Anda di halaman 1dari 37

TUGAS BESAR

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

NAMA : ANDI ANNISA TENRI RAMADHANI


NIM : D131181315

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sampah telah menjadi salah satu permasalahan yang tak kunjung selesai karena
diproduksi tiap harinya oleh setiap orang di seluruh dunia. Ditambah dengan kenaikan
jumlah penduduk dan aktivitas manusia semakin menambah volume sampah pula. Pada
tahun 2018, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menrilis data yang menunjukkan
timbulan sampah di Indonesia sebesar 65,79 ton. Sampah yang berlebihan dan tidak
terkendali dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan jika tidak dikelola dengan tepat.
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah tertera
bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang yang
berbentuk padat. Selanjutnya yang dimaksud dengan sampah spesifik adalah sampah yang
karena sifat, konsentrasi atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
Pada tanggal 15 September 2019 kebakaran hebat melanda Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) Tamangapa Antang, di Kecamatan Manggala, Makassar. Wakil Gubernur
Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman mengatakan pengelolaan TPA Antang
memerlukan solusi permanen dan teknologi ramah lingkungan. Ini juga krusial mengingat
data Pemerintah Kota Makassar menyatakan daya tamping TPA Antang hanya mampu
bertahan hingga tahun 2020. Selain itu data dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar
mengungkap bahwa Kota Makassar memproduksi sebanyak 1.200 ton sampah per hari
dengan timbulan sampah 0,7 kg per orang.
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Tempat
penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran
ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu. Tempat pengolahan
sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Tempat
pemrosesan akhir adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media
lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. Dari uraian di atas penulis akan
mengkaji sistem pengelolaan persampahan di salah satu kelurahan di Kota Makassar dengan
judul “Perencanaan Pengelolaan Persampahan Kelurahan Mangasa”.

B. Tujuan
1. Untuk menganalisis volume, komposisi dari timbulan sampah sebagai dasar
perencanaan pengelolaan sampah terpadu.
2. Untuk menganalisis sistem manajemen dan operasional persampahan yang meliputi
sistem pewadahan/pemilahan, pengumpulan dan pengangkutan.
3. Untuk mengoptimalkan pelayanan pengelolaan persampahan khususnya teknik
operasional serta prospek pengembangan persampahan di Kelurahan Mangasa.
BAB II
GAMBARAN UMUM

Gambar 1. Lokasi Peta Kelurahan Mangasa

Sumber: Google Maps 2020

A. Data Statistik
1. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (BPS) Kecamatan Tamalate, jumlah
penduduk (jiwa) Kelurahan Mangasa dari tahun 2008 hingga 2019, adalah:
Tabel 1. Data Penduduk Kel. Mangasa

Tahun Jumlah Penduduk


(Jiwa)
2008 23.219

23.566
2009
23.917
2010
27.413
2011
27.674
2012
28.387
2013
29.594
2014
30.220
2015
30.829
2016
31.442
2017
32.042
2018
32.639
2019
Sumber: BPS Kecamatan Tamalate Dalam Angka 2019

2. Sosial
a. Pendidikan
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (BPS) Kecamatan Tamalate, pada
tahun ajaran 2017/2018 jumlah sekolah, murid, guru pada masing- masing tingkatan di
Kelurahan Mangasa adalah:

Tabel 2. Data Aktivitas Fasilitas Pendidikan Kelurahan Mangasa

Tingkatan Pengelola Jumlah Kelas Murid Guru


Sekolah
TK Negeri dan 6 7 102 13
Swasta
SD Negeri 4 23 1.475 70
Swasta - - - -
SMP Negeri 1 27 742 60
Swasta - - - -
SMA Negeri - - - -
Swasta - - - -
Sumber: BPS Kecamatan Tamalate Dalam Angka 2019

b. Kesehatan
Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Tamalate, jumlah
sarana (fasilitas) kesehatan pada tahun 2017-2018 di Kelurahan Mangasa, adalah:
Tabel 3. Data Fasilitas Kesehatan Kelurahan Mangasa
Rumah Posyandu
Fasilitas Rumah Sakit Puskesmas Pustu
Bersalin
- 2
- - -
Jumlah
Sumber: BPS Kecamatan Tamalate Dalam Angka 2019
c. Agama
Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Tamalate, jumlah
tempat ibadah pada tahun 2017-2018 di Kelurahan Mangasa adalah:
Tabel 4. Data Fasilitas Keagamaan Kelurahan Mangasa
Jumlah
Agama Tempat Beribadah
20
Masjid
Islam
1
Gereja
Kristen
Sumber: BPS Kecamatan Tamalate Dalam Angka 2019

d. Pemasaran
Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Tamalate, jumlah
tempat pemasaran/pasar pada tahun 2017-2018 di Kelurahan Mangasa adalah:
Tabel 5. Data Fasilitas Pemasaran Kelurahan Mangasa
Fasilitas Minimarket Mall/Supermarket Pasar Umum SPBU

1 1
6 -
Jumlah
Sumber: BPS Kecamatan Tamalate Dalam Angka 2019

e. Akomodasi
Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Tamalate, jumlah
hotel dan akomodasi lainya serta jumlah kamar pada tahun 2017-2018 di Kelurahan
Mangasa, adalah:

Tabel 6. Data Fasilitas Akomodasi Kelurahan Mangasa

Jenis Usaha Jumlah Jumlah Kamar

-
1
Hotel
Sumber: BPS Kecamatan Tamalate Dalam Angka 2019
BAB III
LANDASAN TEORI

A. Definisi Sampah
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi dan/atau volumenya
memerlukan pengelolaan khusus. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah. Penghasil
sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah.
(Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008)
Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik
yang dianggap tidak berguna dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan. Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota.
(SNI 19-2454-2002)
Sampah merupakan segala bentuk buangan padat yang sebagaian berasal dari aktivitas
manusia (domestik). Sampah domestik lebih banyak didominasi oleh bahan organik,
meskipun tipe dan komposisinya bervariasi setiap harinya dari satu kota dengan kota lainnya.
Di Indonesia pada tahun 1993 angka timbunan sampah kota sebesar 2–3 liter per orang per
hari dengan densitas 200 – 500 kg/m3. Komposisi utamanya adalah sampah organik sebanyak
70 – 80% dari seluruh jumlah sampah yang dihasilkan. (Hadiwijoyo, 1983)
Sampah padat yang bertumpuk banyak tidak dapat terurai oleh mikroorganisme
pengurai sehingga dalam waktu lama akan mencemari tanah. Sampah ialah bahan yang tidak
dipakai lagi (refuse) karena telah diambil bagian utamanya dengan pengolahan. (A. Tresna
Sastrawijaya, 1991)

B. Jenis-jenis Sampah
Berdasarkan sifat kimia unsur pembentuknya, sampah padat dapat digolongkan
menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut:
1. Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang
berasal dari jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara
alami. Contohnya adalah sayuran, daging, ikan, nasi, dan potongan rumput atau
daun dan ranting dari kebun.
2. Sampah non organik atau sampah kering adalah sampah yang tersusun dari
senyawa non organik yang berasal dari sumber daya alam tidak diperbaharui
seperti mineral dan minyak bumi atau dari proses industri. Contohnya adalah botol
gelas, plastik, kaleng dan logam.

