BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hipertensi
Dari perspektif epidemiologi, tidak ada tingkatan yang jelas dari tekanan
jantung, stroke, dan penyakit ginjal berbanding lurus dengan peningkatan tekanan
darah sistolik dan diastolik. Risiko penyakit kardiovaskular menjadi dua kali lipat
diastolik. Pada orang yang lebih tua, tekanan darah sistolik dan tekanan nadi
merupakan prediktor yang lebih kuat untuk penyakit jantung daripada tekanan
darah yang meningkat dimana terapi dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas
terkait peningkatan tekanan darah tersebut. Saat ini kriteria klinis untuk
pembacaan tekanan darah duduk selama masing-masing dua atau lebih kunjungan
berdasarkan rata-rata pengukuran dua tekanan darah atau lebih pada dua atau lebih
hipertensi tingkat I dan hipertensi tingkat II yang dapat dilihat pada tabel 2.1.
7
2
bersifat familial serta merupakan konsekuensi dari interaksi lingkungan dan faktor
berbeda. Suatu penyebab khusus hipertensi atau hipertensi sekunder hanya dapat
ditemukan pada 5-20% penderita (Longo dkk., 2012). Walaupun demikian, perlu
spesifik yang mendasari peningkatan tekanan darah lebih terlihat nyata. Hipertensi
faktor genetik, ketegangan jiwa, faktor lingkungan dan banyak asupan garam serta
hipertensi. Faktor genetik pada hipertensi primer diperkirakan berperan pada 30%
hipertensi yang jarang ditemukan. Sejumlah variasi pada fungsi gen–gen untuk
berbanding langsung dengan hasil perkalian antara aliran darah (curah jantung,
CO) dan tahanan lewatnya darah melalui arteriol prekapiler (tahanan vaskular
perifer, PVR). Secara fisiologi, pada orang yang normal maupun hipertensi,
pembuluh darah tepi dari waktu ke waktu yang dilakukan pada empat lokasi
dan ginjal. Lokasi kontrol anatomis yang keempat yaitu ginjal, berfungsi untuk
fungsi keempat lokasi kontrol tekanan darah tersebut serta untuk mempertahankan
4
tekanan darah normal. Pelepasan substansi vasoaktif setempat dari lapisan endotel
dkk., 2007).
darah penderita hipertensi dengan orang normal yaitu baroreseptor dan sistem
penyakit jantung koroner, stroke, penyakit ginjal, dan penyakit arteri perifer
(PAD). Penyakit jantung adalah penyebab kematian paling umum pada pasien
hipertensi. Penyakit jantung akibat hipertensi adalah hasil dari adaptasi struktural
dan fungsional yang mengarah ke hipertrofi ventrikel kiri, congestive heart failure
(CHF), kelainan aliran darah akibat penyakit arteri koroner aterosklerosis dan
darah tinggi merupakan faktor risiko terkuat untuk stroke. Insiden stroke
tekanan darah sistolik pada individu yang berusia lebih dari 65 tahun. Pengobatan
5
primer adalah etiologi yang paling umum dari hipertensi sekunder. Mekanisme
darah, dan sistem saraf simpatik yang terlalu aktif. Sebaliknya, hipertensi
merupakan faktor risiko untuk cedera ginjal dan penyakit ginjal tahap akhir
menunjukkan bahwa risiko kerusakan ginjal, jantung dan otak berkaitan secara
langsung dengan derajat peningkatan tekanan darah. Risiko tersebut perlu segera
penyerta yang lain, menilai tekanan darah terkait gaya hidup, dan menentukan
Pengukuran tekanan darah yang baik tergantung pada teknik dan kondisi
pengukuran. Setidaknya dua pengukuran harus dilakukan. Berat dan tinggi badan
perlu dicatat. Pada pemeriksaan awal, tekanan darah harus diukur di kedua lengan
dan sebaiknya dalam posisi telentang, duduk, dan posisi berdiri untuk
bruit pada karotis dan arteri femoral, dan palpasi femoral. Pemeriksaan fisik juga
dipertimbangkan apakah perlu diobati dan obat mana yang harus dipakai.
