Anda di halaman 1dari 22

1

PEMETAAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN


KLOROFIL-A MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT
LANDSAT 8 DI PERAIRAN GILI RAJA

PRAKTIK KERJA LAPANG

Oleh:

ALFANDY PUTRA ANUGRAH


NPM 18.03.4.1.1.00074

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2021
PEMETAAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN
KLOROFIL-A MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT
LANDSAT 8 DI PERAIRAN GILI RAJA

PRAKTIK KERJA LAPANG

Oleh:

ALFANDY PUTRA ANUGRAH


NRP 18.03.4.1.1.00074

“Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Derajat


Sarjana Strata 1
Pada Program Studi Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian
Universitas Trunojoyo Madura"

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
BANGKALAN
2021
PEMETAAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN
KLOROFIL-A MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT
LANDSAT 8 DI PERAIRAN GILI RAJA

Oleh:

ALFANDY PUTRA ANUGRAH


NRP 18.03.4.1.1.00074
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

“Dengan ini Saya Alfandy Putra Anugrah menyatakan bahwa Laporan PKL
berjudul “PEMETAAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A
MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT LANDSAT 8 DI PERAIRAN GILI
RAJA” merupakan karya pribadi saya kecuali yang disebutkan sumbernya dan
belum pernah diajukan sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar kesarjanaan
Strata Satu (S1) dari Universias Trunojoyo Madura. Semua isi Laporan Praktik
Kerja Lapang ini sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis”.

Bangkalan, 2021

Alfandy Putra Anugrah


NPM 18.03.4.1.1.00074
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, berkat
limpahan rahmat-Nya sehingga Praktik Kerja Lapang ini dapat diselesaikan sesuai waktu
yang bertempat di Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional, dengan judul “PEMETAAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN
KLOROFIL-A MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT LANDSAT 8 DI
PERAIRAN GILI RAJA”. Laporan ini merupakan hasil penelitian yang telah penulis
lakukan sejak tanggal 1 Februari 2021 sampai dengan tanggal 28 Februari 2021.
Selama penelitian hingga penyusunan laporan Praktik Kerja Lapang, tidak sedikit
kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi, namun berkat bimbingan dan petunjuk serta
dorongan dari berbagai pihak, tulisan ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga selalu
diberikan kesehatan untuk menyelesaikan laporan PKL ini,
2. Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliah menuju zaman
terang benderang,
3. Orang tua, sahabat serta teman-teman yang senantiasa memberikan motivasi baik
dalam menjalani kuliah maupun dalam mengerjakan laporan praktik kerja lapang ini,
4. Ibu Ary Giri Dwi Kartika, S. Kel., M, Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Kelautan,
Fakultas Pertanian, Universitas Trunojoyo Madura,
5. Bapak Zainul Hidayah, S.Pi, M.App.Sc selaku dosen pembimbing, atas semua
bantuan yang telah diberikan baik masukan atau motivasi selama penulisan laporan
dan pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapang,
6. Ibu Pinkan selaku pembimbing lapang yang sudah membimbing, memberi ilmu baru
dan pengalamannya selama Praktik Kerja Lapang berlangsung,
7. Semua dosen Ilmu Kelautan yang telah memberikan ilmu kepada penulis,
8. Teman seperjuangan Praktik Kerja Lapang Rahma Safitri, Muzdalifah dan
Iswahyuningsih di Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan
Antariksa Nasional

Penulis menyadari bahwa adanya keterbatasan pengetahuan dalam membuat tulisan dan
masih jauh dari kesempurnaan. Dengan demikian penulis mengharapkan tulisan ini dapat
bermanfaat bagi setiap pembaca. Tiada harapan selain ridha Allah SWT atas segala jerih
payah dan jasa baik kita semua serta limpahan rahmat, taufik dan hidayah-nya senantiasa
tercurah kepada kita semua. Demi kemajuan penulis, penulis juga mengharapkan adanya
masukan berupa kritik atau saran yang berguna. Terima kasih.

Bangkalan, .. 2021
Penulis,

Alfandy Putra Anugrah


NRP 18.03.4.1.1.00074
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Alfandy Putra Anugrah lahir di Kabupaten Bojonegoro


pada tanggal 23 Januari 1999. Penulis Tinggal di Desa Sendangrejo rt.009 rw.002,
Kecamatan Parengan, Kabupaten Tuban, Provinsi Jawa Timur. Penulis merupakan anak
ke dua dari dua bersaudara dari pasangan Alm. Slamet Lestari dan Titik Setyomami.

Penulis menyelesaikan pendidikan di Taman Kanak-kanak Dharma Wanita X


Sendangrejo pada tahun 2005, Sekolah Dasar di SDN Sendangrejo pada tahun 2005 -
2011, Sekolah Menengah Pertama di SMPN 5 Bojonegoro pada tahun 2011 - 2014,
Sekolah Menengah Atas di SMKN 4 Bojonegoro pada tahun 2014 - 2017. Selanjutnya
penulis melanjutkan pendidikan Sarjana Strata 1 (S1) di jurusan Ilmu Kelautan Fakultas
Pertanian Universitas Trunojoyo Madura pada tahun 2018 hingga sekarang.
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan karena wilayah lautan lebih luas dibanding
darat. Luas lautan dibandingkan luas daratan Indonesia mencapai kurang lebih 70
berbanding 30, sehingga menjadi sebuah kewajiban bagi negara Indonesia untuk memajukan
sektor ke-maritim-an, terutama pada daerah pesisir dan pulau-pulau kecil, salah satu hal
penting untuk mengawasi kualitas perairan laut Indonesia adalah dengan membuat peta
dengan memanfaatkan citra satelit (Kurnianingsih et al., 2017).
Pulau Gili Raja merupakan salah satu pulau kecil yang berada di Provinsi Jawa
Timur, Koordinat Pulau Gili Raja terletak di 07 o13’10.774’’ LS dan 113o46’40.345’’ BT.
Posisi tersebut berada di sebelah selatan Sumenep, Pulau Madura. Pulau Gili Raja berada di
Kecamatan Giligenting, Kabupaten Sumenep. Pulau ini terdiri dari empat desa dengan luas
sekitar 11.39 km2. (Latif dan Askur, 2017).
Peta suhu permukaan laut sangat penting dalam ilmu oseanografi, beberapa
fenomena di laut dapat terlihat dengan menggunakan peta suhu permukaan laut secara
global. Beberapa kegunaan dari sebaran suhu permukaan laut adalah untuk menganalisa
fenomena upwelling dan downwelling, pemetaan distribusi hujan salju, pemetaan banjir,
analisa kelembaban tanah regional, pendeteksian kebakaran hutan, pemantauan badai,
gunung api meletus, analisis fenomena El Nino, La Nina, IODM, sea level height, sea level
rises, perubahan iklim global, pergerakan arus laut (Gulf Stream), dan lain-lainnya (Tanto,
2020).
Upaya lain dalam pengawasan kualitas perairan adalah pemetaan tentang klorofil-a, klorofil-
a merupakan zat hijau yang terkandung dalam fitoplankton, yang dimana fitoplankton
merupakan salah satu makanan bagi ikan pelagis kecil dan ikan pelagis besar, maka
pemetaan klorofil-a sendiri dapat digunakan sebagai acuan dimana ikan mencari makan
(Kasim et al., 2014). Oleh karena itu, kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) ini difokuskan
dalam pembuatan peta suhu permukaan laut dan klorofil-a di pulau kecil yaitu pulau Pulau
Gili Raja.
Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa
Nasional (PUSFATJA LAPAN) merupakan salah satu instansi besar yang mengkaji tentang
pemanfaatan citra satelit dalam bidang penginderaan jauh, termasuk pemetaan suhu
permukaan laut dan klorofil-a, maka Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (PUSFATJA LAPAN) menjadi pembimbing dalam
pembuatan peta ini.
I.2 Tujuan Praktik Kerja Lapang

Tujuan dari kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Pusat Pemanfaatan


Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (PUSFATJA LAPAN),
yaitu:

1. Mengetahui cara memetakan suhu permukaan laut dari citra satelit Landsat 8
2. Mengetahui cara memetakan klorofil-a dari citra satelit Landsat 8
3. Mengetahui nilai suhu permukaan laut di perairan Pulau Gili Raja
4. Mengetahui nilai klorofil-a di perairan Pulau Gili Raja