Berdasarkan bentuknya sampah dibagi menjadi:


1. Sampah padat segala bahan buangan selain kotoran manusia, urine dan sampah
cair. Dapat berupa sampah dapur, sampah kebun, plastik, metal, gelas dan lain-
lain. Menurut bahannya sampah ini dikelompokkan menjadi sampah organik dan
sampah anorganik. Berdasarkan kemampuan diurai oleh alam (biodegradability),
maka dapat dibagi lagi menjadi:
a. Biodegradable yaitu sampah yang dapat diuraikan secara sempurna oleh proses
biologi baik aerob (menggunakan udara/terbuka) atau anaerob (tidak
menggunakan udara/tertutup), seperti sampah dapur, sisa-sisa hewan, sampah
pertanian dan perkebunan.
b. Non-biodegradable yaitu sampah yang tidak bisa diuraikan oleh proses biolog,
yang dapat dibagi lagi menjadi:
1) Recyclable yaitu sampah yang dapat diolah dan digunakan kembali karena
memiliki nilai secara ekonomi seperti plastik, kertas, pakaian dan lain-lain.
2) Non-recyclable yaitu sampah yang tidak memiliki nilai ekonomi dan tidak
dapat diolah atau diubah kembali seperti tetra packs (kemasan pengganti
kaleng), carbon paper, thermo coal dan lain-lain.
2. Sampah cair adalah bahan cairan yang telah digunakan dan tidak perlukan kembali
dan dibuang ke tempat pembuangan sampah. Sampah cair dibagi menjadi dua
yaitu:
a. Limbah hitam (black water) yaitu sampah cair yang dihasilkan dari toilet.
Sampah ini mengandung pathogen yang berbahaya.
b. Limbah rumah tangga seperti sampah cair yang dihasilkan dari dapur, kamar
mandi dan tempat cucian. Sampah ini mungkin mengandung pathogen.

Berdasarkan sifat fisiknya, sampah dikelompokkan atas:


1. Sampah basah (garbage) merupakan sisa – sisa pengolahan atau sisa sisa makanan dari
rumah tangga atau merupakan timbulan hasil sisa makanan, seperti sayur mayur, yang
mempunyai sifat mudah membusuk, sifat umumnya adalah mengandung air dan cepat
membusuk sehingga mudah menimbulkan bau.
2. Sampah kering (rubbish) dikelompokkan menjadi 2 (dua) jenis :
a. Golongan sampah tak lapuk. Sampah jenis ini benar-benar tak akan bisa lapuk
secara alami, sekalipun telah memakan waktu bertahuntahun, contohnya kaca dan
mika.
b. Golongan sampah tak mudah lapuk. Sekalipun sulit lapuk, sampah jenis ini akan
bisa lapuk perlahan – lahan secara alami.
3. Sampah lembut, yaitu sampah yang terdiri dari partikel-pertikel kecil, ringan dan
mempunyai sifat mudah beterbangan, yang dapat membahayakan / mengganggu
pernafasan dan mata. Menurut bentuknya sampah lembut ada 2 macam, yaitu debu dan
abu.
4. Sampah besar (bulky waste), yaitu sampah yang berukuran besar, misalnya bekas-
bekas furniture (kursi, meja), peralatan rumah tangga (kulkas, TV, dll).
5. Sampah berbahaya (hazardous wastes), baik terhadap manusia, hewan maupun
tanaman, yang terdiri dari : sampah pathogen, sampah beracun, sampah radio aktif, dan
sampah ledakan.

C. Sumber Sampah
Berdasarkan sumbernya sampah dibagi menjadi:
1. Sampah alam adalah sampah yang ada oleh proses alam yang dapat di daur ulang
alami, seperti halnya daun-daunan kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar
kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering
di lingkungan pemukiman
2. Sampah manusia (human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-
hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi
bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana
perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan
dalam mengurangi penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup
yang higenis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori
penyaluran pipa (plumbing).
3. Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh manusia(pengguna
barang), dengan kata lain adalah sampah hasil konsumsi sehari -hari. Ini adalah
sampah yang umum, namun meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini masih
jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses
pertambangan dan industri.
4. Sampah industri adalah bahan sisa yang dikeluarkan akibat proses proses industri.
Sampah yang dikeluarkan dari sebuah industri dangan jumlah yang besar dapat
dikatakan sebagai limbah. Berikut adalah gambaran dari limbah yang berasal dari
beberapa industri, yaitu :
a. Limbah industri pangan (makanan), sebagai contoh yaitu hasil ampas makanan
sisa produksi yang dibuang dapat menimbulkan bau dan polusi jika
pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat.
b. Limbah Industri kimia dan bahan bangunan, sebagai contoh industri pembuat
minyak pelumas (OLI) dalam proses pembuatannya membutuhkan air skala
besar, mengakibatkan pula besarnya limbah cair yang dikeluarkan ke lingkungan
sekitarnya. air hasil produksi ini mengandung zat kimia yang tidak baik bagi
tubuh yang dapat berbahaya bagi kesehatan.
c. Limbah industri logam dan elektronika, bahan buangan seperti serbuk besi, debu
dan asap dapat mencemari udara sekitar jika tidak ditangani dengan cara yang
tepat.

D. Komposisi Sampah
Komposisi sampah mencakup persentase dari komponen pembentuk sampah yang
secara fisik dapat dibedakan antara sampah organik, kertas, plastik, logam dan lain-lain.
Komposisi sampah ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
pilihan kelayakan pengolahan sampah khususnya daur ulang dan pembuatan kompos serta
kemungkinan penggunaan gas landfill sebagai energi elternatif (Darmasetiawan, 2004).
Komposisi sampah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Cuaca: di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban sampah juga akan cukup
tinggi.
2. Frekuensi pengumpulan: semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin tinggi
tumpukan sampah terbentuk. Tetapi sampah organik akan berkurang karena
membusuk, dan yang akan terus bertambah adalah kertas dan dan sampah kering
lainnya yang sulit terdegradasi.
3. Musim: jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang
berlangsung.
4. Tingkat sosial ekonomi: Daerah ekonomi tinggi pada umumnya menghasilkan sampah
yang terdiri atas bahan kaleng, kertas, dan sebagainya.
5. Pendapatan per kapita: masyarakat dari tingkat ekonomi rendah akan menghasilkan
total sampah yang lebih sedikit dan homogeny dibanding tingkat ekonomi lebih tinggi.
6. Kemasan produk: kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan
mempengaruhi. Negara maju cenderung tambah banyak yang menggunakan kertas
sebagai pengemas, sedangkan Negara berkembang seperti Indonesia banyak
menggunakan plastic sebagai pengemas.

