Anda di halaman 1dari 6

SKENARIO KASUS LATIHAN SIMULASI

MANAJEMEN PENANGGULNGAN BENCANA DI KOMUNITAS


PENATALAKSANAAN KEGAWAT DARURATAN MASAL
MANAJEMEN BENCANA DI KOMUNITAS
=====================================================================

Synopsis / Pengantar : Tujuan Pembelajaran

Pada Sesi ini saudara akan dibawa pada simulasi Manajemen penanggulangan A. Aspek Kognitif
bencana di Komunitas, dalam skala yang Luas. Ada 3 (tiga) Aspek pokok yang 1. Peserta Latih mampu memahami Konsep umum dalam manjemen
harus saudara eksplorasi selama Kegaiatn Praktik ini yaitu : Pemahaman penanggulangan bencana, terkait dengan : Sisitem koordinasi,
Manajemen Bencana secara umum, Penatalaksanaan Korban masal Melalui komunikasi dan respon medis akut
Triage dan Penatalaksanaan Korban/ stabilisasi korban, dan Sistem koordinasi. 2. Peserta Latih mampu memahami konsep penatalaksanaan korban
bencana yang mengalami masalah fisik/trauma fisik
Respon merupakan fase dari usaha penanggulangan bencana, yang dilakukan 3. Mamahsiswa mampu memahami konsep Triage masal dalam situasi
setelah terjadinya kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu kejadian (event). bencana
Respon medis akut (medical emergency respon) merupakan respon di sektor
kesehatan yang dilakukan pada fase akut yang secara umum diartikan sebagai B. Aspek Keterampilan
masa pada minggu pertama setelah terjadi bencana. Untuk dapat melakukan 1. Peserta Latih mampu melakukan penapisan korban masalal
respon medis secara baik, maka diperlukan modalitas tertentu, yaitu berdasarkan model triase Simple Triase And Rapid
kemampuan untuk melakukan tindakan emergensi (emergency medicine) yang Treatmen/Transportation
diterapkan dalam situasi bencana (disaster medicine). Agar modalitas yang 2. Peserta Latih mampu melakukan Penataksanaan korban Gawat darurat
dimiliki dapat memberikan hasil yang optimal, maka diperlukan tindakan untuk mencapai keadaan stabil sebelum di evakuasi ke Rumah sakit
manajemen, yang dikenal sebagai manajemen bencana (disaster management). 3. Peserta mampu mempraktekan penatalaksanaan airways, breathing,
circulation, dissabily, rapid trauma survey, sampai evakuasi
Sehubungan dengan fasenya, respon medis akut tersebut dapat dilakukan di
lapangan (pre hospital phase) atau di rumah sakit (hospital phase). Kedua fase C. Aspek Sikap
tersebut memiliki karakteristik masing-masing, dan dalam suatu area aktifitas Peserta Latih memiliki kemampuan berfikir kritis dalam merespon setiap
respon tersebut manajemen khusus untuk koordinasi vertikal maupun horisontal kondisi yang terjadai selama bencana terjadi
(regional management of health sector responses). Manajemen regional tersebut
dalam struktur organisasi penanggulangan bencana wilayah menjadi tugas dari
komandan sektor kesehatan, yang umumnya diperankan oleh kepala dinas
kesehatan wilayah. Dalam sistim desentralisasi, maka wilayah disini dapat
diartikan sebagai Daerah Tingkat II atau Kabupaten.

