Anda di halaman 1dari 12

Kearifan Lokal Masyarakat Sunda dalam Memitigasi

Aplikasinya sebagai sumber belajar .... (Enok Maryani) ISSN 1412-565 X

KEARIFAN LOKAL MASYARAKAT SUNDA DALAM MEMITIGASI BENCANA


DAN APLIKASINYA SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN IPS BERBASIS NILAI

Enok Maryani, dan Ahmad Yani


email: enokmayani@upi.edu/emaryani@yahoo.com
Dosen Jurusan Pendidikan Geografi Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK
Pendidikan yang berbasis pada budaya lokal dengan berbagai kearifan akan lebih baik untuk membentuk watak
dan mengembangkan potensi diri daripada pendidikan yang bersumber dari budaya di luar peserta didik. Penelitian
ini memiliki tujuan untuk menginventarisasi, orientasi, dan interpretasi kearifan lokal yang hidup pada masyarakat
dan budaya Sunda. Tempat penelitian berada di lima lokasi komunitas adat di Jawa Barat dan Banten yaitu Desa
Pangandaran, Kampung Kuta, Kampung Naga, Ciptagelar, dan Kanekes. Kesimpulan yang dapat ditarik dari
hasil penelitian ini adalah bahwa: Setiap masyarakat adat pada kebudayaan Sunda memiliki bentuk kearifan lokal
yang sangat signifikan dalam memitigasi bencana. Pada umumnya masyarakat adat sudah menyadari bahwa jika
lingkungan rusak maka akan ditimpa bencana, walaupun cara pemeliharaannya melalui mitos dan aturan adat.Hasil
penelitian berupa interpretasi kearifan lokal yaitu ada tiga yaitu (1) Bangunan Rumah Bambu; (2) Tata Ruang &
Zonasi Penggunaan Lahan dalam Skala Mikro; (3) Pengelolaan Lahan Secara Ramah Lingkungan. Rekomendasi
penelitian ini adalah bahwa kearifan lokal sangat layak untuk dijadikan bahan ajar di sekolah dengan berbagai
bentuknya baik berupa narasi, cerita, maupun komik.
Kata Kunci: kearifan lokal, bahan ajar, sunda, bencana, mitigasi

ABSTRACT
Education based on the local culture with a variety of wisdom would be better to form the character and develop
the self potential than education which sourced from culture of the outside of learners or students. This study has
the purpose to inventory, orientation, and interpretation of local wisdom from the people which living in Society
and culture on Sundanesse. Research site located in five locations indigenous communities in West Java and Banten
that is Pangandaran Village, Kuta Village, Kampung Naga, Ciptagelar, and Kanekes. The conclusions that can
be taken from the results of this study are: Every indigenous person in Sunda culture has a form of local wisdom
which is very significant in mitigating disasters. Actually, indigenous people have realized that if the environment
is damaged, surely it will befallen by a disaster, despite how its maintenance through the myths and rules of
custom. The results of the research were interpretation of local wisdom, and these are: (1) Building Bamboo; (2)
Spatial and Zoning of landing use in Micro Scale; (3) Land Management hospitability. Recommendation of this
study is that local wisdom is very suitable to become as teaching materials at school with a variety of forms such
as narratives, stories, or comics.
Keywords: local wisdom, teaching materials, Sundanesse, disaster, mitigation

PENDAHULUAN upacara adat. Bagaimana memahami alasan


Kearifan lokal dalam memitigasi bencana tradisi dalam melakukan upacara atau ritual
masih jarang dikaji. Proses kajian kearifan tertentu agar tidak terjadi bencana?. Wujud
lokal memerlukan perenungan yang usahanya bersifat doa-doa dan bukan usaha
mendalam sehingga dapat difahami secara nyata dalam mencegahnya. Dengan rasa
rasional. Dari sekian banyak yang disebut takut yang “diciptakan” oleh adat, namun
kearifan lokal, jarang sekali yang dilandasi terbukti ampuh dalam mencegah kerusakan
oleh pemikiran rasional, karena pada lingkungan.
umumnya hanya dikaitkan dengan mitos dan Dari sekian deskripsi tentang kearifan lokal,
direfleksikan pada norma adat, pepatah, dan banyak sekali yang terkait dengan pelestarian

