Anda di halaman 1dari 189

Modul 1 Perubahan dan Kesinambungan dalam Kehidupan Bangsa Indonesia

Masa Pra Aksara, Hindu-Budha, Islam, Kolonialisme Barat di Indonesia, dan


Aplikasinya dalam Pembelajaran IPS.

Penulis :
Arif Purnomo, S.Pd., SS., M.Pd, e-Mail: arifpurnomo32@mail.unnes.ac.id

ISBN : ……..

Editor:
1. Dr. Rudy Gunawan, M.Pd.
2. Dr. Huriah Rachmah, M.Pd.

Penyunting :

……….

Desain Sampul dan Tata Letak


Jefri Aristiadi

Penerbit :

Kemendikbud

Redaksi :
Kompleks Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Gedung A Lt. 2, Jl. Jenderal
Sudirman, Senayan, Jakarta Pusat
Telepon: (021) 5733353

Distributor Tunggal:

Cetakan Pertama : 2019

Hak cipta dilindungi Undang-Undang


Dilarang memperbanyak modul ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa
ijin tertulis dari penerbit

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur senaniasa penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan Modul 1 Profesional
PPG Dalam Jabatan dapat diselesaikan. Modul ini disusun untuk menambah
kompetensi mahasiswa PPG yang mengikuti kegiatan pembelajaran daring,
terutama pada materi perubahan dan kesinambungan bangsa Indonesia masa Pra
Aksara, Hindu-Budha, Islam, Kolonialisme Barat di Indonesia dan aplikasinya
dalam pembelajaran.

Penulis menyadari bahwa penulisan modul ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih pada
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang telah memberikan kepercayaan
pada penulis mengambil bagian dalam penulisan modul IPS PPG Dalam Jabatan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan pada Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan izin melakukan penulisan modul ini. Ucapan terima kasih
juga disampaikan pada Dekan Fakultas Ilmu Sosial, Koordinator Prodi Pendidikan
IPS FIS Universitas Negeri Semarang yang telah berkenan memberi kepercayaan
kepada penulis untuk menyelesaikan penulisan modul ini. Terima kasih juga pada
teman-teman penulis atas kekompakan dan kontribusi bagi kelancaran penulisan
modul 1 ini.

Akhirnya penulis hanya dapat berharap semoga modul ini dapat memberikan
sumbangan terhadap kehidupan praktis dan perkembangan ilmu pengetahuan
sosial. Selamat membaca dan sukses selalu....

Semarang, November 2019


Penulis,

Arif Purnomo

iii
DAFTAR ISI

Cover Dalam……………………………..……………………………….. ii
Kata Pengantar…………………………………………………………….. iii
Daftar Isi ………………………………………………………………….. iv
KB 1 Perubahan dan Kesinambungan dalam Kehidupan Bangsa
Indonesia Masa Pra Aksara dan Hindu-Budha
A Pendahuluan …………………………………………………….. 1
B Capaian Pembelajaran …………………………………………… 3
C Sub Capaian Pembelajaran ………………………………………. 3
D Uraian Materi ……………………………………………………. 4
E Rangkuman ……………………………………………………… 56
F Tes Formatif KB 1 ………………………………………………. 58
G Daftar Pustaka …………………………………………………… 61
H Kunci Jawaban Tes Formatif KB 1 ……………………………… 62

iv
A. PENDAHULUAN

Peserta PPG yang berbahagia, semoga Saudara selalu dalam keadaan sehat,
sehingga dapat mempelajari modul ini. Pada kesempatan ini, Saudara mempelajari
modul 1 IPS pada KB 1 dengan judul Perubahan Dan Kesinambungan dalam
Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pra Aksara dan Hindu-Budha dan Aplikasinya
dalam Pembelajaran IPS. Kegiatan Belajar 1 terdiri atas Pendahuluan, Capaian
Pembelajaran (CP), Sub-Capaian Pembelajaran, Uraian Materi, Rangkuman, Tes
Formatif, Daftar Pustaka. Selamat mempelajari modul 1 KB 1, semoga Saudara
sukses selalu.
Masa pra aksara sering didefinisikan sebagai masa kehidupan manusia belum
mengenal tulisan. Masa pra aksara sering juga disebut dengan istilah nirlekha, pra
sejarah atau pre history. Mengacu pada definisi tentang masa pra aksara, objek kajian
masa pra aksara adalah sejak manusia ada sampai ditemukannya tulisan yang
dipahatkan pada tiang batu di Kerajaan Kutai, yang disebut Yupa.
Kehidupan manusia masa pra aksara diketahui dari fosil dan artefak atau
benda-benda yang ditinggalkan untuk mengetahui bentuk interaksi antara manusia
purba dengan alam sekitarnya. Fosil adalah sisa-sisa makhluk hidup yang telah
membatu karena adanya proses kimiawi. Fosil merupakan peninggalan masa lampau
yang sudah tertimbun ratusan, ribuan, bahkan jutaan tahun lalu. Contoh fosil antara
lain: fosil manusia, binatang, pepohonan (tumbuhan). Selain fosil, sumber prasejarah
adalah artefak, yaitu peninggalan masa lampau berupa alat kehidupan/hasil budaya
yang terbuat dari batu, tulang, kayu, dan logam.
Untuk memahami kehidupan masa pra aksara di Indonesia, Saudara terlebih
dahulu harus mengetahui munculnya kehidupan manusia dan migrasi awal manusia
masa pra aksara di Indonesia. Oleh karena itu, pada bagian awal kegiatan belajar ini
Saudara diminta mempelajari pembagian zaman secara geologi, yang menjelaskan
awal kehidupan manusia di Indonesia. Penjelaskan dilanjutkan dengan asal usul
manusia Indonesia dan kehidupan manusia masa pa aksara pada masa batu dan
logam.
Pembahasan berikutnya adalah materi sejarah, terutama masa Hindu-Budha.
Pada umumnya dapat dinyatakan bahwa bangsa Indonesia memasuki masa sejarah

1
saat ditemukannya tulisan yang dipahatkan pada tugu batu yang disebut Yupa pada
Kerajaan Kutai abad ke-5 M, yang berasal dari raja Mulawarman. Sebelum masa itu,
ada juga sedikit keterangan tertulis dari bangsa asing, terutama bangsa Tiongkok,
Yunani dan India yang menyinggung bangsa Indonesia/nusantara. Akan tetapi,
karena sangat tidak jelasnya, maka sukarlah keterangan-keterangan itu memasukkan
bangsa Indonesia pada masa sejarah.
Menurut Soekmono (2011:22) berita pertama dari dan tentang suatu negara itu
hanya sedikit sekali dan kurang lengkap. Tidak serta merta sesuatu bangsa itu
meninggalkan zaman pra sejarahnya. Hanya lambat laun pra sejarah itu berganti
menjadi sejarah. Oleh karena itu, ada zaman peralihan yang mungkin berabad-abad
lamanya. Zaman peralihan tersebut dinamakan zaman proto sejarah.
Untuk menilai dengan tepat pengaruh Hindu Budha di Indonesia, Van Leur
(dalam Poeponegoro,dkk, 1993:22) menyatakan perlunya perkiraan yang tepat
tentang arti peradaban kuno Indonesia dalam arti seluas-luasnya. Pendapatnya ini
diajukan karena ia melihat bahwa peneliti proses masuknya pengaruh budaya India
kurang memperhatikan hal tersebut.
Proses masuknya pengaruh budaya India pada umumnya disebut penghinduan
oleh para penelitinya. Istilah tersebut harus digunakan dengan hati-hati, karena bukan
hanya pengaruh Hindu yang terdapat, tetapi juga pengaruh agama Budha. Dalam
kenyataan di Indonesia, keduanya kemudian tumbuh dalam bentuk sinkretis, yaitu
Siwa-Budha.
Ketepatan penggunaan juga perlu diperhatikan manakala menyebut istilah
indianisasi. Dalam konteks keindonesiaan, budaya Indonesia masih berkembang dan
berakulturasi dengan budaya India, sehingga menimbulkan budaya baru. Istilah yang
cocok dikemukakan terhadap pengaruh Hindu-Budha di Indonesia, menurut FDK.
Bosch, adalah fecundation atau penyuburan (Poeponegoro,dkk, 1993:24). Proses ini
besar kemungkinan pertama kali terjadi pada golongan elite kuno lokal Indonesia.
Bertitik tolak dari pemahaman di atas, maka modul ini juga membahas tentang
akulturasi antara budaya Indonesia dan India. Pembahasan dilanjutkan dengan teori-
teori masuknya pengaruh Hindu Budha ke Indonesia, dan kehidupan sosial, ekonomi,
politik dan budaya masa kerajaan tradisional.

2
Agar dapat mencapai kompetensi yang diharapkan dalam mempelajari modul
ini, Saudara dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Baca dengan seksama dan pahami capaian pembelajarannya untuk mengetahui
arah dan tujuan penulisan modul ini.
2. Pahami uraian materi.
3. Setelah Saudara paham maka kerjakan soal latihan atau tugas yang Saudara temui
dan cocokkan jawaban Saudara dengan kunci jawaban di akhir modul ini.
4. Hitung kemampuan daya serap Saudara dengan menghitung prosentase jawaban
yang benar. Bila mencapai > 80%, Saudara dinyatakan tuntas, tetapi bila Saudara
mencapai < 80%, pelajari kembali materinya mulai dari langkah awal sampai
selesai.
5. Jika jawaban Saudara masih banyak yang tidak sesuai dengan kunci jawabannya,
maka Saudara harus membaca lagi bagian yang kurang Saudara pahami.
Usahakan Saudara benar-benar jelas,

Selamat belajar, semoga Saudara sukses memahami pengetahuan yang diuraikan


dalam modul ini, untuk menjadi bekal Saudara untuk mengajar dengan baik.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Menguasai konsep perubahan dan kesinambungan dalam kehidupan bangsa
Indonesia pada masa pra aksara dan masa Hindu-Budha dalam bidang sosial
kemasyarakatan, sistem ekonomi, religi, dan teknologi yang dikembangkannya.
.
C. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan awal munculnya kehidupan
2. Menjelaskan migrasi awal masa pra aksara
3. Mengidentifikasi sistem ekonomi yang berkembang pada masa pra aksara
4. Menjelaskan sistem sosial kemasyarakatan yang berkembang masa pra aksara
5. Mengidentifikasi teknologi yang berkembang pada masa pra aksara
6. Menjelaskan sistem religi yang dianut pada masa pra aksara
7. Menjelaskan teori-teori masuknya Hindu-Budha ke Indonesia
8. Menjelaskan akulturasi budaya antara masa pra aksara dan Hindu Budha

3
9. Menjelaskan kerajaaan-kerajaan tradisional masa Hindu-Budha
10. Menjelaskan sistem sosial kemasyarakatan yang berkembang masa kerajaan
Hindu Budha
11. Menjelaskan kehidupan ekonomi yang berkembang pada masa kerajaan
Hindu Budha
12. Menjelaskan hasil budaya yang berkembang masa Hindu Budha

D. URAIAN MATERI
1. Awal Mula Kehidupan di Muka Bumi
Menurut geologi, ilmu yang mempelajari kulit bumi, terjadinya bumi
sampai sekarang dibagi atas zaman-zaman sebagai berikut.
a. Arkaekum
Zaman ini berlangsung kira-kira 2500 juta tahun, pada saat itu kulit bumi
masih panas, sehingga tidak ada kehidupan. Baru pada akhir zaman ini, mulailah
nampak ada kehidupan sedikit demi sedikit.
b. Paleozoikum
Zaman yang berlangsung 340 juta tahun ini memiliki ciri munculnya
kehidupan. Oleh karena sudah ada kehidupan, zaman ini disebut juga zaman
primer. Makhluk hidup yang muncul adalah mikro organisme, binatang-binatang
terkecil yang tak bertulang belakang sampai pada permulaan amfibi dan reptil.

Gambar 1. Binatang yang hidup zaman Paleozoikum


Sumber: Dwi Hartini. Masyarakat Pra Sejarah Indonesia. hal. 11
c. Mesozoikum
Zaman ini berlangsung kira-kira 140 juta tahun. Pada zaman pertengahan
jenis reptil mencapai bentuk yang luar biasa besarnya sehingga pada zaman ini
sering disebut juga dengan zaman reptil. Bekas-bekas dari reptil raksasa ini

4
ditemukakan di berbagai tempat di seluruh dunia. Dinosaurus misalnya, sampai 12
meter panjangnya, sedangkan Atlantosaurus yang ditemukan di Amerika malah
lebih dari 30 meter.

Gambar 2. Jenis reptil masa Mesozoikum


Sumber: Dwi Hartini.Masyarakat Pra Sejarah Indonesia. hal. 12

Pada masa akhir zaman sekunder, muncul kehidupan yang lain yaitu jenis
burung dan binatang menyusui yang masih rendah sekali tingkatannya.
d. Neozoikum/Kainozoikum
Zaman ini dibedakan menjadi 2 zaman, yaitu:
1) Tersier/zaman ketiga
Zaman ini berlangsung sekitar 60 juta tahun. Yang terpenting dari zaman ini
ditSaudarai dengan berkembangnya jenis binatang menyusui seperti jenis
primata, contohnya kera. Lambat laun jenis reptil mengalami kepunahan.
2) Kuartier/zaman keempat
Zaman ini ditSaudarai dengan adanya kehidupan manusia, sehingga
merupakan zaman terpenting bagi perkembangan budaya manusia. Zaman
kuartier dibagi menjadi dua zaman, yakni zaman diluvium atau pleistosen dan
alluvium atau holosen.
Zaman pleistosen/dilluvium berlangsung kira-kira 600.000 tahun yang
ditSaudarai dengan adanya manusia purba. Von Koenigswald membagi masa
pleistosen dalam tiga masa, yakni pleistosen bawah atau lapisan Jetis,
pleistosen tengah atau lapisan Trinil, dan pleistosen atas atau lapisan
Ngandong. Pada lapisan pleistosen bawah berkembang jenis manusia
Megantrophus Paleojavanicus, Homo Mojokertensis dan Homo Robustus. Pada
lapisan pleistosen tengah, berkembang jenis Homo Erectus yang sezaman

5
dengan jenis manusia Sinantrophus Pekinensis atau Homo Pekinensis yang
diketemukan di Goa Chou Ku’o Tien, Tiongkok. Pada lapisan pleistosen atas
terdapat jenis manusia Homo Wajakensis dan Homo Soloensis. Sementara itu,
pada masa holosen/alluvium berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu dan
terus berkembang sampai dewasa ini ditSaudarai dengan munculnya manusia
jenis Homo Sapiens yang memiliki ciri-ciri seperti manusia sekarang. Untuk
memperjelas keterangan di atas, dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 1. Pembagian zaman secara geologi dan Jenis Manusia Pra Aksaranya
HOLOSEN Homo Sapiens
PLEISTOSEN Homo Wajakensis
atas Homo Soloensis
(Lapisan dan Fauna Ngandong)
PLEISTOSEN Homo Erectus
tengah
(Lapisan dan Fauna Trinil)
PLEISTOSEN Homo Robustus
bawah Homo Mojokertensis
(Lapisan dan Fauna Jetis) Meganthropus Paleojavanicus
Sumber: Soekmono, R. Sejarah Kebudayaan Indonesia I, hal. 29

2. Asal usul Nenek Moyang Bangsa Indonesia


Perdebatan tentang asal usul nenek moyang bangsa Indonesia masih belum
menemukan titik terang. Para ahli masih silang pendapat tentang asal nenek
moyang bangsa Indonesia. Dari yang berpendapat bahwa nenek moyang bangsa
Indonesia berasal dari Nusantara sampai yang mengaitkan dengan persatuan di
kawasan Asia dan Asia Tenggara. Beberapa pendapat tersebut, sebagai berikut.
a. R. Moh. Ali
R. Moh. Ali menyatakan bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah
Yunan. Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari hulu-hulu sungai besar di
Asia yang datang ke Indonesia secara bergelombang. Gelombang pertama dari
tahun 3000-1500 SM dengan ciri-ciri kebudayaan Neolitikum dengan perahu
bercadik satu. Gelombang yang kedua terjadi dari tahun 1500-500 SM dengan
ciri-ciri menggunakan perahu bercadik dua.

6
Gambar 3. Perahu Bercadik yang dipakai Nenek Moyang
Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Kapal_Borobudur
b. JL. Moens
Moens berpendapat bahwa bangsa Indonesia berasal dari daerah Mongol
dan terdesak oleh bangsa-bangsa yang lebih kuat. Akibatnya mereka menyebar
ke arah selatan hingga sampai ke wilayah Indonesia.
c. Von Heine Geldern
Berdasarkan penelitiannya Von Heine Geldern berargumen jika asal usul
nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Asia Tengah. Diterangkan
olehnya, bahwa semenjak tahun 2.000 SM sampai dengan tahun 500 SM (dari
zaman Neolithikum hingga zaman Perunggu) telah terjadi migrasi penduduk
dari wilayah Yunan (Tiongkok Selatan) ke daerah-daerah di Asia bagian
Selatan termasuk daerah-daerah di Kepulauan Indonesia. Perpindahan ini
terjadi secara besar-besaran, diperkirakan karena adanya bencana alam hebat
atau adanya perang antar suku bangsa.
Daerah kepulauan di Asia bagian selatan ini oleh Geldern dinamai dengan
sebutan Austronesia yang berarti pulau selatan (Austro = Selatan, Nesos =
Pulau). Austronesia mencakup wilayah yang amat luas, meliputi pulau-pulau di
Malagasi atau Madagaskar (sebelah Selatan) hingga Pulau Paskah (sebelah
Timur), dan dari Taiwan (sebelah Utara) hingga Selandia Baru (sebelah
Selatan).

7
Pendapat Von Heine Geldern dilatarbelakangi penemuan banyak peralatan
manusia purba yang berupa batu beliung berbentuk persegi di seluruh wilayah
Indonesia meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi. Peralatan ini
sama persis dengan peralatan manusia purba di wilayah Asia lainnya seperti
Myanmar, Vietnam, Malaysia, dan Kamboja, terutama di sekitar wilayah
Yunan.
Pendapat Von Heine Geldern didukung oleh hasil penelitian H. Kern di
tahun 1899 yang membahas seputar 113 bahasa daerah di Indonesia. Dari
penelitian itu. H. Kern menyimpulkan bahwa semua bahasa daerah tersebut
awalnya bersumber pada satu rumpun bahasa, yang dinamainya sebagai bahasa
Austronesia.
Migrasi manusia purba dari daratan Yunan menurut Geldern bukan hanya
terjadi satu kali. Ia menyebut gelombang migrasi terjadi juga di tahun 400-300
SM (zaman Perunggu). Orang-orang purba yang bermigrasi tersebut membawa
bentuk-bentuk kebudayaan perunggu seperti kapak sepatu dan nekara yang
berasal dari dataran Dongson.
d. H. Kern
Kern berpendapat bila nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari daratan
Asia. Ilmuwan asal BelSaudara ini menyebut jika hasil penelitiannya
menunjukan bahwa bahasa-bahasa yang dipakai oleh suku-suku di Indonesia,
Mikronesia, Polinesia, dan Melanesia, mempunyai akar yang sama, yaitu
bahasa Austronesia. Dengan fakta itu, ia menyimpulkan bahwa bangsa
Indonesia berasal dari satu daerah yang sama dengan bangsa-bangsa lain di
wilayah Austronesia. Menurutnya, nenek-moyang bangsa Indonesia
menggunakan perahu-perahu bercadik menuju ke kepulauan Indonesia.
Pendapat Kern ini didukung oleh adanya persamaan nama dan bahasa yang
dipergunakan di daerah Campa dengan Indonesia. Selain nama geografis,
istilah-istilah binatang dan alat perang pun banyak kesamaannya. Tetapi
pendapat ini disangkal oleh K. Himly dan P.W. Schmidt berdasarkan
perbendaharaan bahasa Campa.

8
e. H. Kroom
H. Kroom menyatakan bahwa asal-usul bangsa Indonesia dari daerah Cina
Tengah, karena pada daerah Cina Tengah terdapat sumber-sumber sungai
besar. Mereka menyebar ke wilayah Indonesia sekitar tahun 2000 SM sampai
tahun 1500 SM.
f. JLA. Brandes
Brandes berpendapat jika suku-suku yang mendiami kepulauan Indonesia
mempunyai kesamaan secara etnik, fisik, maupun bahasa dengan beberapa
bangsa yang mendiami daerah-daerah yang melintang dari utara di Pulau
Formosa (Taiwan), barat di Pulau Malagasi (Madagaskar), selatan di Jawa dan
Bali, serta timur di tepi pantai barat Amerika.
g. Hogen
Hogen berpendapat bahwa bangsa yang mendiami pesisir Melayu di
Sumatera berasimilasi secara genetik dengan bangsa Mongol yang datang pada
gelombang pertama (Proto Melayu dan Deutro Melayu).
h. Max Muller
Max Muller berpendapat secara lebih spesifik. Ia menyebut jika asal-usul
nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari semenanjung Asia Tenggara.
Kendati begitu, alasan Muller ini tidak didukung alasan yang jelas dan
terverifikasi.
i. Majumdar
Majumdar berasumsi bahwa bangsa-bangsa Austronesia yang menjadi
nenek moyang bangsa Indonesia adalah berasal dari India. Mereka menyebar
ke beberapa wilayah di Indocina, Indonesia, dan akhirnya ke Asia Pasifik.
Asumsi Majumdar ini didukung hasil penelitiannya yang menyebut jika bahasa
Austria adalah bahasa muda di kawasan India bagian timur.
j. Willem Smith
Untuk menentukan asal usul nenek moyang bangsa Indonesia, Willem
Smith melakukan identifikasi terhadap bahasa yang digunakan oleh bangsa-
bangsa di sekitar Asia. Berdasarkan penelitiannya, ia kemudian
mengelompokan bahasa di sekitar Asia menjadi 3 bagian yaitu, bahasa Togon,

9
bahasa Jerman, dan bahasa Austria. Bahasa yang berkembang di Indonesia
bersama dengan Melanesia, dan Polinesia digolongkan dalam bahasa Austria.
k. Sangkot Marzuki
Sangkot Marzuki menyebutkan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia
memiliki asal-usul dan keterkaitan dengan Austronesia. Pendapat ini didasari
oleh penelusuran terkait DNA fosil-fosil manusia purba yang pernah
ditemukan di Indonesia. Atas dasar itu, ia kemudian menyanggah pendapat
Von Heine Geldern yang menyebut jika nenek moyang bangsa Indonesia
berasal dari Yunan. Menurutnya, Homo Erectus atau Phitecantropus Erectus
yang ditemukan sebagai manusia purba saat itu tidak memiliki signifikasi
dengan DNA manusia Indonesia zaman sekarang. Menurutnya, mereka punah
dan diganti oleh manusia species baru, yang berasal dari Afrika.
l. Harry Truman Simandjuntak
Harry Truman Simandjuntak mengemukakan bahwa bahasa yang banyak
dipakai di Indonesia adalah generasi kedua dari Bahasa Austronesia. Ini
menunjukan bahwa nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Pulau
Formosa, Taiwan.
m. Sultan Takdir Alisyahbana
Sultan Takdir Alisyahbana mengemukakan bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang bernenekmoyangkan bangsa melayu. Pendapatnya ini didasari
oleh rumpun bahasa keduanya yang memiliki kesamaan yang signifikan.
n. Gorys Keraf
Gorys Keraf berpendapat bahwa bangsa Indonesia memiliki kebudayaan
yang lebih maju dibandingkan kebudayaan bangsa-bangsa lain di sekitarnya.
Ini berarti bahwa Indonesia adalah induk dari bangsa-bangsa lain yang ada di
wilayah Austronesia seperti Malaysia, Thailand, Madagaskar, dan Selatan
Indochina
o. Moh. Yamin
Moh. Yamin menentang semua pendapat yang dikemukakan oleh para ahli.
Ia berpendapat bahwa asal bangsa Indonesia adalah dari Indonesia sendiri.
Bahkan bangsa-bangsa lain yang ada di wilayah Asia berasal dari Indonesia.
Pendapat Moh. Yamin didukung oleh suatu pernyataannya tentang Blood Und

10
Breden Unchiroyang berarti adalah daerah dan tanah bangsa Indonesia adalah
berasal dari Indonesia sendiri. Ia menyatakan bahwa fosil dan artefak lebih
banyak dan lengkap ditemukan di wilayah Indonesia dibandingkan dengan
daerah-daerah lainnya di Asia. Misalnya dengan penemuan manusia purba
sejenis Homo Soloensis dan Homo Wajakensis tidak diketemukan di daerah-
daerah lain di Asia, termasuk Asia Tenggara (Indochina).

3. Gelombang Migrasi Masa Pra Aksara ke Nusantara


a. Gelombang Migrasi Vedda
Gelombang migrasi pertama ke Indonesia dilakukan oleh bangsa Melanesia
atau disebut juga dengan Papua Melanosoide yang merupakan rumpun bangsa
Melanosoide/Ras Negroid.
Paul dan Frizt Sarasin mengemukakan bahwa penduduk asli Indonesia
adalah suatu ras yang berkulit gelap dan bertubuh kecil. Ras ini pada awalnya
mendiami Asia Bagian Tenggara yang saat itu masih bersatu sebagai daratan
pada zaman es atau periode glasial. Namun, setelah periode es berakhir dan es
mencair, maka daratan tersebut kemudian terpisah oleh Laut Tiongkok Selatan
dan Laut Jawa. Akibatnya, daratan yang tadinya bersatu kemudian terpisah
menjadi daratan utama Asia dan Kepulauan Indonesia. Penduduk asli tinggal di
daerah pendalaman dan penduduk pendatang tinggal di daerah pesisir.
Penduduk asli itu disebut sebagai suku bangsa Vedda oleh Sarasin. Ras yang
masuk dalam kelompok ini adalah suku bangsa Hieng di Kamboja, Miaotse,
Yao-Jen di Cina, dan Senoi di Semenanjung Malaya.
Keturunan dari ras yang mendiami Asia bagian tenggara tadi dikenal
sebagai orang-orang Vedda yang dikelompokkan sebagai “negrito/negroid’.
Ciri fisik orang Vedda hampir sama dengan penduduk asli Australia
(Aborigin), sehingga Koentjaraningrat menyebut orang Vedda sebagai Austro-
Melenosoid. Arti dari “vedda” adalah “imigran” pertama yang masuk ke dunia
pulau yang sudah berpenghuni.
Orang Vedda kemudian menyebar ke Timur dan mendiami wilayah Papua,
Sulawesi Selatan, Kei, Seram, Timor Barat, Flores Barat, dan terus ke timur,
tapi sebagian ada juga yang menyebar ke arah barat dan menghuni pulau

11
Sumatra. Orang Vedda di Sumatera mengembangkan budaya kapak gengam
dan suka mengkonsumsi kerang-kerangan. Buktinya adalah adanya fosil kulit
kerang di dekat Langsa (Aceh), Sumatera Utara, Pahang, Kedah dan Perak di
Malaysia.
Bukti penggunaan kapak genggam sebenarnya tidak hanya ditemukan di
Sumatera tetapi juga pada gua-gua yang ada di Pulau Jawa. Beberapa gua di
Jawa yang menyimpan bukti penggunaan kapak genggam adalah goa Petrutuh
(Tulunggung), gua Sodong (Besuki), Gua Sampung (Ponorogo). Bahkan,
kapak genggam juga ditemukan hingga Vietnam Utara, sehingga
Koentjraningrat berpendapat bahwa telah terjadi perpindahan Austro
Melanosoid dari wilayah timur ke wilayah barat nusantara, dari Jawa ke
Sumatera, Semenanjung Malaysia, Thailand, dan Vietnam.
Dalam perkembangannya, ternyata ada hasil penelitian yang menunjukan
bahwa sebelum bangsa Vedda mendiami wilayah nusantara, terdapat orang-
orang asli yang lebih dulu tinggal seperti orang Kubu di Sumatera dan orang
Toala di Sulawesi. Karena itu, orang Vedda dianggap pendatang atau imigran
pertama yang masuk ke pulau-pulau di Indonesia yang sudah berpenghuni.
b. Migrasi Bangsa Proto Melayu
Setelah kedatangan orang Vedda ke Nusantara, kemudian disusul oleh
kedatangan dua gelombang besar manusia yang dikenal sebagai Proto Melayu
dan Deutro Malayu. Proto Melayu diyakini sebagai nenek moyang orang
Melayu Polinesia yang tersebar dari Madagaskar sampai pulau-pulau paling
timur di Pasifik. Mereka diperkirakan datang dari Cina bagian selatan. Ras
Melayu ini mempunyai ciri-ciri rambut lurus, kulit kuning kecoklatan-coklatan,
dan bermata sipit. Dari Cina bagian selatan (Yunan) mereka bermigrasi ke
Indocina dan Siam, kemudian ke Kepulauan Indonesia. Mereka itu mula-mula
menempati pantai-pantai Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi
Barat. Migrasi yang dilakukan oleh suku bangsa Proto Melayu dilakukan
dengan menggunakan perahu bercadik satu. Peristiwa tersebut terjadi sekitar
3000 SM. Suku bangsa Proto Melayu, antara lain suku Nias, Gayo, dan Alas di
Sumatera Utara, Batak di Sumatera, Kubu di Sumatera, Dayak di Kalimantan,
dan Toraja di Sulawesi.

12
Kedatangan bangsa Melayu Tua (Proto Melayu) membawa kebudayaan
neolitikum (batu baru). Mereka tersebar menjadi dua cabang. Cabang pertama
dari Proto Melayu adalah bangsa yang membawa peralatan kapak lonjong.
Mereka bermigrasi melalui jalur timur. Mereka disebut sebagai ras Papua-
Melanesoid. Arah persebarannya dari Yunnan melewati Filipina, kemudian
tersebar ke Sulawesi Utara, Maluku, dan ada juga yang sampai ke Papua.
Cabang yang kedua dari nenek moyang dari golongan Proto Melayu disebut
Ras Austronesia yang datang melalui jalur barat. Kedatangan nenek moyang
bangsa Indonesia ini bermula dari Yunnan melewati Semenanjung Malaya,
Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lainnya. Datangnya nenek
moyang tersebut sambil membawa kebudayaan kapak persegi. Setibanya di
kepulauan Indonesia, sebagian dari mereka berasimilasi dengan ras Austro-
Melanesoid. Sebagian lagi tetap mempertahankan ras aslinya. Peta persebaran
dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 4. Peta persebaran Bangsa Proto Melayu


Sumber: http://www.nafiun.com/2013/02/proto-melayu-dan-deutro-melayu-
pengertian-persebaran-di-indonesia-suku-bangsa.html
c. Migrasi Bangsa Deutro Melayu
Nenek moyang bangsa Indonesia dari golongan Melayu Muda (Deutro
Melayu) tiba di kepulauan Indonesia sekitar tahun 500 SM. Migrasi yang
dilakukan oleh suku bangsa Deutro Melayu dilakukan dengan menggunakan

13
perahu bercadik dua. Nenek moyang tersebut datang sambil membawa
kebudayaan logam yang berasal dari Dongson, Vietnam Utara. Kebudayaan
logam tersebut antara lain; candrasa, nekara, manik-manik, arca, dan bejana
perunggu. Jalur penyebaran nenek moyang bangsa Indonesia dari golongan ini
dimulai dari daratan Asia ke Thailand, Malaysia Barat, dan berlanjut ke
tempat-tempat di Indonesia. Gelombang terakhir nenek moyang ini masih
tergolong ras Austronesia. Selanjutnya, semakin berkembang ras Papua-
Melanesoid, Austronesia, dan sisa ras Austro-Melanesoid melahirkan
bermacam-macam suku bangsa yang tersebut di seluruh pelosok Indonesia.
Bangsa Deutro Melayu mengembangkan peradaban dan kebudayaan yang
lebih maju. Dalam bidang pengolahan tanah mereka mempunyai kemampuan
untuk membuat irigasi pada tanah-tanah pertanian yang berhasil mereka
ciptakan, dengan membabat hutan terlebih dahulu. Ras Deutero Melayu juga
mempunyai peradaban pelayaran lebih maju dari pendahulunya karena
petualangan mereka sebagai pelaut dibantu dengan penguasaan mereka
terhadap ilmu perbintangan.
Bangsa Deutro Melayu berkembang menjadi suku-suku yang ada sampai
saat ini, seperti Melayu, Minang, Jawa, Sunda, dan lain-lain. Dalam
perkembangan selanjutnya, Proto-Melayu dan Deutero Melayu berbaur,
sehingga sulit dibedakan. Walaupun demikian, nenek moyang bangsa
Indonesia dapat dikatakan serumpun yaitu keturunan penduduk asli dan dua
gelombang migrasi dari utara.
Serumpunnya kategori ras-ras yang mendiami wilayah nusantara juga dapat
dibuktikan melalui kajian linguistik. Hampir 170 bahasa yang dipakai di
penjuru kepulauan Nusantara, termasuk kelompok Austonesia dengan sub
linguistic Melayu-Polinesia. Sub melayu-Polinesia ini kemudian terpecah lagi
menjadi dua: kelompok pertama terdiri atas bahasa yang berkembang di
pedalaman Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi ; Kelompok yang kedua terdiri
atas bahasa yng berkembang di Batak, Melayu, Jawa dan Bali. Bahasa
kelompok ini datang lama setelah yang pertama. Selain kedua kelompok
tersebut, perlu dilakukan kajian atas susunan bahasa lain yaitu Papua dan
Halmahera Utara.

14
4. Kehidupan Sosial, Ekonomi, dan Budaya Manusia Masa Pra Aksara
Untuk mengetahui kehidupan manusia masa pra aksara, terlebih dahulu perlu
mengetahui pembagian zaman pra aksara berdasarkan hasil budayanya. Secara
arkeologis, ilmu yang mempelajari kehidupan masa lampau melalui benda-benda
artefak, tabir kehidupan masyarakat pra aksara Indonesia dapat diketahui.
Berdasarkan penggalian arkeologi, kehidupan masa pra aksara dibagi menjadi
dua, yakni zaman yang ditSaudarai penggunaan alat-alat terbuat dari batu dan
logam.
a. Zaman Batu
Zaman batu menunjuk pada suatu periode di mana alat-alat kehidupan
manusia terbuat dari batu, walaupun ada juga alat-alat tertentu yang terbuat
dari kayu dan tulang. Tetapi pada zaman itu secara dominan alat-alat yang
digunakan terbuat dari batu. Dari alat-alat peninggalan zaman batu tersebut,
melalui metode tipologi (cara menentukan umur berdasarkan bentuk atau tipe
benda peninggalan), maka zaman batu dibedakan lagi menjadi 3
periode/masa, yaitu:
1) Sistem Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masa Batu Tua/Palaeolithikum
Zaman batu tua merupakan suatu masa dimana hasil buatan alat-alat dari
batunya masih kasar dan belum diasah/diupam, sehingga bentuknya masih
sederhana. Hasil budaya ini dikembangkan oleh gelombang migrasi ras
Vedda. Contoh kebudayaan batu tua adalah kapak perimbas, kapak genggam,
kapak penetak, alat serpih. Sebaran artefak dan peralatan paleolitik cukup
luas sejak dari daerah-daerah di Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Nusa
Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan Halmahera.

Gambar 5. Kapak perimbas (chopper):

15
Sumber: Direktorat Geografi Sejarah. 2009. Atlas Prasejarah Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Gambar 6. Pahat genggam (hand adze)


Sumber: Direktorat Geografi Sejarah. 2009. Atlas Prasejarah Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Peninggalan kapak perimbas tersebar di wilayah Sumatera Selatan,


Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Bali, Flores, dan Timor. Daerah Punung
merupakan daerah yang terkaya akan kapak perimbas dan hingga saat ini
merupakan tempat penemuan terpenting di Indonesia. Pendapat para ahli
condong kepada jenis manusia homo erectus atau keturunan-keturunannya
sebagai pencipta budaya Pacitan. Pendapat ini sesuai dengan pendapat tentang
umur budaya Pacitan yang diduga dari tingkat akhir Plestosin Tengah atau
awal permulaan Plestosin Akhir.
Pada masa paleolithikum, sistem ekonomi yang dikembangkan adalah
dengan cara berburu dan meramu sederhana. Hidup mereka umumnya hidup
berkelompok dan masih tergantung pada alam. Untuk mempertahankan
hidupnya, mereka menerapkan pola hidup nomaden atau berpindah-pindah,
tergantung dari bahan makanan yang tersedia. Tempat-tempat yang dituju
oleh komunitas itu umumnya lingkungan dekat sungai, danau, atau sumber air
lainnya termasuk di daerah pantai. Mereka beristirahat misalnya di bawah
pohon besar. Mereka juga membuat atap dan sekat tempat istirahat itu dari
daun-daunan.
Corak kehidupan ekonomi manusia pra aksara masa berburu dan meramu
itu sering disebut dengan masa food gathering. Mereka hanya mengumpulkan

16
dan menyeleksi makanan, karena belum dapat mengusahakan jenis tanaman
untuk dijadikan bahan makanan.

2) Sistem Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masa Batu Tengah/Mesolithikum


Zaman batu terus berkembang memasuki zaman batu madya atau batu
tengah yang dikenal zaman Mesolitikum. Hasil kebudayaan batu madya ini
sudah lebih maju apabila dibandingkan hasil kebudayaan zaman Paleolitikum
(batu tua). Sekalipun demikian, bentuk dan hasil-hasil kebudayaan zaman
Paleolitikum tidak serta merta punah tetapi mengalami penyempurnaan.
Bentuk flake dan alat-alat dari tulang terus mengalami perkembangan.
Secara garis besar kebudayaan Mesolitikum ini terbagi menjadi dua
kelompok besar yang ditSaudarai dengan lingkungan tempat tinggal, yakni di
pantai dan di gua. Hasil budaya besar masa ini adalah kjokkenmoddinger dan
abris sous rouce.
Kjokkenmoddinger istilah dari bahasa Denmark, kjokken berarti dapur
dan modding dapat diartikan sampah (kjokkenmoddinger=sampah dapur).
Dalam kaitannya dengan budaya manusia, kjokkenmoddinger merupakan
tumpukan timbunan kulit siput dan kerang yang menggunung di sepanjang
pantai Sumatera Timur antara Langsa di Aceh sampai Medan. Dengan adanya
kjokkenmoddinger ini dapat memberi informasi bahwa manusia purba zaman
Mesolitikum umumnya bertempat tinggal di tepi pantai. Pada tahun 1925 Von
Stein Callenfals melakukan penelitian di bukit kerang itu dan menemukan
jenis kapak genggam (chopper) yang berbeda dari chopper yang ada di zaman
Paleolitikum. Kapak genggam yang ditemukan di bukit kerang di pantai
Sumatera Timur ini diberi nama pebble atau lebih dikenal dengan Kapak
Sumatera. Kapak jenis pebble ini terbuat dari batu kali yang pecah, sisi
luarnya dibiarkan begitu saja dan sisi bagian dalam dikerjakan sesuai dengan
keperluannya. Di samping kapak jenis pebble juga ditemukan jenis kapak
pendek dan jenis batu pipisan (batu-batu alat penggiling).

17
Gambar 7. Kjokkenmoddinger yang terdapat di Pulau Bintan, Kep. Riau
Sumber: Direktorat Geografi Sejarah. 2009. Atlas Prasejarah Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Kebudayaan abris sous roche merupakan hasil kebudayaan yang
ditemukan di gua-gua. Hal ini mengindikasikan bahwa manusia purba
pendukung kebudayaan ini tinggal di gua-gua. Kebudayaan ini pertama kali
diteliti oleh Von Stein Callenfels, Bapak pra aksara Indonesia, di Goa Lawa
dekat Sampung, Ponorogo. Penelitian dilakukan tahun 1928 sampai 1931.
Beberapa hasil teknologi bebatuan yang ditemukan misalnya ujung panah,
flakke, batu penggilingan. Juga ditemukan alat-alat dari tulang dan tanduk
rusa. Kebudayaan abris sous roche ini banyak ditemukan misalnya di Besuki,
Bojonegoro,juga di daerah Sulawesi Selatan seperti di Lamoncong.
Pada masa mesolithikum, sistem ekonomi yang dikembangkan adalah
dengan cara berburu dan meramu tingkat lanjut. Mereka sudah bertempat
tinggal sementara, misalnya di gua-gua, atau di tepi pantai. Dengan kata lain,
corak kehidupan sosial mereka adalah semi sedentair.
3) Sistem Sosial, Ekonomi, dan Budaya Batu Muda/Neolithikum
Zaman batu muda merupakan suatu masa dimana alat-alat kehidupan
manusia dibuat dari batu yang sudah dihaluskan, serta bentuknya lebih
sempurna dari zaman sebelumnya. Hasil budaya ini dibawa oleh gelombang
migrasi masa Proto Melayu. Hasil budaya utama masa neolithikum adalah
kapak persegi dan kapak lonjong.

18
Nama kapak persegi berasal dari penyebutan oleh von Heine Geldern.
Penamaan ini dikaitkan dengan bentuk alat tersebut. Kapak persegi ini
berbentuk persegi panjang dan ada juga yang berbentuk trapesium. Ukuran
alat ini juga bermacam-macam. Kapak persegi yang besar sering disebut
dengan beliung atau pacul (cangkul), bahkan sudah ada yang diberi tangkai
sehingga persis seperti cangkul zaman sekarang. Sementara yang berukuran
kecil dinamakan tarah atau tatah. Penyebaran alat-alat ini terutama di
Kepulauan Indonesia bagian barat, seperti Sumatera, Jawa dan Bali.
Diperkirakan sentra-sentra teknologi kapak persegi ini ada di Lahat
(Palembang), Bogor, Sukabumi, Tasikmalaya (Jawa Barat), kemudian
Pacitan-Madiun, dan di Lereng Gunung Ijen (Jawa Timur). Yang menarik, di
Desa Pasirkuda dekat Bogor juga ditemukan batu asahan. Kapak persegi ini
cocok sebagai alat pertanian.

Gambar 7. Kapak persegi


Sumber: Direktorat Geografi Sejarah. 2009. Atlas Prasejarah Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
Sementara itu, nama kapak lonjong ini disesuaikan dengan bentuk
penampang alat ini yang berbentuk lonjong. Bentuk keseluruhan alat ini
lonjong seperti bulat telur. Pada ujung yang lancip ditempatkan tangkai dan
pada bagian ujung yang lain diasah sehingga tajam. Kapak yang ukuran besar
sering disebut walzenbeil dan yang kecil dinamakan kleinbeil. Penyebaran
jenis kapak lonjong ini terutama di Kepulauan Indonesia bagian timur,
misalnya di daerah Papua, Seram, dan Minahasa.
Peralihan Zaman Mesolitikum ke Neolitikum menSaudarakan adanya
“revolusi kebudayaan” dari food gathering menuju food producing dengan

19
homo sapien sebagai pendukungnya. Mereka tidak hanya mengumpulkan
makanan tetapi mencoba memproduksi makanan dengan menanam. Kegiatan
bercocok tanam dilakukan ketika mereka sudah mulai menetap (sedentair)
dan bertempat tinggal, walaupun masih bersifat sementara. Mereka melihat
biji-bijian sisa makanan yang tumbuh di tanah setelah tersiram air hujan.
Pelajaran inilah yang kemudian mendorong manusia pra aksara untuk
melakukan cocok tanam. Apa yang mereka lakukan di sekitar tempat
tinggalnya, lama kelamaan tanah di sekelilingnya habis, dan mengharuskan
pindah mencari tempat yang dapat ditanami. Mereka membuka hutan untuk
lahan pertanian dengan menebang pohon-pohon atau membakar lahan seiring
dengan ditemukannya api. Tanaman yang dibudidayakan berupa umbi-
umbian, sukun, pisang, durian, manggis, rambutan, duku, salak dan
sebagainya. Hidup bermasyarakat dengan bergotong royong mulai
dikembangkan juga. Perahu bercadik dan rakit banyak digunakan
sebagai sarana lalu lintas air. Alat komunikasi berupa bahasa dianggap
sangat penting. Tumbuh kepercayaan animisme (pemujaan terhadap
roh nenek moyang) dan dinamisme (kepercayaan terhadap benda-benda yang
mempunyai kekuatan gaib), dan totemisme (kepercayaan terhadap hewan)
seiring dengan berkembangnya budaya megalithikum pada masa ini.
b. Zaman Logam
Perlu ditegaskan bahwa dengan dimulainya zaman logam bukan berarti
berakhirnya zaman batu, karena pada zaman logam pun alat-alat dari batu
terus berkembang bahkan sampai sekarang. Sesungguhnya nama zaman
logam hanyalah untuk menyatakan bahwa pada zaman tersebut alat-alat dari
logam telah dikenal dan dipergunakan secara dominan. Zaman logam disebut
juga dengan zaman perundagian.
Perkembangan zaman logam di Indonesia berbeda dengan yang ada di
Eropa, karena zaman logam di Eropa mengalami 3 fase/bagian, yaitu zaman
tembaga, zaman perunggu, dan zaman besi. Di Indonesia khususnya dan Asia
Tenggara umumnya tidak mengalami zaman tembaga tetapi langsung
memasuki zaman perunggu dan besi secara bersamaan. Hasil temuan yang

20
lebih dominan adalah alat-alat dari perunggu sehingga zaman logam disebut
juga dengan zaman perunggu.
Zaman logam dikembangkan oleh migrasi bangsa Deutro Melayu. Alat
yang dihasilkan pada masa logam atau perundagian, antara lain:
1) Nekara perunggu, yaitu semacam tambur besar dari perunggu yang
berpinggang di bagian tengahnya dan sisi atasnya tertutup; dipercayai
sebagai bagian bulan yang jatuh dari langit. Nekara berfungsi sebagai
pelengkap upacara untuk memohon turun hujan dan sebagai genderang
perang. Pola hias beragam, dari pola binatang, geometris, dan tumbuh-
tumbuhan, ada pula yang tak bermotif; banyak ditemukan di Bali, Nusa
Tenggara, Maluku, Selayar, Papua.
2) Moko, yaitu benda semacam nekara yang lebih ramping yang terdapat di
Pulau Alor yang digunakan sebagai benda pusaka atau sebagai mas kawin.
3) Kapak perunggu, disebut juga kapak sepatu atau kapak corong. Bentuk
kapak berupa pahat, jantung, atau tembilang. Kapak perunggu memiliki
motif berpola topang mata atau geometris.
4) Bejana perunggu, yaitu sebuah benda yang bentuknya mirip gitar Spanyol.
Alat ini ditemukan antara lain di Madura dan Sulawesi.
5) Arca-arca perunggu, dengan bentuk arca orang yang sedang menari,
berdiri, naik kuda, atau orang yang sedang memegang panah, ditemukan
antara lain di Bangkinang (Riau), Lumajang, Bogor, Palembang.
6) Berbagai macam perhiasan dan manik-manik, seperti gelang tangan,
gelang kaki, cincin, kalung, dan bandul/kalung. ada yang terbuat dari
perunggu, emas, dan besi; banyak ditemukan di Bogor, Bali, dan Malang;
sedangkan manik-manik banyak ditemukan di Sangiran, Pasemah,
Gilimanuk, Bogor, Besuki, Bone; berfungsi sebagai bekal kubur;
bentuknya ada yang silinder, bulat, segi enam, atau oval.
Pada zaman perundagian, dikenal teknik pembuatan alat-alat dari logam,
yaitu:
a) a cire perdue, caranya, mula-mula benda yang dimaksud dibuat dari lilin.
Setelah itu benda ditutup dengan tanah liat basah, lalu dibakar, lilin
meleleh ke luar dari lubang yang dibuat di bagian bawah. Cetakan selesai

21
dibuat, kemudian logam cair dituangkan ke dalam cetakan melalui lubang
tadi. Setelah dingin cetakan dipecah. Cara ini hanya dapat digunakan untuk
satu kali saja.
b) bivalve, menggunakan cetakan dua setangkap terbuat dari tanah liat basah.
Setelah kering logam cair dituangkan ke dalamnya dan didiamkan sampai
dingin lalu cetakan di buka. Cetakan ini dapat digunakan berulang kali.
Kehidupan pada masa logam juga ditSaudarai dengan semakin
berkembangnya kegiatan bercocok tanam karena didukung oleh pola hidup
yang menetap. Pola pemukiman yang teratur dari masyarakat yang bertempat
tinggal juga berkembang.
Peralatan pokok untuk bertani pada masa logam ini adalah jenis kapak
persegi dan kapak lonjong. Kemudian berkembang ke alat lain yang lebih
baik. Dengan dibukanya lahan dan tersedianya air yang cukup maka terjadilah
persawahan untuk bertani. Masa ini juga mulai dibudidayakan tanaman padi.
Pada masa logam, masyarakat juga ditSaudarai dengan jenis mata
pencaharian lain selain bertani, yakni mengolah logam atau undagi. Dengan
adanya pola mata pencaharian, mulai terjadi pembagian kerja dalam
kelompok. Masyarakat yang semakin kompleks memungkinkan
berkembangnya kebutuhan akan perlunya sosok seorang pemimpin.
Pemilihan pemimpin dilakukan berdasarkan primus inter pares.
Pada masa pra aksara juga berkembang kebudayaan batu besar atau
megalithikum. Megalithikum merupakan suatu istilah kebudayaan batu besar
(mega = besar; lithos = batu). Kebudayaan Megalithikum bukanlah suatu
zaman yang berkembang tersendiri, melainkan suatu hasil budaya yang
timbul pada zaman neolithikum dan berkembang pesat pada zaman logam.
Peninggalan-peninggalan masa pra aksara pasa masa megalithikum adalah:
a) Dolmen, yaitu bangunan seperti meja dari batu berkaki menhir yang
digunakan untuk pelinggih roh atau tempat sesajian.
b) Menhir, yaitu sebuah tugu batu yang diletakkan dengan sengaja di suatu
tempat untuk memperingati orang mati.
c) Sarkofagus, adalah bangunan peti mati yang bentuknya seperti lesung.

22
d) Peti kubur batu, yaitu peti mayat yang dibentuk dari enam papan batu,
terdiri dari dua sisi panjang, dua sisi lebar, sebuah lantai, dan sebuah
penutup besi.
e) Punden berundak, yaitu bangunan berupa batu yang berundak-undak, yang
biasanya terdiri dari tujuh dataran (undak), digunakan untuk kegiatan
pemujaan terhadap arwah nenek moyang.
f) Waruga, yaitu kubur batu yang berbentuk kubus atau bulat.
g) Arca-arca megalitik, berupa arca-arca yang menggambarkan manusia atau
binatang, seperti gajah, harimau, kerbau, harimau, monyet dalam ukuran
yang besar.

Gambar 8. Menhir yang ada di Limapuluh Koto


Sumber: Direktorat Geografi Sejarah. 2009. Atlas Prasejarah Indonesia.
Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Dengan budaya megalithikum, masyarakat sudah memahami adanya


kehidupan setelah mati. Mereka meyakini bahwa roh seseorang yang telah
meninggal akan ada kehidupan di alam lain. Oleh karena itu, roh orang yang
sudah meninggal akan senantiasa dihormati oleh sanak kerabatnya. Terkait
dengan itu, maka kegiatan ritual yang paling menonjol adalah upacara
penguburan orang meninggal. Dalam tradisi penguburan ini, jenazah orang
yang telah meninggal dibekali berbagai benda dan peralatan kebutuhan
sehari-hari, misalnya barang-barang perhiasan, periuk dan lain-lain yang
dikubur bersama mayatnya. Hal ini dimaksudkan agar perjalanan arwah orang
yang meninggal selamat dan terjamin dengan baik. Dalam upacara
penguburan ini semakin kaya orang yang meninggal maka upacaranya juga
semakin mewah. Barang-barang berharga yang ikut dikubur juga semakin
banyak. Selain upacara-upacara penguburan, juga ada upacara-upacara pesta

23
untuk mendirikan bangunan suci. Mereka percaya manusia yang meninggal
akan mendapatkan kebahagiaan jika mayatnya ditempatkan pada susunan
batu-batu besar, misalnya pada peti batu atau sarkofagus.
Batu-batu besar menjadi lambang perlindungan bagi manusia yang
berbudi luhur juga memberi peringatan bahwa kebaikan kehidupan di akhirat
hanya akan dapat dicapai sesuai dengan perbuatan baik selama hidup di
dunia. Hal ini sangat tergantung pada kegiatan upacara kematian yang pernah
dilakukan untuk menghormati leluhurnya. Oleh karena itu, upacara kematian
merupakan manifestasi dari rasa bakti dan hormat seseorang terhadap
leluhurnya yang telah meninggal. Sistem kepercayaan masyarakat pra-aksara
yang demikian itu telah melahirkan tradisi megalitik. Mereka mendirikan
bangunan batu-batu besar seperti menhir, dolmen, punden berundak, dan
sarkofagus. Pada zaman praaksara, seorang dapat dilihat kedudukan sosialnya
dari cara penguburannya. Bentuk dan bahan wadah kubur dapat digunakan
sebagai petunjuk status sosial seseorang. Penguburan dengan sarkofagus
misalnya, memerlukan jumlah tenaga kerja yang lebih banyak dibandingkan
dengan penguburan tanpa wadah. Dengan kata lain, pengelolaan tenaga kerja
juga sering digunakan sebagai indikator stratifikasi sosial seseorang dalam
masyarakat.
Seiring dengan perkembangan pelayaran, masyarakat zaman pra-aksara
akhir juga mulai mengenal sedekah laut. Sudah barang tentu kegiatan upacara
ini lebih banyak dikembangkan di kalangan para nelayan. Bentuknya
mungkin semacam selamatan apabila ingin berlayar jauh, atau mungkin saat
memulai pembuatan perahu. Sistem kepercayaan ini sampai sekarang masih
dapat ditemui di beberapa daerah.

5. Akulturasi Budaya Indonesia dan India


Hubungan dagang antara orang Indonesia dan India telah mengakibatkan
masuknya pengaruh budaya India dalam budaya Indonesia. Bagaimana
sesungguhnya proses yang terjadi belum dapat diungkapkan sepenuhnya oleh
penelitian-penelitian yang dilakukan sejak abad yang lalu. Pendapat pertama
menyebutkan bahwa dalam proses masuknya kedua agama ini, bangsa Indonesia

24
hanya berperan pasif. Bangsa Indonesia dianggap hanya sekedar menerima
budaya dan agama dari India. Pendapat kedua menyebutkan bahwa bangsa
Indonesia juga berperan aktif dalam proses penerimaan agama dan kebudayaan
Hindu Budha. Dalam konteks ini, terdapat sekelompok masyarakat di Indonesia
yang mempelajari dan memperdalam budaya India.
Sebelum masuknya kebudayaan Hindu-Budha, masyarakat telah memiliki
kebudayaan yang cukup maju. Unsur-unsur kebudayaan asli Indonesia telah
tumbuh dan berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Bangsa
Indonesia yang sebelumnya memiliki kebudayaan asli tidak begitu saja menerima
budaya-budaya baru tersebut. Kebudayaan yang datang dari India mengalami
proses penyesuaian dengan kebudayaan asli Indonesia. Proses inilah yang disebut
dengan akulturasi.
Proses masuknya pengaruh budaya Indonesia terjadi karena adanya hubungan
dagang antara Indonesia dan India. Pengaruh kebudayaan Hindu-Budha di
Indonesia ini dapat dilihat dalam berbagai bidang, antara lain:
a. Bidang Keagamaan
Sebelum budaya Hindu-Budha datang, di Indonesia telah berkembang
kepercayaan yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu
bersifat animisme, dinamisme, dan totemisme. Animisme merupakan suatu
kepercayaan atau pemujaan terhadap roh nenek moyang. Dinamisme merupakan
suatu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Sementara itu,
totemisme adalah kepercayaan terhadap hewan yang dianggap memiliki kekuatan,
seperti gajah, lembu/sapi, dan kerbau. Dengan masuknya kebudayaan Hindu-
Budha, masyarakat Indonesia secara berangsur-angsur memeluk agama Hindu dan
Budha, diawali oleh golongan elite di sekitar istana.
Dalam perkembangannya di masyarakat, kepercayaan animisme dan
dinamisme tetap berkembang di masyarakat. Sementara itu, kepercayaan
totemisme mendapat bentuk baru, terutama pada masa Majapahit, berupa
penggunaan nama hewan sebagai nama manusia, seperti Gajah Mada, Lembu
Sora, Mahesa Wongateleng, Kebo Ijo, Lebu Tal, dan sebagainya.

25
b. Bidang Politik
Sistem pemerintahan kerajaan dikenalkan oleh orang-orang India. Sebelumnya,
masyarakat masa pra aksara mengenal sistem kepemimpinan berdasarkan primus
inter pares. Dengan pengaruh Hindu-Budha, kelompok-kelompok kecil
masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang
terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Kemudian, pemimpin
ditentukan secara turun-temurun berdasarkan hak waris sesuai dengan peraturan
hukum kasta. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai,
Tarumanegara, Sriwijaya, dan kerajaan bercorak Hindu-Budha lainnya.
c. Bidang Sosial
Masuknya kebudayaan Hindu menjadikan masyarakat Indonesia mengenal
aturan kasta, yaitu: Kasta Brahmana (kaum pendeta dan para sarjana), Kasta
Ksatria (para prajurit, pejabat dan bangsawan), Kasta Waisya (pedagang petani,
pemilik tanah dan prajurit). Kasta Sudra (rakyat jelata dan pekerja kasar). Namun,
unsur budaya Indonesia lama masih tampak dominan dalam semua lapisan
masyarakat. Sistem kasta yang berlaku di Indonesia berbeda dengan kasta yang
ada di India, baik ciri-ciri maupun wujudnya. Hal ini tampak pada kehidupan
masyarakat dan agama di Kerajaan Kutai. Berdasarkan silsilahnya, Raja
Kundungga adalah orang Indonesia yang pertama tersentuh oleh pengaruh budaya
India. Pada masa pemerintahannya, Kundungga masih mempertahankan budaya
Indonesia karena pengaruh budaya India belum terlalu merasuk ke kerajaan.
Penyerapan budaya baru mulai tampak pada waktu Aswawarman, anak
Kundungga, diangkat menjadi raja menggantikan ayahnya.
d. Bidang Pendidikan
Dalam Prasasti NalSaudara dikenal model pendidikan asrama. Lembaga-
lembaga pendidikan semacam asrama merupakan salah satu bukti pengaruh dari
kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Lembaga pendidikan tersebut berubah
menjadi model pendidikan pesantren pada masa Islam, dan berkembang menjadi
model pendidikan berasrama pada masa modern.

26
e. Bidang Sastra dan Bahasa
Pengaruh Hindu-Budha pada bahasa adalah dikenal dan digunakannya bahasa
Sansekerta dan huruf Pallawa oleh masyarakat Indonesia. Pada masa kerajaan
Hindu- Budha di Indonesia, seni sastra sangat berkembang terutama pada zaman
Kerajaan Kediri.
f. Bidang Arsitektur
Punden berundak merupakan salah satu arsitektur masa Megalitikum.
Arsitektur tersebut berpadu dengan budaya India yang mengilhami pembuatan
bangunan candi. Jika diperhatikan, Stupa Borobudur sebenarnya mengambil
bentuk bangunan punden berundak agama Budha Mahayana. Pada Candi Sukuh
dan candi-candi di lereng Pegunungan Penanggungan, pengaruh unsur budaya
India sudah tidak begitu kuat. Candi-candi tersebut hanyalah punden berundak.
Begitu pula fungsi candi di Indonesia, candi bukan sekadar tempat untuk
memuja dewa-dewa seperti di India, tetapi lebih sebagai tempat pertemuan rakyat
dengan arwah nenek moyangnya. Candi dengan patung induknya yang berupa
arca merupakan perwujudan raja yang telah meninggal. Hal ini mengingatkan
pada bangunan punden berundak dengan menhirnya.

6. Proses Masuknya Agama Hindu-Budha ke Indonesia


Hubungan dagang antara Indonesia dan dunia luar merupakan sebab awal
adanya pengaruh budaya luar ke Indonesia. Dalam konteks ini, J.C. Van Leur dan
O.W. Wolters berpendapat bahwa hubungan dagang antara India dan Indonesia
sudah terjalin sebelum hubungan dagang antara Indonesia dan Cina. Oleh karena
itu, tak heran muncul pengaruh budaya India di Indonesia, walaupun proses
muncul dan berkembangnya budaya India adalah sesuatu yang terpisah dari proses
perdagangan.
Terkait dengan masuk dan berkembangnya agama Hindu Budha ke Indonesia,
terdapat lima teori, yakni:
a. Teori Brahmana
Teori Brahmana adalah teori yang menyatakan bahwa masuknya Hindu Budha
ke Indonesia dibawa oleh para Brahmana atau golongan pemuka agama di India.
Teori ini didukung dengan adanya bukti bahwa terdapat perkampungan India di

27
Malaysia dan pantai Timur Sumatera (populer dengan nama Kampung Keling)
yang banyak ditempati oleh orang Keling dari India Selatan yang memerlukan
kaum Brahmana untuk upacara agama (perkawinan dan kematian).
Van Leur cenderung untuk memberikan peran penyebaran budaya India pada
golongan Brahmana. Mereka datang atas undangan para penguasa Indonesia.
F.D.K. Bosch menyetujui pendapat Van Leur. Dengan mengamati unsur-unsur
budaya India dalam budaya Indonesia, Bosch berpendapat bahwa hanya golongan
cendikiawanlah yang dapat menyampaikan budaya India pada bangsa Indonesia.
Golongan tersebut dinyatakan sebagai clerks. Pendeta-pendeta tersebut menyebar
ke seluruh penjuru dunia melalui jalur perdagangan. Kedatangan mereka biasanya
telah diberitakan lebih dahulu. Mereka kemudian bertemu dengan kalangan istana.
Teori brahmana dilSaudaraskan pada prasasti-prasasti peninggalan kerajaan
Hindu Budha di Indonesia pada masa lampau yang hampir semuanya
menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Saksekerta. Di India, aksara dan bahasa
ini hanya dikuasai oleh golongan Brahmana. selain itu, karena peran serta
golongan Brahmana juga didukung oleh kebiasaan ajaran Hindu. Seperti diketahui
bahwa ajaran Hindu yang utuh dan benar hanya boleh dipahami oleh para
Brahmana. Hanya golongan Brahmana-lah yang dianggap berhak menyebarkan
ajaran Hindu, karena merekalah yang memahami bahasa Sansekerta. Para
Brahmana diundang ke Nusantara oleh para kepala suku untuk melakukan upacara
vraytastoma, upacara khusus untuk menghindukan seseorang. Para Brahmana
sengaja didatangkan ke Indonesia karena raja yang telah mengenal brahmana
secara khusus sehingga meminta brahmana untuk mengajar di lingkungannya,
melaksanakan upacara penobatan raja (abhiseka) dan menjadi penasehat raja,
purohita. Tidak hanya dalam bidang keagamaan, tetapi juga menjadi penasehat
dalam bidang pemerintahan, peradilan, perundang-undangan, dan sebagainya.
Hanya saja, teori brahmana memiliki kelemahan. Menurut ajaran Hindu kuno
seorang Brahmana dilarang untuk menyeberangi lautan apalagi meninggalkan
tanah airnya. Jika ia melakukan hal tersebut maka ia akan kehilangan hak akan
kastanya, sehingga mendatangkan para Brahmana ke Indonesia bukan merupakan
hal yang wajar.

28
b. Teori Waisya
Teori Waisya menyatakan bahwa terjadinya penyebaran agama Hindu Budha
di Indonesia adalah berkat peran serta golongan Waisya (pedagang) yang
merupakan golongan terbesar masyarakat India yang berinteraksi dengan
masyarakat nusantara. Dalam teori ini, para pedagang India dianggap telah
memperkenalkan kebudayaan Hindu dan Budha pada masyarakat lokal ketika
mereka melakukan aktivitas perdagangan
Kondisi ini terjadi karena pelayaran sangat bergantung pada musim angin,
maka dalam beberapa waktu mereka akan menetap di kepulauan Nusantara hingga
angin laut yang akan membawa mereka kembali ke India berhembus. Selama
menetap, para pedagang India ini juga melakukan dakwahnya pada masyarakat
lokal Indonesia.
Kelemahan teori waisya ini terletak pada kurangnya pemahaman akan agama
Hindu oleh para pedagang. Untuk melakukan proses memasukkan seseorang pada
agama Hindu, para pedagang tidak memiliki pengetahuan tentang keagamaan.
Mereka tidak menguasai tata cara pada agama Hindu, dimana kitab sucinya ditulis
dalam Bahasa Sansekerta yang hanya dipahami oleh para Brahmana.
c. Teori Ksatria
Dalam teori Ksatria, penyebaran agama dan kebudayaan Hindu-Budha di
Indonesia pada masa lalu dilakukan oleh golongan ksatria. Menurut teori ini,
sejarah penyebaran Hindu Budha di kepulauan nusantara tidak bisa dilepaskan
dari sejarah kebudayaan India pada periode yang sama. Seperti diketahui bahwa di
awal abad ke-2 Masehi, kerajaan-kerajaan di India mengalami keruntuhan karena
perebutan kekuasaan. Penguasa-penguasa dari golongan ksatria di kerajaan-
kerajaan yang kalah perang pada masa itu dianggap melarikan diri ke Nusantara.
Di Indonesia mereka kemudian mendirikan koloni dan kerajaan-kerajaan barunya
yang bercorak Hindu dan Budha. Dalam perkembangannya, mereka pun
kemudian menyebarkan ajaran dan kebudayaan kedua agama tersebut pada
masyarakat lokal di nusantara.
Keberatan teori ini dikemukakan oleh Van Leur. Keberatan pertama adalah
mengenai kolonisasi. Suatu kolonisasi yang melibatkan penaklukan oleh golongan
ksatria tentunya akan dicatat sebagai suatu kemenangan. Catatan demikian tidak

29
ditemukan dalam sumber tertulis di India. Di Indonesia pun tidak terdapat suatu
tSaudara peringatan apa pun, misalnya dalam bentuk prasasti. Keberatan kedua,
terletak pada pemahaman bahwa suatu kolonisasi selalu disertai oleh pemindahan
segala unsur masyarakat dari tanah asalnya. Misalnya, sistem kasta, kerajinan,
bentuk rumah, tata kota, bahasa, pergaulan, dan sebagainya. Dalam kenyataannya,
di Indonesia berbeda dengan yang ada di India.
Bukti tentang penyerangan dari kerajaan di India ke Indonesia hanya ada pada
berita tentang serangan Kerajaan ColamSaudarala ke Sriwijaya. Kejadian itu pun
tidak menyebabkan runtuhnya Kerajaan Sriwijaya.
d. Teori Sudra
Teori Sudra dikemukakan oleh Van Faber. Teori ini menjelaskan bahwa
penyebaran agama dan kebudayaan Hindu Budha di Indonesia diawali oleh para
kaum sudra atau rakyat jelata yang bermigrasi ke wilayah Nusantara. Mereka
menetap dan menyebarkan ajaran agama mereka pada masyarakat pribumi hingga
terjadilah perkembangan yang signifikan terhadap arah kepercayaan mereka yang
awalnya animisme dan dinamisme menjadi percaya pada ajaran Hindu dan Budha.
Teori ini juga memiliki kelemahan, terkait dengan ketidakmampuan dalam
pemahaman agama Hindu oleh kasta sudra ini
e. Teori Arus Balik
Teori arus balik juga sering dinyatakan sebagai Teori Nasional oleh R.
Soekmono. Teori ini didasarkan pada Prasati NalSaudara yang berisi tentang
pendirian asrama bagi para pelajar di Sriwijaya yang akan menuntut ilmu agama
di India.
Teori arus balik menjelaskan bahwa penyebaran Hindu Budha di Indonesia
terjadi karena peran aktif masyarakat Indonesia di masa silam. Menurut FDK.
Bosch, pengenalan Hindu Budha pertama kali memang dibawa oleh orang-orang
India. Mereka menyebarkan ajaran ini pada segelintir orang, hingga pada akhirnya
orang-orang tersebut tertarik untuk mempelajari kedua agama ini secara langsung
dari negeri asalnya, India. Mereka berangkat dan menimba ilmu di sana dan
sekembalinya ke Indonesia, mereka kemudian mengajarkan apa yang
diperolehnya pada masyarakat nusantara lainnya.

30
7. Kehidupan Masyarakat pada Masa Kerajaan-Kerajaan Tradisional
Hindu-Budha
Kerajaan-kerajaan awal di nusantara pada abad ke-5-8 M dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 1. Peta kerajaan-kerajaan bercorak Hindu atau Budha


Sumber : Atlas dan Lukisan Sejarah Nasional Indonesia

a. Kerajaan Kutai
Walaupun bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa kerajaan tertua di
Indonesia terletak di Kalimantan, tetapi sedikit sekali perhatian para penulis
tambo di daratan Cina. Hal ini cukup menarik, karena biasanya para penulis
tambo Cina rajin menuliskan hal-hal aneh yang mereka temui dari suatu
daerah asing. Berita tertua Cina yang bertalian dengan salah satu daerah di
Kalimantan, berasal dari zaman Dinati T’ang (618-906). Padahal berita-berita
Cina yang berhubungan dengan Jawa sudah ada sejak abad ke-5M, dan
Sumatera pada awal abad ke-6M, pada zaman pemerintahan Dinasti Liang.
Tidak adanya perhatian dari pihak Cina itu, kemungkinan sekali disebabkan,
Kalimantan tidak terletak pada jalan niaga Cina yang utama, walaupun di
daerah Serawak misalnya, ditemukan beberapa buah benda yang berasal dari
Zaman Dinasti Han yang mulai berkuasa pada tahun 220 SM. Ternyata
kurangnya perhatian terhadap sejarah daerah Kalimantan, terus berlanjut pada
masa-masa sesudahnya, sehingga di dalam keseluruhan sejarah kebudayaan

31
Asia Tenggara, daerah ini masih tetap merupakan suatu daerah yang
terlupakan.

1) Kehidupan Politik
Kerajaan Kutai yang terletak di hulu Sungai Mahakam, Kalimantan Timur
merupakan kerajaan Hindu pertama di nusantara. Sumber utama Kerajaan
Kutai ialah 7 buah batu tulis yang disebut Yupa. Prasasti ditulis dengan huruf
Pallawa, bahasa Sanskerta, diperkirakan pada tahun 400 M (abad ke-5 M).Isi
prasasti dapat diketahui bahwa raja yang memerintah ialah Mulawarman, anak
Aswawarman dan cucu Kudungga. Disebutkan pula dalam prasasti bahwa raja
Mulawarman memberikan hadiah 1.000 ekor lembu kepada kaum brahmana.
Selain itu, juga disebutkan bahwa Aswawarman adalah wangsakarta (pendiri
dinasti). Dengan demikian, dapat dipastikan bahwa kerajaan Kutai telah
mendapat pengaruh Hindu, tetapi Kudungga belum masuk Hindu karena nama
Kudungga adalah nama asli Indonesia, sehingga ia tidak disebut Wangsakarta.
Raja Mulawarman adalah raja terbesar dan telah memeluk agama Hindu.
2) Kehidupan Sosial-Ekonomi
Melihat bahwa letak Kerajaan Kutai pada jalur perdagangan dan pelayaran
antara Barat dan Timur, maka aktivitas perdagangan menjadi mata pencaharian
yang utama. Rakyat Kutai sudah aktif terlibat dalam perdagangan internasional
dan tentu saja mereka berdagang pula sampai ke perairan Laut Jawa dan
Indonesia Timur untuk mencari barang-barang dagangan yang laku di pasaran
Internasional. Dengan demikian Kutai telah termasuk daerah persinggahan
perdagangan Internasional Selat Malaka-Laut Jawa-Selat Makasar-Kutai-Cina
atau sebaliknya.
3) Kehidupan Kebudayaan
Kehidupan kebudayaan masyarakat Kutai erat kaitannya dengan
kepercayaan/agama yang dianut. Prasasti Yupa merupakan salah satu hasil
budaya masyarakat Kutai, yaitu tugu batu yang merupakan warisan nenek
moyang bangsa Indonesia dari zaman Megalitikum, yakni bentuk Menhir.
Salah satu prasasti Yupa menyebutkan suatu tempat suci dengan nama

32
"Wapakeswara" (tempat pemujaan Dewa Siwa). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa masyarakat Kutai memeluk Agama Siwa.

b. Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara terletak di tepi Sungai Citarum, Bogor, Jawa Barat,
merupakan kerajaan tertua kedua di Indonesia.

Gambar 2. Peta Lokasi Prasasti Purnawarman


Sumber: Sejarah Nasional Indonesia V

Sumber-sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara dapat dibagi menjadi


dua, yakni:
1) Berita Cina zaman Dinasti Tang
Berita Cina menyebutkan adanya kerajaan To-lo-mo (Tarumanegara)
mengirimkan utusan ke Cina beberapa kali, antara lain tahun 528, 538, 665,
dan 666 M.
2) Prasasti-Prasasti yang ada di Jawa Barat yang berbahasa Sansekerta dan
berhuruf Pallawa, yakni:
a. Prasasti Ciaruteun (Bogor).
b. Prasasti Kebon Kopi (Bogor).
c. Prasasti Jambu atau Prasasti Pasir Koleangkak (Bogor).
d. Prasasti Pasir Awi atau Pasir Muar (Bogor).

33
e. Prasasti Tugu (Cilincing, Tanjung Priok , Jakarta).
f. Prasasti Lebak (Banten Selatan).
1) Kehidupan Politik
Kerajaan Tarumanegara dipimpin oleh seorang raja yang masyhur yakni
Purnawarman. Berita tentang kemasyhuran raja tersebut misalnya tertuang
dalam Prasasti Ciareteun dan Kebon Kopi. Isi Prasasti Ciaruteun selain berisi
empat baris kalimat, pada prasasti ini juga dipahatkan lukisan seperti lukisan
lebah-lebah dan sepasang telapak kaki. Empat baris kalimat itu berbunyi :"ini
kedua telapak kaki, yang seperti kaki Dewa Wisnu, ialah kaki yang Mulia
Purnawarman, raja di negeri Taruma, raja yang sangat gagah berani".

Isi prasasti Kebon Kopi : yakni adanya dua


kaki gajah yang disamakan dengan tapak kaki
gajah Airawati (gajah kendaran Dewa Wisnu).
Sedangkan Prasasti Jambu berisi tentang
kegagahan raja Purnawarman. Bunyi prasasti
itu antara lain :"gagah, mengagumkan dan jujur
terhadap tugasnya adalah pemimpin manusia
yang tiada taranya, yang termasyhur Sri
Purnawarman, yang memerintah di taruma
dan yang baju zirahnya tak dapat ditembus oleh
musuh ..."
Prasasti yang diketemukan semuanya tidak berangka tahun, namun
dari huruf yang dipakai dapat diperkirakan bahwa Kerajaan Tarumanegara
berkuasa di Jawa Barat sekitar abad ke-5 M dengan rajanya Purnawarman.
2) Kehidupan Sosial-Ekonomi
Kehidupan perekonomian masyarakat Tarumanegara adalah pertanian dan
peternakan. Hal ini dapat diketahui dari isi Prasasti Tugu yakni tentang
pembangunan atau penggalian saluran Gomati yang panjangnya 6112 tombak
(12 km) selesai dikerjakan dalam waktu 21 hari. Selesai penggalian Raja
Purnawarman mengadakan selamatan dengan memberikan hadiah 1.000 ekor
lembu kepada para brahmana. Pembangunan/penggalian itu mempunyai arti
ekonomis bagi rakyat, karena dapat digunakan sebagai sarana pengairan dan
pencegahan banjir. Selain penggalian saluran Gomati dalam prasasti Tugu juga
disebutkan penggalian saluran Candrabhaga. Dengan demikian rakyat akan
hidup makmur, aman, dan sejahtera.

34
3) Kehidupan Kebudayaan
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf pada prasasti-prasasti
yang ditemukan sebagai bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara, maka dapat
diketahui bahwa kehidupan kebudayaan masyarakat sudah maju.

c. Kerajaan Sriwijaya
1) Kehidupan Politik
Sumber-sumber sejarah yang dapat digunakan untuk mengetahui kerajaan
Sriwijaya sebagai berikut.
a) Berita-berita dari Cina, India, Malaka, Ceylon, Arab dan Parsi.
b) Prasasti-prasasti (enam di Sumatra Selatan dan satu di Pulau Bangka).
c) Prasasti Kedukan Bukit (605S/683M) di Palembang. Isinya: Dapunta Hyang
mengadakan ekspansi 8 hari dengan membawa 20.000 tentara, kemudian
berhasil menaklukkan dan menguasai beberapa daerah. Dengan
kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur.
d) Prasasti Talang Tuo (606 S/684M di sebelah barat Palembang. Isinya
tentang pembuatan sebuah Taman Sriksetra oleh Dapunta Hyang Sri
Jayanaga untuk kemakmuran semua makhluk.

Gambar 3. Daerah pengaruh Kerajaan Sriwijaya (Abad ke-8-11)


Sumber: Atlas dan Lukisan Sejarah Nasional Indonesia

35
Menurut sumber berita Cina yang ditulis oleh I-tsing dinyatakan bahwa
Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 M. Berdasarkan prasasti Ligor,
pusat pemerintahan Sriwijaya di Muara Takus, yang kemudian dipindahkan ke
Palembang. Kerajaan Sriwijaya kemudian muncul sebagai kerajaan besar di
Asia Tenggara. Perluasan wilayah dilakukan dengan menguasai Tulang
Bawang (Lampung), Kedah, Pulau Bangka, Jambi, Tanah Genting Kra dan
Jawa (Kaling dan Mataram Kuno). Dengan demikian Kerajaan Sriwijaya bukan
lagi merupakan kerajaan senusa (negara yang berkuasa atas satu pulau saja)
melainkan merupakan negara antarnusa (negara yang berkuasa atas beberapa
pulau), sehingga Sriwijaya merupakan negara kesatuan pertama di Indonesia.
Kerajaan Sriwijaya mencapai puncak kejayaannya pada masa Balaputra
Dewa. Raja ini mengadakan hubungan persahabatan dengan Raja Dewapala
Dewa dari India. Dalam Prasasti NalSaudara disebutkan bahwa Raja Dewapala
Dewa menghadiahkan sebidang tanah untuk mendirikan sebuah biara untuk
para pendeta Sriwijaya yang belajar agama Budha di India. Selain itu, dalam
Prasasti NelSaudara juga disebutkan adanya silsilah raja Balaputra Dewa dan
dengan tegas menunjukkan bahwa raja Syailendra (Darrarindra) merupakan
nenek moyangnya.
2) Kehidupan Sosial Ekonomi
Letak Sriwijaya sangat strategis di jalur perdagangan antara India-Cina. Di
samping itu juga berhasil menguasai Selat Malaka yang merupakan urat nadi
perdagangan di Asia Tenggara, menjadikan Sriwijaya berhasil menguasai
perdagangan nasional dan internasional. Penguasaan Sriwijaya atas Selat
Malaka mempunyai arti penting terhadap perkembangan Sriwijaya sebagai
negara maritim.
3) Kehidupan Keagamaan
Dalam bidang agama, Kerajaan Sriwijaya menjadi pusat agama Budha yang
penting di Asia Tenggara dan Asia Timur. Agama Budha yang berkembang di
Sriwijaya ialah Agama Budha Mahayana, salah satu tokohnya ialah
Dharmakirti. Para peziarah agama Budha dalam pelayaran ke India ada yang
singgah dan tinggal di Sriwijaya. Di antaranya ialah I'tsing. Sebelum menuju
ke India ia mempersiapkan diri dengan mempelajari bahasa Sanskerta selama 6

36
bulan (1671); setelah pulang dari India ia tinggal selama 4 tahun (681-685 M)
untuk menerjemahkan agama Budha dari bahasa Sanskerta ke bahasa Cina. Di
samping itu juga ada pendeta dari Tibet, yang bernama Atica yang datang dan
tinggal di Sriwijaya selama 11 tahun (1011-1023 M) dalam rangka belajar
agama Budha dari seorang guru besar Dharmakirti.

d. Kerajaan Mataram Kuno


Kerajaan Mataram Kuno terletak di Jawa Tengah dengan intinya yang sering
disebut Bumi Mataram. Daerah ini dikelilingi oleh pegunungan dan gunung-
gunung, seperti Gunung Tangkuban Perahu, Gunung Sindoro, Gunung
Sumbing, Gunung Merapi-Merbabu, Gunung Lawu, dan Pegunungan Sewu.
Daerah ini juga dialiri oleh banyak sungai, seperti Sungai Bogowonto, Sungai
Progo, Sungai Elo dan Sungai Bengawan Solo. Itulah sebabnya daerah ini
sangat subur. Bumi Mataram diperintah oleh dua wangsa atau dinasti, yaitu
Dinasti Sanjaya yang beragama Hindu (di bagian utara) dan Dinasti Syailendra
yang beragama Budha (di bagian selatan). Dalam hal pembuatan candi agaknya
kedua dinasti dapat bekerja sama, tetapi di bidang politik terjadi perebutan
kekuasaan.
1) Kehidupan Politik
Pada mulanya yang berkuasa di Mataram adalah Dinasti Sanjaya. Bukti
adanya kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah dapat diketahui dari Prasasti
Canggal, di kaki Gunung Wukir, Magelang. Prasasti ini dikeluarkan oleh Raja
Sanjaya berangka tahun berbentuk candrasengkala berbunyi "srutiindriyarasa"
atau tahun 654 Saka=732 M (dengan huruf Pallawa bahasa Sanskerta). Isi
pokok Prasasti Canggal adalah pendirian sebuah lingga di bukit Stirangga.
Sang Raja Sanjaya mendirikan lingga yang ditSaudarai dengan tSaudara-
tSaudara di bukit yang bernama Stirangga untuk keselamatan rakyatnya.
Petunjuk lain tentang Sanjaya di samping Prasasti Canggal juga Prasasti
Mantyasih atau Prasasti Kedu yang dibuat oleh raja Balitung yang
menyebutkan bahwa nama Sanjaya adalah raja pertama (wangsakarta) dengan
ibukota di Mdang ri Poh Pitu. Dalam prasasti itu disebutkan raja-raja yang
pernah memerintah.

37
Prasasti Dinoyo di Jawa Timur tahun 706 menyebutkan adanya Raja
Gajayana yang mendirikan tempat pemujaan Dewa Agastya (perwujudan Siwa
sebagai Mahaguru) diwujudkan pula dalam bentuk lingga. Di samping itu juga
mendirikan Candi Badut dengan berlanggam candi Jawa Tengah. Kemudian
Prasasti Kalasan tahun 778 M menyebutkan bahwa keluarga Syailendra
berhasil membujuk Panangkaran untuk mendirikan bangunan suci untuk Dewi
Tara (istri Budha) dan sebuah biara untuk para pendeta. Panangkaran juga
menghadiahkan desa Kalasan kepada Sanggha. Dalam Prasasti Balitung yang
berangka tahun 907 M disebutkan nama keluarga raja-raja keturunan Sanjaya
memuat nama Panangkaran. Dengan ini dapat disimpulkan bahwa pada waktu
itu dinasti Sanjaya dan Syailendra sama sama berperan di Jawa Tengah. Dinasti
Sanjaya di bagian utara dengan mendirikan candi Hindu, seperti Gedong Songo
di Ungaran dan Candi Dieng di dataran tinggi Dieng. Sedangkan Dinasti
Syailendra di bagian selatan dengan mendirikan candi Budha, seperti
Borobudur, Mendut, dan Kalasan.
Dalam Prasasti Kelurak (di daerah Prambanan) tahun 782 disebutkan
tentang pembuatan acara Manjusri sebagai perwujudan Budha, Dharma dan
Sanggha yang dapat disamakan dengan Brahma, Wisnu, dan Siwa. Mungkin
sekali bangunan sucinya ialah Candi Lumbung yang terletak di sebelah utara
Prambanan. Raja yang memerintah pada waktu itu ialah Indra. Pengganti Indra
yang terkenal ialah Smaratungga yang dalam pemerintahannya mendirikan
Candi Borobudur tahun 824, (yang merupakansalah satu bangunan keajaiban
dunia). Di bawah pemerintahan putri Smaratungga, yakni Pramodhawardani
dinasti Syailendra dan Sanjaya menjadi satu karena perkawinannya dengan
Rakai Pikatan, yang kemudian membangun candi-candi Budha dan Hindu.
Seperti Candi Plaosan yang merupakan Stupa Budha banyak disebut nama Sri
Kahulunan Sri Pikatan, dapat diartikan nama Sri Kahulunan adalah gelar
Pramodhawardani. Rakai Pikatan mendirikan candi Hindu yakni Candi
Prambanan (Roro Jonggrang) yang sangat megah. Dengan dibangunnya candi
Hindu dan Budha yang berdekatan, menggambarkan adanya kerukunan
beragama di Bumi Mataram. Pada tahun 856 terjadi perubahan besar di Jawa
Tengah Balaputra Dewa (adik Pramodhawardani) yang pusat pemerintahannya

38
di pegunungan selatan yang terkenal dengan Istana Ratu Boko, berusaha untuk
merebut kekuasaan. Namun ia malah tersingkir dari Jawa Tengah dan akhirnya
melarikan diri ke Sumatra (menjadi raja di Sriwijaya). Di Jawa Tengah
kemudian sepenuhnya diperintah oleh Dinasti Sanjaya. Raja terakhir adalah
Wawa dan digantikan Empu Sendok yang kemudian memindahkan pusat
pemerintahannya dari Jawa Tengah ke Jawa Timur.
2) Kehidupan Sosial Ekonomi
Kehidupan ekonomi masyarakat bertumpu pada pertanian. Kondisi alam
bumi Mataram yang tertutup dari dunia luar sulit untuk mengembangkan
aktivitas perekonominan dengan pesat. Pada masa Balitung aktivitas
perhubungan dan perdagangan dikembangkan melalui Sungai Bengawan Solo.
Pada Prasasti Wonogiri (903) bahwa desa-desa yang terletak di kanan-kiri
sungai dibebaskan dari pajak dengan catatan harus menjamin kelancaran lalu-
lintas lewat sungai tersebut.
3) Kehidupan Agama dan Kebudayaan
Bumi Mataram diperintah oleh dua dinasti, yakni Dinasti Sanjaya dan
Dinasti Syailendra. Dinasti Sanjaya beragama Hindu dengan pusat
kekuasaannya di utara dengan hasil budayanya berupa candi-candi seperti
Gedong Songo dan Dieng. Dinasti Syailendra beragama Bundha dengan pusat
kekuasaannya di daerah selatan, dan hasil budayanya dengan mendirikan
candi-candi seperti candi Borobudur, Mendut, dan Pawon. Semula terjadi
perebutan kekuasan namun kemudian terjalin persatuan ketika terjadi
perkawinan antara Rakai Pikatan (Sanjaya) yang beragama Hindu dengan
Pramodhawardhani (Syailendra) yang beragama Budha. Sejak itu agama Hindu
dan Budha hidup berdampingn secara damai. Hal ini menunjukkan betapa
besar jiwa toleransi bangsa Indonesia. Toleransi ini merupakan salah sifat
kepribadian bangsa Indonesia yang wajib dilestarikan agar tercipta kedamaian,
ketenteraman, dan kesejahteraan.

e. Dinasti Isana di Jawa Timur


Pada abad ke-10 M, pusat pemerintahan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa
Tengah dipindahkan ke Jawa Timur oleh Pu Sindok. Schrieke adalah orang

39
pertama yang menganggap bahwa perpindahan tersebut terjadi dalam jangka
waktu yang relatif pendek. Sebab utamanya adalah karena rakyat Jawa Tengah
merasa menanggung beban yang amat berat karena diharuskan membangun
monumen-monumen keagamaan yang besar dan dilaksanakan dalam periode
yang relatif singkat. Pekerjaan semacam itu, menurut Schrieke (dalam
Rahardjo, 2011: 41), sangat membebani rakyat karena tenaga mereka yang
seharusnya dipusatkan pada kegiatan pertanian sebagai sSaudararan utama
hidupnya, dialihkan untuk membangun candi-candi. Ini dianggap Schrieke
sebagai faktor pertama yang mendorong perpindahan penduduk ke wilayah
Jawa Timur., dengan menyatakan” ... the final conclusion, then, is that central
Javanese rural culture was destroyes by its own temples”.
Pendapat Schrieke tentang perpindahan pusat pemerintahan Mataram Kuno
tidak dapat diterima oleh Boechari (dalam Rahardjo, 2011: 41). Ia menyatakan
bahwa bukti-bukti prasasti tidak ada yang memberikan indikasi adanya
pemaksaan oleh pemerintah pusat kepada rakyat. Candi-candi besar dibuat
dengan gotong royong sebagaimana tercermin di Candi Plaosan Lor, dan
kebiasaan serupa masih berlangsung di Bali hingga sekarang. Menurut
Boechari, kemungkinan yang lebih masuk akal adalah karena faktor bencana
alam letusan gunung Merapi yang sangat dahsyat dan merusak daerah-daerah
persawahan yang luas dan bahkan mungkin merusakkan juga ibukota kerajaan.
Faktor kedua adalah daya tarik delta Sungai Solo dan lembah Sungai
Brantas. Kedua tempat tersebut diduga memiliki daya tarik dari segi ekonomi,
khususnya sebagai pintu gerbang perdagangan internasional.
Pendapat lain diungkapkan oleh Casparis (dalam Rahardjo, 2011: 41). Ia
menyatakan bahwa perpindahan tersebut terjadi akibat serangan Kerajaan
Sriwijaya. Sebab setelah Dinasti Syailendra terdesak dari Jawa Tengah dan
menetap di Sumatera, merupakan ancaman yang serius.
1) Kehidupan Politik
Pemindahan kekuasaan ke Jawa Timur dilakukan oleh raja Empu Sendok,
dan membentuk dinasti baru yakni Isana. Nama Isana diambil dari gelar resmi
Empu Sendok yakni Sri Maharaja Rake Hino Sri Isanawikramatunggadewa.
Wilayah kekuasaan Empu Sendok meliputi Nganjuk di sebelah barat, Pasuruan

40
di timur, Surabaya di utara dan Malang di selatan. Empu Sendok memegang
pemerintahan dari tahun 929–947 dengan pusat pemerintahannya di
Watugaluh. Ia memerintah dengan adil dan bijaksana dengan melakukan
berbagai usaha untuk kemakmuran rakyat. Di antaranya ialah membuat
bendungan-bendungan untuk perairan, dan memberikan hadiah-hadiah tanah
untuk pemeliharaan bangunan-bangunan suci. Di samping itu juga
memerintahkan untuk mengubah sebuah kitab agama Budha aliran Tantrayana
yang diberi judul Sang Hyang Kamahayanikan. Setelah Empu Sendok
meninggal kemudian digantikan oleh putrinya yang bernama Sri
Isanatunggawijaya. Putri ini kawin dengan Lokapala, dari pernikahannya
lahirlah seorang putra yang bernama Makutawangsawardana yang meneruskan
takhta ibunya. Setelah Makutawangsawardana meninggal yang menggantikan
ialah Dharmawangsa (990–1016). Dalam pemerintahannya ia berusaha
meningkatkan kesejahteraan rakyatnya yang hidup dari pertanian dan
perdagangan.
Pada saat itu pusat perdagangan di Indonesia dikuasai oleh Sriwijaya, maka
Dharmawangsa berusaha untuk menyerang Sriwijaya dengan tujuan untuk
mengusai daerah Sriwijaya bagian selatan (Selat Sunda). Akan tetapi, selang
beberapa tahun kemudian Sriwijaya bangkit mengadakan serangan balasan.
Dalam hal ini Sriwijaya mengadakan kerja sama dengan kerajaan Worawari
(kerajaan asal di Jawa). Serangan Worawari sangat tepat, yakni ketika
Dharmawangsa melangsungkan upacara pernikahan putrinya dengan Airlangga
(1016). Dharmawangsa beserta seluruh pembesar istana mengalami pralaya,
tetapi Airlangga berhasil meloloskan diri beserta pengiringnya yang setia
Narotama, menuju hutan Wonogiri diringi juga oleh para pendeta. Selama tiga
tahun (1016-1019) Airlangga digembleng lahir dan batin oleh para pendeta.
Atas tuntutan rakyat dan pendeta, Airlangga bersedia menjadi raja
menggantikan Dharmawangsa.
Pada tahun 1019, Airlangga dinobatkan menjadi raja dengan gelar Sri
Maharaja Rake Halu Lokeswara Dharmawangsa Airlangga
Anantawikramatunggadewa. Tugas Airlangga ialah menyatukan kembali
daerah kekuasaan semasa Dharmawangsa dan usaha ini dapat berhasil dengan

41
baik. Ibukota kerajaan pada tahun 1031 di Wutan Mas, kemudian dipindahkan
ke Kahuripan pada tahun 1037. Selanjutnya Airlangga melakukan
pembangunan di segala bidang demi kemakmuran rakyatnya. Pada tahun 1042
Airlangga mengundurkan diri dari takhta dan menjadi seorang petapa dengan
nama Jatinindra atau Resi Jatayu. Sebelumnya Airlangga menobatkan putrinya,
Sri Sanggramawijaya namun menolak dan ia juga menjadi seorang petapa
dengan nama Dewi Kili Suci. Akhirnya kerajaan dibagi menjadi dua yakni
Jenggala dengan ibukota Kahuripan dan Panjalu yang dikenal dengan nama
Kediri. Jenggala diperintah oleh Gorasakan, sedangkan Kediri oleh
Samarawijaya (keduanya terlahir dari selir).
2) Kehidupan Sosial-Ekonomi
Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kerajaan di Jawa Timur ini cukup
baik, karena mendapat perhatian dari raja-raja yang memerintah. Di antaranya
Airlangga yang memerintahkan membuat tanggul di Waringit Pitu (Prasasti
Kalegen 1037) dan waduk-waduk di beberapa bagian Sungai Brantas untuk
pengairan sawah-sawah dan mengurangi bahaya banjir. Untuk memajukan
aktivitas perdagangan, Airlangga juga mengadakan perbaikan pelabuhan Ujung
Galuh yang letaknya di sungai Brantas; sedangkan pelabuhan Kembang Putih
di Tuban diberikan hak-hak istimewa.

f. Kerajaan Kediri
1) Kehidupan Politik
Dalam persaingan antara Panjalu dengan Kediri, ternyata Kediri yang
unggul dan menjadi negara yang besar kekuasaannya. Raja terbesar dari
Kerajaan Kediri adalah Jayabaya (1135-1157). Jayabaya ingin mengembalikan
kejayaan seperti masa Airlangga dan ternyata ini dapat berhasil, Panjalu dan
Jenggala dapat bersatu kembali. Lencana kerajaan memakai simbol Garuda
Mukha, simbol Airlangga. Pada masa pemerintahannya kesusastraan
diperhatikan. Empu Sedah dan Empu Panuluh menggubah karya sastra Kitab
Bharatayudha, yang menggambarkan peperangan antara PSaudarawa melawan
Kurawa; tetapi sebenarnya merupakan peperangan antara Jenggala melawan
Kediri. Empu Panuluh juga menggubah Kakawin Hariwangsa dan

42
Gatotkacasraya. Jayabaya juga terkenal sebagai pujangga yang ahli meramal
kejadian masa depan, terutama yang akan menimpa Tanah Jawa, ramalannya
terkenal dengan "Jangka Jayabaya". Raja Kediri yang juga memperhatikan
kesusastraan ialah Kameswara. Empu Tan Akung menulis Kitab Wartasancaya
dan Lubdaka sedangkan Empu Dharmaja menulis Kitab Kakawin
Smaradahana. Di dalam Kitab Smaradahana ini, Kameswara dipuji-puji
sebagai titisan Kumajaya, permaisurinya ialah Sri Kirana atau putri
Candrakirana. Raja Kediri yang terakhir ialah Kertajaya yang pada tahun 1222
kekuasaannya dihancurkan oleh Ken Arok, berakhirlah kerajaan Kediri dan
muncul kerajaan Singasari.
2) Kehidupan Sosial Ekonomi
Pada masa Kejayaan Kediri, perhatian raja terhadap kehidupan sosial
ekonomi rakyat juga besar. Hal ini dapat dibuktikan dengan karya-karya sastra
saat itu yang mencerminkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat,
diantaranya Kitab Lubdaka yang berisi ajaran moral, bahwa tinggi rendahnya
martabat manusia tidak diukur berdasarkan asal dan kedudukan, melainkan
berdasarkan kelakuannya.
3) Kehidupan Kebudayaan
Di bidang kebudayaan khususnya sastra, di Kahuripan dan Kediri
berkembang pesat, di antaranya sebagai berikut.
a) Pada masa Dharmawangsa, berhasil disadur Kitab Mahabarata ke dalam
bahasa Jawa Kuno yang disebut Kitab Wirataparwa. Selain itu juga disusun
kitab hukum yang bernama Siwasasana.
b) Di zaman Airlangga, disusun Kitab Arjuna Wiwaha karya Empu Kanwa.
c) Masa Jayabaya, berhasil digubah Kitab Bharatayudha oleh Empu Sedah
dan Empu Panuluh. Di samping itu Empu Panuluh juga menulis Kitab
Hariwangsa dan Gatotkacasraya.
d) Masa Kameswara, berhasil ditulis Kitab Smaradhahana oleh Empu
Dharmaja. Kitab Lubdaka dan Wertasancaya oleh Tan Akung.
Berdasarkan kronik-kronik Cina, maka kehidupan perekonomian rakyat
Kediri dapat dikemukakan antara lain:
a) rakyat hidup dari pertanian, peternakan, dan perdagangan,

43
b) Kediri banyak menghasilkan beras,
c) barang-barang dagangan yang laku di pasaran saat itu, antara lain, emas,
perak, gading dan kayu cendana,
d) pajak rakyat berupa hasil bumi, seperti beras, dan palawija. Kehidupan
sosialnya terwujud dalam hal: (a) rakyat Kediri pada umumnya memiliki
tempat tinggal yang baik, bersih dan rapi, dan (b) hukuman yang
dilaksanakan ada dua macam, yakni hukuman denda (berupa emas) dan
hukuman mati (khususnya bagi pencuri dan perampok).

g. Kerajaan Singasari

Gambar 4. Peta Kerajaan Singasari semasa Kertanegara


Sumber: Atlas dan Lukisan Sejarah Nasional Indonesia

1) Kehidupan Politik
a) Ken Arok (1222-1227)
Pendiri Kerajaan Singasari ialah Ken Arok. Ken Arok kemudian
mengangkat dirinya menjadi raja Singasari dengan gelar Sri Ranggah Rajasa
Sang Amurwabumi. Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari
menSaudarai munculnya suatu dinasti baru yakni dinasti Rajasa
(Rajasawangsa) atau Girindra (Girindra-wangsa ). Ken Arok hanya
memerintah selama lima tahun (1222-1227). Pada tahun 1227 ia dibunuh oleh
seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di
Kegenengan dalam bangunan Siwa-Budha.

