Anda di halaman 1dari 26

2.1.

1 Judul : Peta – Peta Kerja


2.1.2 Praktikan
Nama : Balqis Anwar
Nim : 561 419 004
Prodi : S1- Teknik Industri
2.1.3 Tujuan
a. Praktikan memahami system kerja dan mampu merancang sistem kerja
yang efektif dan efesien
b. Praktikan mampu mendesain proses-proses yang diperlukan dalam
perancangan sistem kerja
c. Praktikan memahami konsep studi ekonomi gerakan dan elemen-elemen
gerakan dalam perakitan lego
d. Praktikum memahami dan menerapkan konsep seven tools
e. Praktikan memahami konsep dan mengaplikasikan peta-peta kerja dengan
baik
f. Praktikan dapat menganalisis elemen-elemen gerakan kerja yang efektif
dan gerakan kerja yang kurang efektif dalam perakitan lego dilihat dari
penggunaan seven tools dan peta-peta kerja
g. Praktikan mampu memberikan usulan rancangan sistem kerja dari hasil
simulasi yang telah dilakukan
2.1.4 Alat dan Bahan
a. Alat
1. Alat Tulis
2. Stopwatch
3. Tabel Pengukuran Waktu
4. Tabel Pengamatan
5. Gunting
6. Penggaris
7. Meja
8. Kursi
9. Cutter
b. Bahan
1. Lego
2. Kertas Duplex
3. Double Tape
4. Plastik Mika A4
2.1.5 Landasan Teori
A. Sistem Kerja
Sistem merupakan interaksi secara reguler atau kebergantungan antar
kelompok atau item agar menjadi kesatuan yang menyeluruh untuk bekerja
mewujudkan tujuan yang diinginkan. Kerja merupakan suatu sistem karena
dalam pelaksanaannya kerja melibatkan komponen-komponen pendukung dan
analisis terhadap objek kerja yang dilaksanakan. Komponen pembentuk sistem
kerja tersebut antara lain:
1. Manusia
Manusia berperan sebagai perancang, pelaksana dan pengevaluasi.
Manusia sebagai pekerja, dengan segala sifat, kemampuan, kelebihan dan
keterbatasannya dalam melakukan pekerjaan, memberikan pengaruh
yang besar atas keberhasilan kerja.
2. Bahan
Bahan merupakan segala sesuatu yang akan diproses dalam suatu sistem
kerja. Untuk dapat menghasilkan output yang diharapkan dapat
dilakukan penyesuaian terhadap bahan yang meliputi ukuran/dimensi,
warna dan faktor lain yang berpengaruh terhadap proses dalam sistem
kerja.
3. Alat
Mesin merupakan segala sesuatu yang membantu atau mempermudah
manusia dalam memproses input sistem kerja.
4. Lingkungan kerja
Lingkungan tempat sistem berada yang dapat mempengaruhi kondisi
dalam sistem
5. Misi
Merupakan hal-hal yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari suatu
sistem kerja.
B. Prinsip-prinsip Sistem Kerja
Sistem kerja terdiri dari beberapa stasiun kerja yang harus diperhatikan kesei
mbangan lintasannya. Tujuannya adalah:
1 Tidak terjadi bottleneck / antrian
2 Minimasi waktu delay
3 Minimasi waktu siklus
Bottleneckndisini memiliki makna penyempitan jalur, sesuai dengan makna
perumpamaannya,yakni berbentuk leher botol yang selalu
menyempit.Perumpamaan ini juga digunakan dalam prinsip sistem kerja.Contoh
terjadinya bottleneck adalah apabila adanya produk-produk yang menumpuk pada
salah satu operator dalam suatu lintasan produksi karena adanya perbedaan
kemampuan operator ataupun waktu proses yang berbeda pada setiap stasiun
kerja.

Delay time yaitu ukuran ketidak efisienan lintasan yang dihasilkan dari
waktu menganggur sebenarnyayang disebabkan karena pengalokasian yang
kurang sempurna diantara stasiun-stasiun kerja. Sedangkan idle merupakan waktu
menganggur yang terjadi pada setiap stasiun kerja.

Waktu siklus adalah waktu total yang digunakan untuk mengubah input
menjadi output.Atau dengan kata lain adalah waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaa natau waktu yang diperlukan mulai dari bahan baku
masuk hingga dihasilkan produk.
Waktu siklus terdiri dari dua komponen, yaitu waktu proses dan penundaan
waktu. Waktu proses mencakup lamanya waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan satu proses produksi.Penundaan waktu mencakup aktivitas seperti
menunggu, menyimpan, dan aktivitas yang diklasifikasikan sebagai aktivitas yang
menghasilkan nilai tambah.

C. Perancangan Sistem Kerja


Untuk dapat menyusun rancangan sistem kerja yang baik, diawali dengan
penyelesaian masalah. Langkah-langkah penyelesaiannya sebagai berikut:
1 Mendefinisikan masalah
2 Menganalisa masalah
3 Mencari alternatif solusi
4 Mengevaluasi alternatif solusi
5 Mengimplementasikan solusi
D. Studi Gerakan
Studi gerakan adalah analisa yang dilakukan terhadap beberapa gerakan
bagian badan pekerja dalam menyelesaikan pekerjaannya. Seorang tokoh yang
telah meneliti gerakan-gerakan dasar secara mendalam adalah Frank B. Gilberth
beserta istrinya Lilian Gilbreth yang menguraikan gerakan ke dalam 17 gerakan
dasar atau elemen gerakan yang dinamai Therblig (Sutalaksana, 1979). Secara
garis besar masing-masing gerakan Therblig dapat didefinisikan sebagai berikut 
(Wignjosoebro, 1995)

Tabel 1.1 Gerakan Therblig yang Efektif


Therblig Simbol Deskripsi
Gerakan tangan berpindah tempat tanpa
Menjangkau beban atau hambatan (resistance), baik
RE gerakan mendekati ataupun menjauhi objek.
(Reach) Gerakan ini biasanya didahului oleh
gerakan melepas (release) dan diikuti oleh
Membawa Elemen
gerakan gerak membawa merupakan
memegang(grasp).
M perpindahan tangan,dengan beban.

(Move) Gerakan biasanya didahului oleh

Memegang memegang
Gerakan danbiasanya
yang dilanjutkan oleh melepas
didahului oleh
G
jangkauan menjangkau dan dilanjutkan oleh

Melepas gerakan membawa


Melepaskan objek yang dipegangnya.

RL Gerakan ini dimulai pada saat pekerja mulai

(ReleaseLoad) melepaskan tanganya dari objek dan


Mengarahkan berakhir bila
Gerakan untukseluruh jarinya sudah
memudahkan dalamtidak

PP memegang suatu objek yang akan dipakai


Sementara kembali, diharapkan untuk siklus kerja
(PrePosition) berikutnya elemen
Gerakan bila satu gerakan
tangan mengarahkan
atau keduanya
Memakai (Use) U
dipakai untuk menggunakan alat
Merakit Gerakan untuk menggabungkan dua objek
A
atau lebih menjadi satu kesatuan
Melepas Lawan dari gerakan merakit. Biasanya
DA didahului oleh gerakan memegang dan
Rakitan diikuti oleh membawa atau melepaskan

Tabel 1.2 Gerakan Therblig yang Tidak Efektif


Therblig Simbol Deskripsi
Gerakan mata untuk menemukan lokasi objek
Mencari atau tangan mencari objek,dimulai ketika
S
(Search) mata atau tangan mencari objek dan berakhir
ketika objek ditemukan
Gerakan untuk memilih satu objek dari
Memilih beberapa objek(tercampur),dimulai ketika
SE/ST
(Select) mata/tangan mulai memilih dan berakhir
ketika objek yang diinginkan ditemukan
Gerakan mengarahkan objek pada
Mengarahkan tempatnya/lokasi yang ditentukan,
P
(Position) mengarahkan biasanya didahului oleh
gerakan mengangkut dan dikuti oleh gerakan
Memeriksa
merakit objek untuk mengetahui

Memeriksa apakah objek telah memenuhi syarat


I
(Inspection) tertentu. Elemen gerak ini berupa gerakan
melihat,meraba,mendengarkan dan kadang-
kadangmental
Proses merasadimana
denganoperator
lidah. berpikir untuk
Merencanakan menentukan tindakan yang akan diambil
PL/Pn
(Plan) selanjutnya.Waktu untuk gerakan ini lebih
sering terjadi pada seseorang pekerja baru.

