Dokumen tersebut membahas tentang kekuatan takdir Allah dan bagaimana himmah manusia tidak dapat menembus takdir tersebut. Takdir Allah telah menentukan segala sesuatu termasuk pencapaian dalam perjalanan spiritual seseorang, yang tidak dapat dipercepat atau diperlambat oleh keinginan sekeras apapun. Hikmah ini dimaksudkan untuk mententeramkan hati murid dari keinginan berlebihan.
0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
21 tayangan1 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang kekuatan takdir Allah dan bagaimana himmah manusia tidak dapat menembus takdir tersebut. Takdir Allah telah menentukan segala sesuatu termasuk pencapaian dalam perjalanan spiritual seseorang, yang tidak dapat dipercepat atau diperlambat oleh keinginan sekeras apapun. Hikmah ini dimaksudkan untuk mententeramkan hati murid dari keinginan berlebihan.
Dokumen tersebut membahas tentang kekuatan takdir Allah dan bagaimana himmah manusia tidak dapat menembus takdir tersebut. Takdir Allah telah menentukan segala sesuatu termasuk pencapaian dalam perjalanan spiritual seseorang, yang tidak dapat dipercepat atau diperlambat oleh keinginan sekeras apapun. Hikmah ini dimaksudkan untuk mententeramkan hati murid dari keinginan berlebihan.
Dokumen tersebut membahas tentang kekuatan takdir Allah dan bagaimana himmah manusia tidak dapat menembus takdir tersebut. Takdir Allah telah menentukan segala sesuatu termasuk pencapaian dalam perjalanan spiritual seseorang, yang tidak dapat dipercepat atau diperlambat oleh keinginan sekeras apapun. Hikmah ini dimaksudkan untuk mententeramkan hati murid dari keinginan berlebihan.
“KEKUATAN TAQDIR” َ ـق ْال ِه َم ِم ﻻَ تَخ ْـ ِر ُق أَس َْو ار اْﻷ َ ْق َد ِار ُ س َـو ا ِب َ “Kekuatan himmah-himmah tidak akan mampu mengoyak tirai qadar- qadar.” Syarah: Sebagaimana telah dijelaskan dalam Al-Hikam bahagian 2, himmah adalah sebuah tarikan ke atas, keinginan menuju Allah, merupakan lawan kata dari syahwat. Adapun pengertian sawaabiqu (dari akar kata sabaqa) bermakna kekuatan atau perlumbaan—satu akar kata dengan istilah musabaqah. Pengertiannya adalah bahwa sekalipun seseorang memiliki himmah yang sangat kuat, namun pencapaian dalam bersuluk itu sudah ditentukan kadarnya, porsinya, dan waktunya. Segala sesuatu sudah ditentukan takdirnya. Bersuluk itu pada intinya adalah berserah diri kepada Allah; pencapaian dalam jalan suluk tidak dapat dipercepat mahupun diperlambat. kekeramatan atau kejadian-kejadian yang luar biasa dari seorang wali itu, tidak dapat menembus keluar dari takdir, maka segala apa yang terjadi semata-mata hanya dengan takdir Allah.” Hikmah ini menjadi ta’lil atau sebab dari hikmah sebelumnya (Iroodatuka tajriid) seakan-akan Mushonnif berkata: Hai murid, keinginan/himmahmu pada sesuatu, itu tidak ada gunanya, kerana himmah yang keras/kuat itu tidak boleh menjadikan apa-apa seperti yang kau inginkan, apabila tidak ada dan bersamaan dengan taqdir dari Allah. Jadi hikmah ini (Sawa-biqul himam) mengandung makna mententeramkan hati murid dari keinginannya yang sangat. SAWAA-BIQUL HIMAM (keinginan yang kuat): apabila keluar dari orang- orang sholih/walinya Allah itu disebut: Karomah. Apabila keluar dari orang fasiq disebut istidroj/ penghinaan dari Allah. Firman Allah subhanahu wata’ala: “Dan tidaklah kamu berkehendak, kecuali apa yang dikehendaki Allah Tuhan yang mengatur alam semesta.” [At-Takwir 29]. “Dan tidaklah kamu menghendaki kecuali apa yang dikehendaki oleh Allah, sungguh Allah maha mengetahui, maha bijaksana.” [QS. Al-Insaan 30].