Anda di halaman 1dari 19

HALAMAN JUDUL

PEMILIHAN METODE PENELITIAN DALAM RANGKA PENELITIAN


HUKUM DI INDONESIA YANG KHAS DENGAN HUKUM ADAT

Makalah dibuat untuk memenuhi nilai Ujian Tengah Semester Mata Kuliah
Metode Penulisan dan Penemuan Hukum

Dosen:
Dr. Iur. Liona Nanang Supriatna, S.H., M.Hum.

Oleh : NAMA
NPM : NIM
Kelas : A

MAGISTER ILMU HUKUM


UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur yang dalam saya ucapkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nyalah tugas ini dapat selesai sesuai waktu yang telah ditentukan. Tidak
lupa saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya karena dosen
pengajar, Dr. Iur. Liona Nanang Supriatna, S.H., M.Hum. yang telah memberikan
pengajaran, terutama dalam bidang Metode Penulisan dan Penemuan Hukum.
Akhirnya, demi kebaikan penulis, sangat diharapkan adanya saran dan masukan
agar tulisan saya yang berikutnya akan menjadi semakin baik lagi. Saya harapkan
makalah ini dapat bermanfaat dan mampu menambah wawasan bagi semua orang.

Bandung, 27 April 2021

NAMA

ii
ABSTRAK

Dalam menjalani hidup, manusia senantiasa menghadapi masalah. Salah


satu sarana yang dapat dipergunakan untuk mencari solusi terhadap berbagai
masalah tersebut adalah penelitian. Untuk memperoleh kebenaran, penelitian
menggunakan sarana metode ilmiah (scientific method). Setelah amandemen
konstitusi, hukum adat diakui dan dinyatakan dalam Undang-undang Dasar 1945.
Berdasarkan hasil pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa hukum
tertulis yang dibentuk dengan berlandaskan pada hukum yang hidup dalam
masyarakat akan memberikan daya efektivitas yang kuat karena Undang-undang
tersebut akan ditaati oleh masyarakat. Dengan demikian akan memiliki daya
keberlakuan empiris/sosiologis yang ditandai dengan patuhnya warga masyarakat
terhadap hukum yang diberlakukan. Dengan dasar sosiologis, peraturan
perundang-undangan yang dibuat akan diterima oleh masyarakat tanpa paksaan.
Jenis penelitian yang dimaksud adalah penelitian hukum empiris atau sosio-legal
(Socio legal research) yang merupakan model pendekatan lain dalam meneliti
hukum sebagai objek penelitiannya, dalam hal ini hukum tidak hanya dipandang
sebagai disiplin yang preskriptif dan terapan belaka, melainkan juga empirical
atau kenyataan hukum. Eksistensi hukum adat sebagai living law bangsa
Indonesia semakin hari semakin termarginalkan. Hukum adat yang semula
menjadi hu-kum yang hidup dan mampu memberikan solusi dalam berbagai
permasalahan pergaulan hidup masyarakat Indonesia, semakin hari semakin pudar
eksistensinya. Tergantung pada permasalahan hukumnya yang ingin dipecahkan,
jika permasalahan berada pada norma hukum maka digunakan metode penelitian
hukum normatif dan jika permasalahan terletak pada sikap dan perilaku
masyarakat terhadap hukum maka digunakan metode penelitian hukum empiris.
Memang harus diakui bahwa di sisi lain juris Indonesia berusaha mengangkat
derajat keilmuan hukum dengan mengembangkan aspek empiris dari ilmu hukum
melalui kajian-kajian yang bersifat empirikal.

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................................ii

ABSTRAK.............................................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

1.1. Latar Belakang...........................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah......................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5

BAB III PENUTUP..............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam menjalani hidup, manusia senantiasa menghadapi masalah.
Salah satu sarana yang dapat dipergunakan untuk mencari solusi terhadap
berbagai masalah tersebut adalah penelitian. Penelitian memegang peranan
yang penting dalam membantu manusia untuk memperoleh pengetahuan baru
dalam memecahkan masalah disamping akan menambah ragam pengetahuan
lama.1
Penelitian merupakan terjemahan dari bahasa Inggris research.
Research berasal dari kata re yang berarti “kembali” dan to search berarti
“mencari”. Dengan demikian, riset berarti mencari kembali. Menurut kamus
Webster’s New International, penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati
dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip suatu penyelidikan yang
amat cerdik untuk menetapkan sesuatu. Menurut Hillway penelitian
merupakan metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang
hati-hati dan sempurna terhadap suatu masalah, sehinga diperoleh suatu
pemecahan yang tepat terhadap masalah tersebut. Whitney berpendapat
bahwa penelitian merupakan suatu metode untuk menemukan kebenaran,
sehingga penelitian merupakan metode berpikir secara kritis.2
Dalam ilmu hukum, dikenal penelitian hukum normtaif dan
empirik/sosiologis. Penelitian hukum normatif disebut juga penelitian hukum
doktrinal. Menurut Soetandyo Wignjosoebroto, penelitian doktrinal terdiri
dari:3
1. penelitian yang berupa usaha inventarisasi hukum positif;

