Andi Annisa Tenri Ramadhani - D131181315 - Tugas Besar Pengelolaan Persampahan
Andi Annisa Tenri Ramadhani - D131181315 - Tugas Besar Pengelolaan Persampahan
PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
A. Latar Belakang
Sampah telah menjadi salah satu permasalahan yang tak kunjung selesai karena
diproduksi tiap harinya oleh setiap orang di seluruh dunia. Ditambah dengan kenaikan
jumlah penduduk dan aktivitas manusia semakin menambah volume sampah pula. Pada
tahun 2018, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan menrilis data yang menunjukkan
timbulan sampah di Indonesia sebesar 65,79 ton. Sampah yang berlebihan dan tidak
terkendali dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan jika tidak dikelola dengan tepat.
Dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah tertera
bahwa sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang yang
berbentuk padat. Selanjutnya yang dimaksud dengan sampah spesifik adalah sampah yang
karena sifat, konsentrasi atau volumenya memerlukan pengelolaan khusus.
Pada tanggal 15 September 2019 kebakaran hebat melanda Tempat Pemrosesan
Akhir (TPA) Tamangapa Antang, di Kecamatan Manggala, Makassar. Wakil Gubernur
Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman mengatakan pengelolaan TPA Antang
memerlukan solusi permanen dan teknologi ramah lingkungan. Ini juga krusial mengingat
data Pemerintah Kota Makassar menyatakan daya tamping TPA Antang hanya mampu
bertahan hingga tahun 2020. Selain itu data dari Dinas Lingkungan Hidup Kota Makassar
mengungkap bahwa Kota Makassar memproduksi sebanyak 1.200 ton sampah per hari
dengan timbulan sampah 0,7 kg per orang.
Pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Tempat
penampungan sementara adalah tempat sebelum sampah diangkut ke tempat pendauran
ulang, pengolahan, dan/atau tempat pengolahan sampah terpadu. Tempat pengolahan
sampah terpadu adalah tempat dilaksanakannya kegiatan pengumpulan, pemilahan,
penggunaan ulang, pendauran ulang, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Tempat
pemrosesan akhir adalah tempat untuk memproses dan mengembalikan sampah ke media
lingkungan secara aman bagi manusia dan lingkungan. Dari uraian di atas penulis akan
mengkaji sistem pengelolaan persampahan di salah satu kelurahan di Kota Makassar dengan
judul “Perencanaan Pengelolaan Persampahan Kelurahan Mangasa”.
B. Tujuan
1. Untuk menganalisis volume, komposisi dari timbulan sampah sebagai dasar
perencanaan pengelolaan sampah terpadu.
2. Untuk menganalisis sistem manajemen dan operasional persampahan yang meliputi
sistem pewadahan/pemilahan, pengumpulan dan pengangkutan.
3. Untuk mengoptimalkan pelayanan pengelolaan persampahan khususnya teknik
operasional serta prospek pengembangan persampahan di Kelurahan Mangasa.
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Data Statistik
1. Jumlah Penduduk
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (BPS) Kecamatan Tamalate, jumlah
penduduk (jiwa) Kelurahan Mangasa dari tahun 2008 hingga 2019, adalah:
Tabel 1. Data Penduduk Kel. Mangasa
23.566
2009
23.917
2010
27.413
2011
27.674
2012
28.387
2013
29.594
2014
30.220
2015
30.829
2016
31.442
2017
32.042
2018
32.639
2019
Sumber: BPS Kecamatan Tamalate Dalam Angka 2019
2. Sosial
a. Pendidikan
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistika (BPS) Kecamatan Tamalate, pada
tahun ajaran 2017/2018 jumlah sekolah, murid, guru pada masing- masing tingkatan di
Kelurahan Mangasa adalah:
b. Kesehatan
Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Tamalate, jumlah
sarana (fasilitas) kesehatan pada tahun 2017-2018 di Kelurahan Mangasa, adalah:
Tabel 3. Data Fasilitas Kesehatan Kelurahan Mangasa
Rumah Posyandu
Fasilitas Rumah Sakit Puskesmas Pustu
Bersalin
- 2
- - -
Jumlah
Sumber: BPS Kecamatan Tamalate Dalam Angka 2019
