiris Terutang (DER) tidak berpengaruh secara

Pada signifikan terhadap PPh Badan

Perusahaan Terutang.

Manufaktur

Yang Terdaftar

Di Bursa Efek

11
Indonesia Pada

Periode 2016-

2018)

9. (Firdiansyah, Pengaruh Independen : Regresi Hasil Penelitian secara simultan

Sudarmanto, Profitabilitas Profitabilitas Linier dihasilkan bahwa profitabilitas dan

and Fadillah Dan Biaya dan Biaya Berganda biaya operasional berpengaruh

2018) Operasional Operasional porsitif terhadap beban pajak

Terhadap Beban Dependen : penghasilan badan terutang.

Pajak PPH Badan Sedangkan hasil penelitian secara

Penghasilan Terutang parsial operating profit ratio

Badan Terutang berpengaruh positif terhadap beban

Pada pajak penghasilan badan terutang.

Perusahaan Dan biaya operasional berpengaruh

Perdagangan positif terhadap beban pajak

Eceran Yang penghasilan badan terutang.

Terdaftar Di Bei

(Periode 2013-

2017)

10. (Widani, Pengaruh Independen : Regresi Hasil penelitian ini menunjukkan

Mahaputra, and Struktur Modal, Struktur Linier bahwa variabel struktur modal tidak

Sudiartana Capital Modal, Capital Berganda berpengaruh terhadap pajak

2019) Intensity, Dan Intensity dan penghasilan yang ditunjukkan

Ukuran Ukuran dengan nilai signifikansi 0,273.

12
Perusahaan Perusahaan Sedangkan variabel intensitas modal

Terhadap Pajak Dependen : berpengaruh negatif terhadap pajak

Penghasilan Pajak penghasilan yang ditunjukkan

Pada Penghasilan dengan nilai signifikansi 0,001. Dan

Perusahaan juga pada variabel ukuran

Manufaktur perusahaan berpengaruh positif

terhadap pajak penghasilan yang

ditunjukkan dengan nilai signifikansi

0,000.

11. (Simamora and Pengaruh Independen : Regresi Hasil penelitian (1) LDAR

Ryadi 2015) Struktur Modal LDAR dan Linier berpengaruh terhadap pajak

Terhadap Pph DER Berganda penghasilan badan terutang, (2) DER

Badan Terutang Dependen : berpengaruh terhadap pajak

Pada PPH Badan penghasilan badan terutang, dan (3)

Perusahaan Terutang LDAR dan DER secara bersama-

Manufaktur sama berpengaruh terhadap pajak

Sektor Industri penghasilan badan terutang.

Semen Yang

Terdaftar Di Bei

Periode 2010-

2013

12. (Romdhani Analisis Independen : Hasil penelitian menyimpulkan

2016) Rekonsiliasi Rekonsiliasi bahwa (1) Pelaksanaan rekonsiliasi

13
Fiskal Atas Fiskal, yang dilakukan oleh PT Satu Cita

Laporan Laporan Protenza belum sesuai dengan

Keuangan Kuangan ketentuan perpajakan yang berlaku,

Komersial Komersial hal tersebut dapat diketahui dari

Terhadap Pajak Dependen : pajak penghasilan, perhitungan PPh

Penghasilan PPh Badan kurang bayar (PPh ps 29)

Badan Terutang Terutang Rp.13.625.361,- ; (2) Pelaksanaan

Pada Pt Satu perhitungan rekonsiliasi fiskal atas

Cita Protenza laporan komersial PT Satu Cita

Tahun 2014 Protenza dari hasil pembukuan

laporan keuangan yang

diselenggarakan PT Satu Cita

Protenza berdasarkan SAK ( Standar

Akuntansi Keuangan), perusahaan

tidak melakukan koreksi fiskal

sesuai dengan prinsip taxability

deductibility, hal ini dikarenakan

adanya perbedaan dalam pengakuan

biaya dalam rekonsiliasi fiskal.

13. (Hani 2007) Pengaruh Pajak Independen : Regresi Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Tangguhan Beban Linier terdapat pengaruh yang signifikan

Terhadap Beban Penyisihan Berganda jika perusahaan menggunakan

Pajak Terutang Piutang Usaha, metode penyisihan piutang tak

14
Pph Badan Persedian, dan tertagih, sedangkan menggunakan

(Studi Empiris Beban metode penilaian persediaan yang

Pada Penyusutan berbeda antara metode rata-rata dan

Perusahaan Aktiva Tetap metode FIFO, serta menggunakan

Yang Terdaftar Dependen : metode penyusutan aset tetap dengan

Di Bursa Efek PPh Badan metode garis lurus atau metode saldo

Jakarta) Terutang menurun. Dari hasil studi banding

Syafrida persediaan diperoleh hasil bahwa

metode rata-rata secara signifikan

menyajikan tingkat simpanan atas

penghasilan pajak badan dengan

nilai yang lebih besar jika

dibandingkan dengan metode FIFO.

