Bab 2 Akuntansi Untuk Instrumen Derivati
Bab 2 Akuntansi Untuk Instrumen Derivati
Pada keadaan perekonomian yang diliputi ketidakpastian, misalnya pasar yang sering bergejolak, adanya
teknologi baru, dan deregulasi akan membuat manajer keuangan bekerja dalam tekanan karena
dibayangi oleh risiko bisnis. Derivatif merupakan produk atau instrumen yang dikembangkan oleh
komunitas keuangan dalam rangka mengelola risiko bisnis akibat perubahan harga pasar. Instrumen
derivatif berguna untuk manajemen risiko karena nilai wajar atau arus kas dari instrumen tersebut dapat
digunakan untuk mengimbangi atau saling hapus (offsetting) perubahan nilai wajar atau arus kas dari
aset atau liabilitas yang berisiko.
Instrumen keuangan didefinisikan sebagai kas, kepemilikan dalam suatu entitas, atau hak kontraktual
untuk menerima atau memberikan uang tunai atau instrumen keuangan lain yang menguntungkan atau
tidak menguntungkan. Berdasarkan definisi ini, aset dan kewajiban tradisional seperti utang wesel,
piutang wesel, investasi pada sekuritas utang dan ekuitas, dan utang obligasi merupakan instrumen
keuangan. Peraga 2-1 menyajikan contoh instrumen keuangan tradisional dan dasar penilaiannya.
Peraga 2-1
Instrumen Keuangan Tradisional dan Dasar Penilaiannya
Definisi instrumen keuangan juga mencakup instrumen keuangan yang inovatif dan kompleks.
Instrumen keuangan yang inovatif dan kompleks tersebut dikenal sebagai instrumen keuangan derivatif
atau sekuritas derivatif (atau cukup disebut derivatif), karena nilainya diderivasi atau diturunkan dari
nilai-nilai aset lainnya (misalnya, saham, obligasi, atau komoditas) atau berhubungan dengan indikator
yang ditentukan pasar (misalnya, suku atau tingkat bunga).
Terdapat beberapa jenis sekuritas derivatif, antara lain kontrak future (futures contracts), kontrak
forward (forward contracts), kontrak opsi (options contracts), dan swaps. Berikut ini uraian singkat
masing-masing.
Untuk menggambarkan akuntansi instrumen keuangan tradisional, diasumsikan PT. ZIGZAG, pada
tanggal 2 Januari 2015, membeli 1.000 lembar saham biasa PT. SEMESTA seharga Rp100.000. Sekuritas
ini diklasifikasi sebagai sekuritas diperdagangkan (trading) karena sekuritas dibeli dengan maksud untuk
dijual kembali dalam waktu singkat. Jurnal untuk mencatat investasi pada tanggal 2 Januari 2015, adalah
sebagai berikut:
2 Januari 2015
Sekuritas Diperdagangkan Rp100.000
Kas Rp100.000
Selanjutnya, jika pada tanggal 31 Maret harga saham-saham SEMESTA naik Rp20 per lembar saham,
maka nilai wajar investasi ZIGZAG di SEMESTA adalah Rp120.000. Oleh karena sekuritas diperdagangkan
dilaporkan pada nilai wajar dan keuntungan atau rugi yang belum direalisasi dilaporkan di dalam laporan
laba atau rugi, maka pada tanggal 31 Maret 2015 dibuat jurnal penyesuaian sebagai berikut ini.
31 Maret 2015
Penyesuaian Nilai Wajar Sekuritas - Diperdagangkan Rp20.000
Keuntungan atau Rugi Kepemilikan
Belum Direalisasi – Pendapatan Rp20.000
Pada tanggal 1 April 2015, ZIGZAG menjual kepemilikan atas saham-saham SEMESTA seharga Rp120.000
dan membuat jurnal sebagai berikut:
1 April 2015
Kas Rp120.000
Sekuritas Diperdagangkan Rp100.000
Laba Penjualan Sekuritas 20.000
Pada akhir periode pelaporan (30 Juni 2015), ZIGZAG membuat jurnal berikut ini untuk menghilangkan
saldo akun Penyesuaian Nilai Wajar Sekuritas – Diperdagangkan:
Peraga 2-2 berikut ini mengikhtisarkan jumlah yang dilaporkan pada Laporan Laba Rugi atas investasi
ZIGZAG pada instrumen keuangan SEMESTA.
Peraga 2-2
Pengaruh laba Dilaporkan pada Laporan Laba Rugi
Seperti yang ditunjukkan pada Peraga 2-3, penggunaan akuntansi nilai wajar untuk instrumen keuangan
tersebut mengakibatkan laba Rp20.000 yang dilaporkan pada kuartal pertama (1 Januari - 31 Maret),
ketika nilai saham SEMESTA meningkat; laba tidak dilaporkan pada kuartal kedua (1 April - 30 Juni).
Selain itu, ZIGZAG melaporkan sekuritas diperdagangkan pada neraca sesuai nilai wajarnya pada tanggal
neraca.
Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 55/2011, instrumen derivatif adalah
instrumen keuangan atau perjanjian (kontrak) lainnya yang memiliki tiga karakteristik sebagai berikut:
a) Memiliki (1) satu atau lebih variabel pokok yang mendasari (underlying) dan (2) satu atau lebih
jumlah nosional atau syarat pembayaran atau keduanya. Persyaratan perjanjian tersebut
menentukan besarnya nilai penyelesaian perjanjian (settlements), dan pada beberapa kasus,
menentukan apakah suatu penyelesaian diperlukan.
b) Persyaratan perjanjian tidak memerlukan investasi awal bersih (initial net investment), atau
memerlukan investasi awal bersih dalam jumlah yang relatif kecil dibandingkan dengan jumlah yang
dibutuhkan oleh jenis perjanjian lainnya yang diperkirakan akan menghasilkan efek yang sama
terhadap perubahan dalam faktor-faktor pasar.
c) Persyaratan perjanjian mengharuskan atau memungkinkan penyelesaian sekaligus (net settlement),
atau instrumen derivatif dapat segera diselesaikan dengan sarana terpisah di luar perjanjian
tersebut, atau persyaratan perjanjian mengakibatkan penyerahan aset sehingga penyelesaian yang
terjadi secara substansial tidak berbeda dengan net settlement (par. 05).
Selanjutnya, PSAK No. 55/2011 memberikan penjelasan untuk beberapa terminologi yang terkandung di
dalam definisi sekuritas derivatif sebagai berikut ini.
Penyelesaian sekaligus. Suatu kontrak memenuhi ketentuan pada paragraf 5(c) apabila
ketentuan penyelesaian memenuhi salah satu dari kriteria berikut:
a) Tidak satu pihak pun diharuskan untuk menyerahkan aset yang berhubungan dengan variabel
pokok (underlying) atau yang memiliki nilai pokok, nilai tercatat, nilai nominal, jumlah saham,
atau denominasi lain sebesar jumlah nosional (atau jumlah nosional ditambah premi atau
dikurangi diskonto). Contoh, sebagian besar swap tingkat bunga tidak mengharuskan salah satu
pihak melakukan penyerahan aset berbunga dengan nilai pokok sebesar jumlah nosional
perjanjian.
b) Salah satu pihak disyaratkan untuk melakukan penyerahan jenis aset seperti yang dalam 10(a),
tetapi terdapat mekanisme pasar yang akan membantu penyelesaian sekaligus (net
settlement), contohnya, adanya bursa yang memungkinkan penjualan kontrak atau pembelian
perjanjian yang merupakan lawan kontrak asalnya.
c) Salah satu pihak disyaratkan untuk melakukan penyerahan jenis aset seperti yang dijelaskan
pada paragraf 10(a), tetapi aset tersebut mudah dikonversi menjadi kas atau aset itu
sendiri merupakan instrumen derivatif. Contoh dari perjanjian ini adalah kontrak berjangka
yang mensyaratkan penyerahan surat berharga ekuitas yang diperdagangkan di bursa.
Walaupun jumlah saham yang akan diserahkan sama dengan jumlah nosional perjanjian dan
harga saham merupakan variabel pokoknya (underlying), surat berharga yang
diperdagangkan di bursa mudah dikonversi menjadi kas. Contoh lain adalah swaption-opsi
yang mensyaratkan penyerahan kontrak swap, yang merupakan instrumen derivatif (par. 10).
Berikut ini ilustrasi untuk membantu mempermudah dalam memahami penyelesaian sekaligus (net
settlement).
Untuk mengurangi risiko akibat kenaikan harga minyak pada dua bulan yang akan datang, PT.
DIAGONAL melakukan kontrak dengan PT. MINA untuk membeli 10.000 barrel minyak mentah
Jika pada saat penyelesaian kontrak, yaitu 1 Maret 2015, harga minyak mentah di pasar terbuka
adalah Rp110 per barrel, maka pada tanggal tersebut MINA akan diminta untuk menyerahkan
10.000 barrel minyak kepada DIAGONAL sebagai pertukaran dengan Rp100 per barrel atau
cukup menyerahkan kas sebesar Rp100.000 (Rp110 – Rp100) × 10.000 barrel), yaitu selisih
antara harga pasar minyak pada tanggal penyelesaian dengan harga kesepakatan dalam kontrak.
Penyerahan kas sebesar Rp100.000 oleh MINA kepada DIAGONAL disebut sebagai penyelesaian
sekaligus (net settlement).
Derivatif memenuhi definisi aset atau liabilitas dan harus diakui pada laporan keuangan. Semua derivatif
harus dilaporkan pada nilai wajar, karena akuntansi nilai wajar akan memberikan pengguna laporan
informasi terbaik tentang instrumen keuangan derivatif di neraca dan laporan laba rugi. Jika
mengandalkan dasar penilaian yang lain untuk derivatif, seperti kos historis, akan tidak masuk akal
karena banyak derivatif memiliki kos historis nol. Peraga 2-3 berikut ini meringkas derivatif umum,
underlyings terkait, dan dasar penilaian.
Peraga 2-3
Instrumen Keuangan Derivatif dan Dasar Penilaiannya
Apabila nilai-nilai aset yang mendasari berubah, perusahaan yang memegang derivatif dapat mengalami
kerugian atau keuntungan yang signifikan. Untuk memperjelas apa yang telah diuraikan, berikut ini akan
disajikan ilustrasi akuntansi untuk instrumen keuangan derivatif.
Berikut ini ilustrasi pengukuran dan pelaporan instrumen keuangan derivatif yang nilainya dikaitkan
dengan harga pasar saham biasa PT. SEMESTA (lihat kembali ilustrasi untuk instrumen keuangan
tradisional sebagaimana telah dikemukakan). Alih-alih membeli saham, PT ZIGZAG dapat memperoleh
keuntungan dari kenaikan nilai saham SEMESTA dengan menggunakan instrumen keuangan derivatif,
misalnya opsi beli (call option). Suatu opsi beli akan memberikan hak (tetapi bukan kewajiban) kepada
pemegang opsi untuk membeli saham pada harga yang telah ditetapkan (sering disebut sebagai harga
opsi atau strike price).
Sebagai contoh, asumsikan ZIGZAG masuk ke dalam kontrak opsi beli dengan PT GLOBAL INVESTAMA
(GLOBAL), yang memberikan ZIGZAG opsi untuk membeli saham SEMESTA pada harga Rp100 per lembar
saham. Jika harga saham SEMESTA naik diatas Rp100, ZIGZAG akan melaksanakan opsi beli saham pada
harga Rp100 per lembar saham. Sebaliknya, jika saham-saham SEMESTA tidak pernah naik diatas Rp100
per lembar, opsi beli menjadi tidak berharga dan ZIGZAG mengakui kerugian.
2 Januari 2015
Kontrak Opsi Beli Rp400
Kas Rp400
Pembayaran sebesar Rp400 disebut sebagai premium opsi. Nilai premium opsi terdiri atas dua
komponen, yaitu nilai intrinsik (intrinsic value) dan nilai waktu opsi (time value). Pada umumnya nilai
premium opsi jauh lebih sedikit dibandingkan kos perolehan saham SEMESTA secara langsung dan
menunjukkan nilai opsi beli pada titik waktu tersebut. Dalam kasus ini, opsi memiliki nilai wajar lebih
besar dari nol, karena ada harapan bahwa harga saham SEMESTA akan meningkat di atas harga opsi
selama jangka waktu opsi (ini sering disebut sebagai nilai waktu dari opsi).
Selanjutnya diasumsikan, pada tanggal 31 Maret 2015, harga saham SEMESTA naik menjadi Rp120 per
saham dan nilai intrinsik bagi ZIGZAG atas kontrak opsi beli adalah Rp20.000. Nilai intrinsik adalah
perbedaan antara harga pasar dan harga opsi yang telah ditetapkan pada setiap titik waktu. Artinya,
ZIGZAG dapat melaksanakan opsi beli dan membeli 1.000 saham dari GLOBAL pada harga Rp100 per
saham dan kemudian menjual saham di pasar seharga Rp120 per saham. Keadaan yang demikian akan
memberikan ZIGZAG keuntungan sebesar Rp20.000 (Rp120.000 - Rp 100,000) atas kontrak opsi. Jurnal
untuk mencatat kenaikan nilai intrinsik opsi adalah sebagai berikut:
31 Maret 2015
Kontrak Opsi Beli Rp20.000
Laba Rugi Kepemilikan Belum Direalisasi - Pendapatan Rp20.000
Jika pada tanggal 31 Maret 2015, penilaian pasar menunjukkan bahwa nilai waktu dari opsi adalah
Rp100, maka jurnal untuk mencatat perubahan dalam nilai opsi adalah sebagai berikut:
31 Maret 2015
Laba Rugi Kepemilikan Belum Direalisasi - Pendapatan Rp300
Kontrak Opsi Beli (Rp400 – Rp100) Rp300
Pada 31 Maret 2015, ZIGZAG harus melaporkan kontrak opsi beli di neraca pada nilai wajarnya, yaitu
Rp20.100. Laba kepemilikan belum direalisasi menambah laba bersih periode berjalan sedangkan rugi
nilai waktu dari opsi mengurangi laba bersih periode berjalan.
Jurnal untuk mencatat penyelesaian kontrak opsi beli dengan SEMESTA pada tanggal 1 April 2015 adalah
sebagai berikut:
1 April 2015
Kas Rp20.000
Rugi Penyelesaian Kontrak Opsi 100
Peraga 2-4 berikut ini mengikhtisarkan pengaruh kontrak opsi beli pada laba bersih ZIGZAG.
Peraga 2-4
Pengaruh Kontrak Opsi Beli pada Laba Bersih
Berdasarkan contoh yang telah diuraikan, untuk melakukan investasi awal pada saham-saham SEMESTA
(instrumen keuangan tradisional), ZIGZAG harus membayar penuh kos saham. Jika ZIGZAG membeli
saham SEMESTA dan harga saham SEMESTA naik, ZIGZAG akan memperoleh keuntungan. ZIGZAG juga
berisiko rugi jika saham-saham SEMESTA mengalami penurunan nilai. Sebaliknya, derivatif memerlukan
sedikit investasi awal dan derivatif tidak terkena semua risiko yang terkait dengan kepemilikan pada
variabel pokok yang mendasari (underlying) karena kontrak opsi beli akan terealisasi hanya jika terjadi
kenaikan nilai. Artinya, jika harga saham SEMESTA turun di bawah Rp100 per saham, ZIGZAG tidak akan
memanfaatkan opsi tersebut, karena opsi beli tidak berharga. Tidak seperti instrumen keuangan
tradisional, ZIGZAG dapat memperoleh keuntungan dari opsi beli tanpa harus memiliki saham. Fitur ini
disebut sebagai net settlement (penyelesaian sekaligus) dan berfungsi untuk mengurangi biaya transaksi
yang berkaitan dengan derivatif.
Fleksibilitas dalam penggunaan dan harga sekuritas derivatif yang relatif lebih murah dibandingkan
dengan instrumen keuangan tradisional merupakan alasan mengapa derivatif menjadi populer untuk
manajemen risiko. Perusahaan-perusahaan yang bertransaksi di pasar kredit sangat mungkin terkena
risiko suku bunga yang signifikan. Artinya, perusahaan seperti itu berpotensi menghadapi risiko besar
jika nilai wajar atau arus kas dari aset atau liabilitas yang sensitif terhadap bunga akan berubah jika suku
bunga meningkat atau menurun. Demikian juga pada perusahaan-perusahaan yang bertransaksi dalam
matauang asing. Perubahan nilai tukar (kurs) matauang asing (valuta asing) dapat berdampak negatif
terhadap profitabilitas bisnis.
Oleh karena nilai dan atau arus kas dari instrumen keuangan derivatif dapat bervariasi sesuai dengan
perubahan suku bunga atau nilai tukar matauang asing, maka derivatif dapat digunakan untuk
mengimbangi risiko nilai wajar suatu perusahaan atau arus kas dari dampak negatif kekuatan pasar.
Penggunaan derivatif sebagai proteksi terhadap dampak negatif dari kekuatan pasar disebut sebagai
lindung nilai (hedging).
PSAK No. 55/2011 mengatur akuntansi instrumen keuangan derivatif yang digunakan untuk aktivitas
lindung nilai yang meliputi lindung nilai nilai wajar (fair value hedge), lindung nilai arus kas (cash flow
hedge), dan lindung nilai investasi bersih pada operasi luar negeri (hedge of a net investment in a
Dalam lindung nilai atas nilai wajar, derivatif digunakan untuk lindung nilai atau mengimbangi
(offsetting) risiko perubahan nilai wajar aset atau liabilitas yang diakui atau komitmen pasti yang belum
diakui. Dalam posisi lindung nilai yang sempurna, keuntungan atau kerugian pada nilai wajar derivatif
dan aset atau liabilitas yang dilindungi nilainya harus sama dan saling menutup atau mengimbangi
(offsetting).
Jenis umum dari lindung nilai nilai nilai wajar adalah penggunaan swap tingkat bunga untuk lindung nilai
risiko bahwa perubahan suku bunga akan berdampak pada nilai wajar liabilitas (utang). Jenis lain dari
lindung nilai nilai wajar adalah adalah penggunaan opsi beli untuk lindung nilai risiko akibat penurunan
nilai wajar investasi dalam sekuritas ekuitas.
Untuk mengilustrasikan akuntansi lindung nilai atas nilai wajar, diasumsikan pada tanggal 2 Januari
2015, Perusahaan TIARA menerbitkan obligasi dengan nilai nominal Rp1.000.000, bunga nominal 8%,
jangka waktu 5 tahun dan obligasi diterbitkan pada nilai nominalnya. Jurnal untuk mencatat transaksi ini
adalah sebagai berikut:
2 Januari 2015
Kas Rp1.000.000
Utang Obligasi Rp1.000.000
Satu risiko yang akan dialami TIARA paska menerbitkan obligasi adalah jika suku bunga pasar menurun,
maka nilai wajar liabilitas (utang obligasi) akan meningkat, sehingga perusahaan akan menderita
kerugian.
Untuk melindungi terhadap risiko kerugian, manajemen TIARA memutuskan untuk lindung nilai risiko
penurunan suku bunga dengan masuk ke dalam kontrak swap suku bunga 5 tahun dengan PT BUNGAKU.
Ketentuan kontrak swap ini adalah:
1. TIARA akan menerima pembayaran tetap sebesar 8% (berdasarkan nilai obligasi Rp1.000.000).
2. TIARA akan membayar tarif variabel berdasarkan tingkat pasar yang berlaku selama masa
kontrak swap. Tarif variabel di awal kontrak adalah 6,8%.
1
3 PEMEGANG
BUNGAKU TIARA
OBLIGASI
2
KONTRAK UTANG
SWAP OBLIGASI
Keterangan:
1. TIARA membayar tingkat bunga variabel sebesar 6,8%.
2. TIARA menerima tingkat bunga tetap sebesar 8%.
3. TIARA membayar tingkat bunga tetap sebesar 8%.
Seperti digambarkan pada Ilustrasi 2-5, dengan menggunakan Swap TIARA dapat mengubah bunga
utang dari tingkat bunga tetap ke tingkat bunga variabel.
Tanggal penyelesaian untuk swap adalah sesuai dengan tanggal pembayaran bunga utang, yaitu setiap
tanggal 31 Desember. Pada setiap pembayaran bunga (tanggal penyelesaian), TIARA dan BUNGAKU akan
menghitung perbedaan antara tingkat bunga pasar saat ini dan tingkat bunga tetap sebesar 8% dan
menentukan nilai swap. Jika tingkat bunga turun, nilai kontrak swap bagi TIARA meningkat (TIARA
memperoleh laba) dan pada saat yang sama kewajiban bunga TIARA juga meningkat (TIARA mengalami
kerugian). Pada kasus ini swap adalah alat manajemen risiko yang efektif karena nilainya sama dengan
variabel yang mendasari (suku bunga) dan akan mempengaruhi nilai obligasi dengan suku bunga tetap.
Dengan demikian, jika nilai swap naik, maka kenaikan nilai swap akan mengimbangi kerugian yang
berhubungan dengan kewajiban utang.
Dengan asumsi kontrak swap terjadi pada tanggal 2 Januari 2015 (tanggal yang sama dengan penerbitan
utang), swap saat ini tidak memiliki nilai. Oleh karena itu, tidak ada jurnal yang diperlukan:
2 Januari 2015
Tidak ada jurnal, hanya memorandum bahwa kontrak swap ditandatangani.
Pada akhir tahun 2015 (31 Desember 2015), TIARA membayar bunga obligasi. Jurnal untuk mencatat
transaksi ini adalah sebagai berikut:
31 Desember 2015
Beban Bunga Rp80.000
Kas Rp80.000
Pada akhir tahun 2015 diasumsikan suku bunga menurun secara substansial sehingga nilai kontrak swap
meningkat. Berdasarkan Peraga 2-5, TIARA menerima tingkat bunga tetap sebesar 8% atau Rp80.000
31 Desember 2015
Kas Rp12.000
Beban Bunga Rp12.000
Selain itu, penilaian pasar menunjukkan bahwa nilai suku bunga swap meningkat Rp40.000. Peningkatan
nilai ini dicatat sebagai berikut:
31 Desember 2015
Kontrak Swap Rp40.000
Laba Rugi Kepemilikan Belum Direalisasi - Pendapatan Rp40.000
Kontrak swap dilaporkan pada neraca, dan keuntungan atas transaksi lindung nilai dilaporkan pada
laporan laba rugi. Oleh karena suku bunga menurun, TIARA mencatat kerugian dan peningkatan
kewajiban sebagai berikut:
31 Desember 2015
Laba Rugi Kepemilikan Belum Direalisasi – Pendapatan Rp40.000
Utang Obligasi Rp40.000
Kerugian atas aktivitas lindung nilai dilaporkan dalam laba bersih, dan utang obligasi di neraca
disesuaikan ke nilai wajarnya. Peraga 2-6 berikut ini menunjukkan bagaimana aset, liabilitas, beban
bunga dan laba rugi kepemilikan yang berhubungan dengan transaksi lindung nilai dilaporkan pada
neraca dan laporan laba rugi.
Peraga 2-6
Penyajian Aset dan Liabilitas Transaksi Lindung Nilai
PT. TIARA
Neraca, 31 Desember 2015 (parsial)
Aset Lancar
Kontrak Swap Rp40,000
Liabilitas
Utang Obligasi Rp1,040,000
Pendapatan Lain
Laba Kepemilikan Belum Direalisasi – Swap Rp40,000
(40,000
Rugi Kepemilikan Belum Direalisasi - Utang Obligasi )
Laba (rugi) bersih Rp0
Pada laporan laba rugi dilaporkan beban bunga Rp68.000. TIARA telah efektif mengubah tingkat bunga
utang dari tingkat bunga tetap ke variabel. Artinya, dengan menerima tingkat bunga tetap dan
membayar tingkat bunga variabel pada swap, tingkat bunga tetap pada utang obligasi diubah menjadi
variabel dan menghasilkan tingkat bunga efektif sebesar 6,8% pada tahun 2015. Selain itu, keuntungan
swap mengimbangi (offsets) kerugian yang terkait dengan utang obligasi, sehingga keuntungan atau
kerugian bersih pada aktivitas lindung nilai adalah nol.
Untuk mengilustrasikan akuntansi lindung nilai arus kas, berikut ini akan dberikan beberapa contoh.
Kontrak futures memberikan kepada pemegangnya hak untuk membeli aset pada harga yang telah
ditetapkan untuk jangka waktu tertentu. Dalam hal ini, kontrak futures aluminium memberikan KALI hak
untuk membeli 1.000 ton aluminium pada harga Rp1.550 per ton. Variabel pokok yang mendasari
(underlying) untuk derivatif adalah harga aluminium. Jika harga aluminium naik di atas Rp1.550, maka
nilai kontrak futures akan meningkat.
1 September 2015
Tidak ada jurnal dan hanya memorandum untuk menunjukkan bahwa kontrak futures ditandatangani.
Pada tanggal 31 Desember 2015, diasumsikan harga pengiriman aluminium untuk bulan Januari 2016
naik menjadi Rp1.575 metrik ton. KALI akan membuat jurnal berikut ini untuk mencatat peningkatan
nilai kontrak futures.
31 Desember 2015
Kontrak Futures Rp25.000
Pendapatan Komprehensif Lainnya Rp25.000
((Rp1.575 – Rp1.550) × 1.000 ton)
Kontrak futures dialaporkan di neraca sebagai aset lancar. Keuntungan atas kontrak futures dilaporkan
sebagai bagian dari pendapatan komprehensif lain. Oleh karena KALI belum membeli dan menjual
sediaan, transaksi ini disebut sebagai transaksi diantisipasi (anticipated transaction) dan keuntungan
atau kerugian atas kontrak futures diakumulasikan pada ekuitas sebagai bagian dari pendapatan
komprehensif lain sampai periode di mana persediaan dijual dan terjadi laba.
Pada Januari 2016, KALI membeli 1.000 ton aluminium pada harga Rp1.575 dan membuat jurnal sebagai
berikut:
Januari 2016
Sediaan - Aluminium Rp1.575.000
Kas Rp1.575.000
Pada saat yang sama, KALI membuat penyelesaian akhir kontrak futures dan membuat jurnal berikut ini:
Januari 2016
Kas Rp25.000
Kontrak Futures Rp25.000
(Rp1.575.000 – Rp1.550.000)
Penyelesaian kontrak future sebesar Rp25.000 mengimbangi jumlah yang dibayarkan untuk membeli
persediaan dengan harga pasar yang berlaku Rp1.575.000, sehingga arus kas bersih adalah Rp1.550 per
ton, seperti yang diinginkan. Melalui cara ini, Kali telah melakukan lindung nilai arus kas untuk
pembelian persediaan. Arus kas diantisipasi (Rp1.550.000) sama dengan arus kas sesungguhnya
(Rp1.575.000 – Rp25.000).
