Anda di halaman 1dari 30

BEKERJASAMA DI DUKUNG

LAPORAN HASIL EKSPEDISI TAHAP III


RONA LINGKUNGAN AWAL
WIUP EKSPLORASI PT TRIPA SEMEN ACEH
KOMODITAS BATUGAMPING
DI DESA KALOY, KEC. TAMIANG HULU, KAB. ACEH TAMIANG

D
DAAL
LAAM
MRRA
ANNG
GKKA
A

IID
DEEN
NTTIIFFIIK
KAASSII K
KE EB
BEER
RAADDAAAAN
NKKAAW
WAASSA AN
NKKAAR RSSTT
SSE
EBBA
AG GA
AII A
AKKUUIIFFE
ERRA AIIR
RD DA
ANN PPE
ENNG
GEEN
NDDA
ALLII B
BAAN
NJJIIR
RA ALLA
AMMII

DD
II
SS
U
U
SS
U
U
N
N

O L EH

TIM KEMPRA

KABUPATEN ACEH TAMIANG


TAHUN 2016

Jln. Kampung Dalam Lr. Masjid No. 04 Karang Baru - Aceh Tamiang
email : kempra.aceh@gmail.com
LAPORAN KEGIATAN TAHAP III
EKSPEDISI RONA LINGKUNGAN AWAL
WIUP EKSPLORASI PT TRIPA SEMEN ACEH (PT. TSA)
KEC. TAMIANG HULU, KAB. ACEH TAMIANG

A. TUJUAN
Ekspedisi rona lingkungan awal di Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT Tripa
Semen Aceh (PT TSA) khususnya pada Komoditas Batugamping dilakukan untuk
memastikan keberadaan Kawasan Karst dan biota berupa satwa dilindungi.
Sebagaimana Ekspedisi sebelumnya dilakukan pada 13-14 Januari dan 18 - 20 Maret
2016 lalu, telah ditemukan adanya penciri Karst berupa sebaran Lapies, Ponour, Doline,
dan gua kars serta Koridor Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) pada lokasi
Komoditas Batugamping. Untuk itu diperlukan Ekspedisi Lanjutan guna mengidentifikasi
penciri Karst dan satwa dilindungi lainnya dalam Komoditas Batugamping.

B. SASARAN
Kegiatan Ekspedisi terfokus pada 2 (dua) komponen, yaitu :
1) Geofisik - Kimia berupa keadaan medan dan Geomorfologi serta hidrogeologi
2) Biologi berupa tumbuhan (flora) dan habitat satwa liar (fauna).

C. WAKTU
Pelaksanaan kegiatan Ekspedisi dilakukan selama 8 (delapan) hari efektif yang terbagi
pada 2 (dua) jalur lintasan, yaitu; Jalur Pertama pada 02 - 03 Juni 2016 dan Jalur Kedua
pada 16 - 21 Juni 2016.

D. PELAKSANA
Pada Jalur Pertama dilaksanakan pada 02 - 03 Juni 2016, Tim Ekspedisi berjumlah 3
(tiga) orang yang terdiri dari :
1) 1 (satu) orang LSM KEMPRa;
2) 2 (dua) orang penduduk Desa Kaloy.

Sedangkan pada Jalur Kedua dilaksanakan pada 16 - 21 Juni 2016, Tim Ekspedisi
berjumlah 5 (lima) orang yang terdiri dari :
1) 2 (dua) orang LSM KEMPRa;
2) 3 (tiga) orang penduduk Desa Kaloy.

Kegiatan Ekspedisi ini dilakukan LSM KEMPRa bekerjasama dengan Indonesian


Speleologcal Society (ISS) dan Pusat Studi Manajemen Bencana Universitas
Pembangunan Nasional (PSMB UPN) Veteran Yogyakarta untuk kajian ilmiah kartifikasi
Laporan Ekspedisi Tahap III Page 1
LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
dan risiko bencana yang di dukung sepenuhnya oleh Lembaga Jaringan Advokasi
Tambang (JATAM).

E. METODE
Dalam melakukan kegiatan tim menggunakan metode kualitatif yang diharapkan dapat :
1) Berinteraksi langsung dengan sejumlah masyarakat di Desa Kaloy, Kecamatan
Tamiang Hulu.
2) Mengidentifikasi, menganalisa dan memetakan temuan di lapangan.
3) Mengambil koordinat serta dokumentasi foto dan video di wilayah IUP eksplorasi PT
TSA.

