KELOMPOK 2
ANGGOTA
IFTI RAHMATIKA (4401418046)
NURUL AULIA ZAHRA (4401418064)
BELLA SAFIRA SALSABILA (4401418068)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
I. Tujuan
1. Mengenal sifat genetik manusia yang ditentukan oleh gen yang terangkai
pada kromosom seks.
2. Mengetahui perbedaan jumlah penderita buta warna berdasarkan jenis
kelamin.
III. Metode
a. Alat dan Bahan
1. Buku Ishihara
2. Alat tulis
b. Cara Kerja
Berdasarkan
Meminta Mencatat
kunci pada
anggota setiap hasil Melakukan Menghimpun
Menentu- buku ishihara,
kelompok yang pembacaan pada data kelompok Mengambil
kan menentukan
ditunjuk untuk angka pada anggota menjadi data kesimpulan
anggota fenotip dan
membaca tabel kelompok kelas, dari
kelompok kemungkinan
angka yang pengamata yang lain membedakan kegiatan
yang akan genotip
terdapat pada n yang secara berdasarkan tersebut
diuji masing-masing
setiap lembar telah bergantian jenis kelamin
anggota
buku ishihara tersedia
kelompok
IV. Hasil
a. Data Pengamatan
Data Kelompok
Data Kelas
No Nama Frekuensi
b. Analisis Data
Ifti :
Total plate terbaca = 38
Persentasi = 38/38 x 100 %
100% normal
Nurul :
Total plate terbaca = 38
Persentasi = 38/38 x 100 %
100% normal
Bellsaf :
Total plate terbaca = 38
Persentasi = 38/38 x 100 %
100% normal
V. Pembahasan
Pada praktikum kali ini membahas mengenai gen yang terangkai seks
yaitu dengan tes buta warna pada seluruh sampel yang diambil dari masing-
masing praktikan Pendidikan Biologi A 2018. Buta warna sebenarnya merupakan
ketidakmampuan seseorang untuk membedakan warna tertentu, yaitu suatu
kondisi ketika sel-sel retina tidak mampu merespon warna dengan semestinya.
Sel-sel kerucut didalam retina mata mengalami perlemahan atau kerusakan. Orang
tersebut biasanya tidak buta semua warna melainkan warna-warna tertentu saja.
Meskipun demikian ada juga orang yang sama sekali tidak bisa melihat warna jadi
hanya tampak sebagai hitam, putih dan abu abu saja. Pada keadaan normal, sel
kerucut (cone) di retina mata mempunyai spektrum terhadap tiga warna dasar,
yaitu merah, hijau dan biru. Pada orang yang mempunyai selsel kerucut yang
sensitif untuk tiga jenis warna ini, maka ia dikatakan normal. Pada orang tertentu,
mungkin hanya ada dua atau bahkan satu atau tidak ada sel kerucut yang sensitif
terhadap warna-warna tersebut. Pada kasus ini orang disebut buta warna. Jadi buta
warna biasanya berkaitan dengan warna merah, biru atau hijau. Gejala umum buta
warna yaitu kesulitan membedakan warna merah dan hijau (yang paling sering
terjadi), atau kesulitan membedakan warna biru dan hijau (jarang ditemukan).
Gejala untuk kasus yang lebih serius berupa; objek terlihat dalam bentuk
bayangan abu-abu (kondisi ini sangat jarang ditemukan), dan penglihatan
berkurang.
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah buku test
butawarna (Ishihara’s test). Tes Ishihara adalah sebuah metode pengetesan buta
warna yang dikembangkan oleh Dr. Shinobu Ishihara. Tes ini pertama kali
dipublikasikan pada tahun 1917 di Jepang. Sejak saat itu, tes ini terus digunakan
di seluruh dunia, sampai sekarang. Tes buta warna Ishihara terdiri dari lembaran
yang didalamnya terdapat titiktitik dengan berbagai warna dan ukuran. Titik
berwarna tersebut disusun sehingga membentuk lingkaran. Warna titik itu dibuat
sedemikian rupa sehingga orang buta warna tidak akan melihat perbedaan warna
seperti yang dilihat orang normal.
