Anda di halaman 1dari 8

Menengok Arsitektur Permukiman Masyarakat Badui, Arsitektur Berkelanjutan Dari Halaman Sendiri

MENENGOK ARSITEKTUR PERMUKIMAN MASYARAKAT BADUI


ARSITEKTUR BERKELANJUTAN DARI HALAMAN SENDIRI
Agung Budi Sardjono1 , Satrio Nugroho2
1,2,
Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik UNDIP
Jl.Prof Sudarto SH Tembalang - Semarang - Jawa Tengah

ABSTRAK
Krisis energi dan kerusakan lingkungan alam mendorong kesadaran masyarakat untuk lebih memperhatikan
kelestarian alam disamping kesejahteraan umat manusia. Pembangunan berkelanjutan dengan arsitektur di
dalamnya berkembang menjadi isu penting dalam beberapa dasawarsa terakhir. Kearifan dalam kebudayaan
Nusantara dapat menjadi teladan dalam menanggulangi krisis tersebut. Masyarakat Badui merupakan sedikit
dari suku yang masih mempertahankan tradisi kebudayaannya dengan ketat sampai saat ini. Tradisi bermukim
masyarakat Badui sangat hormat dan menjaga kelestarian alam tempat mereka tinggal. Pemanfaatan sumber
daya alam yang selektif; teknologi tepat guna; larangan dan aturan yang ketat menghasilkan budaya
bermukim yang selaras dengan alam. Sebuah ilmu yang perlu dipelajari, diteladani dan dikembangkan untuk
menjawab tantangan modern. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji keselarasan tradisi bermukim masyarakat
Badui dengan karakteristik Arsitektur Berkelanjutan
Kata kunci: Arsitektur Berkelanjutan; Tradisi Bermukim; Masyarakat Badui

PENDAHULUAN energi yang cukup besar di dunia. Bangunan


Dalam tiga dekade terakhir krisis energi dan mengkonsumsi seperenam sumber air bersih,
kerusakan lingkungan mungkin merupakan isu seperempat kayu alam dan duaperlima bahan
yang paling banya dibicarakan masyarakat bakar fosil. Berawal dari sebutan Sustaiable
dunia. Krisis tersebut mengancam Architecture sebagai gagasan konsep
kesejahteraan manusia dan juga kelestarian pembangunan berkelanjutan di bidang
alam secara menyeluruh. Capra (2006:515) arsitektur kemudian berkembang sampai
menengarai bermacam-macam bencana, krisis sekarang dikenal sebagai Green Architecture.
serta kerusakan tersebut saling berhubungan Arsitektur hijau dapat dikatakan sebagai
dan bersumber dari cara pandang yang gerakan dalam bidang arsitektur yang
mekanistis dan lebih berorientasi pada mempertimbangkan konsep pembangunan
manusia (antropocentris) (Hadi, 2009:17). berkelanjutan dalam kaidah-kaidahnya
Kondisi tersebut mendorong kesadaran (Saraswati, 2011:4).
manusia untuk merombak cara pandang lama Bermacam penelitian, pengembangan ilmu
dengan cara pandang yang lebih holistik dan teknologi serta rancangan modern
ekologis, bahwa manusia bukan pusat dikerahkan untuk mendukung gerakan
segalanya, melainkan salah satu dan demikian kesadaran lingkungan. Indonesia sebagai
banyak elemen yang berhubungan dan bagian dari masyarakat duniapun tidak lekang
menyusun alam semesta. Gerakan kesadaran dari eforia tersebut. Banyak diantara kita yang
ini tumbuh dalam bentuk Sustainable demikian kagum dengan hasil pemikiran para
Development dan berkembang dengan ahli dan pemikir Barat tentang green
bermacam macam sebutan. Bidang architecture dan mencoba menerapannya di
arsitekturpun tidak terlepas pengaruh sini. Sebagian ahli rupanya berpendapat lain,
gelombang kesadaran tadi. Bahkan arsitektur bahwa ilmu pengetahuan dan teknologi yang
sebagai sebuah ilmu rancangan yang paling cocok diterapkan di Indosesia
menghasilkan bangunan merupakan target selayaknya digali dari bumi Indonesia sendiri.
penting bagi gerakan ini. Menurut Wines Kekayaan budaya masyarakat Nusantara
(2008:12), bangunan merupakan penghisap menyediakan sumber yang tiada tara untuk

87
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.14 No.2 Juli - Desember 2014

digali, ditemukan kembali dan dikembangkan ketentuan dan larangan yang berlaku dalam
untuk menjawab tantangan pada saat ini kehidupan masyarakat yang menjadi panutan
(Pangarsa,2007:56). Salah satunya adalah aktifitas masyarakat, memaknainya dalam
masyarakat Badui di Banten. kaitannya dengan kondisi dan tantangan pada
Masyarakat Badui merupakan salah satu dari saat ini.
sedikit suku yang masih kukuh-ketat menjaga
tradisi kebudayaannya ditengah gelombang KAJIAN PUSTAKA
modernisasi di Indonesia. Mereka dikenal Kebudayaan, Tradisi dan Arsitektur
sebagai masyarakat yang sangat menjaga dan Ketika manusia memulai kehidupannya, dia
menghormati lingkungan alam tempat mereka akan dihapakan pada tantangan alam tempat
hidup. Mereka beranggapan masuknya dia hidup, manusia dengan akal pikirannya
budaya modern akan melunturkan tradisi yang kemudian mencoba menyesuaikan dan
telah dibina, dijaga dan dikembangkan untuk mengelola alam untuk menunjang
kehidupan mereka, termasuk dalam hal kehidupanya. Dari sinilah kebudayaan muncul
menjaga kelestarian alam sehingga mereka dan berkembang seiring dengan
kemudian menutup diri dan menolak segala perkembangan masyarakat dan
bentuk ilmu dan teknologi moderen dari luar. kehidupannya. (Poerwanto,1997:60).
Sementara orang menganggap bahwa mereka Kebudayaan dengan demikian akan sangat
adalah masyarakat terbelakang, namun tentu tergantung pada siapa dan di mana
saja pendapat tersebut keluar dari sudut sebagaimana dikatakan Oliver (2006:xxi)
pandang orang-orang yang melihatnya hanya bahwa tidak ada kebudayaan yang sama dari
dari sudut pandang modernisasi yang menjadi masyarakat di tempat yang berbeda.
panutannya. Kebudayaan berkembang sebagaimana
manusianya, artinya kebudayaan akan terus
Perikehidupan masyarakat Badui dalam berubah menyesuaikan dengan kondisi alam
berinteraksi dengan alam niscaya dapat dan masyarakatnya dari waktu ke waktu.
menjadi teladan bagi masyarakat modern Perubahan ini juga bisa disebabkan karena
dalam menghadapi tantangan pada saat ini. percampuran dengan kebudayaan lain karena
Pengetahuan apa yang dapat di gali dari tradisi interaksi dan pergaulan antar masyarakat
bermukim dari masyarakat Badui, bagaimana (Poerwanto, 1997:64). Dalam suatu
pengetahuan ini dapat menjadi inspirasi dan kebudayaan yang relatif tetap, kebudayaan
dapat ditumbuh-kembangkan untuk tersebut tetap saja berubah, masalahnya
menjawab tantangan pada saat ini. Benarkah adalah bagaimana perubahan tersebut tidak
bahwa tradisi bermukim masyarakat Badui sampai merubah karakter inti dari kebudayaan
merupakan ilmu tentang kehidupan tersebut dan terjadi secara lambat berangsur-
berkelanjutan dari bangsa kita sendiri yang angsur dari masa ke masa (Rapoport,1994:6).
bahkan tidak kalah indahnya dengan ilmu Pada pokoknya selama masyarakat pemegang
“green living” pada saat ini. Bahkan ilmu kebudayaan tersebut menganggap bahwa
tersebut bukan sekedar teori, namun telah kebudayaannya masih bernilai dan
dilakukan dikoreksi dan disesuaikan dengan bermanfaat untuk melangsungkan
waktu dan kondisi setempat dari generasi ke kehidupannya, maka kebudayaan tersebut
generasi. masih akan tetap dipertahankan dan diajarkan
pada anak keturunannya sebagai bekal
Tujuan bahasan ini adalah untuk memberikan kehidupannya. Dengan demikian kebudayaan
gambaran kehidupan masyarakat Badui dalam tersebut akan menjadi tradisi yang tidak
tradisi bermukim, khususnya dalam bidang banyak mengalami perubahan. Pada
arsitektur dan mengambil teladan untuk kebudayaan, tradisi akan menjadi ciri kuat
menghadapi tantangan kehidupan saat ini. yang menandai keberadaan masyarakat
Tujuan dicapai dengan cara menggambarkan tersebut, sekalipun beberapa orang
permukiman dan aktifitas masyarakat,

