Anda di halaman 1dari 32

LOGBOOK TUTORIAL

BLOK 3.6
MODUL 1
OLEH :
TIARA PUSPA AMELIA
1810313015
13B
KELAINAN KONGENITAL YANG SERING TERJADI
PENGERTIAN Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertubuhan
struktur bayi yang timbul semenjak kehidupan hasil konsepsi
sel telur. Kelainan kongenital dapat merupakan sebab penting
terjadinya abortus, lahi mati, atau kematian segera setelah
lahir

ETIOLOGI 1.  Kelainan genetik dan kromosom

2. Faktor mekanik

3. Faktor infeksi

4. Faktor obat

5. Faktor hormonal

6. Faktor radiasi

7. Faktor gizi

8. Tidak diketahui penyebabnya

DIAGNOSIS diagnosis kelainan kongenital dapat dilakukan beberapa tahap


yaitu, tahap prenatal dan tahap post natal. Indikasi melakukan
diagnosis prenatal umumnya dilakukan bila ibu hamil
mempunyai faktor resiko untuk melahirkan bayi dengan
kelainan kongenital.

MACAM-MACAM KELAINAN KONGENITAL


ENCEPHALOCELE Ensefalokel adalah suatu kelainan tabung saraf yang
DEFENISI ditandai dengan adanya penonjolan meningens
(selaput otak) dan otak yang berbentuk seperti
kantung melalui suatu lubang pada tulang tengkorak.
PENYEBAB ensefalokel terjadi pada awal masa kehamilan.
Tepatnya pada awal minggu ke-4 kehamilan. Pada
saat itu, terjadi perkembangan embriologi yang
melibatkan susunan saraf pusat. Persarafan
berkembang membentuk tabung serta memisahkan
diri dari jaringan tulang kepala. Kegagalan jaringan
saraf untuk menutup menyebabkan terjadinya
beberapa kelainan, diantaranya ensephalocel. Ada
beberapa dugaan penyebab penyakit ensephalocel,
diantaranya yaitu infeksi, faktor usia ibu yang terlalu
muda atau tua ketika hamil, mutasi genetik, dan pola
makan yang tidak tepat sehingga mengakibatkan
kekurangan asam folat.
GEJALA  hidrosefalus

  kelumpuhan keempat anggota gerak


(kuadriplegia spastik)

 gangguan perkembangan

 mikrosefalus

 gangguan penglihatan

 keterbelakangan mental dan pertumbuhan

 ataksia

 kejang.

 beberapa anak memiliki kecerdasan yang


normal.

 ensefalokel seringkali disertai dengan


kelainan kraniofasial atau kelainan otak
lainnya.

DIAGNOSA  Gejala dan pemeriksaan fisik

 Dilakukan USG yang bisa menemukan


kelainan ini

 CTscan segera setelah bayi lahir untuk


menentukan luas dan lokasi kelainan

TATALAKSANA Biasanya dilakukan pembedahan untuk


mengembalikan jaringan otak yang menonjol ke
dalam tulang tengkorak, membuang kantung dan
memperbaiki kelainan kraniofasial yang terjadi.

HIDROSEFALUS Hidrosefalus (kepala-air, istilah yang berasal dari


DEFENISI bahasa Yunani: "hydro" yang berarti air dan
"cephalus" yang berarti kepala; sehingga kondisi ini
sering dikenal dengan "kepala air"). Suatu keadaan
dimana terdapat timbunan likuar serebrospinalis
yang berlebihan dalam ventrikel-ventrikel dan ruang
subarakhnoid yang disertai dengan kenaikan tekanan
intrakranial.
KLASIFIKASI 1. hidrosefalus obstruktif disebabkan karena
adanya obstruksi pada sirkulasi cairan
serebrospinal

2. hidrosefalus non-obstruktif biasanya karena


produksi CSS yang berlebihan, gangguan
absrobsi pada granula archanoid, dan
perdarahan intraventrikular

GEJALA  Ukuran Kepala lebih besar dibandingkan


tubuh

 -  Ubun-ubun besar melebar dan tidak


menutup pada waktunya, teraba tegang atau
menonjol

 -  Adanya pembesaran tengkorak dan terjadi


sebelum sutura menutup

 -  Kulit kepala menipis dengan disertai


pelebaran vena pada kepala

 -  Bola mata terdorong kebawah sehingga


sklera tampak di atas iris seakan-akan terlihat
seperti matahari terbenam ”sunset sign”

 -  Terdapat tanda “ cracked pot sign “ yaitu


bunyi pot kembang yang retak pada saat
dilakukan perkusi kepala

 -  Anak sering menangis merintih menjadi


cepat terangsang, hilang nafsu makan, tonus
otot diseluruh tubuh kurang baik, tubuh kurus
dan perkembangan menjadi terhambat.

TATALAKSANA   Melakukan pengukuran lingkar kepala secara


rutin untuk

mengetahui perubahan ukuran kepala sekecil


mungkin.