1
Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hal. 35.
2
Ibid, hal. 12.
3
Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum dan Metode Kajiannya, Bahan Penetaran Penelitian Hukum,
BPHN Jakarta, Nopember, 1980, hal. 5.

v
2. penelitian yang berupa usaha penemuan asas-asas dan dasar falsafah
(dogma atau doktrin hukum positif);
3. penelitiaan yang berupa usaha penemuan hukum inconcreto yang
layak diterapkan untuk menyelesaikan suatu perkara hukum
tertentu.
Sedangkan menurut Soerjono Soekanto, penelitian hukum normatif
terdiri dari:4
1. penelitian terhadap asas-asas hukum;
2. penelitian terhadap sitematika hukum;
3. penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum;
4. penelitian sejarah hukum; dan
5. penelitian perbandingan hukum.

Penelitian hukum emperis/sosiologis menurut Soerjono Soekanto


adalah:5
1. penelitian terhadap identifikasi hukum;
2. penelitian terhadap efektivitas hukum.

Dari pembagian jenis penelitian hukum di atas, jelaslah bahwa dalam


ilmu hukum dikenal penelitian hukum normatif dan empirik/sosiologis.
Keduanya memiliki perbedaan baik dari segi pendekatan, maupun
metodenya. Penelitian hukum normatif pendekatannya normatif, mengkaji
hukum sebagai norma yang otonom (law in books), sedangkan penelitian
hukum empirik menggunakan pendekatan law in action. Dalam penelitian
hukum normatif yang diteliti adalah bahan hukum, sedangkan dalam
penelitian hukum empirik ang diteliti adalah data.
Untuk memperoleh kebenaran, penelitian menggunakan sarana metode
ilmiah (scientific method). Dalam metode ilmiah, selalu ditemukan dua unsur
penting yakni unsur observasi (pengamatan) dan unsur nalar (reasoning).
Pengamatan merupakan kerja pengetahuan mengenai fakta-fakta tertentu

4
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986, hal. 4.
5
Ibid.
vi
yang diperoleh melalui kerja pengamatan dengan menggunakan persepsi
(sense of perception). Nalar, adalah suatu kekuatan dengan mana arti dari
fakta-fakta, hubungan dengan interelasi terhadap pengetahuan yang timbul,
sebegitu jauh dietapkan sebagai pengetahuan.
Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan
yang disebut ilmu.6 Jadi, ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan lewat
metode ilmiah. Karena ideal dari ilmu adalah untuk memperoleh interrelasi
yang sistematis dari fakta-fakta dengan menggunakan pendekatan kesangsian
sistematis.7 Karena itu, penelitian dan metode ilmiah mempunyai hubungan
yang dekat sekali, jika tidak disebut sama. Dengan metode ilmiah,
pertanyaan-pertanyaan dalam mencari dalil umum akan mudah dijawab.
Penelitian hukum menurut Zainudin Ali adalah segala aktivitas
seseorang untuk menjawab permasalahan hukum yang bersifat akademik dan
praktisi, baik yang bersifat asas – asas hukum, norma – norma hukum yang
hidup dan berkembang dalam masyarakat, maupun yang berkenaan dengan
kenyataan hukum dalam masyarakat.8 Penelitian membutuhkan data data
yang dapat memberikam kebenaran dari suatu ilmu pengetahuan. Dimana
penelitian itu sendiri mempunyai arti suatu usaha untuk mengembangkan,
menemukan dan menguji kebenaran sesuatu pengetahuan yang mana
dilakukan dengan metode – metode ilmiah.9
Hukum adat menjadi masalah politik hukum pada saat pemerintah
Hindia Belanda akan memberlakukan hukum eropa atau hukum yang berlaku
di Belanda menjadi hukum positif di Hindia Belanda (Indonesia) melalui asas
konkordansi. Mengenai hukum adat timbulah masalah bagi pemerintah
Kolonial, sampai di mana hukum ini dapat digunakan bagi tujuan-tujuan
Belanda serta kepentingan-kepentingan ekonominya, dan sampai di mana
hukum adat itu dapat dimasukkan dalam rangka politik Belanda. Kepentingan
atau kehendak bangsa Indonesia tidak masuk perhitungan pemerintah

6
Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1997, hal. 46.
7
Moh. Nazir, Op., cit, hal. 36.
8
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2010, hal. 19
9
Sutrino Hadi, Metodologi Research I, Yogyakarta : Andi Offset, 2006, hal. 4
vii
kolonial.10 Setelah amandemen konstitusi, hukum adat diakui sebagaimana
dinyatakan dalam Undang-undang Dasar 1945 Pasal 18B ayat (2) yang
menyatakan : Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan
masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih
hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip negara
Kesatuan Republik Indonesia, yang diatur dalam undang-undang. Pasal 28 I
ayat (3) UUD 1945 menegaskan bahwa “Identitas budaya dan hak masyarakat
tradisional dihormati selaras dengan perkembangan zaman dan peradaban”.
Antara Pasal 18 B ayat (2) dan Pasal 28 I ayat (3) pada prinsipnya
mengandung perbedaan di mana Pasal 18 B ayat (2) termasuk dalam Bab VI
tentang Pemerintahan Daerah sedangkan 28 I ayat (3) ada pada Bab XA
tentang Hak Asasi Manusia.
Berdasarkan hal-hal yang telah disampaikan diatas, penulis tertarik
untuk membuat Makalah dengan judul “Pemilihan Metode Penelitian
Dalam Rangka Penelitian Hukum Di Indonesia Yang Khas Dengan
Hukum Adat”.

1.2. Rumusan Masalah


Adapun masalah yang hendak dibahas dalam makalah ini adalah
metode penelitian apakah yang paling sesuai digunakan dalam rangka
penelitian hukum di Indonesia yang khas dengan hukum adat?

10
M. Hadin Muhjad, Peran Dan Fungsi Kedudukan Hukum Adat Dalam Sistem Hukum Nasional
Dalam Rangka Penguatan Dan Pelestarian Nilai-Nilai Adat Istiadat Di Daerah, Makalah
disampaikan pada Rakerda I DAD Kabupaten Gunung Mas, 15 April 2011 di Kuala Kurun.
viii
BAB II
PEMBAHASAN

Hukum tertulis yang dibentuk dengan berlandaskan pada hukum yang hidup
dalam masyarakat akan memberikan daya efektivitas yang kuat karena Undang-
undang tersebut akan ditaati oleh masyarakat. Dengan demikian akan memiliki
daya keberlakuan empiris/sosiologis yang ditandai dengan patuhnya warga
masyarakat terhadap hukum yang diberlakukan. Menurut Bruggink keberlakuuan
empiris dapat dilihat melalui sarana penelitian empiris tentang perilaku warga
masyarakat. Jika dari penelitian tersebut tampak bahwa masyarakat berperilaku
dengan mengacu kepada keseluruhan kaidah hukum, maka terdapat keberlakuan
empiris. Dengan demikian norma hukum mencerminkan kenyataan yang hidup
dalam masyarakat.11
Dengan dasar sosiologis, peraturan perundang-undangan yang dibuat akan
diterima oleh masyarakat tanpa paksaan. Soerjono Soekanto dan Purnadi
Purbacaraka mencatat dua landasan teoritis sebagai dasar sosiologis berlakunya
suatu kaidah hukum yaitu Pertama Teori Kekuasaasarkan, berdasarkan teori ini
kaidah hukum berlaku secara sosiologis karena paksaan peguasa, terlepas dari
diterima atau tidaknya oleh masyarakat. Kedua Teori Pengakuan, berdasarkan
teori ini kaidah hukum berlaku berdasarkan penerimaan dari masyarakat tempat
berlakunya hukum itu.12
Sutu peraturan perundang-undangan akan lebih baik jika mendapat
penerimaan dari masyarakat sehingga tidak perlu kerja keras aparat penegak
hukum untuk memaksakan keberlakuannya. Salah satu cara agar sebuah peraturan
perundang-undangan memiliki keberlakuan sosiologis adalah dalam
pembuatannya dengan melibatkan partisifasi masyarakat. Produk hukum yang