Sedangkan berdasarkan studi

perbandingan metode penyusutan

aktiva tetap antara garis lurus

dengan saldo menurun, maka

kontribusinya terhadap penghematan

pendapatan pajak badan secara

signifikan dalam tingkat yang lebih

besar adalah metode saldo menurun.

14. (Laksono 2019) Pengaruh Independen : Regresi Hasil analisis data menerangkan

Struktur Modal Struktur Modal Linier bahwa struktur modal, DER, biaya

15
(Leverage, Debt (LDAR, DER Berganda operasional, dan profitabilitas

Equity Ratio, dan Lavarege), berpengaruh terhadap struktur

Long Term Profitabilitas modal, sedangkan LDAR tidak

Debt To Asset dan Biaya berpengaruh terhadap struktur

Ratio), Operasional modal.

Profitabilitas, & Dependen :

Biaya PPh Badan

Operasional Terutang

Terhadap Pajak

Penghasilan

Badan

Terhutang Pada

Perusahaan

Manufaktur

Yang Terdaftar

Di Bei Periode

Tahun 2015 –

2017

15. (Suhendra Pengaruh Independen : Regresi Hasil penelitian menunjukkan,

2010) Tingkat Tingkat Linier tingkat kepatuhan wajib pajak yang

Kepatuhan Kepatuhan Berganda diukur dari jumlah Surat

Wajib Pajak Wajin Pajak Pemberitahunan Tahunan (SPT)

Badan Terhadap Badan, yang disampaikan berpengaruh

16
Peningkatan Pemeriksaan signifikan terhadap peningkatan

Penerimaan Pajak, Pajak penerimaan pajak penghasilan badan

Pajak Penghasilan pada KPP. Pemeriksaan pajak yang

Penghasilan Terutang diukur dari jumlah SPT yang

Badan Dependen : diperiksa tidak berpengaruh

Peningkatan signifikan terhadap peningkatan

Penerimaan penerimaan pajak penghasilan badan

Pajak pada KPP. Pajak penghasilan

Penghasilan terutang yang diukur dari jumlah

pada KPP PPh terutang yang dibayarkan wajib

pajak berpengaruh signifikan

terhadap peningkatan penerimaan

pajak penghasilan badan pada KPP.

2.2 Landasan Teori

1. Struktur Modal

Struktur modal merupakan bauran biaya jangka panjang permanen dalam perusahaan

yang mewakili utang, saham preferen, dan saham biasa (Van Horne, 2013). Sedangkan

menurut Sartono (2010) struktur modal adalah perimbangan modal utang jangka pendek

yang permanen, utang jangka panjang, saham preferen, dan saham biasa. Struktur modal

juga didefenisikan sebagai perbandingan untang jangka panjang yang bersifat pinjaman

maupun modal sendiri (Riyanto,2001).

17
Struktur modal menunjukkan proporsi atas penggunaan modal untuk membiayai

kegiatan perusahaan. Pembiayaan modal tersebut dapat diperoleh dari utang jangka

panjang, saham preferen, maupun modal yang berasal dari pemegang saham. Menurut

Hackbarth & Mauer (2011), struktur modal dapat mempengaruhi kebijakan investasi.

Seorang investor menginvestasikan dana yang dimiliki dengan harapan akan mendapatkan

return atau keuntungan dari perusahaan penerima dana. Pembiayaan bisnis perusahaan

dapat didanai dengan utang dan ekuitas (Fachrudin, 2011). Penggunaan utang diistilahkan

dengan financial leverage. Menurut Fachrudin (2011) utang menimbulkan beban bunga

yang dapat menghemat pajak, yang artinya beban bunga dapat dikurangkan dari

pendapatan sehingga laba sebelum pajak menjadi lebih kecil dan akibatnya pajak semakin

kecil. Perusahaan harus mampu menentukan proporsi modal yang optimal. Hal ini

disebabkan sebuah struktur modal mencakup biaya modal dimana perusahaan harus

memberikan keuntungan kepada pihak yang menyediakan dana dan meminimalisir risiko

yang dihadapi perusahaan.

2. Komponen Struktur Modal

Komponen struktur modal terdiri dari 3 komponen yaitu : utang jangka panjang (long

term debt), saham preferen (preferen stock), dan saham biasa (common stock). Komponen

utang jangka panjang biasanya berasal dari mortagage (utang hipotik), obligasi (bond), dan

utang jangka panjang lainnya, misalnya pinjaman dari bank dalam jangka waktu yang lama

atau panjang.

Sedangkan saham preferen merupakan kombinasi antara saham biasa dengan utang

jangka panjang, dan di dalam neraca saham preferen biasanya di masukkan ke dalam

18
modal sendiri. Sedangkan saham biasa merupakan modal komponen yang ditanamkan oleh

para investor yang pemegang sahamnya memiliki residual atas laba kekayaan perusahaan.

3. Rasio Struktur Modal

Faktor rasio utang (laverage) merupakan rasio untuk mengukur seberapa bagus struktur

modal pendanaan permanen yang terdiri atas utang jangka panjang, saham preferen, dan

modal pemegang saham.