Pada saat aluminium telah diolah dan menjadi barang jadi (kaleng), pada bulan Juli KALI menjual seluruh
kaleng tersebut pada harga Rp2.000.000. Jika kos total untuk memproduksi kaleng (termasuk kos
pembelian aluminium pada bulan Januari 2016) adalah Rp1.700.000, maka jurnal untuk mencatat
penjualan adalah sebagai berikut:
Oleh karena pengaruh dari transaksi diantisipasi sekarang telah mempengaruhi laba, maka KALI
membuat jurnal berikut ini terkait dengan transaksi lindung nilai:
Juli 2016
Pendapatan Komprehensif Lainnya Rp25.000
Kos Barang Terjual Rp25.000
Keuntungan atas kontrak futures, yang dilaporkan sebagai bagian dari pendapatan komprehensif
lainnya, sekarang mengurangi kos barang terjual, sehingga kos barang terjual adalah Rp1.550.000.
dengan demikian kontrak future telah bekerja seperti direncanakan untuk mengelola kas dibayarkan
untuk pembelian aluminium.
Berdasarkan informasi tersebut jurnal yang diperlukan pada pembukuan GARUDA adalah sebagai
berikut.
1 Oktober 2008:
Tidak ada jurnal karena nilai kontrak nol, cukup memorandum yang menyatakan bahwa kontrak telah
ditandatangani.
31 Desember 2008
Diasumsikan harga pasar tembaga pada tanggal 31 Desember 2008 adalah Rp310 per pound (harga
kontrak Rp300 per pound). Jika harga pasar tersebut tetap konstan, maka GARUDA harus membayar
31 Maret 2009
Diasumsikan harga pasar tembaga pada tanggal 31 Maret 2009 adalah Rp295 per pound (harga kontrak
Rp300 per pound). Jika harga pasar tersebut tetap konstan, maka BUMI harus membayar kepada
GARUDA sebesar (estimasi) Rp500.000 (Rp5 × 100.000 pound) pada saat berakhirnya kontrak dalam
enam bulan. Oleh karena Rp500.000 merupakan penerimaan pada enam bulan ke depan, maka nilai
wajar kontrak harus diestimasi dengan cara menilaitunaikan (present value) nilai kontrak tersebut. Jika
diasumsikan tingkat diskonto adalah 1% per bulan, maka nilai tunai dari Rp500.000 yang akan diterima
pada sembilan bulan ke depan adalah: Rp500.000 ÷ (1,01)6 = Rp471.023. Jurnal penyesuaiannya adalah
sebagai berikut:
30 Juni 2009
Diasumsikan harga pasar tembaga pada tanggal 30 Juni 2009 adalah Rp290 per pound (harga kontrak
Rp300 per pound). Jika harga pasar tersebut tetap konstan, maka GARUDA harus membayar kepada
BUMI sebesar Rp1.000.000 (Rp10 × 100.000 pound). Nilai wajar estimasian atas kontrak forward adalah
Rp970.590 (Rp1.000.000 ÷ (1,01)3). Pada kasus ini kontrak forward dan pendapatan komprehensif
lainnya meningkat sebesar Rp499.567 (yaitu saldo dikehendaki Rp970.590 dikurangi saldo sebelumnya
Rp471.023). Jurnal penyesuaiannya adalah sebagai berikut:
30 September 2009
GARUDA memproduksi tembaga dan menjualnya pada tanggal 30 September 2009. Kos untuk 100.000
pound tembaga adalah Rp28.900.000. Harga pasar tembaga pada tanggal 30 September 2009 adalah
Rp310 per pound. Karenannya GARUDA menjual tembaga di pasar pada harga Rp310 per pound, maka
GARUDA dan akan menyelesaikan kontrak forward dengan membayar kepada BUMI sebesar
Rp1.000.000 [(Rp310 – Rp300) × 100.000]. Jurnal untuk mencatat penjualan adalah sebagai berikut:
Kas Rp31.000.000
Penjualan Rp31.000.000
Pada strategi tersebut secara keseluruhan G akan melaporkan laba Rp1.100.000 (penjualan
Rp30.000.000 dikurangi kos barang terjual Rp28.900.000), berapapun harga pasar tembaga.