Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN KARAKTER MENURUT KI HADJAR DEWANTARA

DAN DRIYARKARA

Agam Ibnu Asa


Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
Email: agamibnuasa@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pendidikan karakter menurut Ki Hadjar Dewan-
tara dan Driyarkara dan relevansinya bagi pendidikan karakter di Indonesia. Penelitian ini merupakan
penelitian kualitatif dengan bentuk studi pustaka. Objek material penelitian yaitu pemikiran pendi-
dikan karakter Ki Hadjar Dewantara dan Driyarkara ditinjau dari perspektif aliran progresivisme.
Metodenya dengan komparasi dua atau lebih filsuf atau aliran. Penelitian ini membandingkan dua
pandangan tokoh, yaitu Ki Hadjar Dewantara dan Driyarkara tentang pendidikan Karakter. Hasil pe-
nelitian menunjukkan bahwa (1) pendidikan karakter Ki Hadjar Dewantara menekankan tiga instru-
men dasar yaitu keluarga, perguruan, dan pergerakan pemuda; (2) Driyarkara menekankan satu ke-
satuan tunggal yaitu ayah-ibu-anak dalam pendidikan karakter dasar; dan (3) pendidikan karakter Ki
Hadjar Dewantara dan Driyarkara apabila dikombinasikan akan relevan dengan pendidikan karakter
di Indonesia.

Kata Kunci: pendidikan karakter, Ki Hadjar Dewantara, Driyarkara

CHARACTER EDUCATION ACCORDING TO KI HADJAR DEWANTARA AND


DRIYARKARA

Abstract: This study aims to analyze character education according to Ki Hadjar Dewantara and Dri-
yarkara and its relevance for character education in Indonesia. This research is a qualitative research
with a form of literature study. The material objects of the study were the educational thoughts of the
characters of Ki Hadjar Dewantara and Driyarkara, reviewed by the progressivism stream perspec-
tive. The method with a comparison of two or more philosophers or schools. This study compares two
views of figures namely Ki Hadjar Dewantara and Driyarkara about Character education. The re-
search shows the following results: (1) Ki Hadjar Dewantara's character education emphasizes three
basic instruments namely family, college and youth movement; (2) Driyarkara emphasizes a single
entity namely father-mother-child in basic character education; and (3) Education of Ki Hadjar charac-
ters Dewantara and Driyarkara when combined will be relevant to character education in Indonesia.

Keywords: character education, Ki Hadjar Dewantara, Driyarkara

PENDAHULUAN dak mudah ada begitu saja, melainkan ada-


Dewasa ini perkembangan di berba- nya karena suatu pendidikan.
gai bidang kehidupan sangat pesat. Hal itu Secara sosiologis pendidikan merupa-
tidak lepas dari campur tangan manusia kan sebuah upaya penerusan nilai-nilai ke-
sebagai agen perubahan dalam kehidupan budayaan dari generasi yang lebih tua ke-
itu sendiri. Manusia mampu mencipta se- pada generasi yang lebih muda. Pendidik-
gala hal yang berkaitan dengan bidang eko- an dianggap sebagai sarana efektif proses
nomi, sosial, politik, dan ilmu pengetahuan sosial. Oleh sebab itu, pendidikan sering
secara luar biasa. Hal tersebut dapat dilihat dijadikan sebagai agen perubahan sosial
dari berbagai hasil ciptaan manusia seperti dalam sebuah masyarakat. Selain itu, Rijino
pesawat terbang, kapal laut, kereta api, dan menegaskan bahwa pendidikan juga ikut
bahkan menciptakan hewan yang berspe- berpartisipasi dalam perubahan sosial itu
sies baru. Kehebatan manusia tersebut ti- sendiri, sehingga keduanya saling berhu-
bungan secara timbal balik (Zainuddin,

245
246

2008:24). Dengan pendidikan segala per- ra itu, para responden dalam data ini juga
kembangan ilmu pengetahuan dan seba- sudah melakukan hubungan seks pra ni-
gainya tersebut dimungkinkan terjadi kare- kah sebesar 6.9% (Ningrum, 2015:19).
na adanya sebuah tranformasi nilai dalam Selain itu, survey yang diadakan oleh
sebuah peradaban manusia, yang membuat Komisi Nasional Perlindungan Anak pada
manusia untuk lebih progresif dalam men- bulan Januari – Juni 2010 di kota-kota besar
jalani kehidupan (Idris, 2017). di Indonesia yang melibatkan 4500 siswa
Seiring perkembangan zaman yang sekolah pertama dan menengah memper-
sangat pesat, pendidikan juga ikut meng- lihatkan bahwa 62.7 5 siswa perempuan su-
alami perkembangan yang begitu pesat pula. dah tidak perawan lagi. Tentu saja fenome-
Kecanggihan teknologi dan informasi mem- na ini sangatlah mengkhawatirkan karena
buat dunia pendidikan semakin modern pada pundak remaja inilah harapan itu di-
dan menyesuaikan dengan globalisasi. Per- sematkan, mengingat remaja sebagai gene-
soalan yang muncul dengan perubahan za- rasi penerus bangsa, dan harapan itu akan
man ini, yaitu merosotnya karakter gene- memudar apabila remaja terjerumus dalam
rasi muda yang semakin memprihatinkan pergaulan bebas dan seks bebas (Ningrum,
karena dianggap menyimpang jauh dari 2015:19).
nilai-nilai yang hidup di Indonesia. Tentu saja berbagai problem kenakal-
Rachman (Ningrum, 2015:19) juga me- an remaja tersebut berkaitan erat dengan ba-
nambahkan bahwa remaja modern saat ini gaimana pendidikan karakter dalam se-
mempunyai kecenderungan dan permisif buah institusi sekolah itu berlangsung. Ka-
terhadap hubungan seks pranikah. Pusat rena jika pendidikan karakter benar-benar
data Badan Koordinasi Keluarga Berencana berhasil diterapkan, kenakalan remaja se-
Nasional (BKKBN) tahun 2007 memapar- bagaimana sudah dicontohkan tersebut se-
kan hasil penelitian yang dilakukan oleh tidaknya dapat diminimalisasi. Oleh sebab
Damayanti untuk disertasinya pada Fakul- itu, penulis tertarik mengkaji persoalan
tas Ilmu Kesehatan Masyarakat, Universi- pendidikan karakter menurut dua pemikir
tas Indonesia menunjukkan bahwa dari 100 besar terkait dengan pendidikan yang ada
orang siswa, 5 di antaranya pernah mela- di Indonesia, yaitu Ki Hadjar Dewantara
kukan hungan seks di luar nikah. 119 seko- dan Driyarkara. Setidaknya dari kedua to-
lah di lima daerah di Jakarta dan 8941 sis- koh ini nantinya akan didapatkan sebuah
wa sekolah menengah atas ikut ambil bagi- pemahaman tentang konsep pendidikan
an dalam penelitian ini. Selanjutnya survei karakter menurut dua tokoh tersebut dan
yang dilakukan oleh BKKBN di 33 provinsi kemudian dikaitkan dengan pendidikan
di Indonesia pada tahun 2008 menyebut- karakter di Indonesia.
kan bahwa sekitar 63% dari remaja terlibat Ki Hadjar Dewantara dan Driyarkara
dalam hubungan seks pranikah dan 21% adalah dua tokoh yang memiliki pandang-
remaja putri melakukan aborsi. Kemudian, an terkait dengan pendidikan. Pendidikan
data mengejutkan datang dari Dinas Kese- karakter dalam hal ini dapat dicapai de-
hatan tahun 2009 menunjukkan bahwa re- ngan beberapa cara. Ki Hadjar Dewantara
maja-remaja di empat kota besar yakni Me- (Suparlan, 2015) menjelaskan dalam kon-
dan, Jakarta Pusat, Bandung, dan Surabaya sep pendidikan yang harus berfokus pada
mempunyai teman yang berhubungan seks Tri Pusat Pendidikan: (1) pendidikan ke-
sebelum menikah sebesar 35.9%. Sementa- luarga; (2) pendidikan dalam alam pergu-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IX, Nomor 2, Oktober 2019


247

ruan; dan (3) pendidikan dalam alam pe- Ki Hadjar Dewantara dan Driyarkara? Ke-
muda atau masyarakat. Menurut Driyar- dua, bagaimana pandangan aliran progre-
kara pendididikan sebagai hominisasi dan sivisme? Ketiga, bagaimana tinjauan progre-
humanisasi atau memanusiakan manusia sivisme terhadap komprasi pendidikan ka-
dan hominisasi sebagai proses memanusia- rakter Ki Hadjar Dewantara dan Driyarka-
kan manusia pada umumnya (Aziz, 2016: ra?
136). Kedua pandangan ini nantinya akan
penulis tinjau dengan aliran Progresivisme, METODE
dengan pandanganya yang menganggap Penelitian ini merupakan penelitian
bahwa manusia mempunyai kemampuan- komparatif. Penelitian ini membandingkan
kemampuan yang wajar dan dapat meng- dua atau lebih filsuf atau aliran. Penelitian
hadapi dan mengatasi masalah-masalah ini membandingkan dua pandangan tokoh
yang bersifat menekan atau mengancam yaitu Ki Hadjar Dewantara dan Driyarkara
manusia itu sendiri (Barnadib, 1982:28). tentang pendidikan karakter (budi pekerti).
Dengan menganalisis menggunakan Nantinya penelitian ini akan mengarah
progresivisme tersebut kiranya dua pan- pada pencarian persamaan dan perbedaan
dangan tokoh tersebut nantinya ditemukan pandangan pendidikan karakter Ki Hadjar
sebuah benang merah yang membuat Dewantara dan Driyarkara, kemudian men-
kedua konsep tersebut memiliki sebuah ke- cari kelebihan dan kekurangan pandangan
samaan, yaitu terkait dengan tujuan pendi- dua tokoh tersebut dan menarik relevansi-
dikan karakter itu sendiri dan nantinya nya bagi pendidikan di Indonesia.
akan direlevansikan dengan konsep pendi- Penelitian ini menggunakan data yang
dikan karakter di Indonesia. diperoleh melalui penelusuran kepustaka-
Penelitian ini kiranya penting sebagai an yang terkait dengan tema objek material
upaya mendapatkan sebuah pemahaman dan objek formal. Data tersebut dikate-
baru terkait dengan pendidikan karakter di gorikan menjadi dua sumber pustaka, ya-
Indonesia dengan sudut pandang konsep itu pustaka primer dan pustaka sekunder.
pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Dri- Pustaka primer yaitu data utama yang di-
yarkara. Melihat semakin merosotnya ka- gunakan oleh peneliti sebagai sumber acu-
rakter siswa didik sebagaimana dikatakan an, meliputi unsur-unsur yang berkaitan de-
Husaini (2010:1) bahwa munculnya gagas- ngan objek material yaitu pemikiran pen-
an program pendidikan karakter di Indo- didikan karakter Ki Hadjar Dewantara dan
nesia, bisa dimaklumi karena selama ini Driyarkara, juga objek formal yaitu pan-
proses pendidikan dirasa belum berhasil dangan aliran progresivisme yang semua-
membangun manusia Indonesia yang ber- nya termuat dalam buku-buku, hasil-hasil
karakter. Bahkan, banyak yang menyebut, penelitian, dan juga jurnal.
pendidikan telah gagal, karena banyak lu- Penelitian ini merupakan penelitian
lusan sekolah atau sarjana yang piawai da- komparatif, penulis memilih beberapa me-
lam menjawab soal ujian, berotak cerdas, tode sebagai berikut. Deskripsi, yang ber-
tetapi mental dan moralnya lemah. fungsi menampakkan kesamaan dan per-
Adapun beberapa problem yang akan bedaan kedua konsep baik yang tampak
dicoba dijawab dalam penelitian ini di an- dalam istilah, pendekatan, argumentasi, segi
taranya sebagai berikut. Pertama, tentang perhatian, maupun yang lebih mendalam
bagaimana pendidikan karakter menurut dalam asumsi dasar, orientasi berpikir. Eva-

Pendidikan Karakter Menurut Ki Hadjar Dewantara dan Driyarkara


248

luasi kritis, untuk membandingkan kekuat- rakter kepada warga sekolah yang meliputi
an dan kelemahan masing-masing pan- komponen pengetahuan, kesadaran atau
dangan. Setelah itu dilakukan evaluasi kemauan, dan tindakan untuk melaksana-
dengan membandingkan dua pandangan kan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tu-
yang ada (Bakker & Zubair, 1990:84). han Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, se-
Interpretasi, yakni masing-masing sama, lingkungan, maupun kebangsaan se-
pandangan atau visi yang dibandingkan hingga menjadi manusia yang utuh atau
dipahami menurut warna dan keunikanya insan kamil (Ningsih, 2015: 56 ).
sendiri-sendiri. Dari awal diberi tekanan Karakter dapat dibentuk salah satu-
pada segi-segi yang relevan bagi tema- nya dengan pendidikan. Pendidikan meru-
tema atau masalah yang dikomparasikan pakan perbuatan fundamental karena pen-
pada mereka, dan pada asumsi-asumsi didikan mengubah dan mengonstruksi per-
yang melandasi mereka (Bakker & Zubair, buatan manusia, karena mendidik itu me-
1990:85). Holistik, yakni semua istilah di- manusiakan manusia (muda), karena men-
lihat dalam rangka keseluruhan visi nas- didik itu perbuatan hominisasi dan huma-
kah dan seluruh pandangan dan perkem- nisasi. Perbuatan yang membuat manusia
bangan pikiran pengarang mengenai ma- menjadi manusia, sudah selayaknya diakui
nusia, dunia, dan Tuhan (Bakker & Zubair, dan dikatakan sebagai perbuatan funda-
1990:86). mental (Driyarkara, 1980:87). Karena de-
Komparasi, yakni perbandingan da- ngan hal itu manusia akan tetap memiliki
pat dibuat setelah masing-masing pan- budi pekerti yang luhur ketika sudah di-
dangan tokoh diuraikan secara lengkap. tanamkan dari semenjak muda.
Perbandingan juga bisa dimulai dengan Pendidikan karakter mengarahkan
menguraikan pandangan tokoh terlebih da- pada cara berpikir dan perilaku dari siswa
hulu sambil menguraiakan bisa sekaligus yang nantinya akan menjadi tulang pung-
memberikan perbandingan serta dapat di- gung bangsa. Karakter termanifestasi da-
ketemukan model perbandingan ketiga de- lam sifat dan perbuatan untuk selaras de-
ngan menekankan pada aspek tertentu ngan budaya bangsa Indonesia yang sela-
atau justru menyeluruh pada kedua tokoh ma ini telah melekat. Pengaruh moderni-
(Bakker & Zubair, 1990: 87). sasi dan globalisasi yang memberikan ba-
nyak warna dalam kehidupan remaja me-
HASIL DAN PEMBAHASAN mang harus dibentengi dengan pembela-
Pendidikan Karakter Menurut Ki Hadjar jaran karakter. Boleh dikatakan bahwa pen-
Dewantara dan Driyarkara didikan karakter adalah usaha untuk pe-
Muslich menegaskan bahwa karakter nanaman nilai-nilai pada siswa melalui ber-
merupakan nilai-nilai perilaku manusia bagai macam cara untuk menjadikan me-
yang berhubungan dengan Tuhan Yang reka sebagai individu yang berguna bagi
Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, masyarakat, bangsa, dan negara. Imple-
lingkungan, dan kebangsaan yang terwu- mentasi dari pendidikan karakter di Indo-
jud dalam pikiran, sikap, perasaan, perka- nesia bersumber pada Pancasila yang sela-
taan, dan perbuatan berlandaskan norma- ma ini menjadi dasar penting. Adapun pe-
norma agama, hukum, tata krama, budaya, ngembangan dari pendidikan karakter di-
dan adat istiadat. Pendidikan karakter ada- pandu dengan buku dari pemerintah, yang
lah suatu sistem penanaman nilai-nilai ka- selanjutnya diolah lebih mendalam oleh

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IX, Nomor 2, Oktober 2019


249

sekolah masing-masing yang menguasai Desember 1912 yang bertujuan Indonesia


keadaan secara langsung. Maka dari itu, merdeka (Suroso, 2011:48).
tidak mengherankan jika implementasi pen- Perjalanan karier Ki Hadjar Dewan-
didikan karakter di tiap-tiap sekolah me- tara cukup panjang, selain pada keserius-
miliki wacana dan praktik yang berbeda- annya mencurahkan perhatian pendidikan
beda karena keadaan di tiap sekolah juga di Tamansiswanya, ia juga tetap rajin me-
berbeda (Ningsih, 2015:3). nulis. Namun, tema tulisanya beralih dari
Ki Hadjar Dewantara dan Driyarkara nuansa politik ke pendidikan dan kebuda-
dalam hal ini merupakan tokoh di Indone- yaan berwawasan kebangsaan. Tulisanya
sia yang memiliki gagasan tentang pen- berjumlah ratusan buah. Melalui tulisan-
didikan karakter yang cukup mendasar. tulisan itulah ia berhasil meletakkan dasar-
dasar pendidikan nasional bagi bangsa In-
Biografi Ki Hadjar Dewantara donesia. Setelah zaman kemerdekaan, Ki
Ki Hadjar Dewantara terlahir dengan Hadjar Dewantara pernah menjabat seba-
nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat gai Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Ke-
di Yogyakarta tepatnya pada tanggal 2 Mei budayaan yang pertama. Nama Ki Hadjar
1889 di lingkungan kraton Yogyakarta. Ra- Dewantara tidak hanya diabadikan sebagai
den Mas Soewardi Soeryaningrat saat ber- seorang dan tokoh pahlawan pendidikan
usia 40 tahun berganti nama menjadi Ki yang bergelar Bapak Pendidikan Nasional
Hadjar Dewantara. Mulai saat itu ia tidak yang oleh karenya pada tanggal 2 Mei yang
menggunakan nama kebangsawanan di de- merupakan tanggal kelahiranya dijadikan
pan namanya. Hal itu supaya ia dapat de- hari pendidikan nasional, akan tetapi ia juga
kat dengan rakyat baik secara fisik mau- ditetapkan sebagai pahlawan pergerakan
pun hatinya. Perjalanan hidupnya benar- nasional melalui keputusan presiden RI
benar diwarnai perjuangan dan pengabdi- No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November
an demi kepentingan bangsanya (Suroso, 1959. Penghargaan lain yang diterimanya
2011: 47-48). adalah gelar Doctor Honoris Causa dari
Ki Hadjar Dewantara menamatkan se- Universitas Gadjah Mada pada tahun 1957.
kolah dasar di ELS (Sekolah Dasar Belan- Dua tahun setelah mendapat gelar itu, ia
da) kemudian melanjutkan ke Stovia (Se- meninggal dunia pada tanggal 28 April
kolah Dokter Bumiputera), tetapi tidak 1959 di Yogyakarta dan dimakamkan di
sampai tamat karena sakit. Ia juga sempat Yogyakarta (Suroso, 2011: 51).
menjadi wartawan dan aktif mengikuti or-
ganisasi sosial dan politik. Pada tahun 1908 Pendidikan Budi Pekerti (Karakter) Ki Ha-
ia aktif di seksi propaganda Budi Oetomo djar Dewantara
untuk menyosialisasikan dan menggugah Ki Hadjar Dewantara menjelaskan
kesadaran masyarakat Indonesia pada wak- bahwa budi pekerti atau watak yaitu bulat-
tu itu mengenai pentingnya persatuan dan nya jiwa manusia, yang dalam bahasa
kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. asing disebut ”karakter” sebagai jiwa yang
Bersama Douwes Dekker dan dr. Cipto berasas hukum kebatinan. Orang yang te-
Mangoenkoesoemo, ia mendirikan Indische lah mempunyai kecerdasan budi pekerti se-
Partij (partai politik pertama yang beraliran nantiasa memikirkan dan merasakan serta
nasionalisme Indonesia) pada tanggal 25 memakai ukuran, timbangan dan dasar
yang pasti dan tetap. Itulah sebabnya tiap-

Pendidikan Karakter Menurut Ki Hadjar Dewantara dan Driyarkara


250

tiap orang itu dapat dikenal wataknya de- sama. Meskipun begitu orang dapat mem-
ngan pasti. Karena watak atau budi pekerti bagi-bagi budi pekerti manusia menjadi
bersifat tetap dan pasti buat satu-satunya beberapa macam atau jenis dengan mak-
manusia, sehingga dapat dibedakan orang sud supaya orang dapat mempunyai ikhti-
yang satu dengan yang lain. Budi pekerti, sar tentang garis-garis atau sifat-sifat watak
watak, atau karakter, adalah bersatunya orang yang umum (Tamansiswa, 2013:25).
gerak pikiran, perasaan dan kehendak atau Pendidikan karakter menurut Ki Ha-
kemauan, yang lalu menimbulkan tenaga. djar Dewantara dapat ditempuh dengan
Budi berarti “fikiran, perasaan, kemauan” Sistem Trisentra yaitu tiga tempat pergaul-
dan pekerti artinya “tenaga”. Jadi, budi pe- an yang menjadi pusat pendidikan. Di da-
kerti adalah sifat jiwa manusia, mulai dari lam kehidupan anak-anak ada tiga tempat
angan-angan hingga terjelma sebagai te- pergaulan yang menjadi pusat pendidikan
naga (Tamansiswa, 2013:25). yang amat penting baginya yaitu alam ke-
Atas dasar hal tersebut pendidikan ka- luarga, alam perguruan, dan alam perge-
rakter sangatlah dibutuhkan dalam rangka rakan pemuda. Pertama, pendidikan akan
menciptakan para generasi penerus bangsa senpurna apabila tidak hanya disandarkan
yang memiliki budi pekerti atau karakter pada sikap dan tenaga si pendidik, akan te-
yang kuat, supaya nantinya dalam kehi- tapi juga harus beserta suasana yang sesuai
dupan berbangsa dan bernegara mereka dengan maksud pendidikan. Kemudian
mampu bersikap sesuai prinsip luhur yang yang kedua yaitu menghidupkan, menam-
mereka pegang. Mereka tidak akan goyah bah dan menggembirakan perasaan keso-
pada suatu hal yang kiranya akan mem- sialan tidak akan terlaksanan jika tidak di-
buat mereka jatuh pada jurang kesesatan, dahului pendidikan diri (pendidikan indi-
yang justru nantinya akan merugikan me- vidual) karena inilah dasar pendidikan budi
reka sendiri. pekerti yang akan dapat menimbulkan rasa
Ki Hadjar Dewantara mengatakan kemasyarakatan dan rasa kesosialan.
bahwa dengan adanya budi pekerti, setiap Alam keluarga adalah pusat pendi-
manusia berdiri sebagai manusia merdeka, dikan yang pertama dan yang terpenting,
yang dapat menguasai dan memerintah oleh karena sejak timbulnya adab-kemanu-
diri sendiri. Itulah manusia yang beradab siaan hingga kini, hidup keluarga itu selalu
dan itulah tujuan pendidi kan dalam garis mempengaruhi tumbuhnya budi pekerti
besarnya. Pada dasarnya pendidikan ber- dari tiap-tiap manusia. Karena di lingkung-
kuasa untuk mengalahkan dasar-dasar jiwa an keluargalah segala hal asali berasal, se-
manusia, baik dalam arti melenyapkan hingga banyak pula pengaruh yang diha-
dasar-dasar yang jahat dan memang dapat silkan dalam keluarga terhadap budi pe-
dilenyapkan maupun mengurangi atau me- kerti anak. Alam perguruan adalah pusat
nutupi tabiat-tabiat yang tak dapat lenyap pendidikan yang teristimewa, karena per-
sama sekali, karena bersatu dengan jiwa. guruan berkewajiban mengusahakan kecer-
Budi pekerti seseorang dapat mewu- dasan pikiran (kecerdasan intelektual) be-
judkan sifat kebatinan seseorang dengan serta memberikan ilmu pengetahuan (ba-
pasti dan tetap. Perlu ditegaskan bahwa lai-wiyata). Sedangkan alam pemuda ada-
ada dua budi pekerti seseorang yang sama lah pergerakan pemuda yang pada zaman
sekaligus. Seperti halnya keadaan dengan kini terlihat sudah tetap adanya, yang ha-
roman muka manusia yang tidak ada yang rus diakui dan digunakan untuk menyo-

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IX, Nomor 2, Oktober 2019


251

kong pendidikan di alam keluarga dan per- berbahasa Jawa yang terbit di Yogyakarta
guruan (sekolah) (Tamansiswa, 2013:75). yang disusul kemudian dengan Warung
Ki Hadjar Dewantara juga menam- Podjok dengan nama samaran Pak Nala.
bahkan bahwa, setiap pusat pendidikan itu Terbitnya majalah Basis tahun 1951 mem-
harus tau kewajibanya sendiri-sendiri dan buka peluang Driyarkara memperkenalkan
mengakui haknya pusat-pusat lainya. Ke- ide-idenya ke masyarakat, mulanya de-
luarga merupakan ujung tombak dalam ngan nama Puruhita, kemudian dengan
membentuk dasar budi pekerti dan perila- nama lengkap Driyarkara. Cara penyajian-
ku sosial. Perguruan sebagai balai-wiyata, nya bergaya percakapan, setapak demi se-
yaitu usaha mencari dan memberikan ilmu tapak membawa pembaca ke permenung-
pengetahuan, di samping pendidikan inte- an filosofis. Saat mengasuh Basis, Driyarka-
lek. Pergerakan pemuda, sebagai daerah ra diserahi tugas menjadi Dekan Perguruan
merdekanya kaum pemuda atau “kerajaan Tinggi Pendidikan Guru Sanata Dharma,
pemuda” untuk melakukan penguasaan embrio IKIP Sanata Dharma. Pidato per-
diri, yang amat diperlukan untuk pemben- tanggungjawabannya tentang kepentingan
tukan watak atau karakter. pendidikan guru memperoleh tanggapan
luas, dan sejak saat itu (1955) selain dikenal
Biografi Driyarkara sebagai filsuf, ia juga dikenal sebagai se-
Prof. Dr. Nicolaus Driyarkara SJ. La- orang ahli pendidikan. Lewat tulisan, pi-
hir di Kedunggubah, Kaligesing, Purwo- dato, ceramah, dan kuliahnya, Driyarkara
rejo, 13 Juni 1913 dan meninggal di Giri- memberikan pencerahan proses pencarian
sonta, Ungaran, Jawa Tengah, 11 Februari jati diri bangsa. Misalnya, ketika gerakan
1967 pada umur 53 tahun. Ajaran pokok mahasiswa marak pada tahun 1966, ialah
Driyarkara yaitu "Manusia adalah kawan pembela pertama hak mahasiswa dan pe-
bagi sesama". Manusia adalah rekan atau lajar untuk demonstrasi. Di tengah keada-
teman bagi sesamanya di dunia sosialitas an kritis dan buntu-mentok, ia tampil de-
ini (homo homini socius). Pikiran homo homini ngan gagasan menerobos lewat pemberian
socius ini ditaruh untuk mengkritik, me- makna (Pratyanto, 2017).
ngoreksi, dan memperbaiki sosialitas pre- Riwayat Pendidikan dan Karier Dri-
man; sosialitas yang saling mengerkah, me- yarkara seperti berikut.
mangsa, dan saling membenci dalam homo ▪ Pada tahun 1952, ia mendapat gelar
homini lupus (manusia adalah serigala bagi Doktor bidang Filsafat di Universitas
manusia lain). Sampai tahun 1951 nama Gregoriana dengan disertasi mengenai
Driyarkara tidak dikenal. Hampir seluruh Nicolas Malebrance.
waktunya ia gunakan untuk studi secara ▪ 1941-1942, ia sudah mengajar sebagai
intensif. Catatan harian yang ditulisnya se- dosen di Girisonta.
jak 1 Januari 1941 sampai awal tahun 1950 ▪ 1943-1946, ia menjadi pengajar filsafat di
tidak pernah lepas dari persoalan aktual- Seminari Tinggi Yogyakarta.
mendesak yang dihadapi manusia, khusus- ▪ 1952-1958, setelah Ph.D., ia menjadi do-
nya rakyat Indonesia (Pratyanto, 2017). sen filsafat di Yogyakarta.
Karya publik awal tulisannya tidak ▪ 1960-1967, ia menjadi Guru Besar Luar
langsung filosofis. Karya awalnya berupa Biasa di Fakultas Psikologi, Universitas
catatan ringan dalam bahasa Jawa yang Indonesia.
dimuat majalah Praba, sebuah mingguan

Pendidikan Karakter Menurut Ki Hadjar Dewantara dan Driyarkara


252

▪ 1961-1967, ia menjadi dosen di Univer- Driyarkara mengatakan bahwa pen-


sitas Hasanudin, Ujung Pandang (Ma- didik bertindak, anak bertindak, tetapi dua
kassar). tindakan ini seolah-olah mengalir mema-
▪ 1962-1967, ia menjadi anggota MPRS. suki anak, dan anak menjelmakan perbuat-
▪ 1963-1964, ia menjadi dosen tamu di an itu terhadap dirinya sendiri, menurut
Universitas St. Louis, Amerika Serikat. ukuran anak. Maka perbuatan anak itu
▪ 1965-1967, ia menjadi anggota DPA RI. sesuai dengan taraf insani menjadi human.
Si anak dalam hal ini memanusia dan se-
Pendididikan Karakter Driyarkara kaligus pendidikan memanusiakanya, si
Driyarkara (1980:79) memberikan anak tidak pasif. Ia berbuat seperti ibunya
gambaran bagaimana aktivitas mendidik berbuat, ia mengidentfikasikan diri dengan
karater itu. Mendidik pada dasarnya juga ibunya, dan dalam identifikasi ini ia me-
mempunyai gambaran pada anak didik. rasa berbuat yang sebenarnya. Ibu (pendi-
Jadi, seolah dalam hal ini ada perbanding- dik) seolah menyelam dalam anaknya, bu-
an. Anak didik dilihat sebagai manusia kan untuk menghilangkan perbuatan anak-
dalam perjalan ke kemanusiaannya. Dalam nya, melainkan sebaliknya supaya anak ber-
menjelaskan pandangan ini, Ia mengajak buat. Ia mengidentifikasikan diri dengan
untuk membayangkan anak yang berumur anaknya supaya anak menemukan dirinya.
4 atau 5 tahun. Anak itu belum bisa me- Misalnya, ketika anak harus menga-
nempatkan diri dalam dunia manusia. Dia takan sesuatu. Anak belum bisa, meskipun
baru mulai memasuki dunia itu. Pendidik sedikit demi sedikit mengerti yang harus
yang melihat yang demikian ini kiranya dikatakan. Anak belum mengerti kata-kata
mengerti bahwa tingkah laku anak selalu yang harus digunakan, belum mengerti cara
bisa tidak pada tempatnya. Anak selalu di- membuat kalimat yang diperlukan. Maka
lihat sebagai manusia yang berusaha ber- ibulah yang memberi kata-kata, ibulah yang
tindak sesuai dengan kemanusiaanya, te- mengucapkan kalimat, bahkan dengan cara
tapi belum sampai. Dalam posisi yang de- kekanak-kanakan. Si anak kemudian meni-
mikian pendidik juga diharuskan memiliki runya untuk mengucapkan kata-kata itu.
pandangan manusia seperti yang diharus- Dan kalimat itu menjadi kalimat dari anak
kan. itu. Dalam contoh ini ibu memanusiakan
Gambaran ini konkret menurut ke- anak dengan membuatnya “membahasa”.
budayaan yang ada, misalnya manusia ha- Pada paparan ini selalu dibayangkan
rus sopan dengan cara tertentu. Maka da- anak masih kecil. Tetapi dengan perubahan
lam perbandingan ini pendidik harus me- seperlunya isi gambaran ini berlaku juga
nangkap bagaimana si anak berbuat, jika ia bagi bagi anak didik yang sudah lebih be-
hendak memenuhi kodratnya sebagai ma- sar. Makin besar si anak, makin mulai ber-
nusia, sesuai dengan kemampuan si anak dikarilah dia, sehingga semakin berbuat
itu. Si anak harus “memanusia” sebelum sendiri. Tetapi selama berposisi sebagai
sebagai manusia “purnawarman”. Tetapi anak didik, selama belum bisa bertanggung
sesuai dengan umurnya si anak itu belum jawab sendiri, belum cukup pertumbuh-
mandiri. Maka peran pendidik perlu supa- anya sehingga mempunyai otonomi, sela-
ya anak dapat bertindak sedemikian rupa, ma itu juga ia masih berada pada proses
hingga anak bertindak seperti yang dimak- pe-manusia-an (Driyarkara, 1980:80).
sud itu (Driyarkara, 1980:79).

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IX, Nomor 2, Oktober 2019


253

Hominisasi dan humanisasi sebagai paling dasar pada anak, yang nantinya
proses pendidikan karakter. Proses homini- akan berpengaruh pada kehidupan anak
sasi (Driyarkara, 1980:82) yaitu proses ke- kelak di masyarakat dan negara.
menjadian manusia secara alami, artinya Dari uraian di atas dapat ditarik se-
proses terjadinya manusia mulai dari kan- buah pemahaman bahwasanya intisari men-
dungan ibunya, yang kemudian berkem- didik ialah pe-manusia-an manusia-muda
bang mendapat bentuk manusia dalam por- yaitu hominisasi dan humanisasi. Selain
si kecil dan lahir menjadi bayi, meskipun itu, teranglah mengapa pendidikan atau
sebagai bayi manusia barun itu toh tetap mendidik disebut perbuatan fundamental
belum bisa bertindak sebagai manusia. Ia atau yang mengubah, menentukan dan
perlu tumbuh dan berproses untuk sampai mengkonstruksi hidup manusia. Sebab men-
pada kemanusiaanya. Manusia bukanlah didik itu memanusiakan manusia (muda),
makhluk biologis, melainkan seorang pri- karena mendidik itu hominisasi dan huma-
badi atau person, seorang subjek, artinya nisasi. Perbuatan yang menyebabkan ma-
mengerti diri, menempatkan diri dalam si- nusia menjadi manusia, sudah sewajarnya
tuasinya, mengambil sikap dan menentu- diakui dan dinyatakan sebagai perbuatan
kan dirinya: nasibnya ada di tangan sen- fundamental (Driyarkara, 1980: 87) karena
diri. pada proses ini pendidikan karakter telah
Hominisasi tidak pernah lepas dari terjadi, yaitu penanaman dan pembentuk-
humanisasi. Humanisasi biasanya merujuk an sikap dasar budi pekerti anak.
pada perkembangan yang lebih tinggi. Jika- Pendidikan karakter yang paling fun-
lau hanya mengingat arti kata human, ber- damental dapat dibentuk dalam kesatuan
arti sesuai dengan kodrat manusia, jadi tri tunggal yaitu ayah-ibu-anak. Bagi ma-
sama denga insani atau manusiawi. Ting- nusia berketurunan tidak hanya berarti me-
kat humanisasi merupakan tingkat kebu- lahirkan secara biologis. Dengan hanya me-
dayaan yang lebih tinggi. Manusia itu lahirkan ia belum menurunkan secara in-
mengangkat alam menjadi alam manusia- sani. Melahirkan secara bilologis harus di-
wi. Tanah menjadi ladang, tumbuh-tum- lanjutkan dengan melahirkan secara insani,
buhan menjadi tanaman, barang-barang dalam hal ini membawa anak ke tingkat
materi menjadi alatnya, rumahnya, pakaia- manusia dan ini berarti pendidikan karak-
nya (Driyarkara, 1980: 83). Sebagai contoh ter dasar. Untuk tugas ini ayah dan ibu se-
humanisasi, dalam lingkungan tani anak olah bersedia lahir dan batin maka tim-
kecil sudah sering ikut ke sawah atau la- bulah kesatuan antara anak dan orang tua,
dang. Semula hanya untuk ikut saja, untuk yang tidak bisa diganti. Jadi, pendidikan
melihat. Lama-lama anak ikut kerja sedikit adalah hidup bersama dalam kesatuan tri-
demi sedikit. Kelak malahan mendapat tu- tunggal ayah-ibu-anak, yang di situ terjadi
gas kecil-kecil, dalam hal ini apa yang di- pe-manusiaan-anak, dengan mana dia ber-
lihat? Proses pemanusiaan anak. Tetapi da- proses untuk akhirnya memanusia sendiri
lam bentuk yang tertentu. Dalam tindakan sebagai manusia purnawarman (Driyarka-
ayah itu termuat tindakan bahwa manusia ra, 1980:129). Pendidikan karakter dalam
harus menjadi pembuat produksi (Driyar- hal ini terjadi dalam proses tritunggal itu
kara, 1980:87). Selain itu, dapat dimaknai dari menyatunya ayah-ibu-anak sampai
juga bahwa dalam hal ini humanisasi me- pada taraf purnawarman, yaitu di mana
rupakan proses pendidikan karakter yang karakter anak terbentuk ia mampu mema-

Pendidikan Karakter Menurut Ki Hadjar Dewantara dan Driyarkara


254

hami dirinya sendiri sebagaimana ia men- wa dengan kebudayaan tersebut (Barnadib,


jadi manusia pada umumnya yang bebas 1992:24; Fadlillah, 2017). Filsafat pogresivis-
dan bertanggung jawab. me mempunyai konsep bahwa anak didik
memiliki akal dan kecerdasan yang oleh
Pandangan Progresivisme karena itu menjadi potensi kelebihan ma-
Aliran progresivisme mengakui dan nusia dibanding dengan makhluk lain. De-
berusaha mengembangkan asas progresivis- ngan potensi yang bersifat kreatif tersebut
me dalam semua realita kehidupan, agar anak dididik mempunyai bekal untuk meng-
manusia bisa survive menghadapi tantang- hadapi dan memecahkan problem-problem-
an hidup. Aliran ini disebut juga instru- nya (Jalaluddin dan Idi, 2012:90-91; Fadlil-
mentalisme karena beranggapan bahwa ke- lah, 2017).
mampuan intelegensi manusia sebagai alat Barnadib (1992:25) menjelaskan bah-
untuk hidup, untuk kesejahteraan dan un- wa progresivisme menghendaki pendidik-
tuk mengembangkan kepribadian manusia. an yang progresif. Tujuan pendidikan di-
Selain itu, aliran ini disebut juga sebagai artikan sebagai rekontruksi pengalaman
environmentalisme, karena aliran ini meng- yang secara terus-menerus. Pendidikan bu-
anggap lingkungan hidup itu mempenga- kan hanya menyampaiakan pengetahuan
ruhi pembinaan kepribadian (Jalaludin dan kepada anak didik saja, melainkan yang
Idi, 2012: 24; Fadlillah, 2017). paling utama adalah melatih kemampuan
Aliran progresivisme telah memberi- anak berpikir secara ilmiah. Semua itu di-
kan sumbangan yang besar terhadap dunia lakukan dengan pendidikan supaya orang
pendidikan pada abad ini. Aliran ini telah mengalami progress. Dengan demikian,
meletakkan dasar-dasar kemerdekaan dan orang akan bertindak dengan intelegensi
kebebasan kepada anak didik. Anak didik sesuai dengan tuntutan dari lingkungan
diberikan kebebasan baik secara fisik mau- dimana ia berada.
pun dalam hal cara berpikir, guna me- Dengan berbagai penjelasan di atas
ngembangkan bakat dan kemampuan yang kiranya dapat ditarik sebuah pemahaman
terpendam di dalam dirinya tanpa terham- bahwa aliran progresivisme merupakan alir-
bat oleh orang lain (Ali, 1990:146). Filsafat an yang ingin menekankan pada sebuah
progresivisme tidak sepakat dengan pen- progress. Intelegensi manusia sangat dihar-
didikan yang otoriter. Sebab pendidikan gai sebagai salah satu indikator penting
yang otoriter akan mematikan tunas-tunas dalam pendidikan. Selain itu, faktor ling-
para pelajar untuk hidup sebagai pribadi kungan menjadi amat penting karena nan-
yang gembira menghadapi pelajaran dan tinya lingkungan itu yang membetuk ka-
mematikan daya kreasi baik secara fisik rakter intelegensi anak didik.
maupun psikis anak didik (Jalaluddin dan
Idi, 2012:90; Fadlillah, 2017) Tinjauan Progresivisme terhadap Kompa-
Selain hal di atas filsafat progresivis- rasi Pendidikan Karakter Ki Hadjar De-
me memandang kebudayaan sebagai hasil wantara dan Driyarkara
budi manusia yang dikenal sepanjang seja- Pendidikan Progresivisme mengang-
rah sebagai kepunyaan manusia yang tidak gap pendidikan bukanlah hanya menyam-
beku, melainkan selalu dinamis. Maka pen- paiakan pengetahuan kepada anak didik
didikan sebagai usaha manusia yang meru- saja, melainkan yang paling utama adalah
pakan refleksi dari kebudayaan harus seji- melatih kemampuan anak berpikir secara

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IX, Nomor 2, Oktober 2019


255

ilmiah. Semua itu dilakukan dengan pen- juga harus berkesinambungan dengan pen-
didikan supaya orang mengalami progress. didikan dalam keluarga, supaya tidak ter-
Dengan demikian, orang akan bertindak jadi keterpisahan pendidikan budi pekerti
dengan intelegensi sesuai dengan tuntutan dan budi kemasyarakatan.
dari lingkungan di mana ia berada. Tahap ketiga yaitu tahap alam pemu-
Pendidikan karakter Ki Hadjar De- da. Tahap ini merupakan tahap tempat per-
wantara dan Driyarkara keduanya memi- gerakan ini menjadi penyokong teramat
liki kesamaan padangan dan sekaligus per- besar pada pendidikan, baik dalam kecer-
bedaan dalam beberapa hal. Pendidikan ka- dasan jiwa atau budi pekerti, maupun pada
rakter menurut Ki Hadjar Dewantara me- kesosialan (Tamansiswa, 2013:74) dalam
rupakan proses penanaman nilai budi pe- hal ini pergerakan pemuda membuat anak
kerti yang luhur pada anak. Budi pekerti, aktif dan selalu berproses untuk menemu-
watak, atau karakter adalah bersatunya ge- kan jati dirinya tanpa lepas dari kontrol
rak pikiran, perasaan dan kehendak atau orang tua, sehingga kedewasaan anak da-
kemauan, yang kemudian berproses men- lam budi pekerti dan jiwa sosialnya akan
jadi tenaga. Budi berarti “fikiran, perasaan, terbentuk dengan pergerakan pemuda ter-
kemauan” dan pekerti artinya “tenaga”. sebut.
Jadi, budi pekerti adalah sifatnya jiwa ma- Tokoh lain yang menekankan progre-
nusia, mulai dari angan-angan hingga ter- sivisme dalam pendidikan budi pekerti ya-
jelma sebagai tenaga. Pendidikan karakter itu Driyarkara. Ia menekankan bahwa pen-
Ki Hadjar Dewantara nampak progresif didikan budi pekerti (karakter) bisa dilaku-
karena dalam prosesnya mengunakan tiga kan dengan cara hominisasi dan humani-
instrumen dasar, yaitu keluarga, perguru- sasi. Hominisasi artinya proses pemben-
an dan juga pergerakan pemuda. tukan manusia secara alamiah dari lahir
Anak tidak dijadikan subjek yang pa- menuju terbentuknya manusia dewasa,
sif melainkan aktif mengembangkan karak- yang tidak kalah penting seiring dengan
ternya. Tiga instrumen dasar yaitu keluar- terbentuknya manusia secara alami yang di
ga, perguruan dan pergerakan pemuda sini terjadi proses humanisasi. Humanisasi
menjadi dasar instrumen pembentuk budi merupakan tahapan yang lebih tinggi,
pekerti (karakter) anak. Keluarga merupa- pada taraf ini manusia pada kodratnya, ya-
kan tahap awal tempat segala hal yang itu taraf insani atau manusiawi, manusia
alamiah muncul dan terbentuk, terkait de- dididik menjadi manusia sebagaimana ma-
ngan naluri dasariah, mengenai kekalnya nusia semestinya.
keturunan yang menunjukkan bahwa tiap- Menurut Driyarkara pendidikan budi
tiap manusia selalu berusaha mendidik pekerti (karakter) dapat dibentuk dalam
anak-anak dengan sesempurna mungkin kesatuan tri tunggal yaitu ayah-ibu-anak.
baik dalam hal rohani maupun jasmani. Bagi manusia berketurunan melahirkan itu
Tahap selanjutnya yaitu tahap pergu- tidak hanya secara biologis melainkan juga
ruan tempat mendidik kecerdasan intelek- melahirkan secara insani. Artinya, setelah
tual anak yaitu dalam upayanya mencer- terjadi proses melahirkan biologis, juga
daskan pikiran dan pemberian ilmu penge- perlu kiranya menlanjutkannya dengan me-
tahuan. Hal ini bisa dilakukan dengan ba- lahirkan secara insani, dalam hal ini mem-
lai perguruan yang tidak terlepas dari ling- bawa anak kepada tingkat manusia. Taraf
kungan keluarga. Artinya, sistem sekolah ini merupakan peletakan karakter dasar

Pendidikan Karakter Menurut Ki Hadjar Dewantara dan Driyarkara


256

pada anak. Pada diri ayah-ibu-anak dalam karakter dasar anak, yang dimulai dari ke-
hal ini terjadi ikatan lahir dan batin sehing- luarga sebagai peletak dasar karakter, ke-
ga tercipta kesatuan yang tidak bisa digan- mudian perguruan sebagai penguat kecer-
ti, sehingga nanti anak akan tumbuh men- dasan anak sekaligus mengasah karakter
jadi manusia purnawarman, yang mampu anak, dan yang ketiga dalam lingkungan
memahami eksistensinya sebagai manusia. pergerakan pemuda sebagai lahan untuk
Adapun persamaan dan perbedaan mengembangkan karakter kesosialan anak.
pendidikan karakter Ki Hadjar Dewantara Kekurangan pendidikan karakter Ki Ha-
dan Driyarkara sebagai berikut. Pertama, djar Dewantara, yaitu sangat sulitnya me-
persamaan kedua tokoh ini yaitu terkait ngontrol agar ketiga instrumen yang meli-
dengan peletakan instrumen dasar pendi- puti keluarga, perguruan, dan pergerakan
dikan yaitu keluarga sebagai yang paling pemuda tetap konsisten. Tetapi jika ketiga-
awal. Ada kesamaan konsep menurut ke- nya bisa konsisten akan berdampak baik
dua tokoh tersebut bahwa keluarga meru- pada karakter anak didik.
pakan peletak dasar budi pekerti (karakter) Kelebihan pendidikan karakter Dri-
pada jiwa anak. Sebelum anak mendapat yarkara, yaitu Driyarkara mencoba untuk
pendidikan pada taraf yang lebih tinggi menggunakan progresivitas ikatan ayah-
atau di luar pendidikan keluarga. Pertama- ibu-anak sebagai dasar dalam membentuk
tama menurut kedua tokoh ini perlu kira- karakter dasar anak. Karena dengan ada-
nya keseriusan pendidikan di keluarga di- nya ikatan yang kuat antara ayah-ibu-anak
tekankan agar karakter dasar anak terben- akan tercipta suatu keserasian yang mem-
tuk dengan baik. buat anak mampu mengembangkan poten-
Kemudian perbedaanya, Ki Hadjar si dasar yang ada pada dirinya, kemudian
Dewantara lebih menekankan tiga instru- ayah-ibu akan menjadi alat kontrol yang
men dasar yang berkelanjutan, yaitu ke- tepat terhadap anak didiknya. Tugas ayah-
luarga, perguruan, dan pergerakan pemu- ibu mengawasi dan menanamkan nilai-
da, karena ketiga instrumen tersebut me- nilai keteladanan pada diri anak. Keku-
miliki peran yang berbeda-beda dalam me- ranganya, Driyarkara cenderung menekan-
ngembangkan karakter anak didik. Driyar- kan aspek keluarga dan kurang memper-
kara cenderung lebih menekankan instru- hatikan aspek sosial, dan kepemudaan se-
men kesatuan aya-ibu-anak sebagai satu bagaimana Ki Hadjar Dewantara. Karena
kesatuan dasar dalam penanaman karakter pada dasarnya karakter juga bisa terbentuk
dasar pada anak, karena menurutnya jika tidak hanya melalui instrumen keluarga
ayah-ibu-anak sudah menyatu makan akan saja, masih ada instrumen lain yang ber-
tercipta suatu keadaan yang membuat anak peran seperti masyarakat dan organisasi
bisa dengan progresif mengembangkan ka- sosial lainya.
rakter dasar sekaligus juga penanaman ka- Pendidikan karakter Ki Hadjar De-
rakter oleh ayah dan ibunya. wantara dan Driyarkara kiranya relevan
Kelebihan dan kekurangan pendidik- dengan pendidikan di Indonesia apabila
an karakter Ki Hadjar Dewantara dan Dri- dipadukan sebagai upaya penanaman pen-
yarkara sebagai berikut. Kelebihan pendi- didikan karakter di dalam masyarakat In-
dikan karakter Ki Hadjar Dewantara yaitu donesia (Nova, 2017). Dengan memulai dari
adanya kesesuaian yang konsisten dan pro- lingkungan keluarga karakter dasar masya-
gresif dalam ketiga tahap perkembangan rakat Indonesia akan terbentuk, setelah