Kelambatan yang kelambatan karena hal-hal yang terjadi diluar


UD
tak terhindarkan kemampuan pengendalian pekerja
Situasi yang tidak produktif selama bekerja
Kelambatan seperti merokok,mengobrol,dan lain-lain.
Yangdapat dihindari AD Untuk mengurangi kelambatan ini harus
(Avoidable Delay) meningkatkan kedisiplinan operator tanpa
harus merubah proses operasinya
Istirahat untuk
Waktu untuk memulihkan lagi kondisi badan
manghilangkan R
operator dari rasa lelah sesaat.
fatigue
Memegang tanpa menggerakan objek yang
dipegang tersebut.Perbedaan dengan
memegang(grasp) adalah pada perlakuan
Memegang untuk
H terhadap objek yang dipegang. Pada
memakai(Hold)
memegang(grasp), pemegangan dilanjutkan
dengan gerak membawa sedangkan
memegang untuk memakai tidak demikian.
E. Ekonomi Gerakan
Untuk memperoleh hasil kerja yang baik, suatu sistem kerja harus
dirancang dengan memadukan gerakan-gerakan yang benar dan ekonomis. Prinsip
gerakan yang seperti itulah yang disebut dengan “Prinsip Ekonomi Gerakan”, di
mana secara garis besar dihubungkan dalam tiga hal penting, yaitu:
1) Tubuh manusia dan pergerakannya
Prinsip ekonomi gerakan yang berhubungan dengan tubuh
manusia dan pergerakannya, antara lain:
a. Kedua tangan memulai dan mengakhiri pekerjaan secara bersamaan
b. Kedua tangan tidak menganggur secara bersamaan, kecuali pada
saat istirahat.
c. Gerakan kedua tangan akan lebih mudah jika satu terhadap lainnya
simetris dan berlawanan arah.
d. Gerakan yang patah-patah dan banyak perubahan akan
memperlambat gerakan tersebut.
e. Gerakan tangan atau badan sebaiknya dihemat.
f. Gerakan balistik akan lebih cepat, menyenangkan dan lebih teliti
daripada gerakan yang dikendalikan.
g. Usahakan sesedikit mungkin gerakan mata.
2) Pengaturan tata letak tempat kerja
Prinsip ekonomi gerakan yang berhubungan dengan pengaturan
tata letak tempat kerja, antara lain:
Peralatan dan bahan baku diambil dari tempat tertentu dan sifatnya tetap.
a. Bahan dan peralatan diletakkan pada tempat yang mudah dan cepat
untuk dicapai/dijangkau.
b. Bahan dan peralatan kerja disusun sedemikian rupa sehingga gerakan
dapat dilakukan dengan urutan yang baik.
3) Perancangan peralatan
Prinsip ekonomi gerakan yang berhubungan dengan
perancangan peralatan antara lain:
a. Peralatan dirancang multifungsi, mudah dipegang, dan disimpan.
b. Bila masing-masing jari harus berfungsi, maka beban harus
didistribusikan sesuai dengan kemampuan masing-masing jari.
F. Peta Kerja Keseluruhan
Peta kerja disebut juga Peta Proses atau Peta Aliran. Peta kerja ini adalah
cara tertua, termudah dan paling banyak digunakan untuk menyederhanakan
pekerjaan. Pembuatan peta kerja ini juga membutuhkan fasilitator berpengalaman
untuk hasil terbaik. Sebuah peta kerja secara visual menggambarkan urutan
pekerjaan untuk membuat sebuah produk termasuk juga di dalamnya waktu
siklus, persediaan dan informasi alat yang digunakan.

Lambang-Lambang dalam Peta Kerja yang digunakan antara lain:

Gambar 1.1 Lambang dalam Peta Kerja


1. Operasi
Suatu kegiatan operasi terjadi apabila benda kerja mengalami
perubahan sifat, baik fisik maupun kimiawi. Mengambil informasi
maupun menberikan informasi pada suatu keadaan juga termasuk
operasi. Operasi merupakan kegiatan yang paling banyak terjadi dalam
suatu mesin atau sistem kerja. Adapun contohnya seperti pekerjaan
menyerut kayu dengan mesin serut, pekerjaan mengeraskan logam,
pekerjaan merakit.
2. Pemeriksaan
Suatu kegiatan pemeriksaan terjadi apabila benda kerja atau peralatan
mengalami pemeriksaan, baik untuk segi kualitas maupun kuantitas.
Lambang tersebut digunakan jika terdapat pemeriksaan terhadap suatu
objek atau membandingkan objek tertentu dengan suatu
standar. Suatu pemeriksaan tidak menjuruskan bahan kearah menjadi
suatu barang jadi. Adapun contohnya seperti, mengukur dimensi
benda, memeriksa warna benda dan membaca alat ukur tekanan uap
pada suatu mesin uap
3. Transportasi
Suatu kegiatan transportasi terjadi apabila benda kerja, pekerja atau
perlengkapan mengalami perpindahan tempat yang bukan
merupakan bagian dari suatu operasi. Contohnya seperti, benda kerja
diangkut dari mesin bubut ke mesin skrap untuk mengalami operasi
berikutnya, dan suatu objek dipindahkan dari lantai atas menggunakan
elevator.
4. Menunggu
Proses menunggu terjadi apabila benda kerja, pekerja ataupun
perlengkapan tidak mengalami kegiatan apa-apa selain menunggu
(biasanya sebentar). Adapun contohnya objek menunggu untuk
diproses atau diperiksa, peti menunggu untuk dibongkar, bahan
menunggu untuk diangkut ke tempat lain dan penyimpanan
5. Penyimpanan
Proses penyimpanan terjadi apabila benda kerja di simpan untuk
jangka waktu yang cukup lama. Lambang ini digunakan untuk
menyatakan suatu objek yang mengalami penyimpanan
permanen, yaitu ditahan atau dilindungi terhadap pengeluaran
tanpa izin tertentu. Adapun contohnya seperti, dokumen-dokumen atau
catatan-catatan disimpan dalam brankas, bahan baku disimpan dalam
gudang.
6. Aktivitas ganda
Kegiatan ini terjadi apabila antara aktivitas operasi dan pemeriksaan
dilakukan bersamaan pada suatu tempat kerja.
G. Peta Kerja Keseluruhan
1 Peta Proses Operasi
Peta proses operasi adalah peta kerja yang mengambarkan urutan yang
terjadi  dalam masalah penyelesaiaan suatu pekerjaan dari awal sampai
menjadi produk  akhir. Peta Proses Operasi hanya menggambarkan
aktivitas bernilai tambah saja dalam proses pembuatan, oleh karena
itu penanganan material dan penyimpanan tidak digambarkan dalam peta
ini.
Dengan adanya informasi-informasi yang bisa dicatat melalui peta
proses operasi, dapat diperoleh beberapa manfaat diantaranya :
a. Bisa mengetahui kebutuhan akan mesin dan penganggarannya.
b. Bisa memperkirakan keburuhan akan bahanbaku(dengan memperhitung
kan efisiensi ditiap operasi/pemeriksaan).
c. Sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik.
d. Sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sdang dipakai.
f. Sebagai alat untuk latihan kerja.
g. Dan lain-lain.
Menggambar peta proses operasi dengan baik, ada beberapa prinsip yang
perlu diikuti sebagai berikut:
 Pertama-tama pada baris paling atas dinyatakan kepalanya Peta Proses
Operasi yang diikuti oleh identifikasi lain seperti: nama obyek, nama
pembuat peta, tanggal dipetakan, nomor peta dan nomor gambar.
 Material yang akan diproses diletakan diatas garis horizontal, yang
menunjukan bahwa material tersebut masuk ke dalam proses.
 Penomoran terhadap suatu kegiatan operasi diberikan secara berurutan
sesuaidengan urutan operasi yang dibutuhkan untuk pembuatan produk
tersebut atau sesuai dengan proses yang terjadi.
 Penomoran terhadap suatu kegiatan pemeriksaan diberikan secara
tersendiri dan prinsipnya sama dengan penomoran untuk kegiatan
operasi.

Gambar 1.2 Peta Proses Operasi

2 Peta Aliran Proses


Peta Aliran Proses dalam Teknik Industri adalah gambaran secara
grafik dan simbol yang menggambarkan kegiatan pembuatan yang
dilakukan pada benda kerja, dan menjelaskan urutan-urutan operasi dalam
proses produksi. Pada umumnya termasuk Operasi, Pemeriksaan,
Transportasi, Penyimpanan dan Keterlambatan (Delay). Peta aliran proses
ini dibagi kedalam beberapa kelompok antara lain yaitu :
 Peta aliran proses tipe bahan yaitu peta yang mengambarkan
kejadian yang dialami bahan dalam suatu proses atau prosedur
operasi.
 Peta aliran proses tipe orang pada dasarnya dibagi menjadi 2
bagian, yaitu:
 Peta aliran proses pekerja yang mengambarkan aliran kerja seorang
operator.
 Peta aliran proses pekerja yang mengambarkan aliran kerja
sekelompok manusia. (Sutalkasana, 2006)

