Diagnosis Dan Pengelolaan Syok Pada Dewasa
Diagnosis Dan Pengelolaan Syok Pada Dewasa
pada Dewasa
dr. Bambang Suryono, Sp.An-KIC, KNA
Bagian/SMF Anestesiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Gadjah Mada/RSUP Dr Sardjito
PENDAHULUAN sekunder.
(3)
Special Topic I
berbagai bidang ilmu kedokteran dan
aspek syok mulai dari definisi hingga multi sektoral. Langkah awal
terapi masih kontroversial dan akan terus penatalaksanaan syok adalah mengenal
berubah sesuai dengan perkembangan diagnosis klinis secara dini, oleh karena
(1)
ilmu kedokteran. Pada awalnya syok manajemen syok harus memperhatikan
dikenal dalam dunia kedokteran “The Golden Period”, yaitu jangka waktu
digambarkan sebagai “a rude unhanging of dimana hipoksia sel belum menyebabkan
machinery of life” selanjutnya paradigma “cummulative oxygen deficit” melebihi
syok terus berkembang dengan 100-125 ml/kg atau kadar aterial laktat
pendekatan dari berbagai macam aspek, mencapai 100 mg/dl. Secara empiris satu
yaitu aspek sistem, fungsi, terpadu dan jam pertama sejak onset dari syok adalah
komprehensif, untuk menjadikan batas waktu maksimal untuk
manajemen syok sebagai “time saving is mengembalikan sirkulasi yang adekuat
life saving”. kembali.
(3)
Dua manifestasi klinis yang
Banyak definisi syok sering muncul pada syok adalah
mencerminkan beragam kompleksitas hipotensi dan asidosis metabolik, tetapi
yang tidak diketahui secara pasti tentang penurunan tekanan sistolik bukanlah
patofisiologi syok oleh karena indikator utama syok, sebab patokan
mekanisme di tingkat seluler yang tersebut akan menjadikan keterlambatan
senantiasa berubah dengan bertambah diagnosis. Setelah dapat menguasai “life
majunya informasi. Fakta terkini tentang support measure” yang meliputi
pokok masalah pada syok adalah semua “Airway-Breathing-Circulation dan Brain
jenis syok sangat erat kaitannya dengan Support”, langkah penting selanjutnya
terjadinya hipoksia sel dan jaringan baik adalah mengatasi kausal syok dengan
dengan penyebab primer maupun terapi definitif yang tepat.
(3)
Special Topic I
Syok diklasifikasikan berdasarkan etiologi, penyebab dan karakteristik
pola hemodinamik yang ditimbulkan.
1. Syok Hipovolemik
Kegagalan perfusi dan suplai oksigen disebabkan oleh hilangnya sirkulasi
volume intravaskuler sebesar >20-25% sebagai akibat dari perdarahan akut,
dehidrasi, kehilangan cairan pada ruang ketiga atau akibat sekunder dilatasi
(6,7)
arteri dan vena. Hal ini menyebabkan turunnya aliran balik darah, volume
jantung semenit, dan volume sekuncup (preload), sehingga terjadi perluasan
ruang vaskuler. Kondisi ini menyebabkan penurunan aliran darah koroner
dengan segala akibatnya.
2. Syok Kardiogenik
Kegagalan perfusi dan suplai oksigen disebabkan oleh adanya kerusakan
primer fungsi atau kapasitas pompa jantung untuk mencukupi volume jantung
semenit, berkaitan dengan terganggunya preload, afterload, kontraktilitas,
frekuensi ataupun ritme jantung. Penyebab terbanyak adalah infark myokard
(4,6,7,11)
akut, keracunan obat, infeksi/inflamasi, gangguan mekanik.
3. Syok Distributif
Kegagalan perfusi dan suplai oksigen disebabkan oleh menurunnya tonus
vaskuler mengakibatkan vasodilatasi arterial, penumpukan vena dan
redistribusi aliran darah. Penyebab dari kondisi tersebut terutama komponen
vasoaktif pada syok anafilaksis; bakteria dan toksinnya pada septik syok sebagai
(3,5,8)
mediator dari SIRS; hilangnya tonus vaskuler pada syok neurogenik.
4. Syok Obstruktif
Kegagalan perfusi dan suplai oksigen berkaitan dengan terganggunya
Special Topic I
sakit gawat. Pasien yang tidak respon pada pengobatan harus tes untuk
insufisiensi adrenal.