 -  Pada beberapa anak dengan keadaan yang


semakin melemah serta hilangnya nafsu
makan memerlukan asupan nutrisi

dengan memasang NGT

 -  Memberikan lingkungan yang nyaman


tidak bising karena

anak ini mudah terangsang oleh suara akibat


kelemahan

kondisinya.

 -  Memberitahu keluarga supaya terus


menjaga kebersihan saat

kontak dengan anak, menjaga kebersihan


lingkungan sekitar

anak karena anak dengan hidrosefalus mudah


terinfeksi

 -  Segera bekerjasama dengan dokter / rujuk


di RS untuk mendapatkan pengobatan lebih
lanjut. Karena kelainan ini

memerlukan tindakan operatif

LABIOSKIZIS DAN Labiopalatoskisis merupakan kongenital anomali


yang berupa adanya kelainan bentuk pada struktur
LABIOPALATOSKIZI wajah
S
DEFENISI Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah
palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan
susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.
KLASIFIKASI Berdasarkan organ yang terlibat

 Celah di bibir (labioskizis)

 Celah di gusi (gnatoskizis)

 Celah di langit (palatoskizis)

 Celah dapat terjadi lebih dari satu organ misal


terjadi di bibir dan langit-langit (labiopalatoskizis)

Berdasarkan lengkap/tidaknya celah terbentuk

 Unilateral Incomplete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu sisi
bibir dan tidak memanjang hingga ke hidung.

 Unilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi hanya di salah satu
bibir dan memanjang hingga ke hidung.

 Bilateral complete
Apabila celah sumbing terjadi di kedua sisi bibir dan
memanjang hingga ke hidung.

ETIOLOGI  Genetik dan keturunan

 Kegagalan fase embrio yang penyebabnya


belum diketahui.

 Kekurangan nutrisi contohnya defisiensi Zn


dan B6, vitamin C pada waktu hamil,
kekurangan asam folat.

 Akibat gagalnya prosessus maksilaris dan


prosessus medialis menyatu

 Beberapa obat (korison, anti konsulfan,


klorsiklizin).

 Mutasi genetic atau teratogen (agen/faktor


yang menimbulkan cacat pada embrio).

 Infeksi pada ibu yang dapat mempengaruhi


janin, contohnya seperti infeksi Rubella dan
Sifilis, toxoplasmosis dan klamidia

 Radiasi

 Stress emosional

PATOFISIOLOGI - Kegagalan penyatuan atau perkembangan jaringan


lunak dan atau tulang selama fase embrio pada
trimester I.

-  Terbelahnya bibir dan atau hidung karena


kegagalan proses nasal medial dan maksilaris untuk
menyatu terjadi selama kehamilan 6-8 minggu.

-  Palatoskisis adalah adanya celah pada garis tengah


palato yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan
susunan palato pada masa kehamilan 7-12 minggu.

-  penggabungan komplit garis tengah atas bibir


antara 7-8 minggu masa kehamilan
KOMPLIKASI   Kesulitan berbicara. Otot – otot untuk
berbicara mengalami penurunan fungsi
karena adanya celah. Hal ini dapat
mengganggu pola berbicara bahkan dapat
menghambatnya

 -  Terjadinya otitis media

 -  Aspirasi

 -  Distress pernafasan

GEJALA  Deformitas pada bibir

 -  Kesukaran dalam menghisap/makan

 -  Kelainan susunan archumdentis.

ATRESIA ESOFAGUS Atresia esofagus yaitu pada ujung esofagus buntu


DEFENISI yang biasanya disertai kelainan bawaan lainnya yaitu
kelainan jantung bawaan dan kelainan
gastrointestinal.

ETIOLOGI Tidak diketahui, kemungkinan terjadi secara


multifactor. Faktor genetic, yaitu Sindrom Trisomi
21,13, dan 18.

GEJALA Liur selalu meleleh dari mulut bayi dan berbuih,


apabila air liur masuk ke dalam trakea akan terjadi
aspirasi

TATALAKSANA Dengan operasi, sebelum operasi bayi diletakkan


setengah duduk untuk mencegah tregurgitas cairan
lambung ke dalam lambung. Lakukan pengisapan
cairan lambung untuk mencegah aspirasi bayi
dirawat dalam inkubator,ubah posisi lebih sering,
lakukan pengisapan lendir, rangsang bayi untuk
menangis agar paru-paru berkembang.

ATRESIA ANI DAN Tidak adanya lubang tetap pada anus atau tidak
komplit perkembangan embrionik pada distal usus
RECTI ( anus ) atau tertutupnya secara abnormal.
DEFENISI
PENYEBAB Ketidaksempurnaan proses pemisahan septum
anorektal.

GEJALA Bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir


dan tidak terdapat defekasi mekonium atau urine
bercampur mekoniu

DIAGNOSIS Pemeriksaan fisik rektum kepatenan rektum dan


dapat dilakukan colok dubur dengan menggunakan
jari atau termometer yang dimasukkan sepanjang 2
cm ke dalam anus, kalau ada kelainan termometer
dan jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal
dan terdapat penyumbatan lebih tinggi dari perinium,
gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah lahir
berupa perut kembung, muntah berwarna hijau.
Pemeriksaan radiologi untuk mengetahui sampai
dimana terdapat penyumbatan.