F. HASIL
Dari hasil peninjauan di lapangan ditemukan beberapa hal sebagai berikut :
1) Komponen Geofisik - Kimia
a. Keadaan Medan dan Geomorfologi
 Fisiografi Medan Ekspedisi
 Jalur Pertama
Wilayah lokasi komoditas tambang batugamping terdiri dari sedikit
dataran rendah dan perbukitan bergelombang rendah hingga tinggi.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 1 : Rona Lingkungan Awal Komoditas Batugamping diambil dari
luar WIUP PT TSA (sisi Timur Bukit Karang Putih)

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 2


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
Sumber: Hasil Pengamatan
Gambar 2 : Rona Lingkungan Awal Komoditas Batugamping diambil dari
dalam WIUP PT TSA (sisi Barat Bukit Karang Putih)

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 3 : Rona Lingkungan Awal Komoditas Batugamping diambil dari
dalam WIUP PT TSA (sisi Barat Perbukitan Kapur)

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 3


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
 Jalur Kedua
Wilayah lokasi komoditas tambang batugamping terdiri dari sedikit
dataran rendah dan perbukitan bergelombang rendah hingga tinggi.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 4 : Rona Lingkungan Awal Komoditas Batu Gamping diambil
dari dalam WIUP PT TSA (sisi Timur jajaran perbukitan Karang Putih)

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 5 : Rona Lingkungan Awal Komoditas Batu Gamping diambil
dari dalam WIUP PT TSA (sisi Selatan jajaran perbukitan Karang Putih)

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 4


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
 Geomorfologi Wilayah Ekspedisi (Penciri Kars)
 Jalur Pertama
Terdapat sebaran lapies dalam bermacam relief kasar kesan bekas
terjadinya pelarutan sepanjang jalur dalam komoditas batugamping.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 6 : Sebaran lapies dalam Komoditas Batugamping

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 5


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
 Jalur Kedua
Terdapat sebaran lapies dalam bermacam relief kasar kesan bekas
terjadinya pelarutan sepanjang jalur dalam komoditas batugamping.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 7 : Sebaran lapies dalam Komoditas Batugamping

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 6


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
Ditemukan Gua dengan sudut Vertikal membentuk Multi Level (ruang-
ruang berlapis ke bawah). Dimensi pintu masuk sekitar 2 x 2,5 meter
serta panjang lorong masuk sekitar 6 meter. Sedangkan dimensi ruang
bagian dalam berkisar lebar 10 - 20 meter, panjang 75 meter dan
kedalaman mencapai 50 meter.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 8 : Lorong masuk gua

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 7


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
Sumber: Hasil Pengamatan
Gambar 9 : Beberapa bentukan ornamen gua berupa Stalaktit

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 8


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
Sumber: Hasil Pengamatan
Gambar 10 : Beberapa bentukan ornamen gua berupa Stalakmit

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 11 : Beberapa bentukan ornamen gua berupa Gordein
Laporan Ekspedisi Tahap III Page 9
LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
Sumber: Hasil Pengamatan
Gambar 12 : Vertikal ke bawah dengan bentukan ruang Multi Level

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 10


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
b. Hidrogeologi
 Jalur Pertama
Terdapat Alur Air Permukaan (Surface Drainage) yang mengering pada
permukaan. Namun dari penjelasan warga yang memanfaatkan lahan
sekitar areal diketahui pada hulu alur tersebut terdapat lintasan air
permukaan. Namun di titik tertentu menghilang masuk ke bawah
permukaan dan kembali muncul di titik tertentu bagian hilir.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 13 : Alur Air Permukaan mengering di permukaan yang telah
rusak akibat kegiatan pembukaan lahan untuk perkebunan masyarakat.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 14 : Alur Air Permukaan mengering di permukaan

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 11


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
Terdapat Ponour, lubang tempat berakhirnya lintasan air yang masuk ke
bawah permukaan membentuk lorong bawah tanah dengan ukuran lubang
masuk sekitar 50 cm x 1 meter sekitar perbukitan Karang Putih.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 15 : Air melintasi sepanjang lorong gua

 Jalur Kedua
Terdapat Alur Air Permukaan, sedikitnya empat saluran ditemui di
beberapa titik pada jalur lintasan yang berasal dari jajaran perbukitan
Karang Putih.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 16 : Lintasan alur air permukaan

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 12


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
Sumber: Hasil Pengamatan
Gambar 17 : Lintasan alur air permukaan
Laporan Ekspedisi Tahap III Page 13
LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
Terdapat Air Terjun (Waterfall) pada sisi jalur sekitar perbukitan Karang
putih yang airnya langsung menghilang masuk ke dalam celah-celah batuan
dasar.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 18 : Air terjun langsung menghilang masuk celah batuan dasar
Laporan Ekspedisi Tahap III Page 14
LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
Terdapat Sumber Mata Air di beberapa titik sekitar jalur lintasan sekitar
jajaran perbukitan Karang Putih.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 19 : Sumber mata air yang keluar melalui struktur bebatuan.

