Anda di halaman 1dari 8

JESS 6 (1) (2017)

Journal of Educational Social Studies

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jess

Kearifan Lokal Rumah Tradisional Aceh sebagai Warisan Budaya untuk Mitigasi
Bencana Gempa dan Tsunami

Hairumini , Dewi Liesnoor Setyowati & Tjaturahono Budi Sanjoto

Prodi Ilmu Pengetahuan Sosial, Pascasarjana, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel Aceh rentan terhadap bencana diperlukan pengetahuan sejak dini berkenaan dengan
Diterima: mitigasi bencana yang tertanam pada masyarakat. Masyarakat Aceh sendiri sebenarnya
September 2016
telah memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang jika dikaji dan dimaknai telah mengajarkan
Disetujui:
masyarakat untuk siap dalam menghadapi bencana dengan warisan budaya rumah
Oktober 2016
Dipublikasikan: tradisional Aceh yang disebut Rumoh Aceh. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
Juni 2017 nilai-nilai kearifan lokal rumah tradisional Aceh untuk mitigasi bencana gempa dan
________________ tsunami, dan menganalisis persepsi masyarakat dalam mempertahankan (pengetahuan,
Keywords: sikap dan perilaku) kearifan lokal rumah tradisional Aceh. Metode yang digunakan
local wisdom, traditional dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
acehnese house, mitigation rumoh Aceh memiliki nilai-nilai kearifan lokal untuk mitigasi bencana gempa dan tsunami.
____________________ nilai-nilai kearifan lokal tersebut ada pada komponen bentuk bangunan dan upacara adat
rumoh Aceh. Pengetahuan, sikap dan perilaku kearifan lokal rumoh Aceh mengajarkan
masyarakat beradaptasi, peduli warisan budaya, dan membentuk sistem kekeluargaan
sosial.

Abstract
___________________________________________________________________
Aceh is vulnerable region toward disasters. It required knowledge early related to disaster mitigation
which embedded in society. Actually Acehnese has values of local wisdom that if studied and
interpreted has taught people to be ready to face disasters with traditional Acehnese house as cultural
heritage which called Rumoh Aceh. This study was carried out to analyze the values of local wisdom
of traditional Acehnese house for earthquake and tsunami disaster mitigation, and to analyze the
perception of the society in maintaining (knowledge, attitudes and behavior) local wisdom of
traditional Acehnese house; The method used in this research is qualitative methods. The results
showed that local wisdom of Rumoh Aceh has the values to mitigate earthquake and tsunami. The
values of Rumoh Aceh present on the component building forms and ceremonies. Knowledge,
attitudes and behavior of local wisdom Rumoh Aceh will teach people to adapt, care of cultural
heritage, and establishing a system of social family.

© 2017 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: p-ISSN 2252-6390
Kampus Unnes Kelud Utara III, Semarang, 50237
e-ISSN 2502-4442
E-mail: hairu_mini@yahoo.co.id