88
Menengok Arsitektur Permukiman Masyarakat Badui, Arsitektur Berkelanjutan Dari Halaman Sendiri

menganggap tradisi menandakan kekolotan tempat lain dan dari satu waktu ke waktu
dan keterbelakangan. selanjutnya. Secara umum arsitektur
Manusia menyesuaikan dengan lingkungan berkelanjutan akan menerapkan konsep
alam dimana ia tinggal. Bentuk penyesuaian pembangunan berkelanjutan, yakni konsep
tersebut terlihat pada bagaimana ia untuk mempertahankan sumber daya alam
membangun “sarangnya”. Sebagai mahluk dan bahkan sumber daya manusia untuk
yang dikaruniai akal pikiran tentulah sarang ini dapat bertahan lebih lama. Dengan demikian
tidak sekedar jadi karena nalurinya, melainkan pembangunan berkelanjutan mempuyai tiga
melalui penelaahan dan pemikitan yang kata kunci, yakni: pembangunan, kebutuhan
mendalam, baik dari segi fungsi, konstruksi, dan generasi mendatang. Pembangunan
bahkan juga estetika serta simbolisasinya. berkelanjutan sendiri mendasarkan pada tiga
Aturan-aturan membangun disepakati dalam pilar yakni pembangunan sosial,
kelompok suku dimana manusia tersebut pembangunan ekonomi dan pembangunan
tinggal tentunya setelah terbukti bahwa lingkungan. Dari interaksi ketiga pilar tersebut
aturan-aturan tersebut terbukti dapat maka pembangunan berkelanjutan akan
menyelesaikan pernasalahan yang terjadi merujuk pada pembangunan yang ekologis,
pada saat itu. Kesepakatan ini kemudian juga yang memperhatikan lingkungan secara
diturunkan pada generasi selanjutnya. Dan keseluruhan. Dalam bidang arsitektur
selama aturan tersebut tetap dianggap up to pengembangan konsep pembangunan
date serta dapat menyelesaikan masalah pada berkelanjutan kemudian menghadirkan
generasi berikutnya maka aturan tersebut bermacam-macam ‘aliran’ seperti Arsitektur
akan tetap dipakai dengan menyesuaikan Ekologis, Arsitektur Ramah Lingkungan,
pada perkembangan tantangan serta Arsitektur Hemat Energi, Arsitektur
permasalahan yang terjadi (Asquith & Bioklimatik, termasuk juga Arsitektur Hijau
Velingga, 2006:7). Dengan demikian arsitektur (Green Architecture). Devinisi untuk arsitektur
hunian yang aturan-aturannya didapatkan hijau sendiri adalah arsitektur yang mencoba
secara turun temurun tersebut akan selalu sehemat mungkin mengkonsumsi sumber
mempunyai kesamaan cirri yakni pengaruh daya alam dan meminimalkan dampak negatif
sosial dan budaya masyarakat, serta terhadap lingkungan sehingga akan terjadi
keterkaitan yang dalam dengan lingkungan keselarasan antara manusia dengan
alam setempat. Bentuk, tata ruang dari hunian lingkungannya. Konsep arsitektur arsitektur
dengan sendirinya akan merupakan hasil hijau ini akan
bersama yang dipengaruhi oleh kebudayaan, Sebagai sebuah gerakan untuk mencegah
teknologi, material yang tersedia, iklim dan kerusakan dunia yang berkelanjutan, maka
konstruksi (Rapoport, 1969:47). pada banyak negara-negara di dunia
kemudian menerapkan konsep-konsep
Arsitektur Berkelanjutan arsitektur tersebut dalam bentuk aturan
Arsitektur pada dasarnya ditujukan untuk membangun. Pada saat ini peraturan-
meningkatkan kualitas hidup manusia. Sebagai peraturan tersebut masih dalam bentuk
bagian dari lingkungan alam maka seharusnya ‘labelling’ yakni memberikan predikat atau
peningkatan kualitas tersebut tidak hanya penghargaan pada bangunan atau karya
menyangkut manusia itu sendiri, namun juga arsitektur. Green Buliding Counsil, sebuah
lingkungan dimana ia tinggal dan lembaga yang mengevaluasi bangunan-
berkehidupan. Menurut James Steele, bangunan yang sudah maupun dalam
arsitektur berkelanjutan adalah arsitektur perencanaan memberikan label mulai dari
yang mampu memenuhi kebutuhan pada saat perunggu yang terendah sampai ke emas yang
ini dengan tidak membahayakan generasi tertinggi. Pada saatnya kelak aturan-aturan
mendatang dalam memenuhi kebutuhannya, tersebut tentu akan diterapkan dalam bentuk
dimanapun dia berada. Kebutuhan yang sudah persyaratan pada setiap bangunan.
tentu akan berbeda dari satu tempat dengan