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 15


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
Terdapat Telaga sebanyak 2 (dua) buah dengan ukuran lebar rata-rata 6 - 8
meter dan panjang 5 - 15 meter yang di sekitarnya terdapat batuan-batuan
karbonat. Berada di sekitar lereng perbukitan Karang Putih.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 20 : Telaga Kars

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 16


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
Terdapat Ponour, lubang tempat berakhirnya lintasan air yang masuk ke
bawah permukaan membentuk lorong gua vertikal dengan berbagai variasi
ukuran diameter 50 cm - 3 meter dengan kedalaman lorong gua mencapai
lebih dari 40 meter.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 21 : Sebaran Ponour

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 17


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
2) Komponen Biologi
 Flora
 Jalur Pertama
Terdapat sebaran hutan tegakan tingkat anakan, pancang dan tiang dengan
tingkat kerapatan tinggi di dalam Wilayah Komoditas Batugamping yang juga
berada pada Kawasan Hutan Produksi.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 22 : Vegetasi tutupan hutan dalam Kawasan Hutan Produksi

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 18


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
Terjadinya Degradasi Hutan akibat kegiatan pembukaan ladang oleh
masyarakat. Dari hasil pembicaraan dengan sejumlah warga pembuka lahan,
diketahui bahwa tujuan utama pembukaan lahan untuk tanaman musiman
dilakukan agar nantinya mendapatkan ganti-rugi oleh pihak PT Tripa Semen
Aceh karena berada di dalam WIUP.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 23 : Degradasi hutan akibat pembukaan lahan perladangan oleh
masyarakat

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 19


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
 Jalur Kedua
Terdapat sebaran hutan tegakan tingkat anakan, pancang dan tiang dengan
tingkat kerapatan tinggi di dalam Wilayah Komoditas Batugamping yang juga
berada pada Kawasan Hutan Produksi.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 24 : Vegetasi tutupan hutan dalam Kawasan Hutan Produksi

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 20


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
 Fauna
 Jalur Pertama
Melintasnya Burung Rangkong di kawasan yang terdegradasi. Namun tidak
sempat diabadikan.

Sumber: Ilustrasi
Gambar 25 : Melintasnya Burung Rangkong

 Jalur Kedua
Terdengarnya suara Burung Rangkong di beberapa titik sepanjang jalur dan
camp.

Sumber: Ilustrasi
Gambar 26 : Terdengarnya suara-suara Burung Rangkong

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 21


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
Adanya suara Burung Merak di sekitar camp yang dominan terdengar di malam
hari. Informasi yang didapat bahwa benar daerah sekitar hutan dalam wilayah
Komoditas Batugamping terdapat hunian Burung Merak.

Sumber: Ilustrasi
Gambar 27 : Terdengarnya suara-suara Burung Merak

Ditemukan sarang Orangutan di sisi Timur dalam Komoditas Batugamping.


Namun tidak berhasil mengabadikan Orangutan yang berjumlah satu ekor karena
langsung menghindar jauh.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 28 : Sarang Orangutan (Pongo Abelii)
Laporan Ekspedisi Tahap III Page 22
LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
Ditemukan sarang Kambing Hutan tersebar dalam Gua Vertikal yang ditandai
dengan adanya cecah-cecah kayu sebagai tempat peristirahatan dan sebaran
jejak-jejak kaki di beberapa ruang dalam gua.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 29 : Sarang Kambing Hutan (Capricornis Sumatraensis)

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 23


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
Sumber: Hasil Pengamatan
Gambar 30 : Jejak kaki Kambing Hutan di dalam gua

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 24


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
Ditemukan jenis Lipan Gua dengan ciri-ciri jumlah kaki lebih sedikit namun lebih
panjang dari lipan biasa.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 31 : Lipan Gua (Scutigeromorpha)

Adanya hunian Kelelawar berjumlah cukup banyak penghuni pada gua-gua yang
berhasil ditemukan tim.

