Pak Anemia Clinical Education
Pak Anemia Clinical Education
Nomor : Halaman :
PANDUAN ASUHAN KEPERAWATAN Komite Keperawatan Ditetapkan ,
PENYAKIT DALAM
Tanggal Berlaku : Revisi :
ASESMEN a. Pengkajian:
KEPERAWATAN 1) Keadaan Umum:
Pucat
Penurunan kesadaran
Keletihan berat
Kelemahan
Nyeri kepala
Demam
Dispnea
Vertigo
Sensitie terhadap dingin
BB turun
2) Pemeriksaan Fisik
Mata: Jaundice sklera, konjungtiva pucat, pengelihatan kabur
Kulit: Jaundice (anemia hemolitik), warna kulit pucat, sianosis, kulit
kering, kuku rapuh, koylonchia, clubbing finger, CRT >2 detik,
elastisitas kulit menurun, perdarahan kulit atau mukosa.
Telinga: Vertigo, tinnitus
Mulut: Mukosa licin dan mengkilat, stomatitis, perdarahan gusi,
artrofi papil lidah, glossitis, lidah merah (aneia defisiensi asam folat)
Paru-Paru: dispena, takipnea, orthopnea
Kardiovaskuler: takikardia, lesu, cepat Lelah, palpitasi, angina
pectoris, bunyi jantung murmur, hipotensi, kardiomegali, gagal
jantung.
Gastrointestinal: anoreksia, mual muntah, hepatospleniegali (pada
anemia hemolitik).
Muskuloskeletal: nyeri pinggang, sendi
System Persyarafansakit kepala, pusing, tinnitus, mata berkunang-
kunang, kelemahan otot, irritable, perasaan dingin pada ekstremitas.
3) Pemeriksaan penunjang:
Test CBC
Test Ferritinin
Test MCH, MCHC
Morfologi sumsum tulang
Pemeriksaan Endoskopi dan radioskopi: memeriksa sisi perdarahan
gastrointestinal.
DIAGNOSIS a. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
KEPERAWATAN konsentrasi hemoglobin D. 0009
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplai dan
kebutuhan oksigen D.0056
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan sumber
informasi D.0111
d. Infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan tubuh sekunder
D.0142
e. Risiko perdarahan berhuungan dengan gangguan koagulasi D.0012
b. Intoleransi aktivitas
Berpartisipasi dalam aktivitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan
darah, nadi dan respirasi
Mampu elakukan ADLs secara mandiri
Tanda-tanda vital normal
Energy psikomotor
Level kelemahan
Status kardiopulmonari kuat
Sirkulasi status baik
Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuat
c. Defisiensi pengetahuan
Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi,
prognosis dan program pengobatan
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan prosedur yang dijelaskan secara
benar
Pasien dan keluarga ampu menjelaskan Kembali materi yang sudah
dijelaskan perawat/tim Kesehatan.
d. Risiko infeksi
Tidak adanya demam
Jumlah sel darah putih normal
Menerapkan tindakan kebersihan seperti mencuci tangan dengan benar
e. Risiko perdarahan
Risiko perdarahan rendah dibuktikan dengan kadar trombosit yang normal
Tidak adanya memar dan petekie
Tidak ada perdarahan nyata pada hidung, gusi, agina, atau saluran kemih
dan gastrointestinal
Nilai CBC normal
Terapeutik:
Hindari pemasangan infus atau pengambilan darah di area keterbatasan perfusi
Hindari pengukuran tekanan darah pada ekstremitas pada keterbatasan perfusi
Hindari penekanan dan pemasangan torniquet pada area yang cidera
Lakukan terapi oksigen tambahan sesuai kebutuhan
Lakukan perawatan kaki dan kuku
Lakukan hidrasi
Edukasi:
Anjurkan berhenti merokok
Anjurkan berolahraga rutin
Anjurkan mengecek air mandi untuk menghindari kulit terbakar
Anjurkan menggunakan obat penurun tekanan darah, antikoagulan, dan
penurun kolesterol, jika perlu
Anjurkan minum obat pengontrol tekakan darah secara teratur
Anjurkan menghindari penggunaan obat penyekat beta
Ajurkan melahkukan perawatan kulit yang tepat(mis. Melembabkan kulit
kering pada kaki)
Anjurkan program rehabilitasi vaskuler
Anjurkan program diet untuk memperbaiki sirkulasi( mis. Rendah lemak
jenuh, minyak ikan, omega3)
Informasikan tanda dan gejala darurat yang harus dilaporkan( mis. Rasa
sakit yang tidak hilang saat istirahat, luka tidak sembuh, hilangnya rasa)
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
Kolaborasi pemberian kortikosteroid, jika perlu
Kolaborasi kebutuhan tranfusi darah PRC
Observasi:
Identifkasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan kelelahan
Monitor kelelahan fisik dan emosional
Monitor pola dan jam tidur
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan aktivitas
Terapeutik:
Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
Lakukan rentang gerak pasif dan/atau aktif
Berikan aktivitas distraksi yang menyenangkan
Fasilitas duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi:
Anjurkan tirah baring
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan asupan makanan
Observasi:
Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi terapeutik
Sediakan materi dan media Pendidikan Kesehatan
Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
Berikan kesempatan untuk bertanya
Terapeutik:
Monitor potensi komplikasi dengan terapi imunosupresiv pada saat
pengobatan pasien seperti, graft-versus-host akut (GVHD). Gejala paling
awal termasuk ruam makulopapular merah, kekeringan pada mata, sakit perut,
dan penyakit kuning.
