Anda di halaman 1dari 11

2040 Sebagai Tahun Kepemerintahan Oligarki di Indonesia

Disusun Oleh:

Putu 11011020000

Fakultas Hukum

Universitas Padjadjaran

2020
ABSTRAK

Oligarki secara mudah dapat disebut sebagai relasi kekuasaan di antara sekelompok
orang yang menguasai sumber daya ekonomi dan politik untuk kepentingan dirinya
sendiri. Hal ini dibuktikan dengan adanya Menteri yang menduduki beberapa jabatan
hingga politik keluarga yang menjabat. Salah satunya adalah banyak pengusaha yang
dilantik juga sebagai pejabat hingga dinasti politik keluarga. Nyatanya, kutukan orde
baru hingga kini tidak bisa dilepas sebagi baying-bayang bangkitnya kembali oligarki.
Piramida kekuasaan yang ditinggalkan Soeharto beranak-pinak dan menginspirasi
banyak elite. Kelompok-kelompok yang dipupuk di bawah rezim Orde Baru bergerak
mengamankan kepentingan ekonominya dan mereorganisasi kekuasaan dalam arena
politik baru melalui pemilihan umum, partai politik, dan parlemen. Kebangkitan ini bisa
saja memunculkan system oligarki baru di 20 tahun ke depan, sebagaimana cerminan
bahwa sulitnya runtuh rezim Soeharto berkuasa. Maka, bisa saja Indonesia akan
menyandang gelar Oligarki Orde Baru di 2040.

Kata Kunci: Oligarki, Rezim, Indonesia 2040


ABSTRACT

Oligarchy can easily be referred to as a power relation between a group of people who
control economic and political resources for their own interests. This evidenced by the
presence of Ministers who hold several positions to the office of family politics. One of
them is that many businessmen are also appointed as officials to the family political
dynasty. In the fact, the curse of the New Order until now cannot be removed as a
shadow of the revival of the oligarchy. The pyramid of power left by Soeharto
reproduced and inspired many elites. The groups nurtured under the New Order
regime moved to secure their economic interests and reorganize power in the new
political arena through elections, political parties and parliaments. This revival could
lead to a new oligarchic system in the next 20 years, as a reflection of the difficulty of
the collapse of the Soeharto regime in power. So, it is possible that Indonesia will hold
the title of New Order Oligarchy in 2040.

Keywords: Oligarchy, Regime, Indonesia 2040


A. PENDAHULUAN

Satu setengah dasawarsa setelah otoriterisme di Indonesia runtuh pada


1998, jabatan publik dan otoritas negara masih menentukan pola akumulasi dan
distribusi kekayaan pribadi serta kekuatan sosial. Banyak tokoh lama tetap
mendominasi politik dan bisnis di Indonesia, sementara wajah baru terseret ke
dalam praktik predator. Ketika pemerintahan otoriter di Indonesia yang berkuasa
selama tiga dasawarsa runtuh, menyusul lengsernya Presiden Soeharto pada
1998, secara luas diharapkan bahwa ini juga akan membuka pintu bagi politik
yang secara dramatis berbeda, tempat individu dan organisasi sosial bisa
menuntut pemerintahan yang akuntabel dan supremasi hukum (rule of law).
Memang benar bahwa rezim otoriter lama yang sentralistis itu memberi jalan
pada sistem demokrasi elektoral dan pelimpahan wewenang administratif
organisasi masyarakat dari pemerintah pusat ke daerah 1.

Harapan hilangnya rezim otoriter seperti hidup kembali perlahan-lahan. Hal


tersebut seperti dimulai sejak kemenangan Jokowi dan Ma’ruf Amin pada 2019
membuat kisah baru yang lebih dari sekedar “kerja”, sesuai dengan slogan yang
digaungkan pasangan ini. Menjabat dua kali sebagai presiden, Jokowi membuat
banyak perubahan besar. Diantaranya ialah banyaknya pembangunan
infrastruktur dimana-mana. Selain prestasi, pembangunan berkelanjutan
sebagaimana disampaikan turut pula memberikan gagasan atas system
pemerintahan yang baru, yang mana hal ini banyak sekali meresahkan
masyarakat. Kabarnya, masa Pemerintahan Jokowi yang dimulai sejak 2019-
2024 memiliki banyak kontra mendalam. Dirumuskannya UU Cipta Kerja,
beberapa proyek yang dianggarkan sebagai Ptroyek Strategis Nasional
digadang-gadang memiliki keterkaitan sebagai titipan-titipan oligarki 2. Dimanana,
1
Ekonomi Politik Oligarki dan Pengorganisasian Kembali Kekuasaan di Indonesia diakses
melalui laman website <https://prismajurnal.com/issues.php?id=%7B96019022-6BCA-80CC-403B-
100A63333A90%7D&bid=%7B732BE86D-9CD1-99D6-A55C-6A85DFA9A9AB%7D> pada Senin, 14
Desember 2020, Pkl. 20.30 wib

2
Lihat Tinjauan Lingkungan Hidup diakses melalui https://www.walhi.or.id/wp-
content/uploads/Laporan%20Tahunan/Outlook%202020.pdf pada Senin, 14 Desember 2020, Pkl. 21.00
kadar keterlibatan oligarki dalam politik praktis melalui Pemilu juga menjadi
jawaban atas pertanyaan kritis yang dilontarkan oleh beberapa kalangan yang
menyatakan bagaimana mungkin oligarki dan demokrasi dapat berjalan dalam
satu sistem pemerintahan Jokowi sekarang. Meskipun pada dasarnya oligarki
dan demokrasi memiliki dasar kekuasaan berbeda, di mana oligarki meletakkan
konsentrasi kekuasaan pada kekayaan (klaim terhadap kepemilikan dan
kekayaan), sedangkan demokrasi meletakkan konsentrasi pada persebaran
kekeuasaan non material (hak, prosedur, dan tingkat partisipasi 3.

Mengerucutnya pendapat bahwa rezim Jokowi di periode kedua adalah


rezim oligarki di dasarkan pada adanya pemangku kepentingan di titik-titik
Kementrian yang menjabat namun memiliki kekayaan melimpah. Adanya
kekuasaan yang menjadi embel-embel dibuatnya dasar-dasar aturan untuk
mempermudah seperti dibuatnya UU Cipta Kerja, adanya pembangunan dari
kegiatan usaha, di generalisir sebagai adanya praktik ologarki dibelakang.
Oligarki tentu tidak bisa dimulai dari tangan terbawah. Perlu kekuasaan dan
kekayaan untuk menjadikannya nyata. Hal ini berkaitan juga dengan cacatnya
demokrasi di Indonesia yang selama ini banyak dianalisis dengan mengambil
fokus pada ‘hal-hal baru’ yang dulu tidak muncul selama masa otoritarianisme.
Diantaranyamengaitkan antara demokrasi dengan menguatnya institusi
tradisional, identitas etnik, kekerasan komunal, disintegrasi, dan local regime/
bossism. Hal tersebut sengaja di daratkan diatas untuk menutupni adanya
kebobrokan Pemeirntahan Indonesia yang dimulai dari sistem pemerintahan dan
politik bebas tak berbatas. Sementara ‘hal-hal lama’ seperti kaitan antara
demokrasi dan rezim lama sangat jarang dibahas.
Oligarki secara mudah dapat disebut sebagai relasi kekuasaan di antara
sekelompok orang yang menguasai sumber daya ekonomi dan politik untuk
kepentingan dirinya sendiri. Hal ini dibuktikan dengan adanya Menteri yang
menduduki beberapa jabatan hingga politik keluarga yang menjabat 4. Kecurigaan
wib
3
Muhammad Ali Azhar, RELASI PENGUSAHA-PENGUASA DALAM DEMOKRASI: Fenomena
Rent Seeker Pengusaha jadi Penguasa, hlm.51
4
Lihat Dinasti Politik 2020: Dari Keluarga Jokowi Hingga Bupati Sijunjung Diakses melalui
<https://langgam.id/dinasti-politik-di-pilkada-2020-dari-keluarga-jokowi-hingga-bupati-sijunjung/>
terus didukung dengan kecurangan yang ditopengi oleh dalih pembangunan,
perampasan tanah adat ditutupi dengan alasan pembangunan infratsruktur, krisis
ketahanan pangan meruak bebas di Indonesia, hingga ketimpangan sosial
sampai kemiskinan masih terus meraja lela 5. Bahkan, pandemi yang dialami
Indonesia saat ini tidak menyingkirkan adanya proyek oligarki yang justru
semakin marak, hingga adanya politik keluarga yang berkuasa 6. Rasanya,
apakah Indonesia ditunggangi tim “oligarki” yang berdalih sebagai pemerintah
yang menjunjung hak-hak rakyat kecil?