44
b) Anusapati (1227-1248).
Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta kerajaan Singasari jatuh ke
tangan Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama,
Anusapati tidak melakukan pembaharuan, karena Anusapasti larut dengan
kesenangannya sendiri yakni menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok
akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan
Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati suka menyabung ayam,
maka diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat kediamanan Tohjoyo)
untuk mengadakan pesta menyabung ayam. Pada saat Anusapati sedang asyik
menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris Empu
Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk Anusapati. Dengan
demikian meninggallah Anusapati dan didharmakan di Candi Kidal.
c) Tohjoyo (1248)
Dengan meninggalnya Anusapati, maka takhta Kerajaan Singasari dipegang
oleh Tohjoyo. Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama,
sebab anak Anusapati yang bernama Ranggawuni berusaha membalas
kematian ayahnya. Dengan bantuan Mahesa Cempaka dan para pengikutnya,
Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian menduduki
singgasana.
d) Ranggawuni (1248-1268)
Ranggawuni naik takhta kerajaan Singasari pada tahun 1248 dengan gelar
Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa
Wongateleng) yang diberi kedudukan sebagai Ratu Angabhaya dengan gelar
Narasinghamurti. Di dalam pemerintahannya, pemerintahan mereka
membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat. Pada tahun 1254,
Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai
yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi raja besar
di Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardha meninggal dunia dan
didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Budha Amogapasa dan di
Candi Waleri sebagai Siwa.

45
e) Kertanegara (1268-1292)
Kertanegara adalah raja Singasari terakhir dan terbesar, karena mempunyai
cita-cita untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia menyatukan nusantara
melalui ekspedisi Pamalayu.
Kertanegara naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri Maharajadiraja
Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga orang
mahamentri yaitu Mahamentri i Hino, Mahamentri i Halu dan Mahamentri i
Sirikan. Untuk dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia
mengganti pejabat-pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti Patih
Raganata digantikan oleh Patih Aragani. Banyak Wide dijadikan Bupati di
Sumenep (Madura) dengan gelar Aria Wiaraja. Setelah Jawa dapat
diselesaikan, kemudian perhatian ditujukan ke daerah lain. Kertanegara
mengirimkan utusan ke Melayu yang dikenal dengan nama Ekspedisi
Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai Kerajaan Melayu. Hal ini
ditSaudarai dengan mengirimkan patung Amogapasa ke Dharmasraya atas
perintah raja Kertanegara. Tujuannya untuk menguasai Selat Malaka. Selain
itu juga menaklukkan Pahang, Sunda, Bali, Bakulapura (Kalimantan Barat)
dan Gurun (Maluku). Kertanegara juga menjalin hubungan persahabatan
dengan raja Champa, dengan tujuan untuk menahan perluasan kekuasaan
Kublai Khan dari Dinasti Mongol. Kublai Khan menuntut rajaraja di daerah
selatan termasuk Indonesia mengakuinya sebagai yang dipertuan.
Kertanegara menolak dengan melukai utusannya yang bernamaMengki.
Tindakan Kertanegara ini membuat Kublai Khan marah besar dan bermaksud
menghukumnya dengan mengirikan pasukannya ke Jawa. Mengetahui
sebagian besar pasukan Singasari dikirim untuk menghadapi serangan
Mongol, maka Jayakatwang (Kediri) menggunakan kesempatan untuk
menyerangnya. Serangan dilancarakan dari dua arah, yakni dari arah utara
merupakan pasukan pancingan dan dari arah selatan merupakan pasukan inti.
Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan
berhasil masuk istana dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan para
pembesar istana. Kertanagera beserta pembesarpembesar istana tewas dalam
serangan tersebut. Ardharaja akhirnya berbalik memihak kepada ayahnya

46
(Jayakatwang) sedangkan Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri dan
menuju Madura dengan maksud minta perlindungan dan bantuan kepada Aria
Wiraraja. Atas bantuan Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan
dan mengabdi kepada Jayakatwang serta diberikansebidang tanah yang
bernama Tanah Terik. Dengan gugurnya Kertanegara pada tahun 1292,
Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang. Ini berarti berakhirlah
kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai dengan agama yang dianutnya,
Kertanegara kemudian didharmakan sebagai Siwa-Budha (Bairawa) di Candi
Singasari. Sedangkan arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog,
yang sekarang berada di Taman Simpang, Surabaya.
2) Kehidupan Sosial Ekonomi
Ketika Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, ia berusaha meningkatkan
kehidupan sosial masyarakatnya. Terjaminnya kehidupan sosial masyarakat
Tumapel, mengakibatkan bergabungnya daerah-daerah di sekitarnya.
Perhatian Ken Arok bertambah besar, ketika ia menjadi raja di Singasari
sehingga rakyat hidup dengan aman dan damai untuk mencapai
kesejahteraannya. Akan tetapi ketika masa pemerintahan Anusapati,
kehidupan sosial masyarakatnya kurang mendapatkan perhatian. Baru pada
masa pemerintahan Wisnuwardhana, kehidupan sosial masyarakatnya teratur
baik. Rakyat hidup dengan tenteram dan damai. Begitu juga masa
pemerintahan Kertanegara. Dalam kehidupan ekonomi, rakyat Kerajaan
Singasari hidup dari pertanian, pelayaran dan perdagangan. Kehidupan
Kebudayaan Kehidupan kebudayaan masyarakat Singasari dapat diketahui
dari peninggalan candi-candi dan patung-patung yang berhasil dibangunnya.
Candi, di antaranya Candi Kidal, Candi Jago dan Candi Singasari. Patung,
antara lain Patung Ken Dedes sebagai perwujudan dari Prajnyaparamita
lambang kesempurnaan ilmu, Patung Kertanegara dalam wujud patung Joko
Dolog.

h. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit terletak di sekitar sungai Brantas, dengan pusatnya di
daerah Mojokerto. Majapahit merupakan puncak keyajaan kerajaan-kerajaan

47
di Jawa Timur dan merupakan kerajaan terbesar Indonesia. Majapahit disebut
juga sebagai Negara Kesatuan Kedua.
1). Kehidupan Politik
a) Raden Wijaya (1292-1309)
Kerajaan Majapahit lahir dalam suasana perubahan besar dalam waktu
yang singkat. Pada tahun 1292 Kertanegara gugur oleh pengkhianatan
Jayakatwang, Singasari hancur dan digantikan oleh Kediri. R. Wijaya
terdesak oleh serangan tentara Jayakatwang di medan utara dan berhasil
melarikan diri serta mendapat perlindungan dari Kepala Desa Kudadu.
Selanjutnya berhasil menyeberang ke Madura minta perlindungan dan
bantuan kepada Bupati Sumenep, Aria Wiraraja.
Atas saran dan jaminan Aria Wiraraja, R. Wijaya mengabdikan diri
kepada Jayakatwang dan memperoleh tanah di desa Terik yang kemudian
menjadi pusat Kerajaan Majapahit. Tentara Kublai Khan sebanyak 200.000
orang di bawah pimpinan Shih Pie, Ike Mase, dan Kau Shing datang untuk
menghukum Kertanegara. R. Wijaya bergabung dengan tentara Cina dan
mengadakan serangan ke Kediri, karena Cina tidak mengetahui terjadinya
perubahan kekuasaan di JawaTimur. Setelah R. Wijaya dengan bantuan
tentara Kublai Khan berhasil mengalahkan Jayakatwang, ia menghantam
tentara asing tersebut. Serangan mendadak yang tidak terkira sebelumnya,
memaksa tentara Kublai Khan meninggalkan Jawa Timur terburu-buru
dengan sejumlah besar korban.
R. Wijaya dinobatkan menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit dengan
gelar Kertarajasa Jayawardhana (1292-1307). Untuk menjaga ketenteraman
kerajaan, maka R. Wijaya mengadakan konsolidasi dan mengatur
pemerintahan. Orang-orang yang pernah berjasa dalam perjuangan diberi
kedudukan dalam pemerintahan. Misalnya, Aria Wiraraja diberi tambahan
wilayah di Lumajang sampai Blambangan, desa Kudadu dijadikan desa
perdikan (bebas pajak dan mengatur daerahnya sendiri). Demikian juga
teman seperjuangannya yang lain, diberi kedudukan, ada yang dijadikan
menteri, kepala wilayah, dan sebagainya. Untuk memperkuat
kedudukannya, keempat putri Kertanegara dijadikan istrinya, yakni Dewi

48
Tribhuanaeswari, Dewi Narendraduhita, Dewi Prajnaparamita dan Dewi
Gayatri. Tidak lama kemudian tentara Ekspedisi Pamalayu di bawah
pimpinan Kebo Anabrang kembali membawa dua putri yakni Dara Petak
dan Dara Jingga. Dara Petak diambil istri oleh R. Wijaya; sedangkan Dara
Jingga kawin dengan keluarga raja yang mempunyai anak bernama
Adiytawarman. Dialah yang kelak menjadi raja di Kerajaan Melayu.
Demikianlah usaha-usaha yang dilakukan oleh R. Wijaya dalam upaya
mengatur dan memperkuat kekuasaan pada masa awal Kerajaan Majapahit.
Pada tahun 1309 R. Wijaya meninggal dunia dan didharmakan di Candi
Simping (Sumberjati, Blitar) dalam perwujudan Hariwara (Siwa dan Wisnu
dalam satu arca).
b) Jayanegara (1309-1328)
R. Wijaya kemudian digantikan oleh putranya Kalagemet dengan gelar
Jayanegara (1309-1328), putra R. Wijaya dengan Dara Petak. Pada masa ini
timbul kekacauan di Majapahit, karena pemerintahan Jayanegara yang
kurang berbobot dan rasa tidak puas dari pejuang-pejuang Majapahit semasa
pemerintahan R. Wijaya.
Kekacauan berupa empat pemberontakan yang dapat membahayakan
negara, yakni sebagai berikut.
1) Pemberontakan Rangga Lawe (1309) yang berkedudukan di Tuban
tidak puas karena ia mengharapkan dapat menjadi patih di Majapahit,
sedangkan yang diangkat adalah Nambi.
2) Pemberontakan Lembu Sora (1311), karena hasutan Mahapati yang
merupakan musuh dalam selimut Jayanegara.
3) Pemberontakan Nambi (1316), karena ambisi ayahnya Aria Wiraraja
agar Nambi menjadi raja. Semua pemberontakan tersebut dapat
dipadamkan.
4) Pemberontakan Kuti (1319), merupakan pemberontakan yang paling
membahayakan, karena Kuti dapat menduduki istana kerajaan dan
Jayanegara terpaksa menyingkir ke Bedander. Namun pasukan
Bayangkari kerajaan di bawah pimpinan Gajah Mada berhasil merebut
kembali istana. Jayanegara dapat kembali ke istana lagi dan berkuasa

49
hingga tahun 1328. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, Gajah
Mada kemudian diangkat menjadi patih di Kahuripan dan kemudian di
Daha.

c) Tribhuanatunggadewi (1328-1350)
Pada tahun 1328 Jayanegara wafat, karena tidak meninggalkan putra
maka takhta kerajaan diserahkan kepada Gayatri. Oleh karena Gayatri telah
menjadi Bhiksuni, maka yang tampil adalah putrinya Bhre Kahuripan yang
bertindak sebagai wali ibunya. Bhre Kahuripan bergelar
Tribhuanatunggadewi. Pemerintahannya masih dirongrong pemberontakan,
yakni pemberontakan Sadeng dan Keta. Namun pemberontakan tersebut
berhasil dihancurkan oleh Gajah Mada. Sebagai tSaudara penghargaan, pada
tahun 1333 Gajah Mada diangkat sebagai Mahapatih Majapahit,
menggantikan Arya Tadah yang sudah tua. Pada waktu penobatannya,
Gajah Mada mengucapkan "Sumpah Palapa" (Tan Amukti Palapa). Isinya,
Gajah Mada bersumpah tidak akan makan buah palapa, sebelum seluruh
Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit. Maksudnya Gajah Mada tidak
akan hidup enak-enak sebelum seluruh Nusantara berhasil dipersatukan di
bawah panji-panji Majapahit. Dalam usaha menyatukan seluruh Nusantara,
Gajah Mada dibantu oleh Empu Nala dan Adiytawarman. Mula-mula
menaklukkan Bali (1334), selanjutnya satu per satu kerajaan-kerajaan di
Nusantara berhasil dipersatukan
d) Hayam Wuruk (1350 -1389)
Pada tahun 1350 Gayatri wafat, maka Tribhuanatunggadewi turun takhta
dan digantikan oleh putranya yakni Hayam Wuruk dengan gelar
Rajasanegara. Pada masa pemerintahannya bersama Patih Gajah Mada
kerajaan Majapahit mencapai masa kejayaannya. Pemerintahan terlaksana
secara teratur, baik di tingkat pusat (ibukota), tingkat menengah (vasal) dan
tingkat desa. Sistem pemerintahan daerah (tingkat menengah dan desa) tidak
berubah, sedangkan di tingkat pusat diatur sebagai berikut.

50
1) Dewan Sapta Prabu, merupakan penasihat raja yang terdiri atas kerabat
keraton, dengan jabatan Rakryan I Hino, Rakryan I Halu dan Rakryan I
Sirikan.
2) Dewan Panca Ring Wilwatikta, merupakan lembaga pelaksana
pemerintahan (lembaga eksekutif) semacam Dewan Menteri, terdiri atas
Rakryan Mahapatih, Rakryan Tumenggung, Rakryan Demang, Rakryan
Rangga, dan Rakryan Kanuruhan.
3) Dewan Nayapati (lembaga Yudikatif) yang mengurusi peradilan.
4) Dharmadyaksa, lembaga yang mengurusi keagamaan, terdiri atas
Dharmadyaksa ring Kasaiwan untuk agama Hindu dan Dharmadyaksa
ring Kasogatan untuk agama Budha.
Dengan demikian pada masa Majapahit penganut agama Hindu dan
Budha dapat hidup berdampingan, rukun dan damai. "Bhinneka Tunggal
Ika, Tan Hana Dharmamangrawa". Inilah semboyan rakyat Majapahit dalam
menciptakan persatuan dan kesatuan sehingga muncul sebagai kerajaan
besar Nusantara. Di tingkat tengah terdapat pemerintah daerah yang
dikepalai oleh seorang raja kecil atau bupati. Mereka dapat mengatur
daerahnya secara otonom, tetapi setiap tahun berkewajiban datang ke
ibukota sebagai tSaudara tetap setia dan tunduk kepada pemerintah pusat
Majapahit. Daerah-daerah demikian disebut mancanegara, yang berarti
negara (daerah) di luar daerah inti kerajaan. Jadi untuk mengikat hubungan,
setiap tahun daerah taklukan harus mengirim upeti ke Majapahit, di samping
juga ada petugas Majapahit yang berkeliling ke daerah-daerah. Sedangkan
untuk memantau ketertiban dan keamanan dikirimlah Duta Nitiyasa
(petugas sandi) ke seluruh Nusantara Di tingkat bawah, terdapat
pemerintahan desa yang dikepalai oleh seorang kepala desa. Pemerintahan
dilakukan menurut hukum adat desa itu sendiri. Struktur pemerintahan desa
masih asli dan kepala desa dipilih secara demokratis.
Dengan kondisi pemerintahan yang stabil dan keamanan yang mantap,
Sumpah Palapa Gajah Mada dapat diwujudkan. Satu persatu wilayah
Nusantara dapat menyatu dalam wilayah kekuasaan Majapahit. Dalam Kitab
Negarakertagama secara jelas disebutkan daerah-daerah yang masuk

51
wilayah kekuasaan Majapahit ialah Jawa, Sumatra, Tanjungpura
(Kalimantan), Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku, Irian, dan Semenanjung
Malaka dan daerah-daerah pulau di sekitarnya. Dengan kondisi seperti ini,
Majapahit sering dinyatakan sebagai prototipe negara kesatuan yang kedua.
Majapahit juga menjalin hubungan baik dengan negara-negara yang jauh,
seperi Siam, Champa, dan Cina. Negara-negara tersebut dianggap sebagai
"Mitreka Satata" (negara sahabat yang berkedudukan sama). Hayam Wuruk
wafat pada tahun 1389, kemudian digantikan oleh putrinya Dyah
Kusumawardhani yang didampingi oleh suaminya Wikramawardhana
(1389-1429). Hayam Wuruk dengan isteri yang lain mempunyai anak Bhre
Wirabhumi yang telah diberi kekuasaan sebagai penguasa daerah (Bupati) di
Blambangan. Akan tetapi ternyata Bhre Wirabumi menuntut takhta
Majapahit, sehingga menimbulkan perang saudara (Peregreg) tahun1401-
1406. Pada akhirnya Bhre Wirabhumi kalah dan perang saudara tersebut
mengakibatkan lemahnya kekuasaan Majapahit.
Setelah Wikramawardhana meninggal (1429) kemudian digantikan oleh
Suhita yang memerintah hingga 1447, dan sampai akhir abad ke-15 masih
ada raja-raja yang memerintah namun telah suram, karena tidak ada
persatuan dan kesatuan. Sehingga daerah-daerah jajahan satu demi satu
melepaskan diri. Para bupati di pantai utara Jawa telah menganut agama
Islam, seperi Demak, Gresik, dan Tuban. Satu persatu memisahkan diri,
demikian juga daerah di luar Jawa tidak mengirim upeti ke Majapahit.
Majapahit terus mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh. Majapahit
juga menjalin hubungan baik dengan negara-negara yang jauh, seperi Siam,
Champa, dan Cina. Negara-negara tersebut dianggap sebagai"Mitreka
Satata" (negara sahabat yang berkedudukan sama). Hayam Wuruk wafat
pada tahun 1389, kemudian digantikan oleh putrinya Dyah
Kusumawardhani yang didampingi oleh suaminya Wikramawardhana
(1389-1429). Hayam Wuruk dengan isteri yang lain mempunyai anak Bhre
Wirabhumi yang telah diberi kekuasaan sebagai penguasa daerah (Bupati) di
Blambangan. Akan tetapi ternyata Bhre Wirabumi menuntut takhta

52
Majapahit, sehingga menimbulkan perang saudara (Peregreg) tahun1401-
1406.
Pada akhirnya Bhre Wirabhumi kalah dan perang saudara tersebut
mengakibatkan lemahnya kekuasaan MajapahitSetelah Wikramawardhana
meninggal (1429) kemudian digantikan oleh Suhita yang memerintah
hingga 1447, dan sampai akhir abad ke-15 masih ada raja-raja yang
memerintah namun telah suram, karena tidak ada persatuan dan kesatuan.
Sehingga daerah-daerah jajahan satu demi satu melepaskan diri. Para bupati
di pantai utara Jawa telah menganut agama Islam, seperti Demak, Gresik,
dan Tuban. Satu persatu memisahkan diri, demikian juga daerah di luar
Jawa tidak mengirim upeti ke Majapahit. Majapahit terus mengalami
kemunduran dan akhirnya runtuh.
Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran Majapahit sebagai berikut.
1) Tidak ada lagi tokoh-tokoh yang kuat di pusat pemerintahan yang dapat
mempertahankan kesatuan wilayah sepeninggal Gajah Mada dan
Hayam Wuruk.
2) Terjadinya perang saudara (Paregreg).
3) Banyak daerah-daerah jajahan yang melepaskan diri dari kekuasaan
Majapahit
4) Masuk dan berkembangnya agama Islam. Setelah mengalami
kemunduran, akhirnya Majapahit runtuh.
Terkait dengan keruntuhan Kerajaan Majapahit, pada umumnya
dinyatakan karena faktor politik, yaitu: (1) terjadi serangan dari kerajaan
Hindu lain dari Kediri, yakni Dinasti Girindrawarddhana, serangan Bhatara
ring Dahanapura yang dibantu penguasa daerah pesisir. Peristiwa tersebut
diberi candrasengkala "Hilang Sirna Kertaning Bhumi" yang berarti tahun
1400 Saka/1478 M, dan (2) adanya serangan tentara dari Demak di bawah
pimpinan Pati Unus. Serangan Demak ini menSaudarai berakhirnya
kekuasaan Hindu di Jawa. Anggapan lainnya merujuk pada pendapat
Sampurno dan Bandono (dalam Rahardjo, 2011: 42) yang menyatakan
sebab keruntuhan karena bencana gunung berapi yang menghancurkan
ibukota Majapahit.

53
Menurut Rahardjo (2011; 42) tentang batas akhir pemerintahan
Majapahit, sejumlah kemungkinan angka tahun yang dikemukakan adalah:
tahun 1478 (Raffles,1817, I: 372; Slametmuljana, 1968) yang merujuk pada
candrasengkala Hilang Sirna Kertaning Bhumi, tahun 1488 (Veth, 1896, I:
243), antara tahun 1516-1521 (Rouffaer, 1899), sesudah tahun 1540 (Krom,
1931), antara tahun 1514-1528 (Stutterheim, 1931; Prijohutomo, 1953),
tahun 1468 (Schrieke, 1957), antara tahun 1522-1525 (Yamin, 1962), dan
antara tahun 1518-1521 (Djafar, 1978).
2) Kehidupan Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial masa Majapahit aman, damai dan tenteram. Dalam
Negara Kertagama disebutkan bahwa Hayam Wuruk melakukan perjalanan
keliling ke daerah-daerah, untuk mengetahui sejauh mana kemajuan dan
kesejahteraan rakyatnya. Perlindungan terhadap rakyat sangat diperhatikan.
Demikian juga peradilan, dilaksanakan secara ketat; siapa yang bersalah
dihukum tanpa pSaudarang bulu. Dalam kehidupan ekonomi, masyarakat
Majapahit hidup dari pertanian, dan perdagangan. Prasarana perekonomian
dibangun, seperti jalan, lalu lintas sungai dan pelabuhan. Pelabuhan yang
besar antara lain Surabaya, Gresik, Tuban, dan Sedayu. Barang dagangan
yang diperjualbelikan antara lain beras, rempah-rempah, dan kayu cendana.
3) Kehidupan Kebudayaan
Dalam kondisi kehidupan yang aman, dan teratur, mampu menghasilkan
karya-karya budaya yang bermutu tinggi. Hasil budaya Majapahit dapat
dibedakan sebagai berikut.
a) Candi
Banyak candi peninggalan Majapahit, seperti Candi Penataran (di Blitar),
Candi Brahu, Candi Bentar (Waringin Lawang), Candi Bajang Ratu ,
Candi Tikus dan bangunan-bangunan kuno lainnya seperti Segaran,
Patilasan Wali Songo, dan Makam Troloyo (di Trowulan).
b) Kesusastraan
Zaman Majapahit bidang sastra sangat berkembang. Hasil sastranya dapat
dibagi menjadi zaman Majapahit awal dan Majapahit akhir.

54
Sastra Zaman Majapahit Awal adalah:
(a) Kitab Negara Kertagama, karangan Empu Prapanca. Isinya tentang
keadaan kota Majapahit, daerah-daerah jajahan dan perjalanan
Hayam Wuruk keliling ke daerah-daerah
(b) Kitab Sotasoma, karangan Empu Tantular. Di dalam Kitab ini
terdapat ungkapan yang berbunyi;"Bhineka Tunggal Ika, Tan Hana
Dharma Mangrawa", yang kemudian dipakai sebagai motto negara
kita.
(c) Kitab Arjunawijaya, karangan Empu Tantular. Isinya tentang
raksasa yang dikalahkan oleh Arjuna Sasrabahu.
(d) Kitab Kunjarakarna, tidak diketahui pengarangnya.
4) Sastra Zaman Majapahit akhir
(a) Kitab Pararaton, isinya menceritakan riwayat raja-raja Singasari
dan Majapahit.
(b) Kitab Sudayana, isinya tentang Peristiwa Bubat.
(c) Kitab SorSaudarakan, isinya tentang pemberontakan Sora.
(d) Kitab Ranggalawe, isinya tentang pemberontakan Ranggalawe.
(e) Kitab Panjiwijayakrama, isinya riwayat R.Wijaya sampai menjadi
raja Majapahit.
(f) Kitab Usana Jawa, tentang penaklukan Bali oleh Gajah Mada dan
Aryadamar.
(g) Tantu Panggelaran, tentang pemindahan gunung Mahameru ke
Pulau Jawa oleh Dewa Brahma, Wisnu, dan Siwa

8. Pengaruh Agama Hindu-Budha di Indonesia


Pengaruh agama dan kebudayaan Hindu-Budha terjadi pada berbagai aspek
kehidupan masyarakat. Aspek-aspek tersebut meliputi bidang sosial, teknologi,
kesenian, juga pendidikan.
a. Sosial
Di bidang sosial, tradisi Hindu-Budha berpengaruh terhadap sistem
kemasyarakatan dan pemerintahan. Dalam sistem pemerintahan asli Indonesia,
masyarakat Indonesia tersusun dalam kelompok-kelompok desa yang dipimpin

55
oleh kepala suku. Sistem itu kemudian terpengaruh oleh ajaran Hindu-Budha,
dengan timbulnya kerajaan-kerajaan Hindu-Budha.
b. Teknologi
Peninggalan Hindu-Budha dalam bidang seni bangunan (arsitektur) yang
berkembang di Indonesia adalah yang berupa candi, yupa, dan prasasti. Candi di
Indonesia berbentuk punden bertingkat yang digunakan sebagai makam raja dan
bagian atas punden bertingkat itu dibuatkan patung rajanya. Adapun candi di India
berbentuk stupa bulat yang digunakan sebagai tempat sembahyang atau memuja
dewa. Candi yang bercorak Hindu antara lain Candi Prambanan dan Candi Dieng.
Candi yang bercorak Budha antara lain Candi Borobudur dan Candi Kalasan.
c. Kesenian
Pengaruh tradisi Hindu-Budha di Indonesia tampak juga pada bidang kesenian,
khususnya seni rupa dan seni sastra. Dalam bidang seni rupa, banyak kita ditemui
hiasan-hiasan pada dinding candi (relief) yang sesuai dengan unsur India. Di
bidang seni sastra, pengaruh tradisi Hindu Budha terlihat pada penggunaan huruf
Pallawa dan bahasa Sanskerta pada prasasti-prasasti. Ada juga hasil kesusastraan
Indonesia yang sumbernya dari India, yaitu cerita Ramayana dan Mahabrata yang
dijadikan lakon wayang. Banyak kitab Hindu-Budha yang menjadi aset bangsa
saat ini. Di antaranya Negarakertagama dan Barathayudha.
d. Pendidikan
Di bidang pendidikan, pengaruh tradisi Hindu-Budha dapat kita lihat bahwa
sampai akhir abad ke-15, ilmu pengetahuan berkembang pesat, khususnya di
bidang sastra, bahasa, dan hukum. Kaum Brahmana adalah kelompok yang
berwewenang memberikan pendidikan dan pengajaran dalam masyarakat Hindu-
Budha. Salah satu hasil dari perkembangan pendidikan, dikemukakan oleh I-
Tsing, bahwa di Sriwijaya terdapat "universitas" yang dapat menampung ratusan
mahasiswa biarawan Budha untuk belajar agama.

E. RANGKUMAN

Dalam pembabakan secara geologis, manusia sudah ada di kepulauan


Indonesia pada zaman neozoikum masa kuarter kala pleistosen. Mereka
mengembangkan budaya paleolithikum. Sesudah itu, kebudayaan semakin

56
berkembang seiring dengan terjadinya gelombang migrasi Proto Melayu dan Deutro
Melayu.
Pada masa pra aksara terjadi revolusi kebudayaan pertama dalam sejarah umat
manusia, yakni perubahan pola kehidupan dari berpindah-pindah menuju menetap.
Dengan kehidupan yang menetap, kebudayaan manusia dimungkinkan berkembang
dengan lebih cepat.
Pada masa pra aksara juga dikenal adanya budaya batu besar yang disebut
dengan megalithikum. Peninggalan masa megalithikum memberi suatu pemahaman
bahwa pada masa itu masyarakat sudah mengenal kepercayaan tentang kehidupan
setelah mati. Mereka percaya pada kekuatan lain yang maha kuat di luar dirinya.
Mereka selalu menjaga diri agar setelah mati tetap dihormati. Perwujudan
kepercayaan masa megalithikum dituangkan dalam berbagai bentuk diantaranya
karya seni. Satu di antaranya berfungsi sebagai bekal untuk orang yang meninggal.
Seiring dengan bekal kubur ini, maka pada zaman purba manusia mengenal
penguburan mayat. Sebelum meninggal manusia menyiapkan dirinya dengan
membuat berbagai bekal kubur, dan juga tempat penguburan yang menghasilkan
karya seni cukup bagus pada masa sekarang. Untuk itulah dikenal dolmen,
sarkofagus, menhir dan lain sebagainya.
Dalam menilai pengaruh India ke Indonesia, banyak ahli meyakini bahwa teori
yang paling kuat adalah teori arus balik. Dalam teori ini, peran bangsa Indonesia
terlihat aktif selektif terhadap pengaruh budaya luar.
Masuknya budaya India ke Indonesia tidak serta merta menyebabkan budaya
yang sudah ada menjadi hilang. Budaya lama bercampur dengan budaya baru
sehingga menghasilkan budaya baru. Akulturasi merupakan konsep yang selalu
melekat apabila bangsa Indonesia menerima pengaruh dari budaya luar. Pengaruh
budaya India ke Indonesia terdapat dalam berbagai bidang, seperti: sosial, politik,
teknologi, kesenian, dan pendidikan.
Dalam masa kerajaan-kerajaan tradisional di Indonesia, juga terdapat upaya
untuk menyatukan nusantara. Kerajaan Sriwijaya, Singasari, dan Majapahit berupaya
untuk menyatukan nusantara dalam panji-panji kebesaran negara tradisional tersebut.

57
TES FORMATIF
Pilihlah jawaban yang tepat!
1. Perhatikan data berikut!
1) budaya yang dikembangkan budaya pacitan
2) terjadi migrasi yang dilakukan suku bangsa Vedda
3) suku bangsa Mongoloid adalah pengembang budaya
4) rumpun bahasa yang digunakan adalah Austronesia
Yang menunjukkan ciri masa paleolithikum adalah....
A. 1 dan 2
B. 1 dan 3
C. 2 dan 3
D. 2 dan 4
E. 3 dan 4

2. Urutan peninggalan masa pra aksara yang benar adalah....


A. kapak genggam, kapak persegi, kapak corong, nekara
B. kapak persegi, kapak perunggu, mata panah
C. kapak penetak, kapak perunggu, kapak persegi
D. kapak lonjong, kapak persegi, kapak corong
E. kapak genggam, kapak penetak, kapak perimbas

3. Hubungan antara pola interaksi ekonomi dengan pola interaksi sosial masyarakat
pada zaman praaksara yang benar ditunjukkan dalam pernyataan ....
A. pada tahap berburu meramu, masyarakat praaksara hidup berpindah-pindah di
sekitar sungai dengan alat transportasi berupa perahu cadik
B. pada tahap bercocok tanam, masyarakat pra aksara lebih banyak tinggal
menetap dekat padang rumput di bawah seorang pemimpin yang dipilih
secara demokratis
C. pola perniagaan sudah dikenal oleh masyarakat praaksara zaman mesolitik
karena didukung oleh cara hidup yang nomaden menjelajah ke berbagai
wilayah
D. pola mata pencaharian masyarakat praaksara dengan karakter menghasilkan
gerabah dan nekara sudah dilakukan oleh kelompok ras mongoloid
E. pola kehidupan bercocok tanam dikembangkan pada masa megalithikum
yang dianggap berkembang bersamaan dengan masa mesolithikum

4. Pernyataan berikut ini yang menyatakan tentang hubungan pola migrasi dengan
peninggalannya yang benar adalah ....
A. tradisi menanarn padi menurut penelitian dibawa ke Indonesia oleh migrasi
Deutero Melayu
B. teknologi kapak genggam dibawa oleh migrasi Proto-Melayu bersamaan
dengan kapak lonjong
C. kebiasaan mengkonsumsi kerang-kerangan merupaken peninggalan dari
migrasi Proto Melayu

58
D. teknologi kapak persegi dibawa oleh migrasi Vedda yang dianggap lebih tua
dari Proto Melayu
E. kapak genggam dan kapak perimbas merupakan budaya yang dibawa oleh
migrasi Proto Melayu

5. Pernyataan berikut yang benar adalah …


A. Homo Erectus berusia lebih tua dibandingkan Austrolopeticus Africanus
B. Jenis manusia Pithecantropus Erectus ditemukan di Sangiran oleh Von
Konigswald
C. Megantropus Palaeojavanicus memiliki volume otak lebih kecil dibandingkan
Pithecantropus Erectus
D. Migrasi manusia purba pertama ke Indonesia dilakukan oleh jenis manusia
Homo Sapiens
E. Homo Erectus sezaman dengan Homo Soloensis

6. Adanya toleransi terhadap pemeluk agama Islam ditunjukkan pada masa kerajaan
Majapahit melalui bukti ….
A. makam Troloyo
B. makam Fatimah binti Maimun
C. bangunan masjid di istana Majapahit
D. adanya pejabat Majapahit yang beragama Islam.
E. adanya pemuka agama Islam dalam birokrasi Majapahit

7. Berdasarkan analisis terhadap isi prasasti NalSaudara, pengaruh kebudayaan India


di Sriwijaya lebih tepat menggunakan teori …
A. Waisya
B. Ksatria
C. Arus Balik
D. Brahmana
E. Sudra

8. Pengaruh budaya India masuk ke Indonesia adalah ….


A. timbulnya daerah-daerah koloni orang India di Pulau Jawa
B. terbentuknya kerajaan-kerajaan yang bercorak Indonesia-Hindu
C. timbulnya kepSaudaraian membatik dan bersawah
D. menguatnya peranan budaya tradisional di daerah
E. semakin berkembangnya kemampuan lokal (local genius)

9. Pernyataan yang benar menurut tabel di bawah adalah ....


A. Tarumanegara Prasasti Tugu Budha
B. Sriwijaya Candi Muara Takus Budha
C. Mataram Kuno Prasasti Tuk Mas Budha
D. Majapahit Candi Gedong Songo Hindu
E. Majapahit Candi Kalasan Hindu

59
10. Faktor geologis yang menyebabkan mundurnya Sriwijaya adalah ....
A. ombak yang besar akibatnya perahu tidak dapat merapat
B. terjadinya abrasi di sepanjang pantai Sumatera Selatan
C. pelumpuran Sungai Musi
D. adanya hambatan pada waktu perahu singgah akibat pantainya dalam
E. munculnya Malaka sebagai pusat kerajaan Islam

60
DAFTAR PUSTAKA

Berg, van den, HJ. 1952. Dari Panggung Peristiwa Sejarah Dunia 1. Jakarta-
Groningen: J.B. Wolters.
Bosch, F.D.K.. 1982. Masalah Penyebaran Kebudayaan Hindu di Kepulauan
Indonesia. Jakarta : Bhratara Karya Aksara.
Djoened P., Marwati, et al. 1984. Sejarah Nasional Indonesia I. Jakarta : Depdikbud.

------------. 1984(b). Sejarah Nasional Indonesia II. Jakarta : Depdikbud.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Sejarah Indonesia Kelas X


Semester 1. Edisi Revisi. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.

Mulyana, Slamet. 1979, Negarakertagama dan Tafsir Sejarahnya, Jakarta : Bhratara


Karya Aksara.

Nugroho, Irawan Djoko. 2010. Meluruskan Sejarah Majapahit. Yogyakarta: Ragam


Media.
Rahardjo, Supratikno. 2011. Peradaban Jawa dari Mataram Kuno Sampai
Majapahit Akhir. Jakarta: Komunitas Bambu.
Ricklefs, M.C.,1988. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.

Saraswati, Ufi. 2012. Sejarah Indonesia Kuno. Semarang: LP3 UNNES

Soekmono, R. 2011. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia I. Yogyakarta:


Kanisius.

Soekmono, R. 1984. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia II. Yogyakarta :


Kanisius.
Utomo, Bambang Budi. 2009. Atlas Sejarah Indonesia Masa Prasejarah (Hindu-
Budha). Jakarta: Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

--------. 2010. Atlas Sejarah Indonesia Masa Klasik (Hindu-Budha). Jakarta:


Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.

Widianto, Harry. 2011. Jejak Langkah Setelah Sangiran (Edisi Khusus). Jawa
Tengah: Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran.

Wolters, O.W. 2011. Kemaharajaan Maritim Sriwijaya dan Perniagaan Dunia Abad
III-VII. Jakarta: Komunitas Bambu.

61
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

1. A
2. B
3. D
4. A
5. C
6. A
7. C
8. B
9. B
10. C

62
iii
DAFTAR ISI

Daftar Isi ………………………………………………………………….. iv


KB 2 Perubahan dan Kesinambungan dalam Kehidupan Bangsa
Indonesia Masa Islam
A Pendahuluan …………………………………………………….. 63
B Capaian Pembelajaran …………………………………………… 64
C Sub Pencapaian Pembelajaran …………………………………… 64
D Uraian Materi ……………………………………………………. 64
E Rangkuman ……………………………………………………… 99
F Tes Formatif KB 2 ………………………………………………. 100
G Daftar Pustaka …………………………………………………… 102
H Kunci Jawaban Tes Formatif KB 2 ……………………………… 103

iv
A. PENDAHULUAN
Peserta PPG yang berbahagia, semoga Saudara selalu dalam keadaan sehat,
sehingga dapat mempelajari kegiatan belajar 2 ini. Pada kegiatan belajar ini, Saudara
mempelajari tentang perubahan dan kesinambungan bangsa Indonesia masa Islam.
Seperti diketahui bersama bahwa pusat-pusat perkampungan muslim pertama
di Indonesia terletak di pesisir. Hal ini terjadi karena Islam masuk di Indonesia
melalui jalur perdagangan. Tata cara yang mudah dan sifat egaliter ajarannya
menyebabkan agama ini cepat berkembang di masyarakat. Akan tetapi, Islam
menjadi kekuatan politik baru pada abad ke-13, saat berkembangnya Kerajaan
Samudra Pasai. Walaupun demikian, perdebatan tentang bukti masuknya Islam di
Indonesia dan asal agama Islam yang datang ke Indonesia masih terjadi.
Berkembangnya Islam tidak hanya sebagai sebuah kekuatan politik, tetapi juga
sebagai sebuah budaya. Oleh karena itu, terjadi akulturasi budaya Islam dengan
budaya yang sudah ada di Indonesia.
Bertitik tolak dari pemahaman di atas, maka modul ini pertama kali membahas
tentang akulturasi antara budaya Indonesia dan Islam. Pembahasan dilanjutkan
dengan teori-teori masuknya pengaruh Islam ke Indonesia, dan kehidupan sosial,
ekonomi, politik dan budaya masa kerajaan Islam, serta hasil budaya masa Islam.
Agar dapat mencapai kompetensi yang diharapkan, dalam mempelajari modul
ini dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
1. Baca dengan seksama dan pahami capaian pembelajarannya untuk mengetahui
arah dan tujuan penulisan modul ini.
2. Pahami uraian materi.
3. Setelah Saudara paham maka kerjakan soal latihan atau tugas yang Saudara temui
dan cocokkan jawaban Saudara dengan kunci jawaban di akhir modul ini.
4. Hitung kemampuan daya serap Saudara dengan menghitung prosentase jawaban
yang benar. Bila mencapai > 80%, Saudara dinyatakan tuntas, tetapi bila Saudara
mencapai < 80%, pelajari kembali materinya mulai dari langkah awal sampai
selesai.
5. Jika jawaban Saudara masih banyak yang tidak sesuai dengan kunci jawabannya,
maka Saudara harus membaca lagi bagian yang kurang Saudara pahami.
Usahakan Saudara benar-benar jelas.

