Anda di halaman 1dari 41

NEUROMUSKULER

‘STROKE’
KELOMPOK B
- Luthfi Arifudin Putra 151810213009
- Caraka Dewi Cahyatri 151810213018
- Uslifah Izmarilda Yusrianti 151810213023
- Aulia Aviola 151810213027
Laporan Kasus

Kasus:
Pasien Umur 60 tahun dengan gangguan
hemiparese kanan, nilai otot atau MMT 2
hari ke 5 tidak ada gangguan sensoris
maupun koordinasi
IDENTITAS PASIEN
KETERANGAN UMUM PENDERITA :
1. No Register : 0192783
2. Nama : Tn. Y
3. Umur : 60 Tahun
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. Agama : Islam
6. Alamat : Gubeng, Surabaya
7. Pekerjaan : Pensiunan PNS
I. DATA MEDIS
A. Diagnosa
Hemiparese kanan stroke ischemic
infark lacunar
Diagnosa topis: posterior limb capsula
interna
B. Catatan Medis
Pasien rawat inap di RS X pada bulan
Februari awal selama 5 hari. Pasien
mulai menjalani program fisioterapi
pada tanggal 5 Februari dan selama 3
hari berturut turut hemodinamik
pasien normal
C. Pemeriksan Penunjang
 MRI (1/2/2021) :
Terdapat gambaran hiperitens arteri di
posterior limb capsula interna
 Laboratorium (1/2/2021):
Ureum darah : 18 mg/dl
HDL : 55 mg/dl
LDL : 147 mg/dl
Kolesterol total : 320 mg/dl
Serum kreatinin : 1,1 mg/dl
GDS : 126 mg/dl
WBC : 8840 mg/dl
SGOT : 27 u/dl
SGPT :10 u/dl
Trigliserida : 131 mg/dl
 Hasil Konsultasi :
Dr saraf
(Fisioterapi) mohon untuk memberikan intervensi kepada pasien atas
nama Tn. Y/L/60 th. Stroke ischemia cerebrum tipe infark lacunar pada
posterior limb capsula interna, terapi latihan dan mobilisasi bertahap
dengan tujuan jangka pendek meningkatkan tonus otot , kontrol tonus
otot dan mengurangi nyeri serta oedema.
D. Tindakan Medis
Medika Mentosa :
• Amlodipine 10 mg
• Clopidogrel bisulfate 75 mg
• Candesartan cilexetil 8 mg
• Vitamin B complex
• Simvastatin 20 mg
II. PEMERIKSAAN FISIOTERAPI
A. Anamnesis
Keluhan Utama :
• Kelemahan anggota gerak atas dan bawah pada sisi kanan.
• Tidak dapat berbicara dengan jelas/pelo.
RPS :
Disaat dirumah ketika meminum teh pasien menyadari bahwa teh yang sedang
diminumnya keluar dari sudut kanan mulutnya, anggota gerak tubuh sisi kanan
terasa lemah dan tidak bisa berdiri. Kemudian keluarga langsung membawa px ke
UGD dan dirujuk ke poli saraf pada tanggal 1 Februari 2021. Selama 5 hari px
menjalani rawat inap lalu dikonsulakn ke poli rehabilitasi medik untuk menjalani
perawatan fisioterapi.
RPD :
-
RPP :
Hipertensi, dyslipidemia
RPK :
Keluarga memiliki Riwayat hipertensi
B. Pemeriksaan Fisik

1. PEMERIKSAAN TANDA VITAL


(5/2/2021)
 KESADARAN :456
 TENSI : 140/80 mmHg
 NADI : 70x/menit
 TEMPERATUR : 36,5
 TINGGI BADAN : 170cm
 BERAT BADAN : 65kg
 FREKUENSI PERNAFASAN : 18x/menit
2. PEMERIKSAAN UMUM

 INSPEKSI
Statis: Bahu nampak lebih rendah di sisi dextra, bentuk wajah asimetris ke arah
sinistra, panjang tungkai nampak lebih panjang sisi dextra, terdapat oedem pada
ankle dan wrist kanan .
Dinamis: Pasien ketika diminta menggerakkan tangan dan kaki nampak terjadi
kelemahan

