Anda di halaman 1dari 9

FOCAL LESION OF THE MOTOR CORTEX

Galuh Herin Faranisa1, Hanna Kayla Rizkyani2, Salsabila Alifanka3

Program Studi Pendidikan Dokter Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan


Universitas Brawijaya
Email : galuhfaranisa@student.ub.ac.id1, hannakayla24@student.ub.ac.id2,
s.alifanka@student.ub.ac.id3

ABSTRAK

Lesi fokal pada korteks motorik adalah lesi atau perubahan bentuk pada
korteks motoric yang menyebabkan suatu keabnormalan. Perubahan bentuk ini
dapat disebabkan oleh cedera fisik, kimiawi, infeksi oportunistik, neoplasma,
maupun virus dan lain-lain. Penyakit ini dapat menyebabkan gangguan pada
penggunaan system motoric seperti ekstremitas, khususnya untuk gerakan
memegang benda kecil menggunakan jari. Diagnosis dilakukan menggunakan PET
(Positron Emission Tomography) scan yang merupakan alat untuk melihat aktivitas
dari otak terkait perubahan yang terjadi setelah lesi otak yang dialami oleh pasien.
Perubahan yang dapat diamati adalah sel saraf dan gliosis berkurang ketika
mengalami lesi otak di korteks motorik pada bagian jari-jari tangan pasien.

Kata Kunci : Lesi, Korteks Motorik, Paralisis.

PENDAHULUAN peta otot. Dalam hipotesis kode


populasi, korteks motorik adalah
Korteks motorik telah kumpulan neuron yang disetel secara
dipelajari selama lebih dari 130 tahun. spasial yang secara agregat dapat
Pada saat itu, dua pandangan utama menentukan arah lengan untuk
dari korteks motorik telah mencapai. Dalam dekade terakhir,
dikemukakan. Dalam hipotesis perspektif ketiga baru telah muncul,
homunculus, korteks motorik adalah tampilan peta aksi dari motor cortex.
Dalam hipotesis peta tindakan, multipel. Terdapat 6 jenis lesi yaitu
korteks motorik diatur di sekitar flat lesion, depressed lesion, raised
perilaku umum dan berguna yang lesion, fluid filled lesion, dan vascular
dilakukan oleh hewan. Statistik lesion (Lintan, 2011).
repertoar perilaku, termasuk Lesi fokal pada korteks
kombinasi otot dan bagian tubuh yang motoric sendiri sesuai dengan
paling sering digunakan, lokasi dalam namanya yaitu ketidaknormalan dan
ruang di mana gerakan diarahkan, perubahan yang terjadi di area korteks
tujuan perilaku yang luas dari motorik. Perubahan ini dapat
tindakan, dan mungkin aspek gerakan disebabkan oleh cedera fisik,
lainnya, tercermin dalam distribusi kimiawi, infeksi oportunistik,
kortikal dan tumpang tindih properti. neoplasma, maupun virus dan lain-
Ada kecenderungan untuk kategori lain. Selain itu, lesi fokal merupakan
tindakan yang berbeda, seperti salah satu diagnosis tersering pada
tindakan tangan ke mulut atau pasien HIV (Mediciani et al, 2012).
tindakan defensif, untuk berkumpul di Lesi pada motor cortex
berbagai area korteks. Dalam menghasilkan paresis lembek yang
hipotesis peta tindakan, untuk awalnya diikuti dengan pemulihan
memahami korteks motorik, perlu substansial dan berkurangnya kontrol
dipahami lebih dari sekadar otot terhadap ekstremitas khususnya
tubuh hewan, dan perlu gerakan jari untuk memegang benda
mempertimbangkan lebih dari satu kecil terutama pada simpanse dan
kategori perilaku seperti menggapai. kera. Penggunaan ekstremitas ini
Struktur dan kompleksitas masi dapat dilihat apabila diberikan
perbendaharaan gerakan juga harus provokasi seperti ketakutan dan lain-
dipahami (Graziano, 2015). lain, tetapi pada keadaan normal
Sementara itu, menurut ekstremitas tampak tidak berfungsi.
Journal of Dermatology Nurse Sehingga, dalam kondisi emosional
Association Lesi adalah setiap area tertentu ekstremitas yang terganggu
tubuh yang berubah dan dapat dilatih ulang untuk tidakan
menyebabkan ketidaknormalan. Lesi motorik yang kompleks, meskipun
mungkin menjadi soliter atau diperkirakan untuk melatih kembali
control motoric hingga mencapai titik mikrostimulasi intrakortikal pada
normal merupakan hal yang mustahil semua hewan. dengan parameter
(Darling et al, 2011). stimulasi standar seperti yang
dilaporkan secara rinci
MATERI DAN METODE sebelumnya. Digunakan empat
monyet yang tidak memiliki lesi
A. Lokasi Penelitian motor korteks sebagai control
Penelitian ini variabel. Dua dari sembilan kera
dilaksanakan di Department of lesi dirawat dengan antibodi anti-
Neurosciences and Movement Nogo-A. Setelah eutanasia, otak
Sciences, Section of Medicine, dipotong di bidang frontal
Faculty of Sciences and menjadi bagian beku setebal 50
Medicine, Fribourg Center of m dengan kedua belahan saling
Cognition, University of berhadapan pada slide yang
Fribourg, Chemin du Muse´e 5, sama. Bagian dikumpulkan
CH-1700 Fribourg, Switzerland dalam 5 atau 8 seri berturut-turut.
pada 12 Desember 2018 Satu seri diwarnai Nissl dan seri
(Contestabile et al., 2018). berturut-turut lainnya
diimunoreaksi untuk penanda
B. Pengamatan Kasus (Contestabile et al., 2018).
Penelitian ini
dilaksanakan dengan beberapa C. Pengamatan Organ
tahap. Analisis histologi Berdasarkan penelitian
dilakukan terhadap 13 ekor kera yang dilaksanakan oleh
dewasa (Macaca fascicularis dan Contestabile et al (2018) organ
M. mulatta; Tabel 1). Semua tubuh yang terserang penyakit ini
prosedur dilakukan sesuai merupakan korteks motoric dari
dengan pedoman otoritas otak (Contestabile et al., 2018).
veteriner federal dan local.
Kemudian secara fungsional
diidentifikasi representasi tangan
M1 menggunakan
HASIL DAN PEMBAHASAN diamati oleh struktur subkortikal
termasuk otak kecil. Pada tahun
A. Etiologi 1870, ada identifikasi situs pada
Lesi fokal otak permukaan kortikal otak anjing
merupakan salah satu penyakit yang mengikuti penerapan
yang disebabkan oleh infeksi langsung arus listrik tingkat
oportunistik, neoplasma, atau rendah, menimbulkan gerakan
penyakit serebrovaskular. kontralateral di bagian tubuh
Toxoplasma gondii, progressive yang terisolasi termasuk daerah
multifocal leukencephalopathy, kaki depan, kaki belakang, dan
tuberculosis (TB), wajah. Publikasi terobosan ini
cytomegalovirus (CVM), dan memberikan dukungan tidak
virus Epstein-Barr, yang hanya untuk gagasan
berkaitan dengan primary central kontroversial tentang lokalisasi
nervous system lymphoma kortikal, tetapi juga dokumentasi
(PCNSL), merupakan penyebab eksperimental yang telah lama
lesi fokal otak akibat infeksi ditunggu untuk peran kortikal
oportunistik (Mediciani, dkk., dalam fungsi motorik (Darling, et
2012). al., 2011).
Studi selanjutnya pada
B. Patogenesis hewan tingkat tinggi (misalnya,
Penyelidikan awal monyet), menggunakan stimulasi
pemulihan setelah lesi korteks permukaan otak yang lebih halus,
motorik dimulai dengan laporan dalam hubungannya dengan
bahwa kerusakan pada precentral metode ablasi, menunjukkan
gyrus tidak menyebabkan bukti yang lebih rinci dari
hilangnya sensorik, dan masalah lokalisasi fungsi motorik di lobus
gerakan yang dihasilkan frontal dan fungsi sensorik utama
bervariasi dalam intensitas dan di lobus parietal, oksipital dan
durasi. Korteks serebral adalah temporal. Ketika bagian gyri
pusat kecerdasan dan sensasi, yang mencakup fisura Rolandic
sedangkan fungsi motorik (sulkus sentral) mengalami lesi