37
Hairumini, Dewi Liesnoor Setyowati & Tjaturahono Budi Sanjoto / JESS 6 (1) (2017) : 37 - 44

PENDAHULUAN korban tsunami yang selamat mengemukakan


rumah Aceh yang berjarak kira-kira dua
Bencana alam membawa dampak yang kilometer dari bibir pantai masih berdiri dengan
merugikan bagi kehidupan manusia oleh karena kokoh, dibandingkan dengan rumah-rumah
itu diperlukan upaya-upaya antisipasi dengan lainnya yang mengalami kerusakan”. Sedangkan
mitigasi bencana. Khususnya Pada daerah yang Analisis struktur rumoh Aceh pernah diuji secara
memiliki tinggkat bahaya tinggi serta memiliki laboratorium melalui perhitungan SAP 2000
kerentanan atau kerawanan tinggi. Upaya simpulan dalam penelitian tersebut “Rumoh Aceh
mitigasi bencana tidak akan memberi dampak terbukti mampu bertahan dari gempa karena
yang luas jika manusia memiliki ketahan struktur utama yang kokoh dan elastis. Kunci
terhadap bencana (disaster resillience) Wahana kekokohan dan keelastisan menyebabkan bentuk
(2015). bangunan takmudah patah, namun hanya
Di Indonesia tersebar bentuk-bentuk terombang-ambing saat gempa, kemudian tegak
rumah tradisional yang menjadi kekayaan atau bangunan terangkat ke atas yang selanjutnya
budaya yang terbentuk berdasarkan kearifan jatuh kembali ke tempatnya” (Wahyuni, 2015).
lokal yang diwariskan secara turun temurun. Berdasarkan hasil simpulan memberikan
Kearifan lokal adalah salah satu upaya dapat penjelasan keelastisan rumoh Aceh menyebabkan
dilakukan dalam mengurangi dampak bencana rumah tradisional Aceh dikenal sebagai rumah
mengingat kearifan lokal lahir dari kemampuan tahan gempa dan tsunami. Mengigat gempa bumi
manusia dalam memahami lingkungan untuk dan tsunami membawa dampak yang merugikan
mampu bertahan hidup. Hal yang sama juga bagi kehidupan manusia oleh karna itu
dikemukakan oleh Meinarno (2011) kearifan diperlukan upaya-upaya antisipasi dengan
lokal “merupakan cara dan praktek yang mitigasi bencana.
dikembangkan oleh sekelompok masyarakat Dewasa ini, keberadaan rumah tradisional
yang berasal dari pemahaman mendalam mereka Aceh sangat memprihatinkan. Dikatakan
akan lingkungan setempat yang terbentuk dari memprihatinkan karena rumah tradisional Aceh
tempat tinggal tersebut secara turun temurun”. yang pernah ada kini hampir punah, rumah yang
Berdasarkan pengertian di atas dapat masih tersisa tidak ada yang merawatnya.
disimpulkan bahwa, kearifan lokal yang lahir dari Masyarakat yang tergolong mampu juga hampir
pemahaman dan pengalaman masyarakat tidak ada lagi yang membangun rumah
tradisional terhadap lingkungan alam memiliki tradisional Aceh, bahkan lebih memilih
kemampuan dalam mengurangi resiko dampak membangun rumah modern. Seiring dengan
bencana. Menurut Muetia (dalam Yusuf, 2015) kemajuan dan perkembangan teknologi saat ini
kearifan lokal rumah tradisional yang merespon turut mempengaruhi nilai-nilai budaya yang
alam telah menghasilkan bangunan dengan terkandung dalam kearifan lokal rumah
teknologi sederhana, sebagai mana diketahui tradisional Aceh. Menurut Suryana (2016) nilai-
rumah tradisional tersebut tidak pernah nilai budaya dimasyarakat Aceh mulai memudar
direncanakan untuk suatu bangunan rumah yang dari generasi kegenerasi. Dampak perubahan
tahan gempa dan tsunami, meskipun demikian yang muncul menyebabkan keberadaan rumoh
rumah tradisional tetap berdiri kokoh saat terjadi Aceh saat ini sulit ditemukan, karna masyarakat
gempa dan tsunami. Hal ini telah dibuktikan oleh umumnya membangun rumah modern. Kondisi
rumah tradisional Aceh “Rumoh Aceh” yang seperti ini sangat mengkhawatirkan dan
berada di wilayah rawan bencana. memberikan dampak kepada jumlah rumah
Penelitian terdahulu oleh Ruliani (2014) tradisional Aceh yang semakin berkurang
menarik simpulan “Weuraya merupakan salah jumlahnya. Jika tidak segera dilindungi
satu wilayah di Aceh yang mengalami dampak keberadaannya serta dilestarikan bukan tidak
tsunami sangat parah. Menurut penuturan salah mungkin, suatu saat generasi muda Aceh, tidak
seorang saksi mata yang merupakan salah satu

