Anda di halaman 1dari 9

Majalah Biomorfologi Volume 28 No.

2 Juli 2015

STRUKTUR DAN PERAN SITOSKELETON PADA ERITROSIT

Rimbun
Departemen Anatomi dan Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Surabaya

ABSTRACT
The cytoskeleton is a structural molecule that plays a role in the maintenance of cell shape and preserve cell
structure that allowing the movement of organelles, chromosomes, cilia, and the movement of the cell itself.
Cytoskeleton in erythrocyte becomes interesting to discuss because it plays an important role in maintaining
cell shape and flexibility of great strength in resisting friction with the walls of capillaries that has smaller
diameter than erythrocytes. The aim was to discuss structure and function of cytoskeleton, especially in
erythrocyte membrane. The cytoskeleton of erythrocyte membrane is mainly composed by spectrin, a long
chain-shaped protein, thin, and flexible. Spectrin is supported by a wide range of peripheral and integral
proteins, such as ankyrin, actin, a protein band 4.1, and 4.2, the protein band 3 (anion transporter proteins),
as well as glycophorin A, B, C, to form a framework in order to support the shape and flexibility of
erythrocytes. Abnormalities of spectrin can cause hereditary spherocytosis and hereditary elliptocytosis,
which has manifestations as hemolytic anemia.
Keywords: cytoskeleton, red blood cell, cell membrane

ABSTRAK
Sitoskeleton merupakan molekul struktural yang berperan dalam pemeliharaan bentuk sel, dan menjaga
struktur sel sehingga memungkinkan terjadinya pergerakan organel, kromosom, silia, maupun pergerakan sel
itu sendiri. Sitoskeleton pada eritrosit menjadi menarik untuk dibahas karena memegang peranan penting
dalam mempertahankan kelenturan bentuk sel dan kekuatan yang besar dalam menahan gesekan dengan
dinding pembuluh darah kapiler yang berdiameter lebih kecil daripada diameter eritrosit. Artikel ini disusun
untuk membahas struktur dan fungsi dari sitoskeleton, terutama sitoskeleton pada membran eritrosit.
Sitoskeleton pada membran eritrosit terutama disusun oleh spektrin, suatu protein berbentuk rantai panjang,
tipis, dan fleksibel. Spektrin didukung oleh berbagai macam protein perifer dan integral, seperti ankirin,
aktin, protein band 4.1, dan 4.2, protein band 3 (anion transporter protein), serta glycophorin A, B, C, untuk
membentuk suatu kerangka untuk menyokong bentuk dan fleksibilitas eritrosit. Abnormalitas dari spektrin
dapat menyebabkan penyakit hereditary spherocytosis dan hereditary elliptocytosis, yang memiliki
manifestasi sebagai anemia hemolitik.
Kata kunci: sitoskeleton, sel darah merah, membran sel

Korespondensi: Rimbun, Departemen Anatomi dan Histologi, Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Jl.Mayjen Prof.Dr. Moestopo no 47, Surabaya 60131, Jawa Timur,telp. 031-5053804, fax. 031-5022075,
email:rimbun@fk.unair.ac.id.

Latar belakang bentuk sel, memungkinkan adanya pergerakan


Pada sel eukariota, salah satu hal yang menarik organel, pergerakan kromosom, dan pergerakan
untuk dibahas adalah adanya kemampuan sel itu sendiri (Murray, 2009).
sitoplasma yang telah diekstrak dan dipisahkan Eritrosit merupakan sel darah yang bertanggung
dari organel sel, untuk tetap dapat jawab terhadap transpor oksigen (O2) ke seluruh
mempertahankan bentuk sel, bahkan untuk jaringan tubuh dan transpor karbondioksida (CO2)
melakukan kontraksi atau pergerakan. Molekul dari seluruh jaringan tubuh. Sepanjang 120 hari
yang berperan dalam kemampuan sitoplasma hidupnya, tiap eritrosit melalui seluruh sistem
tersebut adalah sitoskeleton, suatu master vaskular sedikitnya 100.000 kali, termasuk harus
organizer dari sitoplasma (Goodman, 2008). melewati pembuluh kapiler yang diameternya
Sitoskeleton merupakan jaringan intrasel lebih kecil dari diameter eritrosit. Untuk
kompleks berbentuk filamen yang tersebar luas di memudahkan fungsi ini, eritrosit harus memiliki
dalam sitoplasma, terletak di antara membran sel bentuk lentur dan dapat menahan kekuatan
dan inti sel. Sitoskleleton berperan penting geseran yang besar. Membran eritrosit dan
sebagai protein struktural yang memelihara sitoskeleton memegang peranan penting untuk