A. Tanda vital. Detak jantung, tekanan darah, suhu, produksi urine dan
oksimetri nadi. Pengukuran tradisional untuk menetapkan syok masih
dipakai di klinik. Pasien dengan tanda vital normal atau mendekati normal,
terdapat 50-85% masih syok.
1. Detak jantung.
a. Takikardi adalah tanda awal pada bermakna hilangnya cairan pada
syok
b. Detak jantung pada pasien muda atau pemakai β-bloker mungkin
tidak naik
c. Bradikardi setelah hipotensi berkepanjangan mencegah kollap
kardiovaskular
2. Tekanan darah
a. Hipotensi dan penyempitan tekanan denyutan (pulse pressure)
adalah tanda hilangnya cairan yang berat dan syok
b. Tekanan arteri rerata (MAP) merupakan penunjuk terapi lebih baik
Special Topic I
5. Oksimetri denyutan. Diukur kontinyu dan indikator awal hipoksemia,
tetapi tak berlaku pada pasien hipothermia
Special Topic I
1. Oxygen delivery index (DO2) = kandungan oksigen arteri x indeks
jantung [ DO2=CaO2 x CI x 10 dl/L ]
2. Kandungan oksigen arteri CaO2 = (1.34 x Hb x SaO2) + (PaO2 x 0.003)
3. Kandungan oksigen vena CvO2 = (1.34 x Hb x SvO2) + (PvO2 x 0.003)
4. Indeks konsumsi oksigen (VO2) = (CaO2 – CvO2)
VO2 = (1.34 x Hb x SaO2-SvO2) x CI x 10 dl/L
5. Ratio ekstraksi oksigen (OER) = VO2/DO2 normal 25%
6. Pengukuran SvO2 kontinyu (tersedia pada PAC khusus) akan
mendeteksi awal kenaikan VO2 (pada SvO2 rendah) dan mungkin perlu
meningkatkan kemampuan pemuatan oksigen dengan transfusi atau
meningkatkan CI. SvO2 tinggi adalah menunjukkan awal sepsis, SIRS
dan/atau cirrhosis dan tidak menggambarkan kerusakan pemakaian
oksigen pada tingkat sel (mitochondria).
2. Defisit basa : adalah jumlah basa diperlukan untuk titrasi total volume
darah menjadi pH normal.
Terjadinya kenaikan defisit basa berhubungan dengan beratnya syok.
3. Pemantauan pH intramukosal : organ mesenterik akan mengalami
hipoperfusi lebih awal dan lebih berat pada syok.
Syok Hipovolemik
Penyebab syok hipovolemik terdiri dari kausa hemoragik eksternal atau internal
(fraktur tl.panjang, retroperitoneal bleeding dan hematothorax), maupun
nonhemoragik, yaitu kehilangan cairan dari saluran GIT, saluran urinaria, kulit
Special Topic I
atau kebocoran kapiler pada inflamasi dan sepsis. Tingkat keparahan syok
hipovolemik berdasarkan fungsi defisit volume cairan, laju kehilangan cairan
(6)
dan status premorbid pasien akibat kehilangan cairan. Menurut Beecher, syok
hipovolemik dibagi atas 4 derajat berdasarkan perkiraan hilangnya darah
(4,12,13)
estimated blood loss (EBL), yang digambarkan pada laki-laki dewasa 70 kg BB
(tabel 1)
Kulit dingin,
pucat,
pucat basah pucat,
diaforesis
sianosis
Metab oli Tidak syok Presyok/ Syok, Stadium
k/ syok hipoksemia, Preterminal
hemodina ringan asidosis
mik metabolik,
vasokonstriksi
Syok Kardiogenik
Gambaran klinis syok kardiogenik tampak sama dengan gejala klinis
syok hipovolemik, disertai adanya disritmia, bising jantung, gallop. Terdapat
Special Topic I
gejala penyerta faktor predisposisi resiko syok karena infark myokard antara
lain: umur, Diabetes mellitus, riwayat angina, gagal jantung kongestif, infark
anterior. Tanda awal iskemi jantung akut yaitu nyeri dada, sesak nafas,
diaforesis, gelisah dan ketakutan, nusea dan vomiting dan gangguan sirkulasi
lanjut menimbulkan berbagai disfungsi end organ.(6,11) Edema paru diketahui
dengan keluhan sesak nafas, sianosis sentral, terdapat ronkhi paru, krepitasi
perikardial ataupun wheezing. Beberapa tipe penyebab kardiogenik syok selain
iskemia miokard antara lain: kardiomiopati, aorta stenosis, aorta regurgitasi,
stenosis mitral, regurgitasi mitral dengan pemeriksaan klinis masing-masing
sesuai tabel. (15)
Syok Distributif
Syok Septik
Gejala klinis syok septik tak dapat dilepaskan dari keadaan sepsis sendiri
berupa sindroma reaksi inflamasi sistemik (SIRS) dimana terdapat dua gejala
atau lebih: 1. temperatur >380 C atau < 360 C, 2. heart rate >90x/mnt, 3. frekuensi
nafas >20x/mn atau PaCO2 < 4,3 kPa, 4. Lekosit >12.000 sel/mm3 atau < 4000
3 (6,8,12)
sel/mm atau >10% bentukimatur.
