Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI

MENGHITUNG DENSITAS DAN FREKUENSI POPULASI HEWAN


CACING TANAH

Dosen Pengampu :

Prof. Dr. Sri Ngabekti, M.S.

Disusun oleh :

Nurul Aulia Zahra (4401418064)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2021
A. Judul Praktikum
Menghitung Densitas dan Frekuensi Populasi Hewan : Cacing Tanah dengan
Luas Plot 30x30x30 cm Sebanyak 5 Plot.

B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktikum ini adalah untuk menghitung densitas dan frekuensi populasi
hewan cacing tanah.

C. Landasan Teori
Cacing tanah merupakan makhluk hidup dengan pembagian berdasarkan ukuran
tubuhnya ada dua, yaitu Megadrilli dan Mikrodrilli. Secara ekologi, cacing tanah
terbagi menjadi 3 kelompok yaitu epigeik, endogeik dan anesik. Adanya keragaman
vegetasi di perkebunan merupakan sumber energi bagi organisme tanah. Tanah
perkebunan merupakan pembentuk humus utama bagi tanaman. Kesuburan tanah
ditentukan oleh beberapa faktor, seperti jenis batu induk yang membentuknya,
kondisi selama dalam proses pembentukan, tekstur dan struktur tanah yang meliputi
kelembaban, suhu, air tanah, topografi wilayah, vegetasi dan jasad-jasad hidup.
Adapun salah satu indikator kesuburan tanah adalah cacing tanah. Keanekaragaman
cacing tanah pada suatu lokasi dapat dimanfaatkan untuk mengevaluasi tanah yang
terkontaminasi residu pestisida, pengolahan tanah, pemadatan dan bahan organic
(Nisa, dkk. 2020).
Keberadaan cacing tanah dapat dijadikan bioindikator produktivitas
keberlangsungan fungsi tanah, dimana organisme ini berperan besar dalam perbaikan
kesuburan tanah dengan menghancurkan secara fisik bahan organik menjadi humus,
menggabungkan bahan pembusuk lapisan tanah bagian atas, membentuk kemantapan
agregat antara bahan organik dan bahan mineral tanah (Nisa, dkk. 2020).
Terkait dengan hal ini, Krebs (dalam Ruswahyuni, 2010) menyatakan bahwa
keanekaragaman menunjukkan keberadaan spesies dalam ekosistem. Suatu cara
untuk menyatakan indeks keanekaragaman menurut Odum (dalam Ruswahyuni,
2010) adalah dengan persentase komposisi spesies dalam contoh, dimana semakin
tinggi nilai indeks keanekaragaman berarti semakin banyak spesies dalam contoh.
Semakin banyak spesies atau genera yang terdapat dalam sampel yang diambil
semakin besar keanekaragamannya, meskipun harga ini sangat tergantung dari
jumlah total masing-masing individu spesies atau genera tersebut.
Populasi berasal dari bahasa latin yaitu populus = rakyat, berarti penduduk. Di
dalam pelajaran ekologi yang dimaksudkan dengan populasi adalah sekelompok
individu yang sejenis. Dengan kata lain, populasi adalah kelompok kolektif
organisme-organisme dari jenis yang sama yang menduduki ruang atau tempat yang
terbuka, dan memiliki berbagai ciri atau sifat yang merupakan milik yang unik dari
kelompok dan tidak merupakan milik individu di dalam kelompok itu (Irwan, 2019).
Untuk mengetahui kepadatan suatu populasi di dalam ekosistem, Suin (dalam
Anwar dkk., 2010) menyatakan bahwa kepadatan populasi dapat dihitung dengan :
𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐈𝐧𝐝𝐢𝐯𝐢𝐝𝐮
K = 𝐉𝐮𝐦𝐚𝐡 𝐜𝐨𝐧𝐭𝐨𝐡/𝐕𝐨𝐥𝐮𝐦𝐞

K = Kepadatan Populasi
Adapun pada sebaran (distribusi), Suin (dalam Anwar dkk., 2010) menyatakan
bahwa hal ini dapat dihitung dengan Koefisien Dispersi :
Kd = X2 / (N-1)
Dimana:
X2 = S2 (N-1) : X
Kd = Koefisien disperse
S2 = Varian
N = Jumlah Contoh
X = rata-rata
Bila:
Kd = mendekati 1 berarti distribusinya secara acak
Kd = 0 berarti distribusinya beraturan
Kd > 1 berarti distribusinya berkelompok.
Manfaat cacing tanah erat kaitannya dengan ekosistem tanah. Pengkajian terkait
hal ini tentunya bermanfaat bagi kegiatan manusia, khususnya di sektor pertanian dan
perkebunan yang tentunya memerlukan media tanah dengan kualitas yang baik.
Subowo (dalam Fitri dkk., 2015) menyatakan bahwa adanya cacing tanah dapat
membantu meningkatkan aerasi di dalam tanah. Hal ini demikian terjadi karena
cacing tanah dapat mengolah tanah dengan cara membuat lubang pada tanah. Hal ini
akan mendesak massa tanah sehingga kepadatan tanah akan menurun dan hal ini
berlangsung secara terus-menerus sesuai dengan daya dukungnya.

