Tujuan Pembelajaran:
1. Mampu membedakan pernyataan dan bukan pernyataan
2. Menentukan nilai kebenaran pernyataan tunggal dan majemuk
Latihan 1.
1. Tentukan kalimat berikut, manakah yang merupakan kalimat pernyataan,
kalimat terbuka dan kalimat bukan pernyataan.
a. Ada tujuh hari dalam satu minggu.
b. Siapa namamu?
c. 75 habis dibagi 3.
d. 72 + 32 = 102
e. Mari kita belajar matematika.
f. 2a + 4 (a + 1)2 = 2.
2
a. Konjungsi
Dua pernyataan yaitu pernyataan p dan q digabung menjadi pernyataan
majemuk menggunakan kata penghubung “dan” disebut konjungsi dari
pernyataan p dan q. Konjungsi dari p dan q dinyatakan dengan lambang “p
q” , dan dibaca “ p dan q “.
Untuk mengetahui nilai kebenaran konjungsi perhatikan empat pernyataan
konjungsi berikut ini.
1. Jakarta ibukota Republik Indonesi dan terletak di Pulau Jawa.
2. Jakarta ibukota Amerika Serikat dan terletak di Pulau Jawa.
3. Jakarta ibukota Republik Indonesi dan terletak di Pulau Sulawesi.
4. Jakarta ibukota Amerika Serikat dan terletak di Pulau Sulawesi.
p q pq
B B B
B S S
S B S
S S S
3
Contoh.
1. Misalkan p: Indonesia anggota ASEAN.
q: Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945.
p q : Indonesia anggota Asean dan merdeka pada tanggal
17 Agustus 1945.
Pernyataan p q bernilai benar karena p bernilai benar dan q bernilai benar.
2. Misalkan p: 20 bilangan genap.
q: 20 bilangan prima.
p q: 20 bilangan genap dan bilangan prima.
pernyataan p q bernilai salah karena salah satu pernyataannya yaitu
pernyaan q bernilai salah.
b. Disjungsi
Misalkan pernyataan p dan pernyataan q digabung menggunakan kata
penghubung “ atau”, maka pernyataan gabungan p dan q disebut disjungsi
dari p dan q. Disjungsi dari p dan q dinyatakan dengan simbol “p q”, dan
dibaca “p atau q”.
Contoh.
1. Misalkan p: Segitiga ABC siku-siku.
q: Segitga ABC sama kaki.
p q: Segitiga ABC siku-siku atau sama kaki.
Dalam contoh ini pernyataan p dan q bisa terjadi kedua-duanya bernilai
benar yaitu segitiga ABC siku-siku dan sama kaki.
2. Misalkan p: Habibi lahir di Pare-pare.
q : Habibi lahir di Bandung.
p V q: Habibi lahir di Pare-pare atau di Bandung.
Pada contoh ini , pernyataan p dan q tidak dapat bersama-sama benar,
sebab manusia hanya dilahirkan satu kali sehinggga hanya dapat lahir di
satu tempat.
Contoh.
Tentukan nilai kebenaran kalimat “51 bilangan komposit atau bilangan
ganjil”.
Jawab
Misalkan p : 51 bilangan komposit. ………………………... (S)
q : 51 bilangan ganjil …………………………… (B)
p V q : 51 bilangan komposit atau bilangan ganjil ……………. (B)
c. Implikasi
Misalkan pernyataan p dan pernyataan q digabung dalam bentuk kalimat
“jika p maka q”, pernyataan ini dinamakan implikasi p dan q yang kemudian
disimbolkan “p q”.
Pada implikasi p dan q (p q), pernyataan p disebut antecedent (Sebab)
dan pernyataan q disebut consequent (akibat).
Dalam logika matematika implikasi p dan q (p q) tidak diharuskan ada
hubungan antara p dan q. Sementara nilai kebenaran implikasi p q
ditentukan oleh nilai kebenaran kedua pernyataannya.
Misalkan pernyataan Jika hari turun hujan, maka tanah pekarangan
kampus basah.
Pernyataan di atas bernilai benar kalau :
Terjadi turun hujan dan tanah pekarangan kampus basah.
Tidak turun hujan dan tanah pekarangan kampus tidak basah
Tidak turun hujan dan tanah pekarangan kampus basah.
Pernyataan “jika hari turun hujan, maka tanah pekarangan kampus tidak
basah”, bernilai salah kalau benar terjadi turun hujan dan tanah pekarangan
basah.
Contoh
Misalkan p: 10 habis dibagi oleh 5 …………….. (B)
q: 10 bilangan prima ………………… (S)
p q: Jika 10 habis dibagi oleh 5, maka 10 bilangan prima ……….(S)
p q pq (q p) (p q) (q p)
B B B B B
B S S B S
S B B S S
S S B B B
Contoh.
1. Misalkan p: 13 adalah bilangan ganjil ……….. (B)
q: 13 dapat dibagi 3. ………………… (S)
p q : 13 adalah bilangan ganjil jika dan hanya jika 13 dapat
dibagi 3. …… (S)
Contoh
1. p q r artinya p (q r) yang merupakan kalimat biimplikasi.
2. p q r s artinya (p q) (r s) yang merupakan implikasi.
Contoh.
Tentukan nilai kebenaran pernyataan (p q) (q p)
6
Jawab.
Cara 1.
P q pq qp (p q) (q p)
B B B B B
B S B S S
S B B S S
S S S S B
(1) (1) (2) (3) (4)
Cara II
Perhatikan kolom, dan nomor kolom pada hasil tabel kebenaran di atas.
Penyusunan tabel kebenaran di atas dapat pula dimodifikasi seperti tabel berikut
ini.
(p q) (q p)
B B B B B B B
B B S S S S B
S B B S B S S
S S S B S S S
(1) (2) (1) (4) (1) (3) (1)
Contoh.
Tunjukkan dengan tabel kebenaran bahwa
p (q r) ekuivalen dengan (p q) r.
Jawab.
Harus ditunjukkan bahwa p (q r) (p q) r.
p q r (q r) p (q r) (p q) (p q) r
B B B B B B B
B B S S S B S
B S B B B S B
B S S B B S B
S B B B B S B
S B S S B S B
S S B B B S B
S S S B B S B
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
sama
Karena nilai kebenaran pada kolom (5) sama dengan kolom (7) maka
disimpulkan bahwa p (q r) (p q) r.
7
Tujuan Pembelajaran:
1. Menentukan negasi suatu pernyataan
2. Menentukan negasi konjungsi, disjungsi, implikasi dan biimplikasi
3. Menentukan konvers, invers dan kontraposisi pernyataan implikasi p dan q
1. Negasi Pernyataan
Dari suatu pernyataan p, dapat dibuat pernyataan baru dengan menam-
bahkan kata “tidak benar” di depan pernyataan p. Pernyataan yang baru tersebut
dinamakan negasi (ingkaran) pernyataan p, dan ditulis dengan simbol p.
Contoh.
p: Soeharto Presiden Republik Indonesia yang kedua.
p: Tidak benar Soeharto Presiden Republik Indonesia yang kedua.
Contoh.
1. p : 3 = 2 ………………. (S)
p : 3 2 ……………….. (B)
2. p : 123321 habis dibagi oleh 11 ………………….. (B)
p : 123321 tidak habis dibagi 11 ………………….. (S)
Dari tabel kebenaran di atas terlihat bahwa nilai kebenaran untuk pernyataan
( p q ) bernilai sama dengan pernyataan p q
Jadi ( p q) p q.
Contoh.
p: 100 adalah bilangan genap. ……………….. (B)
q: 100 habis dibagi 5 …………………………… (B)
p q : 100 adalah bilangan genap dan habis dibagi 5 ……………….. (B)
( p q): 100 bukan bilangan genap atau 100 tidak habis dibagi 5 …. (S)
8
p q p q pq (pq) p q
B B S S B S S
B S S B B S S
S B B S B S S
S S B B S B B
Jadi (p q) ( p q)
Contoh
p: 2 + 2 = 4 …………………. (B)
q: 17 bilangan komposit …… (S)
p q: 2 + 2 = 4 atau 17 bilangan komposit …………….. (S)
(p q): 2 + 2 4 dan 17 bukan bilangan komposit …………….. (B)
p q q pq (pq) p q
B B S B S S
B S B S B B
S B S B S S
S S B B S S
Jadi (p q) p q
Contoh.
p: Majene ibukota Provinsi Sulawesi Barat. …………………. (B)
q: Majene terletak di Pulau Sulawesi. ……………….. (B)
p q: Jika Majene ibukota Provinsi Sulawesi Barat maka Majene terletak
di Pulau Sulawesi …………….. (B)
(p q): Majene ibukota Provinsi Sulawesi Barat dan Majene tidak terletak
di Pulau Sulawesi. …………….. (B)
Negasi Biimplikasi
p q p q p q q p pq (p q) (pq) (q p)
B B S S S S B S S
B S S B B S S B B
S B B S S B S B B
S S B B S S B S S
Definisi:
Dari suatu implikasi p q, maka
a. Implikasi berbentuk q p disebut konvers dari implikasi p q.
b. Implikasi berbentuk p q disebut invers dari implikasi p q.
c. Implikasi berbentuk q p disebut kontraposisi dari implikasi p q.
Hubungan antara implikasi, konvers, invers dan kontraposisi dalam bentuk tabel
kebenaran ditunjukkan oleh tabel berikut ini.
Contoh.
1. Implikasi “jika 50 bilangan genap maka 50 habis dibagi oleh 2” ekuivalen
dengan “jika 50 tidak habis dibagi oleh 2 maka 50 bukan bilangan
genap”.
2. Implikasi “jika 50 habis dibagi oleh 2 maka 50 bilangan genap” ekuivalen
dengan “jika 50 bukan bilangan genap maka 50 tidak habis dibagi oleh
2”.
Latihan.
1. Tentukanlah negasi (ingkaran) pernyataan berikut:
a. Jumlah ketiga sudut segitiga dalam geometri Euclik sama dengan 180o.
b. 2 adalah satu-satunya bilangan prima yang genap.
c. Danau tiga warna Karimutu terletak di Pulau Flores.
d. Sin 60o = cos 300o.
e. 49 adalah bilangan kuadrat sempurna.
f. 2 bilangan irrasional.
2. Tentukanlah negasi (ingkaran) pernyataan mejemuk berikut:
a. 6 kelipatan 2 dan 16 kelipatan 8.
b. Anjing binatang Carnivora atau anjing binatang buas
c. 8 > 2 atau 8 habis dibagi 2.
d. Jika 2 < 5, maka 22 < 52
e. Jika ABCD bujursangkar, maka AC = BD dan AC tegak lurus BD.
f. (-2)2 = (2)2 jika dan hanya jika 4 = 2
10
Tujuan Pembelajaran:
1. Mampu membedakan tautologi dan kontradiksi
2. Menentukan kuantor umum dan khusus beserta nilai kebenarannya
3. Menentukan negasi kuantor umum dan khusus serta nilai kebenarannya
Setiap pernyataan majemuk yang selalu bernilai salah, untuk setiap nilai
kebenaran dari komponen-komponen disebut kontradiksi. Karena kontradiksi selalu
bernilai salah, maka kontradiksi merupakan ingkaran dari tautologi dan sebaliknya.
1. Fungsi Pernyataan
Definisi : Suatu fungsi pernyataan adalah suatu kalimat terbuka di dalam semesta
pembicaraannya (semesta pembicaraan diberikan secara eksplisit atau
implisit).
Fungsi pernyataan merupakan suatu kalimat terbuka yang ditulis sebagai p(x) yang
bersifat bahwa p(x) bernilai benar atau salah (tidak keduanya) untuk setiap x (x
adalah anggota dari semesta pembicaraan). Ingat bahwa p(x) suatu pernyataan.
Contoh.
1. p(x) = 1 + x > 5
p(x) akan merupakan fungsi pernyataan pada himpunan bilangan asli. Tetapi
p(x) bukan merupakan fungsi pernyataan pada himpunan bilangan kompleks.
2. a. Jika p(x) = 1 + x > 5 didefinisikan pada himpunan bilangan asli, maka p(x)
bernilai benar untuk x = 5, 6, 7, . . .
b. Jika q(x) = x + 3 < 1 didefinisikan pada himpunan bilangan asli, maka tidak
ada x yang menyebabkan p(x) bernilai benar.
c. Jika r(x) = x + 3 > 1 didefinisikan pada himpunan bilangan asli, maka r(x)
bernilai benar untuk x = 1, 2, 3, . . .
2. Kuantor
Kuantor adalah suatu lambang yang menunjukkan generalisasi suatu fungsi
pernyataan. Ada dua macam kuantor yaitu kuantor umum (kuantor universal) dan
kuantor khusus (kuantor eksistensial).
12
Contoh.
1. Misalkan p(x) = x + 3 > 1 didefinisikan pada himpunan bilangan asli (A).
Kuantor (xA) p(x) = (xA) (x + 3 > 1), mempunyai arti ‘ untuk semua
x elemen himpunan A, berlaku x + 3 > 1. Jelas bahwa pernyataan ini
bernilai benar, karena semua bilangan asli kalau ditambah dengan 3 selalu
lebih dari 1,
2. Jika q(x) = 2x + 1 > 5, didefinisikan pada himpunan bilangan Asli (A).
maka (xA) p(x) = (xA) (2x + 1 > 5), mempunyai arti ‘untuk setiap x
A berlaku 2x + 1 > 5’. Pernyataan tersebut bernilai salah, karena kita dapat
menemukan x yang tidak memenuhi pertidaksamaan 2x + 1 > 5. Misalnya
x = 1.
Contoh :
1. Misalkan p(x) = x + 1 < 5 pada A = {bilangan asli} maka pernyataan
( x A) p(x) = ( x A) (x + 1 < 5) dibaca ‘ada x anggota bilangan asli
sedemikian hingga berlaku x + 1 < 5’ Pernyataan ini bernilai benar,
karena ada x = 2 sehingga 2 + 1 < 5.
2. (x), r(x) = (x), (3 + x > 1) pada A = {bilangan asli} maka pernyataan
itu bernilai salah.
13
Contoh.
1. Diketahui himpunan P = {pria}, W = {wanita}.
“p menikah dengan w” M(p,w) adalah fungsi pernyataan pada P x W.
2. Diketahu A = {bilangan asli}. “2x – y – 5z < 10” K(x,y,z) adalah fungsi
pernyataan pada A x A x A.
Suatu fungsi pernyataan yang bagian depannya didahului oleh kuantor untuk
setiap variabelnya, merupakan suatu pernyataan dan mempunyai nilai kebe-
naran. Perhatikan contoh berikut.
Contoh.
Misalkan P = {Nyoman, Agus, Darman} dan W = {Rita, Farida}, serta
p(x,y) = x adalah kakak y.
Maka (x P), (y W), p(x,y) dibaca “Untuk setiap x di P ada y di W
sedemikian hingga x adalah kakak y”
Jadi setiap anggota P adalah kakak dari Rita atau Farida.
Jika pernyataan itu ditulis dengan bentuk (y W) (x P) p(x,y) dibaca
“Ada y di W untuk setiap x di P sedemikian hingga x adalah kakak y” .
Ini berarti bahwa ada (paling sedikit satu) wanita di W mempunyai kakak
semua anggota P.
Contoh.
1. Misalkan P = {Nyoman, Agus, Darman} dan W = {Rita, Farida}, serta
p(x,y) = x kakak y.
Tuliskan negasi dari pernyataan : (x P), (y W), p(x,y)
Jawab :
~ [(x P), (y W), p(x,y)] (x P), (y W), ~ p(x,y)
2. Tuliskan negasi dari (x R), (y R), x2 + y = 0
Jawab.
~[(x R), (y R), x2 + y = 0] (x R), (y R), x2 + y 0
Latihan.
1. Buktikan bahwa (p p) merupakan tautologi
2. Buktikan bahwa (p q) ~ (p q) merupakan kontradiksi.
3. Tentukan pernyataan berikut ini yang merupakan tautologi, kontradiksi atau
bukan kedua-duanya.
a. p (p q)
b. p (p q)
c. (p q) p
d. (p q) p
e. q (p q)
4. Tentukan nilai kebenaran dari setiap pernyataan berikut ini dalam semesta
pembicaraan B = Himpunan bilangan Bulat.
a. (xB), (x2 = x). e. (xB), (x2 –2x + 1 = 0)
b. (xB), (3x = 0) f. (xB), (x2 + 2x + 1 > 0)
c. (xB), (x < x + 1) g. (xB), (x2 + 4 0)
d. (xB), (x – 1 = x) h. (xB), (x2 – 3x + 2 = 0)
5. Tentukan negasi pernyataan-pernyataan berikut ini;
a. (xA), (x + 3 = 5).
b. (nA), (2 + n > 5) .
c. (x R) (2x 0).
d. (x R) (3x > x).
6. Semesta pembicaraan pernyataan-pernyataan berikut adalah
W = {1, 2, 3, 4,5}. Tentukan nilai kebenaran setiap pernyataan berikut ini,
kemudian tentukan negasinya.
a. (xW), (4 + x < 10)
b. (xW), (4 + x = 7)
c. (xW), (4 + x 7)
d. (xW), (4 + x > 8)
7. Tentukan nilai kebenaran dari setiap pernyataan berikut ini dengan semesta
pembicaraan himpunan A = {1, 2, 3}.
a. x y (x + y = 1) h. x y (x2 < y + 1)
b. x y (x + y = 1) i. x y (x2 + y2 < 20)
c. x y (x + y = 1) j. x y (x2 + y2 < 13)
d. x y (x2 < y + 1) k. x y (x2 + y2 < 13)
e. x y (x < y + 1)
2
l. x y (x2 + y2 < 13)
f. x y z (x + y < z )
2 2 2
m. x y z (x2 + y2 < z2)
g. x y (y = x) d. x y (y = x)
15
Tujuan Pembelajaran:
1. Menarik kesimpulan menggunakan modus Ponens
2. Menarik kesimpulan menggunakan modus Tollens
3. Menarik kesimpulan menggunakan silogisme
b. Validitas Pembuktian
Untuk menentukan validitas suatu argumen dapat menggunakan bantuan yang
sudah dijelaskan pada bagian terdahulu, tetapi cara ini tidaklah praktis. Cara
yang lebih praktis banyak bertumpu pada tabel kebenaran dasar dan bentuk
kondisional. Bentuk argumen yang paling sederhana dan klasik adalah Modus
ponens dan Modus tolens.
Modus Ponen
Premis 1 :pq p q ……(B)
Premis 2 :p atau p ……(B)
Kesimpulan : q q ……(B)
Cara membacanya: “jika p maka q benar, dan p benar, disimpulkan q benar”.
Contoh.
1. Premis 1 : Jika saya belajar, maka saya lulus ujian (benar)
Premis 2 : Saya belajar (benar)
Kesimpulan : Saya lulus ujian (benar)
Jawab.
Premis 1 : Jika diskriminan persamaan x2 – 14x + 49 = 0 sama dengan nol,
maka persamaan tersebut mempunyai dua akar real yang sama.
Premis 2 : D = (-14)2 – 4.(1).(49) = 0
Kesimpulan: persamaan x2 – 14x + 49 = 0 mempunyai dua akar real yang
sama.
17
Modus Tolens :
Premis 1 :pq
Premis 2 :~q
Kesimpulan :~p
Contoh.
Premis 1 : Jika hari turun hujan maka saya memakai jas hujan (benar)
Premis 2 : Saya tidak memakai jas hujan (benar)
Kesimpulan : Hari tidak turun hujan (benar)
Perhatikan bahwa jika p terjadi maka q terjadi, sehingga jika q tidak terjadi
maka p tidak terjadi.
Silogisme :
Premis 1 :pq
Premis 2 :qr
Kesimpulan :pr
Contoh :
Premis 1 : Jika kamu benar, maka saya bersalah (B)
Premis 2 : Jika saya bersalah, maka saya minta maaf (B)
Kesimpulan : Jika kamu benar, maka saya minta maaf (B)
Silogisma Disjungtif
Premis 1 :pq
Premis 2 :~q
Kesimpulan :p
Contoh :
Premis 1 : Pengalaman ini berbahaya atau membosankan (B)
Premis 2 : Pengalaman ini tidak membosankan (B)
Kesimpulan : Pengalaman ini berbahaya (B)
Konjungsi
Premis 1 :p
Premis 2 :q
Kesimpulan :pq Artinya : p benar, q benar. Maka p q benar.
Tambahan (Addition)
Premis 1 :p
Kesimpulan : p q
Artinya : p benar, maka p q benar (tidak peduli nilai benar atau nilai salah
yang dimiliki q).
Dua bentuk argumen valid yang lain adalah Dilema Konstruktif dan Dilema
Destruktif.
18
Dilema Konstruktif
Premis 1 : (p q) (r s)
Premis 2 :p r
Kesimpulan :q s
Contoh :
Premis 1 : Jika hari turun hujan, aku akan tinggal di rumah; tetapi jika
pacar datang, aku pergi berbelanja.
Premis 2 : Hari ini turun hujan atau pacar datang.
Kesimpulan : Aku akan tinggal di rumah atau pergi berbelanja.
Dilema Konstruktif :
Premis 1 : (p q) (r s)
Premis 2 :~q~s
Kesimpulan :~p~r
Dilema destruktif ini merupakan kombinasi dari dua argumen modus tolens
(perhatikan argumen modus tolen).
Contoh :
Premis 1 : Jika aku memberikan pengakuan, aku akan digantung; dan
jika aku tutup mulut, aku akan ditembak mati.
Premis 2 : Aku tidak akan ditembak mati atau digantung.
Kesimpulan : Aku tidak akan memberikan pengakuan, atau tidak akan
tutup mulut.
Latihan.
