Anda di halaman 1dari 18

Pengaruh Kontraksi Otot yang Berlebihan terhadap Kerja Otot

Josephine Natasha Stephanie


102020111
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna utara No.6, Jakarta Barat
josephine.102020111@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak

Hampir seluruh manusia yang ada di muka bumi ini dapat bergerak, berjalan dan
melakukan aktivitas lainnya. Di dalam tubuh seluruh manusia ada jaringan otot. Otot ini
merupakan sesuatu yang sangat penting bagi seluruh manusia. Tanpa adanya otot
manusia tidak dapat bergerak. Otot juga merupakan alat gerak manusia yang aktif.
Manusia menggunakan otot untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Maka dari itu, otot
memiliki suatu mekanisme kerja otot yang meliputi dua hal, yaitu kontraksi dan relaksasi.
Namun, otot tidak dapat bekerja apabila sumber energi habis ataupun tidak cukup.
Sumber energi di otot tapi di dapatkan dengan melalui tiga proses, yaitu kreatin fosfat,
glikolisis, dan fosforilasi oksidatif. Sumber energi tersebut dapat berkurang bahkan habis
dan hal itu akan menimbulkan terjadinya kelelahan otot. Untuk menghindari kelelahan
otot maka diperlukan latihan sebelum beraktivitas.

Kata kunci: otot, mekanisme kerja otot, kontraksi, relaksasi

Abstract

Most of humans on this earth can move, walk and do other activities.  In the
human body there are muscle tissue.  The muscle is something that very important for
humans.  Without the muscles human cannot move.  Muscles are also active human
organs.  Humans use muscles to carry out daily activities.  Therefore, muscles have a
muscle working mechanism which includes two things, namely contraction and
relaxation.  However, muscles cannot work if the energy source is depleted or
insufficient.  The source of  energy  in muscles is obtained through three processes,
namely creatine phosphate, glycolysis, and oxidative phosphorylation. The source of
energy can be reduced or even depleted and this will cause muscle fatigue.  To avoid
muscle fatigue, human needs to exercise before doing activities.

Key words: muscle, muscle working mechanism, contraction, relaxation

A. Pendahuluan

Otot merupakan sesuatu yang penting bagi tubuh semua manusia. Tanpa adanya
otot tubuh manusia tidak dapat bergerak. Otot juga biasa digunakan untuk melalukan
suatu perkerjaan, baik pekerjaaan ringan maupun berat. Hampir di seluruh bagian
anggota tubuh manusia terdapat otot. Terdapat beberapa jenis otot, yaitu otot polos, otot
skelet, dan otot jantung. Ketiga jenis otot tersebut memiliki cara kerja dan bentuk yang
berbeda-beda. Letak ketiga otot tersebut juga pada tempat yang berbeda-beda.

Pada saat seseorang melakukan suatu pekerjaan atau aktivitas biasanya otot akan
bekerja. Otot bekerja dengan cara melakukan mekanisme kerja otot yang meliputi
kontraksi dan relaksasi1. Pada saat otot berkontraksi dibutuhkan suatu sumber energi
(ATP)2. Otot yang dikontraksi dalam jangka waktu yang panjang akan memimbulkan
kelelahan otot. Kelelahan otot biasanya disebabkan oleh berkurangnya sumber energi 2.
Kelelahan otot juga dapat terjadi karena sedikitnya ketersediaan oksigen di dalam fase
aerob3. Hal ini menyebabkan asam laktat tidak bisa berubah menjadi asam piruvat. Oleh
karena itu, terjadilah penumpukan asam laktat3.

Kontraksi otot yang berlebih dapat dicegah dengan cara melakukan latihan
terhadap suatu aktivitas yang akan dilakukan. 4 Latihan seperti ini dapat dilakukan secara
berkala. Selain itu, untuk mencegah terjadinya kontraksi otot yang berlebihan dapat
dilakukan dengan cara menyimpan cadangan energi4. Cadangan energi yang tinggi di
dalam otot menyebabkan energi yang dikeluarkan semakin tinggi4. Oleh karena itu
makalah ini ditulis dengan tujuan memberikan pengetahuan mengenai pengaruh kontraksi
otot yang berlebih terhadap otot.

