Anda di halaman 1dari 4

1.

FERTILISASI

Fertilisasi (pembuahan), proses penyatuan gamet pria dan wanita, terjadi di daerah ampula tuba
uterina. Ini adalah bagian terlebar tuba dan terletak dekat dengan ovarium (Gambar 3.4).
Spermatozoa mungkin tetap dapat hidup di dalam saluran reproduksi wanita selama beberapa hari.
Hanya 1 % sperma yang mengendap di vagina masuk ke serviks, tempat sperma tersebut mungkin
bertahan hidup berjam-jam. Pergerakan sperma dari serviks ke tuba uterina terutama terjadi melalui
dorongan dirinya sendiri, meskipun gerakan tersebut juga mungkin dibantu oleh gerakan cairan yang
tercipta oleh silia uterus. Perjalanan dari serviks ke oviduktus memerlukan waktu minimal 2 sampai 7
jam, dan setelah mencapai istmus, sPerma menjadi kurang gesit dan berhenti bermigrasi. Saat
ovulasi, sperma kembali gesit, mungkin karena kemoatraktan yang dihasilkan oleh sel-sel kumulus di
sekitar sel telur, dan berenang menuju ampula, tempat pembuahan biasanya terjadi. Spermatozoa
tidak mampumembuahi oosit segera setelahtiba di saluran genitalia wanita karena harus menjalani
(") kapasitasi dan (b) reaksi akrosom untuk memperoleh kemampuan ini.

Kapasitasi adalah periode pengondisian di saluran reproduksi wanita yang pada manusia
berlangsung sekitar 7 iam. Sebagian besar dari pengondisian ini, yang terjadi di tuba uterina,
melibatkan interaksi epitelial antara sperma dan permukaan mukosa tuba. Selama periode ini,
selubung glikoprotein dan protein plasma semen disingkirkan dari membran plasma yang menutupi
regio akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang telah terkapasitasi dapat menembus sel-sel korona
radiata dan mengalami reaksi akrosom.

Reaksi akrosom yang terjadi setelah pengikatan ke zona pelusida, dipicu oleh protein-protein zona.
Reaksi ini memuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida,
termasuk bahan mirip-akrosin dan mirip-tripsin (Gambar 3.5), Fase pembuahan mencakup fase 1,
penetrasi korona radiata; fase 2, penetrasi zona pelusida; dan fase 3, penyatuan membran sel
sperma dan oosit .
Fase l: Penetrasi Korona Radiata

Dari 200 sampai 300 juta spermatozoa yang diletakkan di saluran genitalia wanita, hanya 300 sampai
500 yang mencapai tempat pembuahan. Hanya salah satu dari jumlah ini yang membuahi sel telur.
Diperkirakan bahwa spermatozoa- spermatozoa yang lain membantu spermatozoa yang membuahi
untuk menembus sawar pelindung gamet wanita. Sperma yang telah menialani kapasitasi dapat
bebas melewati sel-sel korona (Gambar 3.5).

Fase 2: PenetrasiZona Pelusida

Zona inr adalah suatu selubung glikoprotein yang mengelilingi sel telur yang mempermudah dan
mempertahankan pengikatan sperma dan memicu reaksi akrosom. Baik pengikatan maupun reaksi
akrosom diperantarai oleh ligan ZP3, suatu protein zona pelusida. Pelepasan enzim-enzim akrosom
(akrosin) memungkinkan sperma menembus zona dan berkontak dengan membran plasma oosit
(Gambar 3.5). Permeabilitas zona pelusida berubah ketika kepala sperma berkontak dengan
permukaan oosit. Kontak ini menyebabkan pelepasan enzimenzim lisosom dari granula korteks yang
melapisi membran plasma oosit. Sebaliknya, enzim-enzim ini mengubah sifat zona pelusida (reaksi
zona) untuk mencegah penetrasi sperma dan menginaktifkan tempat-tempat reseptor spesifik-
spesies untuk spermatozoa di permukaan zona. Spermatozoa lain dapat ditemukan terbenam di
zona pelusida, tetapi hanya satu yang tampaknya dapat menembus oosit (Gambar 3.6).