Kesimpulan: ……………………………………………………………
Kesimpulan: …………………………………………….
Kesimpulan: …………………………………………….
19
Tujuan pembelajaran:
Setelah mengikuti pembelajaran ini diharapkan dapat membuktikan sifat, dalil, rumus atau
teorema matematika menggunakan bukti langsung, bukti tidak langsung atau induksi
matematika
Suatu pernyataan yang berupa sifat, dalil, rumus, atau teorema dalam
matematika dapat dibuktikan kebenarannya berdasarkan pernyataan-pernyataan
lain yang bernilai benar.
Pembuktian kebenaran suatu pernyataan sama halnya dengan memberikan
premis-premis atau argumen-argumen yang benar sehingga dapat disimpulkan
bahwa pernyataan tersebut benar.
Metode pembuktian yang digunakan dalam membuktikan pernyataan
matematika adalah bukti langsung, bukti tidak langsung dan induksi matematika.
1 Bukti Langsung
Pembuktian langsung adalah pembuktian yang dimulai dari premis yang
bernilai benar kemudian premis tersebut diturunkan dengan menggunakan
kaidah matematika sehingga akhirnya diperoleh kesimpulan yang bernilai benar.
Untuk membuktikan suatu pernyataan matematika dengan bukti langsung, kita
dapat menggabungkan definisi, aksioma, sifat, maupun dalil-dalil matematika.
Penarikan kesimpulan berdasarkan argu-men Modus Ponens, Modus Tollens,
dan silogisme termasuk bukti langsung dalam matematika. Untuk lebih jelasnya
perhatikan contoh-contoh berikut ini.
Contoh 1.
Buktikan dengan menggunakan bukti langsung pernyataan Jika n bilangan
ganjil, maka n 2 bilangan ganjil.
Bukti:
Diketahui: n bilangan ganjil
Akan dibuktikan: n 2 bilangan ganjil.
Penyelesaian:
Karena diketahui n bilangan ganjil, maka n = 2k – 1, k Bilangan Asli
Sehingga n 2 = (2k – 1)2
= 4k2 – 4k + 1
= 2 (2k2 – 2k) + 1
= 2p + 1, dimana p = 2k2 – 2k.
Karena 2p adalah bilangan genap, maka 2p + 1 adalah bilangan ganjil,
sehingga n 2 = 2p + 1 adalah bilangan ganjil
Jadi terbukti jika n bilangan ganjil maka n 2 bilangan ganjil.
Contoh 2.
Buktikan dengan menggunakan bukti langsung pernyataan
jika x2 – 6x + 5 0, maka x 1 atau x 5.
Bukti:
Diketahui: x2 – 6x + 5 0.
Akan dibuktikan: x 1 atau x 5.
Penyelesaian
Karena x2 – 6x + 5 0, maka (x – 5) (x – 1) 0
Untuk menentukan titik pemisah dimisalkan (x – 5) (x – 1) = 0
(x – 5) = 0 atau (x – 1) = 0
x = 5 atau x = 1
20
I II III
+++++ --------------- + ++++
1 5
Pengujian:
Interval I, ambil x = 0 (0-5)(0-1) = 5 > 0
Interval II, ambil x = 3 (3 – 5) (3 – 1) = (-2) (2) = -4 < 0.
Interval III, ambil x = 6 (6 – 5) (6 – 1) = (1)(5) = 5 > 0.
Jadi diperoleh x 1 atau x 5.
Terbukti bahwa jika x2 – 6x + 5 0, maka x 1 atau x 5.
Contoh 1.
Jika a b dan b c, maka a c.
Bukti:
Diketahui: a b dan b c. (Premis 1)
Akan dibuktikan: a c (Premis 2)
Penyelesaian.
Andaikan a c, (Premis 3 yang merupakan negasi premis 2)
Contoh 2.
Buktikan 2 bilangan irrasional.
21
Bukti:
Akan dibuktikan: 2 bilangan irrasional ……. (P1)
Penyelesaian
Andaikan 2 bilangan rasional. ………… P2 (P2 merupakan negasi P1)
p
2 = q , dengan p, q elemen bilangan bulat, q 0 dan (p, q) = 1…… (P3)
p2
2 = , …….. (P4)
q2
2q2 = p2, ……... (P5)
3. Induksi Matematika
Buktikan bahwa 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + . . . + (2n-1) = n2
Untuk membuktikan rumus di atas dapat digunakan pembuktian dengan induksi
matematika.
Langkah-langkah pembuktian suatu rumus Sn, untuk n bilangan asli dengan
induksi matematika adalah sebagi berikut:
1. Buktikan bahwa rumus Sn berlaku untuk n = 1.
2. Buktikan bahwa jika rumus Sn berlaku untuk n = k, maka rumus berlaku
untuk n = k + 1.
Jika langkah 1 dan 2 telah dilakukan dengan benar, maka dapat disimpulkan
bahwa rumus Sn berlaku untuk setiap bilangan asli n.
Contoh.
Buktikan dengan induksi matematika bahwa untuk setiap bilangan asli n berlaku
1 + 3 + 5 + 7 + 9 + . . . + (2n-1) = n2
Bukti:
1. Untuk n = 1, ruas kiri = 2 . 1 – 1 = 2 - 1 = 1
Ruas kanan = 12 = 1
2. Misalkan berlaku untuk n = k
1 + 3 + 5 + 7 + 9 + . . . + (2k-1) = k2
apakah berlaku untuk n = k + 1.
Karena untuk n = k , 1 + 3 + 5 + 7 + 9 + . . . + (2k-1) = k2, maka
= k2 + 2k +1
= (k + 1)2
= n2 sebab n = k +1
Karena berlaku untuk n = k + 1, maka terbukti bahwa
1 + 3 + 5 + 7 + 9 + . . . + (2n-1) = n2
Latihan:
1. Buktikan pernyataan “Jika n bilangan genap, maka n 2 + n bilangan genap “
dengan menggunakan bukti langsung.
2. Buktikan pernyataan “Jika ab = 0, maka a = 0 atau b = 0”, dengan menggunakan
bukti tidak langsung .
3. Buktikan dengan induksi matematika bahwa untuk setiap bilangan asli n berlaku
12 + 22 + 32 + 42 + 52 + 62 + . . . + n2 = 1
6 n(n + 1)(2n + 1).
4. Buktikan pernyataan-pernyataan berikut ini.
a. Jika n habis dibagi 6, maka n habis dibagi 3.
b. Untuk setiap bilangan prima x, jika x > 3, maka (x + 3) (x – 1) habis dibagi
24.
c. Jika titik P berada diluar bidang v, maka dapat dibuat satu bidang yang
sejajar dengan bidang v.
d. Jika k bilangan bulat ganjil, maka k + 1 bilangan genap.
e. Setiap pasang garis yang bersilangan hanya ada satu garis yang memotong
kedua garis itu tegak lurus.
f. 1 + 2 + 3 + 4 + . . . + n = 12 n(n+1)
g. Untuk setiap bilangan asli n, n(n +1) habis dibagi 2.
n
h. 3i1 = 1 n
2 (3 – 1)
i 1
23
Tujuan pembelajaran:
1. Menentukan himpunan dan bukan himpunan
2. Menulis anggota suatu himpunan
3. Menentukan hubungan dua himpunan
1. Pengertian himpunan
Definisi
Himpunan adalah kumpulan objek-objek yang didefinisikan dengan jelas
Objek-objek dari kumpulan yang dimaksud adalah suatu objek yang dapat
ditentukan dengan pasti termasuk dalam kumpulan atau tidak termasuk dalam
kumpulan tersebut. Objek yang termasuk dalam kumpulan disebut anggota
(elemen) sementara objek yang tidak termasuk dalam kumpulan disebut bukan
anggota (elemen). Anggota suatu himpunan ditulis dengan simbol “”, sementara
yang bukan anggota himpunan ditulis dengan simbol “”
Contoh
Kumpulan makhluk hidup berkaki empat merupakan suatu himpunan.