TATALAKSANA Pemeriksaan segera setelah bayi lahir yaitu:

-  Memeriksa lubang dubur bayi saat baru lahir


karena jiwanya terancam jika sampai tiga hari tidak
diketahui mengidap atresia ani karena hal ini dapat
berdampak feses atau tinja akan tertimbun hingga
mendesak paru-parunya. -  Segera Rujuk RS untuk
penatalaksanaan medis Penatalaksanaan Medis :

-  Letak rendah : fistelektomi di tempat yg lunak /


anus

 Letak tinggi : colostomy


ASFIKSIA NEONATORUM
DEFENISI Asfiksia neonatrum adalah keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat
bernapas spontan dan teratur, sehingga dapat menurunkan oksigen dan
semakin meningkatkan kadar karbondioksida yang dapat menimbulkan
akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut

DIAGNOSIS a)  Antepartum
Adanya pola abnormal (nonreaktif) pada nonstress fetal heart
monitoring, serta terjadi pola deselerasi lanjut pada conctraction stress
test.

b)  Intrapartum
Terjadi bradikardi, yaitu denyutan dibawah 100 per menit antara
kontraksi rahim atau pola yang abnormal, adanya iregularitas denyut
jantung janin yang jelas, terjadi trakikardi yaitu denyutan di atas 160 kali
per menit (terjadi silih berganti dengan bradikardi), pola deselerasi lanjut
pada frekuensi denyut jantung janin dan keluarnya mekonium pada
presentasi kepala.

c)  Postpartum
Keadaan bayi ditentukan dengan skor Appearance, Pulse, Grimace,
Activity, Respiration (APGAR). APGAR merupakan suatu metode untuk
menentukan tingkatan keadaan bayi baru lahir: angka 0, 1 atau 2 untuk
masing-masing dari lima tanda, yang bergantung pada ada atau tidaknya
tanda tersebut. Penentuan tingkatan ini dilakukan 1 menit setelah lahir
dan diulang setelah 5 menit

KLASIFIKAS a)  Virgorous baby


I
Skor APGAR 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak
memerlukan tindakan resusitasi.

b)  Mild-moderate asphyxia (asfiksia sedang)


Nilai APGAR 4-6, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung
lebih dari 100 kali/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis dan
refleks iritabilitas tidak ada.

c)  Asfiksia berat
Skor APGAR 0-3, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung
kurang dari 100 kali/menit, tonus otot buruk, sianosis berat yang kadang-
kadang pucat dan refleks iritabilitas tidak ada.

KOMPLIKASI a))  Otak: hipoksia iskemik ensefalopati, edema serebri, kecacatan


cerebral palsy.

b))  Jantung dan paru-paru: hipertensi pulmonal presisten pada neonatus,


perdarahan paru dan edema paru.

c))  Fastrointestinal: enterokolitisnekrotikana

d))  Ginjal: tubular nekrosis akut, SIADH

e))  Hematologi: DIC


GANGGUAN PERNAFASAN BAYI BARU LAHIR

DEFENISI Gangguan napas yang paling sering ialah TTN (Transient


Tachypnea of the Newborn), RDS (Respiratory Distress
Syndrome) atau PMH (Penyakit Membran Hialin) dan
Displasia bronkopulmonar.

Respiratory distress syndrome (RDS) atau Sindrom


Gangguan Napas (SGN) dikenal juga sebagai Penyakit
Membran Hialin, hampir terjadi sebagian besar pada BKB.

 Takipnea: frekuensi napas > 60 – 80 kali/menit

  Retraksi: cekungan atau tarikan kulit antara iga


(interkostal)

dan atau di bawah sternum (sub sternal) selama


inspirasi

  Napas cuping hidung: kembang kempis lubang


hidung selama inspirasi

  Merintih atau grunting: tcrdengar merintih atau


menangis saat inspirasi

  Sianosis: sianosis sentral yaitu warna kebiruan


pada bibir (berbeda dengan biro lebam atau warna
membran mukosa. Sianosis sentral tidak pernah
normal, selalu memerlukan perhatian dan tindakan
segera. Mungkin mencerminkan abnormalitas
jantung, hema-tologik atau pernapasan yang harus
dilakukan tindakan segera
KLASIFIKASI

EVALUASI

DIAGNOSIS Prioritas dalam evaluasi atau pemeriksaan awal pada bayi


dengan gangguan napas

Langkah awal untuk mencari penyebab:

 –  Anamesis yang teliti

 –  Pemeriksaan fisik yang tepat

 –  Menilai tingkat maturitas bayi dengan Ballard atau


Dubowitz (bila keadaan bayi masih labil
pemeriksaan ini ditunda dulu)

Pemeriksaan Penunjang :

