Anda di halaman 1dari 4

Pertanyaan untuk Narasumber :

1. Bagaimana dasar pandangan Islam mengenai pangan yang aman, halal dan tayyiban?

Jawaban:
Jawab 1:
Dasar pandangan Islam mengenai pangan yang aman, halal dan thoyyiban salah satunya dalam
surah al-Baqarah ayat 168.

‫ت ال َّشي ْٰط ۗ ِن اِنَّهٗ لَ ُك ْم َعد ٌُّو ُّمبِي ٌْن‬ َ ‫ض َح ٰلاًل‬


ِ ‫طيِّبًا ۖ َّواَل تَتَّبِعُوْ ا ُخطُ ٰو‬ ٓ
ِ ْ‫ٰياَيُّهَا النَّاسُ ُكلُوْ ا ِم َّما فِى ااْل َر‬
Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi,
dan janganlah kamu mengikuti langkah- langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagimu.

Ahli tafsir, Prof. DR. M. Quraish Shihab menjelaskan bahwa ayat tsb mengajak seluruh manusia
untuk makan apa yang terhampar di bumi, tetapi yang halal lagi baik. Dalam ayat ini Allah
menyeru semua manusia—yang kafir sekalipun—agar memakan, menggunakan dan melakukan
aktivitas yang halal dan baik karena itu bermanfaat buat semua kita yang bermukim di muka
bumi ini.

Menurut beliau, tidak semua makanan/ minuman yang halal otomatis baik, karena yang halal
dibagi menjadi empat macam yaitu: bisa wajib, sunnah, mubah atau makruh. Selanjutnya, tidak
semua yang halal sesuai dengan kondisi masing-masing individu. Ada halal yang baik untuk si A
yang memiliki kondisi kesehatan tertentu, dan ada juga yang kurang baik untuknya, walau baik
buat yang lain. Ada makanan yang baik tetapi tidak bergizi, dan ketika itu menjadi kurang baik.
Sehingga yang dianjurkan adalah makanan dan minuman yang halal lagi baik.

Makanan atau aktivitas yang berkaitan dengan jasmani sering kali digunakan setan untuk
memperdaya manusia. Karena itu, lanjutan ayat 168 Surah al-Baqarah mengingatkan dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan.

Setan memunyai jejak langkah. Ia menjerumuskan manusia langkah demi langkah, tahap demi
tahap. Langkah hanyalah jarak antara dua kaki sewaktu berjalan, tetapi bila tidak disadari,
langkah demi langkah dapat menjerumuskan ke dalam bahaya. Memang tidak dapat disangkal
bahwa makanan mempunyai pengaruh yang sangat besar bukan saja pada jasmani, tetapi juga
pada akal, jiwa, dan perasaan. Hasil penelitian membuktikan bahwa mengonsumsi minuman
keras—misalnya—merupakan langkah awal dari sekian langkah kejahatan. Bahkan tipu daya
setan yang pertama terhadap orangtua kita, Adam dan Hawa, adalah rayuannya untuk mencicipi
buah terlarang. Wallaahu a'lam

1
2. Apa saja syarat-syarat/standar makanan yang mememnuhi ketentuan halal dan
tayyiban?

Jawaban:
Syarat-syarat/standar makanan yang memenuhi ketentuan halal dan thoyyiban. Halal dalam
perkara makanan maupun barang konsumsi lainnya, menurut Mu’jam al Wasith adalah barang
yang tidak haram, mengonsumsinya tidak dilarang agama. Sedangkan keharaman bisa dibagi
menjadi dua aspek. Pertama; haram secara dzat atau secara materi telah dinyatakan haram oleh
syariat, seperti babi, bangkai, darah, khamr, hewan yang difatwakan haram menurut ulama.
Kedua; haram bukan secara dzat-nya, tapi bisa dari cara membeli, memperoleh, atau mengolah
barang tersebut, seperti contohnya salah dalam menyembelih hewan ternak yang halal,
disembelih dengan menyebut nama selain Allah. Jadi kriteria Halal harus Halal baik secara
dzatnya maupun bukan dzatnya. Dalam arti lain dzatnya bukan barang haram dan prosesnya
juga tidak mengandung unsur haram.

Adapun Thoyyib, menurut KH. Ali Mustafa Yaqub, dalam buku Kriteria Halal -Haram Untuk
Pangan, Obat dan Kosmetika Menurut Al-Qur’an dan Hadits, menjelaskan bahwa para
ulama memaknai produk yang thoyyib sebagai berikut:

-Pertama, thoyyib semakna dengan halal – ia mesti tidak diharamkan oleh nash, suci secara
substantif, serta tidak najis.
-Kedua, produk ini tidak membahayakan tubuh, akal, maupun jiwa saat dikonsumsi,
sebagaimana pendapat Imam Ibnu Katsir.
-Ketiga, makanan atau minuman tersebut dinilai enak dan layak konsumsi.

Nantinya, diskusi dan perbedaan ulama ini akan cukup banyak dalam penentuan kriteria suatu
makanan atau barang itu thayyib atau tidak. Adapun kriteria aman sudah termasuk dalam istilah
thoyyib.

Prof DR Quraisy Shihab menafsirkan makanan yang thayyib adalah yang sehat, yakni memiliki
zat gizi yang cukup dan seimbang, lagi proporsional dalam arti sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan yang akan menyantapnya—tidak berlebih dan tidak kurang. Bayi memerlukan kadar
dan jenis makanan yang berbeda dengan anak kecil. Makanan untuk yang kecil pun berbeda
dengan yang dewasa atau tua. Ada halal lagi baik buat si A yang memiliki kondisi kesehatan
tertentu, dan ada juga yang kurang baik untuknya, walau baik buat yang lain.