 PALPASI
Tonus : hipertonus ekstermitas sisi kanan
Suhu lokal : dingin disekitar area oedem ankle dan wrist dextra karena
gangguan sirkulasi.
Nyeri tekan :-
Nyeri diam :-
Nyeri gerak : terdapat nyeri gerak didaerah bahu akibat spasme.
Atrofi :-
Terdapat oedem pada pergelangan kaki dan tangan kanan karena imobilisasi lama.
3. PEMERIKSAAN GERAK

 Aktif
AGA dan AGB dextra tidak full ROM, tidak bisa melawan gravitasi.
AGA dan AGB sinistra full ROM, bisa melawan gravitasi.
 Pasif
AGA dan AGB sinistra full ROM.
AGA dan AGB dextra full ROM.
4. PEMERIKSAAN KHUSUS (FT. A/FT. B/FT. C/FT. D)

 Pemeriksaan sensoris :
• Pemeriksaan sensoris superficial :normal
• Pemeriksaan sensoris tajam tumpul : normal
• Pemeriksaan sensoris superficial dalam : normal

 Pemeriksaan koordinasi:
• Finger to nose : normal
• Finger to finger : normal

 VAS (Visual Analog Scale) : 4


Nyeri tekan :-
Nyeri diam :-
Nyeri gerak : terdapat nyeri gerak didaerah bahu akibat spasme.
 MMT:
• AGA dextra : kesan nilai 2
• AGB dextra : kesan nilai 2
• AGA AGB sinistra : kesan nilai 5
 Asworth scale:  Barthel index (pemeriksaan
fungsional)
2 sisi kanan
 Pemeriksaan refleks : Aktivitas Nilai
Makan 5
• Fisiologis :
Mandi 5
BPR TPR, KPR, APR (+2/+3)
Perawatan diri 5
• Patologis :
Berpakaian 5
Babinski -/+ Buang air kecil 5
Chaddok -/- Buang air besar 5
Hoffman -/- Toileting 5

Tromner -/- Transfer 5


Mobilitas 5
• Antropometri :
Naik turun tangga 0
Selisih 3 cm dari sisi sinistra
TOTAL 45
Selisih 2 cm dari sisi sinistra Total : 45 (Ketergantungan Berat)
III. DIAGNOSA FISIOTERAPI
PROBLEM KAPASITAS FISIK :
Oedema pada ankle dan wrist pada sisi dextra
Adanya problem nyeri
Adanya spastisitas
Adanya penurunan kekuatan otot
Potensi komplikasi immobilisasi lama

PROBLEM KEMAMPUAN FUNGSIONAL :


Belum mampu duduk mandiri
Belum mampu berdiri

PROBLEM PARTISIPASI SOSIAL :


Pasien tidak dapat bekerja
Pasien tidak mampu beribadah
IV. TUJUAN
TUJUAN JANGKA PENDEK
- Mengurangi nyeri
- Mengurangi oedem
- Mengurangi dan mencegah spastisitas agar tidak lebih
parah
- Meningkatkan kekuatan otot di sisi dextra
- Menjaga hemodinamik tetap normal

TUJUAN JANGKA PANJANG


- Dapat duduk dengan mandiri dan seimbang
- Dapat berdiri dengan mandiri dan seimbang
- Transfer secara mandiri
RENCANA TINDAKAN