 –  Pemeriksaan radiologik dada

 –  Analisa gas darah

 –  Septic work up dan mencari kemungkinan


penyebab karena pneumonia : Minimal darah kultur
dan jumlah sel

 –  Status metabolik: dilakukan pemeriksaan Analisa


Gas Darah, skrining kadar glukosa darah
HIPOTERMI PADA BAYI BARU LAHIR

DEFENISI Hipotermia adalah suatu kondisi turunnya suhu sampai di


0
bawah 30 C, sedangkan Hipotermia pada bayi baru Lahir
0
merupakan kondisi bayi dengan suhu dibawah 36,5 C,
terbagi ke dalam tiga jenis hipotermi, yaitu Hipotermi ringan
0
atau Cold Stress dengan rentangan suhu antara 36-36,5 C,
selanjutnya hipotermi sedang, yaitu suhu bayi antara 32-
0 0
36,5 C dan terakhir yaitu hipotermi berat dengan suhu <32 C

PENYEBAB

1. Kerusakan Hipotalamus

2. Berat Badan Ekstrem

3. Kekurangan lemak subkutan

4. Terpapar suhu lingkungan rendah

5. Malnutrisi

6. Pemakaian pakaian tipis

7. Penurunan laju metabolisme

8. Transfer panas ( mis. Konduksi, konveksi, evavorasi,


radiasi)

9. Efek agen farmakologis

GEJALA a. Mayor
1) Kulit teraba dingin
2) Menggigil

0
3) Suhu tubuh di bawah nilai normal (Normal 36,5 C-
0
37,5 C)

b. Minor

1) Akrosianosis
2) Bradikardi ( Normal 120-160 x/menit) 3) Dasar kuku
sianotik
4) Hipoglikemia
5) Hipoksia
6) Pengisian kapiler > 3 detik
7) Konsumsi oksigen meningkat
8) Ventilasi menurun
9) Piloereksi
10) Takikardi
11) Vasokontriksi perifer
12) Kutis memorata ( pada neonatus)

KOMPLIKASI Hipotermia memberikan berbagai akibat pada seluruh sistem


dalam tubuh seperti diantaranya peningkatan kebutuhan akan
oksigen, meningkatnya produksi asam laktat, kondisi apneu,
terjadinya penurunan kemampuan pembekuan darah dan
kondisi yang paling sering adalah hipoglikemia. Pada bayi
yang lahir dengan prematur, kondisi dingin dapat
menyebabkan terjadinya penurunan sekresi dan sintesis
surfaktan, bahkan membiarkan bayi dingin dapat
meningkatkan mortalitas dan morbiditas
PENAGANAN a. Bayi yang telah mengalami hipotermi memiliki risiko
besar untuk terjadi kematian, sehingga ketika terjadi
hipotermi maka tindakan yang harus dilakukan pertama
adalah hangatkan bayi dengan penyinaran atau inkubator.
b. Selanjutnya cara yang mudah dan bisa dilakukan oleh
setiap orang yaitu dengan metode kanguru, yaitu metode
dengan memanfaatkan panas tubuh dari ibu. Bayi
ditelungkupkan di dada ibu sehingga terjadi kontak langsung
dengan kulit ibu. Untuk menjaga kehangatan maka bayi dan
ibu harus berada dalam satu pakaian atau bahkan selimut,
sehingga suhu bayi tetap hangat di dekapan ibu.

c. Apabila setelah dilakukan tindakan tersebut, bayi tetap


masih dingin, maka selimuti bayi dan ibu dengan pakaian
atau selimut yang telah disetrika terlebih dahulu, dilakukan
secara berulang sampai suhu tubuh bayi kembali hangat.
d. Bayi yang mengalami hipotermi biasanya akan mengalami
hipoglikemia, sehingga ibu harus memberikan bayinya ASI
sedikit-sedikit tetapi sering. Bila bayi tidak mau menghisap
atau reflek hisapnya lemah, maka diberikan infus glukosa
10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari
HIPOGLIKEMI PADA BAYI

DEFENISI Hipoglikemia adalah Suatu Keadaan Dimana Kadar Glukosa Dalam


Darah Secara Abnormal Rendah Yaitu < 50 Mg/Dl Atau Bahkan <
40 Mg/Dl

ETIOLOGI Hipoglikemia biasanya terjadi jika seorang bayi pada saat dilahirkan
memiliki cadangan glukosa yang rendah yang disimpan dalam
bentuk glikogen, ( Novyana 2010).
Penyebab Hipoglikemia pada neonatus berbeda sedikit dari pada
bayi yang lebih tua dan anak –anak.menurut ( Judarwanto, 2012),
etilogi Hipoglikemia pada neonatus meliputi :

1. a)  Perubahan sekresi hormone

2. b)  Berkurangnya substrat cadangan dalam bentuk


glikogen hati

3. c)  Berkurangnya cadangan otot sumber asam amino


untuk

glukoncogenesis

4. d)  Berkurangnya cadangan lipid untuk pelepasan


asam lemak.

FAKTOR RISIKO  Bayi yang lahir dari ibu DM


 BBLR
 Imatur
 Ada kelainan genetic

TANDA DAN Gejala hipoglikemia dapat di klasifikasikan dalam 2 kelompok


GEJALA besar, yaitu

1. a)  Yang berasal dari system saraf otonomi dan,

2. b)  Gejala yang berhungan denagn kurangnya suplai


glukosa pada otak.