dengan elektrokauter, Kerusakan pada korteks
dimungkinkan untuk mengamati motorik dewasa hewan pengerat
defisit motorik monyet pada menyebabkan defisit fungsi
anggota tubuh individu di satu motorik dan hilangnya
sisi tubuh (hemiplegia). Defisit koordinasi. Kerusakan tersebut
motorik ini sangat mirip dengan berupa jalur yang rusak di SSP
yang diamati pada manusia dewasa, termasuk cedera tulang
setelah stroke atau cedera otak belakang yang parah, dan model
traumatis yang memengaruhi gangguan neurodegeneratif
bagian otak yang terdefinisi seperti penyakit Parkinson, di
dengan baik sebagai post-mortem mana neuron embrionik yang
yang dikonfirmasi. Demikian ditransplantasikan di dalam
pula, operasi pengangkatan substansia nigra
bagian-bagian korteks yang mengembangkan proyeksi yang
menghasilkan kontraksi otot mencapai wilayah target striatal.
ketika dirangsang menyebabkan Selain itu, cedera otak memicu
kelumpuhan jangka panjang pada gliosis reaktif dan sejumlah besar
anggota badan di sisi berlawanan sinyal, termasuk respon
dari tubuh, meskipun beberapa inflamasi, yang dapat
pemulihan dari otot-otot tubuh mempengaruhi kelangsungan
diamati. Dalam banyak kasus hidup (Peron, et al., 2017).
yang dipublikasikan bahwa lesi
ini membentang di sulkus sentral, C. Gejala Klinis
sehingga mempengaruhi area
Mengikuti karya klasik
sensorik dan motorik dan meluas
akhir abad ke-19 dan awal abad
ke korteks premotor yang
ke-20, percobaan lebih lanjut
berdekatan. Selain itu, lesi
pada kera dan monyet kera
mungkin juga termasuk white
memberikan bukti bahwa lesi
matter subkortikal yang
yang terbatas pada M1
mendasari korona radiata
menghasilkan paresis lembek
(Darling, et al., 2011).
yang awalnya diikuti dengan
pemulihan yang substansial dan
defisit yang berlangsung lama atau melawan, bahkan meskipun
terutama dalam kontrol yang baik dalam keadaan normal
terhadap gerakan jari untuk ekstremitas tampak tidak
memanipulasi benda-benda berfungsi. Dalam kondisi tertentu
kecil, terutama pada simpanse yang termotivasi secara
tetapi juga pada kera. Lesi pada emosional, ekstremitas yang
area premotor selain M1 tampaknya sangat terganggu
menghasilkan gangguan yang dapat dilatih ulang untuk
lebih substansial seperti tindakan motorik yang kompleks,
spastisitas dan penggenggaman meskipun diperkirakan bahwa
paksa pada awalnya, tetapi ini melatih kembali kendali jari yang
teratasi setelah beberapa minggu. baik tidak mungkin dilakukan
Pada awalnya, lesi pada area 4 (Darling, et al., 2011).
menghasilkan flacciditas yang
diikuti oleh “tipe kelemahan D. Diagnosis
paralitik kejang” dengan refleks PET (Positron Emission
tendon yang meningkat, Tomography) scan digunakan
sedangkan lesi pada area untuk melihat aktivitas dari otak
premotor menghasilkan terkait perubahan yang terjadi
“kekakuan plastik ringan tanpa setelah lesi otak yang dialami
kehilangan kekuatan kontraksi oleh pasien. Sel saraf dan gliosis
dan tanpa peningkatan refleks berkurang ketika mengalami lesi
tendon”. Namun, jelas bahwa otak di korteks motorik pada
bahkan setelah lesi kortikal bagian jari-jari tangan pasien.
motorik besar, hilangnya Terlihat bagian otak yang
penggunaan ekstremitas tidak mengalami lesi M1 (korteks
lengkap karena diberi cukup motorik) mengakibatkan pasien
provokasi seperti ketakutan atau tidak dapat menggenggam suatu
kemarahan, hewan yang terluka benda dengan baik, dikarenakan
akan secara efektif menggunakan tangan yang lumpuh termasuk
ekstremitas yang rusak dalam pergerakan jari-jari tangan yang
memanjat untuk melarikan diri sepenuhnya hilang. Lesi otak
yang dialami oleh pasien E. Pengobatan
mengakibatkan kelumpuhan Perlakuan yang diberikan
layuh (flaccid paralysis) terjadi kepada pasien merupakan
pada tangan bagian kontralateral. pelatihan atau terapi motorik
(Murata et al., 2015). Flaccid pasca lesi otak. Setiap pelatihan
paralysis adalah suatu sindrom (1-2 bulan dan 3-4 bulan setelah
yang ditandai dengan kelemahan lesi) menggunakan PET scan
otot difus yang pesat, hipotonia untuk mengamati perkembangan
otot, dan refleks hipoaktif otak pasien dan perubahan apa
(Lacerda et al., 2019). saja yang terjadi pada otak
Lesi otak pada korteks pasien. Pelatihan motorik berupa
motorik di area tangan peng-genggaman sebuah objek
menyebabkan deficit kecil oleh pasien seperti ubi
ketangkasan manual kontralesi. menggunakan jari telunjuk dan
Lesi pada M1 juga menyebabkan ibu jari. Uji tersebut dilakukan
asimetri interhemis-pheric yang sebanyak 20 kali, serta dijalankan
konsisten pada neuron SMI-32- selama 30 menit per hari, dan 5
positif di bagian kaudal lapisan hari per minggu (Murata et al.,
V. Selain itu, lesi pada M1 juga 2015).
berdampak pada arborisasi
dendritik dari neuron bagian KESIMPULAN
kaudal lapisan V. Pada bagian
tangan semua pasien Lesi fokal pada korteks
menghasilkan flaccid paresis dari motorik merupakan lesi yang terjadi
tangan kontralesional yang pada korteks motori dan
mengakibatkan tidak dapat menyebabkan suatu keabnormalan.
menunjukkan kebiasaan dalam Lesi ini dapat disebabkan oleh cedera
mengerjakan kegiatan sehari-hari fisik, kimiawi, infeksi oportunistik,
dalam beberapa hari neoplasma, maupun virus dan lain-
(Contestabile et al., 2018). lain. Gejala yang ditimbulkan pada
umumnya adalah berkurangnya
kemampuan motorik. Penyakit ini
dapat menyebabkan gangguan pada Macaque Monkeys. The
penggunaan system motoric seperti Journal of Neuroscience,
38(50) : 10644-10656.
ekstremitas, khususnya untuk gerakan
Darling, W. G., Pizzimenti, M. A.,
memegang benda kecil menggunakan
Morecraft, R. J., 2011,
jari dan apabila tidak ditangani Functional recovery
dengan baik dapat menyebabkan following motor cortex
kelumpuhan atau paralisis. lesions in non-human
primates : experimental
Pengobatan yang dapat dilakukan implications for human
adalah pelatihan atau terapi motorik stroke patients, Journal of
pasca lesi otak. Intergr Neuroscience,
10(3) : 353-384. 2011