I.3 Manfaat Praktik Kerja Lapang

Manfaat dari kegiatan Praktik Kerja Lapang (PKL) di Pusat Pemanfaatan


Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (PUSFATJA LAPAN),
yaitu:

1. Dapat mengetahui cara memetakan suhu permukaan laut dari citra satelit Landsat 8
2. Dapat mengetahui cara memetakan klorofil-a dari citra satelit Landsat 8
3. Dapat mengetahui nilai suhu permukaan laut di perairan Pulau Gili Raja
4. Dapat mengetahui nilai klorofil-a di perairan Pulau Gili Raja
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Peta

II.1.1 Definisi Peta

Pemetaan adalah kegiatan pengukuran untuk menggambarkan suatu objek


tertentu secara keruangan (Sagita et al., 2017). Pemetaan (mapping) adalah kegiatan
pengukuran dalam pemetaan Bumi. Pemetaan bumi sendiri merupakan kegiatan
pengukuran, perhitungan, pendataan, dan penggambaran bumi, khususnya
permukaan bumi. Peta merupakan gambaran sebagian permukaan bumi dalam skala
yang lebih kecil dan berisi sesuatu jenis informasi tentang mukabumi yang
bersangkutan. Ilmu yang mempelajari pembuatan peta disebut kartografi. Sementara
kumpulan dari beberapa peta disebut atlas. Tujuan pembuatan peta adalah untuk
keperluan keperluan navigasi, perencanaan, analisis data, desain, hingga memberi
informasi (Basuki, 2020).

Peta merupakan gambaran dari kenampakan yang konkret dan ataupun abstrak.
Kenampakan tersebut merupakan fenomena geografis yang sengaja dipilih dan
digeneralisir. Fenomena geografis tersebut terdapat pada atau mempunyai hubungan
dengan permukaan bumi atau suatu benda langit. Penggambaran kenampakan
biasanya dilakukan pada medium yang datar, dengan memperhatikan skala
(Pramono, 1987).

Peta yang biasanya ditampilkan dalam bentuk grafis maka perlu adanya
keterangan - keterangan yang berhubungan dengan isi peta tersebut. Keterangan-
keterangan ini merupakan perlengkapan peta agar pembaca peta dapat memahami
maksud dari pembuat peta sehingga seperti berkomunikasi antara pembuat peta
dengan pembaca peta. Semakin lengkap dan jelas isi keterangan suatu peta, maka
semakin baik kualitas peta tersebut (Pramono, 1987).

II.1.2 Kelengkapan Peta


a. Judul Peta
Judul peta berfungsi untuk memberi petunjuk kepada pembaca peta tentang isi
atau wilayah yang digambarkan dalam peta yang dibuat (Pramono, 1987).
b. Skala Peta
Skala merupakan perbandingan antara dimensi peta dengan realitas atau ukuran
lokasi di tempat secara nyata. Terdapat 4 jenis skala pada peta yaitu skala
pecahan, skala verbal, skala luas dan skala garis (Pramono, 1987).
c. Legenda
Legenda sangat penting adanya pada peta karena legenda menyajikan
keterangan tentang berbagai simbol yang tampil pada peta, tiap simbol yang
tampil pada peta akan digambarkan dan diterangkan di dalam legenda tepat
sebagaimana yang tergambar pada peta (Pramono, 1987).
d. Insert Peta
Insert peta merupakan peta sisipan dalam peta utama untuk menggambarkan
hubungan dan memberikan kejelasan tentang lingkungan atau lokasi yang ada
pada sekitar peta (Pramono, 1987).
e. Petunjuk Arah atau Arah Mata Angin
Sebagai penunjuk arah, biasanya untuk mengetahui dimanakah arah utara
(Pramono, 1987).
f. Grid
Grid atau biasanya berbentuk jaring – jaring berguna agar pembaca peta
mengetahui koordinat dari peta (Pramono, 1987).
g. Sumber Data
Penyebutan tentang sumber data perlu dicantumkan didalam pembuatan peta
agar pembaca peta dapat mengecek kembali bilamana diperlukan (Pramono,
1987).
h. Pembuat Peta

Sebagai pertanggung jawaban dalam pembuatan peta maka pembuat peta wajib
menyebutkan identitasnya di dalam lembar peta yang dibuatnya, selain itu agar
pembaca mengetahui siapa yang membuat peta tersebut (Pramono, 1987).

