Rule of Law, Neoliberalisme Dan Proyek Reformasi Hukum World Bank, Perspektif Critical Legal Studies
Rule of Law, Neoliberalisme Dan Proyek Reformasi Hukum World Bank, Perspektif Critical Legal Studies
1 (2020): 267-283
ISSN: 0125-9687 (Cetak)
E-ISSN: 2503-1465 (Online)
Abstract
The emergence of World Bank legal reform projects in promoting the rule of law has
been successful to encourage third world countries to reform their legal aspects to
help formulate market friendly policy. This article tries to question the concept of rule
of law that is materialized in many World Bank legal reform projects by using critical
legal perspective to analysis legal scholarship on the role of law in the context of
development. It trying to present an alternative explanation of World Bank’s rule of
law which we are hypothetizing as a neoliberal concept. World Bank’s rule of law are
nothing more than a formalistic and limitative concept which is constituted by abstract
and universal rules such as protection of private property, contract enforcements and
operational efficiency which is a legal framework to easify capitalism. This article
conclude that World Bank’s rule of law are bereft of emancipatory values and only
serves as a tool for neoliberal penetration to third world countries.
Abstrak
Meningkatnya peran World Bank dalam promosi rule of law telah mengarahkan
banyak negara dalam menjalankan agenda reformasi hukum yang dimaksudkan
membentuk kebijakan yang ramah pasar. Artikel ini menggunakan pendekatan hukum
kritis untuk mempertanyakan konsep rule of law yang diartikulasikan dalam berbagai
proyek reformasi hukum World Bank dengan menelusurinya melalui wacana
pemikiran hukum yang terkait peran hukum dalam konteks pembangunan. Artikel ini
bertujuan untuk menawarkan penjelasan alternatif dalam memahami konsep rule of
law World Bank sebagai sebuah konsep yang dirumuskan berdasarkan gagasan
neoliberal. Artikel ini menemukan bahwa konsep rule of law World Bank tidak lebih
dari sebuah konsep yang bersifat limitatif dan formalistik terdiri dari aturan abstrak
dan universal yang melindungi hak properti, penegakan kontrak dan berorientasi pada
efisiensi dimana hukum diasumsikan sebagai produk netral dan bebas nilai yang
menyembunyikan kepentingan kapitalisme. Artikel ini menyimpulkan alih-alih
merefleksikan hukum yang emansipatoris, konsep rule of law World Bank pada
dasarnya merupakan kerangka kerja yang dipaksakan ke negara-negara dunia ketiga
untuk membentuk rezim hukum yang sesuai dengan teori dan praktik neoliberalisme.
I. PENDAHULUAN
Antusiasme World bank terhadap rule of law telah tumbuh sehubungan dengan
meningkatnya proyek reformasi hukum di negara-negara berkembang dan pasca
komunis pada awal tahun 1990an yang dimaksudkan untuk membentuk produk
legislasi bagi liberalisasi investasi dan perdagangan bebas.1 Di negara-negara Eropa
Timur misalnya, bersama USAID, World Bank mengkampanyekan pentingnya rule of
law dalam mengelola negara menuju kapitalisme pasar.2 Pengalaman Amerika Latin
dalam menjalankan Structural Adjustment Program IMF juga melatarbelakangi
reformasi hukum di Indonesia pasca krisis 19973 yang ditujukan untuk ‘menemukan
kembali hukum dan institusi yang relevan dalam membangun kepercayaan investor
asing.’4 Baru-baru ini, publikasi World Bank menyatakan dengan nada optimis bahwa
‘rule of law yang pada intinya mensyaratkan bahwa Pemerintah dan warga negara
terikat oleh hukum—adalah dasar dari good governance—yang diperlukan untuk
mewujudkan potensi sosial dan pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang.’5
Berbagai proyek reformasi hukum World Bank dengan jelas telah mengarahkan
banyak negara untuk mengambil kebijakan pro pasar dan menjadi pertanda dari
konsensus teoritis yang sangat luas dalam memahami rule of law sebagai prasyarat
utama bagi pertumbuhan ekonomi.
Menggunakan perspektif hukum kritis, artikel ini mempertanyakan konsep rule
of law sebagaimana yang diartikulasikan oleh World Bank dengan menelusurinya
dalam pemikiran tentang peran hukum dalam konteks pembangunan. Artikel ini
berpendapat bahwa World Bank memperkenalkan konsep rule of law yang bersifat
limitatif dan formalistik yang dirancang berdasarkan preferensi neoliberal atas
pembatasan intervensi negara terhadap pasar. Neoliberalisme sendiri dapat
didefinisikan sebagai gagasan teoritis dan praktik yang berusaha menjelaskan bahwa
kesejahteraan hanya bisa dicapai melalui pasar bebas.6 Gagasan ini selalu dimediasi
oleh hukum karena ia mensyaratkan kepastian atas iklim investasi yang kondusif bagi
transaksi ekonomi yang bebas di antara individu yang diakui sebagai subjek hukum
dalam pasar. 7 Menurut Roberto Unger, bentuk konkret neoliberalisme terkodifikasi
1
Gabriel Garcia, The Rise of the Global South, the IMF and the Future of Law and
Development, Third World Quarterly Vol. 36, 2016 (December 2016), p. 3; lihat juga Alvaros Santos,
The World Bank’s Uses of the “Rule of Law” Promise in Economic Development, in David Trubek dan
Alvaros Santos (eds.), The New Law and Economic Development a Critical Appraisal, (New York:
Cambridge University Press, 2006)
2
Mengenai reformasi hukum di negara-negara pasca komunis lihat Ioannis Glinavos,
Neoliberalism and the Law in Post Communist Transtition, (Oxon: Routledge, 2010)
3
Beberapa agenda reformasi hukum yang diarahkan oleh IMF dapat dilihat dalam Letter of
Intent yang ditandatangani antara tahun 1997 sampai 2003 yang memerintahkan pembentukan peradilan
niaga, reformasi tata kelola minyak dan gas bumi, privatisasi perusahaan negara, pengadopsian undang-
undang terkait kompetisi, deregulasi dan lain sebagainya. Mengenai agenda reformasi hukum di
Indonesia baca karya Herlambang Perdana Wiratraman, Good Governance and Legal Reform in
Indonesia, Thesis Mahidol University, 2006 dan Hikmahanto Juwana, Reform of Economic Laws and
Its Effects on the Post-Crisis Indonesian Economy, The Developing Economies, XLIII-I, 2005, pp. 72 -
90
4
Tim Lindsey, Legal Infrastructure and Governance Reform in Post-Crisis Asia the Case of
Indonesia, in Tim Lindsey (ed.), Law Reform in Developing and Transititonal States, (New York:
Routledge, 2007), p. 3
5
World Bank, World Development Report: Law and Governance (World Bank: Washington DC,
2017), p. 83
6
David Harvey, A Brief History of Neoliberalism, diterjemahkan oleh Eko Prasetyo,
Neoliberalisme dan Restorasi Kelas Kapitalis (Yogyakarta: Resist Book, 2009), hal. 14
7
David Singh Grewal dan Jedediah Purdy, Introduction: Law and Neoliberalism, Law and
Contemporery Problems Vol 77: 1 No 4, 2014, p. 9
Rule of Law, Syahriza Alkohir Anggoro 269
II. PEMBAHASAN
8
Roberto Mangabeira Unger, Democracy Realized the Progressive Alternative, (London: Verso,
1998) p. 53
9
Lihat Boaventura de Sousa Santos dan Cesar A. Rodriguez-Garavito (eds.), Law and
Globalization from Below Towards a Cosmopolitan Legality, (New York: Cambridge University Press,
2005). Dalam kasus ketimpangan ekonomi di Indonesia misalnya, Jeffrey Winters mencatat Material
Index Power Indonesia meningkat sejak 1998 sampai tahun 2013 mencapai 630.000. Ini
menggambarkan 40 orang terkaya di Indonesia memiliki pendapatan mencapai 10% PDB yang
menjadikan Indonesia pada posisi keempat sebagai negara dengan tingkat ketimpangan pendapatan
paling tinggi di dunia. Mengenai hal ini lihat Jeffrey Winters, Oligarchy and Democracy in Indonesia,
Southeast Asia Program Cornell University No 96, 2013
10
John Ohnesorge, Developing Development Theory: Law and Development Orthodoxies and
the Northeast Asian Experience’, University of Pennsylvania Journal of International Economic Law
Vol. 28 No 2, 2007, p. 235
11
Tor Krever, The Legal Turn in Late Development Theory: The Rule of Law and the World
Bank’s Development Model, in Harvard International Law Journal Vol 52 No 1, 2011, p. 295
12
Lihat David Trubek, The Political Economy of Rule of Law: the Challenge of the New
Developmental State, in Hague Journal on the Rule of Law Vol 1 No 1, 2009
270 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-50 No.1 Januari-Maret 2020
20
Lawrence Tshuma, The Political Economy of The World Bank’s Legal Framework For
Economic Development, in Social and Legal Studies Vol 8 No 2, 1999, p. 79
21
World Bank, Governance and Development, (Washington DC: The World Bank, 1992), p. 1
22
Lihat World Bank, Sub-Sahara Africa: From Crisis to Sustainable Growth (Washington DC:
The World Bank, 1989)
23
World Bank, Initiatives in Legal and Judicial Reform (Washington DC: The World Bank,
2004), p. 2
24
Herlambang Perdana Wiratraman, op.cit, p. 53
25
Lawrence Tshuma, op.cit, pp. 82 - 89
272 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-50 No.1 Januari-Maret 2020
bagi pasar.’ 26 Ini ditandai dengan pembuatan kebijakan yang terbuka, tercerahkan,
dapat diprediksi dan melibatkan partisipasi masyarakat sipil yang kuat.'27
26
World Bank, Initiatives in Legal …, op.cit, hal. 42
27
World Bank, Governance the World Bank’s Experience, (World Bank: Washington DC,
1994), p. vii
28
Friedrich Hayek, The Road to Serfdom, diterjemahkan oleh Ioannes Rakmat, Ancaman
Kolektivisme (Jakarta: Freedom Institute, 2011), hal. 93 - 94
29
Joseph Raz, The Authority of Law Essays on Law and Morality (New York: Oxford University
Press, 1979), p. 214 - 218
30
Ioannis Glinavos, Neoliberal Law: Unintended Consequences of Market-Friendly Law
Reforms, Third World Quarterly Vol 29 No 6, 2008, p. 1089
31
World Bank, Governance and Development, op.cit, p. 30
Rule of Law, Syahriza Alkohir Anggoro 273
32
World Bank, Initiatives in Law, op.cit, hal. 3
33
World Bank, Development in Practice Governance the World Bank Experience (Washington
DC: The World Bank, 1994), p. 23
34
Richard Posner, Creating a Legal Framework for Economic Development, The World Bank
Research Observer Vol 3 No 1, 1998, p. 1
35
Ibid, 9
36
Salah satu upaya World Bank untuk mengukur tingkat iklim investasi dapat ditemukan dalam
Index Rule of Law yang dipublikasikan dalam dokumen Doing Business dan Worldwide Governance
Indicator. Dokumen ini memuat ukuran-ukuran kuantitatif dari sistem hukum dan kelembagaan di 212
negara yang tersusun menurut katalog numerik. Mengenai hal ini analisis hukum kritis dalam Tor
Krever, Quantifying Law: Legal Indicatior Projects and the Reproduction of Neoliberal Common Sense,
Third World Quarterly Vol 34 No 1, 2013
37
World Bank, Development in Practice …, op.cit, p. 26
38
Honor Brabazon, Introduction: Understanding Neoliberal Legality, in Honor Brabazon (ed.),
Neoliberal Legality Understanding the Role of Law in the Neoliberal Project (Oxon: Routledge, 2017),
p. 5
274 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-50 No.1 Januari-Maret 2020
hukum tidak bertujuan untuk melindungi kepentingan publik yang sebagai representasi
kolektivitas sosial, melainkan untuk memfasilitasi dan melindungi kepentingan
individu dalam kaitannya dengan aktivitas ekonomi pasar.
Dalam kerangka hukum privat neoliberal, tugas hukum ialah mengkonversi
komoditas sebagai hak, dan memastikan bahwa ia bisa dipertukarkan secara bebas
melalui suatu hubungan kontraktual antar subjek hukum. Kontrak dan hak
kepemilikan pribadi dipandang sebagai ekspresi atas tindakan mementingkan diri
sendiri dan merupakan bagian yang dilindungi oleh rule of law yang ditegakkan oleh
aturan abstrak dan universal.39 Dalam penegakannya, rezim hukum privat menekankan
peran yudikatif dalam mengatasi sengketa dalam kegiatan bisnis, membatasi tindakan
diskresioner eksekutif yang mengancam mekanisme pasar, dan menciptakan panduan
umum bagi pelaku ekonomi dalam melakukan hubungan kontraktual yang optimal.
Pengadilan harus berkontribusi untuk menawarkan iklim investasi yang stabil dengan
menegakkan aturan permainan yang dapat diprediksi sambil mengamankan kondisi
dasar yang diperlukan agar pasar dapat beroperasi. 40 Negara yang di idealkan
melindungi hak-hak individu terhadap kepemilikan properti dan penegakan kontrak
secara spontan akan memberikan pengaruh signifikan pada penguatan independensi
peradilan dalam membuat putusan yang meminimalkan resiko kerugian pasar.
Ekonomi pasar juga membutuhkan sistem kompetisi bebas yang sangat
bergantung pada prinsip kesetaraan di depan hukum dimana subjek hukum baik
individu atau badan hukum di asumsikan otonom dan setara, saling bersaing satu sama
lain dalam mengejar kepentingan pribadi. Menurut Rachel Turner argumen untuk
mempromosikan sistem kompetisi mendasarkan diri pada proposisi ekonomi neoklasik
yang melihat kompetisi sebagai sarana terbaik dalam mengkoordinasikan usaha
manusia. 41 Friedrich Hayek menyatakan bahwa kerangka hukum bagi kompetisi
sangat penting dalam menciptakan keteraturan dan mencegah monopoli dan
konsentrasi sumber daya di beberapa pihak. Neoliberalisme melihat bahwa sistem
kompetisi lebih unggul bukan hanya karena kompetisi—dalam banyak situasi
merupakan metode yang paling efisien yang telah dikenal—tetapi juga bahwa ia
merupakan satu-satunya metode dimana aktivitas individu dapat disesuaikan tanpa
intervensi penguasa yang koersif dan sewenang-wenang.42
39
Rachel Turner, Neoliberal Ideology History, Concepts and Policies (Edinburg: Edinburg
University Press, 2008) p. 204
40
Rodriguez Garavito, Toward a Sociology of the Global Rule of Law Field: Neoliberalism,
Neoconstitutionalism, and the Contest over Judicial Reform in Latin America, in Yves Dezalay and
Bryant Garth (eds.), Lawyers and the Rule of Law Globalization in an Era of Globalization (Oxon:
Routledge, 2011),
41
Rachel Turner, op.cit, p. 122
42
Fredrich Hayek, op.cit, hal. 44
43
Konsep tindakan rasional Weber berasal dari asumsi ekonomi klasik Adam Smith tentang
pilihan rasional (rational choice) yang mengasumsikan bahwa individu bebas menentukan keputusan
ekonomi atas pilihan yang ada, mengkur kemampuan, kebutuhan dan kondisi sosial yang dihadapi
langsung. Ini menempatkan individu dan atribut kepemilikan pribadi yang paralel dengan kebutuhan
politik modern yang sering dikaitkan dengan kemunculan negara liberal konstitusional pasca revolusi
politik Perancis. Weber menggambarkan semangat usaha seorang kapitalis sebagai ekspresi pemenuhan
kebutuhan pribadi yang bersifat instrumental yang berarti bahwa para pelaku ekonomi membuat pilihan
Rule of Law, Syahriza Alkohir Anggoro 275
hukum yang memungkinkan resiko dan peluang bisnis dengan ukuran yang dapat
diprediksi dan dikalkulasi atau dihitung. Tanpa prakondisi ini, ‘transaksi ekonomi
akan menimbulkan biaya yang tidak pasti dimana pasar tidak mengalami pertumbuhan
dan perekonomian dengan sendirinya akan goyah.’44
Ada konsensus dalam literatur rule of law baru-baru ini atas pengaruh perspektif
Weberian dalam proyek reformasi hukum World Bank yang memandu banyak negara
di Asia, Eropa Timur dan Amerika Latin untuk merangkul konsep rasionalitas hukum
sebagai pendekatan penyusunan peraturan yang terkait dengan iklim investasi.
Kebutuhan pasar terhadap hukum yang rasional bukan hanya berfungsi untuk
meningkatkan kinerja hukum secara keseluruhan, tetapi juga untuk meningkatkan
kredibilitas Pemerintah dalam menyikapi tuntutan pasar yang mengarah pada
peningkatan investasi yang esensial bagi pertumbuhan ekonomi. 45 Dalam perspektif
rasionalitas Weberian inilah satu-satunya tugas negara dalam pembangunan ekonomi
ialah bertindak sebagai fasilitator yang mengantisipasi keputusan pasar dan memberi
kepastian hukum kepada sektor swasta agar dapat membuat keputusan investasi yang
paling menguntungkan bagi dirinya.
dan perhitungan tentang cara yang paling efisien untuk mencapai tujuannya. Lihat Tor Krever, The Rule
of Law and the Rise of Capitalism, in Christopher May dan Adam Winchester, Handbook on the Rule of
Law (Cheltenham: Edward Elgar Publishing Limited, 2018)
44
Curtis Milhaupt dan Kathrina PIstor, Law and Capitalism What Corporate Crises Reveal
About Legal Systems and Economic Development Around the World (Chicago: the University of
Chicago Press, 2008) p. 17
45
John Ohnesorge, op.cit, p. 249
46
Mengenai pemikiran analisis ekonomi hukum lihat Johnny Ibrahim, Pendekatan Ekonomi
terhadap Hukum Teori dan Implikasi Penerapannya dalam Penegakan Hukum (Surabaya: CV Putra
Media Nusantara, 2009)
47
Ian Ward, Pengantar Teori Hukum Kritis (Bandung: Penerbit Nusamedia, 2014) hal. 225
48
ibid, hal. 29
49
Tor Krever, Law, Development and Policial Closure under Neoliberalism, in Honor Brabazon
(ed.), op.cit, p. 29
50
Ioannis Glinavos, Neoliberalism and the Law …, op.cit, hal. 22
276 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-50 No.1 Januari-Maret 2020
57
Istilah “technology of power” umumnya dikaitkan dengan tradisi pemikiran postmodernisme
Michael Foucault yang digunakan beberapa literatur studi hukum kritis. Mengenai hal ini lihat Costas
Douzinas et. al., Politics, Postmodernity and Critical Legal Studies (London: Routledge, 1994)
58
Lihat, Yves Dezalay and Bryant Garth (eds.), op.cit
59
William Twinning, General Jurisprudence Understanding Law From a Global Perspective
(New York: Cambridge University Press, 2009) pp. 332 - 333
60
Herlambang Perdana Wiratraman, op.cit, pp. 90 - 91
61
David Harvey Imperialisme Baru Genealogi dan Logika Kapitalisme Kontemporer
(Yogyakarta: Resistbook, 2010), hal. 100
62
David Harvey, Neoliberalisme dan …, op.cit, hal. 14
278 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-50 No.1 Januari-Maret 2020
Selain itu, terlepas dari tujuan penciptaan iklim investasi yang kondusif bagi
swasta, ada pengakuan luas bahwa kampanye good governance dalam proyek
reformasi hukum World Bank pada umumnya telah gagal mempromosikan hak sosial
63
Tor Krever, International Criminal Law: an Ideology Critique, Leiden Journal of International
Law Vol 26 No 3, 2013, p. 718
64
Lihat Herlambang Perdana Wiratraman, Disciplining Post Suharto-Labour Law Reform, dalam
Jafar Suryomenggolo (ed.), Worker Activism after Reformasi 1998 a New Phase for Indonesian Union?
(Hongkong: Asia Monitor Resource Centre, 2014), pp. 67 – 92
65
Lihat Ha Joon Chang dan Ilene Grabel, Membongkar Mitos Neolib: Upaya Merebut Kembali
Makna Pembangunan (Yogyakarta: Insist Press, 2008)
66
Tor Krever, International Criminal Law …, op.cit, pp. 705
67
Honor Brabazon, op.cit, p. 7
68
Brian Tamanaha, On Rule of Law, op.cit, hal. 75
Rule of Law, Syahriza Alkohir Anggoro 279
69
Ioannis Glinavos, Neoliberal Law: Unintended …, p. 1091
70
Brian Tamanaha, The Dark Side of the Relationship Between the Rule of Law and Liberalism,
New York University Journal of Law & Liberty Vol 3 No 3, 2008, pp. 539 - 540
71
Lihat Martin Khor, Globalisasi Perangkap Negara-Negara Selatan (Yogyakarta: Cindelaras,
2003)
72
David Kennedy, Law and Development Economics: Toward a New Alliance, in David
Kennedy dan Joseph E. Stiglitz, Law and Economics with Chinese Characteristics (Oxford: Oxford
University Press, 2013), hal. 43
73
Anthony Anghine, Imperialism, Sovereignty and the Making of International Law
(Cambridge: Cambridge University Press, 2004), p. 249
74
Herlambang Perdana Wiratraman, op.cit, p., 49
75
Ibid, p. 58
280 Jurnal Hukum & Pembangunan Tahun ke-50 No.1 Januari-Maret 2020
III. KESIMPULAN
Meningkatnya promosi rule of law melalui proyek reformasi hukum World Bank
telah memainkan peran penting dalam memperluas pengaruh kebijakan Konsensus
Washington yang memaksa negara-negara berkembang dan pasca komunis untuk
menerapkan seperangkat hukum yang mendukung iklim investasi yang kondusif.
Bertentangan dengan klaim World Bank yang memandang rule of law sebagai syarat
pertumbuhan ekonomi, artikel ini menyimpulkan bahwa konsep tersebut semestinya
dilihat sebagai kerangka kerja rasional yang melegitimasi pembatasan intervensi
negara terhadap pasar. Konsep rule of law World Bank bersifat limitatif dan
formalistik terdiri dari aturan abstrak dan universal yang melindungi hak properti,
penegakan kontrak dan berorientasi pada efisiensi dimana hukum diasumsikan sebagai
produk netral dan bebas nilai yang menyembunyikan kepentingan ekonomi politik
kapitalisme. Alih-alih merefleksikan hukum yang emansipatoris, konsep rule of law
yang dipromosikan World Bank justru memfasilitasi kebutuhan kapitalisme global
atas kerangka hukum yang memungkinkan mobilitas kapital dan perdagangan bebas
tanpa hambatan dari negara yang telah berkontribusi terhadap kemiskinan dan
ketimpangan global. Dengan demikian, promosi rule of law tak lebih sebagai upaya
sistematis kaum imperialis untuk membentuk rezim hukum yang sesuai dengan teori
dan praktik neoliberalisme
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Alvaros Santos, The World Bank’s Uses of the “Rule of Law” Promise in Economic
Development, in David Trubek dan Alvaros Santos (eds.), The New Law and
Economic Development a Critical Appraisal, (New York: Cambridge
University Press, 2006)
Anthony Anghine, Imperialism, Sovereignty and the Making of International Law
(Cambridge: Cambridge University Press, 2004)
76
Martin Khor, op.cit, hal. 13
77
Ugo Mattei dan Laura Nader, Plunder When the Rule of Law is Illegal (Massachusetts:
Blackwell Publishing, 2008) p. 48
Rule of Law, Syahriza Alkohir Anggoro 281
Jurnal
Brian Tamanaha, The Dark Side of the Relationship Between the Rule of Law and
Liberalism, New York University Journal of Law & Liberty Vol 3 No 3, 2008
______________, The Primacy of Society and the Failures of Law and Development,
in Cornell International Law Journal Vol 44, 2011
David Singh Grewal dan Jedediah Purdy, Introduction: Law and Neoliberalism, Law
and Contemporery Problems Vol 77: 1 No 4, 2014
David Trubek dan Marc Galanter, Scholars in Self-Estrangement: Some Reflections
on the Crisis in Law and Development Studies in the United States, in
Wisconsin Law Review 1974, 1974
____________, The Political Economy of Rule of Law: the Challenge of the New
Developmental State, in Hague Journal on the Rule of Law Vol 1 No 1, 2009
Gabriel Garcia, The Rise of the Global South, the IMF and the Future of Law and
Development, Third World Quarterly Vol. 36, 2016 (December 2016)
Hikmahanto Juwana, Reform of Economic Laws and Its Effects on the Post-Crisis
Indonesian Economy, The Developing Economies, XLIII-I, 2005
Ioannis Glinavos, Neoliberal Law: Unintended Consequences of Market-Friendly Law
Reforms, Third World Quarterly Vol 29 No 6, 2008
Jeffrey Winters, Oligarchy and Democracy in Indonesia, Southeast Asia Program
Cornell University No 96, 2013
John Ohnesorge, Developing Development Theory: Law and Development
Orthodoxies and the Northeast Asian Experience’, University of Pennsylvania
Journal of International Economic Law Vol. 28 No 2, 2007
Lawrence Tshuma, The Political Economy of The World Bank’s Legal Framework
For Economic Development, in Social and Legal Studies Vol 8 No 2, 1999
Richard Posner, Creating a Legal Framework for Economic Development, The World
Bank Research Observer Vol 3 No 1, 1998
Tor Krever, International Criminal Law: an Ideology Critique, Leiden Journal of
International Law Vol 26 No 3, 2013
_________, Quantifying Law: Legal Indicatior Projects and the Reproduction of
Neoliberal Common Sense, Third World Quarterly Vol 34 No 1, 2013
_________, The Legal Turn in Late Development Theory: The Rule of Law and the
World Bank’s Development Model, in Harvard International Law Journal Vol
52 No 1, 2011
_________, The Rule of Law and the Rise of Capitalism, in Christopher May dan
Adam Winchester, Handbook on the Rule of Law (Cheltenham: Edward Elgar
Publishing Limited, 2018)
Rule of Law, Syahriza Alkohir Anggoro 283
Tesis
Herlambang Perdana Wiratraman, Good Governance and Legal Reform in Indonesia,
Thesis Mahidol University, 2006
Internet
Ioannis Glinavos, Rule of law Promotion and Development a Search Meaning,
https://www.researchgate.net/publication/228128242_Rule_of_Law_Promotio
n_and_Development_A_Search_for_Meaning diakses 24 Mei 2019
Chantal Thomas, Re-reading Weber in Law and Development a Critical Intelectual
History of Good Governance Reform, Cornell Law School Research Paper No 08-034,
http://ssrn.com/abstract=131378, diakses 3 April 2019