1
Rimbun Sitoskeleton pada eritrosit

mempertahankan integritas struktur dan fungsi maupun morfologinya melalui mikroskop elektron
eritrosit (Gartner & Hiatt, 2007). (Murray, 2009).
Artikel ini disusun untuk membahas struktur dan Filamen aktin memiliki tebal 7-9,5 nm,terdiri dari
fungsi dari sitoskeleton, terutama sitoskeleton dua rantai sub unit globular (G-Aktin) yang
pada membran eritrosit. Sitoskeleton pada eritrosit berpolimerisasi, terjalin melingkar satu sama lain
tersusun oleh suatu molekul yang disebut spektrin, membentuk pilinan filamen protein heliks ganda,
yang memiliki peran penting dalam menjaga yang dinamakan filamen F-aktin (Gartner& Hiatt,
fleksibilitas bentuk dari eritrosit, sehingga eritrosit 2007). Berdasarkan titik isoelektrisnya, terdapat
dapat menjalankan fungsinya sebagai pembawa tiga macam aktin, yaitu α-aktin, yang terdapat
O2 dan CO2 ke dan dari seluruh tubuh dengan pada sel otot, serta β-aktin dan γ-aktin pada selain
sempurna. sel otot. β-aktin dan γ-aktin, keduanya dapat
ditemukan dalam satu sel yang sama, dan dapat
Diskusi juga mengadakan polomerisasi pada filamen yang
Struktur dan fungsi sitoskeleton sama. (Murray, 2009).
Sitoplasma sel eukariota mengandung sitoskeleton Peran aktin ditentukan juga oleh berbagai jenis
berupa jaringan anyaman filamen-filamen protein protein yang terikat pada aktin. Protein–terikat
yang cukup rumit. Sitoskeleton bertanggung aktin yang paling banyak ditemukan adalah
jawab untuk mempertahankan morfologi sel. miosin. Selain miosin, terdapat beberapa jenis
Selain itu, sitoskeleton juga berpartisipasi dalam protein-terikat aktin yang lain, contoh α-aktinin,
pergerakan dalam sel, baik pergerakan organel- spektrin, fimbrin, filamin, gelsolin, dan talin
organel di dalam sitoplasma, pergerakan suatu (Tabel 1) (Gartner & Hiatt, 2007). Melalui
daerah pada sel, maupun pergerakan keseluruhan mikroskop cahaya dan mikroskop elektron,
dari sel tersebut (Gartner& Hiatt, 2007). Pada filamen aktin nampak kaku. Namun sebenarnya
dasarnya seluruh sel eukariota mengandung tiga sangat fleksibel dalam perbedaan panjang sebesar
jenis komponen filamen, yaitu filamen aktin µm. Fleksibilitas dan perubahan tersebut yang
(disebut juga mikrofilamen), mikrotubulus, dan memainkan peran-peran fisiologis dari aktin
intermediet filamen. Masing-masing komponen (Janmey, 1995).
filamen tersebut dapat dibedakan secara biokimia

Tabel 1. Protein-terikat Aktin (protein motoris)


(Gartner & Hiatt, 2007).
Massa
Protein Jumlah subunit
(kDa)
α-Aktinin 100 2 mengikat fila
contractile b
Fimbrin 68 1 mengikat fila
parallel bun
Filamin 270 2 menghubung
menyilang m
Myosin-II 260 2 kontraksi de
otot)
Myosin-V 150 1 pergerakan v
aktin
Spektrin α 265 2 membentuk
Spektrin β 265 2 darah merah
Gelsolin 90 1 memotong d
Thymosin 5 1 mengikat sub
sebagai mon

