Anda di halaman 1dari 15

Kajian Perbaikan Pondasi Kombinasi Plastic Concrete Cut Off Wall dan

Grouting Pada Pembangunan Bendungan Tugu Kabupaten Trenggalek

Yahya Eko Maryanto Setiawan1, Runi Asmaranto2

1
Mahasiswa Program Sarjana Teknik Jurusan Teknik Pengairan Universitas Brawijaya
2
Dosen Jurusan Teknik Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Email: yahyaeko96@gmail.com

ABSTRAK: Pondasi bendungan merupakan salah satu komponen bendungan yang harus diperhatikan.
Dari hasil investigasi geologi pada pondasi Bendungan Tugu dijumpai kedalaman alluvial kollovial dasar
sungai mencapai 5–36 m (dari dasar sungai) dengan rerata kualitas batuan dari nilai RQD adalah very poor
dan poor. Dari hasil Water Pressure Test menunjukkan masih banyak nilai lugeon > 3. Dengan
pertimbangan kondisi geologi pondasi, maka untuk memperbaiki kondisi geologi pondasi secara efektif
dan efisien dibutuhkan perbaikan pondasi kombinasi plastic concrete cut off wall dan grouting. Kedalaman
plastic concrete cut off wall direncanakan dengan mempertimbangkan kedalaman lapisan kollovial dan
material mengacu pada ICOLD (1985). Grouting yang direncanakan pada Bendungan Tugu meliputi
curtain, sub curtain dan consolidation grouting. Dilakukan analisa keamanan bendungan (debit rembesan,
piping dan deformasi) menunjukkan bahwa bendungan dalam kondisi aman setelah perbaikan pondasi.

Kata kunci: Bendungan Tugu, Geologi, Perbaikan Pondasi, Plastic Concrete Cut Off Wall, dan Grouting.

ABSTRACT: The dam foundation is one of the dam components that must be considered. From the result
of geological investigation on foundation of Tugu Dam found the depth of alluvial kollovial river basin
reach 5-36 m (from river bed) with mean of rock quality from RQD value is very poor and poor. From the
results of Water Pressure Test shows that there are still many lugeon values > 3. With consideration of the
foundation's geology condition, to improve the foundation's geological condition effectively and efficiently
it is needed to improve the foundation of plastic concrete cut off wall and grouting combination. The depth
of the plastic concrete cut off wall is planned by considering the depth of the kollovial layer and the material
refers to ICOLD (1985). Grouting planned at Tugu Dam covers curtain, sub curtain and consolidation
grouting. Conducted a dam safety analysis (seepage discharge, piping and deformation) shows that the
dam is in safe condition after the foundation repair.

Keywords: Tugu Dam, Geology, Foundation Improvement, Plastic Concrete Cut Off Wall, and Grouting.

PENDAHULUAN
Kondisi geologi pondasi bendungan sering Berdasarkan hasil investigasi geologi yang
dihadapkan pada permasalahan adanya telah dilaksanakan setelah galian pondasi core
pelapukan batuan yang tidak merata, retakan, trench menunjukkan bahwa pondasi bendungan
kekar, dan jalur sesar (Soedibyo, 2003:271). terletak pada batuan lapuk kuat, alluvial sungai
Permasalahan struktur geologi tersebut akan dan kollovial. Lapisan-lapisan ini mempunyai
membuka jalan air rembesan, piping, boiling tingkat permeabilitas yang tinggi atau porus.
dan menyebabkan deformasi plastis (plastic Dengan mempertimbangkan kondisi geolgi
deformation) bila terkena beban, sehingga pondasi tersebut, apabila hanya dilakukan
pondasi rencana bendungan membutuhkan perbaikan pondasi dengan metode grouting
perbaikan atau perkuatan untuk mengatasi pada pondasi bendungan akan tidak efektif dan
kebocoran dan kemungkinan penurunan kurang ekonomis karena letak batuan keras
(settlement) yang tidak merata dari tubuh yang terlalu dalam dan lapisan kolllovial yang
bendungan.
tebal. Sehingga perbaikan pondasi Bendungan pelaksanaan grouting. Nilai lugeon didapatkan
Tugu akan lebih efektif dan ekonomis apabila dengan rumus:
dilakukan dengan kombinasi plastic concrete
cut off wall dan grouting (sementasi). (2)
Dimana: Q = Debit injeksi (l/menit)
BAHAN DAN METODE P = Tekanan injeksi (kg/cm2)
Lokasi Studi
Bendungan Tugu berada di Sungai Keser Tegangan Vertikal Pondasi Bendungan
Desa Nglinggis, Kecamatan Tugu, Kabupaten Analisa tegangan vertikal pada pondasi
Trenggalek Jawa Timur dan terletak antara bendungan dilakukan dengan metode Osterberg
garis lintang selatan 8º 1' dan 8º 3' dan garis dan pada kedalaman pondasi (z) 0 - 30 m dari
bujur timur 111º 34' dan 111º 37' dengan batas galian pondasi cut off trench. Tegangan vertikal
– batas wilayah : dihitung dengan rumus: (Suyono sos
Utara : Kabupaten Ponorogo (3)
Selatan : Samudera Hindia
Timur : Kabupaten Tulungagung Dimana:
Barat : Kabupaten Pacitan σz = Tegagan vertikal yang terjadi pada
kedalaman z (kN/m²)
Lokasi I = Faktor pengaruh (tanpa dimensi)
Studi 1 a+b b
= π [( a ) (α1 + α2 ) − a α2 ]
q = Beban tubuh bendungan (kN/m²)
a = Panjang lengan pada bidang miring tubuh
bendungan (m)
b = Panjang lengan pada bidang datar tubuh
bendungan (m)
z = Kedalaman tegangan vertikal pada
pondasi (m)
α1 = Sudut pengaruh kedalaman berdasarkan
panjang a (radian)
α2 = Sudut pengaruh kedalaman berdasarkan
panjang b (radian)
Gambar 1. Lokasi Bendungan Tugu Untuk beban timbunan digunakan rumus:
Sumber: Laporan Akhir Bendungan Tugu, 2013
(4)
Kondisi Geologi Pondasi Bendungan Dimana: q = Beban timbunan tubuh bendungan
Kondisi geologi ditinjau dari nilai Rock (kN/m²)
Quality Designation (RQD) dan nilai lugeon H = Tinggi bendungan (m) = 89,85 m
hasil Water Pressure Test (WPT) yang (main dam)
didapatkan dari hasil investigasi geologi. 𝛾sat = Berat material timbunan terbesar
Rock Quality Designation (RQD) (kN/m3)
didefinisikan sebagai persentase sampel coring
batuan yang memiliki panjang  10 cm terhadap Rembesan Tubuh dan Pondasi Bendungan
panjang total sampel hasil coring. Digunakan Analisa rembesan dilakukan dengan
untuk mengetahui kekuatan massa batuan. menggunakan program Geostudio SEEP/W
(1) 2007. Teori dasar yang digunakan dalam
menghitung rembesan pada tubuh dan pondasi
Dimana: RQD = Rock Quality Designation (%) bendungan adalah dengan menggunakan rumus
λ = rasio antara jumlah kekar dengan Darcy: (Sosrodadarsono, 1981:96)
panjang scan-line (kekar/m)
WPT bertujuan untuk mengetahui (5)
besarnya rembesan pondasi (lugeon)
bendungan, butuh tidaknya dilakukan grouting, (6)
tekanan dan campuran yang sesuai ketika
Dimana : Dimana :
𝑄𝑓 = Kapasitas rembesan (m³/dt) nH : Kedalaman campuran (m)
𝑁𝑓 = angka pembagi dari garis trayektori aliran mH : Muka air tanah (m)
filtrasi H : Kedalaman parit (H)
𝑁𝑝 = angka pembagi dari garis equi-potensial 𝛾𝑠 : Berat jenis campuran (Kg.cm-3)
𝑘 = koeffisien filtrasi (m³/dt) 𝛾 : Berat jenis (Kg.cm-3)
𝐻 = tinggi tekanan air total (m) N & T : Gaya resultan bidang runtuh
𝐿 = panjang melintang tubuh bendungan (m) α : 45 + 𝜑/2
V = kecepatan rembesan (m/dt)
i = gradien hidrolis Kedalaman Grouting
Untuk mengetahui kedalaman curtain
Material Plastic Concrete Cut Off Wall grouting pada pondasi Bendungan Tugu
Penggunaan material plastic concrete cut didasarkan rumus empiris:
off wall mengacu pada ICOLD (1985) dengan
spesifikasi sebagai berikut: (10)
Tabel 1. Karakteristik Material Dinding Dimana :
Halang D =Kedalaman lubang grouting (m)
Jenis Kekuatan Permeabilitas
Deformabilitas
Sifat
Komposisi
h = Tinggi bendungan (m)
Material (Mpa) (m/dtk) Retakan
C = Konstanta (7,5 m pada batuan utuh)
Mudah Semen +
30 – 50 10 -12 Kaku retak agregat (10,5 m pada batuan rekah-rekah/porous)
Beton
(brittle) slump
tremi
20 cm w/c
= 0,5 – 0,7 Pola Grouting
Tahan Semen + Pola grouting direncanakan bedasarkan
1,0 – 3,0 10 -9 Tinggi terhadap agregat +
regangan lempung + efektivitas grouting yang didapatkan dari nilai
Beton
plastis
sampai bentonit lugeon sebelum dan sesudah grouting ketika
10 % w/c  0,5
tanpa pelaksanaan trial grouting.
retak
Tahan Semen +
0,1 – 1,0 10 –8 Sangat tinggi terhadap bentonit
Efektivitas Perbaikan Pondasi
Slurry
semen/
deformasi w/c  0,5 Nilai efektivitas perbaikan pondasi
dan
bentonite
tekanan didapatkan dari perhitugan dengan rumus:
lateral (pedoman grouting
Sumber: ICOLD, Bulletin 129 (2005) Efs = 100 – (KG/K) x 100 (11)
Dimana:
Stabilitas Lubang Bekas Bor Beton Plastis Efs = Efektivitas grouting dalam persen (%)
Stabilitas lubang bekas bor dipengaruhi Kg = Permeabilitas setelah grouting
oleh campuran bentonite yang melekat pada K = Permeabilitas sebelum grouting
dinding lubang atau kerapatan minimum
campuran. Kontrol Keamanan Piping dan Boiling
Rembesan pada bendungan dapat
mengakibatkan peristiwa piping dan boiling
dan dihitung dengan rumus: (Hardiyatmo,
2007: 36)

(12)

Gambar 2. Analisa Stabilitas Lubang (13)


Sumber: Craig (1991:204)
Dengan menggunakan rumus: (Craig (14)
1991:204)
(7)
Dimana :
(8)
(9) FKpiping = minimal 4
Ical = gradien hidraulik debit
Icr = gradien hidraulik dari material Water Pressure Test Bendungan Tugu
timbunan atau pondasi Water Pressure Test (WPT) dilakukan
Gs = berat jenis material (specific gravity) pada sandaran kanan (right bank), dasar sungai
e = angka porositas (riverbed), dan sandaran kiri (left bank).
Vc =Kecepatan Kritis (Vs<Vc) Pelaksanaan Water Pressure Test dilaksanakan
setelah pengeboran untuk investigasi geologi
Analisa Deformasi dan dicuci bersih dengan menyemprotkan air ke
Teori dasar deformasi atau perubahan dalam lubang sampai air yang keluar sudah
bentuk adalah hukum Hook yang diaplikasikan jernih dan menggunakan alat packer.
dalam mekanika tanah dengan percobaan Dari pelaksanaan WPT dihasil bahwa nilai
konsolidasi yaitu penurunan bendungan akibat lugeon sebagai berikut:
pembebanan konstruksi diatasnya. Seiring Sandaran kanan
perkembangan teknologi, analisa deformasi Nilai Lu > 3 untuk kedalaman 0 – 60 m dari
juga dapat dilakukan dengan menggunakan dasar sungai mencapai 100 % dari total nilai Lu
program Geostudio Sigma/W 2007. total dari WPT dengan lugeon maksimum
mencapai 208.35 pada kedalaman 0 – 5 m (DD-
HASIL DAN PEMBAHASAN 9).
Karakteristik Geologi Pondasi Bendungan Dasar sungai
Tugu Nilai Lu > 3 untuk kedalaman 0 – 85 m dari
Investigasi geologi pondasi Bendungan dasar sungai mencapai 72.22 % dari total nilai
Tugu dilakukan pada sandaran kanan (right Lu WPT dasar sungai dengan lugeon
bank), dasar sungai (riverbed), dan sandaran maksimum mencapai 85.31 pada kedalaman 35
kiri (left bank). – 40 m (dibawah dinding halang) DD-7.
Dari data bor log yang dilaksanankan Sandaran kiri
ketika detail desain, survey investigasi Nilai Lu > 3 untuk kedalaman 0 – 60 m dari
tambahan dan pelaksanaan konstruksi dasar sungai mencapai 89.47 % dari total nilai
didapatkan nilai rata – rata RQD sebagai Lu total dari WPT dengan lugeon maksimum
berikut: mencapai 248.34 pada kedalaman 10 – 15 m
Sandaran kanan ketika WPT BT-14.
Dari data bor log DD-09 sedalam 40 m dan DD-
12 sedalam 36 m dari tanah asli didapatkan nilai Analisa Rembesan Sebelum Perbaikn
RQD rerata 34.17 % (Poor). Pondasi
Dasar sungai Analisa rembesan dilakukan menggunakan
Dari data hasil bor log DD-7 sedalam 60 m, DD- program SEEP/W 2007 pada kondisi muka air
8 sedalam 40 m, SI-1 sedalam 20 m, GT-1 waduk kondisi maksimum elevasi +243.56 m,
sedalam 45 m, BTH-1 sedalam 85 m, BT-3 kondisi normal elevasi +239.05 m, dan kondisi
sedalam 40 m, GT.3-PH sedalam 48 m dan minimum elevasi +202.35 m. Ketiga analisa
GT.4-PH sedalam 41 m dari tanah asli tersebut dijalankan tanpa treatment perbaikan
didapatkan nilai RQD rerata 49.26 % (Poor). pondasi.
Sandaran kiri Analisa rembesan pada kondisi tanpa
Dari data hasil bor log DD-5 sedalam 60 m, perbaikan pondasi dilakukan untuk mengetahui
DD-6 sedalam 40 m, GT-2 sedalam 30 m, BT- pola aliran yang terjadi pada pondasi serta
14 sedalam 35 m dari tanah asli didapatkan besarnya debit rembesan pada pondasi pada
rerata 49.91 % (Poor). kondisi awal yang nantinya akan dibandingkan
Tabel 2. Kualitas Massa Batuan dengan debit rembesan setelah perbaikan
pondasi untuk melihat efektivitas dari
perbaikan pondsai bendungan. Dari hasil
analisa didapatkan kapasitas rembesan tubuh
dan pondasi bendungan sebagai berikut:
-El +243.56 m = 0.0363 m³/dt.
-El +239.05 m = 0.0344 m³/dt.
-El +202.35 m = 0.0185 m³/dt.
-Rata – rata = 0.0297 m³/dt.
Mengacu pada batasan yang berlaku di
Jepang (Japanese Institute of Irrigation and
Drainage), besarnya angka kebocoran (debit Pengaruh bagian kiri
rembesan) yang melewati pondasi dan tubuh
𝑎 211,381
bendungan tidak boleh lebih dari 1 % debit = = 8,46
rerata tahunan inflow waduk (Departemen 𝑧 25
𝑏 6
Pekerjaan Umum, Pedoman Grouting untuk = = 0,24
Bendungan, 2005:21). 𝑧 25
1 𝑎+𝑏 𝑏
𝐼2 = [( ) (𝛼1 + 𝛼2 ) − 𝛼2 ]
Diketahui: 𝜋 𝑎 𝑎
- Q sungai rata-rata (inflow) = 1.33 m³/dt 𝐼2 = 0.508
- 1 % dari Q rata-rata sungai = 0.0133 m³/dt. Tegangan vertikal
- Rata–rata kapasitas rembesan = 0.0297 m³/dt. 𝜎𝑧 = (𝐼1 + 𝐼2 )𝑞
Rata-rata kapasitas rembesan (0,0297 = 2074.069 kN/m²
m³/dt) > 1 % dari Q rata-rata sungai (0,0133 Tabel 3. Perhitungan Tegangan Vertikal
Z I1 (Kanan) I2 (kiri) σz=(I1+I2 ).q
m³/dt). Sehingga, dapat diketahui kapasitas (m) Hitungan Grafik Hitungan Grafik (kN/m2)
rembesan yang terjadi pada pondasi dan tubuh 0 0.514 - 0.508 - 2074.069
5 0.508 - 0.502 - 2050.866
Bendungan Tugu tidak memenuhi dari syarat 10 0.491 - 0.491 - 1993.504
yang ditetapkan. 15 0.486 - 0.479 - 1958.705
20 0.480 - 0.474 - 1935.502
25 0.468 0.47 0.468 0.48 1900.692
Tegangan Vertikal Pondasi Bendungan 30 0.463 0.67 0.457 0.459 1865.893
Perhitungan tegangan vertikal yang terjadi
dibawah pondasi Bendungan Tugu dilakukan Jadi dari hasil perhitungan tegangan
perhitungan tiap kedalaman pondasi dari vertikal pada setiap kedalaman, maka diambil
kedalaman (Z) 0 – 30 m dari dasar tubuh tegangan vertikal terjadi pada pondasi as main
bendungan. dam diambil nillai 𝜎𝑧 yang paling besar pada z
q = H x γsat = 0 m adalah sebagai berikut :
q = 89.85 m x 22.59 kN/m3 𝜎𝑧 = (𝐼1 + 𝐼2 )𝑞
q = 2029.71 kN/m2 = 2074.069 kN/m²
Misal tegangan vertikal dibawah pondasi
As Bendungan Tugu pada kedalaman 0 m Pondasi pada riverbed Bendungan Tugu
dengan perhitungan sebagai berikut: memiliki kelas batuan CM – CH. Dengan kelas
σz𝑎𝑠 𝑚𝑎𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑚 = (I1 + I2 )q𝑚𝑎𝑖𝑛 𝑑𝑎𝑚 batuan CM – CH, menurut tabel kelas batuan
z =0m yang dikeluarkan Central Research Institute of
a = 204,675 m  bagian kanan Electric Power Industry Japan memilki nilai qu
b = 12/2 = 6 m  bagian kanan = qu = 1000 – 5000 kN/m². Karena nilai qu
2π 2×3,14 masih lebih besar daripada tegangan vertikal
α1 = 86° = α1 × = 86 ×
360 360° (2074,069 kN/m²) yang bekerja pada pondasi
= 1,50  bagian kanan akibat beban dari tubuh bendungan, maka
2π 2×3,14
α2 = 4° = α2 × 360 = 4 × 360° batuan pondasi bendungan dianggap memenuhi
= 0.070  bagian kanan sebagai tumpuan.
a = 211,381 m  bagian kiri
b = 6 m  bagian kiri Perbaikan Pondasi Bendungan Tugu
2π 2×3,14 Ditinjau dari hasil investigasi geologi
α1 = 85° = α2 × 360 = 86 × 360°
pondasi bendungan (RQD dan jenis batuan),
= 1,483  bagian kiri Water Pressure Test serta analisa debit
2π 2×3,14
α2 = 4° = α2 × 360 = 4 × 360° rembesan sebelum perbaikan pondasi dapat
= 0.070  bagian kiri disimpulkan bahwa pondasi Bendungan Tugu
Pengaruh bagian kanan diperlukan perbaikan (treatment). Perbaikan
pondasi Bendungan Tugu direncanakan dengan
𝑎 204,675 menggunakan dinding halang beton plastis
= =~
𝑧 0 (plastic concrete cut off wall) dan grouting yang
𝑏 6 meliputi curtain, sub curtain dan consolidation
= =~
𝑧 0 grouting.
1 𝑎+𝑏 𝑏
𝐼1 = [( ) (𝛼1 + 𝛼2 ) − 𝛼2 ]
𝜋 𝑎 𝑎
𝐼1 = 0.514
Plastic Concrete Cut Off Wall concrete cut of wall per satu meter kubiknya
Penggunaan plastic concrete cut off wall direncanankan dengan referensi standar yang
(dinding halang beton plastis) dengan tujuan ada pada pedoman dinding halang pada
memperpanjang garis rembesan sehingga debit bendungan urugan. Komposisi dan parameter
rembesan kecil pada yang melewati lapisan deasain hasil pengujian plastic concrete cut of
pondasi yang porous (endapan alluvial, kolovial wall adalah sebagai berikut:
dan batuan lapuk). Perbaikan pondasi dengan
plastic concrete cut off wall akan memperkecil
Tabel 4. Komposisi Plastic Concrete Cut Of
volume galian pada pondasi bendungan, tidak
Wall
memerlukan dewatering dan mempercepat Proporsi Banyaknya
pelaksanaan konstruksi. No Material Material Material
(Kg) (%)

Kedalaman Plastic Concrete Cut Off Wall 1 Semen Portland Tipe I 190 8.38
Plastic concrete cut off wall direncanakan 2 Air 310 13.66

hanya berada di dasar karena pertimbangan 3 Pasir 840 37.03


4 Bentonite 18.6 0.82
kemudahan pelaksanaan (workability) dan
5 Batu Pecah Halus 1-2 cm 546 24.07
kedalaman endapan alluvial kolovial
6 Batu Pecah Halus 2-3 cm 364 16.05
terdalaman dengan volume yang besar berada di
Total 2268.6 100
dasar sungai. Perencanaan kedalaman plastic
concrete cut off wall dilakukan dengan Sumber: Laporan Pengujian Beton Plastis (2017)
pertimbangan kondisi geologi pondasi Tabel 5. Parameter Desain dan Hasil
Bendungan Tugu. Bedasarkan hasil analisa Pengujian Plastic Concrete Cut Of
tegangan vertikal Bendungan Tugu dan kelas Wall
massa batuan, maka direncanakan pondasi No Jenis Uji Spesifikasi Hasil Uji Unit
Bendungan Tugu harus bertumpu pada batuan
dengan kelas CM – CH. Berdasarkan 1 Kuat Tekan (P) 1,0 – 3,0 1,81 Mpa
pertimbagan kondisi tersebut maka kedalaman 2 Slump (SL) 150 – 255 210 Mm
plastic concrete cut off wall direncanakan
3 Elastisitas (E) 263 – 351 271,6 Mpa
menyesuaikan kedalaman batuan kelas CM -
CH dengan variasi kedalaman 5 – 18 m. 4
Permeabilitas
10-9 8.2 x 10-10 m/s
(k)
Sumber: Laporan Pengujian Beton Plastis (2017)
Material Plastic Concrete Cut Off Wall
Plastic concrete cut off wall yang memiliki
Analisa Stabilitas Lubang Plastic Concrete
kekuatan 1,0 – 3,0 Mpa memang tidak cocok
Cut Off Wall
digunakan untuk pondasi bendungan dengan
Dalam analisa stabilitas dari lubang plastic
fungsi utama sebagai struktur (kemampuan
concrete cut off wall, ada beberapa factor yang
menahan beban timbunan) sehingga
dipertimbangkan yaitu: kedalaman lubang,
penggunaan plastic concrete ditujukan untuk
kondisi muka larutan bentonite, dan kondisi
memperbaiki tingkat permeabilitas pada zona
muka air tanah. Besarnya stabilitas lubang
porous. Tingkat deformasi yang tinggi dan
plastic concrete cut off wall dipengaruhi oleh
tahan terhadap rengangan sampai 10 % tanpa
kepekatan campuran bentonite dan air yang
retak juga menjadi pertimbangan penting dalam
diberikan pada penggalian lubang
pemilihan plastic concrete untuk pondasi pada
dilaksanakan. Besarnya kepekatan dipengaruhi
bendungan urugan yang sangat memungkinkan
berat jenis dari campuran bentonite. Data – data
tejadi penurunan atau deformasi dari timbunan
yang adalah sebagai berikut:
sehingga ketika terjadi penurunan pada
- γ bentonite = 1.18 ton/m3 = 11.576 kN/m3
timbunan maka pondasi plastic concrete dapat
menyesuaikan dengan penurunan yang terjadi - γ tanah = 2,1 ton/m3 = 20.601 kN/m3
pada bendungan dan podasi tidak merusak zona
inti. - 𝜑 tanah = 29 o
Tipe plastic concrete cut off wall yang Contoh pehitungan stabilitas lubang pada
digunakan pada Bendungan Tugu dengan kedalaman lubang 5 meeter
1
campuran semen, bentonit, air, pasir, dan P = 2 . 𝛾𝑏𝑒𝑛𝑡𝑜𝑛𝑖𝑡𝑒 . (𝑛. 𝐻)2
agregat sebagai bahan betonnya. Komposisi 1
(takaran) untuk pembuatan campuran plastic P = 2 x 11.576 x (5)2 = 144.698 kN/m
1
W = 2 . 𝛾𝑠𝑜𝑖𝑙. 𝐻 2 . cos 𝛼 sehingga ketika curtain grouting dilaksanakan
1 net cement tidak akan menyebar kedaerah yang
W = 2 x 20.601 x (5.2)2 x cos (59.5) tidak diinginkan yang berada di hulu dan hilir
= 141.362 kN/m Curtain Grouting sehingga keberhasilan dari
Syarat aman stabilitas lubang plastic curtain grouting akan lebih mudah tercapai.
concrete cut off wall P > W, maka 144.698 Biasanya terdiri dari satu baris lubang grouting
kN/m > 141.362 kN/m kondisi Aman. yang dibor dan digrouting ke dasar batuan yang
Tabel 6. Perhitungan Stabilitas Longsor relatif permeable, sehingga gradien hidrolik
Lubang Cut Off Wall diterima tercapai.
Kedalaman
Untuk mengetahui kedalaman curtain
P W U
(nH)
W total Kondisi
grouting pada pondasi Bendungan Tugu
(m) kN/m kN/m kN/m didasarkan rumus empiris, contoh pada Sta. 10
seperti berikut:
5 144.7 141.4 - 141.4 Aman

10 578.8 543.9 - 543.9 Aman h = 93.85 m  Sta 10


15 1302.3 1207.9 5.7 1213.5 Aman C = 10.5 m  didasarkan sungai setelah digali
1
18 1875.3 1731.7 22.8 1754.5 Aman D= ×h+C
3
20 2315.2 2133.2 34.2 2167.3 Aman 1
D = × 93.85 + 10,5
25 3617.4 3319.9 62.6 3382.5 Aman
3
Jadi dapat disimpulkan bahwa pada D = 41.8 m
dinding lubang pengeboran plastic concrete cut Tabel 7. Kedalaman Curtain Grouting
off wall pada kedalaman 0 – 25 m Sta H Bendungan C D Grouting (m)
menggunakan bentonite dengan berat jenis 1.18
-1 12.79 10.5 14.8
ton/m3 tidak akan terjadi longsoran (aman) pada
dinding – dinding bekas pengeboran. 0 20.79 10.5 17.4
1 26.68 10.5 19.4
Grouting Bendngan Tugu 2 32.011 10.5 21.2
Grouting terdiri dari pengeboran garis atau 3 69.451 10.5 33.7
garis dari lubang bor ke dasar bendungan dan 4 69.451 10.5 33.7
menginjeksi dengan tekanan bubur semen ke
5 83.67 10.5 38.4
dalam tanah dan batuan pondasi. Grouting
6 89.85 10.5 40.5
berfungsi untuk:
− Mengurangi kebocoran yang melalui 7 90.85 10.5 40.8
pondasi bendungan. 8 91.85 10.5 41.1
− Mengurangi potensi erosi rembesan. 9 92.85 10.5 41.5
− Memperkuat pondasi bendungan dan 10 93.85 10.5 41.8
mengurangi settlement pada pondasi. 11 93.04 10.5 41.5
Grouting pondasi Bendungan Tugu dengan 12 84.99 10.5 38.8
inti tegak diambil 3 jenis: 13 78.34 10.5 36.6
− Curtain Grouting 14 73.59 10.5 35.0
− Sub Curtain Grouting 15 44.85 10.5 25.5
− Consolidation Grouting
16 29.25 10.5 20.3

Curtain dan Sub Curtain Grouting 17 27 10.5 19.5


Curtain Grouting direncanakan untuk Sumber: Hasil Perhitungan
menciptakan sebuah penghalang tipis (tirai)
Untuk perencanaan kedalaman sub curtain
yang melalui daerah permeabilitas relatif tinggi.
grouting direncanakan dengan kedalaman 15 m
Biasanya terdiri lebih dari satu baris lubang
pada Sta 0 – Sta 17. Perencanaan kedalaman sub
grouting yang dibor dan digrouting ke dasar
curtain grouting dengan mempertimbangan
batuan yang relatif permeable, sehingga gradien
fungsi utamanya untuk membuat jalur
hidrolik diterima tercapai.
rembesan, sehingga ketika curtain grouting
Sub Curtain Grouting direncanakan
dilaksanakan net cement tidak akan menyebar
dengan fungsi untuk membuat jalur rembesan,
kedaerah yang tidak diinginkan dan
meningkatkan efektivitas / keberhasilan dinding
halang beton plastis dan curtain grouting dalam
mengurangi debit rembesan. Gambar 6. Pola dan Jarak Lubang Sub
Curtain Grouting 1 Baris dengan Metode Split
Pola Curtain dan Sub Curtain Grouting Spacing Dasar Sungai
Curtain dan sub curatain grouting Sumber: Hasil Perencanaan
dilaksanakan di sandaran kiri (Sta. 6 - Sta. -1 Keterangan :
curtain & Sta. 6 - Sta. 0 sub curtain), dasar (Sta. P = Lubang Primer
6 - Sta. 11) dan sandaran kanan sungai (Sta. 11 S = Lubang Sekunder
- Sta. 17). Pola grouting (jarak lubang) T = Lubang Tersier
direncanakan berdasarkan pekerjaan trial CH = Check hole
grouting yang dilaksanakan sebelumnya. Pada 1,2,3 … = Urutan Pelaksanaan
kondisi geologi pondasi Bedungan Tugu Consolidation Grouting
dijumpai rekahan – rekahan batuan yang cukup Consolidation Grouting Berfungsi
lebar dan dalam pelaksanaan grouting cukup merekondisi struktur batuan pondasi yang
susah menafsirkan sebaran dari grouting pada mengalami kerusakan waktu digali, baik
pondasi. Berdasarkan kondisi tersebut curtain dengan alat besar ataupun dengan peledakan.
grouting direncanakan dalam 2 baris dengan Meningkatkan kekuatan geser batuan yang
metode pisah spasi atau split spacing. Grouting jelek, hancur dan berkekar. Kedalaman
pada baris terluar dikerjakan lebih awal dengan grouting bervariasi dari 5 m hingga 15 m dan
tujuan memberikan batasan grouting dan spasi dari 5 m hingga 2,5 m dalam sistim grid.
meningkatkan efektifitas grouting pada lubang Untuk mengetahui apakah pondasi pada
baris berikutnya (tengah) atau barisan spasi Bendungan Tugu perlu dilakukan perbaikan
final untuk mengisi rekahan yang lebih halus pondasi berupa consolidation grouting, adalah
dengan tekanan yang lebih tinggi. Sedangkan dengan memperkirakan kelas pelapukan batuan
untuk sub curtain grouting direncanakan dalam dengan nilai RQD yang terdapat pada pondasi.
1 baris yang berada diantara curtain grouting Dari data borlog untuk Bendungan Tugu pada
dan konsolidasi grouting dengan metode spilt kedalaman 0 – 10 m rata – rata memiliki nilai
spacing. Pola dan lokasi curtain dan sub curtain RQD sebagai berikut:
grouting direncakan seperti dibawah.  Left Bank = 49.72 % (Poor) (Moderately
Soft)
 Riverbed = 44.17 % (Poor) (Moderately
Soft)
 Right Bank = 35.00 % (Poor) (Moderately
Gambar 3. Pola dan Jarak Lubang Curtain Soft)
Grouting 2 Baris dengan Metode Split Spacing Dari beberapa analisa kondisi kualitas
Sandaran Kiri dan Kanan batuan dan kekerasan batuan diatas dapat
Sumber: Hasil Perencanaan dikatakan bahwa pondasi Bendungan Tugu
diperlukan pekerjaan perbaikan pondasi berupa
konsolidasi grouting pada sandaran kiri (Sta. 0
– Sta. 6), dasar sungai (Sta. 6 – Sta. 11), dan
sandaran kanan (Sta. 11 – Sta. 17) yang
berfungsi untuk:
Gambar 4. Pola dan Jarak Lubang Curtain 1. Menutup celah, rekahan atau sesar yang
Grouting 2 Baris dengan Metode Split Spacing terdapat pada pondasi tersebut.
Dasar Sungai 2. Menaikkan nilai qu batuan pondasi agar
Sumber: Hasil Perencanaan
dapat menahan beban tubuh bendungan itu
sendiri.
3. Menambah modulus deformasi batuan pada
Gambar 5. Pola dan Jarak Lubang Sub pondasi untuk mengurangi besarnya
Curtain Grouting 1 Baris dengan Metode Split penurunan yang terjadi akibat beban tubuh
Spacing Sandaran Kiri dan Kanan bendungan itu sendiri.
Sumber: Hasil Perencanaan Berdasarkan Pedoman grouting Untuk
Bendungan dan Buku Bedungan Tipe Urugan,
kedalaman dari konsolidasi grouting berkisar untuk membuktikan bahwa terjadi penurunan
antara 5 – 10 m tergantung kondisi batuan debit rembesan dari skenenario I sampai
pondasi. Berdasarkan kondisi geologi pondsai skenario III yang merupakan perbaikan pondasi
Bendungan Tugu yang ditinjau dari hasil RQD sesuai hasil perencanaan. Skenario tersebut
disimpulkan bahwa pada kedalaman 0 – 10 m yakni:
pondasi bendungan merupakan batuan lunak 1) Dinding halang beton plastis kombinasi
yang memiliki banyak celah atau rekahan, curtain grouting.
sehingga kedalaman konsolidasi grouting 2) Dinding halang beton plastis, curtain
direncanakan sedalaman 10 m. grouting kombinasi dengan sub curtain
grouting.
Pola Consolidation Grouting 3) Dinding halang beton plastis, curtain, sub
Konsolidasi grouting dilaksanakan di curtain grouting kombinasi dengan
sandaran kiri (Sta. 0 - Sta. 6), dasar (Sta. 6 - Sta. konsolidasi grouting.
11) dan sandaran kanan sungai (Sta. 11 - Sta.
Berikut merupakan nilai debit rembesan
17). Pola grouting (jarak lubang) direncanakan
hasil analisa SEEP/W 2007 pada kondisi Muka
berdasarkan pekerjaan trial grouting yang
Air Normal (MAN) dengan bentang bendungan
dilaksanakan sebelumnya. Konsolidasi grouting
475 m dari 3 skenario perbaikan pondasi:
direncanakan berada dibawah tubuh bendungan
Sebelum perbaikan pondasi = 0.034 > 1% Q
sepanjang zona inti dan merupakan grouting
rerata sungai
paling luar. Pelaksanaan konsolidsai grouting
Skenario I = 0.0105 m³/dt < 1% Q rerata sungai
direncanakan dalam dengan metode pisah spasi
Skenario II = 0.005 m³/dt < 1% Q rerata sungai
atau split spacing. Grouting pada baris terluar
Skenario III = 0.001 m³/dt < 1% Q rerata sungai
dikerjakan lebih awal dengan tujuan
memberikan batasan grouting dan Sehingga, dapat disimpulkan bahwa pada
meningkatkan efektifitas grouting pada lubang kondisi sebelum perbaikan pondasi terjadi debit
baris berikutnya (tengah) atau barisan spasi rembesan yang cukup besar (Q > 1 % Q rerata
final untukambil mengisi rekahan yang lebih sungai) dan dinyatakan dalam kondisi tidak
halus dengan tekanan yang lebih tinggi. Pola aman. Dari kondisi tersebut menunjukkan
dan lokasi konsolidasi grouting direncakan bahwa perlu dilakukan treatment pondasi untuk
seperti dibawah. mengurangi debit rembesan. Pada setiap
skenario (skenario I, II dan III) treatment
perbaikan pondasi didapatkan bahwa debit
rembesan yang terjadi < 1 % debit rerata sungai
Gambar 7. Pola dan Jarak Lubang
sehingga dinyatakan bahwa kapasitas rembesan
Konsolidasi Grouting dengan Metode Split
yang terjadi pada pondasi dan tubuh Bendungan
Spacing Sandara Kiri dan Kanan Sungai
Tugu masih memenuhi dari syarat yang
Sumber: Hasil Perencanaan
ditetapkan (aman).

Evaluasi Hasil Analisa Rembesan


Evaluasi ini perlu dilakukan dengan tujuan
Gambar 8. Pola dan Jarak Lubang
untuk melihat keamanan bendungan terhadap
Konsolidasi Grouting dengan Metode Split
rembesan dan mengetahui tingkat keberhasilan
Spacing Dasar Sungai
dari treatment perbaikan pondasi. Parameter
Sumber: Hasil Perencanaan
keberhasilan grouting dapat ditinjau dari nilai
Keterangan : Lu (debit rembesan), mencegah bahaya akibat
P = Lubang Primer rembesan (piping / uplift), dan workability
S = Lubang Sekunder (kemudahan untuk dikerjakan).
T = Lubang Tersier
CH = Check hole a) Efektivitas Grouting
1,2,3 … = Urutan Pelaksanaan Permebilitas air dapat diambil dari
koefisien lulusan air (K) atau nilai Lugeon (Lu).
Analisa Rembesan Bendungan Tugu Setelah Dalam menentukan efektivitas geouting
Perbaikan Pondasi diambil dari koefisien permeabilitas / nilai
Dalam analisa rembesan SEEP/W 2007 Lugeon pada pilot hole dibandingkan dengan
dilakukan dengan 3 skenario dengan tujuan koefisien permeabilitas / nilai Lugeon (Lu) pada
check hole yang berdekatan dan dari hasil efektif) dengan nilai sebesar 2.76 x 10-7 m/dt
analisa rembesan dengan SEEP/W 2007 atau 2.76 x 10-5 cm/dt.
sebelum dan setelah perbaikan pondasi. Kecepatan Kritis (Vc)
Efektivitas grouting digolongkan sebagai √W1×g
berikut Vc=
F×γw
Tabel 8. Efektivitas dan Pengaruh Grouting Nilai W1
Efektivitas Grouting (%) Pengaruh Grouting W1=(Gs-1)×0.167×π×d³
> 90 Sangat Baik W1=(2.665-1)×0.167×3.14×0.001³
60 – 90 Baik
30 – 60 Sedang W1=8.73x10-10
10 – 30 Kurang Nilai F
< 10 Buruk π
F= 4 ×d²
Sumber: Pedoman Grouting Untuk Bendungan
(2005:171) 3.14
F= ×0.001² = 7.85x10-7
Contoh Perhitungan Efektivitas Grouting: 4
Pada skenario III kondisi MAN
Efs = 100 – (KG/K) x 100
Efs = 100 – (0.001007/0.03629) x 100
= 97.08 %
Tabel 9. Rekapitulasi Efektivitas Perbaikan
Pondasi dengan Analisa SEEP/W
Bentang
Rembesan Efektivitas
Skenario Bendungan
(m) (m³/det) (%)
475 0.03629 -
Sebelum 475 0.034447 -
Grouting 475 0.018525 -
Rata - Rata 0.029754 -
475 0.0109725 69.76
475 0.0104975 69.53
I
475 0.0059375 67.95 Gambar 9. Detail Vektor Kecepatan Aliran
Rata - Rata 0.009135833 69.30
475 0.004845 86.65
pada Tumit Hilir
475 0.0045885 86.68 Sumber: Hasil Analisa
II Sehingga, kecepatan kritis dapat diperoleh
475 0.002698 85.44
Rata - Rata 0.004043833 86.41 dengan :
475 0.00106875 97.05
√W1×g
II
475 0.001007 97.08 Vc=
475 0.0005225 97.18 F×γw
Rata - Rata 0.000866083 97.09
√8.73x10-10 ×980
Dari hasil perhitungan efektivitas perbaikan Vc =
7.85x10-7 ×1
pondasi berdasarkan debit rembesan sebelum Vc = 1.044 cm/dt
dan setelah perbaikan pondasi dari analisa
rembesan SEEP/W 2007 didapatkan bahwa Karena kecepatan kritis (Vc=1.044 cm/dt)
efektivitas rata – rata untuk perbaikan pondasi > kecepatan rembesan (Vs=2.76 x10-5 cm/dt)
dengan metode plastic concrete cut off wall, dapat dikatakan tidak akan terjadi peristiwa
konsolidasi grouting, sub curtain grouting dan piping dan boiling.
curtain grouting adalah 97.09 %. Menurut
pedoman grouting dengan efektivitas grouting c) Perhitungan Faktor Keamanan
mencapai 97.09 % termasuk dalam kategori Terhadap Piping
pengaruh yang sangat baik. Dalam perhitungan faktor keamanan
piping ini dipilih keadaan air normal (MAN) di
b) Kecepatan Aliran Filtrasi hulu bendungan berada pada elevasi +239.05 m.
Kecepatan rembesan (Vs) diambil dari Gradien Hidraulik Kritis (𝑖𝑐𝑟 )
result SEEP/W pada kondisi MAN dengan (Gs − 1)
icr =
pertimbangan MAN yang merupakan kondisi (1 + e)
maksimum tampungan air waduk (tampungan (2,665 − 1)
icr = = 0.785
(1 + 1.122)
Gradien Hidraulik Exit (𝑖𝑐𝑎𝑙 ) perbedaan penurunannya sekitar 0.80 cm.
Didapatkan dari result information dalam Dengan perbedaan penurunan yang kecil (< 50
Analisa SEEP/W yang terjadi pada tumit zona cm), maka tidak akan membahayakan stabilitas
inti tubuh bendungan yakni di dapatkan dengan dinding diafragma (terjadi crack) dan menjadi
nilai 0.139. jalur rembesan.
FK Terhadap Piping Besarnya deformasi vertikal (Y) yang
icr terjadi pada dinding diafragma dengan tinggi 18
FK = m (1800 cm) sebesar 24.6 cm – 17.9 cm = 6.7
i𝑛
0,785 cm atau sebesar 0.37% (6.7/1800 x 100%).
FK = = 5.645 Besarnya deformasi tidak mengakibatkan
0,139
Didapatkan hasil perhitungan faktor dinding diafragma runtuh (failure) karena
keamanan terhadap piping (FK = 5.645 > 4) keruntuhan terjadi bila deformasi sekitar > 4 %.
maka, dapat dikatakan tidak akan terjadi Sedangakan deformasi horisontal (X) yang
peristiwa piping. terjadi pada dinding diafragma dengan tinggi 18
m sebesar 1,7 – 0.4 cm = 1,3 cm atau sebesar
Analisa Deformasi Bendungan dengan 0.07 % (1.3/1800 x 100%) sehingga nilai ini
SIGMA/W 2007 sangat kecil dan tidak akan membahayakan
Analisis deformasi ini dilakukan untuk stabilitas dinding diafragma.
mengetahui besarnya penurunan dari konstruksi Berdasarkan hasil tes laboratorium,
bendungan pada saat konsolidasi telah tercapai besarnya Modulus Young dinding diafragma
90 %. Parameter yg diperlukan dalam analisis rata-rata dengan kedalaman kollovial 8 m dan
deformasi ini adalah besarnya nilai modulus batuan lapuk kuat 10 m adalah :
elastisitas (E) serta angka poisson () dari setiap Edinding = 420,000 kN/m2
zona material.
Besarnya Modulus Young pondasi
a) Deformasi Tubuh Bendungan dan kollovial dan batuan dasar lapuk kuat
Pondasi (dekompos) :
Hasil dari analisa deformasi tubuh Etanah = (80,000 *8 + 100,000*10) / (8+10) =
bendungan dan pondasi Bendungan Tugu 91,111 kN/m2
didapatkan bahwa deformasi maksimum yg
terjadi adalah sebesar 1.098 m atau 109.89 cm Sehingga : 5 x Etanah = 5 * 91,111 kN/m2 =
yang terjadi pada zona inti bagian atas. Untuk 455,556 kN/m2 > Edinding  OKE
mengetahui waktu penurunan yang terjadi
sebesar 1.099 m pada zona inti dihitung dengan Perencanaan Penulangan Concrete Slab
rumus: Beton (concrete slab) merupakan material
Diketahui: / bahan konstruksi yang memiliki kuat tekan
H = 93.85 m (9385 cm) yang tinggi tetapi kuat tariknya rendah. Pada
Cv = 6.61x10-3 cm2/dt beton diperlukan (kombinasi) tulangan baja
yang memiliki kuat tarik yang tinggi agar beton
Derajat konsolidasi (U) 90%
mampu menahan tekan dan tarik pada sebuah
Maka waktu penurunannya:
konstruksi. Concrete slab direncakanan dengan
T90% × H 2
t= dimensi tebal beton 1 m dengan panjang 12 m
Cv (sama dengan lebar puncak bendungan) yang
0.848 × 93852 diletakkan tepat diatas dinding halang beton
t= plastis.
6.61 × 10−3
Untuk perhitungan pembetonan dan
t = 358.31 tahun penulangan concrete slab, konstruksi yang di
tinjau adalah beban tubuh, adapun mutu beton
b) Deformasi Pada Area Dinding Halang yang digunakan yaitu f’c = 18,68 MPa (K-225)
Lapisan pondasi endapan kollovial dan fy = 400 MPa dengan tebal selimut beton p = 75
batuan lapuk kuat (dekompos) mengalami mm. Diameter tulangan yang digunakan pada
penurunan (displacement) maksimum sebesar concrete slab sebesar D22-250 (tulangan
25.40 cm, sementara dinding halang beton utama) dan D19-250 (tulangan bagi).
plastis (dinding diafragma) mengalami
penurunan sebesar 24.60 cm, sehingga
Metode Pelaksanaan Konstruksi Perbaikan kedua yang telah di cor dengan beton –
Pondasi bentonite.
Perbaikan pondasi pada Bendungan Tugu
dilakukan dengan kombinasi treatment plastic
concrete cut off wall (dinding halang beton
plastis) dan grouting yang terdiri dari grouting
tirai (curtain), sub curtain, dan konsolidasi
grouting.

Mulai

Investigasi Geologi

Pekerjaan Plastic
Concret Cut off Wall

Pekerjaan Konsolidasi
Grouting
Gambar 11. Flowchart Pekerjaan Drilling,
Pekerjaan Sub Curtain
Grouting
Casting dan Pengeboran
Sumber: Hasil Perencanaan
Pekerjaan Curtain
Grouting
b) Pelaksanaan Grouting
Pekerjaan grouting terdiri dari curtain
Pekerjaan Concrete grouting, sub curtain grouting, dan
Slab consolidation grouting. Pekerjaan grouting
akan dilakukan dengan tahapan 5 m (1 stage)
Selesai
panjang lubang grouting, dan menggunakan
cara split spacing method. Grouting dilakukan
Gambar 10. Flowchart Perbaikan Pondasi pada stage yang mempunyai nilai Lu > 3.
Sumber: Hasil Perencanaan
Kedalaman tahap akhir tidak boleh lebih dari
7,5 m. Tahapan grouting di tiap lubang akan
a) Plastic Concrete Cut Off Wall (Dinding
dilakukan dengan down hole stage (grouting
Halang Beton Plastis)
Lokasi pekerjaan plastic concrete cut off dari atas ke bawah).
Setiap pekerjaan pengeboran akan dibor
wall berada disepanjang dasar sungai yang
dengan peralatan pengeboran rotary dan
terletak pada STA. 6 – STA. 11 dengan lubang
bor 2 baris dan setiap lubang bor direncanakan perkusi standard dan dilengkapi dengan water
swivel atau alat lainnya untuk penggelontoran
overlap dengan lubang bor yang ada di
sebelahnya. lubang secara berkelanjutan. Diameter lubang
bor yang akan dipakai adalah ukuran ᴓ56 mm.
Pengeboran dilakukan menggunakan alat
Untuk pekerjaan pilot holes dan test holes
berat Rotary Drilling Machine yang
diameter lubang adalah ᴓ73 mm dan harus di
sebelumnya telah dipersiapkan. Diameter
ambil sampel inti. Untuk mata bor yang
lubang sebesar 80 cm dengan kedalaman
pengeboran ± 10 meter. Lokasi pengeboran digunakan adalah ᴓ73 mm dengan double core.
memiliki tipe tanah koluvial yang berupa
campuran lempung, pasir, kerikil, kerakal dan c) Pelaksanaan Concrete Slab
Pekerjaan concrete slab berada di atas
boulder dari andesit dan breksi, sifat lepas –
gouting dan dinding halang beton plastis.
lepas dan tidak terkonsolidasi yang umumnya
tidak stabil. Pengeboran untuk cut off wall Concrete slab dikerjakan setelah pekerjaan
grouting dan dinding halang selesai.
dilakukan dengan selang antar pusat bor sebesar
55 cm. Sedangkan pengeboran untuk lubang
ketiga berada dianatara lubang pertama dan
Harga total seluruh pekerjaan merupakan
jumlah dari hasil perkalian volume pekerjaan
atau bill of quantity (BOQ) dengan harga satuan
pekerjaan untuk masing-masing pekerjaan.
Untuk mendapatkan rencana anggaran biaya
(RAB), harga total seluruh pekerjaan tersebut
ditambah dengan pajak pertambahan nilai
(PPN) yang besarnya 10% dari harga total
seluruh pekerjaan.
Jadi dari hasil perhitungan RAB
disimpulkan bahwa biaya yang dibutuhkan
untuk pekerjaan perbaikan pondasi Bendungan
Tugu adalah Rp.61,626,723,607.87 atau
dibulatkan menjadi Rp.61,626,724,000.00
(Enam Puluh Satu Miliar Enam Ratus Dua
Gambar 12. Flowchart Pekerjaan Concrete Puluh Enam Juta Tujuh Ratus Dua Puluh Empat
Slab Ribu Rupiah).
Sumber: Hasil Perencanaan
KESIMPULAN DAN SARAN
Rencana Anggaran Biaya Kesimpulan
Volume pekerjaan yang dihitung ini Berdasarkan analisa perhitungan yang
berdasarkan perencanaan yang telah dilakukan sudah dilakukan dan rumusan masalah yang ada
pada pekerjaan ini. Perhitungan luas bidang pada studi ini, maka dapat disimpulkan
bangunan dilakukan menggunakan program beberapa hal sebagai berikut:
AutoCAD dan dengan bantuan program MS. 1. Berdasarkan kajian dari hasil investigasi
Excel. Volume untuk pekerjaan plastic concrete geologi, Water Pressure Test dan trial
cut off wall, grouting dan concrete slab sebagai grouting pada sandaran kiri, dasar dan
berikut: sandaran sungai dengan mempertimbangkan
Tabel 10. Volume Pekerjaan Perbaikan efektivitas grouting serta sebarannya dengan
Pondasi cairan kimia fenolftalein, maka didapatkan
pola (jarak / spasi) grouting sebagai berikut:
NO URAIAN PEKERJAAN Sat VOLUME a. Pada sandaran kiri: direncanakan grouting
(curtain, sub curtain dan konsolidasi)
1.1 Water Pressure Test (WPT)
1 Pemasangan Pipa Pelindung m 41,594.29
dengan jarak 3 x 3 m. Dari hasil Water
Penyiapan dan Pemasangan Pressure Test (WPT) pada sandaran kiri
2 Kali 2,918.00
Packer dengan jarak 3 x 3 m didapatkan efektivitas
3 Single Water Pressure Test Kali 2,785.00
4 Multi Water Pressure Test Kali 133.00 grouting 66.44 % (pengaruh grouting baik)
1.
Grouting
dan ketika diberikan cairan kimia
1
Pemboran Lubang Curtain
fenolftalein pada lubang check hole, cairan
1 m 11,635.86 tersebut berubah menjadi warna merah
Grouting
Pemboran Inti Pilot Hole & (sebaran grouting terinterkoneksi).
2 m 3,783.43
Check hole
Pemboran Sub Curtain b. Pada dasar sungai: direncanakan grouting
3 m 4,965.00
Grouting (curtain, sub curtain dan konsolidasi)
Pemboran Konsolidasi
4
Grouting
m 21,210.00 dengan jarak 2.2 x 1.5 m. Dari hasil Water
5 Material Grouting ton 7,219.06 Pressure Test (WPT) pada sandaran kiri
6 Pelaksanaan Grouting ton 7,219.06
1.
dengan jarak 2.2 x 1.5 m didapatkan
Plastic Concrete Cut Off Wall efektivitas grouting 61.50 % (pengaruh
2
1 Pemboran Bore Pile di Tanah m 3,128.50 grouting baik) dan ketika diberikan cairan
2 Pemboran Bore Pile di Batu m 4,337.50
3 Beton Plastis m3 5,972.80 kimia fenolftalein pada lubang check hole,
1.
Concrete Slab
cairan tersebut berubah menjadi warna
3
1 Beton K-225 m3 1,500.00
merah (sebaran grouting terinterkoneksi).
Tulangan Beton (pemotongan, c. Pada dasar sungai: direncanakan grouting
2 pembengkokan dan Ton 40.01 (curtain, sub curtain dan konsolidasi)
pemasangan)
3 Bekisting Tipe Non Expose F1 m2 137.00 dengan jarak 2.2 x 1.5 m. Dari hasil Water
Pressure Test (WPT) pada sandaran kiri
dengan jarak 2.2 x 1.5 m didapatkan penurunan 24.60 cm. Sehingga dari hasil
efektivitas grouting 61.50 % (pengaruh tersebut didapatkan perbedaan penurunan
grouting baik) dan ketika diberikan cairan 0.8 cm < 50 cm, maka tidak akan terjadi
kimia fenolftalein pada lubang check hole, crack pada area dinding halang beton plastis.
cairan tersebut berubah menjadi warna Pada dinding halang beton plastis dengan
merah (sebaran grouting terinterkoneksi). tinggi 18 m (1800 cm) terjadi deformasi
2. Analisa rembesan pada tubuh dan pondasi vertikal (Y) 6.7 cm atau sebesar 0.37% < 4
bendungan dilakukan menggunakan %, sehingga tidak akan menimbulkan
program Geostudio SEEP/W 2007 dengan keruntuhan (failure). Sedangkan deformasi