Kuda merupakan salah satu anggota himpunan, dan ayam salah satu yang
bukan anggota himpunan.
Kumpulan wanita cantik bukan suatu himpunan, karena istilah cantik tidak
terdefinisi dengan jelas.
2. Notasi Himpunan
Pada umumnya nama himpunan dinotasikan dengan huruf kapital, seperti A,
B, C dan seterusnya. Anggota atau elemen dari himpunan dinotasikan dengan
huruf kecil seperti a, b, c dan seterusnya. Notasi “aB” dibaca a anggota B atau
a elemen B, sementara notasi “ aB” dibaca a bukan anggota B atau a bukan
elemen B.
Suatu himpunan dapat dinyatakan dengan beberapa cara, yaitu:
Contoh :
Himpunan A dan P dapat dinyatakan dengan tiga cara berikut:
A = {1, 2, 3, 4, 5}
Contoh
Q adalah himpunan yang terdiri dari lima elemen, yaitu kucing, a, Amir, 10
dan paku.
K={ { } }
Pada contoh di atas, C adalah himpunan yang terdiri dari 3 elemen, yaitu a,
{a}, dan {{a}}. Contoh tersebut memperlihatkan bahwa suatu himpunan
dapat merupakan anggota himpunan lain. Sedangkan K hanya berisi satu
elemen, yaitu { }, disebut himpunan kosong, sering dilambangkan dengan Ø.
25
Untuk menuliskan himpunan dengan jumlah anggota yang besar dan telah
memiliki urutan tertentu dapat dilakukan dengan menggunakan tanda ‘…’
(ellipsis)
Contoh
Himpunan alfabet ditulis sebagai { a, b, c,…, x, y, z}
Himpunan 100 bilangan asli pertama ditulis sebagai {1, 2,…,100}.
Untuk menuliskan himpunan yang tidak berhingga banyak anggotanya, dapat
juga menggunakan tanda ‘…’ (ellipsis)
Contoh
Himpunan bilangan bulat positif ditulis sebagai {1, 2, 3,…},
Himpunan bilangan bulat ditulis sebagai {…,-2, -1, 0, 1, 2,…}.
Penyajian himpunan menggunakan notasi pembentuk himpunan dilakukan
dengan cara menulis syarat yang harus dipenuhi oleh anggotanya.
Notasi yang digunakan: {x | syarat yang harus dipenuhi oleh x}
Aturan dalam penulisan syarat keanggotaan :
Bagian di kiri tanda ‘ | ‘ melambangkan elemen himpunan
Tanda ‘ | ‘ dibaca dimana atau sedemikian sehingga
Bagian di kanan tanda ‘|’ menunjukkan syarat keanggotaan himpunan
Setiap tanda ‘ , ‘ di dalam syarat keanggotaan dibaca sebagai dan.
Notasi pembentuk himpunan sangat berguna untuk menyajikan himpunan
yang anggota-anggotanya tidak mungkin didaftar/enumerasi.
Contoh
himpunan bilangan rasional, dinyatakan sebagai Q = { a/b | a, b Z, b 0}
M adalah himpunan mahasiswa yang mengambil kuliah Matematika Diskrit.
M = { x | x adalah mahasiswa yang mengambil kuliah Matematika Diskrit}
A adalah himpunan bilangan bulat positif yang kecil dari 7, dinyatakan sebagai
A = {x | x adalah himpunan bilangan bulat positif lebih kecil dari 7 }
atau dalam notasi yang lebih ringkas :
A = {x | x Z, x < 7}
yang ekivalen dengan A = {1, 2, 3, 4, 5, 6}
3. Himpunan kosong
Himpunan yang tidak memiliki anggota disebut himpunan kosong (empty set),
dilambangkan dengan { } atau Ø.
26
Contoh
E = {x | x < x}, maka n(E) = 0.
P = {orang Indonesia yang pernah ke Bulan}, maka n(P) = 0.
A = {x | x adalah akar-akar persamaan kuadrat x2 + 5x + 10 = 0}, n(A) = 0.
Perhatikan bahwa {Ø} bukan himpunan kosong karena ia memuat satu elemen
yaitu Ø.
Istilah seperti kosong, hampa, nihil, ketiganya mengacu pada himpunan yang
tidak mengandung elemen, tetapi istilah nol tidak sama dengan ketiga istilah di
atas, sebab nol menyatakan sebuah bilangan tertentu.
Definisi
Himpunan A adalah himpunan bagian dari himpunan B (ditulis A B), jika
setiap anggota A merupakan anggota B. Definisi ini secara matematika dapat
ditulis seperti berikut ini.
(A B) ( x), xA xB
Contoh.
1. Misalkan P = {a, i, u, e, o} dan Q adalah himpunan semua huruf Latin,
maka P Q sebab semua anggota P juga merupakan anggota Q.
2. Misalkan A = {xxZ, x < 20}, dan B = {xxZ, x faktor-faktor 12}, maka
B A sebab B = {1, 2, 3, 4, 6, 12}, anggota B semua bilangan Bulat dan
kurang dari 20. Jadi semua anggota B juga anggota A.
A B dapat pula dibaca “ A termuat dalam B” yang sama artinya dengan “B
memuat A” yang diberi simbol “B A”
Dalam suatu pembicaraan, himpunan biasanya dibatasi, atau
pembahasan difokuskan pada himpunan tertentu. Himpunan yang anggota-
anggotanya merupakan objek pembicaraan disebut himpunan semesta atau
semesta pembicaraan, yang kemudian dilambangkan dengan huruf S atau U.
Contoh
1. Jika A = {1, 2, 3, 4} dan B = {4, 2, 1, 3}, maka A = B.
2. Jika himpunan P pembentuk kata matematika dan Q = {k, e, t, a, m, i},
maka P = Q
Latihan
Tujuan pembelajaran:
1. Menentukan jenis-jenis operasi himpunan
2. Menentukan hasil operasi dua himpunan
Apabila diketahui dua himpunan, maka dapat dibentuk himpunan yang baru
dengan cara mengoperasikan kedua himpunan tersebut. Operasi himpunan yang
dapat dilakukan yaitu gabungan, irisan, penjumlahan dan selisih. Sementara untuk
satu himpunan dapat dilakukan dengan operasi komplemen.
1. Gabungan
Definisi
Gabungan himpunan A dan B ditulis A B himpunan dari semua anggota A
atau semua anggota B.
Secara simbolik pernyataan ini ditulis seperti berikut ini.
A B = {xxA xB}
Diagram Venn dari A B adalah daerah yang diarsir pada gambar berikut.