39
Majalah Biomorfologi Volume 28 No. 2 Juli 2015

Mikrotubulus merupakan sitoskeleton yang vesikel intraselular (termasuk endositik dan


panjang, kaku, lurus, berbentuk silinder berlubang eksositik vesikel), pembentukan dan kinerja
dengan diameter dalam sebesar 15 nm dan benang-benang spindel pada proses mitosis,
diameter luar sebesar 25 nm. Tiap mikrotubulus membagi sitoplasma dalam beberapa
terdiri dari 13 protofilamen yang tersusun atas kompartmen, dan berperan dalam kemampuan
heterodimer dari subunit α- dan β- tubulin. gerak silia dan flagela (Gartner& Hiatt,
Polimerisasi dari heterodimer tersebut 2007).Intermediet filamen memiliki ukuran
membutuhkan ion magnesium (Mg2+) dan diameter sebesar 8-10 nm, berada di antara
Guanosine Triphosphate (GTP), serta beberapa filamen aktin dan mikrotubulus. Intermediet
macam protein tertentu, yang disebut filamen merupakan molekul fibrous yang
microtubule- associated proteins (MAPs). MAPs berbentuk memanjang, dengan domain pusat
selain berpengaruh dalam pertambahan panjang berbentuk batang, gugus amino pada ujung
mikrotubulus, juga berperan dalam pergerakan kepala, dan gugus karboksil pada ujung ekor.
organel dan vesikel intraselular di sepanjang Terdapat empat jenis intermediet filamen, yaitu
monorail mikrotubulus, dengan dua arah gerak lamin, keratin, vimentin, dan neurofilamen.
yaitu menuju ujung positif dan menuju ujung Intermediet filamen, kecuali laminin, berfungsi
negatif.) Peran ini dimainkan oleh dua MAPs sebagai komponen protein struktural utama dalam
utama, yaitu kinesin dan dynein. Dengan adanya sel, sebagian besar bersifat cukup stabil, tidak
ATP, kinesin membawa vesikel dan organel mudah memanjang dan memendek, juga tidak
menuju ke arah ujung positif dari mikrotubulus, menghilang pada saat mitosis. Perapenting
sebaliknya, dynein ke arah ujung negatif dari intermediate filamen antara lain membentuk
mikrotubulus (Gartner& Hiatt, 2007; Murray, kerangka sel tiga dimensi, mempertahankan inti
2009). sel pada tempatnya, menghubungkan membran sel
Fungsi penting dari mikrotubulus antara lain dengan sitoskeleton yang lain, serta
mempertahankan bentuk sel (contoh pada akson mempertahankan struktur kerangka membran inti
dan dendrit), meregulasi pergerakan organel dan (Gartner & Hiatt, 2007; Murray, 2009).

Gambar 1. Protein utama pada membran


eritrosit berdasarkan analisa SDS-PAGE.
Pita-pita protein terdeteksi melalui pewarnaan
Coomassie Blue, terlihat pada dua strip di
sebelah kiri, sedangkan glycophorin terdeteksi
melalui pewarnaan periodic acid-schiff (PAS),

40
Majalah Biomorfologi Volume 28 No. 2 Juli 2015

terlihat pada strip paling kanan (Murray,


2009).

41
Rimbun Sitoskeleton pada eritrosit

Tabel 2. Protein utama pada membran eritrosit (Murray, 2009).


Band Protein Integral (I) or Approximate
Number Peripheral (P) Molecular Mass
(kDa)
1 Spectrin (α) P 240
2 Spectrin (β) P 220
2.1 Ankyrin P 210
2.2 Ankyrin P 195
2.3 Ankyrin P 175
2.6 Ankyrin P 145
3 Anion exchange I 100
protein
4.1 Unnamed P 80
5 Actin P 43
6 Glyceraldehyde-3- P 35
phosphate
dehydrogenase
7 Tropomyosin P 29
8 Unnamed P 23
Glycophorins A, B, I 31, 23, and 28
and C

Sitoskeleton pada membran eritrosit electrophoresis (SDS-PAGE) (Goodman, 2008;