D. Alat dan Bahan


Alat : alat pengeruk tanah, mistar, kantong plastik.
Bahan : tanah kebun yang gembur.

E. Cara Kerja
1. Mengambil sampel tanah ukuran 30x30x30 cm3 di habitat cacing tanah
dengan pengeruk tanah.
2. Memasukkan sampel tanah ke dalam suatu wadah.
3. Memisahkan cacing dari tanah dengan hand sorted (sortir tangan).
4. Mengumpulkan cacing pada wadah dan menghitung jumlahnya.
5. Melakukan sampling dengan 5x ulangan, melakukan setiap ulangan dengan
cara yang sama.
6. Jika sudah selesai menghitung, mengembalikan cacing tanah ke habitat
semula.
7. Menyajikan data dalam tabel yang efektif dan mudah dibaca.
8. Mengamati warna fisik tanah, dan jika ada soiltester, mengukur suhu dan
pH tanah.
9. Merekam kegiatan praktikum dalam bentuk video dan foto kegiatan
eksplorasi, sebagai bukti kegiatan yang telah dilakukan.

Hasil eksplorasi kerapatan cacing tanah


Lokasi :
Tanggal eksplorasi :
Kondisi cuaca :
Sampling Jumlah Warna Tekstur Foto hasil dan lokasi
ke cacing tanah Tanah sampling
tanah
1.
2.

3.

4.

5.

10. Menghitung kerapatan cacing tanah per meter3.


11. Menyusun laporan secara lengkap untuk dikonsultasikan dengan asisten,
setelah diacc, mengunggah laporan praktikum ke ELENA.
F. Data Pengamatan
Hasil eksplorasi kerapatan cacing tanah
Lokasi: Tanah belakang rumah Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang
Tanggal eksplorasi : 21 Maret 2021
Kondisi cuaca : Cerah berawan
Sampling Jumlah Warna Tekstur Tanah Foto hasil dan lokasi
ke cacing tanah sampling
tanah
1. 1 Cokelat Jenis Humus,
Gelap Tekstur
Gembur

2. 5 Cokelat Jenis Humus,


Gelap Tekstur
Gembur
3. 2 Cokelat Jenis Humus,
Gelap Tekstur
Gembur

4. 3 Cokelat Jenis Humus,


Gelap Tekstur
Gembur

5. 8 Cokelat Jenis Humus,


Gelap Tekstur
Gembur dan
Lembab

Analisis Data
a. Menghitung Densitas Kerapatan Populasi
Jumlah Cacing
Rumus Densitas Kerapatan Populasi = K = Volume Plot (m)

Dengan K = Kerapatan Populasi.


Jumlah Cacing
Plot 1 = K = Volume Plot (m)
1
= (30cmx30cmx30cm)
1
= 0,027 𝑚3

= 37,03
Jumlah Cacing
Plot 2 = K = Volume Plot (m)
5
= (30cmx30cmx30cm)
5
=
0,027 𝑚3

= 185,18
Jumlah Cacing
Plot 3 = K = Volume Plot (m)
2
= (30cmx30cmx30cm)
2
= 0,027 𝑚3

= 74,07
Jumlah Cacing
Plot 4 = K = Volume Plot (m)
3
= (30cmx30cmx30cm)
3
= 0,027 𝑚3

= 111
Jumlah Cacing
Plot 5 = K = Volume Plot (m)
8
= (30cmx30cmx30cm)
8
= 0,027 𝑚3