PEMBAHASAN

Pembangunan ekonomi suatu negara saat ini tidak terlepas dari peran
pemerintah dalam mengatur perekonomian untuk mencapai kesejahteraan bagi
masyarakatnya. Dalam kaitannya dengan pembangunan ekonomi yang tidak
terlepas dari peran negara tersebut, Indonesia di era reformasi ditandai dengan
sebuah cita-cita untuk melakukan perbaikan terhadap kondisi ekonomi yang
terjadi di masa pemerintahan Orde Baru, dimana pada masa pemerintahan Orde
baru tersebut praktek kekuasaan pemerintahan dijalankan secara sentralistis.
Dijalankannya model pengelolaan kekuasaan yang sentralistis dalam
pemerintahan (khususnya birokrasi) bertujuan untuk mendukung proyek
stabilisasi ekonomi dan politik secara cepat. Stabilisasi politik dilakukan untuk
menopang pembangunan ekonomi yang dijadikan komando. Pada masa Orde
Baru juga terjadi maraknya praktek Kolusi, Korupsi dan Nepotisme (KKN) yang
bukan hanya melibatkan aktor-aktor politik di dalam pemerintahan, melainkan
juga para aktor ekonomi (pebisnis) sebagai klien dari pemerintah. Praktek KKN
tersebut pada dasarnya berkaitan dengan relasi antara bisnis dan politik 7.
Lebih jauh, bercermin dari keadaan ekonomi dan politik masa Orde Baru
tersebut, maka pemerintah di masa reformasi melakukan berbagai perubahan
institusional. Namun, sekarang Indonesia seperti kembali lagi kepada masa

5
Lihat Merdeka dari Jerat Oligarki, <https://republika.co.id/berita/qf6x7k385/merdeka-dari-jerat-
oligarki>
6
Ibid.
7
Ratnia Solihah, Pola Relasi Bisnis Dan Politik Di Indonesia Masa Reformasi: Kasus Rent
Seeking, Jurnal Wacana Politik, Universitas Padjadjaran, Vol.1, No.1., Maret 2016, hlm.49
dimana oligarki berkuasa. Oligarki merupakan salah satu istilah bagi bentuk
untuk kelompok yang memiliki kekayaan di atas rata-rata bahkan di atas
kekayaan rata-rata kekayaan orang kaya sekalipun, atau bisa disebut individu
sebagai super kaya. Masuknya para oligarki dalam ranah politik didasarkan pada
kegagalan negara dalam menjaga kekayaan mereka, dari berbagai macam
ancaman, bahkan ketika ancaman tersebut datang dari negara. Karena itu,
oligarki bukan sekedar bagaimana suatu minoritas kecil mendominasi mayoritas,
namun oligarki lebih pada bagaimana para individu pemilik kekayaan berupaya
mempertahankan kekayaan8.
Dalam bukunya yang berjurdul Oligarki, Winters berusaha membalikkan
logika umum yang lazim digunakan dalam menjelsakan oligarki 9. Bagi sebagian
besar kepustakaan terkait oligarki, fokus utama analisis akan terlebih dahulu
mendefinisikan oligarki kemudian melacak para oligarki pembentuk oligarki
tersebut. Namun Winters mencoba membaliknya, dengan terlebih dahulu
menjelaskan oligark secara komprehensif kemudian menjelaskan bagiamana
oligark tersebut menciptakan sebuah oligarki dalam suatu tatanan politik.
Asumsi serta argumen Winters tersebut kemudian menghasilkan suatu
analisis yang berhasil membedakan antara elit dan oligark. Meskipun kedua
istilah ini sama-sama lazim digunakan dalam beberapa kajian oligarki, namun
terdapat batasan tegas antara keduanya. Meskipun memberikan batasan tegas,
Winters justru tidak memberikan argument tegas mana yang kemudian lebih
tepat digunakan dalam menjelaskan oligarki 10.
Perubahan politik pasca Orde Baru dan penataan institusi politik saat ini
berarti kita tidak bisa mengabaikan dinamika politik lokal dalam konteks
pertarungan kekuatan sosial untuk perebutan sumber daya material tersebut. Hal
itu dimungkinkan setelah adanya perubahan politik pasca Orde Baru yang
menerapkan kebijakan desentralisasi. Melalui itu, politik lokal memiliki kekuasaan
untuk mengalokasikan dan mendistribusikan sumber daya material yang berada
dalam kewenangannya. Oleh karenanya, politik lokal kemudian menjadi arena
8
Lihat Yuki Fukuoka, Oligarchy and Democracy in Post Suharto Indonesia, dalam Jurnal Political
Studies Review: 2013 Vol 11,l Australia: Political Studies Association, 2013, hlm. 52.
9
Jeffrey A. Winters, Oligarki, Gramedia, Jakarta, 2011, hlm. 18
10
Ibid., hlm.22
kontestasi politik yang baru. Itu yang menjadikan ruang politik lokal tidak pernah
netral dari kepentingan berbagai kekuatan sosial di masyarakat. Dalam konteks
demikian, pertarungan untuk memperebutkan sumber daya material selalu terjadi
di antara para aktor.
Lebih jauh, kemudian ternyata terlihat kembali terjadinya stratifikasi
bertingkat masyarakat tersebut kemudian berdampak pada kemunculan kelas-
kelas sosial dengan kekuasaan terpusat pada satu kelompok tertentu. Suzana
Keller dalam bukunya berjudul Penguasa dan Kelompok Elit, menyebutnya
sebagai seorang elit-elit penentu. Elit penentu lahir sebagai dampak dari
heterogenitas masyarakat baik dalam segi usia, jenis kelamin, kesukuan,
kecakapan, kekuatan dan beberapa hal lainnya 11. Hal tersebut rupanya disambut
meriah sejak lahirnya pula kesetiaan rakyat yang mau terus ditindas dengan
janji-janji oligarki yang naik secara perlahan pada masa rezim Jokowi. Apakah
mungkin kembali rezim oligarki?
Mungkin ini yang disebut kutukan "Orde Baru". Piramida kekuasaan
yang ditinggalkan Soeharto beranak-pinak dan menginspirasi banyak elite.
Kelompok-kelompok yang dipupuk di bawah rezim Orde Baru bergerak
mengamankan kepentingan ekonominya dan mereorganisasi kekuasaan dalam
arena politik baru melalui pemilihan umum, partai politik, dan parlemen 12. Dari
segi politik, bisa disaksikan bagaimana perebutan kekuasaan di semua lini
wajib menggunakan instrumen partai politik. Di sisi lain, partai politik dikuasai
oleh segelintir elite yang sebetulnya memiliki kepentingan yang sama atas
sumber daya ekonomi. Tak ada partai yang bisa disebut memenuhi syarat
sebagai institusi yang demokratis karena esensinya hanya dikendalikan oleh
patron tertentu, baik atas dasar kekayaan maupun trah "kebangsawanan"
politik.
Jika dilacak ke belakang, dalam pengalaman pemilihan umum secara
langsung sejak 2004, penguasa di semua partai mencerminkan bahwa sirkulasi
elite itu memang tak pernah benar-benar terjadi. Bahkan banyak partai yang
11
Lihat Suzana Keller, Penguasa dan Kelompok Elit: Peran Elit Penentu dalam Masyarakat
Modern, Rajawali Press, Jakarta, 1984, hlm. 45
12
Vedi R. Hadiz, The Rise of Capital dan Keniscayaan Ekonomi-Politik, dalam Prisma Vol. 32,
No. 1, 2013. Jakarta: LP3ES, 2013, hlm.15
lahir pada era reformasi justru menampilkan pengelolaan partai yang menjurus
pada praktik dinasti politik. Di daerah, hal yang sama juga terjadi. Kekuatan-
kekuatan politik lokal yang dibangun atas dasar status sosial tertentu, termasuk
andil dari faktor penguasaan atas sumber daya (kekayaan), secara sistematis
berupaya mempertahankan tampuk kekuasaan. Regenerasi politik atas dasar
hubungan kekerabatan secara sadar atau tidak mulai atau bahkan sedang
menghantui institusi partai politik, institusi kunci dalam sistem demokrasi 13.
Cara-cara semacam ini sesungguhnya mulai menunjukkan metamorfosis
dari praktik rezim Orde Baru dalam kemasan yang lebih kekinian. Sementara
dulu tersentralisasi pada satu sosok, kini dikendalikan oleh banyak orang tapi
tetap dengan kepentingan yang sama. Mereka belajar betul bagaimana rezim
Orde Baru mempertahankan kepentingan ekonominya dengan memastikan
stabilitas politik14. Melihat banyaknya patriot muda, pengusaha-pengusaha yang
menutupi praktik oligarki dengan embel-embel bela Negara, permudah
investasi dengan adanya UU Cipta Kerja hingga adanya politik keluarga.
Praktek dipermudahnya memasuki bidang pekerjaan tanpa dengan hanya
melihat hubungan darah dan “titipan”, sehingga menurut penulis bsia saja tahun
2040 Oligarki akan terus memimpin dan berkuasa. Karena, kita tidak boleh
melupakan masa oligarki sebelumnya saat zaman Soeharto berkuasa, sulit
oligarki diruntuhkan akibat keotoriteran. Karena system pemerintahan tidak
mungkin bergulir cepat dalam pergantian, politik haus akan kekuasaan. Maka
pemelihaaraan oligarki adalah satu-satunya jalan.