A B
Contoh
a. Jika A = { 3, 5, 7, 9, 11}, dan B = {1, 4, 9, 16}, maka
A B = {1, 3, 4, 5, 7, 9, 11, 16}
b. Jika P = {xxR, 2 < x < 10}, dan Q = {xxR, -3 x < 6}, maka
P Q = {xxR, -3 x < 10},
c. Jika R = {a, e, i, u}, dan S = himpunan huruf pada kata “kombinasi”,
maka R S = {a, b, e, i, k, m, n, o, p, r, s, t, u}
2. Irisan
Definisi
Irisan himpunan A dan B ditulis A B adalah himpunan yang merupakan
persekutuan himpunan A dan B, atau himpunan yang anggotanya
merupakan anggota himpunan A dan juga merupakan anggota B.
A B = {xxA xB}
Diagram Venn dari A B adalah daerah yang diarsir pada gambar berikut.
31
A B
Contoh
a. Jika A = { 3, 5, 7, 9, 11}, dan B = {1, 4, 9, 16},
maka
AB={9}
b. Jika P = {xxR, 2 < x < 10}, dan Q = {xxR, -3 x < 6 }, maka
P Q = {xxR, 2 < x < 6 },
c. Jika R = {a, e, i, u}, dan S = himpunan huruf pada kata “kombinasi”, dan
S = himpunan huruf pada kata “kombinasi”, maka
R S = {a, e, i, m, s, t}
3. Penjumlahan
Definisi
Penjumlahan himpunan A dan B ditulis A + B, adalah himpunan anggota-
anggota A dan B tetapi buka anggota irisan A dan B.
Secara simbolik dituliskan seperti berikut ini.
Diagram Venn dari A + B adalah daerah yang diarsir pada gambar berikut.
A B
Contoh.
a. Jika A = { 3, 5, 7, 9, 11}, dan B = {2, 4, 9, 16}, maka
A + B = { 2, 3, 4, 7, 11, 16 }
b. Jika P = {xxR, 2 < x < 10}, dan Q = {xxR, -3 x < 6 }, maka
P Q = {xxR, -3 x < 2 6 < x < 10 },
c. Jika R = {a, e, i, u}, dan S = himpunan huruf pada kata “kombinasi”,
maka
R + S = { b, k, n, o, p, r, t, u}
4. Selisih
Definisi
Selisih himpunan A dan B ditulis A – B, adalah anggota himpunan A yang
bukan anggota B.
32
A - B = {xxA xB}
Diagram Venn dari A - B adalah daerah yang diarsir pada gambar berikut.
A B
Contoh.
a. Jika A = { 3, 5, 7, 9, 11}, dan B = {1, 4, 9, 16}, maka
A - B = { 3, 5, 7, 11}
b. Jika P = {xxR, 2 < x < 10}, dan Q = {xxR, -3 x < 6 }, maka
P - Q = {xxR, 6 x < 10 },
c. Jika R = {a, e, i, u}, dan S = himpunan huruf pada kata “kombinasi”,
maka
R - S = {e, p, r, t, u}
5. Komplemen
Definisi
Misalkan S adalah himpunan semesta dan A termuat pada S, maka A
komplemen ditulis AC adalah semua anggota S yang bukan anggota A.
secara simbolik ditulis seperti berikut.
AC = {xxS xA}
Diagram Venn dari AC adalah daerah yang diarsir pada gambar berikut.
A
AC
Contoh
1. Jika S = Himpunan bilangan asli yang kurang dari 10, dan A = { 2, 4, 6, 8}
maka AC = { 1, 3, 5, 7, 9}
2. Jika S = {xxR, -20 < x < 20}, dan Q = {xxR, -3 <
x < 2 },
33
Latihan
1. Tentukanlah A B, jika
diketahui himpunan-himpunan seperti berikut ini.
a. A = { 5, 8, 9, 10, 15, 30, 60}, dan B = {9, 16,
20, 25, 45}
b. A = { 5, 25, 35, 45}, dan B = {9, 16, 20, 28, 41}
c. A = {xxR, 0 x < 10}, dan B = {xxR, -6
x<4}
d. A = himpunan huruf pembentuk kata “sulawesi”
dan B = himpunan huruf pembentuk kata “kalimantan”.
Tujuan pembelajaran:
1. Menentukan sifat-sifat operasi himpunan
2. Membuktikan sifat-sifat operasi himpunan
1. A ∩ B = B ∩ A
2. A ∩ B A
3. A ∩ A = A
4. A ∩ =
1. A U AC = U
2. A ∩ AC =
3. (AC )C = A
4. A − A =
5. A − B = A ∩ BC
6. (A B)c = Ac Bc
(Hukum De Morgan)
7. (A B)c = Ac Bc
3. Distributif
(A B) C = (A B) (A C)
4. Idempoten
(i) A A = A
(ii) A A = A
5. Identitas
A U = A dan A U = U
6. Penyerapan
(i) A (A B) = A
(ii) A (A B) = A
7. Sifat Pengurangan
(i) A–A=
(ii) A – =A
(iii) A – B = A BC
8. Sifat refleksif
(i) A=A
(ii) AA
(iii) A~A
9. Sifat simetrik
(i) Jika A = B, maka B = A
(ii) Jika A ~ B, maka B ~ A
Contoh.
Bukti.
Berikut ini akan dibuktikan dengan menggunakan definisi himpunan yang sama
yaitu A = B jika dan hanya jika A B dan B A.
36
akibatnya y A atau y B
atau y (A B)
y (A B)C
Jadi AC BC (A B)C.
(A B)C = AC BC
Contoh
Penyelesaian:
[(A B) (A B)C ] (A B) BC = S (A B) BC
= [S (A B)] BC
= (A B) BC
= A (B BC
= A
= .
Latihan
1. Buktikan bahwa ;
a. A (A B) = A
b. A (A B) = A c. P (Q R), Q R, Q R.
2. Buktikan bahwa;
a. A + B = (A B) – (A B).
Tujuan pembelajaran:
1. Menentukan relasi dua himpunan
2. Menentukan jenis-jenis relasi dua himpunan
A. Relasi
Istilah “relasi” yang dapat diartikan “hubungan” yang sudah sering didengar,
misalnya hubungan “ayah” dengan “anak”, hubungan “guru” dengan “siswa”,
dan sebagainya.
Untuk mendefinisikan suatu relasi diperlukan:
1. Suatu himpunan A.
2. Suatu himpunan B.
3. Suatu aturan atau kalimat matematika terbuka
Apabila dipunyai dua himpunan misalkan himpunan A = { 2, 4, 6, 8 } dan
himpunan B = { 4, 16, 36, 64 }. Kemudian dibuat suatu hubungan antara
anggota himpunan A dengan angota himpunan B seperti gambar berikut.
2 4
4 16
6 36
8 64
A B
Bentuk hubungan seperti gambar di atas disebut relasi, karena ada hubungan
antara anggota himpunan A dengan anggota himpunan B, dan hubungan
tersebut mempunyai aturan yang jelas yaitu x2.
Definisi:
Relasi adalah Hubungan/pertautan antara anggota dua himpunan yang
mempunyai aturan yang jelas.
38
Contoh
Misalkan:
P = { Jakarta, Manila, London, Paris, Madrid }
Q = { Prancis, Belanda, Filipina, Italia, Indonesia, Inggris }
Jika kita membuat hubungan antara himpunan P dengan Q dengan aturan “
ibukota”
Maka hubungan anggota kedua himpunan tersebut dapat dinyatakan dalam
bentuk diagram panah seperti berikut ini.
Francis Jakarta
Belanda
Manila
Filipina
London
Iitalia
IIndonesia Paris
Madrid
Inggris
Q P
Relasi dapat pula dinyatakan dalam bentuk pasangan terurut, misalnya pada
relasi “ibukota“ di atas. “Ibukota Francis adalah Paris”, cukup ditulis dengan
singkat “(Francis, Paris). Demikian pula yang lainnya. Jadi relasi tersebut bila
dituliskan dalam bentuk pasangan terurut adalah
R = { (Francis, Paris), (Filipina, Manila), Indonesia, Jakarta), (Inggris, London)}.
Himpunan A dan Q pada kedua relasi di atas dinamakan domain (daerah
asal), sementara himpunan B dan P dinamakan kodomain (daerah kawan).
Range ( daerah hasil) pada relasi R adalah { Jakarta, Manila, London, Paris}.
B. Jenis-jenis Relasi
1. Relasi Refleksif.
Definisi :
R adalah relasi pada himpunan A, R disebut relasi refleksif jika dan
hanya jika untuk setiap a A berlaku (a,a) R
Secara simbolik ditulis R refleksif ( a A ), a R a.
39
Contoh.
1. Relasi R = {(a, a), (2, 2), (b, b) (4, 4)}
2. H = Himpunan garis pada bidang datar. R adalah relasi kesejajaran. R
merupakan relasi refleksif karena untuk setiap garis l di H maka akan
sejajar dengan dirinya sendiri.
3. Relasi Transitif
Definisi
R relasi pada himpunan A,. R dikatakan relasi transitif jika dan
hanya jika setiap tiga anggota A, a, b,c A, berlaku jika (a,b) R
dan (b,c) R maka (a,c) R
Secara simbolik ditulis R transitif (a, b, c A), a R b b R c a R c.
Contoh.
1. Diberikan A = {3, 4, 5, 6} dan R1 = {(3,4), (4,3), (3,3), (6,5), (5,6), (6,6)}.
R1 merupakan relasi transitif.
Sebab (a, b, c A).a R b b R c a R c.
2. Relasi kesejajaran.
3. Relasi bersaudara orang-orang.
40
4. Relasi Ekuivalensi
Definisi :
R relasi pada himpunan A, R dikatakan relasi ekuivalensi pada A jika
dan hanya jika R merupakan relasi refleksif, relasi simetris dan relasi
transitif.
Contoh.
1. Ditentukan A adalah himpunan sebarang dan relasi R adalah relasi pada
yang didefinisikan sebagai “x = y”. Relasi R merupakan relasi ekuivalensi
sebab dipenuhi:
a. a = a untuk a R, (refleksif)
b. a = b maka b = a untuk a, b R, (simetri)
c. a = b dan b = c maka a = c untuk a, b, c R (transitif)
2. Jika A adalah himpunan segitiga pada bidang datar dan R adalah relasi
kesebangunan dari A maka R merupakan relasi ekuivalensi. Coba selidiki!
3. Relasi kongruensi antara bilangan-bilangan bulat.
LATIHAN
1. Diberikan R adalah relasi pada himpunan bilangan asli, R didefinisikan sebagai
“x – y dapat dibagi 2”. Buktikan bahwa R merupakan relasi ekuivalensi.
2. Jika R pada himpunan A merupakan relasi ekuivalensi, apakah R-1 juga
merupakan relasi ekuivalensi?
3. Periksalah kalimat-kalimat terbuka berikut ini yang mendefinisikan relasi pada
himpunan bilangan asli A:
a. “x adalah kelipatan y”
b. “x kali y merupakan kuadrat suatu bilangan”
merupakan relasi refleksif? simetris? transitf? atau ekuivalensi?
4. Selidiki apakah relasi-relasi berikut ini mempunyai sifat-sifat refleksif, simetris dan
transitif?
a. tegak lurus antar garis lurus dalam bidang datar.
b. relasi habis dibagi antara bilangan bulat.
c. relasi lebih kecil atau sama dengan antara bilangan-bilangan asli.
d. tegak lurus antara bidang pada ruang.
5. Jika diketahui A = {0,1,2,3,4,5} dan B = {a,b, c}. Relasi R dari A ke B ditulis
dengan rumusan: R = {(0,a), (2,a), (2,c), (3,b), (3,c)}. Gambarkan R dengan
diagram panah.
41
6. Jika R menyatakan relasi kurang dari atau sama dengan di dalam himpunan
bilangan asli yaitu: (a,b) jika dan hanya jika a ≤ b maka tentukan apakah R :
a. refleksif,
b. simetris,
c. transitif,
d. relasi ekuivalen.
42
Tujuan Pembelajaran:
1. Menentukan relasi yang merupakan fungsi
2. Menentukan fungsi, surjektif, injektif dan bijektif
1. Fungsi
Definisi: Misalkan f adalah relasi dari himpunan A ke himpunan B. f dikatakan
fungsi dari A ke B apabila setiap anggota A mempunyai pasangan
tepat satu anggota di B.
Definisi di atas dapat pula dituliskan dalam kalimat matematika seperti
berikut ini.
f: A B, relasi f adalah fungsi jika dan hanya jika ( x, y A) dengan
x = y f(x) = f(y)
Definisi ini ekuivalen dengan kontraposisinya yakni
f: A B, relasi f adalah fungsi jika dan hanya jika ( x, y A) dengan
f(x) f(y) x y
Contoh.
Relasi f: R R dengan definisi f(x) = 3x + 4, x R adalah suatu fungsi.
Sebab ambil sebarang x , y R dengan syarat x = y.
Akibatnya 3x = 3y 3x + 4 = 3y + 4 f(x) = f(y).
Karena ( x, y R), dengan x = y f(x) = f(y)
Maka relasi f adalah fungsi.
2. Jenis-jenis fungsi
a. Fungsi surjektif (fungsi onto)
Definisi: Suatu fungsi f dari himpunan A ke himpunan B dikatakan fungsi
surjektif/fungsi onto jika dan hanya jika range f sama dengan B.
Definisi di atas dapat dinyatakan dalam kalimat/simbol matematika seperti
berikut.
f: A B, fungsi surjektif ( xB), ( xA), sehingga berlaku f(x) = y
Contoh.
Diketahui relasi f: R R, dengan definisi f(x) = 2x + 1.
Selidiki apakah f merupakan fungsi surjektif
43
Jawab.
Karena f masih berbentuk relasi maka terlebih dahulu diselidiki apakah relasi
f merupakan fungsi.
Ambil sebarang x, y R dengan syarat x = y.
Karena x = y, maka 2x = 2y
2x + 1 = 2y + 1
f(x) = f(y)
Karena ( x, y R), dengan x = y f(x) = f(y), maka f adalah fungsi.
Sekarang akan diselidiki apakah f fungsi surjektif.
1
Ambil sebarang yR, maka terdapat xR dengan bentuk x = 2 (y – 1),
1 1
sehingga f(x) = f( 2 (y – 1)) = 2 ( 2 (y – 1)) +1 = y – 1 + 1 = y.
g( x1 ) = x1 2 dan g( x 2 ) = x 2 2 .
44
g( x 2 ),
Maka g bukan fungsi injektif.
c. Fungsi bijektif ( fungsi korespondensi satu-satu)
Definisi: Suatu fungsi f dari himpunan A ke himpunan B dikatakan fungsi
bijektif jika dan hanya jika f fungsi surjektif dan fungsi injektif.
Contoh 1.
