Saat sperma dapat menembus kanalis servikalis, dari ratusan juta sperma yang
diletakkan dalam satu kali ejakulasi, hanya beberapa ribu yang dapat mencapai
tempat fertilisasi. Sedemikian kecilnya persentase sperma yang diletakkan yang dapat
mencapai tujuan merupakan penyebab mengapa konsentrasi sperma harus sangat
tinggi (20 juta/mL semen) agar seorang pria dapat dianggap subur. Penyebab lain
adalah bahwa diperlukan enzim-enzim akrosom dari banyak sperma untuk menembus
sawar yang mengelilingi ovum.2
Pergerakan sperma dari serviks ke tuba uterina terjadi akibat kontraksi otot
uterus dan tuba uterina dan sangat sedikit dibantu oleh dorongan sperma itu sendiri.
Perjalanan dari serviks ke tuba uterina dapat terjadi paling cepat 30 menit atau paling
lambat 6 hari. Setelah mencapai istmus, sperma menjadi kurang motil dan berhenti
bermigrasi. Saat ovulasi, sperma kembali menjadi motil, kemungkinan disebabkan
oleh kemoatraktan yang dihasilkan oleh sel-sel kumulus yang mengelilingi sel telur,
dan berenang menuju ampula, tempat fertilisasi biasanya terjadi. Spermatozoa tidak
dapat memfertilisasi oosit segera sesudah kedatangannya di dalam saluran genitalia
wanita namun menjalani kapasitasi dan reaksi akrosom untuk memperoleh
kemampuan ini.
Reaksi akrosom, yang terjadi sesudah pengikatan pada zona pelusida, dipicu oleh
protein zona. Reaksi ini memuncak pada pelepasan enzim-enzim yang
dibutuhkan untuk menembus zona pelusida, meliputi substansi mirip-akrosin dan
mirip-tripsin (Gambar 3.5). Fase fertilisasi meliputi:
Dari 200 hingga 300 juta spermatozoa yang normalnya diletakkan di dalam
saluran genitalia wanita, hanya 300 hingga 500 yang mencapai tempat
fertilisasi. Hanya satu dari spermatozoa ini yang membuahi sel telur. Diduga bahwa
spermatozoa lainnya membantu sperma yang membuahi dalam penetrsi sawar yang
melindungi gamet wanita. Sperma yang terkapasitasi bebas menembus sel-sel korona
Zona ini merupakan selubung glikoprotein yang mengelilingi sel telur yang
mempermudah dan mempertahankan pengikatan sperma dan memicu reaksi akrosom.
Baik pengikatan maupun reaksi akrosom ini diperantarai oleh ligan ZP3, suatu
protein zona. Pelepasan enzim akrosom (akrosin) memungkinkan sperma menembus
zona sehingga berkontak dengan membran plasma oosit. Permeabilitas zona pelusida
berubah ketika kepala sperma berkontak dengan permukaan oosit. Kontak ini
menyebabkan pelepasan enzim lisosom dari granula korteks yang melapisi membran
plasma oosit. Pada gilirannya, enzim-enzim ini mengubah sifat zona pelusida (reaksi
zona) untuk mencegah penetrasi sperma dan menginaktifkan tempattempat reseptor
spesifik-spesies untuk spermatozoa di permukaan zona. Spermatozoa lainnya telah
ditemukan terbenam di dalam zona pelusida, namun hanya satu yang tampaknya
dapat menembus oosit..
Segera setelah spermatozoa masuk ke oosit, sel telur merespons dalam tiga cara:
Gambar Perkembangan zigot dari tahap dua-sel hingga menjadi tahap morula lanjut.