114
Kearifan Lokal Masyarakat Sunda dalam Memitigasi
ISSN 1412-565 X
Aplikasinya sebagai sumber belajar .... (Enok Maryani)
alam. Usaha pelestarian alam dalam konteks tetapi instrumen tersebut sangat efektif untuk
pencegahan bencana alam merupakan upaya melakukan adaptasi dan mitigasi bencana.
memitigasi bencana. Buku Kearifan lokal di Upaya masyarakat adat untuk melakukan
Tengah Modernisasi karya Nasruddin, dkk adaptasi dan mitigasi bencana dikenal dengan
(2011) terbitan Kementerian Kebudayaan kearifan lokal.
dan Pariwisata Republik Indonesia Dalam batas-batas tertentu, kearifan lokal
menurunkan artikel tentang Kearifan Lokal dapat berlaku secara universal. Artinya dapat
dan Tantangan Pelestarian Lingkungan mengandung nilai-nilai yang universal.
Hidup yang menjelaskan bahwa banyak Perbedaannya terletak pada kemasan larangan
mitos menjadi suatu keyakinan dan secara dan suruhan. Dengan demikian, pengetahuan
tidak langsung (bahkan tidak disadari oleh lokal pada prinsipnya dapat direkonstruksi
para pelaku budaya tersebut) berdampak dengan konfigurasi baru sebagai bagian dari
pada terpeliharanya kearifan lokal dalam mosaik ilmu pengetahuan. Namun demikian
pelestarian lingkungan hidup. bukan sebagai upaya menggali kuburan
Dalam penelitian ini hanya akan dibatasi pada ”pengetahuan” untuk mengenang masa lalu
beberapa masalah dan juga lokasi penelitian yang berbau romantisme akan tetapi sebagai
yaitu ingin mengungkap bentuk keunggulan upaya penyelarasan ilmu pengetahuan
kearifan lokal yang hidup pada masyarakat tradisional yang telah diketahui sebelumnya
dan budaya Sunda. Secara spesifik akan kemudian diperkuat dengan pengetahuan
diungkap tentang kearifan lokal yang hidup manusia modern.
dalam masyarakat Sunda untuk mengatisipasi Banyak pengetahuan tradisional yang sudah
bencana dan akan dicoba untuk disusun suatu tidak cocok lagi jika diterapkan pada saat
bahan ajar berbasis pada kearifan lokal dalam ini. Namun sebagian ada pula yang masih
meningkatkan kemelekan terhadap bencana. berlaku karena bersifat umum. Agar kearifan
Asumsi yang akan disampaikan dalam lokal dapat efektif dimanfaatkan lagi, maka
penelitian ini akan dimanfaatkan sebagai tugas kita adalah “memvalidasi” pengetahuan
landasan berpikir pentingnya penelitian tradisional tersebut agar menjadi aktual.
tentang bentuk kearifan lokal yang hidup Menurut Sugih Biantoro (2011) ada tiga
di lingkungan budaya adat setempat untuk langkah revitalisasi kearifan lokal yaitu:
mengembangkan pendidikan karakter inventarisasi, reorientasi, dan reinterpretasi.
sehingga secara aplikatif untuk memitigasi Inventarisasi ditujukan untuk mengumpulkan
bencana alam. Ada tiga konsep yang cukup yang dilajutkan dengan memilih mana
jauh untuk didekatkan dalam suatu konsep nilai-nilai budaya yang relevan dengan
pendidikan, yaitu kearifan lokal, pendidikan kepentingan masa kini dan masa depan.
karakter, dan mitigasi bencana. Reorientasi adalah aktualisasi dan adaptasi
Penelitian ini dibangun atas asumsi bahwa kearifan lokal agar mudah diterima oleh
Kearifan lokal yang berlaku di lingkungan masyarakat sasaran. Reinterpretasi adalah
masyarakat adat dikemas dalam kepercayaan menginterpretasi ulang makna-makna yang
dan mitologi. Wujudnya dalam bentuk terkandung dalam kearifan lokal tersebut
aktivitas upacara adat dan norma adat seperti agar tetap produktif.
larangan dan tabu. Dengan upacara adat yang Proses inventarisasi, reorientasi, dan
rutin serta norma, masyarakat adat menahan reinterpretasi kearifan lokal memiliki arah
diri untuk tidak merusak lingkungan dan tertentu sehingga perlu ada kriteria yang
menerima apa yang diberi oleh alam. memandu ketiga proses tersebut. Dengan
Walaupun dalam bentuk larangan dan tabu, asumsi bahwa revitalisasi kearifan lokal akan

115
Kearifan Lokal Masyarakat Sunda dalam Memitigasi
Aplikasinya sebagai sumber belajar .... (Enok Maryani) ISSN 1412-565 X

dituangkan dalam bentuk bahan ajar maka ekologis. Indigenous knowledge mencakup
kriteria yang akan digunakannya adalah kebiasaan, pengetahuan, persepsi, norma,
sesuai kebutuhan pengembangan bahan ajar. kebudayaan yang dipatuhi bersama  suatu
Tujuan penelitian ini adalah ingin: (1) masyarakat (lokal) dan hidup turun-temurun
Menginventarisasi bentuk keunggulan (Firmansyah, 2011). Wujud dari kearifan
dari sejumlah kearifan lokal yang hidup lokal dapat berbentuk sistem pengetahuan,
pada masyarakat dan budaya Sunda; (2) sistem sosial, dan sistem budaya, tercermin
Merumuskan bentuk orientasi kearifan lokal dari pengelolaan lingkungan, adat istiadat
yang hidup dalam masyarakat Sunda dalam yang mengatur hubungan sosial, dan hasil
mengantisipasi bencana; (3) Merumuskan kebudayaan artefak seperti tata guna lahan,
bentuk interpretasi kearifan lokal yang bahan dan arsitektur rumah tinggal, gaya
dapat diangkat sebagai bahan ajar dalam dan corak pakaian, perabotan, dan upacara-
meningkatkan kemelekan terhadap bencana. upacara mengantar siklus kehidupan.