Fase 3: Fusi Membran Sel Sperma dan Oosit

Perlekatan awal spermake oosit sebagian diperantarai oleh interaksi integrin oosit dan ligannya,
disintegrin, di sperma. Setelah melekat, membran plasma sperma dan sel telur menyatu (Gambar
3.5). Karena membran plasma yang membungkus tudung kepala akrosom lenyap sewaktu reaksi
akrosom, penyatuan sebenarnya terjadi antara membran oosit dan membran yang membungkus
bagian posterior kepala sperma (Gambar 3.5). Pada manusia, baik bagian kepala maupun ekor
spermatozoa masuk ke dalam sitoplasma oosit, tetapi membran plasma ditinggalkan di belakang di
permukaan oosit. Segera setelah spermatozoa masuk ke oosit, sel telur berespons dengan tiga cara:

l. Reaksi korteks dan zona.

Akibat pembebasan granula oosit di korteks yang mengandung enzim-enzim lisosom maka

(a) membran oosit menjadi tidak dapat ditembus oleh spermatozoa lain, dan

(b) zona pelusida mengubah struktur dan komposisinya untuk mencegah pengikatan dan penetrasi
sperma.

Reaksi-reaksi ini mencegah polispermi (penetrasi Iebih dari satu spermatozoa ke dalam oosit).

2. Melaniutkan pembelahan meiotik kedua.

Oosit menuntaskan pembelahan meiotik keduanya segera setelah masuknya spermatozoa. Salah
satu dari sel anak yang hampir tidak mendapat sitoplasma, dikenal sebagai badan polar kedua; sel
anak yang lain adalah oosit definitif. Kromosomnya (22 plus X) tertata dalam sebuah nukleus
vesikular yang dikenal sebagai pronukleus wanita (lihat Gambar 3.6 dan 3.7).

3. Pengaktifan metabolik sel telur.


Faktor yang mengaktifkan ini mungkin dibawa oleh spermalozoa. Pengaktifan pascafusi dapat
dianggap untuk meliputi proses selular dan molekular awal yang berkaitan dengan embriogenesis
dini.

2. IMPLANTASI

Pada saat implantasi, mukosa uterus berada dalam fase sekretorik (Gambar 3.11 dan 3.12), yaitu
saat kelenjar-kelenjar dan arteri-arteri uterus bergelung-gelung dan jaringan menjadi'tebal-basahl
Akibatnya, dapat dikenali adanya tiga lapisan di endometrium: lapisan kompaktum di bagian
superfisial, lapisan spongiosum di tengah, dan lapisan basale yang tipis (Gambar 3.12).

Dalam keadaan normal, blastokista manusia tertanam di endometrium di sepanjang dinding


anterior atau posterior korpus uteri, blastokista itu terbenam di antara lubang-lubang kelenjar
(Gambar 3.12).

3.

Minggu 3

Proses paling khas yang terjadi selama minggu ketiga adalah gastrulasi yang diawali oleh munculnya
primitif streak (garis primitif), dengan ujung sefaliknya, dan nodus primitif. Di daerah nodus dan garis
ini, sel-sel epiblas bergerak ke arah dalam (invaginasi) untuk membentuk lapisan sel baru, endoderm
dan mesoderm. Sel-sel yang tidak bermigrasi melalui garis tetapi tetap di epiblas membentuk
ektoderm. Karena itu, epiblas menghasilkan ketiga lapisan germinativum mudigah: Ektoderm,
mesoderm, endoderm, dan ketiganya membentuk semua jaringan dan organ.
Setelah mengalami invaginasi, sebagian sel kemudian menggeser hipoblas, menciptakan endoderm
embrional, dan yang lain menjadi terletak di antara epiblas dan endoderm yang baru terbentuk
untuk membentuk mesoderm. Sel-sel yang tersisa di epiblas kemudian membentuk ektoderm.
Karena itu, epiblas melalui proses gastrulasi adalah sumber dari semua lapisan germinativum, dan
sel di lapisan-apisan ini akan menghasilkan semua jaringan dan organ mudigah.

Minggu 4

Anda mungkin juga menyukai