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IX, Nomor 2, Oktober 2019


257

lingkungan keluarga dan selanjutnya ber- terjadi dalam proses tritunggal itu dari me-
alih pada lingkungan sekolah. Di dalam nyatunya ayah-ibu-anak sampai pada taraf
lingkungan sekolah karakter anak tersebut purnawarman, yaitu pada saat karakter
akan terasah dan bertambah dengan ada- anak terbentuk ia mampu memahami diri-
nya pendidikan dari guru. Setelah ling- nya sendiri sebagaimana ia menjadi manu-
kungan sekolah, pendidikan karakter ke- sia pada umumnya yang bebas dan ber-
mudian beralih pada lingkungan pergerak- tanggung jawab.
an pemuda. Di sanalah jiwa karakter anak Pendidikan karakter Ki Hadjar De-
akan teruji dan terbentuk sesuai dengan wantara dan Driyarkara kiranya relevan
kemampuan dan kemauan anak didik. dengan pendidikan di Indonesia apabila
dipadukan sebagai upaya penanaman pen-
PENUTUP didikan karakter di dalam masyarakat In-
Berdasarkan uraian hasil dan pemba- donesia. Ini dimulai dari lingkungan ke-
hasan di atas dapat disimpulkan, Ki Hadjar luarga sebagai peletak karakter dasar, ke-
Dewantara menjelaskan bahwa budi peker- mudian lingkungan sekolah atau perguru-
ti atau watak yaitu bulatnya jiwa manusia, an sebagai tempat melatih intelektual so-
yang dalam bahasa asing disebut ”karak- sial, dan juga pergerakan pemuda sebagai
ter” sebagai jiwa yang berasas hukum ke- ajang menampilkan karakter anak didik se-
batinan. Orang yang telah mempunyai ke- kaligus tempat mencetak karakter anak
cerdasan budi pekerti senantiasa memikir- didik dengan tidak meninggalkan kontrol
kan dan merasakan serta memakai ukuran, dari sang pendidik.
timbangan, dan dasar yang pasti dan tetap.
Menurut Ki Hadjar Dewantara pendidikan UCAPAN TERIMA KASIH
karakter dapat ditempuh melalui trisentra Dengan mengucap Alhamdulillah pe-
karena di dalam kehidupan anak-anak ada nulis bersyukur kepada Allah SWT. atas
tiga tempat pergaulan yang menjadi pusat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis
pendidikan yang amat penting baginya ya- dapat menyelesaikan artikel ini. Tidak lupa
itu alam keluarga, alam perguruan, dan penulis mengucapkan terima kasih kepada
alam pergerakan pemuda. semua pihak yang telah membantu kelan-
Adpaun menurut Driyarkara pendi- cara penulisan artikel ini. Terutama kepada
dikan karakter merupakan proses homini- seluruh jajaran anggota Dewan Redaksi
sasi dan humanisasi sebagai proses pendi- Jurnal Pendidikan Karakter. Semoga Allah se-
dikan karakter. Proses hominisasi yaitu nantiasa memberikan berkah-Nya di dunia
proses kemenjadian manusia secara alami. dan di akhirat kelak.
Hominisasi tidak pernah lepas dari huma-
nisasi. Humanisasi biasanya merujuk pada DAFTAR PUSTAKA
perkembangan yang lebih tinggi. Jikalau Ali, H. (1990). Filsafat pendidikan. Yogya-
hanya mengingat arti kata human, berarti karta: Kota Kembang.
sesuai dengan kodrat manusia, sehingga
sama dengan insani atau manusiawi. Pada Aziz, A.RA. (2016). Konsep hominisasi dan
tingkat humanisasi, pendidikan karakter humanisasi menurut Driyarkara. AL-
yang paling fundamental dapat dibentuk A’RAF: Jurnal Pemikiran Islam dan
dalam kesatuan tritunggal yaitu ayah-ibu- Filsafat, 13(1), 127-148. DOI: 10.22515/-
anak. Pendidikan karakter dalam hal ini ajpif.v13i1.39.

Pendidikan Karakter Menurut Ki Hadjar Dewantara dan Driyarkara


258

Bakker & Zubair. (1990). Metodologi peneli- Ningsih, T. (2015). Implementasi pendidikan
tian filsafat. Yogyakarta: Kanisius. karakter. Purwokerto: STAIN Press.

Barnadib, I. (1982). Filsafat pendidikan. Yog- Nova, M. (2017). Pendidikan karakter di


yakarta: Kanisius. kelas EFL Indonesia: Implementasi
dan hambatan. Jurnal Pendidikan Karak-
---------------. (1992). Pendidikan perbandingan. ter, 7(2), 142-157. DOI: 10.21831/jpk.-
Yogyakarta: Gunung Agung. v7i2.13650.

Driyarkara, (1980). Driyarkara tentang pendi- Pratyanto, R.N. (31 Juli 2017). Biografi sin-
dikan. Yogyakarta: Kanisius. gkat Prof. Dr. N. Driyarkara, SJ. Diambil
pada tanggal 11 Juni 2019, dari
Husaini, A. (2010). Pendidikan karakter: pen- http://www.driyarkara.ac.id/index.p
ting, tapi tidak cukup! Bogor: Program hp/component/k2/item/55-biografi-
Pascasarjana Universitas Ibnu Khal- singkat-prof-dr-n-driyarkara-sj.
dun.
Idris, R. (2017). Perubahan sosial budaya Suparlan, H. (2015). Filsafat pendidikan Ki
dan ekonomi Indonesia dan pengaruh- Hadjar Dewantara dan sumbanganya
nya terhadap pendidikan. Lentera Pen- bagi pendidikan di Indonesia. Jurnal
didikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Kegu- Filsafat, 24(1), 56-74. DOI: 10.22146/jf.-
ruan, 14(2), 219-231. DOI: 10.24252/lp.- 12614.
2011v14n2a7.
Suroso. (2011). Pemikiran Ki Hadjar De-
Jalaluddin & Idi, A. (2012). Filsafat pendidik- wantara tentang belajar dan pembe-
an: Manusia, filsafat dan pendidikan. Ja- lajaran. Scholaria, 1(1), 46-72.
karta: Rajawali Press.
Tamansiswa, M.L. (2013). Ki Hadjar Dewan-
Ningrum, D. (2015). Kemerosotan moral di tara: Pemikiran, konsepsi, keteladanan, si-
kalangan remaja: Sebuah penelitian kap merdeka Jilid 1. Yogyakarta: UST-
mengenai parenting styles dan peng- Press.
ajaran adab. UNISIA: Jurnal Ilmu-ilmu
Sosial, 37(82), 18-30. Diunduh dari: Zainuddin. (2008). Reformasi pendidikan:
https://journal.uii.ac.id/Unisia/articl kritik kurikulum dan managemen berbasis
e/view/10491/8171. sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Jurnal Pendidikan Karakter, Tahun IX, Nomor 2, Oktober 2019

Anda mungkin juga menyukai