Anda di halaman 1dari 216

------------------------------------------------------------------------

MATERI MATAKULIAH : TEORI AKUNTANSI


Kode Mata Kuliah/sks : EBA 503 / 3 SKS
Dosen : Dr. MF. Arrozi Adhikara, SE, M.Si., Akt., CA
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Deskripsi Mata Kuliah :

Mata kuliah ini memberikan pemahaman mengenai pendekatan teoritis terhadap berbagai

masalah akuntansi untuk penyelesaian masalah. Disisi lain memberikan logika penalaran

tentang apa yang dilakukan akuntan terutama adanya berbagai upaya untuk memecahkan

masalah akuntansi dan merumuskan kerangka teoritis untuk praktik akuntansi. Ruang

lingkup pembahasan diarahkan pada materi Sejarah dan pendekatan (metodologi) dalam

perumusan teori; Proses penyusunan standar dan dewan pembuat standar akuntansi;

Kerangka konseptual dalam penyusunan laporan keuangan; konsep, definisi, pengakuan,

pengukuran, pelaporan dan pengungkapan aktiva, hutang, modal, pendapatan,

penghasilan, beban, rugi, gain; serta Akuntansi untuk perubahan harga.

Standar Kompetensi :

1. Mampu Menganalisis Tataran Kerangka Konseptual Akuntansi

2. Mampu merumuskan masalah akuntansi dan solusi praktek akuntansi

3. Mampu menjunjung sikap integritas dalam penyajian laporan keuangan

4. Mampu menjelaskan sejarah dan pendekatan (metodologi) dalam perumusan teori

5. Mampu menjelaskan proses penyusunan standar dan dewan pembuat standar akuntansi

6. Mampu menjelaskan Kerangka konseptual dalam penyusunan laporan keuangan.

7. Mampu menjelaskan Konsep, definisi, pengakuan, pengukuran, pelaporandan

pengungkapan aktiva, hutang, modal, pendapatan, penghasilan, beban, rugi, gain.

1
8. Mampu menjelaskan berkaitan dengan akuntansi untuk perubahan harga.

Jadwal Pertemuan

Terdapat 14 kali pertemuan dengan durasi pertemuan masing – masing 150 menit.

Pertemuan Topik Bahasan Metode Bahan Bacaan


Pembelajaran
1 Norma Akademik Ceramah Aturan Akademik
2 Sejarah akuntansi dan badan-badanp Cooperatif Learning Belkoui, Ch 1
embuat standar akuntansi Small Group Discussion
3 Pengantar Teori Akuntansi Cooperatif Learning - Tearney Ch 1
Small Group Discussion - Suwarjono Ch 1
- Belkaoui, Ch 2
4 Struktur Teori Akuntansi Cooperatif Learning Belkoui, Ch 3
Small Group Discussion Tearney, Ch 5
Suwarjono, Bab 5
5 Kerangka konseptual penyusunan Cooperatif Learning Belkoui, Ch 6
laporan keuangan Small Group Discussion Tearney, Ch 7
Suwarjono, Ch 4
IAI, IFRS
Godfrey, Ch 4
6 Laporan Keuangan : Balance Sheet, Cooperatif Learning Suwarjono
Comprehensive Income Small Group Discussion IFRS
SAK
7 Laporan Keuangan : Arus Kas Cooperatif Learning Suwarjono
Small Group Discussion IFRS
SAK
UJIAN TENGAH SEMESTER

8 Konsep Aktiva : Aktiva tetap, aktiva Cooperatif Learning Suwarjono, Ch: 6


tidak berwujud dan investasi jangka Small Group Discussion
panjang
9 Konsep Hutang dan Ekuitas Pemilik Cooperatif Learning Suwarjono: Ch: 7, 11
Small Group Discussion Tearney, Ch 5
10 Konsep Pendapatan dan Biaya Cooperatif Learning Suwarjono: Ch: 8,9
Small Group Discussion Tearney, Ch 5
11 Konsep Laba Cooperatif Learning Suwarjono, Ch: 10
Small Group Discussion Tearney, Ch 5
12 Positive Accounting Theory Cooperatif Learning Watt dan
Small Group Discussion Zimmerman
13 Akuntansi Perubahan Harga Cooperatif Learning Suwarjono, Ch: 13
Small Group Discussion Tearney, Ch 5
14 Akuntansi : Ilmu dengan Paradigma Cooperatif Learning Suwarjono, Ch: 13
Small Group Discussion
UJIAN AKHIR SEMESTER

2
MATERI I
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN TEORI AKUNTANSI

Kompetensi Dasar:

Mampu menjelaskan sejarah dan perkembangan akuntansi dari jaman kolonial hingga

terkini

Pendahuluan

Mempelajari sejarah dan perkembangan akuntansi merupakan hal yang sangat penting

memahami dan mengapresiasi praktik sekarang, masa depan, dan struktur institusional

bidang sains akuntansi. Bab ini menyajikan tahapan-tahapan penting sejarah dan

perkembangan akuntansi yang harus diketahui oleh setiap mahasiswa akuntansi yang

serius.

a. Sejarah Awal Akuntansi

Berbagai usaha telah dilakukan untuk mengidentifikasi tempat dan waktu lahirnya

system pembukuan berpasangan. Ada berbagai scenario yang dihasilkan oleh usaha-

usah tersebut. Sebagian besar scenario tersebut mengakui bahwa system pencatatan

telah ada dalam berbagai peradaban sejak kurang lebih tahun 3000 BC. Diantaranya

adalah peradaban Kaldea-Babilonia, Astria, dan Samaria, yang merupakan pembentuk

system pemerintah pertama di dunia, pembentuk system bahasa tulisan tertua

membentuk “poros tempat berputarnya seluruh mesin keuangan dan departemen”,

perdaban China, dengan akuntansi pemerintahan yang memainkan peran kunci dan

canggih selama Dinasti Chao (1122-256 BC) peradaban Yunani, dimana Zenon,

3
manajer serta Appolonius , memperkenalkan system akuntansi pertanggung jawaban

yang luas pada tahun 256 BC, dan peradaban Roma, dengan hukum yang menentukan

bahwa pembayar pajak harus membuat laporan posisi keuangan, dan dengan hak sipil

yang tergantung pada tingkat kekayaan yang dinyatakan warga negara. Adanya

bentuk-bentuk pembukuan pada jaman kuno tersebut berkaitan dengan berbagai factor

diantaranya penemuan system penulisan, pengenalan angka arab dan system decimal,

penyebaran pengetahuan aljabar, adanya bahan-bahan penulisan yang murah,

meningkatnya literasi (kemelehurufan) dan adanya medium pertukaran yang baku. A

Litleton menyebutkan tujuh prakondisi dan timbulnya pembukuan yang sistimatis :

1. Seni menulis. Karena pembukuan pertama-tama adalah suatu pencatatan.

2. Arimetika. Karena aspek-aspek mekanis pembukuan terdiri dari serangkaian

komputasi sederhana.

3. Kekayaan Pribadi. Karena pembukuan hanya berkaitan dengan pencatatan fakta

tentang kekayaan, dan hak atas kekayaan.

4. Uang. Yaitu (perantara dalam perekonomian), karena pembukuan tidak diperlukan

kecuali transaksi dalam kekayaan dan hak atas kekayaan dapat direduksi ke dalam

denominator umum ini.

5. Kredit. Yaitu (transaksi yang belum selesai), karena dorongan untuk membuat

catatan tidak begitu kuat jika semua transaksi pertukaran telah selesai pada saat

kejadian.

6. Perniagaan. Karena pertukaran yang hanya bersifat local tidak cukup memberi

tekanan (volume usaha) untuk mendorong orang mengkoordinasikan gagasan yang

berbeda-beda ke dalam suatu system.

7. Modal. Karena tanpa modal perniagaan akan tidak berarti dan kredit akan tidak

mungkin.

4
Masing–masing peradaban kuno yang disebutkan di atas mencakup prasyarat

tersebut, sehingga mendorong kehadiran berbagai bentuk pembukuan. Yang masih

terhilang adalah scenario tentang sejarah akuntansi dari informasi yang terisolasi

dalam risalat pembukuan yang mula-mula. Salah satu skenario yang masuk akal adalah

sebagai berikut: Apabila kita akan menelusuri asal mula sejarah sains (akuntansi)

yang penting ini, secara alamiah kita akan menganggap bahwa penemuan pertama

akuntansi adalah oleh para pedagang, dan tidak ada orang yang memiliki klaim yang

lebih utama daripada bangsa Arabia, Bangsa Mesir, yang selama beberapa abad

menguasai perdagangan dunia, menurunkan gagasan pertama tentang perdagangan dari

hubungan mereka dengan orang-orang yang jujur ini, dan konsekuensinya mereka

harus menerima bentuk pertama dari perakuntanan, yang dalam cara perdagangan yang

alamiah, dikomunikasikan kepada semua kota Mediterania. Ketika kekaisaran barat

diserang oleh bangsa Barbar, dan semua Negara yang telah disusunnya, mengambil

kesempatan untuk menyatakan kemerdekaan, perniagaan segera hilang setelah

kemerdekaan, dan segera Italia yang pernah menjadi pusat dunia, menjadi pusat

perdagangan, yang merupakan puing-puing kekaisaran timur oleh Turki, yang tidak

pernah dimasuki oleh orang-orang yang berbakat atau aturaan-aturan seni

perdagangan, bukan merupakan penyumbang kecil. Bisnis pertukaran, yang oleh

Lombard dikaitkan dengan kota-kota perdagangan Eropa, memperkenalkan metode

pencataan akun, dengan cara berpasangan, yang saat sekarang memperoleh nama

pembukuan Italia.

Pembukuan Italia ini menjadi berhasil baik seiring dengan perkembangan

perdagangan Republik Italia dan penggunaan metode berpasangan dalam abad

keempat belas. Buku pertama tentang pembukuan berpasangan muncul pada tahun

5
1340 oleh Massari dari Genoa, Pembukuan berpasangan ini mendahului Paciolo

kurang lebih dua ratus tahun Raumond de Rover menggambarkan perkembangan

awal akuntansi di Italia sebagai berikut:

Pencapaian besar pedagan-pedagang Italia, kira-kuira antara 1250 dan 1400, adalah

menggabungkan elemen-elemen yang beragam menjadi suatu system klasifikasi yang

terintegrasi di mana lacinya di sebut akun dan semua transaksi dimasukkan dengan

prinsip berpasangan. Namun, tidak dapat diasumsikan bahwa keseimbangan

pembukuan merupakan tujuan utama akuntansi abad pertengahan. Sebalinya, paling

tidak di Italia, pedagang-pedagang telah mulai menggunakan akuntansi sebagai alat

pengendalain manajemen sejak 1400. Mereka belumlah semaju kita sekarang ini,

bahkan masih jauh dari mewujudkan potensi-potensi pembukuan berpasangan.

Namun, mereka telah memulai dengan mengembangakn dasar-dasar akuntansi biaya

(cost), dengan memperkenalkan pembalikan dan penyesuaian-penyesuaian yang lain,

seperti akrual (accruals) dan tangguhan (deferred), dan dengan memberi perhatian

pada audit neraca. Hanya dalam analisis laporan keuangan saja pedagang-pedagang

pada masa itu membuat kemajuan kecil. Adalah, wajar untuk menyebut bentuk dasar

akuntansi berpasangan yang belum sempurna telah ada dalam peradaban Inca Kuno

dalam tahun 1577.

b. Kontribusi Luca Pacioli

Luca Pacioli, seorang rahib Franciscan, secara umum diasosiasikan dengan

pengenalan pembukuan berpasangan. Pada tahun 1494 dia mempublikasikan buku,

“Summa de Arithmetica Geomeria, Proportioni et Proportionalita yang didalamnya

mencakup dua bab (de Computis et Scripturis) yang menggambarkan pembukuan

berpasangan. Risalahnya merefleksikan praktik yang terjadi di Venesia pada saat itu

6
yang dikenal dengan “Metode Venesia” atau Metode Italia”. Sehingga dia tidak

menemukan pembukuan berpasangan, tetapi menggambarkan sesuatu yang ada dalam

praktik pada saat itu. Dia menyatakan bahwa tujuan pembukuan adalah untuk memberi

informasi yang tepat waktu bagi para pedagang mengenai asset dan kewajibannya.

Debit(adebeo) dan Kredit (credito)digunakan untuk melakukan pencatatan secara

berpasangan. Dia mengatakan , “Semua pencatatan , harus dilakukan secara

berpasangan, yaitu bahwa jika anda membuat seseorang sebagai kreditor. Tiga buku

digunakan memorandum, jurnal dan buku besar. Catatan bersifat diskripti. Pacioli

menyarankan bahwa “tidak hanya nama pembeli atau penjual dan penjelasan mengenai

berat, ukuran, dan harga barang yang dicatat, tetapi syarat pembayaran juga

ditunjukkan “dan” jika kas diterima atau dibayarkan, catatannya mencantumkan jenis

mata uang dan nilai konversinya. Pada saat yang sama dikarenakan durasi kongsi

bisnis yang pendek. Pacioli menyarankan penghitungan profit periodik dan penutupan

buku. (Adalah baik untuk menutup buku setiap tahun, khususnya jika anada dalam

kerja sama dengan orang lain. Akuntansi membuat kerjasama berlangsung lama).

Pengalihan bahasan buku Pacioli dalam berbagai bahasa, merupakan penyumbang bagi

penyebaran popularitas metode Italia.

c. Perkembangan Pembukuan Berpasangan

Metode Italia menyebar keseluruh Eropa pada abad ke enam belas dan tujuhbelas,

kemudian memiliki karakteristik dan perkembangan baru, menjadi model pembukuan

berpasangan yang kita kenal sekarang. Dalam upaya untuk menunjukkan bahwa model

berpasangan telah berkembang dengan cara yang sangat mirip dengan ilmu

pengetahuan yang lazim, Cushing menggambarkan secara garis besar rangkaian tahap-

hap perkembangan sebagai berikut :

7
1. Sekitar abad ke enambelas sedikit perubahan dibuat dalam teknik pemubukuan.

Perubahan yang nyata adalah pengenalan jurnal khusus untuk mencatat tipe-tipe

transaksi yang berbeda.

2. Evolusi praktik laporan keuangan periodic terjadi pada abad enambelas dan

tujuhbelas. Pada masa tersebut juga terjadi evolusi personafikasi akun dan

transaksi sebagai upaya untuk membuat aturan debit dan kredit menjadi masuk

akal.

3. Penerapan system berpasangan diperluas dalam tipe organisasi lain.

4. Penggunaan akun sediaan yang terpisah untuk tipe barang yang berbeda terjadi

dalam abad ke tujuh belas.

5. Dimulia dengan East India company dalam abad ke tujuhbelas dan pertumbuhan

korporasi yang berkelanjutan setelah revolusi industri, akuntansi memperoleh

status yang lebih baik, dicirikan oleh kebutuhan akan akuntansi kos, dan suatu

kepercayaan pada konsep kesinambungan (continuity), periodisasi (periodicity),

dan akrual.

6. Metode perlakuan asset tetap yang dikembangkan sebelum abad ke delapan belas.

 Asset dibawa keperiode pada kos pemerolehan, selain antara

pendapatanpembayaran (revenue) dan penerimaan.

 Akun asset, yang berisi catatan pengeluaran awal dan pengeluaran lain dan

penerimaan (termasuk penerimaan dari penjualan bagian asset) ditutup pada

tanggal neraca dan selisih antara total debit dan total kredit di bawa ke periode

berikutnya sebagai saldo akun.

 Asset dinilai kembali, naik atau turun, pada tanggal neraca, nilai hasil penilaian

kembali dibawa ke periode berikutnya dan perbedaan saldonya(termasuk

untung atau rugi penilaian kembali dibawa ke akun profit dan loss)

8
7. Sampai dengan awal ke sembilanbelas, depresiasi kekayaan, diperlakukan sebagai

barang dagangan yang tidak terjual. Dalam paruh ke dua dari abad ke sembilan

belas, depresiasi dalam industri kereta api di pandang tidak perlu jika kekayaan

tersebut tidak mengalami kondisi yang memburuk. Meskipun tidak banyak

digunakan, Saliero pada tahun 1915, membuktikan adanya metode depresiasi

berikut garis lurus, metode menurun, sinking fund dan metode anuitas, dan metode

kos unit. Hanya setelah tahun 1930-an beban depresiasi menjadi sesuatu yang

umum.

8. Akuntansi Kos hadir dalam abad ke sembilanbelas sebagai akibat revolusi industri.

Akuntansi kos dimulai pada perusahaan-perusahaan tekstil abad lima belas.

9. Perkembangan teknik akuntansi untuk pembayaran di muka dan akrual untuk

memungkinkan dilakukan komputasi profit periodic terjadi pada paruh ke dua abad

kesimbilan belas.

10. Perkembangan laporan dana terjadi pada paruh kedua abd kesembilan belas dan

abad ke dua puluh.

11. Pada abad ke duapuluh terjadi perkembangan metode-metode akuntnasi yang

menyangkut isu-isu kompleks, dari masalah komputasi earning perlembar saham,

akuntansi untuk komputasi bisnis, akuntansi untuk inflasi, sewa guna jangka

panjang dan pensiun, sampai maslah akuntansi yang krusial untuk produk baru dari

rekayasa keuangan.

9
2. Perkembangan Teknik-Teknik Akuntansi di Amerika Serikat.

Ada empat fase proses perkembangan akuntansi yang dapat diidentifikasi .

a. Fase Kontribusi Manajemen (1900 – 1933)

Pengaruh manajemen dalam pembentukan teknik-teknik akuntansi muncul dari

meningkatnya jumlah pemegang saham dan peranan ekonomik yang dominan yang

dimainkan oleh korporasi industri setelah 1900. Penyebaran kepemilikan saham

memberi peluang bagi manajemen untuk sepenuhnya mengendalikan bentuk dan

isi ungkapan akuntansi. Intervensi manajemen dicirikan oleh penyelesaian-

penyelesaian yang bersifat ad hoc terhadap masalah-masalah mendesak dan

controversial. Ketergantungan pada inisiatif manajemen menimbulkan

konsekuensi-kosekuensi :

1. Dikarenakan ciri pragmatis solusi yang diadopsi, sebagian besar teknik

akuntansi tidak memiliki dukungan teoritis.

2. Fokusnya adalah pada penentuan income kena pajak(taxable income) minimasi

pajak income.

3. Teknik yang diadopsi didorong oleh keinginan untuk mertakan earnings

4. Masalah-masalah kompleks dihindari dan solusi berdasarkan kebijaksanaan

diadopsi.

5. Perusahaan yang berbeda mengadopsi teknik akuntansi untuk maslah yang

sama.

Peristiwa Penting Pada Fase Kontribusi Manajemen

 Tahun 1900 The New York Exchange, yang mensyaratkan semua korporasi

yang mencatatkan saham untuk mempublikasikan laporan keuangan tahunan.

 Tahun 1917 mendirikan Board of Examiners untuk membuat ujian CPA yang

seragam.

10
 Tahun 1920. Ripley dan JMB Hoxley adalah dua orang yang bersuara keras

menuntut adanya peningkatan dalam standar Pelaporan Keuangan. Adolph A

Berle dan Gardiner C. Means menunjuk pada kemakmuran korporat dan

kekuatan korporasi industri, dan meminta adanya perlindungan investor.

b. Fase Konstribusi Institusi (1933 – 1959)

Fase ini ditandai oleh penciptaan dan peningkatan peran institusi dalam

pengembangan teknik akuntansi. Termasuk di dalamnya adalah pembentukan

Securities dan Exchange Commision (SEC). Peristiwa Penting Pada Fase Konstribusi

Institusi :

1. Tahun 1934 Kongres membentuk SEC untuk melaksanakan berbagai peraturan

investasi federal

2. Komite AICPA bekerja sama dengan bursa saham mengusulkan solusi umum

kepada Komite NYSE yaitu membiarkan setiap korporasi bebas untuk memilih

metode akuntansinya sendiri dalam batas yang sangat luas tetapi mensyaratkan

pengungkapan metode yang digunakan konsistensi penerapan mereka dari tahun ke

tahun.

3. Tahun 1957 sampai tahun 1959 ditandai dengan kritik intensif terhadap CAP

(Committee Accounting Procedure), karena berbagai alasan termasuk kegagalan

untuk mendengarkan eksekutif keuangan dan praktisi akuntansi, kegagalan untuk

bekerja pada isu-isu yang tidak popular, kegagalan untuk mengembangkan

pernyataan yang komprehensif tentang prinsip-prinsip yang mendasar.

11
c. Fase Kontribusi Profesional (1958 – 1979)

Ketidakpastian terhadap CAP dinyatakan oleh presiden AICPA, Alvin R Jennings,

dengan pertanyaan “ Seberapa berhasilkah kita akan dalam mempersempit bidang

perbedaan dan inkonsistensi dalam penyiapan dan penyajian informasi keuangan.

Komite khusus tentang program Riset yang dibentuk tahun 1957 dan 1958

mengusulkan pembubaran CAP dan Departemen Risetnya. AICPA menerima

rekomendasi tersebut dan dalam tahun 1959 mendirikan the Accounting Principle

Board (APB) dan The Accounting Research Division (ARD) dengan untuk

memajukan pernyataan tentang apa yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi

berterima umum. ARD memulai dengan publikasi posisi yang disusun dengan cermat

yang didasarkan pada penalaran deduktif. APB juga menerbitkan berbagai opini yang

membahas isu-isu konvensional, hingga mencapai 31 opini antara tahun 1959 dan

1973. AAA juga berpartisipasi dalam proses tersebut melalui beberapa riset dan

berusaha mengembangkan pernyataan yang terintegrasi tentang teori akuntansi dasar.

Upaya tersebut tidak selalu berhasil, APB diserang dan dikritik karena :

 Opini yang bersifat ad hoc atau controversial termasuk APB 8 tentang akuntansi

pensiun, APB 11 tentang alokasi pada income, dan APB 2 dan 4 tentang kredit

pajak investasi.

 Kegagalan dalam menyelesaikan maslah akuntansi untuk penggabungan usaha dari

goodwill.

 Kegiatan profesi dengan APB yang dicurigai tidak membantu. Intervensi asosiasi

dan badan-badan professional dalam perumusan teori akuntansi dipicu oleh upaya-

upaya untuk mengeliminasi teknik-teknik yang tidak diinginkan dan untuk

mengkodifikasikan teknik-teknik yang dapat diterima.

12
Sekali lagi ketergantungan pada asosiasi dan badan-badan seperti itu mengandung

konsekuensi, yang mencakup hal-hal berikut :

1. Asosiasi dan badan-badan tidak mendasarkan diri pada kerangka teoritis yang

ditetapkan.

2. Kewenangan Pernyataan tidak jelas

3. Adanya perlakuan-perlakuan alternative memungkinkan fleksiblitas dalam pilihan

teknik akuntansi.

4. Ketidakpuasan yang berakibat pada intervensi professional seperti yang ditulis oleh

Brioff, efektif untuk menarik perhatian public akan adanya penyalahgunaan

akuntansi yang mendominasi laporan tahunan tertentu.

d. Fase Politisasi (1973 – Sekarang)

Keterbatasan asosiasi professional dan manajemen dalam merumuskan teori

akuntansi mendorong diadopsinya pendekatan yang lebih deduktif dan politisasi

proses penetapan standar-standar situasi yang diciptakan oleh pandangan yang

diterima luas bahwa angka-angka akuntansi mempengaruhi perilaku ekonomi dan

konsekuensinya, aturan-aturan akuntansi harus ditetapkan dalam arena politis.

Horngren menyatakan :

Penetapan standar akuntansi merupakan produk temuan logis atau empiris

sekaligus produk tindakan politis. Mengapa ? Karena penetapan standar

merupakan keputusan sosial. Standar menentukan batasan perilaku,

sehingga harus diterima oleh pihak-pihak yang dipengaruhi. Penerimaan ini

mungkin dipaksakan atau secara sukarela, atau keduanya. Dalam

masyarakat demokratik, mencapai keberterimaan merupakan proses yang

sangat rumit yang memerlukan ketrampilan pemasaran dalam arena politis.

13
Sejak pembentukannya, FASB telah mengadopsi pendekatan deduktif dan kuasi-

politis untuk merumuskan prinsip-prinsip akuntansi. Perilaku FASB dapat ditandai

dengan:

 Adanya upaya untuk mengembangkan kerangka teoritis atau konstitusi akuntansi.

 Timbulnya berbagai kelompok kepentingan, suatu konstribusi yang diperlukan

bagi penerimaan “umum” standar yang baru.

Dengan demikian, proses penetapan standar memiliki aspek politis. Bahwa proses

perumusan standar akuntansi menjadi bersifat politis dengan baik dinyatakan sebuah

laporan yang diterbitkan oleh the Senate Sub Committee on Report Accounting and

Management, berjudul The Accounting Establishment. Dikenal Metchalf Report”

Laporan tersebut menyatakan, bahwa kantor akuntan “delapan besar” memonopoli

pengauditan korporasi besar dan mengendalikan proses penetapan standar.

14
MATERI II
PENGANTAR TEORI AKUNTANSI

Kompetensi Dasar:

a. Mampu menjelaskan pengertian dan fungsi teori akuntansi

b. Mampu menjelaskan teori akuntansi dan pembuatan kebijakan.

c. Mampu menjelaskan peran pengukuran dalam akuntansi

d. Mampu menjelaskan penerapan pendekatan ilmiah terhadap akuntansi

Pengertian Teori Akuntansi

Pengertian teori akuntansi dapat dipandang dari berbagai macam, yaitu:

a. Teori Akuntansi adalah bidang akuntansi yang membahas proses pemikiran atau

penalaran. Struktur akuntansi dan seperangkat konsep-konsep sebagai hasil proses

pemikiran dan pemilihan konsep (kerangka acuan konseptual).

b. Teori Akuntansi Sebagai Penalaran Logis adalah suatu proses pemikiran atau

penalaran, dengan menggunakan konsep-konsep yang relevan sebagai landasan, untuk

menjelaskan kelayakan prinsip atau prkaik akuntansi tertentu yang sudah berjalan atau

untuk mendukung prinsip dan praktik yang baru atau yang diharapkan.

c. Teori Akuntansi Sebagai Lawan Praktik. Seperangkat konsep-konsep yang

membahas tentang bagaimana seharusnya konsep-konsep yang membahas tentang

bagaiman seharusnya praktik akuntansi berjalan atau yang membahas alternative-

alternatif prinsip yang dapat digunakan dalam praktik.

d. Teori Akuntansi Sebagai Pembenaran. Teori memberikan penjelasan dan alasan

tentang perlakuan akuntansi tertentu.

15
e. Teori Akuntansi Sebagai Penjelasan Ilmiah. Teori merupakan pernyataan-

pernyataan tentang hubungan antara perilaku variabel-variabel alam atau social yang

dapat digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi gejala-gejala alam atau sosial.

f. Teori Akuntansi Sebagai Model. Sebagai model penalaran untuk menciptakan suatu

praktik akuntansi yang dianggap baik dan sehat serta cocok dengan lingkungan tempat

akuntansi akan dipraktikan.

Pendekatan-Pendekatan Dalam Penyusunan Teori Akuntansi

Walaupun belum ada satupun teori akuntansi yang komprehensif namun berbagai teori

akuntansi yang bersifat menengah atau setengah jadi telah dihasilkan melalui sejumlah

pendekatan yang berbeda antara lain pendekatan trasisional, pendekatan otoritas,

pendekatan regulatori, keperilakuan, peristiwa, prediktif, dan positif.

a. Pendekatan Tradisional :

1. Pendekatan non teoritis, praktis, atau pragmatis.

 Penyusunan teori yang ditandai dengan penyesuaian terhadap praktek

sesungguhnya yang bermanfaat untuk memberi saran solusi praktis.

 Pendekatan otoritas dalam penyusunan teori akuntansi yang umumnya

digunakan oleh organisasi profesi, terdiri dari penyajian sejumlah peraturan

praktik-praktik akuntansi.

 Suatu teori tanpa konsekuensi praktik adalah teori yang buruk .

2. Pendekatan Teoritis : Deduktif, Induktif, Etis, Sosiologis, Economics, Eklektik.

b. Pendekatan Deduktif

Dari asumsi atau dalil dasar akuntansi dan konklusi logis yang diperoleh dan

sejumlah prinsip akuntansi untuk menyajikan petunjuk dan dasar bagi pengembangan

teknik-teknik akuntansi selanjutnya. Tahap-tahap pendekatan deduktif :

16
1. Penetapan-penetapan tujuan pelaporan keuangan

2. Pemilihan dalil-dalil akuntansi

3. Penentuan prinsip-prinsip akuntansi

4. Pengembangan teknik-teknik akuntansi.

c. Pendekatan Induktif

Pendekatan ini dimulai dengan serangkaian pengamatan terhadap informasi

keuangan dari bisnis perusahaan dan selanjutnya akan diperoleh rumusan gagasan

serta prinsip-prinsip akuntansi dari pengamatan tersebut dengan menggunakan dasar

hubungan yang terjadi secara berulang. Pendekatan induktif dalam penyusunan teori

mencakup empat tahap :

1. Pencatatan seluruh pengamatan

2. Penganalisaan dan pengelompokan pengamatan untuk mendeteksi adanya

hubungan yang berulang (kesamaan atau kemiripan)

3. Penginduksian asal mula konklusi-konklusi dan prinsip-prinsip akuntansi dari

pengamatan-pengamatan yang menggambarkan hubungan secara berulang.

4. Pengujian konklusi-konklusi yang dibuat.

d. Pendekatan Etis

Konsep kewajaran (penyajian yang tidak bias, dan tidak memihak), keadilan

(sebagai perlakuan yang seimbang terhadap seluruh pihak yang berkepentingan).

Keseimbangan dan kebenaran (sebagai pelaporan keuangan yang akurat dan benar

tanpa adanya kesalahan interpretasi). The Committee on Auditing Procedure merujuk

criteria “kewajaran penyajian” sebagai berikut :

 Kesesuaian dengan prinsip-prinsip akuntansi

 Pengungkapan

 Konsistensi

17
 Dapat Diperbandingkan

e. Pendekatan Sosiologis

1. Akibat-akibat sosial yang ditimbulkan dari teknik-teknik akuntansi. Pendekatan ini

merupakan suatu pendekatan etis yang dasarnya merupakan suatu perluaan konsep

kewajaran yang dinamakan kesejahteraan sosial.

2. Dalam pendekatan ini, diharapkan bahwa data akuntansi akan memberikan

manfaat dalam pembuatan kebijakan yang menyangkut kesejahteraan sosial.

3. Kesulitan dalam pendekatan ini adalah penetapan criteria “nilai-nilai sosial” yang

dapat diterima oleh semua masyarakat.

4. Bedford, berpendapat maksimalisasi kesejahteraan sosial berhubungan dengan

pengukuran penentuan pendapatan yang terbaik bagi masyarakat.

5. Pendekatan ini telah memberikan kontribusi pada evolusi cabang bidang akuntansi

yang baru, yang terkenal sebagai akuntansi sosio ekonomi (socioeconomic

accounting). Tujuan utama bidang ilmu ini adalah mendorong entitas bisnis yang

beraktivitas dalam pasar bebas agar mempertanggungjawabkan aktivitas produksi

mereka terhadap lingkungan sosial melaui pengukuran internalisasi dan

pengungkapan di dalam Laporan Keuangan.

f. Pendekatan Ekonomi

Dalam penyusuan teori akuntansi menekankan pengendalian perilaku indicator-

indikator ekonomi makro, yang diakibatkan oleh berbagai prkatik akuntansi.

Menekankan pada konsep kesejahteraan ekonomi secara umum. Kriteria umum yang

digunakan dalam pendekatan ekonomi makro adalah :

1. Kebijakan dan teknik akuntansi yang digunakan harus menyajikan realitas

ekonomi.

2. Pemilihan teknik-teknik akuntansi harus tergantung pada konsekuensi ekonomi.

18
 Contoh di Swedia metode LIFO akan merupakan teknik akuntansi yang

menarik selama periode inflasi yang berkepanjangan daripada FIFO.

g. Pendekatan Eklektik

Penyusunan Teori Akuntansi dan pengembangan prinsip-prinsip akuntansi telah

mengikuti suatu pendekatan ekletik, atau pendekatan gabungan.

h. Pendekatan Regulatori Dalam Formulasi Teori Akuntansi

Proses penyiapan dan pelaksanaan standar merupakan masalah serius dalam

profesi menetapakan keseragaman standar akuntansi merupakan factor penting agar

standar akuntansi dapat diterima dan bermanfaat. Bab ini menyajikan diskusi tentang

keunggulan dan kegunaan dari masing-masing pendekatan yaitu pasar bebas, sektor

swasta, maupun sektor publik.

Sifat-Sifat Standar Akuntansi

Standar terus menerus berubah, dihapus, dan atau ditambahkan baik itu di Amerika

Serikat maupun di Negara-negara lainnya. Standar menyajikan petunjuk yang praktis dan

mudah yang terkait dengan tugas-tugas akuntan. Standar biasanya terdiri dari tiga bagian:

1. Uraian masalah yang harus diatasi.

2. Pembahasan dengan penalaran (cara-cara pemecahan masalah)

3. Solusi ditetapkan

Sejumlah pertimbangan dalam penetapan standar yang harus diperhatikan :

a. Standar menyajikan petunjuk dan aturan tindakan bagi akuntan public yang

memungkinkan pengujian secara hati-hati (due care) dan independent saat

menggunakan keahlian dan integritasya dalam mengaudit laporan keuangan

perusahaan serta saat membuktikan kewajarannya.

19
b. Standar menyajikan kumpulan data bagi pemerintah tentang berbagai variable yang

patut dipertimbangkan dalam bidang perpajakan, regulasi perusahaan perencanaan

serta regulasi ekonomi dan peningkatan efisiensi ekonomi serta tujuan sosial lainnya.

c. Standar menghasilkan prinsip dan teori yang penting bagi seluruh pihak yang

berkepentingan dalam disiplin ilmu akuntansi.

Tujuan Penyusunan Standar

1. Pendekatan penyajian kebenaran menginginkan laporan yang netral dan berusaha

mencapai penyajian yang benar melalui proses penyusunan standar. Konsekuensi

ekonomi yang hendak dicapai, maka para pembuat kebijakan akuntansi harus

menyajikan sejumlah sinyal informasi yang dapat memberi petunjuk pada pengguna

informasi dalam pembuatan keputusan.

2. Pendekatan konsekuensi ekonomik, standar yang diundangkan harus memiliki

pengaruh positif atau setidaknya tidak memiliki pengaruh negative terhadap

kesejahteraan sosial, akibat strategis pendekatan ini adalah kesejahteraan sosial

diharapkan meningkat apabila praktik-praktik akuntansi secara parsial dilakukan

secara konsisten.

a. Entitas Yang Menaruh Perhatian Pada Standar Akuntansi di Amerika

Kantor-kantor Akuntan Publik dan Individu. Kantor Akuntan Publik dan Induvidu

bertanggung jawab untuk secara independent menyatakan bahwa laporan keuangan

suatu perusahaan disajikan secara wajar dan akurat seluruh hasil aktivitasnya.

American Institute of Certified Public Accountansts (AICPA). AICPA merupakan

organisasi profesi yang mengkoordinasi praktik para akuntan public bersertifikat

20
(CPA) di Amerika. Tahun 1959, AICPA membentuk lembaga baru, yaitu APB

(Accounting Principles Board) untuk mempercepat penyajian secara tertulis tentang

apa yang dimaksudkan dengan prinsip-prinsip akuntansi berterima umum. APB

mempublikasikan pernyataan sbb :

 APB Statement No.1 Laporan Penerimaan ARS No.1 dan No.3

 APB Statement No.2 Disclousure of Suplementary Financial Information by

Diversified Companies dikeluarkan September 1967.

 APB Statement No.3 Financial Statement Restated for General Price Level

Change, dikeluarkan Juni 1969.

 APB Statement No.4 Basic Concept and Accounting Principles Underlying

Fianancial Statement of Business Enterprise, dikeluarkan Oktober 1970.

Komisi penelitian menerbitkan ARS (Accounting Research Study)

1. ARS No.1 The Basic Postulates of Accounting. Mauries Moonitz dan R Taprouse

(1961)

2. ARS No.2 Cash Flow Analysis and The Funds Statement, oleh Perry Mason

(1961)

3. ARS No.3 A. Tentative Set of Broad Accounting Principles For Business

Enterprises Maurice Moonitz dan R. Taprouse (1962)

4. ARS No.4 Reporting of Leses in Financial, oleh John H. Myers (1962)

5. ARS No.5 A. Critical Study of Accounting for Bussiness Combination, oleh

Arthur B.Watt (1963)

6. ARS No.6 Reporting The Financial Effects of Price Level Change, Stafff Divisi

Penelitian (1963)

7. ARS No.7 Inventory of a Generally Accepted Accounting Principles For Business

Paul Grady (1963)

21
8. ARS No.8 Accounting For the Cost of Pensiun Plan, Ernest L. Hicks (1966)

9. ARS No.9 Interperiod Allocation of Corporate Income Taxes, oleh Howard A

Black (1966)

10. ARS No.10 Accounting for Goodwill oleh George R. Caelett dan Norman O Olson

Inventory of a Generally Accepted Accounting Principles For Business Paul Grady

(1963)

11. ARS No.11 Financial Reporting in The Extractives Industries, oleh Robert R, Field

(1968)

12. ARS No.12 Reporting Foreign Operations Of Us Companies in US Dollar , oleh

Leonard Lorenso (1972)

13. ARS No.13 The Accounting Basis Of Inventoris oleh Horace G, Barden (1973)

(1963)

14. ARS No.14 Accounting For R & D Expenditure, oleh Oscar S Gellien dan Maurice

S Newman (1973)

15. ARS No.15 Stocholedrs, Equity oleh Beatrice Meicher (1973)

The American Accounting Association (AAA). AAA merupakan organisasi untuk

para akuntansi dan bidang akademik maupun induvidu yang tertarik dengan perbaikan

praktik dan teori akuntansi. Diawali dengan pendekatan induktif, secara bertahap

menjadi pendekatan deduktif. Studi-studinya meliputi :

 A Tentative of Accounting Principles Underlying Corporate Financial Statements.

 An Introduction to Corporate Accounting Standard oleh W.A Paton dan A.C

Littleton (1940)

 An Inquiry Into Nature of Accounting oleh Louis Goldberg (1964)

 A Statement of Basic Accounting Theory (1966)

 A Statement on Accounting Theory and Theory Acceptance (1977)

22
FASB (The Financial Accounting Standard Board). Financial Accounting Standard

Board (FASB) menggantikan APB tahun 1973 sebagai badan yang bertanggung jawab

untuk menetapkan standar-standar akuntansi. Bubarnya APB disebabkan oleh faktor-

faktor berikut :

 Kemunculan dari perlakuan akuntasi alternative yang memungkinkan perusahaan

menunjukkan earning pershare yang lebih tinggi terutama sebagai hasil proses

merger dan akuisisi.

 Kurangnya perlakuan akuntansi yang memadai untuk sejumlah persoalan baru

dalam akuntansi seperti kredit pajak investasi, akuntansi untuk industri franchise

(accounting for franching industries), bisnis pengembangan lahan, dan sewa beli

jangka panjang.

 Sejumlah kasus kejahatan dan tuntutan hokum akibat metode-metode akuntansi

yang gagal untuk menyajikan informasi relevan dalam banyak kasus.

 Kegiatan APB dalam mengembangkan kerangka konseptual.

Yang Dihasilkan FASB :

 SFAC No. 1 “Objectives Of Financial Reporting” by Business yang menyajikan

maksud dan sasaran akuntansi.

 SFAC No. 2 “Qualitative Characteristic Of Accounting Information “yang

menyajikan karakteristik yang membuat akuntansi berguna.

 SFAC No. 3 “ Element of Financial Statement of Business Enterprise “ Yang

memberikan definisi item-item dalam laporan keuangan, seperti asset, utang

,revenue, expenses.

23
 SFAC No. 4 “Objectives Of Financial Reporting by Non Business” Organization

yang menyajikan maksud dan sasaran akuntansi untuk organisasi non business.

 SFAC No. 5 “Recognition and Measurement in Financial Statement of Business

Enterprises”, yang menyajikan serangkaian criteria pengakuan dan pengukuran dan

petunjuk tentang informasi apa yang seharusnya masuk dalam laporan keuangan.

 SFAC No. 6 “Element of Fiancial Statement” yang menggantikan SFAC No. 3 dan

meliputi organisasi Nirlaba.

Securities and Exchange Commission (SEC). SEC dibentuk oleh kongres pada

tahun 1934 dengan tanggung jawab utama menangani administrasi berbagai ketentuan

yang meregulasi pasar saham dan menjamin laporan serta pengungkapan yang

memadai dan setiap perusahaan di Amerika. SEC secara umum sependapat dengan apa

yang dikemukakan oleh lembaga profesi, opini, APB, dan pernyataan FASB.

Walaupun demikian SEC tetap mempertahankan kekuasaannya untuk mengungkapkan

pandangan dengan lima secara berikut :

1. Regulasi S-x yang menguraikan bentuk dan kandungan laporan yang disimpan

oleh SEC.

2. Accounting Series Releases

3. Keputusan dan Laporan SEC

4. Laporan Tahunan SEC

5. Komentar dan artikel yang disajikan oleh anggota komite serta para stafnya

SEC tidak selalu setuju dengan keputusan yang dihasilkan oleh profesi akuntansi.

Contohnya : ASR No. 96, ASR No. 147, ASR No. 146

24
Pengguna Laporan Keuangan

Kelompok-kelompok yang bertentangan terhadap laporan aktivitas sebuah organisasi

berorientasi profit dapat diklasifikaiskan sebagai pengguna langsung (direct users) dan

tidak langsung (indirect users)

Pengguna Langsung Meliputi :

 Pemilik dan pemegang saham perusahaan .

 Pemberi pinjaman (kreditor ) dan pemasok

 Manajemen perusahaan

 Kantor Pajak

 Organisasi pekerja

 Pelanggan

Pengguna tidak langsung meliputi :

 Analisis dan konsultan keuangan

 Pasar Saham

 Pengacara

 Otoritas yang terkait dengan regulasi

 Kalngan berita keuangan dan agen0agen penyaji laporan

 Asosiasi dagang

 Serikat pekerja

 Kompetitor

 Masyarakat Umum

 Depatemen pemerintah lainnya.

25
b. Siapa Yang Seharusnya Menyusun Standar Akuntansi ?

Teori-Teori Regulasi. Regulasi umumnya diasumsikan akan diterima oleh industri

terkait dan didesain serta dioperasikan dengan tujuan utama memperoleh keuntungan.

Ada dua kategori utama tentang regulasi industri.

Teori-Teori Kepentingan Umum (menyajikan bahwa regulasi disajikan untuk

menanggapi permintaan public akan koreksi terhadap ketidak efisien atau ketidak

layakan harga pasar.Teori ini tujuan utamanya adalah melindungi dan menjamin

kepentingan umum).

Teori-Teori Kepentingan Kelompok atau Teori Perebutan (regulasi disajikan

untuk menanggapi permintaan kelompok tertentu, dengan tujuan untuk

memaksimalkan income anggotanya. Versi utama teori ini adalah :

 The political ruling-elite theory of regulation (menekankan penggunaan kekuatan

politik untuk mendapatkan pengendalian regulator)

 The economic theory of regulation (menekankan pada kekuatan ekonomi)

Haruskah Kita Meregulasi Akuntansi.

Pihak yang tidak mengingikan regulasi menggunakan teori agensi :

 Mengapa harus ada insentif untuk pembuatan laporan yang andal dan sukarela bagi

pemilik.

 Laporan keuangan digunakan untuk memonitor hubungan kerja, untuk menilai dan

menentukan kompensasi manajer.

 Perusahaan dituntut untuk menyajikan laporan secara sukarela dan kegagalan

untuk menyajikan laporan dapat diinterprestasikan sebagai kabar buruk bagi pasar.