11
Bruggink, Alih Bahasa Arief Sidharta, Refleksi Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1996, hal.
149.
12
Soerjono Soekanto dan Purnadi Purbacaraka, Perihal Kaidah Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1993, hal. 88-89
dalam pembentukannya sesuai dengan aspirasi dan kebutuhan masyarakat dikenal
dengan istilah hukum responsif.13
Suatu pernyataan dianggap benar jika pernyataan tersebut koheren atau
konsisten dengan pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Sedangkan
menurut paham korespondensi, suatu pernyataan dianggap benar, jika materi
pengetahuan yang terkandung dalam pernyataan tersebut berhubungan atau
mempunyai korespondensi dengan obyek yang dituju oleh pernyataan tersebut.
Sedangkan kebenaran pragmatis adalah suatu pernyataan dianggap benar karena
karena pernyataan tersebut mempunyai sifat fungsional dalam kehidupan praktis.
Suatu pernyataan atau kesimpulan dianggap benar, jika pernyataan tersebut
mempunyai sifat pragmatis dalam kehidupan sehari-hari.
Ilmu hukum normatif, kebenarannya termasuk dalam kategori kebenaran
pragmatis yakni mempunyai sifat pragmatis dalam kehidupan sehari-hari. Karena
itu logika berpikirnya adalah deduktif yakni mulai dari suatu proposisi umum
yang kebenarannya telah diketahui dan diyakini kemudian menarik kesimpulan
yang bersifat khusus. Sedangkan ilmu hukum empirik, kebenarannya bersifat
korespodensi yakni sesuatu pernyataan dianggap benar jika berkorelasi dengan
kenyataan/realitas. Tipe kebenaran ilmu hukum empirik, tergolong dalam jenis
kebenaran korespondensi. Logika berpikir yang dipergunakan adalah induksi
yakni berawal dari proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir pada
kesimpulan yang berupa asas umum.
Ilmu sebagai proses menunjuk pada aktivitas ilmuan seperti penelitian,
seminar dan sejenisnya dalam rangka mencari dan menemukan hasil yang hendak
dicapai. Sebagai prosedur, merupakan langkah-langkah dalam metode ilmiah
seperti pengukuran dengan menggunakan pengamatan, interview, angket dan lain-
lain. Sedangkan sebagai produk menunjukkan hasil berupa karya-karya ilmiah
seperti konsep, teori, proposisi dan hasil terapannya berupa teknologi.
Ilmu sebagai metode ilmiah merupakan ekspresi mengenai cara kerja
pikiran. Dengan cara kerja seperti ini, maka pengetahuan yang dihasilkan

13
Philippe Nonet dan P. Selznick, Law and Sociiety in Transition: Toward Responsive Law,
Harper and Row Publisher, New York, 1978, hal. 14.
10
diharapkan mempunyai karekteristik-karekteristik tertentu yan diminta oleh
pengetahuan ilmiah yakni sifat rasional dan teruji yang memungkinkan
pengetahuan yang disusunnya merupakan pengetahuan yang benar.
Metode ilmiah merupakan gabungan dari rasionalisme dan paham
emperisme. Paham rasionalisme berpandangan bahwa kebenaran itu
bersumberkan pada rasio, sedangkan paham emperisme berpendapat kebenaran itu
diperoleh melalui pengalaman manusia. Menurut Almack metode ilmiah adalah
cara menerapkan prinsip-prinsip logis terhadap penemuan, pengesahan, dan
penjelasan kebenaran. Sedangkan Ostle berpendapat bahwa metode ilmiah adalah
pengejaran terhadap sesuatu untuk memperoleh sesuatu interelasi.14
Penelitian hukum normatif/doktrinal yang di dalam literatur hukum asing
biasa disebut dengan legal research dan tanpa tambahan makna lain, menurut
sebagian penstudi hukum dikatakan sebagai penelitian hukum yang murni (the
pure legal research). Mengapa demikian Hal ini disebabkan oleh kenyataan
bahwa disamping penelitian hukum yang murni sebagaimana telah diuraikan di
atas masih terdapat jenis penelitian lain yang mendampinginya dan biasa
dipelajari oleh para penstudi hukum di bawah judul kuliah “Metode Penelitian
Hukum” (dalam hal ini di Indonesia khususnya), dan mungkin kenyataan ini yang
menjadikan penelitian hukum dikatakan sebagai penelitian yang khas.
Jenis penelitian yang dimaksud adalah penelitian hukum empiris atau sosio-
legal (Socio legal research) yang merupakan model pendekatan lain dalam
meneliti hukum sebagai objek penelitiannya, dalam hal ini hukum tidak hanya
dipandang sebagai disiplin yang preskriptif dan terapan belaka, melainkan juga
empirical atau kenyataan hukum. Basis perkembangan socio legal research di
United Kingdom/UK ternyata berada di fakultas-fakultas hukum (law school) dan
ditekuni oleh para penstudi hukum, bukan di fakultas-fakultas ilmu sosial (social
science), meskipun socio legal study sangat erat kaitannya dengan kajian sosiologi
hukum (sociology of law). Socio legal study merupakan studi hukum
interdisipliner maupun salah satu pendekatan dari penelitian hukum (a
methodological approach) yang bahkan terkesan bertolak belakang sekali dari