c. Agama
Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Tamalate, jumlah
tempat ibadah pada tahun 2017-2018 di Kelurahan Mangasa adalah:
Tabel 4. Data Fasilitas Keagamaan Kelurahan Mangasa
Jumlah
Agama Tempat Beribadah
20
Masjid
Islam
1
Gereja
Kristen
Sumber: BPS Kecamatan Tamalate Dalam Angka 2019
d. Pemasaran
Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Tamalate, jumlah
tempat pemasaran/pasar pada tahun 2017-2018 di Kelurahan Mangasa adalah:
Tabel 5. Data Fasilitas Pemasaran Kelurahan Mangasa
Fasilitas Minimarket Mall/Supermarket Pasar Umum SPBU
1 1
6 -
Jumlah
Sumber: BPS Kecamatan Tamalate Dalam Angka 2019
e. Akomodasi
Berdasarkan publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Kecamatan Tamalate, jumlah
hotel dan akomodasi lainya serta jumlah kamar pada tahun 2017-2018 di Kelurahan
Mangasa, adalah:
-
1
Hotel
Sumber: BPS Kecamatan Tamalate Dalam Angka 2019
BAB III
LANDASAN TEORI
A. Definisi Sampah
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk
padat. Sampah spesifik adalah sampah yang karena sifat, konsentrasi dan/atau volumenya
memerlukan pengelolaan khusus. Sumber sampah adalah asal timbulan sampah. Penghasil
sampah adalah setiap orang dan/atau akibat proses alam yang menghasilkan timbulan sampah.
(Undang Undang Nomor 18 Tahun 2008)
Sampah adalah limbah yang bersifat padat terdiri dari zat organik dan zat anorganik
yang dianggap tidak berguna dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan. Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota.
(SNI 19-2454-2002)
Sampah merupakan segala bentuk buangan padat yang sebagaian berasal dari aktivitas
manusia (domestik). Sampah domestik lebih banyak didominasi oleh bahan organik,
meskipun tipe dan komposisinya bervariasi setiap harinya dari satu kota dengan kota lainnya.
Di Indonesia pada tahun 1993 angka timbunan sampah kota sebesar 2–3 liter per orang per
hari dengan densitas 200 – 500 kg/m3. Komposisi utamanya adalah sampah organik sebanyak
70 – 80% dari seluruh jumlah sampah yang dihasilkan. (Hadiwijoyo, 1983)
Sampah padat yang bertumpuk banyak tidak dapat terurai oleh mikroorganisme
pengurai sehingga dalam waktu lama akan mencemari tanah. Sampah ialah bahan yang tidak
dipakai lagi (refuse) karena telah diambil bagian utamanya dengan pengolahan. (A. Tresna
Sastrawijaya, 1991)
B. Jenis-jenis Sampah
Berdasarkan sifat kimia unsur pembentuknya, sampah padat dapat digolongkan
menjadi 2 (dua) yaitu sebagai berikut:
1. Sampah organik atau sering disebut sampah basah adalah jenis sampah yang
berasal dari jasad hidup sehingga mudah membusuk dan dapat hancur secara
alami. Contohnya adalah sayuran, daging, ikan, nasi, dan potongan rumput atau
daun dan ranting dari kebun.
2. Sampah non organik atau sampah kering adalah sampah yang tersusun dari
senyawa non organik yang berasal dari sumber daya alam tidak diperbaharui
seperti mineral dan minyak bumi atau dari proses industri. Contohnya adalah botol
gelas, plastik, kaleng dan logam.
C. Sumber Sampah
Berdasarkan sumbernya sampah dibagi menjadi:
1. Sampah alam adalah sampah yang ada oleh proses alam yang dapat di daur ulang
alami, seperti halnya daun-daunan kering di hutan yang terurai menjadi tanah. Di luar
kehidupan liar, sampah-sampah ini dapat menjadi masalah, misalnya daun-daun kering
di lingkungan pemukiman
2. Sampah manusia (human waste) adalah istilah yang biasa digunakan terhadap hasil-
hasil pencernaan manusia, seperti feses dan urin. Sampah manusia dapat menjadi
bahaya serius bagi kesehatan karena dapat digunakan sebagai vektor (sarana
perkembangan) penyakit yang disebabkan virus dan bakteri. Salah satu perkembangan
dalam mengurangi penularan penyakit melalui sampah manusia dengan cara hidup
yang higenis dan sanitasi. Termasuk didalamnya adalah perkembangan teori
penyaluran pipa (plumbing).