63
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Menguasai konsep perubahan dan kesinambungan dalam kehidupan bangsa


Indonesia pada masa Islam dalam bidang sosial kemasyarakatan, sistem
ekonomi, religi, teknologi, pendidikan, dan budaya.
.
C. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Menjelaskan teori-teori masuknya Islam ke Indonesia
2. Menjelaskan akulturasi budaya antara kebudayaan Indonesia dan Islam
3. Menjelaskan kerajaaan-kerajaan masa Islam
4. Menjelaskan sistem sosial kemasyarakatan yang berkembang masa kerajaan
tradisional masa Islam
5. Menjelaskan kehidupan ekonomi yang berkembang pada masa kerajaan masa
Islam
6. Menjelaskan hasil budaya yang berkembang masa Islam

D. URAIAN MATERI
1. Akulturasi Budaya Indonesia dan Islam
Akulturasi adalah percampuran dua atau lebih kebudayaan, tetapi unsur-
unsur pembentuknya masih nampak. Akulturasi juga sering diartikan sebagai
percampuran dua atau lebih kebudayaan, tanpa menghilangkan budaya
aslinya. Akulturasi kebudayaan Indonesia dan kebudayaan Islam nampak
pada hal-hal sebagai berikut.
a. Seni Bangun Masjid
Unsur-unsur asli Indonesia pada bangunan masjid di Indonesia, sebagai
berikut.
1) Atap tumpang, yaitu susunan atap bertingkat, yang mengingatkan kepada
bentuk meru seperti terdapat pada bangunan pura di Bali. Contoh Masjid
yang beratap tampang misalnya: Masjid Agung Cirebon, Masjid
Katangka di Sulawesi Selatan, Masjid Agung Demak, Masjid

64
Baiturrachman di Aceh, Masjid Ternate, Masjid Agung Banten dan lain -
lain.
2) Menara, bukanlah bagian masjid yang harus ada, namun dalam seni
bangun Islam menjadi bangunan tambahan yang indah. Menara Masjid
Kudus misalnya, dibangun menyerupai bangunan candi yang diberi atap
tumpang. Sedangkan Menara Masjid Banten merupakan tambahan yang
dibangun oleh seorang pelarian Belanda bernama Cardeel.
3) Letak Masjid, Di Indonesia penempatan masjid, khususnya Masjid Jami'
disesuaikan dengan komposisi tata kota "Macopat" yaitu, masjid
ditempatkan dekat Istana (Keraton) dan alun-atun, tempat bersatunya
rakyat dengan rajanya dibawah pimpinan seorang imam.
b. Makam
Unsur budaya asli Indonesia pada komplek pemakaman Islam nampak
pada gugusan cungkup yang ditata menurut hubungan keluarga. Bahkan
makam para raja berbentuk seperti bangunan istana lengkap dengan keluarga,
pembesar dan pengiring terdekatnya. Selain itu biasanya penempatannya di
tempat yang tinggi (meru = gunung), contohnya Komplek Makam Raja-raja
Mataram di Imogiri dan Komplek Makam Air Mata di Madura. Sedangkan
Komplek Makam Sendang Duwur, di atas bukit, di daerah Tuban, gapuranya
dibuat menyerupai sayap Garuda. Dalam konsep Hindu, Garuda dianggap
sebagai kendaraan Dewa Wisnu dan sebagai lambang pembebasan menuju
nirwana (moksa).
c. Aksara dan Seni Rupa
Huruf Arab merupakan huruf yang dipakai dalam Kitab Suci AI-Qur'an.
Di Indonesia, huruf Arab tersebut, diolah sedemikian rupa sehingga menjadi
lebih sederhana. Huruf Arab yang demikian disebut huruf "Arab Gundul"
atau "Huruf Arab Pego" atau "Huruf Jawi". Huruf tersebut digunakan di
berbagai daerah di Indonesia dengan menggunakan bahasa daerah setempat.
Akulturasi pada bidang seni rupa terlihat pada Seni Kaligrafi atau Seni
Khoth, yang bersumber dari AI-Qur'an dan Hadits. Seni Kaligrafi ini banyak
kita jumpai pada hiasan masjid, motif batik, keramik, keris, batu nisan,
hiasan pada mimbar atau mihrab, dan lain-lain. Unsur budaya Indonesia

65
tampak pada bentuknya, berupa tokoh wayang, manusia dan binatang yang
distylir.
d. Seni Sastra
Pengaruh sastra Islam di Indonesia yang utama adalah pengaruh Sastra
Persia, misalnya: Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Bayan Budiman, Hikayat
1001 Malam, dan lain-lain. Seni sastra Hindu juga berpengaruh pada
perkembangan seni sastra Islam di Jawa. Hasil seni sastra Hindu disesuaikan
dengan keadaan pada zaman Islam. Misalnya : Hikayat Pandawa Lima,
Hikayat Sri Rama, Hikayat Maharaja Rahwana, dan lain-lain. Salah satu
jenis karya sastra Hindu - Jawa yang tersebar ke Asia Tenggara adalah cerita-
cerita Panji, yang cukup berpengaruh pada zaman Islam. Dalam sastra Islam
di daerah Melayu dikenal adanya : Syair Ken Tambunan, Syair Panji
Sumirang, Hikayat Panji Wilakusuma, Lelakon Mahesa Kumitir, dan lain-
lain. Di samping itu pada zaman Islam juga berkembang beberapa jenis karya
sastra lain, seperti:
1. Suluk : kitab-kitab yang membentangkan soal-soal Tasawuf yang
berbau mistik, misalnya Suluk Wujil, Suluk Sukarsa, Suluk
Malang Sumirang, Serat Wirid, dan lain-lain.
2. Babad : hikayat yang digubah menjadi cerita sejarah, contoh : Babad
Tanah Jawi, Babad Cirebon, Babad Giyanti, dan lain-lain.
3. Primbon : menerangkan tentang kegaiban, ramalan-ramalan,
pemberian makna terhadap suatu kejadian, penentuan hari
baik dan buruk, dan lain-lain. Misalnya : Kitab Primbon
Betaljemur Adammakna, Kitab Primbon Lukmana Kim, dan
lain-lain.
e. Sistem Pemerintahan
Pengaruh budaya Islam dalam sistem pemerintahan tampak pada
penyebutan nama raja. Raja tidak lagi disebut sebagai Maharaja, melainkan
diganti dengan sebutan Sultan atau Sunan, Panembahan, Maulana, dan lain-
lain. Pada umumnya nama raja pun disesuaikan dengan nama Islam (Arab),
misalnya, raja Malaka, Raja Paramisora, setelah masuk Islam berganti nama
menjadi Sultan lskandar Syah. Di Jawa sebutan Sultan diikuti dengan nama

66
Jawa, misalnya : Sultan Trenggono, Sultan Hadiwijaya, Sultan Agung
Hanyakrakusurno, dan lain-lain. Dalam pengangkatan seorang raja, peranan
ulama atau para wali juga sangat menentukan, misalnya: dalam pengangkatan
Raja Demak, Raden Fatah, Sultan Pajang, Hadiwijaya dan Raja Mataram
pertama, Panembahan Senopati.
f. Sistem Kalender
Pada zaman Islam sistem kalender Saka masih tetap berlaku. Akan tetapi
pada masa pemerintahan Sultan Agung diputuskan bahwa secara resmi
Kerajaan Mataran meninggalkan Kalander Saka diganti dengan Sistem
Kalender Hijriah (lunar system). Walaupun demikian perwujudan
akulturasinya sangat tampak. Angka tahun Kalender Jawa baru ini
meneruskan angka tahun Saka. Nama-nama bulan dalam kalender Jawa juga
merupakan penyesuaian dari nama-nama bulan dalam Kalander Hijriah,
dengan pengucapan Jawa misalnya, Sapar, Rejeb, dan Dulkangidah. Ada pula
nama-nama bulan yang sama sekali berubah dari nama-nama Kalender
Hijriah, misalnya, Muharram berubah menjadi Suro, Ramadhan menjadi
Pasa. Selain itu dalam Kalender Jawa juga dikenal adanya Sistem Pasaran,
yaitu : Pon, Wage, Kliwon, Legi dan Pahing. Kalender Jawa juga dilengkapi
dengan sistem Wuku dan Windu.
g. Filsafat (Tasawuf) dan Tharikat
Kata Tasawuf berasal dan kata Suf yang berarti Kain Wol (bulu domba).
Hal inidikaitkan dengan kebiasaan Kaum Sufi (ahli tasawuf) memakai jubah
dari bulu domba. Tasawuf juga dihubungkan dengan pengertian Suluk yang
berarti perjalanan. Hal ini dikaitkan dengan kebiasaan Kaum Sufi sering
melakukan perjalanan (menggembara). Suluk juga berarti karya sastra ahli
tasawuf baik dalam bentuk prosa ataupun puisi yang isinya mengenai mistik
Islam. Hamzah Fansuri, misalnya menyebut ajarannya sebagai Ilm as Suluk.
Istilah Suluk adakalanya dikaitkan dengan Dzikir dan Tharikat. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa Tasawuf adalah ajaran tentang ke-
Tuhanan, sehubungan dengan hasrat manusia yang didorong oleh rasa cinta
terhadap Tuhannya. Oleh karena itu kaum sufi selalu mencari jalan untuk
mendekati-Nya melalui jalan-jalan suci.

67
Di Indonesia ilmu tasawuf merupakan sesuatu yang sangat digemari. Hal
ini disebabkan ajaran tasawuf memiliki kesesuaian dengan unsur budaya
Hindu-Budha, sebelum kedatangan Islam. Sehingga di beberapa wilayah di
Indonesia banyak terdapat ahli-ahli tasawuf. Dari Aceh misalnya terdapat
beberapa tokoh-tokoh Ahli Tasawuf misalnya Hamzah Fansuri, Syamsuddin
as Sumatrani, Nurruddin ar Raniri dan Abdur Rauf dari Singkel. Sedangkan
ahli-ahli tasawuf dari Jawa misalnya: Sunan Bonang, Sunan Panggung, dan
Syekh Siti Jenar.
Tharikat merupakan salah satu upaya kaum sufi mendekatkan diri dengan
Tuhannya di bawah bimbingan guru tasawuf. Beberapa aliran tharikat yang
terdapat di Indonesia misalnya: Tharikat Qadiriyah, Tharikat Sammaniah,
Tharikat Syattariah dan Tharikat Naqsyabandiah. Akulturasi (percampuran)
ilmu tasawuf dengan budaya asli Indonesia tampak dalam hal -hal sebagai
berikut:
1. Ajaran Pantheisme dari Syekh Siti Jenar, yaitu : Manunggaling Kawulo
lan Gusti (bersatunya manusia dengan Tuhan). Ajaran tersebut banyak
diwarnai oleh unsur-unsur pra-lslam seperti: Moksa dan Nirwana.
2. Buku-buku karya Ronggowarsito (pujangga Keraton Mataram), seperti :
Serat Wirid, Dharmogandul, dan Serat Centini, yang mencampurkan
ajaran-ajaran Hindu - Budha ke dalam ajaran Kebatinan Islam.
Ratusan aliran kebatinan (Islam Kejawen) yang memadukan ajaran Islam
dengan ajaran-ajaran Hindu-Budha dan budaya Jawa. Misalnya: aliran
kebatinan Saptodharmo, Pangestu, dan lain-lain.

2. Proses Masuk dan Berkembangnya Agama Islam di Indonesia


Proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia berlangsung secara
bertahap dalam waktu ratusan tahun dan berlangsung secara damai. Bukti -
bukti proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia sebagai berikut.
a. Berita Cina dari Dinasti Tang
Berita Dinasti T’ang menyatakan bahwa terdapat orang-orang Ta Shih
(orang-orang Islam dari Arab/Persia) di pesisir barat pantai Sumatera.
Mereka mau menyerang kerajaan Ho Ling (Kalingga) pada masa

68
pemerintahan Ratu Sima (674 M), akan tetapi membatalkan niatnya, karena
kerajaan Holing masih sangat kuat.
b. Berita Jepang dari tahun 749 M
Menjelaskan bahwa di Kanton terdapat kapal-kapal Po-sse Ta-Shih Kuo.
Istilah Ta-Shih ditafsirkan sebagai orang Arab dan Persia.
c. Batu Nisan Fatimah Binti Maimun, di Leran (Gresik)
Makam Fatimah binti Maimun berangka tahun 475 H (1082 M). Hal ini
membuktikan bahwa pada masa Kerajaan Kediri, agama Islam sudah masuk
ke Pulau Jawa, walaupun belum menyebar luas di daerah Jawa Timur.
d. Abad ke-13 M
Pada abad ke-13 M terdapat dua sumber tentang masuknya agama Islam,
yakni batu nisan makam Sultan Malik As Salih dan Catatan Perjalanan
Marcopolo. Batu nisan makam Sultan Malik As Salih berangka tahun 676 H
atau tahun 1297 M. Sedangkan Marcopolo tahun 1239 menuliskan bahwa
wilayah tersebut sudah ada beberapa kerajaan Islam seperti : Lamuzi, Fansur,
Barus, Perlis, Perlak, dan Samudra Pasai. Walaupun demikian masih banyak
juga wilayah yang belum menganut agama Islam.
e. Abad ke-14 M
Pada abad ke-14 M terdapat sumber yang menunjukkan bahwa agama
Islam sudah ada di nusantara, yakni catatan perjalanan Ibn Batutah dan
kompleks makam Troloyo, Trowulan, Mojokerto.
f. Abad ke-15 M
Sumber yang memuat perkembangan Islam di Indonesia abad ke-15 M
adalah makam Maulana Malik Ibrahim dan berita Ma Huan Tahun 1416 M
yang menyatakan bahwa sudah ada saudagar-saudagar Islam yang bertempat
tinggal di pantai utara Jawa (Gresik).
3. Teori Masuknya Agama Islam di Indonesia
Mengenai tempat asal dan kapan datangnya Islam ke Nusantara, sedikitnya ada
lima teori besar.
a. Teori Arab
Pertama, teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab,
atau tepatnya Hadramaut. Teori ini dikemukakan Crawfurd, Keyzer, Niemann,

69
De Hollander, dan Veth. Crawfurd menyatakan bahwa Islam datang langsung
dari Arab, meskipun ia menyebut adanya hubungan dengan orang-orang
Mohameddan di India Timur. Keyzer beranggapan bahwa Islam datang dari
Mesir yang bermadzhab Syafii, sama seperti yang dianut kaum muslimin
nusantara umumnya. Teori ini juga dipegang oleh Niemann dan de Hollander,
tetapi dengan menyebut Hadramaut, bukan Mesir, sebagai sumber datangnya
Islam, sebab muslim Hadaramaut adalah pengikut madzhab Syafii seperti juga
kaum muslimin nusantara. Sedangkan Veth hanya menyebut orang-orang Arab,
tanpa menunjuk asal mereka di Timur Tengah maupun kaitannya dengan
Hadramaut, Mesir atau India.
Teori yang sama juga diajukan oleh Hamka dalam seminar ‘Sejarah
Masuknya Islam ke Indonesia’ pada tahun 1962. Menurutnya, Islam masuk ke
Indonesia langsung dari Arab (Makkah), bukan dari India. Alasan yang
dikemukakan Hamka adalah mayoritas pemeluk agama Islam di Indonesia
bermazhab Syafii, sama dengan mazhab yang dianut oleh pemeluk Islam di
jazirah Arab.
Untuk menetapkan masuknya agama Islam ke Indonesia dengan tepat
tidaklah mungkin. Ada kemungkinan dibawa ke Indonesia oleh pedagang-
pedagang Arab pada permulaan abad tahun hijriah, lama sebelum ada tulisan-
tulisan sejarah tentang perkembangan Islam itu. Pendapat yang demikian itu
berdasarkan pengertian tentang ramainya perdagangan dengan dunia Timur yang
sejak dahulu dilakukan oleh orang Arab. Pada abad ke 2 sebelum masehi
perdagangan dengan Srilanka seluruhnya ada di tangan mereka. Pada permulaan
abad ke 7, perdagangan dengan Tiongkok melalui Srilanka sangat ramai
sehingga pada pertengahan abad ke 8 banyak kita jumpai pedagang Arab di
Canton, sedang antara abad 10 dan 15 sampai datangnya orang Portugis, mereka
telah menguasai perdagangan di Timur. Diperkirakan bahwa mereka sejak lama
telah mendirikan tempat-tempat perdagangan pada beberapa kepulauan di
Indonesia, sebagaimana halnya pada tempat-tempat lainnya, meskipun tentang
kepulauan itu tidak disebut-sebut oleh ahli ilmu bumi Arab sebelum abad ke 9,
menurut berita Tiongkok tahun 674 masehi ada kabar tentang seorang pembesar

70
Arab yang menjadi kepala daerah pendudukan bangsa Arab di pantai Barat
Sumatera.
Sebagian besar dari pedagang Arab yang berlayar ke kawasan Indonesia
datang dari Yaman, Hadramaut dan Oman di bagian Selatan dan Tenggara
semenanjung tanah Arab. Kawasan Yaman telah memeluk Islam semenjak tahun
630-631 hijriyah tepatnya pada zaman Ali bin Abi Thalib. PengIslaman Yaman
ini mempunyai implikasi yang besar terhadap proses Islamisasi Asia Tenggara
karena pelaut dan pedagang Yaman menyebarkan agama Islam di sekitar
pelabuhan tempat mereka singgah di Asia Tenggara.
Sedangkan Sayed Alwi bin Tahir al-Haddad, berpendapat bahwa agama
Islam masuk ke Indonesia dalam abad ke 7 masehi atau dengan kata lain agama
Islam masuk ke pulau Sumatera pada tahun 650 masehi. Alasannya adalah
karena Sulaiman as-Sirafi, pedagang dari pelabuhan Siraf di teluk Persia yang
pernah mengunjungi Timur jauh berkata bahwa di Sala (Sulawesi) terdapat
orang-orang Islam pada waktu itu yaitu kira-kira pada akhir abad ke 2 hijriyah.
Hal ini dapat dipastikan dan tidak perlu dijelaskan lagi karena pedagang rempah
dan wangi-wangian yang terdapat di Maluku sangat menarik pedagang-
pedagang muslimin untuk berkunjung ke Maluku dan tempat-tempat yang
berdekatan dengan kepulauan itu.
b. Teori Gujarat.
Teori Gujarat mengatakan bahwa proses kedatangan Islam ke Indonesia
berasal dari Gujarat pada abad ke-7 H atau abad ke-13 M. Gujarat ini terletak di
India bagain barat, berdekaran dengan Laut Arab. Tokoh yang menyatakan teori
ini kebanyakan adalah sarjana dari Belanda. Sarjana pertama yang
mengemukakan teori ini adalah J. Pijnapel dari Universitas Leiden tahun 1872,
berdasarkan catatan perjalanan Sulaiman, Marcopolo, dan Ibnu Batutah.
Menurutnya, orang-orang Arab bermahzab Syafii telah bermukim di Gujarat dan
Malabar sejak awal Hijriyyah (abad ke-7 Masehi), namun yang menyebarkan
Islam ke Indonesia menurut Pijnapel bukanlah dari orang Arab langsung,
melainkan pedagang Gujarat yang telah memeluk Islam dan berdagang ke dunia
timur, termasuk Indonesia. Dia mendukung teorinya ini dengan menyatakan
bahwa, melalui perdagangan, amat memungkinkan terselenggaranya hubungan

71
antara kedua wilayah ini, ditambah lagi dengan umumnya istilah-istilah Persia
yang dibawa dari India, digunakan oleh masyarakat kota-kota pelabuhan
Nusantara.
Teori ini lebih lanjut dikembangkan oleh Snouk Hurgronje yang melihat para
pedagang kota pelabuhan Dakka di India Selatan sebagai pembawa Islam ke
wilayah nusantara. Menurutnya, Islam telah lebih dulu berkembang di kota-kota
pelabuhan Anak Benua India. Orang-orang Gujarat telah lebih awal membuka
hubungan dagang dengan Indonesia dibanding dengan pedagang Arab. Dalam
pandangan Hurgronje, kedatangan orang Arab terjadi pada masa berikutnya.
Orang-orang Arab yang datang ini kebanyakan adalah keturunan Nabi
Muhammad yang menggunakan gelar “sayid” atau “syarif ” di di depan
namanya.
Teori Snock Hurgronje ini lebih lanjut dikembangkan oleh Morrison pada
1951. Dengan menunjuk tempat yang pasti di India, ia menyatakan dari sanalah
Islam dating ke nusantara. Ia menunjuk pantai Koromandel sebagai pelabuhan
tempat bertolaknya para pedagang muslim dalam pelayaran mereka menuju
nusantara.
Teori Gujarat kemudian juga dikembangkan oleh J.P. Moquetta yang
memberikan argumentasi dengan batu nisan Sultan Malik Al-Saleh yang wafat
pada tanggal 17 Dzulhijjah 831 H/1297 M di Pasai, Aceh. Menurutnya, batu
nisan di Pasai dan makam Maulana Malik Ibrahim yang wafat tahun 1419 di
Gresik, Jawa Timur, memiliki bentuk yang sama dengan nisan yang terdapat di
Kambay, Gujarat. Moquetta akhirnya berkesimpulan bahwa batu nisan tersebut
diimpor dari Gujarat, atau setidaknya dibuat oleh orang Gujarat atau orang
Indonesia yang telah belajar kaligrafi khas Gujarat. Alasan lainnya adalah
kesamaan mahzab Syafi’i yang dianut masyarakat muslim di Gujarat dan
Indonesia.
c. Teori Benggali
Teori ketiga yang dikembangkan Fatimi menyatakan bahwa Islam datang
dari Benggali (Bangladesh). Dia mengutip keterangan Tome Pures yang
mengungkapkan bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang
Benggali atau keturunan mereka. Islam muncul pertama kali di Semenanjung

72
Malaya dari arah pantai Timur, bukan dari Barat (Malaka), pada abad ke-11,
melalui Kanton, Phanrang (Vietnam), Leran, dan Trengganu. Ia beralasan bahwa
doktrin Islam di semenanjung lebih sama dengan Islam di Phanrang, elemen-
elemen prasasti di Trengganu juga lebih mirip dengan prasasti yang ditemukan
di Leran. Drewes, yang mempertahankan teori Snouck, menyatakan bahwa teori
Fatimi ini tidak bisa diterima, terutama karena penafsirannya atas prasasti yang
ada dinilai merupakan perkiraan liar belaka. Lagi pula madzhab yang dominan
di Benggali adalah madzhab Hanafi, bukan madzhab Syafii seperti di
semenanjung dan nusantara secara keseluruhan.
d. Teori Persia.
Teori ini dikembangkan oleh Hoessein Djajadiningrat. Teori Persia lebih
menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan
masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan mempunyai persamaan dengan
Persia.Dalam memberikan argumentasinya, Hoesein Djajadiningrat lebih
menitikberatkan analisisnya pada kesamaan budaya dan tradisi yang
berkembang antara masyarakat Parsi dan Indonesia. Kesamaan kebudayaan ini
dapat dilihat pada masyarakat Islam Indonesia antara lain : Pertama, peringatan
10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syiah atas kematian. Husein
bin Ali, cucu Nabi Muhammad, seperti yang berkembang dalam tradisi tabut di
Pariaman di Sumatera Barat. Istilah “tabut” (keranda) diambil dari bahasa Arab
yang ditranslasi melalui bahasa Parsi. Peringatan ini berbentuk pembuatan bubur
Syura. Di Minangkabau bulan Muharram disebut bulan Hasan-Husain. Di
Sumatera Tengah sebelah Barat, disebut bulat Tabut, dan diperingati dengan
mengarak keranda Husain untuk dilemparkan ke sungai atau ke dalam perariran
lainnya. Keranda tersebut disebut tabut diambil dari bahasa Arab.
Kedua, adanya kesamaan ajaran antara ajaran syaikh Siti Jenar dengan ajaran
sufi al-Hallaj, sekalipun al-Hallaj telah meninggal pada 310 H/922 M, tetapi
ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan
Syaikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16 dapat mempelajarinya.
Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran dalam mengeja huruf Arab, untuk
tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajian al-quran tingkat awal. Dalam bahasa
Persi Fathah ditulis jabar-zabar, kasrah ditulis jer-zeer, dhammah ditulis p’es-

73
py’es. Huruf sin yang tidak bergigi berasal dari Persia, sedangkan sin bergigi
berasal dari Arab.
e. Teori Cina.
Islam disebarkan dari Cina telah dibahas oleh SQ Fatimi. Beliau
mendasarkan torinya ini kepada perpindahan orang-orang Islam dari Canton ke
Asia tenggara sekitar tahun 876 . Perpindahan ini dikarenakan adanya
pemberontakan yang mengorbankan hingga 150.000 muslim. Menurut Syed
Naquib Alatas, tumpuan mereka adalah ke Kedah dan Palembang.
Hijrahnya mereka ke Asia Tenggaran telah membantu perkembangan Islam
di kawasan ini. Selain Palembang dan Kedah, sebagian mereka juga menetap di
Campa, Brunei, pesisir timir tanah melayu (Patani, Kelantan, Terengganu dan
Pahang) serta Jawa Timur. Di samping itu, ada argumentasi laian yang
menyatakan bahwa orang Cina telah berhubungan dengan masyarakat Indonesia
jauh sebelum Islam dikenal di Indonesia. Pada masa Hindu-Buddha, etnis Cina
atau Tiongkok telah berbaur dengan penduduk Indonesia, terutama melalui
kontak dagang. Bahkan, ajaran Islam telah sampai di Cina pada abad ke-7 M,
masa di mana agama ini baru berkembang. Sumanto Al Qurtuby dalam bukunya
Arus Cina-Islam-Jawa menyatakan, menurut kronik masa Dinasti Tang (618-
960) di daerah Kanton, Zhang-zhao, Quanzhou, dam pesisir Cina bagian selatan,
telah terdapat sejumlah pemukiman Islam.
Teori Cina bila dilihat dari beberapa sumber luar negeri (kronik) maupun
lokal (babad dan hikayat), dapat diterima. Bahkan menurut sejumlah sumber
lokat tersebut ditulis bahwa raja Islam pertama di Jawa, yakni Raden Patah dari
Bintoro Demak, merupakan keturunan Cina. Ibunya disebutkan berasal dari
Campa, Cina bagian selatan (sekarang termasuk Vietnam). Berdasarkan Sajarah
Banten dan Hikayat Hasanuddin, nama dan gelar raja-raja Demak beserta
leluhurnya ditulis dengan menggunakan istilah Cina, seperti “Cek Ko Po”, “Jin
Bun”, “Cek Ban Cun”, “Cun Ceh”, serta “Cu-cu”. Nama-nama seperti
“Munggul” dan “Moechoel” ditafsirkan merupakan kata lain dari Mongol,
sebuah wilayah di utara Cina yang berbatasan dengan Rusia.
Bukti-bukti yang menunjukan bahwa penyebaran Islam dimulai dari Cina
adalah ditemukannya: batu nisan syekh Abdul Kadir bin Husin syah Alam di

74
Langgar, Kedah bertarikh 903 M, batu bertulis Phan-rang di Kamboja bertahun
1025 M, batu nisan di Pahang bertahun 1028 M, batu nisan puteri Islam Brunei
bertahun 1048 M, batu bersurat Trengganu bertahun 1303 M dan batu nisan
Fathimah binti Maimun di Jawa Timur bertarik 1082 M. Bukti-bukti lainnya
adalah masjid-masjid tua yang bernilai arsitektur Tiongkok yang didirikan oleh
komunitas Cina di berbagai tempat, terutama di Pulau Jawa. Pelabuhan penting
sepanjang pada abad ke-15 seperti Gresik, misalnya, menurut catatan-catatan
Cina, diduduki pertama-tama oleh para pelaut dan pedagang Cina.

3. Saluran Islamisasi
Proses masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia melalui beberapa
cara atau saluran sebagai berikut.
a. Perdagangan
Pedagang-pedagang Islam dari Arab, Persia dan Gujarat singgah berbulan-
bulan di Malaka dan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia.
b. Perkawinan
Adapula diantara para pedagang Arab, Persia dan Gujarat tinggal lama di
Indonesia bahkan adapula yang menetap. Maka banyak diantara mereka
yang menikah dengan wanita-wanita Indonesia. Dengan perkawinan
terbentuklah ikatan kekerabatan besar beragama Islam yang merupakan
awal terbentuknya masyarakat Islam.
c. Pendidikan di Pondok Pesantren
Di Pondok Pesantren para santri dari berbagai daerah mendapatkan
pendidikan agama Islam secara mendalam. Setelah tamat mereka
berkewajiban menyebarkan ajaran Islam.
d. Seni Budaya
Seni Gamelan dan Wayang mengundang masyarakat untuk berkumpul,
saat itulah dilakukan dakwah keagamaan.
e. Ajaran Tasawuf
Tasawuf mengajarkan umat Islam agar selalu membersihkan jiwanya dan
mendekatkan diri dengan Tuhannya. Hal ini sesuai dengan keadaan

75
masyarakat saat itu yang banyak dipengaruhi oleh ajaran dan budaya
Hindu-Budha yang memelihara hidup kebatinan.

4. Kehidupan Masyarakat pada Masa Kerajaan-Kerajaan Islam


a. Kerajaan Islam di Sumatera
Menurut catatan Tome Pires dalam Suma Oriental (1512-1515) dikatakan
bahwa di Sumatera, terutama di sepanjang pesisir Malaka dan di pesisir barat
Sumatera terdapat banyak kerajaan Islam, baik yang besar maupun yang
kecil. Kerajaan-kerajaan tersebut antara lain Aceh, Biar, dan Lambi, Pedir,
Pirda, Pase, Aru, Arcet, Rupat, Siak, Kampar, Tongkol, Inderagiri, Jambi,
Palembang, Andalas, Pariman, Minangkabau, Tiku, Pancur, serta Barus.
1) Kerajaan Perlak
a) Lokasi kerajaan Perlak
Perlak terletak di wilayah Perlak, Aceh Tmur, Nanggroe Aceh
Darussalam. Tepatmya di sebelah timur dan utara pulau Suamatra.
Berdiri pada tahun 840 Masehi. Kerajaam Perlak terkenal berkat
Kunjungan Marcopolo pada tahun 1239
b) Sumber Sejarah
Sumber-sumber sejarah menegnai kerajaan perlak sebagai berikut.
(1) Kitab Idharul Haqq karangan Abu Ishak Makarani al- Fasy dan
kitab Tazkirah Thobat Jumu Sulthan as-Salatin karangan syekh
Syamsul Bahri Abdullah Al Asyi. Kedua kitab tersebut di salin
oleh Said Abdullah Ibn Saiyid Habib Saifudin atas perimtah
Sultan Alaiddin Mansyur Syah pada tahun 1275 H. Secara garis
besar kedua kitab tersebut menyatakan bahwa di Aceh pernah
berdiri kerajaan Isalam bernama Perlak
(2) Silsilah raja-raja Perlak dan Pasai yang di tulis oleh Sayid
Abdullah Ibn Said Habib Saifuddin
(3) Berita Marcopolo yang menyatakan bahwa pada waktu pulang
dari Cina, singgah di negeri yang disebut ferlec yang sudah
memeluk Islam
c) Kehidupan Politik

76
Sebelum kerajaan Perlak berdiri, di wilayah Perlak telah berdiri
suatu pemerintahan Budha yang rajanya keturunan Maharaja Pho
Hela, seorang putra raja Siam.
Perubahan suatu pemerintahan Budha menjadi kerajaan Islam di
mulai pada tahun 173H (800M). Pada saat saudagar Islam dari teluk
Kambey (Gujarat ) Merapat di bandar Perlak. Rombongan dipimpin
oleh Nahkoda Khalifah. Tujuan Saudagar Islam ialah untuk berdagang
sekaligus menyebarkan agama Islam. Kurang dari satu abad, raja dan
rakyatnya telah menganut agama Islam.
Nakhoda Khalifah menikahkan anak buah kepercayaannya (Ali bin
Muhammad bin Ja’far Shadiq ) dengan adik Syahir Wuwi (Pemimpin
Pemerintahan Perlak) bernama Makdum Tansyuri. Dari pernikahan
tersebut lahir Alaiddin Saitid Maulana Abdul Aziz Syah yang menjadi
sultan pertama Kerajaan Perlak. Berikut dua kerajaan yang pernah
memerintah di kerajaan Perlak.
a) Dinasti Saiyid Maulana
(1) Alaiddin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah (840-864)
(2) Alaiddin Saiyid Maulana Abdul Rahim Syah (864-888)
(3) Alaiddin Saiyid Maulana Abbas Syah (888-913)
(4) Alaiddin Saiyid Maulana Ali Mughayat Syah (915-918)
b) Dinasti Makhdum Johan
Dianasti dari Makhdum Johan merupakan keturunan dari
Maurah Perlak asli (syahir Wuwi)
(1) Makhdum Alaiddin Malik Abdul Kadir Syah Johan
Berdaulat (306-310 H/ 918-922M)
(2) Makhdum Alaiddim Malik Muhammad Amin Syah
Johan Berdaulat (301-334 H/922-946 M)
(3) Mukhdum Alaiddin Abdul Malik Syah Joha
2) Kerajaan Samudra Pasai
a) Letak Geografis
Kerajaan Samudra Pasai merupakan kerajaan pertama yang
menganut Islam. Kerajaam Samudra Pasai terletak di Pantai Timur

77
Pulau Sumatra bagian utara berdekatan dengan jalur pelayaran
perdagangan internasional waktu itu yaitu Selat Malaka. Pusat
pemerintahan berada di kota Pasai
b) Kehidupan Politik
Pendiri Kerajaan Pasai adalah Nazimuddin al-Kamil meletakan
dasar-dasar pemerintahan hukum ajaran Islam. Pemerintahan
Nazimuddin mengalami perkembangan cukup pesat, walaupun secara
politis kerajaan Samudra Pasai berada di bawah kekuasaan kerajaan
Majapahit.
Raja pertama kerajaan Samudra Pasai bernama Marah Silu dengan
gelar Malik as-Saleh. Marah Silu menikah dengan Ganggang Sari,
Putri kerajaan Perlak. Karena perniakahan tersebut kerajaan Samudra
Pasai meluas. Setelah Malik as- Saleh meninggal, kedudukannya
digantikan oleh putranya yang bergelar Malik ath-Tharir yang
berkuasa dari tahun 1297 M hingga 1326 M.
Pada masa pemerintahan Sultan Malik Ath-Thahrir, Samudra Pasai
sedikit demi sedikit berkembang baik di bidang perdagangan maupun
penyebaran agama Islam. Sultan Malik ath-Thahrir mempunyai dua
putra yaitu Malik al-Mahmud dan Malik al-Mansyur. Ketika Malik al-
Mansyur memisahkan diri dari Baruman, Kekuasaan kerajaan Pasai
Melemah.
Faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran Kerajaan Samudra
Pasai sebagai berikut.
(1) ambisi kerajaan Majapahit dalam meyatukan Nusantara
(2) berdirinya Bandar Malaka yang letaknya lebih strategis
(3) tidak ada pemimpin yang cakap dan terkenal setelah semeninggal
Sultan Malik ath-Tharir
c) Keadaan Masyarakat
Letak kerajaan Samudra Pasai yang strategis sengat mendukung
pertumbuuhan ekonomi kerajaan Samudra Pasai. Keberadaan bandar-
bandar yang ada di Samudra Pasai dijadikan sebagai persinggahan
para pedagang, sekaligus sebagai tempat berdagang. Kondisi inilah

78
yang menjadikan Kerajaan Samudra Pasai semakin bertambah pesat,
sehingga menjadi perhatian dan incaran kerajaan lain di sekitarnya.
3) Kerajaan Aceh
a) Kehidupan Politik
Aceh berkembang setelah Malaka diduduki Portugis pada 1511.
Mengingat sebagian besar para pedagang beragama Islam maka
mereka pindah dari Malaka ke Aceh. Faktor lain adalah jatuhnya
Samudera Pasai ke tangan Portugis (1521), sehingga menambah
keramaian Aceh. Pada tahun 1530, Aceh melepaskandiri dari Pedir
dan berdirilah Kerajaan Aceh dengan Sultan Ali Mughayat (1514-
1528) sebagai raja pertama. Kerajaan Aceh mengalami puncak
kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-
1636). Sultan bercita-cita menjadikan Aceh sebagai kerajaan besar
dan kuat. Untuk itu, kerajaan-kerajaan di Semenanjung Malaka harus
ditaklukkan, yakni Pahang, Kedah, Perlak, Johor dan sebagainya.
Pengganti Sultan Iskandar Muda ialah Sultan Iskandar Tani (1636-
1641). Setelah itu Aceh terus mengalami kemunduran, karena tidak
terdapat sultan yang kuat. Kerajaan Aceh tidak mampu bersaing
dengan Belanda, yang mengusai Malaka pada tahun 1641.
b) Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi masyarakat Aceh adalah dalam bidang
pelayaran dan perdagangan. Pada masa kejayaannya, perekonomian
berkembang pesat. Penguasaan Aceh atas daerah-daerah pantai barat
dan timur Sumatra banyak menghasilkan lada. Sementara itu,
Semenanjung Malaka banyak menghasilkan lada dan timah. Hasil
bumi dan alam menjadi bahan ekspor yang penting bagi Aceh,
sehingga perekonomian Aceh maju dengan pesat.
c) Kehidupan Sosial Budaya
Dalam masyarakat Aceh terdapat dua kelompok sosial yang saling
berebut pengaruh yakni Golongan Teuku dan Golongan Tengku.
Golongan Teuku adalah kaum bangsawan yang memegang kekuasaan
sipil, sedangkan golongan Tengku adalah kaum ulama yang

79
memegang peranan penting dalam bidang sosial keagamaan.
Sementara itu di dalam golongan agama terdapat dua aliran yang
saling bersaing, yaitu Syiah dan Sunnah wal Jama'ah. Pada masa
Sultan Iskandar Muda, aliran Syiah berkembang pesat. Tokoh aliran
ini ialah Hamzah Fansuri, yang kemudian diteruskan oleh
Syamsuddin Pasai. Setelah Sultan Iskansar Muda meninggal, aliran
Sunnah wal Jama'ah yang berkembang pesat. Tokoh aliran ini adalah
Nuruddin ar Raniri yang berhasil menulis sejarah Aceh dengan judul
Bustanus Salatin, yang berisi adat istiadat Aceh dan ajaran agama
Islam. Peninggalan budaya Islam yang cukup menonjol adalah
bangunan Masjid Baitturachman yang dibangun pada masa
pemerintahn Sultan Iskandar Muda
b. Kerajaan Demak
Dengan mundurnya kerajaan Majapahit, memberikan kesempatan
kepada para bupati yang berada di pesisir pantai utara Jawa untuk
melepaskan diri, khususnya Demak. Faktor lain yang mendorong
perkembangan Demak ialah letaknya yang strategis di jalur perdagangan
Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur
1) Kehidupan Politik
a) Raden Patah (1475-1518)
Dengan bantuan beberapa daerah yang telah memeluk Islam,
misalnya Jepara, Tuban, dan Gresik, Raden Patah pada 1475
berhasil mendirikan Kerajaan Demak, yang merupakan kerajaan
Islam pertama di Jawa. Menurut Babad Tanah Jawa, Raden Patah
adalah putra Brawijaya V (Raja Majapahit terakhir) dengan putri
Champa. Raden Patah semula diangkat menjadi Bupati oleh
Kerajaan Majapahit di Bintoro Demak dengan gelar Sultan Alam
Akhbar al Fatah. Dalam upaya mengembangkan kekuasaan dan
menguasai perdagangan nasional dan internasional maka pada 1513
Demak melancarkan serangan ke Malaka di bawah pimpinan Dipati
Unus (Pangeran Sabrang Lor). Namun serangan tersebut
mengalami kegagalan. Dalam bidang politik, Demak menempatkan

80
para wali di lingkungan kerajaan sebagai pendamping, dan
sekaligus sebagai penasihat raja. Peran ini tampak pada diri Sunan
Kalijaga yang saran-sarannya memberi corak seakan-akan Demak
sebagai negara teokrasi atau negara atas dasar agama.
b) Sultan Trenggono (1521-1546)
Raden Patah digantikan putranya, Adipati Unus (1518-1521). Ia
dikenal sebagai Pangeran Sabrang Lor (sebab pernah mengadakan
serangan ke utara atau Malaka), meninggal tanpa berputra, dan
digantikan adiknya, yaitu Pangeran Sekar Seda ing Lepen. Namun,
pangeran ini dibunuh kemenakannya sendiri, sehingga yang
menggantikan adiknya, yaitu Raden Trenggono, dengan gelar
Sultan Trenggono. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Demak
mencapai puncak kejayaan, wilayah kekuasaan luas, mulai Jawa
Barat (Banten, Jayakarta, dan Cirebon), Jawa Tengah, dan Jawa
Timur. Dengan wafatnya Sultan Trenggono memberi peluang
keturunan Sekar Seda Lepen untuk merebut takhta, karena merasa
berhak atas takhta itu. Tokoh ini adalah Aria Penangsang yang
menjadi Bupati di Jipang (Blora). Sementara itu dari pihak keluarga
Sultan Trenggono menunjuk Pangeran Prawoto sebagai pengganti
ayahnya. Dengan demikian, terjadi perebutan kekuasaan antara
Sultan Trenggono dan keturunan Pangeran Sekar Seda ing Lepen.
Perang saudara ini berlangsung lama, dan menantu Sultan
Trenggono yang berasal dari Pajang, yaitu Joko Tingkir berhasil
naik tahta sebagai raja dengan gelar Sultan Hadiwijaya (1552-
1575).
2) Kehidupan Ekonomi
Sebagai negara maritim, Demak menjalankan fungsinya sebagai
penghubung atau transito antara daerah penghasil rempah-rempah di bagian
timur dengan Malaka, dan dari Malaka kemudian dibawa para pedagang
menuju kawasan Barat. Berkembangnya perekonomian Demak, di samping
faktor dunia kemaritiman, juga faktor perdagangan hasil-hasil pertanian.