14
Moh. Nazir, Loc.Cit.
11
kajian hukum yang sifatnya doktrinal. Socio-legal tidak disamakan dengan legal
sociology di negara-negara Eropa Barat, bahkan law and sociology scholarship di
USA, di mana peranan ilmu sosiologi lebih dominan dalam kajiannya. “Socio”.
Dan di dalam socio-legal studies tidak mengacu kepada ilmu sosiologi maupun
ilmu-ilmu sosial, melainkan “an interface with a context within which law exist”
15
, oleh sebab itu, mengapa di saat para peneliti socio-legal menggunakan teori-
teori sosial tertentu sebagai alat bantu analisis tidak diarahkan untuk menjadi
kajian ilmu sosiologi dan ilmu sosial lainnya, melainkan diarahkan untuk kajian
ilmu hukum. Namun ilmu sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya, bagi socio-legal
studies sangat diperlukan peranannya yaitu guna meminta/memperoleh data-data
saja, hal ini sangat beralasan mengingat bahwa ilmu sosiologi misalnya, memiliki
karakteristik yang deskriptif dan kategoris.
Perkembangan Sistem Hukum Indonesia yang cenderung lebih memilih
civil law dan common law system16 dan politik hukum Indone-sia yang mengarah
pada kodifikasi dan unifikasi hukum, mempercepat lenyapnya pranata hukum
adat.17 Pada suatu tempat terdapat masyarakat, pasti terdapat suatu peradaban yang
menggambarkan keadaan masyarakat tertentu. Di tempat tersebut akan berpotensi
menimbulkan suatu konflik. Sebuah konflik tidak dapat dipisahkan dari
masyarakat, konflik akan selalu terjadi selama orang-orang hidup di dalam
masyarakat.18 Setiap masyarakat atau setiap kelompok membutuhkan cara tertentu
untuk menyelesaikan sengketa dan menegakkan norma-norma yang tumbuh di
tengah masyarakat, kemungkinan setiap masyarakat membutuhkan mekanisme
untuk mengubah norma-norma dan menerapkannya pada situasi-situasi baru.19
Marcus Tullius Cicero mengatakan Ubi societas ibi ius. Di mana ada masyarakat

