Anda di halaman 1dari 1

Nama : Sinta Dwi Lestari

NIM : 205231126
Kelas : 1D Perbankan Syariah

Karakter Unik Islam yang Ada di Kampung


“Tradisi Kupatan”

Kupatan merupakan tradisi di sebuah desa yang dimana kegiatannya yaitu membuat ketupat
atau kupat yang biasanya didampingi dengan sayur, seperti sayur lodeh maupun opor ayam. Kata
“kupatan” berasal dari kata “kupat” yang berasal dari bahasa jawa, yaitu “ngaku lepat” atau dalam
bahasa indonesia yaitu “mengakui kesalahan”. Hal ini menandakan bahwa, kita sebagai manusia pasti
tidak luput dari kesalahan – kesalahan. Selain itu ada yang mengatakan bahwa tradisi kupatan
merupakan hasil dari pemikiran para walisongo dalam menyebarkan dakwah islam.
Tradisi kupatan ini sangat terkenal di daerah Jawa Timur. Seperti di kampung saya, tradisi
kupatan selalu diadakan setiap tahunnya. Karena menurut warga, tradisi kupatan ini merupakan tradisi
turun temurun, sehingga wajib dilaksanakan setiap tahunnya. Untuk pelaksanaanya, tradisi kupatan ini
dilaksanakan seminggu setelah hari raya idul fitri. Pada hari itu, para ibu – ibu di kampung memasak
bersama untuk membuat ketupat dan sayur lodeh maupun opor ayam. Untuk biaya masak, mereka
menggunakan uang iuran setiap seminggu sekali di bulan puasa. Dan untuk tempat memasaknya,
biasanya para ibu – ibu memasak di salah satu rumah warga. Selain membuat ketupat, mereka juga
membuat lontong sebagai menu tambahan. Para ibu – ibu mulai memasak sejak pagi hari, mereka
sibuk untuk membuat kupat tersebut. Kupat dibuat dari janur atau daun pohon kelapa yang masih
muda. Untuk pembuatan anyaman ketupat, biasanya dibuat oleh para laki – laki. Bentuk ketupat segi
empat, yang di ibaratkan hati manusia, sedangkan janur pembungkusnya, yang konon kata tersebut
berasal dari bahasa arab yaitu “Ja’a Nur” yang berarti telah datang cahaya. Setelah anyaman ketupat
jadi, ibu – ibu hanya tinggal mengisi anyaman – anyaman itu dengan beras yang sudah dicuci bersih.
Dan untuk lontongnya sendiri, juga terbuat dari beras yang sudah dicuci namun dibungkus dengan
daun pisang. Biasanya lontong berbentuk lonjong ataupun kerucut. Setelah itu kupat dan lontong yang
telah diisi beras dimasak hingga matang. Disisi lain ibu – ibu juga menyiapkan atau memasak sayur
pendamping ketupat dan lontong tersebut. Biasanya para ibu – ibu memasak sayur lodeh atau opor
ayam. Mereka memasak sayur 3 wajan besar setiap tahunnya. Hal ini disesuaikan dengan jumlah
warga di kampung saya. Karena warga kampung saya banyak, sehingga para ibu – ibu memasak dalam
jumlah yang sangat banyak juga. Setelah ketupat, lontong, dan sayurnya matang, semua warga di
kampung saya berkumpul menjadi satu di masjid desa. Sebelum makan – makan, semua warga
melaksanakan doa – doa bersama. Setelah selesai doa, semua warga saling bersalam – salaman
meminta maaf satu sama lain. Kemudian semua warga membentuk barisan dengan posisi duduk
berhadapan, yang dimana di depannya sudah disedikan sepiring kupat sayur. Semua warga menyantap
hidangan kupat sayur tersebut. Setelah selesai menyantap hidangan kupat sayur tersebut, dilanjutkan
dengan mengobrol santai bersama antar warga. Semua warga terlihat rukun dalam acara kupatan
tersebut.
Dari tradisi ini, kita bisa menilai bahwa tradisi ini memberi pengaruh yang positif bagi
kehidupan. Dengan tradisi kupatan ini, kita saling bekerjasama dan meningkatkan rasa empati antar
sesama. Dan tradisi kupatan ini juga dapat mempererat tali silaturahmi antar umat islam. Selain itu
tradisi kupatan ini, juga dapat meningkatkan kerukunan antar warga. Sehingga semua warga hidup
dengan tenang dan bahagia. Serta kebahagiaan akan tertanam dalam diri semua warga.

Anda mungkin juga menyukai