3. Sampah konsumsi merupakan sampah yang dihasilkan oleh manusia(pengguna
barang), dengan kata lain adalah sampah hasil konsumsi sehari -hari. Ini adalah
sampah yang umum, namun meskipun demikian, jumlah sampah kategori ini masih
jauh lebih kecil dibandingkan sampah-sampah yang dihasilkan dari proses
pertambangan dan industri.
4. Sampah industri adalah bahan sisa yang dikeluarkan akibat proses proses industri.
Sampah yang dikeluarkan dari sebuah industri dangan jumlah yang besar dapat
dikatakan sebagai limbah. Berikut adalah gambaran dari limbah yang berasal dari
beberapa industri, yaitu :
a. Limbah industri pangan (makanan), sebagai contoh yaitu hasil ampas makanan
sisa produksi yang dibuang dapat menimbulkan bau dan polusi jika
pembuangannya tidak diberi perlakuan yang tepat.
b. Limbah Industri kimia dan bahan bangunan, sebagai contoh industri pembuat
minyak pelumas (OLI) dalam proses pembuatannya membutuhkan air skala
besar, mengakibatkan pula besarnya limbah cair yang dikeluarkan ke lingkungan
sekitarnya. air hasil produksi ini mengandung zat kimia yang tidak baik bagi
tubuh yang dapat berbahaya bagi kesehatan.
c. Limbah industri logam dan elektronika, bahan buangan seperti serbuk besi, debu
dan asap dapat mencemari udara sekitar jika tidak ditangani dengan cara yang
tepat.
D. Komposisi Sampah
Komposisi sampah mencakup persentase dari komponen pembentuk sampah yang
secara fisik dapat dibedakan antara sampah organik, kertas, plastik, logam dan lain-lain.
Komposisi sampah ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan
pilihan kelayakan pengolahan sampah khususnya daur ulang dan pembuatan kompos serta
kemungkinan penggunaan gas landfill sebagai energi elternatif (Darmasetiawan, 2004).
Komposisi sampah juga dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Cuaca: di daerah yang kandungan airnya tinggi, kelembaban sampah juga akan cukup
tinggi.
2. Frekuensi pengumpulan: semakin sering sampah dikumpulkan maka semakin tinggi
tumpukan sampah terbentuk. Tetapi sampah organik akan berkurang karena
membusuk, dan yang akan terus bertambah adalah kertas dan dan sampah kering
lainnya yang sulit terdegradasi.
3. Musim: jenis sampah akan ditentukan oleh musim buah-buahan yang sedang
berlangsung.
4. Tingkat sosial ekonomi: Daerah ekonomi tinggi pada umumnya menghasilkan sampah
yang terdiri atas bahan kaleng, kertas, dan sebagainya.
5. Pendapatan per kapita: masyarakat dari tingkat ekonomi rendah akan menghasilkan
total sampah yang lebih sedikit dan homogeny dibanding tingkat ekonomi lebih tinggi.
6. Kemasan produk: kemasan produk bahan kebutuhan sehari-hari juga akan
mempengaruhi. Negara maju cenderung tambah banyak yang menggunakan kertas
sebagai pengemas, sedangkan Negara berkembang seperti Indonesia banyak
menggunakan plastic sebagai pengemas.
E. Densitas Sampah
Kepadatan (densitas) sampah menyatakan berat sampah per satuan volume. Data
kepadatan sampah penting dalam beberapa hal seperti pemilahan jenis peralatan
pengumpulan dan peralatan pemindahan. Disamping juga penting untuk perencanaan
system pembuangan akhir, karena rendahnya kepadatan (densitas) sampah menyebabkan
meningkatnya luas areal yang diperlukan untuk pembuangan akhir dan penurunan
permukaan tanah setelah penimbunan.
F. Timbulan Sampah
Banyaknya sampah yang dihasilkan dalam suatu kegiatan itu menetukan
banyaknya sampah yang harus dikelolah. Jumlah sampah yang harus dikelola penting
diketahui atau di data. Timbulan generation sampah masing-masing sumber atau kegiatan
tersebut masing-masing bervariasi satu dengan yang lain.