15
Banakar, Reza and Max Traves (editor). Theory and Method in Socio-Legal Research: A Series
published for The OṄATI institute for the sociology of law (Oxford and Portland Oregon: Hart
Publishing, 2005), hal. XII
16
Bederman, David J, “Rhe Customary Law of Hal And Ruth”, Emory Law Journal, Vol. 57 Issue
6 tahun 2008, hal. 1399-1401.
17
Lastuti Abubakar, ”Implikasi Aktivitas Ekonomi Syariah Terhadap Perkembangan Hukum
Ekonomi di Indonesia”, artikel dalam Jurnal Legal Review, Vol. I No. 2 Desember 2010, hal. 165-
168.
18
Agus Santoso. Hukum, Moral Dan Keadilan. Prenada Media Group. Jakarta. 2012, hal. 1.
19
Lawrence M. Friedman. Sistem Hukum. Nusa Media. Bandung. 2011
12
di situ ada hukum.20 Hukum ada dan merupakan pengalaman yang diperoleh dari
kehidupan manusia, dari pengalaman tiap-tiap manusia maka muncullah hukum
pertama-tama sebagai kaidah-kaidah yang mengatur hidup bersama. 21 Jauh
sebelum negara Indonesia merdeka, sebelum masyarakat Indonesia menjadi satu
bangsa, nilai-nilai luhur Bangsa telah ada dan hidup di tengah-tengah masyarakat
Nusantara. Nilai-nilai tersebut terus dijaga dan dilestarikan demi perjuangan
mewujudkan tujuan dan cita-cita Bangsa, demi mempertahankan kelangsungan
hidup bersama (survival value).22
Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa jastifikasi keberadaan metode
penelitian Hukum Empiris sebagaimana halnya metode penelitian Hukum
Normatif dapat dipulangkan pada Teori Murni Hukum (The Pure Theory of Law)
dan Teori Umum Tentang Norma (General Theori of Norm) dari Hans Kelsen.
Kedua teori itu saling mengukuhkan satu sama lainnya tentang keberadaan norma
sebagai postulat pengembangan hukum positif. Untuk pengembangan yang
komprehensif hingga mencapai derajat hukum yang sempurna dan dapat
memuaskan perasaan hukum, yang oleh Jaap Hage23 derajat ini disebut derajat
“real law” (hukum senyatanya), atau van Hocke24menyebutnya dengan “better
law” (hukum yang lebih baik) maka kedua aspek dari norma yakni “Ought”
(aspek intern) dan “Is” (aspek ekstern) perlu medapat perhatian yang semestinya.
Aspek intern (Ought) adalah menyangkut kegiatan pembentukan dan penciptaan
norma, sementara aspek ekstern (Is) adalah kegiatan yang menyangkut pra-
pembentukan, penerapan, dan penegakkan norma. Kegiatan aspek intern berupa
menganalisis, mesistimatisasi, menginterpretasi dan menilai25 norma yang sudah
ada untuk mengganti atau membentuk norma baru. Kegiatan aspek ekstern berupa
20
Muhammad Nur Islami. Hukum dan Kebebasan Berpikir. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. 2015,
hal. 1.
21
Theo Huijbers. Filsafat Hukum. Kanusius. Yogyakarta. 1995, hal. 15.
22
Prima Roza, et.al. Memahami dan Memaknai Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasar Negara.
Gramedia. Jakarta. 2015, hal 2-3.
23
Jaap Hage; “The Method of Truly Normative Science”, Dalam “Methodology of Legal
Research” Editor, Mark van Hoecke, Hart Publishing, Oxford and Portland, Oregon, 2011, hal. 28
24
Mark van Hoecke; “Legal Doctrine, Which Method(s) For What Kind of Discipline?”, Dalam
“Methodology of Legal Research”, Editor, Mark van Hoecke, Hart Publishing, Oxford and
Portland, Oregon, 2011, hal. 10.
25
Meuwissen, Pengembangan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, Dan Filsafat Hukum,
Terjemahan B A Sidharta, PT Refika Aditama, Bandung, 2008, hal. 55-6
13
meneliti fakta sosial yang ada dilapangan, mengukur pengaruh norma terhadap
perilaku (efektifitas norma), meneliti perilaku yang menyimpang dari norma.
Berkenaan dengan “real law” atau “better law” Westerman menganjurkan
agar didalam pembentukan hukum, legislator menggunakan tolak ukur asas
proposionalitas berupa prediksi bahwa hukum akan menjadi efektif dalam
penerapannya nanti. Tolak ukur ini disebutnya sebagai tolak ukur penilaian atas
pengaruh suatu aturan hukum atau “Regulatory Impact Assessment (RIA)
terhadap masyarakat. Tentang ini dikatakan: … “in practice the principle of