Jadi secara garis besar, penting diketahui bahwa penetapan kriteria thayyib dalam makanan, obat,
maupun kosmetik, bahkan juga dalam hal muamalah, mesti mempertimbangkan pendapat para
ahli di bidangnya seperti pakar gizi, kesehatan, maupun ekonomi. Seperti konsep makanan sehat
4 sehat 5 sempurna yang dulu popular sekarang sudah digantikan dengan konsep ”Isi Piringku”
yang tentunya dianggap lebih sehat dan proporsional oleh para ahli.

2
3. Bagaimana hukumnya dalam Islam jika kita sengaja menambahkan bahan berbahaya
yang dapat merusak tubuh kedalam pangan agar pangan lebih laris dijual?

Jawaban:
Hukumnya haram, dalilnya:
‫ال ضرر وال ضرر‬

Tidak boleh melakukan sesuatu yang membahayakan diri sendiri dan tidak boleh membahayakan
orang lain.
Dan status makanannya juga Haram. Berarti sama saja kita menjual barang haram. Kalau kita
makan sendiri juga sama dengan memakan makanan haram. MUI tahun 1980 telah
mengeluarkan fatwa bahwa setiap makanan dan minuman yang jelas bercampur dengan barang
haram/ najis hukumnya adalah haram. Kaidah fikihnya: “Apabila berkumpul yang halal dan yang
haram (pada sesuatu), unsur yang haramlah yang dimenangkan (sesuatu itu menjadi haram).

Namun bisa jadi para pedagang tidak tahu bahan tambahan makanan atau BTM yang
digunakannya termasuk kategori berbahaya jika dikonsumsi. Untuk itu perlunya sosialisasi dan
pengawasan baik dari pemerintah, BPOM dan MUI.

4. Apa yang harus kita lakukan agar selalu menjaga diri untuk tetap berada dalam ajaran
Islam mengenai halal dan thoyyiban?

Jawaban:
Tentunya dengan selalu belajar dan memperhatikan apa yang kita makan. Allah Swt berfirman
dalam AlQuran Surat ‘Abasa Ayat 24:

‫فَ ْليَنظُ ِر ٱإْل ِ ن ٰ َسنُ إِلَ ٰى طَ َعا ِم ِٓهۦ‬

Artinya:
Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya.

-Kita lihat dan pelajari kandungannya

Untuk masyarakat bisa:


-Melihat Logo Halal MUI pada kemasan
-Melihat komposisi produk pada kemasan produk
-Lihat daftar Produk ber Sertifikat Halal MUI di
majalah Jurnal halal atau di website :
www.halalmui.org
-Melihat Sertifikat Halal MUI.
-Juga melihat izin BPOM

Mungkin yang kita makan sudah halal namun belum thoyyib buat kita. Perlu juga kita
mencontoh bagaimana Rasulullah makan, bagaimana Rasulullah makan ketika lapar dan berhenti
sebelum kenyang.

3
Dikisahkan pada zaman Rasulullah, ada seorang tabib yang dikirim dari Mesir ke Madinah
sebagai tugas persahabatan. Setelah 8 bulan berada di Madinah, sang tabib memutuskan untuk
kembali ke Mesir dengan alasan selama 8 bulan tersebut ia tidak bertugas sebagai tabib di
Madinah karena tidak ada satu pun umat Rasulullah di Madinah yang terserang penyakit.
Sedangkan di Mesir, bisa jadi ia lebih dibutuhkan. Sebelum berangkat ke Mesir, sang tabib
berpamitan kepada Rasulullah dan menanyakan apa rahasia umat Rasulullah selalu sehat dan
tidak pernah sakit. Rasulullah SAW menjawab “ Kami adalah umat yang tidak makan sebelum
lapar dan berhenti sebelum kenyang”.

Kemudian makan jangan dalam keadaan panas, jangan terburu-buru, mencuci tangan terlebih
dahulu, membaca basmalah, dan memilih makanan yang dianjurkan Rosulullah S.a.w. seperti
kurma, zaitun, habbatussauda, madu, dsb.

Yang terakhir mungkin kita jaga diri kita dari barang-barang yang syubhat, yang abu-abu,
meragukan, belum jelas halal haramnya, thoyyib tidaknya, Sebagaimana fatwa MUI tahun 1980
bahwa setiap makanan dan minuman yang diragukan bercampur dengan barang haram/najis
hendaklah ditinggalkan. Rasulullah bersabda:

Wallahu a'lam.

Rekomendasi dari kami:


-Kepada Pemerintah agar menindak tegas pedagang-pedagang yang nakal yang masih menjual
makanan yangg tidak halalan thoyyiban padahal mengaku atau menggunakan label halal maupun
yang menggunakan BTM, bahan tambahan makanan, yang berbahaya.
-Pengawasan dari kita semua, baik lembaga MUI, BPOM maupun masyarakat terhadap
beredarnya bahan-bahan makanan yang berbahaya maupun makanan yang diakui/ dilabel halal
namun bercampur dengan barang haram. Silahkan diadukan ke kami, BPOM maupun MUI untuk
selanjutnya akan ditindaklanjuti. Nanti kami bisa kirim makanan tersebut ke laboratorium untuk
membuktikan kandungan berbahaya dalam makanan, bisa ke Labkesda atau BBLK. Bahkan
kandungan babi dalam makanan bisa kita periksa di Kota Lubuklinggau ini, di RS AR Bunda
yang sudah memiliki laboratorium PCR maupun di RS DR Sobirin Musi Rawas.

Anda mungkin juga menyukai