Anda di halaman 1dari 1

Review *

Kisah Seekor Camar dan Kucing yang Mengajarinya Terbang

Pernahkah kalian melihat kucing yang mengajari seekor burung terbang? Jika
dipikir-dipikir itu hal yang mustahil. Namun dalam buku ini kita disuguhkan
dengan kisah seekor kucing pelabuhan yang memiliki janji kepada seekor camar
untuk merawat dan mengajari anaknya terbang.

Kisah ini bermula ketika seekor burung camar bernama Kengah terjebak
sampar hitam di lautan lepas. Istilah sampar hitam ini untuk menggambarkan tumpahan minyak di laut
lepas yang mematikan bagi kawanan hewan termasuk para burung. Tumpahan minyak itu membuat
seluruh tubuh Kengah termasuk kedua sayapnya lengket dan tidak bisa digerakkan. Mirisnya, Kengah
sedang megandung calon anaknya. Maka dengan sekuat tenaga, Kengah mencoba keluar dari sampar
hitam dengan menendang-nendangkan kakinya.

Meski akhirnya Kengah berhasil keluar dari sampar hitam, ia terlalu lemah untuk terbang lebih jauh.
Dalam keadaan sekarat itulah, Kengah memilih mendarat di pagar sebuah rumah di pinggir pelabuhan
yang dijaga seekor kucing bernama Zorbas. Setelah berhasil mengeluarkan telur dari perutnya, dalam
keadaan sekarat Kengah meminta Zorbas berjanji untuk merawat telurnya dan meminta Zorbas agar
mengajari anak burung terbang.

Ada hal yang cukup menarik yang perlu diketahui. Ada sebuah prinsip yang dipegang erat oleh kelompok
kucing pelabuhan. Ketika salah satu di antara mereka terlibat janji, maka yang lainnya ikut menanggung
janji tersebut. Begitulah penulis menggambarkan kesetiaan hewan meski janji itu ia tautkan kepada
bukan sejenisnya.

Banyak lagi kisah secara tidak langsung yang dihadapkan kepada pembaca melalui tokoh-tokoh kucing
lainnya, seperti Profesor yang suka sekali membaca. Dari petikan cerita Profesor, penulis menunjukkan
bahwa buku bukanlah segalanya jika dibanding dengan pengalaman. Karena dalam cerita ini, teman-
teman Zorbas yakni Kolonel dan Secretario justru dibuat pusing oleh Profesor dengan jawaban-
jawabannya ketika hendak mencari jalan keluar dari masalah Zorbas dan burung camar.

Secretario dan Kolonel menjadi teman setia Zorbas dalam merawat telur-telur Kengah. Penulis juga
memunculkan sosok manusia baik hati yang berprofesi sebagai penyair. Penyair ini juga membantu
Zorbas merawat telur Kengah. Hingga akhirnya, telur itu menetas dan menyembulkan kepala putih yang
basah karena lendir dari balik cangkang telur.

Spontan si anak camar memanggil Zorbas dengan panggilan "Mami"

Buku ini saya rekomendasikan bagi para pembaca terutama untuk bacaan anak. Banyak hal yang bisa
dipetik dari buku ini mulai dari kesetiaan, tolong-menolong, hingga pesan agar lebih menjaga
lingkungan.

*Oleh Lailatus Saadah (lailahan.blogspot.co.id/)

Anda mungkin juga menyukai