38
Hairumini, Dewi Liesnoor Setyowati & Tjaturahono Budi Sanjoto / JESS 6 (1) (2017) : 37 - 44

lagi mengenal lebih dekat salah satu identitas pemerintahan Gampong Lubuk Sukon.
warisan budaya. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik
Rumah tradisional Aceh memiliki peran observasi, dokumentasi, dan wawancara.
dalam mitigasi bencana untuk daerah rawan Penelitian ini menggunakan model Analisis data
bencana. Oleh karena itu rumah tradisional Aceh Spradley (2006). Tahapan tersebut dilakukan
sebagai warisan budaya perlu dipugar, dipelihara selama proses pengumpulan data penelitian,
dan dilestarikan. Untuk menggali lebih dalam dimulai dari analisis domain, analisis taksonomik
bentuk rumah tradisional Aceh filosofi, mitigasi dan analisis komponensial.
bencana dan sosialnya, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian secara lebih HASIL DAN PEMBAHASAN
mendalam yang dituangkan dalam bentuk karya
ilmiah Tesis dengan judul “Kearifan lokal rumah Rumah tradisional Aceh adalah rumah
tradisional Aceh sebagai warisan budaya untuk kayu berbentuk rumah panggung yang dapat
mitigasi bencana gempa dan tsunami”. dibongkar pasang sehingga mudah dipindahkan
Penelitian ini bertujuan untuk ke tempat lain. Menurut Meutia (dalam Yusuf,
(1) Menganalisis nilai-nilai kearifan lokal rumah 2015) rumah tradisional Aceh didirikan di atas
tradisional Aceh untuk mitigasi bencana gempa tiang-tiang bulat yang diletakkan di atas pondasi
dan tsunami, (2) Menganalisis persepsi batu. Setiap bagian-bagian pembentuk rumah
masyarakat dalam mempertahankan tradisional Aceh dihubungakan dengan
(pengetahuan, sikap dan perilaku) kearifan lokal sambungan menerus yang diperkuat dengan
rumah tradisional Aceh. (3) Mengkaji peran pasak dan ikatan tali ijuk. Masing-masing bagian
orang tua dalam pewarisan budaya lokal rumah rumah tradisional Aceh saling mendukung untuk
tradisional Aceh. mempertahankan konstruksinya terhadap
goncanggan gempa yang terjadi. Oleh karna
METODE itu rumah tradisional Aceh memiliki
keunggulan secara struktur dalam merespon
Penelitian ini menggunakan pendekatan gempa. (Gambar 1)
penelitian kualitatif dengan berusaha
memecahkan masalah dan menggambarkan
problematika yang terjadi. Informan penelitian
ini terdiri dari 2 tokoh adat, 3 tokoh masyarakat,
5 anggota masyarakat, 2 forum komunikasi
pemudi gampong/desa, 2 PNS (Pegawai Negeri
Sipil), 1 akademisi (Dosen) dan 1 staf bidang
Adat dan Nilai Budaya dari Dinas Kebudayaan
dan Pariwisata Aceh. Untuk mengupas Gambar 1. Kerangka Bagunan Rumah
permasalahan peneliti mengunakan sumber Tradisional Aceh
tertulis yang di dapatkan peneliti di lapangan
antara lain; beberapa data hasil warkshop rumah Menurut Meutia (2008) sistem struktur
tradisional sub-etnis di Aceh dari Dinas bentuk rumah tradisional Aceh dalam merespon
Kebudayaan dan Pariwisata Aceh. Data yang gempa “hasil pengamatan pengujian maket
diperoleh berupa pandangan pakar budaya model rumah tradisional Aceh terhadap gaya
terkait upaya pelestarian rumah tradisional Aceh gempa, terlihat bahwa sistem struktur dalam
yang telah diseminarkan, data referensi kondisi setabil dalam hal ini masing-masing
inventarisasi dan dokumentasi daerah Aceh dari sambungan yang berbentuk struktur rumah
Balai Pelestarian Cagar Budaya Aceh, data tradisional Aceh terikat dengan baik. Hanya pada
kecamatan dalam angka dari Badan Pusat bagian-bagian yang tidak terikat, seperti dudukan
Statistik Aceh dan data monografi gampong dari konstruksi yang menyebabkan secara