Gambar 1.3 Contoh Peta Aliran Proses

3 Peta Perakitan
Assembly Process Chart (APC) menurut Sutalaksana (1979)
merupakan peta yang menggambarkan langkah-langkah proses perakitan
yang akan dialami komponen berikut pemeriksaannya dari awal sampai
produk jadi selesai. APC atau peta proses perakitan memiliki beberapa
manfaat diantaranya dapat menentukan kebutuhan operator, mengetahui
kebutuhan tiap komponen, untuk menentukan tata letak fasilitas, dan
membantu menentukan perbaikan cara kerja.
Peta Proses Perakitan pada prinsipnya berlawanan dengan Peta
Proses Operasi. Peta ini menunjukkan hubungan antara bagian/komponen
yang digunakan (dalam satuan), komponen tambahan dan waktu yang
dibutuhkan untuk merakitnya. Pada bagian akhir peta, akan terlihat
produk yang sudah dirakit.
Gambar 1.4 Contoh Peta Proses Perakitan

4 Diagram Alir
Diagram alir merupakan satu gambaran menurut skala, dari susun
lantai dan gedung. Menunjukan lokasi dari semua aktivitas yang terjadi
dalam peta aliran proses.

Gambar 1.5 Contoh Diagam Alir


H. Peta Kerja Setempat

A. Peta Tangan Kiri Tangan Kanan

Gambar 1.6 Contoh Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan

Peta Tangan Kiri dan Tanga Kanan menggambarkan kontribusi tangan


kanan dan tangan kiri seorang pekerja dan keseimbangan beban kerja antara
tangan kanan dan tangan kiri.Peta ini merupakan metode yang sangat efektif
untuk menganalisa sebuah pekerjaan yang dikerjakan oleh seorang pekerja dan
sangat membant u ntuk memperbaiki pekerjaan tersebut.

B. Peta Tangan Kiri Tangan Kanan


Dua kolom yang menggambarkan aktivitas ganda berupa langkah- langkah
yang dilakukan oleh operator dan operasi yang dikerjakan oleh mesin, dan
menunjukkan hubungan waktu menganggur dan waktu produktif antara
keduanya.
Gambar 1.7 Contoh Peta Pekerja dan Mesin

I. Seven Tools
Seven tools merupakan tujuh alat bantu yang dapat digunakan untuk
menganalisis permasalahan dengan sebaik-baiknya dengan menelusuri berbagai
kemungkinan penyebab persoalan dan memperjelas kenyataan atau fenomena
yang otentik dalam suatu persoalan. Seven tools terdiri dari:
1. Lembar Pengamatan (Check Sheet)
Lembar isian (check sheet) merupakan alat bantu untuk memudahkan dan
menyederhanakan pencatatan data. Bentuk dan isinya disesuaikan dengan
kebutuhan maupun kondisi kerja yang ada. Untuk mempermudah proses
pengumpulan data maka perlu dibuat suatu lembar isian, dengan
memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Maksud pembuatan harus jelas. Dalam hal ini harus diketahui


informasi yang jelas dan apakah data yang nantinya diperoleh cukup
lengkap sebagai dasar untuk mengambil tindakan atau tidak.
2. Stratifikasi harus sebaik mungkin
3. Dapat diisi dengan cepat, mudah dan secara otomatis bisa
segera dianalisis. Jika perlu, dicantumkan gambar dan produk
yang akan diperiksa

Gambar 1.8 Contoh Check sheet

2. Histogram
Histogram adalah grafik batang yang menggambarkan distribusi data. Adapun
karakteristik histogram adalah histogram menjelaskan variasi proses, namun
belum mengurutkan rangking dari variasi terbesar sampai dengan yang
terkecil.

 Gambar bentuk distribusi (cacah) karakteristik mutu yang dihasilkan


oleh data yang dikumpulkan melalui check sheet.
 Histogram juga menunjukkan kemampuan proses, dan
apabila memungkinkan, histogram dapat menunjukkan hubungan
dengan spesifikasi proses dan angka-angka nominal, misalnya rata-
rata.Dalam histogram, garis vertikal menunjukkan banyaknya
observasi tiap-tiap kelas.