SARAN Graziano, M. S. A., 2015,


Neuroscience and
Diharapkan untuk Biobehavioral Physiology,
kedepannya minat pembaca terhadap Amsterdam : Elsevier.
lesi fokal pada koteks motorik Lacerda, R.A.J., Galvao, F.E.,
semakin meningkat, dan penelitian Ferreira, D.F.C.R., Renato,
mengenai penyakit ini dapat lebih S.E.P., Irochima, P.F.,
Pierdona, G.F., Meneses,
berkembang. Sehingga, diagnosis dan R.A.C., and Irami, A.F.
penanganan penyakit ini dapat lebih 2019. Acutte Flaccid
baik lagi. Paralysis. GCS Biological
and Pharmaceutical
Sciences, 9(1) : 92-97.
DAFTAR PUSTAKA
Lintan, C. P., 2011, Essential
Morphologic Terms and
Contestabile, A., Colangiulo, R., Definitions, Journal of
Lucchini, M., Gindrat, Dermatology Nurse
A.D., Hamadjida, A., Association, 3(2) : 102-
Kaeser, M., Savidan, J., 103. 2011
Wyss, A.F., Rouiller, E.M.,
Murata, Y., Higo, N., Hayashi, T.,
and Schmidlin, E. 2018.
Nishimura, Y., Sugiyama,
Asymmetric and Distant
Y., Oishi, T., Tsukada, H.,
Effects of a Unilateral
Isa, T., and Onoe, H. 2015.
Lesion of the Primary
Temporal Plasticity
Motor Cortex on the
Involved in Recovery from
Bilateral Supplementary
Manual Dexterity Deficit
Motor Areas in Adult
Aftrer Motor Cortex
Lesion in Macaque
Monkeys. The Journal of
Neuroscience, 35(1) : 84-
95.
Mediciani, N., dkk. 2012. Lesi Otak
Fokal dengan PCR EBV
Cairan Serebrospinal
Positif pada Pasien AIDS
di RS Cipto
Mangunkusumo. Artikel
Serial Kasus.

Peron, S., et al. 2017. A Delay


between Motor Cortex
Lesions and Neuronal
Transplantation Enhances
Graft Integration and
Improves Repair and
Recovery. The Journal of
Neuroscience, vol. 37(7):
1820-1834.

Anda mungkin juga menyukai