Eritrosit atau sel darah merah merupakan sel darah Murray, 2009). Berdasarkan analisis SDS-PAGE
yang terkecil dan paling banyak jumlahnya dalam diketahui bahwa terdapat 10 protein utama pada
darah. Eritrosit memiliki bentuk cakram bikonkaf membran eritrosit. Penamaan protein-protein
dengan diameter 7,5 µm, tebal maksimal pada tersebut berdasarkan kecepatan migrasi yang
bagian tepi 2,0 µm, dan tebal pada bagian tengah tergantung dari berat molekul protein membran
kurang dari 1,0 µm. Dengan ukuran tersebut, tersebut, dimana protein yang bermigrasi paling
eritrosit harus dapat melewati pembuluh darah lambat dan memiliki berat molekul paling besar
kapiler berdiameter sekitar 2 µm. Bentuk cakram adalah protein band 1 atau spektrin (Gambar 1).
bikonkaf menyebabkan eritrosit memiliki Sebagian protein adalah protein transmembran
permukaan yang luas untuk menunjang fungsinya (protein integral), contoh anion exchange protein
melakukan pertukaran gas di jaringan tubuh. dan glycophorins A, B, C, dan protein perifer,
Dalam perkembangannya di sumsum tulang, contoh protein band 4.1, spektrin, ankyrin, dan
eritrosit mengalami kehilangan inti sel dan semua aktin (Tabel 2) (Murray, 2009).
organel sebelum masuk ke sirkulasi sistemik. Protein band 3 atau dinamakan anion exchange
Rata-rata umur eritrosit pada manusia 120 hari, protein, tersusun dalam dimer membentuk sebuah
dimana saat mencapai umur tersebut, eritrosit kanal yang berfungsi menukar ion klorida (masuk)
akan mengekspresikan sekelompok oligosakarida dan ion bicarbonat (keluar). CO 2 dari jaringan
di permukaannya, yang mengakibatkan eritrosit masuk ke dalam eritrosit, kemudian diubah di
akan dihancurkan oleh makrofag di limpa, dalam sitoplasma eritrosit menjadi asam karbonat
sumsum tulang, dan hepar (Gartner & Hiatt, 2007; dengan bantuan enzim carbonic anhydrase.
Goodman, 2008). Membran eritrosit tersusun atas Kemudian asam karbonat berdisosiasi menjadi ion
50% protein, 40% lipid, dan 10% karbohidrat karbonat (HCO 3 -) dan ion hidrogen (H +),
(Gartner & Hiatt, 2007). Berbagai macam metode selanjutnya di jaringan paru, ion karbonat akan
biokimia telah dilakukan dalam mempelajari dikeluarkan melalui transporter anion protein
membran eritrosit, salah satunya analisis terhadap band 3 ditukar dengan ion klorida (Cl -). Proses ini
protein membran eritrosit melalui migrasi sodium dinamakan chloride shift (Gartner & Hiatt, 2007;
dodecyl sulfate-polyacrylamide Murray, 2009).
gel

41
Majalah Biomorfologi Volume 28 No. 2 Juli 2015

Glycophorin A, B, C memiliki ujung amino yang juga berikatan dengan membran fosfolipid untuk
berada di bagian luar membran, dan ujung menghubungkan membran fosfolipid bilayer
karboksil yang berada di dalam sitoplasma, dengan sitoskeleton. Beberapa protein perifer lain,
dengan segmen transmembran yang terdiri dari 23 contoh adducin, protein band 4.9, dan tropomiosin
asam amino berbentuk α-helical. Ujung amino juga berperan dalam membentuk rangkaian
dari glycophorin mengandung 16 rantai sitoskeleton eritrosit (Murray, 2009).
oligosakarida, dan mengandung binding sites bagi Pada Gambar 3 tampak bahwa dimer dari protein
virus influenza dan Plasmodium falciparum yang spektrin (diperbesar pada gambar sebelah kanan)
penting bagi patogenesis infeksi malaria. Ujung terikat satu sama lain membentuk jaringan
karboksil dari glycophorin terikat pada protein kerangka melalui junctional complex (diperbesar
band 4.1 dan protein spektrin (Murray, 2009). pada gambar sebelah kiri). Bentuk heterodimer
Protein perifer yang menempel pada bagian dalam spektrin terdiri dari dari dua rantai polipeptida
membran eritrosit berfungsi menyusun yang fleksibel (α dan β), tersusun antiparalel dan
sitoskeleton eritrosit yang berperan dalam terpilin secara longgar. Dua rantai α dan β
menjaga bentuk bikonkaf serta menjaga heterodimer dari spektrin melekat satu sama lain
fleksibilitas eritrosit sehingga mampu melewati pada bagian kepala, saling membentuk tetramer
pembuluh kapiler pada jaringan tubuh. yang melekat pada banyak titik membentuk
Sitoskeleton eritrosit berbentuk heksagonal, junctional complex (An, et al., 2002; Goodman,
tersusun dari tetramer spektrin danaktin yang 2008). Junctional complex terdiri dari susunan
melekat pada ankyrin, protein band 3 dan protein filamen aktin yang pendek (mengandung 13-14
band 4.1 (Gambar 2) (Murray, 2009). monomer aktin, disebut aktin protofilamen),
Spektrin merupakan protein utama pembentuk protein band 4.1, adducin, dan tropomiosin. Tiap
sitoskeleton eritrosit, berbentuk rantai panjang, aktin protofilamen mengikat enam tetramer
tipis, dan fleksibel. Spektrin terdiri dari dua rantai spektrin membentuk susunan heksagonal.
polipeptida (susunan 106 asam amino), yaitu Rangkaian sitoskeleton tersebut melekat pada
spektrin 1 (rantai-α) dsan spektrin 2 (rantai-β) membran bilayer eritrosit melalui protein integral
yang masing-masing panjangnya sekitar 100 nm, (protein transmembran) yaitu protein band 3 dan
tersusun dimer membentuk pilinan longgar satu glycophorin. Tetramer spektrin melekat pada
sama lain (Gambar 3). Satu dimer dari α dan β protein band 3 melalui ankirin, dan melekat pada
spektrin berinteraksi dengan dimer yang lain glycophorin melalui protein band 4.1 (Alberts, et
membentuk tetramer. Terdapat empat binding site al., 2008; Goodman, 2008), juga melekat pada
pada spektrin, yaitu binding site untuk berasosiasi protein band 4.9 (dematin) yang berfungsi
dengan sesama spektrin, ankirin, aktin, dan mengikat aktin (Janmey, 1995). Kabaso, et al,
dengan protein band 4.1 (Alberts, et al., 2008; melakukan penelitian membuat suatu molekular
Murray, 2009). model dari eritrosit yang dapat menggambarkan
Ankirin merupakan protein perifer yang berbentuk perubahan bentuk yang dinamis dari eritrosit saat
piramid yang terikat pada spektrin. Ankirin juga merespon gangguan dari luar, contoh saat terjadi
terikat pada protein band 3, yang berfungsi proses infeksi merozoit dari malaria. Molekular
melekatkan spektrin pada sisi dalam membran sel model tersebut dibuat berdasarkan kontrol dari
eritrosit. Protein aktin yang terdapat pada eritrosit rantai spektrin pada sitoskeleton membran
berbentuk pilinan filamen F-aktin yang pendek, eritrosit terhadap dinamika perubahan bentuk
berfungsi sebagai tempat melekatnya protein band membran eritrosit, yaitu apakah rantai spektrin
4.1 dan ekor dari jalinan spektrin. Protein 4.1 tersebut tidak melekat ataukah melekat pada
merupakan protein globular yang terikat kuat dan membran bilayer eritrosit (Kabaso, et al., 2010;
menghubungkan jalinan spektrin dengan aktin, Kabaso, et al., 2011). Molekular model lainnya
membentuk protein 4.1-spectrinactin ternary dibuat juga oleh Zhang dan Brown (2008) yang
complex. Protein band 4.1 juga mengikat protein menunjukkan bahwa membran eritrosit sangat
integral glycophorin A dan C untuk melekatkan elastis karena ditunjang rangkaian sitoskeleton
protein 4.1-spectrinactin ternary complex pada yang berfungsi sebagai pegas (Zhang & Brown,
membran eritrosit. Selain itu, protein band 4.1 2008)

42
Rimbun Sitoskeleton pada eritrosit

Gambar 2. Gambaran interaksi antara spektrin dengan protein perifer dan protein integral pada membran
eritrosit (Murray, 2009).