39
Hairumini, Dewi Liesnoor Setyowati & Tjaturahono Budi Sanjoto / JESS 6 (1) (2017) : 37 - 44

keseluruhan konstruksi bergeser atau berpindah pernah melaukan penelitian terkait arsitektur
dari posisi dudukan awal”. rumah Aceh, mengatakan kemampuan rumah
Berdasarkan hasil pengamatan di atas Aceh bertahan saat terjadi gempa dan tsunami
menunjukan bahwa suatu konstruksi/bentuk tahun 2004 lalu “menurut penuturan cerita warga
rumah harus mempunyai ikatan yang baik pada masyarakat di Gampong (Desa) Kedah Kota Bada
setiap joint atau hubungan-hubungan yang Aceh yang berjarak dua kilometer dari bibir
membentuk suatu struktur. Gaya gempa dapat pantai mengatakan diantara rumah-rumah yang
menyebabkan bangunan tergelincir dari pondasi roboh diterjang tsunami terdapat rumoh Aceh
bangunan, Jika bangunan terikat dengan baik yang masih berdiri kokoh rumah tersebut
pada pondasinya akan memberikan kemampuan dinaikki oleh sejumlah orang di dekat rumoh Aceh
pondasi menahan dirinya sendiri terhadap untuk berlindung dari gempa dan tsunami 2004
pergeseran bangunan saat terjadi gempa bumi. silam, berdasarkan penuturan masyarakat dapat
Tiang (tameh) memiliki peran penting disimpulkan bahwa rumah Aceh semakin
dalam mitigasi bencana (banjir, gempa bumi dan memiliki beban kuat di atas akan menekan
tsunami). Hal ini dikarenakan pusat kekokohan kekuatan pada kerangka rumah Aceh dengan
bangunan terletak pada tiang-tiang rumah pusat posisi tumpu ada pada tiang, sehingga tiang
tradisional Aceh, material untuk tiang adalah akan kokoh dan mampu bertahan dari besarnya
jenis material pohon dengan kelas kuat dan kelas tsunami yang datang.
awet terbaik. Berdasarkan beberapa penjelasan di atas
Berdasarkan pengalaman kejadian gempa dapat disimpulkan bahwa tiang-tiang rumoh Aceh
dan tsunami di Aceh, tiang rumoh Aceh mampu yang sifatnya terbuka memiliki peran penting
meloloskan air laut saat terjadi tsunami. Ruliani dalam mitigasi bencan banjir dan tsunami. Hal
(2014) menarik simpulan “Weuraya merupakan ini dikarenakan air dapat lolos tanpa ada
salah satu wilayah di Aceh yang mengalami penghalang dengan demikian rumoh Aceh selamat
dampak tsunami sangat parah. Menurut dari ancaman bencana. Beberapa lokasi pasca
penuturan salah seorang saksi mata yang bencana gempa dan tsunami juga telah
merupakan salah satu korban tsunami yang memperlihatkan kekokohan bangunan rumah
selamat mengemukakan rumah Aceh yang tradisional Aceh yang selamat dari ancaman
berjarak kira-kira dua kilometer dari bibir pantai bencana tersebut.
masih berdiri dengan kokoh, dibandingkan Berikut ini adalah bentuk bangunan rumah
dengan rumah-rumah lainnya yang mengalami tradisional Aceh yang memiliki peran dalam
kerusakan”. Meutia selaku akademisi yang mitigasi bencana gempa dan tsunami.

Tabel 1. Peran Betuk Bangunan Rumoh Aceh untuk Mitigasi Bencana


Nama bentuk
No. Mitigasi bencana
bangunan
1 Tiang, Tsunami dapat lolos pada bangunan tradisional Aceh melalui kolong rumah
ornamen/ yakni tempat tiang berdiri, badan rumah yakni melalui ukiran ornamen
ukiran dan rumah dan bagian atas rumah yakni atap rumah yang menghadap ke laut
atap
2 Tali ijuk dan Setiap bagian-bagian pembentuk rumah tradisional Aceh dihubungkan
pasak dengan sambungan menerus serta diperkuat dengan tali ijuk dan pasak
tanpa paku. Membuat rumah lentur (fleksibel dan tidak kaku ) sehingga
mampu mengikuti arah gerakan gempa. Masing-masing bagian saling
mendukung untuk mempertahankan konstruksinya terhadap goncangan
gempa.

40
Hairumini, Dewi Liesnoor Setyowati & Tjaturahono Budi Sanjoto / JESS 6 (1) (2017) : 37 - 44

Berdasarkan tabel 1, menjelaskan rumoh tersebut adalah upacara sebelum mendirikan