B. Otot
Otot mempunyai fungsi yang paling utama sebagai alat gerak aktif5. Sel-sel otot
yang biasa digunakan untuk mengerakan suatu organisme biasa disebut fibra otot,
sedangkan untuk pengaturan serta pengawasan kepada energi penggerak biasanya
dilakukan oleh sel-sel syaraf yang biasanya disebut nervus 5. Otot memiliki mekanisme
kerja, yaitu kontraksi dan relaksasi. Otot memiliki beberapa fungsi, yaitu

1. Otot sebagai alat gerak aktif bearti otot dapat bekerja membentuk gerakan
sesuai yang di ingin kan seseorang.
2. Otot sebagai antagonis bearti otot memiliki fungsi untuk mengatur dan
memperhalis kecepatan serta kekuatan Gerakan yang dilakukan otot.
3. Otot sebagai fiksasi bearti otot memiliki dungsi untuk menjaga
keseimbangan sendi dan juga menjaga supaya sendi tetap pada posisi yang
sama atau tidak terlepas serta menjaga posisi sendi.
C. Struktur Makroskopik Otot Tungkai Bawah

Otot memiliki fungsi adalah melakukan kontraksi untuk menggerakan anggota


tubuh, membuat panas tubuh, membuat tubuh menjadi berbentuk, dan dapat menjadi
perlindungan organ dalam6. Otot tungkai bawah terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu
extensor dan flexor. Kelompok extensor terdiri dari musculus tibialis anterior, musculus
extensor digitorium longus, musculus peroneus tertius, dan musculus extensor hallucis
longus. Untuk kelompok flexor terbagi atas dua lapisan, yaitu lapisan dangkal dan lapisan
dalam. Lapisan dangkal terdiri dari musculus gastrocnemius, musculus soleus, dan
musculus plantaris. Sedangkan, untuk lapisan dalam terdiri dari musculus popliteus,
musculus flexor digitorum longus, musculus tibialis posterior, dan musculus flexor
hallucis longus. Untuk musculus peronaei terdiri atas musculus peroneus longus dan
musculus peroneus brevis.
Gambar tungkai bawah pandangan anterior dan posterior

Otot-otot di bagian anterior memiliki fungsi kerja plantar fleksi dan dorsidleksi. .
Musculus gastrocnemius dan musculus soleus merupakan otot fleksor plantar yang
bersifat kuat dan berfungsi dalam membantu mempertahankan keseimbangan, kekuatan
utama saat berlari, berjalan serta melompat, dan dapat membantu menstabilkan lutut.
Otot-otot peroneus longus dan brevis memiliki fungsi yang dapat membantu melakukan
gerak plantarfleksi di sendi pergelangan kaki saat tendon ada di belakang sumbu fleksi-
ekstensi. Selain itu juga, kontraksi yang mengarah ke eversi atau pronasi juga biasa diatur
oleh sendi pergelangan kaki bawah. Sementara itu, tendon dari otot peroneus longus
mendukung lengkung longitudinal lateral dan melintang kaki.

Otot di kaki dibedakan menjadi dua bagian, yaitu otot dorsum pedis dan otot
plantar pedis. Di bagian otot dorsum pedis terdapat dua kelompok, yaitu ekstensor
digitorum brevis dan ekstensor hallucis brevis. Otot yang ada di bagian dalam fascia datar
pada dorsum kaki (fascia dorsalis pedis) dan dipersarafi oleh saraf fibula atau peroneum
yang dalam. Musculus ekstensor digitorum brevis yang asalnya dari permukaan
superolateral os. calcaneus yang membelah menjadi tiga otot yang tendonnya menyatu
pada aponeurosis dorsal dan phalang tengah jari-jari kedua hingga keempat. Sementara
itu, musculus ekstensor hallucis brevis yang berasal dari permukaan superolateral os.
calcaneus dan memasukkan aponeurosis dorsal dan phalanx proksimal dari jempol kaki.
Adanya kontraksi di bagian otot ekstensor digitorum brevis menyebabkan adanya
dorsofleksi, atau hiperekstensi dari jari kaki kedua sampai jari kaki keempat, yang terjadi
pada sendi metatarsophalangeal dari jari yang sama. Sedangkan, di bagian otot ekstensor
hallucis brevis mengakibatkan terjadinya dorsofleksi sendi metatarsophalangeal dari
jempol kaki.