Gambar 3. Rangkaian spektrin dan protein lain sebagai penyusun sitoskeleton pada bagian dalam
membran eritrosit (Alberts, et al., 2008).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Gov dan yang mengalami defek akibat melewati kapiler
Safran (2005), membuktikan bahwa kontrol yang sangat kecil, terjadi pembebasan aktin-
terhadap fluktuasi dan bentuk membran eritrosit spektrin pada lokasi defek. Defek lokal tersebut
saat melewati kapiler yang sangat kecil dapat dapat mengaktivasi cystic fibrosis transmembrane
berasal dari adenosine 5’-triphosphate (ATP) conductance regulator (CFTR), yang kemudian
yang diinduksi oleh adanya disosiasi yang terjadi menginduksi keluarnya ATP (Gov & Safran,
antar rantai spektrin, maupun antara rantai 2005).
spektrin dengan membran eritrosit. Pada eritrosit

43
Majalah Biomorfologi Volume 28 No. 2 Juli 2015

Anemia hemolitik sebagai akibat kerusakan g/dL, 50% sferosit akan mengalami lisis,
sitoskeleton eritrosit sedangkan pada eritrosit normal yang mengalami
Defek pada komponen sitoskeleton eritrosit lisis hanya sedikit (Murray, 2009).
menyebabkan beberapa penyakit yang ditandai
perubahan bentuk abnormal eritrosit, contoh Simpulan
hereditary spherocytosis dan hereditary Sitoskeleton pada membran eritrosit terutama
elliptocytosis. Pada penyakit ini, eritrosit menjadi disusun oleh spektrin, protein perifer yang
rentan dan mengalami penurunan kemampuan melekat pada membran eritrosit bagian dalam,
transport oksigen (hanya dapat membawa lebih yang membentuk jaringan kerangka untuk
sedikit oksigen dibanding eritrosit normal). menyokong bentuk dan fleksibilitas eritrosit.
Spherocytosis akan dihancurkan di limpa, Fungsi spektrin sebagai sitoskeleton tersebut
sehingga terjadi anemia hemolitik (Gartner & didukung oleh berbagai macam protein perifer
Hiatt, 2007; Murray, 2009). lain, contoh ankirin, aktin, protein band 4.1, dan
Hereditary spherocytosis (HS) merupakan 4.2, serta protein integral, contoh protein band 3
penyakit yang disebabkan karena kelainan genetik (anion transporter protein) dan glycophorin A, B,
autosomal dominan yang ditemukan pada 1:5000 C. Kelainan genetik yang menyebabkan
orang populasi kulit putih di Amerika Utara abnormalitas dari spektrin dapat menimbulkan
(Murray, 2009), namun juga ditemukan pada manifestasi kelainan bentuk eritrosit, yang
Egyptian Children (Nassar, et al., 1998). HS mengarah pada terjadinya anemia hemolitik.
ditandai dengan adanya sferosit pada darah tepi, Penyakit tersebut yaitu hereditary spherocytosis
yaitu sel darah merah lebih kecil, lebih gelap, dan dan hereditary elliptocytosis. Spektrin tidak hanya
berbentuk sferis, sehingga luas permukaan sferosit terdapat pada membran eritrosit, tetapi juga pada
lebih kecil daripada eritrosit normal (Gambar 4) sel eukariota yang lain. Di masa depan, dapat
(Goodman, 2008). Tanda lain dari penderita HS dibahas mengenai biomolekular dan fungsi
antara lain terdapat gejala anemia hemolitik dan spektrin pada sel lain selain eritrosit.
pembesaran limpa, karena sferosit mudah
dihancurkan oleh sistem retikuloendotelial tubuh.
HS dapat disembuhkan dengan splenektomi,
dengan harapan sferosit dapat tetap bertahan di
dalam darah tanpa harus dihancurkan oleh limpa.
HS disebabkan karena berkurangnya jumlah atau
abnormalitas struktur dari spektrin yang
menyebabkan spektrin tidak terikat sempurna
pada protein lain, sehingga struktur membran
eritrosit menjadi tidak kuat dan menjadi berbentuk
sferis. Selain itu, HS juga disebabkan karena
abnormalitas bentuk dari ankirin, protein band 3,
4.1, dan 4.2 (Murray, 2009).
Hereditary elliptocytosis merupakan penyakit
genetik yang mirip dengan Hereditary
spherocytosis. Sel darah merah pada hereditary
elliptocytosis berbentuk elips atau lempengan.
Gambar 4. Scanning electron microscopy dari
Kelainan bentuk sel darah merah ini juga
eritrosit normal (kiri) dan sferosit (kanan)
disebabkan terutama karena abnormalitas dari
(Goodman, 2008).
spektrin, dimana heterodimer tidak dapat
membentuk tetramer (Goodman, 2008). Selain itu
juga terdapat abnormalitas dari protein 4.1 atau
glycophorin C (Murray, 2009). Daftar pustaka
Adanya sferosit dan eliptosit selain dideteksi dari Alberts, B. et al., 2008. Molecular Biology of The
mikroskop, juga dapat dideteksi dari osmotic Cell. Fifth edition. Abingdon: Garland
fragitily test, dimana sel darah merah secara in Science, hal.629-650.
An, X. et al., 2002. Shear-Response of the
vitro dipapar dengan larutan natrium klorida
Spectrin Dimer-Tetramer Equilibrium in the
(NaCl) 0,5 g/dL. Ketika terpapar larutan NaCl 0,5