Istilah kearifan local (local wisdom) sering Untuk menjaga kearifan lokal, sering
disebut juga indigenous wisdom, tradisional diperkenalkan istilah tabu atau larangan
wisdom and indigenous inventions yaitu sesuatu yang tidak boleh dilakukan
(Shodhyarta, 2008), pengetahuan lokal baik oleh anggota masyarakatnya maupun
indigenous knowledge (Respati,2009), local orang luar bila berkunjung di daerah mereka.
genius (Ayatrohaedi, 1986, Surya Diarta, Sebagai contoh, para pengunjung di kawasan
2007), Eric Hobsbawm dan Terence Ranger budaya Baduy dilarang untuk mengambil
(1983) menggunakan istilah ”invented sesuatu dari hutan larangan. Larangan
tradition” . Semua istilah tersebut tidak itu berlaku untuk masyarakat Baduy dan
menunjukkan adanya perbedaan makna, orang-orang di luar orang Baduy. Tabu pada
bahkan saling menguatkan satu sama masyarakat adat merupakan pranata yang
lain. Kata indigenous (indu dan gignere) efektif dalam usaha pengendalian sosial
menunjukkan suatu lahir, berkembang atau dari berbagai penyimpangan baik pengaruh
dihasilkan secara alami dan asli (naturaly and dari dalam maupun dari luar. Bila ada
native) di suatu wilayah atau tempat. Lahir dan anggota masyarakat yang menyimpang atau
berkembangnya suatu gagasan merupakan melanggar tabu biasanya dikenakan berbagai
hasil penemuan atau penciptaan (invention) sanksi, baik langsung atau pun tidak.
individu dalam masyarakat sebagai respon Maryani (2008) menyatakan bahwa kearifan
dari kebutuhan dan interpretasi terhadap lokal merupakan puncak-puncak keunggulan
peristiwa, kejadian atau fenomena dari budaya yang menjadi identitas utama bangsa.
lingkungan secara internal dan ekternal. Buah Kearifan lokal yang menjadi karakter budaya
penciptaan itu, setelah teruji kegunaannya, mempunyai keunggulan yaitu (1) mampu
disosialisasikan dan diinternalisasikan, bertahan terhadap budaya luar, (2) memiliki
diwariskan (institusionalisasi) menjadi kemampuan mengakomodasi unsur-unsur
pembiasaan atau tradisi yang dihayati dan budaya luar, (3) mempunyai kemampuan
diyakini kebenaranannya, sehingga memiliki mengintegrasikan unsur-unsur budaya luar
keajegan. ke dalam kebudayaan asli, (4) memiliki
Selanjunya Keraf (2002) juga mengajukan arti kemampuan mengendalikan, (5) mampu
kearifan lokal yaitu semua bentuk keyakinan, memberikan arah pada prkembangan budaya
pemahaman, atau wawasan serta adat (Ayatrohaedi, 1986 : 40).
kebiasaan atau etika yang menuntun perilaku Bagaimana hubungan antara kearifan lokal
manusia dalam kehidupan di dalam komunitas dengan pendidikan karakter? Karakter (to

116
Kearifan Lokal Masyarakat Sunda dalam Memitigasi
ISSN 1412-565 X
Aplikasinya sebagai sumber belajar .... (Enok Maryani)
mark) mengacu kepada identitas diri yang (sosialisasi), dihayati (internalisasi), ditiru
melekat pada suatu objek, benda atau orang/ (imitasi) dan akhirnya menjadi pembiasaan
manusia berdasarkan kriteria tertentu baik (institusionalisasi).
atas dasar fisik maupun non fisik. Ciri fisik Sejalan dengan itu, Soerjanto (dalam
dapat berupa tinggi badan, warna kulit, Ayatrohaedi,1986:41) mengatakan bahwa
bentuk muka, rambut, dan ciri lain yang budaya yang dibutuhkan dalam pembentukan
melekat dengan kondisi biologis, biasanya karakter antara lain adanya (1) Orientasi
dapat dengan mudah ditangkap secara yang menunjukkan pandangan hidup dan
visual. Ciri non fisik lebih sulit dikenali sistem nilai dari masyarakat; (2) Persepsi
dengan cepat, karena erat kaitannya dengan yang menggambarkan tanggapan masyarakat
mentalitas dan kepribadian seseorang yang terhadap dunia luar; (3) Pola dan sikap hidup,
melekat secara genetik dan atau proses yang mewujudkan tingkahlaku masyarakat
pengembangan yang cukup lama, seperti sehari-hari; dan (4) Gaya hidup, yang
kecerdasan, kejujuran, kearifan, etos kerja, mewariskan peri kehidupan masyarakat.
produktivitas dan sebagainya. Manusia selaku
individu merupakan hasil perpaduan antara Proses transfer nilai, sikap dan keterampilan
fisik/raga dan non fisik/jiwa, dilengkapi melalui pembelajaran dapat dilakukan
oleh lingkungan dimana ia dibesarkan akan melalui berbagai materi ajar, metode, media
membentuk karakter kepribadian. dan teknik pembelajaran. Penilaian lebih
diutamakan pada proses pembelajaran,
Karakter utama yang membedakan manusia sedangkan aplikasi model pembelajaran
dengan makhluk hidup lainnya adalah akal. dapat diterapkan berbagai model yang
Manusia yang tidak mempergunakan akalnya dikembangkan oleh Joyce dan Marsha (1986),
akan terjadi dehumanisasi yang derajatnya khususnya model pengajaran personal (the
sama dengan binatang. Manusia memiliki personal family). Model pembelajaran
kapasitas berpikir yang sangat komplek perilaku bertujuan untuk membangun dan
dan canggih, memiliki kemampuan untuk memperbaiki perilaku. Dasar pemikiran
membuat simbol dan menafsirkan symbol- model ini adalah adanya keyakinan setiap
simbol itu menjadi alat berkomunikasi manusia/siswa mampu mengoreksi diri,
dalam bentuk bahasa, karena itu manusia mengendalikan diri dan memperbaiki
mempunyai kemampuan mentransmisikan, perilakunya. Setiap orang selalu ingin
mentransformasikan ide/gagasan/moral direspon secara postif oleh orang lain, oleh
dan nilai dari satu generasi ke generasi karena itu setiap individu harus mampu
berikutnya. Manusia pun mempunyai menghargai diri, menilai dirinya dengan
perasaan, emosi, rasa, sehingga ia mempunyai baik yang diwujudkan dengan perilaku yang
daya seleksi dan adaptasi berdasarkan nilai- baik dalam arti sesuai dengan tatanan yang
nilai yang dianut. Akal manusia baru dapat berlaku di masyarakat. Berucap, berperilaku,
berkembang secara optimal dan terarah bila berpakaian, dan bersikap baik terhadap orang
melalui proses pendidikan. Karena itu pula lain didasari oleh penghargaan terhadap diri
proses perkembangan dan pertumbuhan sendiri.
manusia jauh lebih lambat bila dibandingkan
dengan binatang, karena harus melalui Secara teori, pembelajaran perilaku tidak
proses setahap demi setahap, terus menerus memiliki makna apapun jika di dalamnya
dan berkesinambungan dalam menjalani tidak memiliki bahan perilaku itu sendiri.
pembelajaran dari orang yang lebih dewasa Sumber perilaku yang dapat diajarkan
di sekitarnya. Dalam proses belajar itu, ada dalam pembelajaran perilaku adalah nilai,
norma, nilai, sikap, perilaku yang dikenali norma, dan budaya setempat. Secara lebih

117
Kearifan Lokal Masyarakat Sunda dalam Memitigasi
Aplikasinya sebagai sumber belajar .... (Enok Maryani) ISSN 1412-565 X

spesifik dinamakan kearifan lokal. Dengan Dalam artikel, keberadaan kearifan lokal
demikian, kearifan lokal merupakan sumber di berbagai masyarakat Indonesia, telah
pembelajaran pada pembelajaran karakter. banyak dibahas oleh para ahli sesuai

dengan kepakaran, seperti Pemeliharaan Kabupaten Ciamis, Jawa Barat; (3) Kampung
kelestarian ekosistem sumberdaya hutan Naga, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat;
(Santoso, Imam, 2006), pengembangan (4) Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten;
sumberdaya manusia (Wahyuni, Dewi dan (5) Kasepuhan Ciptagelar, Kabupaten
Urip, 2010), pengelolaan air (Sulistiyono, Sukabumi, Jawa Barat.
2005), kelembagaan (Tjondronegoro, Metode yang digunakan dalam penelitian
2006), pengelaan sumberdaya alam laut ini adalah deskriptif. Metode ini dipilih
(Salampessy Djalaludin, 2008), penataan karena langkahnya terukur dan dengan hasil
ruang (Ernawi, Imam, tanpa tahun), arsitektur yang cukup meyakinkan. Kebenaran yang
rumah, mitigasi bencana, mengatur hubungan diungkapkan dapat dibuktikan secara ilmiah.
dengan supernatural, sistem penanggalam Langkah penelitian yang telah dilakukan
(kosmologi), kepemimpinan (Trenggono, adalah sebagai berikut: (1) Studi pustaka,
Indra, 2009) dan sistem sosial yang menjadi (2) Pengembangan kisi-kisi dan instrumen
pedoman dalam pergaulan sesama. penelitian, (3) Pengumpulan data penelitian
yaitu dengan wawancara dan observasi, (4)
METODE PENELITIAN Pengolahan dan analisis data, (4) Penarikan
Subjek penelitian ini adalah masyarakat kesimpulan. Instrumen yang digunakan
adat yang memiliki kearifan lokal di daerah adalah pedoman wawancara dan observasi
penelitian. Responden penelitian adalah lapangan. Kegiatan pengumpulan data
para tokoh masyarakat/ketua adat dan antara wawancara dan observasi bersamaan.
sejumlah anggota masyarakat yang dianggap Ketika wawancara dilakukan pula observasi
mengetahui dan memahami tradisi adat. langsung dari apa yang sedang dibicarakan
Waktu penelitian dimulai sejak Mei sampai oleh responden.
November 2013. Tempat penelitian berada
di enam lokasi komunitas adat di Jawa Barat HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
dan Banten yaitu: (1) Desa Pangandaran,
Pangandaran, Jawa Barat; (2)Kampung Kuta, Hasil penelitian dan pembahasan akan dibagi

118
Kearifan Lokal Masyarakat Sunda dalam Memitigasi
ISSN 1412-565 X
Aplikasinya sebagai sumber belajar .... (Enok Maryani)
tiga sub pokok bahasan atau bab yang masing- A. Identifikasi Kearifan Lokal dalam
masing akan menjelaskan tahapan penelitian. Memitigasi Bencana
Sub bab pertama akan menjelaskan tentang Deskripsi hasil penelitian yang pertama
identifikasi kearifan lokal dalam memitigasi adalah menggambarkan tentang wujud umum
bencana. Sub bab kedua adalah orientasi kebudayaan lokal yang mengandung unsur
kearifan lokal tentang memitigasi bencana dari mitigasi bencana. Wujud umum itu adalah
yang bersifat simbolis dimunculkan menjadi gagasan, aktivitas, dan artefak. Gagasan
suatu gagasan yang rasional. Sub bab ketiga berbentuk kumpulan ide-ide, nilai-nilai,
adalah interpretasi dari setiap unsur kearifan norma-norma, peraturan, dan sebagainya
lokal yang telah diorientasikan (diarahkan) yang sifatnya abstrak, tidak dapat diraba
kepada mitigasi bencana sehingga dapat atau disentuh. Wujud kebudayaan gagasan
ditarik manfaatkan dalam kehidupan saat ini terletak pada alam pikiran warga masyarakat.
untuk masyarakat luas khususnya sebagai Aktivitas (tindakan) yaitu tindakan berpola
bahan ajar di persekolahan. dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud

TABEL HASIL IDENTIFIKASI KEARIFAN LOKAL PADA SETIAP UNSUR KEBUDAYAAN


DI LOKASI PENELITIAN
Kandungan unsur Kearifan lokal Mitigasi Bencana di
Lokasi Penelitian
No Unsur Kebudayaan Rincian Jumlah
Pangan- Kuta Naga Ciptagelar Kanekes
daran
1 Peralatan dan Gagasan 5 V V V V V
perlengkapan hidup Aktivitas 2 V - V - V
Artefak 4 V V V V -
2 Mata pencaharian Gagasan 4 V V V - V
Aktivitas 4 V - V V V
Artefak 3 - - V V V
3 Kemasyarakatan Gagasan 1 - - - V -
Aktivitas 2 V - - - V
Artefak 1 V - - - -
4 Bahasa Gagasan 1 V - - - -
Aktivitas 1 - - V - -
Artefak 1 - V - - -
5 Kesenian Gagasan 2 - V - - V
Aktivitas 0 - - - - -
Artefak 1 - - - - V
6 Pengetahuan dan Gagasan 5 V V V V V
Teknologi Aktivitas 5 V V V V V
Artefak 4 V V V V -
7 Agama dan Gagasan 3 - V V V -
kepercayaan Aktivitas 1 - - V - -
Artefak 0 - - - - -
Sumber: Hasil penelitian, 2013
ini sering pula disebut dengan  sistem artefak (karya) adalah wujud kebudayaan fisik
sosial. Sistem sosial terdiri dari aktivitas- yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan,
aktivitas manusia yang saling berinteraksi, dan karya semua manusia dalam masyarakat
mengadakan kontak, serta bergaul dengan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat
manusia lainnya menurut pola-pola tertentu diraba, dilihat, dan didokumentasikan.
yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya Secara berurut akan dijelaskan dari Desa
konkrit karena terjadi dalam kehidupan Pangandaran, Kampung Kuta, Kampung
sehari-hari, dan dapat diamati. Sedangkan

119
Kearifan Lokal Masyarakat Sunda dalam Memitigasi
Aplikasinya sebagai sumber belajar .... (Enok Maryani) ISSN 1412-565 X

Naga, Ciptagelar, dan Kanekes (Baduy). bentuk hipotesis, artinya diduga terdapat dan
Dari keenam wilayah adat tentu saja akan atau tidak terdapat pada setiap unsur budaya.
ditelusuri hal-hal yang berkaitan dengan Namun perlu juga dicatat, bahwa setiap
kearifan lokal dalam mitigasi bencana penelitian pasti memiliki unsur keterbatasan
baik yang telah berkembang lama maupun kecermatan atau kejelian dalam proses
wawasan yang baru sekaitan dengan mengamati objek penelitian. Dalam penelitian
pengalaman masyarakat setelah mengalami ini juga mungkin terjadi, kearifan lokal pada
berbagai kejadian yang panjang. beberapa unsur kebudayaan sebenarnya ada
Hasil pada tahap identifikasi masih dalam namun karena kekurangtelitian maka bisa jadi

Peralatan dan perlengkapan hidup : Tempat tinggal


Pengetahuan dan teknologi : Tata ruang pemukiman dan hutan
Mata pencaharian : Mengolah lahan
Agama dan kepercayaan : Upacara adat
Kemasyarakatan : Penegakan aturan adat (pikukuh)
Kesenian : Pepatah dan Falsafah Hidup

menjadi tidak ada. Begitu pula sebaliknya, dalam kajian ini. Berdasarkan hasil tabulasi
sebenarnya tidak ada namun karena salah frekwensi ternyata kandungan kearifan lokal
tafsir maka dianggap ada. Untuk memberi yang cukup banyak ada pada: (1) Gagasan
keyakinan bahwa penelitian ini mendekati dan artefak dari Peralatan dan perlengkapan
kebenaran maka kekuatan penelitian ini hidup (5 point); (2) Gagasan, aktivitas, dan
terletak pada metodologi penelitiannya, yaitu artefak dari pengetahuan dan teknologi (5
telah sesuai dengan prosedur yang rasional point); (3) Gagasan aktivitas, dan artefak dari
dan dapat dipertanggung jawabkan. mata pencaharian (4 point); (4) Gagasan dari
B. Orientasi Kearifan Lokal dalam agama dan kepercayaan (3 point); (5)
Memitigasi Bencana Aktifitas dari kemasyarakatan (2 point); dan
(6) Gagasan kesenian (2 point)
Orientasi kearifan lokal dalam memitigasi
bencana merupakan langkah penelitian Adapun wujud kearifan lokal pada
setelah melakukan identifikasi. Tujuannya masyarakat adat Sunda dari hasil orientasi di
adalah untuk mengarahkan hasil penelitian atas antara lain:
yang relatif beragam pada satu titik fikus C. Interpretasi Kearifan Lokal dalam
pembahasan yaitu kearifan lokal dalam Memitigasi Bencana
memitigasi bencana. Kearifan lokal yang Langkah ini merupakan bagian terakhir
masih bersifat simbolis ditarik maknanya untuk memaknai dari setiap butiran kearifan
secara rasional sehingga dapat difahami oleh lokal. Interpretasi dalam tulisan ini adalah
akal sehat. Kegiatan “orientasi” kearifan lokal memaknai sesuatu yang belum difahami oleh
akan memiliki kelemahan yaitu bias antara ilmu pengetahuan modern tentang perilaku
apa yang dimaksud oleh subjek (masyarakat masyarakat adat. Dalam interpretasi, penulis
adat) dengan pemahaman peneliti. Oleh akan melihatnya pada dua sisi yaitu sisi per
karena itu, kegiatan orientasi akan melakukan satuan perilaku sedangkan pada sisi yang
pemilihan tema kearifan lokal yang rasional lain adalah dari aspek sistem yang dibangun
dari sejumlah tema yang bias atau abstrak. sehingga tercipta suatu mitigasi berbasis
Kegiatan pertama dalam orientasi kearifan masyarakat.
lokal adalah dengan mengamati tabel hasil Berdasarkan hasil identifikasi dan orientasi
identifikasi kearifan lokal. Banyaknya bagian kearifan lokal sebagaimana telah dijelaskan
yang ditandai akan menjadi pusat perhatian
120
Kearifan Lokal Masyarakat Sunda dalam Memitigasi
ISSN 1412-565 X
Aplikasinya sebagai sumber belajar .... (Enok Maryani)
di atas, per satuan perilaku mitigasi bencana bahwa rumah bambu sudah populer dan akan
yang patut dijadikan bahan ajar di sekolah dipopulerkan sebagai salah satu alternatif
antara lain: (1) Bangunan Rumah Bambu; bagunan tahan gempa.
(2) Tata Ruang & Zonasi Penggunaan Lahan Fery Irawan (tersedia http://gambarrumahh.
dalam Skala Mikro; (3) Pengelolaan Lahan com, tanggal 24 November 2013 pukul
Secara Ramah Lingkungan. Sedangkan 07.50) menyatakan bahwa sebuah rumah
dari aspek sistem akan dibahas dari setiap yang dapat dinyatakan sebagai rumah bambu
komponen yang terlibat dalam pembentukan apabila memakai bambu dan bahan alami
dan pemeliharaan kearifan lokal. Artinya lainnya lebih dari 80%. Jika dirancang dan
akan dibahas sejumlah bagian sistem dibangun dengan benar, rumah bambu
di masyarakat adat sehingga tercipta, terbaru bisa bertahan hingga usia 20 tahun.
terpeliharanya, dan tetap hidup kearifan lokal Jika melihat dan memperhatikan rumah adat
tersebut dari waktu-kewaktu. yang ada sekarang sepertinya lebih dari 20
1. Bangunan Rumah Bambu Tahan Gempa tahun dan masih kokoh. Berdasarkan analisis
Penggunaan bahan, alat, dan cara Fery Irawan keuntungan rumah bambu
membangun rumah bambu yang dilakukan antara lain tahan gempa karena bambu sangat
oleh masyarakat adat ternyata mengandung tahan terhadap guncangan dan memiliki
banyak kearifan lokal dan teruji sangat efektif sifat yang lentur serta fleksibel. Jika rumah
dalam memitigasi bencana. Mereka memiliki bambu terjungkal karena guncangan gempa
perhitungan yang tepat dalam membangun tetapi akan mampu melindungi orang yang
rumah. Jika kita mencari tema rumah bambu ada di dalamnya tanpa menimbulkan korban
di search engine Google, kita akan temukan jiwa. Berbeda dengan rumah yang berbahan
per tanggal 24 November 2013 adalah tembok, rumah akan ambruk (bukan
sekitar 98.800 situs. Hal ini membuktikan terjungkal), genting dan dinding berjatuhan