Menurut Mitra (1993), langkah penyusunan histogram adalah:

1. Menentukan batas-batas observasi. Tentukan perbedaan antara nilai


terbesar dan terkecil (range).
2. Memilih kelas-kelas atau sel-sel. Dimana banyaknya kelas = √n dengan n
merupakan banyaknya data
1. Menentukan lebar kelas-kelas tersebut dengan rumus berikut

2. Menentukan batas-batas kelas.Kelas-kelas tersebut tidak saling


tumpang tindih
3. Menggambar frekuensi histogram dan menyusun diagram
batangnya

Gambar 1.9 Contoh Histogram

3. Stratifikasi (Run Chart)


Run chart adalah variasi lain dari scatter plot, yang nilai pada
sumbux-nya adalah skala waktu seperti menit, jam, hari dan sebagainya.
Beda yang lainnya lagi dibandingkan dengan scatter plot adalah bahwa
pada run chart titik plot biasanya dihubungkan dengan garis-garis. Run
chart adalah grafik yang memvisualisasikan nilai suatu variabel terhadap
waktu.
Misalkan data pengukuran berat susu kental manis kemasan kaleng
yang disampling dan ditimbang setiap harinya pada jam yang sama adalah
sebagai berikut,anggaplah bahwa setiap hari ditarik 5 contoh dan nilai
rataan yang ditabulasi:
Gambar 1.10 Contoh Rataan Tabulasi
Grafik Run chart akan terlihat sebagai berikut :

Gambar 1.11 Contoh Run chart 1


Jika berat yang diinginkan sebagai standar proses produksi adalah 264
gram, yang juga merupakan nilai berat yang akan dicantumkan atau dituliskan
pada label, ditandai didalam run chart berupa garis lurus, maka run chart pada
Gambar diatas akan terlihat seperti :

Gambar 1.12 Contoh Run chart 2

Jika penandaan dengan bantuan garis pada nilai tengah yaitu 264 dapat
dilakukan, maka sekarang timbul pertanyaan bagaimana jika batas maksimum
berat, misalkan 267 gram dan nilai minimal yang dibolehkan, misalkan: 261 gram
juga ditandai di dalam grafik.
4. Diagram Pareto
Diagram pareto dikenal sebagai gambaran pemisah unsur penyebab
yang paling dominan dari unsur-unsur penyebab lainnya dari suatu
masalah. Diagram Pareto ini merupakan suatu diagram yang mengurutkan
klasifikasi data dari kiri ke kanan menurut urutan ranking tertinggi hingga
terendah.
Hal ini dapat membantu menemukan permasalahan yang terpenting untuk
segera diselesaikan (ranking tertinggi) sampai dengan yang tidak harus
segera diselesaikan (ranking terendah). Selain itu, diagram pareto
juga dapat digunakan untuk membandingkan kondisi proses, misalnya
ketidaksesuaian proses, sebelum dan setelah diambil tindakan perbaikan
terhadap proses. Adapun penyusunan diagram pareto meliputi 6 (enam)
langkah, yaitu:
1. Menentukan metode atau arti dari pengklasifikasian data,
misalnya berdasarkan masalah, penyebab jenis ketidaksesuaian, dan
sebagainya.
2. Menentukan satuan yang digunakan untuk membuat urutan
karakteristik- karakteristik tersebut, misalnya frekuensi, unit, dan
sebagainya.
3. Mengumpulkan data sesuai dengan interval waktu yang telah
ditentukan.
4. Merangkum data dan membuat rangking kategori data tersebut dari
yang terbesar hingga yang terkecil.
5. Menghitung frekuensi kumulatif atau persentase kumulatif yang
digunakan.
6. Menggambar diagram batang, menunjukkan tingkat kepentingan
relatif masing- masing masalah.

Selain itu Diagram Pareto ini mempunyai beberapa Prinsip yaitu :


1. Ahli ekonomi Italia, Vilfredo Pareto (1848-1923), mengatakan
bahwasannya 20% dari populasi memiliki 80% dari total kekayaan
2. Joseph Juran mengistilahkan “vital few, trivial many” dimana 20%
dari masalah kualitas menyebabkan kerugian sebesar 80%. Sebagian
besar masalah defect, hanya disumbang oleh sebagian kecil
penyebab utama, dimana sebagian kecil penyebab utama ini
merupakan vital few.
Gambar 1.13 Contoh Diagram Pareto