81
3) Kehidupan Sosial-Budaya
Kehidupan sosial diatur oleh aturan-aturan atau hukum-hukum yang
berlaku dalam ajaran Islam, namun juga masih menerima tradisi lama.
Dengan demikian, muncul sistem kehidupan sosial yang telah mendapat
pengaruh Islam. Di bidang budaya, terlihat jelas adanya peninggalan
bangunan Masjid Demak yang terkenal dengan tiang utamanya terbuat dari
tatal yang disebut Soko Tatal. Di pendapa (serambi depan masjid) itu, Sunan
Kalijaga (pemimpin pembangunan masjid) meletakkan dasar-dasar
Syahadatain (Perayaan Sekaten). Tujuannya adalah untuk memperoleh
banyak pengikut agama Islam, dan tradisi sekaten sampai sekarang masih
berlangsung di Yogyakarta, Surakarta, dan Cirebon.

c. Kerajaan Banten
1) Kehidupan Politik
Banten dikuasai dan di-Islamkan oleh Fatahilah (panglima perang
Demak). Selain itu, Fatahilah juga merebut Sunda Kelapa dan Cirebon.
Setelah dikuasai, nama Sunda Kelapa diubah menjadi Jayakarta (1527).
Selanjutnya, Fatahilah menetap di Cirebon, dan Banten diserahkan kepada
putranya, Hasanudin. Meskipun Banten, Jayakarta, dan Cirebon berhasil
dikuasai, namun kawasan ini tetap menjadi daerah kekuasan Demak.
Namun, ketika terjadi goncangan politik sebagai akibat perebutan kekuasaan
di Demak, maka Banten melepaskan diri. Hasanudin sebagai peletak dasar
selanjutnya menjadi raja Banten pertama (1552 -1570). Daerah kekuasannya
diperluas hingga Lampung dan berhasil menguasai perdagangan lada. Pada
tahun 1570 Sultan Hasanuddin meninggal dan digantikan putranya yakni
Panembahan Yusuf (1570-1580). Masa pemerintahannya berhasil
menundukkan Kerajaan Pajajaran. Raja terbesar Banten adalah Sultan
Ageng Tirtayasa (1651-1682). Sultan Ageng Tirtayasa berhasil memajukan
perdagangan Banten. Politik Sultan Ageng Tirtayasa terhadap VOC sangat
keras. Sikap politik ini tidak disetujui putranya Sultan Haji (Abu Nasar
Abdul Qahar), sehingga terjadi perselisihan. Sultan Haji kemudian meminta

82
bantuan VOC, sehingga Kerajaan Banten pada akhirnya menjadi boneka
kompeni.
2) Kehidupan Ekonomi
Banten di bawah pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa dapat
berkembang menjadi bandar perdagangan dan pusat penyebaran agama
Islam. Adapun faktor-faktornya ialah:
(a) letaknya strategis dalam lalu lintas perdagangan;
(b) jatuhnya Malaka ke tangan Portugis, sehingga para pedagang Islam
tidak lagi singgah di Malaka namun langsung menuju Banten;
(c) Banten mempunyai bahan ekspor penting yakni lada. Banten yang
menjadi maju banyak dikunjungi pedagang-pedagang dari Arab,
Gujarat, Persia, Turki, Cina dan sebagainya. Di kota dagang Banten
segera terbentuk perkampungan-perkampungan menurut asal bangsa
itu, seperti orang-orang Arab mendirikan Kampung Pakojan, orang
Cina mendirikan Kampung Pacinan, orang-orang Indonesia
mendirikan Kampung Bandar, Kampung Jawa dan sebagainya.
3) Kehidupan Sosial Budaya
Sejak Banten di-islamkan oleh Fatahilah (Faletehan) tahun 1527,
kehidupan sosial masyarakat secara berangsur-angsur mulai berlandaskan
ajaran-ajaran Islam. Setelah Banten berhasil mengalahkan Pajajaran,
pengaruh Islam makin kuat di daerah pedalaman. Pendukung Kerajaan
Pajajaran menyingkir ke pedalaman, yakni ke daerah Banten Selatan,
mereka dikenal sebagai Suku Badui. Kepercayaan mereka disebut Pasundan
Kawitan, yang artinya Pasundan yang pertama. Mereka mempertahankan
tradisi-tradisi lama dan menolak pengaruh Islam. Kehidupan sosial
masyarakat Banten semasa Sultan Ageng Tirtayasa cukup baik, karena
sultan memperhatikan kehidupan dan kesejahteran rakyatnya. Namun
setelah Sultan Ageng Tirtayasa meninggal, dan adanya campur tangan
Belanda dalam berbagai kehidupan sosial, kehidupan ekonomu masyarakat
merosot.
Seni budaya masyarakat ditemukan pada bangunan Masjid Agung
Banten (tumpang lima), dan bangunan gapura-gapura di Kaibon Banten. Di

83
samping itu juga bangunan istana yang dibangun oleh Jan Lukas Cardeel,
orang Belanda, pelarian dari Batavia yang telah menganut agama Islam.
Susunan istananya menyerupai istana raja di Eropa.

d. Kerajaan Mataram
1) Kehidupan Politik
Sesudah Kerajaan Demak runtuh, Joko Tingkir (menantu Sultan
Trenggono) memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang. Joko Tingkir naik
takhta dengan gelar Sultan Hadiwijaya, namun tidak lama (1568-1586). Hal
ini disebabkan kota-kota pesisir terus memperkuat diri. Ketika Sultan
meninggal (1586) dan digantikan putranya, Pangeran Benowo, kekacauan
makin tidak terkendali. Kekuasaan kemudian diserahkan kepada
Sutowijoyo, dan sekali lagi pusat pemerintahan dipindahkan ke Mataram.
Sutowijoyo mengangkat dirinya sebagai raja Mataram dengan gelar
Panembahan Senopati (1586-1601) dengan ibukota kerajaan di Kota Gede.
Tindakan-tindakan penting yang dilakukan adalah:
(a) meletakkan dasar-dasar Kerajaan Mataram,
(b) berhasil memperluas wilayah kekuasaan ke timur, Surabaya, Madiun dan
Ponorogo, dan ke barat menundukkan Cirebon dan Galuh Pengganti
Panembahan Senopati adalah Mas Jolang. Ia gugur di daerah Krapyak
dalam upaya memperluas wilayah, sehingga disebut Panembahan Seda
Krapyak. Raja terbesar Kerajaan Mataram ialah Mas Rangsang dengan gelar
Sultan Agung Hanyokrokusumo (1613-1645).
Sultan bercita-cita:
(a) mempersatukan seluruh Jawa di bawah kekuasaan Mataram dan
(b) mengusir kompeni (VOC) dari Batavia.
Masa pemerintahan Sultan Agung selama 32 tahun dibedakan atas dua
periode, yaitu masa penyatuan negara dan masa pembangunan. Masa
penyatuan negara (1613-1629) merupakan masa peperangan untuk
mewujudkan cita-cita menyatukan seluruh Jawa. Sultan Agung
menundukkan Gresik, Surabaya, Kediri, Pasuruan dan Tuban, selanjutnya
Lasem, Pamekasan, dan Sumenep. Dengan demikian seluruh Jawa telah

84
tunduk di bawah Mataram, dan luar Jawa kekuasaan meluas sampai
Palembang, Sukadana (Kalimantan), dan Goa. Setelah Jawa Timur, Jawa
Tengah, dan Cirebon berhasil dikuasai, Sultan Agung merencanakan untuk
menyerang Batavia. Serangan pertama dilancarkan pada bulan Agustus
1628 di bawah pimpinan Bupati Baurekso dari Kendal dan Dipati Ukur dari
Sumedang. Batavia dikepung dari darat dan laut selama 2 bulan, namun
tidak mau menyerah bahkan sebaliknya akhirnya tentara Mataram terpukul
mundur. Dipersiapkan serangan yang kedua dan dipersiapkan lebih matang
dengan membuat pusat-pusat perbekalan makanan di Tegal, Cirebon dan
Krawang serta dipersiapkan angkatan laut. Serangan kedua dilancarkan
bulan September 1629 di bawah pimpinan Sura Agul-Agul, Mandurarejo,
dan Uposonto.
Namun nampaknya VOC telah mengetahui lebih dahulu rencana
tersebut, sehingga VOC membakar dan memusnahkan gudang-gudang
perbekalan. Serangan ke Batavia mengalami kegagalan, karena kurangnya
perbekalan makanan, kalah persenjataan, jarak Mataram–Jakarta sangat
jauh, dan tentara Mataram terjangkit wabah penyakit. Setelah Sultan Agung
meninggal, penetrasi politik VOC di Mataram makin kuat. Akibat campur
tangan VOC dan adanya perang saudara dalam memperebutkan takhta
pemerintahan menjadikan kerajaan Mataram lemah dan akhirnya terpecah-
pecah menjadi kerajaan kecil. Perseturuan antara Paku Buwono II yang
dibantu Kompeni dengan Pangeran Mangkubumi dapat diakhiri dengan
Perjanjian Giyanti tanggal 13 Februari 1755 yang isinya Mataram dipecah
menjadi dua, yakni:
(a) Mataram Barat yakni KesultananYogakarta, diberikan kepada
Mangkubumi dengan gelar Sultan Hamengku Buwono I.
(b) Mataram Timur yakni Kasunanan Surakarta diberikan kepada Paku
Buwono III.
Selanjutnya untuk memadamkan perlawanan Raden Mas Said diadakan
Perjanjian Salatiga, tanggal 17 Maret 1757, yang isinya Surakarta dibagi
menjadi dua, yakni:

85
(a) Surakarta Utara diberikan kepada Mas Said dengan gelar Mangkunegoro
I, kerajaannya dinamakan Mangkunegaran.
(b) Surakarta Selatan diberikan kepada Paku Buwono III kerajaannya
dinamakan Kasunanan Surakarta. Pada tahun 1813 sebagian daerah
Kesultanan Yogyakarta diberikan kepada Paku Alam selaku Adipati.
Dengan demikian kerajaan Mataram yang satu, kuat dan kokoh pada
masa pemerintahan Sultan Agung akhirnya terpecah-pecah menjadi
kerajaan-kerajaan kecil, yakni:
(1) Kerajaan Yogyakarta
(2) Kasunanan Surakarta
(3) Pakualaman
(4) Mangkunegaran
2) Kehidupan Ekonomi
Kerajaan Mataram yang makin jauh di daerah pedalaman, merupakan
sebuah kerajaan agraris dengan hasil utamanya ialah beras. Pada masa
Sultan Agung, kehidupan masyarakat Mataram mengalami perkembangan
pesat. Pada masa ini hasil bumi Mataram cukup melimpah.
3) Kehidupan Sosial-Budaya
Pada masa pertumbuhan dan berkaitan dengan masa pembangunan,
maka Sultan Agung melakukan usaha-usaha antara lain untuk meningkatkan
daerah daerah persawahan dan memindahkan banyak para petani ke daerah
Krawang yang subur. Atas dasar kehidupan agraris itulah disusun suatu
masyarakat yang bersifat feodal. Para pejabat pemerintahan memperoleh
imbalan berupa tanah garapan (lungguh), sehingga sistem kehidupan ini
menjadi dasar munculnya tuan-tuan tanah di Jawa. Pada masa kebesaran
Mataram, kebudayaan juga berkembang antara lain seni tari, seni pahat, seni
sastra dan sebagainya.
Di samping itu muncul Kebudayaan Kejawen yang merupakan
akulturasi antara kebudayan asli, Hindu, Buddha dengan Islam. Upacara
Grebeg yang bersumber pada pemujaan roh nenek moyang berupa kenduri
gunungan yang merupakan tradisi sejak zaman Majapahit dijatuhkan pada
waktu perayaan hari besar Islam, sehingga muncul Grebeg Syawal pada hari

86
raya idul Fitri, Grebeg Maulud pada bulan Rabiulawal. Hitungan tahun yang
sebelumnya merupakan tarikh Hindu yang didasarkan pada peredaran
matahari (tarikh Samsiah) dan sejak tahun 1633 diubah menjadi tarikh Islam
yang berdasarkan pada peredaran bulan (tarikh Kamariah). Tahun Hindu
1555 diteruskan dengan perhitungan baru dan dikenal dengan Tahun Jawa.
Sultan Agung sendiri mengarang Kitab Sastra Gending yang berupa kitab
filsafat. Demikian juga muncul kitab Nitisruti, Nitisastra, dan Astabrata
yang berisi ajaran tabiat baik yang bersumber pada kitab Ramayana

e. Kerajaan Gowa dan Tallo


Kerajaan Gowa dan Tallo (Makasar) menjadi kerajaan Islam karena
dakwah dari Datuk Ri Bandang dan Datuk Sulaiman dari Minangkabau.
Setelah masuk Islam, raja Gowa, Daeng Manrabia bergelar Sultan
Alaudin. Dan raja Tallo, Kraeng Mantoaya bergelar Sultan Abdullah,
dengan julukan Awalul Islam. Dalam waktu singkat kerajaan Gowa-
Tallo berkembang pesat karena letaknya yang strategis ditengah-tengah
lalu lintas pelayaran antara Malaka dan Maluku.
Sultan Alaudin memerintah Makasar pada 1591-1639. la juga
dikenal sebagai sultan yang sangat menentang Belanda, hingga wafat
pada tahun 1639. la digantikan putranya Sultan Muhammad Said (1639-
1653). Muhammad Said mengirimkan pasukan ke Maluku, untuk
membantu rakyat Maluku yang sedang berperang melawan Belanda.
Pengganti Muhammad Said adalah putranya bergelar Sultan
Hasanuddin (1653 - 1669).
Pada masa pemerintahan Sultan Hasanuddin, Kerajaan Makasar
mencapai masa kejayaannya. Dalam waktu singkat Kerajaan Makasar
berhasil menguasai hampir seluruh wilayah Sulawesi Selatan. la juga
memperluas wilayah kekuasaannya di Nusa Tenggara seperti Sumbawa
dan sebagian Flores. Dengan demikian, kegiatan perdagangan melalui
Laut Flores harus singgah di Makasar. Hal ini ditentang oleh Belanda,
karena hubungan Ambon dan Batavia yang telah dikuasai oleh Belanda
terhalang oleh kekuasaan Makasar. Keberanian Hasanuddin memporak -

87
porandakan pasukan Belanda di Maluku mengakibatkan Belanda
semakin terdesak. Dalam rangka menguasai Makasar, Belanda
melakukan politik devide at impera. Pada tahun 1660 Raja Soppeng –
Bone bernama Aru Palaka yang sedang memberontak kepada kerajaan
Gowa. Karena merasa terdesak Aru Palaka meminta bantuan VOC.
Sultan Hasanuddin akhirnya dapat dikalahkan dan harus
menandatangani Perjanjian Bongaya pada tahun 1667. Sultan
Hasanuddin digantikan putranya Sultan Amir Hamzah. la tidak mampu
mempertahankan Makasar dari serbuan Belanda secara besar-besaran.

f. Kerajaan Ternate dan Tidore


Pada mulanya di Maluku berdiri beberapa kerajaan-kerajaan kecil.
Kerajan-kerajaan tersebut, tergabung ke dalam dua kelompok, yaitu
Ulilima dan Ulisiwa. Kelompok Ulilima (persekutuan lima bersaudara)
dipimpin oleh Ternate dan beranggotakan Ternate, Obi, Bacan, Seram
dan Ambon. Sedangkan kelompok Ulisiwa (persekutuan sembilan
bersaudara) dipimpin oleh Tidore beranggotakan pulau-pulau Makayan,
Jahilolo atau Halmahera dan pulau-pulau didekat Papua. Antara kedua
persekutuan itu seringkali terjadi perselisihan yang memuncak ketika
bangsa Barat datang ke Maluku. Ketika Portugis datang ke Maluku,
Ternate segera bersekutu dengan bangsa Portugis pada tahun 1512.
Demikian juga ketika Spanyol, yang juga sedang bermusuhan dengan
Portugis datang ke Maluku pada tahun 1521, maka segera bersekutu
dengan Tidore.
Kerajaan Ternate dengan ibukotanya di Sampalu, pada akhir abad
ke-15 berubah menjadi kerajaan Islam. Tokoh yang berjasa dalam
pengIslaman Ternate adalah Sunan Giri dari Gresik. Raja Ternate
pertama yang beragama Islam adalah Sultan Marhum (1465-1485).
Raja-raja berikutnya adalah Zainal Abidin, Sultan Sirullah, Sultan
Hairun dan Sultan Baabullah. Sedangkan di Tidore, menurut berita
Portugis agama Islam masuk kurang lebih tahun 1471. Penyebaran

88
agama Islam di Tidore dilakukan oleh para pedagang Islam dari Gresik,
Jawa Timur.
Setelah sepuluh tahun berada di Maluku, Portugis mendapatkan izin
untuk membangun Benteng Santo Paulo. Namun, kemudian Portugis
melakukan monopoli perdagangan dan ikut campur masalah dalam
negeri. Sehingga Portugis semakin dibenci oleh rakyat Ternate. Oleh
karena itu secara terang-terangan Sultan Hairun (1550-1570) menentang
Portugis. Ketika Sultan Hairun berkunjung ke Benteng Portugis, Sultan
Hairun di tusuk hingga tewas oleh kaki tangan Portugis.
Dengan kematian Sultan Hairun, rakyat Maluku dibawah pimpinan
Sultan Baabullah (putra Sultan Hairun) bangkit menentang Portugis.
Benteng Santo Paolo di kepung selama lima tahun. Akhimya pada tahun
1575, Portugis menyerah dan diusir dari Ternate. Pada tahun 1578
Portugis menduduki Timor Timur. Sultan Baabullah wafat tahun 1853
dan digantikan putranya Sahid Berkat. Karena orang Maluku sangat
membenci Portugis, maka kedatangan Belanda di Maluku, 1605,
disambut dengan baik. Akan tetapi pada masa berikutnya Belanda
melaksanakan aturan-aturan monopoli yang lebih berat daripada
Portugis. Maka muncullah perlawanan rakyat Ternate terhadap Belanda
dalam kurun waktu tahun 1635-1743. Namun perlawanan tersebut dapat
dipatahkan.
Di Tidore Sultan Jamaluddin (1753-1779) naik Tahta dengan
mewarisi hutang sebesar 50.000 ringgit. Karena tidak mampu
membayar, maka ia dipaksa untuk menyerahkan Pulau Seram bagian
timur kepada Belanda. Pimpinan perlawanan rakyat Tidore kemudian
digantikan oleh Kaicil Nuku, yang dinobatkan sebagai Sultan Tidore
(1780-1805). Sultan Nuku berhasil mengadu domba antara Inggris dan
Belanda, hasilnya sangat gemilang, bahkan Belanda berhasil diusir dari
Tidore. Pada tahun 1801, Sultan Nuku menyerang Ternate. Sejak itu
Ternate dan Tidore bersatu. Setelah ia mangkat digantikan adiknya
yang bergelar Sultan Zainal Abidin (1805-1810).

89
5. Perkembangan Budaya Islam
Seperti telah disinggung di depan, bahwa masuknya pengaruh budaya dari luar
berpengaruh terhadap budaya asli Indonesia. Demikian juga masuknya agama dan
kebudayaan Islam dari Timur Tengah ke Indonsia, berpengaruh besar terhadap
perkembangan kebudayaan di Indonesia. Agama Islam masuk ke Indonesia pada
abad ke-7 M dan mulai berkembang pada abad ke-13 M. Perkembangan Islam di
Indonesia hampir di seluruh Kepulauan Indonesia. Bertolak dari kenyataan tersebut,
Islam banyak menghasilkan peninggalan sejarah yang bercorak Islam di Indonesia
yang sangat beraneka ragam. Peninggalan-peninggalan itu sebagai berikut.
a. Tempat Ibadah
Dilihat dari segi arsitekturnya, masjid-masjid di Indonesia kuno menampilkan
gaya arsitektur asli Indonesia, yakni dengan ciri-ciri sebagai berikut.
1) Atapnya bertingkat/tumpang dan ada puncaknya (mustaka).
2) Pondasinya kuat dan agak tinggi.
3) Ada serambi di depan atau di samping.
4) Ada kolam/parit di bagian depan atau samping.
5) Gaya arsitektur bangunan yang mendapat pengaruh Islam ialah : Hiasan
kaligrafi.
6) Kubah.
7) Bentuk masjid.
Sejak masuk dan berkembangnya agama Islam di Indonesia banyak
masjid didirikan dan termasuk masjid kuno, di antaranya masjid Demak,
masjid Kudus, masjid Banten, masjid Cirebon, masjid Ternate, masjid Angke,
dan sebagainya.
1) Masjid Angke
Masjid ini terletak di Jalan Tubagus Angke, Jakarta Barat yang dibangun
pada abad ke-18. Masjid ini beratap tumpang dua. Masjid Angke
merupakan masjid tua yang masih terlihat kekunoannya. Masjid ini
memiliki gaya arsitektur dan hiasan yang cantik, merupakan perpaduan
antara gaya Jawa, Cina, Arab, dan Eropa. Masjid ini dibangun pada tahun
1761. Pengaruh agama Islam menimbulkan tempat ibadah yang namanya
bermacam-macam. Tempat ibadah ukuran kecil disebut langgar, yang

90
berukuran sedang disebut masjid, dan yang ukuran besar disebut masjid
agung atau masjid jami. Masjid merupakan tempat peribadatan agama
Islam (tempat orang\ melakukan salat). Masjid juga berperan sebagai
tempat penggemblengan jiwa dan pribadi-pribadi Islam yang hidup di
tengah-tengah masyarakat.
2) Masjid Demak
Masjid Demak didirikan pada masa pemerintahan Raden Patah.
Bangunan masjid terletak di Kadilangu, Demak. Masjid ini beratap
tumpang yang mirip dengan bentuk pura Hindu. Masjid Demak didirikan
dengan bantuan para wali (walisongo). Pembangunan masjid dipimpin
langsung oleh Sunan Kalijaga. Keunikan masjid ini terletak pada salah
satu tiang utamanya, yakni terbuat dari bahan pecahan-pecahan kayu
yang disebut tatal (soko tatal).
3) Masjid Kudus
Masjid Kudus didirikan oleh Sunan Kudus. Bentuk bangunan masjid ini
memiliki ciri khusus. Bagian menaranya menyerupai candi Hindu.
4) Masjid Banten
Masjid Banten didirikan pada abad ke-16. Bangunannya memiliki atap
tumpang sebanyak lima tingkat. Kemungkinan model bangunan seperti
ini untuk menggambarkan derajat yang dapat diraih seseorang dalam
Islam. Menara masjid Banten dibangun oleh arsitektur Belanda bernama
Cardel. Itulah sebabnya, menara tersebut bergaya Eropa menyerupai
mercusuar. Masjid Cirebon didirikan pada abad ke-16 M, ketika Kerajaan
Cirebon berkuasa. Bentuk atap masjid Cirebon juga berupa atap
tumpang, terdiri atas dua tingkat.
Adakah di lingkungan Saudara, masjid yang memiliki nilai sejarah,
memiliki keunikan dengan masjid yang lain. Coba sebut dan berikan
penjelasan secukupnya! Saudara bisa menanyakan kepada tokoh
masyarakat atau orang yang memahami tentang bangunan tersebut!

91
b. Keraton
Keraton berfungsi sebagai pusat pemerintahan dan sebagai tempat tinggal raja
beserta keluarganya. Pada zaman kekuasaan Islam, didirikan cukup banyak keraton
sesuai dengan perkembangan kerajaan Islam. Beberapa keraton sebagai berikut.
1) Keraton Cirebon didirikan oleh Fatahillah atau Syarif Hidayatullah pada
tahun 1636. Letaknya di kota Cirebon, Jawa Barat.
2) Istana Raja Gowa terdapat di Sulawesi Selatan.
3) Istana Keraton Surakarta terbentuk berdasarkan perjanjian Giyanti pada
tahun 1755. Keraton Surakarta sebelumnya merupakan wilayah Kerajaan
Mataram dengan rajanya Paku Buwono III.
4) Keraton Yogyakarta .Semula Keraton Yogyakarta merupakan wilayah
Kerajaan Mataram, kemudian berdasarkan perjanjian Giyanti pada tahun
1755 didirikan kerajaan Yogyakarta dengan rajanya yang pertama Sultan
Hamengkubuwono I.
5) Istana Mangkunegaran merupakan bangunan kerajaan yang terbentuk
berdasarkan perjanjian Salatiga tahun 1757.
c. Batu Nisan
Batu nisan berfungsi sebagai tanda kubur. Tanda kubur yang terbuat dari batu
bentuknya bermacam-macam. Pada bangunan batu nisan biasanya dihiasi ukir-ukiran
dan kaligrafi. Kebudayaan batu nisan diduga berasal dari Perancis dan Gujarat. Di
Indonesia, kebudayaan tersebut berakulturasi dengan kebudayaan setempat (India).
Beberapa batu nisan peninggalan sejarah di Indonesia sebagai berikut.
1) Batu Nisan Malik as-Saleh
Batu nisan ini dibangun di atas makam Sultan Malik as-Saleh di
Lhokseumawe, Aceh Utara. Sultan Malik as-Saleh adalah raja pertama dari
Kerajaan Samudra Pasai
2) Batu Nisan Ratu Nahrasiyah
Batu nisan ini dibangun di atas makam Ratu Samudra Pasai bernama
Nahrasiyah. Ia meninggal pada tahun 1428. Nisan itu dihiasi kaligrafi yang
memuat kutipan Surat Yasin dan Ayat Kursi.
3) Batu Nisan Fatimah binti Maimun

92
Batu nisan ini dibuat sebagai tanda makam seorang wanita Islam yang
bernama Fatimah binti Maimun. Batu nisan ini terdapat di Leran, Gresik,
Jawa Timur
4) Batu Nisan Sultan Hasanuddin
Batu nisan ini dibangun di atas makam raja Makasar. Makam Sultan
Hasanuddin berada dalam satu kompleks dengan pemakaman raja-raja Gowa
dan Tallo. Pada makam tersebut, dibuat cungkup berbentuk kijing. Cungkup
itu terbuat dari batu berbentuk prisma. Kemudian batu itu disusun berbentuk
limas. Bangunan limas terpasang dengan alas berbentuk kubus dan di
dalamnya terdapat ruangan. Pada ruangan inilah terdapat makam beserta batu
nisan.
d. Kaligrafi
Pada mulanya kaligrafi merupakan akulturasi antara budaya Hindu dan Islam.
Namun dalam perkembangannya, dengan makin kuatnya rasa keagamaan maka
unsur Hindu makin berkurang, sehingga wujudnya adalah orang yang sedang shalat
atau dalam wujud masjid yang menggunakan huruf Arab. Kaligrafi adalah seni
menulis Arab yang indah tanpa tanda garis (harakat). Seni kaligrafi yang
bernafaskan Islam merupakan rangkaian dari ayat-ayat suci Al Quran. Tulisan
tersebut dirangkai sedemikian rupa sehingga membentuk gambar, misalnya binatang,
daundaunan, bunga atau sulur, tokoh wayang dan sebagainya. Contoh kaligrafi
sebagai berikut.
1) Kaligrafi pada batu nisan.
2) Kaligrafi bentuk wayang dari Cirebon.
3) Kaligrafi bentuk hiasan.
e. Seni Pahat
Seni pahat seiring dengan kaligrafi. Seni pahat atau seni ukir berasal dari Jepara,
kota awal berkembangnya agama Islam di Jawa yang sangat terkenal. Di dinding
depan masjid Mantingan (Jepara) terdapat seni pahat yang sepintas lalu merupakan
pahatan tanaman yang dalam bahasa seninya disebut gaya arabesk, tetapi jika diteliiti
dengan saksama di dalamnya terdapat pahatan kera. Di Cirebon terdapat pahatan
harimau. Dengan demikian, dapat dimengerti bahwa seni pahat di kedua daerah
tersebut (Jepara dan Cirebon), merupakan akulturasi antara budaya Hindu dan Islam.

93
f. Seni Pertunjukan
Di antara seni pertunjukan yang merupakan seni Islam adalah seni suara dan seni
tari. Seni suara merupakan seni pertunjukan yang berisi salawat Nabi dengan iringan
rebana. Dalam pergelarannya para peserta terdiri atas kaum pria duduk di lantai
dengan membawakan lagu-lagu berisi pujian untuk Nabi Muhammad Saw. yang
dibawakan secara lunak, namun iringan rebananya terasa dominan. Peserta
mengenakan pakaian model Indonesia yang sejalan dengan ajaran Islam, seperti peci,
baju tutup, dan sarung. Lebih dinamis lagi adalah seni pertunjukan yang dilakukan
oleh para remaja. Isinya salawat nabi, dengan iringan musik yang banyak variasinya.
Lebih mencolok lagi adalah pakaiannya yang meniru prajurit Mesir, sehingga sering
disebut Mesiran. Mereka memakai celana panjang warna hitam, baju tertutup, dan
tutup kepala seperti sorban dengan hiasan umbul-umbul di depannya. Gerakannya
lebih dinamis, karena seperti orang berbaris dan atau menari sekaligus. Di daerah
bekas kerajaan-kerajaan Islam, seperti Aceh, Minangkabau, dan Banten berkembang
kesenian debus. Sebagai pembuka pada umumnya diawali dengan nyanyian atau
pembacaan ayat-ayat suci dalam Al Qur'an atau shalawat Nabi, dan puncaknya
diwujudkan dalam pertunjukan yang sifatnya magis berupa tusukan pisau atau benda
tajam ke dalam tubuh namun tidak mempan. Dalam hal inilah para kyai di suatu
pondok menunjukkan kebolehannya dalam ilmu magis, selain dalam ilmu agama. Di
Aceh yang terkenal dengan sebutan Serambi Mekah terkenal tarian seudati. Seudati
berasal dari kata Syaidati, yang artinya permainan orang-orang besar. Di samping itu,
Seudati sering disebut saman (delapan), karena pemainnya delapan orang. Penarinya
memakai pakaian asli Aceh. Dan menyanyikan lagu tertentu yang isinya berupa
salawat nabi. Selain seni suara dan seni tari, ada juga seni pertunjukan wayang yang
dinilai lebih efektif untuk mengembangkan agama Islam. Ceritanya diambil dari
tokoh-tokoh Islam yang mengembangkan agama Islam dan dikenal sebagai wayang
suluk. Sebagai agama baru bila dibandingkan dengan agama Hindu Buddha, maka
pengertian lama sejauh mungkin diartikan dengan ajaran Islam. Misalnya, Ajimat
Kalimasada diartikan sebagai Kalimat Syahadat, Pandawa Lima diartikan sebagai
Lima Tiang Agama yang menjadi pedoman dalam melakukan ibadah dan
sebagainya. Dengan demikian, jelas bahwa melalui pertunjukan wayang terjadi
akulturasi antara Animisme, Hinduisme, Buddhisme dan Islamisme.

94
g. Tradisi atau Upacara
Tradisi atau upacara yang merupakan peninggalan Islam di antaranya ialah
Gerebeg Maulud. Perayaan Gerebeg, dilihat dari tujuan dan waktunya merupakan
budaya Islam. Akan tetapi, adanya gunungan (tumpeng besar) dan iring-iringan
gamelan menunjukkan budaya sebelumnya (Hindu-Buddha). Kenduri Sultan tersebut
dikeramatkan oleh penduduk yang yakin bahwa berkahnya sangat besar, yang
menunjukkan bahwa animisme-dinamisme masih ada. Hal ini dikuatkan lagi dengan
adanya upacara pembersihan barang-barang pusaka keraton seperti senjata (tombak
dan keris) dan kereta. Upacara semacam ini masih kita dapatkan di bekas-bekas
kerajaan Islam, seperti di Keraton Cirebon dan Keraton Surakarta. Di Kerajaan
Kasepuhan dan Kanoman Cirebon, kenduri wujudnya separangkat piring dan baki
untuk wadah nasi kebuli (masakan khas Timur Tengah) yang hanya pada waktu
perayaan Maulud digunakan. Pada waktu tengah malam menjelang tanggal 12
Maulud, benda yang dikeramatkan tersebut diarak dari keraton menuju masjid
dengan diringi oleh Sultan dan kerabat keraton. Di keraton Surakarta upacara
pembersihan barang-barang pusaka di kenal dengan "jamasan pusaka" yang
dilakukan pada malam 1 Muharam/Suro sehingga dikenal Tradisi Sura. Acara
jamasan pusaka kemudian dilanjutkan dengan upacara kirab, salah satunya adalah
upacara kirab pusaka, seperti Pusaka Kanjeng Kyai Slamet, merupakan sebuah
simbolisasi dari keinginan untuk mendapatkan keselamatan, kesejahteraan, dan
kebahagiaan hidup baik lahir maupun batin. Sebagai cucuk lampah dalam acara kirab
tersebut adalah kerbau bule keturunan Kanjeng Kyai Slamet, salah satu klangenan
peninggalan Sri Susuhunan Paku Buwono X dan 10 pusaka yang diperintahkan untuk
dikirabkan pada pergantian tahun baru (malam 1 Sura). Konon menurut kepercayaan
masyarakat Jawa, kerbau adalah salah satu hewan yang dianggap memiliki tuah
tersendiri sebagai tolak bala untuk mengusir segala bencana.
h. Karya Sastra
Pengaruh Islam dalam sastra Melayu tidak langsung dari Arab, tetapi melalui
Persia dan India yang dibawa oleh orang-orang Gujarat. Dengan demikian, sastra
Islam yang masuk ke Indonesia sudah mendapat pangaruh dari Persia dan India
Meskipun menurut sejarah, Persia dan India ditaklukkan oleh Islam, namun

95
kebudayaan dari kedua negara tersebut lebih besar pengaruhnya. Karya sastra masa
Islam banyak sekali macamnya, sebagai berikut.
1) Babad ialah cerita berlatar belakang sejarah yang lebih banyak di bumbui
dengan dongeng. Contohnya: Babad Tanah Jawi, Babad Demak, Babad
Giyanti, dan sebagainya.
(a) Babad Tanah Jawi
Kitab ini berisi silsilah raja-raja Jawa dimulai dari Nabi Adam sampai
dengan Bathara Guru. Bathara Guru bertakhta di Suralaya berputra lima
orang di antaranya adalah Bathara Wisnu yang kemudian turun ke
dunia menjadi raja pertama di Pulau Jawa dengan gelar Prabu. Jadi,
Bathara Wisnulah yang menurunkan raja-raja Jawa.
(b) Babad Demak
Kitab ini berisi tentang kisah berdirinya Kerajaan Demak yang
dipelopori oleh Raden Path dan Wali Songo. Sebelum Kerajaan Demak
berdiri, telah ada tanda-tanda yaitu pindahnya sinar cahaya kekuasaan
dari Majapahit ke Demak. Babad Giyanti Kitab ini berisi tentang
perjuangan Pangeran Mangkubumi di Surakarta sampai dinobatkannya
menjadi Sultan Hamengku Buwono I di Yogyakarta.
2) Hikayat ialah karya sastra yang berupa cerita atau dongeng yang dibuat
sebagai sarana pelipur lara atau pembangkit semangat juang. Contoh,
Hikayat Sri Rama, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Amir Hamzah dan
sebagainya.
(a) Hikayat Sri Rama
Hikayat ini merupakan saduran dari Kitab Ramayana. Isinya
menceritakan tentang riwayat Rama sejak lahir kemudian berperang
melawan Rawana raja Alengka untuk memperebutkan Shinta, istrinya.
Dalam peperangan ini Rama dibantu oleh prajurit kera yang dipimpin
oleh Sugriwa. Dewi Shinta berhasil direbut dari tangan Rawana dan
segera dibawa ke Ayodya. Namun, Rama menyangsikan kesucian
Shinta yang telah lama berada di Alengka, sehingga ia dikucilkan di
Pertapaan Walmiki. Untuk membuktikan kesucian Shinta, Shinta ingin
bunuh diri dengan cara membakar diri (pati obong). Namun, karena

96
Sinta benar-benar suci tidak tersentuh oleh Rawana maka dewa
melindunginya. Rama akhinya menerima kembali dan kemudian
diboyong ke Ayodya. (bandingkan dengan cerita Rama Shinta dalam
Balet Ramayana yang dipentaskan di Candi Prambanan setiap bulan
Purnama).
(b) Hikayat Hang Tuah
Hang Tuah, adalah orang yang bertuah. Tuah berarti bahagia dan
selamat. Laksamana berarti mempunyai tanda atau keutamaan. Dengan
demikian, hikayat ini berisi tentang kesetiaan dan keperwiraan seorang
laksamana Kerajaan Malaka bernama Hang Tuah bersama empat orang
sahabatnya, yakni Hang Jebat, Hang Lekir, Hang Lekiu, dan Hang
Kesturi yang berhasil menjadi orang besar.
(c) Hikayat Amir Hamzah
Hikayat ini berasal dari Timur Tengah setelah masuk ke Indonesia
(Jawa) mendapat banyak tambahan dan disesuaikan dengan
kebudayaan Jawa sehingga dikenal dengan Serat Menak. Tokohnya
adalah Amir Hamzah yang di masyarakat Jawa disebut Wong Agung
Menak atau Wong Agung Jayenglono. Inti ceritanya adalah adanya
peperangan antara Amir Hamzah dengan mertuanya yang masih kafir
yakni Raja Nursewan dari Kerajaan Madayin. Peperangan ini bisa
terjadi akibat akal licik dan fitnah dari Patih Bestak dari Kerajaan
Madayin. Syair ialah puisi lama yang tiap-tiap bait terdiri atas empat
baris yang berakhir dengan bunyi yang sama. Contoh: Syair Abdul
Muluk, Syair Ken Tambuhan, dan Gurindam Dua Belas.
(a) Syair Abdul Muluk
Syair ini menceritakan tentang adanya Raja Abdul Muluk dari
Kerajaan Barbari yang mempunyai dua orang istri yakni Siti
Rahmah dan Siti Rafiah. Sewaktu negerinya diserang raja
Hindustan, seluruh penghuni istana dapat ditawan, namun Siti
Rafiah berhasil meloloskan diri. Dengan perjuangan yang gigih,
akhirnya Siti Rafiah berhasil merebut kembali Kerajaan Barbari
Syair Ken Tambuhan Syair ini menceritakan tentang adanya

97
percintaan antara Raden Inu Kertapati putra mahkota kerajaan
Kahuripan dengan Ken Tambuhan, (putri Jangung Pura) yang
dijumpai di hutan. Baginda permaisuri bermaksud untuk
menikahkan Inu Kertapati dengan putri Banjarkulon yang sepadan.
Atas perintah permaisurinya, Ken Tambuhan berhasil dibunuh dan
mayatnya dihanyutkan ke sungai dengan rakit. Mayat itu
ditemukan oleh Inu Kertapati. Inu Kertapati sangat berduka cita
atas kematian Ken Tambuhan, ia membelanya dengan jalan bunuh
diri.
(b) Syair Gurindam Duabelas
Gurindam bentuknya puisi yang aturannya sedikit lebih bebas
daripada puisi. Gurindam Dua Belas ditulis oleh Raja Ali Haji,
isinya menceritakan tentang nasihat bagi semua orang, agar
menjadi orang yang dihormati dan disegani. Selain itu, Gurindam
Dua Belas juga berisi petunjuk bagaimana orang dapat mengekang
diri dari segala macam nafsu duniawi. Suluk adalah kitab-kitab
yang berisi ajaran Tasawuf, sifatnya pantheistis, yaitu manusia
menyatu dengan Tuhan. Tasawuf juga sering dihubungkan dengan
pengertian suluk yang artinya perjalanan. Alasannya, para sufi
sering mengembara dari satu tempat ke tempat lain.
Di Indonesia, suluk oleh para ahli tasawuf dipakai dalam arti karangan
prosa maupun puisi. Istilah suluk kadang-kadang dihubungkan dengan
tindakan zikir dan tirakat. Suluk yang terkenal, di antaranya:
1) Suluk Sukarsah
Isinya menceritakan Ki Sukarsa yang mencari ilmu sejati untuk
mendapatkan kesempurnaan. Dalam uraiannya, tampak banyak
persamaan dengan cerita Dewa Ruci, yaitu sewaktu Bima berguru
kepada begawan Dorna (dalam cerita pewayangan "Bima Mencari Air
Suci).

98
2) Suluk Wijil
Isinya mengenai wejangan-wejangan Sunan Bonang kepada Wijil.
Wijil adalah seorang kerdil bekas abdi raja Majapahit.
3) Suluk Malang Semirang
Isinya menceritakan tentang orang yang telah mencapai
kesempurnaan, lepas dari ikatan-ikatan syari'ah dan berhasil menyatu
dengan Tuhan (bandingkan dengan reinkarnasi dalam ajaran Hindu).

E. RANGKUMAN
Islam di Indonesia masuk melalui jalur perdagangan. Aktivitas perdagangan
antara penduduk pribumi dan pedagang bangsa lain, seperti Gujarat dan Arab
merupakan saluran bagi berkembangnya agama Islam. Hal ini terjadi karena dalam
Islam tidak ada pemisahan antara menyebarkan agama Islam dan kewajiban dari
pedagang untuk melaksanakan profesinya.
Islam sudah ada di nusantara pada abad ke-7 M. Akan tetapi, Islam sebagai
kekuatan politik mulai muncul pada Kerajaan Samudera Pasai. Di bebrepa wilayah
nusantara juga berkembang beberapa kerajaan Islam lain, seperti Kerajaan Demak
dan Banten di Jawa, Kerajaan Ternate dan Tidore di Maluku, Kerajaan Goa Tallo,
dan Bone di Sulawesi, dan Kerajaan Banjar di Kalimantan.
Berkembangnya budaya Islam di Indonesia semakin menambah budaya yang
ada di tanah air. Akulturasi yang terjadi semakin memperkaya budaya, baik material
maupun spiritual yang ada.

99
F. TES FORMATIF
Pilihlah jawaban yang tepat!
1. Akulturasi budaya Indonesia dan Islam tampak pada….
A. seni bangunan, dengan bukti masjid dan menara Kudus
B. sistem kalender, dengan bukti penanggalan hijriah
C. sistem pemerintahan kerajaan
D. bentuk susunan atap masjid yang bertingkat
E. kekuasaan raja sebagai wakil tuhan di bumi

2. Hasil budaya masa peninggalan Islam adalah ....


A. Masjid, kitab babad, kaligrafi
B. Lingga-yoni, masjid, menara
C. makam, kaligrafi, pararaton
D. politheisme, seni hias, kaligrafi
E. kaligrafi, masjid, kerajaan

3. Bukti bahwa Islam telah sampai di Indonesia pada abad VII M didasarkan atas
….
A. berita dari Dinasti Tang
B. penduduk Perlak semuanya beragama Islam
C. batu nisan di Troloyo pada zaman Majapahit
D. penemuan nisan di Desa Leran Gresik
E. batu nisan di Kerajaan Perlak

4. Christian Snouck Hurgronje mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia sekitar


abad ke-13 M. Fakta sejarah yang memperkuat pendapat tersebut adalah ….
A. berita Cina pada masa dinasti Tang
B. Islam di Indonesia mengandung unsur-unsur budaya India (Gujarat)
C. kesamaan gelar yang digunakan di Samudra Pasai dengan di Mesir
D. ditemukannya nama kota “Leran” di sekitar Giri
E. adanya makam muslim di Troloyo

5. Kaum pedagang menyebarkan agama lslam di Indonesia melalui aktivitas....


A. interaksi sosial antara kaum pedagang dan penduduk setempat
B. interaksi kesenian antara kaum pedagang dan penduduk
C. pemaksaan melalui aktivitas dagang
D. perjanjian dengan pedagang dan penguasa setempat
E. interaksi dengan penduduk pribumi melalui perkawinan

6. Masjid Kudus merupakan salah satu hasil asimilasi antara budaya Islam dan
Hindu. Hal ini ditunjukkan oleh ....
A. menaranya yang menyerupai candi
B. atapnya berbentuk seperti pura
C. mimbarnya menyerupai teratai
D. terdapat ukiran tumbuh-tumbuhan dan hewan pada pintu masuk
E. kesamaan fungsinya sebagai tempat ibadah

100
7. Penduduk di daerah pesisir Nusantara lebih dahulu memeluk agama Islam
daripada daerah pedalaman karena . . . .
A. para penguasa di pesisir telah beragama Islam
B. penduduk pedalaman tidak tertarik ajaran Islam
C. agama Islam disebarkan lewat kegiatan perdagangan
D. para mubalig Islam enggan menyebarkan agama ke pedalaman
E. agama Islam disebarkan oleh kerajaan maritim di India dan Arab

8. Pernyataan berikut yang benar adalah ....


A. syair perahu dan si burung pingai ditulis oleh Hamzah Fansuri
B. kitab babad tanah jawa ditulis oleh Sunan Kalijaga
C. Kitab bustanussalatina ditulis oleh Sultan Malik As saleh
D. kisah 1001 malam ditulis oleh nurrudin ar raniri
E. Babad Tanah Jawa ditulis Sunan Ampel

9. Proses penyebaran Islam di Indonesia adalah....


A. kolaboratif, bekerjasama dengan penguasa setempat
B. permisif, mengikuti kebiasaan masyarakat
C. akulturatif, memanfaatkan budaya yang ada
D. kuratif, memperbaiki budaya masyarakat
E. asimilatif, memadukan seluruh budaya masyarakat

10. Adanya komunitas Islam di Perlak, Sumatera Utara menunjukkan....


A. sudah ada perkawinan penduduk lokal dengan pemeluk Islam
B. perdagangan antara penduduk lokal dan pendagang Islam
C. hubungan politik antar kerajaan Islam di Arab dan lokal
D. sudah ada tokoh-tokoh yang menyebarkan agama Islam
E. ada pemukiman penduduk lokal beragama Islam

101
DAFTAR PUSTAKA

Azyumardi Azra. 1999. Renaisans Islam Asia Tenggara Sejarah Wacana &
Kekuasaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Berg, van den, HJ. 1952. Dari Panggung Peristiwa Sejarah Dunia 1. Jakarta-
Groningen : J.B. Wolters.

Djoened P., Marwati, et al. 1984. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta :
Depdikbud.

Graaf, H.J de. 2001. Awal Kebangkitana Mataram : Masa Pemerintahan Senopati.
Jakarta : Bhratara Karya Aksara.

Graaf, H.J de dan Pigeaud, Th. G. Th. 1989. Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa.
Jakarta: Grafiti Pers.

Jayusman. 2012. Sejarah Indonesia Madya. Semarang: LP3 UNNES.

Kresna, Ardian. 2011. Sejarah Panjang Mataram. Yogyakarta: Diva Press.

Ricklefs, M.C., 1988. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Soekmono, R. 1984. Pengantar Sejarah Kebudayaan Indonesia III. Yogyakarta :


Kanisius.

Sutrisno, Budiono Hadi. 2010. Sejarah Walisongo, Pengislaman di Tanah Jawa.


Yogyakarta: Grha Pustaka.

102
KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

1. D
2. A
3. A
4. B
5. A
6. A
7. C
8. A
9. C
10. B

103
iii
DAFTAR ISI

Daftar Isi ………………………………………………………………….. iv


KB 3 Perubahan dan kesinambungan dalam Kehidupan Bangsa
Indonesia Masa Kolonialisme Barat di Indonesia
A Pendahuluan …………………………………………………….. 104
B Capaian Pembelajaran …………………………………………… 105
C Sub Pencapaian Pembelajaran …………………………………… 105
D Uraian Materi ……………………………………………………. 105
E Rangkuman ……………………………………………………… 130
F Tes Formatif KB 3 ………………………………………………. 131
G Daftar Pustaka …………………………………………………… 133
H Kunci Jawaban Tes Formatif KB 3 ……………………………… 133

iv
A. PENDAHULUAN
Peserta PPG yang berbahagia, semoga Saudara selalu dalam keadaan sehat,
sehingga dapat mempelajari kegiatan belajar 3 ini. Pada kegiatan belajar ini, Saudara
mempelajari tentang perubahan dan kesinambungan bangsa Indonesia masa
Kolonialisme Barat di Indonesia.
Keunggulan letak Indonesia menjadi daya tarik datangnya bangsa Barat ke
nusantara. Kesuburan tanah yang menyebabkan tumbuh-tumbuhan yang dibutuhkan
bangsa Barat tumbuh subur, disertai posisi strategis pada jalur perdagangan
internasional menjadikan bangsa Barat berlomba-lomba datang dan berdagang.
Dorongan slogan Gold, Glory, dan Gospel (3G) ditambah dengan adanya
keinginan untuk mendapat keuntungan yang lebih, menyebabkan munculnya
penguasaan atas nusantara oleh bangsa Barat, yakni Belanda dan Inggris. Penguasaan
dapat terjadi karena kepandaian bangsa Barat menggunakan politik devide et impera
dengan cara turut campur dalam masalah intern kerajaan-kerajaan di nusantara.
Saat berkuasa di Indonesia, berbagai kebijakan diberlakukan sehingga
berdampak pada kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat. Modul ini berisi tentang
awal mula kedatangan bangsa Barat di Indonesia sampai pada kebijakan-kebijakan
yang dilakukan pada negeri koloninya tersebut. Agar dapat mencapai kompetensi
yang diharapkan, dalam mempelajari modul ini dapat dilakukan dengan langkah-
langkah sebagai berikut.
1. Baca dengan seksama dan pahami capaian pembelajarannya untuk mengetahui
arah dan tujuan penulisan modul ini.
2. Pahami uraian materi.
3. Setelah Saudara paham maka kerjakan soal latihan atau tugas yang Saudara temui
dan cocokkan jawaban Saudara dengan kunci jawaban di akhir modul ini.
4. Hitung kemampuan daya serap Saudara dengan menghitung prosentase jawaban
yang benar. Bila mencapai > 80%, Saudara dinyatakan tuntas, tetapi bila Saudara
mencapai < 80%, pelajari kembali materinya mulai dari langkah awal sampai
selesai.
5. Jika jawaban Saudara masih banyak yang tidak sesuai dengan kunci jawabannya,
maka Saudara harus membaca lagi bagian yang kurang Anda pahami. Usahakan
Saudara benar-benar jelas.