Edukasi:
Jelaskan pentingnya prosedur diagnostik (seperti hitung darah lengkap), aspirasi
sumsum tulang, dan kemungkinan rujukan ke ahli hematologi. Mendiagnosis jenis
anemia akan didasarkan pada perubahan indeks RBC dan temuan aspirasi sumsum
tulang.
Jelaskan kosakata hematologi dan fungsi elemen darah, seperti sel darah putih, sel
darah merah, dan trombosit. Klien biasanya memiliki pengetahuan dasar tentang
sistem hematologi.
Kolaborasi:
Kolaborasikan dengan ahli gizi untuk menerapkan diet tinggi zat besi
sekunder D.0142
Observasi:
Identifikasi riwayat kesehatan dan riwayat alergi
Identifikasi kontraindikasi pemberian prosedur terapi
Kaji tanda-tanda infeksi local atau sistemik, seperti demam, menggigil,
bengkak, nyeri, dan rasa tidak enak badan.
Monitor hitung utlak granulosit, WBC, dan hasil-hasil diferensial
Terapeutik:
Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Pertahankan lingkugan aseptic selaa pemasangan alat untuk prosedur
invasive
Gunakan keteter intermiten untuk menurunkan infeksi kandung kencing
Tingkatkan intake nutrisi
Edukasi:
Anjurkan klien menjaga kebersihan, perawatan mulut, dan perawatan
perineum.
Anjurkan klien menghindari makan uah dan sayur mentah serta daging mentah
Ajarkan klien dan pengunjung mencuci tangan dengan benar,
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian antibiotik, antivirus, dan anti jamur bila diperlukan
Sediakan kamar isolasi untuk pasien bila diperlukan. ( Perubahan lingkungan
mungkin penting jika jumlah neutrofil absolut kurang dari 500 / mm3. Tindakan
pencegahan isolasi pelindung mungkin termasuk menempatkan klien di ruang
pribadi, membatasi pengunjung, dan meminta semua orang yang melakukan kontak
dengan klien menggunakan masker, gaun, dan sarung tangan. Klien-klien ini berada
pada risiko infeksi yang signifikan).
Berikan faktor pertumuhan WBC untuk merangsang neutrophil. Faktor perangsang
koloni (CSF), pegfilgrastim kerja panjang, filgrastim adalah obat yang digunakan
untuk merangsang produksi sel darah putih yang melawan infeksi.
Observasi:
Monitor tanda dan gejala perdarahan
Monitor nilai hematokrit/homoglobin sebelum dan setelah kehilangan darah
Monitor tanda-tanda vital ortostatik
Monitor koagulasi (mis. Prothombin time (TM), partial thromboplastin time
(PTT), fibrinogen, degradsi fibrin dan atau platelet
Terapeutik:
Rencanakan prosedur tranfusi tromosit jika diperlukan
Batasi tindakan invasif, jika perlu
Hindari pengukuran suhu rektal seperti supositoria, enema, dan pembacaan suhu
rectal.
Edukasi:
Jelaskan tanda dan gejala perdarahan
Anjurkan meningkatkan asupan cairan untuk menghindari konstipasi
Anjurkan menghindari aspirin atau antikoagulan
Anjurkan meningkatkan asupan makan dan vitamin K
Anjrkan segera melapor jika terjadi perdarahan
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian obat dan mengontrol perdarhan, jika perlu
Kolaborasi pemberian prodok darah, jika perlu
Kolaborasi pemberian pelunak tinja, jika perl
EVALUASI a. Ketidakefektifan perfusi jaringan teratasi
b. Intoleransi aktivitas teratasi
c. Defisit Pengetahuan teratasi
d. Risiko Infeksi teratasi
e. Risiko Perdarahan teratasi
PENELAAH Clinical Nurse Educator
KRITIS
KEPUSTAKAAN a. Paul Martin., BSN, RN. (2020). 5 Anemia Nursing Care Plans. Journal of
nurseslab. 3 (4), 1-9.
b. Dharmarajan, T. S., Pankratov, A., Morris, E., Qurashi, S., Law, G., Phillips,
S& Norkus, E. P. (2018). Anemia: its impact on hospitalizations and length of
hospital stay in nursing home and community older adults. Journal of the
American Medical Directors Association, 9(5), 354-359.
c. Landi, F., Russo, A., Danese, P., Liperoti, R., Barillaro, C., Bernabei, R., &
Onder, G. (2007). Anemia status, hemoglobin concentration, and mortality in
nursing home older residents. Journal of the American Medical Directors
Association, 8(5), 322-327.
d. Alwi I, Salim S, Hidayat R, Kurniawan J, Tahapary D, editors. Panduan
Praktik Klinis Penatalaksanaan di Bidang ilmu Penyakit Dalam. Indonesia.
Interna Publishing.2019.
e. Peters CJ. Infections Caused by Arthopod and Rodent Borne viruses, In:
Longo Fauci Kasper, Harrison’s Principles of Internal Medicine 20th edition.
United States of America. McGrow Hill. 2018.
f. PPNI. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.(2017).
g. PPNI.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan.
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. (2018).
h. PPNI.Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. (2018).