II.2 Suhu Permukaan Laut

Suhu air laut merupakan parameter vital dalam mengetahui peranan laut sebagai
tempat terakumulasinya panas. Perubahan suhu menyebabkan variasi dalam sifat air laut
dan kehidupan yang ada di dalamnya. Suhu air laut merupakan faktor yang banyak
mendapat kajian-kajian, terlebih lagi dengan adanya masalah kenaikan suhu laut secara
global. Suhu permukaan laut juga dipengaruhi oleh kondisi meteorologi, seperti curah
hujan, penguapan, suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas radiasi
matahari. Oleh karena itu, suhu permukaan laut biasanya bervariasi menurut musim
walaupun perbedaannya cukup kecil. Selain faktor tersebut suhu permukaan laut juga
dipengaruhi waktu dalam satu hari, sirkulasi udara, tutupan awan dan aliran, serta
kedalaman air (Insanu et al., 2019).

Suhu berperan dalam mengendalikan proses metabolisme dan pernapasan


organisme perairan yang mempengaruhi proses tingkah laku dan pertumbuhan serta siklus
reproduksinya (Hamuna et al. 2018). Reaksi dan proses kimia dalam sistem perairan
dipengaruhi oleh nilai suhu yang terdapat di perairan. Suhu merupakan faktor fisik dalam
kualitas perairan karena dapat mempengaruhi pertumbuhan plankton dan jenis makhluk
hidup lainnya di perairan. Suhu perairan memiliki nilai yang dapat berubah sesuai dengan
kondisi lingkungan yang dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), penutupan awan,
aliran air, ketinggian dari permukaan laut (altitude), dan kedalaman perairan (Siswanto
dan Nugraha, 2014).

Sinar matahari secara langsung maupun tidak langsung sangat mempengaruhi nilai
suhu di perairan. Secara perlahan suhu panas di perairan akan mengalami perubahan
antara siang dan malam serta dari musim ke musim. Proses fisika, biologi, dan kimia di
lingkungan perairan sangat dipengaruhi oleh nilai suhu yang terkandung di perairan.
Meningkatnya suhu perairan dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan evaporasi,
reaksi kimia, dan menurunnya kadar gas dalam air seperti: O 2, CH4, N2, CO2, dan
sebagainya. Meningkatnya suhu perairan juga dapat menyebabkan kematian pada biota
perairan. Pertumbuhan ikan dapat berlangsung secara normal pada perairan tropis apabila
suhu perairan berkisar antara 25 - 32 °C (Hatta, 2014).

II.3 Klorofil – a

Klorofil merupakan salah satu parameter yang sangat menentukan produktivitas


primer di laut. Sebaran dan klorofil-a adalah intensitas cahaya dan nutrien. Perbedaan
parameter tersebut menjadi penyebab bervariasinya produktivitas primer dibeberapa
tempat dilaut. Pengukuran klorofil sangat penting dilakukan karena kadar klorofil dalam
suatu volume air laut tertentu merupakan suatu ukuran bagi biomassa tumbuhan yang
terdapat dalam air laut tersebut. Klorofil dapat diukur dengan memanfaatkan sifatnya
yang dapat berpijar bila dirangsang dengan panjang gelombang cahaya tertentu atau
mengekstraksi klorofil dari tumbuhan dengan menggunakan aseton untuk menghitung
produktivitas primernya (Sihombing et al., 2013).

Salah satu indikator kesuburan perairan adalah ketersediaan klorofil-a di perairan.


Tingkat kesuburan suatu perairan pesisir dapat dinilai dari karakteristik biologi maupun
kimia terutama dari ketersediaan zat hara esensial. Faktor biologis yang mempengaruhi
tingkat kesuburan suatu perairan adalah klorofil-a. Klorofil-a merupakan pigmen yang
mampu melakukan fotosintesis dan terdapat di seluruh organisme fitoplankton (Nufus, et
al. 2018).

II.4 Landsat 8

2.4.1 Sejarah Landsat 8

Landsat 8 adalah seri terakhir dari satelit Landsat. Peluncuran Landsat


pertama kali dilakukan pada tahun 1972 dengan empat kanal multispektral. Landast
2 dan Landsat 3 diluncurkan pada tahu 1975 dan 1978 dengan spesifikasi yang
sama dengan Landsat 1. Pada tahun 1984, Landsat 4 diluncurkan dengan tambahan
instrument berupa Thematic Mapper yang mampu meningkatkan akurasi resolusi
hingga 30 meter dan 3 tambahan kanal baru. Landsat 5 merupakan duplikasi dari
Landsat 4 yang diluncurkan pada 1984. Landsat 6 diluncurkan dengan tambahan
kanal pankromatik dengan resolusi 15 m yang hilang setelah diluncurkan pada
1993. Pada 1999, Landsat 7 diluncurkan dan mengalami kegagalan pada scan line
corrector (SLC) pada May 2003. Landsat 8 merupakan duplikasi dari Landsat 7
dengan tambahan beberapa kanal. Landsat 8 memiliki misi untuk menyediakan data
temporal, kanal tampak dan infra merah dari daratan dan pesisir yang berkualitas
(Ginting dan Rizky, 2018).

2.4.2 Spesifikasi Landsat 8

Satelit landsat 8 memiliki sensor operational land imager (OLI) yang serupa
dengan sensor ETM+ dari Landsat 7, mempunyai band 10 (thermal infrared 1
dengan λ: 10.20 – 11.19 μm) dan band 11 (thermal Infrared 2 dengan λ: 11.50 –
12.51 μm), dengan resolusi 100 m yang diresampling menjadi 30 m. Kedua band
tersebut, secara spasial memberikan informasi suhu permukaan laut atau suhu
permukaan tanah yang lebih detil (Tanto, 2020).

Secara keseluruhan, satelit landsat 8 terdiri dari : band 1 coastal/aerosol (λ:


0.433 - 0.453 μm), band 2 blue (λ: 0.450 - 0.515 μm), band 3 green (λ: 0.525 -
0.600 μm), band 4 red (λ: 0.630 - 0.680 μm), band 5 near infrared/NIR (λ: 0.845 -
0.885 μm), band 6 short wavelength infrared/SWIR1 (λ: 1.560 - 1.660 μm), band 7
short wavelength infrared/SWIR2 (λ: 2.10 - 2.30 μm), band 8 pancromatic (λ:
0.500 - 0,680 μm), band 9 cirrus (λ: 1.360 - 1.390 μm), band 10 long wavelength
infrared/thermal infrared 1 (λ: 10.20 - 11.19 μm), dan band 11 long wavelength
infrared/thermal Infrared 2 (λ: 11.50 - 12.51 μm). Untuk band 1 hingga band 7 dan
band 9 memiliki resolusi 30 m, sedangkan untuk band 10 dan 11 hanya memiliki
resolusi spasial 100 namun diresampling menjadi 30 m (Tanto, 2020).
III. METODE PELAKSANAAN

III.1 Tempat dan Waktu

Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapang dilaksanakan di Pusat Pemanfaatan


Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Jl. Kalisari No.8,
RT.11/RW.1, Pekayon, Pasar Rebo, Jakarta Timur, Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta. Praktik kerja lapang ini dilaksanakan secara daring dan dilaksanakan selama 24
hari terhitung pada tanggal 1 Februari 2021 sampai dengan tanggal 28 Februari 2021.

III.2 Lokasi Penelitian dan Cara Mengumpulkan Data

Pemetaan suhu permukaan laut dan klorofil-a dilakukan dengan data multi temporal
yaitu bulan Maret – Oktober 2020 pengumpulan data citra satelit Landsat 8 diperoleh
melalui website https://earthexplorer.usgs.gov/ dengan cara men-download data citra.
Pemetaan dilaksanakan pada perairan sekitar pulau Giliraja dengan penampakan lokasi
sebagai berikut:

Gambar 1. Peta Lokasi Pemetaan Pulau Giliraja

III.3 Alur Pelaksanaan Praktik Kerja Lapang (PKL)


Alur pelaksanaan Praktik Kerja Lapang (PKL) yang dilaksanakan di Pusat
Pemanfaatan Penginderaan Jauh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, yaitu:

1. Melakukan seluruh kegiatan secara daring dengan pengawasan pembimbing lapang.

2. Melakukan semua kegiatan pengamatan, pengumpulan data dan pengolahan data


melalui kegiatan yang telah dijadwalkan.

