Anda di halaman 1dari 3

RESUME FIQH MUAMALAH

1. Penulis

Ravelito Dimas (0301518052) dari kelas MJ18B

2. Sumber

Video ‘Transaksi yang Dilarang dalam Ekonomi Islam’ oleh Ustadz Dr.
Adiwarman Karim.

3. Tempat dan Waktu

Penulisan dilaksanakan di cafe bilangan Cinere, Tangerang Selatan pada hari


Kamis, 10 Oktober 2019.

4. Latar Belakang

Penulis ingin menjelaskan dan merangkum secara lebih ringkas kajian yang
dibahas oleh narasumber, yakni Ustadz Dr. Adiwarman Karim.

5.Pembahasan

Pada bagian awal video, narasumber ingin mengulang kembali materi yang
sudah diberikan kepada peserta kajian pekan sebelumnya, dengan menanyakan
pengertian hukum asal Fiqh Ibadah dan Fiqh Muamalah, yang dimana pengertian
hukum asal Fiqh Ibadah adalah semuanya haram kecuali yang dihalalkan oleh dalil,
sedangkan hukum asal Fiqh Muamalah adalah semuanya halal kecuali yang
diharamkan oleh dalil.

Kemudian video dilanjutkan dengan narasumber membahas Fiqh Muamalah


dengan menjelaskan dua jenis haram dalam ilmu ekonomi, yaitu Haram Lidzatihi
yang artinya adalah segala sesuatu yang diharamkan karena disebabkan oleh suatu
dzat yang membuatnya haram, dan Haram Lighairihi yang artinya adalah segala
sesuatu yang diharamkan karena disebabkan oleh hal lain yang membuatnya
haram.

Lalu narasumber menjelaskan tentang tujuh jenis haram dalam Haram


Lighairihi antara lain:

1. Tadlis (Penipuan/Kebohongan)
Tadlis merupakan penipuan atau kebohongan yang dilakukan secara
sengaja oleh seorang penjual atau pedagang dalam suatu transaksi.
Narasumber menerangkan bahwa ada empat jenis Tadlis, yang pertama
adalah penipuan dalam kuantitas, contohnya seseorang dengan sengaja
mengurangi timbangan, ukuran, takaran, atau meteran dalam suatu transaksi.
Kemudian penipuan dalam kualitas, contohnya seseorang dengan sengaja
menyembunyikan cacat atau kekurangan suatu barang dan menjual barang
tersebut seakan – akan tidak ada cacat atau kekurangan dan menjualnya
dengan harga pasar atau normal. Setelah itu yang ketiga adalah penipuan
dalam harga, contohnya seseorang menjual suatu barang kepada pendatang
yang tidak pernah ke lokasi dimana penjual tersebut berada bukan dengan
harga pasar atau aslinya. Lalu yang terakhir adalah penipuan dalam waktu
penyerahan, contohnya seseorang memberikan kepastian ketepatan
penyerahan hasil kerja kepada pelanggannya padahal Ia tahu bahwa
pekerjaan tersebut tidak bisa diselesaikan pada waktu yang telah ditentukan.
2. Taghrir/Gharar (Ketidakpastian)
Taghrir merupakan suatu transaksi yang tidak memberikan kepastian
atau kejelasan bagi kedua belah pihak. Disini narasumber menjelaskan
bahwa ada empat jenis Taghrir yang sama dengan Tadlis, yaitu
ketidakpastian dalam kuantitas, contohnya seseorang menjual buah yang
masih sangat muda tanpa kepastian bahwa buah tersebut akan bertumbuh
dan menghasilkan buah matang seperti yang diinginkan pembeli. Lalu yang
kedua adalah ketidakpastian dalam kualitas, contohnya seseorang menjual
binatang yang masih dalam induk Ibunya, karena binatang tersebut belum
tentu bisa lahir, dan jika lahir belum tentu kondisinya sempurna seperti yang
diinginkan pembeli. Kemudian adalah ketidakpastian dalam harga, contohnya
seseorang yang menggunakan layanan jasa dan membayarnya setelah jasa
tersebut dipenuhi oleh pihak penyedia jasa tanpa kedua belah pihak
menyetujui tarif yang seharusnya telah ditentukan terlebih dahulu. Terakhir
adalah ketidakpastian dalam waktu penyerahan, contohnya seseorang yang
menjual binatang tetapi keberadaannya tidak jelas atau belum ditangkap dan
diternak oleh penjual.
3. Bai’ Najasy (Penipuan Bersama/Sekongkol)
Berbeda dengan Tadlis yakni penipuan yang dilakukan secara
perorangan atau individu, Bai’ Najasy merupakan suatu penipuan yang
dilakukan bersama dan menggunakan sebuah rencana atau strategi.
Contohnya dalam suatu pelelangan barang, penjual menawarkan barang
yang tidak jelas harga dan nilai aslinya di pasaran, kemudian rekan dari
penjual tersebut berlomba untuk menawar harga barang tersebut sehingga
orang lain merasa bahwa barang tersebut berkualitas dan memiliki nilai yang
lebih, lalu setelah barang tersebut ditawar oleh orang yang sudah tertipu tadi,
maka sang penjual pun langsung menerima tawarannya dan terjadilah
transaksi.
4. Ikhtikar (Menipu Orang Banyak)
Ikhtikar adalah kebalikan dari Bai’ Najasy, yaitu merupakan penipuan
yang dilakukan dengan tujuan untuk menipu orang banyak. Contohnya
seorang penjual atau pedagang yang dengan sengaja menjual lebih sedikit
barang pada musim atau hari – hari tertentu padahal penjual mempunyai stok
barang atau persediaan yang mencukupi dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan yang lebih besar daripada hari biasanya. Dalam menjelaskan
Ikhtikar narasumber mengutip pengertian dari Imam Nawawi yakni Ikhtikar
adalah menjual lebih sedikit barang untuk mendapatkan keuntungan diatas
keuntungan normal.
5. Maisir (Perjudian)
Maisir merupakan sebuah permainan dimana salah satu pihak harus
menanggung beban pihak lain akibat hasil dari permainan tersebut.
Contohnya dalam bermain olahraga dengan menentukan kesepakatan bahwa
tim atau orang yang kalah harus membayar biaya sewa lapangan atau
membelikan minum kepada pihak yang menang.

Kemudian narasumber tidak melanjutkan dan mengakhiri sesi kajian


dikarenakan waktu yang sudah ditentukan oleh pihak panitia tidak bisa mencukupi
sisa materi yang ingin disampaikan oleh narasumber. Lalu narasumber membuka
sesi tanya jawab berdasarkan materi yang telah disampaikan, ada salah satu
pertanyaan yang diutarakan oleh salah satu peserta mengenai kemunkaran yang Ia
temui di tempat kerja, narasumber menjawab dengan menyertakan hadist dari Abu
Sa’id Al Khudri radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barang siapa di antara kalian yang melihat
kemungkaran, hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Apabila tidak mampu
maka hendaknya dengan lisannya. Dan apabila tidak mampu lagi maka dengan
hatinya, sesungguhnya itulah selemah – lemah iman.’.” (HR. Muslim) dan
narasumber menekankan bahwa berdoalah jika itu satu – satunya jalan bagi anda
untuk terhindar dari suatu kemunkaran yang sedang dihadapi.
Setelah itu narasumber menutup sesi kajian dengan mengucap salam dan
meninggalkan ruangan.

6. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diberikan oleh penulis adalah materi yang
disampaikan oleh Ustadz Dr. Adiwarman Karim sangat mudah untuk dipahami
dengan menggunakan banyak contoh yang dapat membantu pemahaman baik bagi
para peserta yang menghadiri kajian secara langsung ataupun bagi orang yang
melihat rekamannya di platform youtube.

Anda mungkin juga menyukai