= 296,29
b. Menghitung Frekuensi Kehadiran Populasi
Jumlah Plot yang terdapat Cacing
Rumus Frekuensi Kehadiran Populasi = f = Jumlah total plot)
5
f=5 =1
G. Pembahasan
Cacing tanah (Pheretima javanica) banyak ditemukan di habitat yang lembab.
Fauna tanah termasuk cacing tanah menduduki rantai makanan paling atas pada
piramida rantai makanan di dalam ekologi mikro di dalam tanah (Suin, 2003). Hasil
hand sorting yang dilakukan di tanah belakang rumah Kecamatan Mungkid,
Kabupaten Magelang menunjukan kepadatan populasi cacing tanah. Sampling
dilakukan dengan 5 kali pengulangan, total 5 plot. Dari hasil analisis data diperoleh
kepadatan populasi cacing tanah pada masing-masing plot berturut-turut ialah
37,03, 185,18, 74,07, 111, dan 296,29. Berdasarkan hasil praktikum, kepadatan
populasi tertinggi diperoleh pada plot ke-5, yaitu 296,29 ekor setiap m3 tanah.
Adapun frekuensi kehadiran populasi cacing pada keseluruhan plot (total plot 5
buah) adalah 1. Hal ini membuktikan apabila asumsi kehadiran cacing tanah
sebagai indikator kesuburan tanah, maka sampling tanah yang diteliti merupakan
tanah yang subur, mengandung unsur karbon dan/atau nitrogen serta kelembaban
yang cukup, dan memiliki kadar suhu dan pH yang stabil.
Keeratan cacing tanah dengan C/N relatif tinggi, disebabkan cacing tanah
mendekomposisikan bahan organik yang mengandung C/N tinggi dan kemudian
diolah menjadi bahan organik yang mengandung C/N lebih rendah dan dilanjutkan
mineralisasi oleh mikroorganisme lainnya seperti bakteri dan jamur.
Selain dipengaruhi oleh tingginya suplai karbon dan nitrogen di dalam tanah,
kepadatan cacing juga dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suhu tanah. Apabila
semakin tinggi suhu tanah, maka kepadatan cacing tanah berkurang, dan
sebaliknya. Selain itu, kelembaban atau kadar air juga berpengaruh pada kepadatan
populasi cacing. Semakin tinggi kadar air maka kepadatan cacing tanah akan
meningkat dan sebaliknya jika kadar air semakin rendah maka kepadatan cacing
tanah juga akan menurun. Namun tidak semua jenis cacing tanah berkorelasi positif
dengan kelembaban ini. Korelasi positif ditandai oleh meningkatnya kepadatan
cacing tanah apabila kelembaban juga semakin tinggi. Genus Pheretima dan
Microscolex mempunyai korelasi positif pada kelembaban, sedangkan genus
Pontoscolex mempunyai korelasi negatif terhadap kelembaban.
Selain itu, kepadatan populasi cacing tanah dipengaruhi juga oleh kadar pH di
dalam tanah. Jika pH mendekati 7 (netral), maka kepadatan cacing tanah akan
meningkat dan sebaliknya. Hal ini berkolerasi pada semua genus cacing, seperti
Pheretima, Pontoscolex, Microscolex, yang artinya cacing tanah akan mampu
bertahan hidup di lingkungan yang memiliki pH netral.

H. Kesimpulan
Kepadatan populasi cacing tanah pada masing-masing plot berturut-turut ialah
37,03, 185,18, 74,07, 111, dan 296,29 ekor per m3 tanah. Frekuensi kehadiran
populasi cacing tanah pada keseluruhan plot (5 buah plot) adalah 1. Faktor yang
memengaruhi kepadatan populasi cacing tanah antara lain kadar unsur nitrogen dan
karbon, kelembaban tanah, suhu tanah, dan pH tanah.

I. Daftar Pustaka
Anwar, Ea Kosman dkk. 2010. Kepadatan Populasi dan Sebaran Cacing Tanah di
Lahan Sawah Sistem Pertanian Organik, Semi Organik dan Konvensional.
Biota. 15 (1): 113−114.

Fitri, Nurul, Qatrun Nida dan Suhari Mulyono. 2015. Populasi Cacing Tanah di
Kawasan Ujung Seurudong Desa Sawang Ba’u Kecamatan Sawang
Kabupaten Aceh Selatan. Prosiding Seminar Nasional Biotik, Aceh: 30 Mei
2015. Hal.187.

Irwan, Zoeraini Djamal. 2019. PRINSIP-PRINSIP EKOLOGI Ekosistem,


Lingkungan dan Pelestariannya. Jakarta : Bumi Aksara.

Nisa, Hurriatun, Hari Santoso dan Saimul Laili. 2020. Keanekaragaman dan
Kepadatan Populasi Cacing Tanah di Perkebunan Jeruk Organik Kecamatan
Karangploso Kabupaten Malang. e-Jurnal Ilmiah BIOSAINTROPIS
(BIOSCIENCE-TROPIC). 6 (1): 41.

Ruswahyuni. 2010. Populasi dan Keanekaragaman Hewan Makrobenthos pada


Perairan Tertutup dan Terbuka di Teluk Awur, Jepara. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan. 2 (1): 11-12.
J. Lampiran

Menyiapkan alat dan bahan Menggali Tanah sampai


ukuran 30x30x30 cm

Pensortiran cacing tanah Mengumpulkan cacing


dengan tangan (hand pada tiap-tiap plot
sorting)

Tanah dengan volume Mengembalikan cacing tanah


30x30x30 cm beserta tanahnya apabila
penghitungan sudah dilakukan

Lampiran dalam bentuk video dapat dilihat dengan dengan link sebagai berikut:
https://drive.google.com/file/d/1cPZWxboh0EAysIVrSb4WQJEsN475L-
O7/view?usp=sharing

Anda mungkin juga menyukai