Fungsi f dari himpunan bilangan real ke himpunan bilangan real dengan
definisi f(x) = 2x + 1 merupakan fungsi bijektif, sebab f fungsi injektif dan
surjektif.
Contoh 2.
Fungsi g : R R, dengan definisi g(x) = x2, xR bukan fungsi bijektif karena
f bukan fungsi injektif.
Sekarang akan diselidiki apakah g fungsi surjektif.
Ambil sebarang yR,
Apabila diambil y 0 maka terdapat xR dengan bentuk x = y sehingga
g(x) = g( y ) = ( y ) 2 = y.
Apabila diambil y 0, maka tidak ada xR sehingga g(x) = y
Misalnya diambil y = -4,
Tidak ada xR sehingga g(x) = x2 = -4.
Jadi g juga bukan fungsi surjektif.
Karena g bukan fungsi surjektif dan bukan fungsi injektif, maka jelas g
juga bukan fungsi bijektif.
Latihan
1. Diketahui relasi f: R R dengan definisi f(x) = 6x – 5.
Buktikan bahwa f adalah fungsi.
2. Selidiki apakah fungsi f: R R dengan definisi f(x) = 6x – 5 merupakan fungsi
surjektif.
3. Selidiki apakah fungsi f: R R dengan definisi f(x) = 6x – 5 merupakan fungsi
injektif.
4. Selidiki apakah fungsi f: R R dengan definisi f(x) = 6x – 5 merupakan fungsi
bijektif
45
Tujuan Pembelajaran:
Menggambar pernyataan logika kebentuk jaringan listrik atau sebaliknya
Pada bagian ini, kita akan membicarakan aplikasi logika dan teori himpunan.
Dalam kehidupan sehari-hari aplikasi tersebut dapat dijumpai dalam jaringan air,
jaringan listrik, khususnya dalam jaringan saklar listrik. Pada listrik, saklar “on”
berarti ada aliran listrik dan “off” berarti tidak ada aliran listrik. Penggunaan “on”
biasa juga digunakan lambang “1” sedangkan “off” digunakan lambang “0”
∙ ∙ ∙ ∙
saklar terbuka saklar tertutup
Penggunaan saklar dalam jaringan listrik mungkin menggunakan lebih dari
satu sakaar, sehingga memungkinkan adanya pemasangan jaringan saklar secara
seri atau paralel bahkan kombinasi antara keduanya.
∙ ∙ ∙ ∙ Hubungan seri
∙ ∙
∙ ∙ Hubungan paralel
∙ ∙
Dalam hubungan seri, listrik akan mengalir jika kedua saklar pada posisi tertutup.
Sedangkan pada hubungan paralel, listrik mengalir jika salah satu atau keduanya
pada posisi tertutup. Ingat pada pernyataan logika tentang konjungsi dan disjungsi.
Pada jaringan, ada saklar yang posisinya saling berlawanan, yaitu saklar
satunya terbuka lainnya tertutup atau sebaliknya. Dua saklar yang mempunyai
posisi demikian disebut dengan saling berkomplemen. Keadaan saklar saling
berlawanan dalam pernyataan logika sama dengan negasi. Coba jelaskan kalau
keadaan ini diterapkan pada hubungan seri dan paralel.
Untuk maksud memudahkan pemahaman, kita akan menggunakan bagan:
p
untuk menyatakan saklar yang posisinya belum ditentukan (terbuka-tertutup).
Sedangkan lambang p’ menyatakan negasi.
Hubungan seri dinyatakan dengan p q (konjungsi)
Hubungan paralel dinyatakan dengan p q (disjungsi).
Simbol 1 untuk menyatakan listrik mengalir.
Simbol 0 untuk menyatakan listrik tidak mengalir.
46
p q pq
p q
hubungan seri 1 1 1
1 0 0
0 1 0
0 0 0
p
p q pq
q 1 1 1
hubungan paralel
1 0 1
0 1 1
0 0 0
p p’ p p’
p p’
1 0 0
0 1 0
p
p p’ p p’
1 0 1
p’
0 1 1
Contoh.
1. Gambarkan jaringan listrik untuk p (q p’).
Jawab.
Perhatikan pada p (q p’), q dan p’ berhubungan seri, sedang p dan (q p’)
berhubungan paralel. Jadi jaringan listrik dapat digambarkan sebagai berikut:
q p’
2. Tentukan pernyataan simbolik untuk jaringan listrik dibawah ini.
p
r
p’
q r’
47
Jawab.
Jaringan listrik di atas dinyatakan secara simbolik sebagai [r (p p’)] (q r’).
Latihan
b. r q
p s
r t
c. p q
s u
48
Tujuan Pembelajaran
1. Menentukan hukum-hukum pada aljabar Boole
2. Membuktikan hukum-hukum aljabar Boole
Benar Salah
Hidup Mati
Siang Malam
Logika Biner (gerbang Boole) adalah rangkaian digital yang menerima satu
atau lebih masukan tegangan untuk memperoleh keluaran tertentu sesuai dengan
aturan boole yang berlaku.
49
Gambar 1
Gerbang
NOT AND OR
A Ā A B X A B X
0 1 0 0 0 0 0 0
Nilai 1 0 1 0 0 1 0 1
0 1 0 0 1 1
1 1 1 1 1 1
Tabel 1
Gambar 2
Gerbang
NAND NOR XOR XNOR
A B F A B F A B F A B F
0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1
Nilai 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0
1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0
1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1
Tabel 2
Gerbang XOR = a’ . b + a . b’
F=ab
Gerbang XNOR = (a’ . b + a . b’) ’
F = (a b)’
Selain gerbang dasar dan gerbang kombinasi di atas, terdapat satu lagi
gerbang logika yang berfungsi sebagai penyangga (Buffer). Gerbang Buffer tidak
mengubah masukan tetapi berfungsi untuk menguatkan sinyal masukan. Selain
memperkuat sinyal masukan, Buffer juga berfungsi untuk menambah waktu tunda
(time delay). Gambar 3 menunjukkan lambang dari gerbang Buffer.
Gambar 3
51
1. a+0=a 7. a + a’ = a 13. a . (b + c) = a . b + a . c
2. a+1=1 8. a . a’ = 0 14. a + b . c = (a+b) . (a+c)
3. a.0=0 9. a+b=b+a 15. (a + b)’ = a’ . b’
4. a.1=a 10. a.b=a.b 16. (a . b)’ = a’ + b’
5. a+a=a 11. a + (b + c) = (a + b) + c 17. (a’)’ = a
6. a.a=a 12. a . (b . c) = (a . b) . c 18. a . (a + b) = a
19. a + (a . b) = a
Relasi (1), (2), (3) dan (4) disebut dengan Hukum penjalinan dengan konstanta.
Relasi (5) dan (6) disebut Hukum perluasan.
Relasi (7) dan (8) disebut Hukum komplementasi
52
Contoh.
1. Buktikan a . (a + b) = a
Bukti.
a . (a + b) = (a + 0) . (a + b)
= a + (0 . b)
=a+0
=a
2. Buktikan a + (a . b) = a
Bukti.
a + (a . b) = (a . 1) + (a . b)
= a . (1 + b)
=a.1
=a
Latihan
DAFTAR PUSTAKA
Adkins, W dan Weintraub. 1992. Algebra an Approach Via Module Theory. New
York: Springer-Verlag
Stoll, R.R. 1976. Set Theory and Logic. New Delhi: Eorosia publisihing haouse