Syok septik adalah sindroma sepsis disertai hipotensi dan gangguan
perfusi. Tekanan sistolik < 90 mmHg atau turun > 40 mmHg dari tekanan basal
tanpa sebab jelas. Terdapat dua fase sindroma klinis yaitu warm shock and cold
shock (tabel 4).
Sepsis lanjut diakhiri dengan kerusakan target organ berupa Multiple
Organ System Failure (MOSF), antara lain ARDS dengan gejala dispneu,
hipoksemia, infiltrat pulmo difus, kompliance pulmo, permeabilitas vaskuler
paru, shunting (pintasan paru). Dengan adanya MOSF ataupun kombinasi
beberapa syok yang terjadi bersamaan, terutama antara syok septik dan
Special Topic I
(6,8)
hipovolemik maka gejala septik syok akan sangat bervariasi.
(8)
Tabel 3. Gejala Syok Septik menurut fase
Fase syok septik Gejala klinis
Awal: status hiperdinamik Vasodilatasi perifer: nadi cepat dan besar,
= Warm Shock demam, ekstremitas hangat, kemerahan.
CO ↑, SVR ↓ (24j) Hipotensi: mual, muntah, menggigil, takipneu
Lanjut = Cold shock Vasokonstriksi, kulit dingin, basah, hipotermi,
CO ↓, RR ↑, alkalosis resp. hipoksemia, sianosis, asidosis laktat, oliguri,
penurunan kesadaran terutama penderita tua,
depresi myokard, MSOF(ARD S)
Syok Anafilaktik
Syok anafilaktik adalah hipotensi yang merupakan bagian dan sindroma
klinis reaksi imunologis antibody-mediated bersifat sistemik. Gejala klinis
timbul setelah kontak dengan antigen dari beberapa detik sampai beberapa jam
dengan manifestasi klinis yang berbeda-beda dalam berat ringannya, lama
serangan maupun perjalanan penyakitnya (dapat mengenai satu sistem atau
lebih). Tingkat keparahan klinis tergantung pada rute masuknya dan dosis
antigen.(4,6,7,9,13,16)
Efek klinis anafilaktik mengenai sistem pernafasan dan sistem sirkulasi.
Terjadi edem hipofaring dan laring, konstriksi bronkus dan bronkiolus, disertai
hipersekresi mukus, dimana semua keadaan ini menyebabkan spasme dan
obstruksi jalan nafas akut dengan gejala: dispneu, wheezing, gagal nafas akut. (6,8)
Mediator terpenting syok anafilaksis adalah histamin, menyebabkan
vasodilatasi arteriol, dan peningkatan permiabilitas vaskuler sehingga terjadi
hipotensi. Hal ini diperberat dengan adanya angioedem yang terjadi di kulit
(flushing, urtika, eritema) dan organ visera. Turunnya perfusi koroner akibat
hipotensi ataupun pacuan reseptor H1(histamin) pada arteri koroner juga akan
menimbulkan spasme arteri dan depresi myokard dengan gejala angina dan
takikardi.(4,16)
Efek substansi mediator primer pada rangkaian konstriksi otot polos
menyebabkan gangguan sistem gastrointestinal berupa nausea, vomiting, kram
abdomen dan diare. Pada sistem renal timbul gejala hematuri yang disebabkan
proses hemolisis. Akibat syok lebih lanjut adalah gangguan perfusi ke SSP
menyebabkan turunnya kesadaran. Apabila masuk pada fase syok maka akan
Special Topic I
memberikan gejala seperti syok hipovolemik. Kematian disebabkan oleh
keadaan syok ataupun obstruksi jalan nafas.(6,3,16)
Syok Neurogenik
Sering terjadi pada cervical atau high thoracic spinal cord injury. Gejala klinis
hipotensi disertai bradikardi. Gangguan neurologist : paralisis flasid, refleks
extremitas hilang dan priapismus.
Syok Obstruktif
Gejala klinis yang tampak hampir sama dengan syok kardiogenik dan
hipovolemik. Gejala klinis juga tergantung etiologi penyebabnya, yang sering
terjadi adalah tromboemboli paru, tamponade jantung, obstruksi
arterioventrikuler, tension pneumothorax.
Faal jantung pada fase permulaan normal, tetapi terdapat penurunan venous
return karena obstruksi. Pada fase selanjutnya akan tampak kelelahan, cemas,
sinkop, pucat, berkeringat dingin, hipotensi, takikardi, angina, distres respirasi,
pulsus paradoksus (turunnya tekanan sistolik ≥ 10 mmHg pada inspirasi
spontan), pernafasan Kussmaul. Gejala ini akan berlanjut sebagai tanda-tanda
akut kor pulmonal dan payah jantung kanan: pulsasi vena jugularis, gallop,
bising pulmonal, aritmia..
Karakteristik manifestasi klinis tamponade jantung: suara jantung menjauh,
pulsus altemans, JVP selama inspirasi. Sedangkan Emboli pulmonal: dispneu
mendadak, nyeri dada substernal, disritmia jtg, ggal jantung kongesti, EKG
terdapat strain ventrikel kanan.(17)
Special Topic I
tas Airway dispneu,angina, mual, triptas
gg kesadaran e, IgE
Septi SVR ↓ FI:Demam,gigil,ku Takikardi/kuat, Kultur
k lit hangat, merah oliguri &sensi
F II = cold shock gamb. ggn. Berbagai tivitas
organ vital gagal nfs ,
perubahan st.mental
Obstr V.Return lelah, sinkop, Suara jtg jauh, x- foto
uktif ↓ pucat, hipotensi, pulsus EKG
ok.obstruk cemas,angina, alternans, WPT,
si keringat dingin, disritmia, gagal
sesak nafas jantung kanan
mendadak
PEMANTAUAN SYOK
Pemantauan yang dibutuhkan pada syok meliputi monitor rutin ataupun
non-rutin untuk mengevaluasi hemodinamik, respirasi dan metabolik, serebral;
(4,8,12).
tak ada parameter klinis yang spesifik pada syok Monitor Hemodinamik
dapat berupa monitor non invasif maupun invasif. Invasif terutama diperlukan
pada pemberian agen vasoaktif guna resusitasi atau terapi suportif
kardiovaskuler.
1. Kardiovaskuler
Penilaian Klinis : Tekanan darah kontinyu, Nadi (amplitudo
dan ritme), perfusi perifer
Monitoring noninvasif : Suhu, EKG, Ekokardiografi
Monitoring invasif : Tekanan darah intraarteri, CVP, produksi
urin, kateterisasi arterial
2. Respirasi
Penilaian Klinis : Laju, pola dan ritme nafas
Monitor : Pulse oksimetri, kapnografi, x-foto thorax, analisa
Gas darah,spirometri
3. Metabolik
Hematologi : Darah rutin, darah serial (3-4jam pertama), faktor
koagulasi dan gangguan pembekuan
Biokimia : Urin rutin & sedimen, asam-basa, laktat darah,
ureum/kreatinin, elektrolit darah, gula darah, ensim
jantung, test fungsi hati
Special Topic I
Mikrobiologi : Kultur darah (urin, sputum, LCS), sensitifitas test
4. Serebral : Glasgow Coma Scale, CT-Scan, EEG,
Neuroimaging (MRI)
1 Pengenalan dan restorasi yang cepat dari perfusi adalah kunci pencegahan
disfungsi organ-multipel dan kematian. Pada semua bentuk syok,
menejemen jalan nafas dan pernafasan untuk memastikan oksigenasi pasien
adalah baik, kemudian restorasi cepat dengan infus cairan. Pilihan petama
adalah kristaloid (Ringer laktat/Ringer asetat) diisusul darah pada syok
perdarahan. Pengobatan syok sebelumnya didahului dengan penegakan
diagnosis etiologi. Diagnosis awal etiologi syok adalah essensial, kemudian
terapi selanjutnya tergantung etiologinya.