4. Rasio Utang

Industri yang mempunyai perbandingan pinjaman atau rasio utang (laverage) akan

mempunyai nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memiliki

rasio utang.

1. Karena bunga dapat menjadi pengurang pajak, pengguna utang akan mengurangi

kewajiban pajak dan menyisahkan laba operasi yang lebih besar bagi investor.

2. Bila laba operasi sebagai presentase terhadap aset melebihi tingkat bunga atas utang

untuk membeli aset atau membayar bunga atas utang, serta masih mendapatkan

sisanya sebagai bonus bagi pemegang saham. Berasas dari laporan keuangan maka

perhitungan rasio utang sebagai berikut:

1. Rasio Utang Terhadap Aset Jangka Panjang (LDAR)

Semakin tinggi rasio, berarti semakin tinggi juga nilai utang yang digunakan

dalam menghasilkan keuntungan, dan mengukur kemampuan perusahaan dalam

menjamin utangnya dengan sejumlah aset yang dimiliki. Rumusnya sebagai

berikut :

19
Longterm Debt
LDAR =
Total Asset

2. Rasio Utang Terhadap Modal (DER)

Untuk melihat hasil pengakuan presentase dana dapat dilakukan dengan cara

membagi utang jangka panjang dengan ekuitas perusahaan, semakin tinggi rasio

dapat menunjukan semakin besar juga hutang yang digunakan, dibandingkan

dengan modal sendiri yang dimiliki dan menunjukan hubungan antara jumlah

utang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan,

untuk mengetahui penggunaan sumber dana perusahaan. Reumsnya sebagai

berikut :

Longterm Debt
DER =
Total Equity
5. Pajak

Pajak merupakan iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang – Undang (yang

dapat dipaksakan) yang langsung dapat ditujukan dana yang digunakan untuk membayar

pengeluaran umum. Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap orang pribadi

maupun badan berdasarkan jumlah penghasilan yang diterima selama satu tahun. Untuk

mewujudkan sistem perpajakan yang netral, stabil, adil, sederhana, dan memiliki kepastian

hukum serta transparansi (Mardiasmo, 2009).

Pajak penghasilan yang bertujuan untuk mengatur perlakuan akuntansi pada pajak

penghasilan merupakan salah satu cara untuk mempertanggungjawabkan konsekuensi

pajak pada periode-periode berjalan atau periode yang akan datang untuk nilai tercatat aset

20
yang diakui pada neraca perusahaan untuk pelunasan nilai tercatat kewajiban yang diakui

pada neraca perusahaan dan transaksitransaksi/kejadian-kejadian lain pada periode yang

diakui pada laporan keuangan perusahaan (PSAK, 46).

6. Subjek Pajak Penghasilan

Subjek pajak meliputi orang pribadi, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan,

badan, dan bentuk usaha tetap. Subjek pajak penghasilan yaitu:

a. Orang Pribadi, sebagai subjek pajak yang bertempat tinggal di Indonesia atau di luar

Indonesia, yang tidak melihat batas umur atau jenjang sosial ekonomi.

b. Warisan, yang belum dibagi sebagai satu kesatuan subjek pajak pengganti ahli

waris.

c. Badan, sekumpulan orang yang melakukan suatu usaha atau non-usaha yang

meliputi, PT (perseroan terbatas), CV (perseroan komanditer), BUMN, BUMD,

persekutuan, perseroan atau perkumpulan lainnya, firma, kongsi, perkumpulan

operasi, yayasan, lembaga, dana pensiun, bentuk usaha tetap, dan lainnya.

d. Bentuk Usaha Tetap (BUT) yaitu bentuk usaha yang digunakan oleh Orang Pribadi,

yang tidak tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 283

hari dan dalam jangka waktu 12 bulan maupun badan yang tidak di dirikan di

Indonesia serta tidak bertempat tinggal di Indonesia.

7. Objek Pajak Penghasilan

Dalam peraturan pajak yang dimaksud dengan objek pajak yaitu sesuatu yang dapat

dikenakan pajak. Objek PPh adalah penghasilan. Pengertian penghasilan menurut undang-

undang PPh adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh

wajib pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat

21
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang bersangkutan,

dengan nama dan dalam bentuk apapun.

Sesuai dengan pasal 4 ayat (1) undang-undang PPh mengenai objek PPh antara lain :

a. Balasan atau imbalan yang bertepatan dengan jasa yang diterima termasuk gaji,

upah, tunjangan, honorium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun maupun

imbalan dalam bentuk lainnnya kecuali ditentukan dalam UU Pajak Penghasilan

b. Hadiah dari undian, pekerjaan ,kegiatan, dan penghargaan

c. Laba Usaha

d. Keuntungan karena penjualan atau pengalihan harta

e. Penerimaan kembali pajak yang sudah dibebankan sebagai biaya

f. Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena pengembalian utang

g. Laba dengan nama dalam karakter apapun, termasuk dividen dari perusahaan

asuransi kepada pejabat polis atau pembagian dari sisa hasil usaha koperasi

h. Royalty / imbalan atas penggunaan hak

i. Mengontrak dan pendapatan lain yang berhubungan dengan penggunaan harta

j. Penerimaan atau perolehan pembayaran yang berkala

k. Profit karena pembersihan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang

ditetapkan dengan peraturan pemerintah

l. Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing

m. Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva

n. Premi asuransi

o. Iuran yang diterima / diperoleh dari perkumpulan anggotanya yang tersiri dari

wajib pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas

22
p. Bonus kekayaan bersih yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan

pajak

q. Penghasilan dari usaha berbasis syariah

r. Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam UU yang mengatur mengenai

ketentuan umum dan tata cara perpajakan

s. Surplus BI

8. Jenis – Jenis Pasal Pajak Penghasilan dan Manfaatnya

Jenis pajak penghasilan yang harus diketahui oleh Wajib Pajak sehingga mengerti

ketika akan melakukan pelaporan, Wajib Pajak pun menjadi tahu apa saja jenis-jenis pasal

pajak penghasilan antara lain yang terkait pekerjaan, penghasilan maupun usaha yang

dimiliki oleh wajib pajak. Berikut adalah Pasal PPh antara lain :

1. PPh pasal 21

PPh 21 adalah pemotongan pajak yang memotong penghasilan yang diterima atau

diperoleh wajib pajak atas orang pribadi dalam negara yang berhubungan dengan

kegiatan, pekerjaan, dan jasa.ada beberapa golongan yang dikenakan pasal PPh 21

yaitu:

a. Pegawai;

b. Bukan pegawai;

c. Penerima pensiun maupun pesangon;

d. Anggota dewan komisaris;

e. Mantan pekerja dan;

f. Peserta kegiatan.

23
2. PPh pasal 22

Bentuk pemotongan atau pemungutan pajak yang di lakukan oleh satu pihak

terhadap wajib pajak yang berkaitan dengan kegiatan perdagangan barang.yang

dikenakan PPh pasal 22 adalah badan-badan usaha tertentu, baik milik pemerintah

maupun swasta yang melakukan kegiatan perdagangan ekspor,impor, dan re-

impor.

3. PPh pasal 23

Pajak penghasilan pasal 23 adalah pajak yang dikenakan pada penghasilan atas

modal, penyerahan jasa, dan umumnya penghasilan jenis ini terjadi saat ada

transaksi anatar 2 pihak (pemberi penghasilan atau pembeli). Pihak-pihak yang

memotong dan penerima penghasilan yang dipotong yaitu:

a. Badan pemerintah;

b. Subjek pajak dalam negeri;

c. Penyelenggara kegiatan;

d. Bentuk usaha tetap;

e. Perwakilan perusahaan luar negeri;

f. Wajib pajak dalam negeri tertentu yang telah ditunjuk oleh jendral pajak atau

orang pridi;

g. Wajib pajak dalam negeri.

4. PPh pasal 25

Pajak penghasilan pasal 25 adalah pembayaran angsuran pajak yang berasal dari

jumlah pajak penghasilan terutang menurut SPT Tahunan PPh dikurangi PPh yang

24
dipotong atau dipungut serta PPh yang dibayar atau terutang diluar negari yang

dikreditkan.

5. PPh pasal 26

Jenis pajak penghasilan ini dikenakan atas penghasilan yang bersumber dari

indonesia yang diterima atau diperoleh wajib pajak luar negeri selain bentuk usaha

tetap di indonesia.ada berbagai jenis penghasilan yang dikenai PPh pasal 26 yaitu:

a. Dividen;

b. Bunga;

c. Diskonto;

d. Imbalan sehubungan dengan jaminan pengembalian utang;

e. Sewa, royalty;

f. Penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta

9. Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan

Ketentuan pasal 17 ayat (1) UU pajak penghasilan, yang diterapkan atas penghasilan

kena pajak dibagi wajib pajak dalam negeri dan wajib pajak luar negeri yang menjalankan

usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia melalui suatu bentuk usaha tetap di Indonesia

sebagai berikut :

Tarif Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan

Lapisan Penghasilan Kena Pajak (rupiah) Tarif Keterangan

Pajak

Kurang dari Rp 4.800.000.000,00 1% PP No. 46 Tahun 2013

Dari Rp 4.800.000.000,00 sd Rp 50.000.000.000,00 28% PP No. 36 Pasal 31E

Tahun 2008

25
Lebih dari Rp 50.000.000.000,00 25% PP No. Tahun 2008

Untuk peraturan pemerintah No.46 tahun atas pajak penghasilan dari usaha yang

diterima atau diperoleh wajib pajak di kenakan PPh final sebesar 1% dari omset bulanan

yang memiliki peredaran bruto tidak lebih dari Rp 4,8 miliar. Sedangkan untuk peraturan

pemerintah No. 36 Thn 2008 atas pajak penghasilan dikenakan tarif 28% untuk pendapatan

Rp 4,8 miliar sampai dengan Rp 50 miliar, dan 25% untuk pendapatan diatas Rp 50 miliar

dari PKP (penghasilan kena pajak).