Aceh untuk mitigasi bencana terletak pada bentuk bangunan, saat mendirikan bangunan rumah dan
konstruksi bangunan rumah. Bentuk rumah sesudah mendirikan bangunan. Kearifan lokal
tradisional Aceh telah menjadi kearifan lokal upacara adat terdapat pengetahuan dan
yang khas di daerah Aceh dalam menyikapi pemahaman pada masyarakat dalam memilih
bencana. material bangunan rumah tradisional Aceh,
Selain peran dari bentuk rumah tradisional sehingga akan berpengaruh kepada kekuatan
Aceh dalam mitigasi bencana, masyarakat bangunan (menghadapi bencana). Berikut ini
tradisional Aceh juga memiliki kearifan lokal adalah kearifan lokal pada bangunan rumah
upacara adat. Menurut Leigh (1989) masyarakat tradisional Aceh menurut upacara adat dan
tradisional Aceh melakukan upacara adat dalam hukum pewarisan adat sebagai berikut:
mendirikan bangunan adapun upacara-upacara

Tabel 2. Kearifan Lokal Rumah Tradisional Aceh


No Kearifan lokal Aktifitas masyarakat Bentuk pelestarian
1 Upacara sebelum Bermusyawarah Pengawetan alami komponen
mendirikan bangunan menentukan hari baik bulan tiang rumah tradisional Aceh
rumah tradisional Aceh baik bersama dengan tokoh sehingga mampu bertahan
(perhitungan menentukan adat, tokoh agama dan 200 tahun
hari baik dan bulan baik tokoh pemerintahan
menebang pohon untuk gampong
tiang rumoh Aceh)
2 Pemilihan tiang rumah Upacara kenduri rumah Pelestarian pohon dari
tradisional Aceh (tameh tradisional Aceh ketika kepunahan untuk tiang rumah
raja dan tameh putroe) mendirikan bangunan rumoh Aceh dengan kelas kuat satu
Aceh yaitu upacara tanom yaitu pohon bak thu bak maneh
kurah dan upacara peusejuek
3 Aturan adat (memberikan Penyerahan rumah Pelestarian rumah tradisional
hadiah pernikahan rumah tradisional Aceh dihadapan, Aceh dengan sifat masyarakat
tradisional Aceh untuk tokoh agama dan tokoh yang exualilokal agar
anak perempuan yang pemerintahan gampong. melindungi rumah adat dari
menikah) kepunahan
4 Aturan adat menanam Menanam pohon sesuai Menanam pohon dan tidak
pohon untuk tiang rumah dengan banyaknya jumlah menebang pohon di hutan
tradisional Aceh (jika satu ruang rumah Aceh yang sehingga ekosisitem hutan
keluarga dikaruniai anak akan dibangun saat si-anak tetap lestari.
perempuan) menikah. Umumnya
masyarakat menanam 16
hingga 24 pohon

Berdasarkan tabel 2, menjelaskan kearifan rumah tradisional Aceh. Persentase pendapat


lokal rumah tradisional Aceh pada upacara adat masyarakat ini di peroleh dari 14 informan. Dari
rumah tradisional Aceh ditemukan nilai-nilai data yang diperoleh, secara umum berdasarkan
kearifan lokal terdapat pada upacara sebelum persentase, maka dapat diketahu bahwa
mendirikan bangunan dan saat mendirikan pengetahuan aturan adat tidak menebang pohon
bangunan rumah. Pengetahuan tradisional yang di hutan untuk tiang rumah Aceh dan jenis pohon
dimiliki masyarakat telah mengajarkan untuk tiang adalah pohon dengan kelas awet dan
masyarakat Aceh beradaptasi dengan alam, kuat satu sebanyak 100% dari jawaban
dengan tidak merusak ekosistem hutan. 14 informan, maka lebih besar dibandingkan
Pada gambar 2, menunjukan pengetahuan dengan pengetahuan menebang pohon dihari
aturan adat pada kearifan lokal membangun

41
Hairumini, Dewi Liesnoor Setyowati & Tjaturahono Budi Sanjoto / JESS 6 (1) (2017) : 37 - 44

baik dan bulan baik menurut adat sebanyak 80% dari jawaban 11 informan.