104
B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Memahami kedatangan orang-orang Eropa ke Indonesia dan kebijakan-kebijakan
pemerintah kolonial saat berkuasa di Indonesia.
.
C. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Mengidentifikasi faktor pendorong kedatangan orang-orang Eropa ke
Indonesia
2. Menjelaskan munculnya kolonialisme Belanda di Indonesia
3. Menjelaskan kebijakan-kebijakan masa kolonialisme Belanda di Indonesia
4. Menjelaskan kebijakan masa kolonialisme Inggris di Indonesia

D. URAIAN MATERI
1. Bangsa Barat Mencari “Dunia Baru”
Berbicara tentang penjelajahan samudera, maka perlu memahami terlebih
dahulu tentang konsep imperialisme dan kolonialisme kuno, yang dibedakan
dengan kolonialisme dan imperialisme modern. Imperialisme dan kolonialisme
kuno ditujukan untuk kepentingan mencari rempah-rempah, sebagai akibat
mahalnya komoditas tersebut di Eropa, karena ditutupnya Pelabuhan
Konstantinopel, Turki. Sementara itu, kolonialisme dan imperialisme modern
dilatarbelakangi oleh peristiwa Revolusi Industri yang mengakibatkan bangsa
Barat berlomba-lomba menemukan daerah baru untuk mencari bahan baku dan
bahan mentah untuk kepentingan industri.
Negara pelopor dalam penjelajahan samudera dalam konteks imperialisme dan
kolonialisme kuno adalah Portugis dan Spanyol. Dua negara ini sangat antusias,
sehingga untuk mencegah tidak terjadinya persaingan yang tidak sehat antara
kedua negara, atas prakarsa Paus Alexander VI, penguasa Agama Katolik di
Vatikan, merasa perlu mengatur penjelajahan samudera pada dua negara yang
mayoritas penduduknya beragama Katolik. Oleh karena itu, diadakanlah
Perjanjian Tordesillas. Perjanjian Tordesilllas merupakan perjanjian yang
ditandatangani di Tordesillas, Spanyol pada 7 Juni 1494. Perjanjian ini berisi
bahwa di dunia luar Eropa menjadi kekuasaan eksklusif dua bangsa yaitu Spanyol

105
dan Portugis, dengan titik pusat pada barat Kepulauan Tanjung Verde. Hasil
perjanjian Tordesilas adalah: (1) Untuk wilayah sebelah timur dimiliki oleh
Portugis, dan (2) Sebelah barat oleh Spanyol. Perjanjian tersebut disahkan
Spanyol pada 2 Juli 1494, sedangkan Portugis baru mengesahkan pada 5
September 1494. Hasil perjanjian Tordesilas dapat dilihat pada peta berikut.

Gambar 1. Peta dunia berdasarkan perjanjian Tordesilas


Sumber: https://www.google.com/search?q=peta+perjanjian+tordesillas
Masalah kemudian muncul ketika kedua negara yang melakukan pelayaran
tersebut bertemu di Maluku. Dalam konflik tersebut, Portugis bersekutu dengan
Kerajaan Ternate melawan Spanyol yang bersekutu dengan Kerajaan Tidore.
Keadaan ini menyebabkan dilakukannya pembaharuan terhadap Perjanjian
Tordesillas, dengan perjanjian baru yakni Perjanjian Saragosa. Perjanjian
Saragosa (22 April 1529) berisi: (1) Spanyol harus meninggalkan Maluku, dan
memusatkan kegiatannya di Filipina, dan (2) Portugis tetap melakukan aktivitas
perdagangan di Maluku.
Penyebab terjadinya penjelajahan samudera tidak berdiri sendiri-sendiri,
melainkan saling terkait antara faktor yang satu dengan lainnya. Faktor-faktor
yang menyebabkan bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudera adalah:
1. Mencari tempat penghasil rempah-rempah (spice island).
2. Jatuhnya Kota Konstantinopel pada tahun 1453 ke tangan Turki Usmani yang
menyebabkan ditutupnya pelabuhan tersebut bagi pelayaran bangsa Barat.
3. Dorongan gold (kekayaan), glory (kejayaan) dan gospel (menyebarkan
agama).
4. Kemajuan teknologi maritim seperti penemuan kompas, teleskop, peta dunia
dan kapal uap.

106
5. Membuktikan teori Copernicus yang menyatakan bahwa bumi itu bulat. Hal
ini nanti terbukti pada saat rombongan penjelajah Spanyol yang dipimpin
oleh Ferdinand Magellan yang dilanjutkan oleh Sebastian del Cano berhasil
kembali ke Spanyol. Peristiwa lain yang membuktikan bahwa bumi itu bulat
adalah saat Portugis dan Spanyol sampai di Maluku.
6. Terinspirasi dari kisah perjalanan dari Marcopolo dalam The Travels of
Marcopolo (1300) yang ditulis dalam buku Imago Mundi.

2. Kedatangan Bangsa Eropa ke Nusantara


a. Kedatangan Bangsa Portugis di Indonesia
Portugis dalah bangsa Eropa pertama yang melakukan pelayaran keluar
Eropa. Semangat utama yang melatarbelakanginya adalah semangat
Reconquiesta, semangat kebangsaan untuk membersihkan tanah bangsa mereka
dari bangsa Arab dan berkewajiban untuk membebaskan daerah Kristen
lainnya yang masih dikuasai oleh umat Islam. Hal ini terkait dengan peristiwa
Perang Salib di Eropa.
Penjelajah Portugis antara lain:
1) Bartolomeuz Diaz (1486) dan sampai ke ujung selatan Benua Afrika yang
kemudian dinamakan dengan Tanjung Pengharapan.
2) Vasco da Gama (1498), melanjutkan pelayaran dari Tanjung Pengharapan
dan sampai ke Calikut, India
3) Alfonso d’albuquerque yang berhasil menguasai Malaka tahun 1511.
4) d’Abreu tahun 1512 Portugis telah sampai di Maluku

107
Gambar 2. Peta Pelayaran Portugis
Sumber: https://www.google.com/search?q=peta+pelayaran+portugis
Sebagai bangsa yang telah maju dalam bidang teknologi terutama pelayaran,
Portugis berhasil membentuk sebuah imperium laut, yaitu penguasaan atas
jalur-jalur niaga yang melalui Laut Cina Selatan, Selat Malaka dan Samudera
Hindia. Jalur perniagaan yang sebelumnya berakhir di laut Tengah dan Teluk
Persia dibelokkan ke Tanjung Harapan dan harus berakhir di Lisabon. Strategi
Portugis dalam membentuk imperium lautnya adalah: (1) Angkatan laut yang
siap menjelajahi samudera, (2) Benteng-benteng pokok di sepanjang pantai ;
adapun benteng-benteng tersebut adalah : Mozambique – Sokotra – Aden –
Ormuz – Diu – Goa (pusat) – Malaka – Maluku.
Selanjutnya berkaitan dengan motif penyebaran agama, pemerintah Portugis
memberikan izin dan menganjurkan kepada orang-orang Portugis di sepanjang
garis pertahanan agar melakukan perkawinan dengan perempuan Asia tapi
harus dikristenkan terlebih dahulu. Salah satu penyebar agama Kristen di
Indonesia adalah Fransiscus Xaverius.
Pada tahun 1522 Portugis datang ke Pajajaran di bawah pimpinan Henry
Leme dan disambut baik oleh Pajajaran dengan maksud agar Portugis mau
membantu dalam menghadapi ekspansi Demak. Terjadilah Perjanjian Sunda
Kelapa (1522) antara Portugis dan Pajajaran, yang isinya sebagai berikut: (1)
Portugis diijinkan mendirikan benteng di Sunda Kelapa, (2) Pajajaran akan
menerima barang-barang yang dibutuhkan dari Portugis termasuk senjata, (3)
Portugis akan memperoleh lada dari Pajajaran menurut kebutuhannya.

108
Awal tahun 1527 Portugis datang lagi ke Pajajaran untuk merealisasi
Perjanjian Sunda Kelapa, namun disambut dengan pertempuran oleh pasukan
Demak di bawah pimpinan Fatahillah. Pertempuran berakhir dan namanya
diganti menjadi Jayakarta, artinya pekerjaan yang jaya (menang). Selain di
Sunda Kelapa, Portugis juga mendapatkan perlawanan dari penguasa setempat
seperti di Aceh dan Ternate.
b. Kedatangan Bangsa Spanyol di Indonesia
Hampir sama dengan bangsa Portugis, sebagai penganut Katolik yang
fanatik bangsa Spanyol juga dipengaruhi oleh semangat pembalasan terhadap
umat Islam. Penjelajah samudera dari Spanyol antara lain:
1) Christopher Columbus yang mengarungi Samudera atlantik dan menemukan
Benua Amerika.
2) Hernan Cortes berhasil mencapai Mexico (1519) dengan kemudian berhasi
menaklukan suku Aztek pada tahun 1521
3) Fransisco Pizzaro pada tahun 1530 berhasil menaklukan Peru dan
mengalahkan Suku Inka pada tahun 1533
4) Ferdinand Magellan merupakan pelaut pertama yang berhasil melintasi
Samudera Pasifik dan kemudian berhasil sampai Philipina (1521). Di
Philipina Magellan bentrok dengan Suku setempat yang menyabkannya tewas
dalam pertempuran.
5) Ekspedisi Spanyol kemudian dilanjutkan oleh Sebastian Del Cano dari
Philipina ke Kalimantan, Maluk dan pulang ke Spanyol lewat Tanjung
Harapan dan sampai ke Spanyol 1522. Perjalanan yang sangat panjang dari
tahun 1519-1522 telah membuktikan bahwa bumi itu bulat.

109
Gambar 3. Peta Pelayaran Ferdinand Magellan
Sumber: https://www.google.com/search?q=peta+pelayaran+ferdinand+magelhaens

c. Kedatangan Bangsa Belanda di Indonesia


Sebab khusus dari bangsa Belanda melakukan penjelajahan samudera
disebabkan adanya larangan mengambil rempah-rempah di Lisabon oleh
pemerintah Portugis karena Belanda terlibat dalam perang 80 Tahun. Kondisi
ini membuat Belanda harus mencari sendiri sumber rempah-rempah di dunia
Timur. Dalam pelayarannya, bangsa Belanda banyak dibantu dengan adanya
pedoman dari buku Iti-nerario near Oost ofte Portugaels Indien yang dikarang
oleh Jan Huygen van Linschoten yang bekerja pada maskapai perniagaan
Portugis.
Pada bulan April 1595, Belanda memulai pelayaran menuju Nusantara
dengan empat buah kapal di bawah pimpinan Cornelis de Houtman. Dalam
pelayarannya menuju ke timur, Belanda menempuh rute Pantai Barat Afrika –
Tanjung Harapan–Samudra Hindia–Selat Sunda–Banten. Belanda harus
menempuh rute melalui Samudera Hindia dan tepian barat pulau Sumatera
hingga akhirnya sampai Selat Sunda dikarenakan pada saat itu Selat Malaka
yang merupakan jalur perdagangan dikuasi oleh Portugis.
Pada saat itu Banten berada di bawah pemerintahan Maulana Muhammad
(1580–1605) Kedatangan rombongan Cornelis de Houtman (1596), pada
mulanya diterima baik oleh masyarakat Banten dan juga diizinkan untuk
berdagang di Banten. Namun, karenanya sikap yang kurang baik sehingga

110
orang Belanda kemudian diusir dari Banten. Selanjutnya, orang-orang Belanda
meneruskan perjalanan ke Timur akhirnya sampai di Bali. Kejadian tersebut
menyebabkan adanya ekspedisi berikutnya yang dipimpin oleh Jacob van Neck
(1598) dan mendapat sambutan yang baik dari kerajaan Banten. Satu hal
berbeda dari pelayaran yang dilakukan oleh Portugis adalah Belanda
mendirikan satu titik kekuasaan di Pulau Jawa.

Gambar 4. Rute Pelayaran Bangsa Belanda


Sumber:https://www.google.com/search?q=rute+pelayaran+bangsa+belanda

Pada tahun 1602, Belanda mendirikan kongsi dagang yang bernama


Vereenigde Oost-Indische Compagnie (VOC) dengan tujuan agar tidak terjadi
persaingan sesama pedagang Belanda, untuk mengumpulkan modal yang besar
guna bersaing dengan kongsi dagang lainnya. VOC dibekali dengan Hak
Istimewa yang dikenal dengan nama Hak Ooctroi, antara lain:
1) Hak monopoli perdagangan
2) Hak mencetak mata uang
3) Hak mendirikan benteng
4) Hak membentuk pasukan
5) Hak membuat perjanjian dengan penguasa setempat

111
d. Kedatangan Bangsa Inggris ke Indonesia
Pelayaran bangsa Inggris masih berkaitan dengan kekacauan yang
diakibatkan oleh perang Belanda-Spanyol dalam perdagangan dengan Asia
Tenggara dan adanya gangguan Spanyol dan Portugis di Selat Giblartar.
Penjelajah samudera dari Inggris antara lain:
1) Sir Francis Drake yang berhasil mengelilingi dunia tahun 1577-1580. Pada
tahun 1579, Drake berlabuh di Kerajaan Ternate
2) James Lancester pada tahun 1602 berhasil mendarat di Aceh dan kemudian
dilanjutkan ke Banten.
3) Sir Henry Middleton tahun 1604 memimpin ekpedisi EIC ke wilayah
Nusantara antara lain Sumatera, Banten dan Kepulauan Maluku.
4) James Cook
Pada tanggal 31 Desember 1600, Inggris membentuk kongsi dagang East
India Company yang berpusat di India. Tujuan didirikannya ialah untuk
menolong hak perdagangan di India. Royal Charter (Piagam Kerajaan) secara
efektif memberikan EIC sebuah monopoli dalam seluruh perdagangan di
daerah Hindia Timur. EIC berubah dari sebuah gabungan perdagangan
komersial ke lembaga yang memerintah India ketika perusahaan ini mengambil
fungsi pemerintahan dan militer tambahan, sampai pembubarannya pada 1858.

Gambar 5. Rute Pelayaran Sir Francis Drake


Sumber: https://www.google.com/search?q=rute+pelayaran+sir+francis+drake

112
Jalur pelayaran Portugus, Spanyol, Inggris, dan Belanda dapat dilihat pada
gambar berikut.

Gambar 6. Rute pelayaran Belanda, Spanyol, Inggris, dan Portugis


Sumber: https://www.google.com/search?q=peta+rute+pelayaran+belanda,+spanyol,
+inggris,+portugis

3. Berdirinya Kongsi Dagang VOC


Tujuan kedatangan orang-orang Eropa ke dunia timur antara lain untuk
mendapatkan keuntungan dan kekayaan. Tujuan ini boleh dikatakan dapat dicapai
setelah mereka menemukan rempah-rempah di Kepulauan Nusantara. Berita
tentang keuntungan yang melimpah berkat perdagangan rempah-rempah itu
menyebar luas. Dengan demikian semakin banyak orang-orang Eropa yang
tertarik pergi ke Nusantara. Mereka saling berinteraksi dan bersaing dalam
meraup keuntungan berdagang. Para pedagang atau perusahaan dagang Portugis
bersaing dengan para pedagang Belanda, bersaing dengan para pedagang Spanyol,
bersaing dengan para pedagang Inggris, dan seterusnya. Bahkan tidak hanya
antarbangsa, antarkelompok atau kongsi dagang, dalam satu bangsapun mereka
saling bersaing. Oleh karena itu, untuk memperkuat posisinya di dunia timur
masing-masing kongsi dagang dari suatu negara membentuk persekutuan dagang
bersama. Sebagai contoh seperti pada tahun 1600 Inggris membentuk sebuah
kongsi dagang yang diberi nama East India Company (EIC). Kongsi dagang EIC
ini kantor pusatnya berkedudukan di Kalkuta, India. Dari Kalkuta ini kekuatan
dan setiap kebijakan Ingris di dunia timur, dikendalikan. Pada tahun 1811

113
kedudukan Inggris begitu kuat dan meluas bahkan pernah berhasil menempatkan
kekuasaannya di Nusantara.
Persaingan yang cukup keras juga terjadi di antar perusahaan dagang orang-
orang Belanda. Masing-masing ingin memenangkan kelompoknya agar
mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Kenyataan ini mendapat perhatian
khusus dari pihak pemerintah dan parlemen Belanda, sebab persaingan
antarkongsi Belanda juga akan merugikan Kerajaan Belanda sendiri. Terkait
dengan itu, maka pemerintah dan Parlemen Belanda (Staten Generaal) pada 1598
mengusulkan agar antarkongsi dagang Belanda bekerjasama membentuk sebuah
perusahaan dagang yang lebih besar. Usulan ini baru terealisasi empat tahun
berikutnya, yakni pada 20 Maret 1602 secara resmi dibentuklah persekutuan
kongsi dagang Belanda di Nusantara sebagai hasil fusi antarkongsi yang telah ada.
Kongsi dagang Belanda ini diberi nama Vereenigde Oost Indische Compagnie
(VOC) atau dapat disebut dengan “Perserikatan Maskapai Perdagangan Hindia
Timur/Kongsi Dagang India Timur”. VOC secara resmi didirikan di Amsterdam.
Adapun tujuan dibentuknya VOC ini antara lain untuk: (1) menghindari
persaingan yang tidak sehat antara sesama kelompok/kongsi pedagang Belanda
yang telah ada, (2) memperkuat kedudukan Belanda dalam menghadapi
persaingan dengan para pedagang negara lain.
VOC dipimpin oleh sebuah dewan yang beranggotakan 17 orang, sehingga
disebut “Dewan Tujuh Belas” (de Heeren XVII). Mereka terdiri dari delapan
perwakilan kota pelabuhan dagang di Belanda. Markas Besar Dewan ini
berkedudukan di Amsterdam. Dalam menjalankan tugas, VOC ini memiliki
beberapa kewenangan dan hak-hak antara lain:
a) melakukan monopoli perdagangan di wilayah antara Tanjung Harapan sampai
dengan Selat Magelhaens, termasuk Kepulauan Nusantara,
b) membentuk angkatan perang sendiri,
c) melakukan peperangan,
d) mengadakan perjanjian dengan raja-raja setempat,
e) mencetak dan mengeluarkan mata uang sendiri,
f) mengangkat pegawai sendiri, dan
g) memerintah di negeri jajahan.

114
Sebagai sebuah kongsi dagang, dengan kewenangan dan hak-hak di atas,
menunjukkan bahwa VOC memiliki hak-hak istimewa dan kewenangan yang
sangat luas. VOC sebagai kongsi dagang bagaikan negara dalam negara. Dengan
memiliki hak untuk membentuk angkatan perang sendiri dan boleh melakukan
peperangan, maka VOC cenderung ekspansif. VOC terus berusaha memperluas
daerah-daerah di Nusantara sebagai wilayah kekuasaan dan monopolinya. VOC
juga memandang bangsa-bangsa Eropa yang lain sebagai musuhnya. Mengawali
ekspansinya tahun 1605 VOC telah berhasil mengusir Portugis dari Ambon.
Benteng pertahanan Portugis di Ambon dapat diduduki tentara VOC. Benteng itu
kemudian oleh VOC diberi nama Benteng Victoria.
Pada awal pertumbuhannya sampai tahun 1610, “Dewan Tujuh Belas” secara
langsung harus menjalankan tugas-tugas dan menyelesaikan berbagai urusan
VOC, termasuk urusan ekspansi untuk perluasan wilayah monopoli. Dapat Kamu
bayangkan “Dewan Tujuh Belas” yang berkedudukan di Amsterdam, Belanda
mengurus wilayah yang ada di Kepulauan Nusantara. Sudah barang tentu “Dewan
Tujuh Belas” tidak dapat menjalankan tugas sehari-hari secara cepat dan efektif.
Sementara itu persaingan dan permusuhan dengan bangsa-bangsa lain juga
semakin keras. Berangkat dari permasalahan ini maka pada 1610 secara
kelembagaan diciptakan jabatan baru dalam organisasi VOC, yakni jabatan
gubernur jenderal. Gubernur jenderal merupakan jabatan tertinggi yang bertugas
mengendalikan kekuasaan di negeri jajahan VOC. Di samping itu juga dibentuk
“Dewan Hindia” (Raad van Indie). Tugas “Dewan Hindia” ini adalah memberi
nasihat dan mengawasi kepemimpinan gubernur jenderal. Gubernur jenderal VOC
yang pertama adalah Pieter Both (1610-1614). Sebagai gubernur jenderal yang
pertama, Pieter Both sudah tentu harus mulai menata organisasi kongsi dagang ini
sebaik-baiknya agar harapan mendapatkan monopoli perdagangan di Hindia
Timur dapat diwujudkan. Pieter Both pertama kali mendirikan pos perdagangan di
Banten pada tahun 1610. Pada tahun itu juga Pieter Both meninggalkan Banten
dan berhasil memasuki Jayakarta. Penguasa Jayakarta waktu itu, Pangeran
Wijayakrama sangat terbuka dalam hal perdagangan. Pedagang dari mana saja
bebas berdagang, di samping dari Nusantara juga dari luar seperti dari Portugis,
Inggris, Gujarat/India, Persia, Arab, termasuk juga Belanda. Dengan demikian,

115
Jayakarta dengan pelabuhannya Sunda Kelapa menjadi kota dagang yang sangat
ramai. Kemudian pada tahun 1611 Pieter Both berhasil mengadakan perjanjian
dengan penguasa Jayakarta, guna pembelian sebidang tanah seluas 50x50 vadem
(satu vadem sama dengan 182 cm) yang berlokasi di sebelah timur Muara
Ciliwung. Tanah inilah yang menjadi cikal bakal hunian dan daerah kekuasaan
VOC di tanah Jawa dan menjadi cikal bakal Kota Batavia. Di lokasi ini kemudian
didirikan bangunan batu berlantai dua sebagai tempat tinggal, kantor dan
sekaligus gudang. Pieter Both juga berhasil mengadakan perjanjian dan
menanamkan pengaruhnya di Maluku dan berhasil mendirikan pos perdagangan
di Ambon

Gambar 7. Gubernur Jenderal VOC pertama, Pieter Booth


Sumber: https://www.google.com/search?q=gambar+gubernur+jenderal+voc+pertama

Monopoli perdagangan VOC mendapat perlawanan dari penguasa tradisonal.


Sultan Agung Hanyokrokusumo dari Mataram menyerang Batavia sebanyak dua
kali. Sultan Ageng Tirtayasa dari Banten melawan monopoli VOC, termasuk juga
Sultan Hasanudin penguasa Goa Tallo yang menentang monopoli VOC di
Sulawesi Selatan.
Pada abad ke-17 hingga awal abad ke-18, VOC mengalami puncak kejayaan.
Penguasa dan kerajaan-kerajaan lokal berhasil diungguli. Kerajaan-kerajaan itu
sudah menjadi bawahan dan pelayan kepentingan VOC. Jalur perdagangan yang
dikendalikan VOC menyebar luas membentang dari Amsterdam, Tanjung
Harapan, India sampai Irian/Papua. Keuntungan perdagangan rempah-rempah

116
juga melimpah. Namun di balik itu ada persoalan-persoalan yang bermunculan.
Semakin banyak daerah yang dikuasai ternyata juga membuat pengelolaan
semakin kompleks. Semakin luas daerahnya, pengawasan juga semakin sulit. Kota
Batavia semakin ramai dan semakin padat. Orang-orang timur asing seperti Cina
dan Jepang diizinkan tinggal di Batavia. Sebagai pusat pemerintahan VOC,
Batavia juga semakin dibanjiri penduduk, sehingga tidak jarang menimbulkan
masalah-masalah sosial.
Pada tahun 1749 terjadi perubahan yang mendasar dalam lembaga
kepengurusan VOC. Pada tanggal 27 Maret 1749, Parlemen Belanda
mengeluarkan UU yang menetapkan bahwa Raja Willem IV sebagai penguasa
tertinggi VOC. Dengan demikian, anggota pengurus “Dewan Tujuh Belas” yang
semula dipilih oleh parlemen dan provinsi pemegang saham (kecuali Provinsi
Holland), kemudian sepenuhnya menjadi tanggung jawab Raja. Raja juga menjadi
panglima tertinggi tentara VOC. Dengan demikian VOC berada di bawah
kekuasaan raja. Pengurus VOC mulai akrab dengan pemerintah Belanda.
Kepentingan pemegang saham menjadi terabaikan. Pengurus tidak lagi berpikir
memajukan usaha perdagangannya, tetapi berpikir untuk memperkaya diri. VOC
sebagai kongsi dagang swasta keuntunganya semakin merosot. Bahkan tercatat
pada tahun 1673 VOC tidak mampu membayar dividen. Kas VOC juga merosot
tajam karena serangkaian perang yang telah dilakukan VOC dan beban hutang
pun tidak terelakkan.
Sementara itu para pejabat VOC juga semakin feodal. Pada tanggal 24 Juni
1719 Gubernur Jenderal Henricus Zwaardecroon mengeluarkan ordonansi untuk
mengatur secara rinci cara penghormatan terhadap gubernur jenderal, kepada
Dewan Hindia beserta isteri dan anak-anaknya. Misalnya, semua orang harus
turun dari kendaraan bila berpapasan dengan para pejabat tinggi tersebut, warga
keturunan Eropa harus menundukkan kepala, dan warga bukan orang Eropa harus
menyembah. Kemudian Gubernur Jenderal Jacob Mosel juga mengeluarkan
ordonansi baru tahun 1754. Ordonansi ini mengatur kendaraan kebesaran.
Misalnya kereta ditarik enam ekor kuda, hiasan berwarna emas dan kusir orang
Eropa untuk kereta kebesaran gubernur jenderal, sedang untuk anggota dewan
hindia kuda yang menarik kereta hanya empat ekor dan hiasannya warna perak.

117
Nampaknya para pejabat VOC sudah gila hormat dan ingin berfoya-foya. Sudah
barang tentu ini juga membebani anggaran.
Posisi jabatan dan berbagai simbol kehormatan tersebut tidaklah lengkap tanpa
hadiah dan upeti. Sistem upeti ini ternyata juga terjadi di kalangan para pejabat,
dari pejabat di bawahnya kepada pejabat yang lebih tinggi. Hal ini semua terkait
dengan mekanisme pergantian jabatan di tubuh organisasi VOC. Semua
bermuatan korupsi. Gubernur Jenderal Van Hoorn konon menumpuk harta sampai
10 juta gulden ketika kembali ke Belanda pada tahun 1709, sementara gaji
resminya hanya sekitar 700 gulden sebulan. Gubernur Maluku berhasil
mengumpulkan kekayaan 20-30 ribu gulden dalam waktu 4-5 tahun, dengan gaji
sebesar 150 gulden per bulan. Untuk menjadi karyawan VOC juga harus dengan
menyogok. Pengurus VOC di Belanda memasang tarif sebesar f 3.500,- bagi yang
ingin menjadi pegawai onderkoopman (pada hal gaji resmi per bulan sebagai
onderkoopman hanya f.40,-), untuk menjadi kapitein harus menyogok f.2000,-
dan begitu seterusnya yang semua telah merugikan uang lembaga. Demikianlah
para pejabat VOC terjangkit penyakit korupsi karena ingin kehormatan dan
kemewahan sesaat. Beban utang VOC semakin berat, sehingga akhirnya VOC
sendiri bangkrut. Bahkan ada sebuah ungkapan, VOC kepanjangan dari Vergaan
Onder Corruptie (tenggelam karena korupsi).
Kebangkrutan VOC dapat dilihat dari data tentang pembagian keuntungan.
Sejak berdirinya sampai ahun 1609, VOC tidak membagikan keuntungan pada
pemegang saham. Pada tahun 1610, VOC membagikan tiga kali keuntungan
sejumlah 132,5%, dan tahun 1611 sebesar 30%. Akan tetapi, yang diterimakan
dalam bentuk uang kepada pemegang saham hanya 71,5%, sisanya dibayar dalam
bentuk barang. Antara tahun 1611-1619 tidak ada pembagian laba. Pada tahun
1620 dibagikan keuntungan sebesar 37,5%, tetapi untuk keperluan tersebut, VOC
harus meminjam uang. Sampai tahun 1644, kalau ada pembagian laba, sebagian
selalu dibayar dalam bentuk barang.
Dalam kondisi bangkrut VOC tidak dapat berbuat banyak. Menurut penilaian
pemerintah keberadaan VOC sebagai kongsi dagang yang menjalankan roda
pemerintahan di negeri jajahan tidak dapat dilanjutkan lagi. VOC telah bangkrut,
oleh karena itu, pada tanggal 31 Desember 1799 VOC dinyatakan bubar. Semua

118
utang piutang dan segala milik VOC diambil alih oleh pemerintah. Pada waktu itu
sebagai Gubernur Jendral VOC yang terakhir, Van Overstraten masih harus
bertanggung jawab tentang keadaan di Hindia Belanda.

4. Penguasaan Inggris di Indonesia


Pada tahun 1795 terjadi perubahan di Belanda. Muncullah kelompok yang
menamakan dirinya kaum patriot. Kaum ini terpengaruh oleh semboyan Revolusi
Perancis: liberte (kemerdekaan), egalite (persamaan), dan fraternite
(persaudaraan). Berdasarkan ide dan paham yang digelorakan dalam Revolusi
Perancis itu maka kaum patriot menghendaki perlunya negara kesatuan.
Bertepatan dengan keinginan itu pada awal tahun 1795 pasukan Perancis
menyerbu Belanda. Raja Willem V melarikan diri ke Inggris. Belanda dikuasai
Perancis. Dibentuklah pemerintahan baru sebagai bagian dari Perancis yang
dinamakan Republik Bataaf (1795-1806). Sebagai pemimpin Republik Bataaf
adalah Louis Napoleon saudara dari Napoleon Bonaparte.
Sementara itu, dalam pengasingan, Raja Willem V oleh pemerintah Inggris
ditempatkan di Kota Kew. Raja Willem V kemudian mengeluarkan perintah yang
terkenal dengan “Surat-surat Kew”. Isi perintah itu adalah agar para penguasa di
negeri jajahan Belanda menyerahkan wilayahnya kepada Inggris bukan kepada
Perancis. Dengan “Surat-surat Kew” itu pihak Inggris bertindak cepat dengan
mengambil alih beberapa daerah di Hindia seperti Padang pada tahun 1795,
kemudian menguasai Ambon dan Banda tahun 1796. Inggris juga memperkuat
armadanya untuk melakukan blokade terhadap Batavia.
Sudah barang tentu pihak Perancis dan Republik Bataaf juga tidak ingin
ketinggalan untuk segera mengambil alih seluruh daerah bekas kekuasaan VOC di
Kepulauan Nusantara. Oleh karena, Republik Bataaf merupakan vassal dari
Perancis, maka kebijakan-kebijakan Republik Bataaf untuk mengatur
pemerintahan di Hindia masih juga terpengaruh oleh Perancis. Kebijakan yang
utama bagi Perancis waktu itu adalah memerangi Inggris. Oleh karena itu, untuk
mempertahankan Kepulauan Nusantara dari serangan Inggris diperlukan
pemimpin yang kuat. Ditunjuklah seorang muda dari kaum patriot untuk

119
memimpin Hindia, yakni Herman Williem Daendels. Ia dikenal sebagai tokoh
muda yang revolusioner.
Kebijakan pemerintahan HW Daendels adalah:
a. Bidang Birokrasi Pemerintahan
1. Pusat pemerintahan (Weltevreden) dipindahkan agak masuk ke pedalaman
2. Dewan Hindia Belanda sebagai dewan legislatif pendamping Gubernur
Jendral dibubarkan dan diganti dengan Dewan Penasehat.
3. Para bupati dijadikan pegawai pemerintahan Belanda.
b. Bidang Hukum dan Peradilan
1. Dalam bidang hukum Daendels membentuk 3 jenis pengadilan, yaitu :
a. Pengadilan untuk orang Eropa
b. Pengadilan untuk orang Pribumi
c. Pengadilan untuk orang Timur Asing
2. Pemberantasan korupsi tanpa pandang bulu termasuk terhadap bangsa
Eropa. Akan tetapi ia sendiri malah melakukan korupsi besar-besaran.
c. Bidang Militer dan Pertahanan
1. Membangun jalan antara Anyer – Panarukan. Jalan ini penting sebagai
lalu-lintas pertahanan maupun perekonomian.
2. Membangun pabrik senjata di Gresik dan Semarang. Hal ini dilakukan
Daendels sebab hubungan Belanda dan Indonesia sangat sukar sebab ada
blokade Inggris di lautan.
3. Membangun pangkalan angkatan laut di Ujung Kulon dan Surabaya.
d. Bidang Ekonomi dan Keuangan
1. Membentuk Dewan Pengawas Keuangan Negara (Algemene Rekenkaer)
dan dilakukan pemberantasan korupsi dengan keras.
2. Pajak In Natura (Contingenten) dan sistem penyerahan wajb (Verplichte
Leverantie) yang diterapkan pada zaman VOC tetap dilanjutkan, bahkan
diperberat.
3. Mengadakan Preanger Stelsel, yaitu kewajiban bagi rakyat Priangan dan
sekitarnya untuk menanam tanaman ekspor (kopi).

120
e. Bidang Sosial
1. Rakyat dipaksa untuk melakukan kerja rodi untuk membangun jalan Anyer
– Panarukan.
2. Menghapus upacara penghormatan kepada residen, sunan atau sultan.
3. Membuat jaringan pos distrik dengan menggunakan kuda pos.
Pada bulan Mei 1811, Daendels dipanggil pulang ke negerinya. Ia digantikan
oleh Jan Willem Janssen. Mulai saat inilah pemerintahan Willem Janssen di
Hindia Belanda (Indonesia). Pemerintahan Willem Janssen di Hindia Belanda
(Indonesia) cukup singkat, yaitu sekitan 6 bulan. Masa pemerintahan Willem
Janssen di Hindia Belanda (Indonesia) yaitu dimulai pada tanggal 15 Mei 1811
sampai 18 September 1811. Janssen dikenal seorang politikus berkebangsaan
Belanda. Sebelum memerintah Hindia Belanda (Indonesia), Janssen menjabat
sebagai Gubernur Jenderal di Tanjung Harapan (Afrika Selatan) tahun 1802-1806.
Pada tahun 1806 itu Janssen terusir dari Tanjung Harapan karena daerah itu jatuh
ke tangan Inggris. Pada tahun 1810 Janssen diperintahkan pergi ke Jawa dan
akhirnya menggantikan Daendels pada tahun 1811 sebagai Gubernur Jenderal di
Hindia Belanda. Ketika memerintah di Hindia Belanda (Indonesia), Janssen
mencoba memperbaiki keadaan yang telah ditinggalkan Daendels.
Namun beberapa daerah di Hindia sudah jatuh ke tangan Inggris. Sementara itu
penguasa Inggris di India, Lord Minto telah memerintahkan Thomas Stamford
Raffles yang berkedudukan di Pulau Penang untuk segera menguasai Jawa.
Raffles segera mempersiapkan armadanya untuk menyeberangi Laut Jawa.
Pengalaman pahit Janssen saat terusir dari Tanjung Harapan pun terulang. Pada
Tanggal 4 Agustus 1811 sebanyak 60 kapal Inggris di bawah komando Raffles
telah muncul di perairan sekitar Batavia.
Beberapa minggu berikutnya, tepatnya pada tanggal 26 Agustus 1811 Batavia
jatuh ke tangan Inggris. Janssen berusaha menyingkir ke Semarang bergabung
dengan Legiun Mangkunegara dan prajurit-prajurit dari Yogyakarta serta
Surakarta. Namun pasukan Inggris lebih kuat sehingga berhasil memukul mundur
Janssen beserta pasukannya.
Janssen kemudian mundur ke Salatiga dan akhirnya menyerah di Tuntang.
Penyerahan Janssen secara resmi ke pihak Inggris ditandai dengan adanya

121
Kapitulasi Tuntang pada tanggal 18 September 1811. Dengan menyerahnya
Janssen kepada Inggris, maka berakhirlah masa pemerintahan republik Bataaf di
Hindia Belanda (Indonesia). Pemerintahan Janssen di Hindia Belanda (Indonesia)
hanya selama 6 bulan.
Setelah adanya kapitulasi tuntang maka dimulainya kekuasaan Inggris di
Hindia. Pada tanggal 18 September 1811, Gubernur Jenderal Lord Minto secara
resmi mengangkat Raffles sebagai penguasa di Hindia Belanda. Pusat
pemerintahan Inggris berkedudukan di Batavia. Sebagai penguasa di Hindia,
Raffles mulai melakukan langkah-langkah untuk memperkuat kedudukan Inggris
di tanah jajahan. Dalam rangka menjalankan pemerintahannya, Raffles berpegang
pada tiga prinsip. Prinsip Raffles yang pertama, segala bentuk kerja rodi dan
penyerahan wajib dihapus, diganti penanaman bebas oleh rakyat.
Tidak lama kemudian Jawa didduduki oleh Inggris pada tahun 1811. Zaman
pendudukan Inggris ini hanya berlangsung selama lima tahun, yaitu tahun 1811
sampai 1816, akan tetapi selama waktu ini telah diletakkan dasar-dasar
kebijaksanaan ekonomi yang sangat mempengaruhi sifat dan arah kebijaksanaan
pemerintah kolonial Belanda yang pada 1816 kembali mengambil-alih kekuasaan
dari pemerintah kolonial Inggris.
Azas-azas pemerintahan sementara Inggris ini ditentukan oleh Letnan
Gubernur Raffles, yang sangat dipengaruhi oleh pengaaman Inggris di India. Pada
hakekatnya, Raffles ingin menciptakan suatu sistem ekonomi di Jawa yang bebas
dari unsur paksaan yang dahulu melekat pada sistem penyerahan paksa dan
pekerjaan rodi yang dijalankan oleh Kompeni Belanda (VOC) dalam rangka
kerjasama denagn raja-raja dan para bupati. Secara konkrit Raffles ingin
menghapus segala penyerahan wajib dan pekerjaan rodi yang selama zaman VOC
selalu dibebankan kepada rakyat, khususnya para petani. Kepada para petani ini
Raffles ingin memberikan kepastian hukum dan kebebasan berusaha.
Sistem sewa tanah terapkan oleh Thomas Stamford Raffles setelah
mengambil alih kekuasaan dari Belanda. Thomas Stamford Raffles diangkat
menjadi Letnan Gubernur EIC di Indonesia. Ia memegang pemerintahan selama
lima tahun (1811-1816) dengan membawa perubahan berasas liberal. Setelah
Inggris berhasil menguasai Indonesia kemudian memerintahkan Thomas Stamford

122
Raffles sebagai Letnan Gubernur di Indonesia dan memulai tugasnya pada tanggal
19 Oktober 1811. Pendudukan Inggris atas wilayah Indonesia tidak berbeda
dengan penjajahan bangsa Eropa lainnya.
Thomas Stamford Raffles adalah letnan gubernur Inggris pertama yang
memerintah di Hindia Belanda. Raffles banyak mengadakan perubahan-
perubahan, baik di bidang ekonomi maupun pemerintahan. Raffles bermaksud
menerapkan politik kolonial seperti yang dijalankan oleh Inggris di India.
Kebijakan contingenten diganti dengan sistem sewa tanah (landrent). Sistem sewa
tanah disebut juga sistem pajak tanah.
Sebelum Inggris memerintah di Jawa, sebenarnya terdapat sejumlah usulan dan
percobaan dilakukan oleh Belanda untuk mengubah sistem yang ada di Jawa.
Akan tetapi, sistem sewa tanah dinyatakan berasal dari Raffles.
Sewa tanah didasarkan pada pemikiran pokok mengenai hak penguasa sebagai
pemilik semua tanah yang ada. Tanah disewakan kepada kepala-kepala desa di
seluruh Jawa yang pada gilirannya bertanggungjawab membagi tanah dan
memungut sewa tanah tersebut. Akan tetapi dalam perkembangannya kemudian,
Raffles mengubah pikirannya tentang pemungutan berdasarkan desa menjadi
pemungutan yang secara langsung berhubungan dengan penanam perseorangan.
Dengan demikian, dalam sistem sewa tanah, rakyat atau para petani harus
membayar pajak sebagai uang sewa, karena semua tanah dianggap milik negara.
Pada awalnya, sewa tanah dapat dibayar dalam bentuk uang atau barang, tetapi
dalam perkembangannya lebih banyak berupa pembayaran uang.
Pokok-pokok kebijakan Raffles secara umum sebagai berikut.
1. Penyerahan wajib dan wajib kerja dihapuskan.
2. Hasil pertanian dipungut langsung oleh pemerintah tanpa perantara bupati.
3. Rakyat harus menyewa tanah dan membayar pajak kepada pemerintah sebagai
pemilik tanah.
Pemerintahan Raffles didasarkan atas prinsip-prinsip liberal yang hendak
mewujudkan kebebasan dan kepastian hukum. Prinsip kebebasan mencakup
kebebasan menanam dan kebebasan perdagangan. Kesejahteraan hendak
dicapainya dengan memberikan kebebasan dan jaminan hukum kepada rakyat
sehingga tidak menjadi korban kesewenang-wenangan para penguasa.

123
Dalam pelaksanaannya, sistem sewa tanah di Indonesia mengalami kegagalan,
karena: (1) sulit menentukan besar kecilnya pajak untuk pemilik tanah yang
luasnya berbeda, (2) sulit menentukan luas sempit dan tingkat kesuburan tanah,
(3) terbatasnya jumlah pegawai, dan (4) masyarakat pedesaan belum terbiasa
dengan sistem uang.
Tindakan yang dilakukan oleh Raffles berikutnya adalah membagi wilayah
Jawa menjadi 16 daerah karesidenan. Hal ini mengandung maksud untuk
mempermudah pemerintah melakukan pengawasan terhadap daerah-daerah yang
dikuasai. Setiap karesidenan dikepalai oleh seorang residen dan dibantu oleh
asisten residen.
Dalam bidang ekonomi, Raffles menetapkan kebijakan berupa: (1) menghapus
segala kebijakan Daendels, seperti contingenten/ pajak/penyerahan diganti dengan
sistem sewa tanah (landrente), (2) semua tanah dianggap milik negara, maka
petani harus membayar pajak sebagai uang sewa
Sementara itu, kebijakan Raffles di bidang pemerintahan pengadilan dan sosial
adalah: (1) Pulau Jawa dibagi menjadi 16 karesidenan termasuk Jogjakarta dan
Surakarta, (2) Masing-masing karesidenan mempunyai badan pengadilan, (3)
melarang perdagangan budak. Dalam bidang pengetahuan, Raffles menetapkan
kebijakan berupa: (1) mengundang ahli pengetahuan dari luar negeri untuk
mengadakan berbagai penelitian ilmiah di Indonesia, (2) Raffles bersama
asistennya, Arnoldi, berhasil menemukan bunga bangkai sebagai bunga raksasa
dan terbesar di dunia. Bunga tersebut diberinya nama ilmiah Rafflesia Arnoldi,
dan (3) Raffles menulis buku “History of Java” dan merintis pembangunan Kebun
Raya Bogor sebagai kebun biologi yang mengoleksi berbagai jenis tanaman di
Indonesia bahkan dari berbagai penjuru dunia.

5. Kembalinya Pemerintahan Hindia Belanda


Penguasaan Inggris atas Indonesia berakhir tahun 1816 dengan ditandai
Perundingan London (Convention of London). Indonesia kembali dikuasai oleh
Belanda. Walaupun memerintah hanya sebentar, gagasan-gagasan Raffles
mengenai kebijaksanaan ekonomi kolonial yang baru, terutama yang bertalian
dengan sewa tanah, telah sangat mempengaruhi pandangan dari pejabat-pejabat

124
pemerintahan Belanda yang dalam tahun 1816 mengambil alih kembali kekuasaan
politik atas pulau Jawa dari pemerintah Inggris. Oleh karena itu, tidak
mengherankan bahwa kebijakan Raffles pada umumnya diteruskan oleh
pemerintahan kolonial Belanda yang baru, pertama-tama di bawah Komisaris
Jenderal Elout, Buyskes, dan Van der Capellen (1816-1819), dan kemudian di
bawah Gubernur Jenderal Van der Capellen (1819-1826) dan Komisaris Jenderal
du Bus de Gisignies (1826-1830).
Sistem sewa tanah baru dihapuskan dengan kedatangan seorang Gubernur
Jenderal yang baru, bernama Van den Bosch, pada tahun 1830 yang kemudian
menghidupkan kembali unsur-unsur paksaan dalam penanaman tanaman
dagangan dalam bentuk yang lebih keras dan efisien. Sistem Tanam Paksa
(Cultuurstelsel), merupakan peraturan yang dikeluarkan Gubernur Jenderal
Johannes van den Bosch pada tahun 1830 yang mengharuskan setiap desa
menyisihkan 20% tanahnya untuk ditanami komoditi yang laku dipasar ekspor,
khususnya tebu, tarum (nila) dan kopi. Hasil tanaman ini nantinya harus dijual
kepada pemerintah belanda dengan harga yang telah ditetapkan. Sedangkan
Penduduk desa yang tidak punya tanah harus bekerja selama 75 hari setiap tahun
(20% dari 365 Hari) pada perkebunan milik pemerintah belanda, hal tersebut
menjadi semacam pengganti pajak bagi rakyat. Penduduk dipaksa bekerja di
perkebunan milik pemerintah kolonial. Namun pada kenyataannya peraturan
Sistem Tanam Paksa bisa dikatakan tidak sesuai karena pada prakteknya seluruh
wilayah pertanian wajib ditanami tanaman yang laku ekspor dan hasilnya
diserahkan kepada pemerintahan Kolonial. Tanah yang digunakan untuk praktik
Tanam Paksa pun masih dikenakan pajak (seharusnya bebas pajak). Sedangkan
warga yang tidak mempunyai lahan pertanian harus bekerja selama setahun penuh
(seharusnya hanya 66 hari) di lahan pertanian Belanda.
Latar Belakang munculnya kebijakan Tanam Paksa diawali pada tahun 1830 saat
pemerintah Belanda hampir bangkrut setelah terlibat Perang Diponegoro (1825-
1830), kemudian Gubernur Jenderal Judo mendapat izin untuk menjalankan
Cultuurstelsel (sistem Tanam Paksa) dengan tujuan utama untuk menutup defisit
anggaran pemerintah penjajahan dan mengisi kas pemerintahan jajahan yang saat
itu kosong. Untuk menyelamatkan Belanda dari kebrangkrutan, kemudian Johanes

125
van den Bosch diangkat sebagai gubernur jenderal di Indonesia dengan tugas
pokok mencari dana semaksimal mungkin untuk mengisi kas negara yang kosong,
membiayai perang serta membayar hutang. Dengan kata lain, Van den Bosch
diminta untuk berbuat agar tanah jajahan menjadi wilayah yang menguntungkan.
Untuk menjalankan tugas yang berat tersebut, Gubernur Jenderal Van den Bosch
memfokuskan kebijaksanaannya pada peningkatan produksi tanaman ekspor. Ia
mengorganisasi perkebunan-perkebunan negara dengan hasil panen yang dapat
diekspor, seperti gula, kopi, nila, teh, dan lain-lain.
Awal adanya Sistem tanam paksa karena pemerintah kolonial beranggapan
bahwa desa-desa di Jawa berutang sewa tanah kepada pemerintah kolonial, yang
seharusnya diperhitungkan (membayar) senilai 40% dari hasil panen utama desa.
kemudian Van den Bosch menginginkan setiap desa menyisihkan sebagian
tanahnya untuk ditanami komoditi yang laku di pasar ekspor Eropa (tebu, nila dan
kopi). Penduduk kemudian diwajibkan untuk menggunakan sebagian tanah
pertaniannya (minimal 20% atau seperlima luas) dan menyisihkan sebagian hari
kerja (66 hari dalam setahun) untuk bekerja bagi pemerintah. Dengan
menjalankan tanam paksa, Pemerintah Kolonial beranggapan desa akan mampu
melunasi hutang pajak tanahnya. Seandainya pendapatan desa dari penjualan
komoditas ekspor itu lebih besar dari pajak tanah yang harus dibayar, desa akan
mendapat kelebihannya. namun Jika kurang, desa harus membayar
kekurangannya. Oleh karena itu, Van den Bosch mengerahkan rakyat jajahannya
untuk melakukan penanaman tanaman yang hasilnya dapat laku di pasaran ekspor.
Berikut Sistem yang disusun Van den Bosch Setibanya di Indonesia (1830).
1. Sistem tanam bebas harus diubah menjadi tanam wajib dengan jenis tanaman
yang telah ditentukan oleh pemerintah.
2. Sistem sewa tanah dengan uang harus dihapus karena pemasukannya sedikit
serta pelaksanaannya yang sulit.
3. Pajak terhadap tanah harus dibayar dengan menyerahkan sebagian dari hasil
tanamannya kepada pemerintah kolonial.
Tanam paksa sendiri diterapkan secara perlahan mulai tahun 1830 sampai
1835. Menjelang tahun 1840 sistem ini telah berjalan sepenuhnya di Jawa. Bagi
pemerintah kolonial (Belanda), Sistem Tanam Paksa menuai sukses besar. Karena

126
antara 1831-1871 Batavia tidak hanya dapat membangun sendiri, tapi punya hasil
(laba) bersih 823 juta gulden untuk kas yang dikirim ke Kerajaan Belanda.
Aturan dan isi Tanam Paksa - Sistem Tanam Paksa (Cultuurstelsel) yang
dilaksanakan oleh Gubernur Jenderal Van den Bosch pada dasarnya adalah
gabungan dari sistem pajak tanah (Raffles) dan sistem tanam wajib (VOC).
berikut Isi Tanam Paksa:
1. Setiap rakyat Indonesia yang punya tanah diminta menyediakan tanah
pertanian yang digunakan untuk cultuurstelsel (Tanam Paksa) yang luasnya
tidak lebih 20% atau seperlima bagian dari tanahnya untuk ditanami jenis-
jenis tanaman yang laku di pasar ekspor.
2. Waktu untuk menanam Sistem Tanam Paksa tidak boleh lebih dari waktu
tanam padi atau kurang lebih 3 (tiga) bulan
3. Tanah yang disediakan terhindar (bebas) dari pajak, karena hasil tanamannya
dianggap sebagai pembayaran pajak.
4. Rakyat Indonesia yang tidak mempunyai tanah pertanian bisa menggantinya
dengan bekerja di perkebunan, pengangkutan atau di pabrik-pabrik milik
pemerintah kolonial selama seperlima tahun atau 66 hari.
5. Hasil tanaman harus diberikan kepada pemerintah Koloni. Apabila harganya
melebihi kewajiban pembayaran pajak maka kelebihannya harga akan
dikembalikan kepada petani.
6. Penyerahan teknik pelaksanaan aturan Sistem Tanam Paksa kepada kepala
desa
7. Kegagalan atau Kerusakan sebagai akibat gagal panen yang bukan karena
kesalahan dari petani seperti karena terserang hama atau bencana alam, akan
di tanggung pemerintah Kolonial.
Pelaksanaan tanam paksa banyak menyimpang dari aturan sebenarnya dan
memiliki kecenderungan untuk melakukan eskploitasi agraris semaksimal
mungkin. Oleh sebab itu, Tanam Paksa menimbulkan akibat yang bertolak
belakang bagi Bangsa Indonesia dan Belanda sebagai berikut.
Bagi Indonesia
1. Beban rakyat menjadi sangat berat karena harus menyerahkan sebagian tanah
dan hasil panennya, mengikuti kerja rodi serta membayar pajak .

