Anda di halaman 1dari 4

Di awal tahun 2020 ini, telah terjadi penyebaran Virus Corona di

Indoneisa. Presiden mengeluarkan Keppres Nomor 11 Tahun 2020 Tentang


Penetapan Kedaruatan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019
(Covid-19) (selanjutnya disebut Keppres Covid). Terdapat pendapat beberapa
ahli hukum bahwa Keppres ini mengadung kecacatan hukum bila dihubungkan
dengan ketentuan Pasal 10 UU No. 6 Tahun 2018. Saya tidak setuju dengan
pendapat beberapa para ahli hukum tersebut. Adapun alasan ketidaksetujuan
saya adalah berdasarkan alasan bahwa Keppres Covid didasari dan tidak
bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.
Pada bagian awal Keppres Covid, disebutkan bahwa Keputusan
Presiden tersebut diambil dengan mengingat Pasal 4 ayat (1) Udang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan (lembaran Negara Republik
lndonesia Tahun 2018 Nomor 128, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 6236).
Apabila melihat dari Pasal Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menyatakan sebagai berikut:
“Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan Pemerintahan
menurut Undang-undang Dasar”,
Presiden memiliki hak-hak selaku Kepala Pemerintahan tentu lebih besar yang
sejalan juga dengan lebih besar tanggung jawabnya dalam menjalankan
kewajiban.1 Lebih dari pada itu, maka terkadang Presiden selaku Kepala
Pemerintahan seringkali mengambil keputusan untuk menyelematkan bangsa
untuk menghindari hiruk pikuk yang terjadi dalam segala sisi penyelenggaraan
negara.2 Tugas dan pokok Presiden dalam mengatur Negara tentu saja tidak
bisa dipisahkan dengan fungsinya sebagai Presiden. Dengan berusaha
membentuk negara dengan konsep norma-norma namun juga dengan

1
Bagir Manaan, Teori dan Politik Konstitusi, Fakultas Hukum UII Press, Yogyakarta,
2013, hlm.17
2
Jimmly Asshiddiqie, Pengantar Hukum Tata Negara Jilid II, Jakarta, Setjen
Kepaniteraan dan MKRI, cet.1, hlm.11
modifikasi hukum atas kebutuhan yang timbul dimasyarakat. 3 Salah satunya
yaitu langkah dalam menerbitkan sebuah Keputusan Presiden.
Selanjutnya, berdasarkan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang
Kekarantinaan Kesehatan terutama Pasal 10 yaitu:
(1) Pemerintah Pusat menetapkan dan mencabut Kedaruratan
Kesehatan Masyarakat.
(2) Pemerintah Pusat menetapkan dan mencabut penetapan Pintu
Masuk dan/atau wilayah di dalam negeri yang Terjangkit
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat.
(3) Sebelum menetapkan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat,
Pemerintah Pusat terlebih dahulu menetapkan jenis penyakit dan
faktor risiko yang dapat menimbulkan Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara penetapan dan
pencabutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
diatur dengan Peraturan pemerintah.

Keppres Covid adalah sesuai dan tidak bertentangan dengan Pasal 10


tersebut. Tindakan Presiden dilakukan sesuai dengan ayat (1) pasal tersebut.
Hal ini juga dikuatkan dengan adanya salah satu wewenang Presiden yang
timbul berdasarkan Pasal 7 ayat (1) huruf c UU No 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana, menyatakan bahwa “wewenang Pemerintah dalam
penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi, penetapan status dan
tingkat bencana nasional dan daerah”. Makna penetapan sebagaimana
dimaksud tersebut salah satunya adalah Presiden membuat kebijakan dalam
bentuk keputusan. Hal tersebut juga sebagai dasar wewenang Presiden dalam
menerbitkan Keppres Covid.
Mengenai keberadaan Pasal 10 ayat (4), yang mengatur bahwa tata cara
penetapan dan pencabutan Kedaruratan Kesehatan masyarakat diatur dengan
Peraturan Pemerintah, hal tersebut tidak menjadi halangan untuk Presiden
menerbitkan Keppres Covid. Hal ini berkaitan erat dengan asas legalitas.
Definisi legalitas menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah suatuperihal
(keadaan) sah; keabsahan. Legalitas berasal dari kata dasar legal yang
memiliki makna sesuatu yang berarti sah atau diperbolehkan, sehingga
legalitas memiliki makna bahwa sesuatu yang diperbolehkan atau sesuatu yang
3
Meri Yarni, Penyusunan Naskah Akademik Sesuai Ketentuan Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011 Dalam Proses Pembentukan Peraturan Daerah, Jurnal Ilmu Hukum, 2014,
hlm.119
menerangkan keadaan diperbolehkan atau sah. Asas legalitas dinamakan juga
dengan kekuasaan undang-undang (de heerschappij van de wet), istilah asas
legalitas dalam hukum pidana (nullum delictum sine praveia leg poenali) yang
artinya adalah tidak ada hukuman tanpa undang-undang. 4
Seperti yang kita ketahui, bahwa Peraturan Pemerintah tentang tata cara
penetapan dan pencabutan Kedaruratan Kesehatan masyarakat hingga saat ini
belum ada. Tidak adanya peraturan pemerintah sebagai peraturan pelaksana
dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan
tersebut menyebabkan tindakan presiden menerbitkan Keppres Covid adalah
tidak bertentangan dengan hukum. Hal ini diperkuat juga dengan ketentuan
Penutup pada Bab XIV Undang-undang Nomor 6 Tahun 2018 yang
memberikan jangka waktu terhadap penetapan peraturan pelaksana UU
tersebut. adapun bunyi ketentuan itu adalah sebagaimana Pasal 96 ayat (1)
yang berbunyi:
“Peraturan pelaksanaan dari Undang-Undang ini harus telah ditetapkan
paling lambat 3 (tiga) tahun terhitung sejak Undang-Undang ini
diundangkan”

Adapun dari ketentuan tersebut, dapat diketahui bahwa Peraturan Pemerintah


tentang tata cara penetapan dan pencabutan Kedaruratan Kesehatan
masyarakat yang hingga saat ini belum ada, adalah tidak bertentangan juga
dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2018, dimana Undang-undang
tersebut diundangkan tanggal 8 Agustus 2018, sehingga 3 tahun waktu setelah
undang-undang tersebut diundangkan adalah 8 Agustus 2021. Suatu UU yang
sudah disahkan baru dapat berlaku mengikat umum apabila diundangkan
dalam suatu lembaran negara.5 Akan tetapi, sudah bisa diterapkannya UU yang
baru disahkan tersebut atau belum dilihat dari dalam Ketentuan Penutupnya
yang menyatakan secara jelas kapan pengundangan undang-undang itu
dilakukan dan mulai diberlakukan. berlaku dan bisa diterapkannya suatu UU itu

4
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi. Yogyakarta, Penerbit Rajawali
Pers, 2010, hlm. 96.
5
Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan Dasardasar dan
Pembentukannya, cetakan ke-sebelas, Yogyakarta: Kanisius, 2002, hlm. 151.
tidak ditentukan dari sudah atau belum diterbitkannya peraturan pelaksana di
bawahnya (PP).

REFERENSI
Bagir Manaan, Teori dan Politik Konstitusi, Fakultas Hukum UII Press,
Yogyakarta, 2013.
Jimmly Asshiddiqie, Pengantar Hukum Tata Negara Jilid II, Jakarta, Setjen
Kepaniteraan dan MKRI, cet.1.
Maria Farida Indrati Soeprapto, Ilmu Perundang-undangan Dasardasar dan
Pembentukannya, cetakan ke-sebelas, Yogyakarta: Kanisius, 2002.
Meri Yarni, Penyusunan Naskah Akademik Sesuai Ketentuan Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 Dalam Proses Pembentukan Peraturan Daerah,
Jurnal Ilmu Hukum, 2014.
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara Edisi Revisi. Yogyakarta, Penerbit
Rajawali Pers, 2010.

Anda mungkin juga menyukai