proportionality require law makers to conduct a so-call Regulatory Impact
Assessment.26 Kegiatan aspek intern merupakan ranah penelitian hukum normatif
dengan obyeknya norma sementara kegiatan aspek ekstern merupakan ranah
penelitian hukum empiris yang obyeknya menurut Meuwissen adalah perilaku.
Penggunaan analisis teks dan logika merupakan metode penelitian hukum
normatif terutama dalam kegiatan pembuatan Undang-Undang yang sama sekali
baru atau dalam melakukan revisi Undang-Undang dalam sekala luas dan
kompleks. Mengapa demikian, karena hal itu ada diranah Teori Hukum Normatif
yakni Teori Perancangan Undang-Undang (legislative drafting). Jadi yang
dianalisis teks itu dengan menggunakan logika-logika hukum adalah teks dari
Rancangan UndangUndang (Bill). Artinya penggunaan metode normatif itu
adalah rangkaian yang tak terpisahkan dari penggunaan metode empiris dengan
kata lain, setelah metode empiris menghasilkan laporan penelitian, kemudian
dilanjutkan dengan pembuatan Naskah Akademik dan perancangan Bab dan Pasal
yang memerlukan pengetahuan Teori Hukum Normatif. Disinilah barangkali
terlihat contoh yang jelas posisi berdampingannya antara kedua jenis metode
penelitian hukum itu. Dalam penggunaan kedua metode itu posisi berdampingan
itu tidak selalu harus nampak dalam satu rangkaian proses pembuatan Undang-
Undang tetapi dimungkinkan penggunaannya dalam isu hukum yang terpisah atau
tersendiri. Dalam keadaan demikian itulah posisi berdampingan itu harus diartikan
sebagai suatu tidak bertentangan satu sama lain. Artinya suatu permasalahan
26
Pauline C Westerman; 2011, “Open or Autonomous? The Debate on Legal methodology as a
Reflection of the Debate on Law”, Dalam “Methodologies of Legal Research”, Editor, M van
Hoecke, Hart Publishing, Oxford and Portland, Oregon, hal. 107
14
hukum tidak mutlak harus dipecahkan oleh metode normatif atau oleh metode
empiris.
Tergantung pada permasalahan hukumnya yang ingin dipecahkan, jika
permasalahan berada pada norma hukum maka digunakan metode penelitian
hukum normatif dan jika permasalahan terletak pada sikap dan perilaku
masyarakat terhadap hukum maka digunakan metode penelitian hukum empiris.
Mengenai hal ini sangat tepat apa yang dikatakan oleh Jaap Hage sebagai berikut:
…”the proper method for legal science depend on … the kind of questions
addressed in legal science”.27 Penulis dapat menyetujui sepenuhnya pernyataan
itu.
Perkembangan hukum di Indonesia tidak terlepas dari Pancasila sebagai
sumber dari segala sumber hukum di Indonesia. Perlu cita-cita etis yang
menyemangati seluruh bangsa dan yang cukup kuat untuk mempertahankan kita
masing-masing, menurut kedudukan masingmasing, dalam fokus pada pemajuan
bangsa. Pancasila adalah konsensus agung bangsa Indonesia bahwa kita semua
bersatu, bahwa tidak boleh ada diskriminasi di antara kita, dan konsensus itu
mendapat kekuatannya dari lima sila, yaitu nilai-nilai yang amat berakar dalam
hati bangsa Indonesia, yang sekaligus merupakan cita-cita untuk diwujudkan,
seperti yang terungkap dalam lima sila Pancasila, yang menjadi roh dalam
penegakan hukum dan perkembangan ilmu hukum di Indonesia.
Memang harus diakui bahwa di sisi lain juris Indonesia berusaha
mengangkat derajat keilmuan hukum dengan mengembangkan aspek empiris dari
ilmu hukum melalui kajian-kajian yang bersifat empirikal. Usaha menghidupkan
aspek empiric dari ilmu hukum diantaranya dilakukan dengan menerapkan
metode-metode penelitian sosial dalam kajian hukum selain tetap mempergunakan
kajian normatif itu sendiri. Langkah ini dilakukan antara lain dengan merumuskan
format-format penelitian hukum selain dengan membedah peraturan (produk
hukum) dari aspek substansinya, juga dengan membedah aspek empirisnya
dengan dibantu metode penelitian yang dipinjam dari metode penelitian ilmu
sosial (penelitian empirik). Menetapkan metode penelitian hukum dalam cakupan