10. PPh Badan

Menutur Undang –Undang No. 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara

perpajakan, pasal 1 dan 3 “Badan adalah sekumpulan orang atau modal yang merupakan

kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi

perseroan terbatas, peseroan komonditer, perseroan lainnya, BUMN dan BUMD dengan

nama dan dalam bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pension, persekutuan,

perkumpulan, yayasan, organisasi masa, organisasi sosial politik atau organisasi lainnya,

lembaga dan bentuk badan lainnya.

11. PPh Badan Terutang

Dalam perhitungan Pajak Penghasilan (PPh), baik orang pribadi maupun badan akan

selalu ada istilah pajak terutang. Direktorat Jenderal Pajak (DJP) memberikan kewenangan

bagi setiap Wajib Pajak (WP) untuk melakukan sendiri perhitungan, pembayaran dan

pelaporan kewajiban pajaknya. Sebab Indonesia menganut sistem perpajakan penilaian

sendiri (self assessment).

26
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian

Teori keagenan (agency teory) menyatakan bahwa hubungan kagenan adalah sebuah

kontrak antara manajer (agent) dengan investor (principal). Principal adalah pemegang

saham, sedangkan agent adalah manajemen yang mengelola perusahaan (Jensen dan

Meckling, 1976). Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih

orang (principal) memerintahkan orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama

principal serta memberi wewenang kepada agent membuat keputusan yang terbaik bagi

principal.

Teori keagenan menjelaskan tentang penentuan kontrak yang paling efisien yang bisa

membatasi konflik atau masalah keagenan (Jansen dan Meckling,1976) dalam sukirni

(2012). Teori keagenan juga berperan dalam menyediakan informasi, sehingga akuntansi

memberikan umpan balik selain nilai prediktifnya.

Manajer dapat melakukan berbagai cara untuk memperoleh informasi dibandingkan

investor. Misalnya dengan menyamarkan, menyembunyikan, memanipulasi informasi yang

diberikan kepada investor. Akibatnya investor tidak yakin terhadap kualitas perusahaan

atau pembeli saham perusahaan dengan harga yang sangat rendah.

Pihak principal adalah pihak yang memberikan mandat kepada orang lain, yaitu agen

untuk melakukan semua kegiatan atas nama principal dan kapasitasnya sebagai pengambil

keputusan. Manajer mempunyai kewajiban untuk memaksimalkan kesejahteraan pemegang

saham. Teori agensi yang memiliki saham sepenuhnya adalah pemilik (pemegang saham)

dan manajer diminta untuk memaksimalkan tingkat pengembalian pemegang saham,

prinsipal maupunt agent diasumsikan sebagai orang ekonomi yang rasional dan semata-

mata termotivasi oleh kepentingan pribadi.

27
Pemikiran Kerangka Konseptual Penelitian

PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG


TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
2017-2019

Teori Agensi :

Teori agensi menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara
manajer (agentI) dan investor (parcipal) dimana satu atau lebih orang (principal)
memerintahkan orang lain (agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama principal serta
memberi wewenang kepada agent membuat keputusan yang terbaik bagi principal.

Variabel Independen : Permasalahan modal dapat meliputi


X₁ usaha pendapatan, penyediaan, ataupun
LDAR
(Longterm Debt to Asset Ratio) penggunaan modal yang dibutuhkan

X₂ perusahaan dan semua ini berhubungan


DER
dengan struktur modal ataupun masalah
(Debt to Equity Ratio) H₁ (+)
struktur keuangan.

H₂ (+)

Variabel Dependen :
Y
PPh
Badan Terutang

28
2.4 Pengembangan Hipotesis

1. Longterm Debt to Asset Ratio (LDAR) dengan Pengungkapan Pajak Penghasilan

Badan Terutang

Pasal 6 ayat 1 poin a UU nomor 17 tahun 2000 yang menyatakan bahwa biaya

bunga dapat menjadi pengurang pendapatan untuk memperoleh penghasilan kena

pajak. Penggunaan utang akan menimbulkan biaya bunga yang harus dibayar secara

rutin kepada kreditur dan biaya bunga diperlakukan oleh perpajakan sebagai biaya

usaha, sehingga semakin besar bunga utang maka akan mengakibatkan pajak yang

terutang menjadi kecil karena bertambahnya biaya usaha.

Nilai atau keuntungan pajak bagi anggota/perusahaan dapat pula diperoleh

melalui aset permanen yang berbentuk tarif penyusutan yang dikurangkan menjadi

imbalan untuk membagi keuntungan sesuai tarif begitu juga yang dibenahi pada pasal

6 ayat 1 poin b UU No.17 Tahun 2000 mengenai tarif imbalan/gaji, penelitian

terdahulu yang telah dilakukan Endah Nilam Rahmadahi tahun 2010 tentang pengaruh

longterm to debt asset ratio (LDAR) terhadap PPh terutang menunjukkan bahwa

Longterm Debt to Asset Ratio berpengaruh signifikan terhadap Pajak Penghasilan

terutang adalah semakin tinggi LDAR lalu untuk mengurangkan total PPh terutang.

Berasas teterkaitan antara variabel DER terhadap PPh terutang maka hipotesisnya

adalah:

2. Debt to Equity Ratio (DER) dengan Pengungkapan Pajak Penghasilan Badang

Terutang

Dari prosfektif kapasitas melunasi utang dalam waktu lama maka semakin kecil

presentase perbandingan maka akan semakin bagus pula kapasitas perusahaan dalam

29
melunasi utang dalam waktu lama, semakin tinggi persentase rasio maka semakin

rendah pendanaan yang disediakan oleh pemegang saham. Penelitian yang terdahulu

telah dilakukan Yulianti pada tahun 2008 mengenai dampak DER terhadap Pajak

Penghasilan badan terutang yang mengungkapkan bahwa DER berdampak signifikan

kepada Pajak Penghasilan badan terutang adalah semakin tinggi DER maka akan

mengurangkan total Pajak Penghasilan badan terutang. Berasas keterkaitan antara

variabel DER terhadap Pajak Penghasilan terutang maka hipotesisnya adalah:

30
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Perusahaan yang dijadikan sampel dalam pemelitian ini adalah perusahaan

manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017-2019. Sumber

data untuk penelitian ini diperoleh dari website resmi perusahaan atau website Bursa Efek

Indonesia (www.idx.co.id). Obyek penelitian yang dipakai pada penelitian ini merupakan

laporan keuangan dan annualreport (informasi tahunan perusahaan).

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, penelitian ini juga

menggunakan populasi dari perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

pada tahun 2017-2019. Cara pengambilan populasi dan sampel berasas sebagai tolak ukur

beserta target/sasaran untuk mencapai sampel yang sesuai dengan tolak ukur. Adapun tolak

ukur pengambilan sampel yang terdiri dari :

a. Perusahaan yang mempunyai indikator – indikator variabel independen dan dependen

pada laporan keuangannya.

b. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017-2019.

c. Perusahaan yang mempublikasikan laporan keuangannya secara lengkap pada Tahun

2017 - 2019.

d. Laporan keuangan yang disajikan dalam bentuk mata uang rupiah

Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2017-2019 sebagai objek penelitian.

Adapun tiga metode analisa data yang digunakan yaitu, analisa statistik deskriptif, hasil

31
pengujian asumsi klasik dan hasil hipotesis. Analisis statistik deskriptif menggambarkan

variabel independen dan variabel dependen dan asumsi pengujian klasik dari model regresi

linier berganda. Berikutnya dari hasil uji hipotesis yang di uji berdasarkan pengujian secara

simultan (uji F) dan pengujian secara parsial (uji t) serta pengujian perhitungan koefisien

determinasi (R²).

3.3 Metode Pengumpulan Data

Jenis penelitian yang digunakan yaitu pengujian hipotesis. Metode pengumpulan data

menggunakan data informasi keuangan dan annualreport (informasi tahunan perusahaan).

Pada penelitian ini cara pengumpulan dipakai untuk merekap data informasi keuangan dan

informasi tahunan perusahaan yang terdaftar I Bursa Efek Indonesia pada tahun 2017-

2019.

3.4 Data Operasional dan Pengukuran Variabel

Dalam penelitian ini terdapat tiga variabel yang dibagi menjadi dua bagian yaitu :

LDAR dan DER sebagai variabel bebas (independen) dan Pajak Penghasilan terutang

sebagai variabel tidak bebas (dependen). Ada beberapa variabel didalam penelitian ini

yaitu:

a. LDAR (Longterm to Debt Asset Ratio) : Variabel X₁, rasio ini didapat dengan

membandingkan hutang jangka panjang dengan total asset.

Longterm Debt
LDAR =
Total Asset

Keterangan :

LDAR : Rasio hutang jangka panjang terhadap asset

32
Longterm Debt : Hutang jangka panjang

Total Asset : Total Aset

b. DER (Debt to Equity Ratio) : Variabel X₂, rasio ini didapat dengan mencocokan

hutang jangka panjang dengan ekuitas.

Longterm Debt
DER =
Total Equity
Keterangan :

DER : Rasio hutang terhadap ekuitas

Longterm Debt : Hutang jangka panjang

Equity : Ekuitas/Modal

c. PPh Terutang : Variabel Y, pengukuran PPh terutang dapat dilihat dari pajak kini

yang telah disajikan didalam laporan perusahaan, PPh terhutang merupakan pajak yang

dikenakan secara teratur maupun berkali - kali dalam tahun pajak, terhadap penghasilan

badan.

3.5 Teknik Analisis Data

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif yaitu gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai

rata-rata (mean) varian, maksimum, standar deviasi, minimum, range, sum, skewnes

(kemencengan distribusi) dan kurtosis. Statistik deskriptif mendeskripsikan data

menjadi sebuah informasi yang lebih jelas dan mudah dipahami. Statistik deskriptif

digunakan untuk mengembangkan profil perusahaan yang menjadi sampel. Statistik

deskriptif berhubungan dengan pengumpulan dan peningkatan data, serta penyajian

hasil peningkatan tersebut.

33
Analisis data statistik deskriptif ini dilakukan dengan membandingkan nilai

minimum, nilai maksimum, dan rata-rata sampel. Tabel berikut adalah statistik

deskriptif dari LDAR dan DER (independen) dan PPh Badan Terutang (dependen).

2. Pengujian Asumsi Klasik

Pengujian asumsi klasik menggunakan analisis regresi linier berganda yang

memerlukan beberapa asumsi agar model tersebut layak dipergunakan. Asumsi yang

digunakan dalam penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolienaritas, dan uji

heteroskedasitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variable

pengganggu atau residual memiliki distribusi normal atau tidak. Jika asumsi ini

dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua

cara untuk mendeteksi apakah residual bedistribusi normal atau tidak yaitu dengan

cara analisis grafik dan uji statistik.

Salah satu bagian dari uji statisik adalah uji Kolmogorov-smirnov. Pada uji

Kolmogorov-smirnov, jika tingkat signifikan < 0,05 maka data yang diuji memiliki

perbedaan yang signifikan dengan data normal baku sehingga data yang diuji tidak

memiliki distribusi normal. Sebaliknya jika tingkat signifikan > 0,05 maka data

yang uji memiliki distribusi normal.

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan

adanya korelasi antar variable bebas (independen). Pada model regresi yang baik

seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variable

34
independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel tersebut tidak ortogonal atau

terjadi kemiripan independen yang sama. Variabel ortogonal merupakan variabel

independen yang sama dengan nol.

Pendeteksi multikolinearitas dilakukan dengan menggunakan tolerance value dan

variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel

independen yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jika tolerance value

> 0.10 dan VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Salah

satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan

dengan melihat grafik plot yaitu mendeteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik

scatterplot antara nilai prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan

residualnya yaitu SRESID.

4. Uji Autokorelasi

Uji Autokerelasi bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya korelasi antara

kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 atau

periode sebelumnya. Autokorelasi muncul karena adanya observasi yang berurutan

sepanjang waktu dan berkaitan antara satu sama lain. Masalah ini timbul

dikarenakan adanya residul atau kesalahan pengganggu yang tidak bebas dari satu

observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik yaitu regresi yang bebas

dari autokorelasi. Autokorelasi bisa dideteksi melalui pengujian Durbin Watson

35
(DW). Apabila nilai DW > DU dan (4- DW) lebih besar dari DU maka tidak

terdapat autokorelasi atau bisa dijabarkan sebagai berikut: (4- DW) > DU < DW.

3. Uji Analisis Regresi Linier Berganda

Metode yang dilakukan dalam menganalisis data-data yang digunakan dalam

penelitian ini memakai metode kuantitatif. Untuk pengujian/percobaan ini memakai

analisis regresi liner berganda dengan memakai aplikasi IBM SPSS 23, variabel

independen yang lebih dari satu, dan variabel dependen hanya satu. Persamaan

rumusnya sebagai berikut:

Y = α + β1 X1+ β2 X2 + e

Keterangan :

Y : PPh Badan Terutang

α : Konstanta

β₁ : Koefisien Regresi Variabel (LDAR)

β₂ : Koefisien Regresi Variavel (DER)

X₁ : Longterm To Debt Asset Ratio (LDAR)

X₂ : Debt Equity to Ratio (DER)

Е : error

4. Pengujian Hipotesis

Ketepatan fungsi regresi sampel dalam menaksir actual dapat diukur dari

goodness of fitnya. Secara statistik, setidaknya dapat diukur dari nilai koefisien

determinasi (R²), uji statistik F (simultan) dan statistik t (parsial).

1. Uji Koefisien Determinasi

36
Koefisien determinasi (R²), pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan

model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi

adalah antara nol dan satu, berarti variabel-variabel independen memberikan

hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen. Nilai (R²) yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen

amat terbatas.

2. Uji Statistik F (Simultan)

Uji statistik F simultan dipakai untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel

independen secara bersama-sama (simultan) terhadap perubahan nilai variabel

dependennya. Maka dari itu perlu dilakukan uji F, uji statistik F pada dasarnya

dapat menunjukan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model

mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat. Adapun kriteria

pengambilan keputasan dalam uji statistik F :

1. Tarif signifikan α = 0,05

2. Jika signifikan F < 0,05 maka H₁ diterima

Jika signifikan F > 0,05 maka H₂ ditolak

3. Statistik t (Parsial)

Uji statistik t parsial digunakan untuk menguji seberapa jauh pengaruh parsial dari

masing-masing variabel independen terhadap variabel dependennya. Pengujian

dilakukan dengan menggunakan signifikan level 0,05 (α = 5%). Adapun kriteria

pengambilan keputusan dalam uji statistik t:

1. Jika signifikan t ≤ maka H₁ diterima

Jika signifikan t > maka H₂ ditolak

37
DAFTAR PUSTAKA

Anam, Chairul, and Lustyna Reinsa Zuardi. 2018. “Analisis Rasio Likuiditas, Rasio Solvabilitas,

Dan Biaya Operasional Terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang (Sektor Pertambangan

Di BEI Tahun 2011-2016.” Margin Eco 2 (1): 43–68.