Berdasarkan hasil data pengamatan kelompok, didapatkan hasil bahwa
adik perempuan Ifti, kakak perempuan Nurul, dan adik perempuan Bellsaf
memiliki mata normal dengan persentase 100%. Hal ini ditunjukan dengan tidak
adanya kesalahan pembacaan pada buku ishihara. Selain itu ketika seluruh
anggota keluarga Ifti, Nurul, dan Bellsaf melakukan Ishihara’s Test menunjukan
hasil yang sama. Semua anggota keluarga membaca plate dengan benar dan tidak
ada kesalahan. Maka dapat disimpulkan bahwa keluarga Ifti, Nurul, dan Bellsaf
tidak memiliki gen buta warna. Begitu pula pada data kelas yang didapatkan.
Seluruh probandus menunjukan hasil 100% normal dan tidak mengalami buta
warna.
Kasus buta warna sering ditemukan pada laki – laki. Biasanya buta warna
disebabkan oleh faktor keturunan atau gen. Gen buta warna disebabkan oleh gen
resesif yang terkait kromosom X. Seorang perempuan yang mempunyai dua
kromosom X, sehingga apabila salah satu dari kromosomnya terdapat gen yang
menyebabkan buta warna, kromosom lainnya masih dapat berperan secara
normal, dan orang tersebut tidak menderita buta warna. Seorang laki-laki yang
mempunyai kromosom XY, akan buta warna apabila pada kromosom X nya
terdapat gen yang membawa sifat tersebut. Akan tetapi seorang dengan pembawa
sifat berpotensi menurukan faktor buta warna kepada anaknya kelak.
Selain karena faktor keturunan, buta warna juga dapat disebabkan oleh
kelainan yang didapat selama kehidupannya. Misalnya suatu kecelakaan pada
mata. Selain itu buta warna dapat diartikan sebagai suatu kelainan penglihatan
yang disebabkan ketidakmampuan sel-sel kerucut pada retina mata untuk
menangkap suatu spektrum warna tertentu sehingga warna objek yang terlihat
bukan warna yang sesungguhnya. Pada keadaan normal, terdapat bagian mata
yang disebut retina. Retina memiliki dua macam sel yaitu sel batang (rod cells)
dan sel kerucut (cone cells) yang peka terhadap cahaya. Sel batang ini lebih peka
pada malam hari dan juga warna hitam dan putih. Sedangkan sel kerucut lebih
banyak bekerja pada siang hari yang peka terhadap berbagai warna. Pada bagian
tengah retina, terdapat photoreceptor atau cone (seperti kantung) yang
memungkinkan kita untuk bisa membedakan warna. Photoreceptor ini terdiri dari
tiga pigmen warna; yaitu merah, hijau dan biru. Gangguan persepsi terhadap
warna terjadi apabila satu atau lebih dari pigmen tersebut tidak ada atau sangat
kurang. Mereka dengan persepsi warna normal disebut Trichromats. Mereka yang
mengalami defisiensi salah satu pigmen warna disebut dengan Anomalous
Trichromats. Tipe ini adalah yang paling sering ditemukan. Sedangkan mereka
yang sama sekali tidak memiliki salah satu dari pigmen warna itu disebut
drichromat.
VI. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum poligeni yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Salah satu sifat genetik manusia yang ditentukan oleh gen yang terangkai pada
kromosom seks adalah buta warna, pada praktikum ini tidak ditemukan adanya
penderita buta warna pada semua probandus (normal 100%).
2. Berdasarkan jenis kelamin, tidak ditemukan perbedaan jumlah penderita buta
warna pada laki-laki dengan jumlah penderita buta warna perempuan. Namun
berdasarkan teori, jumlah laki-laki penderita buta warna seharusnya lebih
banyak dari jumlah perempuan penderita buta warna. Hal ini disebabkan
karena kelainan ini dibawa oleh kromosom X, dimana seorang perempuan
memiliki dua kromosom X sedangkan laki-laki hanya memiliki satu. Apabila
kromosom X yang didapat laki-laki membawa faktor buta warna, maka ia tidak
punya cadangan kromosom X sehingga potensi terkena buta warnanya akan
lebih besar.
Keterangan:
Keterangan:
Keterangan: