Anda di halaman 1dari 6

Time value of money (dalam bahasa Indonesia artinya nilai waktu dari uang) adalah konsep

finansial penting yang menyatakan bahwa nilai uang sekarang lebih berharga daripada besar
uang yang sama di waktu mendatang karena potensi pendapatan uang tersebut.

Time value of money (TVM) atau nilai waktu dari uang merupakan suatu konsep finansial
yang menyatakan bahwa nilai uang sekarang lebih berharga dibandingkan dengan nilai uang
dengan jumlah yang sama di masa mendatang, karena potensi kapasitas penghasilan uang
tersebut.

 Tadlis, yaitu sebuah situasi di mana salah satu dari pihak yang bertransaksi berusaha
untuk menyembunyikan informasi dari pihak yang lain (unknown to one party)
dengan maksud untuk menipu pihak tersebut atas ketidaktahuan akan informasi objek
yang diperjualbelikan. Hal ini bisa penipuan berbentuk kuantitas (quantity), kualitas
(quality), harga (price), ataupun waktu penyerahan (time of delivery) atas objek yang
ditransaksikan. Sebagai contoh : apabila kita menjual hp second dengan kondisi
baterai yang sudah sangat lemah, ketika kita menjual hp tersebut tanpa
memberitahukan (menutupi) kepada pihak pembeli, maka transaksi yang kita lakukan
menjadi haram hukumnya.
Tadlis (Penipuan) Karim (2018) mendefinisikan tadlis sebagai kondisi di mana salah satu
pihak tidak mengetahui kondisi yang sebenarnya (unknown to one party) sehingga pihak lain
yang memiliki informasi lebih memanfaatkan kondisi tersebut untuk mendapatkan
keuntungan dengan cara menipu pihak yang tidak tahu. Berbeda dengan Karim, Fauzi (2017)
menjabarkan bahwa menurut fukaha, tadlis ialah menutupi aib barang. Tadlis bukanlah
perihal menjual barang yang cacat atau rusak, melainkan tindakan menyembunyikan
kecacatan atau Sutjipto, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan Vol. 7 No. 5 Mei
2020: 874-885 878 kerusakan barang sehingga informasi yang dimiliki oleh para pihak yang
melakukan transaksi menjadi tidak simetris (asymmetric information). Namun tadlis
bukanlah kondisi asymmetric information itu sendiri, melainkan upaya salah satu pihak yang
bertransaksi untuk menyembunyikan informasi yang menyebabkan terwujudnya kondisi
asymmetric information tersebut. Berdasarkan kedua pendapat tersebut dapat diketahui
bahwa tadlis merupakan upaya menyembunyikan aib barang karena ketidaktahuan salah satu
pihak. Dalam praktiknya, tadlis dapat dikategorikan ke dalam beberapa jenis. Karim (2018)
menggolongkan tadlis ke dalam empat kategori, yaitu: 1. Tadlis dalam kuantitas Tadlis dalam
kuantitas terjadi ketika salah satu pihak yang bertransaksi menyembunyikan informasi
tentang kuantitas suatu produk yang ditransaksikan seperti menjual barang dengan kuantitas
sedikit dengan harga barang kuantitas banyak. 2. Tadlis dalam kualitas Tadlis dalam kualitas
terjadi ketika salah satu pihak yang bertransaksi menyembunyikan informasi mengenai
kualitas produk yang ditransaksikan seperti menyembunyikan cacat atau kualitas barang yang
buruk yang tidak sesuai dengan kesepakatan pihak-pihak yang melakukan transaksi. Dalam
fiqih tindakan tersebut disebut dengan ghisy. 3. Tadlis dalam harga Tadlis dalam harga terjadi
ketika suatu produk dijual dengan harga yang lebih tinggi maupun lebih rendah dari harga
pasar karena salah satu pihak yang melakukan transaksi memanfaatkan ketidaktahuan pihak
lain terhadap harga yang berlaku di pasar. Dalam fiqih tindakan tersebut disebut dengan
ghaban. 4. Tadlis waktu penyerahan Tadlis dalam waktu penyerahan terjadi ketika salah satu
pihak yang bertransaksi menjanjikan untuk melakukan penyerahan, baik barang maupun
uang, padahal ia yakin tidak dapat menyerahkan pada waktu yang dijanjikan.
Taghrir (Ketidakpastian) Kata taghrir berasal dari bahasa Arab gharar yang memiliki arti:
akibat, bencana, bahaya, risiko, dan ketidakpastian. Di dalam istilah fiqih PX·DPPDODK,
taghrir diartikan sebagai suatu tindakan secara membabi buta tanpa pengetahuan yang
mencukupi. Taghrir juga diartikan sebagai tindakan mengambil risiko sendiri dari suatu
perbuatan yang mengandung risiko tanpa mengetahui dengan pasti apa akibatnya, atau
memasuki kancah risiko tanpa mengetahui konsekuensi yang akan diterima (Afzalurrahman,
1996: 161). Pada hakekatnya, seperti praktek distorsi pasar yang lain, praktek transaksi
taghrir juga dapat merugikan pihak-pihak yang melakukan transaksi di dalam pasar, baik
pembeli maupun penjual (Rahman, Sutjipto, et al/Jurnal Ekonomi Syariah Teori dan Terapan
Vol. 7 No. 5 Mei 2020: 874-885 879 2018). Sama halnya dengan praktek transaksi tadlis,
taghrir juga dilarang di dalam konsep Islam karena mengandung incomplete information atau
informasi yang tidak seimbang antar pihak-pihak yang melakukan transaksi. Namun yang
membedakan dengan tadlis, yang mana incomplete information yang terjadi hanya dialami
oleh salah satu pihak saja (unknown to one party), di dalam transaksi taghrir incomplete
information yang terjadi dialami oleh kedua belah pihak, yaitu pembeli dan penjual (Hakim,
2017). Karim (2018), di dalam bukunya menggolongkan taghrir ke dalam empat bentuk, yang
terdiri atas: 1. Taghrir kuantitas yaitu di mana pada saat melakukan transaksi kuantitas barang
yang sedang ditransaksikan masih belum jelas, atau dalam isitlah lain disebut dengan sistem
ijon. 2. Taghrir kualtas yaitu mentransaksikan suatu barang yang belum jelas kualitasnya,
seperti jual beli anak sapi yang masih di dalam kandungan di mana masih belum jelas
kualitas anak sapi tersebut, apakah akan terlahir sehat atau tidak. 3. Taghrir harga yaitu
taghrir yang terjadi ketika terdapat dua harga di dalam satu akad, di mana dua harga tersebut
berlaku pada barang dengan kuantitas dan kualitas yang sama. Misalnya menjual suatu
barang A dengan harga Rp 10.000,00 apabila dibayarkan secara tunai dan Rp 50.000,00
apabila dibayarkan secara kredit selama lima bulan. 4. Taghrir waktu penyerahan yaitu
taghrir yang terjadi ketika barang yang sedang ditransaksikan tidak diketahui keberadaannya
sehingga baik pembeli maupun penjual tidak dapat memastikan kapan barang tersebut akan
diserahkan dan berpindah hak milik.
Menimbun yang diharamkan menurut kebanyakan ulama fikih adalah apabila memenuhi tiga
kriteria:

a) Barang yang ditimbun melebihi kebutuhannya dan kebutuhan keluarga untuk masa satu
tahun penuh. Kita hanya boleh menyimpan barang untuk keperluan kurang dari satu tahun
sebagaimana pernah dilakukan Rasulullah SAW

b) Menimbun untuk dijual, kemudian pada waktu harganya membumbung tinggi dan
kebutuhan rakyat sudah mendesak baru dijual sehingga terpaksa rakyat membelinya dengan
harga mahal.

c) Yang ditimbun (dimonopoli) ialah kebutuhan pokok rakyat seperti pangan, sandang, dan
lain-lain. Apabila bahan-bahan lainnya ada di tangan banyak pedagang, tetapi tidak termasuk
bahan pokok kebutuhan rakyat dan tidak merugikan rakyat, maka itu tidak termasuk
menimbun.

Akibat dari ikhtikar adalah masyarakat luas dirugikan, karena masyarakat harus membayar
harga yang tidak wajar. Apalagi jika barang terebut sangat dibutuhkan, seperti saat ini masker
dan pensuci kuman yang benar-benar dibutuhkan untuk menjaga dari penularan wabah virus
korona. Perbuatan mereka dapat dikategorikan haram, dan dipastikan juga dianggap tidak etis
oleh siapapun yang berpikir normal.

Jika terdapat ikhtikar seperti ini maka pihak yang memeiliki otoritas harus menghilangkan
penimbunan ini dengan intervensi harga dan menghukum para penimbun,. Dengan harga
yang ditentukan ini maka para penimbun dapat dipaksa (terpaksa) menurunkan harganya dan
melempar barangnya ke pasar dengan harga yang wajar.

Tetapi, tidak termasuk dalam ikhtikar adalah penumpukan yang dilakukan pada situasi ketika
pasokan melimpah, misalnya ketika terjadi panen besar, dan segera menjualnya ketika pasar
membutuhkannya. Dalam situasi panen besar seperti ini maka bisa dibayangkan ketika tidak
ada pihak yang bersedia membeli atau menumpuk hasil panen tersebut, sehingga harga yang
terbentuk di pasar akan semakin melemah. Hal ini justru merugikan petani yang dalam hal ini
merupakan kelompok besar dalam masyarakat.

Contoh penimbunan seperti ini misalnya yang dilakukan oleh Bulog ketika terjadi panen raya
untuk stabilisasi harga. Pada saat paceklik, Bulog menjualnya kembali agar harga pasar tidak
terlalu tinggi.
Mudhorobah adalah suatu pernyataan yang mengandung pengertian
bahwa seseorang memberi modal niaga kepada orang lain agar modal itu
diniagakan dengan perjanjian keuntungannya dibagi antara dua belah
pihak sesuai perjanjian, sedang kerugian ditanggung oleh pemilik modal.
Kontrak mudharabah dalam pelaksanaannya pada Bank Syariah nasabah
bertindak sebagai mudharib yang mendapat pembiayaan usaha atas modal
kontrak mudharabah. Mudharib menerima dukungan dana dari bank, yang
dengan dana tersebut mudharib dapat mulai menjalankan usaha dengan
membelanjakan dalam bentuk barang dagangan untuk dijual kepada
pembeli, dengan tujuan agar memperoleh keuntungan (profit).
Musyarokah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk
suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi
dana (atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan
resiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Penerapan
yang dilakukan Bank Syariah, musyarakah adalah suatu kerjasama antara
bank dan nasabah dimana bank setuju untuk membiayai usaha atau
proyek secara bersama-sama dengan nasabah sebagai inisiator proyek
dengan jumlah tertentu dan berdasarkan prosentase tertentu dari jumlah
total biaya proyek dengan dasar pembagian keuntungan dari hasil yang
diperoleh dari usaha atau proyek tersebut berdasarkan prosentase bagi-
hasil yang telah ditetapkan terlebih dahulu. 
Dalam konsep Islam, uang adalah flow concept. Islam tidak mengenal motif
kebutuhan uang untuk spekulasi karena tidak bolehkan. Uang adalah
barang public, milik masyarakat. ... Maksudnya adalah uang diciptakan
untuk memperlancar pertukaran dan menetapkan nilai yang wajar dari
pertukaran tersebut.

Sedangkan ekonomi Islam membedakan secara tegas antara uang dan


kapital. Konsekuensi dari pembedaan ini, secara lebih jauh kemudian
dapat dibedakan uang sebagai barang publik (publik goods) dan kapital
sebagai barang private (private goods). Selain itu, uang merupakan
sesuatu yang bersifat flow concept sedangkan kapital bersifat stock
concept.Sehingga dalam ekonomi Islam, uang harus mengalir dan beredar
dimasyarakat atau tidak boleh diendapkan dan ditimbun.

Anda mungkin juga menyukai