Pada neonatus gelaja hipoglikemia tidak spesifik, antara lain tremor,


peka rangsang, apnea dan sianosis, hipotonia, iritabel, sulit minum,
kejang, koma, tangisan nada tinggi, nafas cepat, dan pucat

TIPE A) Transisi dini neonatus ( Early transitional neonatal )


ukuran bayi beasar atau normal yang mengalami kerusakan

system produksi pancreas sehingga terjadi hiperinsulin.

b)  Hipoglikemia klasik sementara ( classic transient neonatal )

terjadi jika bayi mengalami malnutrisi sehingga mengalami


kekurangan cadangan lemak dan glikogen.

c)  Hipoglikemia sekunder ( secondary )

sebagai suatu respon stress dari neonatus sehingga terjadi


peningkatan metabolism yang memerlukan banyak cadangan
glikogen.

d) Hipoglikemiaberulang(recurrent)
disebabkan oleh adanya kerusakan enzimatis, atau metabolism
insulin terganggu.

TATALAKSANA a)  Pertahankan suhu tubuh dengan cara membungkus bayi dengan


kain hangat, jauhkan dari hal – hal yang dapat menyerap panas bayi.

b)  Segera beri ASI ( Air Susu Ibu )

c)  Observasi keadaan bayi, yaitu tanda- tanda vital, warna kulit,


reflek dan tangisan bayi.

d)  Bila tidak ada perubahan kurang lebih 24 jam dalam gejala –


gejala tersebut segera rujuk ke rumah sakit.
Menurut ( Iswanto. 2013 ) jika ditemukan masalah seperti berikut
penatalaksanaannya adalah :

Glukosa darah < 25 mg/ dl ( 1.1 mmol/l) atau terdapat tanda

hipoglikemia , maka

ii. Pasang jalur IV umbilical, berikan glukosa 10%

2ml/kg BB secara pelan dalam 5 menit.

iii. Infus glukosa 20% sesuai kebutuhan rawatan;

iv. Periksa kadar glukosa darah 1 jam setelah bolus

glukosa dan kemudian 3 jam sekali.

v. Jika kadar glukosa darah masih <25 mg/dl ( 1.1


mmol/l) ulangi pemberian air gula dan lanjutkan

pemberian infus.

vi. Jika kadar glukosa darah 24 – 25 mg.dl ( 1.1 – 2. 6

mmol/l ) lanjutkan infus dan ulangi pemeriksaan kadar


glukosa setiap 1 jam sampai kadar glukosa 45 ,g/dl ( 2.6
mmol/l ) atau lebih.

vii. Jika glukosa darah 45 mg/dl ( 2.6 mmol/l) atau lebih dalam
dua kali pemberian berturut – turut lanjutkan infus glukosa.

viii. Anjurkan ibu menyusui, bila bayi tidak menyusui berikan


ASI perah dengan menggunkan sendok.

ix. Bila kemampuan minum bayi meningkat, turunkan


pemberian cairan infus setiap hari secara bertahap,anjurkan
ibu menyusui bayinya secara on demend, jangan hentikan
infus glukosa secara tiba – tiba.
PATHWAY
INFEKSI PADA BAYI BARU LAHIR

DEFENISI Neonatus adalah periode bayi lahir sampai 4 minggu sesudah lahir.

Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme di jaringan tubuh,


yang secara klinis bisa tidak tampak, diikuti oleh respon imun pejamu
(host) berupa cedera seluler lokal akibat kompetisi metabolisme, toksin,
replikasi intrasel, dan respon antigen-antibodi.

ETIOLOGI A. Infeksi bakterial


Banyak bakteri dapat menyebabkan infeksi sistemik dengan

infeksi dapat bersifat kongenital maupun didapat seperti : Lysteria spp,


Mycobacterium tuberkulosis, E coli, pneumokokus, salmonela,
enterokokus, streptokokus (sering Group β-Streptococcus/ GBS ) dan
9
stafilokokus, Pseudomonas spp dan Klebsiella. Selain menyebabkan
infeksi sistemik, infeksipun dapat bersifat lokal seperti terjadinya infeksi
kulit, pneumoni, osteomielitis, artritis, otitis media, infeksi pada saluran
pencernaan dan urogenital

B. Infeksi virus
Yang sering menyebabkan infeksi kongenital/transplasenta

9
antara lain CMV/Cytomegalo virus, Rubella, Parvo virus, HIV.
Sedangkan yang sering menyebabkan infeksi yang didapat antara lain
Herpes simplex virus, Varicella-zoster virus, hepatitis, RSV/Respiratory
syncial virus.

c. Infeksi parasit / jamur


Sering disebabkan oleh kandida yang dapat bersifat infeksi lokal

9,10
maupun sistemik, infeksi biasanya adalah infeksi yang didapat. Infeksi
kongenital yang sering ditemukan adalah toxoplasma dan syphilis,
keduanya sering menimbulkan kelainan/cacat kongenital
EPIDEMIOLO Infeksi neonatus memiliki beragam insiden menurut definisinya, dari 1-
GI 4/1000 kelahiran hidup di negara maju dengan fluktuasi yang besar
9
sepanjang waktu dan tempat geografis. Keragaman insidens dari rumah
sakit ke rumah sakit lainnya dapat dihubungkan dengan angka
prematuritas, perawatan prenatal, pelakanaan persalinan dan kondisi
9
lingkungan di ruang perawatan. Angka kejadian infeksi neonatus
meningkat secara bermakna pada bayi dengan berat badan lahir rendah
dan bila ada faktor resiko ibu atau tanda-tanda seperti ketuban pecah lama
o
(>18 jam), demam intrapartum ibu (>37,5 C), leukosit ibu (>18.000),
pelunakan uterus dan takikardia janin (>180 kali/menit)
FAKTOR beragam faktor resiko diantaranya adalah faktor resiko dari host meliputi
RISIKO jenis kelamin laki-laki, cacat imun didapat atau kongenital, galaktosemia,
pemberian zat besi intramuskuler, anomali kongenital, omfalitis dan
9
kembar. Prematuritas merupakan faktor resiko baik pada infeksi mulai-
awal maupun mulai-akhir.

PATOGENESIS Infeksi neonatus dapat terjadi segera atau lambat, kejadiannya sangat
dipengaruhi oleh paparan organisme pada saat lahir, walaupun dapat juga
disebabkan oleh kualitas perawatan bayi baru lahir atau keadaan
9
lingkungan rumah. Onset infeksi neonatus sering dimulai dari uterus dan
biasanya disebabkan karena adanya infeksi bakteri pada traktus
9,10
urogenitalia ibu.

11
Infeksi neonatus dapat terjadi akibat infeksi di daerah vagina. Demikian
pula jika ibu mengalami infeksi segera setelah melahirkan dengan suhu >
o
37,8 C, maka sekitar 9,2 – 38,2% di antara bayi yang dilahirkan akan
11
menderita infeksi neonatus. Bayi yang terinfeksi akan menunjukkan
gejala-gejala kardiorespirasi, seperti “ grunting “, takipneu dan sianosis
saat kelahiran
TANDA DAN Manifestasi klinis dari infeksi neonatus di mulai tanpa gejala, tanda-tanda
GEJALA ringan, menggigit, iritabel, letargi, gelisah, dan keinginan menyusu yang
kurang dapat menjadi tanda-tanda utama.Temperatur yang tidak stabil
dapat meninggi atau kurang dari normal (biasanya hipotermia terjadi pada
bayi BBLR).Perubahan warna kulit, lambatnya waktu pengisian kapiler,
perubahan denyut jantung, frekuensi nafas, berat badan tiba-tiba turun,
pergerakan kurang, muntah dan diare menjadi nyata pada keadaan
penyakit yang progresif. Selain itu, dapat terjadi edema, salerema purpura
atau perdarahan, ikterus, hepatosplenomegali, dan kejang. Umumnya dapat
dikatakan bila bayi itu “not doing well” kemungkinan besar ia menderita
infeksi.

PEMERIKSAA 1. Fungsi lumbal


N
PENUNJANG 2. Preparat darah hapus, kultul darah, darah rutin, laju endap darah

3. Pemeriksaan sinar X

DIAGNOSIS Diagnosis infeksi pada neonatus ditegakkan atas dasar gejala klinis dan
pemeriksaan penunjang. Diagnosis ini tergantung pada isolasi agen
etiologik dari darah, cairan spinal, air kemih, atau cairan tubuh lain.
Biakan dari bagian tubuh lainnya seperti aspirasi cairan selulitis atau
abses, usapan dari kotoran mata yang purulen, sekret di umbilikus dan
luka sebaiknya dilakukan pula, mengingat mikroorganisme pada bahan
tersebut mungkin sesuai dengan penyebab infeksi.
PROGNOSIS Angka kematian infeksi neonatus berkisar antara 10-40% dan pada
meningitis 15-50%.Tinggi rendahnya angka kematian tergantung dari
waktu timbulnya penyakit, penyebabnya, besar kecilnya bayi, beratnya
penyakit, dan tempat perawatannya.Gejala sisa neurologik yang jelas
tampak adanya hidrosefalus, retardasi mental, buta, tuli, dan cara bicara
yang tidak normal. Kejadian gejala sisa ini adalah sekitar 30-50% pada
bayi yang sembuh dari meningitis neonatus.Gejala sisa yang ringan seperti
gangguan penglihatan, kesukaran belajar, dan kelainan tingkah laku dapat
pula terjadi.
HIPERBILIRUBINEMIA PADANEONATUS

DEFENISI Ikterus neonatorum adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh
pewarnaan kuning pada kulit dan sklera akibat akumulasi bilirubin
indirek yang berlebih

KLASIFIKASI Ikterus Fisiologis

Ikterus fisiologi adalah tidak mempunyai dasar patologi atau tidak


mempunyai potensi menjadi kernikterus. Biasanya timbul pada hari ke
dua dan ke tiga. Kadar bilirubin serum total 6-8 mg/dL, bahkan hingga
12 mg/dL pada bayi cukup bulan, masih dianggap fisiologis