 Apabila perusahaan tidak menyajikan laporan secra sukarela, pengguna informasi

dapat memaksa pihak-pihak terkait dalam menyajikan informasi tersebut.

26
c. Pihak Yang Menginginkan Regulasi Menggunakan Argumentasi

Kepentingan Umum Kebutuhan untuk mencapai tujuan sosial dan kegagalan pasar

memaksa perlu adanya regulasi. Kegagalan pasar disebabkan :

 Keengganan perusahaan untuk mengungkapkan informasinya, sebagai pihak yang

mengusai informasi tentang dirinya sendiri.

 Adanya penyelewengan

 Penyajian Informasi Akuntansi (sebagai produk umum) secara tidak semestinya.

 Tujuan sosial mencakup kewajaran laporan, informasi seimbang,perlindungan

terhadap investor.

Pendekatan Pasar Bebas . Pendekatan pasar bebas dalam meghasilkan standar

dimulai dari asumsi dasar bahwa informasi akuntansi merupakan sebuah poduk yang

bersifat ekonimis, sama seperti barang atau jasa lainnya. Pendukung pendekatan

regulator baik sawsta maupun public menyatakan bahwa ada kegagalan pasar baik

secara eksplisit maupun imolivit dalam pasar informasi swasta terjadi karena kuantitas

dan kualitas informasi akuntansi berbeda dari manfaat sosial maksimum yang dapat

diperoleh, disebabkan :

 Pengendalian atas informasi yang bersifat monopoli oleh manajemen.

(Dihipotesiskan bahwa akuntan memiliki pengaruh monopolistic atas data yang

disajikan dan digunakan pasar, akibtnya pasar tidak dapat benar-benar

membedakan antara pengaruh yang disebabkan oleh keadaannya sesungguhnya

atau pengaruh akuntansi).

 Investor yang naïf, (Dihipotesikan bahwa para investor yang tidak memahami

dengan baik kompleksitas teknik-teknik dan transformasi akuntansi mungkin akan

dikelabui dengan penggunaan teknik-teknik yang berbeda).

27
 Ketakuatan akan kegagalan fungsional.(Investor mungkin tidak mampu mengubah

proses pembuatan keputusannya untuk merespons data yang dihasilkan oleh

perubahan yang terjadi dalam proses akuntansi.)

 Penyimpangan perhitungan. (Karena akuntansi sangat bertumpu pada berbagai

basis perhitungan asset dan prosedur alokasi yang dipandang sepihak dan tidak

dapat diperbaiki, keluaran akuntansi merupakan sesuatu yang tidak berarti atau

bahkan menyesatkan untuk pembuatan keputusan)

 Keanekaragaman prosedur, (fleksibilitas dalam pemilihan teknik-teknik akuntansi

yang digunakan untuk melaporkan kejadian tertentu)

 Kurangnya objektivitas. (tidak ada criteria objektif yang dapat digunakan

manajemen untuk mendasarkan pilihannya akan tehknik-tekhnik akuntansi,

hasilnya keluaran yang tidak dapat diperbandingkan)

Regulasi Standar Akuntansi oleh Sektor Swasta Pendekatan sector swasta dalam

regulasi standar akuntansi menggunakan asumsi dasar bahwa kepentingan public

terhadap akuntnasi akan terlayani dengan baik apabila penyusunan standar diserahkan

kepada sector swasta (Commite on Accounting Procedure (1939 -1959)), FASB

(Financial Accounting Standard Board (1973 – Sekarang))

Pendukung Standar akuntansi oleh Sektor Swasta

1. FASB terlihat responsive terhadap berbagai konstituen

2. FASB mampu menarik sebagai anggota atau staff, orang-orang yang memiliki

pengetahuan teknis yang diperlukan untuk mengembangkan dan

mengimplementasikan system pengukuran dan pengungkapan alternative.

3. FASB sukses dalam memperoleh tanggapan dari berbagai konstituensinya.

28
Penentang Pendekatan Sektor Swasta :

a. FASB tidak memiliki kewenangan statori dan kekuatan untuk memaksakan aturan

yang dibuatnya.

b. FASB sering dituduh tidak independen dari konstituennyayang besar (kantor

akuntan, korporasi)

c. FASB sering dituduh lamban dalam menanggapi isu-isu utama yang krusial bagi

sejumlah konstituennya.

Regulasi Standar Akuntansi Oleh Sektor Publik. Regulasi sector public berpusat

pada peran SEC.

Pendukung regulasi standar akuntansi oleh sector public :

a. SEC merupakan instrument dalam menuntun profesi dari metode akuntansi yang

safe dan konservatif ke arah metode yang lebih inovatif dan realistis.

b. SEC melalui securities Acrs of 1933 dan 1934 memberi perlindungan bagi para

investor terhadap berbagai ancaman.

c. SEC dimotivasi oleh keinginan untuk menyajikan tingkat pengungkapan kepada

public yang dianggap perlu dan memadai dalam pembuatan keputusan.

d. SEC mempunyai legitimasi yang lebih besar melalui kewenangan statutory yang

lebih jelas.

Penentang Regulasi Standar Akuntansi oleh Sektor Publik.

 Diperlukan biaya yang besar untuk memenuhi ketentuan pemerintah dalam

penyajian informasi.

 Cenderung memaksimalkan kesejahteraannya tanpa pertimbangan terhadap biaya

dan manfaat tambahan laporan.

29
 Akan timbul kondisi yang berbahaya apabila penyusunan standar semakin bersifat

politis.

 Perlunya system pemerintahan yang didukung kekuatan kepolisian.

d. Legimitasi Proses Penyusunan Standar

Prognisis Pesimistik dihubungkan dengan kemampuannya untuk menghasilkan

system akuntansi optimal, yakni sebuah system dimana keuntungan yang diharapkan

oleh pemakai strategi keputusan optimal dapat lebih besar atau paling tidak sama

dengan keuntungan yang diperoleh dari system lain.

Prognosis pesimistik ini diperlukan untuk menunjukkan Bahwa pemilihan

alternative laporan keuangan “pada akhirnya memerlukan pertukaran antara

keuntungan seseorang di satu sisi dengan yang lainnya. Bahwa resolusi alternative

laporan keuangan akan mensyaratkan “kebijakan nilai atau etika yang akan

dipertukarkan dengan kesejahteraan seseorang dan dalam dimensi apa terhadap

kesejahteraan siapa.

Prognosis Optimistik

Prinsipnya proses penyesuaian dengan dasar konstitusional calculus menetapkan

legitimasi FASB berdasarkan :

 Kemampuannya dalam menyajikan jaminan prosedur yang memadai.

 Kemampuannya untuk memaksakan batasan yang memadai dalam proses

pemilihan, untuk menjamin hasil yang dapat diterima.

 Keseimbangan antara procedural dan hasil yang ditetapkan oleh proses penyusunan

standar FASB.

30
e. Accounting Standard Overload

Accounting Standard Overload umumnya berhubungan dengan pertumbuhan untuk

akuntansi. Situasi-situasi berikut ini diidentifikasi sebagai accounting standard

overload :

 Standar yang terlalu banyak

 Standar yang terlalu rumit

 Tidak ada standar yang kaku, membuat pemulihan aplikasi menjadi sulit.

 Standar bertujuan umum

Standar bertujuan umum yang gagal dalam menyajikan perbedaan antara :

1. Entitas public dan non public

2. Laporan keuangan tahunan dan intern

3. Perusahaan besar dan kecil

4. Pengungkapan yang berlebihan, pengukuran yang terlalu kompleks, atau kedua-

duanya.

Pengaruh Accounting Standard Overload

Standar akuntansi yang jumlahnya banyak, terlalu sempit, dan kaku dapat

berpengaruh serius terhadap kinerja akuntan, nilai informasi yang disajikan bagi para

pengguna, dan keputusan yang dibuat para manajer. Salah satu jalan keluar bagi para

praktisi dalam menghadapi penyimpangan dari PABU (Prisip Akuntansi Berterima

Umum) adalah dengan memberikan opini yang dimodifikasi. Catatan hanya dapat

dipahami oleh orang yang berpengalaman dan akrab dengan jargon dan pengetahuan

akuntansi.

31
Solusi Terhadap Accounting Standard Overload

Solusi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah Accounting Standard Overload:

 Tida ada perubahan, mempertahankan apa yang sudah ada

 Perubahan dari konsep yang ada

 Perubahan dalam PABU untuk mempermudah penerapannya dalam setiap usaha

bisnis.

 Menentukan alternative pengungkapan dan pengukuran yang berbeda.

 Perubahan dalam stndar pelaporan CPA atas laporan keuangan

 Alternatif terhadap PABU sebagai dasar yang sifatnya pilihan dalam penyajian

laporan keuangan.

Pendekatan yang digunakan pada alternative PABU

 Sebuah metode akuntansi dengan basis baru (a new basis accounting method,

BAM)

 Berdasar kas atau kas yang dimodifikasi

 Berdasar pajak penghasilan

BAM dikeluarkan dari pembahasan karena kos yang diperlukan lebih tinggi dari

manfaatnya. Factor lainnya :

 BAM akan mengandung factor-faktor PABU yang bersifat pokok dan

memungkinkan untuk meninggalkan prinsip-prinsip pengukuran PABU dengan

jumlah yang signifikan.

 BAM lebih cenderung meningkatkan masalah standar overload daripada

menguranginya.

 BAM akan memiliki posisi dalam setiap isu PABU, yang akan membutuhkan

biaya dan waktu

 BAM perlu disiapkan oleh dewan penyusun standar yang baru

32
 BAM akan dianggap bukan bagian dari PABU, tetapi sebagai bagian dari PABU

untuk entitas tertentu.

Penyusunan dan pelaksanaan standar akuntansi muncul sebagai suatu masalah

yang kompleks :

Pertama, tidak terlihat bahwa standar didasarkan pada prinsip-prinsip debatan yang

luas dan perbandingan antara pendukung dan penentang teori-teori yang relevan, dan

kemudian dipilih atas dasar tersebut oleh badan penyusun standar.

Kedua, terdapat pertentangan yang jelas dalam kepentingan dan kebutuhan di antara

entitas-entitas yang terkait dengan prinsip akuntansi.

Ketiga, pengembangan prinsip-prinsip akuntansi merupakan sebuah proses yang

semrawut (pertama didominasi oleh manajemen, kemudian diregulasi oleh profesi, dan

akhirnya menjadi suatu proses yang benar-benar bersifat praktis)

Keempat, setiap bentuk penyusunan standar dalam dalam pasar bebas, sector swasta,

atau sector public lainnya, memiliki keunggulan dan keterbatasan masing-masing,

tidak ada konsep atau praktis yang dapat dijadikan ukuran.

Kelima, masalah accounting standard overload memerlukan solusi perbaikan

33
MATERI III
STRUKTUR TEORI AKUNTANSI

Kompetensi Dasar:

a. Mampu menjelaskan hiraki struktur teori akuntansi

b. Mampu menjelaskan upaya yang dilakukan profesi akuntan dalam merumuskan

standar, prinsip dan tujuan akuntansi

c. Mampu menjelaskan konsep, postulat, prinsip, dan standar akuntansi

Pendekatan dan metodologi apa pun yang digunakan dalam penyusunan teori akuntansi,

rerangka acuan yang dihasilkan didasarkan pada serangkaian elemen dan hubungan yang

mengatur pengembangan teknik akuntansi. Struktur teori akuntansi terdiri dari beberapa

elemen-elemen berikut ini :

1. Pernyataan Tujuan Laporan Keuangan

2. Pernyataan postulat dan konsep teoritis akuntansi yang terkait dengan asumsi-asumsi

lingkungan dan sifat unit akuntansi. Postulat dan konsep teoritis diturunkan dari

pernyataan tujuan.

3. Pernyataan tentang prinsip-prinsip dasar yang didasarkan pada postulat dan konsep

teoritis .

4. Batang tubuh teknik-teknik akuntansi yang diturunkan dari prinsip-prinsip akuntansi.

34
TUJUAN LAPORAN KEUANGAN

Tujuan Pelaporan Keuangan menurut konsepsi FASB yang disusun atas dasar kondisi

lingkungan ekonomi sosial di Amerika :

1. Memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya dan bermanfaat bagi investor

dan kreditur untuk dasar pengambilan keputusan investasi dan pemberian keputusan .

2. Memberikan informasi posisi keuangan perusahaan dengan menunjukkan sumber-

sumber ekonomi (kekayaan) perusahaan serta asal kekayaan tersebut (siapa pihak yang

mempunyai hak atas atas kekayaan tersebut)

3. Memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan

dalam menghasilkan laba (earning power)

4. Memberikan informasi yang dapat menunjukkan kemampuan perusahaan dalam

melunasi hutang-hutangnya.

5. Memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan sumber-sumber

pembiayaan perusahaan.

6. Memberikan informasi yang dapat membantu para pemakai dalam meramalkan aliran

kas masuk ke perusahaan.

Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

FASB menerbitkan Statement of Accounting Concept No.2 “KarakteristikKualitatif

Informasi Akuntansi”, yang menyediakan kreteria untuk memilih antara :

1. Metode akuntansi alternative dan pelaporan, atau

2. Permintaan akan pengungkapan

Secara mendasar criteria mengindikasikan mana informasi yang lebih baik (lebih berguna)

untuk pembuatan keputusan. Karakteristik di pandang sebagai hirarki. Kegunaan untuk

35
pembuatan keputusan disajikan sebagai kualitas informasi yang paling penting. Dalam

kaitannya dengan ini informasi, relevansi dan reliabilitas merupakan dua kualitas primer,

Komparabilitas dan konsistensi disajikan dengan kualitas sekunder dan interaktif.

Terakhir, konsep pertimbangan cost benefit dan materialitas diakui secara berturut-turut,

sebagai batasan pervasive dan batas untuk pengakuan. Dapat digambarkan sebagai berikut:

Relevansi informasi harus terkait dengan atau berguna dalam kaitannya dengan tindakan

yang didesaian untuk memfasilitasi atau menghasilkan informasi yang ingin dihasilkan.

 Nilai Prediksi. Informasi yang dihasilkan dapat membantu investor, kreditor dan

pemakai lainnya mengevaluasi kejadian masa lalu, sekarang dan masa mendatang.

 Nilai umpan balik. Selain agar informasi menjadi relevan, informasi harus

memiliki nilai prediksi dan umpan balik, dan pada saat yang sama harus

disampaikan dengan tepat waktu.

 Tepat Waktu. Informasi juga harus tersedia untuk membuat keputusan sebelum

kehilangan kapasitas dalam mempengaruhi keputusan.

Reliabilitas adalah kualitas yang memungkinkan pengguna data bergantung padanya

dengan penuh keyakinan sebagai penyajian apa yang seharusnya disajikan.

 Dapat diverifiaksi adalah atribut yang memungkinkan induvidu berkualitas yang

bekerja secara independent satu sama lain menggambarkan ukuran yang secara

mendasar sama atau menyimpulkan suatu pengujian dari bukti, data atau catatan

yang sama.

 Penyajian yang jujur. Maka informasi bebas dari bias pengukuran dan pengukur.

 Netralitas adalah informasi yang bebas dari bias menuju pencapaian hasil yang

diinginkan.

 Komparabilitas dan Konsistensi adalah penggunaan metode yang sama

sepanjang waktu oleh satu perusahaan.

36
Pertimbangan manfaat biaya diakui sebagai batasan pervasive, informasi akuntansi

keuangan akan dicari jika manfaat yang diperoleh dari informasi tersebut melebihi

biayanya.

Materialitas pernyataan atas kepentingan relative, informasi mempunyai dampak

signifikan atau material terhadap keputusan atau tidak.

b. APB Statement No.4

Tujuan khusus laporan keuangan adalah menyajikan secara wajir dan sesuai

prinsip akuntansi berterima umum, posisi keuangan, hasil operasi, dan perubahan lain

dalam posisi keuangan.

Tujuan umum laporan keuangan adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang sumber daya ekonomis dan

kewajiban suatu usaha binis dengan tujuan untuk :

a. Mengevaluasi kekuatan dan kelemahan

b. Menunjukkan pendanaan dan investasi

c. Mengevaluasi kemampuan perusahaan memenuhi komitmen

d. Menunjukkan basis sumber daya untuk pertumbuhan

2. Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang perubahan sumber daya

bersih sebagai hasil dari aktivitas-aktivitas perusahaan yang menghasilkan profit

dengan tujuan untuk :

a. Menunjukkan tingkat kembalian dividen harapan bagi investor.

b. Menunjukkan kemampuan operasi untuk membayar kreditor dan pemasok,

menyediakan pekerjaan bagi karyawan, membayar pajak dan menghasilkan

dana untuk ekspansi.

37
c. Menyediakan informasi keuangan bagi manajemen untuk perencanaan dan

pengendalian.

d. Menunjukkan profitabilitas jangka panjang

3. Menyediakan informasi keuangan yang dapat digunakan untuk mengestimasi

earning potensial perusahaan :

4. Menyediakan informasi lain yang dihasilkan tentang perubahan sumber daya

ekonomi dan kewajiban.

5. Mengungkapkan informasi lain yang relevan dengan kebutuhan pemakai.

Tujuan Kualitatif akuntansi keuangan adalah sebagai berikut :

 Relevan, memilih informsi yang paling mungkin untuk membantu pemakai dalam

pembuatan keputusan ekonomi .

 Dapat dipahami selain harus jelas informasi yang dipilih, juga harus dapat dipakai

pemakai

 Dapat diuji kebarannya , hasil-hasil akuntansi dibenarkan oleh ukuran-ukuran

yang independent, menggunakan metode pengukuran yang sama.

 Netral. Informasi akuntansi diarahkan pada kebutuhan umum pemakai dan bukan

kebutuhan khusus pemakai tertentu.

 Tepat Waktu. Berarti mengkomunikasikan informasi se-awal mungkin untuk

menghindari dari keterlambatanpembuatan keputusan ekonomi.

 Dapat Diperbandingkan. Perbedaan-perbedaan seharusnya tidak mengakibtakan

perlakuan akuntansi yang berbeda.

 Kelengkapan. Semua informasi yang memenuhi persyaratan tujuan-tujuan

kualitatif lain harus dilaporakan.

38
c. Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) 1984

Tujuan Laporan Keuangan :

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan

kewajiban serta modal suatu perusahaan.

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam

aktiva neto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari

kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan di

dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva

dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan

dan investasi.

5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan

laporan keuangan yang relevan untuk kebuthan pemakai laporan, seperti informasi

mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

Tujuan Kualitatif :

Relevan, Dapat Dimengerti, Daya Uji, Netral, Tepat Waktu, Daya Banding, Lengkap.

d. Trueblood Report.

Tujuan Laporan Keuangan Yang Dinyatakan Dalam Trueblood Report.

1. Tujuan dasar laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi sebagai dasar

keputusan ekonomi.

2. Tujuan Laporan Keuangan adalah untuk melayani pemakai yang memiliki

keterbatasan otoritas, kemampuan, atau sumber daya untuk memperoleh informasi

39
dan pemakai yang bergantung pada laporan keuangan sebagai sumber informasi

utama tentang aktivitas perusahaan.

3. Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berguna bagi

investor dan kreditur untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi

jumlah, waktu, dan ketidakpastian yang terikat dengan aliran kas potensial.

4. Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi pada pemakai

untuk memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi kemampuan perusahaan

memperoleh earnings.

5. Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna

dalam menilai kemampuan manajemen untuk menggunakan sumber daya

organisasi secara efektif guna mencapai tujuan utama perusahaan.

6. Tujuan Laporan keuangan adalah menyediakan informasi factual dan penafsiran

tentang transaksi dan kejadian lain yang berguna untuk memprediksi,

membandingkan dan mengevaluasi earnings power perusahaan. Asumsi0asumsi

dasar yang mendasari interpretasi, evaluasi, prediksi atau estimasi suatu persoalan

harus diungkapkan.

7. Tujuannya adalah menyediakan laporan posisi keuangan yang berguna untuk

memprediksi, membandingkan dan mengevaluasi earning perusahaan.

8. Tujuannya untuk menyediakan laporan earning periodic yang berguna untuk

memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi earning power perusahaan.

9. Tujuannya untuk menyediakan laporan aktivitas keuangan yang berguna untuk

memprediksi, membandingkan, dan mengevaluasi earning power perusahaan.

10. Tujuan laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang berguna untuk

proses prediksi.

40
11. Tujuan laporan keuangan adalah untuk pemerintah dan organisasi nirlaba adalah

menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi keefktifan manajemen

sumber daya dalam mencapai tujuan organisasi terutama bersifat non moneter.

12. Tujuan laporan keuangan adalah untuk melaporkan aktivitas-aktivitas perusahaan yang

mempengaruhi komunikasi yang mana dapat ditentukan dan dijelaskan atau diukur dan

penting bagi perusahaan dalam lingkungan sosialnya.

Trueblood Report menyebutkan tujuh karateristik kualitatif pelaporan :

Relevansi dan Materialitas, Bentuk dan Substansi, Reliabilitas, Bebas dari Bias, Dapat

Dibandingkan, Konsistensi, Dapat Dipahami.

2. POSTULAT-POSTULAT AKUNTANSI

Postulat akuntansi adalah pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian atau

aksioma, berterima umum berdasarkan kesesuaiannya dengan tujuan laporan

keuangan, menggambarkan lingkungan akuntansi, politik, sosiologi, dan hukum

tempat akuntansi beroperasi.

a. Postulat Entitas

Postulat entitas mengatakan bahwa setiap perusahaan merupakan unit

akuntansi yang terpisah dan berbeda dari pemiliknya dan perusahaan lain.

 Postulat entitas menurunkan bidang perhatian akuntan dan membatasi jumlah

objek, peristiwa dan atribut peristiwa yang harus dimasukkan dalam laporan

keuangan.

 Entitas akuntansi adalah mendefinisikan sebagai unit ekonomi yang

bertanggung jawab atas aktivitas ekonomi dan pengendalian administrative atas

unit.

41
 Entitas akuntansi juga dapat diartikan dalam kerangka kepentingan ekonomi

berbagai pemakai.

Implikasinya :

 Dibedakan anatar transaksi bisnis dan induvidu

 Mengakui tanggung jawab pelayanan manajemne pada pemegang saham.

 Pengetrapan segmen perusahaan (seperti) divisi atau beberapa perusahaan

seperti konsolidasi perusahaan yang saling terkait)

 Akuntansi sumber daya manusia, sosio ekonomi, kos modal akan semakin

mudah masuk dalam laporan keuangan.

b. Postulat Kelangsungan Usaha

Postulat Kelangsungan Usaha atau postulat kontinuitas, menyatakan bahwa entitas

akuntansi akan terus beroperasi untuk melaksanakan proyek, komitmen, dan aktivitas

yang sedang berjalan.

Implikasinya :

o Jika entitas memiliki kehidupan yang terbatas, maka laporan yang sesuai akan akan

menspesifikasi data terminal dan sifat likuidasi.

o Menjustifikasi penilaian asset dengan dasar non likuidasi dan menyediakan dasar

untuk akuntansi depresiasi

o Harapan tentang manfaat di masa mendatang mendorong manajer untuk melihat ke

depan dan memotivasi investor untuk menanamkan modalnya ke perusahaan.

c. Postulat Unit Pengukur

Postulat unit pengukur menyatakan bahwa akuntansi adalah pengukuran dan proses

mengkomunikasikan aktivitas perusahaan yang dapat diukur dalam satuan moneter.

42
Implikasinya

o Akuntansi terbatas untuk memprediksi informasi yang dinyatakan dalam satuan

moneter, tidak mencatat dan mengkomunikasikan informasi lain yang relevan

namun bersifat non moneter

o Postulat unit mengukur menganggap bahwa daya beli uang adalah stabil sepanjang

waktu atau perubahannya tidak signifikan.

d. Postulat Periode Akuntansi

Laporan keuangan yang menggambarkan perubahan dalam kesejateraan

perusahaan seharusnya diungkapkan secara periodic.

Implikasinya :

o Panjangnya periode waktu dapat bervariasi, tetapi hokum pajak Penghasilan yang

mensyaratkan penentuan income dengan dasar tahunan, dan praktik bisnis

tradisional menggunakan periode normal satu tahun.

o Penggunaan akrual dan tangguhan dalam pembuatan posisi keuangan perusahaan

3. KONSEP-KONSEP TEORITIS AKUNTANSI

Konsep teori akuntansi adalah pernyataan yang tidak memerlukan pembuktian atau

aksioma, juga berterima umum berdasrkan ksesuainnya dengan tujuan laporan

keuangan, yang menggambarkan sifat entitas akuntansi yang beroperasi dalam

ekonomi bebas yang dikarakteritikan oleh kepemilikan pribadi atas kekayaan.

a. Teori Propriatery/Kepemilikan. Menurut teori propriatery, entitas sebagai “agen

perwakilan atau susunan melalui wirausahawan individual atas pengoperasian

pemegang saham.” Tujuan utama teori propriteray adalah untuk menetukan dan

menganalisa kekayaan bersih pemilik, dengan persamaan akuntansi :

43
Asset – Utang = Ekuitas Pemilik

Implikasinya :

 Asset dinilai dan neraca disusun untuk mengukur perubahan dalam

keperntingan atau kesejahteraan pemilik.

 Revenue dan expense dianggap meningkat atau menurun secara berturut-turut

dalam kepemilikam yang bukan berasal dari investasi pemilik atau penatikan

modal jadi pemilik.

 Bunga, pajak income sebagai expense, laba per lembar saham, dividen

perlembar saham.

 Hanya pemegang saham biasa yang merupakan bagian dari kelompok

Proprietary dan pemegang saham preferred tidak termasuk didalamnya

(dividen preferen dikurangkan ketika menghitung earning pemilik)

 Saham biasa dan saham preferen termasuk dalam ekuitas pemilik (deviden

tidak dikurangkan ketika menghitung erning pemilik)

b. Teori Entitas Teori entitas memandang entitas sebagai sesuatu yang terpisah dan

berbeda dari pihak yang menyediakan modal pada entitas. Unit bisnis bukan

pemilik, merupakan pusat kepentingan akuntansi. Unit bisnis memiliki sumber

daya perusahaan dan bertanggung jawab terhadap pemilik maupun kreditor.

Menurut teori ini, persamaan akuntansinya adalah :

Asset = Ekuitas

Asset = Utang + Ekuitas Pemegang Saham

 Asset adalah pertumbuhan hak perusahaan

 Ekuitas adalah sumber asset dan terdiri dari utang dan ekuitas pemegang

saham.

44
Implikasinya :

 Baik kreditor dan pemegang saham saham adalah pemilik ekuitas, meskipun

mereka memiliki hak yang berbeda terkait dengan income, control resiko, dan

likuidasi.

 Akuntabilitas kepada pemilik ekuitas dicapai dengan mengukur kinerja operasi

dann keuangan perusahaan.

 Income merupakan peningkatan dalam ekuitas pemegang saham setelah klaim

pemilik ekuitas lainnya (sebagai contoh bunga jangka panjang, dan pajak

penghasilan ) telah terpenuhi

 Teori entitas menyetujui pengadopsian penilaian sedian LIFO ketimbang FIFO,

karena penilaian LIFO dapat mencapai penentuan income yang lebih baik.

 Definisi umum revenue sebagai produk perusahaan dan expenses sebagai

barang dan jasa yang dikonsumsi untuk mendapatkan revenue.

c. Teori Dana. Dalam teori dana, dasar akuntansi bukan teori proprietary maupun

teori entitas, tetapi kelompok asset dan kewajiban dan restriksi terkait, disebut dana,

yang mengatur penggunaan asset. Jadi, teori dana memandang unit bisnis terdiri

atas sumber daya . Persamaan akuntansinya adalah :

Asset = Restriksi Asset

Unit akuntansi didefinisi dalam pengertian asset dan penggunaan asset yang telah

dilakukan. Kewajiban menunjukkan serangkaian rertriksi hokum dan ekonomi pada

penggunaan asset. Sehingga teori dana berorientasi asset dalam pengertian bahwa focus

utamanya adalah pada administrasi dan penggunaan asset secara memadai. Laporan

45
sumber dan penggunaan dana bukan neraca atau laporan keuangan merupakan tujuan

pelaporan keuangan.

Teori dana terutama berguna untuk pemerintah dan organisasi nirlaba, rumah sakit,

universitas, Unit kota, dan pemerinthan.

Dana adalah entitas fiscal dan akuntansi independent dengan pencatatan serangkaian

akunkas dan atau sumber daya lain yang berimbang bersama dengan utang, kewajiban,

cadangan, dan ekuitas yang terpisah untuk tujuan melakukan aktivitas tertentu atau

mencapai tujuan tertentu sesuai dengan aturan khusus, restriksi atau limitasi.

Teori dana juga relevan untuk organisasi berorientasi laba, yang menggunkan dana

untuk aktivitas yang bermacam-macam seperti dana pelunasan (sinking funds), akuntansi

untuk kebangkrutan dan perkebunan dan perwalian, akuntansi cabang atau divisional,

pemisahan asset dalam asset lancer atau tetap, dan konsolidasi.

4. PRINSIP-PRINSIP AKUNTANSI

Prinsip akuntansi adalah aturan keputusan umum, yang diturnkan baik dari tujuan

dan konsep teoritis akuntansi, yang mengatur pengembangan teknik-teknik akuntansi.

Untuk lebih memahami dan membandingkan apa sebenarnya yang dapat dimasukkan

sebagai prinsip akuntansi, berikut dikemukakan aeperangkat konsep-konsep dasar

menurut beberapa sumber:

a. Prinsip Akuntansi menurut Prinsip Akuntansi 1984.

1. Kesatuan Akuntansi

2. Kesinambungan

3. Periode Akuntansi

4. Pengukuran Dalam Nilai Uang

5. Harga Pertukaran

46
b. Prinsip Akuntansi menurut APB Statement No.4

1. Kesatuan usaha sebagai focus akuntansi (accounting entity)

2. Kontinuitas Usaha (Going Concern)

3. Pengukuran aktiva dan Passiva unit Usaha (measurement of economic

resources and obligations)

4. Laporan berdasarkan periode waktu (Time Periode)

5. Pengukuran dalam satuan moneter (measurement in term of money)

6. Asas himpun/akrual (accrual)

7. Harga Pertukaran (jual beli) (exchange price)

8. Angka/jumlah rupiah pendekatan (Approximation)

9. Kebijaksanaan (judgement)

10. Informasi Keuangan Umum (General Purpose Finansial Information)

11. Laporan Keuangan Saling Berkaitan (Fundamentally Related Financial

Statements)

12. Mementingkan Substansi Daripada Bentuk luar/Yuridis (Substance Over Form)

13. Materialitas (Materiality)

Konsep Dasar Menurut Paul Grady

 Pengakuan hak milik pribadi (ASociety and Government structure honoting

private property right)

 Kesatuan Usaha yang berdiri sendiri (spesifik businee entities)

 Kontinuitas Usaha (Going Concern)

 Satuan Uang

47
c. Prinsip Kos

APB Statement No.4 mendefinisikan Kos adalah jumlah, diukur dalam uang,

kas uang dibelanjakan atau property lain yang ditransfer, penerbitan modal saham,

jasa yang diberikan atau uang yang terjadi, sebagai imbalan atas barang atau jasa

yang diterima, atau seharusnya diterima.

Kos dapat diklasifikasikan sebagai belum terpakai (unexpired) adalah asset

yang dapat digunakan untuk menghasilkan revenue di masa mendatang dan telah

terpakai (experid) adalah pengurang revebue atau dibenbankan sebagai pengurang

laba ditahan.

Prinsip kos dijustifikasi oleh postulat kelangsungan usaha yang

mengasumsikan bahwa entitas akan meneruskan aktivitasnya secara tidak terbatas,

sehingga mengelimiasi perlunya menggunakan nilai sekarang atau nilai likuiditas

untuk penilaian asset,

Prinsip kos lemah pada validitas postulat unit pengukur, yang mengasumsikan

bahwa daya beli dolar adalah stabil, merupakan keterbatasan utama untuk

menerapkan prinsip kos, pada kenyataannya adanya inflasi.

d. Prinsip Revenue

Prinsip Revenue Menspesifikasi :

 Sifat Komponen-komponen revenue

 Pengukuran Revenue

 Waktu Pengukuran Revenue

48
Sifat dan Komponen-Komponen Revenue

1. Revenue Diintrepretasikan sebagai :

Aliran masuk asset bersih yang berasal dari penjualan barang atau jasa.

Aliran keluar barang atau jasa dari perusahaan kepada pelanggan, produk

perusahaan yang dihasilkan dan penciptaan barang atau jasa oleh perusahaan

selama periode waktu tertentu.

Terdapat dua pandangan tentang komponen revenue :

a. Pandangan revenue yang komprehensif adalah semua perubahan dalam

asset bersih yang berasal dari aktivitas penghasil revenue dan keuntungan

atau kerugian yang berasal dari penjualan asset tetap dan investasi.

b. Pandangan yang lebih sempit tentang revenue hanya memasukkan hasil

yang berasal dari aktivitas penghasil revenue dan tidak memasukkan

Penghasilan investasi dan keuntungan dan kerugian dari pelepasan asset

tetap.

2. Pengukuran Revenue

Revenue diukur dalam pengertian nilai pertukaran produk atau jasa dalam

sebuah transaksi yang lugas. Terdapat dua interpretasi revenue yang muncul

dari konsep revenue ini :

 Potongan tunai dan berbagai pengurangan adalam harga tetap, seperti

kerugian piutang yang tidak tertagih memerlukan penyesuaian untuk

menghitung ekuivalen kas bersih yang sesungguhnya atau nilai diskonto

sekarang atau klaim uang dan secara konsekuen harus dikurangkan ketika

harus menghitung revenue.

49
 Untuk transaksi nonkas, niali pertukaran sama dengan nilai pasar yang

wajar barang/jasa yang diberikan atau yang diterima, mana yang lebih

mudah dan jelas dalam menghitungnya.

3. Waktu Pengakuan Revenue

 Umumnya diakui bahwa revenue dan income yang diperoleh dalam semua

tahap siklus operasi (yaitu, selama penerimaan order, produksi, penjualan

dan penagihan).

 Akuntan menggunakan prinsip realisasi untuk memilih sebuah peristiwa

kritis dalam siklus untuk waktu pengakuan revenue dan income.

 Realisasi dalam perubahan dalam asset atau uatang secara memadai telah

menjadi tertentu dan bertujuan untuk membenarkan pengakuan dalam akun.

4. Revenue secara umum diakui selama produksi dalam situasi berikut ini :

a. Revenue berupa sewa, bunga, dan komisi diakui ketika telah diperoleh

(earned).

b. Pemberian jasa individual atau kelompok professional atau jasa yang

berupa mungkin lebih baik menggunakan dasar akrual.

c. Revenue dari kontrak jangka panjang diakui dengan dasar kemajuan

konstruksi atau persentase penyelesaian.

d. Revenue atas “cost plus fixed cobtracts lebih baik diakui dengan dasar

akrual.

e. Perubahan asset karena pertumbuhan (accretion) akan menimbulkan

peningkatan revenue sebagai contoh, ketika umur minuman kerasa atau

anggur, tanaman kayu, atau ternak menjadi dewasa, revenue akresi

50
didasarkan pada penilaian sedian yang sebanding, meskipun belum ada

transaksi.

5. Dasar peristiwa kritis

Untuk pengakuan revenue dipicu oleh peristiwa krusil dalam silklus

operasi. Peristiwa tersebut mungkin adalah :

 Saat terjadinya penjualan

 Penyelesaian Produksi

 Penerimaan pembayaran untuk penjualan berikutnya

6. Dasar penjualan untuk pengakun revenue dapat dibenarkan karena :

 Harga produksi diketahui dengn pasti

 Pertukaran telah diakhiri dengan pengirman barang, sehingga diperoleh

pengetahuan yang objektif akan kos yang tejadi

 Dalam artian realisasi, penjualan merupakan peristiwa krusial.

7. Dasar penyelesaian produksi untuk pengakuan revenue dapat dibenarkan

ketika pasar stabil dan harga stabil tersedia untuk (komoditi standar) logam

mulia, emas, perak

e. Prinsip Penandingan. Prinsip penandingan mengatakan bahwa expense (beban)

harus diakui pada periode yang sama dengan revenue, yaitu revenue diakui dalam

periode tertentu sesuai dengan prinsip revenue, dan beban yang terkait kemudian

diakui.

Hubungan antara revenue dan expense tergantung pada satu dari empat criteria :

a. Penandingan langsung kos yang telah terpakai dengan peridenya (sebagai

contoh, gaji direktur untuk periode tertentu).

51
b. Alokasi kos selama periode yang mendapatkan manfaat (sebagai contoh,

depresiasi)

c. Menjadikan expense semua kos lain dalam periode terjadinya, kecuali jika

dapat ditunjukkan bahwa masih memiliki manfaat di masa mendatang.

Kos yang belum terserap (yaitu, asset) yang tidak memenuhi salah satu dari empat

criteria untuk menjadikannya expense pada periode berjalan dapat dibebankan

pada periode mendatang dan dapat diklasifikasikan dalam kategori yang berbeda

sesuai penggunaan yang dalam penerapan prinsip penandingan.

f. Prinsip Objektivitas. Kegunaan informasi keuangan tergantung pada tingkat

realibilitas prosedur pengukuran yang digunakan. Karena menjamin reliabilitas

maksimum adalah salat sulit, akuntan, telah menggunakan prinsip objektivitas

untuk menjustifikasi pemilihan prosedur pengukuran yang digunakan. Prinsip

objektivitas, bagaimanapun, yang menjadi subjek interpretasi yang berbeda :

1. Pengukuran objektivitas merupakan ukuran yang tidak bersifat personel dalam

pengertian bebas dan bias personel pengukurnya.

2. Pengukuran objektivitas merupakan pengukuran variable dalam pengertian

bahwa pengukuran didasarkan pada bukti.

3. Pengukuran objektivitas merupakan hasil dari dari konsensus diantara

kelompok pengamat atau pengukur tertentu.

4. Ukuran penyebaran atau distribusi pengukuran digunakan sebagai indicator

tingkat objectivitas suatu system pengukuran termaksud.

g. Prinsip Konsistensi. Prinsip konsistensi menyatakan bahwa peristiwa ekonomi

yang serupa seharusnya dicatat dan dilaporkan secara konsisten dari period ke

52
periode. Prinsip ini berimplikasi bahwa prosedur akuntansi yang semua akan

diterapkan dalam item serupa sepanjang waktu.

Prinsip konsistensi tidak menghalangi perusahaan mengubah prosedur akuntansi

ketika hal tersebut dapat dibenarkan dengan perubahan keadaan, atau jika prosedur

alternative lebih baik. Menurut APB opinion No. 20 perubahan yang dapat

menjustifikasi perubahan prosedur adalah :

1. Perubahan dalam prinsip akuntansi

2. Perubahan dalam estimasi akuntansi

3. Perubahan dalam entitas pelaporan

Perubahan ini harus terefleksi dalam akun dan dilaporakan dalam laporan

keuangan secara retroaktif untuk perubahan dalam entitas akuntansi, secara

prospektif untuk perubahan dalam estimasi akuntansi, dan secara umum dan segera

untuk perubahan dalam prinsip akuntansi.

h. Prinsip Pengungkapan Penuh. Terdapat consensus umum dalam terdapat

pengungkapan data akuntansi yang penuh (full), wajar (fair), cukup (adequate).

Pengungkapan penuh mensyaratkan bahwa laporan keuangan didesaian dan dibuat

untuk menggambarkan secara akurat peristiwa ekonomi yang telah mempengaruhi

perusahaan untuk suatu periode dan memuat informasi yang memadai untuk

membuat laporan keuangan dan tidak menyesatkan bagi rata-rata investor.

Beberapa hal yang menjadi perhatian pengungkapan penuh :

 Rincian tentang kebijakan dan metode akuntansi, terutama bila diperlukan

pertimbangan dalam penerapan metode akuntansi.

53
 Informasi tambahan untuk membantu analisa investasi atau untuk

mengindikasikan hak berbagai pihak yang memiliki klaim atas pelaporan

entitas.

 Perubahan dari tahun sebelumnya dalam kebijakan dan metode akuntansi yang

digunakan dan dampak perubahan tersebut.

 Aset, Utang, Kos, dan Revenue yang timbul dari transaksi dengan pihak lain

yang memiliki kepentingan pengendalian atau dengan direktur atau karyawan

yang memiliki hubungan khusus dalam entitas pelaporan.

 Aset, Utang, dan Komitmen Bersyarat

 Transaksi keuangan atau transaksi operasi lainnya yang terjadi setelah tanggal

neraca yang memiliki dampak material terhadap posisi keuangan entitas.

i. Prinsip Konservatisme

Prinsip Konservatisme menyatakan bahwa ketika memilih diantara dua atau lebih

teknik akuntansi yang dapat diterima, maka preferensinya adalah memilih yang

paling kecil dampaknya terhadap ekuitas pemegang saham.

j. Prinsip Materialitas

Prinsip materialitas menyatakan bahwa transaksi dan peristiwa yang tidak memiliki

dampak ekonomi signifikan dapat diatasi dengan cara yang paling tepat, apakah

transaksi dan peristiwa tersebut sesuai dengan prinsip berterima umum atau tidak,

dan tidak perlu diungkapkan. Suatu jumlah material tidak semata-mata, karena

alasan besarnya jumlah, factor-factor lain meliputi serangkaian hal-hal berikut ini

harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan tentang materilitas. Antara lain :

Sifat Item, apakah item :

54
 Merupakan factor masukkan dalam penentuan net income

 Tidak biasa atau luar biasa

 Peristiwa atau kondisi bersyarat.

 Dapat ditentukan berdasarkan fakta dan keadaan yang ada

 Diminta oleh undang-undang atau regulasi.

Jumlah item itu sendiri, dalam hubungannya dengan :

 Laporan keuangan secara keseluruhan.

 Total akun tempat item tersebut terbentuk, atau seharusnya terbentuk sebagai

bagiuannya,

 Item item terkait

 Jumlah yang terkait dalam tahun sebelumnya atau jumlah yang diharapakan

dalam tahun-tahun mendatang.

k. Prinsip Keseragaman dan Komparabilitas

Prinsip keseragaman merujuk pada penggunaan prosedur yang sama oleh

perusahaan yang berbeda. Tujuan yang diinginkan adalah mencapai komparabilitas

laporan keuangan dengan mengurangi keanekaragaman yang tercipta karena

penggunaan prosedur akuntansi yang berbeda oleh perusahaan yang berbeda.

Pendukung utama prinsip keseragaman mengklaim bahwa prinsip tersebut akan :

1. Mengurangi perbedaan penggunaan prosedur akuntansi dan ketidakcukupan

praktik akuntansi

2. Memungkinkan perbandingan yang berarti bagi pengguna laporan keuangan.

3. Memperbaiki kepercayaan pengguna para laporan keuangan.

4. Mendorong intervensi pemerintah dan regulasi praktik akuntansi

55
Pendukung utama fleksibilitas mengklaim bahwa :

1. Penggunaan prosedur akuntansi yang seragam untuk menunjukkan item yang

sama yang terjadi dalam berbagai kasus menimbulkan risiko penyembunyian

perbedaan-perbedaan penting diantara kasus tersebut.

2. Komparbilitas merupakan tujuan yang tidak praktis, hal tersebut tidak dapat

dicapai dengan mengadopsi aturan-aturan perusahaan yang tidak menggunakan

pencatatan yang memadai untuk situasi factual yang berbeda.

3. Perbedaan dalam keadaan”atau “ variable-variabel keadaan meminta perlakuan

yang berbeda, sehinggga pelaporan perusahaan dapat merespon keaadaan

tempat transaksi dan peristiwa terjadi

5. Teknik Akuntansi

Teknik akuntansi adalah adalah aturan spesifik yang diturunkan dari prinsip

akuntansi memperlakukan transaksi atau peristiwa tertentu yang dihadapi oleh entitas

akuntansi. Akuntansi dipraktikan dalam suatu kerangka yang implicit. Rerangka ini

dikenal sebagai Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU), istilah ini sebenarnya

digunakan untuk menunjuk seperangkat pedoman resmi dan kebiasaan-kebiasaan

dunia usaha yang dianggap berlaku dalam lingkungan (Negara) dan waktu tertentu.

Soewarjono dalam bukunya teori akuntansi berpendapat prinsip akuntansi berterima

umum cukup tepat sebagai pedanan generally accepted accounting principles (GAAP).

Di Amerika Istilah generally accepted accounting principle timbul dan digunakan

melalui proses atau riwayat yang bertahap khususnya tentang pemakaian kata

generally accepted, karena itu istilah GAAP tersebut sebenarnya mempunyai konotasi

sebagai prinsip akuntansi berterima umum di Amerika dan bukannya istilah yang

generic (berlaku universal) meskipin selalu ditulis dengan huruf kecil. Di Amerika

56
yang dimaksud dengan GAAP adalah konsep-konsep, prinsip-prinsip dan praktik-

praktik akuntansi tertentu yang secara otoritatif di dukung berlakunya sebagai suatu

pedoman (mempunyai substansi authoritative support) walaupun tiap jenis prinsip atau

praktik tersebut mempunyai tingkat keotoritatifan yang berbed. Struktur GAAP

tersebut terdiri dari beberapa tingkat (level). Makin ke atas dan ke kanan tingkat

otoritatifnya makin lemah. Berikut ini diuraikan secara ringkas ini tiap tingkat

bangunan GAAP tersebut :

 Foundation (fondasi) yang berupa konsep dasar dan prinsip-prinsip umum

(akuntansi) seperti kelangsungan hidup, substansi mengungguli bentuk, netralitas,

dasar akrual, konservatisme, materialitas).

 Tingkat Pertama (first floor). Tingkat ini berisi pengumuman atau ketentan resmi

yang diterbitkan oleh badan otoritatif. Pengumuman resmi ini biasanya berupa

pernyataan standar, interpretasi, dan suplemen. Otoritas penerbitan ini kuat karena

ketentuanyang termuat dalam pengumuman resmi tersebut telah dirancang dan

dibahas melalui prose dan prosedur formal sebelum diterbitkan. Prosedur yang

biasanya dilakukan oleh badan yang berwenang ini adalah:

1. Membentuk komisi yang terdiri atas beberapa ahli yang dianggap dapat

mewakili kepentingan pihak yang akan menggunakan pedoman yang akan

disusun.

2. Komisi mempelajari sumber-sumber acuan dan literature tentang subjek yang

akan ditentukan dan melakukan riset lapangan .

3. Menerbitkan notulen atau memorandum diskusi tentang permasalahan yang

timbul dan alternative pemecahannya untuk mendapatkan tanggapan dari

masyarakat.

4. Melakukan dengar pendapat umum

57
5. Berdasarkan komentar dan pendapat yang dikumpulkan dalam langkah 3 dan 4,

komite akan membuat rancangan pernyataan resmi (disebut dengan exposure

draf) dan menyebarluaskan rancanagan tersebut untuk mendapatkan tanggapan

atas komentar public.

 Tingkat kedua (second floor). Kalau suatu perlakuan akuntansi tidak diatur dalam

ketentuan resmi yang diterbitkan dalam tingkat pertama, sumber acuan untuk

menentukan perlakuan akuntansi tertentu yang dapat diambilkan dari tingkat kedua

atau tingkat berikutnya. Kalau terdapat perbedaan atau konflik perlakuan maka

harus dipertimbangkan dan dipilih perlakuan yang menggambarkan substansi

transaksi yang lebih baik. Penerbitan-penerbitan pada tingkat kedua ini memberi

pedoman akuntansi yang lebih sempit aplikasinya karena hanya menyangkut

industri tertentu dan biasanya bersifat agak teknis dan procedural.

 Tingkat ketiga (third Floor). Tingkat ini berisi publikasi badan resmi yang

berwenang yang tidak termasuk dalam kategori resmi karena tidak disusun

berdasarkan prosedur resmi seperti penerbitan pada tingkat pertama. Penerbitan ini

lebih merupakan petunjuk aplikasi ketentuan yang diatur dalam penerbitan resmi

dalam tingkat pertama yang berupa pernyataan standar atau interpretasi.

 Tingkat keempat (fourth floor). Kalau perlakuan akuntansi tertentu tidak dapat

dicarikan acuannya dalam ketiga tingkatan yang ada di bawahnya maka sumber-

sumber atau literature akuntnasi lainnya dapat dignakan sebagai acuan .

58
MATERI IV
KERANGKA KONSEPTUAL

Kompetensi Dasar:

a. Mampu menjelaskan tentang kerangka konseptual

b. Mampu menjelaskan tentang pernyataan konsep akuntansi keuangan

c. Mampu menjelaskan tentang materialitas

d. Mampu menjelaskan tentang pengukuran kriteria dan atribut

Kerangka konseptual adalah suatu konstitusi, suatu system koheren dari hubungan

anatara tujuan dan fundamental yang dapat mendorong standar yang konsisten dan yang

menjelaskan sifat, fungsi dan keterbatasan akuntansi keuangan dan laporan keuangan.

Kerangka kerja konseptual dimaksudkan untuk konstitusi dalam proses penyusunan

standar. Tujuannya adalah memberikan petunjuk dalam menyelesaikan perselisihan yang

meningkat selama proses penyusunan standar dengan mempersempit pertanyaan, apakah

standar telah sesuai dengan kerangka konseptual ataukah tidak. Secara lengkap, kerangka

kerja konseptual adalah :

 Petunjuk FASB dalam menetapkan standar akuntansi

 Menyediakan kerangka acuan untuk menyelesaikan pertanyaan sebelum ada

standar khusus yang mengaturnya.

 Menentukan batasan pertimbangan dalam penyusunan laporan keuangan

 Mempertinggi komparabilitas dengan menurunkan jumlah alternative metode

akuntansi.

59
Isu-Isu Kerangka Konseptual :

Sebelum memulai kerja yang efektif dalam menyusun kerangka kerja konseptual, FASB

berusah mengidentifikasi isu-isu konseptual terpenting berkaitan dengan penyusunan

standar. Ada sembilan isu disajikan untuk didiskusikan dan dicarikan penyelesaian :

1. Isu : Pandangan Earnings Manakah yang seharusnya diadopsi ?

Terdapat tiga pandangan yang berbeda tentang pengukuran earning yaitu :

1. Pandangan Asset/utang

2. Pandangan Revenue/Expense

3. Pandangan nonartikulasi

 Pandangan earnig Asset/Utang . Revenue dan expense merupakan hasil dari

perubahan asset dan utang.

 Pandangan earning Revenue/Expense. Revenue dan expense dihasilkan dari

kebutuhan akan penandingan.

 Artikulasi terdapat saling hubungan antara tiap jenis laporan keuangan yaitu

neraca, laporan rugi laba dan laporan perubahan modal.

Pandangan revenue/expense juga disebut pandangan laporan income atau

penandingan berarti bahwa revenue dan expense dihasilkan dari kebutuhan akan

penandingan. Earning semata-mata merupakan perbedaan antara revenue pada suatu

periode dan expense yang terjadi dalam menghasilkan revenue. Penandingan, proses

pengukuran fundamental dalam akuntansi, terdiri dari dua tahap :

1. Pengakuan revenue atau waktu melalui prinsip realisasi

2. Pengakuan expense dalam tiga cara :

60
 Hubungan sebab akibat, seperti kos barang terjual

 Alokasi yang rasional dan sistematis, seperti depresiasi

 Pengakuan segera, seperti biaya administrasi dan penjualan

Pandangan nonartikualsi didasarkan pada keyakinan bahwa artikulasi mendorong

perulangan, karena ”semua kejadian yang dilaporkan dalam laporan income juga

dilaporkan dalam neraca meskipun dari perspektif yang berbeda “. Menurut pandangan

ini, definisi asset dan utang penting dalam penyajian posisi keuangan dan definisi

revenue dan expense mendominasi pengukuran earning. Dua laporan keuangan

tersebut mempunyai eksistensi dan makna yang independent, sehingga skema

pengukuran yang berbeda digunakan oleh masing-masing laporan. Contoh pandangan

nonartikulasi adalah penggunaan LIFO dalam laporan income dan FIFO dalam neraca.

Pandangan non artikulasi muncul pada tahun 1966 A Statement of Basic

Accounting Theory (ASOBAT) dari American Accounting Association (AAA)

mengkritik artikulasi :

Kita tidak menemukan alasan yang logis mengapa laporan eksternal

diharapkan untuk “seimbang” atau berartikulasi satu sama lain. Pada

kenyataannya, kita menemukan bahwa keseimbangan yang dibuat dan

artikulasi seringkali membatasi penyajian informasi yang relevan. Petunjuk

pentingnya adalah mengungkapkan semua informasi yang relevan dengan

prosedur pengukuran yang memenuhi standar yang disarankan dalam

ASOBAT.

Pandangan earning yang mana yang seharusnya diadopsi sebagai dasar kerangka

kerja konseptual untuk akuntansi keuangan dan pelaporan? Jika artikulasi terbukti

61
tidak hanya perlu tapi juga menguntungkan, maka pilih di antara pandangan

asset/hutang dan pendangan revenue/expense. Pemilihan antara dua pandangan

tersebut tergantung pada pandangan mana yang merupakan proses pengukuran

fundamental :

1. Pengukuran atribut-atribut asset dan hutang dan perubahan dalam keduanya

2. Proses penandingan

Pemilihan di antara dua pandangan ini akan menyediakan tidak hanya dasar bagi

kerangka kerja konseptual untuk akuntansi keuangan dan pelaporan tetapi juga definisi

elemen laporan keuangan.

2. Isu : Definisi Aset

Definisi untuk setiap elemen laporan keuangan tersedia baik oleh pandangan asset/

hutang dan pandangan revenue/expense:

 Menurut pandangan asset/hutang, asset adalah sumber daya ekonomi perusahaan,

sumber daya tersebut mempresentasikan manfaat di masa mendatang yang

diharapkan menghasilkan aliran kas masuk secara langsung atau tidak langsung.

Adapun sumber daya ekonomi perusahaan adalah :

1. Sumber daya produktif yang dimiliki perusahaan

2. Hak kontrak atau sumber daya produktif

3. Produk

4. Uang

5. Klaim untuk menerima uang

6. Kepemilikan saham diperusahaan lain

 Menurut pandangan revenue/expense, asset tidak hanya meliputi asset yang

didefinisi oleh pandangan asset/hutang, tetapi semua item yang tidak

62
mempresentasikan sumber daya ekonomi namun diperlukan untuk penandingan

dan penentuan income secara memadai.

 Pandangan ketiga atas asset muncul dari presepsi neraca tidak hanya sebagai

laporan posisi keuangan, tetapi sebagai “laporan tentang sumber dan komposisi

modal perusahaan”.

 Definisi asset yang memberi generalisasi aplikasi yang diperlukan kerangka kerja

konseptual memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Asset merepresentasikan sumber daya ekonomi dan tidak meliputi beban

tangguhan.

2. Asset mempresentasikan aliran kas potensial perusahaan

3. Manfaat potensial dapat diperoleh perusahaan

4. Aset merepresentasikan himpunan hal legal tentang manfaat tertentu sebagai

hasil dari transaksi sekarang atau masa lalu dan meliputi semua komitmen,

seperti dalam keseluruhan kontrak executary.

5. Dapatdipertukarkan bukanlah karakterisik penting asset kecuali untuk beban

tangguhan, untuk menjaga asset tidak berujud sebagai asset dan mengeluarkan

beban tangguhan.

3. Isu : Definisi Utang

 Menurut pandangan asset/utang, hutang adalah kewajiban perusahaan untuk

mentransfer sumber daya ekonomi ke pihak lain di masa mendatang.

 Menurut pandangan revenue/expense, hutang tidak hanya meliputi utang yang

didefinisi oleh pandangan asset/hutang, tetapi juga kredit tangguhan dan cadangan

yang tidak mempresentasikan kewajiban untuk mentransfer sumber daya ekonomi,

tetapidiperlukan untuk penandingan dan penentuan income dengan memadai.

63
 Pandangan ketiga atas hutang dari presepsi neraca sebagai “laporan sumber dan

komposisi modal perusahaan”. Menurut pandangan ini, uatang dianggap sebagai

sumber modal perusahaan”. Menurut pandangan ini, utang dianggap sebagai

sumber modal dan meliputi kredit tangguhan dan cadangan yang tidak

mempresentasikan kewajiban untuk mentransfer sumber daya ekonomi. Definisi

hutang yang disajikan oleh ketiga pandangan tersebut memiliki karakteristik umum

sbb :

1. Hutang adalah pengorbanan sumber daya ekonomi di masa mendatang

2. Hutang mempresentasikan kewajiban tertentu perusahaan

3. Hutang mungkin dibatasi pada hutang legal.

4. Hutang merupakan hasil dari transaksi atau kejadian sekarang atau masa lalu.

4. Isu : Definisi Earning, Revenue, dan Expense.

 Menurut pandangan asset/hutang earning adalah peningkatan dalam asset bersih

perusahaan kecuali perubahan modal.

 Menurut pandangan revenue/expense, earning adalah hasil dari proses penandingan

revenue dan expense, mungkin juga gains dan losses. Komponen earning (revenue,

expenses, gains, dan losses).

 Menurut pandangan asset/hutang, revenue yang meliputi gains dan losses didefinis

sebagai peningkatan dalam asset atau penurunan dalam hutang yang tidak

mempengaruhi modal.

 Expenese yang meliputi gains dan losses, didefinisi sebagai penurunan dalam asset

atau peningkatan dalam hutang yang timbul dari penggunaan sumber daya

ekonomi dan jasa dalam periode tertentu.

64
 Menurut pandangan revenue/expense, revenue yang meliputi gains dan losses,

hasil dari penjualan barang dan jasa dan termasuk gains dari penjualan dan

pertukaran asset selain persediaan, bunga dan deviden yang diperoleh dari

investasi, dan peningkatan lain dalam ekuitas pemilik selama satu periode selain

kontribusi modal dan penyesuaian.

 Expense meliputi semua kos yang sudah digunakan untuk menghasilkan revenue

pada satu periode.

 Jika gains dan loses didefinisi sebagai elemen yang terpisah dari earning, maka

revenue didefinisi sebagai ukuran output perusahaan yang merupakan hasil dari

memproduksi atau menjual barang dan memberikan jasa selama satu periode.

 Expense adalah kos yang telah digunakan untuk menghasilkan revenue selama satu

periode.

5. Isu : Gains dan Loses

 Menurut pandangan asset dan hutang, gains didefenisikan sebagai peningkatan

dalam asset bersih selain peningkatan dalam revenue atau dari perubahan dalam

modal.

 Sedangkan losses didefiniskan sebagai penurunan asset bersih selain penurunan

dalam expense dan perubahan dalam modal. Jadi gains dan losses dianggap

sebagai bagian dari earning yang tidak dijelaskan oleh revenue dan expenses.

 Menurut pandangan reveue dan expense, gains didefinisikan sebagai kelebihan

hasil di atas kos asset terjual, atau keuntungan yang tidak diduga, atau manfaat lain

yang diperoleh tanpa kos atau pengorbanan.

 Loss didefinisikan sebagai kelebihan di atas hasil yang terkait, jika ada, atau semua

atau porsi yang layak dari kos asset terjual, diabaikan, atau keseluruhan atau

65
sebagian rusak karena bencana, atau kos yang telah digunakan bukan untuk

menghasilkan revenue. Jadi menurut pandangan revenue/expense, gains dan loses

adalah independent dari definisi elemen lain dalam laporan keuangan.

6. Isu : Hubungan antara earning dan komponen earnings

Tiga hubungan utama antara earnings dan komponen earnings:

a. Earning = Revenue – Expenses + Gains – Losses

b. Earning = Revenue – Expenses

c. Earning = Revenue (termasuk Gains) – Expenses (termasuk Losses)

 Dalam hubungan pertama, setiap komponen adalah terpisah dan penting untuk

definisi earning. Perbedaan sumber earning dibedakan, sehingga menyediakan

fleksibilitas yang lebih besar dalam klasifikasi dan analisa kinerja perusahaan.

 Dalam hubungan kedua, gains dan loses tidak dipisah dan tidak penting bagi

definisi earning. Semua peningkatan dan penurunan diperlakukan sama sebagai

revenue dan expense. Definisi ini tidak cocok untuk gains dan losses dari

transfer searah, keuntungan tak terduga, korban bencana, dan gains dan losses

holding.

 Dalam hubungan ketiga, meskipun gains dan losses merupakan konsep terpisah

kedunaya adalah bagian dari revenue dan expense. Definisi revenue dan

income harus campuran dari item-item yang berbeda dan memerlukan

identifikasi lengkap dan daftar item yang termasuk dalam revenue expense,

gains dan losses.

 Hubungan pertama tampaknya menyajikan kerugian terkecil menurut

pandangan asset/hutang maupun revenue.expenses.

66
7. Isu : Akuntansi Akrual

Elemen-elemen laporan keuangan dihitung dan dimasukkan dalam laporan

keuangan melalui penggunaan prosedur akuntansi akrual. Akuntansi akrual

mendasarkan pada konsep akrual, tangguhan (deferral), alokasi, amortisasi, realisasi,

dan pengakuan, FASB memberikan definisi untuk konsep-konsep tersebut yaitu :

 Akrual adalah proses akuntansi dalam pengakuan kejadian non kas dan keadaan-

keadaan yang terjadi, secara spesifik, akrual meminta pengakuan revenue dan

peningkatan asset, dan expenses dan peningkatan hutang dalam jumlah yang

diharapkan akan diterima atau dibayar, biasanya dalam kas di masa mendatang.

 Tangguhan adalah proses akuntansi dalam pengakuan utang dengan penerimaan

kas sekarang atau asset dengan pembayaran kas sekarang (atau utang, yang terjadi

sekarang) dengan harapan berdampak pada revenue dan expenses di masa

mendatang.

 Alokasi adalah proses akuntansi dalam pembebanan dan pendistribusian suatu

jumlah sesuai rencana atau formula tertentu. Alokasi lebih luas dari amortisasi,

karena amortisasi merupakan proses alokasi.

 Amortisasi adalah proses akuntansi yang secara sistematis mengurangi jumlah

dengan pembayaran periodic, atau dengan mencatat saja.

 Realisasi adalah proses mengkonversi sumber daya non kas dan hak menjadi uang,

penggunaan yang lebih tepat dalam akuntansi dan pelaporan keuangan merujuk

pada penjualan asset dengan kas atau klaim atas kas.

 Pengakuan adalah proses pencatatan secara formal atau pemasukan item-item

dalam akun dan laporan keuangan perusahaan. Jadi suatu elemen dapat diakui

(dicatat) atau tidak diakui (tidak dicatat) . Realisasi dan Pengakuan tidak

digunakan sebagai sinonim.

67
8. Isu : Konsep Pemeliharaan modal (Cost Recovery) yang seharusnya digunakan ?

Konsep pemeliharaan modal memungkinkan kita membuat perbedaan antara return

on capital atau (earning) dan return of capital atau (Cost of recovery). Earning berasal

dari pemulihan atau pemeliharaan modal. Terdapat dua konsep pemeliharaan modal,

konsep modal keuangan dan konsep modal fisik. Kedua konsep menggunakan

pengukuran unit monetr atau unit daya beli umum yang sama, menghasilkan empat

konsep pemeliharan modal :

a. Modal keuangan yang diukur dengan unit uang

b. Modal keuangan yang diukur dengan daya beli umum yang sama

c. Modal fisik yang diukur dengan uang

d. Modal fisik yang diukur dengan daya beli umum yang sama

9. Isu. Metode Pengukuran manakah yang seharusnya diadopsi

Isu metode pengukuran berkaitan dengan penentuan unit ukuran maupun atribut

yang diukur. Terkait dengan unit ukuran, pilihannya adalah antara dolar actual dan

dollar yang disesuaikan dengan daya beli umum. Terkait dengan atribut yang akan

diukur kita memiliki lima pilihan, yaitu :

a. Metode kos historis

b. Kos sekarang

c. Nilai keluaran /jual sekarang

d. Nilai keluaran/jual harapan

e. Nilai sekarang dan aliran kos harapan

68
KERANGKA KONSEPTUAL FASB

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) didefinisikan oleh FASB sebagai :

“a coherent system of interrelated objectives and fundamentals that is expected to

lead to consistent standards and that prescribes the nature, function, and limits of

financial accounting and reporting”.

Kerangka kerja konseptual (conceptual framework) adalah suatu sistem koheren yang

terdiri dari tujuan dan konsep fundamental yang saling berhubungan, yang menjadi

landasan bagi penetapan standar yang konsisten dan penentuan sifat, fungsi, serta batas-

batas dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan

Yang dimaksud tujuan adalah tujuan pelaporan keuangan. Sedangkan fundamentals

(kaidah-kaidah pokok) adalah konsep-konsep yang mendasarai akuntansi keuangan, yakni

yang menuntun kepada pemilihan transaksi, kejadian, dan keadaan-keadaan yang harus

dipertanggungjawabkan, pengakuan dan pengukurannya, cara meringkas serta

mengkomunikasikannya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Konsep-konsep yang bersifat pokok atau fundamental, artinya bahwa konsep-konsep

lainnya mengalir dari konsep-konsep pokok tersebut yang diperlukan sebagai referensi

berulang-ulang dalam menetapkan, menafsirkan, dan menetapkan standar akuntansi

keuangan dan pelaporan.

Kebutuhan akan Kerangka Kerja Konseptual

1. Kerangka kerja konseptual akan meningkatkan pemahaman dan keyakinan

pemakai laporan keuangan atas pelaporan keuangan, dan akan menaikkan

komparabilitas antar laporan keuangan perusahaan.

69
2. Masalah-masalah yang baru akan dapat dipecahkan secara cepat jika mengacu

pada kerangka teori yang telah ada

Perkembangan Kerangka Kerja Konseptual FASB (Financial Accounting Standard Board)

telah menerbitkan enam statement of financial accounting concept yang berhubungan

dengan pelaporan keuangan entitas bisnis, yaitu:

 SFAC no. 1 “objective of financial reporting by business enterprises”, yang

menyajikan tujuan dan sasaran akuntansi.

 SFAC no. 2 “qualitative caracteristics of accounting information”, yang

menjelaskan karakteristik yang membuat informasi akuntansi bermanfaat.

 SFAC no. 3 “element of financial statement of business enterprises”, yang

memberikan definisi dari pos-pos yang terdapat dalam laporan keuangan seperti

aktiva, kewajiban, pendapatan dan beban.

 SFAC no. 5 “recognition and measurement in financial statement of business

enterprises”, yang menetapkan kriteria pengakuan dan pengukuran fundamental

serta pedoman tentang informasi.

 SFAC no. 6 “element of financial statement”, yang menggantikan SFAC no. 3 dan

memperluas SFAC no. 3 dengan memasukkan organisasi-organisasi nirlaba.

 SFAC no. 7 “using cash flow information and present value in accounting

measurement”, yang memberikan kerangka kerja bagi pemakaian arus kas masa

depan yang diharapkan dan nilai sekarang (present value) sebagai dasar

pengukuran

TINGKAT PERTAMA: TUJUAN DASAR

 Tujuan pelaporan keuangan (objectives of financial reporting) adalah untuk

menyediakan informasi:

70
1) yang berguna bagi mereka yang memiliki pemahaman memadai tentang

aktivitas bisnis dan ekonomi untuk membuat keputusan investasi serta kredit;

2) untuk membantu investor yang ada dan potensial, kreditor yang ada dan

potensial, serta pemakai lainnya dalam menilai jumlah, waktu, dan

ketidakpastian arus kas masa depan;

3) tentang sumber daya ekonomi, klaimterhadap sumber daya tersebut, dan

perubahan di dalamnya.

 Tujuan(objectives) dimulai dengan lebih banyak berfokus pada informasi yang

berguna bagi para investor dan kreditor dalam membuat keputusan. Fokus ini lalu

menyempit pada kepentingan investor dan kreditor atas prospek penerimaan kas

dari investasi mereka dalam, atau dari pinjaman yang telah mereka berikan ke

entitas bisnis. Pada akhirnya, tujuan berfokus pada laporan keuangan yang

menyediakan informasi yang berguna untuk menilai prospek arus kas yang akan

diterima entitas bisnis yaitu arus kas yang menjadi harapan investor dan kreditor.

Pendekatan ini dikenal sebagai kegunaan keputusan (decision usefulness).

 Dalam menyediakan informasi kepada pemakai laporan keuangan, profesi akuntan

mengandalkan laporan keuangan bertujuan-umum(general-purpose financial

statement), yaitu menyediakan informasi paling bermanfaat dengan biaya minimal

kepada berbagai kelompok pemakai

TINGKAT KEDUA : KONSEP-KONSEP FUNDAMENTAL

Karakteristik Kualitatif Informasi Akuntansi

Agar berguna dalam pengambilan keputusan (decision usefulness), informasi akuntansi

harus memiliki dua kualitas yaitu kualitas primer dan kualitas sekunder. Tentu saja

terdapat beberapa kendala untuk mencapai dua kualitas tersebut.

71
Kualitas Primer

Relevansi (relevance) dan keandalan (reliability) harus melekat pada informasi akuntansi.

1) Relevansi. Agar relevan informasi akuntansi harus mampu membuat perbedaan dalam

sebuah keputusan. Informasi itu mampu mempengaruhi pengambilan keputusan dan

berkaitan erat dengan keputusan yang akan diambil, jika tidak berarti informasi tersebut

dikatakan tidak relevan. Informasi yang relevan harus memiliki nilai umpan balik (feed-

back value), yakni mampu membantu menjustifikasi dan mengoreksi harapan masa

lalu. Informasi juga harus memiliki nilai prediktif (predictive value) yakni dapat

digunakan untuk memprediksi apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Selain itu kualitas relevan juga harus mempunyai substansi tepat waktu (timeliness).

Informasi harus disajikan kepada para pemakai sebelum informasi itu kehilangan

kapasitasnya untuk mempengaruhi pengambilan keputusan.

2) Keandalan. Informasi dianggap andal jika dapat diverifikasi, netral, disajikan secara

tepat serta bebas dari kesalahan dan bias (penyimpangan). Keandalan sangat diperlukan

bagi individu-individu pemakai yang tidak memiliki waktu atau keahlian untuk

mengevaluasi isi faktual dari informasi.

Realibilitas sangat diperlukan oleh individu-individu yang tidak memiliki waktu atau

keahlian untuk mengevaluasi isi faktual dari informasi.

 Daya Uji (verifiability): ditunjukkan ketika pengukur-pengukur independen,

dengan menggunakan metode pengukuran yang sama, mendapatkan hasil yang

serupa.

 Ketepatan penyajian (representational faithfulness): angka-angka dan penjelasan

dalam laporan keuangan mewakili apa yang benar-benar ada dan terjadi.

 Netralitas(neutrality): informasi tidak dapat dipilih untuk kepentingan sekelompok

pemakai tertentu. Info yang disajikan harus faktual, benar dan tidak bias

72
3) Keberdayaujian (verifiability). Informasi harus dapat diuji kebenarannya. Dapat

diujinya kebenaran informasi akuntansi berdasar pada keobyektifan dan konsensus.

Contoh, keandalan informasi harga perolehan fixed assets harus diuji berdasar data

masa lalu yang terekam pada faktur (keobyektifan). Tetapi keandalan informasi tentang

depresiasi aktiva tetap itu adalah berdasarkan konsensusa mengenai metode depresiasi

yang digunakan, taksiran nilai residu, dan taksiran umur ekonomis.

4) Kenetralan (neutrality). Informasi akuntansi dimaksudkan untuk memenuhi tujuan

berbagai kelompok pemakai. Oleh karena itu harus bebas dari usaha-usaha untuk

memberikan keuntungan lebih kepada kelompok tertentu.

5) Kejujuran penyajian (representational faithfulness). Penyajian yang jujur berarti

adanya kesesuaian antara fakta dan informasi yang disampaikan.

Kualitas Sekunder

Kualitas sekunder yang harus dimiliki informasi akuntansi adalah keberdayabandingan

(comparability) dan konsistensi (consistency).

1) Keberdayabandingan. Informasi akuntansi akan lebih bermanfaat jika dapat

dibandingkan antara satu perusahaan dengan perusahaan yang lain dalam satu industri

(perbandingan horizontal) atau membandingkan perusahaan yang sama untuk periode

yang berbeda (perbandingan vertikal). Jadi diperlukan standar dan ukuran tertentu.

2) Konsistensi. Sebuah entitas dikatakan konsisten dalam menggunakan standar akuntansi

apabila mengaplikasikan perlakuan akuntansi (metode akuntansi) yang sama untuk

kejadian-kejadian serupa, dari periode ke periode.

Kendala-kendala.

Terdapat dua kendala yang mempengaruhi tercapainya kualitas informasi seperti yang

telah dijelaskan, yaitu pertimbangan manfaat-biaya dan tingkat materialitas. Dua kendala

73
lainnya yang kurang dominan tapi merupakan bagian dari lingkungan pelaporan adalah

praktek industri dan konservatisme.

1) Pertimbangan manfaat-biaya (cost-effectiveness). Untuk menghasilkan informasi yang

relevan,andal, berdaya banding, dan konsisten dibutuhkan biaya yang mahal. Oleh

karena biaya dan terutama manfaat tidak mudah diukur, maka mempertimbangkan

hubungan manfaat-biaya menjadi masalah

2) Materialitas (materiality) berhubungan dengan dampak suatu item terhadap operasi

keuangan perusahaan secara keseluruhan. Suatu item akan dianggap material jika

pencantuman atau pengabaian item tersebut mempengaruhi atau mengubah penilaian

seorang pemakai laporan keuangan. Baik faktor-faktor kuantitatif maupun kualitatif

harus dipertimbangkan dalam menentukan apakan suatu item material atau tidak.

3) Praktik industri.(industry practices) Sifat unik dari sejumlah industri dan perusahaan

terkadang memerlukan penyimpangan dari teori dasar.

4) Konservatisme (conservatism) berarti jika ragu, maka pilihlah solusi yang sangat kecil

kemungkinannya dalam menghasilkan penetapan laba dan aktiva yang terlalu tinggi.

Tujuan dari konvensi ini, jika diaplikasikan secara tepat adalah menyediakan pedoman

yang paling rasional dalam situasi sulit : jangan menyajikan angka laba bersih dan aktiva

bersih yang terlalu tinggi.

Elemen-elemen Laporan Keuangan.

SFAC No. 6 menetapkan sepuluh elemen utama laporan keuangan. Cakupannya bukan

hanya perusahaan yang berorientasi laba, tetapi juga organisasi nirlaba. Elemen-elemen

laporan keuangan bagi organisasi yang berorientasi laba meliputi 10 macam, yaitu : aktiva,

kewajiban, ekuitas, investasi oleh pemilik, distribusi kepada pemilik, laba komprehensif,

pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian. Adapun bagi organisasi nirlaba ada 7

macam, yaitu : aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian.

74
TINGKAT KETIGA : PENGAKUAN DAN PENGUKURAN

Tingkat ketiga kerangka konseptual terdiri dari konsep-konsep yang dipakai untuk

mengimplementasikan tujuan dasar dari tingkat pertama. Konsep-konsep ini menjelaskan

apa, kapan, dan bagaimana unsur-unsur serta kejadian keuangan harus diakui, diukur, dan

dilaporkan oleh sistem akuntansi.

Asumsi-Asumsi Dasar.

Asumsi-asumsi menyediakan satu landasan bagi profesi akuntansi. Jadi, asumsi dasar

akuntansi adalah anggapan-anggapan yang digunakan oleh para akuntan agar akuntansi

dapat dipraktikkan.

a. asumsi entitas ekonomi (economic entity assumption). Akuntansi memandang bahwa

perusahaan merupakan unit yang berdiri sendiri dan terpisah dari pihak-pihak yang

memiliki kepentingan (pemilik, kreditor, karyawan, dan lainnya).

b. Kesinambungan (going concern). Sebagian besar metode akuntansi di dasarkan pada

asumsi kelangsungan hidup yaitu perusahaan bisnis akan memiliki umur yang

panjang.pengalaman mengindikasikan bahwa, meskipun banyak mengalami kegagalan

bisnis, perusahaan dapat memiliki kelangsungan hidup yang panjang

75
MATERI V
LAPORAN KEUANGAN

Kompetensi Dasar

a. Mampu menjelaskan Laporan Keuangan Laba/Rugi dan Neraca

b. Mampu menjelaskan isi laba/rugi dan neraca serta metode-metode yang digunakan

dalam menyusun dan mengkaji elemen dalam laporan keuangan

c. Mampu menjelaskan pengertian komponen-komponen dalam laporan keuangan

d. Mampu menjelaskan peristiwa kemudian dan catatan atas laporan keuangan

e. Mampu menjelaskan keterbatasan laporan keuangan

Tujuan laporan keuangan : menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,

kinerja serta perubahan yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi

keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam

pengambilan keputusan ekonomi.

Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan :

1. Dapat dipahami

2. Relevan : dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai

3. Keandalan (reliable) : bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material &

disajikan secara jujur

Termasuk dalam pengertian ini :

- substansi mengungguli bentuk

- Netralitas

76
- Pertimbangan sehat (karena adanya ketidakpastian)

- Kelengkapan

4. Dapat diperbandingkan : antar periode & antar perusahaan

Asumsi Dasar (SAK) :

1. ACCRUAL BASIS (DASAR AKRUAL) :

Transaksi diakui pada saat terjadinya, bukan pada saat kas diterima/dibayar.

2. GOING CONCERN (Kelangsungan usaha)

Unsur-unsur laporan keuangan :

1. Berhubungan langsung dengan pengukuran posisi keuangan :

a. AKTIVA : Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari

peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan

akan diperoleh perusahaan.

b. KEWAJIBAN : Merupakan hutang perusahaan masa kini yang timbul dari

peristiwa masa lalu , penyelesaiannya diharapkan mengakibatkan arus keluar dari

sumber daya perusahaan yang mengandung manfaat ekonomi

c. EKUITAS : Hak residual atas aktiva perusahaan setelah dikurangi semua

kewajiban.

2. Berhubungan langsung dengan pengukuran kinerja :

- Ukuran kinerja : LABA,, unsur yang berhubungan langsung dengan laba :

77
PENGHASILAN & BEBAN

a. PENGHASILAN : kenaikan manfaat eikonomi selama suatu periode akuntansi

dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiba atau penurunan kewajiban yang

mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam

modal.

Penghasilan (income) meliputi : Pendapatan (revenues) dan keuntungan (gains)

PENDAPATAN : Timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan

dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga,

dividen, royalti, dan sewa.

KEUNTUNGAN : mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi penghasilan

dan mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dalam pelaksanaan aktivitras

perusahaan yang biasa.

b. BEBAN : penurunan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam

bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang

mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada

penanam modal.

Beban meliputi : KERUGIAN dan beban yang timbul dalam pelaksanaan

aktivitas biasa, misalnya beban pokok penjualan, gaji dan penyusutan.

KERUGIAN : mencerminkan pos lain yang memenuhi definisi beban yang

mungkin timbul atau mungkin tidak timbul dari aktivitas perusahaan yang biasa.

78
Pengakuan Unsur laporan keuangan :

Unsur laporan keuangan harus diakui jika :

a. Ada kemungkinan bahwa manfaat ekonomi yang berkaitan dengan pos tersebut akan

mengalir dari atau ke dalam perusahaan.

b. Pos tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal

1
Pengakuan AKTIVA

aktiva diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa manfaat ekonominya di masa

depan diperoleh perusahaan dan aktiva tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat

diukur dengan andal

Pengakuan KEWAJIBAN

kewajiban diakui dalam neraca kalau besar kemungkinan bahwa pengeluaran sumber daya

yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban

(obligation) sekarang dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal.

Pengakuan PENGHASILAN

penghasilan diakui dalam laporan laba rugi kalau kenaikan manfaat ekonomi di masa

depan yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi

dan dapat diukur dengan andal.

Pengakuan BEBAN

beban diakui dalam laporan laba rugi kalau penurunan manfaat ekonomi masa depan yang

berkaitan dengan penurunan aktiva atau peningkatan kewajiban telah terjadi dan dapat

diukur dengan andal.

79
Dasar pengukuran unsur laporan keuangan :

1. Biaya historis : aktiva dicatat sebesar pengeluaran kas/setara kas yang dibayar atau

sebesar niali wajar dari imbalan yang diberikan untuk memperoleh aktiva tersebut

pada saat perolehan. Kewajiban dicatat sebesar jumlah yang diterima sebagai penukar

dari kewajiban (obligation) , atau dalam keadaan tertentu (mis: pajak penghasilan),

dalam jumlah kas/setara kas yang diharapkan akan dibayarkan untuk memenuhi

kewajiban dalam pelaksanaan usaha yang normal.

2. Biaya kini (current cost) : aktiva diinilai dalam jumlah kas/setara kas yang

seharusnya dibayar bila aktiva yang sama atau setara aktiva diperoleh sekarang.

Kewajiban dinyatakan dalam jumlah kas /setara kas yang tidak didiskontokan yang

mungkin akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban (obligation) sekarang.

3. Nilai realisasi/penyelesaian (realisable/setllement value) : Aktiva dinyatakan dalam

jumlah kas /setara kas yang dapat diperoleh sekarang dengan menjuual aktiva dalam

pelepasan normal. Kewajiban dinyatakan sebesar nilai penyelesaian, yaitu jumlah

kas/setara kas yang tidak didikontokan yang diharapkan akan dibayarkan untuk

memenuhi kewajiban dalam pelaksanaan usaha normal

4. Nilai sekarang (present value) : aktiva dinyatakan sebesar arus kas masuk bersih di

masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang dari pos yang diharapkan dapat

memberikan hasil dalam pelaksanaan usaha normal. Kewajiban dinyatakan sebesar

arus kas keluar bersih di masa depan yang didiskontokan ke nilai sekarang yang

diharapkan akan diperlukan untuk menyelesaikan kewajiban dalam pelaksanaan usaha

normal.

80
KONSEP MODAL DAN PEMELIHARAAN MODAL

KONSEP MODAL KEUANGAN : modal adalah sinonim dengan aktiva bersih/ekuitas

perusahaan. Konsep modal tersebut menciptakan konsep pemeliharaan modal :

a. Pemeliharaan modal keuangan.

Menurut konsep ini, laba hanya diperoleh kalau jumlah finansial (uang) dari aktiva

bersih pada akhir periode melebihi jumlah finansial(uang) dair aktiva bersih pada

awal periode, setelah memasukkan kembali setiap distribusi kepada dan

mengeluarkan setiap kontiribusi dari, para pemilik selama periode. Pemeliharaan

modal keuangan dpat diukur dalam satuan moneter nominal atau dalam satuan daya

beli yang konstan.

b. Pemeliharaan modal fisik.

Menurut konsep ini , laba hanya diperoleh kalau kapasitas porduktif fisik(kemampuan

usaha) pada akhir periode melebihi kapasitas produktif fisik pada awal periode,

setelah memasukkan kembali setiap distribusi kepada, dan mengeluarkan setiap

kontribusi dari, para pemilik selama suatu periode.

LAPORAN KEUANGAN

Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses pencatatan, yang merupakan

suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang

bersangkutan.

Pengertian laporan keuangan menurut Standar Akuntansi Keuangan:

“Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan

keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan perubahan posisi

keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti misal, sebagai laporan

arus kas, atau laporan arus dana), catatan juga termasuk skedul dan informasi

81
tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misal informasi keuangan

segmen industri dan geografis serta pengungkapan pengaruh perubahan harga”

Dari pengertian diatas laporan keuangan dibuat sebagai bagian dari proses

pelaporan keuangan yang lengkap, dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-

tugas yang dibebankan kepada manajemen.

Penyusunan laporan keuangan disiapkan mulai dari berbagai sumber data, terdiri

dari faktur-faktur, bon-bon, nota kredit, salinan faktur penjualan, laporan bank dan

sebagainya. Data yang asli bukan saja digunakan untuk mengisi buku perkiraan, tetapi

dapat juga dipakai untuk membuktikan keabsahan transaksi.

Laporan keuangan terdiri dari:

- Neraca, menginformasikan posisi keuangan pada saat tertentu, yang tercermin pada

jumlah harta yang dimiliki, jumlah kewajiban, dan modal perusahaan.

- Perhitungan laba rugi, menginformasikan hasil usaha perusahaan dalam suatu periode

tertentu.

- Laporan arus kas, menginformasikan perubahan dalam posisi keuangan sebagai akibat

dari kegiatan usaha, pembelanjaan, dan investasi selama periode yang bersangkutan.

- Catatan atas laporan keuangan, menginformasikan kebijaksanaan akuntansi yang

mempengaruhi posisi keuangan dari hasil keuangan perusahaan.

Laporan keuangan diharapkan disajikan secara layak, jelas, dan lengkap, yang

mengungkapkan kenyataan-kenyataan ekonomi mengenai eksistensi dan operasi

perusahaan tersebut. Dalam menyusun laporan keuangan, akuntansi dihadapkan dengan

kemungkinan bahaya penyimpangan (bias), salah penafsiran dan ketidaktepatan. Untuk

meminimkan bahaya ini, profesi akuntansi telah berupaya untuk mengembangkan suatu

82
barang tubuh teori ini. Setiap akuntansi atau perusahaan harus menyesuaikan diri terhadap

praktik akuntansi dan pelaporan dari setiap perusahaan tertentu.

TUJUAN LAPOARAN KEUANGAN

Menurut Standar Akuntansi Keuangan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia

tujuan laporan keuangan adalah Meyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan,

kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah

besar pemakai dalam pengambilan keputusan.

Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi kebutuhan bersama sebagian

besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi

yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam mengambil keputusan ekonomi karena secara

umum menggambarkan pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan

untuk menyediakan informasi nonkeuangan.

Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (bahasa Inggris:

stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan

kepadanya. Pemakai yang ingin melihat apa yang telah dilakukan atau

pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat keputusan

ekonomi. Keputusan ini mencakup, misalnya, keputusan untuk menahan atau menjual

investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk mengangkat kembali atau

mengganti manajemen.

83
KARAKTERISRIK KUALIFIKASI LAPORAN KEUANGAN

Terdapat empat karateristik kualitatif pokok yaitu: dapat dipahami, relevan, keandalan,

dan dapat diperbandingkan.

1. Dapat Dipahami

Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah

kemudahannya untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini,

pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi

dan bisnis, akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan

yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang seharusnya dimasukkan

dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa

informasi tersebut terlalu sulit untuk dapat dipahami oleh pemakai tertentu .

2. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam

proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan kalau dapat

mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi

peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan, atau mengkoreksi, hasil

evaluasi mereka di masa lalu. Peran informasi dalam peramalan (predictive) dan

penegasan (confirmatory) berkaitan satu sama lain. Misalnya, informasi struktur dan

besarnya aktiva yang dimiliki bermanfaat bagi pemakai ketika mereka berusaha

meramalkan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan peluang dan bereaksi

terhadap situasi yang merugikan. Informasi yang sama juga berperan dalam

memberikan penegasan (confirmatory role)terhadap prediksi yang lalu, misalnya,

tentang bagaimana struktur keuangan perusahaan diharapkan tersusun atau tentang

hasil dari operasi yang direncanakan.

84
Informasi posisi keuangan dan kinerja di masa lalu seringkali digunakan sebagai dasar

untuk memprediksi posisi keuangan dan kinerja masa depan dan hal-hal lain yang

langsung menarik perhatian pemakai, seperti pembayaran dividen dan upah,

pergerakan harga sekuritas dan kemampuan perusahaan untuk memenuhi

komitmennya ketika jatuh tempo. Untuk memiliki nilai prediktif, informasi tidak perlu

harus dalam bentuk ramalan eksplisit. Namun demikian, kemampuan laporan

keuangan untuk membuat prediksi dapat ditingkatkan dengan menampilkan informasi

tentang transaksi dan peristiwa masa lalu. Misalnya, nilai prediktif laporan laba rugi

dapat ditingkatkan kalau pos-pos penghasilan atau beban yang tidak biasa ,abnormal

dan jarang terjadi diungkapkan secara terpisah.

3. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal {reliable). Informasi memiliki kualitas

andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat

diandalkan pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithful

representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan

dapat disajikan. Informasi mungkin relevan tetapi jika hakekat atau penyajiannya tidak

dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara potensial dapat

menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas kerugian dalam suatu

tindakan hukum masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan untuk

mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun mungkin tepat

untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut.

4. Dapat Dibandingkan

Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode

untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan. Pemakai

juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk

85
mengevaluasi posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

Oleh karena itu, pengukuran dan penyajian dampak keuangan dari transaksi dan

peristiwa lain yang serupa harus dilakukan secara konsisten untuk perusahaan tersebut,

antar periode perusahaan yang sama dan untuk perusahaan yang berbeda.

Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan adalah bahwa

pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan akuntansi yang digunakan dalam

penyusunan laporan keuangan dan perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan

tersebut. Para pemakai harus dimungkinkan untuk dapat mengidentifikasi perbedaan

kebijakan akuntansi yang diberlakukan untuk transaksi serta peristiwa lain yang sama

dalam sebuah perusahaan dari satu periode ke periode dan dalam perusahaan yang

berbeda. Ketaatan pada standar akuntansi keuangan, termasuk pengungkapan

kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan, membantu pencapaian daya

banding.

Kebutuhan terhadap daya banding jangan dikacaukan dengan keseragaman semata-

mata dan tidak seharusnya menjadi hambatan dalam memperkenalkan standar

akuntansi keuangan yang lebih baik. Perusahaan tidak perlu meneruskan kebijakan

akuntansi yang tidak lagi selaras dengan karakteristik kualitatif relevansi dan

keandalan. Perusahaan juga tidak perlu mempertahankan suatu kebijakan akuntansi

kalau ada alternatif lain yang lebih relevan dan lebih andal. Berhubung pemakai ingin

membandingkan posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan antar

periode, maka perusahaan perlu menyajikan informasi periode sebelumnya dalam

laporan keuangan.

86
Laporan keuangan terdiri dari 3 macam :

a. Laporan Laba-Rugi (income statement)

Laporan laba-rugi adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang

menggambarkan apakah suatu perusahaan mengalami laba atau rugi dalam satu

periode akuntansi.

Laporan laba-rugi (statement of income) adalah laporan yang mengukur keberhasilan

operasi perusahaan selama periode waktu tertentu.

Kegunaan laporan laba-Rugi

1. Mengevaluasi kinerja masa lalu

2. Memberikan dasar untuk memprediksikan kinerja masa depan

3. Membantu menilai resiko atau ketidakpastiaan pencapaian arus kas masa depan

Keterbatasan Laporan Laba-Rugi

1. Pos-pos yang tidak dapat diukur secara akurat tidak dilaporkan dalam laporan laba-

rugi

2. Angka-angka laba dipengaruhi oleh metode akuntansi

3. Pengukuran laba yang melibatkan pertimbangan

Kualitas Laba

Pengelolaan laba adalah (earnings management) adalah perencanaan waktu dan

pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian untuk mengurangi gejolak laba.

Pengelolaan laba seperti itu dapat membawa dampak tehadap kualita laba (quality of

earnings).

87
FORMAT LAPORAN LABA-RUGI

Unsur Unsur Laporan Lab-Rugi

 Pendapatan

 Beban

 Keuntungan

 Kerugian

Laporan Laba-Rugi Bentuk Langsung

Laporan Laba-Rugi Bentuk Langsung hanya ada dua pengelompokan: yaitu

pendapatan dan beban.

Keuntungan utama format langsung terletak pada kesederhanaan penyajian dan tidak

adanya implikasi bahwa satu jenis pos pendapatan atau beban lebih diprioritaskan dari

yang lainnya.dengan demikian, format langsung menghilangkan masalah klasifikasi

yang muncul.

Laporan Laba-Rugi Bentuk Bertahap

Klasifikasi Lanjutannya meliputi:

1. Pemisahan aktifitas operasi dan non operasi perusahaan

2. Klasifikasi beban menurut fungsi,seperti barang dagang atau manufaktur,

penjualan, dan administrasi

Bagian Laporan Laba-rugi

1. Bagian Operasi

o Bagian penjualan/pendapatan

o Bagian Harga pokok penjualan

o Beban penjualan

o Beban Administrasi atu umum

88
2. Bagian Non opoerasi

o Pendapatan dan keuntungan lain

o Beban kerugian lain

3. Pajak Penghasilan

4. Operasi yang dihentikan

5. Pos-pos luar biasa

6. Laba per saham

c. Laporan Perubahan Modal (statement of equity)

Laporan perubahan modal adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang

menggambarkan bertambahnya atau berkurangnya modal suatu perusahaan akibat dari

laba atau rugi yang diterima oleh perusahaan tersebut dalam satu periode akuntansi.

Di dalam laporan perubahan modal terdapat beberapa komponen diataranya :

 Modal awal : Keseluruhan dana yang di investasikan kedalam perusahan yang

digunakan untuk menunjang pengoperasian perusahan pada saat awal perusahan

tersebut baru berdiri atau posisi modal awal perusahan pada awal bulan pada tahun

yang bersangkutan.

 Laba / rugi : Selisih dari bersih antara total pendapatan dengan total biaya.

 Prive : Penarikan sejumlah dana oleh pemilik perusahan yang digunakan untuk

keperluan di luar kegiatan / operasional perusahaan atau yang digunakan untuk

keperluan pribadi.

 Modal akhir : Keseluruhan dana yang merupakan hasil akhir dari penambahan

modal awal ditambah dengan laba ( jika mengalami keuntungan ) atau

89
pengurangan modal awal dikurangi rugi usaha ( Jika mengalami kerugian )

kemudian dikurangi dengan total prive dan hasil merupakan modal akhir.

Jadi unsur yang termasuk di dalam laporan perubahan modal terdiri dari Investasi awal

atau modal awal, laba-rugi selama periode yang bersangkutan, prive penarikan modal

oleh pemilik dan modal akhir

d. Neraca (balance sheet)

Laporan neraca adalah salah satu laporan keuangan dalam akuntansi yang

menunjukan keadaan keuangan secara sistematis dari suatu perusahaan pada saat

tertentu dengan cara menyajikan daftar aktiva, utang dan modal pemilik perusahaan.

Isi/komponen laporan neraca terdiri atas:

HartaAktiva (Asset)

Asset adl harta yg dimiliki perusahaan yg berperan dalam operasi perusahaan misal

kas persediaan aktiva tetap aktiva yg tak terwujud dan lain-lain. Pengertian asset ini

dikemukakan oleh berbagai pihak sebagai berikut :

Menurut Accounting Principal Board (APB) Statement (1970:132) dikemukakan

bahwa :

“kekayaan ekonomi perusahaan termasuk didalam pembebanan yg ditunda yg dinilai

dan diakui sesuai prinsip akuntansi yg berlaku.”

Selanjut Financial Accounting Standard Board (FASB) (1985) memberikan definisi

sebagai berikut :

“asset adl kemungkinan keuntungan ekonomi yg diperoleh atau dikuasai di masa yg

akan datang oleh lembaga tertentu sebagai akibat transaksi atau kejadian yg lalu.”

Berdasarkan definisi tersebut di atas maka dapat dikatakan bahwa sesuatu dianggap

90
sebagai asset jika di masa yg akan datang dapat diharapkan memberikan net cash

inflow yg positif kepada perusahaan.

Klasifikasi aktiva yg dimiliki perusahaan terdiri dari berbagai macam. Secara umum

klasifikasi aktiva tetap terdiri atas : 1) aktiva tetap berwujud (Fixed Asset) dan 2)

aktiva tetap tak berwujud (Intangible Assets). Aktiva tetap berwujud meliputi semua

barang yg dimiliki perusahaan dgn tujuan utk dipakai secara aktif dalam operasi

perusahaan dan mempunyai masa kegunaan relatif permanen. Aktiva tetap berwujud

yg mempunyai masa kegunaan yg terbatas harus didepresiasi selama masa kegunaan

dan disajikan dalam neraca sebesar nilai buku (harga perolehan dikurangi dgn

akumulasi depresiasinya). Yang termaduk dalam golongan aktiva ini adl bangunan

mesin dan alat-alat pabrik mebel dan alat-alat kantor kendaraan dan alat-alat transport

alat kerja bengkel aktiva sumber alam. Sedang aktiva tetap berwujud yg mempunyai

masa kegunaan tak terbatas disajikan di dalam neraca sebesar harga perolehan.

Sedangkan aktiva tetap tak berwujud meliputi hak-hak preferensi (istimewa) yg

dijamin oleh undang-undang kontrak perjanjian-perjanjian dan mempunyai masa

manfaat dalam waktu relatif permanen.

Menurut Harnanto (1991:357) bagi manajemen operating investment (assets) meliputi

seluruh mesin dan alat-alat pabrik dan lain-lain equipmen serta modal kerja yg

ditempatkan utk dikelola atau dioperasikan dalam usaha perusahaan utk menghasilkan

laba.

Berdasarkan pengertian di atas menunjukkan bahwa pada sudut pandang operasional

investasi aktiva tetap adl merupakan salah satu unsur penting yg perlu menjadi fokus

perhatian bagi perusahaan dalam kegiatan operasional dalam kaitan dgn menghasilkan

pendapatan/laba. Disamping itu utk untuk tujuan pemeliharaan kondisi aktiva tetap

baik berwujud maupun tak berwujud tetap dalam kondisi produktif bagi perusahaan

91
diperlukan ada depresiasi dan amortisasi sebagai proses alokasi harga perolehan aktiva

tetap tersebut.

Kewajiban/utang (Liabilities)

Menurut definisi yg diberikan oleh APB bahwa :

“kewajiban ekonomis dari suatu perusahaan yg diakui dan dinilai seusuai prinsip

akuntansi. Kewajiban disini termasuk juga saldo kredit yg ditunda yg bukan

merupakan utang atau kewajiban. ”Berdasarkan definisi di atas maka kewajiban

ekonomis bagi perusahaan adl diartikan sebagai penyerahan harta atau jasa di masa yg

akan datang. Selanjut FASB memberikan definisi kewajiban sebagai berikut :

“….kemungkinan pengorbanan kekayaan ekonomis di masa yg akan datang yg timbul

akibat kewajiban perusahaan sekarang utk memberikan harta atau memberikan jasa

kepada pihak lain di masa yg akan datang sebagai akibat suatu transaksi atau kejadian

yg sudah terjadi. ” Definisi tersebut di atas menunjukkan bahwa kewajiban memiliki 3

sifat utama yaitu ; (1) kewajiban itu benar ada (2) kewajiban itu tak dapat dihindarkan

(3) kewajiban yg mewajibkan perusahaan telah terjadi.

Kewajiban jika dikategorikan sesuai dgn jangka waktu maka terdapat kewajiban

jangka pendek (Current liabilities) dan kewajiban jangka panjang (long-term

liabilities). Menurut Harnanto (1991:59) hutang jangka panjang adl semua hutang yg

jatuh tempo pembayaran melampaui batas waktu satu tahun sejak tanggal neraca atau

pembayaran tak akan dilakukan dalam periode siklus operasi perusahaan tetapi lbh

panjang dari batas waktu tersebut. Hutang obligasi hutang hipoteik hutang bank (kredit

investasi) merupakan contoh-contoh dari hutang jangka panjang.

Dalam kegiatan operasi perusahaan hutang jangka panjang merupakan salah satu

sumber permodalan yg mengandung resiko krn memiliki komitmen utk melakukan

92
pembayaran sesuai jumlah yg disepakati meski perusahaan dalam keadaan rugi

sekalipun sehingga hutang dapat saja menanggung resiko melebihi jumlah modal

sendiri. Hal ini dipertegas oleh Harnanto (1991:304) bahwa semakin besar proporsi

hutang di dalam struktur permodalan perusahaan akan semakin besar pula

kemungkinan terjadi ketak mampuan utk membayar kembali hutang beserta bunga

pada tanggal jatuh temponya. Pernyataan tersebut berarti bahwa bagi para kreditur

bahwa kemungkinan turut serta dana yg mereka tanamkan di dalam perusahaan utk

dipertaruhkan pada resiko kerugian juga semakin besar. Sedangkan bagi para pemilik

khusus pemegang saham biasa adaaa hutang di dalam perusahaan merupakan pula

suatu resiko tersendiri terhadap kemungkinan rugi yg dihadapi dari dana yg mereka

tanamkan. Tetapi resiko itu juga diimbangi ada harapan utk mendapatkan tingkat

keuntungan yg lebih tinggi (rentabilitas) sebagai akibat penggunaan modal asing. Akan

tetapi perlu diingat bahwa proporsi hutang/modal asing yg berlebihan akan berakibat

pada fleksibilitas manajemen utk beralih pada aktivitas yg profitable akan tertutup dan

menghadapi banyak hambatan/tintangan.

Modal Pemilik (Owner’s Equity)

Equity adalah suatu hak yg tersisa atas aktiva suatu lembaga (entity) setelah dikurangi

kewajibannya. Kategori modal bagi tiap perusahaan dapat berbeda yaitu pada

perusahaan perseorangan nilai modal ini merupakan modal pemilik sendiri. Sedangkan

dalam perusahaan perseroan terdiri dari modal setor dan modal dari pendapatan

(retained Earnings).

93
FASB dalam SFAC Nomor 1 telah menerangkan tujuan utama pelaporan keuangan adalah

untuk menyediakan informasi tentang kinerja perusahaan melalui ukuran pendapatan.

Income Statement (Laporan Laba Rugi) merupakan sesuatu yang utama bagi perusahaan

terkait ukuran pendapatan. Income statement memiliki nilai prediktif sesuai karakteristik

kualitatif yang didefinisikan dalam SFAC Nomor 2. Income statement memiliki nilai

sebagai ukuran arus kasa masa depan, yakni sebagai ukuran dari efisiensi manajemen dan

panduan dalam pencapaian tujuan manajerial.

Di sisi yang lain, investor merupakan fokus utama dalam lingkungan pelaporan keuangan.

Sumber daya investor (current resources) yang digunakan perusahaan untuk memperoleh

keuntungan mengandung sifat ketidakpastian atas arus kas masa depan (future-uncertain

resources). Sebagai konsekuensinya, investor dalam kondisi seperti ini memerlukan

informasi yang yang dapat membantu mereka untuk menilai arus kas di masa yang akan

datang.

Seperti kita ketahui bersama, pelaporan keuangan memiliki beberapa konsekuensi

ekonomis (economic consequences of financial reporting) yakni:

1. Informasi keuangan dapat mempengaruhi distribusi kekayaan diantara investor.

Investor yang memperoleh informasih lebih banyak (mempekerjakan analis sekuritas)

mungkin mampu meningkatkan kekayaan mereka daripada investor yang kurang

informasi.

2. Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkatan risiko yang diterima perusahaan.

Fokus pada jangka pendek, memiliki risiko lebih kecil, tetapi mungkin mengandung

efek-efek jangka panjang yang merugikan (long-term detrimental effects).

3. Informasi keuangan dapat mempengaruhi tingkat formasi modal dalam ekonomi dan

menghasilkan realokasi kekayaan antara konsumsi dan investasi dalam ekonomi.

94
4. Informasi keuangan dapat mempengaruhi bagaimana investasi dialokasikan dalam

perusahaan.

Konsekuensi-konsekuensi ekonomis inilah yang seharusya dipertimbangkan oleh FASB

dan SEC, sebagai organisasi penyusun standar akuntansi, mengingat pengaruh yang

ditimbulkan oleh masing-masing konsekuensi di atas akan berbeda-beda bagi para

pengguna informasi keuangan.

INCOME STATEMENT ELEMENTS

Penekanan fungsi income statement sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan

penilaian kinerja kepada investor menyebabkan pembahasan berkelanjutan diantara para

akuntan tentang identifikasi yang tepat atas elemen-elemen yang dikandungnya, yakni

pendapatan, keuntungan, beban, dan kerugian.

SFAC Nomor 6

FASB menerbitkan SFAC no.6 yang mendefinisikan elemen-elemen income statement

sebagai berikut :

1. Pendapatan, merupakan arus masuk atau peningkatan aset lainnya dari suatu entitas

ATAU pengurangan kewajiban (ATAU gabungan keduanya) selama periode tertentu,

yang diperoleh dari penjualan barang, penyediaan jasa atau aktifitas lain yang

merupakan operasi utama perusahaan.

2. Keuntungan, merupakan peningkatan aset bersih yang berasal dari transakti

peripheral atau insidental suatu entitas DAN dari transaksi lainnya, kegiatan lainnya,

dan keadaan-keadaan yang mempengaruhi entitas tersebut selama satu periode

KECUALI yang berasal dari pendapatan atau investasi dari pemilik.

95
3. Beban, arus keluar atau penggunaan aset lainnya ATAU timbulnya kewajiban (ATAU

kombinasi keduanya) selama satu periode mulai dari penyerahan atau produksi barang,

pemberian jasa atau aktifitas lain yang merupakan operasi utama perusahaan.

4. Kerugian, penurunan nilai aset bersih yang berasal dari transaksi yang bersifa

peripheral atau insidental dari suatu entitas DAN dari semua transaksi lain serta dari

peristiwa lain DAN keadaan-keadaan yang mempengaruhi entitas tersebut selama satu

periode KECUALI yang termasuk beban atau distribusi kepada pemilik.

Dari definisi elemen-elemen income statement diatas, tampak bahwa FASB berusaha

menggeser terminologi APB yang menekankan pada arus masuk dan arus keluar, realisasi,

dan konsep penandingan. FASB telah menggunakan perubahan aset dan/atau kewajiban

dalam kriteria pengakuan dan pengukuran. Dan sebagai dampaknya, kini neraca tampil

lebih dari sekedar tempat menyimpan NILAI SISA dalam proses penentuan pendapatan.

Perbandingan atas kedua konsep diatas adalah :

No. FASB (perubahan aktiva/kewajiban) APB (inflows/outflows)


1. Sebagai alat ukur perubahan sumber Sebagai alat ukur efektifitas perusahaan
daya ekonomi
2. Tergantung pada definisi aktiva dan Tergantung pada definisi pendapatan dan
kewajiban untuk menentukan laba beban dan menandingkan keduanya untuk
menentukan income
3. Mengakui hal-hal yang ditangguhkan Membentuk biaya dan hutang yang
hanya saat merupakan sumber daya ditangguhkan dan cadangan ketika
atau kewajiban ekonomi menghitung income
4. Keduanya sepakat bahwa laporan laba rugi lebih penting dari neraca karena
dapat meramal arus sumber daya dia masa yang akan dating
5. Membatasi populasi pada kejadian- Pendapatan dan beban meliputi seluruh
kejadian yang mengakibatkan item yang diperlukan untuk
perubahan sumber daya ekonomis menandingkan pendapatan dan biaya

Dalam teori akuntansi dikenal dua pendekatan dalam menilai hubungan antarabalance

sheet dan income statement, yakni articulated dan non-articulated.Pendekatan articulated

berarti income statement dianggap sebagai subklasifikasi dari pos modal. Laba rugi hanya

96
merupakan hasil matematis yang berasal dari perubahan modal dari satu periode ke

periode yang lainnya.

Dalam pendekatan articulated ada dua konsep, yaitu konseprevenue-expense approach

dan asset-liability approach. Dalam konsep pertama, revenue expense, income statement

diaggap laporan yang paling utama dimana semua transaksi dpandang sebagai posrevenue

dan expense, semua transaksi dinggap sebagai pengakuan laba (matching), pengukuran

laba dan alokasi ke laba rugi.

Dalam konsep ini yang dipindahkan ke neraca adalah by product dari hasil pengakuan laba

atau matching tadi. Artinya yang dicatat ke neraca hanya deferred credits (liabilities) dan

deferred charges (asset).

Sementara dalam pendekatan non-articulated, balance sheet dan income statement secara

matematis independen satu sama lain. Pendekatan ini banyak menjadi perhatian karena

ada transaksi yang tidak memengaruhi laba tetapi langsung dipindah ke pos yang bukan

hasil dan bukan biaya. Misalnya, ada kerugian sementara yang langsung dianggap

merupakan penyesuaian terhadap unrealized capital (SFAS No. 12)

INCOME STATEMENT FORMAT

Pertanyaan yang kemudian timbul adalah : format income statement seperti apakah yang

diinginkan oleh berbagai pengguna laporan keuangan? Dua pendapat yang kemudian

mendominasi diskusi ini adalah current operating performance concept dan all-inclusive

concept.

Current Operating Performance Concept

Konsep ini berpendapat bahwa hanya perubahan dan kejadian yang dapat dikendalikan

oleh manajemen yang dihasilkan dari keputusan periode sekarang yang seharusnya

dimasukkan dalam laba. Hanya hal-hal yang NORMAL dan BERULANG yang

97
seharusnya membentuk ukuran dasar kinerja perusahaan. Maka LABA BERSIH pun harus

mencerminkan AKTIFITAS HARI KE HARI.

All-inclusive Concept

Konsep ini berpendapat bahwa laba bersih harus mencerminkan SEMUA ITEM yang

mempengaruhi KENAIKAN atau PENURUNAN ekuitas pemegang saham selama satu

periode, dengan pengecualian dari transaksi modal. LABA BERSIH TOTAL ditentukan

dengan MENJUMLAHKAN LABA BERSIH PERIODIK.

FASB dalam SFAC No.5 mencatat bahwa laporan laba rugi menurut all-

inclusivedimaksudkan untuk menghindari penghapusan informasi secara bebas dari

laporan keuangan, walaupun pencantuman keuntungan atau kerugian yang tidak biasa dan

tidak berulang-ulang mungkin dapat mengurangi fungsi dari laporan laba rugi dalam satu

tahun untuk tujuan prediksi.

Kedua konsep ini hanya berkontroversi dalam bagaimana informasi keuangan

ditampilkan, tempat dimana pendapatan, beban, keuntungan, dan kerugian ditampilkan.

Namun yang lebih penting, sejatinya kedua konsep ini setuju dengan informasi yang harus

disajikan. Sedangkan penelitian menunjukkan bahwa investor tidak terpengaruh dengan

tempat dimana item dilaporkan dalam laporan keuangan selama pernyataan itu menyajikan

informasi yang sama. Dengan kata lain, kontroversi dari kedua konsep ini menjadi suatu

yang TIDAK PENTING.

APB OPINION NO. 9

Salah satu masalah yang pertama kali dipelajari APB adalah apa yang termasuk dalam

laba bersih. Kurangnya batasan formasl mengenai penyesuaian laba ditahan ternyata

menghasilkan banyak ketidakseragaman dalam praktik bisnis.

Dalam salah satu hasil studinya tentang penyalahgunaan laporan dan peninjauan umum

secara menyeluruh dari pendapatan, APB kemudian menerbitkan APB No.9 tentang

98
“Reporting The Result of The Operation“. APB No.9 mencoba untuk mengambil jalan

tengah antara current operating performance concept dan all-inclusive concept.

Secara umum, APB No.9 memberi ketentuan bahwa semua item dianggap NORMAL dan

BERULANG kecuali jika memenuhi persyaratan yang ditetapkan untuk pengklasifikasian

baik sebagai extraordinary item maupun penyesuain periode sebelumnya. APB No. 9

mewajibkan penyusun laporan keuangan untuk menentukan apakah pendapatan, beban,

keuntungan, dan kerugian secara tepat diklasifikasikan sebagai :

1. hal normal yang berulang-ulang,

2. kejadian luar biasa (extraordinary item),

3. penyesuaian terhadap periode sebelumnya sesuai dengan kriteria yang telah

ditetapkan.

Maka LABA BERSIH seharusnya menggambarkan seluruh pos keuntungan dan kerugian

yang diakui selama periode, dengan pengecualian penyesuaian terhadap periode

sebelumnya. Format laporan yang ditentukan memuat dua bentuk laba, yakni laba bersih

dari operasi dan laba bersih operasi ditambahextraordinary item. Hal ini memberikan

kemampuan bagi pengguna laporan keuangan untuk melakukan evaluasi hasil operasi

normal atau total laba setelah extraordinary item sesuai dengan kebutuhan mereka.

1. Income from Continuing Operations

Jumlah yang diperlihatkan untuk laba dari operasi berkelanjutan adalah pendapatan

dan beban normal perusahaan yang berulang-ulang. ANGKA LABA menggambarkan

jumlah yang dapat diperoleh kembali di masa depan. Bahkan sering merujuk pada laba

perusahaan yang dapat dipertahankan sebagai titik awal bagi investor untuk

memprediksi pendapatan masa depan.

99
2. Income from Nonrecurring Items

Ada tiga macam pendapatan tidak biasa yang mungkin diperoleh oleh sebuah

perusahaan yang harus diungkapkan, yakni : operasi yang dihentikan,extraordinary

item, dan perubahan prinsip akuntansi.

Discontinued Operations

Sebuah studi menyebutkan bahwa terjadi beberapa penyimpangan dalam pelaporan terkait

penerapan opini APB no.9 terkait penyajian hasil penjualan bagian aset sebagai

extraordinary namun memasukkan pendapatan dari bagian ini selama periode penjualan

sebagai laba biasa.

Maka APB No. 30 diterbitkan untuk menyimpulkan kriteria tambahan untuk

mengidentifikasi bagian bisnis yang akan dijual dengan mensyaratkan penyajian terpisah

atas :

(1) hasil operasi dari segmen yang dihentikan,

(2) keuntungan atau kerugian pada penjualan aset untuk segmen yang dihentikan termasuk

adanya keuntungan dan kerugian operasional selama periode penghentian.

Total keuntungan atau kerugian ditentukan dengan menjumlahkan semua keuntungan atau

kerugian pada penjualan bagian aset, dan keuntungan atau kerugian yang dihasilkan oleh

kegiatan penghapusan segmen selama masa penghapusan.

APB No.30 kemudian diamandemen dengan SFAS No. 144 tentang “Accounting for

Impairment or Disposal of Long-Lived Assets“. Untuk memenuhi syarat untuk

diperlakukan sebagai sebuah operasi yang dihentikan harus memenuhi beberapa kriteria,

yakni :

(1) Unit yang dihentikan harus dianggap sebagai sebuah “komponen” bisnis. Definisi

“komponen” didasarkan pada pengertian operasi dan arus kas yang dapat dibedakan.

100
“Komponen” ini dapat berupa segmen, bagian, divisi operasi, lini bisnis, anak

perusahaan, dan lain-lain, tergantung kegiatan bisnis dimana entitas beroperasi.

Sedangkan untuk mengasumsikan sebuah “komponen” sebagai kegiatan operasi

yang dihentikan harus memenuhi dua kriteria tambahan, yaitu :

(i) operasi dan arus kas dari komponen yang dihentikan harus dihilangkan dari hasil

transaksi operasional dan arus kas entitasnya,

(ii) entitas tidak boleh memiliki keterlibatan yang signifikan dalam operasi komponen

setelah penjualan berlangsung.

(2) Saat manajemen memutuskan untuk menjual suatu komponen, maka aktiva dan

kewajiban komponen diklasifikasikan “held for sale” di dalam balance sheet.

Kemudian, apabila penghentian komponen telah dilakukan, hasil dari operasi

komponen harus dilaporkan dalam income statement sebagai discontinued operations

dan dicantumkan tepat dibawah bagian income from continuing operations. Hasil ini

dilaporkan bersih setelah dikurangi pajak. Keuntungan atau kerugian penjualan

kemudian baru diungkapkan di catatan atas laporan keuangan (CaLK).

Extraordinary Items

APB No.9 mendefinisikan extraordinary item sebagai kejadian dan transaksi yang

mempunyai efek material yang tidak diharapkan sering terjadi dan tidak dianggap sebagai

faktor yang berulang-ulang dalam setiap evaluasi proses bisnis yang wajar.

APB kemudian membuat review di tahun 1973 tentang kegunaan definisiextraordinary

item yang ternyata mendapatkan kesimpulan bahwa pendapatan dan beban tidak

dikelompokkan dengan cara yang sama melalui spektrum bisnis perusahaan. Bisnis tidak

mengintepretasikan APB No. 9 dengan cara yang sama dan lebih banyak kriteria spesifik

yang dibutuhkan untuk menjamin intepretasi yang lebih seragam atas ketetapannya.

101
Maka diterbitkanlah APB No. 30 tentang “Reporting The Result of Operations” yang

mendefiniskan extraordinary item sebagai kejadian dan transaksi yang dibedakan oleh

sifat sebagai berikut :

(1) Unusual nature, kejadian atau transaksi harus memiliki tingkat ketidakwajaran yang

tinggi dan tidak berhubungan atau hanya secara kebetulan berhubungan dengan

aktivitas biasa.

Karena suatu perubahan filosofi, beberapa hal yang dulunya didefinisikan sebagai

extraordinary item dalam APB No.9 kini dikeluarkan dari APB No. 30 yakni :

- penurunan dan penghapusan piutang, persediaan, peralatan yang dileasing kepada

pihak lain, biaya penelitian dan pengembangan yang ditangguhkan, atau aset tidak

berwujud lainnya,

- keuntungan atau kerugian dari penjualan bagian bisnis,

- keuntungan atau kerugian lainnya dalam penjualan atau penghancuran properti

(kekayaan), pabrik, dan peralatan yang digunakan dalam bisnis,

- akibat pemogokan,

- penyesuaian kontrak jangka panjang akrual.

Hal ini menyebabkan jumlah pendapatan dan beban yang diijinkan untuk dilaporkan

sebagai extraordinary item berkurang signifikan.

(2) Infrequency of occurance, kejadian atau transaksi tersebut secara masuk akal

diperkirakan tidak akan terjadi lagi di masa yang akan datang.

Dalam APB No.9 pemisahan extraordinary item dari item lainnya dalam laporan laba

rugi tidak dipisahkan menurut item yang berulang dan tidak berulang. Item yang

jarang terjadi namun bukan tidak biasa diklasifikasikan sebagai laba non operasi dalam

kelompok keuntungan dan kerugian lainnya dalam income statement. Penelitian

mengindikasikan persyaratan ini sebagai sebuah inkonsistensi kecuali FASB

102
mewajibkan catatan kaki pengungkapan atas efek kejadian tidak teratur pada laba dan

pendapatan per lembar saham (EPS).

Perubahan Prinsip Akuntansi

Standar akuntansi atas kekonsistenan menyatakan bahwa transaksi yang sama seharusnya

dilaporkan dengan cara yang sama setiap tahun. Namun manajemen seharusnya memilih

perangkat praktik akuntansi yang paling tepat menyajikan sumber daya dan kinerja unit

pelaporan dan terus menggunakan praktik tersebut setiap tahunnya. Sehingga terkadang,

perusahaan dapat menjumpai bahwa pelaporan berkembang oleh perubahan metode atau

perubahan prosedur mungkin diperintahkan oleh FASB atau SEC.

Pertanyaan mendasar yang kemudian muncul adalah : haruskah laporan keuangan yang

telah diterbitkan sebelumnya diubah untuk menggambarkan metode atau prosedur yang

baru?

Dalam APB no. 20 tentang “Accounting Channges” mengindentifikasikan tiga jenis

perubahan akuntansi dan mendiskusikan penyiapan laporan keuangan. Bahkan dewan

merekomendasikan sebuah kelayakan penyajian retroaktif (bergaya membalik) atas ketiga

macam perubahan prinsip akuntansi dan errordi bawah ini.

(i) Perubahan dalam prinsip-prinsip akuntansi

Jenis perubahan ini terjadi jika suatu entitas mengadopsi GAAP yang berbeda dari

yang sebelumnya digunakan untuk tujuan pelaporan. Contohnya perubahan

penghitungan persediaan dari LIFO ke FIFO.

Jika prinsip akuntansi diubah, maka perusahaan menampilkan laporan keuangan

tahun-tahun sebelum perubahan dilakukan. Efek perubahan dikumulatifkan pada tahun

perubahan dilakukan dan ditampilkan diantara laba bersih dan extraordinary item.

103
SFAS No. 154 tentang “Accounting Changes and Error Corrections” mensyaratkan

aplikasi retrospective ke periode sebelumnya.

1. Aplikasi prinsip yang baru ke dalam periode akuntansi sebelumnya sebagaimana

jika perubahan prinsip diterapkan di periode-periode sebelumnya

2. Penyesuaian laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya untuk menunjukkan

perubahan entitas pelaporan

3. Revisi laporan keuangan yang diterbitkan sebelumnya untuk menunjukkan koreksi

atas kesalahan

(ii) Perubahan dalam estimasi akuntansi

Penyajian laporan keuangan mensyaratkan estimasi dari kejadian di masa depan dan

estimasi seperti itu adalah sasaran dilakukannya review berkala (akibat dari kebutuhan

penyajian periodok). Contohnya perubahan perkiraan umur aktiva yang dapat

didepresiasi atau estimasi kolektabilitas piutang.

Perubahan ini tidak membutuhkan penyesuaian terhadap laporan keuangan tahun-

tahun sebelumnya yang telah diterbitkan. Perubahan yang terjadi hanya berpengaruh

pada tahun terjadinya perubahan dan tahun-tahun berikutnya.

(iii) Perubahan entitas pelaporan

Perubahan jenis ini disebabkan oleh perubahan unit pelaporan yang mungkin

disebabkan oleh penggabungan usaha, perubahan spesifik anak perusahaan, atau

perubahan konsolidasi.

Perubahan dalam pelaporan harus diungkapkan secara retroaktif dengan menyatakan

kembali laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya dengan asumsi unit pelaporan baru

telah diterapkan di laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya. Penerbitan kembali

laporan laporan keuangan tahun sebelumnya bertujuan untuk membandingkan hasil

dari perubahan pelaporan keuangan yang baru dan yang lama. Selain itu, efek

104
perubahan pelaporan terhadap pendapatan operasi, laba bersih, dan laba per saham

terkait harus diungkapkan sebagai perbandingan.

(iv) Error

Kesalahan tidak dipandang sebagai suatu perubahan akuntansi, namun hasil dari

kesalahan perhitungan matematis dan penggunaan metode akuntansi yang salah. Error

didefinisikan sebagai prior period adjustment. Contoh erroradalah :

1. Perubahan praktek akuntansi yang awalnya tidak diterima menjadi diterima.

2. Kesalahan matematis, klerikal.

3. Kelalaian menambahkan atau menangguhkan pendapatan dan biaya di akhir periode

akuntansi.

4. Salah pengklasifikasian biaya dan beban.

Dalam SFAS No. 16, periode dimana error ditemukan, jenis kesalahan dan efeknya

terhadap pendapatan operasi, laba bersih dan laba per saham terkait harus

diungkapkan. Persyaratan ini merupakan perluasan logis dari perbaikan secara

retroaktif yang diperlukan untuk perubahan-perubahan akuntansi. Dengan

menyediakan perbaikan retroaktif, pengguna bisa mempredikasi dengan lebih baik

prestasi perusahaan seiring berjalannya waktu dengan tepat.

Terdapat error yang bersifat counterbalanced apabila error tidak ditemukan dalam dua

tahun. Error ini tidak memerlukan penyesuaian apabila ditemukan setelah dua tahun.

Apabila error tidak bersifat counterbalanced, maka penyesuaian harus diungkapkan.

105
MATERI VI
LAPORAN KEUANGAN ARUS KAS

Kompetensi Dasar

a. Mampu menjelaskan kegunaan laporan arus kas bagi para investor, kreditur, dan

pemakai lainnya

b. Mampu menjelaskan pengelompokan penerimaan dan pengeluaran dalam penyajian

arus kas

c. Mampu menjelaskan bentuk-bentuk penyajian laporan arus kas dan isi yang ada di

dalamnya

Tujuan Laporan Arus Kas

Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan

sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara

kas dan menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Dalam

proses pengambilan keputusan ekonomi, para pemakai perlu melakukan evaluasi terhadap

kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kepastian

perolehannya. Tujuan Pernyataan ini adalah memberi informasi historis mengenai

perubahan kas dan setara kas dari suatu perusahaan melalui laporan arus kas yang

mengklasifikasikan arus kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi maupun pendanaan

(financing) selama suatu periode akuntansi.

106
RUANG LINGKUP

Perusahaan harus menyusun laporan arus kas sesuai dengan persyaratan dalam Pernyataan

ini dan harus menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tak terpisahkan (integral)

dari laporan keuangan untuk setiap periode penyajian laporan keuangan.

Para pemakai laporan ingin mengetahui bagaimana perusahaan menghasilkan dan

menggunakan kas dan setara kas. Hal tersebut bersifat umum dan tidak tergantung pada

aktivitas perusahaan serta apakah kas dapat dipandang sebagai produk perusahaan, seperti

yang berlaku di lembaga keuangan. Pada dasarnya perusahaan memerlukan kas dengan

alasan yang sama meskipun terdapat perbedaan dalam aktivitas penghasil pendapatan

utama (revenue-producing activities). Perusahaan membutuhkan kas untuk melaksanakan

usaha, untuk melunasi kewajiban, dan untuk membagikan dividen kepada para investor.

Pernyataan ini mewajibkan semua perusahaan menyajikan laporan arus kas.

KEGUNAAN INFORMASI ARUS KAS

 Jika digunakan dalam kaitannya dengan laporan keuangan yang lain, laporan arus kas

dapat memberikan informasi yang memungkinkan para pemakai untuk mengevaluasi

perubahan dalam aktiva bersih perusahaan, struktur keuangan (termasuk likuiditas dan

solvabilitas) dan kemampuan untuk mempengaruhi jumlah serta waktu arus kas dalam

rangka adaptasi dengan perubahan keadaan dan peluang.

 Informasi arus kas berguna untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan

kas dan setara kas dan memungkinkan para pemakai mengembangkan model untuk

menilai dan membandingkan nilai sekarang dari arus kas masa depan (future cash

flows) dari berbagai perusahaan.

107
 Informasi tersebut juga meningkatkan daya banding pelaporan kinerja operasi berbagai

perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan akuntansi yang

berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama.

 Informasi arus kas historis sering digunakan sebagai indikator dari jumlah, waktu, dan

kepastian arus kas masa depan.

 informasi arus kas juga berguna untuk meneliti kecermatan dari taksiran arus kas masa

depan yang telah dibuat sebelumnya dan dalam menentukan hubungan antara

profitabilitas dan arus kas bersih serta dampak perubahan harga.

Beberapa istilah yang dipergunakan dalam laporan arus kas, masing-masing

didefinisikan sebagai berikut:

 Kas terdiri dari saldo kas (cash on hand) dan rekening giro.

 Setara kas (cash equivalent) adalah investasi yang sifatnya sangat likuid, berjangka

pendek dan yang dengan cepat dapat dijadikan kas dalam jumlah tertentu tanpa

menghadapi risiko perubahan nilai yang signifikan.

 Arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas atau setara kas.

 Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal

revenue- producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas

investasi dan aktivitas pendanaan .

 Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta

investasi lain yang tidak termasuk setara kas.

 Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam

jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan.

108
PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS

Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi

menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

Suatu transaksi tertentu dapat meliputi arus kas yang diklasifikasi ke dalam lebih dari satu

aktivitas. Sebagai contoh, jika pelunasan pinjaman bank meliputi pokok pinjaman dan

bunga, maka bunga merupakan unsur yang dapat diklasifikasikan sebagai aktivitas operasi

dan pokok pinjaman merupakan unsur yang diklasifikasikan sebagai aktivitas pendanaan.

Aktivitas Operasi

Jumlah arus kas yang berasal dari aktivitas operasi merupakan indikator yang menentukan

apakah dari operasinya perusahaan dapat menghasilkan arus kas yang cukup untuk

melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan

melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Arus kas

dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan

perusahaan. Oleh karena itu, arus kas tersebut pada umumnya berasal dari transaksi dan

peristiwa lain yang mempengaruhi penetapan laba atau rugi bersih.

Beberapa contoh arus kas dari aktivitas operasi adalah:

 penerimaan kas dari penjualan barang dan jasa;

 penerimaan kas dari royalti, fees, komisi dan pendapatan lain;

 pembayaran kas kepada pemasok barang dan jasa;

 pembayaran kas kepada karyawan;

 penerimaan dan pembayaran kas oleh perusahaan asuransi sehubungan dengan premi,

klaim, anuitas dan manfaat asuransi lainnya;

 pembayaran kas atau penerimaan kembali (restitusi) pajak penghasilan kecuali jika

dapat diidentifikasikan secara khusus sebagai bagian dari aktivitas pendanaan dan

investasi;

109
 penerimaan dan pembayaran kas dari kontrak yang diadakan untuk tujuan transaksi

usaha dan perdagangan.

Perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah

satu dari metode berikut ini:

a) metode langsung: dengan metode ini kelompok utama dari penerimaan kas bruto dan

pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau

b) metode tidak langsung: dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan

mengoreksi pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dari

penerimaan atau pembayaran kas untuk operasi di masa lalu dan masa depan, dan unsur

penghasilan atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan .

Aktivitas Investasi

Pengungkapan terpisah arus kas yang berasal dari aktivitas investasi perlu dilakukan sebab

arus kas tersebut mencerminkan penerimaan dan pengeluaran kas sehubungan dengan

sumber daya yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan dan arus kas masa depan.

Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas investasi adalah:

 pembayaran kas untuk membeli aktiva tetap, aktiva tak berwujud, dan aktiva jangka

panjang lain, termasuk biaya pengembangan yang dikapitalisasi dan aktiva tetap yang

dibangun sendiri;

 penerimaan kas dari penjualan tanah, bangunan dan peralatan, aktiva tak berwujud dan

aktiva jangka panjang lain;

 perolehan saham atau instrumen keuangan perusahaan lain.

 uang muka dan pinjaman yang diberikan kepada pihak lain serta pelunasannya (kecuali

yang dilakukan oleh lembaga keuangan) .

 pembayaran kas sehubungan dengan futures contracts, forward contracts, option

contracts dan swap contracts kecuali apabila kontrak tersebut dilakukan untuk tujuan

110
perdagangan (dealing or trading), atau apabila pembayaran tersebut diklasifikasikan

sebagai aktivitas pendanaan;

Perusahaan dianjurkan untuk melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan

menggunakan metode langsung. Metode ini menghasilkan informasi yang berguna

dalam mengestimasi arus kas masa depan yang tidak dapat dihasilkan dengan metode

tidak langsung.

Dengan metode langsung, informasi mengenai kelompok utama penerimaan kas bruto dan

pengeluaran kas bruto dapat diperoleh baik:

1. dari catatan akuntansi perusahaan; atau

2. dengan menyesuaikan penjualan, beban pokok penjualan dan pos-pos lain dalam

laporan laba rugi untuk:

 perubahan persediaan, piutang usaha, dan hutang usaha selama periode berjalan;

 pos bukan kas lainnya; dan

 pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasidan pendanaan.

Dalam metode tidak langsung, arus kas bersih dari aktivitas operasi ditentukan dengan

menyesuaikan laba atau rugi bersih dari pengaruh:

a) perubahan persediaan dan piutang usaha serta hutang usaha selama periode berjalan;

b) pos bukan kas seperti penyusutan, penyisihan, pajak ditangguhkan, keuntungan dan

kerugian valuta asing yang belum direalisasi, laba perusahaan asosiasi yang belum

dibagikan dan hak minoritas dalam laba/rugi konsolidasi; dan

c) semua pos lain yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan. Sebagai

alternatif, berdasarkan arus kas bersih dari aktivitas operasi dapat dilaporkan (tidak

langsung) dengan menyajikan pendapatan dan beban yang diungkapkan dalam laporan

laba rugi serta perubahan dalam persediaan, piutang usaha dan hutang usaha selama

periode.

111
Aktivitas Pendanaan

Pengungkapan terpisah arus kas yang timbul dari aktivitas pendanaan perlu dilakukan

sebab berguna untuk memprediksi klaim terhadap arus kas masa depan oleh para pemasok

modal perusahaan.

Beberapa contoh arus kas yang berasal dari aktivitas pendanaan adalah:

 penerimaan kas dari emisi saham atau instrumen modal lainnya

 pembayaran kas kepada para pemegang saham untuk menarik atau menebus saham

perusahaan

 penerimaan kas dari emisi obligasi, pinjaman, wesel, hipotik dan pinjaman lainnya

o pelunasan pinjaman

 pembayaran kas oleh penyewa guna usaha (lessee) untuk mengurangi saldo

kewajiban yang berkaitan dengan sewa guna usaha pembiayaan (finance lease).

PENYAJIAN LAPORAN ARUS KAS

Laporan arus kas harus melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasi

menurut aktivitas operasi, investasi dan pendanaan.

Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas operasi

Perusahaan harus melaporkan arus kas dari aktivitas operasi dengan menggunakan salah

satu dari metode berikut ini: (a) metode langsung: dengan metode ini kelompok utama dari

penerimaan kas bruto dan pengeluaran kas bruto diungkapkan; atau (b) metode tidak

langsung: dengan metode ini laba atau rugi bersih disesuaikan dengan mengoreksi

pengaruh dari transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dari penerimaan

atau pembayaran kas untuk operasi dimasa lalu dan masa depanf dan unsur penghasilan

atau beban yang berkaitan dengan arus kas investasi atau pendanaan.

112
Pelaporan Arus Kas dari Aktivitas Investasi dan Pendanaan

Perusahaan harus melaporkan secara terpisah kelompok utama penerimaan kas bruto dan

pengeluaran kas bruto yang berasal dari aktivitas investasi dan pendanaan,

Pelaporan Arus Kas atas Dasar Arus Kas Bersih

Arus kas yang berasal dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan berikut ini dapat

disajikan menurut arus kas bersih: (a) penerimaan dan pengeluaran kas untuk kepentingan

para pelanggan apabila arus kas tersebut lebih mencerminkan aktivitas pelanggan daripada

aktivitas perusahaan; dan (b) penerimaan dan pengeluaran kas untuk pos-pos dengan

perputaran cepat, dengan volume transaksi yang besar, dan dengan jangka waktu singkat

(maturity short).

Arus kas yang berasal dari aktivitas suatu lembaga keuangan berikut ini dapat dilaporkan

dengan dasar arus kas bersih:

 penerimaan dan pembayaran kas sehubungan dengan deposito berjangka waktu

tetap;

 penempatan dan penarikan deposit pada lembaga keuangan lainnya; dan

 pemberian dan pelunasan kredit.

Arus Kas dalam Valuta Uang Asing

Arus kas yang berasal dari transaksi dalam valuta asing harus dibukukan dalam mata uang

yang digunakan dalam pelaporan keuangan dengan menjabarkan jumlah mata uang asing

tersebut menurut kurs pada tanggal transaksi arus kas. Arus kas anak perusahaan di luar

negeri dijabarkan berdasarkan kurs transaksi pada tanggal arus kas.

113
Pos Luar Biasa

Arus kas sehubungan dengan pos luar biasa harus diklasifikasi sebagai aktivitas operasi,

investasi dan pendanaan sesuai dengan sifat transaksinya dan diungkapkan secara terpisah.

Bunga dan Dividen

Arus kas dari bunga dan dividen yang diterima dan dibayarkan, masing-masing harus

diungkapkan tersendiri. Masing-masing harus diklasifikasi secara konsisten antar periode

sebagai aktivitas operasi, investasi atau pendanaan.

Pajak Penghasilan

Arus kas yang berkaitan dengan pajak penghasilan harus diungkapkan tersendiri dan

diklasifikasi sebagai arus kas aktivitas operasi kecuali jika secara spesifik dapat

diidentifikasikan sebagai aktivitas pendanaan dan investasi.

Perolehan dan Pelepasan (Disposal) Anak perusahaan dan Unit Bisnis lainnya

Keseluruhan arus kas yang berasal dari perolehan dan pelepasan anak perusahaan atau unit

bisnis lainnya harus diungkapkan secara terpisah dan diklasifikasi sebagai aktivitas

investasi.

Perusahaan harus mengungkapkan hal-hal berikut secara keseluruhan, sehubungan dengan

perolehan dan pelepasan anak perusahaan dan unit bisnis lainnya selama satu periode: (a)

jumlah harga perolehan atau pelepasan; (b) bagian nilai perolehan atau pelepasan yang

dibayarkan dengan kas dan setara kas. (c) jumlah kas dan setara kas pada anak perusahaan

atau unit bisnis yang diperoleh atau dilepaskan; dan (d) jumlah aktiva dan kewajiban

selain kas atau setara kas pada anak perusahaan atau unit bisnis yang diperoleh atau

dilepaskan, diikhtisarkan berdasarkan kategori utamanya.

114
Transaksi bukan Kas

Transaksi investasi dan pendanaan yang tidak memerlukan penggunaan kas atau setara kas

harus dikeluarkan dari laporan arus kas. Transaksi semacam itu harus diungkapkan

sedemikian rupa pada catatan atas laporan keuangan sehingga dapat memberikan semua

informasi yang relevan mengenai aktivitas investasi dan pendanaan tersebut.

CONTOH LAPORAN ARUS KAS

Wiloyo Service Laporan Arus Kas


Untuk Tahun yang Berakhir 31 Desember 2009
Arus kas dari aktivitas operasi
Kas yang diterima dari pelanggan Rp. 7.500.000
Dikurangi :
pembayaran kas untuk beban dan Rp. 4.600.000
pembayaran kepada kreditor
Arus kas dari aktivitas operasi Rp. 2.900.000
Arus kas dari aktivitas investasi
Pembayaran kas untuk pembelian tanah (Rp.20.000.000)
Arus kas dari aktivitas pendanaan
Kas yang diterima sebagai investasi Rp.25.000.000
pemilik
Dikurangi : penarikan kas oleh pemilik Rp. 2.000.000
Arus kas bersih dari aktivitas pendanaan Rp. 23.000.000
Saldo kas pada 31 Desember 2009

115
MATERI VII
KONSEP AKTIVA

Kompetensi Dasar

a. Mampu menjelaskan tentang konsep, karakteristik, dan pengukuran serta pengakuan

aktiva berujud

b. Mampu menjelaskan tentang konsep, karakteristik, dan pengukuran serta pengakuan

aktiva tidak berujud

KARAKTERISTIK AKTIVA

Karakteristik aktiva berkaitan dengan kriteria yang dapat digunakan untuk menentukan

apakah transaksi tertentu diakui sebagai elemen aktiva dalam laporan keuangan.

Karakteristik tersebut berhubungan dengan definisi aktiva.

Karakteristik umum aktiva sebagai berikut :

1. Adanya karakteristik manfaat dimasa mendatang

2. Adanya pengorbanan ekonomi untuk memperoleh aktiva

3. Berkaitan dengan entitas tertentu

4. Menunjukkan proses akuntansi

5. Berkaitan dengan dimensi waktu

6. Berkaitan dengan karakteristik keterukuran

FASB mendefinisikan aktiva adalah manfaat ekonomi yang mungkin terjadi dimasa

mendatang yang diperoleh atau dikendalikan oleh suatu entitas tertentu sebagai akibat

116
transaksi atau peristiwa masa lalu. Dari definisi diatas dapat diketahui bahwa definisi

aktiva memiliki 3 karakteristik utama:

1. Memiliki Manfaat Ekonomi Dimasa Mendatang

Sesuatu dikatakan sebagai aktiva apabila memiliki manfaat atau potensi jasa yang

cukup pasti dimasa mendatang.Artinya sesuatu tersebut memiliki kemampuan baik

secara individu maupun bersama-sama dengan aktiva lain untuk menghasilkan aliran

kas masuk dimasa mendatang, baik secara langsung maupun tidak langsung.

SFAC No 6 menyebutkan bahwa manfaat ekonomi merupakan esensi sebenarnya dari

aktiva. Artinya aktiva harus memiliki kemampuan bagi suatu entitas untuk ditukar

dengan sesuatu yang lain yang memiliki nilai, atau digunakan untuk menghasilkan

sesuatu yang bernilai atau digunakan untuk melunasi hutang.Jadi manfaat ekonomi

masa mendatang yang melekat pada aktiva merupakan potensi dari aktiva tersebut

untuk memberikan sumbangan, baik langsung maupun tidak langsung, arus kas dan

setara kas kepada perusahaan.

Manfaat ekonomi masa mendatang dapat juga berhubungan dengan sumber-sumber

ekonomi. Ada dua karakteristik utama yang dapat digunakan untuk menunjukkan

sumber-sumber ekonomi yaitu kelangkaan dan kemanfaatan. APB dalam statement No

4 memberikan contoh sumber ekonomi perusahaan sebagai berikut:

a. Sumber-sumber ekonomi yang produktif

1. Bahan baku, tanah, peralatan, paten, dan sumber-sumber lain yang digunakan

dalam produksi.

2. Hak kontrak untuk menggunakan sumber-sumber ekonomi milik unit usaha lain

seperti hak guna bangunan dsb.

b. Produk yaitu barang yang siap untuk dijual/ barang yang masih dalam proses

produksi.

117
c. Uang

d. Klaim untuk menerima uang

e. Hak pemilikan pada perusahaan lain

2. Dikuasai Oleh Suatu Unit Usaha

Sesuatu dapat dikatakan sebagai aktiva bila unit usaha tertentu dapat menggunakan

manfaat aktiva tersebut dan menguasainya sehingga dapat mengendalikan akses pihak

lain terhadap aktiva tersebut. Jadi penguasaan terhadap suatu manfaat merupakan

faktor yang sangat penting agar suatuunit usaha dapat menghalangi akses pihak lain

terhadap pemakaian aktiva. Penguasaan dan pengendalian terhadap suatu aktiva dapat

diperoleh suatu unit usaha melalui pembelian, pemberian, penemuan, perjanjian,

produksi, penjualan, dan pertukaran.

Perlu diperhatikan bahwa pemilikan bukan merupakan kriteria utama untuk mengakui

suatu aktiva. Pemilikan umumnya dibuktikan dengan dokumen-dokumen yang sah

menurut hukum terhadap suatu barang. Hal ini disebabkan akuntansi tidak

memusatkan pada masalah hukum. Akuntansi lebih memusatkan pada substansi

ekonomi suatu transaksi yang mempengaruhi posisi keuangan/ hasil usaha suatu

perusahaan. Pemilikan hanya merupakan karakteristik pendukung untuk mengakui

aktiva karena ada hak yuridis yang pasti untuk menguasainya. Bentuk fisik bukan

faktor penentu dari aktiva.

3. Hasil Dari Transaksi Masa Lalu

Suatu unit usaha dapat mengakui suatu aktiva apabila telah terjadi transaksi atau

peristiwa lain yang menyebabkan suatu entitas memiliki hak atau pengendalian

terhadap manfaat dari aktiva tersebut. Meskipun definisi FASB tersebut dapat

diterima secara umum, banyak kritik yang ditujukan. Hal ini disebabkan dalam

definisinya, FASB mengabaikan faktor exchangeability.

118
Mac Neal mengatakan bahwa suatu barang kehilangan faktor exchangeability berarti

kehilangan nilai ekonomi karena pembelian atau penjualannya tidak memungkinkan

untuk dilakukan sehingga tidak ada nilai pasar yang melekat padabarang tersebut.

Meskipun demikian, FASB menolak ise tersebut karena pada dasarnya manfaat

darisuatu aktiva tidak terbatas pada unsur dapat saling dipertukarkan.

2. KONSEP PENILAIAN

Konsep penilaian berkaitan dengan masalah penentuan makna yang ingin disampaikan

pada pemakai laporan terhadap aktiva yang bersangkutan. Konsep penilaian harus

didasarkan pada nilai pertukaran atau konversi.

A. TUJUAN

Adapun tujuan pengukuran atau penilaian aktiva adalah sebagai berikut :

a) Sebagai salah satu langkah dalam penentuan laba.

b) Sebagai salah satu langkah dalam proses penyajian posisi keuangan.

c) Memenuhi kebutuhan informasi yang ingin dicapai dalam pelaporan keuangan.

d) Memenuhi kebutuhan informasi khusus yang memerlukan penilaian untuk

kepentingan manajemen.

B. DASAR PENILAIAN

Penilaian aktiva berkaitan dengan penentuan nilai pertukaran dari aktiva tersebut.

Hendriksen (1982) menyebutkan bahwa ada dua jenis nilai pertukaran yang dapat

digunakan yaitu nilai keluaran (output values) dan nilai masukan (input values).

1) Nilai Keluaran

Nilai keluaran didasarkan padajumlah kas atau non kas yang diterima suatu

unit usaha bila suatu aktiva atau potensi jasa akhirnya keluar dari unit tersebut

119
karena suatu pertukaran. Apabila nilai tersebut tidak relevan, ada dasar lain

yang dapat digunakan yaitu :

a. Discounted future cash receipts or service potential

Adalah nilai sekarang kas masa yang akan diterima perusahaan seandainya

aktiva tersebut dijual.

b. Harga keluaran sekarang (Current output price)

Apabila produk perusahaan umumnya dijual di pasar yang terorganisis,

harga pasar sekarang merupakan dasar yang rasional untuk menilai

besarnya harga jual di masa mendatang.

c. Nilai setara kas sekarang ( Current cash Equivalent ).

Nilai setara kas sekarang menunjukkan jumlah kas atau daya beli umum

yang dapat diperoleh dengan menjual setiap aktiva berdasarkan keadaan

perusahaan normal.

d. Nilai Likuidasi (Liquidation value).

Nilai likuidasi sama dengan harga jual sekarang atau nilai setara kas

sekarang, dengan perbedaan bahwa nilai keluarannya diperoleh dari kondisi

pasar yang berbeda.

2) Nilai Masukan

Dalam menilai aktiva, nilai masukan sering dianggap lebih tepat daripada nilai

keluaran karena nilai tersebut lebih dapat diuji kebenarannya atau nilai tersebut

tidak memungkinkan dilakukannya pelaporanpendapatan sebelumpendapatan

benar-benar terealisasi. Dasar yang dapat digunakan untuk nilai masukan

adalah sebagai berikut :

a. Cost histories

Cost merupakan harga pertukaran barang dan jasa pada saat terjadinya.

120
b. Cost masukan terkini (Current input cost)

Menunjukkan harga pertukaran yang harus dikorbankan pada saat sekarang

untuk memperoleh aktiva yang sejenis dalam kondisi yang sama.

c. Discounted future cost

Menunjukkan nilai sekarang pengorbanan ekonomi di masa mendatang

seandainya potensi jasa tertentu diperoleh sekaligus pada saat sekarang.

d. Standart cost

Menunjukkan cost sekarang dalam kondisi perusahaan beroperasi pada

tingkat efisiensi dan kapasitas produksi normal.

3. PENGAKUAN AKTIVA

Penentuan definisi aktiva merupakan langkah pertama dalam proses identifikasi suatu

aktiva. Apabila jumlah rupiah tertentu akan mempengaruhi posisi keuangan/hasil

usaha dan akan tampak dalam neraca.

FASB(1984) menyatakan pengakuan suatu pos didasarkan pada 4 kriteria, sbb :

1. Definisi

Suatu pos akan masuk dalam struktur akuntansi apabila memenuhi definisi elemen

laporan keuangan.

2. Keterukuran

Suatu pos harus memiliki makna tertentu yang relevan dan dapat diukur jumlahnya

dengan reliabilitas yang tinggi.

3. Relevansi

Informasi yang terdapat (terkandung) dalam pos tersebut memiliki kemampuan

untuk membuat suatu perbedaan dalam keputusan yang diambil pemakai laporan

keuangan.

121
4. Reliabilitas

Informasi yang dihasilkan harus sesuai dengan keadaan yang digambarkan atau

direpresentasikan, dapat diuji kebenarannya dan netral. Dalam praktik ada

beberapa pos yang memenuhi kriteria definisi tapi tidak dicatat dalam stuktur

akuntansi.penerapan definisi dalam dunia nyata melibatkan sejumlah kondisi yang

dinamakan aturan pengakuan(recognized rules).

Beberapa aturan secara informal diwujudkan dalam bentuk konvensi atau hal lain

yang secara formal dirancang oleh badan yang berwenang. Contoh aturan menurut

konvensi adalah piutang dagang dicatat bila penjualan kredit dilakukan dan

peralatan dicatat saat pembelian. Contoh aturan yang didasarkan pada keputusan

badan berwenang adalah capital lease.Dalam SFAS No.13 “accounting for lease”

disebutkan bahwa kapitalisasi lease (sewa gung usaha) hanya dilakukan bila salah

satu/lebih kriteria ini dipenuhi:

a) Adanya transfer hak milik kepada pembeli (lessee)

b) Kontrak menyebutkan adanya hak boleh pilih untuk membeli dengan syarat

yang menguntungkan pembeli

c) Jangka waktu leasing 75% atau lebih dari sisa taksiran umur ekonomi pada saat

kontrak ditandatangani

d) Nilai sekarang dari pembayaran sewa minimum sama dengan 90% dari nilai

pasar yang wajar dari aktiva yang disewa terhitung sejak kontrak dimulai.

Praktik menunjukkan banyak aturan yang digunakan untuk mengidentifikasi aktiva

tertentu. Aturan pengakuan menunjukkan aturan khusus yang digunakan untuk

mengidentifikasi aktiva tertentu. Sedang kriteria pengakuan merupakan pedoman

umum yang digunakan untuk memformulasikan aturan pengakuan. Tujuan

122
akuntansi adalah memberikan dasar bagi kriteria pengakuan, yaitu menyediakan

informasi yang relevan dan reliable. Kam (1992) memberikan beberapa kriteria

yaitu:

 Didasarkan pada hukum

 Pemakaian prisip koservatif

 Makna /substansi ekonomi suatu transaksi

 Kemampuan mengukur nilai aktiva

4. MASALAH-MASALAH KHUSUS

A. BEBAN TANGGUHAN

Beban tangguhan sering menjadi masalah dalam penentuan jenis aktiva. Masalah

tersebut adalah; apakah beban tangguhan dapat digolongkan sebagai aktiva? Jenis

beban tangguhan yang mana yang dapat digolongkan sebagai aktiva? Beban

tangguhan tidak hanya menyangkut cost dalam bentuk fisik tetapi termasuk juga

cost jasa dalam bentuk lain selama memenuhi kriteria sebagai beban tangguhan.

Kriteria umum yang dapat dijadikan dasar untuk menentukan beban tangguhan

adalah:

a) Apakah cost jasa tersebut merupakan pengeluaran pengeluaran yang sah dan

wajar?

b) Apakah cost jasa tersebut merupakan suatu faktor yang manfaatnya dimasa

mendatang dapat diantisipasi dengan mudah?

c) Apakah cost tersebut merupakan jenis pengeluaran yang terjadi berulang-ulang

setiap periode?

Ukuran manfaat tidak hanya didasarkan pada kemampuan untuk menambah

volume produk tapi lebih ditekankan pada manfaat yang berhubungan dengan

123
kegiatan operasi perusahaan dimasa mendatang secara keseluruhan. Dalam

praktek, beberapa pos yang sebenarnya berbeda sifat sering dikelompokkan dalam

neraca dengan satu judul yaitu “beban tangguhan”. Misalnya:biaya dibayar

dimuka,cost pendirian perusahaan, cost penelitian dan pengembangan, dan

diskonto surat berharga. Walaupun itu sebenarnya kurang tepat.

B. KAPITALISASI BUNGA

Ada beberapa perlakuan akuntansi bunga :

1. Bunga tidak dikapitalisasi

2. Bunga dikapitalisasi dan dimasukkan sebagai eleman cost fasilitas fisik yang

dibangun sendiri

3. Bunga dikapitalisasi tetapi tidak dimasukkan sebagai elemen cost fasilitas fisik

yang dibangun

Dalam kondisi tertentu mungkin saja tidak perlu dilakukan kapitalisasi apabila

memang manfaatnya kecil. Bunga hanya dapat dikapitalisasi untukaktiva yang

memenuhi syarat tertentu. Ada beberapa pedoman yang diatur dalam standar

akuntansi yaitu :

1. Aktiva yang memenuhi syarat

Kapitalisasi bunga dapat dilakukan untuk aktiva berikut :

a. Aktiva yang dibangun/diproduksi untuk digunakan sendiri oleh perusahaan.

b. Aktiva yang dibangun/diproduksi dengan tujuan untuk dijual sebagai

unit/proyek yang berdiri sendiri.

Aktiva yang tidak dapat dijadikan objek kapitalisasi yaitu:

124
a. Aktiva yang bersangkutan sudah siap digunakan sesuai dengan tujuan

pembangunan atau sedang digunakan dalam kegiatan menghasilkan

pendapatan

b. Aktiva yang bersangkutan belum digunakan untuk tujuan menghasilkan

pendapatan dan juga tidak sedang mengalami penyelesaian/perbaikan atau

aktivitas lain yang diperlukan untuk menjadikan aktiva tersebut siap

digunakan lagi dalam operasi.

2. Besarnya Kapitalisasi

Besarnya bunga yang dikapitalisasi secara teoritis adalah tambahan bunga yang

diperkirakan terjadi selama satu periode akibat adanya konstruksi. Besarnya

tarif kapitalisasi ditentukan sebagai berikut :

a. Apabila dana rata-rata yang tertanam dalam konstruksi tidak melebihi dana

pinjaman, maka tarif yang digunakan adalah tingkat bunga pinjaman untuk

konstruksi tersebut.

b. Apabila dana rata-rata yang tertanam dalam konstruksi melebihi besarnya

dana pinjaman untuk konstruksi tersebut, maka tarif kapitalisasi untuk

kelebihan dana yang tertanam tersebut adalah rata-rata tertimbang dari

tingkat bunga sumber dana lainnya.

3. Periode Kapitalisasi

Kapitalisasi bunga dapat terus dilakukan setiap periode selama ketiga syarat

berikut dipenuhi :

a. Uang muka untuk konstruksi telah dibayar

b. Kegiatan konstruksi tetap berlangsung dan tidak berhenti cukup lama

selama periode bersangkutan

125
c. Cost bunga telah terhimpun atau terjadi bersamaan dengan berjalannya

pembangunan konstruksi

d. Penyajian dan pengungkapan

Hal yang perlu diungkapkan sebagai penjelasan dalam laporan keuangan :

• Total bunga yang terjadi selama periode

• Bagian dari total bunga yang dikapitalisasi

• Total bunga yang dibebankan ke periode bersangkutan kalau selama periode

tersebut tidak ada bagian bunga yang dikapitalisasi

C. PENGELUARAN KAPITAL/UNTUK AKTIVA (CAPITAL EXPENDITURE)

Capital Expenditure adalah pengorbanan sumber ekonomik yang berkaitan dengan

objek jasa (fasilitas fisik) baik saat diperoleh maupun saat digunakan dalam

operasi. Aturan umum yang digunakan untuk menentukan pengorbanan ekonomi

sebagai pengeluaran capital:

1. Untuk aktiva non moneter yang baru diperoleh/dibeli, suatu pengeluaran akan

dikapitalisasi jika pengeluaran tersebut dimaksudkan untuk memperoleh aktiva

sampai aktiva yang bersangkutan siap digunakan untuk operasi perusahaan.

2. Untuk aktiva yang telah dipakai (aktiva lama), pengeluaran akan dikapitalisasi

bila memenuhi syarat berikut:

• Menambah kapasitas produksi aktiva yang bersangkutan

• Menambah umur ekonomi

• Menambah nilai aktiva

126
D. AKTIVA DONASI /SUMBANGAN

Masalah khusus lainnya yang sering timbul adalah apabila perusahaan memperoleh

suatu aktiva tanpa harus mengeluarkan /mengorbankan sumber ekonomi. Aktiva

yang berasal dari sumbangan memiliki manfaat untuk menghasilkan pendapatan,

maka aktiva tersebut harus ditentukan nilai wajarnya. Pengukuran semacam ini

dimaksudkan untuk menentukan secara tepat kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba.

E. TRANSAKSI AKTIVA NON MONETER

Masalah lain timbul apabila pengorbanan ekonomi untuk memperoleh suatu aktiva

bukan berupa kas tetapi berbentuk aktiva non moneter.

127
MATERI VIII
KONSEP HUTANG DAN EKUITAS

Kompetensi Dasar

a. Mampu menjelaskan tentang konsep hutang, karakteristik hutang pengukuran dan

pengakuan hutang

b. Mampu menjelaskan tentang konsep ekuitas

Kepemilikan dan teori entitas

Dua teori yang telah diusulkan untuk memahami akuntansi, teori yaitu proprietary

dan teori entitas.

Teori Kepemilikan

Kepemilikan merupakan kekayaan bersih bisnis dan dapat direpresentasikan dalam

persamaan akuntansi:

P = A-L

Dimana kepemilikan (atau ekuitas pemilik) adalah sama dengan aset kurang kewajiban. P

merupakan kekayaan bersih pemilik bisnis. Sprague :

Neraca kepemilikan adalah menjumlahkan pada beberapa waktu tertentu dari

semua elemen yang merupakan kekayaan beberapa orang atau kumpulan orang-

orang .....

Seluruh tujuan dari perjuangan usaha adalah peningkatan kekayaan, yaitu,

peningkatan kepemilikan.

 Aset milik pemilik dan kewajiban adalah kewajiban pemilik.

128
 tujuan akuntansi adalah untuk menentukan nilai bersih pemiliknya. Pendapatan

dan beban piutang adalah anak rekening P, yang untuk sementara waktu

memisahkan untuk tujuan menentukan laba pemilik.

 Pendapatan adalah peningkatan kepemilikan, beban adalah penurunan

kepemilikan. Vatter menjelaskan :

Teori double entry didasarkan pada gagasan bahwa beban dan

pendapatan piutang memiliki karakteristik aljabar sama seperti kekayaan

bersih, yaitu rekening cenderung meningkatkan kekayaan bersih

meningkat sebesar kredit, account cenderung menurunkan kekayaan

bersih ditangani dalam urutan terbalik.

Dengan demikian, perubahan kekayaan bersih berasal dari kegiatan menghasilkan

pendapatan serta perubahan nilai aset. Misalnya, nilai intrinsik dari surat kabar masthead

dapat meningkatkan nilai dan bisa menarik premi yang signifikan untuk pemilik jika

menyadari (dijual). Dalam kasus tersebut, argumen adalah bahwa peningkatan kekayaan

bersih pemilik harus diakui, meskipun perubahan kekayaan nasional sampai waktu seperti

surat kabar sebenarnya dijual kepada pihak ketiga. Masalah akuntansi adalah mengukur

perubahan nilai nasional.

Untuk sebagian besar, praktik akuntansi ini didasarkan pada teori berpemilik.

Dividen dianggap sebagai pembagian keuntungan daripada beban karena mereka adalah

pembayaran kepada pemilik. Di sisi lain, bunga atas utang dan pajak penghasilan dianggap

beban karena mereka mengurangi kekayaan pemilik.

Sebuah modal finansial daripada modal fisik pandangan adalah wajar teori

kepemilikan. Yang pertama menekankan investasi keuangan pemilik, sedangkan yang

terakhir berfokus pada kemampuan perusahaan untuk mempertahankan operasi fisik tanpa

129
mempedulikan klaim kepemilikan. Pandangan eksklusif tidak melihat perbedaan antara

aset pemilik dan aset entitas. Oleh karena itu, semua laba entitas didistribusikan kepada

pemilik perusahaan. Jika entitas memerlukan sumber daya tambahan. Modal merupakan

kas diinvestasikan oleh pemilik ditambah keuntungan yang diinvestasikan kembali oleh

berikut tegangan kembali dalam bisnis. Kebanyakan orang mengadopsi pandangan

keuangan modal dan juga posisi yang diambil dalam praktek akuntansi konvensional

tradisional.

Akuntabilitas untuk pemilik adalah fungsi penting bagi sebuah perusahaan besar

karena kesenjangan antara manajemen dan pemegang saham. Untuk perusahaan kecil,

pemilik menyadari status keuangan usaha sehingga gagasan akuntabilitas atau

kepengurusan tidak seperti miningful. Dalam contast, kontak pemegang saham dengan

urusan yang dilaporkan kepada mereka oleh manajemen.

Teori entitas

Teori entitas dirumuskan sebagai tanggapan terhadap kekurangan pandangan

eksklusif mengenai status hukum yang terpisah dari perusahaan. Teori ini dimulai dengan

fakta bahwa perusahaan merupakan entitas yang terpisah dengan identitasnya sendiri.

Teori melampaui asumsi entitas akuntansi tentang pemisahan urusan bisnis dan pribadi.

Martin Menguraikan dua asumsi terkait terkandung dalam pengertian entitas akuntansi :

• Pemisahan, untuk tujuan akuntansi, perusahaan dipisahkan dari pemiliknya.

• Sudut pandang, prosedur akuntansi dilakukan dari sudut pandang entitas.

Meskipun teori entitas sangat cocok untuk pendukung akuntansi perusahaan percaya

130
bahwa hal itu dapat diterapkan untuk kepemilikan, kemitraan dan bahkan bukan untuk

organisasi nirlaba, yang menyediakan :

 Laporan keuangan dan transaksi diklasifikasikan dan menganalisis dari sudut

pandang entitas sebagai unit operasi dan,

 Prinsip dan prosedur Akuntansi tidak diformulasikan dalam bentuk suatu

kepentingan tunggal, seperti kepemilikan.

Paton menyatakan, untuk setiap perusahaan bisnis : Ini adalah bisnis yang keuangan

sejarah pemegang buku dan akuntan mencoba untuk merekam dan menganalisa, buku dan

rekening adalah catatan bisnis; laporan periodik untuk operasional dan kondisi keuangan

adalah laporan bisnis.

Ketika sebuah perspektif entitas diambil, tujuan akuntansi dapat kepengurusan atau

akuntabilitas. Versi tradisional dari teori entitas adalah bahwa perusahaan bisnis

beroperasi untuk kepentingan equityholders, mereka yang menyediakan dana untuk

entitas. Entitas karena itu harus melaporkan kepada equityholders status dan konsekuensi

dari investasi mereka.

Dalam teori entitas, fokus dari persamaan akuntansi aktiva dan ekuitas. senilai Bersih

pemilik bukanlah konsep yang bermakna, karena entitas adalah pusat perhatian. Pemilik

dan kreditur dipandang hanya sebagai equityholders, penyedia dana. Persamaan akuntansi

demikian.

Aktiva = ekuitas

Neraca menunjukkan aset entitas, yang mengacu Paton sebagai mewakili

pernyataan langsung dari nilai entitas dan ekuitas, yang disebutnya sebuah ekspresi tidak

langsung dari total yang sama. Aset milik perusahaan dan kewajiban kewajiban

perusahaan, bukan pemilik. Telah berpendapat bahwa karena jumlah yang diinvestasikan

131
oleh equityholders harus dicatat, tujuan ini secara logis mengarah ke penggunaan biaya

historis untuk aktiva non moneter, karena total pada sisi kanan dari laporan posisi

keuangan harus sama dengan total kiri. Setelah menerima dana yang diberikan oleh

equityholders, perusahaan menginvestasikan dana dalam aset. Untuk aset non moneter, ini

adalah harga beli.

Aset dan beban pada dasarnya sama di alam mereka menyediakan jasa. Ini

hanyalah sebuah pertanyaan apakah jasa digunakan atau tetap untuk penggunaan masa

depan. Karakteristik dasar dari pendapatan adalah bahwa hal itu menciptakan aset lebih

sedangkan biaya akhirnya mengurangi aktiva:

Teori Akuntansi, karena itu harus menjelaskan konsep pendapatan (penghasilan) dan

biaya dalam hal perubahan aset perusahaan bukan sebagai kenaikan atau penurunan

ekuitas pemilik atau pemegang saham.

Paton dan Littleton berpendapat bahwa para pemegang saham memiliki klaim

sisa kontrak pada total aktiva, dan itu untuk alasan ini bahwa pendapatan bersih laba

ditahan. Para pemegang saham mendapatkan sisanya, sisa, setelah para kreditur telah

dibayar dalam hal terjadi likuidasi perusahaan. Penjelasan ini berkembang dari versi

konvensional teori ekuitas. Penafsiran yang lebih baru melihat akun laba ditahan sebagai

modal perusahaan atau investasi sendiri. Pembayaran untuk penggunaan uang adalah biaya

karena baik kreditur dan pemegang saham dianggap pihak eksternal. Oleh karena itu,

bunga perubahan dan dividen, serta pajak penghasilan, adalah biaya-biaya bisnis. Mereka

mengurangi jumlah ekuitas entitas memiliki dalam dirinya sendiri.

Sebagai kesimpulan, kita dapat mengatakan bahwa baik teori proprietary dan

entitas yang berpengaruh dalam praktek. teori akuntansi konvensional didasarkan pada

konsep entitas dan laporan keuangan mencerminkan pandangan badan, dengan fokus

132
mereka pada dividen dan laba bersih per saham. Perusahaan perdagangan saham mereka

sendiri, yang menunjukkan pasar menerima bahwa mereka adalah entitas yang terpisah.

Namun, konsep kepemilikan, beban bunga dianggap sebagai beban dan dividen distribusi

laba.

Definisi kewajiban

IASB Kerangka Definisi ayat 49 (b) mendefinisikan kewajiban adalah:

Kewajiban kini perusahaan yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang

diharapkan dapat mengakibatkan arus keluar sumber daya dari perusahaan sumber daya

dan manfaat ekonomi.

Kewajiban Kini

Ayat 62 dari Kerangka menyatakan bahwa "penyelesaian" dari kewajiban kini dapat

terjadi dalam berbagai cara, misalnya dengan

1. pembayaran tunai

2. transfer lainnya asset

3. penyediaan jasa

4. penggantian bahwa kewajiban dengan yang lain kewajiban,

5. konversi dari kewajiban terhadap ekuitas

metode ini, jika penyelesaian kewajiban, hanya yang pertama harus melibatkan dua arus

keluar jika aset yang diakui oleh entitas. misalnya, hutang akan diselesaikan secara tunai

(pendapatan yang dibayar di muka) diselesaikan dengan pemberian barang atau jasa.

Transaksi Terakhir

Persyaratan bahwa kewajiban harus hasil dari peristiwa masa lalu memastikan bahwa

hanya kewajiban kini dicatat dan bukan yang akan datang. Namun, keadaan masa lalu

133
bahkan mungkin sulit menetapkan yang ada dalam kewajiban sampai barang diterima atau

sampai lewat judul. Oleh karena itu, masa lalu bahkan dalam hal ini adalah penerimaan

barang, bukan penempatan pesanan. pelaksana sepenuhnya memberikan kasus yang

menarik untuk menafsirkan ‘past event’. Sebagai contoh, adalah kewajiban membeli

kewajiban tanpa syarat? Mempertimbangkan situasi di mana pembeli setuju untuk

membayar jumlah tertentu secara berkala sebagai imbalan untuk produk atau jasa, dan

pembayaran ini harus dibuat terlepas dari apakah pembeli mengambil pengiriman produk

atau layanan. Pembeli wajib melakukan pembayaran berkala, bahkan jika servic tersebut

gagal kapal kuantitas minimum. Pada tahap ini, ada perjanjian antara dua pihak yang yang

tidak dilakukan oleh keduanya. asumsi bahwa pembelian harus melakukan pembayaran

terlepas dari apakah produk atau layanan recevied, kewajiban untuk pengorbanan manfaat

ekonomi masa depan (dengan membayar tunai) kepada entitas lain ada dari

penandatanganan kontrak. Oleh karena itu, kewajiban pembelian bersyarat merupakan

sebuah kewajiban, yang muncul dari masa lalu bahkan penandatanganan kontrak.

kewajiban ada meskipun tidak dilakukan

Pengakuan Kewajiban

Sekali definisi kewajiban terpenuhi, akuntan harus menentukan aturan apakah itu harus

diakui. Jenis peraturan yang telah diterapkan di masa lalu mirip dengan yang diterapkan

untuk pengakuan aset. Mereka termasuk :

o ketergantungan pada hukum

o penentuan substansi ekonomi acara

o kemampuan untuk mengukur nilai kewajiban

o penggunaan prinsip konservatisme

134
Kewajiban diakui dalam neraca apabila besar kemungkinan bahwa suatu arus keluar

sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi hasil dari penyelesaian kewajiban kini dan

jumlah di mana penyelesaian akan berlangsung dapat diukur dengan andal.

Kerangka IASB

Kerangka IASB memberikan panduan dalam kaitannya dengan pengakuan neraca dan

laporan laba rugi. Ayat 82 menyatakan bahwa item yang memenuhi definisi elemen harus

diakui jika:

1. Hal ini kemungkinan bahwa manfaat ekonomi masa depan berkenaan dengan item yang

akan mengalir ke atau dari entitas

2. Item ini biaya atau nilai yang dapat diukur dengan keandalan

Ayat 91 memberikan pedoman khusus tambahan. Ini menyatakan bahwa kewajiban diakui

di neraca apabila kemungkinan besar tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya

yang memiliki manfaat ekonomi hasil dari penyelesaian kewajiban kini dan jumlah di

mana penyelesaian akan berlangsung dapat diukur dengan andal.

Kerangka menyatakan pengukuran yang dapat diandalkan adalah 'bebas dari kesalahan

material dan bias'; lebih lanjut, bahwa item diukur sehingga 'setia merupakan' apa yang

dimaksudkan untuk mewakili (paragraf 31) menyatakan kerangka kerja ini secara khusus

bahwa kewajiban yang tidak dapat termasuk jika mereka tidak dapat diukur dengan andal.

Salah satu contoh adalah tindakan hukum. Jika kerusakan yang akan dibayar tidak dapat

diestimasi dengan andal maka item tidak dapat diakui sebagai kewajiban. Contoh tindakan

hukum menggambarkan perdagangan dibuat antara relevansi dan keandalan. Sebuah

keluar kemungkinan masa depan manfaat ekonomi yang terkait dengan gugatan adalah

informasi yang relevan, tetapi untuk mengenali jumlah yang salah dapat menyesatkan

pengguna informasi keuangan.

135
Beberapa orang mengambil pandangan bahwa pengukuran yang dapat diandalkan berarti

pengukuran diverifikasi, yaitu pengukuran kewajiban dapat dihubungkan dengan bukti

obyektif seperti nilai kontrak atau nilai pasar. Namun, dalam banyak kasus akuntan harus

menggunakan pertimbangan untuk membuat perkiraan terbaik kewajiban mereka.

Misalnya kewajiban untuk klaim garansi. akuntan ini menggunakan data masa lalu yang

relevan (seperti tingkat penjualan) untuk memperkirakan kewajiban. Jika memperkirakan

cukup handal (yang hanya akan diketahui di masa depan) kemudian informasi tersebut

juga akan relevan bagi pengguna informasi keuangan. Buktinya adalah pandangan yang

berbeda tentang bagaimana mendefinisikan dan kapan harus mengakui kewajiban

yang muncul sebagai bagian dari IASB / proyek s FASB 'pada kerangka konseptual.

Penyisihan dan Kontinjensi

Ketentuan dan kontinjensi terjadi di mana ada batas kabur antara kewajiban sekarang

dan masa depan. PSAK 37 Penyediaan, Kewajiban Kontinjensi dan Aset Kontinjensi

mengakui tumpang tindih definisi dalam ayat 12, ketika menyatakan bahwa semua

ketentuan yang kontingen karena mereka tidak yakin dalam waktu atau jumlah. Mencoba

untuk membedakan antara sekarang, masa depan dan potensi (atau kontinjen) kewajiban

tidak sesederhana mungkin muncul. Perbedaan ini tergantung tingkat besar pada sifat '

bahkan masa lalu ' tersebut

IAS 37/AASB 137 ayat 10 mendefinisikan kewajiban kontinjensi sebagai :

a) kewajiban kemungkinan yang timbul dari peristiwa masa lalu dan yang keberadaannya

akan dikonfirmasi hanya oleh terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih peristiwa

masa depan pasti tidak sepenuhnya dalam kendali entitas

b) kewajiban kini yang timbul dari peristiwa masa lalu tetapi tidak diakui karena:

 Tidak kemungkinan tersebut mengakibatkan arus keluar sumber daya dan manfaat

ekonomi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban tersebut

136
 Jumlah kewajiban tersebut tidak dapat diukur dengan keandalan yang cukup.

Kriteria IAS 37/AASB 137 ayat pengakuan 14 untuk ketentuan-ketentuan sesuai dengan

kriteria kerangka untuk pengakuan kewajiban. Dengan demikian. Kewajiban dan

ketentuan diijinkan menjadi diakui hanya jika ada kewajiban kini, besar kemungkinan

bahwa suatu arus keluar sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan kewajiban, dan jumlah kewajiban tersebut dapat diukur secara andal.

Kewajiban kontinjensi tidak memenuhi kriteria tersebut (sama seperti aktiva kontinjensi

tidak memenuhi kriteria untuk diakui sebagai aset). Oleh karena itu, ayat 27 dari IAS

37/AASB 137 kategoris menyatakan bahwa kewajiban kontinjensi yang tidak diakui

dalam laporan keuangan. PSAK 37 IS saat ini sedang dikaji oleh IASB sebagai bagian dari

proyek kewajiban. Salah satu proposal adalah untuk menghilangkan 'ketentuan' syarat dan

'kewajiban kontinjensi', menggantinya dengan 'kewajiban non-finansial'. Proposal

bertujuan untuk memperluas dan memperjelas penerapan IAS 37; tanggapan mived

namun, seperti biasa, proposal telah diterima dari pihak.

Efek dari IAS 27 adalah untuk membatasi penggunaan jika ketentuan. Sebagai contoh,

sebuah perusahaan dapat mempertimbangkan bijaksana untuk membuat ketentuan untuk

tidak diasuransikan kehilangan (yaitu proses self-mengasuransikan), Namun, kewajiban

tidak dapat diakui berdasarkan PSAK 37 sampai terjadinya suatu peristiwa yang

memerlukan pengorbanan aset oleh pelaporan entitas. Contoh lain berkaitan 'penyisihan

kerugian' atau sebuah 'penyisihan untuk restrukturisasi' yang dapat dibuat sebagai berikut

kinerja yang buruk. Karena tidak ada kewajiban keluar kepada pihak eksternal (misalnya

komitmen untuk mentransfer sumber daya dari entitas ke pihak eksternal yang tidak dapat

dihindari) seperti ketentuan tidak akan diizinkan dalam kerangka atau standar saat ini.

137
Kewajiban pengukuran

Berdasarkan IFRS, metode pengukuran yang paling umum digunakan untuk kewajiban

adalah biaya historis (atau diubah biaya historis). Nilai wajar,, pengukuran digunakan pada

pengukuran awal transaksi yang melibatkan kewajiban dalam hubungannya dengan IAS

17 sewa, IAS 39 pengakuan dan pengukuran instrumen keuangan, IFRS 2 setoran saham

berbasis IFRS 3 penggabungan usaha. Apa yang kita maksud dengan nilai wajar? Konsep

ini didefinisikan dalam standar seperti IAS 17 (ayat 4) menjadi :

Jumlah aset yang bisa tukar atau kewajiban diselesaikan antara luas, pihak bersedia

panjang.

Dengan demikian, kewajiban yang timbul dalam sewa pembiayaan diakui pada awal

berdasarkan nilai wajar sewa (yang menurut definisi di atas bisa menjadi harga pasar

untuk aset sewaan) atau nilai kini dari pembayaran sewa minimum, jika lebih rendah ( IAS

17, ayat 20) di tahun-tahun berikutnya, jumlah kewajiban pengukuran berdasarkan 'biaya

diamortisasi' metode itu, yaitu, 'biaya' dari kewajiban pada awal (nilai wajar atau nilai

tunai pembayaran sewa minimum, jika lebih rendah) disesuaikan secara tahunan untuk

mencerminkan estimasi nilai saat ini. Saldo kewajiban berdasarkan metode tingkat bunga

efektif amortisasi (ayat 25). Dalam hal sewa pembiayaan, standar yang memberikan

panduan yang jelas untuk menentukan nilai kewajiban sewa guna usaha. Namun, dalam

kasus lain, pengukuran nilai wajar kewajiban hadir beberapa tantangan. Sebagai contoh,

bagaimana kita memperkirakan nilai wajar suatu kewajiban yang tidak ada nilai pasar.

Banyak kewajiban diselesaikan, tidak dijual.

138
Kita bisa melihat bahwa biaya historis (yang agak dimodifikasi biaya historis, dalam hal

ini diamortisasi biaya) adalah metode yang paling umum digunakan untuk pengukuran

selanjutnya kewajiban. Dua contoh di mana pengukuran nilai wajar diperlukan setelah

akuisisi adalah kewajiban pasca kerja seperti pensiun (pensiun) di bawah 119 IAS

Manfaat karyawan 19/AASB dan ketentuan jangka panjang dengan ketentuan 37/AASB

IAS 137. Kewajiban kontinjensi dan aktiva kontinjensi. Perhatikan bahwa dalam kedua

kasus kewajiban jangka panjang dan kemungkinan akan dipengaruhi oleh nilai waktu

banyak. Dalam hal nilai sekarang, semakin lama jangka waktu sampai dengan

penyelesaian kewajiban, semakin rendah nilainya. Hal ini karena suatu entitas manfaat

dari kemampuan untuk mendapatkan bunga pada dana yang belum digunakan saat ini

untuk menyelesaikan kewajiban. Bagian berikutnya membahas pengukuran kewajiban

yang terkait dengan pensiun (pensiun) dan ketentuan dan kontinjensi.

RENCANA IMBALAN KERJA PENSIUN

Di banyak negara pensiun (atau dana) rencana ditetapkan oleh atasan untuk memberikan

manfaat pensiun untuk karyawan. Pengusaha melakukan pembayaran kepada dana pensiun

yang memiliki aktiva, kepercayaan, untuk mendanai pembayaran ketika karyawan

pensiun. Dana pensiun adalah suatu badan hukum, terpisah dari perusahaan pemberi kerja.

Dana pensiun mungkin iuran (baik atasan dan pekerja berkontribusi untuk mendanai) atau

non-iuran (dimana hanya atasan membuat kontribusi). Untuk dana imbalan pasti, jumlah

yang akan dibayarkan kepada karyawan setidaknya sebagian fungsi dari gaji karyawan

akhir atau rata-rata, sebaliknya, suatu iuran pasti (atau akumulasi manfaat) dana membayar

jumlah yang adalah fungsi dari kontribusi dibuat untuk dana tersebut.

139
Tabel pengukuran 1. Kewajiban dalam laporan keuangan konsolidasi IFRS.

Biasanya pengukuran dasar


Diizinkan oleh IFRS dan
diadopsi Nilai Wajar Opsi
Dalam praktek
Kewajiban Tidak Lancar
Pinjaman jangka panjang Amortisasi biaya Tidak
Sewa pembiayaan Amortisasi biaya Tidak
Kewajiban imbalan pasca kerja Nilai kini pembayaran Tidak
imbalan diharapkan dikurangi nilai wajar
aktiva program
Pajak tangguhan Diharapkan pembayaran Tidak
Ketentuan jangka panjang Nilai kini pembayaran Tidak
diharapkan
Kewajiban lancar
Hutang usaha Amortisasi biaya Tidak
Derivatif Nilai wajar -
Pinjaman jangka pendek Amortisasi biaya Tidak
Bagian jangka pendek dari Amortisasi biaya Tidak
hutang jangka panjang
Kewajiban keuangan lainnya Amortisasi biaya Ya

Hutang pajak kini Diharapkan pembayaran Tidak


Jangka pendek ketentuan Diharapkan pembayaran Tidak

Dana pensiun dapat seluruhnya dibiayai, sebagian didanai atau tidak didanai. Sepenuhnya

didanai rencana memiliki kas yang cukup atau investasi untuk memenuhi kewajiban dana

untuk anggota. Sebaliknya, rencana didanai tidak memiliki uang tunai atau investasi untuk

menutupi potensi pembayaran di bawah rencana. Sejauh yang jumlah yang

diselenggarakan di percaya dan yang dibayarkan ke dana pensiun tidak cukup untuk

memenuhi kewajiban berdasarkan program saat mereka jatuh tempo, dana pensiun adalah

kekurangan dana.

Karena dana pensiun adalah badan hukum yang terpisah, mungkin akan dianggap bahwa

komitmen tidak didanai, rencana bukan merupakan kewajiban dari sebuah perusahaan

atasan yang membayar ke dana pensiun. Namun, bisa dikatakan bahwa perusahaan

memiliki kewajiban yang adil untuk memenuhi komitmen tidak didanai dan karenanya,

memiliki kewajiban. Untuk mendukung argumen ini, Whittred, Zimmer dan Taylor

140
menawarkan contoh sebuah perusahaan yang memungkinkan superannuation disponsori

default dana dan menderita kehilangan reputasi dalam Tenaga Kerja dan pasar lain sebagai

konsekuensinya, sehingga menimbulkan suatu pengorbanan manfaat ekonomi. Meskipun

beberapa perusahaan tradisional belum mengakui komitmen didanai sebagai kewajiban,

dalam kerangka dan IAS 37/AASB 137 sulit untuk berpendapat bahwa mereka bukan

merupakan kewajiban.

Masalah lainnya berkaitan dengan kapan harus mengakui kewajiban untuk pensiun

(tabungan hari tua) pembayaran. Apakah :

 Sebagai jasa karyawan yang membuat? gagasan adalah bahwa pembayaran adalah

bentuk kompensasi yang diterima oleh karyawan pada saat pemberian jasa. Namun,

dibayarkan di masa depan, setelah pensiun.

 Ketika karyawan pensiun?

 Bila dana yang dibutuhkan untuk membuat pembayaran berdasarkan program pensiun?

Dana pensiun dapat dianggap sebagai janji oleh entitas untuk memberikan pensiun kepada

karyawan sebagai imbalan jasa masa lalu dan saat ini. manfaat pensiun adalah bentuk

kompensasi ditangguhkan ditawarkan oleh perusahaan dalam pertukaran untuk pelayanan

oleh karyawan yang telah memilih, baik implisit maupun eksplisit, untuk menerima

kompensasi yang lebih rendah saat di kembali untuk pembayaran pensiun di masa depan.

Ini manfaat pensiun yang diterima oleh karyawan, dan biaya mereka mencatat selama

bertahun-tahun jasa diberikan. Acara lalu kritis adalah jasa oleh karyawan dan, oleh

karena itu, kewajiban muncul bagi mereka manfaat pensiun yang belum didanai. Studi

kasus 8.2 menganggap masalah yang berhubungan dengan akuntansi pensiun (pensiun) di

kerajaan bersatu dan Australia dengan fokus pada pensiun (pensiun) kewajiban dari

sejumlah perusahaan yang terdaftar besar.

141
Ketentuan dan kontinjensi

Ketentuan dan kontinjensi terjadi di mana ada kabur batas antara kewajiban sekarang dan

masa depan. IAS 37/AASB 137 Diestimasi, Kewajiban Kontinjensi dan Aset Kontinjensi

mengakui tumpang tindih definisi dalam ayat 12, ketika menyatakan bahwa semua

ketentuan yang kontingen karena mereka tidak yakin dalam waktu atau jumlah. Mencoba

untuk membedakan antara sekarang, masa depan dan potensi (atau kontinjen) kewajiban

tidak sesederhana mungkin muncul. Perbedaan tergantung derajat besar pada sifat dari

'peristiwa masa lalu'

IAS 37/AASB 137 ayat 10 mendefinisikan kewajiban kontinjensi sebagai:

a) kewajiban kemungkinan yang timbul dari peristiwa masa lalu dan yang keberadaannya

akan dikonfirmasi hanya dengan terjadinya atau tidak terjadinya satu atau lebih

peristiwa masa depan pasti tidak sepenuhnya dalam kendali entitas, atau kewajiban kini

yang timbul dari peristiwa masa lalu tetapi tidak diakui karena :

o Hal ini tidak mungkin tersebut mengakibatkan arus keluar atau sumber daya yang

memiliki manfaat ekonomi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kewajiban

tersebut; atau

o Jumlah kewajiban tidak dapat diukur dengan keandalan yang cukup.

Kriteria IAS 37/AASB 137 ayat pengakuan 14 untuk ketentuan-ketentuan sesuai dengan

kriteria Kerangka pengakuan kewajiban. Dengan demikian, kewajiban dan ketentuan

diijinkan menjadi diakui hanya jika ada kewajiban kini, besar kemungkinan bahwa suatu

arus keluar sumber daya yang memiliki manfaat ekonomi yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan kewajiban, dan jumlah kewajiban tersebut dapat diukur secara andal.

Kewajiban kontinjensi tidak memenuhi kriteria tersebut (sama seperti aktiva kontinjensi

tidak memenuhi kriteria untuk diakui sebagai aset). Oleh karena itu, ayat 27 dari IAS

37/AASB 137 kategoris menyatakan bahwa kewajiban kontinjensi yang tidak diakui

142
dalam laporan keuangan. PSAK 37 saat ini sedang dikaji oleh IASB sebagai bagian dari

proyek Kewajiban. Salah satu proposal adalah untuk menghilangkan 'ketentuan' syarat dan

'kewajiban kontinjensi' menggantinya dengan 'non-keuangan. Proposal bertujuan untuk

memperluas dan memperjelas penerapan IAS 37, namun, seperti biasa, proposal telah

menerima tanggapan beragam dari stakeholder.

Pengaruh IAS 37 adalah untuk membatasi penggunaan ketentuan. Sebagai contoh, sebuah

perusahaan dapat mempertimbangkan bijaksana untuk membuat penyisihan kerugian yang

tidak diasuransikan (yaitu proses self-mengasuransikan), Namun, kewajiban tidak dapat

diakui berdasarkan PSAK 37 sampai terjadinya suatu peristiwa yang memerlukan

pengorbanan aset oleh pelaporan entitas. Contoh lain berkaitan 'penyisihan kerugian' atau

sebuah 'penyisihan untuk restrukturisasi' yang dapat dibuat sebagai berikut kinerja yang

buruk. Karena tidak ada kewajiban yang ada kepada pihak eksternal (misalnya komitmen

untuk mentransfer sumber daya dari entitas ke pihak eksternal yang tidak dapat dihindari)

ketentuan tersebut tidak akan diizinkan dalam Kerangka atau standar saat ini.

Tentu saja, ada keadaan ketika pengguna informasi keuangan ingin tahu tentang potensi

kerugian atau pengeluaran. PSAK 37 menyatakan bahwa dalam beberapa keadaan catatan

ke rekening diperlukan karena pengetahuan tentang kewajiban yang relevan bagi

pengguna laporan keuangan dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai

alokasi sumber daya yang langka. Artinya, penyelesaian masa depan mungkin diperlukan,

tetapi diperkirakan kemungkinan tidak cukup tinggi untuk menjamin pengakuan formal.

Tes probabilitas subyektif memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk mengecualikan

kewajiban dari laporan keuangan mereka. Namun, kewajiban tetap harus diungkapkan

ketika pengetahuan dari mereka cenderung mempengaruhi pengambilan keputusan

pengguna. Teori dalam aksi 8.3 memberikan contoh dari catatan kewajiban kontinjensi

dari Public Transport Authority of Western Australia (badan sektor publik). Ini adalah

143
latihan yang berguna untuk mempertimbangkan tingkat pengungkapan termasuk dalam

catatan dan alasan yang telah disediakan.

 Pemilik ekuitas

ekuitas Pemilik 'adalah ketiga dari konsep-konsep dasar akuntansi ditangkap dalam

persamaan akuntansi. Ini merupakan aktiva bersih (aktiva dikurangi kewajiban) dari

entitas (P = AL). demikian, pemilik ekuitas (atau usaha) menangkap pemilik 'klaim

terhadap aktiva bersih entitas, entitas yang tidak memiliki kewajiban lancar membayar. Ini

mewakili kepentingan pemilik 'atau modal dalam perusahaan. ekuitas Pemilik '(bunga

sisa) adalah sebuah klaim atau kanan ke aktiva bersih entitas. Kerangka mendefinisikan

ekuitas dalam ayat 49 (C) sebagai berikut:

Ekuitas 'adalah kepentingan sisa dalam aset perusahaan setelah dikurangi semua

kewajibannya. Oleh karena itu, ekuitas pemilik 'tidak kewajiban untuk pengalihan aset,

namun klaim sisa. Selanjutnya, hal itu tidak dapat didefinisikan secara terpisah dari aktiva

dan kewajiban. Dengan demikian, definisi aset dan kewajiban yang harus disepakati

sebelum definisi ekuitas dapat diselesaikan dan diterapkan dalam arti teoritis atau praktis

suara. Sebagai hasil dari sifat residu, jumlah yang ditampilkan dalam neraca sebagai

mewakili ekuitas tergantung pada tidak hanya aset dan kewajiban yang diakui tetapi juga

bagaimana mereka diukur. Sebagai contoh, asumsikan sebuah Perusahaan A melakukan

revaluasi atas aktiva sesuai IAS 16/AASB 116 Aktiva Tetap tetapi Perusahaan B, yang

memegang aset identik, tidak. Perusahaan A akan melaporkan aset yang lebih tinggi dan

ekuitas dari Kantor B.

Pertanyaan mendasar yang harus ditangani dalam mencapai jumlah ekuitas adalah

apakah item merupakan kewajiban atau ekuitas entitas. Ada dua fitur penting yang dapat

membantu kita untuk membedakan antara kewajiban dan ekuitas pemilik. Mereka adalah:

• Hak para pihak

144
• Substansi ekonomi pengaturan

Hak hukum adalah pertimbangan yang sangat penting. Namun, mereka tidak boleh

menjadi dasar satunya perbedaan antara kreditur dan pemilik. Setelah semua, definisi

kewajiban termasuk kewajiban konstruktif dan adil serta kewajiban hukum. Alasan lain

adalah bahwa sudut pandang hukum terlalu sempit fokus yang akan berguna dalam

mencapai tujuan keputusan kegunaan akuntansi. Oleh karena itu, substansi ekonomi juga

harus dipelajari.

 Hak para pihak

satu fitur dari hak yang diberikan kepada para pihak baik oleh hukum atau oleh kebijakan

perusahaan berkaitan dengan prioritas hak untuk (kembali) dibayar dalam hal badan

tersebut ditutup. Secara hukum, untuk kepemilikan tunggal atau kemitraan, kreditur

mempunyai klaim pada pemilik (s) dan, untuk korporasi, tuntutan terhadap perusahaan.

Namun, dalam teori akuntansi, tidak peduli apa bentuk hukum organisasi, entitas diakui

sebagai unit akuntabilitas.

Oleh karena itu, kreditur mempunyai klaim atas entitas dan dengan demikian terhadap

aset.

Kreditor memiliki hak-hak berikut:

• Penyelesaian klaim mereka dengan tanggal tertentu melalui pengalihan aset (barang atau

jasa)

• Prioritas dari pemilik dalam penyelesaian klaim mereka dalam likuidasi

Perhatikan bahwa klaim kreditur terbatas pada jumlah tertentu (yang mungkin

berbeda dari waktu ke waktu sesuai dengan persyaratan perjanjian). Sebaliknya, pemilik

memiliki kepentingan sisa saja, walaupun dengan pengaturan kontrak kelas yang berbeda

dari pemilik mungkin memiliki prioritas yang berbeda dalam pengembalian modal.

145
Aspek lain dari hak kreditur dan pemilik berkaitan dengan penggunaan aset atau ke

operasi bisnis. Kreditor tidak memiliki hak untuk menggunakan aset dari perusahaan lain

selain yang dirinci dalam kontrak. Kecuali secara tidak langsung dalam beberapa kasus,

mereka tidak memiliki hak dalam proses pengambilan keputusan dalam operasi bisnis.

Dalam cara yang terbatas, dengan kontrak, mereka mungkin mengganggu operasi dengan

mensyaratkan bahwa saldo laba dibatasi, atau bahwa aset diberikan tidak akan dijual tanpa

persetujuan mereka. Di sisi lain, pemilik mempunyai hak atau wewenang untuk

menjalankan usahanya.

 Substansi Ekonomi

Baik kewajiban dan ekuitas pemilik 'mewakili klaim terhadap entitas. Semua pengadu

terhadap entitas menanggung risiko kerugian, tetapi karena klaim sebelumnya kreditur,

risiko mereka lebih rendah dari pemilik. Pemilik harus menanggung kerugian yang berasal

dari kegiatan perusahaan. Mereka membawa beban risiko dalam bisnis. Dalam setiap

perusahaan, tingkat risiko kreditur dan pemilik tergantung pada hak-hak mereka. Dengan

demikian, perbedaan utama antara hak kreditur dan pemilik adalah bahwa kreditor

memiliki hak untuk pemukiman, sedangkan pemilik memiliki hak untuk berpartisipasi

dalam keuntungan (residual). Perbedaan ini mencerminkan risiko ekonomi dan fitur

pengembalian dua jenis klaim: kreditor menanggung risiko kurang dan mendapatkan

imbalan yang relatif tetap (bunga dan pelunasan pokok), sedangkan pemilik menanggung

risiko yang lebih besar dan karenanya mendapatkan variabel (dan sering lebih tinggi)

tingkat pengembalian melalui partisipasi mereka dalam keuntungan. Memberikan

representasi diagram hubungan antara substansi ekonomi dan hak.

 Konsep modal

Akuntansi ekuitas dipengaruhi oleh resep hukum. Sebagai contoh, di Inggris Raya dan

hukum perusahaan Australia termasuk undang-undang yang berkaitan dengan akuntansi

146
untuk modal. Terpenting adalah kebutuhan 'pemeliharaan modal', yang menuntut bahwa

perusahaan mempertahankan utuh awal mereka (dan berikutnya) basis modal. Kerangka

mengakui bahwa baik atau tidak perusahaan mempertahankan modal yang utuh

merupakan fungsi tidak hanya dari definisi ekuitas sebagai suatu kepentingan sisa dalam

suatu entitas, tetapi juga konsep modal. Modal dapat dikonseptualisasikan sebagai uang

ditemukan atau ditemukan daya beli (modal keuangan) atau sebagai kapasitas produktif

dari entitas (modal fisik). Selanjutnya, modal dapat diukur di kedua satu dolar nominal

atau daya beli ('nyata') skala. Berbagai kombinasi dari konsep modal dan skala

pengukuran yang digunakan dalam model yang berbeda yang menghasilkan ukuran yang

berbeda dari modal dalam keadaan yang identik. Kerangka tidak memberikan panduan

tentang model mana yang paling sesuai, tetapi tidak mengakui dalam paragraf 108 dan 109

bahwa perusahaan akan membutuhkan jumlah yang berbeda untuk mempertahankan

sumber daya untuk mempertahankan konsep yang berbeda dan ukuran modal.

Tujuan lain persyaratan perawatan modal adalah untuk melindungi kreditur dengan

memberikan sebuah 'bantal' atau 'buffer'. Misalnya, suatu entitas memiliki tidak lebih dari

ibukota Leal sebesar $ 10.000. jika jumlah aktiva adalah $ 100.000, ini berarti bahwa

jumlah kewajiban kepada $ 90,000. ini adalah:

A=L+P

$ 100.000 = $ 90.000 + $ 10.000

Jika entitas itu harus dilikuidasi dan nilai tercatat aktiva menyadari hanya $ 80.000, ada

akan cukup untuk membayar kreditur. Hal ini dimungkinkan karena adanya modal sebesar

$ 10.000. tanpa itu, kreditur tidak akan. Dibayar lunas. Modal bukan jaminan untuk

perlindungan kreditur, tetapi tidak menawarkan keamanan beberapa. Pentingnya cadangan

modal disorot dalam krisis perbankan dan likuiditas 2007-2008.

 Klasifikasi Modal

147
Perbedaan antara kontribusi dan memperoleh modal adalah salah satu yang akuntan

menemukan berguna. Alasannya adalah untuk menjaga memisahkan nilai investasi dari

jumlah yang diinvestasikan kembali. Yang pertama adalah karena transaksi pembiayaan,

sedangkan surat ini berasal dari aktivitas laba-diarahkan. Saldo laba, atau laba

dicadangkan, membentuk modal diperoleh.

Saldo laba dapat disesuaikan untuk tujuan tertentu. Ingat bahwa saldo aktiva

produktif tidak dalam diri mereka sendiri dan oleh karena itu alokasi dana cadangan ke

rekening cadangan khusus tidak merupakan aktiva tertentu. Pada tahun 1950, sebuah

komite khusus dari American Association Akuntansi menjelaskan bahwa alokasi berasal

dari tiga jenis:

 Mereka yang dirancang untuk menjelaskan kebijakan manajerial tentang

reinvestasi keuntungan

 Mereka yang dimaksudkan untuk membatasi dividen sebagaimana disyaratkan

oleh hukum atau kontrak

 Mereka yang memberikan kerugian diantisipasi.

Komite ini menyatakan sebagai berikut :

 Jenis pertama tidak efektif mencapai tujuan dan akan menjadi yang terbaik

dijelaskan dalam bentuk narasi di tempat lain.

 Untuk tipe kedua, panitia diyakini catatan ke rekening akan lebih baik pada suatu

pengalokasian

 Untuk tipe ketiga, komite merasa apropriasi adalah tidak perlu dan sering

menyesatkan catatan akan lebih cocok. Komite ini menekankan bahwa alokasi

tidak boleh mempengaruhi penentuan keuntungan. Ada sedikit yang bisa dicapai

dengan alokasi. Beberapa perusahaan dituduh menggunakan alokasi sebagai cara

untuk mengurangi jumlah yang tersedia untuk dividen, berharap demikian untuk

148
mengurangi keluhan oleh pemegang saham tentang tingkat dividen yang

dibayarkan. argumen tersebut mengasumsikan bahwa manajer percaya pemegang

saham naif. Demarkasi antara kontribusi dan memperoleh modal tidak dapat dijaga

ketat karena transaksi yang tidak jatuh rapi ke dalam kategori ini. Sebagai contoh,

saham dividen (dividen yaitu yang 'Disetor' dalam bentuk alokasi saham)

merupakan perubahan dalam klasifikasi dari yang diperoleh menjadi modal

memberikan kontribusi.

 Perbedaan Hutang dengan ekuitas

Berdasarkan kriteria definisi dan pengakuan dibahas dalam bab ini, kita dapat setuju

bahwa saham yang dikeluarkan untuk membentuk bagian investor dari ekuitas dan

pinjaman dari kreditur merupakan kewajiban. Namun, pertanyaan diajukan tentang

instrumen hibrida yang memiliki karakteristik dari kedua hutang dan ekuitas. Sebagai

contoh, saham preferensi secara tradisional dianggap sebagai modal dan, karena itu,

sebagai bagian dari ekuitas pemilik ', tetapi mereka memiliki karakteristik yang juga

menyelaraskan mereka dengan kewajiban, seperti berikut:

- Mereka adalah tetap klaim

- Mereka mungkin tidak berpartisipasi dalam dividen lain dari pada tingkat pra-tertentu

(mirip dengan bunga)

- Mereka memiliki prioritas atas saham biasa dalam pengembalian modal (seperti halnya

kewajiban)

- Mereka umumnya melakukan tidak memiliki hak suara

Meskipun mereka adalah saham disebut, kemungkinan bahwa mereka kadang-kadang

memenuhi definisi kewajiban, dan harus diklasifikasikan sebagai kewajiban.

Klasifikasi instrumen keuangan sebagai kewajiban atau ekuitas memiliki efek luar neraca

sejak klasifikasi menentukan apakah bunga, dividen, kerugian atau keuntungan yang

149
berhubungan dengan instrumen yang diakui sebagai pendapatan atau beban dalam

menghitung laba bersih, atau apakah mereka diperlakukan sebagai distribusi dari

keuntungan dihitung. Distribusi bunga, dividen, kerugian dan keuntungan yang terkait

dengan instrumen keuangan atau komponen dari instrumen keuangan yang kewajiban

diakui sebagai pendapatan atau beban. Sebaliknya, distribusi kepada pemegang instrumen

ekuitas diperlakukan sebagai pembagian keuntungan setelah mereka telah dihitung.

Tujuan membedakan antara pemilik modal dan kewajiban adalah untuk meningkatkan

manfaat informasi bagi pengambilan keputusan. pertanyaan menarik yang diajukan

tentang bagaimana investor melihat efek hibrida yang disebut, yang menggabungkan

kedua fitur hutang dan ekuitas seperti catatan konversi, saham preferensi ditebus dan

hutang subordinasi.

IASB menginginkan perbedaan yang lebih baik antara instrumen ekuitas dan non-ekuitas.

Titik awalnya adalah gagasan bahwa semua instrumen abadi adalah modal. Selain itu,

instrumen dipertukarkan sesuai dengan pilihan penerbit akan ekuitas. Sebaliknya,

kewajiban adalah wajib diuangkan pada tanggal tertentu atau tanggal atau pasti terjadi.

Penyelesaian utang

Utang mungkin diselesaikan dengan cara lain selain dengan pembayaran langsung atau

jasa kepada kreditur. Situasi itu berhubungan dengan disebut sebagai 'off-set dan

pelunasan utang' atau 'di-substansi peniadaan'. Hal ini memungkinkan debitur untuk

menghapus hutang dari neraca dan melaporkan aset finansial bersih atau kewajiban hanya

jika entitas memiliki hak t kekuatan hukum tetap saat berangkat jumlah yang diakui, dan

bermaksud baik untuk (a) menyelesaikan secara bersih atau (b) merealisasikan aktiva dan

menyelesaikan kewajiban secara bersamaan.

150
Misalnya Perusahaan A memiliki hutang obligasi dari $ 10.000.000 dijual awalnya

setara dengan tingkat bunga yang ditetapkan sebesar 8 persen dan 10 tahun sisa hidup.

Saat ini, karena suku bunga yang lebih tinggi, nilai pasar obligasi lebih rendah dari nilai

jatuh tempo mereka. Sebuah perusahaan akan membeli obligasi pemerintah dengan nilai

nominal sebesar $ 10.000.000 suku bunga yang ditetapkan sebesar 8 persen dan 10 tahun

sisa hidup, untuk $ 7.500.000. Ini akan ditempatkan dalam sebuah kepercayaan tidak dapat

dibatalkan untuk tujuan melunasi obligasi perusahaan hutang.

Investasi dalam Obligasi Pemerintah $ 7.500.000

Kas $ 7.500.000

Hutang Obligasi $ 10.000.000

Investasi dalam Surat Utang $ 7.500.000

Keuntungan Hutang Obligasi $ 2.500.000

Keuntungan bagi perusahaan adalah :

- Hutang dihapus dan, oleh karena itu, utang perusahaan terhadap ekuitas meningkatkan

Laba tahun berjalan meningkat dengan jumlah keuntungan yang Untuk keperluan

pajak, keuntungan tersebut tidak diakui karena perusahaan masih secara hukum

diwajibkan untuk membayar obligasi.

- Untuk tujuan pajak, bunga dari obligasi pemerintah akan diperhitungkan dengan beban

bunga obligasi perusahaan

- Pencabutan izin perusahaan untuk mengelola sisi kewajiban dalam neraca karena akan

surat berharga pada sisi aktiva

Definisi kerangka kewajiban menyiratkan bahwa itu diselesaikan pada saat aktiva atau jasa

telah dialihkan ke entitas lain.

151
Karyawan saham (pembayaran saham-based)

IASB telah memutuskan untuk mengobati remunerasi saham berdasarkan sebagai

beban. IFRS 2/AASB 2 Pembayaran Saham berbasis membedakan antara pembayaran

saham berbasis yang cash-diselesaikan dan mereka yang ekuitas-diselesaikan. Ketika

barang dan jasa yang diterima atau diperoleh dalam transaksi pembayaran berbasis saham,

entitas mencatat kejadian ketika mendapatkan barang barang atau jasa tersebut diterima.

Jika barang atau jasa yang diterima dalam transaksi pembayaran diselesaikan saham-

saham berbasis, sisi kredit masuk adalah ekuitas pemilik. Sebaliknya, jika barang atau jasa

yang diterima dalam transaksi yang akan diselesaikan secara tunai, kredit entri yang sesuai

adalah kewajiban.

152
MATERI IX
KONSEP PENDAPATAN DAN BEBAN

Kompetensi Dasar

a. Mampu menjelaskan tentang konsep pendapatan,pengukuran dan pengakuan

pendapatan

b. Mampu menjelaskan tentang konsep biaya

c. Mampu menjelaskan konsep prinsip matching

PENDAPATAN (REVENUE)

 Sifat Pendapatan

Definisi pendapatan yang lebih tradisional adalah bahwa pendapatan merupakan arus

masuk aktiva atau aktiva bersih ke dalam perusahaan sebagai hasil penjualan barang atau

jasa. Inilah pendekatan FASB Statement of Financial Accounting Concept No.3 (SFAC 3).

Konsep dasar pendapatan adalah bahwa pendapatan merupakan proses arus, yaitu

penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan selama jarak waktu tertentu.

 Apakah yang seharusnya termasuk dalam pendapatan

Dalam Statement No.4. APB menyajikan pandangan yang komprehensif mengenai

pendapatan. Selain penjualan dan jasa, dalam pendapatan dimaksudkan penjualan sumber-

sumber daya selan produk perusahaan, seperti pabrik, peralatan dan investasi.

Di dalam FASB SFAC No.3, dijelaskan definisi pendapatan yang lebih sempit sebagai

produk atau jasa perusahaan sebagai berikut: “pendapatan terjadi (dari) operasi utama atau

operasi pusat perusahaan yang bersinambung selama satu periode”. Jadi dalam definisi ini,

153
pendapatan tidak mencakup keuntungan. Paton dan Littleton mengutarakan juga

pandangan ini dengan mengakui arus penyelesaian sebagai sumber utama pendapatan.

 Pengukuran pendapatan

Nilai tukar produk atau jasa perusahaan merupakan ukuran terbaik bagi pendapatan. Nilai

tukar ini menunjukkan ekivalen kas atau nilai sekarang dari pendiskontoan tagihan uang

yang akhirnya akan diterima dari transaksi pendapatan.

 Saat pelaporan pendapatan

Suatu alternative pelaporan pendapatan pada waktu penyelesaian kegiatan utama

ekonomik adalah konsep pelaporan pendapatan berdasarkan kejadian kritis.

Pencatatan pendapatan di dalam laporan akuntansi harus berdasarkan krtiteria berikut: (1)

nilai ekonomik harus sudah ditambahkan perusahaan pada produknya, (2) jumlah

pendapatan harus dapat diukur, (3) pengukuran harus dapat dibutuhkan dan secara relative

bebas dari bias, (4) beban yang berkaitan harus dapat ditaksir dengan tingkat ketepatan

yang layak.

Pada umumnya, laporan akuntansi akan lebih baik jika pendapatan dilaporkan sedini

mungkin sesudah pertambahan nilai dapat diukur. Akan tetapi pengukuran pendapatan

dengan menggunakan probabilitas akan lebih baik daripada hanya melaporkan jumlah

pendatan berniali tunggal yang menggambarkan ekivalen kepastian.

154
Saat Pelaporan Ktriteria Contoh
Selama produksi Penetapan harga perusahaan Akrual: kontrak jangka panjang,
Pada saat penyelesaian produksi berdasarkan kontrak atau persyaratan pertumbuhan (accreation)
Pada saat penjualan usaha yang umum ataupun harga pasar Logam muli; produk pertanian;
Pada saat penagihan kas yang ada pada berbagai tingkat jasa
produksi. Sebagian besar penjualan barang
Adanya harga jual yang dapat dagangan.
ditentukan atau harga pasar yang Penjualan angsuran; pertukaran
stabil. Biaya pemasaran tidak besar. aktiva tetap tanpa nilai yang
Harga yang ditetapkan untuk produk ditetapkan secara teruji.
itu. Metode yang layak untuk
menaksir jumlah yang dapat ditagih.
Penaksiran semua beban material yang
berkaitan.
Tidak mungkin menilai aktiva yang
diterima dengan tingkat ketepatan
yang wajar. Beban tambahan material,
mungkin masih ada, dan beban ini
tidak dapat ditaksir dengan tingkat
ketepatan yang wajar pada saat
penjualan

BEBAN (EXPENSES)

Seperti istilah pendapatan, istilah beban juga merupakan konsep arus, yang

menggambarkan perubahan yang tidak menguntungkan dalam sumber daya perusahaan.

Tetapi tidak semua perusahaan yang tidak menguntungkan itu termasuk beban.

Definisinya yang lebih tepat, beban adalah penggunaan atau pemakaian barang dan jasa di

dalam proses mendapatkan pendapatan.

Aspek yang tidak menguntungkan dari kegiatan menghasilkan pendapataan cenderung

mengurangi kekayaan pemegang saha di dalam perusahaan. Beban sering didefinisikan

dalam konteks ini. Biaya sering didefinisikan dalam arti biaya yang habis terpakai atau

alokasi biaya. Definisi ini tidak mencerminkan observasi dunia nyata. Penilaian beban

tidak sama dengan pendefinisian beban.

 Apakah yang seharusnya termasuk di dalam beban?

Perhimpunan Akuntansi Amerika (AAA) pada tahu 1948 mendefinisikan bahwa beban

terdiri dari biaya operasi dan kerugian. Dengan kata lain, FASB SFAC No.3 dengan jelas

155
membedakan antara beban dan kerugian. Hanya beban berkaitan dengan operasi utama

dan operasi perusahaan berkaitan dengan atau incidental bagi kegiatan perusahaan.

Perbedaan ini akan diteuskan di dalam penambahan berikut untuk mempertahankan

kejelasan penambahan

 Bagaimanakah beban seharusnya diukur?

Menurut mereka yang mendefinisikan beban sebagai penurunan dalam aktiva bersih

perusahaan, suatu alat ukur yang logis adalah nilai barang dan jasa pada waktu digunakan

dalam operasi perusahaan. Pengukuran biaya yang paling umum adalah: (1) biaya historis,

(2) nilai berjalan, seperti biaya pengganti, dan (3) biaya oportunitas atau ekivalen kas pada

saat berjalan.

 Saat pengakuan beban

Menurut difinisi, beban terjadi apabila barang atau jasa dikonsumsi atau dilakukan dengan

mencatat kegiatan di dalam perkiraan atau memasukkannya di dalam laporan keuangan.

Pelaporan beban dapat terjadi bersamaan dengan kegiatan menggunakan barang atau jasa;

atau boleh dilakukan sesudah kegiatan itu; atau dalam keadaan yang tidak biasa, boleh

mendahului kegiatan itu.

Definisi laba sebagai perubahan dalam nilai umumnya menyarankan bahwa beban harus

dilaporkan kapan saja terjadi penurunan nilai atau jika tidak terdapat manfaat atau nilai

nyata yang akan diterima pada masa yang akan datang dari penggunaan barang atau jasa.

Konsep laba yang menekankan arus kas menyimpulkan beban bahwa beban harus

dilaporkan sedekat mungkin dengan saat pengeluaran kas yang sebenarnya. Akuntansi

akrual yang tradisional yang agaknya berada diantara kedua ekstrem ini, tetapi bersandar

pada konsep nilai yang menyarankan bahwa harga masukan (biaya) harus ditahan sampai

pertambahan nilai dilaporkan dengan penggantinya, yaitu harga keluar (penjualan).

Artinya, beban harus diakui pada periode dimana pendapatan yang berkaitan diakui.

156
KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN

Keuntungan dan kerugian merupakan kejadian yang menguntungkan dan tidak

menguntungkan, yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan normal perusahaan yang

menghasilkan pendapatan. Definisi keuntungan dan kerugian yang disajikan dalam FASB

SFAC No.3 konsisten dengan definisi di atas.

Keuntungan

Pemberian kepada perusahaan dapat diklasifikasikan sebagai modal atau laba, tergantung

pada maksud pemberian dan keadaan yang melatarbelakangi pemberian tersebut.

Pemberian harus diukur seperti pendapatan – yaitu menurut nilai berjalan dari aktiva yang

diterima. Sebagian besar keuntungan lainnya berasal dari pertukaran, sehingga diperlukan

penandingan di antara aspek-aspek yang menguntungkan dan tidak menguntungkan.

Saat pengakuan keuntungan sama dengan pengakuan pendapat, kecuali bahwa umumnya

para akuntan berpegang lebih erat pada konsep realisasi. Artinya, keuntungan umumnya

tidak diakui sampai pertukaran atau penjualan terjadi.

Kerugian

Istilah kerugian yang digunakan oleh akuntan untuk memaksudkan kelebihan beban atas

pendapatan suatu periode – yaitu kebalikan laba bersih. Tetapi istilah kerugian digunakan

di sini sebagai kebalikan dari keuntungan yang berkaitan dengan hasil bersih peristiwa

yang tidak menguntungkan yang tidak timbul dari kegiatan normal yang menghasilkan

pendapatan.

Pengukuran kerugian serupa dengan pengukuran beban kecuali bahwa hasilnya langsung

diofset untuk mencerminkan jumlah bersih. Sebagimana halnya dengan beban, kelihatnnya

lebih disukai untuk merumuskan kerugian sebagai habisnya nilai dan bukannya sebagai

157
alokasi biaya. Sebagaimana halnya dengan beban, harga perolehan merupakan pengukuran

yang dapat diverifikasi dan nilai tukar aktiva pada saat diperoleh.

Criteria pengakuan kerugian sama dengan criteria pengakuan beban periode. Kerugian

tidak dapat ditandingkan dengan pendapatan, sehingga harus diakui pada periode dimana

kerugian itu cukup pasti bahwa aktiva tertentu akan memberikan manfaat yang lebih

sedikit bagi perusahaan dibandingkan dengan yang dinyatakan oleh nilai yang tercatat.

158
MATERI X
KONSEP LABA

Kompetensi Dasar

Mampu menjelaskan tentang konsep laba, karakteristik pengakuan, pengukuran,

penilaian, dan penyajian

KONSEP LABA DALAM PELAPORAN KEUANGAN

Laba merupakan suatu pos dasar dan penting dari ikhtisar keuangan yang merniliki

berbagai kegunaan dalam berbagai konteks. Laba pada umumnya dipandang sebagai suatu

dasar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman

investasi, dan pengambilan keputusan, dan unsur prediksi (Belkaoui,1993) Dalam SFAC

no. 1 menyebutkan bahwa informasi laba merupakan komponen laporan keuangan yang

disediakan dengan tujuan membantu menyediakan informasi untuk menilai kinerja

manajemen, mengestimasi kemampuan laba yang representative dalam jangka panjang

dan menaksir resiko dalam investasi atau kredit. Pengertian laba secara konvensional

adalah nilai maksimum yang dapat dibagi atau di konsumsi selama satu periode akuntansi

dimana keadaan pada akhir periode masih sama seperti pada awal periode.

Laba dalam teori akuntansi biasanya lebih menunjuk pada konsep yang oleh FASB disebut

dengan laba komprehensif. Laba komprehensif dimaknai sebagai kenaikan aset bersih

selain yang berasal dari transaksi dengan pemilik. Sedangkan earning adalah laba yang

diakumulasikan selama beberapa periode atau kenaikan ekuitas atau aktiva neto suatu

perusahaan yang disebabkan karena aktivitas operasi maupun aktivitas di luar usaha

159
selama periode tertentu. Earning merupakan konsep yang paling sempit sedang

comprehensive income merupakan konsep paling luas (Muqodim, 2005:110).

Di dalam laba akuntansi terdapat berbagai komponen yaitu kombinasi beberapa komponen

pokok seperti laba kotor , laba usaha, laba sebelum pajak dan laba sesudah pajak

(Muqodim, 2005:131). Sehingga dalam menentukan besarnya laba akuntansi investor

dapat melihat dari perhitungan laba setelah pajak. SFAC No. 1 dalam Belkaoui (2000:332)

mengasumsikan bahwa laba akuntansi merupakan ukuran yang baik dari kinerja suatu

perusahaan dan bahwa laba akuntansi dapat digunakan untuk meramalkan arus kas masa

depan. Penulis lain mengasumsikan bahwa laba akuntansi adalah relevan dengan cara

yang biasa untuk model-model keputusan dari investor dan kreditor.

Laba akuntansi dengan berbagai interpretasinya diharapkan dapat digunakan antara lain

sebagai (Suwardjono, 2005: 456) :

a. Indikator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang

diwujudkan dalam tingkat kembalian atas investasi (rate of retun on inuested

capital).

b. Pengukur prestasi atau kinerja badan usaha dan manajemen.

c. Dasar penentuan besarnya pengenaan pajak.

d. Alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomik suatu negara.

e. Dasar penentuan dan penilaian kelayakan tarif dalam perusahaan public.

f. Alat pengendalian terhadap debitor dalam kontrak utang.

g. Dasar kompensasi dan pembagian bonus.

h. Alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan.

i. Dasar pembagian dividen.

Bila dilihat secara mendalam, laba akuntansi bukanlah definisi yang sesungguhnya dari

laba melainkan hanya merupakan penjelasan mengenai cara untuk menghitung laba.

160
Karakteristik dari pengertian laba akuntansi semacam itu mengandung beberapa

keunggulan. Beberapa keunggulan laba akuntansi yang dikemukakan oleh Muqodim

(2005 : 114) adalah:

a. Terbukti teruji sepanjang sejarah bahwa laba akuntansi bermanfaat bagi para

pemakainya dalam pengambilan keputusan ekonomi.

b. Laba akuntansi telah diukur dan dilaporkan secara obyektif dapat diuj

kebenarannya sebab didasarkan pada transaksi nyata yang didukung oleh bukti.

c. Berdasarkan prinsip realisasi dalam mengakui pendapatan laba akuntansi

memenuhi dasar konservatisme.

d. Laba akuntansi bermanfaat untuk tujuan pengendalian terutama berkaitan dengan

pertanggungjawaban manajemen.

TUJUAN PELAPORAN LABA

Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat

menunjukan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba (earning per share). Dengan

konsep yang selama ini digunakan diharapkan para pemakai laporan dapat mengambil

keputusan ekonomi yang tepat sesuai dengan kepentingannya. Meskipun konsep laba yang

digunakan diharapkan mampu memenuhi kebutuhan para pemakai, namun adanya

berbagai konsep dan tujuan laba, mengakibatkan konsep laba tunggal tidak dapat

memenuhi semua kebutuhan pihak pemakai laporan. Atas dasar kenyataan ini ada dua

alternative yang dapat digunakan yaitu memformulasikan konsep laba tunggal untuk

memenuhi berbagai tujuan secara umum atau menggunakan berbagai konsep laba dan

menyajikan secara jelas konsep laba tersebut secara khusus.

Tanpa memperhatikan masalah yang muncul, informasi laba sebenarnya dapat digunakan

untuk memnuhi berbagai tujuan. Tujuan pelaporan laba adalah untuk meyajikan informasi

161
yang bermanfaat bagi pihak yang berkepentingan. Informasi tentang laba perusahaan dapat

digunakan:

1. Sebagai indicator efisiensi penggunaan dana yang tertanam dalam perusahaan yang

diwujudkan dalam tingkat kembalian (rate of return on invested capital)

2. Sebagai pengukur prestasi manajemen

3. Sebagai dasar penentuan besarnya pengenaan pajak

4. Sebagai alat pengendalian alokasi sumber daya ekonomi suatu Negara

5. Sebagai dasar kompensasi dan pembagian bonus

6. Sebagai alat motivasi manajemen dalam pengendalian perusahaan

7. Sebagai dasar untuk kenaikan kemakmuran

8. Sebagai dasar pembagian deviden

KUALITAS INFORMASI LABA

M. Yusuf, dkk (2002) menyebutkan bahwa informasi laba harus dilihat dalam kaitannya

dengan persepsi pengambilan keputusan. Karena kualitas informasi laba ditentukan oleh

kemampuannya memotivasi tindakan individu dan membantu pengambilan keputusan

yang efektif. Hal ini didukung oleh FASB yang menerbitkan SFAC No. 1 yang

menganggap bahwa laba akuntansi merupakan pengukuran yang baik atas prestasi

perusahaan dan oleh karena itu laba akuntansi hendaknya dapat digunakan dalam prediksi

arus kas dan laba di masa yang akan datang.

Berdasarkan latar belakang tersebut, Hendriksen dalam bukunya Accounting Theory edisi

kelima (1992:338) menetapkan tiga konsep dalam usaha mendefinisikan dan mengukur

laba menuju tingkatan bahasa. Adapun konsep-konsep tersebut meliputi:

162
a. Konsep Laba pada Tingkat Sintaksis (Struktural)

Pada tingkat sintaksis konsep income dihubungkan dengan konvensi (kebiasaan) dan

aturan logis serta konsisten dengan mendasarkan pada premis dan konsep yang telah

berkembang dari praktik akuntansi yang ada. Terdapat dua pendekatan pengukuran laba

(income measurement) pada tingkat sintaksis, yaitu: Pendekatan Transaksi dan Pendekatan

Aktiva.

b. Konsep Laba pada Tingkat Sematik (Interpretatif)

Pada konsep ini income ditelaah hubungannya dengan realita ekonomi. Dalam usahanya

memberikan makna interpretatif dari konsep laba akuntansi (accounting income), para

akuntan seringkali merujuk pada dua konsep ekonomi. Kedua konsep ekonomi tersebut

adalah Konsep Pemeliharaan Modal dan Laba sebagai Alat Ukur Efisiensi.

c. Konsep Laba pada Tingkat Pragmatis (Perilaku)

Pada tingkat pragmatis (perilaku) konsep income dikaitkan dengan pengguna laporan

keuangan terhadap informasi yang tersirat dari laba perusahaan. Beberapa reaksi usaha

users dapat ditunjukkan dengan proses pengambilan keputusan dari investor dan kreditor,

reaksi harga surat terhadap pelaporan income atau reaksi umpan balik (feedback) dari

manajemen dan akuntan terhadap income yang dilaporkan.

Konsep income ini paling tidak harus memberikan implikasi income sebagai bahan

pengambilan keputusan manajemen.

PENGUKURAN & PENGAKUAN LABA

Pengukuran terhadap laba merupakan penentuan jumlah rupiah laba yang dicatat dan

disajikan dalam laporan keuangan. Pengukuran besarnya laba sangat tergantung pada

besarnya pendapatan dan biaya. Karena laba adalah bagian dari pendapatan, maka konsep

penghimpunan an realisasi pendapatan juga berlaku untuk laba. Dengan demikian

163
perlakuan akuntansi terhadap laba tidak akan menyimpang dari perlakuan akuntansi

terhadap pendapatan.

Oleh karena laba merupakan selisih antara pendapatan dan biaya, secara umum laba diakui

sejalan dengan pengakuan pendapatan dan biaya. Dalam Konsep Dasar Penyusunan dan

Penyajian Laporan Keuangan, IAI (1994) menyebutkan bahwa:

penghasilan (income) akan diakui apabila kenaikan manfaat ekonomi di masa mendatang

yang berkaitan dengan peningkatan aktiva atau penurunan kewajiban telah terjadi dan

jumlahnya dapat diukur dengan andal. (paragrap 92)

Secara konseptual ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk mengukur laba.

Pendekatan tersebut adalah pendekatan transaksi, pendekatan kegiatan dan pendekatan

mempertahankan capital/kemakmuran (capital maintenence)

A. Pendekatan Transaksi

Pendekatan transaksi menganggap bahwa perubahan aktiva / hutang (laba) terjadi hanya

karena transaksi, baik internal maupun eksternal. Transaksi eksternal timbul karena

adanya transaksi yang melibatkan perubahan aktiva /hutang dengan pihak luar perusahaan.

Transaksi internal timbul dari pemakaian atau konversi aktiva dalam perusahaan.

Pada saat transaksi eksternal terjadi, nilai pasar dapat dijadikan dasar untuk mengakui

pendapatan. Transaksi internal berasal dari perubahan nilai, yaitu perubahan nilai dari

pemakaian atau konversi aktiva. Apabila konversi telah terjadi, maka nilai aktiva lama

akan diubah menjadi aktiva baru.konsep atau pendekatan ini sama dengan konsep realisasi

pendapatan.

Pendekatan ini memiliki beberapa kebaikan yaitu :

1. Komponen laba dapat dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara. Misalnya : atas

dasar, produk /konsumen.

164
2. Laba operasi dapat dipisahkan dari laba non operasi.

3. Dapat dijadikan dasar dalam penentuan tipe dan kuantitas aktiva dan hutang yang

ada pada akhir periode.

4. Efisiensi usaha memerlukan pencatatan transaksi external untuk berbagai tujuan.

5. Berbagai laporan dapat dibuat dan dikaitkan antara laporan yang satu dengan yang

lainnya.

B. Pendekatan Kegiatan

Laba dianggap timbul bila kegiatan tertentu telah dilaksanakan. Jadi laba bisa timbul pada

tahap perencanaan, pembelian, produksi, penjualan dan pengumpulan kas. Dalam

penerapannya, pendekatan ini merupakan perluasan dari pendekatan transaksi. Hal ini

disebabkan pendekatan kegiatan dimulai dengan transaksi sebagai dasar pengukuran.

Perbedaannya adalah bahwa pendekatan transaksi didasarkan pada proses pelaporan yang

mengukur transaksi dengan pihak luar.

Sementara pendekatan kegiatan didasarkan pada konsep peristiwa/ kegiatan dalam arti

luas, tidak dibatasi pada kegiatan dengan pihak luar. Meskipun demikian keduanya gagal

menunjukan pengukuran laba dalam dunia nyata. Hal ini disebabkan dua pendekatan

tersebut di dasarkan pada hubungan struktural yang sama yang tidak ada dalam dunia

nyata.

Kebaikan pendekatan kegiatan adalah :

1. Laba yang berasal dari produksi dan penjualan barang memerlukan jenios evaluasi

dan prediksi yang berbeda dibandingkan laba yang berasal dari pembelian dan

penjualan surat berharga yang ditukar pada usaha memperoleh capital gain.

2. Effisiensi manajemen dapat diukur dengan lebih baik bila laba diklasifikasikan

menurut jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab manajemen.

165
3. Memungkinkan prediksi yang lebih baik karena adanya perbedaan pola perilaku

dari jenis kegiatan yang berbeda.

C. Pendekatan Mempertahankan Kemakmuran (Capital Maintenance Concept)

Atas dasar pendekatan ini, laba diukur dan diakui setelah kapital awal dapat

dipertahankan. Sebelum membahas pengukuran laba atas dasar konsep mempertahankan

kemakmuran/kapital, akan dibicarakan lebih dahulu mengenai konsep laba dan kapital.

Dalam konsep mempertahankan kemakmuran, kapital (capital) artian luas dan dalam

berbagai bentuknya. Jadi kapital diartikan sebagai sekelompok kekayaan tanpa

memperhatikan siapa yang memiliki kekayaan tersebut. Kam (1990) mendefinisikan laba

sebagai berikut :

Laba (income) adalah perubahan dalam kapital perusahaan diantara dua titik waktu yang

berbeda (awal dan akhir), diluar perubahan karena investasi oleh pemilik dan distribusi

kepada pemilik, dimana kapital dinyatakan dalam bentuk nilai (value) dan didasarkan pada

skala pengukuran tertentu (p. 194)

Sementara Hendrikson (1989) mengartikan kapital laba sebagai berikut : Laba adalah

aliran jasa sepanjangperiode waktu. Kapital adalah persediaan kemakmuran (the

embodiment of future services), dan laba merupakan aliran kemakmuran yang dapat

dinikmati selama satu periode tertentu (p. 142)

Dari pengertian di atas, dapat dirumuskan bahwa atas dasar konsep kapital sebagai tingkat

kemakmuran, maka laba merupakan aliran kemakmuran yang dapat di konsumsikan

(dinikmati) selama satu periode, tanpa mengurangi tingkat kemakmuran sebelumnya.

Dengan demikian laba dapat diukur dari selisih antara tingkat kemakmuran pada akhir

periode dengan tingkat kemakmuran pada awal periode [ Laba = total aktiva neto (akhir

periode)- kapital yang diinvestasikan (awal periode)]. Konsep pengukuran laba ini disebut

166
dengan konsep mempertahankan kapital/kemakmuran (wealth or capital maintenance

concept).

Kapital yang digunakan dalam konsep ini adalah kapital neto (net-worth) atau aktiva neto.

Kapital dinyatakan dalam bentuk nilai ekonomi pada skala pengukuran tertentu.

pengukuran terhadap sangat dipengaruhi oleh nilai (unit pengukur), jenis kapital, dan skala

pengukuran. Perbedaan terhadap ketiga faktor tersebut akan mengakibatkan perbedaan

besarnya laba yang diperoleh.

LABA (INCOME)

Laba adalah tambahan kemampuan ekonomik yang ditandai dengan kenaikan kapital

dalam suatu perioda yang berasal dari kegiatan produktif dalam arti luas yang dapat

dikonsumsi atau ditarik oleh entitas penguasa/pemilik kapital tanpa mengurangi

kemampuan ekonomik kapital paa awal perioda. Dalam teori akuntansi sendiri, laba

diartikan sebagai laba komprehensif yaitu kenaikan asset bersih selain yang berasal dari

transaksi dengan pemilik. Apabila dilihat menggunakan PABU, laba adalah selisih

pendapatan dan biaya yang diukur dan disajikan atas dasar prinsip akuntansi berterima

umum (PABU).

Tujuan Pelaporan Laba

Berdasarkan pengertian dan cara pengukuran, laba akuntansi diharapkan dapat digunakan

sebagai: pengukur efisiensi, pengukur kinerja entitas dan manajemen, dasar penentuan

pajak, sarana alokasi sumber ekonomik, penentuan tarif jasa publik, optimalisasi kontrak

utang-piutang, basis kompensasi, motivator, dasar pembagian dividen.

167
Konsep Laba Konvensional

Laba akuntansi menurut konsep konvensional memiliki beberapa kelemahan, yaitu: tidak

bermakna semantik, berfokus pemegang saham, PABU memberi peluang perbedaan

antarentitas, berbasis kos histories, dan hanya sebagian masukan informasi bagi investor.

Konsep Laba Dalam TataranSemantik

konsep laba dalam tataran semantik berkaitan dengan masalah makna yang harus

dilekatkan oleh perekayasa pelaporan pada simbol atau elemen biaya sehingga laba

bermanfat dan bermakna sebagai informasi.

Pengukur Kinerja

Laba dapat diinterpretasikan sebagai pengukur keefisienan bila dihubungkan dengan

tingkat investasi karena efisiensi secara konseptual merupakan suatu hubungan. Dalam

pengukuran kinerja, laba dapat mempresantikan kinerja efisiensi karena laba menentukan

ROI, ROA, dan ROL sebagai pengukur efisiensi.

Konfirmasi Harapan Investor

Informasi yang tersedia dalam pelaporan keuangan akan mempresentasikan informasi

privat mengenai perusahaan atau laba bila dirujuk secara lebih spesifik. Kondisi pasar

yang efisien ataupun yang tidak efisien akan sangat mempengaruhi prediksi / harapan

investor mengenai laba yang akan diperoleh sehingga akan mempengaruhi keputusan yang

akan diambil investor dalam melakukan sebuah investasi. Jadi informasi mengenai laba

dapat diinterpretasikan sebagai sarana untuk mengkorfirmasi harapan/ prediksi mengenai

keputusan investasi yang akan dilakukan .

Estimator Laba Ekonomik

Laba ekonomik adalah laba dari kaca mata investor karena laba digunakan untuk menilai

investasi. Penilaian laba ekonomik harus menggunkan informasi yang tersaji dalam

168
pelaporan laba secara akuntansi, sehingga dharapkan laba akuntansi dapat digunakan

sebagai estimator/prediktor laba ekonomik. Maka akuntansi cukup menyediakan informasi

laba dan aliran kas yang layak dan menyerahkan analisis dan perhitungan laba ekonomik

kepada investor, walaupun persepsi dari masing-masing investorlah yang aakn memegang

peranan yang lebih besar dalam penilaian/estimasi mengenai laba ekonomi suatu entitas.

Makna Laba

Makna laba dapat diartikan sebagai kemakmuran yang dicapai, hal ini dapat dilihat dengan

kenaikan kemakmuran yang dikuasai suatu entitas, prubahan kemakmuran yang dilihat

dari selisih kemakmuran awal dan akhir dari suatu perioda, dan perubahan kemakmuran

harus dapat didistribusikan , dinkmati atau ditari oleh entitas yang menguasai kemakmuran

tersebut.

Laba dan kapital

Kapital adalah sediaan atau potensi jasa, maka laba bila dilihat dari pespektif kapital

merupakan kemakmuaran yang bisa diraih ari aliran petensi jasa yang dapat dinikmati

dalam suatu periode tanpa mengurangi tingkat potensi jasa pada awal perioda.

Konsep Pemertahanan Kapital.

Berdasarkan konsep ini laba diartiak sebagai harapan supaya kapital atau investasi yang

tertanam akan terus dan selalu berkembang.

Konsep Laba Dalam Sintatik

Makna semantik laba yang dikembangkan pada akhirnya harus dapat dijabarkan dalam

tataran sintaktik. Salah satu bentuk penjabarannya adalah mendefinisi laba sebagai selisih

pengukuran dan penandingan antara pendapatan dan biaya. Konsep laba dalam tataran

sintatik membahas mengenai bagaimana laba diukur, diakui, dan disajikan. Terdapat

169
beberapa criteria atau pendekatan dalam konsep ini, yaitu pendekatan transaksi,

pendekatan kegiatan, dan pendekatan pemertahanan kapital.

Pendekatan transaksi

Berdasarkan pendekatan transaksi laba diukur dan diakui pada saat terjadinya transaksi

yang kemudian terakumulasi sampai akhir perioda. Pengukuran dan pengakuan laba akan

paralel dengan kriteria pengakuan pendapatan dan biaya

Pendekatan Kegiatan

Laba dianggap timbul bersamaan dengan berlangsungnya kegiatan atau kejadian bukan

sebagai hasil suatu transaksi pada saat tertentu.

Pendekatan Pemertahanan Kapital

Entitas berhak mendapatkan imbalan dan menikmatinya setelah kapital dipertahankan

keutuhannya atau pulih seperti seperti awal, pada pendekatan ini imbalan atau laba

didefinisikan sebagai konsekuansi dari pengukuran kapital pada dua titik waktu yang

berbeda. Elemen statemen keuangan diukur atas dasar pendekatan aset-kewajiban.

Pengukuran atau Penilaian Kapital

Jenis Kapital

Kapital finansial adalah klaim dari jumlah rupah atau nilai yang melekat pada aset total

badan usaha tanpa memandang jenis atau komponen aset. Laba akan timbul bila jumlah

rupiah aset pada akhir perioda lebih banyak dari jumlah rupiah pada awal perioda.

Kapital fisis, dimaknai sebagai kapasitas produksi fisis, jadi laba akan dinilai dengan

melihat kelebihan antara produksi fisis di akhir perioda dengan awal perioda.

Skala Pengukuran

170
Skala nominal adalah satuan rupiah yang seperti terjadi tanpa memperhatikan perubahan

daya beli dengan berjalannya waktu akibat perubahan kondisi ekonomik, skala nominal

lebih menitikberatkan pada jumlah unuit rupiah daripada jumlah unit daya beli.

Skala Daya Beli adalah skala untuk mengatasi kelemahan skala rupiah normal atas dasar

harga indeks tertentu.

Dasar atau Atribut Pengukuran

Kos historis adalah jumlah rupiah sepakatan atau harga pertukaran yang telah tercatat

dalam system pembukuan),

Kos sekarang adalah jumlah rupiah harga pertukaran atau kesepakatan yang diperlukan

sekarang oleh unit usaha untuk memperoleh asset yang sama jenis dan kondisinya atau

penggantinya yang setara.

Pengukuran Laba dengan Mempertahankan Kapital

Menggambarkan laba secara umum sebagai perubahan kapital atas dasar konsep

pemertahanan kapital. Pendekatan penilaian dan implikasinya terhadap penentuan laba :

Kapitalisasi aliran kas harapan, Penilaian pasar atas perusahaan, Setara kas sekarang,

Harga masukan historis, Harga masukan sekarang, Pemertahanan daya beli.

Konsep Laba dalam tataran Pragmatik

Tataran pragmatik dalam teori komunikasi berkepentingan untuk menentukan apakah

pesan sampai kepada penerima dan mempengaruhi perilaku sebagaimana diarah,

sedangkan dalam teori akuntansi tataran pragmatik membahas mengenai apakah informasi

laba bermanfaat atau apakah informasi laba nyatanya digunakan.

Prediktor Aliran Kas ke Investor

171
Laba disisni bertujuan membantu investor dan kreditor dalam mengembangkan model

untuk memprediksi aliran kas ke mereka guna menilai investasi atau kapitalnya

Laba dan Harga Saham

Laba merupakan prediktor aliran kas masa depan ke investor digunakan untuk menentukan

apa yang disebut nilai intrinsik sekuritas atau saham, dan nilai intrinsik inilah yang akan

memnentukan harga saham di pasar modal pada saat tertentu.

Perkontrakan Efisien

Kontrak yang efisien adalah kontrak yang tidak banyak menimbulkan persengketaan dan

mendorong pihak yang berkontrak melaksanakan yang diperjanjikan.

Pengendalian Manajemen

Dalam tataran pragmatik, laba juga dapat digunakan sebagai pengendalian manajemen,

yaitu sebagai pengukur kinerja divisi atau manajernya. Perilaku manajer dikendalikan

melalui laba dengan cara mengaitkan kompensasi dengan laba sebagai pengukur kinerja.

Teori Pasar Efisien

Pasar modal dikatakan efisien terhadap suatu informasi bila harga saham merefleksi secara

penuh informasi tersebut, atau, bila harga sekuritas merefleksi secara cepat dan penuh

semua informasi yang tersedia dalam suatu sistem pelaporan keuangan.

Bentuk Efisiensi Pasar Laba Sebagai Signal :

Bentuk lemah, jika harga sekuritas merefleksi secara penuh informasi harga dan volume

sekuritas masa lalu, Bentuk semi-kuat ,jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua

informasi yang tersedia secara public termasuk data statemen keuangan), Bentuk kuat ,

jika harga sekuritas merefleksi secara penuh semua informasi termasuk informasi privat

atau dalam yang tidak dipublikasikan).

172
Pengujian Kandungan Informasi Laba

Terdapat dua bentuk pengujian terhadap kandungan informasi laba yaitu pengujian

peristiwa dan pengujian asosiasi (nilai relevan laba), Pengujian peristiwa adalah pengujian

yang berfokus pada peristiwa pengumuman laba. Pengujian asosiasi dilihat dari kepekaan

return saham terhadap setiap rupiah laba atau laba kejutan.

Laba dan Teori Entitas

Membahas berbagai konsep entitas selain kesatuan usaha dan implikasinya terhadap

pengertian dan penyajian laba. Karena berkaitan dengan siapa yang berhak atas laba, teori

entitas (kesatuan) sering disebut pula dengan teori ekuitas. Terdapat beberapa teori entitas

atau teori ekuitas yang banyak dibahas dalam literatur teori akutansi, yaitu entitas usaha

bersama, entitas usaha atau bisnis, entitas investor, entitas pemilik, entitas pemilik

residual, entitas pengendali, dan entitas dana.

Teori entitas selalu dikaitkan dengan partisipan dalam kegiatan ekonomik. Partispan

tersebut merupakan pihak yang akhirnya meneima manfaat dari nilai tambahan yang

timbul akibat kegiatan ekonomik. Teori kesatuan juga mempunyai implikasi tentang

tujuan pelaporan keuangan dan bentuk atau susunan statemen laba-rugi.

Penyajian Laba

Penyajian laba berdasarkan masalah konseptual adalah pemisahan pelaporan pos – pos

transaksi dengan pemilik. Pos-pos operasi dalam arti luas dilaporkan melalui statemen

laba-rugi sedangkan pos-pos yang jelas merupakan transaksi modal dilaporkan melalui

statemen laba ditahan atau statemen perubahan ekuitas

173
MATERI XI
POSITIVE ACCOUNTING THEORY

Kompetensi Dasar

a. Menjelaskan praktik akuntansi yang berlaku saat ini

b. Menerangkan kebijakan yang akan diambil oleh perusahaan

c. Menjelaskan penilaian terhadap perusahaan berdasarkan kontrak-kontrak yang telah

dibuat

Teori Positive

Teori ekonomi positif menjelaskan fenomena ekonomi dan bisnis melalui

spesifikasi variabel yang saling terkait. Teori yang dikemukakan Friedman (1953) ini

merupakan sekumpulan proposisi (penjelasan sifat dan realita) yang terdiri dari konstruk

yang didefinisikan secara luas dan menghubungkan berbagai unsur yang terdapat dalam

proposisi tersebut. Teori ekonomi positif, menurut Friedman (1953), pada hakekatnya

terbebas dari ikatan berbagai aspek etika, sebagaimana dikemukakan Keynes. Dia lebih

mengacu ke istilah “apa adanya” (what it is) daripada ke istilah “seharusnya demikian” (it

should be).

Dengan demikian, fungsinya harus dinilai berdasarkan ketepatan (precision),

bidang kajian (scope), dan kesesuaian peramalan berdasarkan pada pengalaman.

Ringkasnya, ekonomi positif adalah, atau dapat dikategorikan sebagai ilmu pengetahuan

yang objektif (objective science), seperti halnya ilmu fisika.

Teori akuntansi positif merupakan varian dari teori ekonomi positif. Teori ini

berkembang seiring dengan kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas

174
praktik-praktik akuntansi yang ada di masyarakat, what it is (Watts dan Zimmerman,

1986). Teori ini memiliki pijakan yang berbeda dibandingkan dengan akuntansi normatif,

yang lebih menjelaskan praktik-praktik akuntansi yang seharusnya berlaku, it should be.

Teori ini bertujuan menjelaskan meramalkan, dan memberi jawaban atas praktik

akuntansi. Di samping itu, teori ini juga meramalkan berbagai fenomena akuntansi dan

menggambarkan bagaimana interaksi antar-variabel akuntansi dalam dunia nyata.

Validitas teori akuntansi positif dinilai atas dasar kesesuaian teori dengan fakta atau apa

yang nyatanya terjadi (what it is).

Untuk lebih mudah dipahami contoh teori akuntansi positif adalah praktik

akuntansi yang saat ini sering kita dengar antara lain creative accounting, earning

management, big bath, dan income smoothing. Pada dasarnya praktik akuntansi ini sudah

dilakukan cukup lama, tetapi praktik ini semakin mencuat diantaranya pada kasus

ENRON, dan Worldcom yang terjadi pada tahun 2000. Kasus ini mengakibatkan krisis

kepercayaan publik terhadap auditor. Kasus ini telah meruntuhkan KAP Arthur Andersen,

tidak saja keluar dari The big five, bahkan sampai pencabutan ijin usaha. Kasus inilah

yang menjadi titik tolak bagi para auditor dan lembaganya untuk meningkatkan kembali

jaminan terhadap hasil audit mereka.

Sedangkan akuntansi normatif adalah praktik akuntansi yang dilaksanakan sesuai

dengan aturan yang telah ditetapkan. Aturan tersebut dikenal dengan nama Praktik

Akuntansi Berterima Umum (PABU) atau GAAP. Salah satu bagian kecil dari PABU

adalah SAK atau standar akuntansi Keuangan.

SAK yang ada sekarang dikeluarkan oleh IAI melalui suatu organ yang kita kenal

dengan Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK). Dewan ini bertugas untuk

menyusun draft standar akuntansi keuangan yang akan diberlakukan. Draft tersebut

terlebih dahulu didiskusikan dengan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan

175
(DKSAK) untuk kemudian dikeluarkan draft-nya. Bila telah diperoleh masukan, dilakukan

sosialisasi (public hearing) untuk memperoleh masukan lebih banyak lagi dari masyarakat

luas (pemakai laporan keuangan). Selanjutnya, bila tidak ada masalah lagi, maka IAI akan

mengesahkan standar tersebut dan diberlakukan secara efektif.

Berbeda dengan di Indonesia, Amerika Serikat mendirikan badan penyusun standar

akuntansi yang berada di luar asosiasi profesi. Badan ini adalah Financial Accounting

Standards Board (FASB) yang tidak berada di bawah AICPA melainkan di bawah

Financial Accounting Foundation (FAF). Badan ini berwenang penuh dalam menentukan

standar akuntansi yang akan ditetapkan.

Tuntunan atas adanya suatu pendekatan positif terhadap akuntansi terjadi ketika

Jensen menyatakan bahwa “penelitian dalam akuntansi (dengan satu atau dua

pengecualian yang dapat di catat) tidak bersifat ilmiah.. karena fokus penelitian ini telah

sangat normatif dan terdefinisi”. Jensen selanjutnya meminta akan adanya “perkembangan

suatu teori akuntansi positif yang akan menjelaskan mengapa akuntansi seperti apa adanya

ia, mengapa akuntan melakukan apa yang mereka lakukan, dan apa pengaruh yang

dimiliki fenomena terhadap penggunaan orang dan sumber daya.

Pesan mendasar yang kemudian dikenal sebagai “Kelompok Akuntansi Rochester”

adalah bahwa hampir semua teori akuntansi tidak bersifat ilmiah karena mereka bersifat

normatif dan seharusnya diganti dengan teori positif yang menjelaskan praktek akuntansi

aktual dilihat dari segi pilihan manajemen secara sukarela terhadap prosedur akuntansi dan

bagaimana standar peraturan telah berubah dari waktu ke waktu.

Dorongan terbesar dari pendekatan positif dalam akuntansi adalah untuk

menjelaskan dan meramalkan pilihan standar manajemen melalui analisis atas biaya dan

manfaat dari pengungkapan keuangan tertentu dalam hubungannya dengan berbagai

individu dan pengalokasian sumber daya ekonomi.

176
Teori positif didasarkan pada adanya dalil bahwa manajer, pemegang saham, dan

aparat pengatur/polisi adalah rasional dan bahwa mereka berusaha untuk memaksimalkan

kegunaan mereka yang secara langsung berhubungan dengan kompensasi mereka, dan

oleh karena itu kesejahteraan mereka pula. Pilihan atas suatu kebijakan akuntansi oleh

beberapa kelompok tersebut bergantung pada perbandingan relatif biaya dan manfaat dari

prosedur akuntansi alternatif dengan cara demikian untuk memaksimalkan kegunaan

mereka.

Ide utama dari pendekatan positif adalah untuk mengembangkan hipotesis atau faktor-

faktor yang mempengaruhi dunia praktek akuntansi dan untuk menguji validitas dari

hipotesis ini secara empiris:

1. Untuk meningkatkan keandalan dari peramalan berdasarkan atas pengamatan

perataan serangkaian angka akuntansi sejalan dengan suatu kecenderungan yang

dianggap terbaik atau normal oleh manajemen.

2. Untuk menurunkan tingkat ketidakpastian yang dihasilkan dari fluktuasi angka

pendapatan secara umum dan penurunan risiko sistematis khususnya dengan

menurunkan kovarians pengembalian perusahaan dengan pengembalian pasar.

Tidak seperti hipotesis perataan laba, teori positif dalam akuntansi berasumsi bahwa harga

saham bergantung pada arus kas dan bukannya laba yang dilaporkan. Lebih jauh lagi pada

pasar yang efisien dua perusahaan dengan distribusi arus kas yang sama akan dinilai sama

tanpa memperhatikan perbedaan penggunaan prosedur akuntansi. Masalah utama dalam

teori positif adalah untuk menentukan bagaiman prosedur akuntansi mempengaruhi arus

kas, dan kemudian fungsi kegunaan manajemen untuk memperoleh suatu wawasan atas

faktor yang mempengaruhi pilihan manajer terhadap prosedur akuntansi. Resolusi dari

masalah ini di pandu oleh asumsi-asumsi teoritis berikut ini:

177
1. Teori agensi berawal dengan adanya penekanan pada kontrak sukarela yang timbul

di antara berbagai pihak organisasi sebagai suatu solusi yang efisien terhadap

konflik kepentingan tersebut. Teori ini berubah menjadi suatu pandangan atas

perusahaan sebagai suatu “penghubung (nexus)kontrak” melalui pernyataan Jensen

dan Macklin yang menyatakan bahwa perusahaan adalah cerita fiksi legal yang

berfungsi sebagai penghubung atas serangkaian hubungan kontrak antara individu.

Farma memperluas pandangan “penghubung kontrak” ini dengan mencakup baik

pasar modal maupun pasr untuk tenaga kerja manajerial.

2. Dengan adanya perspektif “penghubung kontrak” terhadap perusahaan ini, teori

biaya kontrak melihat peran informasi akuntansi sebagai pengamat dan penegak

atas kontrak-kontrak ini untuk menurunkan biaya agensi dari konflik kepentingan

tertentu. Satu konflik yang mungkin muncul adalah konflik kepentingan antara

pemegang obligasi dan pemegang saham dari perusahaan terhadap utang yang ada.

Dalam kejadian seperti ini keputusan yang menguntungkan pemegang saham

tidaklah harus selalu keputusan yang terbaik bagi kepentingan pemegang obligasi.

Hal ini mungkin meminta perjanjian pemberian pinjaman untuk mendefinisikan

aturan perhitungan guna menghitung angka-angka akuntansi dengan tujuan

perjanjian yang terbatas.

Sejauh mana pilihan akuntansi mempengaruhi kesejahteraan kontrak bergantung pada

besaran relatif dari biaya kontrak. Biaya kontrak ini mencakup:

1. Biaya transaksi (contoh biaya komisi perantara)

2. Biaya agensi (contoh biaya pemantauan, biaya obligasi, dan kerugian sisa akibat

keputusan yang disfungsional)

3. Biaya informasi (contoh biaya untuk memperoleh informasi)

178
4. Biaya negosiasi ulang (misalnya biaya penulisan kembali kontrak yang ada ketika

kontrak dianggap telah tidak sesuai dengan beberapa peristiwa yang tidak dapat

diperkirakan)

5. Biaya kepailitan (contoh biaya hukum untuk memailitkan dan biaya keputusan

yang disfungsional)

Pilihan akuntansi tergantung pada variabel-variabel yang mencerminkan intensif

manajemen dalam memilih metode akuntansi berdasarkan rencana bonus, kontrak utang,

dan proses politik. Sebagai hasilnya ada tiga hipotesis yang dihasilkan; hipotesis rencana

bonus, hipotesis modal hutang, dan hipotesis biaya politis. Hipotesis ini secara umum

dinyatakan dalam bentuk perilaku oportunistis dari para manajer. Hipotesis tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Hipotesis rencana bonus berpendapat bahwa manajer perusahaan dengan rencana

bonus kemungkinan besar menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan

laporan laba periode di periode berjalan. Dasar pemikirannya adalah bahwa

tindakan seperti itu mungkin akan meningkatkan persentase nilai bonus jika tidak

terdapat penyesuaian terhadap metode terpilih.

2. Hipotesis ekuitas utang berpendapat bahwa semakin tinggi hutang/ekuitas

perusahaan yaitu sama dengan semakin dekatnya (semakin ketatnya) perusahaan

terhadap batasan-batasan yang terdapat di dalam perjanjian hutang dan semakin

besar kesempatan atas pelanggaran perjanjian dan terjadinya biaya kegagalan

teknis, maka semakin besar kemungkinan bahwa para manajer menggunakan

metode-metode akuntansi yang meningkatkan laba.

3. Hipotesis biaya politis berpendapat bahwa perusahaan besar dan bukannya

perusahaan kecil kemungkinan besar akan memilih akuntansi untuk menurunkan

laporan laba.

179
Pesan dasar yang selanjutnya menjadi dikenal sebagai “Kelompok Akuntansi Rochester”

adalah hampir semua teori akuntansi tidak bersifat keilmuan karena ia bersifat “normatif”

dan harus diganti dengan teori “positif” yang menjelaskan praktek akuntansi aktual dalam

bentuk pilihan bebas manajemen terhadap prosedur akuntansi dan bagaimana standar

peraturan telah berubah dari waktu ke waktu.

Evaluasi Pendekatan Positif

Pendekatan positif melihat pada “mengapa” praktek akuntansi dan/atau teori akuntansi

berkembang sebagaimana adanya dengan tujuan untuk menjelaskan dan/atau meramalkan

peristiwa akuntansi. Karenanya pendekatan positif berusaha untuk menentukan berbagai

faktor yang mungkin mempengaruhi faktor rasional dalam bidang akuntansi. Pada

dasarnya ia berusaha untuk menentukan suatu teori yang menjelaskan fenomena yang

diamati. Pendekatan positif secara umum dibedakan dari pendekatan normatif yang

berusaha untuk menentukan suatu teori yang menjelaskan “apa yang seharusnya” dan

bukannya “apa yang ada”. Pendekatan positif sepertinya menimbulkan rasa optimisme

yang cukup besar di antara para pendukungnya.

Rasa optimisme ini tidak dimiliki secara hal alamiah oleh semua orang. Satu kritik keras

terhadap pendekatan positif didasarkan pada empat hal pokok:

1. Pernyataan dari Kelompok Rochester bahwa jenis penelitian “positif” yang mereka

lakukan menjadi suatu prasyarat bagi teori akuntansi normatif yang berdasar pada

suatu kebingungan dari wilayah fenomenal ditingkat-tingkat yang berbeda (anuitas

akuntansi berbanding akuntan) dan telah salah.

2. Konsep “Teori Positif” berasal dari suatu filosofi ilmiah yang sudah usang dan

dalam hal apapun merupakan suatu istilah yang kurang sesuai karena teori ilmu

empiris tidak membuat pernyataan positif atas “apakah”

180
3. Walaupun suatu teori mungkin digunakan hanya untuk peramalan meski telah

diketahui salah, suatu teori penjelasan atas jenis yang dicari oleh Kelompok

Rochester atau teori yang biasa dipakai untuk menguji proposal normatif

seharusnya diketahui tidak akan salah. Metode analisis yang dasar pemikirannya

berasal dari fenomena hingga premis yang diterima atas dasar bukti independen

adalah metode yang sesuai untuk membangun teori penjelasan.

4. Bertolak belakang dengan metode empiris yang mencoba untuk melakukan usaha

yang gigih untuk menyalahkan teori yang menjadi subyek, Kelompok Rochester

memperkenalkan argumen ad hoc sebagai alasan bagi kegagalan teori mereka.

Satu titik lainnya berdasar pada pendapat bahwa teori positif atau “empiris” adalah juga

normatif dan bernilai karena teori tersebut biasanya menandai suatu ideologi konservatif

dalam dampak kebijakan akuntansi mereka.

Kritik yang terkeras atas teori akuntansi positif (positive accounting theory-PAT) berasal

dari Sterling dengan komentarnya bahwa:

1. Dua pilar dari studi bebas-nilai dan praktek akuntansi adalah hal yang tidak

bersifat substantif

2. Pendukung ekonomi dan ilmu dari teori adalah salah

3. Hasil pencapaiannya nihil

Sterling juga membuat kesimpulan yang patut untuk tidak kita lewatkan, ia menyatakan

bahwa:

…saya merekomendasikan para akuntan untuk menerapkan “pisau bedah milik sterling”

yang lemah dan secara memalukan tercuri, dimana konsep akuntansi apapun yang tidak

memiliki inti logika umum yang dapat Anda jelaskan pada diri Anda seharusnya

dilupakan. Saya percaya bahwa suatu penerapan yang baik atas kriteria tersebut dalam

181
akuntansi akan membuat PAT menjadi suatu industri penginapan dan menggantinya

sebagai gaya dominan masa ini, sekaligus memberikan perlindungan terhadap gaya

mendatang.

182
MATERI XII
AKUNTANSI INFLASI (PERUBAHAN HARGA)

Kompetensi Dasar

a. Menjelaskan beberapa alasan yang mendukung masih diterapkannya historical cost

b. Menjelaskan beberapa pendapat tentang pengaruh akuntansi perilaku

c. Menjelaskan penerapan teori Efficiency Market Hyphotesis dalam Pasar Modal

d. Menjelaskan konsep mengenai indeks harga

PENDAHULUAN

Akuntansi keuangan merupakan media informasi yang disusun oleh manajemen

selaku pengelola bisnis untuk kepentingan publik khususnya investor dan kreditor.

Laporan keuangan memberikan informasi yang disajikan oleh akuntansi keuangan dalam

rangka menilai kinerja perusahaan. Informasi yang disajikan pada laporan keuangan ini

disusun berdasarkan standar yang sudah ditetapkan dan prinsip-prinsip yang sudah baku.

Inflasi adalah kenaikan tingkat harga umum atas semua barang dan jasa di dalam

suatu perekonomian.Tekanan inflasi merupakan suatu peristiwa moneter yang dapat

dijumpai pada hampir semua negara-negara di dunia yang sedang melaksanakan proses

pembangunan. Sebagai negara berkembang yang masih terus menjalankan pembangunan,

Indonesia mengalami inflasi dari tahun ke tahun.

Banyak study mengenai inflasi di negara-negara berkembang, menunjukan bahwa

inflasi bukan semata-mata merupakan fenomena moneter, tetapi juga merupakan

fenomena struktural atau cost push inflation. Hal ini disebabkan karena struktur ekonomi

183
negara-negara berkembang pada umumnya yang masih bercorak agraris. Sehingga,

goncangan ekonomi yang bersumber dari dalam negeri, misalnya gagal panen (akibat

faktor eksternal pergantian musim yang terlalu cepat, bencana alam, dan sebagainya), atau

hal-hal yang memiliki kaitan dengan hubungan luar negeri, misalnya memburuknya term

of trade, utang luar negeri , dan kurs valuta asing, dapat menimbulkan fluktuasi harga di

pasar domestik.

Pengukuran yang selama ini digunakan dalam akuntansi adalah metode Historical

Cost. Historical Cost adalah menurut pendapat ini cost principle atau disebut juga

acquisition cost adalah dasar penilaian yang tepat untuk mencatat perolehan barang , jasa ,

biaya , harga pokok, dan ekuitas. Dengan perkataan lain, setiap perkiraan dinilai

berdasarkan harga pertukarannya pada tanggal perolehan (Sofyan Syafri Harahap:2011).

Metode historical cost ini menunjukkan bahwa laporan keuangan bersifat

historis,yaitu merupakan laporan keuangan atas kejadian yang telat lewat. Akuntansi juga

disusun berdasarkan prinsip unit moneter, hal ini berarti akuntansi hanya memberikan data

kuantitatif dan moneter. Akuntansi hanya memberikan data yang sifatnya material.

Sedangkan inflasi yang terjadi merupakan suatu kejadian yang akan datang, yang di

pengaruhi dari kejadian sebelumnya.

Inflasi yang terjadi di suatu negara akan membawa dampak terhadap laporan

keuangan yang disajikan karena informasi yang ada menjadi tidak relevan dan tidak sesuai

dengan keadaan pasar yang sesungguhnya. Serta prinsip stable monetary unit yaitu

kesatuan moneter dianggap stabil. Hal ini tidak berlaku pada kenyataannya karena kita

ketahui bahwa dimana saja di dunia ini tingkat inflasi nya akan berubah. Di Indonesia

pada tahun 1956 tingkat inflasi tertinggi sampai 650%, pada tahun 1999 saja tingkat

inflasinya mencapai 9,35%. (Sofyan Syafri Harahap:2011)

184
Permasalahan- permasalahan inilah, yang memicu banyaknya kritik terhadap

kegunaan laporan keungan sebagai pemberi informasi khusunya pada masa inflasi. Pada

saat inflasi, informasi-informasi yang disajiakn pada laporan keuangan hanya sia-sia saja

karena informasi yang disajikan tidak sesuai dengan apa yang ada pada kenyataannya. Hal

ini juga yang memicu munculnya akuntansi inflasi.

Akuntansi inflasi adalah akuntansi yang berupaya untuk menyusun laporan

keuangan yang memuat dampak dari inflasi atau penurunan nilai beli uang pada laporan

keuangan sehingga laporan keuangan menunjukkan satuan mata uang pada tingkat harga

yang berlaku saat itu bukan lagi harga historis.

Pengertian Inflasi dan Tingkatan Inflasi

Dalam ilmu ekonomi, inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara

umum dan terus-menerus (kontinu) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat

disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat,

berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai

termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.

Menurut para pakar beberapa pengertian mengenai inflasi:

1. Menurut Nopirin (1987:25) adalah `Proses kenaikan harga-harga umum barang-barang

secara terus menerus selama peride tertentu.

2. Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998: 578-603) Inflasi dinyatakan sebagai

kenaikan harga secara umum.

Jadi tingkat inflasi adalah tingkat perubahan harga secara umum yang dapat dinyatakan

dengan rumus sebagai berikut:

Rate of inflation (year t) = Price level (year t)- price level (year t-l) :Price level (year

t-l)

185
Kondisi inflasi menurut Samuelson (1998:581), berdasarkan sifatnya inflasi dibagi

menjadi tiga bagian yaitu:

a. Merayap {Creeping Inflation)

Laju inflasi yang rendah (kurang dari 10% pertahun), kenaikan harga berjalan lambat

dengan persentase yang kecil serta dalam jangka waktu yang relatif lama.

c. Inflasi menengah {Galloping Inflation)

Ditandai dengan kenaikan harga yang cukup besar dan kadang-kadang berjalan dalam

waktu yang relatif pendek serta mempunyai sifat akselerasi yang arrinya harga-harga

minggu/bulan ini lebih tinggi dari minggu/bulan lalu dan seterusnya.

d. Inflasi Tinggi {Hyper Inflation)

Inflasi yang paling parah dengan dtandai dengan kenaikan harga sampai 5 atau 6 kali

dan nilai uang merosot dengan tajam. Biasanya keadaan ini timbul apabila pemerintah

mengalami defisit anggaran belanja.

Metode Pengukuran Inflasi

Suatu kenaiikan harga dalam inflasi dapat diukur dengan menggunakan indeks harga. Ada

beberapa indeks harga yang dapat digunakan untuk mengukur laju inflasi

(Nopirin,1987:25) antara lain:

a) ConsumerPriceIndex (CPI)

Indeks yang digunakan untuk mengukur biaya atau pengeluaran rumah tangga dalam

membeli sejumlah barang bagi keperluan kebuthan hidup:

CPI= (Cost of marketbasket ingiven year : Cost of marketbasket in base year) x 100%

186
b) Produsen PriceIndex dikenal dengan Whosale Price Index

Index yang lebih menitikberatkan pada perdagangan besar seperti harga bahan mentah

(raw material), bahan baku atau barang setengah jadi. Indeks PPI ini sejalan dengan indeks

CPI.

c) GNP Deflator

GNP deflator ini merupakan jenis indeks yang berbeda dengan indeks CPI dan PPI,

dimana indeks ini mencangkup jumlah barang dan jasa yang termasuk dalam hitungan

GNP, sehingga jumlahnya lebih banyak dibanding dengan kedua indeks diatas:

GNP Deflator = (GNP Nominal : GNP Riil) x 100%

Faktor - faktor yang mempengaruhi Inflasi

Menurut Samuelson dan Nordhaus (1998:587), ada beberapa faktor yang menyebabkan

timbulnya inflasi:

a. DemandPull Inflation

Timbul apabila permintaan agregat meningkat lebih cepat dibandingkan dengan potensi

produktif perekonomian, menarik harga ke atas untuk menyeimbangkan penawaran dan

pennintaan agregat.

b. Cost Push Inflation or Supply Shock Inflation

Inflasi yang diakibatkan oleh peningkatan biaya selama periode pengangguran tinggi dan

penggunaan sumber daya yang kurang efektif.

187
Sedangkan faktor- faktor yang menyebabkan timbulnya inflasi tidak hanya dipengaruhi

oleh Demand Pull Inflation dan Cost Push Inflation tetapi juga dipengaruhi oleh :

a) Domestic Inflation

Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga barang secara

umum di dalam negeri.

b) Imported Inflation

Tingkat inflasi yang terjadi karena disebabkan oleh kenaikan harga-harga barang

Akuntansi Inflasi

Metode yang digunakan dalam akuntansi inflasi sama dengan metode penentuan laba.

Penekanan penentuan laba adalah pada nilai laba yang lebih relevan yang digambarkan

oleh laporan keuangan , sedangkan inflasi nilai semua item yang terdapat dalam laporan

keuangan. Dalam menyusun laporan keuangan pada masa inflasi juga diperlukan metode-

metode. Menurut Johnson, metode pengukuran aktiva dan kewajiban dapat dibagi :

1. The Entry Value System dari harga umum yang terdiri dari :

a. Historical cost

b. General price level

c. Replacement cost

d. Reproduction cost

2. The Exit Value System harga pasar atau current market value yang terdiri dari :

a. net realizable value

b. selling price

c. expected value

188
pada akuntansi inflasi ,metode –metode di atas digunakan dalam menyusun laporan

keunagan pada saat inflasi adalah :

a. General Price Livel

Keuntungan General Price Level Adjustment (GPLA) adalah :

1. Dapat menjelaskan pengaruh inflasi pada perusahaan

2. Meningkatkan kegunaan perbandingan laporan antarperiode

3. Membantu pemakai laporan menilai arus kas di masa yang akan datang secara lebih

baik

4. Memperbaiki tingkat kepercayaan rasio laporan keuangan yang dihitung dari angka-

angka laporan keuangan yang sudah disesuaikan

Kelemahannya adalah :

1. Inflasi itu terjadi pada barang yang berbeda dan perusahaan yang berbeda jadi tidak

bisa disamakan

2. GPLA tidak bermakna bagi perusahaan

3. Angka yang disesuaikan tidak menggambarkan arus kas

4. Rasio itu adalah indikator mentah

b. Current Cost Accounting

Menurut Edgar Edward dan Philip Bell (1961), yang dibutuhkan oleh manajer adalah

bagaimana mereka mengalokasiakan sumber-sumber ekonomi yang ada untuk

memaksimalkan laba. Manajer biasanya menghadapi masalag apakah ingin

mempertahankan suatu aktiva atau utang atau menjual atau membayarnya dan bagaimana

menggunakan atau mendanai kegiatan perusahaan. Untuk menjawab ini mereka

mengusulkan perhitungan business profit, yang memliki dua komponen.

189
1. Current Operating Profit

Laba dari current operating adalah kelebihan nilai sekarang dari barang atau jasa yang

dijual dengan harga pokoknya.

2. Realizable Cost Saving ( Holding Gain)

Kenaikan harga pokok dari suatu aktiva yang masih dilmiliki sekarang ( dengan harga

sekarang) .

Beberapa bentuk Current Cost :

a. Replacement Cost

nilai yang diukur saat ini (current cost) untuk mendapatkan aktiva baru atau menggantinya

dengan kapasitas produksinya yang sama. Dalam praktik nilai ganti ini hanya diterapkan

pada aktiva nonmoneter, sepertinya persediaan, aktiva tetap. Aktiva tetap disajiakan

menurut nilai gantinya, nilai bersih setelah digambarkan nilai yang sudah dipakai.

Penyusutan dihitung berdasarkan pada nilai ganti itu. Pada masa inflasi sering terjadi

backlog depreciation atau penyusutan yang bersaldo negatif. Pada masa inflasi nilai dari

replacemet value ini lebih besar dari general price level.

Metode ini dikritik dalam hal :

 Subjektivitas penilaian atau taksiran harganya sehingga angka-angka yang timbul

tidak didasarkan pada transaksi yang sebenarnya.

 Dalam hal harga suatu aktiva menurun maka penurunan itu akan menimbulkan

pembebanan ke laba rugi (misalnya penyusutan dan harga pokok produksi) lebih

rendah dari beban pada historical cost. Akhirnya income akan lebih tinggi dari

historical cost.

 Perubahan harga umum tidak tergambar dalam metode replacement cost ini, karena

hanya untuk aktiva tertentu. Oleh karenanya metode replacement cost ini dianggap

bukan merupakan metode akuntansi inflasi

190
 Sukar melakukan perbandingan antar perusahaan yang saling berbeda.

Walaupun ada kritik ini, sebagai pihak menganggap bahwa metode ini paling mudah

diterapkan dalam akuntansi inflasi.

b. Reproduction cost

harga itu diukur berdasarkan harga sekarang jika aktiva itu dibuat atau diduplikasi seperti

barang yang dimiliki itu tanpa melihat perubahan teknologi yang mungkin mempengaruhi

aktiva yang dibuat itu. Secara umum apa yang berlaku pada metode replacement cost

berlaku juga pada metode reproduction cost.

c. Net Realizable Value

merupakan harga jual dikurangi taksiran biaya penjulan. Pada masa inflasi nilai dari net

relizable value ini lebih besar dari replacement cost karena manajemen tidak mungkin

menjual barangnya tanpa mengharapkan laba marjin general price level. Penyusutan dalam

metode ini dihitung berdasarkan perbedaan antara harga jual aktiva itu pada awal

dibandingkan dengan pada akhir periode.

d. selling Price

Di sini nilai yang dipakai adalah harga jual tanpa dikurangi biaya penjualan sehingga

laporan keuangan yang disusun menurut selling price ini akan lebih besar daripada net

realizable value dan metode lain yang disebut sebelumnya.

e. Expected Value

Metode ini sangat tergantung pada pengharapan seseorang jadi bisa lebih besar atau lebih

kecil dibanding dengan metode lain karena expected value ini merupakan gambaran dari

present value kas di masa yang akan datang.

191
3. Monetary Non-Monetary Items

Monetary Item adalah aktiva atau kewajiban yang dinilai atau disajikan dalam unit uang

yang tetap misalnya kas, piutang, hutang atau kewajiban lainnya yang angka dan jumlah

nilai uangnya yang tetap itulah yang akan ditagih, dibayar di masa yang akan datang tanpa

ada perubahan. Nilai ini adalah nilai historis dan nanti nilai net realizable value-nyalah

yang akan direalisasi. Karena nilainya itu juga menggambarkan nilai sekarang (current

value) untuk aktiva jenis ini tidak perlu disesuaikan kecuali untuk mengetahui present

value dari nilai yang diharapkan ditagih (expected value) di masa yang akan datang.

Contohnya : deposito , valuta asing , atau klaim valuta asing, dan alin-lain.

Non-monetary items adalah nilai dimana jumlah uangnya tidak ditetapkan menurut

kontrak perjanjian. Dalam metode historical cost ini digambarkan sebagai old cost bukan

nilai sekarang. Misalnya aktiva tetap,lahan. Dalam metode current value harga baru itu

yang dicoba digambarkan dengan harga sekarang.contohnya adalah biaya dibayar dimuka.

4. Model Akuntansi

Ada delapan model akuntansi dalam penilaian aktiva dan penentuan laba yaitu:

1. pengukuran menurut unit uang :

a. Historical Cost Accounting

b. Replacement Cost Accounting

c. Net Realizable Value Accounting

d. Present Value Accounting

2. Pengukuran menurut Uint Tenaga Beli (GPL)

a. GPL Historical Cost Accounting

b. GPL Replacement Cost Accounting

c. GPL Net Realizable Value Accounting

192
d. GPL Present Value Accounting

Namun yang akan dibahas pada paper ini hanya tiga model akuntansi saja, yaitu :

a. Historical Cost Accounting

b. Replacement Cost Accounting

c. Net Realizable Value Accounting

1. Atribut yang akan dinilai

a. Dalam model Historical Cost Accounting, Atribut yang dinilai adalah jumlah uang

atau kas atau sejenisnya yang dibayar untuk mendapatkan aktiva atau membayar

sejumlah hutang yang dibebankan dalam unit uang yang timbul dari perolehan

aktiva itu.

b. Dalam model Replacement Cost Accounting, atribut yang dibayar adalah uang kas

atau sejenisnya yang akan dibayar untuk memperoleh aktiva yang sama dan sejenis

saat sekarang atau jumlah hutang yang akan dibebankan untuk memperolah aktiva

tersebut.

c. Dalam model Net Realizable, atribut yang dinilai adalah jumlah uang kas atau

sejinsnya yang akan diperoleh dengan menjual aktiva sekarang atau jumlah uang

yang harus dibayar untuk menebus kewajiban itu sekarang.

d. Dalam model Present Value atau Capitalized Value, atribut yang dinilai adalah

arus kas masuk bersih yang diharapkan akan diterima dari penggunaan aktiva atau

arus kas keluar net yang diharapkan akan dibayar untuk membayar kembali

hutang.

Atribut itu dapat kita golongkan dalam tiga cara sebagai berikut :

 Fokus penilaian dapat berupa masa lalu (historical cost), masa kini (replacement

cost dan net realizable value), dan masa yang akan datang (present value).

193
 Jenis transaksi : historical cost dan replacement cost merupakan transaksi

perolehan atau pembebanan hutang, net realizable value dan present value

menyangkut penjualan aset dan pembayaran hutang.

 Sifat kejadian awalnya : historical cost didasarkan pada kejadian yang sebenarnya,

present value berdasarkan kejadian yang diharapkan, dan replacement cost dan net

realizable value didasarkan pada kejadian yang sifatnya hipotesis (anggapan).

2. Unit Of Measure

Ada dua jenis unit ukuran yang dipakai, yaitu sebagai berikut :

1. Unit Moneter (Uang)

Dalam model ini yang menjadi unit pengukuran adalah unit uang.

2. Unit Daya Beli (Purchasing Power)

Dalam model ini yang menjadi alat ukur adalah daya beli uangnya yang tentu

berbeda apabila waktunya berbeda.

3. Penilaian dan Perbandingan terhadap Model Akuntansi

Dalam menilai dan membandingkan model penilaian akuntansi tersebut, model Present

Value sengaja tidak diikutkan karena beberapa kelemahan sebagai berikut.

a. Sukarnya menaksir penerimaan kas di masa yang akan datang.

b. Pemilihan tingkat diskonto yang sangat bervariasi

c. Alokasi arbitrer dari taksoran arus kas dalam menilai aset

d. Alokasi arbitrer dan taksiran arus kas dari masing-masing aktiva secara individual

Dalam menilai dan membandingkan model-model ini maka yang menjadi dasar penilaian

adalah.

1. Kesalahan yang timbul akibat masalah waktu (timing error)

194
Timing error timbul akibat perubahan nilai yang terjadi dalam suatu periode

tertentu, tetapi dicatat, diperhitungkan, dan dilaporkan pada periode yang lain.

Yang sebaiknya adalah bahwa setiap kejadian dalam periode itu dicatat dan

dilaporkan sesuai pada periode itu.

2. Kesalahan akibat alat ukur ( measuring unit errors)

Kesalahan akibat alat ukur ini terjadi apabila laporan keuangan tidak disajikan

dengan menggunakan dan mempertimbangkan tenaga beli dari mata uang tersebut.

Idealnya tenaga beli uang harus ikut menjadi bahan pertimbangan dalam menyusun

laporan keuangan.

3. Kesulitan dalam penafsiran (interpretability)

Laporan keuangan harus dipahami tanpa salah pengertian. Dalam menafsirkan

laporan keuangan kita harus memahami masalah pengertian dan penggunaanya.

Dengan perkataan lain, agar model akuntansi dapat dipahami maka kita harus

menggunakan rumus :

“Jika…………………, maka………………….” atau (if……….them).

Dengan rumus ini maka para pembaca lapoiran keuangan akan memahami

arti serta kegunaanya. Akuntansi memiliki alat ukur yang menghasilkan

ukuran tertentu, misalnya model akuntansi yang menggunakan unit sebagai

alat ukur berarti hasilnya adalah bahwa itu dinyatakan dalam jumlah rupiah

(Number of Dollars = NOD).

Demikian juga jika kita gunakan konsep Historical Cost dengan “ukuran

tenaga beli umum”, akan tetap menghasilkan jumlah rupiah (Number of

Dollars). Sementara itu, apabila konsep Current Value yang diukur dengan

tenaga beli umum, akan menghasilkan ukuran barang atau Command of

Goods (COG)

195
4. Relevansi

Informasi akuntansi harus relevan artinya harus bermanfaat bagi pemakainya

khususnya untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Namun, karena

model akuntansi yang ada masih memiliki makna yang masih kabur seperti

masalah NOD dan COG tadi, sulit bagi pembaca menjadikan informasi akuntansi

itu relevan tanpa menguasai ilmu akuntansi lebih mendalam.

Metode Pengukuran Harga Wajar ( Fair Value )

Metode pengukuran harga wajar telah berlaku di Amerika sesuai dengan statement NO.

157 tentang Fair Value Measurement.

“Statement ini mendifinisikan fair value , menentapkan kerangka untuk mengukur nilai

yang wajar ( fair value) sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima umum, dan

memperluas pengungkapan tentang pengukurna fair value. Statement ini diterapkan dalam

kerangka dasar akuntansi yang membutuhkan atau mengizinkan pengukuran fair value.

Dewan standar sebelumnya telah memutuskan melalui pengumuman bahwa fair value

adalah metode pengukuran yang relevan. Oleh karena itu, statement ini tidak meemerlukan

metode pengukuran fair vale yang baru. Namun, untuk sebagian entitas penerapan fair

value ini akan mengubah praktik yang berlaku sekarang.

Ilustrasi Beberapa Alternatif Model Akuntansi

Untuk memberikan gambaran yang jelas antara beberapa alternative model akuntansi ini

kita misalkan PT Sipangko Jaya yang didirikan pada tanggal 21 Maret 2005 akan

memasarkan produk baru yang disebut ESTIMA. Modal berjumlah Rp 30.000,-, utangnya

Rp 30.000,-, dengan bunga 10 %. Pada tanggal 1 Januari PT Sipangko Jaya memulai

196
kegiatannya dengan membeli 6.000 unit ESTIMA dengan harga Rp 10,- per unit. Pada

tanggal 1 Mei perusahaan menjual 5.000 unit dengan harga Rp 15,- per unit.

Sementara itu, perubahan tingkat harga selama tahun 2005 adalah sebagai berikut:

Januari 1 Mei 1 Desember 1


Replacement Cost 10 12 13
Net Realizable Value - 15 17
General Price Level Index 100 130 156

Alternatif dengan Melihat Sudut “Unit of Money”

Alternatif yang kita bahas disini adalah menyangkut kesalahan yang timbul karena waktu.

Untuk itu, model yang akan kita bahas adalah:

1. Historical Cost Accounting

2. Replacement Cost Accounting

3. Net Realizable Value Accounting

Laporan Laba Rugi

Laporan laba rugi untuk ketiga model itu adalah sebagai berikut:

PT Sipangko Jaya
Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2005

Keterangan Historical Replacement Net Realizable


Cost Value Value

Hasil 75.000 92.000


Harga Poko Penjualan 50.000 60.000 73.000
Laba Kotor 25.000 15.000 19.000
Bunga 10% 3.000 3.000 3.000
Laba Operasi 22.000 12.000 16.000
Realisasi holding gain and loss sudah termasuk 10.000 10.000
Holding gain and loss yang tidak dihitung 3.000 3.000
Tidak direalisasi
General Price level gain tidak dihitung tidak dihitung tidak dihitung
and loss
Laba bersih 22.000 25.000 29.000

197
PT Sipangko Jaya
Neraca
31 Desember 2005

Keterangan Historical Reolacement Net Realizable


Cost Value Value
Harta
Kas 72.000 72.000 72.000
Persediaan 10.000 13.000 17.000
Total Harta 82.000 85.000 89.000

Utang & Modal


Kewajiban 30.000 30.000 30.000

Modal :
Modal Saham 30.000 30.000 30.000
Laba ditahan
Realisasi 22.000 22.000 22.000
Belum realisasi - 3.000 7.000
Total laba ditahan 22.000 25.000 29.000
Total Modal Setor 52.000 55.000 59.000
Total Utang & Modal 82.000 85.000 89.000

Analisis perbedaan akibat waktu


Total Laba HC RC NRV
Laba yang Kesalahan Laba yang Kesalahan Laba yang Kesalahan
dilaporkan dilaporkan dilaporkan
29.000 22.000 7.000 25.000 4.000 29.000 0

2. Alternatif Dengan Menggunakan Model Akuntansi yang Diukur Dengan Unit

Tenaga Beli Umum

Dalam model ini yang kita bahas adalah:

1. General Price Level Adjusted Historical Accounting

2. General Price Level Adjusted Replacement Cost Accounting

3. General Price Level Adjusted Net Realizable Value Accounting

198
PT Sipangko Jaya
Laporan Laba Rugi
Untuk tahun yang berakhir pada 31 Desember 2005

Keterangan GPLA GPLA GPLA


HC RC NRVA
Hasil 90.000 90.000 107.000
Harga Pokok Penjualan 78.000 72.000 85.000
Laba Kotor 12.000 18.000 22.000
Bunga 10% 3.000 3.000 3.000
Laba Operasi 9.000 15.000 19.000
Real Realized Holding Gain and Loss termasuk (6.000) (6.000)
Real Unrealized Holding Gain and Loss tidak dihitung (2.600) (2.600)
General Price Level Gain and Loss 1.800 1.800 1.800
Laba Bersih 10.800 8.200 12.200

PT Sipangko Jaya
Neraca Menurut General Price Level
Per 31 desember 2005

Keterangan GPL GPL GPL


HC RC NRVA
Aktiva: 72.000 72.000 72.000
Kas 15.600 13.000 17.000
Persediaan
Total Aktiva 87.600 85.000 89.000
Pasiva: 30.000 30.000 30.000
Obligasi 46.800 46.800 46.800
Modal 9.000 9.000 9.000
Laba Ditahan: (0) (2.600) 1.400
Realized 1.800 1.800 1.800
Unrealized
Laba/Rugi GPL
Total Pasiva 87.600 85.000 89.000

199
Analisis Tipe Kesalahan Masing-masing Model
Timing error Interpretation
Measureng- NOD COG
No Accounting Model Operating Holding Relevance
Unit Error (Number of (Command of
Profit Gains
dollars) Goods)
1 Historical-cost accounting Ya Ya Ya Ya Tidak Tidak

Ya Ya Ya
2 Replacement-cost Ya Hilang Ya
Laba Rugi Harta Harta

Ya Ya
Net-realizable-value Aktiva
3 Hilang Hilang Ya Laba Rugi Aktiva Moneter
accounting Moneter
dan Utang dan Utang

General price-level-
4 adjusted historical cost Ya Ya Hilang Ya Ya Ya
accounting

General Price-level-
5 adjusted replacement-cost Ya Hilang Hilang Hilang Ya Ya
accounting

General Price-level-
6 adjusted net-realizable- Hilang Hilang Hilang Hilang Ya
value accounting

200
MATERI XIII
AKUNTANSI : ILMU DAN PARADIGMA

Kompetensi dasar

a. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan konsep paradigma

b. Menjelaskan tentang pendekatan deskriptif induktif dalam dalam penyusunan teori

akuntansi dan keyakinan nilai dari praktik akuntansi

c. Menjelaskan tentang alternatif sistem akuntansi biay historis

d. Menjelaskan hubungan pemakaian informasi akuntansi dan informasi akuntansi yang

relevan dengan konsep pembuatan keputusan akuntansi

Perubahan Revolusioner Teori, dan Paradigma Punctuated Equilibrium

Bagaimana ilmu pengetahuan berubah? Pertanyaan ini telah menjadi perdebatan cukup

lama. Para pengikut Darwin dengan gagasannya tentang pertumbuhan (incremental)

menyatakan bahwa perubahan kumulatif masih jauh dari memadai untuk menjelaskan

perubahan dalam bidang ilmu dan pertumbuhan dalam bidang pengetahuan. Sejarawan

mengajukan sebuah gagasan yang berbeda dari evolusi yang dikenal sebagai punctuated

equilibrium: sebuah altematif di antara periode-periode yang panjang dengan infrastruktur

yang stabil dan meningkatnya penyesuaian serta peringkasan periode revolusioner yang

bergolak (Niles Eldredge dan Stephen Gould).

Pada dasamya, "garis keturunan muncul dalam bentuk equilibrium seperti

bentuk-bentuk terdahulu dan spesies baru muncul dengan tiba-tiba, melalui perubahan

yang secara tiba-tiba menyela (punctuation) proses yang ada (seperti dalam model Darwin

- seleksi alam yang akan menseleksi kemampuan varian baru tersebut)".

201
Untuk masing-masing teori, punctuated equilibrium menawarkan tiga komponen pokok

yaitu:

 struktur yang mendalam,

 periode keseimbangan, dan

 periode revolusioner.

http://www.blogger.com/post-

edit.g?blogID=270526506489306105&postID=4340176887558244991Teori Umum Kuhn

tentang Revolusi Ilmiah

Teori tentang revolusi pengetahuan menekankan pada pengembangan pengetahuan

dan motivasi sejumlah pengembangan tersebut. Usaha Thomas Kuhn menekankan pada

pengembangan pengetahuan dalam bidang sain normal tertentu. Tesis utama revolusi

pengetahuan ini berdasarkan konsep paradigma. Setelah munculnya sejumlah kritik

tentang perbedaan dan ketidak konsistenan pemakaian istilah paradigma, Kuhn

memperbaikinya dalam bukunya edisi kedua:

Dalam banyak buku, istilah paradigma digunakan dalam dua pengertian berbeda.

Di satu sisi, paradigma terdiri dari keseluruhan konstelasi keyakinan, nilai, dan teknik

yang dibagikan pada anggota suatu komunitas. Di sisi lain, paradigma menunjukkan satu

bentuk elemen dalam konstelasi, yaitu solusi kongkrit atas kebingungan yang dapat

dimanfaatkan sebagai model atau contoh, dan dapat menggantikan aturan yang ada

sebagai suatu dasar solusi bagi kebingungan berikutnya dalam sain normal.

Paradigma-paradigma ini tidak selamanya mendominasi. Untuk pertama kali

dijumpai adanya sejumlah anomali (kelainan/keganjilan). Anomali ini tidak dapat

diperbaiki. Suatu periode ketidak nyamanan dan krisis terjadi dengan adanya perselisihan

202
antara pihak yang melihat anomali sebagai suatu contoh pembanding, dan pihak lain yang

tidak menganggapnya:

Sain normal berulangkali mengalami salah langkah. Saat itu terjadi-yaitu saat profesi tidak

lagi dapat menghindari anomali sebagai penyebab tumbangnya tradisi praktik ilmu

pengetahuan yang ada-maka penyelidikan tambahan dimulai untuk mengajak para anggota

profesi agar membuat komitmen baru, sebagai dasar yang baru untuk praktik ilmu

pengetahuan.

Krisis berlanjut dengan munculnya sekumpulan alternatif ide dan identifikasi

cabang pemikiran baru. Apa yang sesungguhnya terjadi selama periode krisis, tidak

banyak yang tahu. H.Gilman McCann mengusulkan tingkat karakteristik teoretis dan

kuantitatif dari tugas-tugas yang berhubungan dengan periode awal dan akhir dr sain

normal:

o Tingkat usaha teoretis akan meningkat selama pengembangan revolusi. Peningkatan ini

terdiri dari;

 naiknya tingkat usaha teoretis di antara para pengikut suatu paradigma, dan

 diawali dengan tingginya tingkat usaha teoretik oleh pengikut paradigma baru,

diikuti menurunnya keberhasilan paradigma baru.

o Pergeseran ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumlah tulisan teoretik

dibandingkan tulisan yang lain.

o Tingkat usaha kuantitatif akan meningkat selama pengembangan revolusi. Peningkatan

ini terdiri dari

 suatu kenaikan, yang mungkin dlikuti penurunan, dalam tingkat usaha di

antara para pengikut paradigma yang ada, dan

203
 diawali dengan tingginya tingkat usaha kuantitatif oleh pengikut paradigma

baru, yang mungkin diikuti menurunnya paradigma baru dan menyebabkan

masalah lain.

o Pergeseran ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumlah tulisan kuantitatif

dibandingkan tulisan yang lain.

o Peningkatan usaha kuanfitatif akan sangat ditegaskan di antara tulisan teoretik.

o Akan terjadi peningkatan jml penulis selama pengembangan revolusi.

o Akan terjadi peningkatan produktivitas penulis selama pengemba- ngan revolusi.

o Pergeseran ke paradigma baru akan segera muncul dari sejumiah tulisan penulis muda

daripada penulis yang lebih tua.

o Pendukung paradigma baru umumnya lebih muda daripada pendukung paradigma

lama.

o Akan ada sejumlah tulisan yang bersifat netral.

o Porsi pengharpan terhadap penulis yang mendukung paradigma baru akan meningkat

selama revolusi.

Seluruh hukum dan proposisi merupakan subjek kesaksian empirk. Penolakan suatu

paradigma terhadap paradigma lain bagaimanapun tidak berdasarkan eksklusifitas bukti

empirik. Faktor-faktor yang tidak logik termasuk pandangan metafisik, kedudukan

filosofik, etnosentrisme, nasionalisme, dan karakter sosial dari komunitas ilmiah, mungkin

menjadi beban keputusan. Pengakuan paradigma oleh para pendukungnya yang lebih dari

sekadar uang atau kekuasaan, akan menjadi faktor pendorong bagi para peneliti maupun

komunitas ilmiah tertentu. Intinya, para peneliti akan menukarkan pengakuan sosial

terhadap informasi.

204
Walaupun sulit untuk sependapat bahwa pengakuan merupakan motivasi utama bagi

penelitian dalam setiap bidang ilmu, namun ada argumen menarik bahwa dorongan utama

penelitian adalah kepuasan yang diperoleh apabila melakukan sesuatunya dengan baik.

Namun demikian, kecurigaan tentang kebenaran secara psikologis menyelimuti proses

pengakuan dalam ilmu pengetahuan. Setiap penghargaan yang bersifat intrinsik seperti

popularitas, uang, posisi, secara moral bersifat mendua dan berpotensi untuk merusak nilai

kepuasan secara alami: seperti reward berbentuk pemberian hukuman, akan menggantikan

kedudukan motivasi yang sesungguhnya: perhatian terhadap pengakuan akan

menggantikan perhatian terhadap keunggulan pengetahuan.

PANDANGAN RITZER TENTANG BERBAGAI PARADIGMA

Fokus perhatikan teori revolusi pengetahuan adalah pendefinisian yang tepat tentang

konsep paradigma. Kuhn menggunakan istilah tersebut secara salah dan tidak konsisten.

Definisi paling mendekati yang tersaji pada bagian akhir bukunya edisi kedua juga tetap

tidak jelas. Definisi tersebut tidak mengurangi kritik utama terhadap perubahan pandangan

Kuhn, dari pandangan bahwa kemunculan dan kegagalan suatu paradigma merupakan

akibat faktor politik, ke pandangan baru bahwa suatu paradigma lebih unggul dari

pandangan lainnya dengan suatu alasan, meliputi "keakuratan, cakupan, kemudahan,

manfaat, dan kesamaannya".

Komponen dasar suatu paradigma menurut definisi Ritzer adalah:

1. Contoh (exemplar), atau potongan akfivitas yang berfungsi sebagai model bagi

individu yang bekeda menggunakan suatu paradigma;

2. gambaran (images) dari pokok persoalan;

3. teori-teori (theories); dan

4. metode dan instrumen.

205
Saat nilai prediksi suatu teori bagi para penggunanya digunakan, nilai tersebut tidak

semata-mata menentukan kesuksesan suatu paradigma. Disebabkan biaya kesalahan dan

implementasinya bervariasi, sejumlah teori tentang fenomena dapat bertahan secara

bersamaan untuk tujuan prediktif. Bagaimanapun, hanya satu fenomena yang secara

umum akan dapat diterima para teoritikus. Dalam menerima suatu teori, teoritikus akan

dipengaruhi oleh pertimbangan intuitif dari penjelasan teori suatu fenomena dan

jangkauan suatu fenomena, yang dapat menjelaskan dan memprediksi sebaik manfaat

prediksi bagi para pengguna.

PARADIGMA DALAM AKUNTANSI

Paradigma Antropologikal / Induktif

Gambaran Pokok Masalah

Bagi pengguna paradigma anthropological/ inductive, pokok persoalan yang ada adalah:

o Praktik-praktik akuntansi yang ada, dan

o Sikap manajemen terhadap praktik-praktik tersebut.

Para pendukung pandangan ini berpendapat bahwa pada umumnya teknik-teknik mungkin

diturunkan dan dipertimbangkan dengan berdasarkan pengujian terhadap manfaatnya atau

bahwa manajemen memegang peranan utama dalam menentukan teknik-teknik yang akan

diimplementasikan. Konsekuensinya, tujuan penelitian akuntansi yang berhubungan

dengan paradigma anthropological/ inductive adalah untuk memahami, menjelaskan, dan

memprediksi praktik-praktik akuntansi yang ada. Contoh, Ijiri memandang misi

pendekatan paradigma ini sebagai berikut:

Bentuk penalaran induktif untuk memperoleh tujuan yang secara implisit terkandung

dalam perilaku sistem yang ada, tidak ditujukan untuk menjamin kelangsungan sistem

206
yang sudah ada. Tujuan sejumlah pengujian adalah untuk menyoroti di mana perubahan

diperlukan dan di mana sebaiknya dilakukan.

Perubahan yang disarankan sejumlah penelitian memiliki lebih banyak kesempatan yang

secara aktual dapat diimplementasikan.

Teori-teori

Empat teori dapat dipertimbangkan sebagai bagian dari paradigma anthropologikal/

inductif

o Informasi ekonomis

o Model analitis/agensi

o Hipotesis income smoothing/eamings management; dan

o Teori akuntansi positif.

Metode-metode

Para pengguna paradigma anthropological/ inductive cenderung untuk menggunakan

salah satu dari tiga teknik berikut ini:

o Teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian income smoothing;

o Teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian eamings management; dan

o Teknik-teknik yang digunakan dalam penelitian teori positif.

Paradigma True Income / Deduktive

Gambaran Pokok Masalah

Siapa saja yang mengadopsi paradigma true-income/deductive, pokok persoalannya

adalah:

207
o Penyusunan teori akuntansi dengan menggunakan dasar logika, alasan normatif, serta

konsep yang baku dan

o Konsep income yang ideal berdasarkan sejumlah metode lain selain metode historical

cost.

MacNeal berpendapat bahwa konsep income yang ideal adalah sebagai berikut:

Ada satu definisi profit yang benar dalam istilah akuntansi. Profit merupakan peningkatan

bersih dalam tingkat kesejahteraan. "Loss" merupakan penurunan bersih dalam tingkat

kesejahteraan. Definisi-definisi tersebut merupakan definisi para ekonom. Definisi ini

singkat dan tepat, jelas, serta dapat diukur secara matematis.

Alexander, berpendapat tentang konsep income yang ideal, menyatakan:

Kita harus menemukan apakah income ekonomik yang ideal berbeda dengan income

akuntansi hanya dalam tingkatan bahwa yang ideal itu sulit dicapal, atau apakah income

ekonomis sudah cukup memadai apabila pengukurannya mudah dilakukan.

Teori-teori

Teori yang muncul dari paradigma true income/ deductive menyajikan altematif terhadap

sistem akuntansi biaya historis. Secara umum, lima teori atau cabang pemikiran dapat

diidentifikasi:

 Price-level adjusted (atau current-purchasing-power) accounting.

 Replacement-cost accounting.

 Deprival-value accounting (Likuidasi).

 Continuously contemporary (net-realizable-value) accounting.

 Present-value accounting.

Masing-masing teori menyajikan altematif metode penilaian assets dan penentuan income

yang dapat mengatasi akuntansi biaya historis.

208
Metode-metode

Para pengguna paradigma true-income/deductive umumnya menggunakan alasan analitis

untuk membenarkan penyusunan teori akuntansi atau untuk mempertahankan keunggulan

suatu model tertentu dalam penilaian assets/penentuan income, selain akuntansi

biaya-historik. Para pendukung paradigma ini umumnya mengawali tujuan dan postulat

lingkungan ke metode yang spesifik.

Paradigma Decision-Usefulness / Secision - Model

Gambaran Pakok Masalah

Bagi para pengguna paradigma decision-usefulness/ decision- model, pokok persoalan

dasamya adalah manfaat informasi akuntansi dalam model keputusan. Informasi yang

relevan dengan model atau kriteria keputusan ditentukan dan diterapkan dengan memilih

altematif akuntansi terbaik. Kemanfaatan dalam model keputusan sama dengan model

keputusan yang relevan.

Sebagai contoh, Sterling menyatakan:

Apabila suatu properti dapat ditentukan oleh sebuah model pembuatan keputusan, maka

pengukuran terhadap properti tersebut dikatakan relevan (dengan model keputusan

tersebut). Apabila suatu properti tidak dapat ditentukan oleh sebuah model pembuatan

keputusan, maka pengukuran terhadap properti tersebut dikatakan tidak relevan (dengan

model keputusan tersebut)."

Teori-teori

Dua bentuk teori dapat dimasukkan sebagai bagian paradigma decision-usefulness/

decision-model yaitu;

209
 Bentuk pertama berhubungan dengan perbedaan bentuk model keputusan yang

berhubungan dengan pembuatan keputusan bisnis (seperti EOQ, PERT, linear

programming, penganggaran modal, beli vs sewa beli [lease], membuat atau

membeli dan sebagainya).

 Informasi yang diperlukan oleh sebagian besar model ini dengan mudah dapat

ditentukan.

 Bentuk kedua berhubungan dengan perbedaan kejadian ekonomis yang mungkin

dapat mempengaruhi going concem (seperti kebangkrutan, pengambil-alihan,

merger, peringkat obligasi, dan sebagainya). Teori yang menghubungkan informasi

akuntansi dengan kejadian-kejadian tersebut banyak yang tidak dapat diketahui.

Pengembangan sejumiah teori merupakan tujuan utama aktivitas tsb dalam

paradigma decision-usefulness/ decision-model.

Metode-motode

Para pengguna paradigma cenderung untuk tergantung pada teknik-teknik empirik dalam

menentukan kemampuan prediktif dari elemen-elemen informasi yang terpilih. Pendekatan

yang umumnya digunakan dalam analisis diskriminan untuk mengelompokkannya dalam

satu bentuk kelompok dari sejumlah kelompok yang ada sebelumnya, tergantung pada

karakteristik keuangan perusahaan secara individual.

Paradigma Decision-Usefullness/Decision-Maker/Agregat-Market- Behavior

Gambaran Pokok Masalah

Bagi para pengguna paradigma decision-usefulness/ decision–maker/

agregat-market-behavior, pokok masalah sesungguhnya adalah respons pasar secara

keseluruhan terhadap variabel-variabel akuntansi. Para penulis di atas sependapat bahwa

210
manfaat keputusan secara umum dalam variabel akuntansi dapat diperoleh dari perilaku

pasar secara keseluruhan, atau seperti yang disajikan oleh Gonedes dan Dopuch, hanya

pengaruh prosedur akuntansi altematif atau spekulasi yang dapat diniial dari perilaku pasar

secara keseluruhan. Menurut Gonedes dan Dopuch, pemilihan sistem informasi akuntansi

ditentukan oleh perilaku pasar secara keseluruhan.

Teori-teori

Hubungan antara perilaku pasar secara keseluruhan dengan variabel akuntansi didasarkan

pada teori efisiensi pasar modal. Menurut teori ini, pasar akan dikatakan efisien jika;

 harga pasar mencerminkan secara penuh (fully reflect) seluruh informasi yang

tersedia untuk umum, dan dr sudut implikasinya bahwa,

 harga pasar tidak bias dan merespon secara cepat seluruh informasi baru.

Teori ini secara jelas menyatakan bahwa umumnya dalam kondisi pasar efisien, abnormal

retum yang dapat diperoleh dari pemanfaatan informasi yang lebih luas dalam

hubungannya dengan setiap pola perdagangan adalah nol.

Perubahan dalam kumpulan informasi yang tersedia secara otomatis akan menyebabkan

keseimbangan harga yang baru. Pada kenyataannya teori yang menegaskan perilaku pasar

meliputi:

 the efficient market model;

 the efficient market hypothesis;

 the capital asset pricing model;

 the arbitrage pricing theory;

 the equilibrium theory of option pricing.

Metode-motode

Para pengguna paradigma ini akan mengikuti metode:

211
 the market model,

 the beta estimation model;

 the event study methodology;

 the Ohlson's Valuation model,."

 the price level balance sheet evaluation model,

 the information content of eamings models,

 the models of the relation between eamings and retum.

Paradigma Decision-Usefullness / Decision Maker / Individual - User

Gambaran Pokok Masalah

Bagi para pengguna paradigma decision-usefullness/ decision- maker/ individual-user,

pokok masalahnya adalah respon pengguna individu terhadap variabel-variabel akuntansi.

Para pendukung paradigma ini berpendapat bahwa secara umum manfaat variabel

akuntansi terhadap pembuatan keputusan dapat dilihat dari sudut perilaku manusia.

Dengan kata lain, akuntansi dipandang sebagai proses keperilakuan.

Tujuan penelitian akuntansi keperilakuan adalah untuk memahami, menguraikan, dan

memprediksi perilaku manusia dalam hubungannya dengan akuntansi. Paradigma ini

berhubungan dengan kepentingan pengguna akuntansi secara intemal, prosedur dan penilai

informasi, serta masyarakat umum atau perwakilannya.

Teori-teori

Sebagian besar penelitian yang berhubungan dengan paradigma decision-usefulness/

decision-maker/ individual-user tidak dikaitkan dengan manfaatnya dalam pembentukan

teori secara jelas. Secara umum, altematif untuk mengembangkan teori akuntansi

keperilakuan yang memadai meminjam, dari disiplin ilmu yang lain.

212
Sebagian besar teori tersebut cukup memadai untuk menjelaskan dan memprediksi

perilaku manusia dalam hubungannya dengan akuntansi.

Teori-teori pinjaman ini di antaranya:

 relativisme kognitif (kesadaran) dalam akuntansi;

 relativisme budaya dalam akuntansi;

 pengaruh keperilakuan dari informasi akuntansi;

 relativisme linguistik dalam akuntansi;

 hipotesis fiksasi fungsional dan fiksasi data;

 hipotesis information inductance;

 hipotesis slack organisasional dan penganggaran;

 pendekatan kontinjensi dalam penyusunan sistem akuntansi;

 penganggaran partisipatif dan kinerja;

 model pemrosesan informasi yang berhubungan dengan manusia; meliputi:

 the lens model,.

 the probabilistic judgment model;

 the predecisonal behavioral model;

 the cognitive style approach.

Model-model

Para pengguna paradigma ini cenderung untuk menggunakan seluruh metode yang disukai

oleh para ahli keperilakuan-teknik pengamatan, wawancara, dan kuesioner serta

eksperimen merupakan metode yang banyak digunakan. Hal ini juga merupakan awal

yang baik untuk suatu proses pengakuan.

213
Paradigma Information / Economics

Gambaran Pokok Masalah

Pokok masalah yang dihadapi para pengguna paradigma information/ economics, adalah

sebagai berikut:

o Informasi merupakan suatu komoditas ekonomis, dan

o Perolehan sejumlah informasi dalam masalah pemilihan ekonomis.

Nilai informasi dipandang dari sudut kriteria cost-benefit dalam struktur formal teori

pembuatan keputusan dan teori ekonomi. Hal ini dinyatakan dengan cara sebagai berikut:

... argumen yang mengatasnamakan accrual accounting mengacu pada dasar pemikiran

bahwa

 pelaporan income berbasis accrual accounting menyampaikan lebih banyak

informasi daripada sistem akuntansi yang berorientasi cash-flow,

 accrual accounting merupakan cara yang paling efisien untuk menyampaikan

informasi tambahan ini, dan akibat-akibat yang ditimbulkannya,

 nilai yang dihasilkan oleh informasi tambahan ini melebihi cost untuk

memproduksinya.

Informasi akuntansi dievaluasi dalam hubungannya dengan kemampuan untuk

meningkatkan kualitas pemilihan secara optimal dalam masalah pemilihan yang harus

diselesaikan oleh seorang individu atau sejumlah individu dalam sekelompok individu

yang heterogen. Seorang individu harus memilih di antara sejumlah tindakan yang juga

memiliki probabilitas hasil berbeda. Asumsikan secara konsisten bahwa perilaku

pemilihan yang rasional akan diarahkan oleh expected utility hypothesis, maka tindakan

dengan expected payoff (atau utility) terbesar akan lebih disukai individu. Dalam

214
kaitannya dengan hal ini, informasi diperlukan untuk revisi probabilitas outcomes

sesungguhnya. Jadi individu akan mengahadapi dua tahap proses:

 tahap pertama, saat sistem informasi menghasilkan sinyal-sinyal yang berbeda; dan

 tahap kedua, saat ketaatan sinyal menghasilkan revisi probabilitas dan pemilihan

kondisi dengan tindakan terbaik

Sistem informasi dengan expected utility terbesar lebih disukai. Informasi yang diperlukan

dalam analisis revisi probabilitas secara sistematis (Bayesian-version) pada gilirannya

memudahkan analisis informasi dengan dasar yang bersifat subjektif yaitu aturan

maksimalisasi expected utility.

Teori-teori

Paradigma information/economic memberikan gambaran mendalam tentang "theory of

teams", yang dikembangkan oleh Marschak dan Radner, pada teori keputusan secara

statistik, dan pada teori ekonomi pemilihan. Apa yang dihasilkan adalah teori normatif

dari penilaian informasi untuk analisis sistematis terhadap altematif-altematif informasi.

Fokus paradigma information/ economic adalah asumsi ekonomi tradisional yang

konsisten, yaitu perilaku pemilihan yang rasional.

Metode-metode

Para pengguna paradigma ini umumnya memanfaatkan alasan analitis dengan dasar teori

keputusan secara statistik dan teori ekonomis proses pemilihan. Pendekatan ini

memisahkan hubungan-hubungan yang bersifat umum dan pengaruh rencana altematif,

kemudian menerapkan Boyesian-revision analysis dan kriteria cost-benefit untuk

menganalisis pertanyaan-pertanyaan tentang kebijakan akuntansi. Asumsi utama

pendekatan ini adalah rasionalitas.

215
ILMU AKUNTANSI

Situasi dalam penelitian akuntansi telah meningkat secara drastis dalam beberapa tahun.

Tidak ada gunanya mengatakan bahwa situasi telah berubah untuk mendukung agenda

penelitian yang dinamis, seperti adanya bukti transformasi akuntansi ke dalam ilmu yang

benar-benar secara penuh diakui sebagai ilmu normal dengan paradigma-paradigma

bersaing yang berusaha menegakkan dominasi. Penelitian akuntansi didasarkan pada

sekumpulan asumsi umum tentang ilmu dan masyarakat sosial, dan telah menghasilkan

perdebatan yang sehat tentang bagaimana memperkaya dan mengembangkan pemahaman

kita tentang praktik akuntansi. Aliran utama penelitian akuntansi memandang secara

sejajar antara ilmu fisik, sosial, dan akuntansi, justifikasi dalam proses penghitungan

hypothetic-deductive dari penjelasan secara ilmiah dan perlunya konfirmasi terhadap

hipotesis tersebut.

DEKONTRUKSI

Berbagai tulisan akuntansi tentang paradigma atau teori akuntansi tertentu

menyatakan bahwa paradigma dan teori tersebut seharusnya memiliki hak-hak istimewa

dibandingkan bentuk-bentuk pengetahuan atau tulisan akuntansi lainnya. Tulisan tersebut

digunakan untuk menjamin kewenangan (hegemony) suatu paradigma dan kepentingan

tertentu, sebagai penghambat produksi pengetahuan lainnya.

Dekonstruksi dalam penelitian akuntansi mengundang banyak upaya untuk

mengungkap asumsi tersembunyi dalam tulisan akuntansi. Diasumsikan bahwa seluruh

wacana ilmiah bidang akuntansi, termasuk uraian historis, pada dasamya retoris. Para

penganut dekonstruksi akuntansi akan mengkritik tulisan akuntansi melalui berbagai

teknik termasuk demythologizing, deceinonizing, dephallicizing, atau defaming.

216

Anda mungkin juga menyukai