Anda di halaman 1dari 3

TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM
Tes Kemampuan di PB ke 1 (Tauhid, Ma'rifat dan Taqdir)

Nama : Aden Wardaya Tanggal : 16/09/2020


Kelas : D3MP44-02 Mata Kuliah : PAI
NIM : 6704204025

1. Apakah makna Makna Tauhid?


Tauhid (bahasa Arab: ‫ )توحيد‬merupakan dasar agama Islam yang diungkapkan dalam frasa
“Lā ilāha illallāh” (Tidak ada yang berhak disembah selain Allah). Menurut bahasa, tauhid
adalah bentuk masdar dari fi'il wahhada-yuwahhidu yang artinya menjadikan sesuatu jadi satu.
(https://muslim.or.id/6615-makna-tauhid.html)

2. Jelaskan jenis-jenis Tauhid?

 Tauhid Rububiyyah
Tauhid rububiyyah yaitu keyakinan bahwa Allah SWT sebagai satu-satunya yang dapat
menciptakan bumi dan langit beserta dengan isinya. Hanya Allah yang mampu memberikan
rezeki, menggerakkan matahari dan bulan, mendatangkan badai dan hujan, serta apa pun yang
terjadi di alam semesta ini sesuai dengan kehendak-Nya. Hal ini pun terdapat dalam ayat Al-
Qur'an :
‫اْلَح ْم ُد ِهَّلِل اَّلِذ ي َخ َلَق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر َض َو َج َعَل الُّظُلَم اِت َو الُّنوَر‬
Artinya : "Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap
dan terang." (QS. Al An'am: 1)
 Tauhid Uluhiyyah
Tauhid uluhiyyah dapat diartikan sebagai tauhid ibadah. Maksudnya, mengesakan Allah
dalam hal ibadah dan hanya Allah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi. Hal ini pun
terdapat dalam ayat Al-Qur'an :
‫ِإَّياَك َنْعُبُد َو ِإَّياَك َنْسَتِع يُن‬

Artinya : "Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta
pertolongan." (Al Fatihah: 5)
 Tauhid Al Aswa was Sifat
Dalam kitab Syarh Tsalatsatil Ushul, tauhid Al aswa was sifat adalah tauhid dengan cara
menetapkan nama dan sifat Allah sesuai dengan yang sudah Allah tetapkan bagi diri-Nya, dan
menafikan nama dan sifat yang Allah nafikan dari diri-Nya dengan tanpa tahrif, tanpa ta'thil, dan
tanpa takyif. Hal ini pun terdapat dalam ayat Al-Quran :
‫َوِهَّلِل اَأْلْس َم اُء اْلُحْسَنى َفاْد ُعوُه ِبَها‬

Artinya : "Hanya milik Allah nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan
menyebut nama-nama-Nya." (QS. Al A'raf: 180)
(https://www.idntimes.com/life/inspiration/diana-ekawati/jenis-dan-keutamaan-tauhid/4)
3. Apa Hikmah memahami Ma'rifatullah?

 Jalan untuk mendapatkan petunjuk dan perlindungan Allah.


 Semakin termotivasi untuk senantiasa menjalankan perintah-Nya.
 Semakin sungguh-sungguh untuk menjauhi segala larangan-Nya.
 Hati menjadi lebih tenang, damai, tidak resah, tidak galau, tidak gelisah.
 Menjadi sosok yang peduli dengan keadaan lingkungan sekitarnya.
(https://alvianisme.com/hikmah-beriman-kepada-allah/)

4. Apakah makna Taqdir dan jenisnya?


Takdir merupakan ketentuan Allah yang ditetapkan sejak zaman azali (dahulu). Dalam
bahasa Indonesia takdir disebut nasib. Dalam bahasa Arab takdir disebut dalam dua kata yaitu
qadha dan qadar. Kedua kata ini bermakna sama (sinonim) tapi ada juga yang memberi makna
berbeda. Menurut ulama, takdir ada yang bisa berubah ada yang tidak bisa berubah.
 TAKDIR MUBROM
Takdir Mubrom adalah takdir azali yang tidak bisa berubah. Takdir inilah yang sudah tertulis
di Lauh Mahfudz.
 TAKDIR MUALLAQ
Takdir Muallaq adalah takdir yang berada di buku yang dipegang malaikat. Takdir muallaq
dapat berubah. Takdir ini yang dimaksud dalam QS Ar-Ra'd :30 "Allah menghapuskan apa yang
Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki)"
(https://www.alkhoirot.net/2014/08/takdir-islam.html)

5. Sebutkan manfaatnya tentang konsep Taqdir?

 Menenangkan jiwa.
Seseorang yang beriman kepada qada dan qadar akan mendapatkan ketenangan jiwa. Hal ini
dikarenakan ia merasa senang dan menerima dengan ikhlas atas semua ketentuan Allah Swt.
Tidak ada kekhawatiran dalam jiwa, karena ia meyakini bahwa Allah Swt. senantiasa
menghendaki kebaikan pada diri hamba-Nya.
 Senantiasa bersikap sabar dan syukur.
Apabila mendapat nikmat maka ia akan bersyukur kepada Allah Swt. Ciri orang yang
bersyukur yaitu di dalam hatinya merasa cukup atas pemberian Allah Swt. Kemudian rasa syukur
tersebut diwujudkan secara lisan dan perbuatan.
 Menumbuhkan sifat optimis.
Seseorang yang beriman kepada qada dan qadarakan memiliki sifat optimis. Kegagalan
meraih cita-cita tidak membuatnya berputus asa, justru sebaliknya semakin bersemangat
berusaha sekuat tenaga untuk meraihnya.
 Menjauhkan diri dari sifat sombong
Seseorang yang beriman kepada qada dan qadar apabila memperoleh keberhasilan ia
menganggap semua itu adalah karunia Allah Swt. Ia tidak pernah mengatakan semua itu
merupakan hasil usahanya sendiri.
(https://www.mikirbae.com/2018/12/pengertian-dan-manfaat-beriman-kepada.html)
6. Sebutkan dan jelaskan dalil-dalilnya tentang konsep tersebut (Tauhid, Ma'rifah dan Taqdir)

 Tauhid
‫َو َلَقْد َبَع ْثَنا ِفي ُك ِّل ُأَّمٍة َر ُس واًل َأِن اْع ُبُدوا َهَّللا َو اْج َتِنُبوا الَّطاُغ وَت‬
“Dan sungguhnya kami Telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan),
sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut itu.” (Q.S. An-Nahl:36)
Seorang muslim meyakini bahwa tauhid adalah dasar Islam yang paling agung dan
hakikat Islam yang paling besar, dan merupakan salah satu syarat diterimanya amal perbuatan
disamping harus sesuai dengan tuntunan rasulullah. Adapun yang dimaksud syarat adalah apa-
apa yang harus dipenuhi sebelum dilaksanakan dan harus sampai akhir pelaksanaan.
 Ma’rifah
‫" َو َم ْن َاْع َرَض َع ْن ِذ ْك ِر ْي َفِإَّن َلُه َم ِع ْيَش ًة َض ْنًك ا َو َنْح ُش ُر ُه َيْو َم اْلِقَيا َم ِة َأْع َم ى‬: ‫"قال تعالى‬.
" barang siapa yang berpaling dari peringatanku maka sesungguhnya baginya kehidupan yang
sempit dan akan kami bangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Thaahaa,124 )
Ma'rifatullah menurut Ibnul Qoyyim, sebagaimana di definisikan oleh ahli ma'rifah adalah :
"ilmu yang membuat seseorang melakukan apa yang menjadi kewajiban bagi dirinya dan
konsekuensi pengenalannya”.
Ma'rifatullah tidak dimaknai dengan arti harfiah semata, namun dimaknai dengan
pengenalan terhadap jalan yang mengantarkan manusia semakin dekat dengan Allah,
mengenalkan rintangan dan tantangan yang ada dalam perjalanan mendekatkan diri pada Allah.
 Taqdir

‫ َو ُرُس ِلِه‬،‫ َو ُكُتِبِه‬،‫ َو َم الِئَك ِتِه‬،‫ “َأْن ُتْؤ ِم َن ِباِهَّلل‬: ‫ َم ا اِإْل يَم اُن ؟ َقاَل‬: ‫َع ْن ُع َم َر َأَّن ِج ْبِريَل َع َلْيِه الَّسالُم َقاَل ِللَّنِبِّي َص َّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم‬
‫ َو ِباْلَقَد ِر َخْيِر ِه َو َش ِّر ِه‬،‫”َو اْلَيْو ِم اآْل ِخ ِر‬
Dari Umar bahwa Jibril As. bertanya kepada Nabi Saw., “Apakah iman?” Rasulullah Saw.
menjawab, “adalah kamu percaya Allah, para malaikat, kitab-kitab, para rasul, hari akhir, dan
takdir baik dan buruk.” (HR. Ahmad)
Dalam pandangan ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah, takdir terbagi ada dua macam. Ada
takdir yang bisa diubah dan ada takdir yang tidak bisa diubah. Hal ini sesuai dengan pertanyaan
Jibril kepada Rasulullah.
(https://mahadibnuauf.com/marifatullah-mengenal-allah)
(https://id.wikipedia.org/wiki/Tauhid)
(https://abuubaidillah.com/dalil-dalil-hakekat-tauhid-dan-kedudukannya)

TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai