Anda di halaman 1dari 13

RINGKASAN MATERI KULIAH (RMK)

AKUNTANSI BIAYA

Metode Harga Pokok Proses

Oleh :

Kelompok 2

I Putu Krisna Bayu Putra (1907531245)

Putu Satria Mahayadi (1907531248)

Ni Putu Dita Darmayanti (1907531246)

Ni Luh Putu Eka Putri Maharani (1907531251)

Putu Febby Candra Lestari (1907531253)

Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Udayana

2020
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,
Puji syukur saya panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa yang mana telah
memberikan kami kekuatan serta ke lancaran dalam menyelesaikan ringkasan materi kuliah
akuntansi biaya yang berjudul “Metode Harga Pokok Proses.” dapat selesai dengan waktu yang
telah kami rencanakan dan tepat pada waktunya. Sehingga tersusunlah RMK ini.

Kami sangat berharap RMK ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai metode harga pokok proses. Kami juga menyadari sepenuhnya
bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu
kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat di pahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya laporan yang telah kami susun ini dapat berguna bagi saya sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf dan apabila terdapat kesalahan kata - kata yang
kurang berkenan dalam hati dan kami mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.

Om Santih,Santih,Santih, Om

Denpasar, Oktober 2020

Penulis
RINGKASAN MATERI KULIAH – MINGGU KE 4

METODE HARGA POKOK PROSES

1. Pengertian Harga Pokok Proses


Metode harga pokok proses adalah metode penentuan harga pokok produk dengan cara
mengumpulkan biaya produksi yang terjadi selama 1 periode tertentu kemudian dibagi sama
rata kepada produk yang dihasilkan pada periode yang bersangkutan.
2. Perbedaan Harga Pokok Proses Dengan Harga Pokok Pesanan

No Keterangan Harga pokok proses Harga pokok pesanan


1. Pengumpulan biaya Pada akhir periode Setelah pesanan selesai
Total biaya produksi selama 1
Total biaya produksi suatu
Perhitungan harga periode dibagi jumlah produk yang
2. pesanan dibagi jumlah produk
pokok dihasilkan pada periode yang
yang dipesan
bersangkutan
Membedakan biaya langsung
dengan biaya tidak langsung
Tidak membedakan biaya langsung
dengan biaya tidak langsung
Penggolongan biaya Harga pokok pesanan
3.
langsung menggunakan BOP yang
Harga pokok menggunakan BOP
dibebankan
sesungguhnya

 
Secara terus menerus karena
Terputus – putus, tergantung
4. Proses produksi produk ditujukan untuk mengisi
pesanan
pasar
Beraneka ragam jenis dan
Produk yang Merupakan produk standar ukuran sesuai dengan selera
5.
dihasilkan (homogen) pemesan

3.  Ciri-ciri Metode Harga Pokok Proses


 Ciri – ciri metode harga pokok proses berdasarkan proses produksi
1. proses produksi dilakukan secara terus menerus
2. produk yang dihasilkan merupakan produk standar
3. tujuan produksi untuk mengisi persediaan bukan karena pesanan
 Ciri – ciri metode harga pokok proses berdasarkan proses pengumpulan biaya :

1. biaya produksi dikumpulkan pada setiap periode tertentu dan dicatat pada
rekening barang dalam proses
2. harga pokok produk per satuan dihitung pada setiap akhir periode tertentu
3. bila produk diolah melalui lebih dari satu departemen, maka harga pokok
produk pada departemen sebelumnya akan menambah harga produk pada
departemen berikutnya sampai menjadi produk jadi
4. laporan harga pokok produksi dipakai untuk menghitung biaya produksi
per satuan
5. Pencatatan Penggolongan Biaya pada Metode Harga Pokok Proses

4. Konsep Departemenlisasi
a. Pengertian Departementalisasi

Departementalisas adalah pembagian perusahaan ke dalam unit-unit yang


disebut departemen. Dalam akuntansi departementalisasi ini biasanya digunakan
dalam biaya overhead pabrik. Departementalisasi BOP adalah proses
pengumpulan dan penentuan tarif BOP per departemen. Departementalisasi
BOP lebih tepat jika pabrik memproduksi berbagai produk yang tidak melewati
departemen yang sama. Tujuan departementalisasi BOP adalah menentukan
biaya produk dengan teliti. Produk yang diproses melalui lebih dari satu
departemen akan dibebani dengan tarif yang berlaku di masing-masing
departemen. Departemen diklasifikasikan menjadi departemen produksi dan
departemen jasa. Departemen produksi memproses bahan baku menjadi produk
jadi, contoh: departemen pemotongan dan departemen penjahitan pada
perusahaan garment. Departemen jasa memberikan dukungan kepada
departemen produksi dan tidak melakukan pekerjaan produksi, contoh:
penerimaan, inspeksi dan penyimpanan bahan baku pada perusahaan garment.
b. Manfaat Departementalisasi

Departementalisasi  biaya overhead pabrik bermanfaat untuk pengendalian


biaya dan ketelitian penentuan harga pokok produk. Pengendalian biaya
overhead pabrik dapat lebih mudah dilakukan dengan cara menghubungkan
biaya dengan pusat terjadinya sehingga dengan demikian akan memperjelas
tanggungjawab setiap biaya yang terjadi dalam departemen tertentu. Dengan
digunakannya tarif-tarif biaya overhead pabrik yang berbeda-beda untuk tiap
departemen, maka pesanan atau produk yang melewati suatu departemen
produksi akan dibebani dengan biaya overhead pabrik sesuai tarif dari
departemen yang besangkutan. Hal ini mempunyai akibat terhadap ketelitian
terhadap penentuan harga pokok produk.

c. Tujuan Departementalisasi
Adapun tujuan utama departemenisasi biaya overhead pabrik adalah sebagai
berikut:
1. Untuk pembebanan biaya overhead pabrik dengan adil dan teliti.
2. Untuk pengendalian biaya overhead pabrik yang lebih baik.
3. Untuk pembuatan keputusan oleh manajemen.

d. Syarat atau kondisi


Agar supaya ketiga tujuan tersebut diatas dapat di capai, dalam depertemenisasi
diperlukan syarat atau kondisi-kondisi sebagai berikut :
1. Ketepatan dalam menentukan jumlah departemen produksi maupun
pembantu. Departemen yang dibentuk terlalu sedikit dapat
mengakibatkan pembebanan yang kurang adil dan teliti,dari segi
pengendalian menjadi kurang teliti pula. Departemen yang terlalu banyak
akan menaikkan jumlah biaya dan waktu yang dikorbankan yang
mungkin tidak sesuai dengan manfaatnya.
2. Pembagian departemen hendaknya selaras dengan dengan pembagian
struktur organisasi di dalam pabrik.
3. Dapat dipilih dasar distribusi,alokasi, maupun pembebanan yang tepaat.
4. Penetuan dasar kapasitas dan besarnya kapasitas dengan tepat yang
sesuai pula dengan variabilitas biaya overhed pabrik.

e. Faktor-faktor yang dipertimbangkan

Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan di dalam menentukan atau


memilih departemen- departemen didalam pabrik adalah sebagai berikut :

1. Pembagian tanggungjawab atas pengolahan produk dan jasa yang di


hasilkan di dalam pabrik, serta atas biaya yang terjadi.
2. Sifat operasional dari setiap tahapan pengolahan produk dihubungkan
dengan gerakan-gerakan yang dilalui produk di dalam pabrik.
3. Lokasi dari operasi, proses pengolahan, dan mesin.
4. Jumlah departemen atau pusat biaya yang tepat.
5. Penyesuaian mesin, proses, atau operasi di dalam setiap departemen atau
pusat biaya.

f. Biaya langsung dan tidak langsung dapartemen


Biaya langsung departemen adalah semua biaya yang dapat ditelusur ke
departemen tertentu dan dibebankan pada departemen tersebut tanpa melalui
proses alokasi. Contoh depresiasi mesin dan biaya sewa gedung yang
digunakan hanya oleh Departemen Perakitan merupakan biaya langsung
departemen tersebut. Biaya tidak langsung departemen adalah biaya yang tidak
dapat ditelusur ke departemen tertentu dan dibebankan kepada departemen
tersebut melalui proses alokasi. Contoh: depresiasi mesin dan biaya sewa
gedung yang digunakan oleh beberapa departemen, tidak dapat ditelusur
pemakaiannya secara langsung merupakan biaya tidak langsung departemen.
Biaya ini dibebankan kepada departemen pemakai melalui proses alokasi.

5. Penyusunan Laporan Harga Pokok Produksi


Harga pokok produksi adalah akumulasi biaya yang dibebankan ke produk atau jasa. Harga
pokok produksi merupakan harga perolehan atau harga pokok adalah jumlah yang dapat diukur
dalam satuan uang dalam bentuk kas yang dibayarkan, atau nilai aktiva lainnya yang dapat
diserahkan atau dikorbankan, atau jasa yang diserahkan atau dikorbanan, atau hutang yang
timbul atau tambahan modal dalam rangka pemilikan barang atau jasa yang diperlukan
perusahaan, baik dari masalalu (harga perolehan yang telah terjadi) ataupun pada masa yang
akan datang (harga perolehan yang akan terjadi). Jadi harga pokok produksi adalah akumulasi
dari biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk menghasilkan produk dan kemudian dibebankan
pada produk. Media yang dipakai adalah Laporan Harga Pokok Produksi yang memuat informasi
sebagai berikut:

 Laporan produksi
-   Informasi jumlah produk yang diolah, baik dari produk dalam proses awal,
produk yang baru dimasukkan atau diterima dari departemen sebelumnya, maupun
tambahan produk pada departemen lanjutan akibat adanya tambahan bahan kalau
ada.
-   Informasi jejak produk yang diolah, meliputi produk selesai yang dimasukkan
ke gudang atau dipindahkan ke departemen lanjutan, produk yang masih dalam
proses akhir, produk hilang, produk rusak, produk cacat kalau ada.
1. Unsur-unsur harga pokok produksi
 Biaya Bahan Baku
Biaya bahan baku adalah biaya yang digunakan untuk membeli atau
menghasilkan bahan baku guna memproduksi produk yang akan dijual. Bahan
baku bisa diolah atau diproduksi sendiri oleh perusahaan penjual atau dibeli dari
perusahaan supplier. Bahan baku harus dijaga dari kehilangan dan kerusakan
dengan cara melakukan stock opname rutin.

 Biaya Tenaga Kerja


Biaya tenaga kerja adalah gaji atau upah atau kompensansi yang diberikan kepada
tenaga kerja dalam proses produksi untuk menghasilkan produk yang akan dijual.
Biaya ini juga termasuk biaya lembur (overtime) jika dibutuhkan.
 Biaya Overhead Pabrik
Biaya overhead pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja yang tidak dapat ditelusuri secara langsung kepada produk atau
aktivitas lainnya. Contoh biaya overhead pabrik yaitu perbaikan peralatan pabrik,
biaya atas personil pemeliharaan fasilitas, depresiasi bangunan pabrik, depresiasi
peralatan pabrik, asuransi dan pajak untuk setiap bangunan pabrik. Bangunan atau
mesin pabrik termasuk dalam aktiva tetap perusahaan, untuk mengetahui lebih
detail tentang aktiva tetap bisa dibaca disini. Menghitung biaya overhead pabrik
memang menjadi yang paling menantang diantara elemen lainnya.

2. Metode penentuan harga pokok produksi


 Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produk dengan
memasukkan semua biaya yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap
terhadap produk. Metode full costing digambarkan sebagai berikut :
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik variable xxx
Biaya overhead pabrik tetap xxx
Harga Pokok Produksi xxx
 Variable costing merupakan perhitungan harga pokok produk yang hanya
memasukkan biaya produksi variable. Metode variable costing digambarkan
sebagai berikut :
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxxx
Biaya overhead pabrik variable xxx
Harga Pokok Produksi

6. Pencatatan dengan kondisi produk diolah didua/lebih departemen


Perhitungan biaya produksi per satuan produk yang dihasilkan oleh departemen
setelah departemen pertama adalah merupakan perhitungan yang bersifat kumulatif. Karena
produk yang dihasilkan oleh departemen setelah departemen pertama telah merupakan
produk jadi dari departemen sebelumnya, yang membawa biaya produksi dari departemen
produksi sebelumnyua tersebut, maka harga pokok produk yang dihasilkan oleh departemen
setelah departemen pertama terdiri dari:

a. biaya produksi yang dibawa dari departemen sebelumnya


b. biaya produksi yang ditambahkan dalam departemen setelah departemen
pertama
Contoh2:
PT eliona sari memiliki 2 departemen produksi untk menghasilkna produknya : Departemen A
dan Departemen B. Data produksi dan biaya produksi ke dua departemen tersebut untuk bulan
Januari 19 x1 disajikan dalam gambar  berikut :

Data produksi Bulan Januari


Jenis Biaya Departemen A Departemen B
Produk yang dimasukkan dalam proses 35.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke Departemen B 30.000 kg
Produk selesai yang ditransfer ke gudang 24.000 kg
Produk dalam proses akhir bulan 5.000 kg 6.000 kg
Biaya yang dikeluarkan bulan Januari 19x1
Biaya bahan baku Rp 70.000 Rp 0
Biaya tenaga kerja Rp 155.000 Rp 270.000
Biaya overhead pabrik Rp 248.000 Rp 405.000
Tingkat penyelesaian produk dalam produk proses akhir
Biaya bahan baku 100%
Biaya konversi 20% 50%

Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen A


Unsur biaya Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per
produksi kg
Bahan baku Rp 70.000 35.000 Rp 2
Tenaga kerja 155.000 31.000 5
Overbead pabrik 248.000 31.000 8
Total Rp 173.000 Rp 15

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep A
Harga pokok produk jadi : 30.000 x Rp 15 Rp 450.000
Harga pokok persediaan produk dalam proses
Biaya bahan baku : 100 % x 5.000 x Rp 2 = Rp 10.000
Biaya tenaga kerja 20 % x 5.000 x Rp 5 = Rp5.000
Biaya overhead pabrik 20 % x 5.000 x Rp 8= Rp 8.000
Rp   23.000
Jumlah biaya produksi Departemen A bulan januari 19x1 Rp 473.000

Jurnal pencatatan biaya produksi departemen A


Jurnal untuk mencatat biaya bahan baku :
Barang dalam proses-biaya bahan baku departemen A             Rp 70.000
            Persediaan bahan baku                                                                 Rp 70.000
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :
Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen A           Rp 155.000
            Gaji dan upah                                                                               Rp 155.000
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen A
Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen A     Rp 248.000
            Berbagai rekening yang di kredit                                                 Rp 248.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen A ke
departemen B:
Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B           Rp 450.000
            Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 60.000
            Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 150.000
            Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A        Rp 240.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang  belum selesai diolah
dalam department A pada akhir bulan januari 19x1
Persediaan produk dalam proses-departemen A                        Rp 23.000
            Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A Rp 10.000
            Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 5.000
            Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A        Rp 8.000

Perhitungan harga pokok produksi per satuan departemen B


Unsur biaya Total biaya Unit ekuivalensi Biaya produksi per
produksi kg
Tenaga kerja 270.000 27.000 10
Overbead pabrik 405.000 27.000 15
Total Rp 675.000 Rp 25

Perhitungan harga pokok produk jadi dan persediaan produk dalam proses dep B
Harga pokok produk selesai yang di transfer departemen B ke
gudang
Harga pokok dari departemen A : 24.000 x Rp 15 Rp 360.000
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B : 24.000x Rp 25 600.000
Total harga pokok produk jadi yang ditransfer ke gudang 960.000
24.000 x Rp 40
Harga pokok persediaan produk dalam proses akhir
Harga pokok dari departemen A : 6.000 x Rp 15 90.000
Biaya yang ditambahkan oleh departemen B:
Biaya tenaga kerja 50 % x 6.000 x Rp 10 = Rp30.000
Biaya overhead pabrik 50 % x 6.000 x Rp 15= Rp 45.000 Rp   75.000
Total harga pokok persediaan produk dalam proses departemen B 165.000
Jumlah biaya produksi kumulatif Departemen B bulan januari 19x1 Rp 1.125.000

jurnal pencatatan biaya produksi departemen B


Jurnal untuk mencatat penerimaan produk dari departemen A: :
Barang dalam proses – biaya bahan baku departemen B           Rp 450.000
            Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen A               Rp 60.000
            Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen A Rp 150.000
            Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen A        Rp 240.000
Jurnal untuk mencatat biaya tenaga kerja :
Barang dalam proses- biaya tenaga kerja departemen B            Rp 270.000
            Gaji dan upah                                                                               Rp 270.000
Jurnal untuk mencatat biaya overhead pabrik departemen B
Barang dalam proses- biaya overhead pabrik departemen B     Rp 405.000
            Berbagai rekening yang di kredit                                                 Rp 405.000

Jurnal untuk mencatat harga pokok produk jadi yang ditransfer oleh departemen B ke gudang
Persediaan produk jadi                                                               Rp 960.000
            Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B               Rp 360.000
            Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B               Rp 240.000
            Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B         Rp 360.000
Jurnal untuk mencatat harga pokok persediaan produk dalam proses yang  belum selesai diolah
dalam department A pada akhir bulan januari 19x1
Persediaan produk dalam proses-departemen B                        Rp 165.000
            Barang dalam proses- biaya bahan baku departemen B               Rp 90.000
            Barang dalam proses-biaya tenaga kerja departemen B               Rp 30.000
            Barang dalam proses-biaya overhead pabrik departemen B         Rp 45.00

DAFTAR PUSTAKA

https://anedya.blogspot.com/2018/12/makalah-akuntansi-biaya-variable.html

https://www.academia.edu/37843506/METODE_HARGA_POKOK_PROSES

Anda mungkin juga menyukai