Azhari, Andy. 2015. “Pengaruh Struktur Modal Dan Manajemen Laba Terhadap Pajak

Penghasilan Badan Terutang.” Skripsi Universitas Negeri Islam Jakarta, no. 1.

http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/30236.

Firdiansyah, A.M, E. Sudarmanto, and H. Fadillah. 2018. “Pengaruh Profitabilitas Dan Biaya

Operasional Terhadap Baban Pajak Penghasilan Badan Terutang Pada Perusahaan

Perdagangab Eceran Yang Terdaftar Di BEI (Periode 2013-2017).” Jurnal Akuntansi

Universitas Pakuan, 1–13.

Hani, Syafrida. 2007. “Pengaruh Pajak Tangguhan Terhadap Beban Pajak Terutang PPh Badan.”

Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis 7 (1): 21–52.

Hijayaningrum, H D. 2019. “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Pajak Penghasilan Badan

Terutang (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Periode

Tahun 2015 ….” http://eprints.mercubuana-yogya.ac.id/5761/.

Indri Atina, Fadjar Harimurti, Djoko Kristianto. 2017. “Pengaruh Profitabilitas Dan Biaya

Operasional Terhadap PPh Badan Perusahaan Makanan Dan Minuman Di BEI (Periode

2013-2015).” World Cotton Research Conference 6, no. 1: 1–8.

Laksono, Roni Dwi. 2019. “Pengaruh Struktur Modal (Leverage, Debt Equity Ratio, Long Term

Debt To Asset Ratio), Profitabilitas, & Biaya Operasional Terhadap Pajak Penghasilan

38
Badan Terhutang Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bei Periode Tahun 2015

– 2017.” Tirtayasa Ekonomika. https://doi.org/10.35448/jte.v14i1.5427.

Manoppo, Heven, and Fitty Arie. 2016. “Pengaruh Struktur Modal, Ukuran Perusahaan Dan

Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Periode 2011-2014.” Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi 4 (2): 485–

97. https://doi.org/10.35794/emba.v4i2.13082.

Romdhani, AM. 2016. “No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標

に関する共分散構造分析Title” X (1): 1–21.

Simamora, Patar, and Muhamad Ressa Mahardika Ryadi. 2015. “PENGARUH STRUKTUR

MODAL TERHADAP PPh BADAN TERUTANG PADA PERUSAHAAN

MANUFAKTUR SEKTOR INDUSTRI SEMEN YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE

2010-2013.” JIAFE (Jurnal Ilmiah Akuntansi Fakultas Ekonomi) 1 (2): 21–31.

https://doi.org/10.34204/jiafe.v1i2.513.

Sucipto, Tia Novira, Universitas Sari, Mutiara Indonesia, Renika Hasibuan, Universitas Sari, and

Mutiara Indonesia. 2020. “Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis Pengaruh Struktur Modal

Terhadap Pajak Penghasilan Badan Terutang Pada Perusahaan Sektor Industri Barang

Konsumsi Di Jurnal Riset Akuntansi Dan Bisnis” 20 (2): 207–12.

Suhendra, Euphrasia Susy. 2010. “PAJAK PENGHASILAN BADAN Abstrak Kebutuhan

Pembangunan . Pertumbuhan Populasi Dunia Usaha Di Indonesia Yang Potensi Penerimaan

Pemerintah Dari Diarahkan Untuk Mendorong Pereko- Kementerian Keuangan , Rasio

Kepatuhan Pemberitahuan Tahunan ( SPT ) Hingga Ass” 15 (1).

39
Suranto, Vintia, and Stanley Walandouw. 2017. “Analisis Pengaruh Struktur Modal Dan Kinerja

Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek

Indonesia.” Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi 5 (2):

1031–40. https://doi.org/10.35794/emba.v5i2.16059.

Widani, Made Astrela, I Nyoman Kusuma Adnyana Mahaputra, and I Made Sudiartana. 2019.

“Pengaruh Struktur Modal, Capital Intensity, Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Pajak

Penghasilan Pada Perusahaan Manufaktur.” Kumpulan Hasil Riset Mahasiswa Akuntansi 1

(1): 334–49.

Widyaningsih, Eliza Tri. 2019. “PENGARUH MANAJEMEN LABA, DEBT TO EQUITY

RATIO , DAN RETURN ON ASSET TERHADAP PPH BADAN TERUTANG Studi

Kasus Pada Perusahaan Yang Terdaftar Dalam BEI Sektor Real Estate Dan Property Tahun

2015 – 2016.” Jurnal Analisa Akuntansi Dan Perpajakan.

https://doi.org/10.25139/jaap.v3i1.1577.

40

Anda mungkin juga menyukai