B. PENUTUP
Praktek oligarki tidak akan melupakan siapa kakek buyut yang menciptakan hal
tersebut hingga terjadi adanya kesukaran pergantian pemerintahan yang otoriter.
Mungkin tidak puas hanya sebagai pengusaha, jabatan sebagai penguasa pun
disambangi. Melihat kalutnya negeri ini, Indonesia. Pastinya, sepuluh atau dua

13
Oligarki Orde Baru diakses melalui <https://kolom.tempo.co/read/1277456/oligarki-ala-orde-
baru/full&view=ok> pada Senin, 12 Desember 2020, Pkl. 20.35 wib
14
Ibid.
puluh tahun ke depan adalah momen bergantinya musim pemerintah demokrasi
kepada oligarki.
DAFTAR PUSTAKA

Ratnia Solihah, Pola Relasi Bisnis Dan Politik Di Indonesia Masa Reformasi:
Kasus Rent Seeking, Jurnal Wacana Politik, Universitas Padjadjaran, Vol.1,
No.1., Maret 2016.
Yuki Fukuoka, Oligarchy and Democracy in Post Suharto Indonesia, dalam
Jurnal Political Studies Review: 2013 Vol 11,l Australia: Political Studies
Association, 2013.
Jeffrey A. Winters, Oligarki, Gramedia, Jakarta, 2011.
Suzana Keller, Penguasa dan Kelompok Elit: Peran Elit Penentu dalam
Masyarakat Modern, Rajawali Press, Jakarta, 1984
Vedi R. Hadiz, The Rise of Capital dan Keniscayaan Ekonomi-Politik, dalam
Prisma Vol. 32, No. 1, 2013. Jakarta: LP3ES, 2013.
Ekonomi Politik Oligarki dan Pengorganisasian Kembali Kekuasaan di
Indonesia diakses melalui laman website
<https://prismajurnal.com/issues.php?id=%7B96019022-6BCA-80CC-403B-
100A63333A90%7D&bid=%7B732BE86D-9CD1-99D6-A55C-
6A85DFA9A9AB%7D>
Tinjauan Lingkungan Hidup diakses melalui <https://www.walhi.or.id/wp-
content/uploads/Laporan%20Tahunan/Outlook%202020.pdf> ]
Muhammad Ali Azhar, RELASI PENGUSAHA-PENGUASA DALAM
DEMOKRASI: Fenomena Rent Seeker Pengusaha jadi Penguasa.
Dinasti Politik 2020: Dari Keluarga Jokowi Hingga Bupati Sijunjung Diakses
melalui <https://langgam.id/dinasti-politik-di-pilkada-2020-dari-keluarga-
jokowi-hingga-bupati-sijunjung/>
Merdeka dari Jerat Oligarki, <https://republika.co.id/berita/qf6x7k385/merdeka-
dari-jerat-oligarki>
Oligarki Orde Baru diakses melalui
<https://kolom.tempo.co/read/1277456/oligarki-ala-orde-baru/full&view=ok>

Anda mungkin juga menyukai