01 02 03 04 05

ACTIVE ANKLE MASSASE


PUMPING
ACTIVE HAND STRENGTHENING
DEEP BREATHING PUMPING EXC
EXERCISE
06 07 08 09

POSITIONING

LATIHAN DUDUK LATIHAN LATIHAN BERDIRI


STABILISASI DENGAN
BANTUAN
PELAKSANAAN
1. DBE (Deep Breathing Exercise)
Posisi Pasien : bila memungkinkan posisikan pasien duduk dengan
sanndaran bed, apabila tidak dapat dilakukan dalam posisi tidur
Posisi Terapis : terapis berdiri di samping pasien
Tujuan : untuk merileksasi dan mengoptimalkan fungsi paru karena
imobilisasi tirah baring
Pelaksanaan : Pasien diminta untuk inspirasi sedalam mungkin melalui
hidung, mengeluarkan melalui mulut (mencucu) secara rileks.
Dosis :
Repetisi : 3 – 5 x pengulangan tiap sesi, istirahat 1 – 2 menit (3 –
4 sesi).
Durasi : 10 – 15 menit.
Frekuensi : 3 – 5 x/hari.
2. ACTIVE ANKLE PUMPING
Posisi Pasien : bila memungkinkan posisikan pasien duduk
dengan sanndaran bed, apabila tidak dapat dilakukan dalam
posisi tidur
Posisi Terapis : terapis berada di samping pasien
Tujuan : untuk mencegah deep vein thrombosis karena tirah
baring
Pelaksanaan : menggerakkan pergelangan kaki ke arah dorso
flexi dan plantar fleksi baik secara aktif maupun pasif
Dosis : dilakukan sebanyak 10 kali hitungan pada tiap sisi kaki
dengan pengulangan 3-5 kali
3. ACTIVE HAND PUMPING
Posisi Pasien : bila memungkinkan posisikan pasien duduk
dengan sanndaran bed, apabila tidak dapat dilakukan dalam
posisi tidur
Posisi Terapis : terapis berada di samping pasien
Tujuan : untuk mencegah deep vein thrombosis karena tirah
baring
Pelaksanaan : menggerakkan pergelangan tangan ke arah flexi
dan ekstensi baik secara aktif maupun pasif
Dosis : dilakukan sebanyak 10 kali hitungan pada tiap sisi kaki
dengan pengulangan 3-5 kali
4. Massase
Posisi pasien : Terlentang di bed.
Posisi terapis : disamping pasien.
Tujuan : meningkatkan suplai darah dan nutrisi otot,
menurunkan nyeri akibat spasme otot.
Pelaksanaan :
Circular Kneading
a. Dua tangan terapis begerak bergantian sepanjang anggota
gerak
b. menekan jaringan lunak pada tulang dan otot.
c. Gerakan terapis dalam arah memutar dari bawah keatas
Dosis : 5-15 menit.
5. Strengthening exercise pada AGA (D/S)
dan AGB (D/S)
Tujuan :meningkatkan kekuatan otot pada keempat ekstremitas
Posisi pasien : berbaring
Posisi terapis : disamping pasien
Pelaksanaan :
1. Berikan arahan pada bagian otot yang akan dilatih, lalu minta pasien untuk
melawan tahanan sesuai arahan
Dosis : 8x repetisi

Catatan :
1. Jika pasien belum mampu, dilakukan aktif assistive
2. Latihan dilakukan apabila hemodinamik px stabil
6. LATIHAN DUDUK
Transfer terlentang ke duduk yang dilakukan dalam pola diagonal dapat
dilakukan baik dari sisi yang terlibat maupun yang tidak terlibat. Sebagian besar
tubuh individu mampu melakukan aktivitas fungsional dalam pola gerakan
diagonal. Pola pergerakan diagonal cenderung lebih fungsional dan juga
lebih hemat energi.
( Martin & Kessler.,2000 )
A. Supine to Sit Transfer on a Diagonal Pattern
Tujuan : Teknik ini memberi pasien keuntungan mekanis dan mengurangi
pekerjaan yang perlu dilakukan perut. Karena pasien dapat menyelesaikan transisi
dengan lebih mudah, derajat kemiringan dapat diturunkan

Posisi Pasien : berawal seperti posisi bridging


Posisi Terapis : berdiri disamping kiri pasien
Posisi Tangan : tangan kiri diletakkan pada
lutut sisi kiri pasien dan tangan kanan di
letakkan pada sisi bahu kanan pasien

Pelaksanaan :
1. Pasien diminta menggeser ke tepi bed.
Manuver ini dilakukan dengan bridging dan
kemudian menggerakan upper trunk dan
kepala
2. Pasien diminta
membawa ektremitas
bawah dari permukaan
tempat tidur

CATATAN :
- Memeriksa hemodinamik
3. Pasien didorong untuk melipat pasien (tensi, nadi, RR).
dagunya dan menjangkau ke - Terapis mungkin membantu
depan dengan ektremitas atas mengangkat kepala pasien dari
yang tidak terdampak. Terapis tempat tidur atau menopang
memberikan petunjuk manual di pasien di atas bantal atau
pinggul dan panggul atau korset guling untuk membuat tugas /
bahu sesuai kebutuhan gerakan lebih mudah bagi
individu dengan otot
abdominal yang lemah.
B. Double Arm Elevation Sitting Position
Tujuan : Kombinasi gerakan Posisi Terapis : disamping
ini membantu dalam pasien, dengan diberi
mempertahankan fungsi Posisi pasien : Posisi pasien
bahu dan dapat membatasi sitting.
perkembangan spastisitas
pada otot latissimus dorsi, Pelaksanaan :
yang telah diketahui
berkontribusi pada postur 1. Mengatupkan kedua
abnormal (Johnstone, 1995). tangan
2. Memposisikan Jempol
dapat di tambahkan yang terdampak harus
aproksimasi ke arah bawah
berada paling luar
dan tidak boleh dilakukan
untuk menjaga ruang
Gerakan swing / mengayun,
karena gerakan swing tidak dan mencegah tonus
bertujuan / tidak memiliki pola abnormal
fungsional dan tidak 3. Memerintahkan pasien
mendapatkan kontrol secara aktif me elevasi
neuromuscular bahu pada sisi
kan lengan nya
yang sakit
( Heru Purbo.,2020 )
7. LATIHAN STABILISASI
A. Core Stability Duduk, Berbaring
Posisi pasien : duduk
Posisi terapis : duduk di depan pasien
Tujuan : untuk melatih posisi netral
punggung, co aktivasi otot otot core,
memfasilitasi gerak pelvic tilt anterior,
posterior, memperbaiki COG
Pelaksanaan :
1. Terapis memberikan sentuhan
rangsangan taktil pada paraspinal
(m.Multifidus, illiocostalis lumborum,
dll)
2. Jari lainnya diposisikan diperut untuk
memfasilitasi gerak pelvic tilt posterior
Dosis : 4-6 kali pengulangan
B. Weight Bearing on Hand

Posisi pasien : duduk


Posisi terapis : duduk berada di sisi sakit
Tujuan : melatih tumpuan saat duduk pada
ekstremitas atas, stimulasi mekanoreseptor,
inhibisi spastisitas, stabilisasi sendi.
Pelaksanaan :
1. Bila pasien terlihat belum dapat duduk
stabil dibantu dengan sabuk
2. Terapis memasang bobath arm sling with
a humeral cuff pada pasien
3. Terapis sambil menyangga berat tubuh
sisi sakit
4. Meminta atau mengarahkan pasien
ekstensikan siku dan wrist
5. Meminta pasien mempertahankan
posisi tersebut
C. Reaching

Posisi pasien : duduk


Posisi terapis : duduk di depan pasien
atau samping
Tujuan : melatih gerak flexi shoulder
90ᵒ, kemampuan meraih benda,
fasilitasi weight shifting.
Pelaksanaan :
1. Bila pasien terlihat belum dapat
duduk stabil dibantu dengan
sabuk
2. Lengan yang paresis diminta flexi
90ᵒ dibantu lengan yang sehat
3. Kemudian diberi rangsangan
untuk mengambil benda
8. LATIHAN BERDIRI
A. Stand To Pivot Transfer
Posisi pasien : duduk
Posisi terapis : berdiri di depan pasien
Tujuan : melatih kemampuan pasien dari duduk
ke berdiri
Pelaksanaan :
1. Bila pasien terlihat belum dapat duduk
stabil dibantu dengan sabuk
2. Terapis menempatkan lutut nya disebelah
lutut px
3. Terapis memposisikan lengan dan tangan
px
4. Terapis meminta px mengangkat tubuhnya
untuk berdiri sekuatnya
5. Pasien berdiri
6. Pasien memutar kakinya untuk duduk di
bed
9.Edukasi
-Positioning
Salah satu intervensi fisioterapi yang paling penting adalah positioning. Positioning segera
dilakukan dengan mengikuti perkembangan pasien stroke.

Positioning memiliki karakteristik pola sinergis yang bertujuan untuk merangsang atau
menstimulasi fungsi motorik, meningkatkan fungsi sensorik dan pernapasan,
mempertahankan ROM yang dimiliki pada bagian leher, trunk dan ekstremitas serta
mencegah ulkus (apabila pasien tirah baring lama, dalam hal ini kondisi pasien masih
flaccid).

Dalam positioning, pasien harus bisa memposisikan ke arah sisi yang sehat maupun ke sisi
yang sakit/lemah. Bagian mendapat perhatian lebih ialah pada bagian shoulder dan pelvic
gidles. Karena biasanya pada otot rhomboideus dan otot gluteus maximus akan kaku dan
mempengaruhi pola spastik pada pasien stroke. Maka shoulder dan pelvic gidles harus
diposisikan untuk meminimalkan efek spastisitas dan kekakuan otot.
A. Supine Positioning
Posisi terapis : disamping bed pasien kemudian menyiapkan
bantalan atau handuk untuk menyangga pasien.
Posisi pasien : lying, diatas bed dengan bantal menyangga head
and neck pasien.
Tujuan : untuk menurunkan tonus pola spastik, meminimalkan
spatisitas dan kekakuan otot.
Pelaksanaan :
1. Posisikan pasien terlentang dengan ekstremitas atas (bahu
dan lengan) sisi yang sakit dengan bahu diarahkan menuju
arah abduksi, eksternal rotasi dengan posisi elbow ekstensi
dan wrist supinasi.
2. Beri ganjalan bantal/handuk pada bahu dan lengan pasien
kurang lebih setebal 1,5 inchi atau senyaman mungkin bagi
pasien untuk membentuk posisi retraksi pada bahu.
3. Kemudian untuk ekstremitas bawah (tungkai), posisikan hip
dan knee dalam posisi ekstensi dan ankle posisi dorsifleksi.
4. Kemudian beri bantal/handuk pada knee kurang lebih
setebal 1,5 inchi atau senyaman mungkin bagi pasien untuk
membentuk fleksi knee dan sedikit posisi fleksi pada hip.
B. Side-lying Positioning (Miring ke Sisi yang
Sehat) Posisi terapis : disamping bed pasien kemudian menyiapkan bantalan
atau handuk untuk menyangga pasien.
Posisi pasien : lying, diatas bed dengan bantal menyangga head and
neck pasien.
Tujuan : untuk menurunkan tonus pola spastik, meminimalkan
spatisitas dan kekakuan otot.
Pelaksanaan :
1. Posisikan pasien terlentang dengan ekstremitas atas (bahu dan
lengan) sisi yang sakit dengan bahu diarahkan menuju arah abduksi,
eksternal rotasi dengan posisi elbow ekstensi dan wrist supinasi.
2. Kemudian posisikan ekstremitas bawah (tungkai) sisi yang sakit
dengan posisi hip fleksi dan knee fleksi .
3. Setelah itu, posisikan tangan terapis pada bahu serta hip dan knee
untuk memiringkan pasien ke sisi yang sehat, pastikan trunk dalam
posisi neutral.
4. Setelah posisi pasien miring, beri bantal/handuk dengan
memposisikan sisi yang sakit pada bahu dengan posis sedikit
protaksi, elbow ekstensi dan wrist pronasi dengan rilleks.
5. Pada ekstremitas bawah, berikan bantal/handuk dengan
memposisikan kedua tungkai pada posisi fleksi, agar pada sisi yang
sakit membentuk posisi fleksi hip, fleksi knee dan ankle dorsifleksi.
C. Side-lying Positioning (Miring ke Sisi yang
Sakit) Posisi terapis : disamping bed pasien kemudian menyiapkan bantalan
atau handuk untuk menyangga pasien.
Posisi pasien : lying, diatas bed dengan bantal menyangga head and
neck pasien.
Tujuan : untuk menurunkan tonus pola spastik, meminimalkan
spatisitas dan kekakuan otot.
Pelaksanaan :
1. Posisikan pasien terlentang dengan ekstremitas atas (bahu dan
lengan) sisi yang sakit dengan bahu diarahkan menuju arah
abduksi, eksternal rotasi dengan posisi elbow ekstensi dan wrist
supinasi.
2. Kemudian posisikan ekstremitas bawah (tungkai) sisi yang sehat
dengan posisi hip fleksi dan knee fleksi .
3. Setelah itu, posisikan tangan terapis pada bahu serta hip dan
knee sisi yang sehat untuk memiringkan pasien ke sisi yang sakit,
pastikan trunk dalam posisi neutral.
4. Setelah posisi pasien miring, beri bantal/handuk dibelakang tubuh
pasien pada bagian punggung atas hingga tungkai bawah pasien.
5. Kemudian arahkan ekstremitas atas dan bawah sisi yang sehat
untuk disangga pada bantalan yang sudah diatur.
6. Posisikan kaki yang sakit dalam keadaan fleksi, sehingga
terbentuk pola sinergis ektremitas bawah.
Daftar Tindakan :
Tgl 5/2/2021: Tgl 6/2/2021: Tgl 7/2/2021:
1. DBE 1. DBE 1. DBE
2. Active ankle dan 2. Active ankle dan 2. Strengthening exc
hand pumping hand pumping 3. Latihan Duduk
3. Massase 3. Massase - Double Arm
4. Strengthening exc 4. Strengthening exc Elevation Sitting
5. Latihan Duduk 5. Latihan Duduk Position
- Supine to Sit - Double Arm 4. Latihan Stabilisasi
Transfer on a Diagonal Elevation Sitting - Core Stabilisasi
Pattern Position - Weight Bearing
6. Edukasi : Positioning 6. Latihan Stabilisasi on Hand
- Core Stabilisasi - Reaching
- Weight Bearing 5. Latihan Berdiri
on Hand dengan bantuan
- Reaching - A. Stand To Pivot
7. Edukasi : Positioning Transfer
6. Edukasi : Positioning
VII. Evaluasi
(5 Februari 2021) spastisitas. (7 Februari 2021) tetap normal
S : nyeri akibat spasme - Meningkatkan S : nyeri akibat spasme I:
sedikit berkurang, kekuatan otot di berkurang, MMT ↑, DBE
oedem,MMT tetap sisi dextra. oedem sudah tidak Strenthening exc
sama. - Menjaga nampak, sudah bisa Latihan Duduk
O : VAS :Nyeri tekan : - hemodinamik duduk mandiri, berdiri - Double Arm Elevation
Nyeri diam : - tetap normal dengan bantuan. Sitting Position
Nyeri gerak bahu : 3 I: O : VAS :Nyeri tekan : - Latihan Stabilisasi
MMT : 2 DBE Nyeri diam : - - Core Stabilisasi
Antropometri : Active ankle dan hand Nyeri gerak bahu : 2 - Weight Bearing
- Selisih 3 cm dari pumping MMT : 3 on Hand
sisi sinistra. Massase A : hemiparese dextra et - Reaching
- Selisih 2 cm dari Strengthening exc causa stroke infark Latihan Berdiri dengan
sisi sinistra Latihan Duduk lacunar bantuan
A : hemiparese dextra - Supine to Sit P: - A. Stand To Pivot
et causa stroke Transfer on a - Meningkatkan MMT Transfer
infark lacunar Diagonal Pattern - Melatih duduk Edukasi : Positioning
P: Edukasi : Positioning - Melatih stabilisasi
- Mengurangi nyeri - Melatih berdiri
- Mengurangi - Menjaga hemodinamik
VIII.PROGNOSA (Fisik dan fungsional)

Quo ad vitam : Bonam


Quo ad functionam : Bonam
Quo ad sanationam : Bonam
IX. RESUME
Seorang laki-laki berinisial Tn. Y usia 60 th dengan diagnosa hemiparese kanan
stroke ischemic infark lacunar pada posterior limb capsula interna, pada tanggal 1 Februari.
Kemudian dilakukan pemeriksaan fisioterapi ditemukan MMT nilai 2, nyeri gerak dengan VAS
nilai 4, terdapat hipertonus, bahu asimetris, bentuk wajah asimetris, panjang tungkai
asimetris, terdapat oedem pada ankle dan wrist. Terdapat reflek patologis dengan reflek
fisiologis meningkat, sensoris dan koordinasi normal.
Keluhan utama pasien adalah kelemahan anggota gerak atas dan bawah pada sisi
kanan, tidak dapat berbicara dengan jelas/pelo. Pasien memiliki problem kapasitas fisik,
Adanya problem nyeri, adanya spastisitas, adanya penurunan kekuatan otot, potensi
komplikasi immobilisasi lama, oedema pada ankle dan wrist pada sisi dextra, dengan
problem kapasitas fungsional belum mampu duduk mandiri, belum mampu berdiri. Rencana
tindakan yang diberikan ialah DBE exercise, active ankle pumping dan hand pumping, massase,
strengthening exc, latihan duduk (supine to sit transfer dan diagonal pattern, dan double arm
elevation sitting postion), stabilisasi (core stability duduk, weight bearing on hand, reaching),
berdiri (stand to pivot transfer), edukasi dengan positioning.
Pertanyaan

1. Mengapa perlu diberikan core stability? Apa tdk pengaruh ke


hemodinamik?
2. Pemeriksaan adanya oedem, dikarenakan apa penyebab oedem?
3. Ada banyak latihan, apa precaution px stroke? Riwayat penyakit
pemberat hipertensi, DM, gg.ginjal, pemberian dosis yg tepat,
TERIMA
KASIH
CUSTOMER SATISFACTION
No! Meh Good Whoa!

Anda mungkin juga menyukai