E. Densitas Sampah
Kepadatan (densitas) sampah menyatakan berat sampah per satuan volume. Data
kepadatan sampah penting dalam beberapa hal seperti pemilahan jenis peralatan
pengumpulan dan peralatan pemindahan. Disamping juga penting untuk perencanaan
system pembuangan akhir, karena rendahnya kepadatan (densitas) sampah menyebabkan
meningkatnya luas areal yang diperlukan untuk pembuangan akhir dan penurunan
permukaan tanah setelah penimbunan.

F. Timbulan Sampah
Banyaknya sampah yang dihasilkan dalam suatu kegiatan itu menetukan
banyaknya sampah yang harus dikelolah. Jumlah sampah yang harus dikelola penting
diketahui atau di data. Timbulan generation sampah masing-masing sumber atau kegiatan
tersebut masing-masing bervariasi satu dengan yang lain.
Pada tahun 1993 dikeluarkan SNI S-04-1993-03 tentang standar spesifikasi
timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang di indonesia, untuk membantu
kota0kota kecil dan sedang di Indonesia dalam menentukan jumlah-jumlah sampah yang
dihasilkan sehingga mempermudah dalam melaksanakan perencanaan program
pengelolaannya.

G. Teknik Operasional Pengolahan Sampah


Pengelolaan sampah merupakan rangkaian kegiatan mulai dari pengumpulan
sampah pada wadah di sumber (penghasil), dikumpulkan menuju penampungan sementara,
kemudian diangkut ke tempat pemrosesan dan daur ulang, seperti pengomposan, insinerasi,
landfilling, ataupun cara lain yang bertujuan untuk menangani dampak negatif sampah
terhadap kesehatan, melindungi lingkungan dari pencemaran air lindi, gangguan estetika
lingkungan dari timbulan sampah dan pencemaran udara dari pembakaran sampah yan
tidak sempurna. Pengelolaan tidak hanya mencakup aspek teknis, tetapi juga mencakup
aspek non teknis seperti cara mengorganisir, mengatur, membiayai, dan melibatkan
masyarakat penghasil limbah sehingga dapat ikut berpartisipasi.
Teknik operasional pengelolaann sampah meliputi dasar-dasar perencanaan
pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuanga akhir
sampah. Teknik operasional pengelolaan tersebut dapat digambarkan dalam bentuk skema
seperti terlihat pada gambar di bawah.

Gambar 1. Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan


H. Pembuangan Akhir Sampah
Prinsip pembuangan akhir adalah memusnahkan sampah domestik di suatu lokasi
pembuangan akhir. Jadi tempat pembuangan akhir merupakan tempat pengolahan sampah.
Menurut SNI 19-2454-2002 tentang teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan, secara
umum teknologi pengolahan sampah dibedakan menjadi 3 (tiga) metode yaitu :
1. Open Dumping
Dilakukan dengan cara sampah dibuang begitu saja di tempat pembuangan akhir
(TPA) dan dibiarkan terbuka sampai pada suatu saat TPA penuh dan pembuangan sampah
dipindahkan ke lokasi lain atau TPA yang baru. Untuk efisiensi pemakaian lahan, biasanya
dilakukan kegiatan perataan sampah dengan menggunakan dozer atau perataan dapat juga
dilakukan dengan tenaga manusia.
Keuntungan:
- Operasi sangat mudah
- Biaya operasi dan perawatan murah
- Biaya investasi TPA relatif murah
Kerugian:
- Timbul pencemaran udara oleh gas, debu dan bau
- Cepat terjadi proses timbulnya leachate, sehingga menimbulkan pencemaran air tanah
- Sangat mendorong tumbuhnya sarang-sarang vector penyakit (tikus, lalat, nyamuk, dan
serangga lain)
- Mengurangi estetika lingkungan

2. Controlled Landfill
Dilakukan dengan cara sampah ditimbun, diratakan dan dipadatkan kemudian pada
kurun waktu memperkecil pengaruh yang merugikan terhadap lingkungan. Bila lokasi
pembuangan akhir telah mencapai akhir usia pakai, seluruh timbunan sampah harus ditutup
dengan lapisan tanah. Diperlukan persediaan tanah yang cukup sebagai lapisan tanah
penutup.
Keuntungan:
- Dampak negative terhadap esterika lingkungan sekitarnya dapat dikurangi
- Kecil pengaruhnya terhadap estetika lingkungan awal
Kerugian:
- Operasi relative lebih sulit disbanding open dumping
- Biaya investasi relative lebih besar dari pada open dumping
- Biaya operasi dan perawatan relative lebih tinggi dari pada open dumping

3. Sanitary Landfill
Sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun
dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup. Hal ini dilakukan
terus menerusecara berlapis-lapis sesuai rencana yang telah ditetapkan. Pekerjaan
pelapisan sampah dengan tanah penutup dilakukan setiap hari pada akhir jam operasi.
Diperlukan persediaan tanah yang cukup untuk menutup timbunan sampah.
Keuntungannya adalah pengaruh timbunan sampah terhadap lingkungan sekitarnya relatif
lebih kecil dibanding sistem controlled landfill.

I. Standarisasi Pengelolaan Persampahan


Standar yang berhubungan dengan pengelolaan persampahan telah diterbitkan oleh
Departemen Pekerjaan Umum dan Badan Standarisasi Nasional (Anonim, 2003), yaitu:
1. SK-SNI. S-04-1991-03, tentang spesifikasi timbulan sampah untuk kota kecil dan kota
sedang di Indonesia, standar ini mengatur tentang jenis sumber sampah, besaran timbulan
sampah berdasarkan komponen sumber sampah serta besaran timbulan sampah
berdasarkan klasifikasi kota.
2. SNI 19-2454-1991, tentang tata cara pengelolaan teknik sampah perkotaan. Standar ini
mengatur tentang persyaratan teknis yang meliputi:
a. Teknik Operasional i. Pengumpulan Sampah
b. Pemindahan sampah
c. Daerah pelayanan
d. Pengangkutan sampah
e. Tingkat pelayanan
f. Pengolahan sampah
g. Pewadahan Sampah
h. Pembuangan akhir
J. Perhitungan Proyeksi Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk eksponensial menggunakan asumsi bahwa pertumbuhan
penduduk berlangsung terus-menerus akibat adanya kelahiran dan kematian di setiap waktu.
Rumus laju pertumbuhan penduduk eksponensial adalah sebagai berikut.

Keterangan:
Pt = jumlah penduduk pada tahun t
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar
t = jangka waktu
r = laju pertumbuhan penduduk
e = bilangan eksponensial yang besarnya 2,718281828

Jika nilai r > 0, artinya pertumbuhan penduduk positif atau terjadi penambahan jumlah
penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r < 0, artinya pertumbuhan penduduk negatif atau
terjadi pengurangan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r = 0, artinya tidak terjadi
perubahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya

K. Timbulan Sampah
Pengukuran timbulan menggunakan metode load count analysis. Metode ini
merupakan metode pengukuran timbulan dengan mengukur jumlah (berat atau volume)
sampah yang masuk ke TPS. Persamaan yang digunakan untuk menghitung timbulan
sampah adalah sebagai berikut:
Timbulan Sampah per orang (kg/org.hari) = berat sampah total (kg/hari) / jumlah
penduduk (orang)
Timbulan Sampah total per kelurahan (kg/hari) = timbulan sampah per orang
(kg/org.hari) x jumlah penduduk kelurahan
Tabel Besarnya timbulan sampah berdasarkan sumbernya
Sumber Volume
No. Satuan Berat (kg)
Sampah (Liter)
1 Rumah /orang/hari 2,25-2,50 0,350-
permanen 0,400
2 Rumah /orang/hari 2,00-2,25 0,300-
semi 0,350
permanen
3 Rumah non /orang/hari 1,75-2,00 0,250-
permanen 0,300
4 Kantor /pegawai/hari 0,50-0,75 0,025-
0,100
5 Toko/ruko /petugas/hari 2,50-3,00 0,150-
0,350
6 Sekolah /murid/hari 0,10-0,15 0,010-
0,020
7 Jalan arteri /m/hari 0,10-0,15 0,020-
sekunder 0,100
8 Jalan /m/hari 0,10-0,15 0,010-
kolektor 0,050
sekunder
9 Jalan lokal /m/hari 0,05-0,10 0,005-
0,025
10 Pasar /m2/hari 0,20-0,60 0,100-
0,300
Sumber: SNI 19-3983-1995 Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Kota
Sedang di Indonesia.
BAB IV
ANALISIS DATA PERENCANAAN

A. Prediksi Jumlah Penduduk


1. Metode Geometri
Laju Pertumbuhan Penduduk
Diketahui:
Pt = 32.639 jiwa
Po = 23.219 jiwa
t = 12 tahun
Penyelesaian:
Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2019, adalah:
1
𝑃𝑡 𝑡
𝑟 =( ) −1
𝑃𝑜
1
32.639 12
𝑟= ( ) −1
23.219

𝑟 = 0,028

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk


Diketahui:
Po = 23.219 jiwa
T = 12 tahun
r = 0,028
Penyelesaian:
Proyeksi jumlah pertambahan penduduk pada tahun ke-n (pada tahun 2029), adalah:
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 (1 + 𝑟)𝑛
𝑃𝑛 = 23.219 (1 + 0,028)10
𝑃𝑛 = 30.603
2. Metode Aritmatika
Diketahui:
Po = 23.219 jiwa
t = 12 tahun
r = 0,028
Penyelesaian:
Proyeksi jumlah pertambahan penduduk pada tahun ke-n (pada tahun 2029), adalah:

𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 (1 + 𝑟 ∙ 10)
𝑃𝑛 = 23.219 (1 + 0.028 ∙ 10)
𝑃𝑛 = 29.720 Jiwa

3. Metode Eksponensial
Laju Pertumbuhan Penduduk
Diketahui:
Pt = 32.639 jiwa
Po = 23.219 jiwa
t = 12 tahun
Penyelesaian:
Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2019, adalah:
1 𝑃𝑡
𝑟 = 𝑙𝑛 ( )
𝑡 𝑃𝑜
1 32.639
𝑟= 𝑙𝑛 ( )
12 23.219
𝑟 = 0,028

Proyeksi Pertumbuhan Penduduk


Diketahui:
Po = 23.219 jiwa
r = 0,028
e = 2.7182818
Penyelesaian:
Proyeksi jumlah pertambahan penduduk pada tahun ke-n (pada tahun 2029), adalah:
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 × 𝑒 𝑟𝑡 s
𝑃𝑛 = 23.219 × 2.71828180.028∙10
𝑃𝑛 = 30.721 Jiwa

4. Rekapitulasi Perhitungan Prediksi Jumlah Penduduk


Berdasarkan perhitungan proyeksi jumlah perkembangan penduduk tahun 2029 dan
2039, berikut rekapitulasi perhitungan proyeksi dengan tiga metode:

Tabel Rekapitulasi Perhitungan Proyeksi Jumlah Perkembangan Penduduk Tahun 2029, 2034, 2039, 2044, dan 2049

Tahun Periode Metode (Jiwa)


No.
Ke-n (Tahun) Geometrik Aritmatik Eksponensial
1 2029 10 30.603 29.720 30.721
2 2034 15 35.135 32.970 35.338
3 2039 20 40.337 36.221 40.648
4 2044 25 46.309 39.472 46.757
5 2049 30 53.166 42.722 53.783
Sumber: Hasil Perhitungan 2020
B. Menghitung Timbulan Sampah
1. Proyeksi Estimasi Timbulan Sampah Berdasarkan Jumlah Penduduk dalam 10
Tahun, 15 Tahun, 20 Tahun, 25 Tahun, 30 Tahun
Satuan timbulan sampah dinyatakan sebagai satuan skala liter per orang per hari, di
mana pada laporan ini satu orang menghasilkan sampah sebanyak 2.25 liter/org/hari.
Estimasi timbulan sampah, rumus menghitung volume sampah:
𝑉𝑠 = 𝑃𝑠 × 𝑣

Keterangan:
Vs = Volume Timbulan Sampah
Ps = Jumlah Penduduk
v = Rata-rata volume sampah (2.25/org/hari)
Maka estimasi volume timbulan sampah pada 10 tahun kedepan (tahun 2029)
berdasarkan jumlah penduduk yang dihitung secara geometri dan eksponensial adalah
sebagai berikut:
𝑉𝑠 = 𝑃𝑠 × 𝑣
𝑉𝑠 = 32.639 × 2.25
𝑉𝑠 = 73.437 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖

Maka, bila disusun dalam tabel rekapitulasi maka didapatkan estimasi volume
timbulan sampah pada tahun ke 10, 15, 20, 25 dan 30 adalah:
Tabel 4.2 Data Estimasi Volume Timbulan Sampah Pada Tahun 2029, 2034, 2039, 2044
dan 2049

Tahun Periode Estimasi Timbulan Sampah


No.
Ke-n (Tahun) (L/hari)

1 2028 10 73.437

2 2033 15 79.053

3 2038 20 90.758
4 2043 25 104.195

5 2048 30 119.623

2. Proyeksi Estimasi Timbulan Sampah Berdasarkan Jumlah Murid pada Fasilitas


Pendidikan yang Ada di Kelurahan Mangasa

Berdasarkan SNI 04-1993-03 diketahui bahwa timbulan sampah yang dihasilkan


oleh sekolah dihitung berdasarkan jumlah Murid/siswa dan guru dalam sebuah sekolah,
diketahui nilainya adalah 0.10-0.15 L/o/Hari. Perhitungan timbulan sampah berdasarkan
banyaknya murid pada tiap tingkatan sekolah masing-masing sebagai berikut:
a. Pada Tingkat TK
Diketahui:
Jumlah Murid TK tahun 2019 = 102
Populasi Penduduk tahun 2019 = 32.639
Maka, Banyaknya Jumlah Murid TK pada tahun 2029 adalah:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑢𝑟𝑖𝑑 𝑇𝐾 2019
Jumlah Murid = × 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑛
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 2019
102
= × 30.603
32639

= 95 Murid
Tabel Rekapitulasi Proyeksi Jumlah Murid pada Tingkat TK
No Tahun Prediksi Periode (tahun) Metode (Jiwa)
1 2029 10 tahun 95
2 2034 15 tahun 109
3 2039 20 tahun 126
4 2044 25 tahun 144
5 2049 30 tahun 166
Sumber: Hasil Perhitungan 2020
 Banyaknya Timbulan Sampah pada Tingkat TK
Estimasi timbulan sampah pada tahun 2029
Diketahui:
V = 102 Jiwa
P0 = 0,10 L/orang/hari
Penyelesaian:
Vs = P0 x v
= 0,10 x 102
= 10,2 Liter/Hari

Tabel Rekapitulasi Perhitungan Timbulan Sampah pada Tingkat TK


No Tahun Prediksi Periode Metode (Jiwa) Prediksi Timbulan
(tahun) Sampah (L/hari)
1 2029 10 tahun 95 9.5
2 2034 15 tahun 109 10.9
3 2039 20 tahun 126 12.6
4 2044 25 tahun 144 14.4
5 2049 30 tahun 166 16.6
Jumlah Timbulan Sampah Tingkat TK 64
Sumber: Hasil Perhitungan 2020

b. Pada Tingkat SD
Diketahui:
Jumlah Murid SD tahun 2019 = 1.475
Populasi Penduduk tahun 2019 = 32.639
Maka, Banyaknya Jumlah Murid SD pada tahun 2029 adalah:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑢𝑟𝑖𝑑 𝑆𝐷 2019
Jumlah Murid = × 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑛
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 2019
1475
= × 30.603
32639

= 1.383 Murid
Tabel Rekapitulasi Proyeksi Jumlah Murid pada Tingkat TK
No Tahun Prediksi Periode (tahun) Metode (Jiwa)
1 2029 10 tahun 1.383
2 2034 15 tahun 1.587
3 2039 20 tahun 1.822
4 2044 25 tahun 2.092
5 2049 30 tahun 2.402
Sumber: Hasil Perhitungan 2020
 Banyaknya Timbulan Sampah pada Tingkat SD
Estimasi timbulan sampah pada tahun 2029
Diketahui:
V = 1.475 Jiwa
P0 = 0,10 L/orang/hari
Penyelesaian:
Vs = P0 x v
= 0,10 x 1.475
= 147.5 Liter/Hari

Tabel Rekapitulasi Perhitungan Timbulan Sampah pada Tingkat SD


No Tahun Prediksi Periode Metode (Jiwa) Prediksi Timbulan
(tahun) Sampah (L/hari)
1 2029 10 tahun 1.383 138.3
2 2034 15 tahun 1.587 158.7
3 2039 20 tahun 1.822 182.2
4 2044 25 tahun 2.092 209.2
5 2049 30 tahun 2.402 240.2
Jumlah Timbulan Sampah Tingkat SD 928.6
Sumber: Hasil Perhitungan 2020

c. Pada Tingkat SMP


Diketahui:
Jumlah Murid SMP tahun 2019 = 742
Populasi Penduduk tahun 2019 = 32.639
Maka, Banyaknya Jumlah Murid SMP pada tahun 2029 adalah:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑢𝑟𝑖𝑑 𝑆𝑀𝑃 2019
Jumlah Murid = × 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑛
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 2019
742
= × 30.603
32639

= Murid
Tabel Rekapitulasi Proyeksi Jumlah Murid pada Tingkat SMP
No Tahun Prediksi Periode (tahun) Metode (Jiwa)
1 2029 10 tahun 695
2 2034 15 tahun 798
3 2039 20 tahun 917
4 2044 25 tahun 1052
5 2049 30 tahun 1208
Sumber: Hasil Perhitungan 2020
 Banyaknya Timbulan Sampah pada Tingkat SMP
Estimasi timbulan sampah pada tahun 2029
Diketahui:
V = 742 Jiwa
P0 = 0,10 L/orang/hari
Penyelesaian:
Vs = P0 x v
= 0,10 x 742
= 74,2 Liter/Hari

Tabel Rekapitulasi Perhitungan Timbulan Sampah pada Tingkat SMP


No Tahun Prediksi Periode Metode (Jiwa) Prediksi Timbulan
(tahun) Sampah (L/hari)
1 2029 10 tahun 695 69.5
2 2034 15 tahun 798 79.8
3 2039 20 tahun 917 91.7
4 2044 25 tahun 1052 105.2
5 2049 30 tahun 1208 120.8
Jumlah Timbulan Sampah Tingkat SMP 467
Sumber: Hasil Perhitungan 2020

Maka timbulan sampah yang dihasilkan pada fasilitas pendidikan yang


ada di kelurahan Mangasa adalah sebagai berikut:
Tabel Rekapitulasi Timbulan Sampah pada Fasilitas Pendidikan
Kelurahan Mangasa

Fasilitas Timbulan 2029 2034 2039 2044 2049


Sampah
L/or/hari
V Vs V Vs V Vs V Vs V Vs

TK 0,10 95 9.5 109 10.9 126 12.6 144 14.4 166 16.6

SD 0,10 1.383 138.3 1.587 158.7 1.822 182.2 2.092 209.2 2.402 240.2

SMP 0,10 695 69,5 798 79,8 917 91,7 1.052 105,2 1.208 120,8

Jumlah 2.173 217.3 2.494 249,4 2865 286,5 3.288 328.8 3.776 377,6

Sumber: Hasil Perhitungan 2020


Keterangan:
V = Jumlah Murid (Jiwa)
Vs = Jumlah Timbulan Sampah (L/Hari)

3. Jumlah Timbulan Sampah Pada Jalanan Kelurahan Mangasa


Pada setiap kelurahan yang ada di Kota Makassar terdapat berbagai jenis jalan.
Pada kelurahan memiliki 2 jenis jalan, yakni jalan kolektor sekunder dan jalan lokal.
Setiap jenis jalan memiliki jumlah timbulan sampah yang berbeda-beda. Berikut daftar
timbulan sampah pada jalanan yang ada di Kelurahan Mangasa berdasarkan jenis
jalannya.
Jalan Kolektor Sekunder = 0,10 m/hari
Jalan Lokal = 0,05 m/hari
Jenis Jalan Nama Jalan Volume Panjang Jalan Timbulan
(Liter) (m) Sampah (m/hari)
Jalan Jalan Malengkeri 0,1 1100 110,0
Kolektor Jalan Mannuruki II 0,1 860 86,0
Sekunder Jalan Sultan Alauddin 2 0,1 740 74,0
Jalan Lokal Jalan Mamoa Raya 0,05 413 20,65
Jalan Pabettengan 1 0,05 438 21,9
Jalan Muhajrin 1 0,05 449 22,45
Jalan Muhajrin 2 0,05 446 22,3
Jalan Traktor 0,05 497 24,85
Jumlah 4.943 382,15
Sumber: Hasil Perhitungan 2020

4. Fasilitas lainnya
Beberapa Fasilitas lainnya juga memiliki jumlah timbulan sampah yang berbeda-
beda. Volume sampah untuk menghitung jumlah timbulan sampah dapat dilihat pada
(SNI 04-1993-03). Berikut jumlah timbulan sampah pada beberapa fasilitas yang ada
di Kelurahan Mangasa.
No Nama Fasilitas Jumlah Volume Satuan Jumlah Timbulan
Fasilitas (Liter) Sampah
(L/hari)
1 Posyandu 2 2 Bed/hari 20 40
2 Minimart 1 2,5 Pegawai/hari 4 10
3 Supermarket 6 2,55 Pegawai/hari 48 122,4
4 SPBU 1 2,5 Pegawai/hari 7 17,5
5 Hotel 1 2 Bed/hari 15 30
Jumlah 94 205
Sumber: Hasil Perhitungan 2020

5. Rekapitulasi Jumlah Timbulan Sampah pada Kelurahan Mangasa, Kota


Makassar
Jumlah keseluruhan hasil perhitungan data timbulan sampah dari berbagai sumber
di masukkan dalam tabel rekapitulasi timbulan sampah. Tabel rekapitulasi ini dapat
berfungsi untuk memudahkan kita dalam melihat jumlah timbulan sampah pada setiap
tahun perencanaan.
Tabel Rekapitulasi Jumlah Timbulan Sampah pada Kelurahan Mangasa
Kota Makassar Tahun 2029, 2034, 2039, 2044, 2049
Sumber Satuan Tahun
2029 2034 2039 2044 2049
TK L/or/Hr 9.5 10.9 12.6 14.4 16.6
SD L/or/Hr 138.3 158.7 182.2 209.2 240.2
SMP L/or/Hr 69,5 79,8 91,7 105,2 120,8
Jalan Kolektor L/m/Hr 270 270 270 270 270
Sekunder
Jalan Lokal L/m/Hr 112,5 112,5 112,5 112,5 112,5
Posyandu Bed/hari 42 44 46 48 50
Minimart Pegawai/hari 15 20 25 30 35
Supermarket Pegawai/hari 127,4 132,4 137,5 142,5 147,5
SPBU Pegawai/hari 17,5 22,5 27,5 32,5 37,5
Hotel Bed/hari 35 40 45 50 55
Pemukiman L/or/Hr 73.437 79.053 90.758 104.195 119.623
Jumlah Timbulan Sampah (L/hari) 74.125,9 79.774,2 91.513,2 104.985,7 120.451,3
Sumber: Hasil Perhitungan 2020

C. Komposisi Sampah
Komposisi sampah merupakan data yang paling penting dan harus diketahui dala
perencanaan pengelolaan persampahan. Data komposisi sampah dapat digunakan dalam
memilih dan menentukan cara pengoperasian setiap peralatan dan fasilitas-fasilitas lainnya,
dan untuk memperkirakan kelayakan pemanfaatan fasilitas penanganan sampah.
Komposisi sampah disetiap daerah akan berbeda-beda sesuai dengan aktivitas masyarakat
pada daerah tersebut. Berikut komposisi sampah yang terdapat pada timbulan sampah
Kelurahan Mangasa adalah sebagai berikut:
Tabel Komposisi Sampah Kelurahan Mangasa, Kota Makassar
Jenis Sampah Persentase Tahun (L/hari)

2029 2034 2039 2044 2049

Organik 55% 40769.25 43875.81 50332.26 57742.135 66248.22


Plastik 9% 6671.331 7179.678 8236.188 9448.713 10840.62
Kertas 3% 2223.777 2393.226 2745.396 3149.571 3613.539
Kaleng/besi 5% 3706.295 3988.71 4575.66 5249.285 6022.565
Kayu 10% 7412.59 7977.42 9151.32 10498.57 12045.13
Lainnya 18% 13342.66 14359.356 16472.376 18897.426 21681.23
Sumber: Hasil Perhitungan 2020

Diagram 4.1 Data Presentasi Komposisi Jenis Sampah di Kelurahan Mangasa

Komposisi Sampah

18%

10%
55%
5%
3%
9%

Organik Plastik Kertas Kaleng/besi Kayu Lainnya

Sumber: Hasil Perhitungan 2020

Setelah mengetahui komposisi sampah, maka selanjutnya kita menghitung jumlah


sampah yang dimanfaatkan untuk menentukan berapa banyak jumlah sampah yang
diangkut ke TPA.
Tabel Jumlah Sampah yang Dimanfaatkan Kelurahan Mangasa, Kota Makassar
Jenis Sampah Persentase Tahun (L/hari)

2029 2034 2039 2044 2049

Organik 51% 20792.31495 22376.6631 25669.4526 29448.48885 33786.58965


Plastik 81% 5403.77811 5815.53918 6671.31228 7653.45753 8780.89977
Kertas 71% 1578.88167 1699.19046 1949.23116 2236.19541 2565.61269
Kaleng/besi 91% 3372.72845 3629.7261 4163.8506 4776.84935 5480.53415
Kayu 83% 6152.4497 6621.2586 7595.5956 8713.8131 9997.4579
Lainnya 31% 2401.67916 2584.68408 2965.02768 3401.53668 3902.62212
Sumber: Hasil Perhitungan 2020

Tabel Jumlah Sampah yang Tidak Dimanfaatkan di Kelurahan Mangasa, Kota


Makassar
Jenis Sampah Tahun (L/hari)

2029 2034 2039 2044 2049

Organik 19976.93 21499.1469 24662.8074 28293.64615 32461.63


Plastik 1267.553 1364.13882 1564.87572 1795.25547 2059.717
Kertas 644.8953 694.03554 796.16484 913.37559 1047.926
Kaleng/besi 333.5666 358.9839 411.8094 472.43565 542.0309
Kayu 1260.14 1356.1614 1555.7244 1784.7569 2047.672
Lainnya 10940.98 11774.67192 13507.3483 15495.88932 17778.61
Jumlah Sampah
Tidak
34424.07 37047.13848 42498.7301 48755.35908 55937.58
Dimanfaatkan
(L/hari)
Sumber: Hasil Perhitungan 2020

Pada Keluarahan Mangasa telah diperkirakan jumlah pelayanan pengangkutan


sampah mencangkupi 80% luas area. Maka jumlah sampah yg diangkutpun adalah 80%
dari jumlah sampah yang tidak dapat dimanfaatkan lagi.
𝑉𝑇𝑃𝐴 = 𝑉𝑇𝑃𝑆 × 𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 𝑃𝑒𝑙𝑎𝑦𝑎𝑛𝑎𝑛
Keterangan:
𝑉𝑇𝑃𝐴 = Volume Sampah yang diangkut ke TPA
𝑉𝑇𝑃𝑆 = Volume Sampah yang dibuang di Lingkungan

Tabel Jumlah Sampah yang Diangkut ke TPA di Kelurahan Mangasa, Kota


Makassar

Jumlah Sampah yang


Jumlah Sampah Tak Luas Area yang
Tahun diangkut ke TPA
di manfaatkan dilayani
(L/Hari)

2029 34424.07 27539.256


2034 37047.13848 29637.7108
2039 42498.7301 80% 33998.9841
2044 48755.35908 39004.2873
2049 55937.58 44750.064

D. Pewadahan Sampah
Setelah mengetahui jumlah timbulan sampah, maka selanjutnya kita akan
menentukan jumlah pewadahan sampah yang dibutuhkan untuk Kelurahan Mangasa, Kota
Makassar. Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di
sumbernya baik secara individual dan komunal. Pewadahan sampah ini adalah salah satu
komponen penting dalam proses pengolahan sampah. Pewadahan sampah berguna untuk
memudahkan kita dalam mengumpulkan sampah sehingga sampah lebih mudah diangkut
dan mencegah agar sampah tidak berserakan.
Kita dapat menghitung jumlah perwadahan atau kontainer yang dibutuhkan dengan
cara,
𝑉𝑆𝑛
𝑁𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 =
𝑉𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟

Keterangan:
NKontainer = Jumlah kontainer/wadah
VSn = Volume Sampah pada tahun ke-n
Vkontainer = kapasitas volume container
Dengan asumsi kapasitas volume container yang digunakan untuk daerah
pemukiman adalah 40 Liter.
 Jumlah Kontainer pada tahun 2029
74.125,9
𝑁𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 =
40
𝑁𝐾𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 = 1853,14

Tabel Rekapitulasi Jumlah Kebutuhan Wadah Persampahan di Kelurahan Mangasa pada


tahun 2029, 2034, 2039, 2044 dan 2049
Kapasitas 2029 2034 2039 2044 2049
Fasilitas Kontainer Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah Jumlah
(L) Sampah Wadah Sampah Wadah Sampah Wadah Sampah Wadah Sampah Wadah

Pemukiman 40 74.125 1853 79.053 20 90.758 2 104.195 3 119.623 3

Pendidikan 50 217.3 4 249.4 5 286.5 6 328.8 7 377.6 8

Kesehatan 150 42 3 44 1 46 1 48 1 50 1

Swalayan 50
159.9 3 174.9 3 190 4 205 4 220 4
dan SPBU
Penginapan 50 35 1 40 1 45 1 50 1 55 1

Jalan 50
270 5 270 5 270 5 270 5 270 5
Sektor
Jalan Lokal 20 112,5 7 112,5 7 112,5 7 112,5 7 112,5 7

TPS ( Tempat Penyimpanan Sementara)


Untuk perhitungan jumlah TPS digunakan perhitungan yang sama dengan
perhitungan jumlah wadah namun pada TPS volume sampah yang digunakan adalah
volume sampah secara keseluruhan.
𝑉𝑆𝑛
𝑁𝑇𝑃𝑆𝑛 =
𝑉𝑇𝑃𝑆
Tabel Rekapitulasi Jumlah Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Kelurahan Mangasa pada
tahun 2029, 2034, 2039, 2044 dan 2049.
Jumlah Jumlah Sampah
Kapasitas
Waktu yang akan Jumlah Jumlah TPS
Tahun TPS
Pengumpulan diangkut TPS yang dipakai
(L)
Sampah (L/Hari)
2029 27.539,256 3 9
2034 29.637,7108 4 12
2039 9.000 2 kali/ Minggu 33.998,9841 4 12
2044 39.004,2873 4 12
2049 44.750,064 5 16

Dengan pelayanan angkut 2 kali seminggu, maka akan diasumsikan bahwa truk
sampah akan mengambil sampah di TPS setiap 3 hari. Maka didapatkan data sebagai
berikut:

Tabel Rekapitulasi Jumlah Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Kelurahan


Mangasa pada tahun 2029, 2034, 2039, 2044 dan 2049.

Jumlah
Kapasitas Jumlah Sampah
Waktu Jumlah Jumlah TPS
Tahun TPS yang diangkut
Pengumpulan TPS yang dipakai
(L) (L/3 Hari)
Sampah
2029 82.617,76 3 9
2034 88.913,13 4 12
2039 9.000 2 kali/ Minggu 101.996,94 4 12
2044 117.012,84 4 12
2049 134.250,19 5 16

3. Penempatan Kontainer dan TPS


TPS direncanakan dan ditempatkan pada tempat strategis untuk dijangkau oleh
kendaraan pengangkut sampah dan diusahakan dekat dengan jalan yang dilalui kendaraan
pengangkut sampah, mudah dijangkau oleh masyarakat ketika memasukkan sampah ke
dalam TPS, dilengkapi dengan jalan masuk berupa atau tangga, TPS di tata sebersih
mungkin sehingga kelihatan asri dan menarik untuk didekati.
E. Waktu Ritasi
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap armada pengangkut sampah Kelurahan
Mangasa adalah sebagai berikut :
(𝐻(1 − 𝑊 ) − (𝑡1 − 𝑡2 ))
𝑁𝑑 =
𝑇𝑠𝑐𝑠
Dan
𝑇𝑠𝑐𝑠 = 𝑃𝑠𝑐𝑠 + 𝑎 + 𝑏𝑥 + 𝑆

Keterangan:
Pscs = Waktu yang diperlukan untuk memuat sampah dari lokasi awal
ke lokasi terakhir (jam)
x = Jarak ke TPA
S = Waktu Pembongkaran di TPA
Nd = Waktu Ritasi
T1 = waktu dari pool ke TPS pertama (Jam)
T2 = waktu dari TPS ke Pool
W = waktu off route (Jam)
H =Hari kerja
Kemudian diasumsikan data di lapangan
Pscs = 2.2 jam
x = 9.58 Km
S = 0.64 jam
T1 = 0.1 jam
T2 = 0.412 jam
W = 0.25
H = 7 jam

Tabel 4.19 Waktu Off Route kendaraan Dump Truck


Kendaraan
Uraian Kegiatan Dump Truck
Menit Jam
Persiapan, Checking mesin sebelum
15 0,25
persiapan
Sarapan pagi 15 0,25
Pencucian aki sebelum ke pool 20 0,25
Pengisian BBM 5 0,10
Kejadian tak terduga (ganti ban
20 0.33
bocor, dll)
Total 75 1.25
1,25/7
Rata-Rata =
0,18
Maka,
𝑇𝑠𝑐𝑠 = 𝑃𝑠𝑐𝑠 + 𝑎 + 𝑏𝑥 + 𝑆, Kecepatan dianggap konstan, sehingga a = 0, b=0, x=0
= 2,2 + 0,64
𝑗𝑎𝑚
= 2,84
𝑡𝑟𝑖𝑝
Maka, Waktu Ritasi
(𝐻 (1 − 𝑊 ) − (𝑡1 − 𝑡2 ))
𝑁𝑑 =
𝑇𝑠𝑐𝑠
(7(1 − 0,25) − (0,1 − 0,412))
𝑁𝑑 =
2,84
𝑁𝑑 = 1,958 𝑘𝑎𝑙𝑖 ≈ 2 kali
Jadi, jumlah ritasi yang ada pada pengelolahan sampah di kelurahan Mangasa adalah
sebanyak 2 ritasi.

F. Perhitungan Jumlah Alat Pemindah dan Pengangkut Sampah


Dengan jumlah ritasi yang telah didapatkan maka kita dapat mengetahui jumlah alat
angkut yang dibutuhkan untuk mengangkut timbulan sampah dari kelurahan Mangasa.
Jumlah alat angkut yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
Dengan truk kapasitas 6 m3
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑖𝑚𝑏𝑢𝑙𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ (𝑉𝑠)
- Timbulan sampah yang dapat diangkut per ritasi (r) = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑟𝑖𝑡𝑎𝑠𝑖 (𝑛)

𝑟
- Jumlah alat angkut (N) = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑟𝑢𝑘 (𝑣)

a. Alat Angkut Tahun 2029


Total timbulan sampah akan dikalikan dengan 3 karena waktu pengangkutan hanya 2
kali dalam seminggu, sehingga:
Total timbulan sampah = 27.539,256 x 3 = 82.617,76
82.617,76
- r= = 41.308,88 liter = 41,3 m3
2
41,3
- N= = 6,8 = 7 truk
6

b. Alat Angkut Tahun 2034

Total timbulan sampah akan dikalikan dengan 3 karena waktu pengangkutan hanya 2
kali dalam seminggu, sehingga:
Total timbulan sampah = 29.637,7108 x 3 = 88.913,13
88.913,13
- r= 2
= 44.456,5 liter = 44,4 m3
41,3
- N= = 7,4 = 7 truk
6

c. Alat Angkut Tahun 2039

Total timbulan sampah akan dikalikan dengan 3 karena waktu pengangkutan hanya 2
kali dalam seminggu, sehingga:
Total timbulan sampah = 33.998,9841 x 3 = 101.996,94
101.996,94
- r= = 50.998,47 liter = 50,99 m3
2
50,99
- N= = 8,4 = 8 truk
6

d. Alat Angkut Tahun 2044

Total timbulan sampah akan dikalikan dengan 3 karena waktu pengangkutan hanya 2
kali dalam seminggu, sehingga:
Total timbulan sampah = 39.004,2873 x 3 = 117.012,84
117.012,84
- r= = 58.506 liter = 58,5 m3
2
58,5
- N= = 9,75 =10 truk
6

e. Alat Angkut Tahun 2049

Total timbulan sampah akan dikalikan dengan 3 karena waktu pengangkutan hanya 2
kali dalam seminggu, sehingga:
Total timbulan sampah = 44.750,064 x 3 = 134.250,19
134.250,19
- r= = 67.125 liter = 67,1 m3
2
67,1
- N= = 11,1 = 11 truk
6

Pemindahan Sampah
Berdasarkan SNI 19-2454-2002 Tipe pemindahan (transfer) yang digunakan adalah
transfer Depo Tipe III. Tipe pemindahan ini kami pilih karena container yang
digunakan dalam pengumpulan sampah adalah container kapasitas 1 m3 sehingga lahan
yang digunakan tidak terlalu luas hanya berkisar antara 10-20 m2. Lahan ini dapat
digunakan sebagai lokasi pertemuan seluruh fukuda dan sebagai lokasi penempatan
container komunal berkapasitas 1 m3 yang dijadikan sebagai TPS. Pemindahan sampah
dilakukan dengan cara gabungan manual dan dimana sampah diisi pada bak sampah
yang dibawa oleh petugas fukuda secara manual dan diisi ke container yang ada di TPS,
setelah itu container dikosongkan secara manual dan sampah dipindahkan ke bak dump
truck atau biasa disebut dengan mobil Tangkasaki. Kita tidak perlu menggunakan arm
roll truck untuk mengangkut sampah pada kelurahan Mangasa karena jumlah timbulan
sampahnya tidak terlalu banyak sehingga dapat muat jika diangku menggunakan dump
truck.Selain itu biaya operasional dan perawatannya juga murah.

G. Kebutuhan Luas Lahan Tempat Pembuangan Akhir


Perhitungan kebutuhan lahan untuk TPA akan mencangkup perhitungan volume sampah dan
kebutuhan luas lahan TPA.
Untuk menghitung volume sampah dipergunakan perhitungan :
𝑉 = 𝐴 ×𝐸
Keterangan:
A = Volume Sampah
E = Tingkat Pemadatan
Perhitungan kebuuhan lahan TPA dapat digunakan rumus :
𝑉 × 365
𝐿= × 1,15
𝑇
Di mana :
L = Luas lahan yang dibutuhkan setiap tahunnya
V = Volume sampah yang telah dipadatkan
T = Tinggi timbunan yang direncanakan.
Dengan nilai T = 5 meter, E= 30% dan volume sampah pada tahun 2029 sebesar 27539.256
Liter, maka
𝑉 = 𝐴 ×𝐸
𝑉 = 27539.256 × 30%
= 8.261,7 𝑙𝑖𝑡𝑒𝑟 = 8,261 m3
Kebutuhan luas TPA yang dibutuhkan

𝑉 × 365
𝐿= × 1,15
𝑇
8,261 × 365
𝐿= × 1,15
5
𝐿 = 693,57 m2

Tabel Rekapitulasi Kebutuhan Luas TPA


Volume Volume Hasil Volume Hasil Luas Lahan
Tahun Sampah Terpadatkan Terpadatkan TPA
(L/Hari) (Liter) (m3) (m2)
2029 27.539,256 8261.777 8.261777 693.5762
2034 29.637,7108 8891.313 8.891313 746.4257
2039 33.998,9841 10199.7 10.1997 856.2644
2044 39.004,2873 11701.29 11.70129 982.323
2049 44.750,064 13425.02 13.42502 1127.03

Anda mungkin juga menyukai