Gambar otot dorsum pedis Gambar otot planta pedis

Gambar mm. interossei dorsales dan palmares Gambar . m. quadratus plantae dan m.
lumbricales
D. Struktur Mikroskopok Otot Tungkai

Musculus quadriceps femoris termasuk dalam otot rangka atau biasa disebut otot
skelet. Otot rangka bekerja secara voluntary atau bekerja dipengaruhi kemauan diri atau
berkontraksi dan berelaksasi di bawah kesadaran. Otot rangka menempel pada tulang
ataupun ke organnya seperti pada mata serta kulit dan memiliki fungsi untuk
menggerakan bagian skeleton6. Menempelnya otot rangka ke tulang bisa dilalui dengan
dua acara, yaitu langsung dan melewati perantara tendon atau aponeurosis, cartilage,
fascia, dan ligamentum5. Otot rangka memiliki fungsi adalah melakukan kontraksi untuk
menggerakan anggota tubuh, membuat panas tubuh, membuat tubuh menjadi berbentuk,
dan dapat menjadi perlindungan organ dalam6.

Otot rangka memiliki serabut yang berbentuk menyilang satu ataupun lebih sendi.
Otot ini memiliki banyak inti di tepinya. Otot ini memiliki sifat yang tahan lama dan juga
otot ini juga sulit untuk lelah. Terdapat beratus-ratus sampai dengan beribu-ribu serat
yang Panjang dan berbentuk silindris disebut fiber6. Serat otot ini memiliki struktur yang
sejajar antara satu dengan yang lain6. Serat ini memiliki diameter 10- 100 µm dan
panjang 100 µm, ada juga yang dapat mencapai 30cm 6. Serat-serat ini berasal dari fusi
banyak sel yang kecil pada masa embrio. Maka dari itu, di setiap serat otot rangka ini
memiliki banyak inti.
Gambar struktur gambar mikroskopik otot rangka6

D. Mekanisme Kerja Otot


a) Mekanisme Kontraksi Otot

Mekanisme kontraksi otot yang sekarang dipakai adalah sliding filament


mechanism yang ditemukan dan dikatakan oleh Jean Hanson dan Hugh Huxley pada
tahun 19506. Pada saat kontraksi otot akan ada pergeseran miofilamen yang tebal
maupun tipis serta ada pemendekan sarkomer dan serat otot saja (miofilamen tidak
ikut memendek)

Gambar sarkomer yang memendek pada saat kontraksi

Berikut tahapan kontraksi otot :

1. Otak memberikan rangsangan yang dikirim melalui akson neuron motorik


ke serabut otot, Rangsangan akan disampaikan kepasa akson terminal
sehingga menyebabkan terjadinya potensial aksi. Setelah itu, asetilkolin
akan dilepaskan dari synaptic visicle ke synaptic gutter7.
2. Asetilkolin yang sudah berada di synaptic gutter akan berikatan dengan
reseptor di dalam sarkolema sehingga terjadi proses depolarisasi membran
sel otot rangka yang membuat ion Na+ dan ion K+ keluar. Depolarisasi
membuat potensial aksi membrane sel yang kemudian disebarkan
keseluruh sel dan tubulus T7.
3. Setelah itu, terjadi pelepasan ion Ca2+ yang berasal dari sistem terminal
retikulum sarkoplasma dan ada difusi ion Ca2+ ke dalam filamen aktin dan
miosin.
4. Terjadilah pengikatan ion Ca2+ dengan troponin C. Hal itu menyebabkan
perubahan posisi tropomiosin. Karena ada ion Ca2+tropomiosin yang
tadinya menghalangi ikatan aktin dan miosin menjadi terbuka sehingga
miosin bisa terikat dan menempel dengan aktin.