Ikterus Patologis

Ikterus patologis biasanya terjadi sebelum umur 24 jam. Kadar


bilirubin serum total meningkat > 0,5 mg/dL/jam. Ikterus biasanya
bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan dan 14 hari pada bayi
kurang bulan. Keadaan klinis bayi tidak baik seperti muntah, letargis,
malas menetek, penurunan berat badan yang cepat, suhu tubuh yang
tidak stabil, apnea
ETIOLOGI a. Produksi yang berlebihan

b. Gangguan pada proses uptake dan konjugasi hepar

c. gangguan pada transportasi

d. gangguan pada ekresi


PATOFISIOLOG
I

DIAGNOSIS

TATALAKSAN Fototerapi dilakukan pada hiperbilirubinemia yang memiliki


A kecenderungan mengalami keadaan patologis. Panduan untuk
dilakukannya fototerapi pada bayi dengan usia kehamilan ≥ 35 minggu
FOTOTERAPI
TATALAKSANA NUTRISI PADA NEONATUS BBLR

DEFENISI Masalah nutrisi merupakan salah satu dari beberapa masalah serius
pada bayi berat lahir rendah (BBLR). Hal ini sangat erat berkaitan
dengan berbagai kondisi ataupun komplikasi pada berbagai sistem
atau organ tubuh seperti saluran nafas, susunan saraf pusat, saluran
cerna, hati, ginjal, dan lainnya.

KEBUTUHAN Pada masa neonatus, nutrisi BBLR merupakan kebutuhan paling


NUTRISI besar dibandingkan kebutuhan pada masa manapun dalam
kehidupan; untuk mencapai tumbuh kembang optimal. 5
Pertumbuhan BBLR yang direfleksikan per kilogram berat badan
hampir dua kali lipat bayi cukup bulan, sehingga BBLR
membutuhkan dukungan nutrisi khusus dan optimal untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Pada umumnya BBLR dengan berat
lahir kurang dari 1500 g, memerlukan nutrisi parenteral segera
sesudah lahir. Belum ada standar kebutuhan nutrien yang disusun
secara tepat untuk BBLR, sebanding dengan air susu ibu (ASI).
Rekomendasi yang ada ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
nutrien yang mendekati kecepatan tumbuh dan komposisi tubuh
janin normal

ENERGI Kebutuhan energi yang dihitung berdasarkan ekspenditur,


pertumbuhan/sintesis, cadangan dan ekskresi, diperkirakan sebesar
90-120 kkal/kgbb/hari. Adanya variasi individual, anjuran asupan
energi untuk nutrisi enteral sebesar 105-130 kkal/kgbb/hari agaknya
mampu untuk BBLR mencapai pertumbuhan yang memuaskan.

PROTEIN Masukan protein sebesar 2.25-4.0 g/kgbb/hari dinilai adekuat dan


tidak toksik. Kebutuhan yang diper- kirakan berdasarkan untuk
penambahan berat badan janin adalah 3.5-4.0 g/kgbb/hari. Pada
umumnya bayi yang mendapat formula predominant whey me-
nunjukkan indeks metabolik dan komposisi asam amino plasma
mendekati bayi yang mendapat ASI. Bayi dengan asupan protein
sebesar 2.8-3.1 g/kgbb/ hari dengan 110-120 kkal/kgbb/hari
menunjukkan pertumbuhan yang paling menyerupai pertumbuhan
janin.
LEMAK Lemak merupakan sumber energi terbesar (40-50%) yang setara
dengan masukan sebesar 5-7 g/kgbb/hari. Lemak ASI lebih mudah
diserap karena komposisi asam lemak serta asam palmitat dalam
posisidi samping adanya lipase pada ASI. Lemak pada formula
untuk bayi prematur mengandung campuran lemak rantai sedang
(MCT) medium chain triglyevide dan lemak tumbuhan yang kaya
akan lemak tidak jenuh rantai ganda serta trigliserida rantai panjang.
Campuran ini mengandung cukup asam lemak esensial paling
sedikit 3% dan energi berupa asam linoleat dengan sedikit tambahan
asam -linolenat. Terdapat laporan yang tidak menganjurkan
konsentrasi MCT sebesar 40-50% karena hal ini mungkin melebihi
kapasitas -oksidasi pada mitokondria. 6 ASI me- ngandung AA dan
DHA merupakan nutrien yang bersifat esensial kondisional,
sehingga kini formula prematur juga disuplernentasi dengan kedua
zat tersebut.
KARBOHIDRAT Karbohidrat memasok energi sebesar 40-50% dari kebutuhan per
hari atau setara dengan 10-14 g/kgbb/ hari. Kemampuan BBLR
untuk mencerna Iaktosa pada beberapa waktu setelah lahir rendah
karena rendahnya aktivitas enzim laktase; sehingga dapat terjadi
keadaan intoleransi laktosa, walaupun secara di klinik jarang
menjadi masalah dan ASI umumnya dapat ditoleransi dengan baik.
Enzim glukosidase untuk glukosa polimer sudah aktif pada BBLR
sehingga pemberian glukosa polimer ditoleransi dengan baik. Selain
itu glukosa polimer tidak menyebabkan beban osmotik pada mukosa
usus, sehingga memungkinkan digunakan pada formula bayi dengan
osmolalitas kurang dari 300 mOsm/kg.air. Formula prematur
umumnya me- ngandung 50% laktosa dan 50% glukosa polimer,
rasio yang tidak menyebabkan gangguan penyerapan mineral di
usus.
BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

DEFENISI Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat badan
lahirnya

kurang 2500gr tanpa memandang masa kehamilan. Berat badan lahir


adalah berat badan yang ditimbang dalam 1 jam setelah bayi lahir.
Bayi berat lahir rendah terjadi karena kehamilan prematur, bayi kecil
masa kehamilan dan kombinasi keduanya. Bayi kurang bulan adalah
bayi yang lahir sebelum umur kehamilan mencapai 37 minggu. Bayi
yang lahir kurang bulan belum siap hidup di luar kandungan sehingga
bayi akan mengalami kesulitan dalam bernapas, menghisap, melawan
infeksi dan menjaga tubuh tetap hangat

FAKTOR RISIKO Usia ibu :Kehamilan pada masa remaja (umur <20 tahun)
menimbulkan tantangan bagi remaja dan janin yang dikandungnya.

Jarak kehamilan : Jarak kehamilan sangat berpengaruh terhadap berat


bayi yang dilahirkan ibu. Jarak kehamilan dikatakan berisiko apabila
ibu hamil dalam waktu kurang dari dua tahun dari kehamilannya yang
sebelumnya.

Kurang energi kronik (KEK) :Kekurangan energi kronik (KEK)


adalah masalah gizi yang sering dialami

ibu hamil. Dampak negatif KEK untuk ibu hamil dan janin yang
dikandung antara lain peningkatan kematian ibu, bayi berisiko
mengalami BBLR, kematian dan gangguan pertumbuhan dan
perkembangan

Status penambahan berat badan : Status gizi ibu selama hamil dapat
ditentukan dengan mengukur lingkar lengan atas (LILA), mengukur
kadar hemoglobin dan memantau pernambahan berat badan selama
hamil
KLASIFIKASI a.Menurut harapan hidupnya 
1)Bayi berat lahir rendah (BBLR) dengan berat lahir 1500-2500 gram.
 2)Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) dengan berat lahir 1000-
1500 gram. 
3)Bayi berat lahir ekstrim rendah (BBLER) dengan berat lahir kurang
dari 1000 gram. b.
 
b. Menurut masa gestasinya 
1)Prematuritas murni yaitu masa gestasinya kurang dari 37
minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan untuk masa
gestasi atau biasa disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk
masa kehamilan (NKB-SMK). 
2)Dismaturitas yaitu bayi lahir dengan berat badan kurang dari
berat badan seharusnya untuk masa gestasi itu. Bayi
mengalami retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi
kecil untuk masa kehamilannya (KMK).

FAKTOR 1. Faktor ibu


PENYEBAB
1. 1)  Penyakit

1. a)  Mengalami komplikasi kehamilan, seperti


anemia, perdarahan antepartum, preekelamsi
berat, eklamsia, infeksi kandung kemih.

2. b)  Menderita penyakit seperti malaria, infeksi


menular seksual, hipertensi, HIV/AIDS,
TORCH, penyakit jantung.

3. c)  Penyalahgunaan obat, merokok, konsumsi


alkohol.

2. 2)  Ibu

1. a)  Angka kejadian prematitas tertinggi adalah


kehamilan pada usia < 20 tahun atau lebih dari
35 tahun.

2. b)  Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau


pendek (kurang dari 1 tahun).

3. c)  Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya.


3. 3)  Keadaan sosial ekonomi

1. a)  Kejadian tertinggi pada golongan sosial


ekonomi rendah. Hal ini dikarenakan keadaan
gizi dan pengawasan antenatal yang kurang.

2. b)  Aktivitasfisikyangberlebihan

3. c)  Perkawinan yang tidak sah

2. Faktor janin

Faktor janin meliputi : kelainan kromosom, infeksi janin


kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan), gawat janin, dan
kehamilan kembar.

3. Faktor plasenta
Faktor plasenta disebabkan oleh : hidramnion, plasenta previa,

solutio plasenta, sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom


parabiotik),

ketuban pecah dini.

4. Faktor lingkungan

Lingkungan yang berpengaruh antara lain : tempat tinggal di


dataran tinggi, terkena radiasi, serta terpapar zat beracun.

TATALAKSANA 1. Dukungan respirasi


Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah
mencapai

dan mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan


oksigen suplemen dan bantuan ventilasi.

2. Termoregulasi
Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya

respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan


kehilangan panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena
produksi panas merupakan proses kompleks yang melibatkan
sistem kardiovaskular, neurologis, dan metabolik.

Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat


dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :
1)  KangarooMotherCareataukontakkulitdengankulitantarabayi

dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang
lain

sebagai penggantinya.

2)  Pemancar pemanas

3)  Ruanganyanghangat

4)  Inkubator

Anda mungkin juga menyukai