1
LOOG BOOK I : Konsep manajemen Bancana di masyarakat

SKENARIO SIMULASI PERTANYAAN JAWABAN

Akibat terjadinya Tsunami di Kabupaten X , jatuh 1. Dalam situasi seperti itu, siapa yang 1. Bupati selaku ketua Satuan Pelaksana Penanggulangan
korban manusia dalam jumlah besar dan kerusakan seharusnya memegang komando usaha Bencana (Satlak PB) seharusnya bertindak sebagai
infrastruktur yang cukup parah. Pusat pelayanan penanggulangan becana di daerah Pimpinan usaha penanggulangan bencana.
kesehatan, yaitu rumah sakit dan puskesmas, tidak tersebut? 2. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku ditempat tersebut.
dapat beroperasi secara maksimal terutama karena 2. Bila Jawaban nomor 1 tidak berada Karena saat itu masalah keamanan merupakan hal yang
kekurangan petugas yang sebagian besar menjadi ditempat/tidak mampu, siapa yang harus menonjol, maka secara alamiah komandan militer
korban tidak langsung, sehingga tidak mampu menggantikan? setempat yang akan mengambil alih komando.
bekerja dengan baik. Dinas Kesehatan tidak bisa 3. Di sektor kesehatan, siapa yang harus 3. Di tingkat Rumah Sakit, komandan adalah ketua tim
berfungsi karena sebab yang sama. Bantuan medis bertindak sebagai komandan, dan apa penanggulangan bencana. Bila belum ada tim, komandan
mengalami kesulitan untuk mencapai daerah yang harus dilakukan? adalah kepala UGD yang harus di backup sepenuhnya
tersebut karena minimnya komunikasi akibat oleh direktur/Kep Pusksmas. Di lapangan, Kepala Dinas
rusaknya jaringan telpon, terputusnya transportasi Kesehatan merupakan person yang paling bertanggung
darat dan udara, rusaknya jembatan-jembatan, tanah jawab. Yang harus dilakukan adalah (a) melakukan
longsor, serta retaknya landasan pacu satu-satunya asesmen secara cepat, (b) meminta pimpinan untuk
bandara di wilayah tersebut. Situasi keamanan yang menyatakan berlakunya prosedur penanggulangan
tidak kondusif menambah kendala bagi tim bantuan bencana, (c) memobilisir sumber daya semaksimal
medis yang bermaksud menuju daerah tersebut. mungkin, dan (d) mencari bantuan.

2
SKENARIO SIMULASI PERTANYAAN JAWABAN
Setelah hampir satu minggu berlalu, tim 1. Dalam keadaan seperti tersebut diatas, 1. Koordinasi dengan pihak luar ( laiason ), keamanan ( safety ),
bantuan medis mulai masuk tanpa koordinasi masalah apa saja yang harus bisa di media, logistik, unit operasional, dana, dan perencanaan. Dalam
yang jelas. Saat itu persediaan makanan kontrol oleh komandan PB tersebut, pelaksanaannya bisa dilakukan sendiri atau dengan dibantu oleh
tersedia dalam jumlah terbatas, logistik medik dan bagaimana pelaksanaannya? staf yang ditunjuk sesuai keperluan.
tidak tersedia lagi, komunikasi hanya dapat 2. Bagaimana pelaksanaan dari masing- 2. Komandan: Menentukan tujuan / target operasi, memimpin
dilakukan melalui radio atau telpon satelit, masing program pada nomor 1 keseluruhan pelaksanaan operasi, serta merencanakan strateji
sedangkan transportasi hanya bisa dilakukan 3. Melihat pentingnya fungsi seorang dan taktik pelaksanaannya.
melalui udara. Sementara itu komandan militer komandan penanggulanan bencana,  Laiason: melakukan komunikasi dan koordinasi dengan
setempat sejak hari pertama telah bertindak syarat apakah yang sebaiknya pihak luar, khususnya tim bantuan medis.
sebagai komandan penanggulangan bencana dipenuhi?  Safety: menyusun suatu rencana pengamanan bagi satuan
di wilayah tersebut. 4. Disektor kesehatan, apa yang harus tugas yang akan melakukan pertolongan pada korban,
dilakukan oleh komandan baik ditingkat pengamanan pada lokasi pertolongan, serta keamanan bagi
wilayah maupun tingkat rumahsakit? korban.
5. Bagaimana koordinasi dan kontrol  Hubungan Masyarakat (Humas): melakukan manajemen
terhadap bantuan medis harus media.
dilakukan?  Dana: melakukan majamen keuangan untuk kelancaran
operasional tim.
 Logistik: Melakukan manajemen logistik medik meliputi
penerimaan, penyimpanan, evaluasi dan distribusi.
 Unit operasional: melakukan tindakan pertolongan pada
korban.
 Perencanaan: melakukan perencanaan terhadap
kelangsungan operasi sesuai situasi yang dihadapi.
3. Seorang komandan sebaiknya mempunyai legitimasi yang jelas
baik secara formal maupun non formal / di masyarakat,
mempunyai kompetensi serta leadership yang kuat, serta
memiliki akses untuk mengontrol sumber daya yang diperlukan.
4. Di tingkat wilayah, komandan harus melakukan pemetaan
terhadap kerusakan yang terjadi / korban, sumber daya yang
masih tersedia, logistik medik yang diperlukan, serta tindakan
yang akan dilakukan. Prioritas operasi adalah koordinasi
penanganan korban fase akut yang sudah tertunda hampir
sepekan. Hal yang sama harus dilakukan oleh komandan di
tingkat RS.
5. Komandan sektor kesehatan wilayah melakukan koordinasi
dengan komandan di RS untuk mendistribusikan serta
mengoptimalkan pemanfaatan bantuan medis yang tiba.
Komandan kesehatan tingkat wilayah bertanggung jawab
kepada komandan wilayah secara keseluruhan.