Gambar mekanisme kontraksi otot

b) Mekanisme Relaksasi Otot


Mekanisme relaksasi otot terjadi karena adanya penguraian asetil kolin
sehingga menyebabkan aksi potensial terhenti6. Berikut mekanisme relaksasi otot,
yaitu Ion Ca2+ akan di pompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma 7. Saluran
pelepasan Ca2+ di retikulum sarkoplasma akan tertutup. Oleh karena itu kadar
kontraksi Ca2+ di retikulum sarkoplasma akan menurun sehingga ikatan antara
Ca2+ dengan troponin akan terlepas yang mengakibatkan tropomiosin kembali ke
posisi semula dan kembali menutupi tempat pelekatan aktin dan miosin.

Gambar mekanisme kerja otot pada saat relaksasi

E. Metabolisme Otot
ATP merupakan hal yang sangat diperlukan sebagai energi untuk
kontraksi otot dan juga daur ulang cross-bridge selama proses kontraktil4. ATP
yang tersimpan di dalam otot jumlahnya terbatas dan cukup tersedia hanya untuk
satu detik4. Untuk itu ATP akan digantikan. Pergantian ATP biasanya dapat
dilakukan jika cadangan molekul bahan dakar, seperti lemak dan karbohidrat akan
dipecah dan digunakan untuk menyediakan energi bebas yang bisa dipakai untuk
membuat ADP dan PI bersatu membentuk ATP4. Proses-proses metabolisme
kontraksi-relaksasi otot, yaitu
1. ATP akan berikatan dengan kepala miosin ATPase. ATPase akan
menghidrolisis ATP >> ADP + Pi8 . Energi yang sudah
terhidrolisis ini akan dipakai untuk mengaktivasi kepala miosin
agar bisa dipakai untuk mengikat F aktin8.
2. Miosin (ADP + Pi) dan F aktin terikat sehingga terbentuklah suatu
kompleks.
3. Setelah miosin-aktin sudah beriikatan, ADP + Pi di dalamnya akan
terlepaskan dan disertai dengan adanya perubahan konformasi
yang besar dikepala miosin di dalam kaitan dengan ekornya
sehingga aktin akan tertarik sejauh 10 nm ke arah pusar sarkomer.
Sekarang miosin dapat dikatakan dalam keadaan energi yang
rendah.
4. Molekul ATP dalam bentuk lain akan masuk dan berikatan dengan
aktin-miosin sehingga membentuk kompleks aktin-miosin-ATP
5. Miosin-ATP mempunyai afinitas yang mengarah ke rendah
terhdap aktin sehingga aktin akan terlepas. Aktin sudah terlepas
dan ini menandakan proses relaksasi.
Gambar metabolisme otot pada saat kontraksi dan relaksasi

E. Sumber Energi pada Kontraksi Otot

Sumber energi yang digunakan untuk kontraksi otot juga dapat di dapatkan dari
tiga proses. Proses-proses tersebut di antaranya :

1. Kreatin Fosfat

Keratin fosfat merupakan sumber energi pertama yang digunakan


dalam awitan aktivitas kontraktil9. Keratin fosfat di dalamnya
mengandung satu gugus fosfat yang memiliki energi tinggi. Keratin fosfat
juga dapat diberikan langsusng ke ADP untuk membentuk ATP9. Saat
ikatan fosfat terminal di ATP terputus terjadi pembebasan energi. Sama
halnya ketika ada pemutusan ikatan antara fosfat dan kreatin. Energi yang
dibebaskan dari hidrolosis kreatin fosfat dan fosfat dapat langsung
diberikan ke ADP untuk dijadikan ATP9. Reaksi ini dikatalis oleh enzim
sel otot kreatin kinasi.