44
Rimbun Sitoskeleton pada eritrosit

Red Blood Cell Membrane. The Journal of Merozoites. Advance in Planar Lipid Bilayer
Biological Chemistry, 277(35), hal.31796- and Liposomes, 13, hal.74-100.
31800. Murray, R.K., 2009a. Muscle and the
Gartner, L.P. & Hiatt, J.L., 2007. Color Textbook Cytoskeleton. In: Murray, R.K., Bender,
of Histology. Third edition. Philadelphia: D.A., Botham, K.M., Kennelly, P.J.,
Saunders Elsevier, hal.42-48 & 219-224. Rodwell, V.W., Weil, P.A.,eds. 2009.
Goodman, S.R., 2008. Medical Cell Biology. Harper’s Illustrated Biochemistry.
Third edition. California: Academic Press, 28thedition. New York: The McGraw-Hill
hal.82-88. Companies, hal.562-565.
Gov, N.S. & Safran, S.A., 2005. Red Blood Cell Murray, R.K., 2009b. Red and White Blood Cells.
Membrane Fluctuations and Shape In: Murray, R.K., Bender, D.A., Botham,
Controlled by ATP-Induced Cytoskeletal K.M., Kennelly, P.J., Rodwell, V.W., Weil,
Defects. Biophysical Journal, 88, hal.1859– P.A.,eds. 2009. Harper’s Illustrated
1874. Biochemistry. 28thedition. New York: The
Janmey, P., 1995. Cell Membranes and the McGraw-Hill Companies, hal.593-602.
Cytoskeleton. Elsevier Handbook of Nassar, S. et al., 1998. Molecular Defects of Red
Biological Physics, 1, hal.807-816. Blood Cell Membrane Proteins Among
Kabaso, D. et al., 2010. Curling and Local Shape Egyptian Children with Hereditary
Changes of Red Blood Cell Membranes Spherocytosis. Laboratory Hematology, 4,
Driven by Cytoskeletal Reorganization. hal.269-275.
Biophysical Journal, 99, hal.808-816. Zhang, R. & Brown, F.L.H., 2008. Cytoskeleton
Kabaso, D. et al., 2011. Cytoskeletal Mediated Effective Elastic Properties of
Reorganization of Red Blood Cell Shape: Model Red Blood Cell Membranes. arXiv, 1,
Curling of Free Edges and Malaria hal.1-38.

45

Anda mungkin juga menyukai