5. Diagram Sebab dan Akibat


Istilah lain dari Fishbone Diagram adalah Diagram Ishikawa,
dikembangkan oleh Kaoru Ishikawa, seorang pakar kendali mutu. Sering kali
disebut sebagai fishbone diagram dikarenakan bentuknya yang menyerupai
tulang ikan. Fishbone diagram merupakan salah satu alat pengendali mutu
yang fungsinya untuk mendeteksi permasalahan yang terjadi dalam suatu
proses industri.
Fishbone diagram dalam penerapannya digunakan untuk
mengidentifikasi faktor-faktor yang menjadi penyebab utama
permasalahan. Diagram ini sangat praktis dilakukan dan dapat
mengarahkan satu tim untuk terus menggali sehingga menemukan
penyebab utama atau akar suatu permasalahan. Akar penyebab terjadinya
masalah ini memiliki beragam variabel yang berpotensi menyebabkan
munculnya permasalahan.
Langkah-langkah membuat Fishbone Diagram adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi akibat atau masalah.
2. Mengidentifikasi berbagai kategori sebab utama.
3. Menemukan sebab-sebab potensial dengan cara sumbang saran.
4. Mengkaji kembali setiap kategori sebab utama.
5. Mencapai kesepakatan atas sebab-sebab yang paling memungkinkan.
Apabila masalah dan penyebab sudah diketahui secara pasti, maka tindakan
(action) dan langkah perbaikan akan lebih mudah dilakukan. Dengan diagram ini,
semuanya menjadi lebih jelas dan memungkinkan kita untuk dapat melihatsemua
kemungkinan penyebab dan mencari akar permasalahan sebenarnya.

Gambar 1.14 Contoh Fishbone


6. Peta Kendali (Control Chart)
Peta kendali (control chart) adalah suatu grafik dengan batasan–batasan
yang digunakan untuk memonitor apakah suatu aktivitas dapat diterima
sebagai proses yang terkendali. Dalam peta kendali (control chart) terdapat
nilai-nilai yang menjadi batasan yang disebut Batasan Kontrol Atas (BKA)
dan Batas Kontrol Bawah (BKB). Jika terdapat nilai yang melebihi batasan,
maka data dianggap tidak layak dan harus diganti dengan data yang baru.

Gambar 1.15 Contoh Control Chart

7. Diagram Sebar (Scatter Diagram)


Merupakan cara yang paling sederhana untuk menentukan hubungan
sebab- akibat dari dua variabel yaitu variabel dependen Y dan variable
independen X. Arah korelasi dapat dalam bentuk proporsional
(korelasi positif), invers (korelasi negatif) atau pola korelasi mungkin
tidak ada (nol korelasi).

Gambar 1.16 Contoh Scatter Diagram

2.1.6 Hasil Analisis Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan


1. Hasil Analisis sebelum Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Pada
Lego
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
pada saat melakukan perakitan lego yang pertama kali cukup memerlukan
waktu yang cukup lama dikarenakan tidak adanya petunjuk dalam
melakukan perakitan lego serta ada beberapa komponen lego yang hilang
atau tidak ada. Sehingga waktu yang diperlukan untuk merakit lego
pertama kali ini adalah 684 detik dan pada saat pertama kali merakit lego
seluruh komponen lego yang berada diatas meja belum teratur sehingga
total jarak untuk tangan kanan 190 cm dan tangan kiri 60 cm.

2. Hasil Analisis sesudah Peta Tangan Kiri dan Tangan Kanan Pada
Lego
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa
pada saat melakukan perakitan lego yang kedua kali waktu yang
digunakan lumayan cepat yaitu 142 detik karena sudah melewati beberapa
perakitan lego dan komponen-komponen lego sudah teratur diatas meja
sehingga total jarak jangkauan tangan kanan 220 cm dan tangan kiri 300
cm.
Tabel 1.1 Tabel Checksheet pada perakitan lego dengan waktu 60 menit

Chec ksheet
Dipetakan Oleh : Balqis Anwar
No. Tools : 01
Tanggal di petakan : 23 April 2021

Siklus Total
Kendala

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Tidak ada
petunjuk
I                           1
penyusunan
lego
Ada beberapa
komponen yang II II I I I I I I I I I I I 15
tidak lengkap
Komponen lego
III II I   I I II I I III I I I I 19
tertukar
Komponen lego
jatuh dari meja   I   I I    I    I I   I I 8
perakitan