Pada tahun 1993 dikeluarkan SNI S-04-1993-03 tentang standar spesifikasi
timbulan sampah untuk kota kecil dan kota sedang di indonesia, untuk membantu
kota0kota kecil dan sedang di Indonesia dalam menentukan jumlah-jumlah sampah yang
dihasilkan sehingga mempermudah dalam melaksanakan perencanaan program
pengelolaannya.
2. Controlled Landfill
Dilakukan dengan cara sampah ditimbun, diratakan dan dipadatkan kemudian pada
kurun waktu memperkecil pengaruh yang merugikan terhadap lingkungan. Bila lokasi
pembuangan akhir telah mencapai akhir usia pakai, seluruh timbunan sampah harus ditutup
dengan lapisan tanah. Diperlukan persediaan tanah yang cukup sebagai lapisan tanah
penutup.
Keuntungan:
- Dampak negative terhadap esterika lingkungan sekitarnya dapat dikurangi
- Kecil pengaruhnya terhadap estetika lingkungan awal
Kerugian:
- Operasi relative lebih sulit disbanding open dumping
- Biaya investasi relative lebih besar dari pada open dumping
- Biaya operasi dan perawatan relative lebih tinggi dari pada open dumping
3. Sanitary Landfill
Sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah ditimbun
dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan penutup. Hal ini dilakukan
terus menerusecara berlapis-lapis sesuai rencana yang telah ditetapkan. Pekerjaan
pelapisan sampah dengan tanah penutup dilakukan setiap hari pada akhir jam operasi.
Diperlukan persediaan tanah yang cukup untuk menutup timbunan sampah.
Keuntungannya adalah pengaruh timbunan sampah terhadap lingkungan sekitarnya relatif
lebih kecil dibanding sistem controlled landfill.
Keterangan:
Pt = jumlah penduduk pada tahun t
Po = jumlah penduduk pada tahun dasar
t = jangka waktu
r = laju pertumbuhan penduduk
e = bilangan eksponensial yang besarnya 2,718281828
Jika nilai r > 0, artinya pertumbuhan penduduk positif atau terjadi penambahan jumlah
penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r < 0, artinya pertumbuhan penduduk negatif atau
terjadi pengurangan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya. Jika r = 0, artinya tidak terjadi
perubahan jumlah penduduk dari tahun sebelumnya
K. Timbulan Sampah
Pengukuran timbulan menggunakan metode load count analysis. Metode ini
merupakan metode pengukuran timbulan dengan mengukur jumlah (berat atau volume)
sampah yang masuk ke TPS. Persamaan yang digunakan untuk menghitung timbulan
sampah adalah sebagai berikut:
Timbulan Sampah per orang (kg/org.hari) = berat sampah total (kg/hari) / jumlah
penduduk (orang)
Timbulan Sampah total per kelurahan (kg/hari) = timbulan sampah per orang
(kg/org.hari) x jumlah penduduk kelurahan
Tabel Besarnya timbulan sampah berdasarkan sumbernya
Sumber Volume
No. Satuan Berat (kg)
Sampah (Liter)
1 Rumah /orang/hari 2,25-2,50 0,350-
permanen 0,400
2 Rumah /orang/hari 2,00-2,25 0,300-
semi 0,350
permanen
3 Rumah non /orang/hari 1,75-2,00 0,250-
permanen 0,300
4 Kantor /pegawai/hari 0,50-0,75 0,025-
0,100
5 Toko/ruko /petugas/hari 2,50-3,00 0,150-
0,350
6 Sekolah /murid/hari 0,10-0,15 0,010-
0,020
7 Jalan arteri /m/hari 0,10-0,15 0,020-
sekunder 0,100
8 Jalan /m/hari 0,10-0,15 0,010-
kolektor 0,050
sekunder
9 Jalan lokal /m/hari 0,05-0,10 0,005-
0,025
10 Pasar /m2/hari 0,20-0,60 0,100-
0,300
Sumber: SNI 19-3983-1995 Spesifikasi Timbulan Sampah untuk Kota Kecil dan Kota
Sedang di Indonesia.
BAB IV
ANALISIS DATA PERENCANAAN
𝑟 = 0,028
𝑃𝑛 = 𝑃𝑜 (1 + 𝑟 ∙ 10)
𝑃𝑛 = 23.219 (1 + 0.028 ∙ 10)
𝑃𝑛 = 29.720 Jiwa
3. Metode Eksponensial
Laju Pertumbuhan Penduduk
Diketahui:
Pt = 32.639 jiwa
Po = 23.219 jiwa
t = 12 tahun
Penyelesaian:
Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2019, adalah:
1 𝑃𝑡
𝑟 = 𝑙𝑛 ( )
𝑡 𝑃𝑜
1 32.639
𝑟= 𝑙𝑛 ( )
12 23.219
𝑟 = 0,028
Tabel Rekapitulasi Perhitungan Proyeksi Jumlah Perkembangan Penduduk Tahun 2029, 2034, 2039, 2044, dan 2049
Keterangan:
Vs = Volume Timbulan Sampah
Ps = Jumlah Penduduk
v = Rata-rata volume sampah (2.25/org/hari)
Maka estimasi volume timbulan sampah pada 10 tahun kedepan (tahun 2029)
berdasarkan jumlah penduduk yang dihitung secara geometri dan eksponensial adalah
sebagai berikut:
𝑉𝑠 = 𝑃𝑠 × 𝑣
𝑉𝑠 = 32.639 × 2.25
𝑉𝑠 = 73.437 𝐿𝑖𝑡𝑒𝑟/ℎ𝑎𝑟𝑖
Maka, bila disusun dalam tabel rekapitulasi maka didapatkan estimasi volume
timbulan sampah pada tahun ke 10, 15, 20, 25 dan 30 adalah:
Tabel 4.2 Data Estimasi Volume Timbulan Sampah Pada Tahun 2029, 2034, 2039, 2044
dan 2049
1 2028 10 73.437
2 2033 15 79.053
3 2038 20 90.758
4 2043 25 104.195
5 2048 30 119.623
= 95 Murid
Tabel Rekapitulasi Proyeksi Jumlah Murid pada Tingkat TK
No Tahun Prediksi Periode (tahun) Metode (Jiwa)
1 2029 10 tahun 95
2 2034 15 tahun 109
3 2039 20 tahun 126
4 2044 25 tahun 144
5 2049 30 tahun 166
Sumber: Hasil Perhitungan 2020
Banyaknya Timbulan Sampah pada Tingkat TK
Estimasi timbulan sampah pada tahun 2029
Diketahui:
V = 102 Jiwa
P0 = 0,10 L/orang/hari
Penyelesaian:
Vs = P0 x v
= 0,10 x 102
= 10,2 Liter/Hari
b. Pada Tingkat SD
Diketahui:
Jumlah Murid SD tahun 2019 = 1.475
Populasi Penduduk tahun 2019 = 32.639
Maka, Banyaknya Jumlah Murid SD pada tahun 2029 adalah:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑀𝑢𝑟𝑖𝑑 𝑆𝐷 2019
Jumlah Murid = × 𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑛
𝑃𝑜𝑝𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑒𝑛𝑑𝑢𝑑𝑢𝑘 2019
1475
= × 30.603
32639
= 1.383 Murid
Tabel Rekapitulasi Proyeksi Jumlah Murid pada Tingkat TK
No Tahun Prediksi Periode (tahun) Metode (Jiwa)
1 2029 10 tahun 1.383
2 2034 15 tahun 1.587
3 2039 20 tahun 1.822
4 2044 25 tahun 2.092
5 2049 30 tahun 2.402
Sumber: Hasil Perhitungan 2020
Banyaknya Timbulan Sampah pada Tingkat SD
Estimasi timbulan sampah pada tahun 2029
Diketahui:
V = 1.475 Jiwa
P0 = 0,10 L/orang/hari
Penyelesaian:
Vs = P0 x v
= 0,10 x 1.475
= 147.5 Liter/Hari
= Murid
Tabel Rekapitulasi Proyeksi Jumlah Murid pada Tingkat SMP
No Tahun Prediksi Periode (tahun) Metode (Jiwa)
1 2029 10 tahun 695
2 2034 15 tahun 798
3 2039 20 tahun 917
4 2044 25 tahun 1052
5 2049 30 tahun 1208
Sumber: Hasil Perhitungan 2020
Banyaknya Timbulan Sampah pada Tingkat SMP
Estimasi timbulan sampah pada tahun 2029
Diketahui:
V = 742 Jiwa
P0 = 0,10 L/orang/hari
Penyelesaian:
Vs = P0 x v
= 0,10 x 742
= 74,2 Liter/Hari
TK 0,10 95 9.5 109 10.9 126 12.6 144 14.4 166 16.6
SD 0,10 1.383 138.3 1.587 158.7 1.822 182.2 2.092 209.2 2.402 240.2
SMP 0,10 695 69,5 798 79,8 917 91,7 1.052 105,2 1.208 120,8
Jumlah 2.173 217.3 2.494 249,4 2865 286,5 3.288 328.8 3.776 377,6
4. Fasilitas lainnya
Beberapa Fasilitas lainnya juga memiliki jumlah timbulan sampah yang berbeda-
beda. Volume sampah untuk menghitung jumlah timbulan sampah dapat dilihat pada
(SNI 04-1993-03). Berikut jumlah timbulan sampah pada beberapa fasilitas yang ada
di Kelurahan Mangasa.
No Nama Fasilitas Jumlah Volume Satuan Jumlah Timbulan
Fasilitas (Liter) Sampah
(L/hari)
1 Posyandu 2 2 Bed/hari 20 40
2 Minimart 1 2,5 Pegawai/hari 4 10
3 Supermarket 6 2,55 Pegawai/hari 48 122,4
4 SPBU 1 2,5 Pegawai/hari 7 17,5
5 Hotel 1 2 Bed/hari 15 30
Jumlah 94 205
Sumber: Hasil Perhitungan 2020
C. Komposisi Sampah
Komposisi sampah merupakan data yang paling penting dan harus diketahui dala
perencanaan pengelolaan persampahan. Data komposisi sampah dapat digunakan dalam
memilih dan menentukan cara pengoperasian setiap peralatan dan fasilitas-fasilitas lainnya,
dan untuk memperkirakan kelayakan pemanfaatan fasilitas penanganan sampah.
Komposisi sampah disetiap daerah akan berbeda-beda sesuai dengan aktivitas masyarakat
pada daerah tersebut. Berikut komposisi sampah yang terdapat pada timbulan sampah
Kelurahan Mangasa adalah sebagai berikut:
Tabel Komposisi Sampah Kelurahan Mangasa, Kota Makassar
Jenis Sampah Persentase Tahun (L/hari)
Komposisi Sampah
18%
10%
55%
5%
3%
9%
D. Pewadahan Sampah
Setelah mengetahui jumlah timbulan sampah, maka selanjutnya kita akan
menentukan jumlah pewadahan sampah yang dibutuhkan untuk Kelurahan Mangasa, Kota
Makassar. Pewadahan sampah merupakan cara penampungan sampah sementara di
sumbernya baik secara individual dan komunal. Pewadahan sampah ini adalah salah satu
komponen penting dalam proses pengolahan sampah. Pewadahan sampah berguna untuk
memudahkan kita dalam mengumpulkan sampah sehingga sampah lebih mudah diangkut
dan mencegah agar sampah tidak berserakan.
Kita dapat menghitung jumlah perwadahan atau kontainer yang dibutuhkan dengan
cara,
𝑉𝑆𝑛
𝑁𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 =
𝑉𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟
Keterangan:
NKontainer = Jumlah kontainer/wadah
VSn = Volume Sampah pada tahun ke-n
Vkontainer = kapasitas volume container
Dengan asumsi kapasitas volume container yang digunakan untuk daerah
pemukiman adalah 40 Liter.