120%

100%

80%
Tidak menebang pohon di hutan untuk
tiang rumah Aceh
60%
Jenis pohon untuk tiang adalah pohon
dengan kelas awat dan kuat satu
40%
Menebang pohon dihari baik dan bulan
baik menurut adat
20%

0%
Persepsi pengetahuan masyarakat kearifan lokal rumoh
Aceh

Gambar 2. Grafik Pengetahuan Aturan Adat Terkait Kearifan Lokal Rumoh Aceh

Kekuatan dan keunikan rumah tradisional dan ornamen-ornamen yang indah serta nilai-
Aceh telah menjadi kekayaan budaya yang perlu nilai filosofi yang tinggi berbasis nilai-nilai
dijaga dan dilestarikan. Namun sangat keagamaan (ajaran islam) pada rumah rumoh
disayangkan Rumoh Aceh yang dijadikan hunian Aceh. Sudah seharusnya dibutuhkan kesadaran
oleh masyarakat tradisional, saat ini untuk melestarikan warisan budaya.
keberadaanya sendiri sudah tidak diminati lagi Berikut ini adalah hasil wawancara
oleh masyarakat, perubahan budaya dan peneliti dalam mengakaji alasan-alasan
ekonomi masyarakat turut mempengaruhi masyarakat untuk memilih membangun rumah
keberadaan rumoh Aceh. Sehingga rumoh Aceh modern dari pada membangun rumah tradisional
yang fungsinya sudah mulai tergeser dari hunian Aceh. Peneliti menyimpulkan alasan masyarakat
menjadi warisan budaya Aceh. Terkait dengan tersebut sebagai berikut, berdasarkan Tabel 3,
warisan budaya yang ditinggalkan juga pernah menjelaskan alasan masyarakat memilih
dilakukan penelitian terdahulu oleh Prasetyo membangun rumah modern dari pada
(2014) adapun hasil penelitian tersebut “Rumah membangun rumah tradisional Aceh. Hal ini
tradisional lontiok (salah satu rumah tradisional dipengaruhi oleh keberadaan tukang (ahli),
melayu) terancam punah karna ditinggalkan oleh ekonomi dan gaya hidup. Kurangnya minat
orang-orang lokal, dengan semakin generasi muda menekuni profesi tukang rumah
berkurangnya peminat rumah tradisional saat ini tradisional memberikan dampak kepada semakin
memperlihatkan bagaimana upaya pelestarian langkanya tukang (ahli). Kelangkaan bahan dan
warisan budaya sangat dibutuhkan untuk mahalnya material bangunan rumah tradisional
menjaga warisan budaya dari kepunahan”. mempengaruhi minat masyarakat untuk
Berdasarkan penelitian terdahulu membangun rumah tradisional. Konsep hunian
menjelaskan bagaimana keberadaan rumah yang berkembang di masyarakat dahulu tentu
tradisional suku lain di Indonesia saat ini berada berbeda dengan konsep hunian masyarakat Aceh
di ambang kepunahan. Hal ini tentu saja harus sekarang. Hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup
disikapi dengan upaya pelestarian warisan masyarakat yang cenderung memilih sesuatu
budaya. Merujuk kepada kekokohan bangunan yang lebih praktis.
terhadap bahaya gempa dan tsunami, seni ukir

42
Hairumini, Dewi Liesnoor Setyowati & Tjaturahono Budi Sanjoto / JESS 6 (1) (2017) : 37 - 44

Tabel 3. Alasan Masyarakat Memilih Membangun Rumah Modern


Faktor yang
No Alasan masyarakat
mempengaruhi
1 Tukang Membangun rumah tradisional Aceh membutuhkan tukang (ahli membangun
rumah) yang khusus. Saat ini tukang ahli dalam pembuatan rumah tradisional
Aceh semakin sulit di temukan.
2 Ekonomi Kelangkaan dan mahalnya material bangunan rumah tradisional mempengaruhi
minat masyarakat.
3 Gaya Hidup Perubahan modernisasi dan globalisasi mempengaruhi pola pikir masyarakat
yang menganggap konsep rumah tradisional Aceh tidak kekinian.