127
2. Sawah ladang menjadi terbengkelai karena diwajibkan kerja rodi yang
berkepanjangan sehingga penghasilan menurun drastis.
3. Timbulnya wabah penyakit dan terjadi banyak kelaparan di mana-mana.
4. Kemiskinan yang makin berat.
5. Rakyat Indonesia mengenal tanaman dengan kualitas ekspor.
6. Rakyat Indonesia mengenal teknik menanam berbagai jenis tanaman baru.
Bagi Belanda
1. Kas negeri Belanda yang semula kosong menjadi dapat terpenuhi.
2. Penerimaan pendapatan melebihi anggaran belanja (surplus).
3. Hutang-hutang Belanda terlunasi.
4. Perdagangan berkembang pesat.
5. Amsterdam sukses dibangun menjadi kota pusat perdagangan dunia.
Tanam paksa yang berakibat banyak hal negatif bagi bangsa Indonesia, yang
pada akhirnya menimbulkan reaksi keras dari berbagai kalangan, baik di negeri
Belanda sendiri maupun Indonesia. Tonggak berakhirnya Tanam Paksa adalah
dengan dikeluarkannya Undang-Undang Pokok Agraria (Agrarische Wet), 1870.
Pemerintah Kolonial Belanda menerapkan Sistem ekonomi liberal untuk
menggantikan Sistem Tanam Paksa. Tujuannya adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Latar belakang kebijakan ini adalah: (1) pelaksanaan
Sistem Tanam Paksa yang telah menimbulkan penderitaan rakyat pribumi namun
memberikan keuntungan besar bagi Pemerintah Kerajaan Belanda, (2)
berkembangnya faham liberalisme sebagai akibat dari Revolusi Perancis dan
Revolusi Industri sehingga sistem Tanam Paksa tidak sesuai lagi untuk diteruskan,
(3) kemenangan Partai Liberal dalam Parlemen Belanda yang mendesak
Pemerintah Belanda menerapkan sistem ekonomi liberal di negeri jajahannya
(Indonesia), dan (4) adanya Traktat Sumatera, 1871, yang memberikan kebebasan
bagi Belanda untuk meluaskan wilayahnya ke Aceh. Sebagai imbalannya Inggris
meminta Belanda menerapkan sistem ekonomi liberal di Indonesia, agar
pengusaha Inggris dapat menanamkan modalnya di Indonesia.
Pelaksanaan politik ekonomi liberal ini dilandasi dengan beberapa peraturan
sebagai berikut.
1. Indische Comptabiliteit Wet, 1867.

128
2. Suiker Wet
3. Agrarische Wet (Undang-undang Agraria),1870.
4. Agrarische Besluit, 1870.
Dalam melaksanakan kebijakan ekonomi liberal, sejak tahun 1870 di Indonesia
diterapkan Imperialisme Modern (Modern Imperialism). sejak tahun tersebut di
Indonesia telah diterapkan Opendeur Politiek yaitu politik pintu terbuka terhadap
modal-modal swasta asing. Disamping modal swasta Belanda sendiri, modal
swasta asing lain juga masuk ke Indonesia, seperti modal dari Inggris, Amerika,
Jepang dan Belgia. Modal-modal swasta asing tersebut tertanam pada sektor-
sektor pertanian dan pertambangan, seperti karet, teh, kopi, tembakau, tebu, timah
dan minyak. Sehingga perkebunan-perkebunan dibangun secara luas dan
meningkat pesat.
Akibat sistem politik liberal kolonial adalah:
Bagi Belanda:
1. Memberikan keuntungan yang sangat besar kepada kaum swasta Belanda dan
pemerintah kolonial Belanda.
2. Hasil-hasil produksi perkebunan dan pertambangan mengalir ke negeri
Belanda. Pada tahun 1870 luas tanah di pulau Jawa yang ditanami tebu seluas
54.176 bahu, maka dalam tahun 1900 meningkat menjadi 128.301 bahu.
3. Negeri Belanda menjadi pusat perdagangan hasil dari tanah jajahan.
Bagi rakyat Indonesia:
1. Kemerosotan tingkat kesejahteraan penduduk
2. Adanya krisis perkebunan pada tahun 1885 karena jatuhnya harga kopi dan
gula membawa akibat buruk bagi penduduk. Uang sewa tanah dan upah
pekerja menurun.
3. Menurunnya konsumsi bahan makanan, terutama beras, sementara
pertumbuhan penduduk Jawa meningkat cukup pesat.
4. Menurunnya usaha kerajinan rakyat karena kalah bersaing dengan banyak
barang-barang impor dari Eropa.
5. Pengangkutan dengan gerobak menjadi merosot penghasilannya setelah
adanya angkutan dengan kereta api.

129
6. Rakyat menderita karena masih diterapkannya kerja rodi dan adanya
hukuman yang berat bagi yang melanggar peraturan Poenale Sanctie.

E. RANGKUMAN
Alasan utama bangsa Barat datang ke nusantara adalah mencari rempah-
rempah, sebagai akibat dari mahalnya harga rempah-rempah di Eropa. Tujuan
tersebut berubah menjadi sebuah penguasaan kaena sifat ekspansif dari kongsi
dagang, VOC, yang dibentuk bangsa Barat, yakni Belanda. Rekasi terhadap
monopoli VOC adalah munculnya perlawanan dari beberapa penguasa pribumi,
seperti: Sultan Agung Hanyokrokusumo, Sultan Ageng Tirtayasa, dan Sultan
Hasanudin.
Ketika penguasa-penguasa pribumi sudah tidak lagi memiliki kekuasaan untuk
mengelola kerajaan sendiri, maka penjajahan dimulai. Beberapa kebijakan yang
dilakukan Pemerinah Kolonial, baik Belanda maupun Inggris, adalah sewa tanah,
cultuur stelsel dan preanger stelsel, politik kolonial liberal. Kebijakan tersebut
langsung berakibat pada rakyat Indonesia dengan munculnya penderitaan rakyat
berupa kelaparan yang berakibat pada kematian.

130
TES FORMATIF
Pilihlah jawaban yang tepat!
1. Hak monopoli VOC ditunjukkan pada peristiwa….
A. menyatakan perang dan gencatan senjata, saat peristiwa perlawanan
Diponegoro
B. mengeluarkan mata uang untuk perdagangan dengan penduduk pribumi
C. mengadili perkara perselisihan dagang dengan pedagang asing dan pribumi
D. menjaga stabilitas harga komoditas melalui ekstirpasi
E. memiliki tentara untuk memperkuat benteng dan gudang komoditas dagang
2. Pada tahun 1780 pemerintah Hindia Belanda menghapus Sistem Tanam Paksa,
karena....
A. atas persetujuan pemerintah Hindia Belanda dan penguasa bumiputra
B. tidak mendapatkan keuntungan apa-apa dari sistem tersebut
C. harga tanaman yang dihasilkan melalui Sistem Tanam Paksa merosot
D. mendapat desakan dari golongan liberal Belanda
E. terjadinya korupsi dalam pengelolaan penyerahan wajib
3. Pada awal abad ke-16 ekspansi bangsa Barat dalam rangka mencari tempat asal
rempah-rempah telah mencapai Malaka. Pada tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan
Portugis.Peristiwa itu membawa pengaruh besar terhadap perkembangan di pesisir
utara Jawa. Perkembangan yang dimaksud adalah....
A. berkembangnya kota-kota pusat perdagangan
B. runtuhnya pusat-pusat kebudayaan
C. terputusnya jalur perdagangan
D. munculnya penetrasi Barat
E. Belanda tidak bisa singgah berdagang

4. Kesamaan ciri kolonialisme Portugis, Belanda dan Inggris terletak pada


semboyan....
A. gold dan gospel
B. glory dan gold
C. gospel dan glory
D. glory dan christianity
E. gospel dan christianity

5. Perbedaan ciri-ciri kolonialisme yang dilakukan Portugis, Belanda, dan Inggris di


Indonesia yang benar terdapat dalam baris….
Portugis Belanda
A Cultuur Stelsel Sistem Pajak Kepala
B Sistem Ekonomi Liberal Pemungutan Sewa
C Gold, Glory, Gospel Sistem Tanam Paksa
D Batig Slot Poenale Sanctie
E Verplichte leverantie Poenale Sanctie

131
6. J.P. Coen dianggap berperan dalam meletakkan dasar-dasar dari kolonialisme
Belanda, karena ....
A. dialah yang pertama kali mendarat di Banten tahun 1596
B. membangun pelabuhan Jakarta sebagai pusat aktivitas VOC tahun 1619
C. dialah yang menemukan daerah-daerah yang menjadi produsen rempah
D. berencana mendatangkan keluarga-keluarga Belanda ke Indonesia
E. mengembangkan sistem pemerintahan VOC di Indonesia
7. Strategi yang digunakan oleh VOC untuk memperkuat pengaruhnya di Kerajaan
Mataram adalah ....
A. memberikan bantuan kepada pewaris tahta yang sah melalui perjanjian atau
kontrak
B. memperluas jaringan penguasa-penguasa boneka untuk melemahkan
kekuatan musuh
C. menindas untuk mendapat dukungan rakyat agar tidak memusuhi yang naik
tahta secara sah
D. membantu pihak yang lemah legitimasinya tetapi kuat secara politis hingga
Belanda mendapatkan imbalan lewat perjanjian
E. mendirikan bandar dagang di sepanjang Pantai Utara Jawa

8. Dasar pemikiran kebijakan Tanam Paksa (cultuurstelsel) adalah ....


A. semua tanah adalah milik pemerintah, rakyat menyewanya
B. bangsa Indonesia merupakan bangsa jajahan yang wajib diperas tenaganya
C. kekayaan Indonesia dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan negeri
Belanda
D. kemakmuran yang dinikmati Belanda juga merupakan jerih payah bangsa
Indonesia
E. rakyat negeri jajahan harus menyerahkan hasil panennya kepada pemerintah
kolonial
9. Kebijakan sistem sewa tanah (land rent) dari Raffles didasarkan pada pemikiran....
A. semua tanah adalah milik pemerintah, rakyat menyewanya
B. bangsa Indonesia merupakan bangsa jajahan yang wajib diperas tenaganya
C. kekayaan Indonesia dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan negeri
Belanda
D. kemakmuran yang dinikmati Belanda juga merupakan jerih payah bangsa
Indonesia
E. rakyat pribumi perlu diberi pendidikan tentang cara membayar pajak
10. Tuntutan kaum liberal pada masa pemerintahan kolonial di Indonesia adalah ….
A. memberikan peluang usaha dan modal swasta untuk menanam modal
B. meningkatkan kesejahteraan rakyat di tanah jajahan
C. adanya sistem tanam paksa dan kerja rodi
D. adanya sistem perpajakan yang memberatkan penduduk
E. adanya kebebasan dalam berusaha di sektor perkebunan bagi penduduk
pribumi

132
DAFTAR PUSTAKA

Anshory, H.M. Nasrudin. 2008. Bangsa Inlander, Potret Kolonilaisme di Bumi


Nusantara. Yogyakarta: LkiS.

Djoened P., Marwati, et al. 1984. Sejarah Nasional Indonesia IV. Jakarta :
Depdikbud.

Moedjanto, G. 1992. Indonesia Abad 20, Jilid I. Yogyakarta: Kanisius.

Multatuli. 2015. Max Havelaar. Yogyakarta: Narasi.

Ricklefs, M.C.,1988. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Rocher, Jean. 2011. Perang Napoleon di Jawa 1811. Jakarta: Kompas Media
Nusantara.

Romein, Jan. 1989. Dalam Pesona Prambanan. terj. Hazil Tanzil. Jakarta: Grafiti
dan KITLV.

Tjondronegoro, Sediono M.P dan Gunawan. 1984. Dua Abad Penguasaan Tanah.
Jakarta: YOI dan Gramedia.

Van Niel, Robert. 2003. Sistem Tanam Paksa di Jawa. Jakarta: LP3ES.

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

1. D
2. D
3. C
4. B
5. C
6. B
7. A
8. C
9. A
10. A

133
iii
DAFTAR ISI

Daftar Isi …………………………………………………………………. iv


KB 4 Aplikasi Pembelajaran IPS pada Materi Perubahan dan
Kesinambungan dalam Kehidupan Bangsa Indonesia Masa Pra
Aksara, Hindu-Budha, Islam dan Kolonialisme Barat
A Pendahuluan …………………………………………………….. 134
B Capaian Pembelajaran …………………………………………… 135
C Sub Pencapaian Pembelajaran …………………………………… 135
D Uraian Materi ……………………………………………………. 135
E Tugas ……………………..……………………………………… 168
F Rangkuman…………….…………………………………………. 169
G Daftar Pustaka …………………………………………………… 169
H Tes Formatif KB 4……………………………….……………….. 170
I Tes Sumatif Modul 5 ……………………………………………. 172
J Kunci Jawaban Tes Formatif KB 4 ……………………………… 179
K Kunci Jawaban Tes Sumatif Modul 5 …………………………… 179

iv
A. PENDAHULUAN
Peserta PPG yang berbahagia, akhirnya, Saudara telah sampai pada kegiatan
belajar 4 pada modul 1. Semoga Saudara selalu dalam keadaan sehat, sehingga
dapat mempelajari kegiatan belajar 4 dengan baik. Pada kegiatan belajar ini,
Saudara mempelajari implementasi materi tentang perubahan dan kesinambungan
bangsa Indonesia masa Pra Aksara, Hindu-Budha, Islam, dan Kolonialisme Barat di
Indonesia dalam pembelajaran IPS.
Pada pembelajaran IPS dengan materi perubahan dan kesinambungan bangsa
Indonesia masa Pra Aksara, Hindu-Budha, Islam, dan Kolonialisme Barat di
Indonesia, yang harus pahami guru adalah pembelajaran harus mengintegrasikan
beberapa konsep ilmu sosial yang lain. Seperti diketahui bersama, bahwa Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) berbeda dengan disiplin ilmu yang monodisiplin. IPS
mempunyai keterpaduan antar disiplin ilmu sosial. Geografi misalnya, memberikan
wawasan yang berkenaan dengan wilayah, sejarah memberikan wawasan tentang
peristiwa masa lampau, ekonomi memberikan wawasan tentang berbagai macam
kebutuhan manusia, dan sosiologi-antropologi memberikan wawasan tentang nilai,
kepercayaan, budaya, dan struktur sosial, sementara ilmu politik mengkaji
hubungan antar warganegara, dan psikologi membahas mengenai kondisi kejiwaan
seseorang.
Pendekatan pembelajaran IPS harus diarahkan pada pendekatan saintifik,
dimana peserta didik diarahkan untuk memahami materi melalui serangkaian
aktivitas. Guru juga harus menentukan model pembelajaran yang akan
digunakannya dengan menyesuaikan dengan materi pembelajarannya. Guru juga
harus mengembangkan materi pembelajarannya sendiri, menentukan media
pembelajaran yang tepat, dan menentukan sumber belajar yang dapat dipelajari
lebih mendalam oleh peserta didik. Akhirnya, guru juga harus merancang penilaian
pembelajaran untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran yang telah
dirumuskan.
Agar dapat mencapai kompetensi yang diharapkan dalam mempelajari
kegiatan belajar ini, Saudara dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut.

134
1. Baca dengan seksama dan pahami capaian pembelajarannya untuk mengetahui
arah dan tujuan penulisan kegiatan belajar 4 ini.
2. Pahami uraian materi.
3. Setelah Saudara paham maka kerjakan soal latihan diberikan dan cocokkan
jawaban Saudara dengan kunci jawaban di akhir kegiatan belajar.
4. Hitung kemampuan daya serap Saudara dengan menghitung prosentase jawaban
yang benar. Bila mencapai > 80%, Saudara dinyatakan tuntas, tetapi bila
Saudara mencapai < 80%, pelajari kembali materinya mulai dari awal sampai
selesai.
5. Jika jawaban Saudara masih banyak yang tidak sesuai dengan kunci
jawabannya, maka Saudara harus membaca lagi bagian yang kurang dipahami.
Usahakan Saudara benar-benar paham akan materi di kegiatan belajar ini.

B. CAPAIAN PEMBELAJARAN
Mampu menerapkan materi tentang perubahan dan kesinambungan bangsa
Indonesia masa Pra Aksara, Hindu-Budha, Islam, dan Kolonialisme Barat di
Indonesia dalam pembelajaran IPS.
.
C. SUB CAPAIAN PEMBELAJARAN
1. Menerapkan materi perubahan dan kesinambungan bangsa Indonesia masa
Pra Aksara dan Hindu-Budha dalam pembelajaran IPS.
2. Menerapkan materi perubahan dan kesinambungan bangsa Indonesia masa
Islam dalam pembelajaran IPS.
3. menerapkan materi perubahan dan kesinambungan bangsa Indonesia masa
kolonialisme Barat di Indonesia dalam pembelajaran IPS.

D. URAIAN MATERI
Menurut Suprayogi (2011:36) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah ilmu
sosial atau ilmu-ilmu sosial yang disiapkan untuk keperluan pendidikan atau
program pendidikan di sekolah dasar dan sekolah menengah pertama. Pada
jenjang pendidikan sekolah dasar, ruang lingkup pengajaran IPS dibatasi

135
sampai pada gejala dan masalah sosial, terutama gejala dan masalah sosial
kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan peserta didik.
Pada jenjang pendidikan SMP, ruang lingkup kajian IPS lebih diperluas
dengan melatih daya pikir dan nalar peserta didik. IPS dirumuskan atas dasar
realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner
dari aspek dan cabang-cabang ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS atau studi sosial itu merupakan
bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi materi cabang-cabang
ilmu-ilmu sosial: sosiologi, geografi, ekonomi, politik, antropologi, filsafat, dan
psikologi sosial (Puskur, 2006:5). Pembelajaran IPS memberikan manfaat pada
peserta didik mengenai ilmu-ilmu sosial melalui pengintegrasian ilmu-ilmu
yang terkait dalam bidang ilmu sosial menjadi satu kesatuan dalam membahas
suatu permasalahan. Dengan demikian, aspek integrasi merupakan suatu hal
yang utama dalam merancang materi untuk pembelajaran IPS.
Dalam pembelajaran IPS, unsur-unsur dalam proses belajar yang harus
diperhatikan adalah:
a) Motivasi Peserta Didik
Motivasi adalah dorongan yang menyebabkan terjadi suatu perbuatan atau
tindakan tertentu. Perbuatan belajar terjadi karena adanya motivasi yang
mendorong seseorang untuk melakukan perbuatan belajar. Dorongan itu
dapat timbul dari dalam diri subjek yang belajar. Bersumber dari kebutuhan
tertentu yang ingin mendapat pemuasan atau dorongan yang timbul karena
rangsangan dari luar, sehingga subjek melakukan perbuatan belajar.
b) Bahan ajar
Bahan ajar merupakan suatu unsur belajar yang penting mendapat perhatian
oleh guru. Dengan bahan itu, peserta didik dapat mempelajari hal-hal yang
diperlukan dalam upaya mencapai tujuan belajar. karena itu, penentuan
bahan belajar harus berdasarkan tujuan yang hendak dicapai. Dalam hal ini
adalah hasil-hasil yang diharapkan, misalnya berupa pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan pengalaman lainnya. Bahan-bahan yang berkaitan
dengan tujuan itu telah digariskan dalam silabus dan GBPP.

136
c) Alat bantu belajar
Alat bantu belajar merupakan semua alat yang dapat digunakan untuk
membantu peserta didik melakukan perbuatan belajar, sehingga kegiatan
belajar menjadi lebih efisien dan efektif. Dengan bantuan berbagai alat,
maka pelajaran akan lebih menarik. Selain itu menjadi konkrit, mudah
dipahami, hemat waktu, tenaga, dan hasil belajar lebih bermakna.
d) Suasana belajar
Suasana yang menyenangkan dapat menumbuhkan kegairahan belajar.
sedangkan suasana yang kacau, ramai, tak tenang, dan banyak gangguan,
tentu tidak akan menunjang kegiatan belajar yang efektif. Oleh karena itu,
guru dan peserta didik senantiasa dituntut agar menciptakan suasana
lingkungan belajar yang baik dan menyenangkan, menantang, dan
menggairahkan. Hal ini berarti bahwa suasana belajar turut menentukan
motivasi, kegiatan, keberhasilan belajar peserta didik.
e) Kondisi subjek belajar
Peserta didik dapat belajar secara efisien dan efektif apabila berbadan sehat,
memiliki inteligensi yang memadai, siap untuk melakukan kegiatan belajar,
memiliki bakat khusus, dan pengalaman yang berkaitan dengan
pelajaran,serta memiliki minat untuk belajar. Peserta didik yang sakit atau
kurang sehat, inteligensinya rendah, belum siap belajar, tidak berbakat untuk
mempelajari sesuatu, dan tidak memiliki pengalaman apersepsi yang
memadai, akan mempengaruhi kelancaran kegiatan dan kualitas hasil
belajar.
(Hamalik, 2005:50-51).
Selanjutnya, berikut ini disajikan bagian-bagian pengembangan perangkat
pembelajaran untuk IPS.
A. Pendekatan Pembelajaran pada Materi perubahan dan kesinambungan
bangsa Indonesia masa Pra Aksara, Hindu-Budha, Islam, dan
Kolonialisme Barat di Indonesia
Dalam merancang pembelajaran IPS, guru harus memperhatikan
keterkaitan materi yang ada dengan konsep ilmu sosial lain untuk

137
memunculkan tema pembelajaran. Pendekatan pembelajaran harus diarahkan
pada pendekatan saintifik, model pembelajaran yang menarik, sumber belajar
yang tersedia, media yang sesuai, dan alat penilaian yang tepat dan beragam
agar dapat memotret kompetensi peserta didik secara holistik.
Pendekatan saintifik atau pendekatan ilmiah dipilih sebagai pendekatan
dalam pembelajaran kurikulum 2013. Pendekatan saintifik dimaksudkan
untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal,
memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi
bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah
dari guru.
Penerapan pendekatan saintifik melibatkan keterampilan proses
seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan,
dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan
guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin
berkurang dengan semakin bertambah dewasanya peserta didik atau semakin
tingginya kelas peserta didik.
Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dalam pembelajaran menuntut
adanya perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda
dengan pembelajaran konvensional. Beberapa model pembelajaran yang
dipandang sejalan dengan prinsip-prinsip pendekatan saintifik/ilmiah, antara
lain: (1) Problem Based Learning; (2) Project Based Learning; (3)
Inkuiri/Inkuiri Sosial; (4) Product Based Learning, dan (5) Group
Investigation. Metode-metode ini berusaha membelajarkan peserta didik untuk
mengenal masalah, merumuskan masalah, mencari solusi atau menguji jawaban
sementara atas suatu masalah/pertanyaan dengan melakukan serangkaian
aktivitas penyelidikan (menemukan fakta-fakta melalui penginderaan), yang
pada akhirnya dapat menarik kesimpulan dan menyajikannya secara lisan
maupun tulisan.
Proses pembelajaran IPS oleh guru harus dipandu dengan kaida-kaidah
pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi pengamatan,
penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran.

138
Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu
nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah. Proses pembelajaran disebut
ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini.
1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang
dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-
kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta
didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam
melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau
materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif
dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.
Langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan ilmiah meliputi:
mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta untuk semua mata pelajaran.
1. Mengamati
Langkah kegiatan ini mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti
menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan
mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka
pembelajaran IPS memerlukan waktu persiapan yang matang dan tenaga relatif

139
banyak, dan jika tidak terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan
pembelajaran.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran IPS sangat bermanfaat bagi
pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, sehingga proses pembelajaran memiliki
kebermaknaan yang tinggi. Langkah kegiatan mengamati dalam pembelajaran
IPS dapat dilakukan melalui membaca atau menyimak bahan bacaan atau
mendengar penjelasan guru, atau melakukan pengamatan atas gambar, foto, dan
video pembelajaran yang diputar di awal pembelajaran. Dengan dipandu oleh
guru, kegiatan ini akan dapat memunculkan pertanyaan-pertanyaan peserta didik
yang dapat diarahkan untuk masuk dalam materi pembelajaran IPS yang dibahas
pada saat itu. Agar lebih efektif kegiatan mengamati ini, tentunya guru sudah
menentukan obyek dan/atau masalah dan aspek yang akan dikaji.
2. Menanya (Questioning)
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan
dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya Setelah
proses observasi selesai, maka aktivitas berikutnya adalah peserta didik
mengajukan sejumlah pertanyaan berdasarkan hasil pengamatannya. Jadi,
aktivitas menanya bukan aktivitas yang dilakukan oleh guru, melainkan oleh
peserta didik berdasarkan hasil pengamatan yang telah mereka lakukan.
Dalam pelaksanaannya dapat dilakukan melalui dua hal, yakni: (1) guru
memberikan motivasi atau dorongan agar peserta didik mengajukan pertanyaan-
pertanyaan lanjutan dari apa yang sudah mereka baca dan simpulkan dari
kegiatan, dan (2) peserta didik dapat dilatih bertanya dari pertanyaan yang
faktual sampai pertanyaan-pertanyaan yang bersifat hipotetik (bersifat
kausalitas).
3. Mengumpulkan Informasi
Setelah proses menanya, aktivitas berikut dalam kegiatannya adalah
mengumpulkan data dan informasi dari berbagai sumber seperti buku, dokumen,
artefak, fosil, termasuk melakukan wawancara kepada nara sumber. Data dan
informasi dapat diperoleh secara langsung dari lapangan (data primer) maupun
dari berbagai bahan bacaan (data sekunder). Hasil pengumpulan data tersebut

140
kemudian menjadi bahan bagi peserta didik untuk melakukan penalaran.
Misalnya mengumpulkan informasi atau data tentang situs pra aksara,
peninggalan Hindu-Budha, Islam, kolonial di sekitar tempat tinggal peserta
didik.
4. Mengasosiasi/Mengolah informasi
Mengolah informasi atau data yang telah dikumpulkan, baik pengolahan dan
analisis data terkait dengan hasil pengamatan dan kegiatan pengumpulan
informasi/.data, maupun pengolahan dan analisis informasi/data untuk
menambah keluasan dan kedalaman sampai pengolahan atau analisis informasi
untuk mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat berbeda
bahkan sampai pendapat yang bertentangan, sehingga dapat ditarik kesimpulan.
5. Membangun jejaring (Networking) atau mengkomunikasikan
Membangun jejaring dalam konteks pendekatan pembelajaran scientific
dapat berupa penyampaian hasil dan temuan atau kesimpulan berdasarkan hasil
analisis, baik secara lisan, tertulis atau media lainnya. Misalnya hasil diskusi
kelompok dipresentasikan, karya tulis dipajang di “Majalah Dinding” atau
dimuat di surat kabar atau majalah sekolah.
Pembelajaran IPS sangat cocok dengan model pembelajaran yang berorientasi pada
paikem. Paikem adalah singkatan dari prinsip pembelajaran: Pembelajaran. Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan.
• Aktif, maksudnya agar guru berusaha menciptakan suasana sedemikian rupa agar
peserta didik aktif melakukan dan mencari pengetahuan, dan pengalamannya
sendiri.
• Inovatif, pembelajaran harus dikembangkan sesuai dengan kebutuhan yang ada,
tidak monoton. Guru selalu mencari model yang kontekstual yang dapat menarik
peserta didik
• Kreatif, agak mirip dengan inovatif, guru harus mengembangkan kegiatan belajar
yang beragam, menciptakan pembelajaran baru yang penuh tantangan,
pembelajaran berbasis masalah sehingga mendorong peserta didik untuk
merumuskan masalah dan cara pemecahannya.

141
• Efektif, guru harus secara tepat memilih model dan metode pembelajaran sesuai
dengan tujuan, materi dan situasi sehingga tujuan dapat tercapai dan bermakna
bagi peserta didik
• Menyenangkan, guru harus berusaha dan menciptakan proses pembelajaran IPS
menjadi menyenangkan bagi peserta didik. Kalau suasana menyenangkan maka
peserta didik akan memperhatikan pembelajaran yang sedang berlangsung.

B. Perumusan Indikator Pencapaian Kompetensi


Pengembangan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dimulai dengan
analisis terhadap kompetendi dasar dan penyusunan indikator pencapaian
kompetensi. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengembangan IPK,
yaitu:
1) Menentukan proses berpikir yang akan dilaksanakan oleh peserta didik untuk
mencapai kompetensi minimal yang ada pada Kompetensi Dasar (KD).
2) Kata kerja operasional (KKO) yang dapat diukur digunakan dalam menyusun
rumusan IPK.
3) Merumuskan IPK dengan menggunakan kalimat yang simpel, jelas, dan mudah
dipahami.
4) Hindari penggunaan kata yang bermakna ganda.
5) Hanya mengandung satu tindakan.
6) Karakteristik mata pelajaran, potensi, dan kebutuhan peserta didik, sekolah,
masyarakat dan lingkungan/daerah harus diperhatikan.
Kata kerja operasional yang dapat digunakan untuk penyusunan indikator
pencapaian kompetensi sebagai berikut.

142
Tabel 1. Tingkatan pertanyaan pada jenjang kemampuan berpikir kognitif
Tingkatan Sub tingkatan Kata-kata kunci pertanyaan
Kognitif yang  Pengetahuan  Apa...
lebih rendah (knowledge)  Siapa...
 Kapan...
 Di mana...
 Sebutkan...
 Jodohkan atau pasangkan...
 Persamaan kata...
 Golongkan...
 Berilah nama...
 Dll.
 Pemahaman  Terangkahlah...
(comprehension)  Bedakanlah...
 Terjemahkanlah...
 Simpulkan...
 Bandingkan...
 Ubahlah...
 Berikanlah interpretasi...
 Penerapan  Gunakanlah...
(application  Tunjukkanlah...
 Buatlah...
 Demonstrasikanlah...
 Carilah hubungan...
 Tulislah contoh...
 Siapkanlah...
 Klasifikasikanlah...
Kognitif yang  Analisis  Analisislah...
lebih tinggi (analysis)  Kemukakan bukti-bukti…
 Mengapa…
 Identifikasikan…
 Tunjukkanlah sebabnya…
 Berilah alasan-alasan…
 Sintesis  Ramalkanlah…
(synthesis)  Bentuk…
 Ciptakanlah…
 Susunlah…
 Rancanglah...
 Tulislah…
 Bagaimanakita dapat
memecahkan…
 Apa yang terjadi seaindainya…
 Bagaimana kita dapat
memperbaiki…
 Kembangkan…
 Evaluasi  Berilah pendapat…

143
Tingkatan Sub tingkatan Kata-kata kunci pertanyaan
(evaluation)  Alternatif mana yang lebih baik…
 Setujukah anda…
 Kritiklah…
 Berilah alasan…
 Nilailah…
 Bandingkan…
 Bedakanlah…

C. Penentuan Model Pembelajaran pada Materi perubahan dan


kesinambungan bangsa Indonesia masa Pra Aksara, Hindu-Budha, Islam,
dan Kolonialisme Barat di Indonesia
Dasar pertimbangan pemilihan model yang harus dipertimbangkan guru
mengacu pada tujuan yang hendak dicapai. Menurut Rusman (2013:133)
pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah:
1. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan
kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau
yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif, afektif atau psikomotor?
2. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai?
3. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?
Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
1. Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori
tertentu?
2. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat
atau tidak?
3. Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk mempelajari
materi itu?
Pertimbangan dari sudut peserta didik:
1. Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta
didik?
2. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi
peserta didik?
3. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?

Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis

144
1. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
2. Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu-satunya
model yang dapat digunakan?
3. Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau efiseiensi?
Dalam Kurikulum 2013 direkomendasikan untuk dikembangkan
beberapa model pembelajaran, yakni: pembelajaran berbasis masalah,
pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran discovery/inquiry, pembelajaran
berbasis produk.
Pembelajaran berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan dan juga
model pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga
merangsang peserta didik untuk belajar. Langkah-langkahnya:
• Merumuskan masalah.
• Mendeskripsikan masalah.
• Merumuskan hipotesis.
• Mengumpulkan data dan analisis data.
Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar yang
menggunakan masalah, isu-isu aktual atau konsep dan peristiwa yang
kontroversi dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran ini
peserta didik melakukan investigasi, membuat keputusan dan memberikan
kesempatan peserta didik untuk bekerja mandiri dan mengembangkan
kreativitasnya. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut.
• Penentuan pertanyaan mendasar.
• Menyusun rencana proyek.
• Menyusun jadwal.
• Monitoring.
• Menguji hasil.
• Evaluasi pengalaman.
Model discovery learning adalah teori belajar yang didefinisikan sebagai
proses pembelajaran yang terjadi bila pelajar tidak disajikan dengan pelajaran
dalam bentuk finalnya, tetapi diharapkan mengorganisasi dan
menyelesaikannya sendiri. Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut:

145
Persiapan : sejak dari merumuskan tujuan, penentuan topik, mengembangkan
dan seleksi bahan ajar.
Pelaksanaan:
• Pemberian rangsangan/motivasi dengan membuat materi/masalah
yang akan dipecahkan agak membingungkan/dilematis.
• Identifikasi dan merumuskan masalah
• Pengumpulan data
• Analisis data
• Pembuktian/verifikasi
• Kesimpulan/generalisasi
Model pembelajaran berbasis produk dapat diterapkan pada peserta didik
manakala dalam pembelajaran IPS, guru meminta peserta didik menghasilkan
produk terkait dengan materi yang diajarkannya. Produk dapat berupa peta jalur
migrasi masa pra aksara, jalur pelayaran dalam proses masuknya Islam di
Indonesia, peta pelayaran bangsa Barat ke Indonesia.
Di samping beberapa model tersebut sudah banyak model yang sudah
biasa dikembangkan dalam pembelajaran sejarah Indonesia. Misalnya: STAD
(Student Teams-Achievement Divisions) dan TGT (Team-Game-Turnament),
Group Resume, Reading Guide, Active Debate, CIRC (Cooperative Integrated
Reading and Composition), Jigsaw, dan lain-lain (selengkapnya baca Robert
E.Slavin, Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik).

D. Pengembangan Materi Ajar pada Materi perubahan dan kesinambungan


bangsa Indonesia masa Pra Aksara, Hindu-Budha, Islam, dan
Kolonialisme Barat di Indonesia
Peserta didik dapat mempelajari hal-hal yang diperlukan dalam upaya
mencapai tujuan belajar. Sesuai teori tersebut, dalam setiap pembelajaran harus
memiliki bahan ajar. Bahan ajar dijadikan sumber atau referensi peserta didik
untuk memeroleh materi selain dari guru. Bahan ajar biasanya berupa buku
paket siswa, modul, power point, maupun dari internet yang relevan.

146
Materi ajar harus dikembangkan sendiri oleh guru IPS. Materi ajar
(instructional materials) merupakan rincian spesifikasi isi yang memberikan
panduan bagi guru dalam hal insensitas cakupan dan jumlah perhatian yang
dituntut oleh isi tertentu atau tugas-tugas paedagogis. Tomlinson (1998) materi
ajar merujuk segala sesuatu yang digunakan guru atau peserta didik untuk
memudahkan belajar bahasa, untuk meningkatkan pengetahuan dan atau
pengalaman berbahasa. Sedangkan pengembangan materi ajar adalah apa yang
dilakukan penulis, guru, atau peserta didik untuk memberikan sumber masukan
berbagai pengalaman yang dirancang untuk meningkatkan belajar bahasa.
Anderson dan Krathwohl (2001) menyatakan bahwa ragam materi ajar terdiri
atas (1) fakta, (2) konsep, (3) prosedur, (4) metakognisi.
Dalam merancang pembelajaran IPS, guru juga harus memperhatikan
unsur-unsur belajar yang bersifat dinamis. Kedinamisan tersebut dipengaruhi
oleh kondisi-kondisi yang ada dalam diri peserta didik dan yang ada di luar diri
peserta didik bersangkutan. Perubahan unsur akan berpengaruh terhadap
kegiatan belajar dan hasil belajar.
Implementasi materi perubahan dan kesinambungan bangsa Indonesia
masa Pra Aksara dan Hindu-Budha dalam pembelajaran IPS dilakukan dengan
memperhatikan keterkaitan materi dengan konsep ilmu sosial lain. Pada materi
pra aksara, guru dapat mengaitkan dengan konsep ekonomi, sosial, geografi
dan antropologi. Contoh keterkaitan materi dalam disiplin ilmu sosial sebagai
berikut.
Tabel 1. Keterkaitan ilmu sosial pada masa pra aksara
Masa Aspek Deskripsi
Perkembangan
Paleolithikum Corak kehidupan
ekonomi
Sistem sosial
Hasil budaya
Mesolithikum Corak kehidupan
ekonomi
Sistem sosial

147
Hasil budaya
Neolithikum Corak kehidupan
ekonomi
Sistem sosial
Hasil budaya
Logam Corak kehidupan
ekonomi
Sistem sosial
Hasil budaya

E. Pengembangan Media Pembelajaran pada Materi perubahan dan


kesinambungan bangsa Indonesia masa Pra Aksara, Hindu-Budha, Islam,
dan Kolonialisme Barat di Indonesia
Media yang dapat digunakan guru dalam melakukan pembelajaran pada
materi pra aksara dapat menggunakan gambar, peta, dan video pembelajaran.
Contoh penggunaan media peta sebagai berikut.

Gambar 1. Fosil manusia purba koleksi museum purbakala Sangiran


Sumber: https://usernayjourney.files.wordpress.com/2011/02/sangiran5.jpg

148
Gambar 2. Kapak Perimbas
Sumber: Sejarah Nasional Indonesia I

Gambar 3. Alat Serpih


Sumber: Sejarah Nasional Indonesia I

Contoh penggunaan media peta dapat dirancang untuk materi arus migrasi
masa pra aksara, persebaran kerajaan-kerajaan Islam di nusantara, dan
kedatangan banga Barat ke Indonesia. Contoh media peta sebagai berikut.

Gambar 4. Jalur Migrasi melalui jalur barat (kiri) dan jalur timur (kanan)
Sumber: Nurhadi dkk. 2009. Jelajah Cakrawala Sosial 1

149
F. Penentuan Sumber Belajar pada Materi perubahan dan kesinambungan
bangsa Indonesia masa Pra Aksara, Hindu-Budha, Islam, dan
Kolonialisme Barat di Indonesia
Dalam proses pembelajaran IPS, peserta didik tidak hanya berinteraksi
dengan tenaga pengajar sebagai salah satu sumber, tetapi mencakup interaksi
dengan semua sumber belajar yang memungkunkan dipergunakan untuk
mencapai hasil yang diinginkan (Abdullah,2012:218). Sumber belajar adalah
semua sumber seperti pesan, orang, bahan, alat, teknik, dan latar yang
dimanfaatkan peserta didik sebagai sumber untuk kegiatan belajar dan dapat
meningkatkan kualitas belajarnya (Supriadi, 2015:129). Sumber Belajar adalah
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan,
pengalaman, dan keterampilan agar tujuan belajar dapat tercapai
(Lilawati,2017:2).
Sumber belajar diharapkan dapat memberikan informasi dalam rangka
meningkatkan kualitas pengajaran. Apabila dicapai kualitas pengajaran yang
lebih baik maka akan dicapai pula hasil belajar yang baik (Lilawati,2017:2).
Variasi pemanfaatan sumber belajar yang disesuaikan dengan materi pelajaran
dalam proses pembelajaran sangat diperlukan.
Sumber belajar yang dapat digunakan guru dalam pembelajaran IPS
adalah sumber belajar yang dapat dijangkau oleh peserta didik. Lingkungan
sosial, buku siswa, internet yang tersedia di sekolah dapat digunakan sebagai
sumber belajar IPS.
Menurut Widiastuti (2017:30) lingkungan sekitar sebagai sumber belajar
sangat menguntungkan dalam proses pembelajaran dikarenakan sumber belajar
yang dekat dengan siswa, sehingga siswa lebih mudah memahami. Lingkungan
juga mampu memberikan gambaran yang bersifat nyata, kondisi yang
heterogen, sehingga menunjukkan sumber belajar yang memerlukan
keterpaduan antar materi pelajaran.
Sumber belajar merupakan salah satu faktor pendukung yang dapat
mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar siswa. Dalam pembelajaran IPS
selain dari buku teks siswa, lingkungan merupakan sumber belajar yang cukup

150
penting khususnya lingkungan sosial, hal tersebut dapat dilihat dari obyek yang
dipelajari dalam materi pelajaran IPS, yang mana memiliki tujuan untuk
mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya. Secara umum menurut Suryadharma, dkk (2017:1) membagi
sumber belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran menjadi dua yaitu,
sumber belajar yang sengaja dirancang secara khusus untuk pembelajaran
(learning resource by design) dan sumber belajar yang tinggal dimanfaatkan
(learning resource by utilization). Lingkungan dapat digunakan untuk sumber
belajar yang tinggal dimanfaatkan dimaksudkan bahwa sekolah tinggal
memanfaatkan apa saja yang tersedia di lingkungan sekitarnya sebagai sumber
belajar. Lingkungan memiliki fungsi yang penting dalam pembelajaran, salah
satunya yaitu berfungsi sebagai sumber belajar dan media pembelajaran di
sekolah.

G. Pengembangan Teknik Penilaian pada Materi perubahan dan


kesinambungan bangsa Indonesia masa Pra Aksara, Hindu-Budha, Islam,
dan Kolonialisme Barat di Indonesia
Penilaian pembelajaran IPS dapat dilakukan selama dan sesudah proses
pembelajaran. Pengembangan penilaian selama proses pembelajaran untuk
mengetahui aktivitas peserta didik selama pembelajaran. Penilaian dapat
mengembangan penilaian afektif dan psikomotorik. Contoh lembar penilaian
afektif sebagai berikut.
LEMBAR PENILAIAN ASPEK AFEKTIF
Petunjuk:
Berilah penilaian Anda dengan memberi skor pada kolom “aspek yang dinilai”.
A = berdoa sebelum dan setelah pelajaran
B = melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab
C = mau bekerja sama dengan anggota kelompoknya
D = terlibat secara aktif dalam kerja kelompok
E = menghargai pendapat teman
Kriteria Penilaian:
Skor 4 = selalu, apabila selalu melakukan sesuai pernyataan
Skor 3 = sering, apabila sering melakukan pertanyaan dan kadang-kadang tidak
melakukan
Skor 2 = kadang-kadang, apabila kadang-kadang melakukan dan sering tidak
melakukan

151
Skor 1 = tidak pernah, apabila tidak melakukan
Rubrik Penilaian:
Nilai = (jumlah skor: skor maksimal) x 100
Aspek yang dinilai
No Nama Peserta Didik Jumlah Skor
A B C D E
1
2
3
4
5
6

Sementara contoh penilaian pada aspek psikomotorik dapat dilihat pada contoh
berikut.
LEMBAR PENILAIAN ASPEK PSIKOMOTORIK

Petunjuk:
Berilah penilaian Anda dengan mamberi skor pada kolom “aspek yang dinilai”.
A = kemampuan dalam menyampaikan pendapat di depan umum
B= kemampuan bekerja sama dalam kelompok untuk meningkatkan semangat
kekeluargaan
C= kemampuan untuk berinteraksi dengan anggota kelompok, tanpa membeda
bedakan status sosial atau kemampuan akademik
D = kemampuan menghargai pendapat anggota kelompok
Kriteria penilaian:
Skor 5 = sangat baik
Skor 4 = baik
Skor 3 = cukup
Skor 2 = kurang
Skor 1 = sangat kurang
Rubrik Penilaian:
Nilai = (jumlah skor: skor maksimal) x 100
Aspek yang dinilai
No Nama Peserta Didik Jumlah Skor
A B C D E
1
2
3
4
5
...

152
Pengembangan penilaian pada ranah pengetahuan, terlebih dahulu melakukan
penyusunan kisi-kisi. Contoh kisi-kisi dapat dilihat pada tabel berikut.

153
KISI-KISI SOAL

Sekolah :
Kelas/semester : VII/Genap
Tahun Ajaran : 2018
Program : Ilmu Pengetahuan Sosial
Jumlah Soal : 40
Waktu : 50 menit
Bentuk Soal : Pilihan Ganda (40)
Kompetensi Soal dan Persebarannya
Materi Indikator Jumlah
Dasar C1 C2 C3 C4 C5 C6
3.4. Memahami Pengertia Mendeskripsika
berpikir n Masa n pengertian
0
kronologi, Praaksar masa praaksara
perubahan dan a
kesinambungan Periodisa Menjelaskan 4, 5, 9, 15, 1, 2, 6, 7, 3, 8,
dalam kehidupan si Masa periodisasi masa 10, 11, 12,
bangsa indonesia Praaksar praaksara, yaitu 14,
pada aspek a peroodisasi
politik, sosial, secara geologis, 14
budaya, arkeologis, dan
geografis, dan perkembangan
pendidikan sejak kehidupan
masa pra-aksara manusia.
sampai masa Nilai- Menjelaskan 13
Hindhu-Buddha, Nilai nilai-nilai
dan Islam 1
Budaya budaya masa
4.4. Menyajikan Masa praaksara di

154
hasil analisis Praaksar Indonesia
kronologi, a di
perubahan, dan Indonesi
kesinambungan a
dalam kehidupan Nenek Mendeskripsika 16
bangsa indonesia Moyang n tentang nenek
pada aspek Bangsa moyang bangsa
politik, sosial, Indonesi Indonesia
budaya, a
geografis, dan 1
pendidikan sejak
masa praaksara
sampai masa
Hindhu-Buddha,
dan Islam.

Jumlah 0 0 6 8 2 0

Keterangan: C1: Ingatan C2: Pemahaman C3: Penerapan C4: Analisis C5: Evaluasi C6: Creating

155
Dalam pengembangan aktivitas proses pembelajaran IPS, guru dapat
mengembangkan lembar kerja peserta didik. Contoh lembar kerja peserta didik
dapat dilihat pada keterangan berikut.

Lembar Kerja Peserta Didik


Aktivitas Kelompok
1. Kerjakan dengan temanmu!
2. Amati benda-benda di bawah ini!
3. Berdasarkan pengamatanmu, mana benda yang merupakan peninggalan
masa praaksara dan benda yang bukan peninggalan masa praaksara?
4. Berikan alasannya!
5. Kumpulkan hasil kerja kelompok untuk penilaian!

Benda Kategori Alasan

156
Contoh LKPD lain sebagai berikut.

Uraian Materi
Belajar dari kehidupan manusia pada masa praaksara, maka terdapat nilai-
nilai budaya dan tradisi yang dapat kita ambil sebagai pelajaran dan suri teladan.
Nilai-nilai budaya dan tradisi ini masih terlihat dalam kehidupan masyarakat
indonesia hingga saat ini. nilai-nilai tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
a. Nilai Religius (kepercayaan)
Masyarakat praaksara sudah memiliki kepercayaan terhadap adanya
kekuatan ghaib. Mereka mempercayai bahwa pohon rimbun yang tinggi besar
hutan lebat, gua yang gelap, pantai, laut atau tempat lainnya dipandang
keramat karena ditempati oleh roh halus atau makhluk ghaib. Mereka
meyakini bahwa kejadian-kejadian alam seperti hujan, petir, banjir, gunung
meletus, atau gempa bumi adalah akibat perbuatan roh halus atau makhluk
ghaib. Untuk menghindari malapetaka maa roh halus atau makhluk ghaib
harus selalu dipuja. Kepercayaan terhadap roh halus ini disebut dengan
animisme.
Selain percaya kepada roh halus, mereka juga percaya bahwa benda-benda
tertentu seperti kapak, mata tombak atau benda lainnya memiliki kekuatan
ghaib, karena ada kekuatan ghaibnya maka benda tersebut harus
dikeramatkan. Kepercayaan bahwa benda memiliki kekuatan ghaib disebut
dengan dinamisme.
b. Nilai Gotong Royong
Masyarakat praaksara hidup secara berkelompok, mereka bergotong
royong untuk kepentingan bersama, contohnya membangun rumah yang

157
dilakukan secara bersama-sama. Budaya gotong-royong juga dapat terlihat
dari peninggalan mereka berupa bangunan-bangunan batu besar yang dapat
dipastikan dibangun secara gotong royong.
c. Nilai Musyawarah
Dalam kehidupan berkelompok, masyarakat praaksara telah
mengembangkan nilai musyawarah. Hal ini dapat ditunjukkan dengan
dipilihnya pemimpin yang dianggap paling tua (sesepuh) yang mengatur
masyarakat dan memberikan keputusan untuk memecahkan berbagai
persoalan yang dihadapi bersama.
d. Nilai Keadilan
Nilai keadilan sudah diterapkan dalam kehidupan masyarakat praaksara,
yaitu adanya pembagian tugas sesuai dengan kemampuan dan keahliannya.
Tugas antara kaum laki-laki berbeda dengan kaum perempuan. Hal ini
mencerminkan sikap yang adil karena setiap orang akan memperoleh hak dan
kewajiban sesuai kemampuannya.
e. Tradisi Bercocok Tanam
Salah satu cara yang dilakukan oleh masyarakat praaksara untuk
memenuhi kebutuhan hidup adalah dengan bercocok tanam. Hal ini
dibuktikan dengan ditemukannya alat khas pertanian yang berupa beliung
persegi dan alat lainnya.
f. Tradisi Bahari (pelayaran)
Masyarakat praaksara telah mengenal ilmu astronomi. Ilmu ini sangat
membantu pada saat mereka berlayar dari pulau ke pulau dengan memakai
perahu yang sangat sederhana. Perahu-perahu cadik merupakan bentuk yang
paling umum dikenal pada waktu itu. Perahu bercadik adalah perahu yang
kanan-kirinya dipasang alat dari bambu dan kayu agar perahunya tidak
mudah oleng. Perahu bercadik memegang peranan yang sangat penting dalam
kehidupan masa praaksara, selain sebagai sarana lalu lintas sungai dan laut,
perahu ini juga berperan sebagai alat penyebaran budaya.
Dari uraian ini dapat diketahui bahwa kehidupan masyarakat praaksara sudah
memiliki kebudayaan yang cukup maju. Dengan memiliki kebudayaan dan
nilai-nilai tersebut, masyarakat praaksara di indonesia mampu mengadakan

158
hubungan dan menerima pengaruh kebudayaan baru yang datang dari luar
tanpa mengorbankan kebudayaan sendiri.
Aktivitas Individu
1. Setelah membaca uraian diatas, amatilah nilai-nilai budaya dan tradisi
masyarakat di lingkungan sekitar tempat tinggalmu!
2. Apa kesamaannya dengan nilai-nilai budaya dan tradisi masyarakat
praaksara?
3. Jelaskan contoh kesamaan tersebut pada kertas folio!
4. Setelah selesai kumpulkan kepada guru untuk penilaian!

Contoh RPP pada materi ini dapat dilihat pada contoh berikut.

159
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Sekolah :
Mata Pelajaran : IPS
Kelas /Semester : VII/Genap
Tema : Masyarakat Indonesia pada Masa
Praaksara, Hindu-Buddha, dan Islam
Sub Tema : Kehidupan Masyarakat Indonesia Masa
Hindu-Buddha
Tahun Pelajaran :
Alokasi Waktu : 4JP (2Pertemuan)

A. Kompetensi inti

KI 1 : Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya


KI 2 : Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
KI 3 : Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan
rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata
KI 4 : Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai
dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut
pandang/teori

160
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)
Nilai
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
Karakter
3.4 Memahami kronologi Religius 3.4.5 Menunjukkan bentuk perubahan budaya
perubahan, dan Nasionalis akibat pengaruh Hindu Budha di Indonesia
kesinambungan dalam Mandiri di pusat-pusat kerajaan (kutai,
kehidupan bangsa Indonesia Integritas Tarumaenegara, sriwijaya, Mataram, dan
pada aspek politik, Majapahit) dengan menggunakan tabel 1.
sosial,budaya, geografis, dan 3.4.6 Menelaah kesinambungan budaya di
pendidikan sejak masa Indonesia akibat pengaruh Hindu Budha
praaksara sampai masa pada Masa sekarang
Hindu-Buddha dan Islam. 3.4.7 Menganalisis peninggalan budaya masa
Hindu Budha di Indonesia
4.4 Menguraikan kronologi 4.4.5 Menyajikan hasil pengamatan mengenai
perubahan, dan pengaruh budaya Hindu-Budha yang ada
kesinambungan dalam di sekitar.
kehidupan bangsa Indonesia 4.4.6 Membuat laporan mengenai peninggalan
pada aspek politik, sosial, budaya Hindu-Budha di Indonesia.
budaya, geografis, dan
pendidikan sejak masa
praaksara sampai masa
Hindu-Buddha dan Islam.

C. Tujuan Pembelajaran
Pertemuan pertama dan kedua
Setelah Diskusi Kelompok peserta didik diharapkan dapat:
3.4.5 Menunjukkan bentuk perubahan budaya akibat pengaruh Hindu Budha di
Indonesia di pusat-pusat kerajaan (kutai, Tarumaenegara, sriwijaya,
Mataram, dan Majapahit) dengan menggunakan tabel 1.
3.4.6 Menelaah kesinambungan budaya di Indonesia akibat pengaruh Hindu
Budha pada Masa sekarang dengan menggunakan tabel 2
4.4.5 Menyajikan hasil pengamatan mengenai pengaruh budaya Hindu-Budha
yang ada di sekitar.

161
D. Materi Pembelajaran
1. Materi Pembelajaran Reguler
Budaya masyarakat Indonesia akibat pengaruh Hindu-Buddha
a. Menunjukkan bentuk perubahan budaya akibat pengaruh Hindu Budha di
Indonesia di pusat-pusat kerajaan (Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram,
dan Majapahit)
b. Menelaah kesinambungan budaya di Indonesia akibat pengaruh Hindu Budha
pada masa sekarang
2. Materi pembelajaran pengayaan
Peserta didik mengidentifikasi situs peninggalan masa pra aksara dan Hindu-Budha
yang ada di lingkungan sekitar?
3. Materi pembelajaran remedial
Budaya Indonesia yang berkembang sampai sekarang sebagai akibat pengaruh Hindu
Budha
E. Metode Pembelajaran
Pendekatan : Saintifik
Model : Discovery learning
Metode : Diskusi kelompok, tanya jawab, penugasan
F. Media, Bahan, dan Sumber Belajar
1. Media:
 LCD Projector
 Lembar Kerja (LKPD)
 PPT Guru

2. Sumber Belajar
1. Iwan Setiawan dkk. 2016 Edisi Revisi. Buku Siswa Ilmu Pengetahuan Sosial
SMP/Mts Kelas VII. Jakarta: Puskurbuk, Balitbang, Kemendikbud. Hal. 227
2. Iwan Setiawan dkk. 2016 Edisi Revisi. Buku Guru Ilmu Pengetahuan Sosial
SMP/Mts Kelas VII. Jakarta: Puskurbuk, Balitbang, Kemendikbud. Hal 168
3. Suparno dan H. Tamtomo, 2016. Buku Ilmu Pengetahuan Sosial SMP/Mts
Kelas VII. Jakarta: Esis. Hal. 221
4. https://www.wikipedia.com/blog/candi-hindu-buddha-indonesia/
13/09/2019.19:00

162
1. Langkah-langkah Pembelajaran
1. Pertemuan Ke-1 ( 2 x 40 Menit )
Kegiatan Pendahuluan Waktu
Guru : 10
1. Membuka dengan salam dan berdoa untuk memulai pembelajaran menit
2. Mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan dan melakukan
presensi
3. Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.
4. Mereview kompetensi yang sudah dipelajari sebelumnya berkaitan
dengan materi
5. Mengaitkan materi pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik.
6. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
7. Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang
akan dilakukan
8. Menyampaikan metode pembelajaran dan teknik penilaian yang akan
digunakan
Kegiatan Inti 60
1. Peserta didik membentuk kelompok diskusi menit
2. Peserta didik bersama kelompoknya melakukan pengamatan dari
permasalahan yang ada di buku paket atau buku-buku penunjang lain
berkaitan dengan materi perubahan dan kesinambungan budaya di Indonesia
akibat pengaruh Hindu Budha.
3. Peserta didik menyimak pemberian materi oleh guru
4. Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan mencatat fakta-
fakta yang ditemukan, serta menjawab pertanyaan berdasarkan hasil
pengamatan yang ada pada buku
5. Secara berkelompok peserta didik mengidentifikasikan masalah-
masalah yang relevan yang muncul dari hasil pengamatannya.
6. Peserta didik Mengajukan pertanyaan tentang topik yang sedang
dibahas
7. Peserta didik mencari bahan referensi dari buku paket maupun internet

163
untuk dapat menjawab permasalahan yang berkaitan dengan materi
yang sedang dibahas.
8. Peserta didik berdiskusi dengan kelompok
9. Peserta didik melakukan Presentasi hasil diskusi masing-masing
kelompok dalam rangka mengomunikasikan hasil karya kelompok.
Pada saat kelompok tertentu melakukan presentasi, kelompok yang
lain dapat bertanya atau memberi masukan.
10. Peserta didik Menuliskan poin-poin penting yang muncul dalam
kegiatan pembelajaran.
11. Peserta didik mengerjakan Evaluasi/tes akhir
Kegiatan Penutup 10
1. Membuat resume dengan bimbingan guru menit
2. Beberapa peserta didik diminta untuk mengungkapkan manfaat mengetahui
tentang materi dalam kehidupan sehari-hari maupun permasalahan lainnya
3. Mengagendakan materi atau tugas yang harus dpelajari pada pertemuan
berikutnya.
4. Memberikan tugas kepada peserta didik (PR), dan mengingatkan peserta
didik untuk mempelajari materi yang akan dibahas dipertemuan berikutnya
maupun mempersiapkan diri menghadapi tes/evaluasi akhir di pertemuan
berikutnya
5. Melakukan penilaian untuk mengetahui tingkat ketercapaian indikator.
6. Memberi salam.

2. Pertemuan Ke-2 ( 2 x 40 Menit )


Kegiatan Pendahuluan Wakt
u
Guru : 10
1. Membuka dengan salam dan berdoa untuk memulai pembelajaran menit
2. Mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan melakukan presensi
3. Menyiapkan fisik dan psikis peserta didik dalam mengawali kegiatan
pembelajaran.

164
4. Mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan
sebelumnya berkaitan dengan materi
5. Mengaitkan materi pembelajaran yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik dengan materi sebelumnya.
6. Menyampaikan tujuan pembelajaran pada pertemuan yang berlangsung
7. Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitannya dengan pelajaran yang
akan dilakukan
8. Menyampaikan metode pembelajaran dan teknik penilaian yang akan
digunakan
Kegiatan Inti 60
1. Peserta didik membentuk kelompok diskusi Menit
2. Peserta didik mencermati video mengenai “peninggalan-peninggalan masa
Hindu Budha di Indonesia”
3. Peserta didik bersama kelompoknya melakukan pengamatan dari
permasalahan yang ada di buku paket atau buku penunjang lainnya berkaitan
dengan materi Peninggalan budaya masa Hindu Budha di Indonesia
4. Peserta didik menyimak pemberian materi oleh guru
5. Peserta didik mendiskusikan hasil pengamatannya dan mencatat
fakta-fakta yang ditemukan, serta menjawab pertanyaan berdasarkan
hasil pengamatan yang ada pada buku
6. Secara berkelompok peserta didik mengidentifikasikan masalah-
masalah yang relevan yang muncul dari hasil pengamatannya.
7. Peserta didik Mengajukan pertanyaan tentang topik yang sedang
dibahas
8. Peserta didik mencari bahan referensi dari buku paket maupun
internet untuk dapat menjawab permasalahan yang berkaitan dengan
materi yang sedang dibahas.
9. Peserta didik berdiskusi dengan kelompok
10. Peserta didik melakukan Presentasi hasil diskusi masing-masing
kelompok dalam rangka mengomunikasikan hasil karya kelompok.
Pada saat kelompok tertentu melakukan presentasi, kelompok yang
lain dapat bertanya atau memberi masukan.

165
11. Peserta didik Menuliskan poin-poin penting yang muncul dalam
kegiatan pembelajaran.
12. Peserta didik mengerjakan Evaluasi/tes akhir
Kegiatan Penutup 10
1. Membuat resume dengan bimbingan guru Menit
2. Beberapa peserta didik diminta untuk mengungkapkan manfaat mengetahui
tentang materi dalam kehidupan sehari-hari maupun permasalahan lainnya
3. Mengagendakan materi atau tugas yang harus dpelajari pada pertemuan
berikutnya.
4. Memberikan tugas kepada peserta didik (PR), dan mengingatkan peserta
didik untuk mempelajari materi yang akan dibahas dipertemuan berikutnya
maupun mempersiapkan diri menghadapi tes/evaluasi akhir di pertemuan
berikutnya
5. Melakukan penilaian untuk mengetahui tingkat ketercapaian indikator.
6. Memberi salam

F. Penilaian, Pembelajaran Pengayaan dan Remedial


1. Teknik Penilaian
a. Penilaian Kompetensi Sikap Spiritual
Bentuk
N Butir Keterangan
Teknik Instru Waktu Pelaksanaan
o Instrumen
men
Penilaian untuk
dan pencapaian
Saat pembelajaran
1 Observasi Jurnal Terlampir pembelajaran
berlangsung
(assessment for
and of learning)
Penilaian sebagai
Penilaian Terlampir Pembelajaran(ass
2 Saat pembelajaran usai
diri essment as
learning)
Terlampir Penilaian sebagai
Penilaian
Setelah pembelajaran pembelajaran
3 antar
Usai (assessment as
tema
learning)

b. Penilaian Kompetensi Sikap Sosial

166
Bentuk
N Butir
Teknik Instru Waktu Pelaksanaan Keterangan
o Instrumen
men
Terlampir Penilaian untuk dan
pencapaian
Saat pembelajaran
1 Observasi Jurnal pembelajaran
berlangsung
(assessment forand of
learning)
Terlampir Penilaian sebagai
Penilaian Pembelajaran
2 Saat pembelajaran usai
Diri (assessment as
learning)
Terlampir Penilaian sebagai
Penilaian
Setelah pembelajaran pembelajaran
3 antar
Usai (assessment as
tema
learning)

c. Penilaian Kompetensi Pengetahuan


Butir Waktu Keterangan
No Teknik Bentuk Instrumen
Instrumen Pelaksanaan
Pertanyaan (lisan) Terlampir Penilaian untuk
Saat
dengan jawaban pembelajaran
1 Lisan pembelajaran
terbuka (assessment for
berlangsung
learning)
Pertanyaan dan/atau Terlampir Penilaian untuk
tugas tertulis pembelajaran
berbentuk esei, (assessment for
Saat
pilihan ganda, learning) dan
2 Penugasan pembelajaran
benar- salah, sebagai
berlangsung
menjodohkan, isian, pembelajaran
dan/atau lainnya (assessment as
learning)
Pertanyaan dan/atau Terlampir
tugas tertulis Penilaian
berbentuk esai, Setelah pencapaian
3 Tertulis pilihan ganda, pembelajaran pembelajaran
benar- salah, usai (assessment of
menjodohkan, isian, learning)
dan/atau lainnya
Sampel pekerjaan Terlampir Data untuk
terbaik hasil dari Saat penulisan deskripsi
4 Portofolio penugasan atau tes pembelajaran pencapaian
tertulis usai pengetahuan
(assessment of

167
learning)

d. Penilaian Kompetensi Keterampilan


Butir Waktu
No Teknik Bentuk Instrumen Keterangan
Instrumen Pelaksanaan
Terlampir Saat Penilaian untuk,
pembelajaran sebagai, dan/atau
1 Observasi Lembar Observasi berlangsung pencapaian
dan/atau
setelah usai
Terlampir Saat pembelajaran
pembelajaran (assessment for, as,
Tugas
2 Produk berlangsung and of learning)
(keterampilan)
dan/atau
setelah usai
Terlampir Selama atau Penilaian untuk,
usai sebagai, dan/atau
3 Proyek Tugas besar
pembelajaran pencapaian
berlangsung
Sampel produk Terlampir Saat pembelajaran
4 Portofolio terbaik dari tugas pembelajaran (assessment for, as,
atau proyek usai and of learning)

Tempat, 02 Januari 2020

Mengetahui
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

....................... ............................
E. TUGAS
Kerjakanlah tugas di bawah ini dengan sebaik-baiknya!
1. Buatlah perbandingan jalur migrasi yang terjadi pada masa pra aksara
melalui pembuatan peta jalur migrasi manusia masa pra aksara!
2. Jelaskan proses penyatuan nusantara masa kerajaan tradisional Hindu-
Budha!.
3. Jelaskan dampak kolonialisme terhadap struktur sosial budaya masyarakat
Indonesia!

168
4. Buatlah rancangan pembelajaran tentang materi teori-teori masuknya Islam
di nusantara!.

F. RANGKUMAN
Guru profesional dituntut menjadi manager of learning. Ia merancang
pembelajaran yang akan dilakukannya secara berkualitas dan meerapkannya dengan
penuh tanggung jawab dalam pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, pemahaman
tentang materi yang akan diajarkan dan implementasinya dalam pembelajaran
merupakan keharusan.
Pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran adalah serangkaian kegiatan
yang dapat merangsang peserta didik untuk menemukan sendiri pengetahuannya
dengan bantuan guru. Dengan cara itu, maka pengetahuan yang diperoleh peserta
didik menjadi lebih abadi. Media dan model pembelajaran pun harus dipilih oleh
guru dengan memperhatikan materinya. Tidak ada satu media atau model
pembelajaran yang cocok digunakan untuk keseluruhan materi pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Ramli. 2012 Pembelajaran Berbasis Pemanfaatan Sumber Belajar. Jurnal


Ilmiah DIDAKTIKA. Vol 12 (02). Hal 216-231. https://media.neliti.com/media/
publications/81198-

Anderson and Krathwohl. 2001. Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen.


Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Husamah dan Yanur Setyaningrum. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis


Pencapaian Kompetensi. Jakarta: Prestasi Pustakaraya

Lilawati,Jenny. 2107. Analisis Pemanfaatan Sumber Belajar Dalam Proses


Pembelajaran. Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial
Universitas Negeri Medan. Vol 1 (1).
http://semnasfis.unimed.ac.id/wpcontent/uploads/2017.

Pusat Kurikulum. 2006. Model Pengembangan Silabus Mata Pelajaran dan


Pelaksanaan Pemebelajaran IPS Terpadu Sekolah Menengah
Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTS). Jakarta: Balitbang Depdiknas.

169
Rusman. 2013. Model-Model Pembelajaran “Mengembangkan Profesionalisme
Guru”.Jakarta: Rajawali Pers.

Suprayogi, dkk. 2011. Pendidikan ILmu Pengetahuan Sosial. Semarang: Widya


Karya.

Suryadharma, dkk. 2017. Panduan Pemanfaatan Lingkungan Sekolah Sebagai


Sumber Belajar Sekolah Menengah Pertama. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (diunduh pada tanggal 6 Februari 2018).

Tomlinson. 1998. Effective Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Widiastuti, Heri Eko. 2017. ‘Pemafaatan Lingkungan Sebagai Sumber Pembelajaran


Mata Pelajaran IPS’. Dalam Jurnal Satya Widya. No 1 Hal 29-36.

TES FORMATIF
Pilihlah jawaban yang tepat!
1. Dalam materi IPS terdapat pokok bahasan “teori-teori tentang masuknya
pengaruh Hindu-Budha ke Indonesia”. Dinyatakan bahwa terdapat satu teori
yang sampai sekarang dianggap sebagai teori yang paling kuat. Untuk
memberikan pemahaman tentang teori tersebut, model pembelajaran yang dapat
digunakan guru dalam pembelajaran adalah....
A. bermain peran
B. lawatan sejarah
C. numbered head together
D. team game tournament
E. debat

2. Sesudah kegiatan pembelajaran tentang Kerajaan-kerajaan tradisional masa


Hindu Budha, Bu Wati ingin melakukan evaluasi kompetensi yang dimiliki
peserta didik. Makna evaluasi yang dilakukan Bu Wati adalah....
A. mengetahui korelasi antara tujuan pembelajaran, pelaksanaan, dan
kompetensi tentang materi Hindu Budha yang telah dimiliki peserta didik
B. mengetahui ketercapaiaan kompetensi minimal peserta didik untuk perbaikan
pembelajaran berikutnya
C. melakukan penilaian terhadap kompetensi sikap, pengetahuan dan
keterampilan peserta didik
D. menghubungkan antara pengamatan aktivitas pembelajaran dan aspek
kognitif peserta didik
E. menentukan posisi peserta didik dalam kelompok kelasnya

170
3. Fungsi penggunaan evaluasi sesudah pembelajaran sejarah pada materi kerajaan-
kerajaan tradisional Islam di Indonesia adalah....
A. mengetahui kesesuaian materi dengan media pembelajaran
B. mengevaluasi kesesuaian antara materi dengan langkah pembelajaran
C. menentukan cakupan materi pembelajaran
D. mengetahui kemampuan siswa dalam menyampaikan gagasannya
E. mengetahui kompetensi pembelajaran sejarah siswa

4. Pada pembelajaran materi migrasi manusia masa pra aksara melalui sebuah
pengamatan atas peta jalur migrasinya yang diakhiri dengan penyampaian
penugasan oleh guru, maka pendekatan pembelajaran yang cocok digunakan
adalah....
A. kognitivisme
B. konstruktivisme
C. saintifik
D. humanisme
E. problem possing

5. Apabila terdapat kompetensi dasar “menganalisis perkembangan kebudayaan


manusia masa pra-aksara”, maka indikator yang paling tepat untuk menjelaskan
kompetensi dasar tersebut adalah….
A. menganalisis kebudayaan manusia masa pra aksara
B. menyebutkan jenis kebudayaan manusia masa pra aksara
C. menjelaskan kebudayaan manusia masa pra aksara
D. mengidentifikasi kebudayaan manusia masa pra aksara
E. hikmah mempelajari kebudayaan manusia masa pra aksara

6. Penggunaan gambar cocok digunakan dalam pembelajaran sejarah tentang ....


A. teori-teori masuknya Hindu-Budha ke Indonesia
B. kerajaan-kerajaan tradisional di Indonesia
C. hasil-hasil budaya masa pra aksara
D. kehidupan politik Indonesia masa Demokrasi Liberal
E. migrasi awal manusia masa pra aksara

7. Tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi “Strategi perlawanan bangsa


Indonesia terhadap penjajahan bangsa Eropa (Portugis, Spanyol, Belanda, Inggris)
sampai dengan abad ke-20” adalah ....
A. melalui metode diskusi, siswa dapat membandingkan strategi perlawanan
Pangeran Diponegoro dengan Patimura terhadap penjajahan bangsa Portugis
dan Belanda
B. melalui model pembelajaran ceramah, siswa dapat menganalisis strategi
perlawanan bangsa Indonesia terhadap penjajahan bangsa Eropa

171
C. melalui metode jigsaw, siswa dapat membandingkan strategi perlawanan
Tuanku Imam Bonjol dan Sultan Hasanudin terhadap penjajahan bangsa
Belanda dan Inggris
D. melalui metode diskusi, siswa dapat menjelaskan strategi perlawanan
Pangeran Diponegoro dan Sultan Hasanudin terhadap monopoli dagang VOC
di Indonesia
E. selalui metode diskusi, siswa dapat menjelaskan strategi perlawanan
Pangeran Diponegoro dan Tuanku Imam Bonjol terhadap Pemerintah Hindia
Belanda

8. Pak Agus mengajarkan materi “Kehidupan Awal Masyakat Indonesia”. Ia


meminta pada siswanya untuk mencari sumber belajar di internet kemudian
menyusun laporannya. Fungsi sumber belajar dalam pengertian tersebut adalah
....
A. menjadikan pembelajaran menjadi lebih kompleks
B. menemukan konsep praktis pembelajaran
C. menjadikan materi lebih beragam
D. mengarahkan siswa pada pemahaman tentang materi
E. menjadikan materi agar lebih sederhana

9. Dalam pembelajaran tentang teori-teori masuknya Islam di Indonesia. Jenis media


pembelajaran yang tepat digunakan untuk memberikan pemahaman tentang materi
tersebut adalah ....
A. gambar
B. powerpoint
C. infografis
D. peta
E. film dokumenter

10. Indikator pencapaian kompetensi yang sesuai terhadap kompetensi menganalisis


kehidupan awal masyakat Indonesia adalah ....
A. memahami hasil budaya peninggalan masa pra aksara
B. mengidentifikasi hasil budaya berupa budaya batu dan logam
C. membuat peta persebaran hasil budaya masa pra aksara
D. menjelaskan penemuan hasil budaya masa pra aksara
E. menjelaskan kehidupan sosial masa pra aksara

TES SUMATIF
Pilihlah jawaban yang tepat!
1. Prinsip pembelajaran IPS untuk pengembangan kompetensi sikap adalah….
A. tidak langsung yang menghasilkan dampak pengiring (nurturant effect)
B. langsung dengan tugas guru mengembangkan karakter siswa lebih lanjut
C. langsung dengan keteladanan guru, orang tua, pemuka agama, dan tokoh
masyarakat

172
D. tidak langsung yang mendorong peserta didik mengembangkan diri
E. langsung yang memberi kesempatan pada peserta didik saling berinteraksi

2. Pembelajaran sejarah yang mengarahkan peserta didik memiliki karakter cinta


tanah air dan sesama umat manusia. Pendekatan pembelajaran yang digunakan
Pak Anton adalah ....
A. kognitivisme
B. konstruktivisme
C. saintifik
D. humanisme
E. problem possing

3. Dalam pembelajaran IPS, pak Agus mengalami kebingungan tentang hasil


belajar dari peserta didiknya. Salah seorang peserta didiknya yang selalu aktif,
ternyata selalu mendapatkan hasil belajar yang tidak memuaskan apabila diukur
dengan penilaian tertulis. Agar penilaian guru bersifat objektif, salah satu hal
yang harus dilakukan guru adalah ....
A. memanfaatkan berbagai bukti hasil kerja siswa dari berbagai penilaian
B. menyesuaikan penilaian dengan pengamatannya terhadap anak
C. memanfaatkan hasil penilaian dari guru lain
D. melihat latar belakang psikologis siswa sebagai dasar penilaian
E. melihat interaksi siswa dengan siswa lain

4. Jika guru bertujuan agar peserta didik mampu berempati terhadap penderitaan
rakyat pada masa pelaksanaan Sistem Tanam Paksa, maka pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan adalah ....
A. mengkaji kondisi masyarakat masa itu melalui karya sastra sejarah masa
Tanam Paksa
B. melakukan penelitian di daerah yang dikenai kebijakan tanam paksa untuk
mengetahui kondisi sosial ekonominya
C. melakukan pembelajaran melalui gambar tentang kondisi masa tanam paksa
D. melakukan lawatan sejarah pada masyarakat di sekitar perusahaan-
perusahaan perkebunan yang menerapkan tanam paksa
E. membagi siswa dalam dua kelompok pro dan kontra tentang sistem tanam
paksa di Indonesia

5. Tujuan pembelajaran yang sesuai dengan materi “Menganalisis Teori-teori


Masuknya Hindu-Budha ke Indonesia” pada lingkup kemampuan C4 adalah ....
A. melalui metode diskusi, siswa dapat menganalisis teori-teori masuknya
Hindu Budha ke Indonesia
B. melalui model pembelajaran jigsaw, siswa dapat menganalisis teori
masuknya Hindu Budha ke Indonesia yang dianggap benar
C. melalui metode ceramah, siswa dapat menyebutkan teori-teori masuknya
Hindu Budha ke Indonesia
D. melalui metode diskusi, siswa dapat mengidentifikasi teori-teori masuknya
Hindu Budha ke Indonesia

173
E. melalui metode diskusi, siswa dapat memahami teori-teori masuknya Hindu
Budha ke Indonesia

6. Lingkungan merupakan sumber belajar yang sangat kaya. Dalam pembelajaran


IPS, penggunaaan lingkungan sebagai sumber belajar dapat diwujudkan melalui
pemanfaatan perpustakaan, ruang komputer, maupun ruang internet. Penggunaan
sarana-sarana tersebut berfungsi untuk ….
A. menelusuri berbagai sumber literasi belajar termasuk sumber digital
B. mencari data dan informasi untuk menyusun bahan ajar
C. memanfaatkan pusat-pusat sumber belajar di sekolah untuk pembelajaran
D. meningkatkan prestasi belajar dengan memanfaatkan sumber belajar yang
ada
E. mengembangkan diri dalam pemanfaatan kemajuan teknologi informasi

7. Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang tepat untuk KD Mengolah


informasi teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Islam ke
Indonesia dengan menerapkan cara berpikir kritis serta mengemukakannya
dalam bentuk tulisan adalah ….
A. Mengolah berbagai informasi pendukung teori-teori tentang proses
masuknya agama dan kebudayaan Islam ke Indonesia dalam bentuk artikel
populer
B. Mengolah berbagai teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan
Islam ke Indonesia dalam berbagai bentuk tulisan seperti puisi, prosa, dan
lainnya
C. Menganalisis berbagai teori tentang proses masuknya agama Islam ke
Indonesia beserta contoh-contohnya yang ada di surat kabar
D. Menyebutkan tulisan-tulisan di media massa yang menyajikan informasi
teori tentang proses masuknya agama dan kebudayaan Islam ke Indonesia
E. Menjelaskan tulisan-tulisan para tokoh tentang proses masuknya agama dan
kebudayaan Islam ke Indonesia yang mendukung berbagai teori yang ada

8. Berikut contoh pendekatan konsep ruang terkait masa praaksara adalah ....
A. Bangunan megalitik mencakup antara lain menhir dan sarkofagus
B. Pada Zaman Logam, manusia praaksara telah mengenal teknik pembuatan
logam dengan cara bivalve dan a cire perdue
C. Kapak lonjong memiliki fungsi yang sama dengan kapak persegi, yakni
sebagai alat pertanian dan alat upacara
D. Homo floresiensis yang dikenal juga dengan hobbit diperkirakan punah pada
50.000 tahun lalu
E. Pada masa berburu dan mengumpulkan makanan, manusia praaksara tinggal
di gua-gua terbuka yang dekat dengan sumber air

9. Pernyataan benar terkait dengan persebaran alat dan masa praaksara adalah ....
A. kapak perimbas - megalithikum
B. kapak bahu - neolithikum
C. dolmen - mesolithikum

174
D. kapak persegi - paleolithikum
E. kapak corong - perundagian

10. Pernyataan yang menggambarkan adanya akulturasi antara budaya lokal dan
budaya Hindu Budha di Indonesia adalah ....
A. sebagian masyarakat Indonesia melakukan ziarah kubur di makam para
leluhur
B. satu tahun sekali kraton Yogyakarta menyelenggarakan pemandian benda
pusaka
C. adanya semangat gotong royong pada kegiatan persiapan upacara keagamaan
D. adanya tradisi sedekah laut apabila hasil tangkapan melimpah
E. adanya sesaji pada tempat-tempat yang dianggap keramat

11. Perbedaan corak kehidupan masa Paleolitikum dan Mesolitikum adalah ….


Paleolitikum Mesolitikum
A. hasil budaya berupa alat batu menghasilkan sampah dapur
yang masih kasar (kjokkenmoddinger)
B. nomaden dan berkelompok berburu dan mengumpulkan
makanan
C. mengenal berladang menemukan cara membuat api
D. menghasilkan budaya kapak menghasilkan budaya kapak
genggam perimbas
E. mengenal tradisi melukis untuk dikenal dengan peradaban abris
menggambarkan pengalaman, sous roche karena mulai
perjuangan, harapan hidup, dan bertempat tinggal tidak menetap
kepercayaan mereka (semi-sedenter) di gua-gua
payung
12. Budaya pra aksara yang berkembang pada masa Majapahit tampak pada ....
A. adanya penanggalan Saka
B. pemberian nama dipengaruhi totemisme
C. bentuk stupa mengambil ciri bangunan menhir
D. tata letak kerajaan mengacu budaya masa perundagian
E. pemilihan pemimpin menggunakan sistem primus interpares

13. Kajian Von Heine Geldern menunjukkan bahwa perbedaan pendukung kapak
bahu dan kapak persegi di Indonesia adalah ....
A. kapak bahu dibawa oleh bangsa Austro-Asia, sedangkan kapak persegi
dibawa oleh bangsa Austronesia
B. kapak bahu dibawa oleh bangsa Mongoloid, sedangkan kapak persegi dibawa
oleh bangsa Weddid
C. kapak bahu dibawa oleh bangsa Negrito, sedangkan kapak persegi dibawa
oleh bangsa Austronesia
D. kapak bahu dibawa oleh bangsa Austronesia, sedangkan kapak persegi
dibawa oleh bangsa Austro-Asia

175
E. kapak bahu dibawa oleh bangsa Melanesia, sedangkan kapak persegi dibawa
oleh bangsa Austronesia

14. Pernyataan yang menunjukkan ciri kehidupan pada masa kerajaan tradisional di
Indonesia adalah….
A. Kerajaan Kutai dikenal sebagai penghasil cengkeh dan pala sesuai tulisan
pada Yupa
B. Kerajaan Singosari penghasil beras sebagaimana tercantum dalam prasasti
Nalanda
C. Kerajaan Tarumanagara menggali saluran irigasi seperti disebutkan dalam
prasasti Tugu
D. Kerajaan Holing dipimpin oleh Ratu Sima seperti diberitakan dalam Prasasti
Wanua Tengah III
E. perekonomian Kerajaan Sriwijaya didukung oleh letaknya yang strategis di
Selat Malaka sesuai isi prasasti Waringin Pitu

15. Pesisir Utara Jawa memiliki posisi strategis pada abad ke-15-16 dalam
pengembangan ....
A. perniagaan dan perkebunan
B. pelayaran dan perdagangan
C. seni dan tradisi masyarakat
D. pusat kekuasaan kerajaan Islam
E. pendidikan berbasis pesantren

16. Teori yang dikemukakan oleh F.D. K. Bosch merupakan pemikiran yang
didukung oleh fakta ....
A. penaklukan Sriwijaya oleh Kekaisaran Cina
B. pendirian asrama bagi pelajar Sriwijaya yang belajar di India
C. perdagangan antara Sriwijaya dengan India
D. perdagangan Sriwijaya dengan Cina
E. terdamparnya para budak dari India di Pantai Selatan Jawa

17. Akulturasi bidang seni rupa antara India dan Indonesia tampak pada relief Candi
Borobudur. Pengaruh dari India berupa relief ....
A. perahu kora
B. perahu bercadik
C. perahu lesung
D. gunung mahameru
E. bunga teratai

18. Bangunan stupa di Indonesia berbeda dengan India, karena .....


A. menjadi bagian dari kompleks bangunan dan tidak berdiri sendiri
B. bangunan stupa berdiri sendiri dan terpisah dengan kompleksnya
C. pengakuan sebagai bukti luasnya penyebaran agama Budha
D. sebagai tempat menyimpan abu jenazah kalangan bangsawan
E. menandakan agama Budha sebagai agama utama kerajaan

176
19. Proses penyebaran Islam di Indonesia adalah ....
A. kolaboratif, bekerjasama dengan penguasa setempat.
B. permisif, mengikuti kebiasaan masyarakat.
C. akulturatif, memanfaatkan budaya yang ada.
D. kuratif, memperbaiki budaya masyarakat
E. preventif, mencegah perbuatan yang merusak
20. Pola tata kota kerajaan Islam adalah ....
A. pusat perekonomian berupa pasar terletak di sebelah utara alun-alun
B. terdapat tempat bertemunya rakyat dan raja di pendopo/siti hinggil
C. tempat ibadah terletak di bagian timur alun-alun
D. terdapat bangunan khusus untuk kontemplasi raja
E. terdapat tugu sebagai batas negara agung
21. Hubungan Kerajaan Ternate dengan Jawa pada masa Islam tampak pada ....
A. adanya orang Jawa bernama Malik Mahmud menjadi penasihat di Kerajaan
Ternate
B. Sultan Muhammad Malik Zahir menikah dengan puteri dari Jawa
C. adanya kepandaian membuat perahu kora yang diajarkan ke masyarakat
Jawa
D. Sultan Zainal Abidin memperdalam agama Islam di Jawa
E. Sunan Ampel diundang berdakwah ke Ternate
22. Peninggalan masa Islam yang masih ada sampai sekarang adalah ....
A. Gua Sunyaragi merupakan peninggalan Kerajaan Banten
B. lonceng Cakra Donya merupakan peninggalan kerajaan Aceh
C. Masjid Agung Kasepuhan merupakan peninggalan kerajaan Tidore
D. batu nisan Maulana Malik Ibrahim merupakan peninggalan kerajaan Demak
E. makam Fatimah binti Maimun merupakan peninggalan kerajaan Aceh
23. Motif kedatangan bangsa Portugis dan bangsa Belanda ke Indonesia adalah ....
A. untuk mengembangkan kekuasaan
B. untuk menyebarkan agama yang sama
C. kesulitan memperoleh rempah-rempah
D. kalah bersaing dengan kongsi dagang I nggris
E. solidaritas karena kekalahan perang dari Spanyol

24. Gubernur Jenderal VOC kedua, J.P. Coen, merupakan peletak dasar
kolonialisme Belanda di Indonesia, karena ....
A. membangun pelabuhan Jakarta sebagai pusat VOC
B. memberikan hak istimewa pada kongsi dagang VOC
C. penemu daerah-daerah yang menjadi produsen rempah
D. orang yang pertama kali mendarat di Banten tahun 1596
E. mendatangkan keluarga-keluarga Belanda ke Indonesia untuk menetap

25. Pola umum dan tahapan VOC mendapatkan daerah kekuasaan di Indonesia
adalah ….

177
A. pedagang bebas – Monopoli – hak beli utama – memungut penyerahan wajib
B. monopoli – hak beli utama – pedagang bebas – menerima penyerahan wajib
C. monopoli – menerima penyerahan wajib – pedagang bebas – hak beli utama
D. pedagang bebas – hak beli utama – monopoli – memungut penyerahan wajib
E. pedagang bebas – monopoli – menerima penyerahan wajib - menjajah

26. Diterapkannya Undang Undang Agraria (Agrarische Wet) pada tahun 1870
dimaksudkan untuk....
A. melindungi hak milik tanah petani dari kaum penyewa tanah Eropa
B. mempermudah akses bagi persewaan tanah bagi kepentingan investasi
pengusaha swasta
C. membatasi ekploitasi para pengusaha swasta terhadap rakyat bumiputra
D. membatasi gerak kaum partikelir untuk menjalankan usahanya
E. membangkitkan kembali usaha perkebunan pemerintah yang mengalami
kemunduran pada akhir sistem cultuurstels

27. Latar belakang geostrategis Indonesia yang menyebabkan kedatangan bangsa


Eropa adalah....
A. kesuburan tanah
B. memonopoli perdagangan
C. ditutupnya pelabuhan Konstantinopel
D. Semangat 3 G dan reconguista
E. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

28. Peraturan pokok dalam sistem tanam paksa dalam praktiknya banyak mengalami
penyimpangan. Peraturan yang tidak menyimpang hanyalah terdapat pada ....
A. jumlah tanah yang dipergunakan
B. jumlah tenanga kerja dan waktu yang dipergunakan
C. penyerahan kelebihan hasil panen
D. tanggung jawab kesalahan dalam penanaman
E. jenis tanaman yang ditanam

29. Imperialisme modern pada abad ke-19 berdampak pada perubahan bentuk
perlawanan yang dilakukan oleh negara-negara terjajah yaitu....
A. dengan kepemimpinan kaum terpelajar, lewat organisasi modern di bidang
pendidikan
B. perjuangan difokuskan dalam bidang pendidikan untuk menghasilkan
penduduk berkualitas
C. dengan organisasi modern, meliputi berbagai aspek dan tujuan mencapai
kemerdekaan
D. perjuangan di bidang politik menjadi prioritas utama untuk mencapai
kemerdekaan
E. perjuangan di bidang ekonomi menuju kemandirian ekonomi bumiputera

30. Pada masa Van den Bosch, wilayah Priangan tidak terkena aturan cultuur stelsel,
karena ….

178
A. telah dikenai kebijakan penanaman kopi
B. merupakan wilayah pemukiman orang Belanda
C. sudah dijadikan wilayah penanaman wajib tebu dan lada
D. tanah-tanah di Priangan banyak dikuasai swasta dan etnis Cina
E. masyarakat Priangan telah membantu Belanda membuat jalan Anyer-
Panarukan

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

1. E
2. A
3. E
4. C
5. A
6. C
7. E
8. D
9. C
10. E

KUNCI JAWABAN TES SUMATIF


1. C 11. A 21. D
2. D 12. B 22. B
3. A 13. A 23. C
4. C 14. C 24. A
5. A 15. B 25. D
6. C 16. B 26. B
7. A 17. B 27. A
8. E 18. A 28. E
9. E 19. C 29. C
10. A 20. A 30. A

179

Anda mungkin juga menyukai