3
SKENARIO SIMULASI PERTANYAAN JAWABAN
Setelah penanganan fase akut selesai 1. Program apa yang harus dilakukan 1. Perlu perencanaan yang meliputi fase transisi / jangka pendek,
dilakukan dalam waktu kurang lebih dua untuk untuk mengatasi dan fase definitif / jangka panjang. Pada fase transisi,
minggu, maka keadaan di sektor kesehatan ketergantungan pada personel keberadaan personel bantuan tetap diperlukan tetapi secara
berangsur membaik dan memasuki tahap bantuan luar tersebut? bertahap dikurangi. Sementara itu secara bertahap personel
pemulihan (recovery). Keadaan ini tercapai 2. Siapa yang bertanggung jawab lokal harus aktif dilibatkan, sehingga pada suatu saat dapat
karena ditunjang keberadaan tim bantuan terhadap penyusunan rencana diatas, mengambil alih peran tim bantuan medis. Untuk fase definitif,
medis yang ada. Personel lokal terlihat belum dan apa peran masing-masing dari difikirkan untuk mulai menyiapkan personel lokal melalui
mampu untuk mengambil alih tugas yang pemerintah, rakyat dan pihak pemberi pendidikan formal untuk mencapai standar profesi yang
selama ini dilakukan oleh tim bantuan medis. bantuan? diperlukan. Bila para personel ini sudah, maka pelayanan
Masalah lain adalah bantuan logistik medik 3. Bagaimana cara menyelesaikan kesehatan akan dapat berlangsung padatingkat yang lebih baik
maupun non medik yang jumlahnya melebihi masalah kelebihan logistik yang dari sebelumnya.
kebutuhan, dimana sebagian tidak dapat terjadi? 2. Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk menyusun
dimanfaatkan karena tidak sesuai dengan perencanaan untuk memasuki masa pemulihan.
keperluan. 3. Perlu dilakukan langkah-langkah untuk memanfaatkan logistik
bantuan semaksimal mungkin, tanpa melanggar prosedur
birokrasi yang ada. Misalnya memanfaatkan ambulan sebagai
kendaraan operasional. Untuk langkah yang lebih rinci dapat
dilihat pada table top LOGISTIK

4
LOOGBOOK 2 : TRIASE KORBAN MASAL/BENCANA

Pada kasus diatas, untuk merespon kondisi akut kejadian bencana, dikirim tim triase ke lokasi bencana. Pada saat tim triase datang ditemukan ada 20 korban
dalam satu area tertentu, petugas melakukan triase dengan metode START, 14 korban dapat mengevakuasi dirinya sendiri dan berpindah ke lokasi aman,
sehingga tersisa 6 korban dengan kondisi, sebagai berikut :

KONDISI PASIEN Indikator Parameter Pemilihan Triage TRIAGE


Triage Pre Hospital :
1. Tuan x, 50 tahun, ditemukan bersama korban lainnya. Terdapat luka terbuka pada pelipis 1. Call Out ( Bisa bergerak dan berjalan 1. Hijau
seblah kanan dan memegangi tanggannya sebelah kiri. Saat dipanggil-Panggil korban masih
bisa berjalan untuk mendekat ke arah petugas yang berada dilokasi aman (collecting area) .
Frekwensi napas 24 x/menit, CRT , 2 detik, Frekwensi Nadi 72 kali/menit

2. Seorang wanita, dewasa, diperkirakan berusia 30 tahun, Terdapat perdarahan pada hidung dan 2. Respirasi : Tidak berbafas setelah jaw Trus 2. Hitam
telinga. Saat di panggil dengan perintah sederhanan korban tidak berespon, ditemukan kondisi
pernapasan tidak ada, (tidak bernapas) setelah dilakukan tindakan buka jalan napas dengan
teknik jaw trust, tetap tidak bernapas. Nadi radial tidak teraba, capilari refill 4-5 detik
3. Sirkulasi : Nadi Tidak teraba
3. Seorang perempuan paruh baya, usia diperkirakan 45 tahun, Korban tidak berespon terhadap 3. Merah
panggilan dan perintah sederhana. Saat di periksa ditemukan kondisi pernapasan tidak ada,
(tidak bernapas) setelah dilakukan tindakan buka jalan napasnya dan perbaikan posisi dengan
teknik head tilt dan chin lip, korban dapat bernafas dengan frekwensi nafas 24 x/menit, nadi
radial tidak teraba dan Capilary refill > 4-5 detik.
4. Respirasi : 40 x/menit
4. Seorang laki-laki dewasa, diperkirakan berusia 35 tahun Korban diam saja saat dipanggil dan 4. Merah
diperintah dengan perintah sederhana. Saat di periksa ditemukan pernapasan tidak ada, (tidak
bernapas), terdapat fraktur terbuka 1/3 distal pada tulang ulna, terdapat perdarahan sekitar
tangan dan kaki, Selanjutnya dilakukan tindakan buka jalan napas, dengan teknik head tilt
dan chin lip, Korban dapat bernapas 40 kali /menit. Capilary refill > 3-4 detik dan nadi radial
tidak teraba.
5. Simple Conmmand : Bereaksi pada perintah
5. Seorang laki-laki remaja, diperkirakan berusia 19 tahun, Saat di periksa ditemukan kondisi sederhana 5. Kuning
korban mengalami luka pada bahu sebelah kanan dan terdapat jejas disekitar punggung
sampai perut. korban dapat bernapas 28 x /menit. Teraba nadi radial, Capilary refill 3-4
detik. Korban dapat berespon ketika diminta mengangkat tangannya yang mengalami
perdarahan dan menganguk ketika diminta untuk tetap tenang.
6. Simple Command : tidak berespon pada
6. Seorang laki-laki lanjt usia, diperkirakan berusia 60 tahun, Tidak berespon ketika diminta Perintah sederhana 6. Merah
untuk berjalan. Saat di periksa ditemukan kondisi dapat bernapas 20 kali x /menit. Nadi radial
teraba Capilary refill < 2 detik. saatt diminta untuk menggenggam tangannya, korban tidak
dapat melakukannya, Kesadaran TIDAK dapat berespon pada panggilan/ perintah sederhana.

5
LOOGBOOK 3 : Stabilisasi Korban

KONDISI PASIEN Tindakan Minimal yang Harus dilakukan


Primary Survey Rapid Trauma Survey

Salah seorang pasien Pasien 1. Memastikan Keamanan (Danger) 1. Nilai tingkat kesadaran pasien
seorang laki-laki 35 Tahun keadaan  Menggunakan alat pelindung diri (APD) menggunakan skala Glasgow
umum tampak tidak sadar dalam  Memastikan tempat datar dan kering Coma Scale (GCS) (dapat
keadaan Terlentang. Tampak luka  Memastikan Keamanan Lingkungan dilakukan secara simultan dengan
laserasi di area dahi korban,  Memastikan keamanan pasien dengan Immobilisasi Cerfikal dengan tindakan primery survey jika
tampak suara nafas gurgling tangan penolong lebih dari 2 orang)
disertai bekas muntahan cairan 2. Memeriksa kesadaran dengan dengan rangsang Verbal, dilanjutkan dengan 2. Melakukan manajemen Respirasi
lambung. Belum nampak deviasi Rangsang Nyeri dengan memasang oksigen
trackhea maupun distensi Vena 3. Meminta bantuan dengan mengaktifkan EWS (Memanggil teman atau 3. Melakukan manajemen sirkulasi :
Jugolaris. Nafas tampak cepat dan menelpon pelayanan kesehatan)  Memasang infus dan
dangkal frekuensi 32x/menit, Nadi 4. Memasang neck collar sesuai dengan ukuran panjang leher pasien resusitasi cairan
112x/menit dengan pulsasi lemah, 5. Memeriksa sirkulasi dengan :  Menghentikan perdarahan
TD 90/50mmhg, tampak jejas  Memeriksa kemungkinan adanya perdarahan  (dapat dilakukan secara
disertai luka terbuka di area costa  Memeriksa nadi Carotis simultan dengan tindakan
3,4,5, sinistra disertai sucking  Jika nadi tidak teraba lakukan RJP sesuai Algoritme primery survey jika
wound di lobus paru dekatra 6. Melakukan kompresi dada sebanyak 30 kali dengan kecepatan 100 - 120 penolong lebih dari 2 orang)
disertainafas paradoksal, tampak x/menit, dan kedalaman minimal 5 - 6 cm. 4. Melakukan manajemen trauma
tulang cruris dextra tidak simetri, 7. Mengkaji kemungkinan adanya sumbatan jalan napas (look-listen-feel)  Membalut Luka
krepitasi (+) saat dipalpasi, disertai 8. Membuka dan Membersihkan Jalan nafas :  Membidai Trauma/ Fraktur/
open fraktur di tulang radialis  Melakukan Finger sweap bila ada darah/ cairan di mulut pasien, atau patah
sinistra 1/3 distal dengan miringkan pasien dengan loggroll bila pasien tiba-tiba muntah atau  (Dapat dilakukan secara
perdarahan masif, akral dingin, dicurigai fraktur basis crani’i simultan dengan tindakan
pupil an isokhor. Pasien 9. Membuka Jalan Nafas : primery survey jika
mengalami multiple trauma  Lakukan Head tilt & chin lift atau jika ada trauma kepala/ cervikal penolong lebih dari 2 orang)
lakukan Jawtrhust 5. Melakukan evakuasi dengan
10. Melakukan Ventilasi tekanan Positif (VTP) awal sebanyak 2 kali teknik yang benar
11. Melakukan Resusitasi Jantung Paru (RJP) sebanyak 5 siklus dengan  (mengangkat dan
perbandingan kompresi dada : VTP sebanyak 30 : 2 memindahkan ke tandu)
(kompresi dada sebanyak 30 kali dengan kecepatan 100 - 120 x/menit, dan
kedalaman minimal 5 - 6 cm.)
12. Mengevaluasi nadi karotis setelah dilakukan 5 siklus
13. Jika nadi carotis teraba :
 Mengkaji ulang pernapasan pasien, melakukan rescue Breathing
sampai pernapasan stabil
14. Posisikan korban dalam posisi nyaman

Anda mungkin juga menyukai