89
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.14 No.2 Juli - Desember 2014

Salah satu parameter untuk mengukur Permukiman masyarakat Badui Dalam


ke”hijau”an bangunan dapat dilihat pada berbentuk klaster dengan barisan rumah-
Greenship Rating Tool untuk Gedung rumah yang berjajar rapat. Terletak pada
Terbangun versi 10 yang meliputi: Apropriate transis melandai di dekat aliran sungai. Transis
Site Development, Energi Evisiensi & yang miring akan memudahkan aliran air
Conservation, Water Conservation, Material ketika hujan sehingga hampir tidak terdapat
Resources & Cycle, Indoor Health & Comfort genangan di dalam lingkungan
dan Building Environment Management. Tolok permukimannya. Orientasi rumah selalu ke
ukur tersebut kemudian dijabarkan lebih rinci Utara selatan, berhadap-hadapan dengan
serta disematkan nilai pada tiap-tiap tetangga dalam jarak cukup rapat. Terdapat
bagiannya. pelataran cukup luas untuk tempat berkumpul
warga dengan rumah kepala desa atau Puun di
Permukiman Masyarakat Badui ujungnya serta banjar tempat pertemuan dan
Suku Badui tinggal di daerah pegunungan di rumah lesung tempat menumbuk padi di
wilayah Kabupaten Lebak Propinsi Banten. ujung yang lain. Lumbung padi terletak di tepi
Suku Badui sendiri terbagi menjadi dua, yakni permukiman atau agak terpisah, merupakan
Badui Dalam dan Badui Luar. Suku Badui kumpulan lumbung yang masing-masing
Dalam dapat dikatakan adalah inti dari dimiliki satu keluarga. Selain rumah satu satu
masyarakat Badui, mereka masih keluarga umumnya mempunyai huma di
mempertahankan adat tradisinya dengan ladang yang letaknya bisa agak jauh dari
teguh. Mereka menolak budaya modern permukiman. Setiap satu kepala keluarga
termasuk hasil-hasil kebudayaannya, alat disediakan satu ladang yang luasnya
elektronik, kendaraan dilarang dipakai, sebanding dengan tenaganya untuk mengolah
bahkan pendidikan modern tidak tanpa dibantu orang lain. Ketika musim tanam
diperbolehkan. Mereka tinggal di wilayah desa atau panen satu keluarga bisa tinggal di huma
Kanekes yang meliputi desa Cibeo, Cikeusik sampai berhari-hari.
dan Cikertawarna. Penampilan masyarakatnya Sungai menjadi prasarana lingkungan yang
ditandai dengan pakaian berwarna putih atau fital. Penggunaan sungai dibagi tiga. Bagian
hitam dan ikat kepala putih. Perangai hulu digunakan untuk mandi, bagian tengah
masyarakatnya halus, polos serta jujur. untuk mencuci dan bagian hilir untuk buang
Sementara masyarakat Badui Luar tinggal di air. Air untuk minum diambil dari mata air
desa-desa disekitarnya, sekalipun masih atau pada bagian hulu sungai. Dilarang
bersaudara, masyarakat badui luar sudah menggunakan sabun ketika mandi dan
mulai melepaskan diri dari adat dan mengikuti mencuci, dilarang menggunakan pasta gigi
perkembangan. Desa-desa Badui Dalam ketika sikat gigi. Larangan ini dimaksudkan
letaknya terpencil. Untuk mencapainya harus untuk mencegah polusi pada aliran sungai.
berjalan kaki sejauh lebih kurang 12 kilometer Rumah tradisional Badui disebut Imah.
dari desa Cibolegar dengan medan naik turun Berbentuk empat persegi panjang dengan
berbukit-bukit. Tidak ada sarana transportasi atap kampung dan sosoran di salah satu
untuk menuju ke desa Badui Dalam. Konon sisinya disebut atap sulah nyanda. Bagian
mereka selalu menolak rencana pemerintah dalam terdiri dari tiga ruangan, yakni sosoro,
untuk membangun jalan untuk memecahkan disisi selatan yang digunakan untuk menerima
keterasingan tersebut, demikian juga rencana tamu; Tepas di sisi samping memanjang ke
pembuatan sekolah dan sarana prasarana belakang dan digunakan untuk ruang kegiatan
lingkungan yang lain. Menurut mereka sekali keluarga; Imah yang merupakan inti rumah,
akses tersebut terbentuk maka gelombang tempat tungku dan dapur serta digunakan
pengaruh dunia luar akan sangat hebat dan untuk kegiatan intern keluarga. Ruang sosoro
mereka akan sangat sulit mempertahankan didepan menyambung dengan ruang tepas
kemurnian adapt istiadatnya. tanpa pembatas, membentuk huruf “L”,
smentara Imah tertutup dengan hanya satu

90
Menengok Arsitektur Permukiman Masyarakat Badui, Arsitektur Berkelanjutan Dari Halaman Sendiri

pintu. Pintu rumah merupakan satu-satunya lumbung. Dinding dari anyaman bambu yang
pintu masuk ke dalam rumah. Terdapat di dilapisi ijuk untuk merapatkan dinding dan
sebelah sisi bangunan, ditandai dengan menjaga suhu udara di dalam lumbung.
adanya emperan atau teras kecil serta anak Rupanya pemanfaatan sumber daya alam
tangga. setempat dilakukan maksimal secara kualitatif
Konstruksi bangunan merupakan rumah dan optimal secara kuantitatif. Bambu
panggung dengan material menggunakan misalnya, merupakan bahan bangunan yang
bahan-bahan bangunan yang terdapat di tersedia melimpah. Pemanfaatan bambu
sekitar lokasi. Pondasi bangunan sangat dominan dalam pembangunan rumah,
menggunakan batu utuh tanpa dipecah dan baik untuk elemen konstruksi maupun untuk
tidak tertanam. Batu ini digunakan untuk elemen pembentuk ruang. Untuk masing-
landasan tiang kayu rumah. Kostruksi utama masing elemen tersebut masyarakat badui
rumah seperti tiang dan balok menggunakan mengembangkan teknologi setempat yang
kayu tanpa finishing. Sambungan-sambungan walaupun sederhana tetapi sangat cocok dan
dengan purus dan coak diperkuat dengan optimal untuk kondisi setempat. Untuk jenis
pasak, tanpa paku. Rangka lantai anyaman bambu setidaknya ada empat
menggunakan bambu, bagian atasnya ditutup macam anyaman. Anyaman dinding atas yang
dengan bambu pecah yang diratakan. Untuk renggang akan memudahkan sirkulasi udara
tidur ataupun kegiatan yang lain biasanya bagian atas sementara anyaman dinding
kemudian dibentangkan tikar pandan. Dinding bawah lebih rapat agar aliran udara lebih
dibuat dari anyaman bambu dengan tulangan terkendali. Anyaman pintu yang sering dibuka
dari bambu motif anyaman seperti kepang. tutup dibuat lebih kokoh. Lantai dari bambu
Anyaman pada dinding atas lebih jarang- yang dipecah dan diratakan membuat jalinan
jarang sementara pada dinding bagian bawah antar pecahan bambu masih terjalin kuat dan
lebih rapat. Anyaman model yang lain ditemui rapat. Bambu juga dimanfaatkan untuk
pada pintu masuk, berupa anyaman bambu membuat perabot perabot rumah seperti
fertikal dari bilah bambu. Anyaman dengan tempat minum, tempat mengambil air bersih,
jenis yang mirip juga digunakan untuk alas tempat minyak sayur untuk penerangan serta
tempat penyimpanan di atas dengan rangka tempat sampah. Semua perabot dibuat
dari bambu. dengan bentuk tertentu untuk memudahkan
Rangka atap bangunan menggunakan kayu kerja dan menghasilkan manfaat yang
dengan rangka penutup atap dari bambu, maksimal.
sementara penutup atapnya menggunakan Pembangunan rumah dilakukan setelah
anyaman daun nipah. Secara umum konstruksi mendapat persetujuan dari sesepuh setempat
rumah menggunakan sistim knock down. yang mendapat mandat untuk mengurusi
Masyarakat Badui dalam membangun masalah tersebut. Biasanya keluarga yang
rumahnya biasa mempersiapkan elemen dan akan membangun rumah menabung
material bangunannya lebih dahulu, kemudian materialnya lebih dahulu. Mengumpulkan
secara bergotong royong merakitnya menjadi kayu dan bambu untuk rangka rumah,
sebuah rumah, sehingga waktu untuk anyaman bambu untuk dinding dan lantai,
mendirikan rumah tidak terlalu lama. setelah cukup lengkap baru kemudian secara
Lumbung tempat menyimpan padi dan hasil bergotong royong rumah didirikan dengan
ladang juga merupakan bangunan yang cukup melibatkan seluruh warga masyarakat.
penting. Berupa rumah panggung beratap Sementara para laki-laki bekerja membangun
pelana dengan ukuran kecil. Pintu terdapat rumah, wanita memasak dan menyiapkan
didinding bagian atas sehingga untuk bagian-bagian yang lebih kecil. Kami pernah
memeasuki lumbung diperlukan tangga. Pada membangun 12 rumah hanya dalam waktu
kaki-kaki rumah panggung terdapat dataran dua hari, kata pak
bundar seperi meja yang berfungsi untuk Masyarakat Badui secara adat bermata
mencegah tikus maupun hewan lain naik ke pencaharian sebagai petani, pertanian

91
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.14 No.2 Juli - Desember 2014

dilakukan dengan system ladang dengan Pemilihan tapak menjadi hal yang krusial
mengandalkan hujan. Selain berladang ketika seseorang membangun tempat
mereka juga memanen hasil hutan seperti tinggalnya. Permukiman masyarakat Badui
kopi, buah-buahan. Mereka lebih banyak Dalam terletak pada wilayah yang melereng
memanfaatkan hasil pertanian atau hasil landai. Pada kemiringan yang landai ini
hutan untuk keperluan sendiri atau ditukarkan masalah drainage dengan mudah diatasi dan
dengan bahan-bahan kebutuhan mereka. Jual lahan permukiman dapat senantiasa kering.
beli dalam artian ekonomi tidak dilakukan Permukiman juga dibangun dekat dengan
masyarakat. Mereka tidak pernah berpikir sungai dengan pertimbangan untuk
untuk menimbun kekayaan atau melakukan kebutuhan keseharian. Pembagian
investasi. “Kalau ada lebih ya disimpan untuk penggunaan sungai menurut jenis kegiatan
dimakan selanjutnya, kalau tidak punya ya serta larangan untuk membuang serta
ditukar dengan yang ada”. Dalam bertani, menggunakan bahan-bahan asing ke sungai
setiap keluarga mendapatkan jatah tempat dilakukan untuk memastikan sungai tetap
garapan di seputar desa, luasnya dibatasi tidak tercemari oleh adanya kegiatan
sesuai dengan kekuatan dari keluarga tersebut masyarakat permukiman tersebut. Tidak
membuka ladang dan mengelolanya sampai banyak penyesuaian tanah untuk kebutuhan
menghasilkan, tidak terpikir untuk permukiman tersebut, hanya batu-batu yang
memperkerjakan orang lain sehingga bisa diletakkan sebagai tumpuan kolom-kolom
membuka ladang seluas-luasnya. kayu rumah. Pemilihan lokasi dan perlakuan
Ketika musim tanam tiba satu keluarga terhadap lahan ini niscaya dapat memenuhi
termasuk anak-anak akan pindah dari rumah persyaratan Green Building pada bagian
menempati huma di dekat ladangnya. Sehari Apropriate Site Develoment serta Water
penuh satu keluarga ini akan bahu-membahu Conservation.
mengerjakan ladangnya. Mereka bisa tinggal Rumah tradisional masyarakat Badui hanya
selama berhari-hari sampai pekerjaan mengenal tiga ruangan dengan satu ruangan
bertanam selesai dan dapat ditinggal. Karena yang betul-betul terpisah dari ruang yang lain.
hanya mengandalkan hujan, dalam satu tahun Tentunya ruang-ruang tersebut dapat
hanya dapat panen satu atau dua kali, digunakan untuk bermacam-macam kegiatan
diantara masa-masa itu masyarakat menanam yang sejenis. Ruang multi fungsi ini juga
ubi atau jagung. menjadikan ruangan menjadi efisien. Apalagi
Diantara kesibukan dalam masa bertanam, tidak banyak perabot yang digunakan untuk
masyarakat badui membuat kerajinan tangan mendukung kegiatan dalam ruangan kecuali
untuk kemudian ditukarkan dengan bahan gelaran tikar untuk duduk bersila. Walaupun
pangan yang diperlukan. Adakalanya mereka tidak sama persis dalam ukurannya, namun
pergi ke luar daerahnya untuk melihat semua bangunan rumah relafif kecil dan
suasana luar. Semua perjalanan dilakukan semuanya terpakai secara optimal.
dengan berjalan kaki, sekalipun harus Kecuali struktur utama rumah, hampir semua
menempuh waktu berhari-hari. Untuk ke material bangunan, bahkan sampai ke perabot
Jakarta saja misalnya mereka harus dan peralatan rumah tangga mengeksplorasi
menempuhnya dalam waktu dua hari. bambu. Material yang sampai saat ini tersedia
Keinginan melihat dunia luar sempat melimpah di wilayah tersebut. Bambu sendiri
dilontarkan oleh Asep. Dimana letak kota merupakan jenis material yang cukup kuat
Semarang kalau dari Jakara, apakah jalannya daya tahannya kalau diperlakukan dengan
banyak cabangnya, bisa sampai tidak kalau benar. Bambu tersedia cukup melimpah
menyusuri rel kereta api. karena cepat pertumbuhannya serta mudah
pemeliharaannya. Masyarakat Badui
HASIL DAN PEMBAHASAN mempunyai perhitungan serta aturan yang
Green Architecture Pada Permukiman dianut secara tradisionil ketika memanfaatkan
Masyarakat Badui bambu, baik untuk rumah maupun untuk

92
Menengok Arsitektur Permukiman Masyarakat Badui, Arsitektur Berkelanjutan Dari Halaman Sendiri

keperluan yang lainnya. Tradisi ini akan dapat sarana transportasi tidak dikenal di kalangan
menjawab Material Resources & Cycle. masyarakat Badui. Kehidupan malam
Konstruksi rumah tradisional Badui masyarakat Badui lebih banyak dilalui dengan
menggunakan atap sulah nyanda. Atap pelana tidur. Untuk menghangatkan ruang,
dengan kemiringan atap yang cukup tinggi pediangan dapur dibiarkan tetap membara,
untuk menjamin air hujan mengalir dengan namun dijaga untuk tidak menyala terlalu
cepat meninggalkan bentang atap. besar. Hampir tidak ada ruangan yang masih
Penggunaan ilalang sebagai penutup atap terang selain pediangan tersebut. Penerangan
selain ringan juga banyak tersedia serta kalaupun diperlukan menggunakan minyak
mudah pemasangannya. Struktur bangunan kelapa yang ditampung di tempurung dan
berupa panggung dengan lantai cukup tinggi diberi sumbu. Intuk menghasilkan
dari tanah. Dinding menggunakan anyaman pencahayaan yang lebih terang dan terarah,
bambu dengan bermacam fariasi anyaman. misalnya untuk menerangi jalan ketika
Bagi penghuni ruang, pemakaian material dan bepergian malam hari digunakan tempurung
konstruksinya menjamin ruangan tetap teraliri kelapa yang dicat bagian dalamnya. Ini
udara dari celah-celah anyaman dinding berfungsi seperti rumah lampu yang
bambu dengan intensitas serta kecepatan memantulkan dan mengarahkan cahaya dari
yang terjaga sehingga ruangan tetap sejuk dan nyala api minyak kelapa. Tradisi dan teknologi
kering. Letak lantai yang tinggi dari muka lokal tersebut kiranya dapat menjawab
tanah menghindarkan lembab dari tanah parameter tentang Energi Evisiensi &
mengalir ke ruangan. Lantai yang tinggi ini Conservation.
juga menghindarkan masuknya binatang serta
serangga ke dalam rumah, meskipun tidak PENUTUP
sepenuhnya berhasil dilakukan. Kenyamanan Mungkin ada yang berpendapat bahwa adalah
dan kesehatan ruang dalam kaitannya dengan sangat wajar masyarakat Badui sangat dekat
pencahayaan mungkin perlu dipertanyakan dengan alam karena populasinya masih sedikit
karena bukaan dinding sangat sedikit di rumah dibandingkan dengan daerah kediamannya,