melakukan beberapa skenario treatment horizontal (X) dengan nilai sangat kecil
perbaikan pondasi dengan tujuan sebesar 1,3 cm atau 0.07 % dan tidak akan
membuktikan bahwa terjadinya penurunan membahayakan stabilitas dinding halang.
debit rembesan pada skenario sebelum 4. Metode pelaksanaan perbaikan pondasi
perbaikan pondasi sampai perbaikan pondasi dengan kombinasi plastic concrete cut off
sesuai perencanaan. wall dan grouting dilakukan dengan
Sebelum perbaikan pondasi = 0.034 > 1% Q beberapa tahapan diantaranya:
rerata sungai - Investigasi geologi, untuk mengetahui
Skenario I = 0.0105 m³/dt < 1% 𝑄̅ sungai kondisi geologi pondasi, jenis batuan, dan
Skenario II = 0.005 m³/dt < 1% 𝑄̅ sungai rembesannya dengan WPT.
Skenario III = 0.001 m³/dt < 1% 𝑄̅ sungai - Pekerjaan untuk plastic concrete cut of wall,
3. Analisa stabilitas tubuh bendungan dan diawali dengan pengeboran dengan
pondasi yang meliputi stabilitas terhadap menggunakan bored pile diameter 80 cm
daya dukung (kemampuan pondasi), sedalam 18 m yang dilanjutkan dengan
stabilitas longsor pada dinding lubang bor pemasangan temporary steel casing
plastic concrete cut off wall, rembesan dan diameter 80 cm dengan tinggi 2 – 3 m.
deformasi Bendungan Tugu didapatkan hasil - Pekerjaan grouting, pekerjaan grouting
sebagai berikut: dimulai dari konsolidasi grouting
a. Tegangan vertikal bendungan yang paling dilanjutkan sub curtain grouting dan curtain
besar berada pada kedalaman 0 m dari dasar grouting dengan tujuan agar ketika
tubuh bendungan dengan nilai 2074,069 dilakukan sub curtain dan curtain grouting
kN/m2 < 5000 kN/m2 (CM – CH), sehingga penetrasi dan sebarsan grouting akan lebih
pondasi bendungan memenuhi sebagai baik. Pengeboran grouting dialkukan dengan
tumpuan (pondasi) bendungan. metode down stage (dari atas ke bawah)
b. Perhitungan stabilitas longsor pada bor dengan tahapan pengeboran (stage) setiap
lubang plastic concrete cut off wall dengan kedalaman 5 m. Setiap stage akan diakukan
berat jenis bentonite 1.18 ton/m3 didapat pengujian tekanan air (WPT) untuk
bahwa tekanan bentonite > tekanan tanah mengetahui nilai Lu dan stage yang akan di
pada kedalaman 0-25 m, sehingga tidak grouting jika Lu > 3. Pengeboran untuk
terjadi longsor pada tanah bekas lubang bor. grouting dilakukan dengan menggunakan
c. Dari hasil perhitungan kecepatan kritis mesin bor rotary diameter 73 mm.
didapatkan Vc=1.044 cm/dt > kecepatan - Pekerjaan Concrete Slab, concrete slab
rembesan (Vs=2.76x10-5 cm/dt), sehingga berada diatas dinding halang dan grouting
dapat dikatakan tidak akan terjadi peristiwa yang dilakukan setelah pekerjaan dinding
piping dan boiling. Sedangakan, dari hasil halang dan grouting selesai. tahapan
perhitungan faktor keamanan terhadap pekerjaan concrete slab dimulai dari
piping dan boiling didapat angka keamanan pengecoran lantai kerja, pembuatan beton
(FK=5.645 > 4). Maka, dapat dikatakan decking, pemasangan tulangan, pemasangan
tidak akan terjadi peristiwa piping atau bekisting dan waterstop¸ pengecoran dan
boiling. curing. Concrete slab dikerjakan seluas 12 x
d. Analisa deformasi dilakukan dengan 125 m (sepanjang dinding halang beton
bantuan program Geostudio SIGMA/W plastis) dengan tebal 1 m.
2007 dengan hasil pada lapisan pondasi 5. Dari hasil Recana Anggaran Biaya (RAB)
endapan kollovial dan batuan lapuk kuat pekerjaan perbaikan pondasi metode plastic
mengalami penurunan 25.40 cm dan pada concrete cut off wall kombinasi grouting
dinding halang beton plastis mengalami pada Bendungan Tugu didapatkan dengan
biaya sebesar Rp. Rp.61,626,724,000.00 Departement Pekerjaan Umum. (2005).
(Enam Puluh Satu Miliar Enam Ratus Dua Pedoman Pembuatan Dinding Halang
Puluh Enam Juta Tujuh Ratus Dua Puluh (Cut Off) Pada Bendungan Urugan.
Empat Ribu Rupiah). Jakarta Selatan.
Departement Pekerjaan Umum. (2005).
Saran Pedoman Pengendalian Rembesan Pada
Pada debit rembesan hasil analisa Bendungan Urugan. Jakarta Selatan.
rembesan pada bendungan dengan program Departement Pekerjaan Umum. (2007).
Geostudio SEEP/W 2007 perlu dilakukan Pembangunan Bendungan pada Pondasi
validasi dengan menggunakan data hasil Tanah Lunak. Jakarta Selatan.
pengujian tekanan air dilapangan (WPT). Selain
debit rembesan, efektivitas grouting dari hasil Departement Pekerjaan Umum. (2003).
SEEP/W juga harus dilakukan validasi dengan Pedoman Kriteria Umum Desain
efektivitas grouting hasil pengujian lapangan Bendungan. Jakarta Selatan.
Departement Pekerjaan Umum. (2003).
UCAPAN TERIMAKASIH Pedoman Kajian Keamanan Bendungan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Jakarta Selatan.
dosen pembimbing yang telah menndampingi Departement Pekerjaan Umum. (2004).
dalam pengerjaan skripsi. Ucapan terima kasih Pedoman Pelaksanaan Konstruksi
juga disampaikan kepada BBWS Brantas, Bendungan Urugan. Jakarta Selatan.
konsultan supervisi Bendungan Tugu (PT. Gideon, Vis. 1993. Dasar-dasar Perencanaan
Mettana), dan kontraktor pelaksana (PT. Beton Bertulang. Jakarta: Erlangga.
Wijaya Karya) yang telah memberikan Heyward, Wallace. 1982. Grouting In
keperluan data skripsi, pengetahuan lapangan Geotechnical Engineering. New York:
dan motivasi dalam pengerjaan skripsi. American Society of Civil Engineers.
Ika Adya. (2014). Laporan Survey Investigasi
DAFTAR PUSTAKA Tambahan Bendungan Tugu. Trenggalek.
Bowles, E. Joseph. (1991). Analisis dan Desain Indra karya. (2013). Laporan Akhir
Pondasi Jilid 1. Jakarta: Erlangga Perencanaan Pembangunan Bendungan
Christady Hardiyatmo, Hary. (2007). Mekanika Tugu. Trenggalek.
Tanah 1 Edisi Keempat. Yogyakarta: M. Das, Braja. (1983). Advanced Soil
Gajah Mada University Press. Mechanics. Washington, New York,
Christady Hardiyatmo, Hary. (2007). Mekanika London: Hemisphere Publishing
Tanah 2 Edisi Keempat. Yogyakarta: Corporation.
Gajah Mada University Press. Sosrodarsono, Suyono dan Nakazawa, Kazuto.
Craig, R.F. (1994). Mekanika Tanah Edisi (2016). Bendungan Type Urugan. Jakarta:
Keempat. Jakarta: Erlangga. Pradnya Paramita.
Departement Pekerjaan Umum. (2005). Sosrodarsono, Suyono dan Takeda, Kensaku.
Pedoman Pengendalian Rembesan Pada (1981). Mekanika Tanah Dan Teknik
Bendungan Urugan. Jakarta Selatan. Pondasi. Jakarta: Pradnya Paramita.
Departement Pekerjaan Umum. (2005). Wijaya Karya. (2016). Usulan dan Tanggapan
Pedoman Grouting Untuk Bendungan. Perbaikan Pondasi dengan Dinding
Jakarta Selatan. Halang pada Bendungan Tugu.
Trenggalek.

Anda mungkin juga menyukai