Gambar: kontruksi kuda-kuda rumah bambu tanpa gempa (Sukawi, 2010)

sehingga jika menimpa orang akan AC penyejuk ruangan. Hal penting lainnya
menimbulkan luka yang serius dan kematian. adalah relatif sangat awet jika memenuhi
Selain itu, di daerah tropis bangunan rumah aturan pengawetan. Bambu yang digunakan
berbahan bambu sangat cocok karena akan tanpa pengawetan di tempat terbuka hanya
menimbulkan rasa sejuk dan tidak menyerap dapat digunakan 1-3 tahun,  apabila di bawah
panas dan udara akan bebas keluar masuk naungan/terlindung  4-7 tahun, pada kondisi
kedalam rumah melalu celah-celah bambu. ideal dapat digunakan 10-15 tahun. Jika
Dengan demikian tidak membutuhkan alat dengan pengawetan dapat digunakan lebih

121
Kearifan Lokal Masyarakat Sunda dalam Memitigasi
Aplikasinya sebagai sumber belajar .... (Enok Maryani) ISSN 1412-565 X

dari 15 tahun (Liese, 1980 dalam Morisco Ia mengatakan bahwa struktur bangunan


2005 yang dikutif) oleh http://www. bambu tahan gempa harus merupakan
kabarindonesia.com). struktur non bearing wall dengan struktur
Artikel yang membahas tentang rumah rangka yang menjadi satu kesatuan struktur.
bambu tahan gempa ditulis oleh Sukawi pada Menggunakan rangka kuda-kuda bambu
Jurnal Teras Volume X Nomor 1 Juli 2010. yang saling terkait dengan struktur bangunan
khususnya perkuatan dengan arah gaya
Leuweung Kolot
(Hutan Lindung)

Leuweung Larangan
(Hutan Penyangga)

Leuweung Lembur
(Hutan Produksi)

Lembur
(Perkampungan)

Sawah/Empang

Penjernihan Air

Sungai

Gambar: Skema zonasi/tata ruang penggunaan lahan mikro


vertikal dan horisontal. Sambungan bambu dan Kanekes penulis mencoba membuat
menggunakan pen sebagai pengunci tali, konsep tata ruang yang mereka kembangkan
serta tali (ijuk) mengikat batang kolom, yaitu di bawah ini.
batang diagonal, serta sloof bambu. Konsep tata ruang di atas sama dengan konsep
2. Tata Ruang & Zonasi Penggunaan Lahan yang dikembangkan dalam pelestarian hutan
dalam Skala Mikro yang telah dikembangkan selama ini. Jika
Kearifan lokal masyarakat adat dalam masyarakat modern menjaga hutan dengan
memitigasi bencana sangat patut dicontoh. aturan perundang-undangan yang disahkan
Salah satu kearifan lokal yang sangat oleh Peraturan Pemerintah dan Keputusan
baik adalah tentang tata ruang atau zonasi Presiden, maka pada masyarakat adat cukup
penggunaan lahan dalam skala mikro. dibalut dengan norma adat dari para ketua
Kesimpulan yang dapat ditarik dari kajian adat. Hukuman bagi yang melanggar aturan
tentang tata ruang adalah bahwa masyarakat akan dihukum secara adat.
adat sangat memahami sistem alam dan Konsep Leuweung Kolot mirip dengan konsep
dengan sistem tata ruang yang mereka bangun hutan lindung yang sama sekali tidak boleh
ternyata dapat memelihara lingkungan dimasuki. Konsep Leuweung Larangan mirip
alam secara optimal untuk kesejahteraan dengan hutan penyangga yaitu hutan yang
penduduknya. Kesimpulan lainnya adalah dilarang dirambah atau dibuka tetapi masih
bahwa perilaku mereka terhadap alam sangat boleh dimasuki dengan seizin para ketua adat.
hati-hati dan penuh penghargaan. Di Kanekes, Leuweung Larangan digunakan
Dengan memadukan kearifan lokal dari sebagai lokasi pemahaman para pu’un atau
Kampung Kuta, Kampung Naga, Ciptagelar, ketua adat sehingga menambah kewibawaan

122
Kearifan Lokal Masyarakat Sunda dalam Memitigasi
ISSN 1412-565 X
Aplikasinya sebagai sumber belajar .... (Enok Maryani)
hutan. Anggota masyarakat adat tidak akan Kampung Naga dan Kampung Kuta. Di
berani masuk hutan larangan karena sangat Kampung Naga, drainase di tata sedemikian
menghargai aturan. Leuweung Lembur adalah rupa sehingga tetap sehat. Air buangan dari
hutan produksi yang dimanfaatkam oleh limbah rumah tangga sebelum dibuang ke
penduduk untuk menanam berbagai buah sungai, dijernihkan terlebih dahulu. Dalam
buahan dan sumber pangan lainnya. Sawah khasanah ilmu pengetahuan modern, dikenal
berada di dekat permukiman, tetapi di bawah dengan IPAL atau Instalasi Pengelolaan Air
hutan lembur. Konsep sawah hanya ada di Limbah.

Puun/Ketua Adat

Upacara Adat Norma Adat

Penegakan Hukum Pepatah/Falsafah

Tata Ruang/Zonasi Mengolah lahan &


Membangun rumah

Mitigasi Bencana

Gambar: Siklus Terpeliharanya Kearifan Lokal di Kampung Adat

3. Pengelolaan Lahan Secara Ramah proses membalikkan tanah, karena mereka


Lingkungan. hanya menggunakan aseuk. Dengan alat
Pengelolaan lahan yang dilakukan oleh itu, lapisan tanah akan tetap terpelihara dan
masyarakat adat sudah terbukti sangat ramah mengurangi erosi. Adat hanya menetapkan
lingkungan. Mereka memahami bahwa lereng larangan untuk tidak menggunakan cangkul
bukit akan tetap terpelihara kesuburannya jika dengan satu alasan yaitu pamali, tabu, dan
tidak mengalami erosi atau longsor. Mereka jenis larangan lainnya. Masyarakat adat
seperti sudah tahu bahwa jika dibuat sistem patuh dengan adat itu secara turun temurun,
pertanian basah (sawah), lapisan tanah yang namun hasilnya mampu menjaga alam secara
subur akan mudah terkikis. Selain itu, sistem lebih lestari.
sawah akan menahan air lebih lama sehingga Dari uraian setiap satuan kearifan lokal
berat lapisan tanah akan semakin berat. dalam memitigasi bencana alam, kita dapat
Jika pada lereng ada bidang gelincir, maka menggambarkan komponen saling terkait
lahan sawah akan mudah longsor. Dengan dalam melakukan mitigasi bencana. Sebelum
demikian, sistem ladang (huma) akan lebih diuraikan, ditemukan bahwa sekurang-
aman daripada dengan sistem sawah. kurangnya ada enam komponen sistem yang
Dengan sistem ladang (huma) tidak ada terlibat

123
Kearifan Lokal Masyarakat Sunda dalam Memitigasi
Aplikasinya sebagai sumber belajar .... (Enok Maryani) ISSN 1412-565 X

Gambar di atas ingin menjelaskan bahwa teks (naratif) dan komik.


Ketua Adat memiliki peranan yang sangat Rekomendasi yang utama adalah bahwa
penting untuk tetap tegaknya norma adat dan untuk menjaga lingkungan agar tetap
upacara adat. Norma adat dan Upacara Adat lestari adalah menerapkan sebagian unsur
menjadi instrumen yang langsung membina sosialisme yaitu memperkuat ketaatan
masyarakat untuk tetap taat terhadap aturan terhadap pimpinan setempat dan peraturan
norma (pikukuh). Untuk mengingat norma- perundang-undangan. Untuk melahirkan
norma adat tersebut, muncullah berbagai pemimpin yang dapat ditaati oleh masyarakat
pepatah dan falsafah hidup. Banyak falsafah hanya dua syarat pokok yaitu integritas
hidup yang diwariskan kepada generasi pemimpin dan dipilih secara sah oleh
muda termasuk tentang tata cara mengolah sistem demokrasi. Dengan pemimpin yang
lahan. Tidak hanya falsafah hidup yang memiliki integritas serta berani menegakkan
disampaikan, norma adat dan falsafah juga hukum akan mengantarkan pada kelestarian
didukung oleh penyelenggaraan upacara adat lingkungan langgeng. Ada tiga kunci
dan penegakan hukum. Penegakan hukum kearifan lokal yang mampu menjagi bagian
juga tidak berdiri sendiri, ketentuannya memitigasi bencana yaitu Bangunan Rumah
berdasarkan norma adat. Dengan sistem Bambu; Tata Ruang & Zonasi Penggunaan
inilah pemeliharaan tata ruang/zonasi dapat Lahan dalam Skala Mikro; dan Pengelolaan
terpelihara. Pengaruh dari semuanya adalah Lahan Secara Ramah Lingkungan. Ketiganya
terciptanya mitigasi bencana yang kuat. bukan sesuatu yang baru dan masyarakat
Indonesia kiranya masih memiliki kesadaran
KESIMPULAN dan mau mengadopsi gagasan tersebut jika
Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil ada niatan yang kuat dari semua stakeholder
penelitian ini adalah bahwa setiap masyarakat mitigasi bencana. Pilar untuk menerapkan
adat pada kebudayaan Sunda memiliki kearifan lokal dalam kehidupan modern
bentuk kearifan lokal yang sangat sugnifikan adalah sosialisasi, modeling, pendidikan/
dalam memitigasi bencana. Pada umumnya pembelajaran, penegakan sanksi, dan
masyarakat adat sudah menyadari bahwa jika pemberian penghargaan.
lingkungan rusak maka akan ditimpa bencana, Kurikulum 2013 sangat menghargai
walaupun cara pemeliharaannya melalui kreativitas yang lahir dari peserta didik.
mitos dan aturan adat. Namun sampai saat Lahirnya kreativitas perlu ada inspirasi yang
ini, kepercayaan tersebut sudah sangat efektif dibaca dan diamati oleh peserta didik. Hasil
dalam mencegah bencana terutama erosi, Penelitian ini sangat layak untuk dijadikan
bencana banjir dan tanah longsor. Bentuk bahan ajar di sekolah dengan berbagai
interpretsai kearifan lokal antara lain ada tiga bentuknya baik berupa narasi, cerita, maupun
yaitu (1) Bangunan Rumah Bambu; (2) Tata komik.
Ruang & Zonasi Penggunaan Lahan dalam
Skala Mikro; (3) Pengelolaan Lahan Secara
DAFTAR PUSTAKA
Ramah Lingkungan. Pada tahun ini belum
teruji karena merupakan tahap berikutnya Ayatrohaedi, (ed), 1986, Kepribadian Budaya
dari penelitian ini. Namun demikian, bahan Bangsa, Jakarta : Pustaka Jaya.
ajar yang dapat disusun teridentifikasi atas Diarta, I Ketut Surya, 2007, Sekali Lagi,
jenjang dan bentuk kemasan. Bahan ajar Bangun Pariwisata Berbasis Kearifan
berdasarkan jenjang pendidikan dapat terdiri Lokal http://www.balipost.co.id/
dari empat yaitu jenjang PAUD, SD, SMP, BaliPostcetak/2007/2/1/o2.htm
dan SMA dengan bentuk kemasan berupa

124
Kearifan Lokal Masyarakat Sunda dalam Memitigasi
ISSN 1412-565 X
Aplikasinya sebagai sumber belajar .... (Enok Maryani)
Ekadjati, Edi, E., 1995, Kebudayaan Sunda Jilid Wilayah Fak Geografi UGM.
1,Bandung : Pustaka Jaya.
Santoso, Imam, 2006, “Eksistensi Kearifan
Ernawi, Imam, (tanpa tahun), Harmonisasi Lokal pada Petani Tepian Hutan dalam
Kearifan Lokal Dalam Regulasi pemeliharaan Ekosistem Sumberdaya
Penataan Ruang,Makalah pada Seminar Hutan”, Jurnal Wawasan Pebruari 2006
Nasional “Urban Culture, Urban Future: Vol II NO. 3.
Harmonisasi Penataan Ruang dan Sukawi. 2010. Bambu sebagai Alternatif bahan
Budaya Untuk Mengoptimalkan Potensi bangunan dan kontruksi di dearah rawan
Kota” Direktur Jenderal Penataan Ruang gempa. Artikel. Jurnal Teras Volume X
Kementerian Pekerjaan Umum Nomor 1 Juli 2012.
Fery Irawan. 2013. Bangunan Rumah Bambu Sulitiyono, 2005, Nilai-nilai Kearifan Lokal
Terbaru. Artikel. Tersedia On line pada Dalam Pengelolaan Air di Gunung Kidul,
http://gambarrumahh.com. Yogyakarta : Laporan Hasil penelitian
Joyce, W dan Alleman ,J. (1979). Teaching Fakultas Hukum.
Social Studies In Elementary and Middle Yumni, MZ. 2012. Rumah Bambu Rumah Berjuta
Schools. New York: Holt Rinehart and Manfaat. Artikel. tersedia tersedia http://
Winston. www.kabarindonesia.com 16-Nov-
2012, 17:13:26 WIB 
Maman Firmansyah, 2011, http://mfirmansyah.
wordpress.com 12 Mei 2011
Maryani, Enok, 2005, Baduy sebagai Kawasan
Wisata Budaya, Makalah Pada seminar
Nasional Pemberdayaan Masyarakat
Baduy di Prov. Serang.
Maryani, Enok, 2008, “Modal Sosial sebagai
Pemersatu Bangsa”,Makalah seminar
Nasional IPS Tahun 2008.
Maryani, Enok, 2010, Pengembangan
Program Pembelajaran IPS Untuk
Mengembangkan keterampilan Sosial,
Bandung: Alpabet.
Nasruddin, dkk. 2011. Bunga Rampai Kearifan
Lokal di Tengah-tengah Modernisasi.
Jakarta. Kementerian Kebudayaan dan
Pariwisata Republik Indonesia
Respaty Wikantiyoso, 2009, Pengantar Buku
Lokal Wisdom dalam Perencanaan dan
Perancangan Kota Untuk Mewujudkan
Arsitektur Kota yang Berkelanjutan
http://respati.ucoz.com/news/
pengantar_buku_lokal_wisdom_dalam_
perencanaan_dan_perancangan_kota_
untuk_mewujudkan_arsitektur_kota_
yang_berkelanjutan/2009-11-06
Salampessy, Djalaludin, 2008, “Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Tradisi Sasi:
dalam buku Geografi Perdesaan oleh SJ
Suhardjo, Yogyakarta : Pembangunan

125

Anda mungkin juga menyukai