PEMBENTUKAN BLASTOKISTA
Saat morula masuk ke rongga uterus, cairan mulai menembus zona pelusida
masuk ke dalam ruang interselular massa sel dalam. Secara bertahap, ruang
interselular menjadi konfluen, dan pada akhirnya, terbentuk sebuah rongga, blastokel
Pada saat ini, mudigah disebut blastokista. Sel-sel massa sel dalam, yang sekarang
disebut embrioblas, berada di satu kutub, dan sel-sel massa sel luar, atau trofoblas,
memipih dan membentuk dinding epitel blastokista. Zona pelusida telah
menghilang, memungkinkan dimulainya implantasi. Pada manusia, sel-sel
trofoblastik di atas kutub embrioblas mulai menembus di antara
sel-sel epitel mukosa uterus sekitar hari keenam. Studi terbaru menunjukkan
bahwa L-selektin pada sel-sel trofoblas dan reseptor karbohidratnya di epitel uterus
memerantarai perlekatan awal blastokista pada uterus. Selektin adalah protein
pengikat karbohidrat yang terlibat di dalam interaksi antara leukosit dan
sel-sel endotel yang memungkinkan leukosit "tertangkap" dalam aliran darah.
Mekanisme serupa diduga terjadi untuk "penangkapan" blastokista dari rongga uterus
oleh epitel uterus. Sesudah penangkapan oleh selektin, perlekatan dan invasi
selanjutnya oleh trofoblas melibatkan integrin, diekspresikan oleh trofoblas dan
molekul matriks ekstraselular laminin dan fibronektin. Reseptor integrin untuk
laminin mendorong perlekatan, sementara reseptor untuk fibronektin merangsang
migrasi. Molekul-molekul ini juga berinteraksi di sepanjang jalur transduksi sinyal
untuk mengatur diferensiasi trofoblas, sehingga implantasi adalah hasil dari kerja
sama trofoblas dan endometrium. Oleh sebab itu, pada akhir minggu pertama
perkembangan, zigot manusia telah melalui tahapan morula dan blastokista dan telah
memulai implantasi di dalam mukosa uterus.
Minggu ke 2
Hari Ke 8
Sel-sel massa sel dalam atau embrioblas juga berdiferensiasi menjadi dua
lapisan: (1) lapisan sel-sel kuboid kecil di samping rongga blastokista, dikenal
sebagai lapisan hipoblas, dan (2) lapisan sel-sel silindris tinggi di samping rongga
amnion, yang dikenal sebagai lapisan epiblas. Bersama-sama, lapisan-lapisan tersebut
membentuk suatu cakram (diskus) gepeng. Pada saat yang sama, rongga kecil muncul
di dalam epiblas. Rongga ini membesar menjadi rongga amnion. Selsel epiblas yang
berdekatan dengan sitotrofoblas disebut amnioblas; bersama-sama dengan epiblas
lainnya, sel-sel ini melapisi rongga amnion. Stroma endometrium di dekat tempat
implantasi tampak edema dan sangat vaskular. Kelenjar-kelenjar yang besar dan
melengkung-lengkung menyekresikan banyak glikogen dan mukus.
Hari ke 9
Sementara itu, populasi baru sel muncul di antara permukaan bagian dalam
sitotrofoblas dan permukaan bagian luar rongga eksoselom. Sel-sel ini, berasal dari
sel-sel yolk sac, membentuk jaringan ikat longgar halus, mesoderm ekstraembrional,
yang pada akhirnya mengisi seluruh ruang di antara trofoblas di bagian luar serta
amnion dan membran eksoselom di bagian dalam. Tidak lama kemudian, terbentuk
rongga-rongga besar di dalam mesoderm ekstraembrional, dan ketika rongga-rongga
ini menyatu, terbentuklah suatu rongga baru, yang dikenal sebagai rongga
ekstraembrional, atau rongga korion. Rongga ini mengelilingi yolk sac primitif dan
rongga amnion, kecuali di tempat diskus germinativum terhubung dengan trofoblas
melalui tangkai penghubung. Mesodem ekstraembrional yang melapisi sitotrofoblas
dan amnion disebut mesoderm somatopleura ekstraembrional; lapisan yang menutupi
yolk sac dikenal sebagai mesoderm splanknopleura ekstraembrional.
Hari ke 13