3. Melakukan presentasi secara daring mengenai hasil pemetaan yang diperoleh.

3.4 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan Praktik Kerja Lapang ini disajikan pada
Tabel 1 dan 2

Tabel 1. Alat dan Kegunaan


No. Alat Kegunaan
1. Komputer Desktop Digunakan untuk menjalankan aplikasi
menginput, mengolah, dan menyimpan seluruh
data
2. Microsoft Excel 2013 Digunakan untuk memperoleh nilai reflectance

3. ArcGIS10.3 Digunakan untuk membuat layout peta

4. Er Mapper 7.1 Digunakan untuk mengolah data citra landsat 8

Tabel 2. Bahan dan Kegunaan


No. Bahan Kegunaan
1. Data Citra Satelit Landsat 8 Digunakan untuk mengetahui nilai suhu
permukaan laut dan klorofil-a
2. Peta Rupabumi Indonesia Digunakan untuk membuat layout peta
Data citra satelit Landsat 8 yang digunakan untuk mengetahui suhu permukaan laut pada
perairan pulau gili raja disajikan pada tabel 3

Tabel 3 Data Citra Landsat 8 yang digunakan

No Bulan Tanggal
1. Maret 25/03/2020
2. April 26/04/2020
3. Mei 12/05/2020
4. Juni 13/06/2020
5. Juli 31/07/2020
6. Agustus 16/08/2020
7. September 17/09/2020
8. Oktober 03/10/2020

3.5 Prosedur Pengolahan

3.5.1 Pengolahan Data Suhu Permukaan Laut

Sebelum dihasilkan peta Suhu Permukaan Laut, dilakukan pemrosesan


koreksi citra terlebih dahulu. Dari melakukan stacking, beberapa koreksi dan
masking. Dalam Praktik Kerja Lapang kali ini pengolahan data terdiri dari
beberapa tahap yang akan digambarkan dalam diagram alir berikut:

Stacking

Masking

Mengubah Nilai Digital Number Menjadi Radians


Koreksi Band

Algoritma SPL

Cropping Citra

Layouting Peta

a. Stacking
Stacking dilakukan untuk mengkombinasikan beberapa band dari citra
untuk memperoleh data yang diperlukan, dalam pengolahan data untuk
memperoleh nilai suhu permukaan laut menggunakan kombinasi band 2 (Blue),
band 5 (NIR), band 10 (TIRS 1) dan band 11 (TIRS 2). Gelombang dari band 10
dan 11 dapat menangkap gelombang thermal atau suhu, sedangkan kombinasi
band 2 dan 5 digunakan untuk membedakan antara daratan dengan lautan.
Berikut merupakan langkah melakukan stacking menggunakan Er Mapper 7.1:
1. Klik Duplicate Layer

2. Duplicate layer diberi nama sesuai band yang akan di stack dan masukkan
data band dengan klik Load Dataset
b. Masking
Masking dilakukan untuk memisahkan antara daratan pulau Gili Raja dan lautan
sekitarnya. Berikut merupakan langkah melakukan masking menggunakan Er
Mapper 7.1
1. Load data hasil stacking dan buat Duplicate Layer

2. Masukkan algoritma untuk masking yaitu IF(I1-I2)<0 THEN I3 ELSE NULL


dimana Input 1 Band 5, Input 2 Band 2 dan Input 3 sesuai dengan layer
3. Apabila berhasil masking tampilan pulau akan berwarna hitam

c. Koreksi Nilai Radiance

3.5.2 Pengolahan Data Klorofil-a


Sebelum dihasilkan peta Suhu Permukaan Laut, dilakukan pemrosesan koreksi
citra terlebih dahulu. Dari melakukan stacking, beberapa koreksi dan masking.
Dalam Praktik Kerja Lapang kali ini pengolahan data terdiri dari beberapa tahap
yang akan digambarkan dalam diagram alir berikut:

Stacking
Koreksi Radiometrik

Masking

Masking

Layouting Peta

Anda mungkin juga menyukai