2 Syok hipovolemik
a. Infus cepat kristaloid untuk ekspansi volume intravaskuler melalui
kanula vena besar (dapat lebih satu tempat) atau melalui vena sentral.
Pada perdarahan maka dapat diberikan 3-4 kali dari jumlah perdarahan.
Setelah pemberian 3 liter disusul dengan transfusi darah. Secara
bersamaan sumber perdarahan harus dikontrol.
b. Resusitasi tidak komplit sampai base excess dan serum laktat kembali
normal. Pasien syok hipovolemik berat dengan resusitasi cairan akan
terjadi penumpukan cairan di rongga ketiga.
c. Vasokonstriksi jarang diperlukan pada syok hipovolemik murni.
Special Topic I
b. Optimalkan kontraktilitas jantung dengan inotropes sesuai keperluan,
seimbangkan kebutuhan oksigen jantung. Dapat dipakai dobutamin,
amrinone dan obat vasoaktif lain.
c. Sesuaikan pascabeban untuk memaksimalkan CO. Dapat dipakai
vasokonstriktor bila pasien hipotensi dengan SVR rendah. Pasien syok
kardiogenik mungkin membutuhkan vasodilatasi untuk menurunkan
SVR, tahanan pada aliran darah dari jantung yang lemah. Dapat dipakai
nitroprusside dan nitroglycerin.
d. Diberikan diuretik bila jantung dekompensasi
e. PAC dianjurkan dipasang untuk penunjuk terapi
f. Penyakit jantung yang mendasari harus diidentifikasi dan diobati.
5 Syok distributif
a. Pada SIRS dan sepsis, bila terjadi syok ini karena toksin atau mediator
penyebab vasodilatasi. Pengobatan berupa resusitasi cairan segera dan
setelah kondisi cairan terkoreksi, dapat diberikan pressor untuk
mencapai MAP optimal. Sering terjadi pressor dimulai sebelum
prabeban adekuat tercapai. Perfusi jaringan dan oksigenasi sel tidak
akan optimal kecuali bila ada perbaikan prabeban.
b. Dapat dipakai dopamin, nor-epinephrine dan vasopressin
c. Dianjurkan pemasangan PAC
d. Pengobatan kausal dari sepsis.
Special Topic I
ventilator)
Laktat serum Pulihkan pH normal dan monitor perbaikan Asidosis
laktat
Urine Pertahankan keluarnya urine = 0.5 ml/kg/jam
Glukose serum Pertahankan = 110 g/dl
Ventilasi Monitor gas darah arteri à kompensasi nafas Tak
semenit cukup mengatasi metabolik asidosis
Dukungan ventilasi jika perlu
6 Syok Anafilaksis
a. Tindakan wajib dan segera.
Tindakan umum
• Epinephrine (1:1,000), 0.2 – 0.5 ml i.m; sampai 3 dosis dengan
Interval 1- 5 menit.
• Torniket proksimal dari suntikan atau sengatan/gigitan
• Epinephrine (1: 1,000), 0.1 – 0.3 ml infiltrasi pada masuknya
antigen
Untuk obstruksi atau henti nafas
• Bebaskan jalan nafas: pipa trakhea, cricothyrodotomi atau
Trakheostomi
• Terapi oksigen dan ventilasi mekanik
b. Sesudah penilaian klinik
Tindakan umum
• Diphenhydramin 1.25 mg/kg sampai maksimum 50 mg iv atau
im.
• Hydrocortison 200 mg ; dexamethasone 10 mg ; atau methyl –
Prednisolone 50 mg iv tiap 6 jam untuk 24-48 jam.