Untuk mempertahankan warisan budaya bencana gempa dan tsunami, dapat disimpulkan;
rumah tradisional Aceh, maka dibutuhkan kerja rumah tradisional Aceh memiliki nilai-nilai
sama antara masyarakat dan pemerintah dalam kearifan lokal untuk mitigasi bencana gempa dan
mewujudkan kembali identitas jati diri tsunami. Nilai-nilai kearifan lokal tersebut ada
masyarakat Aceh dan untuk generasi yang akan pada bentuk bangunan dan upacara adat.
datang. Persepsi masyarakat terhadap objek Material komponen rumah Aceh yang tidak kaku
rumah tradisional Aceh sebagai warisan budaya membuat rumah Aceh tahan gempa.
dalam mitigasi bencana dan pariwisata Kemampuan fungsi bentuk rumah Aceh untuk
memberikan respon positif. Masyarakat merespon terhadap tsunami dibagi menjadi tiga
mengetahui peran berdirinya bangunan rumah bagian yakni atap, badan dan kolong rumah.
tradisional Aceh bagi kehidupan sosial dan Konteks kearifan lokal rumah tradisional Aceh
budaya. Hal ini dapat terlihat dari hubungan ketika berintreraksi dengan arus budaya modern
pengetahuan, sikap dan perilaku yang dapat terjadi tarik menarik antara nilai kualitas budaya
ditemukan di lingkungan masyarakat saat ini lokal dari penempilan formal budaya modern,
dalam menyikapi arus perubahan modernisasi. dari interaksi itu justru mampu berperan sebagai
Dalam konteks kearifan lokal rumah mitigasi bencana gempa dan tsunami dengan
tradisional Aceh, ketika berintreraksi dengan arus menambah kesempurnaan nilai keindahan
budaya modern terjadi tarik menarik antara nilai rumah tradisional Aceh.
kualitas budaya lokal dengan penampilan formal
budaya modern, dari interaksi itu masyarakat DAFTAR PUSTAKA
Aceh di Gampong Lubuk Sukon mengambil jalan
tengah, dalam arti menerima pengaruh budaya Leigh, B. 1989. Hands of Time The Craftsof Aceh (Tangan-
modern akan tetapi mempertahankan rumah Tangan Terampil Seni Kerajinan Aceh). Jakarta:
tradisional yang ada karena di samping sebagai Djambatan.
Meinarno, E.A., Widianto, B., dan Halida, R. 2011.
mitigasi bencana gempa dan tsunami dan
Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat.
dipandang mampu menambah nilai keunikan
Jakarta: Salemba Humanika.
rumah tradisional Aceh. Namun demikian perlu Meutia, E., Izziah., dan Nasution, B. 2008. Kajan
juga dilakukan berbagai perbaikan karena banyak Elemen-Elemen Pembentuk Struktur Rumah
terjadi perubahan pada kehidupan masyarakat Tradisional Aceh dalam Merespon Gempa.
dan para pengambil kebijakan pengampu Laporan Penelitian Dosen Muda. Banda Aceh:
pembangunan di bidang kebudayaan dan Jurusan Arsitektur FT Unsyiah.
pariwisata dapat memperhatikan pengambilan Prasetyo, Y.H., Alfata, M., Nur F., dan Pasaribu, A.R.
keputusan dengan realita di lapangan. 2014. Typology of Malay Tradisional House
Rumah Lontiok and its Response to the Termal
Environment. Journal Published by Elsevier B.V.
SIMPULAN Hal:162-171. www.sciencedirect.com
Berdasarkan hasil penelitian dan Ruliani. 2014. Nilai-nilai Kearifan Lokal Arsitektur
pembahasan, kearifan lokal rumah tradisional Rumah Tradisional Aceh sebagai Sumber
Aceh sebagai warisan budaya untuk mitigasi Belajar Mitigasi Bencana pada Materi

43
Hairumini, Dewi Liesnoor Setyowati & Tjaturahono Budi Sanjoto / JESS 6 (1) (2017) : 37 - 44

Pembelajaran Geografi. Tesis. Universitas Wahyuni, E. 2015. Vulnerability Assessment of


Pendidikan Indonesia. Reinforced Concrete Building Post
Spradley, J.P. 2006. Metode Etnografi, diterjemahkan Earthquake. Journal Published by Elsevier B.V.
oleh Misbah Julfa Elizabeth. Yogyakarta: Tiara Hal:76-82. www.sciencedirect.com
Wacana. Yusuf, J., dan Lafran. 2015. Rumah Tradisional Etnis-
Suryana, E. 2016. Kearifan Lokal ‘Rumah Aceh’. etnis di Aceh. Banda Aceh: Dinas Kebudayaan
Serambi Indonesia. www.tribunnews.com dan Pariwisata Aceh.
Wahana. 2015. Pedoman SIG untuk Mitigasi Bencana.
Jakarta: PT Elex Media Komputindo.

44

Anda mungkin juga menyukai