Kreatin Fosfat + ADPkreatin kinase−→ Kreatin ATP

Saat cadangan energi bertambah di otot yang sedang beristirahat


terjadi peningkatam konsentrasi ATP yang menyebabkan terdorongnya
pemindahan gugus fosfat berenergi tinggi membentuk kreatin fosfat9. Otot
yang sedang beristirahat mengandung lima kali lebih banyak kreatin fosfat
dibandingkan ATPnya9. Pada saat otot berkontraksi, miosin ATPase
menguraikan cadangan ATP yang sedikit. Penurunan ATP mendorong
perpindahan gugus fosfat berenergi tinggi dari kreatin fosfat simpanan
yang nantinya akan membentuk lebih banyak ATP.

2. Glikolisis

Glikolisis merupakan proses yang berlangsunh secara anerob9.


Proses ini biasanya berjalan menggunakan 1p jenis enzim yang memiliki
fungsi sebagai katalis di dalam sitoplasma. Proses ini merubah glukosa
menjadi piruvat. Pada proses in1, 1 molekul glukosa yang mempunyai 6
atom karbon (C6H12O6) akan dipecah menjadi 2 molekul asam piruvat tang
mempunyai 3 atom karbon (C3H3O3). Proses ini berjalan melalui tahapan
reaksi dan menghasilkan beberapa senyawa seperti glukosa 6-fosfat dan
fruktosa 6-fosfat. Proses ini juga menghasihkan 4 ATP dan 2 NADH (6
ATP) sehingga total ATP yang dihasilkan proses ini 8 ATP.

3. Fosforilasi Oksidatif

Fosforilasi oksidatif merupakan jalur yang dapat menghasilkan


ATP yang biasanya relatif lebih lambat dibandingkan dengan pemindahan
fosfat berenergi tinggi lainnya seperti prosesn kreatin fosfat dan
glikolisis9. Fosforilasi oksidatif dapat menghasilkan ATP karena adanya
perpindahan elektron dari NADH atau FADH2 menjadi O28. Proses ini
berlangsusng di dalam mitokondria otot dengan situasi terdapat O 2 yang
cukup9. Sebagian O2 akan disalurkan ke alirah darah. Jalur fosforilasi
oksidatif diasup oleh glukosa ataupun lemak tergantung pada intensitas
serta durasi aktivitas9. Glukosa akan dipecah menjasi karbon dioksida dan
air. Proses ini menghasilkan 32 molekul ATP disetiap molekul glukosa
yang di proses9.
Gambar Jalur metabolik yang menghasilkan ATP yang digunakan pada saat kontraksi dan
relaksasi otot9

G. Kelelahan Otot

Kelelahan otot merupakan bentuk mekanisme pertahanan yang berfungsi


melindungi otot agar otot tidak mencapai titik saat ATP tidak lagi dapat di produksi 9.
Kelelahan otot dapat terjadi jika otot yang sedang beraktivitas tidak lagi bisa merespon
terhadap rangsangan yang derajat kontraksinya sama9. Kelelahan otot dapat ditandai
dengan rasa nyeri otot10. Nyeri otot biasanya berlangsung setelah ataupun pada saat
melakukan aktivitas fisik10. Berikut faktor-faktor penyebab terjadimya kelelahan otot9:

1) Adanya peningkatan lokal fosfat anorganik dari sejumlah penguraian ATP


2) Adanya kebocoran Ca2+ yang tidak sesuai melewati kanal pelepasan Ca2+
rertikulum sarkoplasma
3) Terkurasnya cadangan yang tersimpan di energi glikogen.

Kelelahan sentral merupakan kelalahan yang biasa terjadi ketika sistem saraf
pusat sudak tidak lagi secara adekuat mengaktifkan neuron motorik yang membantu
mempersyarafi otot yang sedang bekerja 9. Penyebab terjadinya kelelahan sentral adalah
faktor psikologis10. Ketika latihan berat, biasanya kelelahan sentral bermunculan dari rasa
kurang nyaman yang berkaitan dengan aktivitas yang sedang dilakukan yang biasanya
mulai timbul rasa nyeri9. Kelelahan sentral juga dapat mengurangi kinerja-kinerja fisik
yang ada kaitannya dengan kebosananan dan kemonotonan. Hal ini berasal karena adanya
peningkatan kadar serotonin dan tripofan di dalam otak.