Jumlah Kontainer pada tahun 2029
74.125,9
𝑁𝑘𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 =
40
𝑁𝐾𝑜𝑛𝑡𝑎𝑖𝑛𝑒𝑟 = 1853,14
Kesehatan 150 42 3 44 1 46 1 48 1 50 1
Swalayan 50
159.9 3 174.9 3 190 4 205 4 220 4
dan SPBU
Penginapan 50 35 1 40 1 45 1 50 1 55 1
Jalan 50
270 5 270 5 270 5 270 5 270 5
Sektor
Jalan Lokal 20 112,5 7 112,5 7 112,5 7 112,5 7 112,5 7
Dengan pelayanan angkut 2 kali seminggu, maka akan diasumsikan bahwa truk
sampah akan mengambil sampah di TPS setiap 3 hari. Maka didapatkan data sebagai
berikut:
Jumlah
Kapasitas Jumlah Sampah
Waktu Jumlah Jumlah TPS
Tahun TPS yang diangkut
Pengumpulan TPS yang dipakai
(L) (L/3 Hari)
Sampah
2029 82.617,76 3 9
2034 88.913,13 4 12
2039 9.000 2 kali/ Minggu 101.996,94 4 12
2044 117.012,84 4 12
2049 134.250,19 5 16
Keterangan:
Pscs = Waktu yang diperlukan untuk memuat sampah dari lokasi awal
ke lokasi terakhir (jam)
x = Jarak ke TPA
S = Waktu Pembongkaran di TPA
Nd = Waktu Ritasi
T1 = waktu dari pool ke TPS pertama (Jam)
T2 = waktu dari TPS ke Pool
W = waktu off route (Jam)
H =Hari kerja
Kemudian diasumsikan data di lapangan
Pscs = 2.2 jam
x = 9.58 Km
S = 0.64 jam
T1 = 0.1 jam
T2 = 0.412 jam
W = 0.25
H = 7 jam
𝑟
- Jumlah alat angkut (N) = 𝐾𝑎𝑝𝑎𝑠𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑇𝑟𝑢𝑘 (𝑣)
Total timbulan sampah akan dikalikan dengan 3 karena waktu pengangkutan hanya 2
kali dalam seminggu, sehingga:
Total timbulan sampah = 29.637,7108 x 3 = 88.913,13
88.913,13
- r= 2
= 44.456,5 liter = 44,4 m3
41,3
- N= = 7,4 = 7 truk
6
Total timbulan sampah akan dikalikan dengan 3 karena waktu pengangkutan hanya 2
kali dalam seminggu, sehingga:
Total timbulan sampah = 33.998,9841 x 3 = 101.996,94
101.996,94
- r= = 50.998,47 liter = 50,99 m3
2
50,99
- N= = 8,4 = 8 truk
6
Total timbulan sampah akan dikalikan dengan 3 karena waktu pengangkutan hanya 2
kali dalam seminggu, sehingga:
Total timbulan sampah = 39.004,2873 x 3 = 117.012,84
117.012,84
- r= = 58.506 liter = 58,5 m3
2
58,5
- N= = 9,75 =10 truk
6
Total timbulan sampah akan dikalikan dengan 3 karena waktu pengangkutan hanya 2
kali dalam seminggu, sehingga:
Total timbulan sampah = 44.750,064 x 3 = 134.250,19
134.250,19
- r= = 67.125 liter = 67,1 m3
2
67,1
- N= = 11,1 = 11 truk
6
Pemindahan Sampah
Berdasarkan SNI 19-2454-2002 Tipe pemindahan (transfer) yang digunakan adalah
transfer Depo Tipe III. Tipe pemindahan ini kami pilih karena container yang
digunakan dalam pengumpulan sampah adalah container kapasitas 1 m3 sehingga lahan
yang digunakan tidak terlalu luas hanya berkisar antara 10-20 m2. Lahan ini dapat
digunakan sebagai lokasi pertemuan seluruh fukuda dan sebagai lokasi penempatan
container komunal berkapasitas 1 m3 yang dijadikan sebagai TPS. Pemindahan sampah
dilakukan dengan cara gabungan manual dan dimana sampah diisi pada bak sampah
yang dibawa oleh petugas fukuda secara manual dan diisi ke container yang ada di TPS,
setelah itu container dikosongkan secara manual dan sampah dipindahkan ke bak dump
truck atau biasa disebut dengan mobil Tangkasaki. Kita tidak perlu menggunakan arm
roll truck untuk mengangkut sampah pada kelurahan Mangasa karena jumlah timbulan
sampahnya tidak terlalu banyak sehingga dapat muat jika diangku menggunakan dump
truck.Selain itu biaya operasional dan perawatannya juga murah.
𝑉 × 365
𝐿= × 1,15
𝑇
8,261 × 365
𝐿= × 1,15
5
𝐿 = 693,57 m2