7
Pemilihan pengobatan ditentukan oleh tingginya tekanan darah, umur dan jenis
kelamin pasien, keberadaan dan beratnya kerusakan organ sasaran, ada tidaknya
pengobatan yang relatif tidak berbahaya dan bahkan bisa untuk pencegahan.
pembatasan diet natrium saja sudah dapat menurunkan tekanan darah walaupun
yang kaya buah-buahan, sayuran, produk susu rendah lemak dengan pengurangan
kandungan lemah jenuh dan lemak total serta konsumsi alkohol tidak lebih dari
dua kali minum sehari juga menurunkan tekanan darah. Pengurangan berat badan
bahkan tanpa restriksi natrium telah terbukti menormalkan tekanan darah sampai
75% pasien hipertensi ringan sampai sedang dengan kelebihan berat badan.
Latihan fisik teratur ditunjukkan oleh beberapa studi dapat menurunkan tekanan
jantung, dan otak serta menimbulkan peningkatan insiden gagal ginjal, penyakit
koroner, gagal jantung dan stroke. Penurunan tekanan darah dengan obat-obatan
rasional baik tunggal maupun kombinasi, akan dapat menurunkan tekanan darah
dengan resiko toksisitas berat yang minimal pada kebanyakan penderita (Katzung
dkk., 2007).
Semua obat antihipertensi bekerja pada satu atau lebih dari empat lokasi
dengan mengurangi volume darah dan curah jantung, tahanan vaskular perifer
mungkin meningkat. Setelah enam sampai delapan minggu, curah jantung kembali
reaktivitas saraf. Efek tersebut dilawan oleh diuretik atau oleh pembatasan
pada sebagian besar penderita dan diuretik sendiri sering memberikan hasil
pengobatan yang memadai bagi hipertensi esensial ringan dan sedang. Untuk
hipertensi yang lebih berat, diuretik digunakan dalam kombinasi dengan obat
natrium yang disebabkan oleh obat-obat tersebut. Efek simpang diuretik yang
reabsorpsi natrium, karena itu pembatasan asupan natrium dalam diet akan
diuretik dosis rendah akan meminimalkan efek samping metabolik tersebut tanpa
hingga berat mengandung suatu agen yang mampu menghambat fungsi sistem
Oleh karena itu, obat-obat anti hipertensi simpatoplegik akan paling efektif bila
batang otak tetapi membiarkan pusat-pusat ini tetap atau bahkan meningkatkan
obat ini umumnya tidak begitu tergantung pada posisi tubuh dibandingkan dengan
efek obat yang bekerja secara langsung pada neuron simpatis tepi. Obat
tahanan pembuluh darah tepi, dengan derajat pengurangan denyut jantung dan
asetilkolin seperti trimetafan tidak didapat lagi dalam klinik karena toksisitasnya
yang tidak bisa diterima berkaitan dengan kerja utamanya. Obat penyekat
pascaganglion di ganglia simpatis dan parasimpatis. Selain itu, obat-obat ini bisa
melalui suatu kombinasi antara pengurangan curah jantung dan tahanan vaskular
selektif pada reseptor α1 di arteriol dan venula. Penyekat alfa menurunkan tekanan
arteri dengan cara mendilatasi pembuluh darah baik resistan maupun kapasitan.
Obat-obat tersebut lebih efektif saat dikombinasi dengan obat lainnya, seperti
12
suatu penyekat beta dan suatu diuretik daripada sebagai obat tunggal (Katzung
dkk., 2007).
2.2.3. Vasodilator
kanal kalsium yang digunakan untuk pengobatan hipertensi berobat jalan maupun
kerjanya dalam kombinasi dengan obat antihipertensi lain yang melawan respon
vaskular yang tinggi pada keadaan hipertensif yang disertai dengan aktivitas
plasma renin yang tinggi. Walaupun demikian, pada kondisi hipertensi dengan
plasma renin rendah, obat-obat ini akan menurunkan tekanan darah. Dua golongan
captopril, semuanya adalah suatu prodrug yang diubah menjadi obat aktif melalui
darah terutama dengan mengurangi tahanan vaskular perifer. Curah jantung dan
dibandingkan dengan obat penghambat ACE. Obat ini juga memiliki potensial
dengan penghambat ACE sebab terdapat enzim-enzim lain selain ACE yang dapat