Sumber: Hasil Pengamatan


Gambar 32 : Kelelawar gua

Laporan Ekspedisi Tahap III Page 25


LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
G. ANALISA
a. Keadaan Medan dan Geomorfologi Kars
Dari keadaan medan dan topografi serta penciri kars yang telah diidentifikasi, maka
WIUP PT TSA Komoditas Batugamping dapat dibagi ke dalam empat Zonasi
Ekosistem Perbukitan Kars, yaitu :
1) Perbukitan Karang Putih seluas 428,479 Ha;
2) Perbukitan Kapur seluas 391,086 Ha;
3) Perbukitan Sarang Burung seluas 123,069 Ha;
4) dan Perbukitan Alur Gajah seluas 1.008, 233 Ha1

b. Hidrologi
Hasil pengukuran pada empat alur air permukaan dengan metode sederhana yaitu
menggunakan wadah penampung kapasitas tiga liter dan stopwatch di dapat debit
air rata-rata ±4,5 liter/detik atau 388.800 liter/hari atau sekitar 388,8 m3/hari.
Begitu pun hasil pengukuran debit air pada sumber mata air dan air terjun dengan
metode yang sama di dapat debit rata-rata ±3 liter/detik atau 259.200 liter/hari
atau sekitar 259,2 m3/hari.
Sehingga total debit air permukaan dari jajaran perbukitan Karang Putih yang
berhasil diidentifikasi ±7,5 liter/detik atau 648.000 liter/hari atau sekitar 648
m3/hari.

c. Degradasi Kawasan Hutan


Berdasarkan evaluasi Citra Landsat 8 Path: 129 dan Row: 57, periode 10 Januari
2014, dengan Kombinasi Band 3,5 dan 6, belum terlihat adanya kegiatan
pembukaan lahan.
Sedangkan hasil evaluasi Citra Landsat 8 periode 28 May 2015, pada lokasi dan
komposisi Band yang sama diketahui telah terjadi degradasi hutan seluas 13,49 Ha.
Begitu pun periode 14 May 2016, degradasi kawasan hutan meningkat menjadi
37,53 Ha atau meningkat seluas 24,04 Ha.

d. Lokasi Tapak Pengeboran


Berdasarkan pengamatan di lapangan, tidak ditemukan adanya jalur-jalur bekas
kegiatan Geo-Fisik berupa kegiatan Eksplorasi pengeboran dilakukan PT TSA di
WIUP Eksplorasi Komoditas Batugamping, terutama pada koordinat LU 4o8'59,25"
dan BT 97o51'59,29" dengan Kode TLPDH 09.

1
Berdasarkan formasi batuan penciri Kars yang ada di perbukitan sekitarnya, jenis tegakan dan tingkat
kerapatan tegakan hutan serta intensitas curah hujan.
Laporan Ekspedisi Tahap III Page 26
LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM
Begitu pun menurut sejumlah masyarakat yang dipekerjakan PT TSA untuk kegiatan
pengeboran menjelaskan tidak adanya kegiatan pengeboran di wilayah Komoditas
Batugamping bagian Selatan.

H. KESIMPULAN
Dari hasil ekspedisi diketahui beberapa hal sebagai berikut :
1) Ekosistem perbukitan Karang Putih dapat dipastikan merupakan Kawasan Kars
Kelas 1 yang ditandai dengan adanya sebaran penciri Kars.
2) Terancam kehilangan sumber air minimal sebesar 648 m3/hari atau sekitar
236.520 m3/tahun.
3) Akan makin terus meningkatnya degradasi kawasan hutan untuk kegiatan
perladangan yang dapat mempengaruhi sistem kartifikasi pada wilayah
permukaan (Eksokarst).
4) Terancamnya habitat satwa di lindungi berupa Burung Rangkong, Burung Merak
dan Orangutan.
5) Terindikasi adanya manipulasi Laporan Hasil Kegiatan Eksplorasi Pengeboran
yang dilakukan PT TSA, terutama di WIUP Eksplorasi Komoditas Batugamping
mengingat pada dokumen ANDAL yang telah disidangkan disebutkan, "Kondisi
aquifer di lokasi tapak proyek tambang batugamping dari hasil pengeboran
geotek ditemukan rata-rata keberadaan air tanah dalam berada pada level 130
mdpl..."2

I. PENUTUP
Demikian laporan ini dibuat untuk menyajikan fakta-fakta Kars di dalam WIUP Eksplorasi
PT Tripa Semen Aceh Komoditas Batugamping di Desa Kaloy, Kecamatan Tamiang Hulu,
Kabupaten Aceh Tamiang, Propinsi Aceh.

Kuala Simpang, 25 Juni 2016

M. Oki Kurniawan
Ketua Tim Ekspedisi

2
Dokumen ANDAL yang disidangkan pada 19 Januari 2016, Hal II-28, alenia ke 3
Laporan Ekspedisi Tahap III Page 27
LSM KEMPRa Bekerjasama ISS serta PSMB UPN Veteran Yogyakarta dan di dukung sepenuhnya oleh JATAM

Anda mungkin juga menyukai