Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Tujuan Percobaan


1. Menentukan Overall Height of Diffusion (HDU).
2. Memperkirakan harga koefisien transfer massa overall.
3. Mengetahui pengaruh variabel operasi terhadap unjuk kerja tower.

I.2. Prinsip Percobaan


Air panas didinginkan dengan proses humidifikasi dalam Counterflow
Induced Draft Cooling Tower yang mempunyai Corrugated PVC Filling.

I.3. Dasar Teori


Cooling tower merupakan suatu peralatan yang digunakan untuk
menurunkan suhu aliran air dengan cara melepas panas dari air dan
mengemisikannya ke atmosfir. Saat cairan relatif panas dikontakkan secara
langsung dengan gas tidak jenuh, sebagian cairan akan menguap (terjadi
perpindahan massa). Temperatur cairan akan turun terutama disebabkan
panas laten penguapan. Prinsip tersebut sering digunakan untuk
humidifikasi udara dalam pengontrolan kandungan uap air dalam udara.
Prinsip kerja cooling tower ini adalah menghumidifikasi dimana terjadi
perpindahan panas sekaligus perpindahan massa.
Perpindahan panas yang terjadi berlangsung dari air yang mempunyai
suhu lebih tinggi ke udara yang mempunyai suhu lebih rendah. Perpindahan
panas yang terjadi adalah panas sensibel dari air panas ke udara yang lebih
dingin yang mengakibatkan turunnya temperatur air. Proses perpindahan
panas terjadi antara panas yang dibawa oleh air dan panas yang dibawa
udara agar dapat menguapkan kandungan uap air dari fasa air. Semakin
banyak kontak antara air dengan udara maka akan semakin besar nilai
humidity. Bila semakin besar kontak maka akan semakin banyak terjadinya
perpindahan panas maupun massa. Cara memperbesar kontak antara air
dengan udara yaitu dengan menambah sekat-sekat pada cooling tower.
Perpindahan massa terjadi karena adanya perbedaan konsentrasi. Pada saat
pertama kali udara yang masuk bersifat tidak jenuh dan saat keluar dari atas
cooling tower udara akan  jenuh yang memiliki cukup banyak kandungan
uap air. Pada grafik humidity dapat diketahui semakin tinggi temperatur
maka nilai humidity juga akan semakin besar.
Tujuan cooling tower yaitu me-recycle air proses sehingga dapat
digunakan kembali (ekonomis) dengan cara menurunkan temperatur air
proses tersebut. Proses pendinginan air proses dengan cooling tower terjadi
dengan mengontakkan air proses (air hangat) secara countercurrent dengan
aliran udara dimana air proses mengalir dari bagian atas menara turun
melewati packing dan menuju ke bagian bawah, sedangkan arah aliran udara
dari bagian bawah menara dan mengalir ke bagian atas menara melewati air
yang turun. Packing pada menara biasanya berupa slat dari plastik/ kayu/
packed bed. Air didistribusikan dan secara overflow turun melalui slat
grating/ packing yang menyediakan area kontak interfasial yang luas untuk
air dan udara dalam bentuk tetesan air dan lapisan film air.
Aliran udara melalui tower dihasilkan kipas pada bagian atas tower.
Driving force penguapan air ialah selisih antara tekanan uap air dengan
tekanan uap air pada suhu wet bulb-nya sehingga air hanya dapat
didinginkan hingga suhu wet bulb-nya saja. Dalam prakteknya, air dapat
didinginkan hingga lebih besar / sama dengan 3 K dari suhu wet bulb-nya.
Hanya sejumlah kecil air yang menguap selama pendinginan karena
panas penguapan air  2300 J/kg, dan perubahan suhu sebesar  8 K pada
air sebanding dengan kehilangan massa air sebesar 1,5%. Aliran air
diasumsikan konstan pada perhitungan tower. Kontak langsung antara fasa
gas dan liquid diperlukan untuk menghasilkan laju perpindahan panas dan
perpindahan massa yang besar. Karena laju perpindahan massa dikontrol
oleh tahanan fasa gas, maka digunakan spray / packed tower untuk
meningkatkan luas interfacial dan menimbulkan turbulensi pada fasa gas.
Bagian atas menara memiliki profil temperatur dan konsentrasi pada
interface sebagai berikut :
Gambar I.1 Profil suhu dan konsentrasi pada bagian atas menara

Pada bagian atas menara, uap air berdifusi dari interface ke fase bulk
gas dengan driving force (Hi – Hy) kg uap air per kg udara kering. Air
yang digunakan adalah air murni, maka dari itu tidak ada driving force
perpindahan massa di fase cair. Driving force suhu pada fase gas adalah
(Ti – Ty) dan (Tx – Ti) pada fase cair. Panas sensible yang dialami fase cair
merupakan panas laten dan panas sensible yang dialami fase gas.
Pada bagian bawah cooling tower, profil suhu dan konsentrasi di
bagian interface adalah sebagai berikut :

Gambar I.2 Profil suhu dan konsentrasi pada bagian bawah menara
Kondisi interface harus lebih dingin dari bulk air dan gradien suhu
pada air menuju ke interface (Ti < Tx) sehingga ada aliran panas sensible
ke interface dan ada aliran panas sensibel dari udara ke interface (Ty > Ti).
Panas laten dihasilkan dari penguapan air sehingga suhu udara di interface
menjadi lebih rendah dari suhu di bulk udara.. Oleh karena itu, temperatur
air dingin dapat lebih tinggi atau sama dengan suhu wet bulb udara tapi
bisa lebih kecil dari suhu dry bulb udara..

Persamaan-persamaan untuk merancang menara pendingin


berdasarkan pada bagian atas menara pendingin antara lain:
1. Neraca massa
2. Neraca entalpi
3. Laju perpindahan panas dalam fase cair dan gas
4. Laju perpindahan massa dalam fase gas

Untuk menara pendingin aliran berlawanan (counterflow):


Gambar I.4. Profil Cooling Tower.
Dengan harga:
L’ = laju alir air [kg/(det m2) atau lb/(j ft2)]
Tx = suhu air (˚C atau ˚F )
G’ = laju alir udara kering [kg/(det m2) atau lb/(j ft2)]
Ty = suhu udara (˚C atau ˚F )

Neraca entalpi :
G’. dHy = d(L’. Hx)
G ’ dH y=L ’ dH x (0)

Atau:
G ’( Hy 2−Hy1 )=L ’(Hx – Hx1) (0)

Bila entalpi cairan Hx = CL.(Tx-To) dan kapasitas panas air CL dianggap


konstan maka persamaan menjadi:
G’(Hy2 - Hy1) = L’ CL(Tx2-Tx1)
G’ dHy = L’ . CL (Tx2 – Tx1)
Atau:
G ’ dH y=L ’ C L dT x (0)

Dari persamaan (3), dapat diperoleh slope persamaan garis operasi sebagai
berikut:
dH y L ’ C L
= (0)
dT x G’

Dengan:
Hy = Entalpi total udara
Hx = Entalpi total cairan
Tx = suhu air
Ty = suhu udara
Dari persamaan (4) terlihat bahwa plot antara kurva kesetimbangan udara-
uap air dan kurva garis operasinya merupakan plot suhu air vs entalpi udara
 Laju perpindahan panas dari cairan ke interface :
d ( L ’ . H x )=L ’ C L dT x =h L . aH (T x – T i) (0)

Dimana:
hL = koefisien perpindahan panas dari cairan ke interface
aH = luas perpindahan panas per kontak volume

 Laju perpindahan panas dari interface ke phase gas :


Merupakan perpindahan panas sensible:
h y .(T i−T y). ah . dz=G ’ .C s . d T y (0)

Dimana:
hy = koefisien perpindahan panas dari interface ke phase gas

 Laju perpindahan panas laten dari interface ke gas :


Perpindahan massa uap air dari interface ke dalam phase gas,
bersamaan dengan perpindahan panas laten sehingga:
G ’ . dy o=k y . M B . o .(H i −H ) . aM . dz (0)

Dimana:
aM = luas perpindahan massa persatuan kontak volume
Catatan:
aM dan aH tidak harus sama, jika permukaan kontak tidak terbasahi
semua, maka aH > aM, tetapi bila permukaan kontak terbasahi semua :a H =
aM

Untuk packing yang luas permukaan interfasialnya terbasahi sempurna oleh


air maka : am = aH = a
Berdasarkan gambar mekanisme kontak antara cairan-gas, maka persamaan
(5) adalah sama dengan jumlah daari persamaan (6) dan (7):
G’. dHy = [ky.MB.o (Hi-H) a + hy (Ti - Ty).a] dz
hy
≈C s
Pada sistem udara-air, dengan aturan Lewis : ky. MB

maka :
h y≈C s .k y .M B
G'. dH y =[ k y . a . M B . λo. ( H i −H ) +C s . k y . M B . a. ( T i −T y ) ] . dz
Sehingga :
=k y . a . M B . [ λo . ( H i−H ) +C s . ( T i−T y ) ] . dz

=k y . a . M B . [ ( λo . H i +C s .T i ) −( λo . H +C s . T y ) ] dz
Diketahui bahwa entalpi campuran uap air-udara :
Hy = Cs.(T - To) + o.H
Sehingga :
G ’ . d H y =k y . a . M B .(H yi−H y ). dz (0)

Dengan neraca entalpi :


G'. dH y=d ( L'. H x ) =L' . c pL . dT=k y .a . M B . ( H yi −H y ) . dz
L' . c pL . dT=k y .a . M B . ( H yi −H y ) . dz
z T2 (0)
L' . c L
∫ dz=k . a . M . ∫ dT
0 y B T1 H yi −H y

Tahanan total didapat dari :


1 1 m'
= +
K y' ky' k x'
( 1− y A )*m ( 1− y A )im ( 1−x A ) im
Dimana untuk fasa liquid yang murni maka tahanannya kecil (m’ kecil),
suku kedua pada ruas sangat kecil dan dapat diabaikan, sehingga yang
mengontrol adalah tahanan fasa gas.
Maka : Ky’  ky’
Untuk nilai Hl.a>> maka slope garis

k L. a
− >> sehingga H yi≈H y∗¿ ¿
k y .a . M B . P
Persamaan (9) dapat ditulis sebagai berikut :
T2
L' . c pL
z=
K y . a . M B T1
∫ dT
H*−H y
T2
L'. c L dT
HDU= ND=∫
Sehingga , K y .a . M B dan T1 H*−H y

Dimana : Ky.a = koefisien transfer massa overall

Dari persamaan neraca energi dapat dibuat grafik entalpi-suhu yang


menggambarkan kondisi operasi di menara. Garis operasi NO terdiri dari
titik entalpi dan suhu di kondisi terminal (masuk dan keluar) dan garis
operasi menghubungkan kedua titik tersebut dengan gradien sebesar
L’.CL/G’. Dengan asumsi L’ konstan maka garis operasi berbentuk garis
lurus. Nilai H* dapat dicari secara grafik dengan mencari entalpi pada kurva
kesetimbangan pada suhu operasi.

H2'*

S
H2' O
T
R
U
H1'*
N
H1'

TL1 TL2

Gambar I.5. Kurva Kesetimbangan dan Garis Operasi Cooling Tower


Keterangan : L’ = superfacial mass velocity air
G’ = superfacial mass velocity udara
TL = temperatur air
H = entalpi udara/ satuan massa udara kering
cs = humid heat/ satuan massa udara kering
z = tinggi cooling tower
H = humidity udara
Karena menara pendingin beroperasi pada range temperatur yang
hampir sama maka digunakan pendekatan berupa beda 4–5oF antara
temperatur air keluar dengan temperatur wet bulb udara masuk. Pendekatan
tersebut dipakai sebagai patokan untuk mengetahui harga ND dalam
penentuan tinggi cooling tower.
Cooling tower dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
A. Berdasarkan arah aliran udara masuk terhadap arah air
 Cross flow : Udara masuk secara horizontal dari samping dan air
panas dialirkan dari atas cooling tower menggunakan pompa
sehingga terjadi aliran cross flow di mana arah aliran udara tegak
lurus dengan air panas.
 Counter flow : Udara masuk secara vertikal dari bawah dari bawah
cooling tower dan menemui air panas yang dialirkan secara gaya
gravitasi dari atas cooling tower pada bagian packing. Terjadi aliran
counter flow karena arah aliran udara dengan air panas berkebalikan.
Aliran Keuntungan Kerugian
Cross  Desainnya lebar sehingga  Butuh tempat
flow memungkinkan untuk lebih luas karena
dipasang area kerja untuk desainnya lebar
servis.  Beban operasi
 Cocok untuk operasi pada lebih besar
cuaca dingin karena distribusi
air pada packing lebih rata.
 Tidak memakan biaya pompa
karena pengaliran air panas
hanya dengan gaya gravitasi.
Counte  Luas tempat yang dibutuhkan  Rentan terhadap
r flow lebih sedikit. cuaca dingin (air
 Beban operasi lebih rendah. membeku) dan
 Opsi packing lebih banyak. panas
(membentuk
kerak)
 Servis susah
karena desain
tidak lebar
 Distribusi air
dalam packing
kurang rata

B. Berdasarkan pemakaian fan (kipas)


 Induced draft : Inlet fan dipasang di bagian atas menara pendingin dan
menyebabkan tekanan rendah. Induced draft menggunakan axial fan.
 Forced draft : Exhaust fan dipasang di bagian dasar menara pendingin
yang menyebabkan tekanan tinggi. Dapat menggunakan axial dan
centrifugal fan.
Menara pendingin induced draft memiliki fan yang besar untuk
mengalirkan udara melalui air yang disirkulasi. Air jatuh di atas permukaan
packing sehingga meningkatkan waktu kontak antara air dan udara dan
memaksimalkan perpindahan panas diantara keduanya. Laju pendinginan
menara induced draft bergantung pada parameter seperti diameter fan,
kecepatan operasi, tipe packing, dan lain-lain. Menara induced draft
memiliki range kapasitas yang besar. Menara dapat digabung untuk
mendapat kapasitas yang dikehendaki sehingga banyak menara pendingin
yang merupakan rakitan dari dua / lebih menara individu atau “sel”.
I.4. Hipotesis
1. Semakin besar laju alir air dalam menara, nilai HDU akan naik.
2. Semakin besar laju alir air dalam menara, nilai Ky.a. akan naik.
3. Semakin tinggi suhu air masuk, makin besar harga Ky.a.

Anda mungkin juga menyukai