H. Kesimpulan

Otot merupakan suatu jaringan fungsi yang paling utama sebagai alat gerak aktif
Selain itu, otot juga memiliki banyak fungsi lainnya. Otot hampir terdapat di seluruh
bagian tubuh manusia. Manusia menggunakan otot ketika melakukan suatu aktivitas.
Pada saat manusia beraktivitas otot akan bekerja dengan cara berkontraksi dan
berelaksasi. Sarkomer pada otot yang sedang berkontraksi akan memendek. Ketika tubuh
mengalami kontraksi yang berlebihan akan menimbulkan suatu kelelahan otot. Kelelahan
otot merupakan bentuk mekanisme pertahanan yang berfungsi melindungi otot agar otot
tidak mencapai titik saat ATP tidak lagi dapat di produksi. Kelelahan otot ditandai
dengan rasa nyeri pada saat melakukan suatu aktivitas atau setelah melakukan aktivitas
tersebut. Untuk menghindari kontraksi otot seseorang biasanya harus banyak melakukan
latihan. Oleh karena itu, seseorang disarankan melakukan latihan untuk menghindari
terjadinya kontraksi otot yang berlebihan atau juga disebut kelelahan otot.
Daftar Pustaka

1. Parwata IM. Kelelahan dan recovery dalam olahraga. Jurnal pendidikan kesehatan
rekreasi. 2015 Jun 3;1(1):2-13.
Available from: https://ojs.ikippgribali.ac.id/index.php/jpkr/article/view/2
2. Rianti CR, Syauqy A. Pengaruh pemberian pisang (Musa paradisiaca) terhadap
kelelahan otot aerob pada atlet sepak takraw (Doctoral dissertation, Diponegoro
University).
Available from: https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpor/article/view/3726
3. Rianti CR, Syauqy A. Pengaruh pemberian pisang (Musa paradisiaca) terhadap
kelelahan otot aerob pada atlet sepak takraw (Doctoral dissertation, Diponegoro
University).
4. Akhmad I. Efek latihan berbeban terhadap fungsi kerja otot. Jurnal Pedagogik Olahraga.
2015;1(2):80-102.
Available from: https://jurnal.unimed.ac.id/2012/index.php/jpor/article/view/3726
5. Decheline G, Sukendro S. BUKU AJAR ANATOMI OLAHRAGA.
Available from: https://repository.unja.ac.id/14832/1/BUKU%20AJAR%20ANATOMI
%20OLAHRAGA.pdf
6. Wangko S. Jaringan Otot Rangka Sistem membran dan struktur halus unit kontraktil.
Jurnal Biomedik: JBM. 2014;6(3).
Available from: https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/biomedik/article/view/6330
7. Madri M. Kontraksi otot skelet. Jurnal Menssana. 2017 Oct 17;2(2):69-79.
Available from: http://menssana.ppj.unp.ac.id/index.php/jm/article/view/25
8. Murray, RK, Granner, DK, & Rodwell, VW 2017. Biokimia harper (edisi 30),
Buku Kedokteran EGC, Jakarta
9. Sherwood, L. Fisiologi Manusia. Ed 9. Jakarta: ECG;2016.h.302-313.
10. Sirait PA, Abrori C, Suswati E. Pengaruh Pemberian Jus Semangka terhadap Kelelahan
Otot dan Delayed Onset Muscle Soreness setelah Latihan Beban (The effect of
Watermelon Juice on Muscle Fatigue and Delayed Onset Muscle Soreness after Weight
Training). Pustaka Kesehatan. 2016 Jan 19;4(1):132-5.
Available from: http://jurnal.unej.ac.id/index.php/JPK/article/view/2559
11. P B Waschke. Buku ajar anatomi sobotta. G Santoso , Liem K Isabella, editor.
Singapura:Elsevier;2018.p.221.
12. Sherwood, L. Fisiologi Manusia. Ed 9. Jakarta: ECG;2016.h.302-313.
13. Artner J. Atlas of human skeletal anatomy. Ebook. 2002.
14. P B Waschke. Buku ajar anatomi sobotta. G Santoso , Liem K Isabella, editor.
Singapura:Elsevier;2018.p.221.

Anda mungkin juga menyukai