tradisional Badui. Namun kalau melihat serta belum memerlukan tuntutan kebutuhan
kehidupan keseharian masyarakat yang hidup sebagaimana masyarakat modern.
sebagian besar dilakukan di ruang luar, maka Namun hendaknya kita berfikir bahwa justru
dapat dimengerti kalau pencahayaan dalam ketika semua krisis belum terjadi, alangkah
ruang tidak mendapatkan porsi perhatian baiknya apabila kita mempunyai kearifan
yang besar. Meskipun harus dilihat pada (wisdom) yang dapat kita gali dari masyarakat
konteks kehidupan masyarakat Bkiranya dan kebudayaan kita sendiri untuk menjaga
tradisi tersebut cukup menjawab parameter segala anugerah tersebut sebagaimana
Indoor Health & Comfort dilakukan masyarakat Badui.
Selain rumah utama, setiap keluarga
masyarakat Badui juga mempunyai sebuah DAFTAR PUSTAKA
huma selain sebidang tanah untuk bertani Asquith & Felinga, 2006, Vernacular
sesuai kebutuhan keluarganya. Huma Architecture in The Twentinth Century,
diletakkan di persawahan tempat dia bekerja. Taylor & Francis, London & New York
Setiap musim tanam satu keluarga akan Saraswati, T. 2011. Tantangan Menuju
pindah ke huma untuk mendekati tempatnya Arsitektur yang Lebih Tanggap Kondisi
bekerja. Hal ini akan memperpendek jarak Bumi dan Lingkungan. Pidato
antara rumah dengan tempat kerjanya Pengukuhan Jabatan Guru Besar pada
sehingga akan menghemat energi. Masalah Fakultas Arsitektur dan Desain
hemat energi ini juga sangat ditunjang dengan Universitas Kristen Duta Wacana
kebiasaan masyarakat untuk bepergian Yogyakarta. Yogyakarta 12 Maret.
kemanapun dengan hanya berjalan kaki. Wines, J. 2008. Green Architecture. Koln,
Masalah pencemaran yang disebabkan oleh Germany: Taschen Gmbh.

93
ISSN : 0853-2877 MODUL Vol.14 No.2 Juli - Desember 2014

Pangarsa, Galih W, 2007, Merah Putih Oliver, Paul, 2006, Built to Meet Needs,
Arsitektur Nusantara, Penerbit Andi, Cultural Issues in Vernacular
Yogyakarta Architecture, Elsevier, Oxford.
Poerwanto, Hari, 1997, Manusia, Kebudayaan Rapoport, Amos, 1969, House Form and
dan Lingkungan, Depdikbud, Jakarta Culture, Prentice Hall, London
Hadi, Sudharto P, 2009, Manusia dan .............., 2011, Greenship Rating Tool untuk
Lingkungan, BP Undip, Semarang Gedung Terbangun versi 10,
GBCIndonesia

94

Anda mungkin juga menyukai