27
Jaap Hage; Op Cit, hal. 4
15
yang lebih luas (pengkajian ilmu hukum), seharusnya beranjak dari hakekat
keilmuan hukum. Ada dua pendekatan yang dapat dilakukan untuk menjelaskan
keilmuan hukum dan dengan sendirinya membawa konsekuensi pada metode
kajiannya. Pertama, pendekatan dari sudut falsafah ilmu. Kedua, pendekatan dari
sudut pandang teori hokum.

16
BAB III
PENUTUP

Hukum tertulis yang dibentuk dengan berlandaskan pada hukum yang hidup
dalam masyarakat akan memberikan daya efektivitas yang kuat karena Undang-
undang tersebut akan ditaati oleh masyarakat. Dengan demikian akan memiliki
daya keberlakuan empiris/sosiologis yang ditandai dengan patuhnya warga
masyarakat terhadap hukum yang diberlakukan.Dengan dasar sosiologis,
peraturan perundang-undangan yang dibuat akan diterima oleh masyarakat tanpa
paksaan. Jenis penelitian yang dimaksud adalah penelitian hukum empiris atau
sosio-legal (Socio legal research) yang merupakan model pendekatan lain dalam
meneliti hukum sebagai objek penelitiannya, dalam hal ini hukum tidak hanya
dipandang sebagai disiplin yang preskriptif dan terapan belaka, melainkan juga
empirical atau kenyataan hukum. Eksistensi hukum adat sebagai living law bangsa
Indonesia semakin hari semakin termar-ginalkan. Hukum adat yang semula
menjadi hu-kum yang hidup dan mampu memberikan solusi dalam berbagai
permasalahan pergaulan hidup masyarakat Indonesia, semakin hari semakin pudar
eksistensinya. Tergantung pada permasalahan hukumnya yang ingin dipecahkan,
jika permasalahan berada pada norma hukum maka digunakan metode penelitian
hukum normatif dan jika permasalahan terletak pada sikap dan perilaku
masyarakat terhadap hukum maka digunakan metode penelitian hukum empiris.
Memang harus diakui bahwa di sisi lain juris Indonesia berusaha mengangkat
derajat keilmuan hukum dengan mengembangkan aspek empiris dari ilmu hukum
melalui kajian-kajian yang bersifat empirikal.
DAFTAR PUSTAKA

Buku

Agus Santoso. Hukum, Moral Dan Keadilan. Prenada Media Group. Jakarta.
2012.

Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta,


1997.

Banakar, Reza and Max Traves (editor). Theory and Method in Socio-Legal
Research: A Series published for The OṄATI institute for the sociology of
law (Oxford and Portland Oregon: Hart Publishing, 2005).

Bruggink, Alih Bahasa Arief Sidharta, Refleksi Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1996.

Lawrence M. Friedman. Sistem Hukum. Nusa Media. Bandung. 2011

Meuwissen, Pengembangan Hukum, Ilmu Hukum, Teori Hukum, Dan Filsafat


Hukum, Terjemahan B A Sidharta, PT Refika Aditama, Bandung, 2008.

Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983.

Muhammad Nur Islami. Hukum dan Kebebasan Berpikir. Pustaka Pelajar,


Yogyakarta. 2015.

Philippe Nonet dan P. Selznick, Law and Sociiety in Transition: Toward


Responsive Law, Harper and Row Publisher, New York, 1978.

Prima Roza, et.al. Memahami dan Memaknai Pancasila Sebagai Ideologi dan
Dasar Negara. Gramedia. Jakarta. 2015.

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta, 1986.

__________ dan Purnadi Purbacaraka, Perihal Kaidah Hukum, Citra Aditya


Bakti, Bandung, 1993.

Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum dan Metode Kajiannya, Bahan Penetaran


Penelitian Hukum, BPHN Jakarta, Nopember, 1980.

Sutrino Hadi, Metodologi Research I, Yogyakarta : Andi Offset, 2006.

Theo Huijbers. Filsafat Hukum. Kanusius. Yogyakarta. 1995.

Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Sinar Grafika, 2010.

18
Jurnal

Bederman, David J, “Rhe Customary Law of Hal And Ruth”, Emory Law Journal,
Vol. 57 Issue 6 tahun 2008.

Lastuti Abubakar, ”Implikasi Aktivitas Ekonomi Syariah Terhadap Perkembangan


Hukum Ekonomi di Indonesia”, artikel dalam Jurnal Legal Review, Vol. I
No. 2 Desember 2010.

M. Hadin Muhjad, Peran Dan Fungsi Kedudukan Hukum Adat Dalam Sistem
Hukum Nasional Dalam Rangka Penguatan Dan Pelestarian Nilai-Nilai
Adat Istiadat Di Daerah, Makalah disampaikan pada Rakerda I DAD
Kabupaten Gunung Mas, 15 April 2011 di Kuala Kurun.

M. Syamsudin, “Beban Masyarakat Adat Menghadapi Hu-kum Negara”, Jurnal


Hukum, Vol. 15 No. 3 Juli 2008.

Mark van Hoecke, ed. “Methodology of Legal Research”, Hart Publishing,


Oxford and Portland, Oregon, 2011.

Mason C Hoadley, “The Leiden Legacy: Concepts of Law in Indonesia


(Review)”, Journal of Social Issues in Southeast Asia, Vol. 21 No. 1 April
2006.

19

Anda mungkin juga menyukai