Komponen lego IIII II II II I  I   I   II I  I   I 18


tidak sesuai
Sumber : Data Hasil Praktikum,2021

Tabel 1.2 Tabel Checksheet pada perakitan lego dengan waktu 30 menit
Chec ksheet

Dipetakan Oleh : Balqis Anwar


No. Tools : 01
Tanggal di petakan : 23 April 2021

Siklus Total
Kendala

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14  

Tidak ada petunjuk I                           1


penyusunan lego
Ada beberapa
komponen yang tidak II I I I I I I I I I I I I I 15
lengkap

Komponen lego
II II I   I I II I I I I I II I 17
tertukar

Komponen lego jatuh I II   I     I   I I   I II 11


dari meja perakitan I 

Komponen lego tidak III I II I I I   I   III   I  I I 16


sesuai
Sumber : Data Hasil Praktikum,2021

Histogram
Dipetakan Oleh : Balqis Anwar
No. Tools : 02
Tanggal di petakan : 24 April 2021

Histogram 60 menit
7
Waktu Perakitan (menit)

6
5
4
3
2
1
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Perakitan Lego

Gambar 1.17 Histogram pada perakitan lego dengan waktu 60 menit


Histogram

Dipetakan Oleh : Balqis Anwar


No. Tools : 02
Tanggal di petakan : 24 April 2021

6.0
Histogram 30 menit
Waktu Perakitan (menit)

5.0

4.0

3.0

2.0

1.0

0.0 Histogram 30 menit


1 6.02 3 4 5 6 7
5.0 Perakitan Lego

4.0
Gambar 1.18 Histogram pada perakitan lego dengan waktu 30 menit
Waktu Perakitan (menit)

3.0

2.0

1.0

0.0
1 2 3 4 5 6 7
Perakitan Lego
Tabel 2.19 Fishbone
Fishbone
Dipetakan Oleh : Balqis Anwar
No. Tools : 05
Tanggal di petakan : 24 April 2021

Manusia Lingkungan
Manusia Lingkungan yang kotor
Pencahayaan yang kurang
- Kondisi fisik yang
kurang stabil Suhu yang panas
- Kurang konsentrasi Tempat yang kurang ergonomis

Terhambatnya
Proses
Perakitan
Lego
Kurangnya alat/bahan yang disediakan dalam melakukan
perakitan sehingga terhambatnya waktu dalam proses
pengerjaan

Tidak adanya petunjuk perakitan lego

Alat

Data diatas merupakan analisis selama waktu praktikum dalam. Diagram


ini di identiffikasi akibat dan masalah dalam praktikum, kemudian
mengidentifikasi kategori berbagai sebab akibat, sebab-sebab potensial dan
kategori sebab utama. Dalam data ini ditemukan berbagai masalah dari segi
lingkungan, manusia dan alat sehinga menyebabkan terhambatnya waktu dalam
perakitan lego.
1. Faktor Lingkungan
 Pencahayaan
Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi karyawan guna
mendapatkan keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh sebab itu perlu
diperhatikan adanya pencahayaan yang terang tetapi tidak menyilaukan.
Cahaya yang kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak
mengalami kesalahan dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam
melaksanakan pekerjaan.
 Kebersihan
Salah satu hal yang dapat menghabat dalam melakukan pekerjaan yatu
kebersihan, apabila dalam suatu ruangan kerja tidak besih maka akan
menganggu konsentrasi pekerja apalagi kalau lingkungan kerja telah
tercemar sehingga menimbulkan bau yang tidak enak, itu cukup menganggu
para pekerja.
 Kebisingan
Salah satu hal yang menghambat pekerjaan adalah kebisingan, yaitu bunyi
yang tidak di kehendaki oleh telinga. Hal tersebut dapat menganggu
ketengangan bekerja, merusak pendengaran dan menimbuklkan kesalahan
komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius bisa
menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka
suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat
dilakukan dengan efisiensi sehingga produktifitas kerja meningkat.
2. Faktor Manusia
Ada beberapa factor psikologi dalam lingkungan kerja yang mempengaruhi
perilaku kerja dari setiap para pekerja yaitu : lingkungan kerja, konflik,
komunikasi, factor biologis, pengalaman pribadi, perselisihan pribadi atau
antar kelompok, desakan waktu, dan pekerjaan terlalu berlebihan.
3. Alat
Pada pekerjaan alat juga sangat berpengaruh pada pekerjaan. Hal-hal yang
mempengaruhi yaitu semacam suatu alat kurang bersih. Alat kurang dan alat
rusak. Hal tersebut dapat menghambat kegiatan kerja

Anda mungkin juga menyukai