Special Topic I
Untuk bronchokonstriksi
• Suplemen oksigen
• Aminophyllin (hanya pasien tidak syok) 5 mg/kg sampai
maksimum 500 mg iv selama 20 menit kemudian 0.3 – 0.8
mg/kg/jam iv
• Albuterol (0.5%), 0.5 ml dalam 2.5 ml saline , nebulizer. Bila
intubasi pakai albuterol MDI 10-20 semprot, endotrakheal, tiap
20 menit sesuai keperluan.
(4)
Tabel 6. Parameter pencapaian terapi resusitasi syok
Variabel parameter syok Nilai pencapaian
Mean Arterial Pressure (MAP) > 84 mmHg
Central venous pressure (CVP) > 3 cm H2O
Hemoglobin (Hb) > 8gr/d1
Pulmonary Capillary Wed ge Pressure > 9 mmHg
(PCWP)
Cardiac Index (CI) > 4,5 1/mn/m2
Left Ventriculer Stroke Work (LVSW) > 55 g m/beat/m2
Heart Rete (HR) < 100 beat/ minute
Temperature 98 - 101 °F
Mixed Venous Oxygen Tension (Pv02) > 35 mmHg
Oxygen Extraction 31%
Blood Volume (EBV + 500 m1/70 kg)
Special Topic I
Kadar Laktat 0,31 - 7 mg/ml
Deliveri O2 (DO2) > 600 ml/mn. m2 (normal)
Konsumsi O2 (VO2) > 170 mI/mn. m2 (30% normal)
(18)
1. Pengelolaan Syok Hipovolemik
Tujuan utama adalah restorasi volume intravaskuler dengan target
optimalkan tekanan darah , nadi, dan perfusi organ. Bila hipovolemi telah
teratasi baru boleh diberikan vasoaktif agent (dopamine, dobutamine)
2. Pengelolaan Syok Kardiogenik.
Tujuan utama adalah memperbaiki fungsi miokardium dan sirkulasi.
Bila CO↓ BP↓ SVR↑ → beri dobutamine 5μg/kg/min. Pada keadaan
tekanan darah sangat rendah harus diberikan obat yang berefek inotropik
dan vasopresor yaitu nor- epinephrine
3. Pengelolaan khusus Syok Anafilaktik
Tujuan utama adalah: 1. mencegah efek mediator dengan menghambat
sintesis dan pelepasan mediator serta blokade receptor, 2. Mengembalikan
fungsi organ dan perubahan patofisiologi akibat mediator. (16)
Prioritas tindakan utama adalah membebaskan jalan nafas dan memelihara
ventilasi adekuat akibat adanya obstruksi jalan nafas. Tindakan invasif
seperti intubasi endotrakeal dan cricothyroidotomy atau tracheostomy dapat
dilakukan. Keadaan hipovolemi diatasi dengan cairan koloid atau kristaloid
sekaligus memperbaiki keadaan asidosis. (6)
4. Pengelolaan Khusus Syok Neurogenik
Setelah mengamankan jalan nafas dan resusitasi cairan, guna meningkatkan
tonus vaskuler dan mencegah bradikardi diberikan Norepinefrin. Epinefrin
Special Topic I
emboli pulmonal diatasi dengan trombolisis atau thrombectomy.(6)
IV. KESIMPULAN
Tujuan utama pengelolaan syok adalah mencapai normalisasi parameter
hemodinamik melalui resusitasi dengan tujuan akhir adalah meningkatkan
hantaran dan penggunaan oksigen oleh jaringan dan sel.. Pengelolaan syok
sesuai dengan kaidah Basic Life Support dan dilanjutkan dengan Advanced Life
Support, dengan titik penekanan terapi pada karakteristik klinis masing-masing
syok.
KEPUSTAKAAN
Special Topic I
14. Candido K.D., 1996, Management of in severe sepsis and septic shock. In: 25
Shock States, in Physiologic and years of Progress and Innovation in
Pharmacologic Bases of Anesthesia, Intensive Care Medicine. MWV Berlin
Edited by Williams & Wilkins, 2007.
Pennsylvania, p. 269 - 278 22. Dellinger RP, Carlet JM, Masur H, et al.
16 Rehatta N.M., Syok Anafilaktik Patofisiologi dan Surviving sepsis champaign guidelines
Penanganan, Update on Shock, for management of severe sepsis and
Pertemuan Ilmiah Terpadu, FK septic shock.Crit Care Med 2004;32:858-
Universitas Airlangga, Surabaya, 6-7 873
Mei 2000